• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Pasien Diabetes Mellitus Tentang Diet Diabetes Mellitus Di Rsup Haji Adam Malik Medan 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Pasien Diabetes Mellitus Tentang Diet Diabetes Mellitus Di Rsup Haji Adam Malik Medan 2014"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA

PASIEN DIABETES MELLITUS TENTANG DIET DIABETES

MELLITUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN 2014

Oleh :

GAYATHRI DEVI BALAKRISHNAN

110100443

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Universitas Sumatera Utara

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA PASIEN

DIABETES MELLITUS TENTANG DIET DIABETES

MELLITUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kodekteran

Oleh :

GAYATHRI DEVI BALAKRISHNAN

110100443

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Pendahuluan. Diabetes Mellitus atau penyakit gula merupakan satu penyakit metabolic kronis yang disebabkan berkurangnya produksi insulin dari pankrease baik relative maupun absolute. Keadaan ini akan meningkatkan kadar gula darah sehingga menyebabkan komplikasi. Pengelolaan diet pada penderita diabetes mellitus memegang peranan dalam mengontrol gula darah. Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pada pasien Diabetes Mellitus tentang diet diabetes mellitus di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross- sectional, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable subjek satu kali yaitu pada saat subjek melakukan pemeriksaan dengan jumlah sampel 100 orang. Metode yang telah digunakan adalah metode simple random sampling. Hasil. Penelitian menunjukkan bahwa seramai 66 orang (66%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang. Manakala 32 orang (32%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik danhanya 2 orang (2%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet diabetes mellitus. Untuk sikap 61 orang(61%) responden memiliki sikap yang baik. Manakala 39 orang (39%) memiliki sikap yang sedang mengenai diet diabetes mellitus.

Kesimpulan. Kebanyakan pasien mempunyai tingkat pengetahuan dan sikap yang baik dan sedang mengenai diet diabetes mellitus.

(5)

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

Introduction. Diabetes Mellitus is a chronic disease caused by decreased insulin production by pancrease or ineffectiveness of insulin in reducing blood sugar level. This condition will increase the blood glucose level until it causes complication. Diabetic diet plays an important role in controlling the sugar level of blood. The reason of these study is to determine the level of knowledge and attitude about diabetic diet among patients in Poly-Endocrine, Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital.

Metode. Cross-sectional descriptive survey have been applied in these study. All 100 respondants who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology and been choosen using simple random sampling method.

Results. The study results shows that 66 respondance (66%) achieved intermediate knowledge level, wherelse 32 respondance (32%) have high level of knowledge. There is only 2 respondance (2%) achieved the level of low knowledge of diabetic diet. The study results shows that 39 respondance (39%) achieved intermediate attitude level, wherelse 61 respondance (61%) have high level of attitude of diabetic diet.

Conclusion. In conclusion, majority of patients have high and intermediate level of knowledge and attitude regarding diabetic diet.

(6)

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ini berjudul ”TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TENTANG DIET DIABETES MELLITUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK 2014”.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. dr. M. Aron Pase, M.Ked (PD), Sp.P selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terutamanya dari Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 5. Kedua orang tua penulis, Balakrishnan dan Puspa Rani yang tidak

bosan mendoakan kecemerlangan penulis dan yang memberikan semangat dan menjadi sumber inspirasi dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah serta pendidikan kedokteran di Universitas Sumatera Utara.

(7)

Universitas Sumatera Utara 7. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2014 Penulis,

(8)

Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus ... 6

2.1.4. Faktor Risiko ... 6

2.1.5. Pathogenesis Diabetes Tipe2 ... 7

2.1.6. Gejala Klinis ... 11

2.1.7. Diagnosis ... 11

2.1.8. Penatalaksanaan ... 12

2.1.8.1. Penatalaksanaan Non-Farmakologi ... 12

2.1.8.2. Penatalaksanaan Farmakologi ... 12

2.1.9. Komplikasi ... 14

2.1.9.10. Pencegahan ... 15

2.2. Pengetahuan dan Sikap ... 16

2.2.1. Pengetahuan ... 16

(9)

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Tujuan Diet Pada Pasien ... 19

2.2.4. Perencanaan Makanan ... 20

2.2.5. Kebutuhan Zat Gizi DM ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 KerangkaKonsepPenelitian ... 23

3.2 DefinisiOperasional... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 HasilPenelitian ... 31

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden... 31

5.1.2. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden... 32

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden ... 32

5.1.4. Sikap Responden... 32

5.2. Pembahasan... 44

5.2.1. Karakteristik Responden ... 44

5.2.2. Pengetahuan... 44

5.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Kalori ... 48

5.2.4. Sikap ... 50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 52

6.2.Saran ... 52

(10)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Tabel 2.1.

Halaman Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus 6 Tabel 2.2. Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus. 12

Tabel 3.1. Definisi Operasional 23

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 30 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Diabetes Mellitus

tentang Diet Diabetes Mellitus Berdasarkan Jenis

Kelamin, umur dan pekerjaan 31

Tabel 5.2 Jawaban Pengetahuan Responden 32

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Diabetes Mellitus 37

Tabel 5.4. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Mellitus tentang Diet Diabetes Mellitus Berdasarkan Jenis Kelamin

37

Tabel 5.5. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Mellitus tentang Diet Diabetes Mellitus Berdasarkan umur

37

Tabel 5.6. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Mellitus tentang Diet Diabetes Mellitus Berdasarkan pekerjaan

38

Tabel 5.7. Gambaran Sikap Responden Diabetes Mellitus tentang Diet Mellitus di RSUP H. Adam Malik Medan

38

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Diabetes Mellitus

41

Tabel 5.9. Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Mellitus tentang Diet Diabetes Mellitus Berdasarkan Jenis Kelamin

41

(11)

Universitas Sumatera Utara 5.10. tentang Diet Diabetes Mellitus Berdasarkan Umur 42 Tabel

5.11.

Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Mellitus

tentang Diet Diabetes Mellitus Berdasarkan Pekerjaan 43 Tabel

5.12.

Kebutuhan Kalori Penderita Diabetes 48

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Gambar 2.1.

Halaman Regulasi Kadar Gula

Darah………

8

Gambar 2.2. Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe2…………..

8

Gambar 2.3. Mekanisme Resitensi Insulin………..

