• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan Periode Januari – Desember 2013 Di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan Periode Januari – Desember 2013 Di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN PERIODE JANUARI – DESEMBER 2013 DI PUSKESMAS KABUPATEN

TAPANULI TENGAH TAHUN 2014

SKRIPSI Oleh:

NIM. 101000351

ERIANTO SAOR BARITA SILABAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN PERIODE JANUARI – DESEMBER 2013 DI PUSKESMAS KABUPATEN

TAPANULI TENGAH TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 101000351

ERIANTO SAOR BARITA SILABAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu program pokok puskesmas yang mencakup kesehatan perumahan, jamban, air bersih, pembuangan sampah dan air limbah serta sanitasi tempat umum dan pengolahan makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis pelaksanaan program kesehatan lingkungan di puskesmas di Tapanuli Tengah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dan informan dalam penelitian ini adalah tenaga pelaksana program kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Tapanuli tengah dengan jumlah informan 6 orang.

Hasil penelitian diketahui bahwa petugas sudah berlatar belakang pendidikan sanitasi namun jumlahnya masih kurang, sarana dan prasarana sudah ada tetapi belum lengkap, pedoman dan teknis sudah tersedia di seluruh Puskesmas, program kesehatan lingkungan sudah berjalan di semua puskesmas yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Untuk rumah sehat sebanyak 85% rumah memenuhi syarat, jamban yang memenuhi syarat sebanyak 75 % orang, cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 85 % rumah, kualitas air minum yang memenuhi syarat sebanyak 100 % rumah, jumlah tempat-tempat umum yang memenuhi syarat sebanyak 75 %.

Bedasarkan sasaran pencapaian program tahun 2010 (Kepmenkes RI No. HK.03.01/160/I/2010), semua cakupan program kesehatan lingkungan di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah Sudah mencapai target yang ditetapkan. Disarankan kepada Dinas Kabupaten Tapanuli Tengah untuk dapat menambah jumlah petugas sanitasi sesuai dengan jumlah penduduk di wilayah kerjanya, perlu disediakan dana maksimal agar program kesehatan lingkungan berjalan sesuai dengan target yang sudah ditetapkan.

Kata kunci : Program Kesehatan Lingkungan, Puskesmas

(5)

Abstract

Environmental health effort was one of the principal public health centre, which includes housing, health a privy, clean water, disposal of waste, waste water and sanitation a public place and food processing.

This study was aims to know analysis program execution in environmental health public health centre at tapanuli district.

This research was descriptive design and informer in this research is power health programs officers in central tapanuli health department with an six informants.

The results of this research that we have known majoring in sanitation but the number is still lacking, facilities and infrastructures already exist but not yet complete, a guideline and technical had been available in all public health centre, program of environmental health had walked in all the existing health in the county of tapanuli the middle.For the house of healthy fully 85 percent of the houses qualified, a privy that qualifies as many as 75 % of people, the scope of the house qualified health, as much as 85 percent of the houses, the quality of the drinking water that qualify as many as 100 % of a house, the number of public places that qualifies as many as 75 %.

After the achievement of targets program 2010 ( KEPMENKES No..Hk.03.01 / 160 / i / 2010), all the coverage program environmental health in public health centre district central Tapanuli has reached target. Suggested to dept. of regency tapanuli the middle to may increase the number of officers sanitation after the number of population in the area ex-coworker, need to be fund management size maximum that the program environmental health way it target that had been established.

Keyword : Environmental Health Program, Public health centre

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Erianto Saor Barita Silaban

Tempat dan Tanggal Lahir : Sarudik, 27 Februari 1981

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 1 dari 6 bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Peralihan no 3 Kel. Pasir Bidang Kec. Sarudik Kab. Tapanuli Tengah

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1988-1994 : SD Negeri 154499 Sarudik 2 2. Tahun 1994-1997 : SMP Negeri 5 Sibolga 3. Tahun 1997-1999 : SMA Negeri 2 Sibolga

4. Tahun 1999-2002 : D3 Politeknik Kesehatan Medan

5. Tahun 2010-2014 : S1-Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan Periode Januari – Desember 2013 Di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayah Alm. Rusdin Silaban MPT dan Ibu Ganda uli Siregar yang tiada henti memberikan kasih sayang, selalu mendo’akan penulis dan selalu memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam membuat skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. dr. H.Wirsal Hasan, MPH, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes dan Ibu Dra. Nurmaini, MKM, PhD selaku dosen penguji.

5. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes , selaku Dosen Pembimbing Akademik.

(8)

6. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, khususnya Dosen dan Staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan

7. Bapak Freddy Situmeang, S.Sos, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah.

8. Ibu Dian Hartini (KaSie Kesling Dinkes Kab Tap Teng),ibu Andrianny D Sitompul AmKL (Pengelola Program Kesling Dinkes Kab Tap Teng), Pimpinan Puskesmas & Pengelola Program Kesling Sarudik, Pandan, Kalangan, Manduamas dan Pulo Pakkat. 9 .Untuk teman-teman seperjuanganku: Besty, Daswati Sembiring, Evi Sinaga, Sisca

Ramayanti Maibang,Theodora Simatupang , Goklas, Doliyanto Gultom yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin. namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2014

Erianto Saor Barita Silaban

(9)
(10)

2.7.1. Tenaga Pelaksana ... 34

2.7.2. Sarana dan Prasarana Program Kesehata Lingkungan ... 34

2.9. Kriteria Keberhasilan Program Kesehatan Lingkungan ... 37

2.10. Kerangka Konsep... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

4.2. Data Dasar Petugas Kesehatan Lingkungan... 46

4.2.1. Data Jumlah Tenaga Sanitasi ... 47

4.2.2. Hasil Observasi Terhadap Pendidikan, Jabatan, Masa Jabatan ... 47

4.2.3. Hasil Observasi Terhadap Surat Penugasan, Ijazah, Serta Sertifikat Pelatihan ... 49

4.5. Data Jumlah Penyakit Berbasis Lingkungan ... 53

(11)

4.6. Data Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan ... 54

4.6.1. Data Rumah Memenuhi Syarat ... 54

4.6.2. Data Akses Air Bersih Memenuhi Syarat ... 55

4.6.3. Data Jumlah Penduduk Menggunakan Jamban Sehat . 56 4.6.4. Cakupan Tempat-Tempat Umum... 57

4.6.5. Cakupan Pengolahan dan Penyimpanan Makanan Memenuhi Syarat ... 58

4.7. Sumber Dana ... 59

4.8. Kerjasama Lintas Program Kesehatan Lingkungan ... 59

4.9. Kerjasama Lintas Sektor Kesehatan Lingkungan ... 61

4.10. Hasil Wawancara Perencanaan ... 62

4.11. Hasil Wawancara Pergerakan Pelaksanaan ... 64

4.12. Hasil Wawancara Evaluasi ... 65

5.5. Penduduk yang Memiliki Akses Terhadap Air Bersih yang Memenuhi Syarat ... 69

5.6. Penduduk yang Menggunakan Jamban Sehat ... 69

5.7. Tempat-Tempat Umum ... 70

5.8. Tempat Pengolahan Makanan yang Memenuhi Syarat ... 70

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Data Jumlah Tenaga Sanitasi di Seksi Penyehatan Lingkungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013... 47 Tabel 4.2 Gambaran Informan Pelaksana Program Kesehatan Lingkungan

Menurut Pendidikan, Jabatan dan Masa Kerja di Masing-Masing

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………… 48 Tabel 4.3 Hasil Observasi Terhadap Surat Penugasan, Ijazah/SK dan

Sertifikat Pelatihan Informan Pelaksana Program Kesehatan Lingkungan di Seluruh Puskesmas di Kabupaten Tapanuli

Tengah Tahun 2013……… 49

Tabel 4.4 Data Jumlah dan Sumber Dana Program Kesehatan Lingkungan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013……….

50 Tabel 4.5 Hasil Observasi Terhadap Ruangan Program Kesehatan

Lingkungan di Seluruh Puskesmas di Kabupaten Tapanuli

Tengah Tahun 2013……… 51

Tabel 4.6 Hasil Observasi Terhadap Alat Peraga/ Alat Bantu Penyuluhan Dalam Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan di Seluruh

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013……….. 52 Tabel 4.7 Jumlah Penyakit Berbasis Lingkungan di Seluruh Puskesmas di

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………. 53 Tabel 4.8 Jumlah Rumah yang Memenuhi Syarat di Seluruh Puskesmas di

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………. 54 Tabel 4.9 Jumlah Rumah yang Memiliki Sarana Air Bersih di Seluruh

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013……….. 55 Tabel 4.10 Jumlah Penduduk yang Menggunakan Jamban Sehat di Seluruh

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………… 56 Tabel 4.11 Distribusi Cakupan Tempat-tempat Umum di Puskesmas

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014……… 57 Tabel 4.12 Jumlah Tempat Pengolahan dan Penyimpanan Makanan yang

Memenuhi Syarat di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah

Tahun 2014………. 58

Tabel 4.13 Distribusi Sumber Dana di Puskesmas Kabupaten Tapanuli

Tengah Tahun 2014……… 59

Tabel 4.14 Hasil Wawancara Mengenai Kerjasama Lintas Program Dalam Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan di Seluruh

(13)

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………… 60 Tabel 4.15 Hasil Wawancara Mengenai Kerjasama Lintas Sektor Dalam

Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan di Seluruh

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………… 61 Tabel 4.16 Hasil Wawancara Mengenai Perencanaan Program Dalam

Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan di Seluruh

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………… 62 Tabel 4.17 Hasil Wawancara Mengenai Pergerakan Pelaksanaan Program

Dalam Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan di Seluruh

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………… 64 Tabel 4.18 Hasil Wawancara Mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program

Dalam Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan di Seluruh

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013………… 65

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari FKM

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan

Lampiran 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/160/I/2010 Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

(15)

ABSTRAK

Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu program pokok puskesmas yang mencakup kesehatan perumahan, jamban, air bersih, pembuangan sampah dan air limbah serta sanitasi tempat umum dan pengolahan makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis pelaksanaan program kesehatan lingkungan di puskesmas di Tapanuli Tengah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dan informan dalam penelitian ini adalah tenaga pelaksana program kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Tapanuli tengah dengan jumlah informan 6 orang.

