• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Pedagang di Pasar Simpang Limun Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Pedagang di Pasar Simpang Limun Medan Tahun 2015"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PEDAGANG DI PASAR SIMPANG LIMUN MEDAN

TAHUN 2015

Oleh :

INDRATI ASROFIANA PA 120100101

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PEDAGANG DI PASAR SIMPANG LIMUN MEDAN

TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat penelitian untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran”

Oleh :

INDRATI ASROFIANA PA 120100101

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan hiperglikemia. Prevalensi hiperglikemia semakin bertambah setiap tahun, dan aktivitas fisik yang kurang aktif dikaitkan dengan kejadian hiperglikemia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan KGD sewaktu pada pedagang di Pasar Simpang Limun Medan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara consecutive sampling. Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari 57 orang pedagang pada bulan Oktober 2015. Data aktivitas fisik diperoleh melalui GPAQ dengan metode wawancara dan data KGD sewaktu diperoleh melalui pemeriksaan darah kapiler menggunakan alat pengecek glukosa darah. Data kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.

(5)

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease characterized by hyperglycemia. Prevalence of hyperglycemia keeps increasing every year, and inactive physical activity is associated with hyperglycemia. The objective of this study is to determine the correlation between physical activity and random blood glucose in traders of Simpang Limun Market, Medan.

This was an analytical study with cross sectional design. The sample was gathered by consecutive sampling. The data used was primary data obtained from 57 traders in October 2015. The physical activity was measured using GPAQ via interview and random blood glucose was measured using capillary blood by glucose meters and strips. Both data then were analyzed using SPSS.

Fifty seven participants consisted of 21 men (36.8%) and 36 women (63.2%) with mean age 42.96 years old (18–72 years old). All samples had normal blood glucose (mean 30.74 mg/dL; 92–183 mg/dL). Men had higher mean random blood glucose than women (129.67 mg/dL:131.36 mg/dL). Mean physical activity was 10,748.42 MET/week. Men had higher mean physical activity than women (11,135.24 MET/week:10,522.78 MET/week). All samples had active physical activity (>600 MET/week). Pearson correlation test showed weak correlation between variables (r=-0.39; p<0.05).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas rahmat kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Pedagang di Pasar Simpang Limun Medan Tahun 2015”. Karya tulis ilmiah ini ditulis sebagai salah satu syarat unuk memperoleh gelar sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis hasil penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. M. Syahputra, M. Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan, nasihat, dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak dr. Rizky Adriansyah, M. Ked (Ped), Sp. A dan Ibu dr. Mila Darmi, Sp. KK selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan-masukan dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini. 4. Ibu dr. Riri Andri Muzasti, M. Ked (PD), Sp. PD selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan banyak nasihat dan motivasi selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

(7)

6. Bapak Barit Laut selaku Lurah Sudi Rejo II dan seluruh staf pegawai Kelurahan Sudi Rejo II yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian. 7. Pedagang Pasar Simpang Limun Medan atas bantuan dan partisipasinya

dalam pelaksanaan penelitian.

8. Ibunda dan Almarhum Ayahanda tercinta yang telah membesarkan dengan penuh cinta kasih dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan bantuan dan semangat dalam penyelesaian karya tulis dan pendidikan.

9. Rekan satu kelompok bimbingan penelitian Hartanto dan Tamilarasi Balakrishnan atas bantuan, kritik, saran, dan dukungannya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2012 atas bantuan, kritik, saran, dan dukungannya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis tulis ilmiah ini.

Medan. 13 Januari 2016

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Singkatan ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Kadar Glukosa Darah ... 4

(9)

2.1.2. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ... 14

2.2. Aktivitas Fisik ... 15

2.2.1. Pengukuran Aktivitas Fisik ... 17

2.3. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kadar Glukosa Darah ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3.2. Definisi Operasional... 20

3.3. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 23

4.2.2. Waktu Penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.3.1. Populasi ... 23

4.3.2. Sampel ... 24

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 25

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 25

4.5.1. Pengolahan Data... 25

(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 27

5.1.2. Hasil Analisis Univariat ... 27

5.1.3. Hasil Analisis Bivariat ... 30

5.2. Pembahasan ... 31

5.2.1. Gambaran KGD Sewaktu Subjek Penelitian... 31

5.2.2. Gambaran Aktivitas Fisik Subjek Penelitian ... 32

5.2.3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan KGD Sewaktu ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1. Kesimpulan ... 35

6.1. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Pengangkut Glukosa yang Utama 5 Tabel 2.2. Respons Jaringan terhadap Insulin dan Glukagon

yang Berkaitan dengan Metabolisme Glukosa

6

Tabel 2.3. Klasifikasi Kadar Glukosa Darah Puasa 14 Tabel 2.4. Klasifikasi Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral 15 Tabel 2.5. Klasifikasi Kadar HBA1C 15 Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil

Ukur, dan Skala Ukur

22

Tabel 5.1. Data Demografi Subjek Penelitian 27 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Menurut

KGD Sewaktu

28

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Menurut Aktivitas Fisik

29

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Pencernaan Karbohidrat 8 Gambar 2.2. Abnormalitas Hepatis. Nutrisional, dan

Metabolik setelah Penyalahgunaan Etanol

13

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH Adrenocorticotropic Hormone ADA American Diabetes Association ADH Alkohol Dehidrogenase

CDC Center for Disease Control and Prevention DM Diabetes Mellitus

GDPT Glukosa Darah Puasa Terganggu GLUT Glucose Transporter

GPAQ Global Physical Activity Questionnaire HBA1C Hemoglobin A1C

HDL High-density Lipoprotein

IPAQ International Physical Activity Questionnaire MET Metabolic Equivalent of Task

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide tereduksi Perkeni Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

SPSS Statistical Product and Service Solutions TGT Toleransi Glukosa Terganggu

(14)

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan hiperglikemia. Prevalensi hiperglikemia semakin bertambah setiap tahun, dan aktivitas fisik yang kurang aktif dikaitkan dengan kejadian hiperglikemia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan KGD sewaktu pada pedagang di Pasar Simpang Limun Medan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara consecutive sampling. Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari 57 orang pedagang pada bulan Oktober 2015. Data aktivitas fisik diperoleh melalui GPAQ dengan metode wawancara dan data KGD sewaktu diperoleh melalui pemeriksaan darah kapiler menggunakan alat pengecek glukosa darah. Data kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.

(15)

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease characterized by hyperglycemia. Prevalence of hyperglycemia keeps increasing every year, and inactive physical activity is associated with hyperglycemia. The objective of this study is to determine the correlation between physical activity and random blood glucose in traders of Simpang Limun Market, Medan.

This was an analytical study with cross sectional design. The sample was gathered by consecutive sampling. The data used was primary data obtained from 57 traders in October 2015. The physical activity was measured using GPAQ via interview and random blood glucose was measured using capillary blood by glucose meters and strips. Both data then were analyzed using SPSS.

Fifty seven participants consisted of 21 men (36.8%) and 36 women (63.2%) with mean age 42.96 years old (18–72 years old). All samples had normal blood glucose (mean 30.74 mg/dL; 92–183 mg/dL). Men had higher mean random blood glucose than women (129.67 mg/dL:131.36 mg/dL). Mean physical activity was 10,748.42 MET/week. Men had higher mean physical activity than women (11,135.24 MET/week:10,522.78 MET/week). All samples had active physical activity (>600 MET/week). Pearson correlation test showed weak correlation between variables (r=-0.39; p<0.05).