10

(12)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : DaftarRiwayatHidup

Lampiran 2 : LembarPenjelasanKepadaCalonSubyekPenelitian Lampiran3 : LembarPernyataanPersetujuanMengikutiPenelitian

(Informed Consent)

Lampiran4 : Lembar Data Pemeriksaan Lampiran 5 : EtichalClereance

(13)

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Pendahuluan. Diabetes Mellitus atau penyakit gula merupakan satu penyakit metabolic kronis yang disebabkan berkurangnya produksi insulin dari pankrease baik relative maupun absolute. Keadaan ini akan meningkatkan kadar gula darah sehingga menyebabkan komplikasi. Pengelolaan diet pada penderita diabetes mellitus memegang peranan dalam mengontrol gula darah. Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pada pasien Diabetes Mellitus tentang diet diabetes mellitus di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross- sectional, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable subjek satu kali yaitu pada saat subjek melakukan pemeriksaan dengan jumlah sampel 100 orang. Metode yang telah digunakan adalah metode simple random sampling. Hasil. Penelitian menunjukkan bahwa seramai 66 orang (66%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang. Manakala 32 orang (32%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik danhanya 2 orang (2%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet diabetes mellitus. Untuk sikap 61 orang(61%) responden memiliki sikap yang baik. Manakala 39 orang (39%) memiliki sikap yang sedang mengenai diet diabetes mellitus.

Kesimpulan. Kebanyakan pasien mempunyai tingkat pengetahuan dan sikap yang baik dan sedang mengenai diet diabetes mellitus.

(14)

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

Introduction. Diabetes Mellitus is a chronic disease caused by decreased insulin production by pancrease or ineffectiveness of insulin in reducing blood sugar level. This condition will increase the blood glucose level until it causes complication. Diabetic diet plays an important role in controlling the sugar level of blood. The reason of these study is to determine the level of knowledge and attitude about diabetic diet among patients in Poly-Endocrine, Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital.

Metode. Cross-sectional descriptive survey have been applied in these study. All 100 respondants who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology and been choosen using simple random sampling method.

Results. The study results shows that 66 respondance (66%) achieved intermediate knowledge level, wherelse 32 respondance (32%) have high level of knowledge. There is only 2 respondance (2%) achieved the level of low knowledge of diabetic diet. The study results shows that 39 respondance (39%) achieved intermediate attitude level, wherelse 61 respondance (61%) have high level of attitude of diabetic diet.

Conclusion. In conclusion, majority of patients have high and intermediate level of knowledge and attitude regarding diabetic diet.

(15)

Universitas Sumatera Utara BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat defek sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2011).

Berdasarkan data global status report organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2013 menyatakan, Diabetes Mellitus menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian pada kategori penyakit tidak menular (WHO 2013).

Menurut IDF Atlas 2012, penderita diabetes di seluruh dunia mencapai 371 juta orang. Indonesia masuk dalam urutan ke-7 negara dengan penderita diabetes terbanyak. Posisi pertama adalah china dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak 63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa dan Indonesia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 7,6 juta orang pada rentang usia sekitar 20-79 tahun. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat mencapai 552 juta penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2030 (IDF Atlas 2012).

Sementara di Medan, Penyakit Diabetes Mellitus menempati urutan pertama dalam tabel penyakit yaitu diatas penyakit jantung koroner. DM merupakan penyakit yang mencatatkan angka penderita terbanyak dan jumlahnya terus meningkat jika dibandingkan dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau penyakit yang lainnya Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan (Riset Kesehatan Dasar 2013).

(16)

Universitas Sumatera Utara Penyakit DM cenderung disebabkan adanya perilaku penderita yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit diabetes juga menjadi penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung dan ginjal. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS (ADA 2011).

Tujuan diet DM adalah bagi membantu diabetesi atau penderita diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Selain itu terdapat beberapa tujuan khusus antaranya ialah memperbaiki kesehatan umum penderita, memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal atau normal dan memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan aktivitas normal. Antara lain dari tujuan diet DM ialah menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM, Mempertahankan kadar gula darah sekitar normal serta Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik (ADA 2011).

Dengan banyaknya kasus DM dengan kontrol yang kurang baik, maka penyuluhan tentang diet haruslah ditingkatkan hingga ke tahap maksimum agar penderita dapat mengelakkan diri dari prognosis yang jelek dari DM. Oleh sebab hal ini, saya tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet pasien DM dikalangan pengunjung Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaiman tingkat pengetahuan dan sikap diet diabetes mellitus pada pasien DM di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 . Tujuan Umum

(17)

Universitas Sumatera Utara 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengatahui tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus pada pasien DM.

2. Untuk mengetahui sikap pasien DM terhadap mematuhi diet DM 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pekerja medis dan masyarakat tentang tingkat pengetahuan dan sikap diet mellitus pada penderitanya.

2. Memberikan sumbangan informasi terhadap pengembangan ilmu kedokteran yang berkaitan diet diabetes mellitus.

3. Memberikan informasi bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pencegahan penyakit diabetes mellitus.

(18)

Universitas Sumatera Utara BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus 2.1.1. Definisi

Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya. Kelainan pada sekresi/kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat,lemak dan protein. Hiperglikemia pada diabetes berhubungan dengan mengakibatkan berbagai komplikasi akut maupun kronis. Sedangkan komplikasi kronik dapat berupa komplikasi makrovaskular seperti penyakit jantung coroner, pembuluh darah otak dan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan neuropati (ADA, 2011).

2.1.2. Epidemologi

Berdasarkan data global status report organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2013 menyatakan, Diabetes Mellitus menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian pada kategori penyakit tidak menular ( WHO 2013).

Menurut IDF Atlas 2012, penderita diabetes di seluruh dunia mencapai 371 juta orang. Indonesia masuk dalam urutan ke-7 negara dengan penderita diabetes terbanyak. Posisi pertama adalah china dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak 63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa dan Indonesia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 7,6 juta orang pada rentang usia sekitar 20-79 tahun. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat mencapai 552 juta penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2030 (IDF Atlas 2012).

(19)

Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau penyakit yang lainnya ulas kepala Dinas Kesehatan Kota Medan(Riset Kesehatan Dasar 2013).

Berdasarkan data 10 besar diagnosa penyakit di RSU Pirngadi Medan (RSPM), Edwin mengatakan, pada Oktober 2009 kunjungan pasien rawat jalan sebanyak 1470 kunjungan, atau meningkat bila dibanding dengan jumlah kunjungan pasien rawat jalan di bulan September 2009, yaitu sebanyak 1403. Selain jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang mengalami peningkatan, jumlah pasien rawat inap pun mengalami peningkatan, yaitu pada bulan September sekitar 58 orang kemudian pada bulan Oktober naik menjadi 112 orang (Waspada Online,2009).

Penyakit DM cenderung disebabkan adanya perilaku penderita yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit diabetes juga menjadi penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung dan ginjal. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS (ADA 2011).

