PENGARUH WAKTU PEMAPARAN DAN PENCUCIAN TERHADAP KADAR LOGAM Pb PADA BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) YANG DIJUAL DI
PINGGIR JALAN
SKRIPSI
OLEH: LIA FARISTA P.
NIM: 060804006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH WAKTU PEMAPARAN DAN PENCUCIAN TERHADAP KADAR LOGAM Pb PADA BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) YANG DIJUAL DI
PINGGIR JALAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH : LIA FARISTA P. NIM : 060804006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH WAKTU PEMAPARAN DAN PENCUCIAN TERHADAP KADAR LOGAM Pb PADA BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) YANG DIJUAL DI
PINGGIR JALAN
OLEH : LIA FARISTA P. NIM : 060804006
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Agustus 2010
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji
(Drs. Chairul Azhar D., M.Sc., Apt.) (Prof.Dr.rer.nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt.) NIP. 194907061980021001 NIP. 195306191983031001
KATA PENGANTAR
Salam Damai… Puji syukur, sembah dan sujud penulis ucapkan kepada Bapa di
Surga, Tuhan Yesus Kristus, serta Roh Kudus atas berkat, hikmat dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini untuk
mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua
tercinta, Papa Ir. M. Pangaribuan dan Mama R. Tambunan, SH, juga kepada abang dan
adik-adik tersayang Kingson Pangaribuan, Siska Christina Pangaribuan, Yenny
Darmawati Pangaribuan, serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan dan cinta
kasih yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt., dan Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.,
yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama
penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU
yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.
2. Bapak Dr. Edy Suwarso, SU., Apt., selaku dosen wali serta seluruh Staf Pengajar
Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing dan mendidik penulis
selama masa perkuliahan hingga selesai.
3. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt., Bapak Drs. Suryadi
Achmad, M.Sc., Apt., dan Ibu Dra. Siti Nurbaya, Apt., sebagai tim penguji yang
4. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif,
Bapak Aman, selaku Kepala Laboratorium Penelitian FMIPA, Bapak Manius
Sianipar, Kakak Renta Manata Siahaan, S.Farm., Apt., Kakak Ameliana Damaiyanti
Sinaga, S.Farm., Apt., Kakak Christina Magdalena Sihite, S.Farm., Apt., dan Abang
Surya yang telah memberi petunjuk dan membantu selama melakukan penelitian.
5. Sahabat-sahabat terbaikku, Stephanie, Apriani, Deni, Mastin, Ruth, Elizabet, Dina,
Leli, Sukralawati, Wina, Jon, Gokman, Roni, Jandri, rekan-rekan Farmasi 2006,
kakak dan abang senior Farmasi, adik-adik junior Farmasi serta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga selesainya
penulisan skripsi ini. Tuhan memberkati kita.
Semoga Tuhan Yesus memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala
kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang Farmasi.
Medan, Agustus 2010
Penulis,
PENGARUH WAKTU PEMAPARAN DAN PENCUCIAN TERHADAP KADAR LOGAM Pb PADA BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) YANG DIJUAL DI
PINGGIR JALAN ABSTRAK
Timbal (Pb) adalah logam yang terdapat dalam asap kendaraan bermotor yang
merupakan salah satu sumber pencemaran terhadap buah-buahan yang dijual di pinggir
jalan. Bila seseorang mengkonsumsi buah yang terkontaminasi logam tersebut, maka
akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan
penelitian tentang pemeriksaan kadar logam ini pada buah yang dijual di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun berdasarkan pengaruh waktu pemaparan
dan pencucian. Rancangan penelitian ini adalah rancangan faktorial dengan kombinasi
perlakuan dari waktu pemaparan (tanpa pemaparan, pemaparan selama 2, 4, dan 6 hari)
dan pencucian (dicuci dan tanpa dicuci) sehingga desainnya adalah 4 x 2 dengan 6 kali
replikasi.
Pemeriksaan logam timbal dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan menggunakan pereaksi ditizon 0,005% b/v yang menghasilkan
larutan merah tua, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 217 nm.
Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif menunjukkan buah yang dijual di pinggir
jalan Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun telah terkontaminasi timbal.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemaparan
dan pencucian berpengaruh terhadap kadar logam ini dan hasil uji beda nyata jujur
diketahui kadar maksimumnya 0,1885 mcg/g yang terdapat pada buah jambu biji
dengan waktu pemaparan 6 hari dan tanpa dicuci, serta 0,0915 mcg/g yang terdapat
pada buah jambu biji dengan waktu pemaparan 6 hari dan dicuci.
Kata kunci : waktu pemaparan, pencucian, Pb, jambu biji, spektrofotometri serapan
THE INFLUENCE OF CONTAMINATION TIME AND WASHING TO RATE OF METAL Pb IN GUAVA FRUIT (Psidium guajava L.) WHICH WERE SOLD
IN ROADSIDE ABSTRACT
Lead (Pb) is metal which is there are in smoke of motor vehicle representing
one of contamination source to fruits sold in roadside. If somebody consume that fruits,
hence will bad effect for it’s health. Refering to the mentioned, a research about
determination of this metal in the fruit which were sold in roadside of Sisingamangaraja
Simpang Limun area with the influence of contamination time and washing. The
experimental design was factorial design with combination of contamination time
(without contamination, contamination during 2, 4, and 6 days) and washing (washed
and unwashed) so the design is 4 x 2 with 6 replications.
The determination of lead was done by using qualitative and quantitative
methods. Qualitative analysis was done by using dithizon 0,005% b/v formed red
solution, while quantitative analysis was done by using Atomic Absorption
Spectrophotometry method at wavelength 217 nm.
The result of qualitative and quantitative analysis showed that fruit sold in
roadside of Sisingamangaraja Simpang Limun area were contaminated by lead.
Pursuant to the result of analysis of variance showed that contamination time and
washing have an effect to this metal rate and result of honestly significant test was
known that maximum rate of lead 0,1885 mcg/g was found on guava fruit with 6 days
contamination time and unwashed, and also 0,0915 mcg/g was found on guava fruit
with days contamination time and washed.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
2.1.1 Taksonomi Jambu Biji (Guava, Psidium guajava L.) .... 6
2.1.2 Deskripsi Tentang Jambu Biji ... 6
2.5 Spektrofotometri Serapan Atom ... 18
2.6 Proses Pengatoman Pada Spektrofotometer Serapan Atom Graphite Furnace ... 20
3.6.4 Analisis Kuantitatif ... 31
3.6.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum .... 31
3.6.4.2 Pembuatan Larutan Standar ... 31
3.6.4.3 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Logam Timbal (Pb) ... 32
3.6.5 Penetapan Kadar Logam Timbal (Pb) dalam Buah Jambu Biji ... 32
3.6.6 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 32
3.6.7 Analisis Data Secara Statistik ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1 Analisis Kualitatif ... 36
4.2 Analisis Kuantitatif ... 37
4.2.1 Kurva Kalibrasi ... 37
4.2.2 Penetapan Kadar ... 38
4.3 Analisis Data Secara Statistik ... 44
4.3.1 Analisis Sidik Ragam ... 44
4.3.2 Analisis Lanjutan (Uji Beda Nyata Jujur) ... 45
4.4 Batas/Limit Deteksi (LOD) dan Batas/Limit Kuantitasi (LOQ) ... 50
4.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
5.1 Kesimpulan ... 52
5.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. TLV dari Logam Toksik di Atmosfer ... 10
Tabel 2. Batas Maksimum Konsentrasi Pb dalam Udara, Makanan, dan Minuman ... 12
Tabel 3. Randomisasi Kombinasi Perlakuan dari Waktu Pemaparan
dan Pencucian dengan 6 kali replikasi ... 28
Tabel 4. Hasil Analisis Kualitatif Timbal Dari Sampel Jambu Biji dengan Kombinasi Perlakuan Waktu Pemaparan dan
Pencucian ... 36
Tabel 5. Hasil Kadar Total dan Kadar Rata-rata Timbal pada Setiap
Kombinasi Perlakuan dengan 6 kali Replikasi ... 39 Tabel 6. Kadar Rata-rata dan % Peningkatan Kadar Timbal (Pb) untuk
Setiap Kombinasi Perlakuan dari Waktu Pemaparan dan
Tanpa Dicuci ... 40
Tabel 7. Kadar Rata-rata dan % Peningkatan Kadar Timbal (Pb) untuk Setiap Kombinasi Perlakuan dari Waktu Pemaparan dan
Dicuci ... 41
Tabel 8. Kadar Rata-rata dan % Penurunan Kadar Timbal (Pb) untuk Setiap Kombinasi Perlakuan dari Waktu Pemaparan dan
Pencucian ... 42
Tabel 9. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Waktu Pemaparan dan Pencucian terhadap Kadar Timbal ... 44
Tabel 10. Data Hasil Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Waktu Pemaparan terhadap Kadar Logam Pb ... 45
Tabel 11. Data Hasil Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Pencucian
terhadap Kadar Logam Pb ... 47
Tabel 12. Data Hasil Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Interaksi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Molekul Tetra Ethyl Lead (TEL) ... 16
Gambar 2. Struktur Molekul Methyl Tertiary Butyl Lead (MTBE) ... 17
Gambar 3. Diagram Skematis Spektrofotometri Serapan Atom
Graphite Furnace ... 19
Gambar 4. Program Pengatoman Spektrofotometer Serapan Atom
Graphite Furnace ... 20
Gambar 5. Kurva Kalibrasi Timbal yang diukur pada panjang
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Sampel Buah Jambu Biji ... 55
Lampiran 2. Gambar Penimbangan Sampel Jambu Biji, Penguapan Kandungan Air, Hasil Pengarangan, dan Hasil Pengabuan Sampel ... 56
Lampiran 3. Flowsheet Destruksi Kering ... 58
Lampiran 4. Gambar Hasil Analisis Kualitatif Timbal dengan Pereaksi Ditizon 0,005% b/v ... 59
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Timbal dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil ... 60
Lampiran 6. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Timbal dalam Sampel dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi ... 62
Lampiran 7. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Logam Timbal pada Setiap Kombinasi Perlakuan dengan 6 kali Replikasi ... 63
Lampiran 8. Perhitungan Kadar Logam Pb Dalam Buah Jambu Biji Setelah Penambahan Larutan Standar ... 65
Lampiran 9. Perhitungan Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 67
Lampiran 10. Data % Recovery ... 68
Lampiran 11. Analisis Sidik Ragam ... 69
Lampiran 12. Analisis Lanjutan (Uji Beda Nyata Jujur = ω) ... 77
Lampiran 13. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 80
Lampiran 14. Daftar Nilai Distribusi F ... 81
Lampiran 15. Daftar Nilai Distribusi Q Untuk α = 0,05 ... 84
Lampiran 16. Daftar Nilai Distribusi Q Untuk α = 0,01 ... 86
Lampiran 17. Data Hasil Pengukuran Sampel dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS Graphite Furnace Avanta) ... 88
Lampiran 19. Gambar Spektrofotometer Serapan Atom
PENGARUH WAKTU PEMAPARAN DAN PENCUCIAN TERHADAP KADAR LOGAM Pb PADA BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) YANG DIJUAL DI
PINGGIR JALAN ABSTRAK
Timbal (Pb) adalah logam yang terdapat dalam asap kendaraan bermotor yang
merupakan salah satu sumber pencemaran terhadap buah-buahan yang dijual di pinggir
jalan. Bila seseorang mengkonsumsi buah yang terkontaminasi logam tersebut, maka
akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan
penelitian tentang pemeriksaan kadar logam ini pada buah yang dijual di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun berdasarkan pengaruh waktu pemaparan
dan pencucian. Rancangan penelitian ini adalah rancangan faktorial dengan kombinasi
perlakuan dari waktu pemaparan (tanpa pemaparan, pemaparan selama 2, 4, dan 6 hari)
dan pencucian (dicuci dan tanpa dicuci) sehingga desainnya adalah 4 x 2 dengan 6 kali
replikasi.
Pemeriksaan logam timbal dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan menggunakan pereaksi ditizon 0,005% b/v yang menghasilkan
larutan merah tua, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 217 nm.
Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif menunjukkan buah yang dijual di pinggir
jalan Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun telah terkontaminasi timbal.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemaparan
dan pencucian berpengaruh terhadap kadar logam ini dan hasil uji beda nyata jujur
diketahui kadar maksimumnya 0,1885 mcg/g yang terdapat pada buah jambu biji
dengan waktu pemaparan 6 hari dan tanpa dicuci, serta 0,0915 mcg/g yang terdapat
pada buah jambu biji dengan waktu pemaparan 6 hari dan dicuci.
Kata kunci : waktu pemaparan, pencucian, Pb, jambu biji, spektrofotometri serapan
THE INFLUENCE OF CONTAMINATION TIME AND WASHING TO RATE OF METAL Pb IN GUAVA FRUIT (Psidium guajava L.) WHICH WERE SOLD
IN ROADSIDE ABSTRACT
Lead (Pb) is metal which is there are in smoke of motor vehicle representing
one of contamination source to fruits sold in roadside. If somebody consume that fruits,
hence will bad effect for it’s health. Refering to the mentioned, a research about
determination of this metal in the fruit which were sold in roadside of Sisingamangaraja
Simpang Limun area with the influence of contamination time and washing. The
experimental design was factorial design with combination of contamination time
(without contamination, contamination during 2, 4, and 6 days) and washing (washed
and unwashed) so the design is 4 x 2 with 6 replications.
The determination of lead was done by using qualitative and quantitative
methods. Qualitative analysis was done by using dithizon 0,005% b/v formed red
solution, while quantitative analysis was done by using Atomic Absorption
Spectrophotometry method at wavelength 217 nm.
The result of qualitative and quantitative analysis showed that fruit sold in
roadside of Sisingamangaraja Simpang Limun area were contaminated by lead.
Pursuant to the result of analysis of variance showed that contamination time and
washing have an effect to this metal rate and result of honestly significant test was
known that maximum rate of lead 0,1885 mcg/g was found on guava fruit with 6 days
contamination time and unwashed, and also 0,0915 mcg/g was found on guava fruit
with days contamination time and washed.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan
(Undang-Undang Republik Indonesia No.32, 2009).
Unsur-unsur alam yang berkaitan erat dengan lingkungan hidup adalah udara,
tanah, dan air. Oleh karena itu, pencemaran umum yang terjadi adalah pencemaran
udara, tanah, dan air. Pencemaran udara adalah salah satu masalah lingkungan hidup
yang menjadi perhatian utama di Indonesia (Darmono, 2001).
Pencemaran udara di Indonesia sebesar 70% disebabkan oleh emisi kendaraan
bermotor yang menyumbangkan hampir 98% timbal ke udara. Emisi tersebut
merupakan hasil samping pembakaran dalam mesin kendaraan yang menggunakan
senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang dapat meningkatkan
bilangan oktan. Penambahan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketukan pada
mesin kendaraan (Suharto, 2005).
Timbal adalah jenis logam bersifat berbahaya dan beracun bagi kehidupan
makhluk hidup. Keracunan yang ditimbulkan oleh logam ini dapat terjadi karena
udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit. Keracunan yang
disebabkan oleh logam ini dalam tubuh dapat mempengaruhi organ-organ tubuh antara
lain sistem saraf, ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin dan jantung. Logam ini
dapat menyebabkan gangguan pada otak, sehingga anak mengalami gangguan
kecerdasan dan mental (Suharto, 2005).
Buah yang dijual di pinggir jalan bermacam-macam jenisnya, rentan terhadap
kontaminasi logam Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor. Dalam penelitian ini
sampel yang dipilih adalah jambu biji karena kulitnya yang tipis, sehingga tidak
dibedakan antara kulit buah dengan daging buahnya. Bagian yang digunakan sebagai
sampel adalah daging buah beserta kulit buah, sedangkan bijinya dibuang.
Buah jambu biji dibeli langsung dari pedagang buah di pinggir jalan sebanyak
10 kg pada hari pertama buah tersebut datang (dalam keadaan segar). Buah tersebut
diambil secara acak sebanyak 2,5 kg untuk perlakuan tanpa pemaparan dan sisanya
untuk pemaparan di pinggir jalan seperti buah yang diperdagangkan akan tetapi tidak
akan dijual oleh pedagang tersebut. Sisa ini untuk pengambilan sampel 2, 4, dan 6 hari
waktu pemaparan. Waktu pemaparan dilakukan selama 6 hari disebabkan karena
ketahanan dari buah jambu biji yang masih layak untuk dikonsumsi sampai 6 hari.
Setelah 6 hari buah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi karena sudah lembek, busuk
dan berulat. Pemaparan sampel dilakukan selama 14 jam setiap harinya mulai pukul
08.00 – 22.00 WIB. Buah tersebut diberi perlakuan khusus tidak seperti buah yang biasa
dijual yaitu diletakkan dalam 1 keranjang sehingga mudah mengangkatnya, tidak boleh
Sampel buah jambu biji tersebut diletakkan di bagian paling depan dari tempat
penjualan. Jarak antara tempat pemaparan sampel dengan jalan raya sekitar 2 meter dan
sekitar 10 meter dari Kawasan Simpang Limun.
Pemeriksaan kadar timbal dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti
Potensiometri, Polarografi, dan Spektrofotometri Serapan Atom (Rohman, 2007). Kadar
timbal pada buah umumnya sangat kecil sehingga pemeriksaan kuantitatif kadar logam
ini dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Metode ini dipilih karena
memiliki keuntungan antara lain kecepatan analisisnya, ketelitiannya, dan dapat
menentukan konsentrasi dalam jumlah sangat kecil. Keuntungan yang lain, sebelum
pengukuran tidak perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena kemungkinan
penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan lampu
katoda berongga yang diperlukan tersedia (Khopkar, 1990).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin memeriksa kadar timbal dalam buah
jambu biji yang dijual di pinggir jalan Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun
berdasarkan pengaruh waktu pemaparan dan pencucian. Lokasi ini dipilih disebabkan
oleh tingginya arus kendaraan di jalan tersebut baik kendaraan pribadi, angkutan umum,
1.2 Perumusan Masalah
- Apakah buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan Sisingamarangaraja
Kawasan Simpang Limun terkontaminasi oleh logam timbal dari emisi gas
buang kendaraan bermotor?
- Apakah ada pengaruh antara waktu pemaparan dan pencucian terhadap kadar
logam timbal pada buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun?
1.3Hipotesis
Ho diterima jika:
- Buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan Sisingamangaraja Kawasan
Simpang Limun diduga tidak mengandung logam timbal yang berasal dari emisi
gas buang kendaraan bermotor.
- Waktu pemaparan dan pencucian diduga tidak berpengaruh terhadap kadar
logam timbal pada buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun.
1.4 Tujuan Penelitian
- Untuk memeriksa kadar logam timbal pada buah jambu biji yang dijual di
pinggir jalan Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun.
- Untuk mengetahui pengaruh dari waktu pemaparan dan pencucian terhadap
kadar logam timbal pada buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat
mengenai buah-buahan yang dijual di pinggir jalan terutama buah jambu biji (Psidium
guajava L.) yang diberi perlakuan khusus yaitu tidak dilap dan tidak dicuci dengan air
dapat terkontaminasi logam timbal (Pb) yang berasal dari emisi gas buang kendaraan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan
2.1.1 Taksonomi Jambu Biji (Guava, Psidium guajava L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L. (Anonim, 2010a)
2.1.2 Deskripsi Tentang Jambu Biji
Jambu biji atau bahasa latinnya Psidium guajava L. merupakan jenis tanaman
perdu dengan cabang yang banyak. Tinggi pohon ini rata-rata sekitar 10-12 meter.
Tanaman yang berasal dari Amerika Tengah ini dapat tumbuh di dataran rendah
maupun dataran tinggi. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini sekitar 1.200
meter dari permukaan laut. Daunnya berbentuk bulat telur, kasar, dan kusam. Bunganya
relatif kecil dan berwarna putih. Besar buahnya sangat bervariasi, berisi banyak biji
kecil-kecil dan ada juga yang tidak mempunyai biji yang biasa disebut dengan jambu
sukun (Wirakusumah, 2000).
Buah jambu biji yang banyak digemari oleh masyarakat adalah yang mempunyai
dan buahnya berukuran besar. Terdapat beberapa jenis jambu biji yang diunggulkan
yaitu jambu pasar minggu, jambu bangkok, jambu palembang, jambu sukun, jambu
apel, jambu sari, jambu merah, dan jambu merah getas (Wirakusumah, 2000).
2.1.3 Macam-macam Jambu Biji
Buah jambu biji memiliki jenis yang banyak antara lain :
1. Jambu biji delima
Jambu biji delima buahnya berbentuk bulat dan bermoncong dipangkalnya,
walaupun kulitnya agak tebal dan banyak bijinya, tapi dengan dagingnya yang berwarna
merah dan rasanya yang manis jenis jambu biji delima ini sangat menarik sekali untuk
dinikmati.
2. Jambu biji gembos atau jambu biji susu
Jenis yang ini mempunyai bentuk buah bulat agak lonjong dengan meruncing
kepangkalnya. Sama seperti jambu biji delima, kulit jambu jenis ini juga tebal dan jika
buahnya matang berwarna agak kuning, dagingnya berwarna putih, bijinya tidak
banyak, rasa kurang manis tetapi harum baunya.
3. Jambu biji manis
Bentuk buahnya bulat meruncing ke pangkal, kulit buahnya tipis dan jika
matang berwarna kuning muda. Jenis yang ini juga mempunyai biji yang banyak dan
dagingnya berwarna putih tetapi rasanya manis dan harum baunya.
4. Jambu biji Perawas
Jambu biji perawas berbentuk bulat lonjong dan buahnya lebih besar dari jenis
biasanya, kulitnya agak tebal, bila buahnya matang berwarna kuning, dagingnya merah,
5. Jambu biji Pipit
Berbentuk bulat kecil-kecil, kulitnya tipis, bila matang buahnya berwarna
kuning dan dagingnya berwarna putih, rasanya manis dan harum baunya.
6. Jambu biji sukun
Berbentuk bulat besar dan kulitnya tebal, bila matang buahnya berwarna kuning,
bijinya sedikit bahkan hampir tidak berbiji, tapi rasanya hambar dan harum baunya
(Anonim, 2010a).
2.1.4 Kandungan Kimia Jambu Biji
Jambu biji banyak mengandung zat kimia : pada buah, daun dan kulit batang
pohonnya mengandung tanin, tapi pada bunganya tidak banyak mengandung tanin.
Selain mengandung tanin daun jambu biji juga mengandung zat lain seperti asam
oleanolat, minyak atsiri, asam kratogolat, asam ursolat, asam psidiolat, asam guajaverin
dan vitamin (Anonim, 2010a).
Kandungan buah jambu biji (100 gram) yaitu Kalori 49 kal, Vitamin A 25 SI,
Vitamin B1 0,02 mg, Vitamin C 87 mg, Kalsium 14 mg, Hidrat Arang 12,2 gram,
Fosfor 28 mg, Besi 1,1 mg, Protein 0,9 mg, Lemak 0,3 gram dan Air 86 gram (Anonim,
2010a).
2.1.5 Khasiat Jambu Biji
Selain banyak digemari karena buahnya yang manis dan segar jambu biji juga
mempunyai khasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti : maag, diabetes
2.2 Logam
Logam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu logam esensial dan logam
nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu dalam proses
fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ
dari makhluk hidup yang bersangkutan. Sebaliknya logam nonesensial adalah logam
yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam
jaringan hewan sangat kecil, dan apabila kandungannya tinggi akan dapat merusak
organ-organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Logam yang dapat menyebabkan
keracunan adalah jenis logam berat. Logam ini termasuk logam yang esensial seperti
Cu, Zn, Se dan yang nonesensial seperti Hg, Pb, Cd, dan As.
Logam berat masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui mulut, yaitu
makanan yang terkontaminasi oleh alat masak, wadah (minuman/makanan kaleng) dan
juga melalui pernapasan seperti dari asap pabrik, proses industri, dan buangan limbah.
Kontaminasi makanan juga dapat terjadi dari tanaman pangan (bidang pertanian) yang
diberi pupuk pestisida yang mengandung logam (Darmono, 1995).
Pada lapisan atmosfer yang melingkupi bumi ditemukan bermacam-macam
logam, baik itu merupakan logam biasa seperti besi (Fe), magnesium (Mg) dan lainnya
sampai pada logam berat seperti tembaga (Cu), kadmium (Cd), arsen (As) dan lainnya.
Logam-logam yang banyak ditemukan dalam lapisan atmosfer (di udara) adalah merkuri
(Hg), timah hitam (Pb) dan berium (Be). Keberadaan dari logam-logam ini dapat
mencemari udara. Logam yang terdapat dalam atmosfer ditemukan dalam bentuk
partikulat atau merupakan senyawa. Sangat jarang ditemukan bahan logam sebagai
elemen bebas dalam atmosfer (udara) kecuali logam air raksa (merkuri/Hg). Bentuk dan
sumber asalnya. Sumber tersebut dapat sebagai hasil samping dari suatu pembakaran,
sumber penguapan, atau dari sumber lainnya (Palar, 2004).
Treshold Limit Value (TLV) adalah batas konsentrasi maksimum setiap logam di
udara. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat TLV dari logam yang bersifat toksik sampai
kurang toksik.
Tabel 1. TLV dari Logam Toksik di Atmosfer
No. Logam TLV (mg/m3)
1 Be 0,002
2 Hg 0,01-0,05
3 Cd 0,1
4 Pb 0,1-0,2
5 As 0,2-0,5
6 V 0,5
7 Ni 0,007-1,0
8 Cu 1,0
9 Fe 1,0
10 Zn 1,0
2.3 Timbal
Pemerian : logam berwarna kebiru-biruan sampai abu-abu
pudar, mempunyai berat jenis yang tinggi dan lunak.
Kelarutan : larut dalam HNO3 pekat, sedikit larut dalam HCl
dan H2SO4 pekat.
Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam
industri baterai, timbal digunakan sebagai grid yang merupakan alloy (suatu
persenyawaan) dengan logam bismut (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7 (Palar, 2004).
Timbal oksida (PbO4) dan logam timbal dalam indu stri baterai digunakan
sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Alloy Pb yang mengandung
1% stibium (Sb) banyak digunakan sebagai kabel telepon. Alloy Pb dengan 0,15% As,
0,1% Sn, dan 0,1% Bi banyak digunakan untuk kabel listrik (Palar, 2004).
Persenyawaan Pb dengan Cr (chromium), Mo (molibdenum) dan Cl (chlor),
digunakan secara luas sebagai pigmen “chrom”. Senyawa PbCrO4 digunakan dalam
industri cat untuk mendapatkan warna “kuning-chrom”, Pb(OH)2.2PbCO3 untuk
mendapatkan warna “timah putih”, sedangkan senyawa yang dibentuk dari PbO4
digunakan untuk mendapatkan warna “timah merah” (Palar, 2004).
Senyawa silikat timbal (Pb-silikat) yang dibentuk dari intermediet Pb-asetat
keramik dan sekaligus berperan sebagai bahan tahan api. Persenyawaan yang terbentuk
antara Pb dengan arsenat dapat digunakan sebagai insektisida (Palar, 2004).
Dalam perkembangan industri kimia, dikenal pula zat aditif yang dapat
ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Persenyawaan yang dibentuk
dari logam Pb sebagai zat aditif ini ada dua jenis, yaitu (CH3)4-Pb (tetrametil-Pb) dan
(C2H5)4-Pb (tetraetil-Pb) (Palar, 2004).
2.3.2 Toksisitas Timbal
Toksisitas yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena
masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam
tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan
perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit (Palar, 2004).
Menurut WHO, batas maksimum konsentrasi Pb yang masih diperbolehkan di
udara, makanan dan minuman dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Batas Maksimum Konsentrasi Pb dalam Udara, Makanan, dan Minuman
No Bahan Satuan Limit Konsentrasi
1 Udara (µg/m3) 30-60
2 Makanan (mg/kg) 0,1-2,0
3 Minuman (mg/l) 0,05
(Darmono, 2001)
Bentuk-bentuk kimia dari senyawa-senyawa Pb, merupakan faktor penting yang
mempengaruhi aktivitas Pb dalam tubuh manusia. Senyawa-senyawa Pb organik relatif
lebih mudah untuk diserap oleh tubuh melalui selaput lendir atau melalui lapisan kulit,
bila dibandingkan dengan senyawa-senyawa Pb anorganik. Namun hal itu bukan berarti
semua senyawa Pb dapat diserap oleh tubuh, melainkan hanya sekitar 5-10% dari
yang akan diserap oleh tubuh. Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15% yang akan
mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa
metabolisme seperti urin dan feses (Palar, 2004).
Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan
diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Namun demikian jumlah Pb yang masuk
bersama makanan dan minuman ini masih mungkin ditolerir oleh lambung disebabkan
asam lambung (HCl) mempunyai kemampuan untuk menyerap logam Pb. Tetapi
walaupun asam lambung mempunyai kemampuan untuk menyerap keberadaan logam
Pb ini, pada kenyataannya Pb lebih banyak dikeluarkan oleh tinja (Palar, 2004).
Pada jaringan atau organ tubuh, logam Pb akan terakumulasi pada tulang, karena
logam ini dalam bentuk ion Pb2+ mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium)
yang terdapat dalam jaringan tulang. Di samping itu, pada wanita hamil logam Pb dapat
melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin
dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan dikeluarkan bersama air susu (Palar, 2004).
Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata
menjadi sangat berbahaya. Hal itu disebabkan karena timbal (Pb) adalah logam toksik
yang bersifat kumulatif dan bentuk senyawanya dapat memberikan efek racun terhadap
banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Suharto, 2005).
Gejala yang khas dari keracunan Pb adalah:
1. Gastroenteritis, disebabkan reaksi rangsangan garam Pb pada mukosa saluran
pencernaan, sehingga menyebabkan pembengkakan, gerak kontraksi rumen dan
usus terhenti, peristaltik menurun sehingga terjadi konstipasi dan kadang-kadang
2. Anemia, Pb terbawa dalam darah dan lebih dari 95% berikatan dengan eritrosit. Ini
menyebabkan mudah pecahnya sel darah merah dan berpengaruh terhadap sintesis
hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
3. Ensefalopati, Pb menyebabkan kerusakan sel endotel dan kapiler darah otak
sehingga dapat menimbulkan sakit kepala, mudah lupa, dan lain-lain (Cahyadi,
2007).
4. Aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin disebabkan ikut
sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) sehingga
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal dengan terbentuknya
intranuclear inclusion bodies (Palar, 2004).
2.4 Bilangan Oktan
Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang
bisa diberikan sebelu
(C8), karena dari seluruh molekul penyusun bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi
paling bagus. Oktana dapat dikompres sampai volume kecil tanpa mengalami
pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi pada
terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit (Anonim, 2010b).
Bensin dengan bilangan oktan 88, berarti bensin tersebut terdiri dari 88
dan 12%
spontan pada angka tingkat kompresi tertentu yang diberikan, sehingga hanya
diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang memiliki ratio kompresi yang tidak
melebihi angka tersebut (Anonim, 2010b).
Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif bensin.
bilangan oktan bensin tersebut, sehingga bensin "murah" dapat digunakan dan aman
untuk mesin dengan menambahkan timbal ini. Untuk mengubah
menjadi gas pada bensin yang mengandung TEL dibutuhkan etilen bromida (C2H5Br).
Kerugiannya, lapisan tipis timbal terbentuk pada atmosfer dan membahayakan makhluk
hidup, termasuk manusia. Di negara-negara maju, timbal sudah dilarang untuk dipakai
sebagai bahan campuran bensin (Anonim, 2010b).
2.4.1 Tetra Ethyl Lead (TEL) dan Tetra Methyl Lead (TML)
TEL dan TML adalah organologam yang secara bersama-sama ditambahkan ke
dalam bensin sebagai zat aditif antiketukan mesin dengan menaikkan bilangan oktan
bensin. TEL berbentuk cairan dengan berat jenis 1,659 g/ml, titik didih 200oC (=390oF)
dan larut dalam bensin (Anonim, 2010c).
Bahan aditif yang biasa ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor
terdiri dari 61,45% TEL dan TML, 17,85% etilendibromida (C2H4Br2), 18,80%
etilenklorida (C2H4Cl2), dan 1,90% bahan-bahan lain. Etilendibromida (C2H4Br2) dan
etilenklorida (C2H4Cl2) adalah bahan scavenger yaitu senyawa yang dapat mengikat
residu Pb yang dihasilkan setelah pembakaran, sehingga di dalam gas buangan terdapat
Pb dan halogen (Anonim, 2010c).
Bahan utama pembuatan senywa TML dan TEL adalah metil klorida (CH3Cl)
dan etil klorida (C2H5Cl), dengan reaksi pembentukkan sebagai berikut:
4 CH3Cl + 4 NaPb → 4 NaCl + 3 Pb + (CH3)4Pb
Metil klorida Tetra Methyl Lead (TML)
4 C2H5Cl + 4 NaPb → 4 NaCl + 3 Pb + (C2H5)4Pb
Etil klorida Tetra Ethyl Lead (TEL)
(Sukowati, 2010)
Pada saat pembakaran internal mesin, TEL akan mengalami dekomposisi secara
thermis. Mekanisme pemutusan rantai Pb diperkirakan sebagai berikut:
(C2H5)4Pb + 13O2 → 8CO2 + 10H2O + Pb
2Pb + O2 → 2PbO (Sukowati, 2010)
Pb sebagian akan terdeposit dalam ruang bakar, sebagian kecil Pb masuk ke
dalam minyak pelumas dan sisanya dibawa bersama gas buang ke dalam sistem
pembuangan. Rata-rata 60-70% dari Pb yang terdapat dalam TEL dilepaskan ke
atmosfer (Sukowati, 2010).
Berdasarkan analisis yang pernah dilakukan, dapat diketahui kandungan
bermacam-macam senyawa Pb yang ada dalam asap kendaraan bermotor yaitu:
PbBrCl, PbBrCl.2PbO, PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, PbCl2.2PbO, Pb(OH)Br, PbOx,
PbCO3, PbBr2.2PbO, PbCO3.2PbO. Senyawa-senyawa Pb tersebut dalam keadaan
kering dapat terdispersi di dalam udara (Palar, 2004).
2.4.2 Methyl Tertiary Butyl Ether (MTBE)
MTBE murni berbilangan setara oktan 118 yang dibuat dari etanol. Selain dapat
meningkatkan bilangan oktan, MTBE juga dapat menambahkan oksigen pada campuran
menghasilkan gas CO. Belakangan diketahui bahwa MTBE juga berbahaya bagi
lingkungan karena mempunyai sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air,
sehingga jika terjadi kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin, MTBE masuk
ke air tanah bisa mencemari sumur dan sumber-sumber air minum lainnya (Anonim,
2010c).
Gambar 2. Struktur Molekul Methyl Tertiary Butyl Ether (MTBE) 2.5 Spektrofotometri Serapan Atom
Metode spektrofotometri serapan atom didasarkan pada prinsip absorpsi cahaya
oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, natrium menyerap pada 589 nm.
Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat
elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik.
Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu
atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi. Natrium
mempunyai konfigurasi elektron 1s2, 2s2, 2p6, dan 3s1. Tingkat dasar untuk elektron
valensi 3s1 ini dapat mengalami eksitasi ke tingkat 3p atau ke tingkat 4p (Rohman,
Dalam analisis secara spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar.
Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi
uap atom-atom yaitu dengan nyala atau dengan tanpa nyala. Teknik atomisasi dengan
nyala dinilai kurang peka sehingga muncullah suatu teknik atomisasi yang baru yaitu
teknik atomisasi tanpa nyala atau elektrotermal spektrofotometri serapan atom atau
spektrofotometri graphite furnace (Rohman, 2007).
Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom graphite furnace dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Skematis Spektrofotometer Serapan Atom Graphite Furnace
Komponennya terdiri dari:
a. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri
atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda.
b. Grafit
Grafit berfungsi untuk mengubah zat yang dianalisis menjadi bentuk atom-atom
netral. Sistem elektris melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini,
atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga
terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif.
c. Monokromator
Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang
yang digunakan dalam analisis.
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman (Rohman, 2007).
2.6 Proses Pengatoman Pada Spektrofotometer Serapan Atom Graphite Furnace
Sistem pengatoman pada spektrofotometer ini melalui tiga tahapan yaitu:
a. Pengeringan (Drying)
Pengeringan membutuhkan suhu yang lebih rendah yaitu 100oC untuk menguapkan
pelarut.
b. Pengabuan (Ashing)
Pengabuan membutuhkan suhu yang lebih tinggi yaitu 400-500oC untuk
menghilangkan matriks kimia dengan mekanisme volatilasi dan pirolisa senyawa
organik.
c. Pengatoman (Atomising)
Pengatoman membutuhkan suhu yang sangat tinggi yaitu 2000-3000oC untuk
menghasilkan puncak absorpsi (Rohman, 2007; Metcalfe, 1987).
Pada umumnya waktu dan suhu pemanasan pada spektrofotometer serapan atom
Gambar 4. Program Pengatoman Spektrofotometer Serapan Atom Graphite Furnace
2.7 Parameter Analisis
Pensahihan adalah kerja yang dicatat dalam dokumen untuk membuktikan
bahwa prosedur analisis yang diuji akan dapat memenuhi fungsi sesuai dengan
tujuannya dengan konsisten dan betul-betul memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Tujuan pensahihan adalah agar prosedur analisis tersebut diketahui akurasi dan
variabilitasnya, gangguan yang mungkin ada teridentifikasi dan diketahui pula
kespesifikan, presisi, serta kepekaannya (limit deteksi). Parameter analisis khas yang
ditentukan pada pensahihan adalah akurasi, presisi, kespesifikan, limit deteksi,
kelinieran, dan rentang (Satiadarma, dkk., 2004).
Akurasi dari suatu metode analisis adalah kedekatan nilai hasil uji yang
diperoleh dengan prosedur tersebut dari harga yang sebenarnya. Akurasi merupakan
ukuran ketepatan posedur analisis (Satiadarma, dkk., 2004).
Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian di antara
masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulangkali pada sejumlah cuplikan
yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau
Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuannya untuk mengukur
kadar analit secara khusus dengan akurat, di samping komponen lain yang terdapat
dalam matriks sampel. Kespesifikan seringkali dinyatakan sebagai derajat bias dari hasil
analisis sampel yang mengandung pencemar, hasil degradasi, senyawa sejenis yang
ditambahkan atau komponen matriks, dibandingkan dengan hasil uji sampel analit tanpa
zat tambahan (Satiadarma, dkk, 2004).
Limit deteksi dari suatu metode analisis adalah nilai parameter uji batas, yaitu
konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi, tetapi tidak dikuantitasi pada kondisi
percobaan yang dilakukan. Limit deteksi dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen,
bagian per milyar) dalam sampel (Satiadarma, dkk., 2004).
Limit kuantitasi dari suatu metode analisis adalah nilai parameter penentuan
kuantitatif senyawa yang terdapat dalam konsentrasi rendah dalam matriks. Limit
kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan
dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi eksperimen yang
ditentukan. Limit kuantitasi dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, bagian per
milyar) dalam sampel (Satiadarma, dkk., 2004).
Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa
nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional dengan
konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu. Kelinieran
dinyatakan sebagai varians di sekitar landaian garis regresi yang dihitung menurut
hubungan matematika yang mapan dari hasil uji sampel yang mengandung analit
dengan konsentrasi yang bervariasi (Satiadarma, dkk., 2004).
Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi
analisis, dengan presisi, akurasi dan kelinieran yang memadai. Rentang biasanya
dinyatakan dalam satuan yang sama dengan hasil uji (persen, bagian per sejuta)
(Satiadarma, dkk., 2004).
Penentuan linieritas suatu prosedur analisis dilakukan dengan perlakuan
matematika dari hasil uji yang diperoleh pada analisis sampel yang mengandung analit
dalam rentang konsentrasi yang dituntut oleh prosedur. Perlakuan tersebut pada
umumnya adalah perhitungan garis regresi dengan metode least squares lawan
konsentrasi analit. Untuk mendapatkan hasil proporsional antara penentuan kadar dan
konsentrasi sampel, kadang-kadang data uji harus mendapatkan transformasi
matematika sebelum regresi. Landaian garis regresi dan variansnya memberikan ukuran
matematika dari linearitas (Satiadarma, dkk., 2004).
Rentang dari prosedur analisis disahihkan dengan jalan memverifikasi data yang
menunjukkan bahwa prosedur analisis menghasilkan presisi, akurasi, dan linieritas yang
dapat diterima, jika diterapkan pada sampel yang mengandung analit dengan konsentrasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di empat laboratorium yaitu identifikasi sampel dilakuka n
di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA Universitas
Sumatera Utara, penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, pengabuan sampel dilakukan di
Laboratorium Penelitian FMIPA Universitas Sumatera Utara, dan pengukuran kadar
dengan Spektrofotometer Serapan Atom Graphite Furnace dilakukan di salah satu
perusahaan swasta di Kawasan Industri Medan (KIM) pada bulan Januari sampai April
2010.
3.2Bahan-bahan 3.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jambu biji (Psidium
guajava L.) yang dijual di pinggir jalan Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun.
3.2.2 Pereaksi
Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah bahan berkualitas
untuk analisis (p.a) merek dagang E.Merck yaitu larutan standar timbal dengan
konsentrasi 1000 mcg/ml, asam nitrat 65% b/v, ditizon 98% b/b, kalium sianida,
amonium hidroksida 25% b/b, dan akuades buatan Laboratorium Kimia Farmasi
3.3Alat-alat
Alat-alat yang digunakan yaitu AAS GBC Avanta G-GF 3000 (AAS-Graphite
Furnace), Neraca Listrik (AND GF-200), Lampu Katoda Pb GBC, neraca kasar, tanur
(Ney M-525 Series II), hot plate (Favorit), pH indikator universal (E.Merck), lemari
asam, blender, pisau stainless steell, spatula, krus porselen 50 ml, botol kaca, dan
alat-alat gelas (Pyrex).
3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan HNO3 5 N
Larutan HNO3 65% b/v sebanyak 350 ml diencerkan dengan air suling hingga
1000 ml (Ditjen POM, 1979).
3.4.2 Larutan Ditizon 0,005 % b/v
Difeniltiokarbazon (ditizon) 98% b/b sebanyak 5 mg dilarutkan dalam 100 ml
kloroform (Vogel, 1990).
3.4.3 Larutan NH4OH 1 N
Amonium hidroksida 25% b/b sebanyak 7,4 ml diencerkan dalam 100 ml air
3.5Rancangan Penelitian
Cara penelitian dilakukan berdasarkan bagan berikut ini:
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental untuk
memeriksa kadar timbal pada buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun berdasarkan pengaruh atau hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah buah jambu biji (Psidium guajava L.), sedangkan yang menjadi
variabel bebas adalah waktu pemaparan dan pencucian. Penelitian ini menggunakan
rancangan faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu:
1. Faktor A : Waktu pemaparan dengan 4 variasi
A0 : tanpa pemaparan
A2 : pemaparan selama 2 hari
A4 : pemaparan selama 4 hari
A6 : pemaparan selama 6 hari
2. Faktor B : Pencucian dengan 2 variasi
B0 : tanpa dicuci
sehingga kombinasi perlakuan (t) = m faktor A x n faktor B
= m.n kombinasi perlakuan
= 4 x 2
= 8
dengan replikasi (r) setiap kombinasi perlakuan yaitu: (t-1) (r-1) ≥ 15
(8-1) (r-1) ≥ 15
r ≥ 3,14
Ini berarti bahwa replikasi (r) dapat dilakukan minimal sebanyak 3 kali.
Akan tetapi dalam hal ini dilakukan replikasi sebanyak 6 kali agar ketelitian penelitian
ini makin tinggi. Replikasi ditandai sebagai berikut:
R1 : Replikasi 1 R4 : Replikasi 4
R2 : Replikasi 2 R5 : Replikasi 5
R3 : Replikasi 3 R6 : Replikasi 6
Jadi, rancangan penelitian ini adalah rancangan faktorial dengan desain 4 x 2 dan setiap
kombinasi perlakuan dilakukan 6 kali replikasi.
Jumlah Unit Penelitian = m faktor A x n faktor B x r ulangan
= m.n.r
= 4 x 2 x 6
= 48
Keterangan : m = jumlah variasi faktor A
n = jumlah variasi faktor B
Atas dasar kondisi yang homogen, randomisasi dilakukan secara lengkap. Hasil
randomisasi kombinasi perlakuan dari waktu pemaparan dan pencucian dengan replikasi
sebanyak 6 kali adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Randomisasi Kombinasi Perlakuan dari Waktu Pemaparan dan
Pencucian dengan 6 kali replikasi
1
Model matematika rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = µ + τ + ε
Model rancangan ini bertujuan untuk meneliti pengaruh-pengaruh faktor utama dan
interaksi dengan derajat ketelitian yang sama (Hanafiah, 1995).
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Penyiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun (Gambar sampel dapat dilihat pada
Lampiran 1). Jambu biji dibeli langsung dari pedagang buah di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun sebanyak 10 kg pada hari pertama buah
tersebut datang (dalam keadaan segar). Buah tersebut diambil secara acak sebanyak 2,5
kg dan sisanya untuk pemaparan di pinggir jalan seperti buah yang diperdagangkan
akan tetapi tidak akan dijual oleh pedagang tersebut. Sisa ini untuk pengambilan sampel
2, 4, dan 6 hari waktu pemaparan. Pemaparan sampel dilakukan selama 14 jam setiap
harinya mulai pukul 08.00 – 22.00 WIB. Buah tersebut diberi perlakuan khusus tidak
seperti buah yang biasa dijual yaitu diletakkan dalam 1 keranjang sehingga mudah
mengangkatnya, tidak boleh dipegang, tidak boleh dilap, dan tidak dicuci dengan air.
Sampel buah jambu biji tersebut diletakkan di bagian paling depan dari tempat
penjualan. Jarak antara tempat pemaparan sampel dengan jalan raya sekitar 2 meter dan
sekitar 10 meter dari Kawasan Simpang Limun.
Jambu biji sebanyak 2,5 kg tersebut (tanpa pemaparan) dibagi dua secara acak,
masing-masing 1,25 kg. Jambu biji dengan 1,25 kg (1) tanpa dicuci sedangkan 1,25 kg
(2) dicuci sehingga diperoleh 2 kombinasi perlakuan yaitu A0B0 dan A0B1. Kemudian
dibuang biji yang terdapat di dalamnya sehingga diperoleh daging buah ± 800 g (1)
tanpa dicuci dan ± 800 g (2) dicuci. Pencucian dilakukan sebanyak 3 kali dengan
hari pemaparan di pinggir jalan, buah diambil dan diperlakukan sama seperti tanpa
pemaparan.
3.6.2 Proses Destruksi Kering
Sampel buah jambu biji untuk setiap kombinasi perlakuan dihaluskan dan
dihomogenkan daging buahnya dengan menggunakan blender, kemudian ditimbang
seksama ± 25 g dalam krus porselen yang diketahui bobot konstannya sebanyak 6 kali
sehingga diperoleh 48 unit sampel penelitian. Selanjutnya dipanaskan di atas hot plate
untuk menguapkan kandungan air yang terdapat di dalamnya sampai mengarang.
Diabukan di tanur dengan temperatur awal 25oC dan perlahan-lahan temperatur
dinaikkan menjadi 500oC hingga diperoleh abu berwarna putih. Pengabuan dilakukan
selama 12 jam dan dibiarkan dingin pada desikator. Hasil destruksi dilarutkan dalam 10
ml HNO3 5 N kemudian dipanaskan di atas hot plate hingga larutan berwarna bening.
Kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan
volumenya hingga garis tanda dengan akuades. Lalu disaring dengan kertas saring
Whatman No.42 dengan membuang 2 ml larutan pertama hasil penyaringan. Larutan
hasil penyaringan ini digunakan untuk uji kualitatif dan uji kuantitatif timbal (Pb)
(Chapple and Nick, 1991). Gambar penimbangan sampel buah jambu biji, penguapan
kandungan air, hasil pengarangan, dan hasil pengabuan sampel dapat dilihat pada
Lampiran 2. Flowsheet destruksi kering dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.6.3 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan terhadap 2 sampel kombinasi perlakuan (A0B0 dan
A0B1) sebagai sampel yang mewakili dan larutan standar timbal 50 mcg/ml sebagai
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, diatur pH = 7-8 dengan
penambahan amonium hidroksida 1 N, dimasukkan kristal kalium sianida, ditambahkan
2 ml larutan ditizon 0,005% b/v, dikocok kuat, dibiarkan lapisan memisah. Terbentuk
warna merah tua pada lapisan bawah (lapisan CHCl3) berarti sampel mengandung
timbal (Vogel, 1990). Gambar hasil analisis kualitatif dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.6.4 Analisis Kuantitatif
3.6.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan berdasarkan penggunaan
lampu katoda berongga Pb yaitu super lamp current 5 mA, setelah itu dilakukan
pengaturan dengan komputer sehingga diperoleh panjang gelombang absorbsi
maksimum untuk logam timbal (Pb) 217 nm (Chapple and Nick, 1991).
3.6.4.2 Pembuatan Larutan Standar
Larutan standar timbal (Pb) (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan
ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3 5 N, ditepatkan
volumenya sampai garis tanda dengan akuades (konsentrasi 100 mcg/ml) disebut
Larutan Standar I.
Larutan Standar I dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur
100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3 5 N, ditepatkan volumenya sampai garis
tanda dengan akuades (konsentrasi 10 mcg/ml) disebut Larutan Standar II.
3.6.4.3 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Logam Timbal (Pb)
Larutan kerja logam timbal (Pb) dibuat dengan memipet 0,5; 1; 2; 3; dan 4 ml
Larutan Standar II, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 10 ml
HNO3 5 N kemudian ditepatkan volumenya sampai garis tanda dengan akuades (larutan
217 nm dengan menggunakan blanko. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar
timbal dan perhitungan persamaan garis regresi kurva kalibrasi dapat dilihat pada
Lampiran 5.
3.6.5 Penetapan Kadar LogamTimbal (Pb) dalam Buah Jambu Biji
Larutan sampel yang diperoleh dari prosedur 2.6.2 diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm.
Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan
standar timbal (Pb). Konsentrasi timbal (Pb) dalam sampel dalam unit ppb (mcg/L)
ditentukan berdasarkan persamaan linier dari kurva kalibrasi.
Kadar logam timbal (Pb) dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
Contoh perhitungan hasil penetapan kadar timbal dalam sampel dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan data hasil analisis kadar logam ini seluruhnya untuk setiap kombinasi
perlakuan dengan 6 kali replikasi dapat dilihat pada Lampiran 7.
3.6.6 Uji Perolehan Kembali (Recovery)
Uji perolehan kembali dilakukan dengan metode penambahan larutan standar
(standard addition method). Pertama-tama dilakukan penentuan kadar logam dalam
sampel, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel setelah
penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu di atas kadar yang terdapat
dalam sampel (Ermer and John, 2005). Larutan standar yang ditambahkan yaitu 1 ml
Sampel buah jambu biji masing-masing ditimbang ± 25 g dalam krus porselen,
lalu ditambahkan 1 ml larutan standar timbal. Kemudian dilanjutkan dengan prosedur
destruksi sama seperti proses destruksi kering untuk timbal.
Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel yang sama dan dianalisa
dengan cara yang sama dengan pengerjaan sampel awal. Uji perolehan kembali
dilakukan untuk mengetahui kadar sampel sebenarnya dengan cara mengkonversikan
harga persen recovery tersebut.
Persen recovery dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Perhitungan kadar logam Pb dalam buah jambu biji setelah penambahan larutan standar
dapat dilihat pada Lampiran 8. Perhitungan uji perolehan kembali dapat dilihat pada
Lampiran 9 dan data % recovery dapat dilihat pada Lampiran 10. 3.6.7 Analisis Data Secara Statistik
Pada penelitian dilakukan analisis statistik dari data yang didapatkan dengan
menggunakan analisis sidik ragam (Ansira) yang bertujuan untuk mengetahui apakah
ada pengaruh tunggal dan interaksi dari perlakuan waktu pemaparan dan pencucian
terhadap kadar timbal pada buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun. Perhitungan analisis sidik ragam dapat
dilihat pada Lampiran 11.
Setelah diperoleh hasil analisis sidik ragam maka dihitung koefisien keragaman
(KK) yang menunjukkan derajat keakuratan (precision atau accuracy) dan keandalan
Rumus koefisien keragaman adalah:
(Hanafiah, 1995).
Apabila koefisien keragaman yang diperoleh kecil (<5%) maka analisis lanjutan
yang dipakai adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur).
Rumus umum uji BNJ (ω) adalah: ωα = Qα(P,V) Sy
Keterangan : Qα(P,V) = nilai baku Q pada taraf uji α, jumlah perlakuan P dan
derajat bebas galat V
Sy = galat baku rerata umum, yaitu : Sy =
Analisis lanjutan ini digunakan untuk mengetahui beda pengaruh masing-masing
variasi faktor perlakuan (X) terhadap hasil penelitian (Y) (Hanafiah, 1995). Perhitungan
analisis lanjutan uji beda nyata jujur dapat dilihat pada Lampiran 12.
3.6.8 Penentuan Batas/Limit Deteksi dan Batas/Limit Kuantitasi
Limit deteksi dan limit kuantitasi ini dapat diperoleh dari kurva kalibrasi larutan
standar Pb (Harmita, 2004) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Batas deteksi =
Batas kuantitasi =
Keterangan: SB = Simpangan Baku
Simpangan Baku =
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kualitatif
Pada persiapan penelitian diperoleh hasil yang digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penelitian yaitu hasil identifikasi secara kualitatif sehingga analisis kualitatif
ini sebagai reaksi pendahuluan terhadap sampel untuk mengetahui ada tidaknya timbal.
Pereaksi yang digunakan untuk analisis kualitatif adalah ditizon 0,005% b/v.
Hasil analisis kualitatif timbal dalam sampel dengan pereaksi ditizon 0,005% b/v
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. Hasil Analisis Kualitatif Timbal Dari Sampel Jambu Biji Dengan
Kombinasi Perlakuan Waktu Pemaparan dan Pencucian
No. Perlakuan Hasil Reaksi Keterangan
1 Standar + Ditizon Merah tua +
Keterangan : + = mengandung timbal - = tidak mengandung timbal
A0 = Tanpa Pemaparan B0 = Tanpa Pencucian
A2 = Pemaparan selama 2 hari B1 = Dengan Pencucian
A4 = Pemaparan selama 4 hari
Data di atas menunjukkan bahwa buah yang dijual di pinggir jalan
Sisingamangaraja Kawasan Simpang Limun baik dicuci maupun tanpa dicuci positif
mengandung timbal sehingga dilanjutkan analisis kuantitatif dengan kombinasi
perlakuan dari waktu pemaparan dan pencucian.
Sampel dikatakan positif mengandung timbal dengan pereaksi ditizon 0,005%
b/v jika warna hijau dari pereaksi berubah menjadi merah tua pada lapisan bawah
(Vogel, 1990). Pada analisis kualitatif ini, larutan standar timbal 50 mcg/ml berwarna
merah tua pada lapisan bawah (lapisan CHCl3) tetapi sampel berwarna merah terang.
Hal ini disebabkan karena batas minimum kemampuan ditizon bereaksi dengan timbal
yaitu konsentrasi 0,1 mcg/ml. Hal ini berarti bahwa pereaksi ditizon masih sangat
sensitif terhadap larutan standar timbal. Akan tetapi sampel memiliki konsentrasi yang
kecil dari 0,1 mcg/ml sehingga pereaksi ditizon kurang sensitif lagi sehingga terbentuk
warna merah yang lebih muda daripada warna hasil reaksi larutan standar.
4.2 Analisis Kuantitatif 4.2.1 Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi timbal diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan
standar timbal dengan konsentrasi larutan kerja yang berbeda. Absorbansi yang
diperoleh kemudian diplot dengan konsentrasi larutan kerja. Berdasarkan hasil
pengukuran absorbansi vs konsentrasi larutan standar tersebut diperoleh kurva kalibrasi
Gambar 5. Kurva Kalibrasi Timbal yang diukur pada panjang gelombang 217 nm
secara Spektrofotometri Serapan Atom
Berdasarkan gambar kurva kalibrasi di atas diperoleh persamaan garis regresi
yang linier yaitu Y = 0,0022 X + 0,0575 dengan r (koefisien korelasi) sebesar 0,9994.
Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan bukti adanya korelasi linier yang menyatakan adanya
hubungan antara X dan Y (Shargel dan Andrew, 1988). Kurva ini menunjukkan
korelasi positif antara konsentrasi (X) dan absorbansi (Y) yang artinya, peningkatan
konsentrasi sebanding dengan naiknya absorbansi (Sudjana, 2005).
4.2.2 Penetapan Kadar
Penetapan kadar timbal dalam sampel dilakukan secara Spektrofotometri
Serapan Atom. Kadar total dan kadar rata-rata pada sampel untuk setiap kombinasi
perlakuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Y = 0,0022 X + 0,0575
R2 = 0,9988
Tabel 5. Hasil Kadar Total dan Kadar Rata-rata Timbal pada Setiap Kombinasi
Perlakuan dengan 6 kali Replikasi
No. Perlakuan Replikasi Total
Rata-rata
Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel mengandung timbal dengan kadar
yang berbeda-beda untuk setiap kombinasi perlakuan. Secara langsung dari tabel di atas
dapat dilihat bahwa ada pengaruh dari waktu pemaparan dan pencucian terhadap kadar
timbal (Pb) pada buah jambu biji yang dijual di pinggir jalan Sisingamangaraja
Kawasan Simpang Limun. % peningkatan kadar timbal untuk setiap kombinasi
perlakuan dari waktu pemaparan baik tanpa dicuci maupun dicuci dapat dilihat pada
Tabel 6 dan Tabel 7, dan % penurunan kadar timbal untuk setiap kombinasi perlakuan
dari waktu pemaparan akibat pencucian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 6. Kadar Rata-rata dan % Peningkatan Kadar Timbal untuk Setiap
Kombinasi Perlakuan dari Waktu Pemaparan dan Tanpa Dicuci
No. Perlakuan Kadar rata-rata (mcg/g) % Peningkatan Kadar Pb
1 A0B0 0,0844
Tabel di atas menunjukkan bahwa peningkatan kadar timbal dalam sampel dari
mulai tanpa pemaparan hingga pemaparan selama 6 hari dan tanpa dilakukan pencucian
menghasilkan peningkatan kadar Pb yang signifikan. Peningkatan yang terbesar
terdapat pada buah jambu biji yang dengan waktu pemaparan selama 6 hari sebesar
123,34 %. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kepadatan arus kendaraan bermotor yang
berbahan bakar premium dan semakin lama waktu buah jambu biji terpapar oleh gas
buang kendaraan bermotor. Dalam hal ini peneliti tidak menghitung secara pasti berapa
jumlah kendaraan yang melintas tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pemaparan
maka semakin banyak logam Pb yang menempel pada kulit buah yang kemudian akan
menembus (berpenetrasi) ke dalam daging buah.
31,40 %
64,10 %
Tabel 7. Kadar Rata-rata dan % Peningkatan Kadar Timbal untuk Setiap
Kombinasi Perlakuan dari Waktu Pemaparan dan Dicuci
No. Perlakuan Kadar rata-rata (mcg/g) % Peningkatan Kadar Pb
1 A0B1 0,0849
Tabel di atas menunjukkan bahwa peningkatan kadar timbal dalam sampel dari
mulai tanpa pemaparan hingga pemaparan selama 6 hari dan dilakukan pencucian
menghasilkan peningkatan kadar Pb yang signifikan. Peningkatan yang terbesar
terdapat pada buah jambu biji dengan waktu pemaparan selama 6 hari sebesar 7,77 %.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh kepadatan arus kendaraan bermotor yang berbahan
bakar premium dan semakin lama waktu buah jambu biji terpapar oleh gas buang
kendaraan bermotor. Dalam hal ini peneliti tidak menghitung secara pasti berapa jumlah
kendaraan yang melintas tersebut.
Akan tetapi peningkatan ini lebih kecil bila dibandingkan dengan peningkatan kadar
timbal setelah pemaparan selama 6 hari dan tanpa dilakukan pencucian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pemaparan
maka semakin banyak logam Pb yang menempel pada kulit buah yang kemudian akan
menembus (berpenetrasi) ke dalam daging buah dan proses pencucian akan mengurangi
jumlah logam Pb yang menempel pada kulit buah.
3,29 %
3,42 %
Tabel 8. Kadar Rata-rata dan % Penurunan Kadar Timbal (Pb) untuk Setiap
Kombinasi Perlakuan dari Waktu Pemaparan dan Pencucian
No. Perlakuan Kadar rata-rata (mcg/g) % Penurunan Kadar Pb
1 A0B0 0,0844
Tabel di atas menunjukkan bahwa penurunan kadar timbal dalam sampel dari
mulai tanpa pemaparan hingga pemaparan selama 6 hari dan setelah dilakukan
pencucian, menghasilkan penurunan kadar Pb yang signifikan. Pada sampel tanpa
pemaparan diperoleh penurunan kadar Pb yang paling kecil yaitu 0,59 %. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh sedikitnya logam Pb yang menempel pada kulit buah
sehingga sewaktu dicuci hanya sedikit logam Pb yang terbuang. Pada sampel dengan
waktu pemaparan selama 6 hari diperoleh penurunan kadar Pb yang paling besar yaitu
51,46 % disebabkan oleh banyaknya logam Pb yang menempel pada kulit buah
sehingga sewaktu dicuci banyak logam Pb yang terbuang. Penurunan ini mungkin
belum maksimal karena ada kemungkinan logam Pb telah menembus (berpenetrasi) ke
}
0,59 %}
20,92 %}
51,46 %dalam daging buah, sehingga sewaktu dilakukan pencucian dengan air mengalir dari
kran, hanya sedikit logam Pb yang terbuang.
Keempat tabel di atas menunjukkan bahwa sampel mengandung timbal dengan
kadar yang berbeda-beda untuk setiap kombinasi perlakuan. Secara langsung dari tabel
di atas dapat dilihat bahwa ada pengaruh dari waktu pemaparan dan pencucian terhadap
kadar timbal pada buah yang dijual di pinggir jalan Sisingamangaraja Kawasan
Simpang Limun sehingga untuk membuktikannya diperlukan analisis data secara
4.3 Analisis Data Secara Statistik 4.3.1 Analisis Sidik Ragam
Hasil analisis data secara statistik menurut analisis sidik ragam dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Waktu Pemaparan dan
Pencucian terhadap Kadar Timbal
Kuadrat Tengah Fhitung Ftabel
α =
Faktor A 3 0,02002201 0,006674003333 26,14081723 2,84 4,31
Faktor B 1 0,021713267 0,021713267 85,04678762 4,08 7,31
Interaksi AB 3 0,015811094 0,005270364667 20,64302820 2,84 4,31
3 Galat 40 0,000765929 0,0002553096667 - - -
Keterangan : A : Waktu Pemaparan B : Pencucian
Pada tabel terlihat bahwa harga Fhitung dari pengaruh tunggal dan interaksi lebih
besar dari Ftabel (taraf uji 5% dan 1%) berarti kombinasi perlakuan dari waktu
pemaparan dan pencucian baik pengaruh tunggal maupun interaksi memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap kadar timbal.
Perhitungan data secara statistik menurut analisis sidik ragam dapat dilihat pada