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia). Prevalensi hiperglikemia sendiri semakin bertambah setiap tahun. Berdasarkan data Global Health Observatory oleh WHO, peningkatan kadar glukosa darah puasa melebihi normal (≥7,0 mmol/L atau dengan pengobatan) terjadi pada 9% orang dewasa umur ≥18 tahun di dunia pada tahun 2010 – 2014. Pada tahun 2010, sekitar 8,0% penduduk dewasa usia ≥18 tahun di Indonesia memiliki kadar glukosa darah puasa melebihi normal. Jumlah ini meningkat menjadi sekitar 8,7% pada tahun 2014 (WHO, 2015).

Salah satu faktor resiko dari penyakit diabetes mellitus adalah aktivitas fisik yang kurang aktif (Perkeni, 2011). Aktivitas fisik yang kurang aktif juga menyebabkan 3,2 juta kematian dan 69,3 juta kecatatan per tahun (WHO, 2014).

Sekitar 23% orang dewasa umur ≥18 tahun tergolong ke kelompok aktivitas kurang aktif pada tahun 2010 (WHO, 2015). Di Indonesia, sekitar 73,9% penduduk usia ≥10 tahun termasuk ke kelompok aktivitas fisik aktif dan 26,1% termasuk ke kelompok aktivitas fisik kurang aktif. Di Provinsi Sumatera Utara, 76,5% penduduknya termasuk ke kelompok aktivitas aktif dan 23,5% sisanya termasuk ke kelompok aktivitas kurang aktif (Riskesdas, 2013).

(17)

darah puasa, glukosa darah sewaktu, dan HbA1C yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang kurang aktif (Young et al., 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Ezema et al. (2011) dan Okaka et al. (2013) menunjukkan bahwa peningkatan kadar glukosa darah konsisten ditemukan pada pedagang. Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa pedagang menduduki peringkat kedua dalam kelompok aktivitas yang kurang aktif. Maka, kejadian peningkatan kadar glukosa darah pada pedagang diduga diakibatkan oleh aktivitas fisik yang kurang aktif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah sewaktu pada pedagang di Pasar Simpang Limun Medan. Penelitian dilakukan di Pasar Simpang Limun Medan berdasarkan kesesuaian penelitian yang melibatkan pedagang dan karena Pasar Simpang Limun Medan terletak di lokasi yang strategis dan memiliki jenis pedagang yang beragam.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut:

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah sewaktu pada pedagang di Pasar Simpang Limun Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran kadar glukosa darah sewaktu di kelompok responden. 2. Memperoleh gambaran aktivitas fisik di kelompok responden.

3. Menentukan hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah sewaktu.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: 1. Institusi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan informasi mengenai hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah sewaktu.

2. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam penulisan karya tulis ilmiah dan dapat menambah pengalaman peneliti dalam bidang penelitian khususnya mengenai hubungan aktivitas fisik dan kadar glukosa darah sewaktu.

3. Responden

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kadar Glukosa Darah

Glukosa adalah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa bertindak sebagai bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi sebagai prekursor untuk sintesis karbohidrat lain, misalnya glikogen, galaktosa, ribosa, dan deoksiribosa. Glukosa merupakan produk akhir terbanyak dari metabolisme karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat diabsorpsi ke dalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan monosakarida lain seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa di dalam hati. Karena itu, glukosa merupakan monosakarida terbanyak di dalam darah (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

Selain berasal dari makanan, glukosa dalam darah juga berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis (Kronenberg et al., 2008).

Kadar glukosa darah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Dalam keadaan absorptif, sumber energi utama adalah glukosa. Glukosa yang berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen atau trigliserida. Dalam keadaan pasca-absorptif, glukosa harus dihemat untuk digunakan oleh otak dan sel darah merah yang sangat bergantung pada glukosa. Jaringan lain yang dapat menggunakan bahan bakar selain glukosa akan menggunakan bahan bakar alternatif (Sherwood, 2012).

(20)

Glukosa harus ditranspor ke dalam sel melalui mekanisme difusi terfasilitasi sehingga sel dapat memakainya sebagai sumber energi. Agar glukosa dapat menembus membran plasma yang impermeabel terhadap molekul besar, glukosa membutuhkan protein pembawa. Selain di saluran cerna dan tubulus ginjal, glukosa diangkut dari konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah mengikuti gradien konsentrasinya oleh protein pembawa GLUT yang independen Na+ (Tabel 2.1) (Guyton dan Hall, 2008).

Tabel 2.1. Pengangkut Glukosa yang Utama

Lokasi Jaringan Fungsi

Pengangkut dua-arah fasilitatif

GLUT 1 Otak, ginjal, kolon, plasenta, eritrosit

Penyerapan glukosa

GLUT 2 Hati, sel beta pankreas, usus halus, ginjal

Penyerapan atau pembebasan glukosa secara cepat GLUT 3 Otak, ginjal, plasenta Penyerapan glukosa GLUT 4 Otot jantung dan rangka, jaringan

adipose

Penyerapan glukosa yang dirangsang oleh insulin

GLUT 5 Usus halus Penyerapan glukosa

Pengangkut satu-arah dependen-natrium

SGLT 1 Usus halus dan ginjal Penyerapan aktif glukosa dengan melawan gradien

(21)

Kecepatan pengangkutan glukosa ke dalam sel otot dan lemak sangat dipengaruhi oleh insulin. Dengan adanya insulin, kecepatan pengangkutan glukosa dapat meningkat sekitar sepuluh kali lipat. Ketika kadar glukosa dalam darah tinggi, maka insulin akan disekresikan oleh pankreas. Insulin akan merangsang sel otot dan lemak untuk lebih permeabel terhadap glukosa. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam proses glikogenesis di otot dan hati (Tabel 2.2) (Guyton dan Hall, 2008).

Glukagon mempunyai efek yang berlawanan dengan insulin. Glukagon mempunyai dua fungsi utama, yaitu berperan dalam proses glikogenolisis dan glukoneogenesis (Tabel 2.2). Jadi, glukagon mempunyai efek meningkatkan kadar glukosa dalam darah (Guyton dan Hall, 2008).

Tabel 2.2. Respons Jaringan terhadap Insulin dan Glukagon yang Berkaitan dengan Metabolisme Glukosa.

Hati Jaringan Lemak Otot

Ditingkatkan oleh Insulin

Glikogenesis Pengambilan glukosa

Pengambilan glukosa

Glikogenesis

Diturunkan oleh

Insulin

Glukoneogenesis

Ditingkatkan oleh Glukagon

Glikogenolisis

Glukoneogenesis

(22)

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa dalam Darah

Berdasarkan ADA (2015), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar glukosa di dalam darah adalah:

1. Konsumsi Karbohidrat

Karbohidrat adalah salah satu bahan makanan utama yang diperlukan oleh tubuh. Sebagian besar karbohidrat yang kita konsumsi terdapat dalam bentuk polisakarida yang tidak dapat diserap secara langsung. Karena itu, karbohidrat harus dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk dapat diserap melalui mukosa saluran pencernaan (Sherwood, 2012).

Karbohidrat yang masuk ke saluran cerna akan dihidrolisis oleh enzim pencernaan. Ketika makanan dikunyah di dalam mulut, makanan tersebut bercampur dengan saliva yang mengandung enzim ptialin (α-amilase). Tepung (starch) akan dihidrolisis oleh enzim tersebut menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya (Guyton dan Hall, 2008).