(20)

Universitas Sumatera Utara 2.1.3. Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus

Tabel 2.1Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus Tipe Diabetes

Mellitus

Keterangan

Tipe 1 Tipe diabetes dengan defisiensi insulin absolut akibat kerusakan sel-sel beta pancreas. Umumnya disebabkan:

1) Proses autoimun 2) Idiopatik

Tipe 2

Mulai dari yang predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi insulin dengan resistensi insulin

Tipe lain

Diabetes mellitus gestational

• Defek genetic fungsi sel beta • Defek genetic kerja insulin • Penyakit eksokrin pancreas • Endokrinopati

• Karena obatan atau zat kimia • Infeksi

• Imunologi

• Sindroma genetic lain yang berhubungan dengan diabetes mellitus

Diabetes semasa kehamilan

(Harrison, 2008) 2.1.4. Faktor Risiko

Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Faktor-faktor resiko berhubungan dengan terjadinya diabetes mellitus dapat dibagi dua yaitu: (Goldstein, Barry J. Dan Dirk Mueller-Wielend. 2008) a) Faktor resiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable)

1. Usia

Resistensi insulin lebih cenderung terjadi seiring pertambahan usia 2. Ras atau latar belakang etnis

(21)

Universitas Sumatera Utara Seseorang dengan ahli keluarga yang menderita diabetes mellitus mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit yang sama ini dikarenakan gen penyebab diabetes mellitus dapat diwariasi orang tua kepada anaknya.

b) Faktor resiko yang dapat diubah (modifiable) • Obesitas

• Gaya hidup • Hipertensi

• Kadar glukosa darah

2.1.5. Pathogenesis Diabetes Tipe 2

(22)

Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Regulasi kadar gula darah

Sumber : Human anatomy & physiology 7 th ed.,2007

Gambar 2.2. Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2

(23)

Universitas Sumatera Utara Resistensi Insulin

Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan target terutama otot rangka dan hepar merupakan gambaran utama diabetes melitus tipe2 dan merupakan kombinasi antara faktor genetik dan obesitas. Mekanisme pasti mengenai resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 masih belum diketahui (Colledge et al.,2006).

Penurunan reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot rangka merupakan efek sekunder hiperinsulinemia. Mekanisme resistensi insulin umumnya terjadi akibat gangguan persinyalan post-receptor (PI-3-kinase) yang mengurangi translokasi glucose transporter (GLUT) 4 ke membran plasma (Harrison, 2008). Terdapat tiga hal yang berperan dalam resistensi insulin terkait obesitas, yaitu :

Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)

Peningkatan trigliserida interselular dan produk metabolisme asam lemak menurunkan efek insulin yang berlanjut pada resistensi insulin • Adipokin

Leptin dan adiponektin meningkatkan kepekaan insulin, sedangkan resistin meningkatkan resistensi terhadap insulin.

• PPARγ (peroxisome proliferator-activated receptor gamma) dan TZD (thiazolidinediones).

(24)

Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Mekanisme resistensi insulin

Sumber : Lippincott Williams & Wilkins; Obesity, Mechanisms and ClinicalManagement, 2003

Gangguan Sekresi Insulin

Pada diabetes melitus tipe 2, se kresi insulin meningkat sebagai respons terhadap resistensi insulin untuk mempertahankan toleransi glukosa. Namun, kelamaan sel beta pankreas menjadi lelah dan dan hal ini memicu terjadinya kegagalan fungsi sel beta. Pulau polipeptida amiloid atau amylin yang disekresikan oleh sel betaakan membentuk deposit amiloid fibrilar. Deposit ini dapat ditemukan padapasien yang telah lama menderita diabetes melitus tipe 2. (Harrison , 2008).

Abnormalitas Metabolik

(25)

Universitas Sumatera Utara Penyimpanan lipid (steatosis) dalam hati dapat berlanjut pada penyakit perlemakan hati non-alkoholik dan abnormalitas fungsi hati. Selain itu, keadaan tersebut menyebabkan dislipidemia pada penderita diabetes melitus tipe 2, yaitu peningkatan trigliserida, peningkatan LDL, dan penurunan HDL. (Powers et al, 2008).

2.1.6. Gejala Klinis

• Poliuria (banyak berkemih)

• Polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

• Polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus) • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya • Lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal

• Penglihatan kabur

• Penyembuhan luka yang buruk • Disfungsi ereksi pada pasien pria • Gatal pada kelamin pasien wanita

(PERKENI 2011, Kumar dan Clark, 2005 ) 2.1.7. Diagnosis

Diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakan melalui tiga cara ( PERKENI 2011, WHO 2006, ADA 2011 ) Yaitu:

• Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus.

• Pemeriksaan glukosa plasma puasa kurang lebih 126 mg/dl dengan adanya keluhan klasik.

(26)

Universitas Sumatera Utara Sumber : Konsensus Diabetes Melitus tipe 2, Indonesia, PERKENI, 2011

2.1.8. Penatalaksanaan

Diabetes melitus tipe 2 fase awal dapat ditangani dengan diet dan olahraga tetapi seiring dengan berkembangya perjalanan penyakit diabetes melitus tipe dua ini intervensi medika mentosa menjadi perlu untuk menangani hiperglikemia. 2.1.8.1. Penatalaksanaan Non-Farmakologi

Cara yang paling efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin adalah penurunan berat badan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 dengan berat badan berlebih dan mempertahankan berat badan ideal. (Gilby, 2007). Langkah ini dapat dicapai dengan melakukan perubahan gaya hidup yaitu melakukan olahraga dan kontrol diet. Kedua modalitas ini sangat efektif dalam meningkatkan kerja insulin dengan cara memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2. (Meeking, 2011)

2.1.8.2. Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi dalam rangka untuk menurunkan kadar gula darah adalah perlu apabila perubahan gaya hidup dan diet gagal untuk mencapai atau mempertahankan kontrol glikemik n ormal (Gilby, 2007). Obatan antidiabetik dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, oral dan suntikan

Tabel 2.2 Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/L) ( glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir)

ATAU

2. Gejala klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7,0 mmol/L) puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam

ATAU

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dl (11,1 mmol/L) TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air)

(27)

Universitas Sumatera Utara Terdapat beberapa klasifikasi obatan antidiabetik oral dan yang paling sering digunakan adalah dari golongan metformin, thiazolidinedio nes (TZD), sulfonilurea, analog meglitidin, alpha glucosidase inhib itors, insulin dan terapi GLP-1 (Meeking, 2011)

Obat Antidibetik Oral

• Metformin

Metformin adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dimana ia tidak menstimulasi perlepasan insulin dari pankreas sebaliknya hanya meningkatkan sensitivitas hepar terhadap insulin. Metformin menurunkan kadar glukosa darah tanpa menyebabkan hipoglikemi dengan cara meransang pembentukan cadangan glikogen di otot rangka. • Thiazolidinedione (TZD)

TZD juga adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dan berfungsi sebagai Peroxisome Proliferator Activated Receptor-gamma (PPARγ) agonist. TZD meningkatkan sensivitas insulin dengan cara menstimulasi reseptor PPARγ pada jaringan lemak dimana TZD membantu dalam meningkatkan transkripsi gene sensitif insulin seperti GLUT 4, dan lipoprotein lipase.

• Sulfonilurea

Obatan sulfonilurea menstimulasi sekresi insulin dari sel beta pankreas untuk memberikan kesan hipoglikemi langsung. Obatan golongan ini berikatan dengan reseptor sulfonilurea pada sel beta pankreas. Hal ini menyebabkan ATP-sensitive potassium channel menutup dan menyebabkan influks kalsium ke dalam sel dan menyebabkan pengaktifan protein yang mengontrol granul insulin melalui aktivasi dari protein kinase C.

• Analog Meglitidine

(28)

Universitas Sumatera Utara • Insulin

Obat Antidiabetik Non-Oral

Karena fungsi sel beta pankreas cenderung memburuk pada penyakit diabetes melitus tipe 2, banyak pasien akhirnya akan memerlukan terapi insulin. Terdapat tiga jenis insulin yaitu short-acting, long-acting dan mixed insulin preparations.

• Terapi GLP-1

GLP-1 dihasilkan dari gene proglukagon di L-cell pada usus halus dan disekresikan sebagai respons terhadap nutrisi. GLP-1 memberikan efek dengan cara menstimulasi perlepasan glucose-dependent insulin dari sel islet pankreas.

2.1.9. Komplikasi

Komplikasi DM Terbagi kepada dua yaitu(Powers, 2010): • Akut

• Kronik

1. Komplikasi DM akut adalah: • Keto Asidosis Diabetik • Hiper Osmolar Non Ketotik • Hipoglikemia

2. Komplikasi DM Kronik terbagi kepada dua: • Vaskular

• Non vaskular

 Vaskular

1. Makro : PJK,stroke, penyakit pembuluh darah tepi 2. Mikro: Retinopati, nefropati, neuropati

(29)

Universitas Sumatera Utara 2.1.10. Pencegahan

Menurut PERKENI (2011), pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

• Pencegahan Primer

Pencegahan primer terdiri dari tindakan penyuluhan serta pengelolaan yang ditujukan untuk kelompok masyarakat terutama yang memiliki risiko tinggi dan mengalami intoleransi glukosa. Materi penyuluhan antara lain sebagai berikut :

1. Program penurunan berat badan

Jika seseorang mempunyai risiko diabetes dan berat badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan risiko terjadinya DM tipe 2. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan 5-10 % dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe 2.

2. Diet sehat

Diet sehat meliputi :

a. Dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko. b. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan

ideal.

c. Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan. Mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut

3. Latihan jasmani :

a. Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL.

(30)

Universitas Sumatera Utara latihan aerobic berat (mencapai denyutjantung>70% maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 x aktivitas/minggu.

4. Menghentikan merokok

Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan kardiovaskular Meskipun merokok tidak berkaitan secara langsung dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe2

• Pencegahan Sekunder

Ditujuka n pada orang yang sudah positif menderita DM (terutama pasien baru) sebagai upaya penghambatan terjadinya penyulit penyakit. Penyulit penyakit yang paling sering adalah masalah kardiovaskular. Pencegahan dilakukan dengan cara pemberian pengobatan serta deteksi dini terhadap penyulit tersebut. Peran penyuluhan sangat besar terhadap suksesnya pencegahan di tahap ini karena berpengaruh terhadap kepatuhan pasien kepada program pengobatan.

• Pencegahan tersier

Ditujukan kepada pasien DM yang sudah menderita penyulit penyakit dalam upaya untuk melakukan penghambatan terhadap terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi dilakukan secepat mungkin untuk mencegah kecatatan tersebut menetap.

2.2. Pengetahuan dan Sikap 2.2.1. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni tahu (know), Memahami (comprehension), Menerapkan (application), Analisa (analysis), Sintesa (Synthesis),Evaluasi (Evaluation).

(31)

Universitas Sumatera Utara yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, dan menyatakan.

Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan.

Menerapkan (application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata.

Analisa (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Sintesa (Synthesis) Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi– formulasi yang ada.

Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian–penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoadmojo, 2005).

(32)

Universitas Sumatera Utara Tingkat pengetahuan dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif sebagai berikut:

a. Baik : Hasil presentase 76%-100% b. Cukup : Hasil presentase 56%-75%

c. Kurang : Hasil presentase kurang dari 56% ( Rahadian, 2012). 2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan ‘pre-disposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

a. Menerima (receiving)

• Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespons (responding)

• Memberikan jawapan apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang yang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing)

(33)

Universitas Sumatera Utara d. Bertanggung jawab (responsible)

• Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,2007).

2.2 3. Tujuan Diet Pada Pasien

Tujuan umum pada terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki kebiasaan gizi untuk mendapat kontrol metabolik dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah dengan insulin (Endogen atau Eksogen) atau obat hipoglekemik oral dan tingkat aktivitas.

2. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.

3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau untuk mepertahankan berat badan yang memadai pada orang yang dewasa mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan metabolik selama kehamilan dan laktasi atau penyembuhan dari penyakit katabolik.

4. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai atau dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas medis atau keluarga.

5. Menghidari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang menggunakan insulin seperti hipoglikimia, penyakit-penyakit jangka pendek, maslah yang berhubungan dengan latihan jasmani dan komplikasi kronik diabetes.

(34)

Universitas Sumatera Utara Perinsip umum dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksaan diabetes penatalaksaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut ini, Memberikan semua unsur makan esensial, mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai, Memenuhi kebutuhan energi, mencegah fluktasi kadar glukosa setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis, dan dapat menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.

Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu kadar glukosa dalam darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan kabohidrat yang dikosumsi pada jam-jam makan yang brbeda merupkan hal yang terpenting (Bantle JP, Diabetes Care 2008).

2.2.4. Perencanaan Makanan

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: Karbohidrat 60-70 %, Lemak 20-25 %, Protein 10-15 %. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman. Makanan dengan komposisi sampai 70-75 % masih memberikan hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g/hari, diutamakan serat larut. Untuk penentuan status gizi, dipakai Body Mass Indeks (BMI) = Indeks Massa( Bantle JP, Diabetes Care 2008).

Tubuh (IMT). BMI = IMT = BB(kg)/TB (m)² Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT : a. Berat badan kurang < 18,5

b. BB normal 18,5 – 22.9 c. BB lebih ≥23,0

d. Dengan resiko 23 – 24,9 e. Obes I 25 – 29,9

(35)

Universitas Sumatera Utara 2.2.5. Kebutuhan Zat Gizi DM

• Protein

Kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes berkisar antara 10-15% energy. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0.8g/kgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energy dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologi tinggi (semua protein hewani, kacang kedelai dan kacang-kacangan lain). Penderita DM dengan pembatasan protein perlu penambahan suplementasi asam amino essential. Protein mengandung energy sebesar 4 kilokalori/ gram. Dalam keadaan berlebihan, protein akan mengalami deaminasi. Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan didalam tubuh. Dengan demikian, makan protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (ADA 2008).