Hasil penelitian diketahui bahwa petugas sudah berlatar belakang pendidikan sanitasi namun jumlahnya masih kurang, sarana dan prasarana sudah ada tetapi belum lengkap, pedoman dan teknis sudah tersedia di seluruh Puskesmas, program kesehatan lingkungan sudah berjalan di semua puskesmas yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Untuk rumah sehat sebanyak 85% rumah memenuhi syarat, jamban yang memenuhi syarat sebanyak 75 % orang, cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 85 % rumah, kualitas air minum yang memenuhi syarat sebanyak 100 % rumah, jumlah tempat-tempat umum yang memenuhi syarat sebanyak 75 %.

Bedasarkan sasaran pencapaian program tahun 2010 (Kepmenkes RI No. HK.03.01/160/I/2010), semua cakupan program kesehatan lingkungan di Puskesmas Kabupaten Tapanuli Tengah Sudah mencapai target yang ditetapkan. Disarankan kepada Dinas Kabupaten Tapanuli Tengah untuk dapat menambah jumlah petugas sanitasi sesuai dengan jumlah penduduk di wilayah kerjanya, perlu disediakan dana maksimal agar program kesehatan lingkungan berjalan sesuai dengan target yang sudah ditetapkan.

Kata kunci : Program Kesehatan Lingkungan, Puskesmas

(16)

Abstract

Environmental health effort was one of the principal public health centre, which includes housing, health a privy, clean water, disposal of waste, waste water and sanitation a public place and food processing.

This study was aims to know analysis program execution in environmental health public health centre at tapanuli district.

This research was descriptive design and informer in this research is power health programs officers in central tapanuli health department with an six informants.

The results of this research that we have known majoring in sanitation but the number is still lacking, facilities and infrastructures already exist but not yet complete, a guideline and technical had been available in all public health centre, program of environmental health had walked in all the existing health in the county of tapanuli the middle.For the house of healthy fully 85 percent of the houses qualified, a privy that qualifies as many as 75 % of people, the scope of the house qualified health, as much as 85 percent of the houses, the quality of the drinking water that qualify as many as 100 % of a house, the number of public places that qualifies as many as 75 %.

After the achievement of targets program 2010 ( KEPMENKES No..Hk.03.01 / 160 / i / 2010), all the coverage program environmental health in public health centre district central Tapanuli has reached target. Suggested to dept. of regency tapanuli the middle to may increase the number of officers sanitation after the number of population in the area ex-coworker, need to be fund management size maximum that the program environmental health way it target that had been established.

Keyword : Environmental Health Program, Public health centre

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan yang telah dijalankan berupaya untuk lebih meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Perhatian khusus pembangunan kesehatan diberikan pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik yang hidup di daerah kumuh perkotaan, daerah pedesaan, daerah perbatasan dan kelompok masyarakat suku terasing, serta daerah transmigrasi atau permukiman baru..

Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan masyarakat telah dibangun puskesmas. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas berfungsi sebagai (1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. (2) Pusat pemberdayaaan keluarga dan masyarakat. (3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama (Depkes RI, 2009).

Ada 6 pokok pelayanan kesehatan di puskesmas yaitu Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif), Promosi kesehatan, Pelayanan KIA & KB, Pencegahan dan Pengendalian penyakit menular dan tidak menular, Kesehatan lingkungan, dan Perbaiakn gizi masyarakat. Sedangkan program pengembangan pelayanan kesehatan puskesmas meliputi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Kesehatan olahraga, Perawatan kesehatan masyarakat, Kesehatan kerja, Kesehatan mata, Kesehatan usia lanjut, Pembinaan pengobatan tradisional dan Kesehatan haji. (Depkes RI, 2009)

(18)

Kesehatan lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dari kesehatan, hal ini jelas terdapat dalam undang-undang Nomor 36 tahun 2006 tentang kesehatan yang menyebutkan: (1) Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,baik fisik,kimia,biologis maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (2) kesehatan lingkungan mencakup lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum (3) Lingkungan sehat bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan antara lain limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak di proses sesuai dengan persyaratan yang di tetapkan pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pegion dan non pegion, air yag tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. (Depkes RI, 2009).

(19)

masyarakat diadakan pembinaan kesehatan pengadaan sarana kesehatan. (4). Penyehatan tempat pengelolaaan makanan(TPM),dalam hal ini dilakukan pengawasan tehadap kebersihan dan kesehatan bahan makanan. (5). Pemeriksaan jentik nyamuk,biasanya nyamuk seringkali bersarang di berbagai rumah penduduk terutama pada sumber air bersih.Untuk itu perlu diadakan pengamatan dan pemeriksaan untuk mengatasi permasalahan dengan nyamuk dan penyakit malaria atau demam berdarah dengue.

Menurut KEMENKES (2010) Indikator untuk luaran Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas pada tahun 2014 adalah : Penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang berkualitas sebesar 67 persen, Cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 85 persen, Cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 85 persen, Kualitas air minum yang memenuhi syarat sebesar 100 persen, Penduduk yang menggunakan jamban sehat sebesar 75 persen dan cakupan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 75 persen

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di Pesisir Pantai Barat pulau Sumatera yang sebagian besar berbukit – bukit dan bergelombang. Pada Mei 2007 secara administratif Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas 20 Kecamatan sedangkan dari sarana kesehatan Pemkab Tapanuli Tengah memiliki 23 puskesmas ( 6 puskesmas perawatan dan 17 puskesmas non perawatan )

(20)

saluran pernapasan 1904 kasus, penyakit kulit alergi 5030 kasus (Dinkes Kab Tap-Teng Tahun 2013).

1.2. Perumusan Masalah

Masih banyaknya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh lingkungan di Kab.Tapanuli Tengah dan program kesehatan lingkungan yang telah dijalankan sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan lingkungan yang terjadi diwilayah kerja puskesmas Kab Tap-Teng, maka perlu dilakukan penelitian bagaimana pelaksanaan program kesehatan lingkungan di puskesmas Kab.Tapanuli Tengah.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan program kesehatan lingkungan pada puskesmas di Kab.Tapanuli Tengah periode tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui program kesehatan lingkungan yang dilakukan pada puskesmas di Kab.Tapanuli Tengah..

2. Untuk mengetahui ketersediaan tenaga pelaksana dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan pada puskesmas di Kab.Tapanuli Tengah.

(21)

4. Untuk mengetahui sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan pada puskesmas di Kab.Tapanuli Tengah.

5. Untuk mengetahui ketersediaan pedoman dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan pada puskesmas di Kab Tapanuli Tengah.

6. Untuk mengetahui kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan pada puskesmas di Kab. Tapanuli Tengah.

.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan kajian bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan Kab.Tapanuli Tengah untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program kesehatan lingkungan.

2. Sebagai bahan evaluasi kepada petugas atau pelaksana program kesehatan lingkungan. 3. Sebagai tambahan masukan dan pengetahuan kepada penulis tentang program

kesehatan lingkungan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991).

Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.2. Manajemen Puskesmas

Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006)

(23)

1. Perencanaan Puskesmas

Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010. Dalam perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal sesuai kondisi kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan.

Pada dasarnya ada 3 langkah penting dalam penyusunan perencanaan yaitu : (a) identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan, (b) identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider, dan (c) menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah.

Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahun yang akan datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia selanjutnya puskesmas membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Proses perencanaan dapat menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat atau dapat memanfaatkan instrument lainnya.

2. Penggerakkan Pelaksanaan

Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan penjabaran lebih rinci dari rencana pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan penggerakan pelaksanaan puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari :

(24)

b. Lokakarya mini tribulanan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral, Badan Penyantun Puskesmas atau badan sejenis dan mitra yang lain puskesmas sebagai wujud tanggung jawab puskesmas perihal kegiatan.

3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian

Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian diperlukan instrumen yang sederhana. Instrumen yang telah dikembangkan di puskesmas adalah: a. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

b. Penilaian/Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan stratifikasi.

2.3. Penyakit Berbasis Lingkungan

Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas dengan segala aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi mendukung kehidupan manusia, manusia akan menuai berbagai kesulitan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi sumberdaya yang berlebihan akan berdampak buruk pada manusia (Anies, 2006).

(25)

yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk (Anies, 2006).

Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal ditubuh host kemudian berpindah kemanusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungannya. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA, diare, DBD, Malaria dan penyakit kulit (Depkes RI, 2002).

2.3.1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah mulai dari hidung sampai gelembung paru beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Depkes RI, 2001).

ISPA disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, hemophilhillus influenza, asap dapur, sirkulasi udara yang tidak baik, tempat berkembang biaknya disaluran pernapasan, ISPA dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri ketika penderita batuk yang terhirup oleh orang sehat masuk kesaluran pernafasannya (Depkes RI, 2001).

(26)

dan asap rokok, tidak padat penghuni di kamar tidur, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2001).

2.3.2. Diare

Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri/virus seperti : Rotavirus, Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni, Cryptospondium (Depkes RI, 2001).

Diare karena bakteri Escherrichia Coli (E.Coli) disebabkan oleh bakteri E.Coli , tempat berkembang biak bakteri ini adalah dalam tinja manusia, cara penularan melalui makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja yang dibuang sembarangan, melalui minum air yang terkontaminasi bakteri E.Coli yang tidak dimasak sampai mendidih, melalui tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli karena sudah buang air besar tidak mencuci tangan dengan sabun (Depkes RI, 2001).

(27)

2.3.3. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam darahnya mengandung virus Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk dan berkembang biak, kemudian masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang sehat lainnya (Depkes RI, 2001).

Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di dalam dan di luar rumah seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, vas bunga, kaleng bekas yang berisi air bersih bak mandi, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung air (Depkes RI, 2001).

Upaya praktis yang dapat dilakukan dalam pengendalian vector dan pemberantasan penyakit DBD adalah sebagai berikut (Anies, 2006) :

1. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, drum, gantilah air di vas bunga serta di tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali.

2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan tempayan agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.

3. Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban bekas, botol bekas.

(28)

5. Jangan meletakkan pakaian digantungan di tempat terbuka misalnya di belakang pintu kamar agar nyamuk tidak hinggap.

6. Untuk tempat penampungan air yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke dalam genangan air tersebut, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Takaran penggunaan bubuk abate, untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate.

7. Perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan anti nyamuk dan memakai kelambu yang diberi intektisida pada saat tidur.

2.3.4. Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa, yang penularannya melalui vector nyamuk Anopheles spp, dengan gejala demam, pening, lemas, pucat, nyeri otot, menggigil, suhu bias mencapai 40ºC terutama pada infeksi Plasmodium falcifarum. Di Indonesia terdapat 4 spesies Plasmodium yaitu (Achmadi 2008) :

1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropic. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivak antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali.

(29)

sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.

3. Plasmodium ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab Plasmodium ovale adalah 12 hngga 17 hari, dengan gejala setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri.

4. Plasmodium malariae merupakan penyebab malaria guartana yang memberikan gejala demam setiap 72 jam, malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung dataran rendah pada daerah tropic. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan ditemukan secara tidak sengaja namun malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan.

Beberapa faktor ligkungan sangat berperan dalam berkembangbiaknya nyamuk sebagai vector penular malaria, faktor-faktor tersebut antara lain, lingkungan fisik seperti suhu udara, suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi ekstrinsik yaitu pertumbuhan fase sporogoni dalam perut nyamuk. Kelembaban udara yang rendah, akan memperpendek umur nyamuk, hujan yang diselingi panas semakin besar kemungkinan perkembangbiakannya (Achmadi, 2008).

Tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles antara lain : kolam ikan yang tidak dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang terisi air hujan, batang bambu yang dapat menampung air hujan, kaleng bekas, ban bekas yang dapat menampung air hujan serta saluran air yang tidak mengalir (Depkes RI, 2001).

(30)

Penyakit malaria dapat menular dengan cara nyamuk malaria menggigit dan menghisap darah orang yang sakit malaria, parasit di dalam tubuh manusia masuk ke dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dan menjadi matang dalam waktu 10-14 hari, setelah parasit matang, jika nyamuk menggigit manusia sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam tubuh orang yang sehat, maka orang yang sehat akan menjadi sakit (Depkes RI, 2001).

Malaria dapat dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk seperti menyebarkan ikan pemakan jentik, membersihkan semak belukar di sekitar rumah, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, membersihkan tempat air minum burung dan vas bunga secara teratur, menimbun atau mengalirkan air yang tergenang, membersihkan tambak, empang serta saluran irigasi dari tumbuhan air (Depkes RI, 2001).

Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan memasang kasa nyamuk dan jendela, memasang kelambu yang berinsektisida waktu tidur pada malam hari, menggunakan anti nyamuk, jangan bergadang pada malam hari serta menutup seluruh badan jika diluar rumah pada malam hari (Depkes RI, 2001).

2.3.5. Penyakit Kulit

(31)

Penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita dan dapat pula ditularkan melalui perantara seperti baju, handuk, sprei yang digunakan penderita kemudian digunakan oleh orang sehat, pencegahan dapat dilakukan dengan menghindar menukar baju, handuk, lingkungan tidak terlalu padat, menjaga kebersihan lingkungan dan personal hygiene (Depkes RI, 2001).

2.4. Upaya Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Soekidjo, 2007).

Adapun tujuan dilakukannya upaya kesehatan lingkungan adalah untuk menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular dimasyarakat (Muninjaya, 2004).

(32)

2.4.1. Perumahan

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, dan lain-lain. Standar arsitektur bangunan terutama untuk perumahan umum pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan (Budiman, 2006).

Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin dan berfungsi sebagai tempat istirahat.

2. Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus dan kamar mandi. 3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh, dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular.

(33)

Sementara itu, kriteria rumah menurut Winslow antara lain : 1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.

Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan didalam pemenuhan kebutuhan fisiologis yang berkaitan dengan perumahan, diantaranya :

a. Suhu ruangan. Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Suhu sebaiknya tetap berkisar antara 18-20ºC. Suhu ruangan ini sangat dipengaruhi oleh : suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara, suhu benda-benda yang ada disekitarnya.

b. Penerangan. Rumah harus cukup mendapatkan penerangan baik pada siang maupun malam hari. Idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik. Setiap ruangan diupayakan mendapat sinar matahari terutama dipagi hari.

c. Ventilasi. Pertukaran udara yang cukup menyebabkan udara tetap segar (cukup mengandung oksigen). Dengan demikian, setiap rumah harus memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan kurang dari 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka.

d. Jumlah ruangan atau kamar. Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama didalam satu rumah atau sekitar 5 m per orang.

(34)

Disamping kebutuhan fisiologis, terdapat kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah. Kebutuhan tersebut, antara lain : a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan

sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga yang tinggal dirumah tersebut.

c. Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa, harus memiliki ruangan sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.

d. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk menerima tamu. 3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan atau kebakaran.

Ditinjau dari faktor bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, rumah yang sehat dan aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya tersebut. Adapun kriteria yang harus dipenuhi dari perspektif ini, antara lain :

a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah runtuh.

b. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-tempat lain terutama untuk anak-anak.

c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar. d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas. e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.

(35)

Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti : infeksi saluran nafas, infeksi pada kulit, infeksi saluran pencernaan, kecelakaan, dan gangguan mental.

2.4.2. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air juga akan bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini sumber air minum dan air bersih semakin langka (Soemirat, 2007).

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat.

(36)

banyak liputan masyarakat dengan air bersih, semakin turun morbiditas penyakit bawaan air ini (Soemirat, 2007).

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Berdasarkan cara penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat, yaitu :

1. Waterborne mechanism, didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan.

2. Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu : (a) infeksi melalui alat pencernaan, (b) infeksi melalui kulit dan mata dan (c) penularan melalui binatang pengerat.

3. Water-based mechanism, penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air.

4. Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak didalam air.

(37)

1. Syarat fisik. Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak berwarna, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat bakteriologis. Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut.

3. Syarat kimia. Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standart, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standart air minum (Soemirat, 2007).

Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks, tergantung dari kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman, maka desinfeksi saja cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi (Soemirat, 2007).

(38)

mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis (Soemirat, 2007).

2.4.3. Jamban Sehat

Ekskreta manusia yang terdiri atas feses dan urine merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh tersebut berbentuk tinja dan air seni (Budiman, 2007).

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feses) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (Soekidjo, 2007).

Peranan tinja di dalam penyebaran penyakit sangat besar, disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air, tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja-tinja tersebut (Soekidjo, 2007).

(39)

Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Soekidjo, 2007):

1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut 2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara 7. Sederhana desainnya

8. Murah

9. Dapat diterima oleh pemakainya

Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan jamban sehat juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan (Soekidjo, 2007).

(40)

dan gas Metan). Diharapkan dengan penyedian jamban yang sehat dan pengelolaan tinja secara tepat, angka kejadian penyakit bawaan air dapat diminimalkan (Ricki, 2005).

2.4.4. Pengelolaan air limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang sisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik (Soekidjo, 2007).

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :

(41)

seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri, yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.

3. Air buangan kotapraja, yaitu air buangan yang berasal dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut antara lain : gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda (Ricki, 2005).

Pada awalnya tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik biodegradable serta mengurangi organisme patogen. Namun sejalan dengan perkembangannya, tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini juga terkait dengan aspek estetika dan lingkungan (Ricki, 2005).

(42)

daerah tropis dan negara berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi membutuhkan area yang luas.

Kolam stabilisasi yang umumnya digunakan adalah kolam anaerobik (anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi (aerobic/maturation pond). Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di dalam air limbah (Ricki, 2005).

Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di dalam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary treatment), pengolahan kedua (secondary treatment) dan pengolahan lanjutan (tertiary treatment) (Ricki, 2005).

2.4.5. Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Soekidjo, 2007).

Agar dapat mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat, 2006):

(43)

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam dan lainnya. 3. Sampah yang berupa debu atau abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.

Sampah ini dalam bahasa inggris disebut garbage, yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Bagi lingkungan sampah jenis ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat organik yang berguna bagi fotosintesa tumbuh-tumbuhan.

Sampah yang tidak membusuk, dalam bahasa inggris disebut refuse. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran.

Sampah berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.

(44)

masa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik.

Sampah, baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah: 1. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk,

semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.

3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam.

Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular dan tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu : untuk mencegah terjadinya penyakit, konservasi sumber daya alam, mencegah gangguan estetika, memberi intensif untuk daur ulang atau pemanfaatan, dan bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat (Soemirat, 2006).

(45)

sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan : meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi pengunaan bahan baku, dan meningkatkan pengunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah. Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran sertanya (Soemirat, 2006).

Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat penampungan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

2.4.6. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2006).

(46)

hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, objek wisata dan lain-lain (Budiman, 2006).

Tujuan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain adalah untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala serta untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum (Budiman, 2006).

2.4.7. Sanitasi Pengelolaan Makanan

Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh makanan. Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kebiasaan mengolah makanan secara tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi.

Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan antara lain : menjamin keamanan dan kebersihan makanan, mencegah penularan wabah penyakit.

(47)

yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu diperhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan (Ricki, 2005).

Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan makanan, dan lain-lain.

Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut.

Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : keracunan makanan dan penyakit bawaan makanan (Slamet, 2002).

Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang ada di dalam panganan akibat kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang dapat berasal dari tanah, udara, manusia dan vector.

Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan secara nyata dari penyakit bawaan air. Yang dimaksud penyakit bawaan makanan adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan sesuatu makanan yang terkontaminasi mikroba patogen, kecuali keracunan.

2.5. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

(48)

keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah : 1. Menurut WHO

a. Penyediaan air minum

b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vektor

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesling dan transportasi udara m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

(49)

2. Menurut UU No 36 tahun 2006 Tentang Kesehatan (Pasal 163 ayat 2), ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :

a. Lingkungan pemukiman. b. Tempat kerja.

c. Tempat rekreasi.

d. Tempat dan fasilitas umum

3. Menurut Kepmenkes RI Nomor HK.03.01/160/I/2010, ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :

a. Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas b. Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat

c. Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat

d. Persentase cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat

e. Persentase cakupan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat f. Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat

g. Persentase penduduk stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

h. Cakupan daerah potensial yang melaksanakan strategi adaptasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim

i. Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM sebesar 100% Kab/Kota

j. Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan kota sehat yang sesuai standart 50%

(50)

2.6. Tujuan Program Kesehatan Lingkungan 2.6.1.Tujuan secara umum

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.

2.6.2. Tujuan secara khusus

meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:

1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.

(51)

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain

5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan. 7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.

2.7. Sumber Daya Program Kesehatan Lingkungan

Dalam melaksanakan program-program kesehatan lingkungan diperlukan sumber daya untuk mencapai tujuan program, sumber daya program kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :

2.7.1. Tenaga Pelaksana

(52)

kesehatan lingkungan ini juga dibutuhkan tenaga pendukung yang telah ditunjuk oleh pimpinan puskesmas dalam pelaksanaan program.

2.7.2. Sarana dan Prasarana Program Kesehatan Lingkungan

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan adalah ruangan sebagai tempat petugas kesehatan lingkungan melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi, pelatihan atau perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan peralatan kerja.

Peralatan-peralatan kesehatan lingkungan berupa alat-alat peraga penyuluhan, cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga, alat pengukur kualitas lingkungan (air, tanah dan udara), lembar chek list untuk inspeksi pada tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan serta alat transportasi untuk mendukung kegiatan program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan.

Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan program kesehatan lingkungan antara lain berupa maket, media cetak, sound system, media elektronik dan formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.

2.7.3. Sumber Dana Program Kesehatan Lingkungan

(53)

tergantung masalah kesehatan lingkungan yang ditangani di wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2000).

2.8. Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan 2.8.1. Penyehatan Air

Secara umum Program Penyehatan Air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh penduduk baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air. Secara khusus program penyehatan air bertujuan meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat dan meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat.

Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air; Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih; Pemeriksaan kualitas air; Pembinaan kelompok pemakai air. Kegiatan dilaksanakan dengan strategi terpadu pengawasan, perbaikan dan pembinaan pemakai air.

Target Program Penyehatan Air yang ingin dicapai yaitu : Cakupan air bersih perkotaan 100% dan pedesaan 85% dan Memenuhi syarat kimia dan bakteriologis 70%.

(54)

pencemaran dan perbaikan kualitas air. Pengawasan kualitas air dilakukan dengan upaya inspeksi sanitasi sarana air bersih.

2.8.2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman, dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen lingkungan, yaitu meliputi jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan pengelolaan sampah.

2.8.3. Penyehatan Tempat -Tempat Umum (TTU)

Program Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU) bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan tempat-tempat umum dan sarana kemasyarakatan lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga dapat melindungi masyarakat dari penularan penyakit, keracunan, kecelakaan, pencemaran lingkungan serta gangguan kesehatan lainnya.

(55)

institusi yang meliputi : Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.

Target program penyehatan tempat-tempat umum yaitu: memenuhi syarat kesehatan 76%.

2.8.4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan & minuman, kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.

Target program TPM memenuhi syarat sehat sebesar 55 % dengan upaya kegiatan antara lain melaksanakan pengawasan higiene dan sanitasi TPM pada restoran, rumah makan, jasa boga, industri rumah tangga, dan depot air minum isi ulang.

2.9. Kriteria Keberhasilan Program Kesehatan Lingkungan

(56)

Keberhasilan program kesehatan lingkungan ini dapat ditunjukan dengan :

1. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan 75%, persentase keluarga menggunakan air bersih menjadi 62%, persentasi keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 64% dan persentase tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan minuman yang sehat menjadi 76 dan 55%.

2. Penurunan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, DBD, diare, penyakit kulit, malaria.

(57)

2.10. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

- Lingkungan pemukiman - Tempat-tempat umum - Tempat pengelolaan makanan

Kerjasama lintas program dan lintas sektor

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk mengetahui analisis pelaksanaan program kesehatan lingkungan pada puskesmas di Kab Tapanuli Tengah Tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab.Tapanuli Tengah, Pertimbangan pemilihan lokasi ini , karena:

1. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai analisis pelaksanaan program kesehatan lingkungan pada puskesmas di Kab Tapanuli Tengah.

2. Data yang diperoleh cukup untuk dijadikan sampel.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Tahun 2014.

(59)

3.3. Objek dan Informan Penelitian 3.3.1. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah program kesehatan lingkungan pada Puskesmas di Kab Tapanuli Tengah yang meliputi : petugas, sarana dan prasarana, dana, laporan hasil kegiatan yang berkaitan dengan program kesehatan lingkungan.

3.3.2. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan teknik key person yaitu dengan mencari informan kunci pada seluruh puskesmas tersebut, maka tiap puskesmas memiliki 1 orang informan yang dapat memberikan informasi mengenai objek penelitian ini, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 1 orang penanggung jawab atau pemegang program kesling di puskesmas dan 1 orang staf/pendamping/asisten pemegang program kesehatan lingkungan pada puskesmas di Kab.Tap-Teng dan 1 orang kepala seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kab Tapanuli Tengah, maka total informan dalam penelitian ini adalah 11 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

(60)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kab.Tapanuli Tengah dan 5 puskesmas dari 23 puskesmas yang ada di Kab Tapanuli Tengah. Adapun data sekunder tersebut adalah laporan hasil kegiatan yang berkaitan dengan program kesehatan lingkungan.

3.5. Aspek Pengukuran

Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan dua alat bantu untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dengan wawancara serta observasi dengan menggunakan check list (Bungin, 2008).

1. Petugas

a. Baik, jika petugas tersebut minimal berpendidikan SPPH, DIII kesehatan lingkungan yang telah mendapat pengetahuan/orientasi mengenai program kesehatan lingkungan.

b. Tidak baik, jika petugas berpendidikan lain. 2. Dana

a. Baik, jika dana yang dialokasikan cukup untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan.

b. Tidak baik, jika dana yang dialokasikan tidak cukup untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan.

3. Sarana dan Prasarana

(61)

b. Tidak baik, jika tidak tersedia sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan.

4. Kegiatan program kesehatan lingkungan

a. Baik, jika program kesehatan lingkungan meningkat di wilayah kerjanya dilihat berdasarkan data pelaksanaan program kesehatan lingkungan 3 tahun terakhir yang terdiri dari penyehatan air,tempat-tempat umum,pengelolaan makanan,dan lingkungan pemukiman.

b. Tidak baik, jika program kesehatan lingkungan menurun di wilayah kerjanya dilihat berdasarkan data pelaksanaan program kesehatan lingkungan 3 tahun terakhir yang terdiri dari penyehatan air,tempat-tempat umum,pengelolaan makanan dan lingkungan pemukiman.

5. Pedoman dan petunjuk teknis

a. Baik, jika petugas memiliki buku pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan program kesehatn lingkungan.

b. Tidak baik, jika petugas tidak memiliki buku pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan program kesehatn lingkungan.

6. Kerjasama lintas program

a. Baik, jika petugas bekerjasama dengan program lain yang ada di puskesmas.

(62)

7. Kerjasama lintas sektor

a. Baik, jika petugas melakukan kerjasama lintas sektor dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.

b. Tidak baik, jika petugas tidak menjalin kerjasama dengan lintas sektor.

3.6. Defenisi Operasional

Untuk memahami keseluruhan dari penelitian ini, maka akan ditemukan defenisi operasional dengan tujuan menghindari timbulnya perbedaan dalam pengertian.

1. Petugas adalah tenaga yang melaksanakan program kesehatan lingkungan di puskesmas.

2. Dana adalah sejumlah uang yang dipergunakan untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan.

3. Sarana dan prasarana adalah segala fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan.

4. Pedoman dan petunjuk teknis adalah buku pedoman yang dipergunakan untuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan.

5. Program kesehatan lingkungan adalah suatu program yang melakukan beberapa kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan.

6. Jumlah penyakit berbasis lingkungan yang meliputi antara lain ISPA, diare, DBD, malaria dan penyakit kulit.

(63)

8. Tempat – tempat umum adalah sarana atau bangunan umum yang di pergunakan masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya.

9. Tempat pengelolaan makanan adalah wadah atau alat yang di gunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan.

10.Lingkungan pemukiman adalah kumpulan rumah yang di lengkapi dengan berbagai fasilitas yang cukup baik agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan.

11.Kerjasama lintas program adalah petugas program kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan petugas program lain dipuskesmas.

12.Kerjasama lintas sektor adalah suatu kegiatan koordinasi dengan sektor untuk memecahkan masalah kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya.

13.Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan petugas pelaksana program kesehatan lingkungan dan seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program.

14.Mencapai target jika semua program kesehatan lingkungan mencapai target yang telah ditetapkan dalam Kepmenkes RI No. HK.03.01/160/I/2010.

(64)

3.7. Analisa Data

(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografis Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan pulau sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 2.188 km2

Batas wilayah:

Utara : Kabupaten Aceh singkil (Provinsi Aceh) Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan

Barat : Kota Sibolga dan Samudera Indonesia

Timur : Kabupaten Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan dan Kab. Pakpak Bharat 4.1.2. Demografis Kabupaten Tapanuli Tengah

(66)

4.2. Data Dasar Program Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah

4.2.1. Data Jumlah Tenaga Sanitasi

Untuk melaksanakan program perlu didukung oleh tenaga-tenaga yang terampil dan sesuai dengan latar belakang pendidikan, tenaga sanitasi yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel. 4.1. Data Jumlah Tenaga Sanitasi di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013

No Puskesmas Pendidikan Jumlah

D1

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah

Berdasarkan table 4.1. diatas diketahui belum ada petugas sanitasi disetiap puskesmas. Jenjang pendidikan yang paling banyak adalah D3 Kesehatan Lingkungan sebanyak 5 puskesmas.

4.2.2. Hasil Observasi Terhadap Pendidikan, Jabatan dan Masa Kerja Petugas

Gambar

Tabel. 4.1. Data Jumlah Tenaga Sanitasi di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas
Tabel 4.2. Gambaran Informan Pelaksana Program Kesehatan Lingkungan Menurut
Tabel 4.4. Data Jumlah dan Sumber Dana Program Kesehatan Lingkungan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013
Tabel 4.5. Hasil Observasi Terhadap Ruangan Program Kesehatan Lingkungan di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melakukan penelitian secara sistematik, hal pertama yang dilakukan adalah studi literatur yang bertujuan untuk memaparkan konsep, perkembangan penerapan, standar dan

Penulisan bertujuan untuk menjelaskan perjanjian jual beli dengan kartu kredit, penerapan prinsip itikad baik pemegang kartu kredit dikaitkan dengan perjanjian jual beli serta

On August 24 the Orsini arrived in the city with twelve hundred armed men ‘and immediately started sacking and destroying the houses of Spaniards,’ according to a report

yang telah dikembangkan seraryutnya akan diaptikasikan untuk menjadwalkan Instalasi Bedah Senhal (IBS) pal; Rumah S:kit Jogia yang mempunyai empat ruang operasi. Dari

Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa product image memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan menjadi

Melalui peningkatan efisiensi usaha peternakan maka diharapkan akan dapat terwujud peningkatan produksi susu nasional dan menurunnya ketergantungan terhadap susu impor. Selain

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran media pada aktivitas komunikasi kelompok masyarakat adat kampung Cireundeu dalam mempertahankan tradisi dan nilai adat yaitu melalui

Alasan pemilihan struktur ini karena struktur pada bangunan ini tidak ditonjolkan dan konsep desain bangunan memiliki konfigurasi struktural yang umum sehingga