Sesampainya di lambung, enzim ptialin menjadi tidak aktif akibat suasana lambung yang asam. Proses pencernaan ini akan dilanjutkan di usus halus yang merupakan muara dari sekresi pankreas. Sekresi pankreas mengandung α-amilase yang lebih poten daripada α-amilase saliva. Hampir semua karbohidrat telah diubah menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya sebelum melewati duodenum atau jejunum bagian atas (Guyton dan Hall, 2008).

Disakarida dan polimer glukosa kecil ini kemudian dihidrolisis oleh enzim monosakaridase yang terdapat pada vili enterosit usus halus. Proses ini terjadi ketika disakarida berkontak dengan enterosit usus halus dan menghasilkan monosakarida yang dapat diserap ke aliran darah (Guyton dan Hall, 2008).

(23)

Gambar 2.1. Pencernaan Karbohidrat

Sumber: Guyton dan Hall (2008).

Kebanyakan karbohidrat dalam makanan akan diserap ke dalam aliran darah dalam bentuk monosakarida glukosa. Jenis gula lain akan diubah oleh hati menjadi glukosa (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Ketika aktivitas tubuh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Sintesis glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa dalam darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, keadaan homeostasis ini dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem hormonal, saraf, dan regulasi glukosa (Kronenberg et al., 2008).

(24)

3. Penggunaan Obat

Berbagai obat dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam darah, di antaranya adalah obat antipsikotik dan steroid (ADA, 2015).

Obat antipsikotik atipikal mempunyai efek simpang terhadap proses metabolisme. Penggunaan klozapin dan olanzapin sering kali dikaitkan dengan penambahan berat bahan sehingga pemantauan akan asupan karbohidrat sangat diperlukan. Penggunaan antipsikotik juga dikaitkan dengan kejadian hiperglikemia walaupun mekanisme jelasnya belum diketahui. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penambahan berat badan akibat resistensi insulin (Katzung, 2007).

Steroid mempunyai efek yang beragam karena steroid dapat mempengaruhi berbagai fungsi sel di dalam tubuh. Salah satu di antaranya adalah efek steroid terhadap metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Steroid sintetik mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan steroid alami tubuh (Katzung, 2007).

Glukokortikoid mempunyai peran penting dalam proses glukoneogenesis. Kortisol dan glukokortikoid lainnya dapat meningkatkan kecepatan proses glukoneogenesis hingga 6 sampai 10 kali lipat. Selain berperan dalam proses glukoneogenesis, kortisol juga dapat menyebabkan penurunan pemakaian glukosa oleh sel. Akibat peningkatan kecepatan glukoneogenesis dan penurunan pemakaian glukosa ini, maka konsentrasi glukosa dalah darah akan meningkat (Guyton dan Hall, 2008).

4. Keadaan Sakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi kadar glukosa di dalam darah seseorang, di antaranya adalah penyakit metabolisme diabetes mellitus dan tirotoksikosis.

(25)

keduanya. Berdasarkan etiologinya, diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi berbagai jenis, di antaranya adalah diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1) dan diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) (ADA, 2014).

DM tipe 1 adalah diabetes yang terjadi akibat kerusakaan sel-sel beta pankreas oleh suatu proses autoimun. Kerusakaan sel-sel beta pankreas ini akan berakibat pada defisiensi insulin yang menimbulkan terjadinya hiperglikemia (Price dan Wilson, 2012).

DM tipe 2 adalah diabetes yang terjadi akibat resistensi hormon insulin. DM tipe 2 ini ditandai dengan kelainan sekresi dan kerja insulin. Sel tidak lagi responsif terhadap insulin sehingga terjadi pengikatan abnormal antara kompleks reseptor-insulin dengan sistem transpor glukosa. Hal ini akan menggangu kerja reseptor-insulin hingga akhirnya sel beta pankreas gagal untuk menyekresikan insulin. Defisiensi insulin ini akan menyebabkan keadaan hiperglikemia (Price dan Wilson, 2012).

Tirotoksikosis adalah respons jaringan tubuh akibat pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid mempunyai efek pada pertumbuhan sel, perkembangan, dan metabolisme energi (Price dan Wilson, 2012).

Tiroksikosis dapat menaikkan kadar glukosa darah melalui efek hormon tiroid terhadap metabolisme karbohidrat. Hormon tiroid dapat meningkatkan kecepatan penggunaan glukosa oleh sel, meningkatkan proses glukoneogenesis, meningkatkan kecepatan absorpsi saluran cerna, bahkan meningkatkan sekresi insulin (Guyton dan Hall, 2008).

5. Stres

(26)

Hormon ini meningkatkan katabolisme asam amino di hati dan merangsang enzim-enzim kunci pada proses glukoneogenesis. Akibatnya, proses glukoneogenesis meningkat (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

Selain itu, stres juga merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresikan epinefrin. Epinefrin menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot dengan menstimulasi enzim fosforilase (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009)

Beberapa jenis stres yang dapat meningkatkan pelepasan kotisol adalah: a. Trauma.

b. Infeksi.

c. Suhu yang ekstrim.

d. Injeksi norepinefrin dan obat-obat simpatomimetik lain. e. Pembedahan.

f. Injeksi bahan yang bersifat nekrolisis di bawah kulit. g. Pengekangan sehingga tidak dapat bergerak.

h. Hampir setiap penyakit yang menyebabkan kelemahan (Guyton dan Hall, 2008).

6. Siklus Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan pervaginam periodik yang terjadi akibat peluruhan mukosa uterus (DeCherney et al., 2007).

Siklus menstruasi terdiri dari tiga fase, yaitu fase proliferasi, sekretori, dan menstruasi. Selama siklus menstruasi, terjadi fluktuasi hormon-hormon yang berperan dalam mengatur siklus, termasuk estrogen dan progesteron. Selama fase proliferasi, terdapat peningkatan kadar estrogen. Pada fase sekretori, kadar hormon estrogen dan progesteron meningkat. Sedangkan pada fase menstruasi, kedua hormon ini terdapat dalam kadar yang sangat rendah (Sherwood, 2012).

(27)

menyebabkan resistensi insulin temporer, sehingga menyebabkan kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal. Kadar estrogen yang tinggi dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, sehingga kadar glukosa darah dapat lebih rendah dari normal. Perubahan kadar glukosa darah ini mungkin juga berhubungan dengan adanya inflamasi ringan sebelum menstruasi (Bennal dan Kerure, 2013).

7. Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu kondisi di mana tubuh kekurangan cairan sehingga keseimbangan air menjadi negatif. Ketika tubuh kekurangan cairan, maka tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara mengaktifkan sistem renin-angiotensin. Angiotensin II kemudian akan merangsang pelepasan vasopresin yang salah satu efeknya adalah meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal (Sherwood, 2012).

Selain berfungsi dalam meretensi air, vasopresin juga mempunyai efek terhadap metabolisme glukosa. Vasopresin memiliki reseptor di hati dan di pulau Langerhans pankreas. Vasopresin merangsang proses glukoneogenesis dan pelepasan glukagon sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah (Roussel et al., 2011).

8. Konsumsi Alkohol

(28)

Peningkatan NADH ini mengganggu proses glikogenolisis. Alkohol juga dapat menggangu kerja enzim yang berperan dalam proses glukoneogenesis dan lipogenesis (Gambar 2.2) (Shils et al., 2006).

Gambar 2.2. Abnormalitas Hepatis, Nutrisional, dan Metabolik setelah Penyalahgunaan Etanol

Sumber: Shils et al. (2006).

2.1.2 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Menurut ADA (2014), ada berbagai cara yang biasa dilakukan untuk memeriksa kadar glukosa darah, di antaranya:

1. Tes Glukosa Darah Puasa

(29)

Tabel 2.3. Klasifikasi Kadar Glukosa Darah Puasa

Hasil Kadar Glukosa Darah Puasa

Normal Kurang dari 100 mg/dL

Prediabetes 100 – 125 mg/dL

Diabetes Sama atau lebih dari 126 mg/dL Sumber : ADA ( 2014).

2. Tes Glukosa Darah Sewaktu

Kadar glukosa darah sewaktu disebut juga kadar glukosa darah acak atau kasual. Tes glukosa darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja. Kadar glukosa darah sewaktu dikatakan normal jika tidak lebih dari 200 mg/dL.

3. Uji Toleransi Glukosa Oral

Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah sebelum dan dua jam sesudah mengkonsumsi glukosa sebanyak 75 gram yang dilarutkan dalam 300 mL air.

Tabel 2.4. Klasifikasi Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral

Hasil Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral

Normal Kurang dari 140 mg/dL

Prediabetes 140 – 199 mg/dL

(30)

4. Uji HBA1C

Uji HBA1C mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 – 3 bulan terakhir. Uji ini lebih sering digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah pada penderita diabetes.

Tabel 2.5. Klasifikasi Kadar HBA1C

Hasil Kadar HBA1C

Normal Kurang dari 5,7%

Prediabetes 5,7 – 6,4 %

Diabetes Sama atau lebih dari 6,5%

Sumber: ADA (2014).

2.2 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh oleh otot rangka yang membutuhkan energi. Aktivitas fisik tidak sama dengan latihan (exercise). Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk menjaga kebugaran tubuh (WHO, 2010).

Aktivitas fisik dapat dikelompokkan berdasarkan Metabolic Equivalent of Task (MET). Satu MET didefinisikan sebagai pemakaian energi untuk duduk tenang,

yang untuk orang dewasa kira-kira memerlukan pasokan oksigen sebanyak 3,5 ml per kilogram berat badan per menit (1,2 kkal/menit untuk orang berberat badan 70 kg) (CDC, 2015).

(31)

(3,0 – 6,0 METs atau 3,5 – 7 kkal/menit), dan tinggi (lebih dari 6,0 METs atau lebih dari 7 kkal/menit) (CDC, 2015).

Aktivitas fisik juga dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Aktivitas fisik tinggi jika melakukan kombinasi aktivitas fisik berintensitas berat, sedang, atau berjalan kaki selama 7 hari dan mencapai minimal 3000 MET/minggu.

2. Aktivitas fisik sedang jika melakukan kombinasi aktivitas fisik berintensitas berat, sedang, atau berjalan kaki selama 5 hari atau lebih dan mencapai minimal 600 MET/minggu.

3. Aktivitas fisik rendah jika aktivitas fisik seseorang tidak memenuhi kriteria aktivitas fisik tinggi atau sedang.

Aktivitas fisik memiliki berbagai manfaat dalam menjaga kesehatan dan keseimbangan fungsi tubuh. Menurut ADA (2015), manfaat aktivitas fisik antara lain: a. Membantu menjaga kadar tekanan darah, glukosa darah, HDL, kolesterol dan

trigliserida.

b. Menurunkan risiko untuk menderita prediabetes, DM tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.

c. Menurunkan tingkat stres.

d. Memperkuat jantung, otot, dan tulang. e. Memperbaiki aliran darah dan tonus otot. f. Menjaga fleksibilitas sendi.

(32)

Selain itu, terjadi perekruitan kapiler di otot rangka selama aktivitas fisik berlangsung. Sebagian kapiler yang awalnya tertutup pada saat istirahat menjadi terbuka. Pembukaan kapiler ini terjadi untuk mengurangi jarak difusi oksigen dan nutrisi lainnya dari kapiler ke serabut-serabut otot yang sedang berkontraksi. Hal ini juga menyebabkan pertambahan luas permukaan kapiler sehingga tempat difusi untuk oksigen dan nutrisi bertambah dua sampai tiga kali lipat (Guyton dan Hall, 2008).

2.2.1 Pengukuran Aktivitas Fisik

Menurut Warren et al. (2010), pengukuran aktivitas fisik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Laporan Individual

Laporan individual merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk mengukur aktivitas fisik dalam penelitian. Laporan individual meliputi kuesioner, catatan harian, dan mengingat kembali (recall).

Kelebihan cara ini adalah tidak memerlukan biaya yang besar dan mudah dilakukan, baik bagi peneliti mau pun bagi responden. Meskipun begitu, cara laporan individual ini memliki kekurangan, di antaranya adalah sulitnya memastikan durasi, frekuensi, dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan.

Kuesioner yang paling banyak digunakan adalah International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ).

2. Pengukuran Obyektif

Pengukuran obyektif dapat dilakukan dengan menggunakan accelometer, pedometer, observasi langsung, sensor gerakan, atau dengan monitor denyut jantung.

(33)

2.3 Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kadar Glukosa Darah

Selama aktivitas fisik, glukosa sebagai sumber energi diperoleh melalui katabolisme lemak dan glikogen dari otot dan hati. Secara sederhana, proses ini menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan glukosa pada keadaan absorptif sehingga membantu menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Selain itu, proses lipolisis yang terjadi mengakibatkan berkurangnya simpanan lemak di dalam tubuh yang membantu mencegah resistensi insulin (Wackerhage, 2014). Aktivitas fisik juga membantu menjaga keseimbangan kadar glukosa darah dengan mempengaruhi ambilan glukosa oleh otot (McKeag dan Moeller, 2007).

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untuk dapat mencapai sitoplasma, glukosa ditranspor melalui proses difusi terfasilitasi menggunakan protein pembawa (Guyton dan Hall, 2008).

Pengambilan glukosa dari darah ke sel otot dilakukan oleh GLUT 1 dan GLUT 4. GLUT 1 merupakan transporter glukosa yang dependen insulin, tetapi protein ini diekspresikan dalam jumlah yang sedikit. GLUT 4 merupakan transporter glukosa yang dependen insulin dan terdapat dalam jumlah yang banyak. Maka, dapat dikatakan bahwa pengambilan glukosa oleh otot yang sedang berkontraksi sangat bergantung dengan keberadaan GLUT 4 (Richter dan Hargreaves, 2013).

Ketika suatu jaringan otot melakukan kerja, maka tubuh akan melakukan penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan metabolik otot tersebut. Kompensasi tersebut berupa peningkatan aliran darah ke serabut-serabut otot yang berkontraksi, rekruitmen pembuluh kapiler, dan translokasi GLUT 4 ke membran plasma sel otot (sarkolema). Pada keadaan istirahat, GLUT 4 berada dalam suatu vesikel di dalam sel. Insulin dan kontraksi otot akan merangsang translokasi GLUT 4 ke sarkolema dan tubulus T sel otot (Richter dan Hargreaves, 2013).

(34)
(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

[image:35.612.117.530.289.359.2]

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah total kalori yang dikeluarkan oleh sampel berdasarkan aktivitas fisik yang biasa dilakukan sehari-hari, yang diperoleh melalui data dari kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) oleh WHO.

3.2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Kadar glukosa darah sewaktu adalah kadar glukosa darah kapiler acak sampel yang diperoleh dari hasil pemeriksaan menggunakan alat pengecek kadar glukosa darah.

Variabel Dependen Variabel Independen

(36)

Aktivitas fisik berintensitas ringan meliputi: membaca koran, menonton televisi, menyetrika, memasak, mencuci piring, merawat anak, mengemudikan kendaraan, duduk di kendaraan, dan berjalan santai (< 3,2 km/jam).

Aktivitas fisik berintensitas sedang meliputi: berdiri (pedagang), membersihkan rumah, memetik sayur dan buah, menanam tanaman, mencuci pakaian manual, berjalan cepat (6,4 km/jam sampai 6,8 km/jam), bersepeda (< 16 km/jam) atau pulang-pergi kerja, mengepak barang dagangan, dan menurus ternak.

Aktivitas fisik berintensitas berat meliputi: membawa barang berat, memotong rumput manual, berkebun (mencangkul), menarik becak, dan bersepeda (16 – 12 km/jam).

3.3 Hipotesis

(37)

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur

N o

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

1 Aktivitas Fisik

Total kalori yang

dikeluarkan oleh sampel berdasarkan aktivitas fisik yang biasa dilakukan sehari-hari.

Wawancara Kuesioner aktivitas fisik WHO

MET/minggu Rasio

2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Kadar glukosa darah kapiler acak yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan menggunakan alat pengecek kadar glukosa darah.

Pemeriksaa n kadar glukosa darah Alat pengecek kadar glukosa darah

Nilai kadar glukosa darah dalam mg/dL

[image:37.612.111.525.166.608.2]
(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Hubungan antara variabel yaitu aktivitas fisik dan kadar glukosa darah sewaktu ditentukan berdasarkan data yang dikumpulkan dari hasil kuesioner dan alat pengecek kadar glukosa darah. Pengukuran dilakukan satu kali pada waktu observasi tanpa follow-up.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pasar Simpang Limun Medan yang terletak di Jl. Sisingamangaraja XII, Medan. Lokasi dipilih berdasarkan kesesuaian penelitian yang melibatkan pedagang dan karena Pasar Simpang Limun Medan terletak di lokasi yang strategis dan memiliki jenis pedagang yang beragam.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Desember 2015. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 – 11 Oktober 2015 sekitar pukul 13.30 WIB.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

(39)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian yang diambil merupakan subyek dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara consecutive sampling.

Kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Pedagang tetap di Pasar Simpang Limun Medan.

b. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan. 2. Kriteria Eksklusi

a. Menderita penyakit metabolik, khususnya diabetes mellitus. b. Sedang menjalani pengobatan.

c. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

Pada penelitian ini, besar sampel dihitung berdasarkan rumus besar sampel yang digunakan untuk penelitian korelatif.

{ [ ]}

Keterangan:

n = besar sampel

= deviat baku alfa (5%) = 1,96

= deviat baku beta (20%) = 0,842

(40)

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh besar sampel sebanyak 52 orang. Besar sampel ini ditambah 10% untuk mengantisipasi kemungkinan gagal atau drop out. Maka, untuk penelitian ini diperlukan besar sampel minimal sebanyak 57 orang.

4.4. Teknik Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner dengan metode wawancara dan dari alat pengecek glukosa darah yang dilakukan oleh peneliti.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1. Pengolahan Data

Menurut Wahyuni dan Azhar (2011), pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:

1. Editing, data diperiksa ketepatan dan kelengkapannya.

2. Coding, data yang terkumpul dikoreksi dan diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diproses dengan komputer.

3. Entry, data kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning data, data yang telah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving, data disimpan untuk dianalisis. 6. Analisis data.

4.5.2. Analisis Data

(41)

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel untuk mendapatkan gambaran masing-masing variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menjelaskan hubungan antarvariabel penelitian.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat distribusi data. Untuk besar sampel lebih dari 50 orang, biasanya uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Untuk data numerik dan besar sampel lebih dari 30 orang, biasanya distribusi data bersifat normal (Wahyuni dan Azhar, 2011).

b. Uji Linearitas

Data dimasukkan dalam bentuk diagram tebar (scatter plot) untuk melihat apakah hubungan antarvariabel berbentuk linear atau tidak. Jika hubungan tersebut linear, maka dilakukan uji hipotesis yaitu uji korelasi (Dahlan, 2014). Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan melakukan uji linearitas (Test for Linearity) pada taraf signifikansi 0,05 (Priyatno, 2014).

c. Uji Hipotesis

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Simpang Limun Medan yang terletak pada Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Sudi Rejo II, Kecamatan Medan Kota, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pasar Simpang Limun Medan adalah salah satu pasar tradisional milik pemerintah yang telah berdiri sejak lama. Penelitian ini tidak dilakukan di Medan Supermarket yang merupakan pasar milik swasta yang juga terletak di kompleks Pasar Simpang Limun Medan.

5.1.2. Hasil Analisis Univariat

[image:42.612.110.536.536.664.2]

Penelitian dilakukan pada 57 orang pedagang Pasar Simpang Limun Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data demografi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1. di bawah ini.

Tabel 5.1. Data Demografi Subjek Penelitian

Variabel %

(N = 57)

Mean ± SD

(N = 57) Min - Maks

Usia 42,96 ± 11,59 18 – 72

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

(43)
[image:43.612.110.535.247.372.2]

Berdasarkan tabel di atas, subjek penelitian berusia antara 18 sampai 72 tahun dan rata-rata berusia 43 tahun dengan standar deviasi 11,59 tahun. Subjek penelitian berjenis kelamin perempuan (63,2%) lebih banyak daripada subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki (36,8%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Menurut KGD Sewaktu

Variabel Mean ± SD

(N = 57) Min – Maks

KGD Sewaktu

Laki-laki

Perempuan

130,74 ± 23,54 129,67 ± 26,30 131,36 ± 22,14

92 – 183

(44)
[image:44.612.109.532.140.330.2]

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Menurut Aktivitas Fisik

Variabel Mean ± SD

(N = 57) Min – Maks

% (N = 57)

Aktivitas Fisik Laki-laki Perempuan

Kelompok Aktivitas Fisik Tinggi

Sedang Ringan

10.748,42 ± 5.904,46 11.135,24 ± 5.007,41 10.522,78 ± 6.427,28

1.680 – 23.520

94,7 (54) 5,3 (3)

0 (0)

Berdasarkan tabel 5.3. di atas, subjek penelitian memiliki rata-rata aktivitas fisik sebesar 10.748,42 MET/minggu dengan standar deviasi 5.904,46 MET/minggu. Aktivitas fisik terendah sebesar 1.680 MET/minggu dan aktivitas fisik tertinggi sebesar 23.520 MET/minggu. Laki-laki memiliki rata-rata aktivitas fisik sebesar 11.135,24 MET/minggu dengan standar deviasi sebesar 5.007,41 MET/minggu, sedangkan perempuan memiliki rata-rata aktivitas fisik yang lebih rendah, yaitu sebesar 10.522,78 MET/minggu dengan standar deviasi sebesar 6.427,28 MET/minggu.

(45)

5.1.3. Hasil Analisis Bivariat

Sebelum melakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk mengetahui distribusi data. Uji normalitas yang digunakan untuk besar sampel >50 adalah uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 5.4. Hasil Uji Normalitas

Uji Kolmogorov-Smirnov

Variabel Nilai p

KGD Sewaktu 0,028

Aktivitas Fisik 0,072

[image:45.612.104.533.502.588.2]

Pada uji normalitas, diperoleh nilai p<0,05 untuk KGD sewaktu dan p>0,05 untuk aktivitas fisik (Tabel 5.3.). Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa KGD sewaktu berdistribusi tidak normal dan aktivitas fisik berdistribusi normal.

Tabel 5.5. Hasil Uji Korelasi Pearson

KGD Sewaktu

Aktivitas Fisik Korelasi Pearson (r) -0,391

Nilai p 0,003

N 57

(46)

sewaktu adalah lemah dan nilai p<0,05 menunjukkan bahwa korelasi bermakna secara statistik.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Gambaran KGD Sewaktu Subjek Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KGD sewaktu subjek penelitian memiliki nilai rata-rata sebesar 130,74 mg/dL. Belum ada penelitian lain yang terpublikasi yang meneliti rata-rata KGD sewaktu pada pedagang di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Okaka et al. (2013) pada pedagang di Nigeria menunjukkan nilai rata-rata KGD sewaktu yang lebih rendah, yaitu sebesar 108 mg/dL. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan aktivitas fisik pada subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Alkhatib (2013) dan penelitan yang dilakukan oleh Mukti dan Murbawani (2014) menunjukkan bahwa aktivitas fisik mempunyai hubungan dengan kadar glukosa darah.

Nilai maksimum dari KGD sewaktu subjek penelitian adalah 183 mg/dL sehingga seluruh subjek penelitian memiliki KGD sewaktu normal. Belum ada penelitian lain yang terpublikasi yang meneliti KGD sewaktu pada pedagang di Indonesia.

(47)

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa KGD sewaktu laki-laki lebih rendah dari KGD sewaktu perempuan, yaitu 129,67 mg/dL untuk laki-laki dan 131,36 mg/dL untuk perempuan. Belum ada penelitian lain yang terpublikasi yang meneliti perbedaan rata-rata KGD sewaktu pada pedagang di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Okaka et al. (2013) pada pedagang di Nigeria menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu wanita mempunyai rata-rata KGD sewaktu yang lebih rendah (103,7 mg/dL) dibandingkan dengan laki-laki (113,1 mg/dL). Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan aktivitas fisik pada subjek penelitian. Pada penelitian ini, laki-laki memiliki rata-rata aktivitas fisik yang lebih tinggi dari perempuan sehingga laki-laki memiliki rata-rata KGD sewaktu yang lebih rendah. Selain itu, penelitian oleh Dalawa et al. (2013) di Manado menunjukkan bahwa peningkatan kadar glukosa darah lebih banyak dijumpai pada perempuan daripada pada laki-laki.

5.2.2. Gambaran Aktivitas Fisik Subjek Penelitian

Penelitian terhadap aktivitas fisik subjek penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki rata-rata aktivitas fisik sebesar 10.748 MET/minggu dengan nilai minimum sebesar 1.680 MET/minggu. Belum ada penelitian lain yang terpublikasi yang meneliti nilai rata-rata aktivitas fisik pedagang dalam MET/minggu.

Rata-rata aktivitas fisik laki-laki sebesar 11.135,24 MET/minggu. Nilai ini lebih besar dari rata-rata aktivitas fisik perempuan, yaitu sebesar 10.522,78 MET/minggu. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alkhatib (2013), di mana laki-laki mempunyai rata-rata aktivitas fisik yang lebih besar dari perempuan, yaitu 16,0 jam untuk laki-laki dan 10,9 jam untuk perempuan.

(48)

masuk ke kelompok dengan aktivitas fisik sedang. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Awosan et al. (2014), yaitu 50,7% subjek penelitiannya termasuk ke kategori aktivitas tidak aktif (sedentary).

Perbedaan pada gambaran aktivitas fisik ini mungkin disebabkan oleh perbedaan latar belakang subjek penelitian yang berdampak pada perbedaan gaya dan kebiasaan hidup sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Mansfield et al. (2012) menunjukkan bahwa faktor individu, sosial, dan lingkungan berpengaruh terhadap tingkat aktivitas fisik. Penelitian di 38 negara oleh Bosdriesz et al. (2012) juga menunjukkan bahwa iklim, perkembangan ekonomi, dan budaya turut mempengaruhi tingkat aktivitas fisik secara keseluruhan.

5.2.3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan KGD Sewaktu

Uji korelasi Pearson menghasilkan bahwa kekuatan hubungan antarvariabel, yaitu aktivitas fisik dan KGD sewaktu adalah sebesar 0,39. Nilai ini menunjukkan bahwa kekuatan hubungan aktivitas fisik dan KGD sewaktu adalah lemah. Hasil ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan Alkhatib (2013). Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kekuatan hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah adalah lemah (r=0,38).

Arah hubungan antarvariabel adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai MET/minggu pada aktivitas fisik, maka akan semakin rendah nilai KGD sewaktu. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Young et al. (2014) yang menunjukkan bahwa kelompok dengan aktivitas fisik aktif memiliki

profil glukosa darah yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan aktivitas fisik tidak aktif.

(49)
(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Pasar Simpang Limun Medan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata KGD sewaktu pada pedagang di Pasar Simpang Limun Medan adalah 130,74 mg/dL dengan standar deviasi 23,54 mg/dL.

2. Rata-rata KGD sewaktu pada pedagang berjenis kelamin laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata KGD sewaktu pedagang berjenis kelamin perempuan.

3. Seluruh subjek penelitian penelitian memiliki KGD sewaktu dalam batas normal.

4. Rata-rata aktivitas fisik pada pedagang di Pasar Simpang Limun Medan adalah 10.748,42 MET/minggu dengan standar deviasi 5.904,46 MET/minggu.

5. Rata-rata aktivitas fisik pada pedagang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan dengan rata-rata aktivitas fisik pada pedagang berjenis kelamin perempuan.

6. Seluruh subjek penelitian memiliki aktivitas fisik aktif (di atas batas bawah WHO) di mana 94,7% di antaranya memiliki aktivitas fisik kelompok berat dan 5,3% sisanya masuk ke kelompok dengan aktivitas fisik sedang.

7. Aktivitas fisik berhubungan lemah dengan KGD sewaktu (r=-0,39, nilai p<0,05).

(51)

6.2. Saran

Dari seluruh proses dalam penyelesaian penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berperan dalam penelitian ini.

1. Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah. Untuk itu, disarankan bagi masyarakat untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih aktif untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Peneliti mendapati minimnya pengetahuan subjek penelitian tentang KGD dan diabetes Untuk itu, institusi kesehatan dapat memberikan program penyuluhan yang memberikan informasi seputar kadar glukosa darah dan diabetes.

3. Bagi Peneliti Lain

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Alkhatib, A., 2013. Sedentary Risk Factor across Genders and Job Roles within a University Campus Workplace: Preliminary Study. Journal of Occupational Health 55: 218-224.

American Diabetes Association, 2014. Diagnosing Diabetes and Learning about Prediabetes. Available from: http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diagnosis/ [Accessed 30 April 2015].

American Diabetes Association, 2015. Factors Affecting Blood Glucose. Available from: http://www.diabetes.org/treatment-and-care/blood-glucose-control/factors-affecting-blood-glucose.html [Accessed 30 April 2015].

American Diabetes Association, 2015. Physical Activity. Available from: http://www.diabetes.org/are-you-at-risk/lower-your-risk/activity.html [Accessed 30 April 2015].

Awosan, K. J., Ibrahim, M. T. O., Essien, E., Yusuf, A. A., dan Okolo, A. C., 2014. Dietary Pattern, Lifestyle, Nutrition Status and Prevalence of Hypertension among Traders in Sokoto Central Market, Sokoto, Nigeria. International Journal of Nutrition and Metabolism 6 (1): 9-17.

Bernard, A. S. dan Kerure, S. B., 2013. Glucose Handling during Menstrual Cycle. International Journal of Reproduction, Obstetrics and Gynecology 2 (3): 284-287.

(53)

Charles-Davies, M. A., et al. 2012. Indices of Metabolic Syndrome in 534 Apparently Healthy Nigerian Traders. Journal of US-China Medical Science 9 (2): 91-100. Center for Disease Control and Prevention, 2015. Measuring Physical Activity Intensity. Available from: http://www.cdc.gov/physicalactivity/ everyone/measuring/intensity.htm [Accessed 30 April 2015].

Dahlan, M. S., 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS. Edisi 6. Jakarta:

Epidemiologi Indonesia, 223-234.

Dalawa, F. N., Kepel, B., dan Hamel, R., 2013. Hubungan antara Status Gizi dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Masyarakat Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Manado. eJournal Keperawatan (e-Kep) 1 (1): 1-8.

DeCherney, A. H., Nathan, L., Goodwin, M. T., dan Laufer, N., 2007. Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology. 10th ed. USA: McGraw-Hill Companies.

Ezema, C. I., Aneke, C. N., dan Obodo H. C., 2011. Participation in Blood Glucose Test, Knowledge and Prevalence of Hyperglycemia among Traders at New Market, Enugu. International Journal of Medicine and Health Development 16 (2): 33-42.

Guyton, A. C. dan Hall, J. E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, 259-260, 849-851, 873-881, 983, 999-1001.

Katzung, B. G., 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC, 478, 655-662.

(54)

Leonie, A. P., 2012. Hubungan Umur, Asupan Protein, dan Faktor Lainnya dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Pegawai Satlantas dan Sumda Polresta Depok

Tahun 2012. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Mansfield, E. D., Ducharme, N., dan Koski, K. G., 2012. Individual, Social and Environmental Factors Influencing Physical Activity Levels and Behaviours of Multiethnic Socio-economically Disadvantaged Urban Mothers in Canada: A Mixed Methods Approach. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 9 (1): 42-57.

McKeag, D. B. dan Moeller, J. L., 2007. ACSM’s Primary Care Sports Medicine. Philadelphia: Lippincott William-Wilkins, 108.

Mukti, S. N dan Murbawani, E. A., 2014. Hubungan Aktivitas Fisik dan Asupan Energi terhadap Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Jurnal Media Medika Muda 3(1).

Murray, R. K., Granner, D. K., dan Rodwell, V. W., 2009. Biokimia Harper. Edisi 7. Jakarta: EGC, 119, 139-151,179-181.

Okaka, E. I., Adejumo, O. A., Ojeh-Oziegbe, O. E., Olokor A. B., dan Iyawe, I. O., 2013. Spot Assessment of Chronic Kidney Disease Risk Factors in A Market Population in Benin City. Afr J Med Health 12: 10-14.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni, 48-49.

Price, S. A. dan Wilson, L. M., 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC, 1260-1263.

Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi, 79-84. Richter, E. A. dan Hargreaves, M., 2013. Exercise, GLUT 4, and Skeletal Muxcle

(55)

Riset Kesehatan Dasar, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia, 89, 139-142.

Roussel, R., et al., 2011. Low Water Intake and Risk for New-Onset Hyperglycemia. Diabetes Care 34: 2551-2554.

Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC, 571-572, 612, 642, 779-780, 840-844.

Shils, M. E., Shike, M., Ross, A. C., Caballero, B., dan Cousins, R. J., 2006. Modern Nutrition in Health and Disease. 10th ed. Philadelphia: Lippincott William-Wilkins, 1242.

Wahyuni, A. S. dan Azhar, C., 2011. Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.

Wackerhage, H., 2014. Molecular Exercise Physiology: An Introduction. New York: Routldge, 220-221.

Warren, J. M., et al., 2010. Assesment of Physical Activity – A Review of Methodologies with Reference to Epidemiological Research: A Report of the Exercise Physiology Section of the European Association of Cardiovascular Prevention and Rehabilitation. European Journal of Cardiovascular Prevention and Rehabilitation 17: 127-139.

World Health Organization, 2006. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide. Geneva: World Health Organization.

(56)

World Health Organization, 2014. Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2014. Geneva: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data, 33.

World Health Organization, 2015. Global Health Observatory (GHO) Data: Blood Glucose. Available from: http://www.who.int/gho/ncd /risk_factor/ blood_glucose/en.htm [Accessed 9 April 2015].

World Health Organization, 2015. Global Health Observatory (GHO) Data: Physical Activity. Available from: http://www.who.int/gho/ncd/risk_factor/ physical_activity/en.htm [Accessed 9 April 2015].

(57)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indrati Asrofiana PA Tempat/Tanggal Lahir : Medan/09 Juli 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Garu I Gang Mengkudu No. 2 Medan 20147 Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 060827 Medan 1999

2. SMP Negeri 15 Medan 2005 3. SMA Negeri 5 Medan 2008 4. Fakultas Kedokteran USU 2012 Riwayat Pelatihan : 1. Seminar dan Workshop Basic Life Support &

Traumatology TBM FK USU

2. Seminar dan Workshop Basic Surgical Skill TBM FK USU

(58)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam sejahtera,

Saya, Indrati Asrofiana P.A., sedang menjalani Pendidikan Dokter di Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Pedagang di

Pasar Simpang Limun Medan Tahun 2015”. Saya mengadakan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Kedokteran.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesedian Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Pada penelitian ini saya akan meminta Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner dan melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah. Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan tidak dipublikasikan. Data yang terkumpul hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud lain. Jika terdapat hal yang kurang dimengerti, Bapak/Ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan kepada Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi subjek penelitian, silakan mengisi identitas diri dan menandatangani lembar persetujuan.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, 2015

Peneliti,

(59)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : (Laki-Laki/Perempuan) Alamat :

telah mendapatkan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta untuk menjadi subjek penelitian yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Pedagang di Pasar Simpang Limun Medan Tahun 2015”. Di dalam penelitian ini saya diminta untuk mengisi kuesioner dan menjalani pemeriksaan kadar glukosa darah.

Saya menyadari manfaat dan risiko penelitian ini. Saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.

Medan, 2015

Subjek Penelitian,

(60)

Lampiran 3

JENIS-JENIS AKTIVITAS FISIK

Aktivitas Ringan Aktivitas Sedang Aktivitas Berat

Membaca koran Berdiri (pedagang) Membawa barang berat

Menonton TV Membersihkan rumah (menyapu, mengepel)

Memotong rumput manual

Menyetrika Memetik sayur/buah Berkebun/mencangkul

Memasak Menanam tanaman

Membawa barang dagangan dengan menarik becak Mencuci piring Mencuci pakaian dengan

tangan (tanpa mesin)

Bersepeda cepat ( 16 – 12 km/jam)

Merawat anak Berjalan cepat (6,4 km/jam sampai 6,8 km/jam)

Mengemudikan kendaraan (mobil, sepeda motor)

Bersepeda santai ( < 16 km/jam) atau pulang-pergi kerja

Duduk di kendaraan Mengepak barang dagangan Berjalan santai ( < 3,2

(61)

KUESIONER GPAQ WHO

Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara melingkari serta mengisinya pada kolom jawaban yang telah disediakan!

A. Aktivitas Bekerja, Latihan, Aktivitas Rumah Tangga, dan Lain-Lain

P1

Apakah aktivitas sehari-hari Anda termasuk aktivitas berat (membawa barang berat, mencangkul) yang dilakukan minimal 10 menit secara terus-menerus?

1. Ya (Lanjut ke P2) 2. Tidak (Lanjut ke P4)

P2

Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan aktivitas berat?

Banyaknya = hari dalam seminggu

P3

Berapa lama dalam sehari biasanya Anda melakukan aktivitas berat?

Selama jam menit

P4

Apakah aktivitas sehari-hari Anda termasuk aktivitas sedang (berdiri, membersihkan rumah) yang dilakukan minimal 10 menit secara terus-menerus?

1. Ya (Lanjut ke P2) 2. Tidak (Lanjut ke P4)

P5

Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan aktivitas sedang?

Banyaknya = hari dalam seminggu NO.

KGD :

(62)

P6

Berapa lama dalam sehari biasanya Anda melakukan aktivitas sedang?

Selama jam menit

B. Perjalanan ke dan dari Tempat Aktivitas (Berbelanja, Beribadah, dan Lain-Lain)

P7

Apakah Anda berjalan kaki atau bersepeda minimal 10 menit secara terus-menerus untuk pergi ke suatu tempat?

1. Ya (Lanjut ke P8) 2. Tidak (Lanjut ke P10)

P8

Berapa hari dalam seminggu Anda berjalan kaki atau bersepeda minimal 10 menit untuk pergi ke suatu tempat?

Banyaknya = hari dalam seminggu

P9

Berapa lama dalam sehari biasanya Anda berjalan kaki atau bersepeda minimal 10 menit untuk pergi ke suatu tempat?

Selama jam menit

C. Aktivitas Rekreasi (Olah Raga dan Rekreasi Lainnya)

P10

Apakah Anda melakukan olah raga atau rekreasi yang berat (lari pagi, sepak bola) selama minimal 10 menit secara terus-menerus?

1. Ya (Lanjut ke P11) 2. Tidak (Lanjut ke P13)

P11

Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan olah raga atau rekreasi yang berat?

Banyaknya = hari dalam seminggu

(63)

Selama jam menit

P13

Apakah aktivitas melakukan olah raga atau rekreasi yang tergolong sedang (berjalan cepat, bersepeda santai, berenang) selama minimal 10 menit secara terus-menerus?

1. Ya (Lanjut ke P14) 2. Tidak (Lanjut ke P16)

P14

Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan olah raga atau rekreasi yang tergolong sedang?

Banyaknya = hari dalam seminggu

P15

Berapa lama dalam sehari biasanya Anda melakukan olah raga atau rekreasi yang tergolong sedang?

Selama jam menit

D. Aktivitas Duduk Menetap

P16

Berapa lama dalam sehari biasanya Anda duduk menetap atau duduk santai (membaca buku, menonton TV, duduk di kendaraan)?

(64)
(65)
(66)
(67)

No. Urut Subjek Penelitian

Jenis Kelamin Umur

KGD Sewaktu (mg/dL) Aktivitas Fisik (MET/minggu) Kategori Aktivitas Fisik

01 Laki-laki 49 104 14.000 Tinggi 02 Perempuan 45 118 16.800 Tinggi 03 Perempuan 72 148 3.640 Tinggi 04 Perempuan 45 150 3.920 Tinggi 05 Laki-laki 38 176 11.760 Tinggi 06 Perempuan 47 120 10.080 Tinggi 07 Perempuan 40 92 11.760 Tinggi 08 Perempuan 55 127 18.480 Tinggi 09 Perempuan 57 151 1.680 Sedang 10 Laki-laki 21 113 13.440 Tinggi 11 Perempuan 44 158 3.780 Tinggi 12 Perempuan 32 121 10.500 Tinggi 13 Perempuan 52 158 4.200 Tinggi 14 Perempuan 53 164 6.720 Tinggi 15 Perempuan 62 113 8.400 Tinggi 16 Perempuan 35 120 6.720 Tinggi 17 Perempuan 43 149 8.400 Tinggi 18 Laki-laki 40 183 1.920 Sedang 19 Laki-laki 18 124 11.760 Tinggi 20 Laki-laki 37 113 17.640 Tinggi 21 Laki-laki 53 173 20.160 Tinggi 22 Perempuan 64 121 5.040 Tinggi

(68)
(69)
(70)

Lampiran 9

Output SPSS

1. Hasil Analisa Deskriptif a. Data Demografi Responden

Statistics Umur

N Valid 57

Missing 0

Mean 42.96

Std. Deviation 11.587

Minimum 18

Maximum 72

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-Laki 21 36.8 36.8 36.8

Perempuan 36 63.2 63.2 100.0

Total 57 100.0 100.0

b. Gambaran Aktivitas Fisik dan KGD Sewaktu

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Aktivitas Fisik 57 1680 23520 10748.42 5904.457 KGDSewaktu 57 92 183 130.74 23.539 Valid N

(listwise)

(71)

Report KGDSewaktu

Jenis

Kelamin Mean N

Std. Deviation Laki-Laki 129.67 21 26.301 Perempuan 131.36 36 22.140 Total 130.74 57 23.539

Report Aktivitas Fisik

Jenis

Kelamin Mean N

Std. Deviation Laki-Laki 11135.24 21 5007.414 Perempuan 10522.78 36 6427.280 Total 10748.42 57 5904.457

Kategori Aktivitas Fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid High 54 94.7 94.7 94.7

Moderate 3 5.3 5.3 100.0

(72)

2. Hasil Analisa Bivariat a. Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. KGDSewakt

u

.124 57 .028 .956 57 .036 Aktivitas

Fisik

.112 57 .072 .944 57 .010

(73)

c. Uji Linearitas

ANOVA Table Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. KGDSewaktu * Aktivitas Fisik Between Groups (Combine d)

18422.753 37 497.912 .750 .778

Linearity 4743.447 1 4743.44 7

7.149 .015

Deviation from Linearity

13679.305 36 379.981 .573 .926

Within Groups 12606.300 19 663.489

Total 31029.053 56

d. Uji Korelasi

Correlations KGDSewaktu Aktivitas Fisik KGDSewakt u

Pearson Correlation 1

Gambar

Tabel 2.2. Respons Jaringan terhadap Insulin dan Glukagon yang Berkaitan dengan Metabolisme Glukosa
Gambar 2.1. Pencernaan Karbohidrat
Gambar 2.2. Abnormalitas Hepatis, Nutrisional, dan Metabolik setelah
Tabel 2.3. Klasifikasi Kadar Glukosa Darah Puasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN WAKING UP TIME DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DIi. DESA BESUK KIDUL KECAMATAN BESUK KABUPATEN

Konsumsi softdrink , lingkar pinggang dan aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar glukosa darah puasa pada wanita dewasa, tetapi konsumsi

Pada pasien cedera kepala dengan gambaran CT-scan yang menunjukkan tekanan tinggi intrakranial, kadar glukosa darah sewaktu lebih tinggi secara bermakna bila

Dari data tersebut dapat dilihat siswa yang memiliki asupan sarapan pagi kurang akan mempengaruhi kadar glukosa darah sewaktu menjadi kurang.. Siswa yang memiliki

diketahui bahwa mayoritas pasien yang hidup memiliki kadar glukosa darah sewaktu dengan kategori normal sebanyak 38 (43,7%) dan sebagian pasien yang meninggal memiliki kadar

Tidak terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi dan Tidak terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah sewaktu

viii UNIVERSITAS BINAWAN HUBUNGAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU DAN KADAR KOLESTEROL TOTAL TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II Reynita Dwi Chaerunissa

JURNAL KESEHATAN TAMBUSAI 6156 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RESILIENSI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU REMAJA DENGAN DM TIPE 1 Ainul Yaqin Salam1*, Dodik Hartono2 Fakultas Ilmu