• Lemak

Rekomendasi pemberian lemak

a. Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari. b. Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, asupan asam lemak

jenuh diturunkan sampai maksimal 7 % dari total kalori per hari.

c. Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, maka maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi 200 mg per hari.

d. Batasi asupan asam lemak bentuk trans.

e. Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang.

f. Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari asupan kalori per hari ( ADA 2008).

• Karbohidrat

(36)

Universitas Sumatera Utara % jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (MUFA = monounsaturated fatty acids). Pada setiap gram karbohidrat terdapat kandungan energi sebesar 4 kilokalori (ADA 2008). • Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan, berfungsi utuk membantu melancarkan kerja tubuh. Apabila kita makan makanan yang bervariasi setiap harinya maka tidak perlu lagi vitamin tambahan. Diabetisi perlu mencapai dan mempertahankan tekanan darah yang normal. Oleh karena itu, perlu membatasi konsumsi natrium. Hindari makanan tinggi garam dan vetsin. Anjuran makan garam dapur sehari kira-kira 6-7 gram (1 sendok teh) (ADA 2008).

• Serat

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan untuk menkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr per hari dengan mengutamakan serat larut (ADA 2008).

• Natrium

(37)

Universitas Sumatera Utara BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Judul Penelitian: Tingkat Pengetahuan dan sikap Diet Pasien Diabetes Mellitus di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan • Pengetahuan adalah

segala sesuatu yang adalah 6 kali makan.

Kuesioner

dan sikap tentang diet pada pasien DM

• Baik • Sedang • Buruk Pasien DM yang rawat

(38)

Universitas Sumatera Utara 3 kali makan besar

(39)

Universitas Sumatera Utara

Kategori : Pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap diet pasien DM dan berdasarkan pertanyaan yang diberikan responden menggunakan skala pengukuran maka dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

• Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi.

• Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar antara 50% sampai 75% dari nilai tertinggi.

(40)

Universitas Sumatera Utara BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan desain cross sectional. Di mana, penelitian ini akan menggambarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien DM yang mengunjungi Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik tentang diet DM.

Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam komunitas atau masyarakat.

Penelitian cross sectionalmerupakan penelitian yang di mana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat. Satu saat di sini artinya, setiap subjek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: 1. Tahap persiapan

2. Tahap pelaksanaan 3. Tahap penyelesaian.

Tahap persiapan merupakan tahap proses persiapan proposal penelitian ini termasuk menyediakan kuesioner. Ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga Mei 2014.

Tahap pelaksanaan akan dilakukan pada bulan Augustus 2014 hingga November 2014. Tahap ini meliputi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data melalui penyebaran kuesioner, mengumpul jawaban, menilai jawaban, mengolah data, mengintepretasi hasil dan menyimpulkan hasil penelitian.

(41)

Universitas Sumatera Utara 4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poli-Endokrinologi, Departement Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua penderita DM laki-laki dan perempuan yang mengunjungi Poli-Endokrinologi bagi tujuan kontrol.

Lokasi ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit Rujukan Utama di Kota Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk mendapatkan sampel, dapat digunakan teknik random sampling (sampel acak). Sampel acak digunakan apabila populasi dari mana sampel diambilmerupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri dan semuasubjek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Kriteria Inklusif :

1. 100 orang pasien laki-laki dan perempuan di Poli-Endokrinologi yang secara sukarela mahu mengambil bahagian dalam penelitian ini.

Kriteria Ekslusif :

1. Pasien yang tidak boleh membaca dan menulis dikecualikan dari penelitian ini.

2. Pasien yang berkerja dalam bidang kesehatan juga dikecualikan dari penelitian ini.

Perkiraan besar sample pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini. Perkiraan besar sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat 10% dengan jumlah populasi 6743 pasien. Maka diperoleh jumlah sampel ketepatan relatif sebanyak 100 orang.

(42)

Universitas Sumatera Utara

=

6743

1 + 6743(0.1)²

=

6743

68.43

= 98.53

Maka diperoleh 98 sampel. Jumlah sampel ini digenapkan menjadi 100 sampel. 4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi kepustakaan dan metode angket.

1. Metode Dokumentasi

Data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau laporan, jurnal, buku, koran atau berbagai artikel tentang topik penelitian dicari dan dikumpul untuk tujuan kepustakaan dan memperoleh informasi tentang penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder.

2. Metode Angket

(43)

Universitas Sumatera Utara 4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan Notoatmodjo (2005), untuk menguji ketepatan kuesioner yang akan digunakan, telah dilakukan dilakukan uji coba paling sedikit pada 20 orang responden yang karakterisitknya mirip dengan sampel penelitian. Hasil uji coba ini kemudian digunakan untuk mengetahui sejauhmana alat ukur yaitu kuesioner yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas. Setelah diperoleh skor tiap pertanyaan, telah dihitung kolerasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total.

(44)

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Butir

(45)

Universitas Sumatera Utara BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden diet diabetes melitus paling banyak laki-laki sebesar 52% dan perempuan sebesar 48%.

Hasil penelitian didapati Umur responden diet diabetes melitus paling banyak dijumpai pada kelompok umur 41-50 tahun sebesar 40% dan diikuti kelompok umur 51 - 60 tahun sebesar 29%, kemudian kelompok umur >60 tahun sebesar 24%, dan diikuti kelompok umur ≤40 tahun sebesar 7%.

Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan responden diet diabetes melitus paling banyak bekerja sebagai PNS sebesar 32%, diikuti pasien yang bekerja sebagai wiraswasta sebesar 21%, IRT sebesar 20%, pegawai swasta sebesar 19%,dan petani hanya sebesar 8%.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Kelamin, umur dan pekerjaan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Jenis kelamin

(46)

Universitas Sumatera Utara Keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah seramai 100 orang. Dari jumlah skor tingkat pengetahuan dan sikap diet

pasien Diabetes dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu baik dengan jumlah skor

22-30, sedang jumlah skor 12-21 dan kurang dengan jumlah skor <12, yang dapat

dilihat pada tabel 5.3 Pengetahuan responden dikatakan baik sekiranya jumlah

skor lebih dari 75% dari nilai tertinggi, kategori sedang sekiranya jumlah skor

diantara 40- 75% dari nilai tertinggi dan dikatakan kurang sekiranya skor

responden kurang dari 40% dari nilai tertinggi. Nilai skor tertinggi dalam

penelitian ini adalah sebanyak 30.

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 5.2. Jawaban Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Pertanyaan Tidak

2. Saya berkonsultasi dengan dokter atau perawat tentang diabetes dan diet yang saya jalani

2 2% 0 0% 98 98% 100 100%

3. Saya menghindari makanan yang berkalori tinggi seperti coklat, cake, kue-kue yang manis dan makanan yang siap saji (fast food)

(47)

Universitas Sumatera Utara

Pertanyaan Tidak

Tidak

Pasti Ya Jumlah

f % f % f % f %

5. Saya termotivasi untuk menjalani diet diabetes, karena keluarga mau memasakkan makanan yang sesuai dengan diet saya

7. Saya menggunakan beras khusus seperti beras merah untuk mengontrol diabetes

22 22% 1 1% 77 77% 100 100% 8. Saya menggunakan gula

sebanyak lebih dari 1 sendok teh ketika minum jus buah segar

65 65% 3 3% 32 32% 100 100% 9. Selang waktu antara saya

makan pagi, makan siang, makan malam dan selingan adalah setiap 3 jam sekali

35 35% 56 56% 9 9% 100 100%

10. Makanan yang manis dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat

0 0% 0 0% 100 100% 100 100%

11. Jenis diet diabetes berbeda antara laki-laki dan perempuan

12 12% 65 65% 23 23% 100 100% 12. Jenis diet diabetes

berbeda antara orang yang kerja ringan dengan orang yang kerja berat

(48)

Universitas Sumatera Utara

Pertanyaan Tidak

Tidak

Pasti Ya Jumlah

f % f % f % f %

13. Dalam merencanakan diet penderita harus memperhatikan

kandungan gizi makanan

9 9% 16 16% 75 75% 100 100%

14. Penderita diabetes harus

makan secara teratur 0 0% 7 7% 93 93% 100 100% 15. Sebelum menjalankan

diet kadar gula darah saya sulit dikontrol

3 3% 20 20% 77 77% 100 100%

Berdasarkan jawaban responden berdasarkan tingkat pengetahuan dari 100 responden sebanyak 3 orang (3%) tidak mengikuti diet diabetes melitus dengan memperhatikan jenis makanan yang boleh dikonsumsi, 1 orang (1%) tidak pasti, tetapi sebanyak 96 orang (96%) mengikuti diet DM.

Ada 2 orang (25%) tidak berkonsultasi dengan dokter atau perawat tentang diabetes dan diet yang dijalani dan 98 orang berkonsultasi dengan dokter atau perawat, sebaliknya tidak ada responden yang tidak pasti tentang konsultasi dengan dokter dalam hal diabetes dan diet.

Sebanyak 43 (43%) tidak mau menghindari makanan yang berkalori tinggi seperti coklat, cake, kue-kue yang manis dan makanan yang siap saji (fast food), ada 3 orang (3%) tidak pasti kadang-kadang menghindari makanan yang berkalori tinggi kadang-kadang tidak, dan sebanyak 53 orang (53%) menghindari makanan yang berkalori tinggi.

Sebanyak 68 orang (68%) tidak menggunakan roti gandum (whole wheat grain) untuk mengganti nasi putih, hanya 2 orang (2%) tidak pasti, dan sebanyak 30 orang (30%) menggunakan roti gandum sebagai pengganti nasi putih sebagai diet diabetes melitusnya.

(49)

Universitas Sumatera Utara Untuk minum teh/kopi, responden menggunakan gula khusus untuk penderita diabetes untuk menggantikan gula, sebanyak 65 orang (65%) tidak menggunakan gula khusus, hanya 1 orang (1%) tidak pasti, dan sebanyak 32 orang (32%) menggunakan gula khusus.

Adapun penggunaan beras khusus seperti beras merah untuk mengontrol diabetes adalah sebanyak 22 orang (22%) tidak menggunakan, hanya 1 orang (1%) tidak pasti, dan sebanyak 77 orang (77%) menggunakan beras khusus untuk mengontrol diabetesnya.

Penggunaan gula sebanyak lebih dari 1 sendok teh ketika minum jus buah segar sebanyak 65 orang (65%) tidak menggunakan gula ketika minum jus buah segar, hanya 3 orang (3%) tidak pasti, dan sebanyak 32 orang (32%) menggunakan gula lebih dari 1 sendok teh ketika minum jus buah segar.

Jarak waktu makan responden antara makan pagi, makan siang, makan malam dan selingan adalah setiap 3 jam sekali, sebanyak 35 orang (35%) menjawab tidak setiap 3 jam sekali responden jarak makan responden antara makan pagi, siang dan malam, sebanyak 56 orang (56%) menjawab tidak pasti kadang-kadang bisa 3 jam sekali kadang-kadang tidak, dan hanya 9 orang (9%) mengatakan jarak waktu makan pagi, siang, dan malam setiap 3 jam sekali.

Seluruh responden mengetahui bahwa makanan yang manis dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat (100%).

Sebanyak 12 orang (12%) responden mengatakan tidak berbeda jenis diet diabetes antara laki-laki dan perempuan, sebanyak 65 orang (65%) tidak pasti, dan ada 23 orang (23%) mengatakan jenis diet diabetes antara laki-laki dan perempuan adalah berbeda.

Ada 4 orang (4%) responden mengatakan tidak berbeda jenis diet diabetes antara orang yang kerja ringan dengan orang yang kerja berat, 6 orang (6%) mengatakan tidak pasti, dan sebanyak 90 orang (90%) mengatakan berbeda.

(50)

Universitas Sumatera Utara Tidak ada responden mengatakan penderita diabetes harus makan secara teratur, ada 7 responden (7%) tidak pasti, tetapi sebanyak 93 orang (93%) mengatakan penderita diabetes harus makan secara teratur.

Ada 3 orang (3%) mengatakan sebelum menjalankan diet kadar gula darah responden tidak sulit dikontrol, 20 orang (20%) mengatakan tidak pasti, dan sebanyak 77 orang (77%) menjawab ya, sebelum menjalankan diet kadar gula darah responden sulit dikontrol.

Berdasarkan butir-butir jawaban dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pasien diabetes melitus yang berisi 15 pernyataan mengenai pengetahuan pasien tentang diet diabetes melitus, diperoleh hasil perhitungan pengetahuan pasien sebagai berikut :

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Diabetes Melitus No Pengetahuan Skor Skor Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 23-30 32 32.0

2 Sedang 12-22 66 66.0

3 Kurang <12 2 2.0

Total 100 100.0

(51)

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus

tentang Diet Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis

Dari tabel 5.4 tabulasi silang pengetahuan responden diet diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa dari 52 responden dengan jenis kelamin laki-laki mayoritas memiliki pengetahuan sedang yaitu sebanyak 36%. Dari 48 responden dengan jenis kelamin perempuan mayoritas memiliki pengetahuan sedang 30%.

Tabel. 5.5 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus Berdasarkan Umur

(52)

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Diabetes Melitus

tentang Diet Diabetes Melitus Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan

Dari Tabel 5.8 tabulasi silang pengetahuan responden diabetes melitus tentang diet diabetes melitus berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa dari 32 responden bekerja sebagai PNS mayoritas memiliki pengetahuan baik sebesar 20%.

5.1.4. Sikap Responden

Tabel 5.7. Gambaran Sikap Responden Diabetes Mellitus tentang Diet Mellitus di RSUP H. Adam Malik Medan

(53)

Universitas Sumatera Utara seperti : diet, minum obat teratur, olahraga

39 39% 0 0% 61 61% 100 100% 10. Saya akan

menjalankan diet agar kadar gula darah saya selalu terkontrol

39 39% 1 1% 60 60% 100 100%

Dari sikap responden di atas diketahui dari 100 responden DM seluruhnya bisa menerima keadaan sebagai penderita diabetes sebanyak

Responden tidak mau mempertahankan berat badan sebanyak 2 orang (2%), sebaliknya sebanyak 98 orang (98%) mau mempertahankan berat badan.

Lebih dari separuh responden yaitu sebanyak 97 orang (97%) tidak merasa malu mengakui pada orang lain bahwa responden menyandang DM, dan hanya 3 orang (3%) yang merasa malu karena menyandang DM.

(54)

Universitas Sumatera Utara Sebanyak 3 orang (3%) mengatakan tidak pasti diabetes merupakan suatu penyakit yang serius, sebaliknya 97 orang (97%) mengatakan setuju bahwa diabetes merupakan suatu penyakit yang serius.

Selain itu ada 2 orang (2%) mengatakan tidak dapat mengendalikan diabetes hanya dengan minum obat, 9 orang (9%) tidak pasti, sebaliknya 89 orang (89%) mengatakan dapat mengendalikan diabetes hanya dengan minum obat.

Sebanyak 11 orang (11%) tidak harus menghindari makan dodol dan manisan untuk diet DM, sebaliknya 89 orang (89%) mengatakan harus menghindari makan dodol dan manisan untuk diet DM.

Sebanyak 42 orang (42%) tidak menjalankan terapi diet secara teratur, tetapi lebih dari separuh yaitu 58 orang (58%) menjalankan terapi diet secara teratur.

Ada 39 orang (39%) tidak mematuhi anjuran pengobatan seperti : diet, minum obat teratur dan olahraga tetapi sebaliknya sebanyak 61 orang (61%) mematuhi anjuran pengobatan.

Ada 39 orang (39%) tidak menjalankan diet agar kadar gula darah saya selalu terkontrol, hanya 1 orang (1%) tidak pasti dan sebanyak 60 orang (605) menjalankan diet.

(55)

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Diabetes Melitus No Sikap Total Skor Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 23-30 61 61.0

2 Sedang 12-22 39 39.0

3 Kurang <12 0 0

Total 100 100.0

Dari tabel 5.8 diperoleh data sikap responden diabetes melitus tentang diet diabetes melitus paling banyak pasien dengan sikap baik sebesar 61% . Tabel 5.9 Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet

Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin

Sikap

Jumlah

Baik Sedang Kurang

n % n % n % n %

1 Laki-laki 30 30% 22 22% 0 0% 52 52%

2 Perempuan 31 31% 17 17% 0 0% 48 48%

Jumlah 61 61% 39 39% 0 0% 100 100%

(56)

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet

Diabetes Melitus Berdasarkan Umur

No Umur Dari tabel 5.10 tabulasi silang sikap responden diet diabetes melitus berdasarkan umur dapat diketahui bahwa dari dari 40 responden kelompok umur 41-50 tahun memiliki sikap baik dan sedang sama besar yaitu sebesar 20%.

Tabel 5.11 Tabulasi Silang Sikap Responden Diabetes Melitus tentang Diet Diabetes Melitus Berdasarkan Pekerjaan

(57)

Universitas Sumatera Utara 5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan dan sikap pada pasien diabetes melitus tentang diet diabetes melitus pada penelitian ini diperoleh hasil berdasarkan jenis kelamin paling banyak laki-laki sebesar 52% dan perempuan sebesar 48%, mayoritas pada kelompok umur 41-50 tahun sebesar 40% dan diikuti kelompok umur 51 - 60 tahun sebanyak 29%, kemudian kelompok umur >60 tahun sebanyak 24%, dan diikuti kelompok umur ≤40 tahun sebanyak 7%. Adapun pekerjaan responden mayoritas dijumpai bekerja sebagai PNS sebesar 32%.

5.2.2. Pengetahuan

Dari hasil penelitian pada tabel 5.6 diperoleh data pengetahuan responden diabetes melitus tentang diet diabetes melitus paling banyak responden dengan pengetahuan sedang sebesar 66%, baik 32% dan kurang hanya 2%. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Baran (2010) yang menyatakan 57,3% pengetahuan pasien diet DM dalam katagori sedang, kurang 34,7% dan baik hanya 8%.

Beberapa penelitian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang diabetes juga dilakukan di negara yang lain seperti di Nepal Barat, Kenya, Turkey dan Amerika Serikat. Dari hasil penelitian Julie D. West (2002) di Amerika Serikat, seramai 31% pasien mancapai tingkat baik, 33% sedang, dan 36% kurang (Medscape, 2002). Ini menunjukkan tingkat pengetahuan pasien di Amerika Serikat dan pasien penelitian ini tidak berjauh beda. Namun, didapati bahwa soalan kuensioner yang dipakai oleh Julie D. West adalah lebih spesifik dan dalam.

(58)

Universitas Sumatera Utara juga lebih efektif karena mayoritas dari mereka paham akan kepentingan penelitian ini serta manfaatnya. Sedangkan responden diatas 60 tahun kebanyakan dari mereka tidak tahu membaca dan menulis dan merupakan faktor eksklusif dalam penelitian ini.

Dari penelitian William Kiberenge Maina (2010) di Kenya, menunjukkan bahwa hanya 27.2% pasien yang mencapai tingkat pengetahuan’baik’ , 72,8% pasien mencapai tingkat ’kurang’. Perbedaan jumlah sampel berperan besar dalam hasil yang diperoleh oleh saya karena jumlah sampel yang digunakan oleh Maina adalah seramai 478 orang manakala jumlah sampel saya peroleh hanyalah seramai 100 orang.

Berpandukan penelitian William Kiberenge Maina (2010) di Kenya yang sama, seramai 27,7% responden laki-laki dan 26,9% perempuan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Sebaliknya, sebanyak 36% laki-laki dan 29,3% perempuan di Medan memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai pengetahuan DM yang meliputi diet. Nilai yang diperoleh saya tidak jauh berbeda dari penelitian Maina, namun perbedaan jumlah sampel antara Maina (478 orang) dan saya (100 orang) adalah sangat besar.

(59)

Universitas Sumatera Utara penderita harus dapat menhindari jenis makanan manis termasuk pantang makan beberapa jenis buah golongan A. seperti yang diungkapan oleh petugas gizi bahwa untuk jenis buah tertentu seperti durian, sawo, rambutan kalau bias dihindari. Kalau kepingin paling tidak makan satu atau dua biji saja karena buah-buahan ini sangat cepat menaikkan kadar gula darah. (Soelistijani D.A,1999)

Sebanyak 98 orang responden dengan persentase 98% mengakui mereka berkonsultasi dengan dokter atau perawat tentang diabetes dan diet yang mereka jalani, hanya 2 orang responden atau 2 % dari responden tidak menyetujui pertanyaan tersebut. Hal ini kemunginan karena informan yang menderita penyakit diabetes mellitus mendapatkannya ketika berobat ke rumah sakit dan mendapatkan penjelasan dari petugas kesehatan yaitu petugas gizi maupun dari dokter. Informasi mengenai diet diabetes ini merupakan hal yang sangat penting dan sangat berperan dalam penanganan diabetes mellitus. Diet untuk penderita diabetes mellitus harus memperhatikan beberapa hal antara lain prinsip, tujuan dan syarat diet; dasar penyusunan diet; komposisi diet dan penggunaan diet. (Pranadji D.K, 2002).

Seramai 100 orang responden dengan persentase 100% berpendapat makanan yang manis dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat. Dalam pertanyaan ini tingkat pengetahuan responden cukup baik. Sebenarnya bagi penderita diabetes mellitus prinsip pemberian makanan adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. Selain itu bagi penderita diabetes mellitus juga dianjurkan untuk mengkonsumsi serat dalam jumlah yang cukup, karena menurut Feingold 1990, bahwa serat dalam jumlah yang cukup akan menurunkan kecepatan absorpsi karbohidrat serta menurunkan kadar lipid dalam serum dengan demikian tingginya serat dalam makanan dapat menekan kenaikan kadar gula dalam darah sesudah makan. (Pranadji D.K, 2002).

(60)

Universitas Sumatera Utara gizi penderita DM dilaksanakan berdasarkan BBR (berat badan relatif) dengan rumus yang telah ditetapkanya. ( Bantle JP, Diabetes Care 2008).

Tentu saja untuk mengukur sendiri batasan diet yang dilakukan agak sulit tanpa bantuan ahli gizi atau dokter yang merawat penderita. Sebab masih ada lagi kriteria lain yang harus dipertimbangkan yakni kurang tidaknya berat badan, ringan tidaknya penyakit, kurus tidaknya penderita, komplikasi yang ada.

(Baran 2010).

Seramai 93 orang responden dengan persentase 93% masih berpendapat penderita diabetes harus makan secare teratur. Hanya 7 orang responden atau 7% dari responden tidak pasti dengan jawapan mereka. Menurut ADA 2008 Pada dasarnya, diet diabetes terdiri atas 3 kali makan utama dan 3 kali makan antara (snack) dengan jarak 3 jam.

Perhatikan jumlah / porsi makanan yang komsumsi.Prinsip jumlah makanan yang dianjurkan untuk penderita penyakit gula adalah porsi kecil dan sering, artinya makan dalam jumlah sedikit tapi sering.Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan dengan pola menu 6 kali. (ADA 2008).

(61)

Universitas Sumatera Utara Cara yang lain adalah dengan pegangan kasar yaitu untuk penderita diabetes kurus memerlukan 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori dan gemuk 1300-1500 kalori (ADA, 2008)

Tabel 5.12 Kebutuhan Kalori Penderita Diabetes Berat Badan

(BB) Ideal

Kalori / BB Ideal

Kerja Santai Kerja Sedang Kerja Berat

Gemuk 25 30 35

Normal 30 35 40

Kurus 35 40 40-50

5.2.3. Faktor-Faktor yang Menentukan Kebutuhan Kalori

Adapun faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori adalah sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai 25 kalori/ kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/ kg BB untuk pria.

2. Umur

a. Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi dari pada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kal/ kg BB.

b. Umur satu tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anank-anak lebih daripada satu tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.

(62)

Universitas Sumatera Utara 3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan

Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas dikelompokan sebagai berikut :

a. Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%. b. Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu

rumah tangga, dan lain-lain. Kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.

c. Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang tidak sedang perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.

d. Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.

e. Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50 % dari basal.

4. Berat badan

Bila kegemukan atau terlalu kurus, dikurangi atau ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada tingkat kegemukan atau kekurusannya. (ADA, 2008)

(63)

Universitas Sumatera Utara 5.2.4. Sikap

Dari hasil penelitian pada tabel 5.12 diperoleh data sikap responden diabetes melitus tentang diet diabetes melitus paling banyak responden dengan sikap baik sebesar 61% dan pasien dengan sikap sedang 39%. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sry (2003) dalam penelitiannya yang berjudul pengetahuan dan sikap pasien diabetes melitus terhadap kepatuhan dalam melaksanakan diet diabetes melitus. Sry berpendapat umumnya sikap yang ditunjukkan pasien diabetes melitus dalam melakukan diet sudah baik tetapi tidak diiringi dengan hasil yang baik pula. Hal ini dikarenakan masih ada tiga responden yang mengalami peningkatan kadar gula darah dan lima informan yang mengalami penurunan kadar gula darah.

Hasil penelitian Herlena (2011) diketahui bahwa sikap penderita diabetes mellitus terhadap diet sebagian besar tidak baik sebanyak 30 responden (55,6%). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Angelina (2009), yang menunjukkan bahwa sikap pasien penderita diabetes mellitus di RSUD Temanggung sebagian besar tidak mendukung sebanyak 45%.

Menurut Effendi (2011), sikap penderita diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan penderita tentang penyakit diabetes mellitus sangatlah penting karena pengetahuan ini akan membawa penderita diabetes mellitus untuk menentukan sikap, berpikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila pengetahuan penderita diabetes mellitus baik, maka sikap terhadap diet diabetes mellitus semestinya dapat mendukung terhadap kepatuhan diet diabetes mellitus itu sendiri.

Gambar

Tabel 2.1Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus
Gambar 2.2. Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2
Gambar 2.3. Mekanisme resistensi insulin
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

On a local scale, marine protected areas can be effective conservation tools, but only in cases where: (1) the design of the reserve is intimately linked to the biology of

[r]

[r]

[r]

[r]

l developing a transparent view of a market system and of the functions (core transactions, rules and supporting functions) and players within it (Figure 1

[r]

Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit ( pathognomonis ). Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan