Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
UJI EFIKASI JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana Balsamo DAN Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin TERHADAP
MORTALITAS LARVA Phragmatoecia castanae Hubner DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
ANINDHITA PRASASYA A 030302018
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
UJI EFIKASI JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana Balsamo DAN Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin TERHADAP
MORTALITAS LARVA Phragmatoecia castanae Hubner DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
ANINDHITA PRASASYA A 030302018
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara , Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Syahrial Oemry, MS.)
Ketua Anggota
(Ir. Marheni, MP.)
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Judu l Skripsi : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo dan Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner di Laboratorium
Nama : Anindhita Prasasya Anwar NIM : 030302018
Departemen : Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Program Studi : Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
(Ir. Syahrial Oemry, MS.)
Ketua Anggota
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
Anindhita Prasasya Anwar “ EFFICACY TEST OF FUNGI
ENTOMOPHATOGEN Beauveria bassiana Balsamo And Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin ON MORTALITY OF LARVA
Phragmatoecia castanae Hubner IN LABORATORY”, by the promoting commission is Mr. Ir. Syahrial Oemry, MS., as chief, and Mrs. Ir. Marheni, MP., as member.
This research was conducted in Research and Development Laboratory of Sugarcane Plantations of PTPN II Sei Semayang at altitude + 50 m over sea level. The research was conducted from January - March 2008.
The objective of research was to know the effectiveness of fungi entomophatogen B. bassiana and M. anisopliae on different spora density to infect the rodent larva of giant sugarcane stem P. castanae Hubner.
This research used Non factorial Complete Random Sampling consisting of seven treatments and four replications: B0 (control without treatment), B1 (Beauveria bassiana with conydia density 105), B2 (Beauveria bassiana with conydia density 106), B3 (Beauveria bassiana with conydia density 107), M1
(Metarrhizium anisopliae with conydia density 105), M2 (Metarrhizium anisopliae with conydia density 106), M3 (Metarrhizium anisopliae with conydia density 107). The parameters observed
were percentage of larva mortality (%), percentage of larva to become pupa (%) and percentage of pupa to become imago (%).
The result of research indicated that entomophatogen treatment on larva was different significantly. By using Beauveria bassiana, the highest mortality for larva was found in treatment B3 100 percent, B2 97.5 percent, B1 92.5 percent, and the lowest one was in treatment B0 is 0 percent. The highest percentage larva to become pupa was found in treatment B0 59.38 percent, B1 8.75 percent, B2 6.25 percent, and the lowest one was in treatment B3 is 0 percent. The highest percentage of pupa to imago was found in treatment B0 70 percent, B1 8.1 percent, B2 5.6 percent, and the lowest one was in treatment B3 is 0 percent. By using Metarrhizium anisopliae, the highest mortality for larva was found in treatment M1 80 percent, M2 70 percent and the lowest one was in treatment M3 55 percent. The highest percentage larva to become pupa was found in treatment M1 32.5 percent, M2 27.5 percent, and the lowest one was in treatment M3 16.25 percent. The highest percentage of pupa to imago was found in treatment M1 25 percent, M2 21.9 percent, and the lowest one was in treatment M3 13.8 percent.
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Anindhita Prasasya Anwar “UJI EFIKASI JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana Balsamo DAN Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin TERHADAP MORTALITAS LARVA Phragmatoecia castanae Hubner DI LABORATORIUM” dengan komisi pembimbing Bapak Ir. Syahrial Oemry, MS. selaku ketua dan Ibu Ir. Marheni, MP. selaku anggota.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tanaman Tebu PTPN II Sei Semayang dengan ketinggian tempat + 50 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2008.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae pada kerapatan spora yang berbeda untuk menginfeksi larva penggerek batang tebu raksasa P. castaneae Hubner.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan dan 4 ulangan yaitu B0 (Kontrol Tanpa Perlakuan), B1 (Beauveria bassiana dengan kerapatan konidia 105), B2 (Beauveria bassiana dengan kerapatan konidia 106), B3 (Beauveria bassiana dengan kerapatan konidia
107), M1 (Metarrhizium anisopliae dengan kerapatan konidia 105), M2 (Metarrhizium anisopliae dengan kerapatan konidia 106), M3 (Metarrhizium anisopliae dengan kerapatan konidia 107). Parameter yang diamati
adalah Persentase mortalitas larva (%), Persentase larva yang menjadi pupa (%) dan Persentase pupa yang menjadi imago (%).
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
“Anindhita Prasasya Anwar” lahir di Medan 10 September 1985 dari
pasangan Ayahanda (Alm.) Eddy Anwar dan Ibunda Hj. Arnisyah. Penulis
merupakan putri pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus dari SD Swasta
Mardi Lestari Medan tahun 1997, tahun 2000 lulus dari SMP Swasta Mardi
Lestari Medan, tahun 2003 lulus dari SMU Swasta Amir Hamzah Medan dan
tahun 2003 diterima sebagai Mahasiswa di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur
PMP.
Kegiatan akademis yang pernah diikuti penulis selama perkuliahan adalah :
1. Mengikuti Ceramah Ilmiah Pengendalian Hayati Sebagai Komponen PHT
di Fakultas Pertanian USU pada tanggal 10 Februari 2006
2. Menjadi Asisten Laboratorium Penyakit Tanaman Perkebunan tahun ajaran
2005-2006 dan 2006-2007
3. Menjadi Asisten Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan tahun ajaran
2006-2007
4. Menjadi Asisten Laboratorium Pengendalian Hama Terpadu tahun ajaran
2006-2007
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun
Bangun Pematang Siantar pada bulan Juni-Juli 2007 dan melaksanakan Praktek
Skripsi di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tanaman Tebu PTPN II Sei
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ UJI EFIKASI JAMUR
ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana Balsamo DAN Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin TERHADAP MORTALITAS
LARVA Phragmatoecia castanae Hubner DI LABORATORIUM” yang
merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir. Syahrial Oemry, MS. sebagai ketua dan Ibu Ir. Marheni, MP. sebagai
anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penelitian yang dilaksanakan penulis.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2008
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian... 4
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penggerek Batang Tebu Raksasa (Phragmatoecia castanae) ... 5
Gejala Serangan ... 8
Pengendalian ... 8
Jamur Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin... 9
Jamur Beauveria bassiana Balsamo ... 11
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 16
Penyediaan Serangga Uji ... 16
Penyediaan Jamur Beauveria bassiana dan Metarrhizium anisopliae ... 16
Pembuatan Suspensi Beauveria bassiana dan Metarrhizium anisopliae .... 16
Pengaplikasian Suspensi Jamur B. bassiana dan M. anisopliae ... 17
Pengamatan Parameter ... 17
Persentase Mortalitas Larva ... 17
Persentase Larva Menjadi Pupa ... 18
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner. ... 19 Persentase Larva yang Menjadi Pupa ... 22 Persentase Pupa yang Menjadi Imago ... 24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 27 Saran ... 27
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Rataan Mortalitas Larva P. castanae Hubner. (%) 18
2. Rataan Larva P. castanae Hubner. Yang Menjadi Pupa (%) 23
3. Rataan Pupa P. castanae Hubner. Yang Menjadi Imago (%) 25
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Telur P. castanae Hubner. 5
2. Larva P. castanae Hubner. 6
3. Pupa P. castanae Hubner. dan sisa kulit pupa 7
4. Imago P. castanae Hubner. 7
5. Konidia Metarrhizium anisopliae 10
6. Konidia Beauveria bassiana 12
7. Proses infeksi jamur entomopatogen ke tubuh serangga 13
8. Larva P. castanae yang terinfeksi jamur B. bassiana 20
9. Larva P. castanae yang terinfeksi jamur M. anisopliae 21
10. Grafik persentase mortalitas larva P. castanae Hubner 22
11. Pupa P. castanae yang terinfeksi jamur 24 11. Grafik persentase larva P. castanae Hubner yang menjadi pupa 24
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Bagan Penelitian 30
2. Data Persentase Mortalitas Larva 5 HSA 31
3. Data Persentase Mortalitas Larva 10 HSA 33
4. Data Persentase Mortalitas Larva 15 HSA 35
5. Data Persentase Mortalitas Larva 20 HSA 37
6. Data Persentase Larva Menjadi Pupa 5 HSA 39
7. Data Persentase Larva Menjadi Pupa 10 HSA 41
8. Data Persentase Larva Menjadi Pupa 15 HSA 43
9. Data Persentase Larva Menjadi Pupa 20 HSA 45
10.Data Persentase Pupa Menjadi Imago 5 HSA 47
11.Data Persentase Pupa Menjadi Imago 10 HSA 49
12.Data Persentase Pupa Menjadi Imago 15 HSA 51
13.Data Suhu Ruangan Penelitian 53
14.Deskripsi Ruangan Penelitian 54
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Chairunnisa (2005) tanaman tebu dapat dklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Species : Saccharum officinarum L.
Tebu merupakan tanaman perkebunan/ industri berupa rumput tahunan. Tanaman ini merupakan komoditi penting karena di dalam batangnya terkandung
20% cairan gula. Tanaman ini berasal dari India, tetapi mungkin juga berasal dari
Irian karena di sana ditemukan tanaman liar tebu. Di Jawa Barat tebu dikenal
dengan nama tiwu. Sejak 400 tahun yang lalu perkebunan tebu banyak ditemukan
di Pulau Jawa baik Jawa Barat maupun Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh dan
Sulawesi Selatan (Anonimus, 2006).
Tanaman tebu termasuk kelas Monocotyledon, ordo Glumaceae, famili
Graminae, genus Saccharum. Jenis tebu yang banyak dibudidayakan di Indonesia
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Luas perkebunan negara, swasta dan rakyat pada tahun 1998 sebesar
504.000 ha dan hampir dua per tiganya berupa perkebunan rakyat. Produksi gula
dari tebu relatif konstan, pada tahun 1998 produksi gula tebu mencapai 2.282.663
ton atau naik sekitar 120.000 ton dari produksi sebelumnya tetapi lebih kecil dari
produksi tahun 1994 yang mencapai 2.420.700 ton (Anonimus, 2006).
Penurunan produksi gula nasional beberapa tahun terakhir ini disebabkan
oleh beberapa hal, salah satunya karena pengendalian hama dan penyakit yang
kurang tepat, baik karena alasan teknik dan penggunaan peralatan produksinya
kurang memadai, atau karena mekanisme penyediaan sarana produksi yang tidak
baik, termasuk manajemen tebang angkut dari pabrik gula (PG) yang kurang
optimal. Hal ini menyebabkan pengelolaan tanaman tebu tidak optimal sehingga
produksi dan mutu tebu menurun (BPPT, 2007).
Produksi gula yang baik sangat dipengaruhi oleh iklim tropik seperti
kepulauan Pasifik misalnya Hawai dan Fiji. Di kepulauan ini tebu mendominasi
perekonomian setelah penduduk asli dijajah oleh Eropa dan Amerika, yang
dikenalkan oleh para imigran dari berbagai negara di Asia kepada para petani
untuk dijadikan tanaman pertanian (Anonimus, 2007).
Penurunan produksi gula akibat serangan hama dapat disebabkan oleh :
penggerek berkilat (Chilotraea auricilia), penggerek batang kuning
(Chilotraea infuscatellus), penggerek batang abu-abu (Chrapolita schistaceana/
Eucosma schistaceana), penggerek batang jambon (Sesamia inferens) dan
penggerek batang tebu raksasa (Phragmataecia castaneae)
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Phragmataecia castaneae Hubner (penggerek batang tebu raksasa)
merupakan salah satu kendala produksi yang utama terhadap perindustrian gula di
Sumatera Utara. Kerusakan akibat penggerek ini menyebabkan menurunnya bobot
tebu, kualitas dan kuantitas nira. Tanaman akan sangat menderita dan akan mati,
batangnya mudah patah, selain itu luka bekas gerekan dapat menjadi tempat
infeksi berbagai macam patogen yang menyebabkan rusaknya jaringan tanaman.
Kerugian fatal adalah matinya tanaman tebu (Purnama, 2001).
Salah satu pengendalian penggerek batang tebu di PT. Perkebunan
Nusantara II dilakukan secara hayati. Beberapa species musuh alami telah
diketahui dapat menyerang P. castanae yaitu dari jenis Hymenoptera dan Diptera.
Misalnya parasit telur Tumidiclava sp
(Hymenoptera : Trichogrammatidae), parasit larva Xanthocampoplex sp.
(Hymenoptera : Ichnuemonidae), dan parasit larva yang banyak dijumpai adalah
Sturmiopsis inferens Towns (Diptera : Tachinidae) (Saragih, dkk, 1986).
Saat ini telah diteliti lebih dari 750 species jamur sebagai penyebab
penyakit pada serangga. Setidaknya ada beberapa species jamur yang layak dapat
dipertimbangkan menjadi insektisida biologis sebagai produk komersial. Di
antaranya adalah Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae,
Verticillium leccani, dan Hirsutella thompsonii (Dinata, 2006).
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa B. bassiana menghasilkan
racun (toksin) yang dapat mengakibatkan paralisis secara agresif pada larva dan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
B. bassiana antara lain beauvericine, beauverolide, isorolide dan zat warna serta
asam oksalat (Mahr, 2003).
Jamur M. anisopliae memiliki spektrum yang sangat luas dan dapat
menginfeksi lebih dari 100 species dari beberapa ordo serangga seperti
Scapteriscus sp, semut api, Salenopsis invicta, larva kumbang seperti Oryctes rhinoceros, Phyllophaga sp dan Cetina nitida (Prayogo, dkk, 2005).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas jamur entomopatogen
B. bassiana dan M. anisopliae pada kerapatan spora yang berbeda untuk menginfeksi larva penggerek batang tebu raksasa P. castanae Hubner.
Hipotesis Penelitian
- Diduga terdapat perbedaan kemampuan menginfeksi antara jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae terhadap larva penggerek
batang tebu raksasa P. castanae Hubner.
- Diduga terdapat perbedaan kemampuan menginfeksi dengan kerapatan spora yang berbeda antara jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Penggerek Batang Tebu Raksasa (Phragmatoecia castanae Hubner)
Menurut Kalshoven (1981), hama penggerek batang tebu raksasa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Cossidae
Genus : Phragmatoecia
Species : Phragmatoecia castanae
Telur berbentuk lonjong dengan panjang 1,8 mm, warnanya putih kotor
kemudian berubah menjadi coklat muda. Menjelang penetasan berubah menjadi
hitam kelabu. Kelompok telur terdiri dari satu baris atau lebih sekitar 9-12 butir.
Telur-telur diletakkan pada pucuk daun yang mati (puser) atau pada daun tua
kering yang masih melekat pada batang. Tepi daun digulung dan direkatkan,
tergantung dari letak telur di dalam barisan. Masa inkubasi telur 9-10 hari
(Wirioatmodjo, 1980) .
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Larva yang baru menetas berukuran 0,3 - 0,4 mm, warna dasar tubuhnya
kuning terang dengan 4 buah bercak berwarna merah ungu pada setiap segmen
tubuhnya. Selama periode larva di lapangan terjadi 5 kali pergantian kulit, yang
berarti terdapat 6 instar. Ulat yang telah besar berwarna putih jambon
kemerah-merahan. Stadia larva mencapai 70 hari. Menjelang berkepompong ulat membuat
lubang keluar pada batang yang ditutupi dengan selaput tipis
(Wirioatmodjo, 1978) .
Gambar 2. Larva P. castanae Hubner Sumber : Foto Langsung
Masa pra pupa 1-2 hari dengan warna mula-mula kuning muda lalu
menjadi lebih tua dan akhirnya berwarna coklat tua. Masa pupa berlangsung 14 –
19 hari, rata-rata 16 hari. Menjelang keluarnya ngengat, pupa bergerak keluar
menembus selaput. Sisa kulit pupa yang separuh menonjol di luar lubang
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3. Pupa P. castanae Hubner. (kiri) dan sisa kulit pupa (kanan) Sumber : Foto Langsung
Ngengat berwarna kecoklatan dan memiliki proboscis. Pada ujung tulang
sayap terdapat noktah berwarna ungu kehitaman. Rata-rata panjang tubuh ngengat
betina 3,02 cm dan ngengat jantan 2,77 cm. Ngengat keluar pada sore hari.
Setelah keluar dari kepompong ngengat betina berdiam selama beberapa waktu
untuk mengeringkan dan mengembangkan sayap. Masa penerbangan terjadi antara
pukul 18.00-22.00. Ngengat tertarik oleh sinar lampu. Pada siang hari ngengat
bersembunyi di antara pelepah daun (BPTD, 1979).
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009 Gejala Serangan
Serangan hama penggerek batang tebu terjadi pada tanaman tebu muda
berumur 2-3 bulan dan serangan akan meningkat pada umur 5 bulan. Akan
menyebabkan kematian tanaman karena rusaknya titik tumbuh tanaman tersebut.
Pada tanaman tua mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dan menghasilkan
produksi gula yang sedikit (Sutardjo, 1980).
Penggerek batang tebu raksasa menyerang tanaman tua maupun muda.
Serangan pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian pucuk. Pada tanaman
yang telah berumur lebih dari tiga bulan kerusakan terjadi pada ruas-ruas. Bila
gerekan ruas cukup parah, batangnya mudah patah. Gejala ditandai dengan adanya
lubang-lubang gerek yang mudah dilihat dari luar. Tingkat kerusakan biasanya
ditentukan berdasarkan persen rusak ruas (dengan tanda ruas rusak dari luar)
terhadap jumlah ruas (BPTD, 1979).
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan mengatur lalu lintas pengiriman
bibit ke daerah-daerah baru, pemusnahan sisa-sisa potongan bibit dan tanaman
inang di sekeliling kebun untuk memutus siklus hidup hama, pemasangan
perangkap, menangkap hama dan memusnahkannya, menanam varietas yang
resisten secara hayati dan kimia (Deptan, 1994).
Pengendalian hayati terhadap penggerek batang tebu yang dilakukan di
PTPN II secara hayati dengan menggunakan parasitoid telur Tumidiclava sp. dan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Jamur Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin
Menurut Barnett (1960), jamur M. anisopliae diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisio : Amastigomycota
Sub divisio : Deutromycotina
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Metarrhizium
Species : Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin
Jamur ini biasanya disebut dengan Green Muscarsine Fungus dan tersebar
di seluruh dunia. Jamur ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama
kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak saat itu digunakan di
beberapa negara termasuk Indonesia (Tanada and Kaya, 1993).
Pada awal pertumbuhan, koloni jamur berwarna putih lalu berubah
menjadi hijau gelap. Miselium jamur berdiameter 1,98-2,97 m. Konidia tersusun
dengan tegak, dipenuhi dengan konidia bersel satu berwarna hialin. Konidia
berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9 m (Prayogo, dkk, 2005).
Jamur M. anisopliae mengadakan penetrasi ke tubuh serangga melalui
dinding tubuh di antara kapsul kepala dan toraks serta di antara ruas-ruas tubuh.
Mekanisme penetrasi dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula,
selanjutnya hifa mengeluarkan enzim yang membantu dalam menguraikan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
epidermis, miselia berkembang dan akan mencapai haemocoel (rongga tubuh)
serangga dalam waktu 1-2 hari. Aktivitas peredaran hemolimf selanjutnya dirusak
sehingga hemolimf menjadi lebih kental dan warnanya lebih pucat, peredarannya
lambat dan akhirnya berhenti. Tingkat kemasaman (pH) darah meningkat, terjadi
paralisis dan akhirnya serangga mati (Prayogo, dkk, 2005).
Jamur M. anisopliae merupakan salah satu insektisida biologis dan
memiliki spektrum pengendalian yang sangat luas dan dapat menginfeksi lebih
dari 100 species beberapa ordo serangga seperti semut api. Biasanya pertumbuhan
optimal jamur ini terjadi pada suhu 27-28o C. Dan akan menurun pada suhu
rendah. Kondisi temperatur menjadi faktor utama dalam efektifitas kerja jamur ini
(Prayogo, dkk, 2005).
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Jamur Beauveria bassiana Balsamo
Menurut Barnett (1960) jamur B. bassiana dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisio : Amastigomycota
Sub divisio : Deutromycotina
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Beauveria
Species : Beauveria bassiana Balsamo
Cendawan B. bassiana bersifat polifag. Species tersebut memiliki
beberapa kesamaan nama antara lain Beauveria stephanoderis (Bally) Petch,
Botrytis bassiana Balsamo dan Botrytis stephanoderis Bally (Anonimus, 2003).
Miselia jamur B. bassiana bersekat dan berwarna putih, di dalam tubuh
serangga yang terinfeksi terdiri atas banyak sel dengan diameter 4 m, sedang di
luar tubuh serangga ukurannya lebih kecil yaitu 2 m (Utomo dan Pardede, 1990).
Konidia jamur bersel satu, berbentuk oval agak bulat (globose) sampai dengan
bulat telur (obovate), berwarna hialin dengan diameter 2-3 m. Konidiofor
berbentuk zigzag merupakan ciri khas dari genus Beauveria (Barnett, 1960).
Jamur B. bassiana merupakan spesies jamur yang sering digunakan untuk
mengendalikan serangga. Jamur ini ternyata memiliki spektrum yang luas dan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
menunjukkan bahwa B. bassiana efektif untuk mengendalikan semut api, aphid,
dan ulat grayak Spodoptera exigua (Dinata, 2006).
B. bassiana masuk ke tubuh serangga melalui kulit di antara ruas-ruas
tubuh. Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula. Hifa fungi
mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang mampu menguraikan
komponen penyusun kutikula seranggga. Di dalam tubuh serangga hifa
berkembang dan masuk ke dalam pembuluh darah. Di samping itu B. bassiana
juga menghasilkan toksin seperti beauverisin, baeuverolit, bassianalit, isorolit dan
asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, penggumpalan dan
terhentinya peredaran darah serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem syaraf
dan pernafasan yang pada akhirnya menyebabkan kematian (Mahr, 2003).
Gambar 6. konidia Beauveria bassiana
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 7. Proses infeksi jamur entomopatogen ke tubuh serangga
Sumber :
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan
Tanaman Tebu PTPN II Sei Semayang dengan ketinggian tempat + 50 m dpl.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah larva penggerek batang
tebu raksasa Phragmatoecia castanae, gelagah, jamur Beauveria bassiana dan
Metarrhizium anisopliae, aquadest, alkohol, perekat.
Alat yang digunakan ialah stoples, kardus, timbangan, beaker glass, gelas
ukur, jarum suntik, mikroskop, label nama, kurungan kasa, pisau, kalkulator dan
alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan sebagai berikut :
B0 = Kontrol
B1 = Beauveria bassiana dengan kerapatan konidia 105
B2 = Beauveria bassiana dengan kerapatan konidia 106
B3 = Beauveria bassiana dengan kerapatan konidia 107
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
M2 = Metarrhizium anisopliae dengan kerapatan konidia 106
M3 = Metarrhizium anisopliae dengan kerapatan konidia 107
Ulangan diperoleh dengan menggunakan rumus :
(t-1) (r-1) > 15
(7-1) (r-1) > 15
6r = 20
r = 20/6
r = 4 (dibulatkan)
Metode liniernya sebagai berikut :
Yij = + ri + ij
Dalam hal ini :
Yij = hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= purata umum
ri = penyimpangan hasil dari nilai yang disebabkan oleh pengaruh
perlakuan ke-i
ij = pengaruh acak yang masuk dalam percobaan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Pelaksanaan Penelitian
Penyediaan Serangga Uji
Larva P. castanae diambil dari lapangan. Larva yang diambil adalah larva
instar 4 yaitu yang berumur + 40 hari dan berukuran 4 cm. Lalu larva dimasukkan
kedalam gelagah yang panjangnya + 15 cm dengan diameter 1 cm. Di dalam satu
stoples terdapat 40 gelagah ulat dimana toples disekat menjadi 4 ruang. Adapun
tinggi stoples ialah 26 cm dan diameter 21 cm.
Penyediaan Jamur B. bassiana dan M. anisopliae
Jamur B. bassiana dan M. anisopliae diperoleh dari BP2TP Helvetia
Medan. Jamur tersebut sudah tersedia dalam bentuk tepung yang memiliki
kerapatan konidia 107 dan dapat di aplikasikan langsung pada serangga dengan
diencerkan terlebih dahulu.
Pembuatan Suspensi B. bassiana dan M. anisopliae
Jamur yang telah diperoleh dalam bentuk tepung ditimbang sebanyak 50
gram dan diletakkan di dalam beaker glass, lalu diencerkan dengan 450 ml
aquadest. Lalu akan terbentuk jamur dengan kerapatan spora 107. Kemudian
suspensi jamur tadi diambil sebanyak 50 ml dan diencerkan kembali dengan 450
ml aquadest. Maka akan terbentuk jamur dengan kerapatan spora 106. Lalu
suspensi jamur diambil lagi sebanyak 50 ml dan diencerkan kembali hingga
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Pengaplikasian Suspensi Jamur B. bassiana dan M. anisopliae
Suspensi jamur yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam jarum suntik
sebanyak 3 ml. Lalu disuntikkan ke gelagah yang telah berisi ulat. Penyuntikan
dilakukan pada 3 (tiga) titik yang berbeda dengan kedalaman suntik + 1 mm.
Pengamatan pertama dilakukan setelah 5 hari pengaplikasian jamur.
Pengamatan Parameter
Persentase Mortalitas Larva
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati.
Pengamatan dilakukan setelah 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari setelah aplikasi.
Persentase larva yang mati dihitung dengan menggunakan rumus :
a
M = x 100 % a + b
Keterangan :
M = mortalitas
a = jumlah larva yang mati b = jumlah larva yang hidup
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Persentase Larva Yang Menjadi Pupa
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang menjadi
pupa. Pengamatan dilakukan setelah 29 hari, 30 hari, 31 hari dan 32 hari setelah
aplikasi.
Persentase Pupa Yang Menjadi Imago
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pupa yang menjadi
imago. Pengamatan dilakukan setelah 45 hari, 46 hari, 47 hari dan 48 hari setelah
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner.
Hasil pengamatan mortalitas larva P. castanae Hubner. pada setiap
pengamatan dapat dilihat pada lampiran 2-5. Hasil analisa sidik ragam
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan Mortalitas Larva P. castanae Hubner. (%)
Perlakuan Waktu Pengamatan (hsa)
5 10 15 20
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa mortalitas larva P. castaneae yang
tertinggi terdapat pada pengamatan 10 HSA yaitu sebesar 100% dan yang
terendah terdapat pada perlakuan B0 yaitu sebesar 0%. Data diatas menunjukkan
perlakuan B3 (B. bassiana kerapatan konidia 107) 10 HSA berbeda nyata dengan
perlakuan M3 (M. anisopliae kerapatan konidia 107) pada setiap pengamatan.
Pada perlakuan B3 mortalitas larva mencapai 100% dan pada perlakuan M3 hanya
sebesar 55%.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jamur entomopatogen yang efektif
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
dengan jamur M. anisopliae. Dan perlakuan yang paling efektif ialah perlakuan
B3 yaitu jamur B. bassiana dengan kerapatan konidia 107 yang menyebabkan
kematian larva sebesar 100%. Hal ini juga terjadi pada jamur M. anisopliae,
dimana perlakuan yang efektif terdapat pada perlakuan M3 yaitu jamur
M. anisopliae dengan kerapatan konidia 107. Tetapi persentase mortalitas larva hanya sebesar 80%.
Tubuh larva yang terinfeksi jamur B. bassiana pada 5 HSA akan
mengalami mumifikasi (mengeras) dan berubah warna. Sedangkan pada
pengamatan 10 HSA sebagian tubuh larva telah ditutupi oleh miselium jamur
berwarna putih. Dan pada pengamatan 15 HSA dan 20 HSA seluruh tubuh larva
telah ditutupi oleh miselium jamur B. bassiana. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Anonimus (2008a) yang menyatakan bahwa miselium (hifa) jamur B. bassiana
akan masuk kedalam tubuh serangga dan berkembang di dalamnya, lalu pada
bagian luar tubuh serangga yang terserang akan dipenuhi oleh hifa dan konidia
jamur berwarna putih.
5 HSA 10 HSA 15 HSA 20 HSA Gambar 8. Larva P. castanae yang terinfeksi jamur B. bassiana
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Sedangkan gejala larva yang terinfeksi jamur M. anisopliae tubuhnya akan
memperlihatkan bercak coklat pada awal infeksi, setelah 2-3 hari tubuh larva akan
mengalami mumifikasi. Lalu jamur akan menembus kulit dan membentuk
miselium jamur pada permukaan tubuh serangga. Miselium jamur awalnya
berwarna putih dan lama kelamaan berubah menjadi hijau.
5 HSA 10 HSA 15 HSA 20 HSA Gambar 9. Larva P. castanae yang terinfeksi jamur M. anisopliae
Sumber : Foto Langsung
Keberhasilan jamur entomopatogen dalam menginfeksi serangga hama
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ialah faktor suhu dan kelembaban.
Jamur memerlukan kelembaban yang tinggi dan untuk melakukan perkecambahan
konidia. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimus (2008b) yang menyatakan
bahwa untuk melakukan perkecambahan konidia dan sporulasi pada permukaan
tubuh serangga jamur membutuhkan kelembaban sangat tinggi (>90% RH), dan
temperatur optimum untuk perkembangan, patogenisitas, dan kelulusan hidup
jamur umumnya antara 20-30°C.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata mortalitas larva yang tertinggi
terdapat pada perlakuan B3 setiap pengamatan yaitu jamur B. bassiana dengan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
konidia suatu jamur maka semakin tinggi daya infeksi jamur tersebut terhadap
serangga. Hal ini sesuai dengan literatur Ferron (1985) yang menyatakan bahwa
keberhasilan menginfeksi jamur terhadap serangga hama sangat ditentukan oleh
kerapatan konidia yang kontak dengan tubuh inang. Semakin banyak konidia yang
menempel pada inang sasaran akan semakin cepat menginfeksi inang sasaran
tersebut. Kepadatan konidia biasanya yaitu 106 – 108 cukup memadai dalam uji
patogenitas jamur.
Adapun grafik mortalitas larva P. castanae Hubner pengamatan 5 – 20
HSA (%) dapat dilihat pada gambar 8.
Grafik Persentase Mortalitas Larva P. castanae Hubner
0.0
Gambar 10. Grafik persentase mortalitas larva P. castanae Hubner
Persentase Larva yang Menjadi Pupa
Hasil pengamatan larva P. castanae Hubner. yang menjadi pupa dapat
dilihat pada lampiran 6-9. Persentase larva yang menjadi pupa pada setiap
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 2. Rataan Larva P. castanae Hubner. Yang Menjadi Pupa (%)
Perlakuan Waktu Pengamatan (hsa)
29 30 31 32
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase larva P. castanae yang
menjadi pupa yang tertinggi terdapat pada pengamatan 30 HSA yaitu perlakuan
B0 sebesar 59.38% dan yang terendah pada perlakuan B3 setiap pengamatan yaitu
sebesar 0%. Hal ini terjadi karena pada perlakuan B3 seluruh larva telah terinfeksi
jamur B. bassiana, sedangkan pada perlakuan B0 (kontrol) larva tidak diberi
perlakuan sehingga persentase larva untuk menjadi pupa cukup besar. Dan tingkat
persentase yang tertinggi terdapat pada 30 HSA yaitu larva telah berumur 70 hari.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wirioatmodjo (1978) yaitu stadia larva
P. castanae untuk menjadi kepompong mencapai 70 hari.
Tidak semua larva P. castanae dapat berhasil membentuk pupa dengan
sempurna. Hal ini disebabkan karena jamur yang diinfeksikan ke tubuh serangga
menunjukkan reaksi yang lambat. Sehingga jamur baru menunjukkan gejalanya
pada stadia pupa. Dan miselium jamur baru terlihat tumbuh pada kulit pupa. Hal
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 11. Pupa P. castanae yang terinfeksi jamur setelah 30 HSA
Adapun grafik larva P. castanae Hubner yang menjadi pupa pengamatan
29 – 32 HSA (%) dapat dilihat pada gambar 12.
Grafik Persentase Larva P. castanae yang Menjadi Pupa
0.00
Gambar 12. Grafik persentase larva P. castanae Hubner yang menjadi pupa
Persentase Pupa yang Menjadi Imago
Hasil pengamatan larva P. castanae Hubner. yang menjadi pupa dapat
dilihat pada lampiran 10-12. Persentase pupa yang menjadi imago pada setiap
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 3. Rataan Pupa P. castanae Hubner. Yang Menjadi Imago (%)
Perlakuan Waktu Pengamatan (hsa)
45 46 47
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase tertinggi pupa P. castanae
yang menjadi imago terdapat pada perlakuan B0 yaitu pengamatan 46 HSA
sebesar 70% dan yang terendah pada perlakuan B3 setiap pengamatan sebesar 0%.
Persentase tertinggi pupa P. castanae Hubner yang menjadi imago
terdapat pada 46 HSA dimana pupa telah berumur + 16 hari. Dan waktu yang
dibutuhkan pupa untuk menjadi imago rata-rata 16 hari. Hal ini sesuai dengan
literatur Wirioatmodjo (1980) yang menyatakan bahwa masa pra pupa
P. castanae 1-2 hari dengan warna mula-mula kuning muda lalu menjadi lebih tua
dan akhirnya berwarna coklat tua. Masa pupa berlangsung 14 – 19 hari, rata-rata
16 hari.
Adapun grafik pupa P. castanae Hubner yang menjadi imago pengamatan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Grafik Persentase Pupa P. castanae yang Menjadi Imago
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0
45 HAS 46 HAS 47 HAS
Waktu Pengamatan
J
um
la
h P
upa
M
e
nj
a
di
I
m
a
go
(%
)
B0
B1
B2
B3
M1
M2
M3
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jamur yang paling efektif untuk mengendalikan hama P. castanae Hubner
ialah jamur B. bassiana kerapatan spora 107 dibandingkan dengan
jamur M. anisopliae.
2. Persentase mortalitas larva P. castanae Hubner yang tertinggi terdapat pada
perlakuan B3 (B. bassiana kerapatan spora 107) 10 HSA sebesar 100% dan
yang terendah pada perlakuan B0 (kontrol) sebesar 0%.
3. Persentase tertinggi larva P. castanae Hubner yang menjadi pupa terdapat pada perlakuan B0 (kontrol) 30 HSA sebesar 59.38% dan yang terendah pada
perlakuan B3 setiap pengamatan sebesar 0%.
4. Persentase pupa P. castanae Hubner menjadi imago yang tertinggi pada
perlakuan B0 (kontrol) pada 46 HSA sebesar 70% dan yang terendah terdapat
pada perlakuan B3 sebesar 0%.
5. Semakin tinggi kerapatan spora jamur yang diinfeksikan ke serangga maka
akan semakin besar mortalitas larva.
6. Larva yang terinfeksi jamur B. bassiana menunjukkan gejala tubuh larva
ditutupi miselium jamur berwarna putih dan yang terinfeksi jamur
M. anisopliae ditutupi miselium berwarna hijau.
Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut di lapangan untuk
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus., 2003. Beauveria bassiana Biological Insecticide. Diakses dari :
2007.
., 2006. Tebu. Diakses dari :
April 2007.
., 2007. Sugarcane. Diakses dari :
., 2008a. Beauveria bassiana Pengendali Hama Tanaman. Diakses dari : http://www.pustaka-deptan.go.id/publication/wr281066.pdf. Tanggal 30 Mei 2008.
., 2008b. Status Teknologi dan Prospek Beauveria bassiana Untuk Pengendalian Serangga Hama Tanaman Perkebunan Yang Ramah Lingkungan.
Diakses dari
Barnett., 1960. Ilustrated Genera of Imperfecty Fungy. Second Edition. Burgess Publishing Company. P : 62.
Basle., 1985. Field Trial Manual. Ciba. Geigy, Switzerland. P : 18.
BPPT, 2007. Melihat Industri Gula Indonesia Dari Waktu ke Waktu. Diakses dari:
BPTD., 1979. Hama dan Penyakit Tanaman Tebu. Balai Penelitian Tanaman Tebu dan Tembakau Deli, Medan. Hal : 15-16.
., 1992. Rencana Perluasan Kebun Tebu Inokulasi Untuk Mengembangkan Larva Phragmataecia castanae Media Pengembangbiakan Parasit, Seksi Proteksi Tanaman Bagian Penelitian, Perkebunan IX, Medan. Hal : 1.
BP3GI., 1979. Laporan Pengendalian Hama Penggerek Raksasa (P. castanae) di
Medan, Balai Penyelidikan Perusahaan Perkebunan Gula, Pasuruan. Hal : 1-4.
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Deptan., 1994. Pedoman Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Perkebunan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hal : 36.
Dinata, A. 2006. Insektisida Yang Ramah Lingkungan. Diakses dari:
Ferron, P., 1985. Fundamental of Plant Pathology. John Willey and Sons Published, New York. P : 54.
Kalshoven, L. G. E., 1981. The Pest of Crop In Indonesia. Revisel and Translate by P. A Van Der Laan. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta. P : 452-453.
Mahr, S., 2003. The Entomopathogen Beauveria bassiana. University of
Winconsin, Madison. Diakses dari:
2006.
Prayogo, Y. Wedanimbi, T. dan Marwoto., 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarrhizium anisopliae Untuk Mengendalikan Ulat
Grayak Spodoptera litura pada Kedelai. Diakses dari:
Purnama, A., 2001. Pengendalian Hama Penggerek Batang Tebu (P.castanae), Bagian Penelitian Tembakau Deli, PT. Perkebunan Nusantara II. Hal : 1.
Saragih, R. Zuraida, B. dan Z. Abidin., 1986. Pembiakan S. inferens Tns dan Kemampuan Memarasit P. castanae Hubner, Prosiding Temu Ilmiah Entomologi Perkebunan Indonesia 1986. Hal : 143.
Sugandi, E. dan Sugiarto., 1993. Rancangan Percobaan. Andi Offset, Yogyakarta.
Sutardjo, E., 1980. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara, Jakarta.
Tanada, Y. and Kaya, H. K., 1993. Insect Pathology. Academic Press. Inc. Publishier Sandiego New York Boston. London Sydney Tokyo Toronto. P : 359-360.
Utomo, C. dan D. J. Pardede., 1990. Efikasi Jamur Beauveria bassiana. Buletin Perkebunan.
Wirioatmodjo, B., 1978. Biology of P. castanae Hb. The Giant Borer of Sumatera Indonesia. Proc. ISSCT, 17.1052-1657.
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009 B0 Lampiran 1
BAGAN PENELITIAN
I II III IV
M3
B3
M1
M2
B2
B1
B0 B1
B2
B3
M1
M2
M3
B2
M2
B1
B0
M3
B3
M1
M3
B0
B3
M1
B2
M2
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 2. Rataan Mortalitas Larva P. castanae Hubner 5 HSA
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Rataan Mortalitas Larva P. castanae Hubner 5 HSA setelah transformasi √x+0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 5.79
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 17.050 17.920 18.413 18.818 19.108 19.311
0.0 7.5 27.5 40.0 50.0 57.5 80.0
a
b
c
d
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 3. Rataan Mortalitas Larva P. castanae Hubner 10 HSA
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Rataan Mortalitas Larva P. castanae Hubner 10 HSA setelah transformasi √x+0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 3.70
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 10.878 11.433 11.748 12.007 12.192 12.321
0.0 27.5 45.0 55.0 67.5 80.0 100.0
a
b
c
d
e
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 4. Rataan Mortalitas Larva P. castanae Hubner 15 HSA
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 4.15
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 12.215 12.838 13.191 13.482 13.690 13.835
0.0 55.0 70.0 77.5 80.0 92.5 100.0
a
b
c
d
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 5. Rataan Mortalitas Larva P. castanae Hubner 20 HSA
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 3.85
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 11.341 11.920 12.248 12.518 12.711 12.846
0.0 55.0 70.0 80.0 92.5 97.5 100.0
a
b
c
d
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 6. Rataan Larva P. castanae Hubner yang Menjadi Pupa (29 HSA)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 1.54
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 4.554 4.787 4.918 5.027 5.104 5.158
0.0 2.5 5.0 5.6 6.9 11.9 25.0
a
b
c
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 7. Rataan Larva P. castanae Hubner yang Menjadi Pupa (30 HSA)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009 ** = Sangat Nyata
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 3.42
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 10.072 10.586 10.877 11.117 11.289 11.409
0.00 6.25 8.75 16.25 27.50 32.50 59.38
a
b
c
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 8. Rataan Larva P. castanae Hubner yang Menjadi Pupa (31 HSA)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
B0 5 10 15 7.5 37.5 9.38
B1 5 5 2.5 0 12.5 3.13
B2 0 0 0 0 0 0
B3 0 0 0 0 0 0
M1 12.5 10 2.5 2.5 27.5 6.88
M2 5 12.5 2.5 2.5 22.5 5.63
M3 2.5 2.5 0 0 5 1.25
Total 30 40 22.5 12.5 105
Rataan 4.29 5.71 3.21 1.79 3.75
Rataan Larva P. castanae Hubner yang Menjadi Pupa (31 HSA) setelah transformasi √x+0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
B0 2.35 3.24 3.94 2.83 12.35 3.09
B1 2.35 2.35 1.73 0.71 7.13 1.78
B2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71
B3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71
M1 3.61 3.24 1.73 1.73 10.31 2.58
M2 2.35 3.61 1.73 1.73 9.41 2.35
M3 1.73 1.73 0.71 0.71 4.88 1.22
Total 13.79 15.58 11.25 9.12 49.74
Rataan 1.97 2.23 1.61 1.30 1.78
Daftar Sidik Ragam
sk db JK KT Fhit F.05 F.01
Perlakuan 6 21.166 3.528 7.821 ** 2.57 3.81
Galat 21 9.472 0.451
Total 27 30.638
fk 88.362
kk 37.8%
Keterangan :
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009 * = Nyata
** = Sangat Nyata Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 1.63
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 4.812 5.057 5.196 5.311 5.393 5.450
0.0 1.3 3.1 5.6 6.9 9.4
a
b
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 9. Rataan Larva P. castanae Hubner yang Menjadi Pupa (32 HSA)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009 ** = Sangat Nyata
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 0.80
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 2.372 2.493 2.562 2.618 2.659 2.687
0.0 1.9 3.8 6.3
a
b
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 10. Rataan Pupa P. castanae Hubner yang Menjadi Imago (45 HSA)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV setelah transformasi √x+0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 2.78
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 8.188 8.606 8.843 9.038 9.177 9.274
0.00 2.50 6.90 12.50 15.00 19.40
a
b
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 11. Rataan Pupa P. castanae Hubner yang Menjadi Imago (46 HSA)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009 Keterangan :
tn = Tidak Nyata * = Nyata
** = Sangat Nyata Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 2.33
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 6.864 7.214 7.412 7.576 7.692 7.774
0.0 5.6 8.1 13.8 21.9 25.0 70.0
a
b
c
d
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 12. Rataan Pupa P. castanae Hubner yang Menjadi Imago (46 HSA)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
B0 5 10 10 12.5 37.5 9.38
B1 5 7.5 2.5 10 25 6.25
B2 0 0 0 0 0 0
B3 0 0 0 0 0 0
M1 12.5 7.5 12.5 7.5 40 10.0
M2 7.5 15 2.5 0 25 6.25
M3 0 0 0 0 0 0
Total 30 40 27.5 30 127.5
Rataan 4.29 5.71 3.93 4.29 4.55
Rataan Pupa P. castanae Hubner yang Menjadi Imago (47 HSA) setelah transformasi √x+0.5
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
B0 2.35 3.24 3.24 3.61 12.43 3.11
B1 2.35 2.83 1.73 3.24 10.15 2.54
B2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71
B3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71
M1 3.61 2.83 3.61 2.83 12.87 3.22
M2 2.83 3.94 1.73 0.71 9.20 2.30
M3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71
Total 13.25 14.96 12.43 12.50 53.14
Rataan 1.89 2.14 1.78 1.79 1.90
Daftar Sidik Ragam
sk db JK KT Fhit F.05 F.01
Perlakuan 6 32.114 5.352 13.143 ** 2.57 3.81
Galat 21 8.552 0.407
Total 27 40.665
fk 100.835
kk 33.6%
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009 tn = Tidak Nyata * = Nyata
** = Sangat Nyata
Uji Jarak Berganda Duncan
Sy = 1.60
p 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2.94 3.09 3.175 3.245 3.295 3.33 LSR.05 4.727 4.969 5.105 5.218 5.298 5.355
0.0 6.3 9.4 10.0
a
Anindhita Prasasya A. : Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium
anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium, 2008.
USU Repository © 2009 Lampiran 13.