• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif Pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif Pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif MEDAN

ANALISIS PENGARUH ANTARA LAYOUT ( TATA LETAK)

TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PADA OUTLET

INDOMARET JAMIN GINTING MEDAN

DRAFT SKRIPSI

OLEH

FREDDY DONAL NWT SAMOSIR 050502094

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Freddy Donal NWT Samosir (2009). Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif Pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan. Bapak Prof.Dr Paham Ginting SE, MS; Dosen Pembimbing; Ibu Prof.Dr Ritha F Dalimunthe SE, Msi; Ketua Departemen Manajemen; Bapak Prof.Dr Amrin Fauzi;Dosen Penguji I; Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis; Dosen Penguji II.

Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini semakin pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan ritel modern yang tumbuh pesat dalam mengelola pusat perbelanjaan. Tata letak (Layout) merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan jumlah konsumen sebuah toko ritel. Dengan meningkatnya jumlah konsumen maka kemungkinan terjadinya pembelian impulsif juga akan semakin meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar hubungan antara Layout (Tata Letak) dengan Pembelian Impulsif yang terjadi pada konsumen outlet Indomaret Jamin Ginting Medan,sekaligus untuk mengetahui karakteristik responden yang tertuang dalam analisa deskriptif.

Populasi dalam penelitian ini adalah rata-rata konsumen per hari yang melakukan transaksi pembelian yang berjumlah 350 orang, dimana objek yang dijadikan populasi adalah konsumen yang telah berusia 17 tahun ke atas dan minimal memiliki frekuensi berbelanja minimal 2 kali dalam sebulan. Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 orang dengan metode penarikan purposive random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis regresi linear sederhana dan uji Determinasi (uji R²).

Hasil Penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Layout terhadap Pembelian Impulsif dengan Persamaan regresi Y = 2,936 + 0,370X + e dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,765 yang berarti pengaruh Layout terhadap Pembelian Impulsif sebesar 76,5 % dan sisanya 23, 5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada TuhanYesus Kristus, atas kasih dan kemurahanNya yang memampukan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala keterbatasan dan tantangannya yang sewaktu-waktu seakan memudarkan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun dalam keterbatasan itulah Tuhan Yesus Kristus menunjukkan segala kesempurnaanNya agar penulis senantiasa bergantung padaNya.

Penulis tertarik meneliti pengaruh tata letak terhadap timbulnya pembelian impulsif pada usaha ritel sehingga mengerjakan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif Pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan sekaligus merupakan tugas akhir yang

harus ditempuh sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Banyak hal yang telah penulis terima selama pengerjaan skripsi ini baik berupa saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(4)

4. Bapak Prof.Dr Paham Ginting SE, MS selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr Amrin Fauzi selaku Dosen Penguji I penulis yang telah memberikan waktu dan pengarahan untuk penulisan skripsi ini

6. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis selaku Dosen Penguji II penulis yang telah memberikan bimbingan dan masukan berharga selama ini.

7. Kepada seluruh Dosen Departemen Manajemen yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan bagi penulis.

8. Kepada Staff dan karyawan di Indomaret yang memberi masukan dan 9. Kepada seluruh Pegawai di Departemen Manajemen yang telah membantu

proses administrasi perkuliahan penulis.

10.Buat rekan dekat Penulis Mahendra”Ron”Sembiring,.Thanks buat dukungan,motivasi dan kebersamaannya.

11. Pembina rohaniku yang tak pernah berhenti memompa dengan suntikan semangat n pengajaran akan kebenaran dalam Tuhan, ada Bang Robert, u are the real brother. Bang Riky, Ka deby, Ka Rida dan yang lain

12. Kawan dekat penulis yang lain yang secara tidak langsung memiliki kontribusi besar dalam membentuk pribadiku,ada: Ka Nita,si ndut tukang cerewet. Anak-anak Marakas 10:K Runggu, K Rosa, B Ronal,. Dongan

pardosa Lilis, Maria, Martohap,. juga Gunawan, Rolan n Anak Harsem :

Cili, Osin, Bebe, Krisman, Ayoe, Ka Rut,.

(5)

13. Rekan-rekan penulis di Manajemen 05, Munawir sazali, Jerry rahmat, Denari,.thanks alot buat spirit ketulusan dan kesederhanaannya..Aan, Dian,Arman,Hary,Martin,Corylubis,Donna,Putribarani,Rika,Irma,Febert, leo,Aron dan yang lainnya yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

14. Senior di M’03 n M’04 : Bg Berdian, Bg Whitetop (thx bwt bantuannya) 15. Sahabat di masa lalu penulis : Marskal,Dameria,Mombang,Husor,Leny,

kalian telah menorehkan warna cerah yang menghantarkan pada gerbang kedewasaan.

15. Akhirnya, buat semua pihak yang ikut andil dalam mengisi dan memaknai arti perjuangan dan hidup buat penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan penulis. Semoga penulisan skripsi ini bermanfat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2009 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II URAIAN TEORETIS ... 19

A. Penelitian Terdahulu ... 19

B. Perilaku Konsumen ... 19

C.Tata letak (Layout) ... 20

D. Pembelian Impulsif ... 23

E. Usaha Eceran ... 25

1. Pengertian Usaha Eceran ... 25

2. Jenis-jenis Pengecer ... 25

F. Tahap-tahap Pembelian ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 32

B. Visi,Motto dan Budaya Perusahaan ... 34

C. Pola Waralaba Indomaret ... 35

D. Keuntungan Waralaba Toko Indomaret ... 36

E. Struktur Organisasi Toko Indomaret... 37

F. Analisis SWOT Toko Indomaret ... 39

(7)

A. Hasil Analisis Deskriptif ... 42

1. Deskriptif Karakteristik Responden ... 42

2. Distribusi Penilaian Responden ... 47

B. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana... 50

C. Pengujian Koefisien Determinasi ... 51

D. Pembahasan Hasil penelitian...52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Rak dan Penempatannya ... 4

Tabel 1.2 Defenisi Operasional ... 9

Tabel 1.3 Item Total Statistics ... 14

Tabel 1.4 Reliability Statistics ... 15

Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.2 Karakteristik Berdasarkan Usia ... 40

Tabel 4.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... 41

Tabel 4.4 K arakteristik Berdasarkan Kuantitas Kunjungan ... 41

Tabel 4.5 Sumber Informasi tentang Indomaret ... 42

Tabel 4.6 Alasan Responden Berbelanja di Indomaret ... 42

Tabel 4.7 Hari Kunjungan responden ... 43

Tabel 4.8 Waktu Kunjungan Berbelanja ... 43

Tabel 4.9 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Variabel Layout ... 44

Tabel 4.10 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Variabel Impulsif ... 45

Tabel 4.11Variables Entered/Removed... 46

Tabel 4.12 Coefficients ... 46

Tabel 4.13 Model Summary... 47

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 6

Gambar 2.1 Jalur Distribusi Barang Dagangan Pada Usaha Eceran ... 23

Gambar 2.2 Skema Tahapan Pembelian ... 29

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu : berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen membuat keputusan mengenai tempat belanja agar dapat memperoleh produk yang diinginkan. Memilih tempat belanja atau membeli suatu produk merupakan suatu titik awal interaksi konsumen dengan lingkungan berbelanja. Seperti yang kita ketahui, setiap konsumen mempunyai alasan yang berbeda dalam keinginan untuk membeli sehingga perusahaan harus aktif melihat kondisi ini dan memperhatikan motivasi pembelian yang mendominasi keputusan pembelian atas produk yang mereka jual.

Proses pembelian umumnya dimulai dengan kesadaran akan suatu kebutuhan dan kemudian diikuti dengan melakukan pengumpulan informasi. Setelah kedua tahap ini, tahap ketiga adalah situasi di mana konsumen akan mempunyai beberapa pilihan merek yang dipertimbangkan dan kemudian mengevaluasinya. Setelah itu, baru kemudian memasuki tahap terakhir yaitu memutuskan merek yang akan dibeli. Proses ini, kadang berlangsung cepat tetapi bisa juga berlangsung lama. Namun belakangan ini proses pembelian normal tersebut kadangkala tidak lagi berlaku secara mutlak pada setiap individu karena pada kenyataannya, banyak individu yang melakukan keputusan pembelian secara spontan atau tidak terencana.

(11)

atau produsen. Banyak perusahaan yang mengalokasikan sejumlah besar dananya untuk melakukan pengiklanan (advertising) merek tertentu untuk meraih pelanggan, banyak juga perusahaan yang menghabiskan banyak dana untuk mempromosikan produknya dalam setiap ruang pajang dalam minimarket. Usaha-usaha tersebut dilakukan untuk mengenalkan produk kepada pasar, melakukan percobaan pasar dan meningkatkan pangsa pasar yang telah ada saat ini.

O Guinn dan Faber (1989) dalam penelitiannya, mengungkapkan bahwa yang menjadi motivasi pembelian impulsif adalah pencarian terhadap manfaat psikologis dari proses pembelian tersebut, bukan pada produk yang dibeli. Konsumen yang membeli secara impulsif cenderung untuk bersikap menginginkan penghargaan diri sendiri secara berlebihan dibandingkan para konsumen yang berbelanja secara normal. Akibat dari perilaku pembelian ini umumnya para pelaku pembelian impulsif cenderung membeli produk dengan tidak terencana (unplanned purchase), selanjutnya ketika pembelian tidak terencana maka kemungkinan konsumen membeli produk yang tidak terdaftar dalam daftar belanja sangat berpotensi untuk terjadi. Disinilah dituntut kejelian perusahaan dalam hal ini perusahaan ritel untuk menangkap peluang agar mampu memperoleh keuntungan besar (multiplier effect) dari para konsumen impulsif ini.

(12)

dan rute yang mesti dijalani konsumen. Faktor-faktor itu mempengaruhi produk apa saja dan berapa banyak yang dibeli.

Persaingan bisnis ritel di Indonesia saat ini semakin ketat, dapat dilihat dari menjamurnya usaha ritel modern yang bergerak di pusat pusat perbelanjaan. Hal ini menunjukkan bahwa ritel modern telah menjadi pilihan utama. Hal ini didukung pula dengan status negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan memiliki tingkat konsumsi akan barang-barang ritel yang tinggi. Indikator diatas menjadikan persaingan diantara perusahaan-perusahaan sejenis semakin ketat dan diperlukan adanya penerapan strategi yang matang dalam usaha meraup pasar.

Perusahaan ritel di Indonesia yang mampu bersaing di bidang pengadaan barang kebutuhan rumah tangga dalam bentuk minimarket salah satunya adalah PT. Indomarco Prismatama yang menaungi salah saru anak usahanya yaitu Indomaret. Perusahaan ritel ini menawarkan konsep kerjasama bisnis dalam bentuk waralaba sehingga setiap orang yang berminat untuk berbisnis di bidang penyediaan barang-barang ritel dimungkinkan untuk memperoleh lisensi kepemilikan toko Indomaret. Toko Indomaret telah memiliki sejumlah gerai di berbagai kota besar dan propinsi di Indonesia. Bahkan dalam satu propinsi toko Indomaret memiliki beberapa jaringan toko yang disebut dengan istilah Outlet.

(13)

(layout) dengan tujuan agar mempermudah konsumen dalam mencari letak barang yang dibutuhkannya selain itu layout tersebut juga dibuat semenarik mungkin agar dapat menarik perhatian para pengunjung, karena disinilah biasanya timbul pembelian impulsif konsumen.

Pembahasan mengenai tata letak (layout) toko ini berarti membahas tentang posisi penempatan rak-rak pajangan. Dalam toko konsep minimarket, posisi rak sangat penting bagi perputaran (turnover) produk

Tabel 1.1

Jenis Rak dan Penempatannya

NO JENIS RAK DEFENISI POSISI

1 Gondola Rak ukuran terbesar yang

memajang item produk

Berisi item produk yang sedang pada masa promosi.

Berada persis di dekat kasir

3 Wings Rak Rak ukuran sedang yang berisi

item produk yang tergolong laris.

Disamping

sebelah kiri pintu masuk

4 Stationary Rak yang ditempati oleh

produk-produk terbaru.

Paling depan dekat pintu masuk

(14)

Berdasarkan Tabel 1.1 kita dapat melihat bahwa ukuran dan jenis rak mempengaruhi posisi penempatannya dalam toko agar dapat menimbulkan kesan yang menarik bagi para pengunjung Indomaret sehingga apabila hal ini terjadi maka kemungkinan adanya pembelian impulsif akan sangat besar untuk terjadi.

Dari gambaran serta pemaparan tersebut maka peneliti tertarik membahas mengenai pengaruh layout (tata letak) terhadap timbulnya pembelian impulsif pada konsumen outlet Indomaret Jamin Ginting Medan .

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh Layout (Tata letak) produk terhadap timbulnya Pembelian Impulsif pada

konsumen outlet Indomaret Jamin Ginting Medan ? “

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan beberapa variabel yang diteliti yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar dalam pembuatan hipotesis (Sugiono,2003 : 49).

(15)

berbelanja agar konsumen tertarik untuk datang, melakukan pembelian bahkan pembelian yang sama sekali tidak pernah direncanakan sebelumnya.

Keputusan pembelian dapat didasari oleh faktor individu itu sendiri namun dapat juga dipengaruhi oleh produsen dengan menawarkan tata letak dan penempatan produk-produk yang menarik.Layout ini akan menimbulkan rasa tertarik pada konsumen sehingga diharapkan melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kerangka konseptual yang disesuaikan untuk menunjang penelitian ini adalah :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Purba (2008) diolah penulis.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Peneliti bukannya bertahan kepada hipotesis yang telah disusun, melainkan mengumpulkan data untuk mendukung atau menolak hipotesis tersebut. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara yang telah disusun peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan (Kuncoro,2003 : 48).

Berdasarkan perumusan masalah maka hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat Pengaruh antara Layout (Tata letak) terhadap timbulnya Pembelian Impulsif yang dilakukan konsumen pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan”.

Layout (X)

(16)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis hasil uji analisis data dengan menggunakan model regresi linear sederhana yang dapat menjelaskan seberapa besar pengaruh Layout (tata letak) terhadap timbulnya pembelian impulsif pada konsumen Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan.

2. Untuk mengetahui hasil analisis deskriptif yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan sebagainya sesuai dengan data yang dibutuhkan.

3. Untuk mengetahui pola penyebaran penilaian responden terhadap variabel layout dan variabel pembelian impulsif.

Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan acuan untuk memberikan informasi atau masukan dalam usaha untuk lebih memperbaiki kinerja perusahaan.

b. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama dimasa yang akan datang, maupun untuk penelitian lanjutan.

c. Bagi Peneliti

(17)

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada Layout (Tata letak) toko terhadap variabel terikat yaitu Pembelian Impulsif pada konsumen outlet Indomaret Jamin Ginting Medan yang memiliki frekuensi berbelanja 2 kali dalam sebulan. Variabel tersebut adalah

a. Variabel Independen (X) yaitu Layout (Tata letak) b. Varibel Dependen (Y) yaitu Pembelian Impulsif 2. Definisi Opoerasional Variabel

(18)

Tabel 1.2 dan pemajangan item produk yang dalam raka serta pengaturan posisi rak.

Pembelian secara spontan, bersifat refleks serta terkesan terburu-buru karena didorong oleh aspek psikologis emosional terhadap

(19)

3. Skala pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan peneliti adalah skala likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2004 : 86). Dalam penelitian ini, skala likert digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap lingkungan berbelanja dalam toko dan terhadap pembelian tidak terencana konsumen.

Mengukur sikap terhadap Layout (tata letak) produk dan Pembelian Impulsif, skala likert digunakan dengan lima tingkatan yang diberi skor (Sugiono,2004 : 88) yaitu :

a. Skor 5 untuk jawaban sangat setuju

b. Skor 4 untuk jawaban setuju

c. Skor 3 untuk jawaban kurang setuju

d. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju

e. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

(20)

5. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2002 : 108), populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung yang melakukan pembelian di outlet Indomaret Jamin Ginting Medan. Penarikan sampel menggunakan metode purposive random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel (Sugiono,2004 : 78).

Adapun Kriteria yang ditentukan peneliti adalah :

1. Frekuensi berbelanja minimal 2 kali dalam sebulan hal ini untuk memastikan bahwa responden pernah berkunjung sebelumnya dan dianggap telah mengetahui kondisi toko.

2. Responden minimal berusia 17 tahun dengan alasan sudah dianggap rasional dalam pengambilan keputusan pembelian.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Indomaret, rata-rata jumlah konsumen setiap hari adalah 350 orang .Oleh sebab itu jumlah populasi yang ditetapkan adalah 350 Orang. Penarikan ukuran sampel didasarkan pada teknik penarikan sampel yang menggunakan rumus Slovin, sebagai patokan untuk menentukan ukuran sampel minimal yang harus diambil (Suliyanto,2006 : 100) yaitu :

2 1 Ne

N n

(21)

Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal N = Jumlah populasi

e = persentase kelonggaran ketelitian yang ditentukan

Sehingga 2

Dibulatkan menjadi 80 orang

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, peneliti menetapkan sampel sebanyak 80 orang dengan taraf kesalahan 10 %.

6. Jenis dan Sumber data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer

Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini data diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner yang disebarkan pada pengunjung outlet Indomaret Jamin Ginting Medan yang menjadi sampel.

b. Data Sekunder

(22)

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Wawancara

yaitu wawancara secara langsung dengan pihak yang berwewenang dari Indomaret, untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

b. Kuesioner

yaitu penyebaran daftar pertanyaan kepada responden yang menjadi sampel. c. Studi Dokumentasi

yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari berbagai macam buku, jurnal, artikel, internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Arikunto ( 2002 : 144), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, karena uji validitas dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid atau tidak, dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut.

(23)

adanya. Uji validitas dan reliabilitas ini diukur dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for windows.

a. Uji Validitas

(24)

Tabel 1.3

Sumber : Hasil penelitian diolah (2009)

Interpretasi Item Total Statistic

Berdasarkan pengolahan SPSS Pada Tabel 1.3 terhadap 20 butir pertanyaan yang diberikan kepada 30 orang responden, diperoleh item-total statistic yang menerangkan beberapa hal berikut ini

(25)

2. Scale variance if item deleted menunjukkan besarnya varians total jika variabel butir item satu dihapus maka besarnya varians sebesar 59,321 dan seterusnya

3. Corrected item total correlation menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item. Untuk mengetahui validitas pada setiap butir pertanyaan, maka nilai pada kolom corrected item total correlation yang merupakan nilai rhitung dibandingkan dengan nilai rtabel. Adapun pada = 0,05 dengan derajat bebas : df = 30 sehingga (0,05;30) diperoleh rtabel adalah 0,361.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi dari variabel atau instrumen penelitian yang sama secara berulang. Uji reliabilitas juga menggunakan bantuan SPSS 15.00 dengan ketentuan jika ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka instrumen dikatakan handal atau valid

Tabel 1.4

Re liability Statistic s

.91 5 20

Cronba ch's

Alp ha N of Ite ms

Sumber : Hasil penelitian diolah (2009)

Tabel 1.4 menunjukkan nilai cronbach’s alpha yang bernilai positif dan lebih besar dari pada nilai rtabel sebesar 0,361 yaitu sebesar 0,915 sehingga dapat

(26)

9. Metode Analisis Data

Setelah indikator yang menjadi ukuran masing – masing variabel dan pengujian terhadap instrumen penelitian telah dilakukan , maka ditentukan metode analisis data yang disesuaikan dengan data yang tersedia. Tahapan analisis data meliputi :

a. Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data sehingga dapat diketahui gambaran umum dari objek yang diteliti.

b. Analisis Regresi Linier Sederhana

Metode analisis kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier sederhana yang menggunakan persamaan ( Sugiono, 2003 : 211) sebagai berikut :

Y = a + biXi + e Keterangan :

Y = Pembelian tidak terencana Xi = Layout Produk

a = Konstanta

bi = Koefisien Regresi e = Standar error

(27)

c. Pengujian Koefisien Determinan ( R2 )

Digunakan untuk melihat besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari model persamaan tersebut akan dapat dihitung R2 atau coefficient of determination yang menunjukkan persentasi dari variasi variabel Pembelian

Impulsif yang mampu dijelaskan oleh model. Selanjutnya dengan membandingkan besarnya R2 untuk variabel Layout produk,dapat diketahui faktor terpenting atau dominan yang menentukan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif.

(28)

Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Purba (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Respon Lingkungan Berbelanja terhadap Pembelian Tidak Terencana pada Hypermart Sun Plaza Medan” bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor respon lingkungan berbelanja yang terdiri dari Pleasure, Arousal, dan Dominance terhadap pembelian tidak terencana konsumen di Hypermart Sun Plaza Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan baik secara individu maupun secara bersama-sama dari ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa variabel Pleasure merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana pada konsumen Hypermart Sun Plaza Medan.

B. Perilaku Konsumen

(29)

Menurut Schiffman dan Kanuk (dalam Tjiptono 2003:40), Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghentikan konsumsi produk, jasa dan gagasan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen menyangkut perilaku seseorang dalam mendapatkan dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses pengambilan keputusannya.

Perilaku konsumen menurut Kotler (2003 : 203) dapat dipahami melalui rangsangan pemasaran dan lingkungan yang masuk ke kesadaran pembeli serta karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya yang kemudian menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah faktor sosial, budaya, pribadi dan kekuatan psikologis, dimana faktor budaya dikatakan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam.

C. Tata letak ( Layout)

Menurut Amir (2004:106) dalam merancang tata letak, harus dengan mempertimbangkan seluruh aspek terkait yang bersifat terintegratif. Dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu pertama, apakah sudah sesuai dengan target pasar. Kedua, bagaimana kesesuaian toko dengan barang yang dijajakan,apa sajakah barang yang ada, kelancaran arus keluar masuknya barang, pelaksanaan kebersihannya, bagaimana dengan klasifikasi barang, apakah semuanya sudah saling mendukung.

Layout toko dapat mempengaruhi berapa lama konsumen tinggal di toko,

(30)

dijalani konsumen. Faktor-faktor itu mempengaruhi produk apa saja dan berapa banyak yang dibeli. Satu prinsip mendasar dalam layout toko ialah pengelompokan kelas-kelas produk pelengkap. Dalam toko swalayan misalnya, shampo akan berada di dekat bagian semir rambut dan tonik rambut. Di toko busana, atasan gaun wanita akan dekat dengan rok-rok. Ada berbagai jenis dan variasi layout toko; dua tipe dasar ialah grid layout dan free-flow layout.

1. Grid layout

Pada Grid layout, tata letak toko dibuat berlajur-lajur. Lajurnya terdiri atas lorong-lorong, dimana disetiap lorong diletakkan barang khusus. Jenis ini sudah umum digunakan di toko dan supermarket. Dengan konsep tata letak grid ini diharapkan barang yang bisa dipajang cukup banyak, tapi cukup memberikan keleluasaan bagi pelanggan untuk bergerak. Yang harus dipertimbangkan dalam metode ini adalah barang-barang mana yang harus kita tampilkan di lorong utama, biasanya adalah barang-barang yang paling laris.

Denah dalam ruangan umumnya adalah semua counter dan fixture berada pada sudut kanan untuk masing-masing counter lainnya dan menyerupai suatu maze, dengan counter-counter barang yang berfungsi sebagai perintang terhadap

arus lalu lintas. Layout ini dirancang guna meningkatkan jumlah produk yang dilihat ke konsumen lewat kontak visual, sehingga menambah probabilitas pembelian. Desain grid membantu mengarahkan konsumen ke bagian penyimpanan produk-produk yang lebih menguntungkan. Teknik-teknik grid layout mendongkrak probabilitas kembalinya konsumen ke toko tersebut dan

(31)

2. Free-flow Layout (Tata letak alur-bebas)

Pada sistem ini, barang-barang diletakkan secara mengelompok dengan pola yang memudahkan pelanggan leluasa hilir mudik. Meskipun agak tidak teratur, pelanggan bebas untuk melihat kelompok-kelompok barang. Diharapkan dengan tata letak seperti ini para pelanggan dapat melihat-lihat, memilih lebih banyak pilihan barang dari satu tempat ke tempat lain. Dalam suatu layout alur-bebas, barang dan peralatan tetap dikelompokkan ke dalam pola-pola yang mengikuti aliran yang tidak terstruktur dari lalu lintas konsumen. Barang dibagi atas dasar fixture dan tanda-tanda penunjuk, dan konsumen dapat masuk ke dalam kontak

visual dengan semua departemen dari titik-titik di dalam toko tersebut. Manajemen alur-bebas terutama bermanfaat untuk mendorong belanja rileks dan mendorong pembelian impulsif. Dibandingkan dengan sistem grid, metode free-flow ini menuntut biaya yang lebih tinggi karena konsekuensinya adalah

penyediaan barang yang lebih luas.

Dalam pengelolaan visual merchandise, unsur kreatif sangat diperlukan. Perusahaan ritel basar biasanya memiliki bagian khusus yang menangani hal ini. Banyak yang bisa dibuat oleh pelaku ritel bila selalu mengembangkan daya kreativitasnya. Salah satu diantaranya adalah dengan mempelajari, bagaimana perusahaan komunikasi secara kreatif mengembangkan berbagai fasilitas untuk mengelola visual merchandise toko.

(32)

D. Pembelian Impulsif

Amir (2004:119) menyebutkan bahwa perilaku pembelian impulsif banyak didominasi wanita, hal ini dapat dipahami karena dalam melakukan pembelian barang proses pengambilan keputusannya banyak dipegang wanita. Sedangkan menurut Hirschman dan Stren Pembelian Impulsif adalah kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan, tidak terefleksi, secara terburu-buru dan didorong oleh aspek psikologis emosional terhadap suatu produk dan tergoda atas ajakan pemasar.

Pikiran manusia memiliki ide-ide dan rangsangan yang kadang-kadang bersifat sadar dan kadang-kadang berada dibawah sadar yang mempengaruhi perilaku pembelian. Manusia tidak menyadari seluruh motif mereka dan hal tersebut menerangkan mengapa para konsumen seringkali tidak menyadari atau tidak menunjukkan alasan-alasan ril mereka mengapa mereka membeli atau tidak membeli. Para pemasar menyimpulkan adanya terdapat perbedaan luas antara apa yang dinyatakan orang-orang akan dibeli dan apa yang sebenarnya mereka beli. Pembelian secara tidak terencana berarti kegiatan menghabiskan uang yang tidak terkontrol, kebanyakan pada barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. (Winardi,1998 : 176-177).

(33)

Menurut Hawkins Stren (dalam Winardi 1998 : 226-227), pembelian impulsif dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Pembelian tidak terencana murni (Pure impulsive buying)

yaitu suatu pembelian yang murni disebabkan oleh suatu pola pembelian yang menyimpang dari pembelian normal. Pada proses impulsif murni, maka calon pembeli langsung mengarahkan kepada suatu merek tertentu dan kemudian melakukan pembelian secara cepat. Kebutuhan akan kategori produk tersebut mungkin timbul di bawah sadar. Dimana tidak ada informasi yang dicari dan tidak ada merek lain yang dipertimbangkan.

2. Pembelian tidak terencana karena pengalaman masa lalu (Reminder buying)

Pembelian ini terjadi ketika seseorang pembeli “diingatkan”oleh sebuah stimulus atau rangsangan yang timbul setelah berada di dalam toko yang bersangkutan.

3. Pembelian tidak terencana yang timbul karena sugesti

Pembeliaan tidak terencana ini terjadi apabila konsumen yang bersangkutan baru pertama kali melihat produk tersebut dimana kualitas, fungsi dan kegunaan produk tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya.

4. Pembelian tidak terencana yang disebabkan situasi tertentu

(34)

E. Usaha Eceran

1. Pengertian Usaha Eceran

Kotler dan Amstrong (2003: 51) mendefenisikan Usaha Eceran adalah kegiatan yang menyangkut penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen untuk penggunaan pribadi dan non-bisnis. Usaha eceran tidak hanya menjual produk-produk di toko (store retailing) tetapi juga diluar toko.

Kegiatan yang dilakukan dalam usaha eceran adalah menjual berbagai produk, jasa dan keduanya kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya dengan harga, tempat dan waktu yang diinginkan pelanggan karena itu usaha eceran memiliki peranan penting dalam proses pemenuhan kebutuhan konssumen, karena merupakan tahap akhir dari saluran distribusi yang menyampaikan produk langsung kepada konsumen akhir.

Jalur distribusi adalah sekumpulaan atau beberapa perusahaan yang memudahkan penjualan kepada konsumen sebagai konsumen akhir. Produsen menjual produknya kepada peritel maupun peritel besar (wholesaler). Hal ini akan membentuk suatu jalur distribusi, antara produsen ke konsumen akhir.

Sumber : Utami (2006 : 5)

Gambar 2.1 Jalur distribusi barang dagangan pada usaha eceran

2. Jenis-Jenis Pengecer

Usaha eceran memiliki jenis yang berbeda didasarkan pada karakteristiknya. Terdapat tiga karakteristik dasar ritel, yaitu : Pertama, Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhaan

(35)

konsumen. Kedua, Pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan. Ketiga, Pengelompokan berdasarkan kepemilikan (Utami, 2006 : 10).

Pada umumnya jenis pengecer dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu pengecer toko dan pengecer tanpa toko. Masing-masing pengecer diuraikan sebagai berikut :

a. Pengecer Toko (Store Retailing)

Pengecer toko adalah usaha eceran yang menggunakan toko sebagai sarana untuk memasarkan produk yang dijual. Pada umumnya usaha eceran menggunakan toko yang disebut toko eceran. Toko eceran memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran seiring perkembangan jaman semakin banyak toko eceran yang muncul dengan berbagai bentuk. Jenis-jenis toko eceran dapat diklasifikasikan berdasarkan satu atau lebih criteria sebagai berikut:

1) Jenis Pelayanan (Amount Service),dimana pelayanan terhadap pelanggan dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu toko eceran swalayan dan toko eceran dengan pelayanan terbatas (limited service retailing). 2) Lini produk yang dijual, dimana toko eceran dapat diklasifikasikan

berdasarkan panjang dan luas rangkaian produk (product assortment) yang mereka jual.

(36)

4) Pengawasan Outlet (Control Outlet), kriteria ini mencakup pengawasan perusahaan atau organisasi induk terhadap outlet atau toko-toko pengecer mereka.

5) Jenis Pemusatan Toko (Type of Store Cluster),toko-toko bergabung bersama untuk meningkatkan kekuatan menarik pelanggan mereka dan untuk memberikan konsumen kenyamanan dari arena belanja dibawah satu atap (one stop shopping)

Secara umum jenis-jenis toko pengecer dapat diuraikan sebagai berikut: a. Toko Khusus (Speciality Store)

Toko khusus berkonsentrasi pada sejumlah kategori produk yang terbatas dengan level layanan yang tinggi. Jenis toko ini dapat lebih khusus lagi sesuai dengan barang dagangan yang dijual.

b. Department Store

Merupakan jenis eceran yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai jenis produk dengan menggunakan staff seperti layanan pelanggan daan tenaga sales counter. Pembelian biasanya dilakukan pada masing-masing bagian pada satu area belanja.

c. Toko Konviniens (Convenience Store)

Toko pengecer ini memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas dengan ukuran relatif kecil daan biasanya didefenisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dan perputaran produk yang relatif tinggi. d. Toko Super (Super Store)

(37)

produk-produk makanan dan non-makanan yang secara rutin dibeli oleh konsumen. Karena rangkaian produknya lebih luas maka harga yang diterapkan cenderung lebih tinggi dari supermarket umum.

e. Toko Kombinasi (Combination Store)

Merupakan toko yang aktivitasnya menjual kombinasi produk makanan dan obat-obatan.

f. Pasar Hiper (Hypermarket)

Merupakan toko yang memiliki luas antara lebih dari 18.000 meter persegi lebih luas dari toko kombinasi. Hypermarket mengkombinasikan berbagai bentuk toko pengecer seperti : supermarket, toko diskon dan ware house. Toko ini menjual lebih banyak produk yang rutin dibeli oleh konsumen seperti perlengkapan rumah tangga, furniture, pakaian dan lain lain.

g. Toko Diskon (Discount Stores)

Toko diskon merupakan jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi produk dengan menggunakan layanan yang terbatas dan harga yang murah. Toko diskon menjual produk dengan label atau merek itu sendiri.

h. Pengecer Potongan Harga (Off-Prices Retailers)

Ritel off-prices dapat menjual merek dan label produk dengan harga yang lebih murah dari grosir. Cenderung menjual barang dagangan yang berubah-ubah sering merupakan barang sisa , tidak laku dan cacat yang diperoleh dengan harga yang lebih murah dari produsen lainnya.

i. Ruang Pamer Katalog (Catalog Showroom)

(38)

memperoleh uang dengan memotong biaya dan marjin untuk menyediakan harga yang rendah yang akan menarik penjualan bervolume tinggi.

b. Pengecer tanpa Toko (Nonstore Retailing)

Selain jenis pengecer yang menggunakan toko sebagai sarana memasarkan produk, dalam pemasaran juga dikenal jenis pengecer yang tidak menggunakan toko. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :

1) Ritel Elektronik (Electronic Retailing)

Merupakan format bisnis ritel atau ritel yang menggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai produk, layanan dan penjualan melalui internet guna mencapai cakupan konsumen yang lebih luas.

2) Katalog dan pemasaran surat langsung

Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengirimkan katalog produk yang terpilih. Perusahaan mengirimkan catalog yang menginformasikan barang dagangan secara lengkap yaitu keseluruhan lini barang dagangan atau dengan memilih barang dagangan yang akan diinformasikan secara terbatas dalam bentuk katalog konsumen khusus dan katalog bisnis. Biasanya berbentuk cetakan, CD, video atau secara online.

3) Penjualan Langsung

Merupakan sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi penjualan tertentu.

(39)

Merupakan format ritel melalui televisi. Pelanggan akan melihat program TV yang menayangkan demonstrasi produk dagangan dan kemudian menyampaikan pesanan melalui telepon.

5) Vending Machine Retailing

Merupakan format non store yang menyimpan barang dan jasa pada suatu mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan dimana pelanggan memasukkan uang tunai atau kartu kredit ke dalam mesin.

E. Tahap-Tahap pembelian

Konsumen sebelum melakukan pembelian biasanya melewati tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Pengenalan Kebutuhan

Tahap awal dimana seseorang memiliki kebutuhan dan keinginannya yang harus dipenuhi. Perasaan ini bisa dipicu dari dalam diri sendiri atau dari luar seperti : teman-teman dan keluarga.

2. Mencari Informasi

Tahap dimana konsumen akan mencari informasi yang berkaitan dengan produk yang akan dibeli. Informasi ini ada yang didapat dari pengalaman sendiri atau dari jalur komersial seperti iklan-iklan di koran dan majalah.

3. Evaluasi Alternatif

Setelah memiliki informasi yang cukup konsumen dapat mengevaluasi alternatif pilihan mana yang paling menguntungkan dari segi harga, kualitas atau merek produk yang akan dibeli.

(40)

Tahap dimana konsumen melakukan pembelian terhadap produk yang telah dievaluasi sebelumnya.

5.Perilaku setelah Pembelian

Menyangkut puas tidaknya konsumen terhaap produk yang telah dibeli, jika konsumen merasa puas maka dapat diprediksi dia akan mengkonsumsi lagi produk tersebut atau jika konsumen merasa tidak puas maka ia cenderung akan beralih pada produk pesaing (Taufiq, 2005: 66-67)

Sumber: Taufiq (2005 : 67)

Gambar 2.2 skema tahapan pembelian

Pemahaman kebutuhan dan proses pembelian konsumen adalah sangat penting dalam membangun strategi pemasaran yang efektif. Dengan mengerti bagaimana pembeli melalui proses pengenalan masalah, pencarian informasi , mengevaluasi alternatif, memutuskan membeli, dan perilaku setelah membeli para pemasar dapat mengambil isyarat-isyarat penting bagaimana memenuhi kebutuhan pembeli. Juga dengan mengerti berbagai partisipan dalam proses pembelian dan pengaruh-pengaruh utama dalam perilaku membeli mereka, para pemasar dapat merancang program pemasaran yang lebih efektif bagi pemasaran mereka.

(41)

Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama, gerai pertama dibuka pada November1988 di Ancol, Jakarta Utara. Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis dengan menjadi pemegang lisensi gerai waralaba pertama di Indonesia.. Dari total jumlah gerai Indomaret 55 % adalah milik sendiri dan sisanya milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat,Jawa Timur, Jawa TengahYogyakarta dan luar Jawa. Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto "mudah dan hemat" Lebih dari 3.000 jenis produk makanan dan non makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen sehari-hari. Didukung oleh pusat distribusi, yang menggunakan teknologi mutakhir,

(42)

diterima masyarakat. Indomaret akan membantu dalam menyiapkan pengelolaan toko dalam hal :

1. Survei kelayakan tempat usaha dan bantuan mencari lokasi. 2. Perencanaan anggaran biaya.

3. Studi kelayakan investasi.

4. Tata ruang dan perencanaan toko. 5. Pengurusan ijin usaha dan NPWP. 6. Renovasi ruang usaha.

7. Pembelian peralatan toko. 8. Seleksi dan pelatihan karyawan.

9. Standard kerja dan sistem penggajian karyawan.

10. Paket sistem operasional toko dan administrasi keuangan.

11. Seleksi dan kredit barang dagangan tanpa bunga dan tanpa jaminan. 12. Program promosi penjualan.

Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan mulai beroperasi pada periode pertengahan tahun 2008 dan menjadi outlet ke-10 di kota Medan. Diharapkan akan menjadi salah satu aset bisnis yang sangat menjanjikan. Keberadaannya diperkuat oleh anak perusahaan di bawah bendera grup INTRACO, yaitu Indogrosir, Finco, BSD Plaza.,Charmant dan Trustee.

1.

(43)

Jakarta, Cimanggis Depok, Tangerang, Bandung dan Surabaya. Dengan menjalin kerjasama dengan para pemasok, Indomaret memiliki posisi baik dalam menentukan produk yang akan dijualnya.

2

Laju pertumbuhan gerai yang pesat dengan jumlah transaksi yang besar didukung oleh sistem teknologi yang handal. Sistem teknologi informasi pada setiap point of sales di setiap gerai mencakup sistem penjualan, persediaan dan penerimaan barang. Sistem ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan saat ini dengan memperhatikan perkembangan jumlah gerai dan jumlah transaksi di masa mendatang. Indomaret berupaya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan belanja konsumennya dengan menerapkan sistem check out yang menggunakan scanner di setiap kasir dan pemasangan fasilitas pembayaran Debit BCA. Indomaret menerapkan digital picking system (DPS) pada setiap pusat distribusinya. Sistem TI ini memungkinkan pelayanan permintaan dan suplai barang dari pusat distribusi ke toko-toko dengan tingkat kecepatan yang tinggi dan efisiensi yang optimal.

1. Visi

Menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global

2. Motto

(44)

Dalam bekerja Indomaret menjunjung tinggi nilai-nilai: a. Kejujuran, kebenaran dan keadilan

b. Kerja sama tim

c. Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis d. Kepuasan pelanggan

Pola Waralaba dibedakan berdasarkan kepemilikan tempat usaha : 1. Tidak memiliki tempat usaha

Jika tidak memililiki tempat usaha Indomaret menawarkan dua opsi kerja sama:

a. Usulan lokasi toko baru

Indomaret menawarkan lokasi yang telah disurvei disertai perencanaan matang, mulai dari desain layout toko, estimasi investasi, pendapatan, pengeluaran, dan payback period.

b. Take over kepemilikan

Indomaret menawarkan toko milik sendiri, yang sudah teruji dan menguntungkan. Sistem ini relatif lebih safe namun nilai investasinya lebih tinggi dibanding dengan membuka toko baru karena ada nilai goodwill, sebagai pengganti biaya pengembangan toko, sejak dibuka hingga mencapai kondisi mapan.

2. Memiliki tempat usaha

Jika memiliki tempat usaha Indomaret menawarkan kerja sama: a. Ruang usaha atau rumah atau tanah

(45)

- Indomaret terlebih dulu melakukan survei kelayakan lokasi yang anda usulkan, mulai dari potensi wilayah, peruntukan bangunan dan perijinan, perencanaan layout toko sampai dengan estimasi payback periode-nya.

- Jika semua dinilai layak, kerja sama dapat dilakukan. Akan tetapi jika tidak atau ada kendala lain, Indomaret akan menyarankan untuk mencari lokasi yang lain. b. Minimarket existing

Bila anda memiliki toko yang kurang berkembang dan ingin mengembangkannya, dapat bergabung dengan Indomaret. Prosedur standardnya sama, mulai dari survei kelayakan lokasi sampai dengan estimasi payback period. Perlakuan yang membedakannya adalah dalam menghitung nvestasi perlengkapan toko. Jika perlengkapan toko tersebut sesuai dengan standar Indomaret maka investasinya lebih murah. Namun jika perlengkapan toko tidak sesuai dengan standard maka harus diganti baru, yang sesuai dengan standard Indomaret.

1. Transformasi pengetahuan

Bergabung dengan Indomaret, akan banyak diperoleh pengetahuan bisnis toko modern .

2. Potensi pasar

Bantuan survei lokasi dari Indomaret akan memperkaya wawasan mengenai potensi dan strategis tidaknya suatu lokasi

3. Tidak full time

(46)

pekerjaan sebelumnya. 4. Peluang berkembang

Investor dapat memiliki lebih dari 1 (satu) unit toko dengan tingkat kesibukan yang sama dan dapat diatur.

5. Minimalisasi resiko

Perencanaan matang, mulai survei lokasi sampai dengan opening toko, kecepatan distribusi dan kelengkapan barang dagangan, serta dukungan management toko yang solid akan membantu investor dalam menekan resiko kerugian.

(47)

Tugas dan Wewenang masing-masing posisi 1. Kepala Toko

- Bertanggung jawab dalam mengorganisir dan pengelolaan toko -Mengawasi jalannya operasional toko

2.Wakil Kepala Toko

-bertanggung jawab dalam membantu kepala toko dalam melaksanakan fungsi pengorganisasian dalam toko

3. Merchandiser

-bertanggung jawab dalam mengatur dan menempatkan item-item produk yang ada sehingga pajangan menarik dan sesuai dengan konsep indomaret

-Mengatur display produk-produk di dalam toko - Mengklasifikasikan produk-produk di dalam toko

4. Kasir

-Bertanggung jawab dilini depan dalam melayani transaksi pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

5. Pramuniaga

- Bertanggung jawab dalam menyambut dan menuntun konsumen toko dalam mendapatkan produk yang diinginkannnya

(48)

F

a. Strengths (Kekuatan)

1) Indomaret telah mengembangkan franchise yang mempunyai tujuan menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan ritail waralaba yang unggul dalam persaingan nasional

2) Investasi franchise yang ditawarkan sangat kompetitif, bila dibanding dengan pesaing.

3) Penempatan lokasi pabrik dan head office di beberapa wilayah yang sudah cukup strategis.

4) Tingkat upah karyawan yang relatif rendah sehingga mampu menekan biaya operasional serendah mungkin.

5) Indomaret adalah salah satu franchise yang bergerak dibidang retail yang siap go internasional. (Swa, 2004)

6) Indomaret mampu menjual barang eceran dengan harga lebih murah, karena mengambil pasokan barang dari salah satu distributor terbesar produk kebutuhan sehari-hari yaitu Indomarco.

b. Weaknesses (Kelemahan)

1) Franchise fee yang ditawarkan relatif tinggi.

2) Berbagai daerah kurang mengenal Indomaret, karena kurangnya promosi. 3) Break Event Points yang ditawarkan 4 tahun sedangkan pesaing antara

(49)

c. Opportunities (Peluang)

1) Masih terdapat beberapa daerah yang potensial namun belum dimasuki oleh Indomaret. Dengan waralaba dapat lebih mudah melakukan eksploitasi ke daerah-daerah yang potensial tersebut.

2) Dengan adanya perdagangan bebas, maka peluang mengembangkan franchise akan semakin besar.

3) Perlunya promosi yang lebih gencar agar franchise Indomaret lebih dikenal dan laku dipasaran.

4) Adanya pangsa pasar yang cukup menjanjikan, dimana di Indonesia bisnis waralaba dalam satu sampai dua tahun terakhir makin tumbuh subur 12,5%.

5) Mempunyai kesempatan untuk memperluas jaringan secara lebih cepat dengan menggunakan modal seminimal mungkin.

d. Threats (Ancaman)

1) Adanya franchisor lain yang terus mengikuti langkah Indomaret dalam mencari franchisee, yaitu Alfamart.

2) Terdapat perusahaan franchise yang sejenis dengan harga jual franchise yang hampir sama.

3) Adanya kemungkinan beberapa gerai milik franchisee yang dapat menurunkan reputasi nama franchisor akibat kegagalannya memenuhi baku standar tertentu yang kemudian melakukan komplain.

(50)

Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif A. Hasil Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang ada akan dikumpulkan, digolongkan kemudian diinterpretasikan. Data utama dalam penelitian ini adalah dengan mendapatkan informasi dari responden secara langsung dengan menyebarkan kuesioner yang berisikan tentang karakteristik responden, psikogafik responden, dan pernyataan-pernyataan yang dibuat untuk mendapatkan informasi yang relevan dan dibutuhkan untuk menganalisis masalah penelitian yang telah dirumuskan.

Kuesioner digunakan sebagai instrumen alat ukur dalam penelitian ini. Untuk mengetahui variabel penelitian valid atau tidak maka kuesioner perlu diuji terlebih dahulu. Pengujian yang dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas telah menunjukkan bahwa kuesioner penelitian ini layak digunakan sebagai instrument.

1. Deskriptif Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung outlet Indomaret Jamin Ginting Medan. Para pengunjung yang ditentukan sebagai responden adalah yang telah melakukan pembelian minimal 2 kali dalam sebulan dan telah berusia minimal 17 tahun. Kuesioner sebagai data primer dalam penelitian ini telah disebarkan kepada sampel yang telah ditentukan sesuai dengan kriteria.

(51)

Tabel 4.1

Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) (%)

Pria 32 40

Wanita 48 60

Total 80 100

Sumber : data primer,diolah (2009)

Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa dari 80 orang konsumen yang berbelanja di Outlet Jamin Ginting Medan, 60 % adalah wanita dan selebihnya 40% adalah pria. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa wanita lebih gemar berbelanja dari pria.

Tabel 4.2

Karakteristik Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (Orang) (%)

17-24 tahun 28 35

25-30 tahun 22 27.5

30-40 tahun 16 20

> 40 tahun 14 17.5

Total 80 100

Sumber : data primer,diolah (2009)

(52)

yang terletak dekat dengan lokasi kos-kosan mahasiswa di Jamin Ginting ini didominasi kelompok umur pemuda.

Tabel 4.3

Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) (%)

SMA/Sederajat 42 52.5

Diploma/Sederajat 20 25

Sarjana/Sederajat 12 15

Pasca Sarjana/Sederajat 6 7.5

Total 80 100

Sumber : data primer,diolah (2009)

Berdasarkan pendidikannya, responden diklasifikasikan menjadi seperti Tabel 4.6 yang menunjukkan bahwa golongan Sarjana/Sederajat merupakan responden terbanyak yaitu sebesar 52.5 %. Sementara responden yang paling sedikit adalah responden yang berpendidikan Pasca Sarjana/Sederajat yaitu hanya 7.5 %.

Tabel 4.4

Karakteristik Berdasarkan Kuantitas Kunjungan Kuantitas Kunjungan Jumlah (Orang) (%)

2 kali sebulan 36 45

> 2 Kali sebulan 44 55

Total 80 100

Sumber : data primer,diolah (2009)

(53)

sebulan hal ini sekaligus menunjukkan bahwa toko minimarket hanyalah sebagai tempat belanja skala kecil atau belanja secara eceran harian bukan dalam belanja bulanan.

Tabel 4.5

Sumber Informasi Responden tentang Indomaret

Sumber Informasi Jumlah (%)

Iklan TV/Radio dan Sejenis 10 12.5

Orang Lain 42 52.5

Lain-Lain 28 35

Total 80 100

Sumber : data primer,diolah (2009)

(54)

Tabel 4.6

Alasan Responden Berbelanja di Indomaret

Alasan Berbelanja Jumlah (%)

Faktor Lokasi 56 70

Faktor Harga 6 7.5

Faktor Kelengkapan Produk 8 10

Lain-Lain 10 12.5

Total 80 100

Sumber : data primer,diolah (2009)

Tabel 4.6 menggambarkan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 70 % memilih berbelanja di Outlet Indomaret dengan pertimbangan lokasi yang dekat dengan tempat tinggal sedangkan faktor lain seperti harga dan kelengkapan produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap timbulnya alasan untuk berbelanja di Indomaret Jamin Ginting.

Tabel 4.7

Hari Kunjungan Responden

Hari Berbelanja Jumlah (%)

Hari Biasa 54 67.5

Akhir Pekan 26 32.5

Total 80 100

Sumber : data primer,diolah (2009)

(55)

kebutuhan sehari-hari yang dapat dibeli kapan saja tanpa harus menunggu akhir pekan.

Tabel 4.8

Waktu Kunjungan Berbelanja

Waktu Jumlah (%)

Pagi Hari 6 7.5

Siang Hari 14 17.5

Sore Hari 38 47.5

Malam Hari 22 27.5

Sumber : data primer,diolah (2009)

Tabel 4.8 menggambarkan bahwa sebagian besar responden yaitu 47.5 % melakukan kunjungan pada waktu sore hari. Hal ini disebabkan karena sebagian responden baru selesai beraktifitas pada sore hari sehingga membuat mereka lebih nyaman dan leluasa berkunjung pada sore hari. Sedangkan 27.5 % responden lebih menyukai berbelanja pada malam dari dan sisanya sebesar 17.5 % dan 7.5 % memilih berbelanja pada siang dan pagi hari.

2. Distribusi Penilaian Responden

Pada Variabel berikut ini akan dilihat penilaian responden terhadap variabel-variabel penelitian ini.

a. Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Layout

(56)

Tabel 4.9

Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Layout.

Item SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F %

1 21 26 44 55 12 15 3 4 0 0 80

2 0 0 41 51 33 41 6 8 0 0 80

3 12 15 50 62 13 16 5 7 0 0 80

4 5 7 29 36 46 58 0 0 0 0 80

5 2 3 43 56 30 39 5 7 0 0 80

6 5 7 33 41 39 49 3 4 0 0 80

7 22 27 32 40 26 33 0 0 0 0 80

8 0 0 42 53 35 43 3 4 0 0 80

9 3 4 37 46 39 49 1 1 0 0 80

10 12 15 36 45 31 39 1 1 0 0 80

11 2 3 36 45 39 49 3 4 0 0 80

12 0 0 42 53 35 43 3 4 0 0 80

13 0 0 48 60 32 40 0 0 0 0 80

14 0 0 42 60 35 40 3 4 0 0 80

(57)

b. Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Pembelian Impulsif

Penilaian responden terhadap variabel Pembelian Impulsif dapat dilihat dari jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan, seperti yang terlihat pada Tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10

Distribusi Penilaian Responden terhadap Variabel Pembelian Impulsif

Item

SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F %

1 3 4 38 47 39 49 0 0 0 0 80

2 17 22 30 38 33 42 0 0 0 0 80

3 4 5 34 42 39 49 3 4 0 0 80

4 14 18 36 45 29 36 1 1 0 0 80

5 0 0 44 55 34 42 2 3 0 0 80

6 2 3 38 47 39 49 1 1 0 0 80

Sumber : data primer,diolah (2009)

(58)

B. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linier sederhana dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel Layout (Tata letak) terhadap variabel terikat Pembelian Impulsif yang dilakukan terhadap 80 orang responden Outlet Jamin Ginting Medan. .

Pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa variabel independen dimasukkan dalam variabel penelitian ini dengan menggunakan metode enter.

Tabel 4.12

Coeffi cientsa

2.936 1.182 2.484 .015

.370 .023 .875 15.948 .000 (Const ant)

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4.12 dapat dirumuskan model persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:

(59)

a. Konstanta a bernilai 2,936, artinya bahwa jika variabel Layout tidak ada maka tetap akan ada pembelian impulsif sebesar 2,936.

Interpretasi Model Regresi Linier Sederhana

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat dibuat suatu interpretasi terhadap model yang diambil sebagai berikut :

b. Koefisien Regresi Layout (X) sebesar 0,370 menyatakan bahwa setiap peningkatan pada variabel layout sebesar satu satuan maka akan meningkatkan pembelian impulsif konsumen sebesar 0,370.

c. Koefisien dependen Pembelian impulsif (Y) dipengaruhi cukup besar oleh variabel independen Layout, sedangkan sisanya dipangaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

C. Pengujian Koefisien Determinasi (R²)

Tabel 4.13 Model Summary

.875a .765 .762 1.17891

Model

Berdasarkan Tabel 4.13, nilai R² adalah sebesar 0.765 artinya bahwa kemampuan variabel bebas Layout menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikat Pembelian Impulsif adalah sebesar 76.5 %

(60)

e = 23.5%

a. Koefisien R menunjukkan nilai sebesar 0,875 Hal ini diartikan bahwa hubungan antara layout dan pembelian impulsid tergolong sangat erat,hal ini dilihat dari besar koedisien R sebesar 87,5 % pembelian tidak terencana pada Outlet Jamin Ginting Medan disebabkan oleh adanya faktor tata letak (Layout)

Interpretasi Pengujian Koefisien Determinasi (R²)

b. Koefisien R² sebesar 0,765 berarti 76,5 % faktor terjadinya pembelian impulsif dapat dijelaskan oleh variabel layout sedangkan sisanya 23,5 % sitentukan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini c. Koefisien Adjusted R² square sebesar 0,762 menjelaskan bahwa sebesar

76,2 % dapat mengukur variasi dari nilai yang dipresiksi artinya layout dapat menimbulkan pembelian impulsif sebesar 76,2 %

d. Koefisien standard error of the estimate disebut juga standar deviasi sebesar 1,17891. Dimana semakin kecil standard deviasi berarti model semakin baik. Output menunjukkan bahwa nilai standard error of the estimate cukup kecil sehingga model yang digunakan cukup baik.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

(61)

1) Pleasure

Mengacu pada tingkat dimana seseorang merasakan baik, penuh kegembiraan, perasaan bahagia terhadap situasi disekitarnya. Pleasure diukur dengan penilaian reaksi lisan terhadap lingkungan

2) Arousal

Mengacu pada tingkat dimana seseorang merasakan siaga, bergairah dan bersifat aktif terhadap situasi yang ada. Arousal secara lisan ditanggap sebagai laporan responden, seperti pada saat dirangsang, ditentang dan sejenisnya.

3) Dominanance

Ditandai dengan laporan responden yang merasa dikendalikan sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan dipengaruhi dan sejenisnya.

a. Konstanta a bernilai -1,931 artinya jika variabel bebas (X1, X2, X3) yaitu pleasure, Arousal, dominance tidak ada, maka pembelian tidak terencana akan berada sebesar -1,931.

Hasil Pengujian Menggunakan Model Regresi Linear

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -1,931 + 0,181X1 + 0,085X2 + 0,110X3 + e

Dari Persamaan Regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa :

(62)

c. Koefisien untuk variabel arousal yang diperoleh adalah 0,085 yang berarti jika terjadi peningkatan pada variabel ini, maka pembelian impulsif juga akan meningkat sebesar 0,085

d. Koefisien untuk variabel dominance adalah 0,110 artinya apabila dominance meningkat, maka pembelian tidak terencana konsumen akan meningkat sebesar 0,110

Pada penelitian ini dengan menggunakan model regresi linear sederhana diperoleh hasil persamaan regresi :Y = 2.936 + 0.370X + e. Dimana koefisien regresi Layout (X) sebesar 0,370 artinya bahwa setiap peningkatan pada variabel layout sebesar satu satuan maka akan meningkatkan pembelian impulsif

konsumen sebesar 0,370. Hal ini menunjukkan bahwa variabel layout memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan ketiga variabel yang ada pada penelitian terdahulu yaitu pleasure sebesar 0,181, arousal sebesar 0,085,dan dominance sebesar 0,110. Artinya pembelian impulsif lebih dipengaruhi oleh faktor tata letak dibandingkan variabel pleasure, arousal dan dominance.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan ritel untuk menentukan faktor yang perlu diutamakan untuk ditingkatkan dalam usaha menimbulkan pembelian impulsif pada konsumen pengunjung toko ritel,dalam hal ini faktor itu adalah tata letak.

Berdasarkan pengujian koefisen determinasi penelitian terdahulu diperoleh hasil sebesar 0,384 artinya : 38,4 % variabel terikat pembelian impulsif dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu pleasure, arousal dan dominance. Pada penelitian ini diperoleh hasil pengujian koefisen determinasi sebesar 0,765

(63)

artinya : 76,5 % variabel terikat pembelian impulsif dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu layout (tata letak).

Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Layout atau tata letak memiliki pengaruh yang lebih besar yaitu sebesar 76,5 % dibandingkan variabel pleasure, arousal, dan dominance yang hanya sebesar 38,4 %. Hal ini dapat menjadi

pertimbangan bagi perusahaan ritel agar dapat memilih dan menetukan variabel yang mana yang menjadi prioritas untuk mereka tingkatkan.

(64)

Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout (Tata Letak) Terhadap Pembelian Impulsif A. Kesimpulan

1. Variabel Layout (Tata letak) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap timbulnya pembelian impulsif pada outlet toko Indomaret Jamin Ginting Medan, hal ini dapat dilihat dari koefisien variabel layout sebesar 0,370 artinya bahwa apabila ada peningkatan sebesar

satu satuan pada variabel X ini akan meningkatkan juga timbulnya pembelian impulsif sebesar 37 %.

2. Variabel terikat pembelian impulsif dipengaruhi oleh variabel bebas layout (tata letak) sebesar 76,5 % . Sisanya 23,5 % dipengaruhi oleh

(65)

B. Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel layout berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif. Bahkan hasil pengujian regresi menyebutkan bahwa peran layout (Tata letak) mencapai 76,5 % dalam meningkatkan pembelian impulsif. Sisanya 23,5 % dipengaruhi oleh : respon lingkungan, display, promosi,tata cahaya dan sebagainya.

Layout yang ada di Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan sebenarnya sudah

cukup bagus namun ada beberapa saran yang penulis berikan demi meningkatkan jumlah konsumen Indomaret yang mana hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan perusahaan ini yaitu :

1. Perusahaan sebaiknya melakukan pengelolaan ruang yang lebih efektif dan efisien. Karena ruangan mempengaruhi jangkauan dan mobilitas konsumen maka tempatkanlah barang-barang yang memiliki laba yang tinggi ditempat yang paling nyaman bagi pembeli.

2. Barang-barang yang memiliki tipe impulse item (barang yang dibeli pelangan dengan spontanitas) misalnya : coklat,snack,rokok ataupun makanan ringan lainnya sebaiknya dilatakkan pada tempat yang paling mudah untuk dilihat dan dijangkau oleh konsumen, karena justru barang-barang seperti ini yang akan meningkatkan laba perusahaan.

(66)

4. Hindari penampilan toko yang terlalu rapi dalam mengatur tata letak barang agar tidak menimbulkan kesan segan bagi pengunjung untuk memilah-milah barang yang akan dibelinya.

5. Secara periodik perlu dilakukan re layout atau mendesain ulang tata letak toko yang bertujuan untuk menyegarkan dan menciptakan kesan dan suasana baru sehingga konsumen tidak bosan dan tidak merasa monoton melihat tata letak toko.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M.Taufiq. 2004. Manajemen Ritel : Panduan Lengkap Pengelolaan Toko Modern. Jakarta : Edisi Pertama, PT. Ikrar Mandiriabadi. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Edisi kelima, Riheka Cipta

Kotler dan Amstrong, 2003. Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT. Indeks

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT. Prehalindo Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Ekonomi dan Bisnis.

Jakarta : Edisi Pertama, Erlangga.

Purba, Whitetop. 2008. “Analisis Pengaruh Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Pembelian Tidak Terencana (Impulsive Buying) Pada Hypermart Sun Plaza Medan” Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.

Setiadi, Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta : Prenada Media Group. Sugiono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : cetakan kedelapan penerbit

alfabeta.

Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : Andi

Tjiptono, Fandy. 2003. Pemasaran Jasa. Malang : Bayumedia Publishing Utami, Christina Widya. 2006. Manajemen Ritel. Jakarta : Salemba Empat

Akses internet

(68)
(69)
(70)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi

Penelitian : Skripsi S-1

1) Petunjuk Pengisian

LEMBARAN KUESIONER

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PEMBELIAN IMPULSIF DENGAN

LAYOUT (TATA LETAK) PRODUK PADA INDOMARET OUTLET

JAMIN GINTING MEDAN

a. Pada lembaran ini terdapat beberapa pertanyaan dan juga pernyataan yang harus saudara tanggapi . Kepada Saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan maupun pernyataan yang ada dengan jujur dan sebenarnya.

b. Dalam menjawab poin pernyataan tidak ada jawaban yang salah. Oleh karena itu, usahakanlah agar tidak ada jawaban yang dikosongkan. c. Pada bagian Pertanyaan berilah tanda (X) pada pilihan jawaban

saudara sedangkan pada bagian Pernyataan berilah tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai dengan keadaan sebenarnya. d. Adapun pada bagian pernyataan ada lima alternatif jawaban yaitu :

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Indomaret .......................................................
Tabel 1.1 Jenis Rak dan Penempatannya
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Purba (2008) diolah penulis.
Tabel 1.2 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait