• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

AJI RIDHO UTAMA

Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari

tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia ,

angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak

sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg

mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama.

Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus

dipertahankan. Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang

mudah. Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan

▸ Baca selengkapnya: hal yang dilakukan oleh bu veni dalam mengungkapkansejarah tanam paksa di atas menggunakan pendekatan ….

(2)

sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari

orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui. Praktik aborsi siswa SMA

di Kota Bandar Lampung sudah bukan rahasia lagi, terutama sebagai akibat dari

semakin meluasnya budaya pergaulan bebas dan prostitusi Permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini adalah berbagai faktor yang menyebabkan aborsi di

kalangan remaja dan berbagai upaya penanggulangan yang dilakukan dalam hal

menghentikan tindakan aborsi yang dilakukan oleh siswi Sekolah Menengah Atas

di Kota Bandar Lampung

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan

yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji

peraturan-peraturan yang berlaku dan literatur yang erat kaitannya dengan Tindak Pidana

Aborsi, yang dalam hal ini lebih khusus terhadap Siswa di Kota Bandar Lampung

di kalangan siswa menengah atas.Pendekatan yuridis empiris, adalah pendekatan

yang dilakukan melalui

Aji Ridho Utama

pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya dan

terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan

dengan Tindak Pidana Aborsi di kalangan siswa menegah atas di Kota Bandar

Lampung

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan banyak faktor yang mendorong para

remaja melakukan tindakan aborsi terhadap kandungannya.Namun, hal yang

(3)

“normal” dan sudah wajar, apalagi jika dipandang dari sisi psikologis bahwa

kebutuhan akan diperhatikan dan memperhatikan lawan jenis ini mulai nampak

sejak menginjak akil baligh.Namun dengan melihat fenomena yang terjadi pada

saat ini, banyak norma-norma yang telah dilanggar dan seakan-akan para

pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap dirinya sebagai pasangan yang

abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang berlebihan, seringnya berduaan,

saling berkontak secara. Buktinya dapat kita lihat dengan adanya pemaparan hasil

survei dari Jagatnita Consulting tersebut di atas.

Penulis menyarankan agar beberapa faktor baik dari internal maupun eksternal

dapat diselesaikan sehingga tindakan aborsi dapat dihentikanBeberapa

penanggulangan hukum terkait dengan aborsi di kalangan remaja Siswa

Menengah Atas di Kota Bandar Lampung dapat di dukung dan diupayakan

semaksimal mungkin oleh berbagai pihak hal ini ditujukan untuk menghindari

remaja agar tidak melakukan aborsi

(4)

ANALISIS KRIMINOLOGI TINDAK PIDANA ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

AJI RIDHO UTAMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh

AJI RIDHO UTAMA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 09

1. Tujuan Penelitian ... 09

2. Kegunaan Penelitian ... 09

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kriminologi ... 17

B. Pengertian Aborsi ... 19

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Aborsi ... 21

D. Tinjauan Umum Tentang Remaja ... 22

BAB IV PENELITIAN DAN PEMABAHASAN A. Karakteristik Responden……….29

B. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya aborsi yang dilakukan oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar Lampung ... 30

(9)

B.Saran……….. 51

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadinya sehingga kadang

kala kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan

tersebut terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian

canggihnya dan kian cepatnya sehingga mau tidak mau kita juga terkena

imbasnya. Dalam segala bidang, manusia terus menerus mengalami perubahan

karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang sehingga cakrawala berpikir

kita kian hari kian maju. Namun sebaliknya, imbas dari perkembangan jaman itu

sendiri tidak hanya bergerak kearah positif, tetapi juga menawarkan sisi

negatifnya kepada umat manusia karena sebenarnya perkembangan teknologi

tersebut seperti pedang bermata dua. Hanya tinggal kita yang diberi akal oleh

Tuhan Yang Maha Kuasa ini memilih, mau kearah yang benar atau salah demi

mewujudkan keinginan kita.

Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari

tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia

sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang

(11)

yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama

agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga

harus dipertahankan.

Angka Kematian Ibu (AKI) menurut survei demografi kesehatan Indonesia

(SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab

kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu

sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC)

yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan

ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994,

hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh

tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih sangat rendah, di mana sebesar 54%

persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.1

Namun tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya. Setiap tahunnya, dari

175 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta perempuan yang

mengalami kehamilan tak diinginkan. Banyak hal yang menyebabkan seorang

perempuan tidak menginginkan kehamilannya, antara lain karena perkosaan,

kehamilan yang terlanjur datang pada saat yang belum diharapkan, janin dalam

kandungan menderita cacat berat, kehamilan di luar nikah, gagal KB, dan

sebagainya. Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan

(KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik

yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya

yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan

yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian

1

(12)

3

karena ditangani oleh orang yang tidak kompeten atau dengan peralatan yang

tidak memenuhi standard.

Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah.

Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya

mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum

akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang

sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui. Hanya orang-orang yang mampu

berempati yang bisa merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit

dan menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya.

Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian

kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22

minggu. Dengan perkembangan tehnologi kedokteran yang sedemikian pesatnya,

sesungguhnya perempuan tidak harus mengalami kesakitan apalagi kematian,

karena aborsi sudah dapat diselenggarakan secara sangat aman dengan

menggunakan tehnologi yang sangat sederhana. Bahkan dikatakan bahwa aborsi

oleh tenaga profesional di tempat yang memenuhi standar, tingkat keamanannya

10 kali lebih besar dibandingkan dengan bila melanjutkan kehamilan hingga

persalinan.Sayangnya, masih banyak perempuan di Indonesia tidak dapat

menikmati kemajuan tehnologi kedokteran tersebut. Mereka yang tidak punya

pilihan lain, terpaksa beralih ke tenaga yang tidak aman yang menyebabkan

mereka beresiko terhadap kesakitan dan kematian. Terciptanya kondisi ini

terutama disebabkan karena hukum di Indonesia masih belum berpihak kepada

(13)

menyelamatkan ibu dan bayinya. Akibatnya, banyak tenaga profesional yang tidak

bersedia memberikan pelayanan ini, walaupun ada, seringkali diberikan dengan

biaya yang sangat tinggi karena besarnya konsekuensi yang harus ditanggung bila

diketahui oleh pihak yang berwajib.2

Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Sebuah

studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas

Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per tahunnya

sebesar 2 juta. Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan

banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani

dan pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang

mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap

remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga

kemampuan untuk mengendalikannya.

Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya, satu

dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon

generasi penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya.

Tentunya, dapat dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka

lakukan saat ini kelak di kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi

bagi bangsa di masa depan.Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri

yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru

berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja

dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.

2

(14)

5

Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat

remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang

lebih memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus

membahas seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri. Tak tersedianya

informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja

bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan

siswa SMP dan SMA di Indonesia terungkap 42,3 persen pelajar telah melakukan

hubungan seks yang pertama saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari siswa

mengungkapkan, dia melakukan hubungan seks tersebut berdasarkan suka dan

tanpa paksaan. Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak

diperbolehkannya remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga

berencana memaksa mereka untuk melakukan aborsi, yang sebagian besar

dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar medis. Data

WHO menyebutkan bahwa 15-50 persen kematian ibu disebabkan karena

pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan Departemen Kesehatan RI

mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada remaja atau 30

persen dari total 2 juta kasus di mana sebgaian besar dilakukan oleh dukun.

Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu,

WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung

kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun

dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak

aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia

(15)

antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat

aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju

hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi

di Indonesia masih cukup besar.3

Pada Pasal 28 A, UUD 1945 menyatakan setiap orang berhak untuk hidup serta

berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.4 Tentang aborsi itu sendiri di

Indonesia dikenal dua jenis aborsi yaitu aborsi kriminalis dan aborsi medical.

Sebenarnya jika dilihat dari Pasal tersebut bayi yang di dalam kandungan

sekalipun memiliki hak untuk hidup dan lahir di dunia dengan selamat. Pada

dasarnya aborsi atau yang nama lainya adalah Abortus Provocatus Therapeuticus

adalah suatu jenis pengguguran kandungan yang disengaja dibuat oleh seseorang

dengan maksud kesehatan demi menyelamatkan jiwa perempuan yang

mengandung, dan sudah barang tentu pengguguran kandungan ini mendapat

pertimbangan medik menurut ilmu kedokteran.5

Permasalahan aborsi memperoleh legitimasi dan penegasan dengan disahkannya

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Secara eksplisit,

dalam undang-undang ini terdapat Pasal-Pasal yang mengatur mengenai aborsi,

meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan

kontroversi diberbagai lapisan masyarakat. Meskipun, Undang-undang melarang

praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan.

Pengguguran (aborsi)provocatus criminaliskhususnya pada tingkat SMA apapun

alasannya tidak dapat dibenarkan oleh norma hukum pidana ataupun norma

3Ibid. 4

Pasal 28 A, Undang-Undang Dasar 1945. 5

(16)

7

hukum agama. Hal ini disebabkan bahwa pengguguran kandungan ini sangat

bertentangan dengan nilai yang hidup dalam masyarakat, dan merupakan suatu

pembunuhan yang dilakukan terhadap janin yang ada dalam kandungan yang

seharusnya dilindungi. Alasan inilah sehingga KUHP pada Buku II bab XIX

menentukannya sebagai kejahatan terhadap nyawa orang, khususnya terhadap

nyawa janin. Abortus provocatus criminalis atau tindak pidana aborsi tersebut di

dalam norma hukum yang diatur secara tegas dalam rumusan Pasal 346, 367, 348,

dan 349 KUHP. Dengan demikian aborsi jenis ini memberikan ancaman pidana

bagi yang melakukannya.6

Praktik aborsi siswa SMA di Kota Bandar Lampung sudah bukan rahasia lagi,

terutama sebagai akibat dari semakin meluasnya budaya pergaulan bebas dan

prostitusi dewasa ini. Juga dengan semakin meningkatnya kasus-kasus kehamilan

di luar nikah dan multiplikasi keragaman motivasi. Hal tersebut pada gilirannya

mendorong orang-orang tertentu cenderung menggugurkan kandungan sebagai

solusi untuk menghilangkan aib. Dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan, seperti yang dijelaskan di atas bahwa melakukan aborsi dapat

merupakan tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang

dibenarkan undang-undang.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

menganalisis kriminologis terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh

Siswa Menengah Atas (SMA) di Kota Bandar Lampung.

6

(17)

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan

diangkat serta dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu :

1) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya aborsi yang dilakukan

oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar Lampung?

2) Upaya-upaya apasajakah yang telah dilakukan dalam rangka menanggulangi

pengguguran kandungan oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar

Lampung?

2. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah merupakan kajian dalam Hukum

Pidana yang mana membahas mengenai Analisis Kriminologis Terhadap Tindak

Pidana Aborsi Yang Dilakukan Oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar

Lampung. Penelitian ini dibatasi pada Rumah Sakit Abdul Moeloek Kota Bandar

Lampung, Psikolog yang ada di Kota Bandar Lampung dan Polrestabes Kota

Bandar Lampung. Sedangkan ruang lingkup wilayah penelitan adalah Kota

(18)

9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab terjadinya aborsi

yang dilakukan oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar Lampung.

2) Untuk mengetahui dan memahami upaya-upaya yang dilakukan dalam

menanggulangi pengguguran kandungan oleh Siswa Menengah Atas di Kota

Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap pendidikan hukum khususnya dalam hal analisis kriminologis

terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh Siswa Menengah Atas di

Kota Bandar Lampung. Selain itu dapat pula untuk mengidentifikasi

permasalahan yang berhubungan dengan hal tersebut.

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pihak kepolisian dalam

menanggulangi tindak pidana aborsi yang terjadi dikalangan siswa SMA di

(19)

mengurang ataupun memberantas tindak pidana aborsi di Kota Bandar

Lampung. Terakhir, penelitian ini merupakan syarat dalam menyelesaikan

pendidikan sarjana yang merupakan kebutuhan peneliti.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teori

a. Faktor Penyebab Orang Melakukan Kejahatan

Ada berbagai-bagai faktor penyebab terjadinya suatu tindak kejahatan. Sebagai

kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering terdapat

penyimpangan terhadap norma - norma, terutama norma hukum. Di dalam

pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai kejahatan

atau pelanggaran. Dan kejahatan itu sendiri merupakan masalah sosial yang

berada di tengah - tengah masyarakat, dimana si pelaku dan korbannya adalah

anggota masyarakat.

Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah

kejahatan. Pertama adalah faktor yang berasal atau terdapat dalam diri si pelaku

yang maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah

kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor

keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor yang kedua adalah faktor yang

berasal atau terdapat di luar diri pribadi si pelaku. Maksudnya adalah: bahwa

(20)

11

luar diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor rumah tangga dan

lingkungan.7

Adapun faktor penyebab yang mendominasi terjadinya tindak pidana pelecehan

seksual yang dilakukan terhadap anak di bawah umur adalah:8

1. Faktor keinginan

2. Faktor kesempatan

3. Faktor lemahnya iman

Ad1. Faktor keinginan

Yang dimaksud dengan faktor keinginan adalah: suatu kemauan yang sangat

kuat yang mendorong si pelaku untuk melakukan sebuah kejahatan. Misalnya

seseorang yang setelah menonton suatu adegan atau peristiwa yang secara tidak

langsung telah menimbulkan hasrat yang begitu kuat dalam dirinya untuk meniru

adegan tersebut.9

Ad2. Faktor kesempatan

Adapun yang dimaksud dengan faktor kesempatan disini adalah: suatu keadaan

yang memungkinkan (memberi peluang) atau keadaan yang sangat mendukung

untuk terjadinya sebuah kejahatan. Faktor kesempatan ini biasanya banyak

terdapat pada diri si korban seperti:

1. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak - anaknya, hal ini

disebabkan orang tua sibuk bekerja.

2. Kurangnya pengetahuan si anak tentang seks, hal ini didasarkan kepada

kebudayaan ketimuran yang menganggap bahwa pengetahuan seks bagi

7

Andi Hamzah,Hukum Pidana dan Acara Pidana,Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm 64.

8

Ibnu Jauzy,Ketika Nafsu Berbicara, Cendikia Sentra Muslim, Jakarta, 2004, hlm 54.

9

(21)

anak merupakan perbuatan yang tabu. Sehingga anak dengan mudah

termakan rayuan dan terjerumus tanpa mengetahui akibatnya.10

Ad3. Faktor lemahnya iman

Faktor lemahnya iman di sini merupakan faktor yang sangat mendasar

yang menyebabkan seseorang melakukan sebuah kejahatan. Jika ketiga faktor itu

telah terkumpul, maka perbuatan akan terlaksana dengan mudah. Tapi apabila

salah satu dari ketiga faktor tersebut di atas tidak terpenuhi maka kejahatan tidak

mungkin terjadi. Misalnya saja apabila hanya ada faktor keinginan dan faktor

lemahnya iman, sedangkan faktor kesempatan tidak ada maka perbuatan itu tidak

akan terjadi. Demikian juga apabila hanya ada faktor kesempatan, sedangkan

faktor keinginan tidak ada serta faktor imannya ada maka perbuatan itu juga tidak

akan terjadi. Tetapi faktor yang paling menentukan dalam hal ini adalah: faktor

lemahnya iman. Jika lemahnya iman seseorang atau iman seseorang tidak ada,

maka perbuatan pasti akan terjadi tanpa ada yang dapat mencegahnya.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat diartikan bahwa kunci yang paling

utama yang dapat mencegah terjadinya suatu tindak pidana adalah: iman. Jika

iman telah ada niscaya perbuatan itu tidak akan terjadi. Apabila hal ini terjadi

juga, maka hakim harus memutuskan dan menetapkan hukuman yang setimpal

bagi si pelaku.

10

Yusuf Madam,Sex Education for Children (Panduan Bagi Orang Tua Dalam Seks Untuk Anak),

(22)

13

b. Teori Penanggulangan Kejahatan

Menurut M. Hamdan, upaya penaggulangan yang merupakan bagian dari

kebijakan sosial pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari upaya

perlindungan masyarakat (social defence) yang dapat ditempuh dengan 2 jalur,

yaitu:

1. Jalur penal, yaitu dengan menerapkan hukum pidana(criminal law application)

2. Jalur nonpenal, yaitu dengan cara :

a. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punisment), termasuk di

dalamnya penerapan sanksi administratif dan sanksi perdata.

b. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pembinaan

lewat media massa (influencing views of society on crime and

punishment).

Secara sederhana dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan

lewat jalur “penallebih menitik beratkan pada sifatrepressive

(penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan

jalur “non penal” lebih menitik beratkan pada sifatpreventif”

(pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Beberapa

dekade terakhir berkembang ide-ide perbuatan tanpa pidana, artinya tidak semua

tindak pidana menurut undang-undang pidana dijatuhkan pidana, serentetan

pendapat dan beberapa hasil penelitian menemukan bahwa pemidanaan tidak

memiliki kemanfaatan ataupun tujuan, pemidaan tidak menjadikan lebih baik.

Karena itulah perlunya sarana nonpenal diintensifkan dan diefektifkan, disamping

beberapa alasan tersebut, juga masih diragukannya atau dipermasalahkannya

(23)

Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur“non penal” lebih bersifat

tindakan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah

menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor

kondusif itu antara lain, berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi

sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau

menumbuhsuburkan kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut politik

kriminal secara makro dan global, maka upaya-upaya nonpenal menduduki posisi

kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal. Di berbagai Kongres

PBB mengenai “The Prevention of Crime and Treatment of Offenders”

ditegaskan upaya-upaya strategis mengenai penanggulangan sebab-sebab

timbulnya kejahatan.11

E. Konseptual

a. Analisis

Analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa

guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan

laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan

di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan.12

b. Kriminologis

Kriminologis merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan.

Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang

11

http://kilometer25.blogspot.com/2012/09/upaya-non-penal-dalam-menanggulangi.html, diunduh pada hari rabu, tanggal 28 Agustus 2013.

12

(24)

15

bertujuan menyelidiki gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya melalui definisi.

Lalu ia membagi kriminologis menjadi :13

1. Antropologi kriminil;

2. Sosiologi kriminil;

3. Psikologi kriminil;

4. Psikopatologi dan neuropatologi kriminil; dan

5. Penologi.

c. Tindak Pidana

Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana

sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang

merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau

perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang

mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang

dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum

pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari

peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana

haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk

dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan

masyarakat.14

13

Topo Santoso,Kriminologi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011.

14

(25)

d. Aborsi

Aborsi adalah Proses Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran

dikenal dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel

telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah

suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk

bertumbuh.15

e. Siswa SMA

Siswa adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik

secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut murid atau pelajar.

Ketika kita bicara mengenai siswa maka fikiran kita akan tertuju kepada siswa

di lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah. Di lingkungan

sekolah dasar masalah-masalah yang muncul belum begitu banyak, tetapi

ketika memasuki lingkungan sekolah menengah maka banyak sekali

masalah-masalah yang muncul karena anak atau siswa sudah menapaki masa remaja.16

15

http://agenobataborsi.blogspot.com/p/pengertian-aborsi.html,diunduh pada hari rabu, tanggal 28 Agustus 2013.

16

(26)

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi

Bonger, memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang

bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui definisi ini,

Bonger membagi kriminologi ini menjadi kriminologi murni yang mencakup :

1) Antropologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat

dilihat dari segi biologisnya yang merupakan bagian dari ilmu alam.

2) Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai gejala

sosial. Pokok perhatiannya adalah seberapa jauh pengaruh sosial bagi

timbulnya kejahatan (etiologi sosial).

3) Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan dipandang dari

aspek psikologis. Penelitian tentang aspek kejiwaan dari pelaku kejahatan

antara lain ditujukan pada aspek kepribadiannya.

4) Psipatologi kriminal dan neuropatologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan

tentang kejahatan yang sakit jiwa atau sakit sarafnya, atau lebih dikenal

(27)

5) Penologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang tumbuh berkembangnya

penghukuman, arti penghukuman, dan manfaat penghukuman. Di samping itu

terdapat kriminologi terapan berupa :

a) Hygiene kriminal, yaitu usaha yang bertujuan untuk mencengah

terjadinyakejahatan.

b) Politik criminal, yaitu usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu

kejahatan telah terjadi,

c) Kriminalistik (policie scientific), yaitu ilmu tentang pelaksanaan

penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.1

Sutherland, merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang

bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial.Menurut Sutherland,

kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan

reaksi atas pelanggaran hukum. Kriminologi olehnya dibagi menjadi tiga cabang

ilmu utama yaitu :

1) Sosiologi hukum. Kejahatan itu adalah perbuatan yang oleh hukum dilarang

dan diancam dengan suatu sanksi. Jadi yang menentukan bahwa suatu

perbuatan itu adalah kejahatan adalah hukum. Di sini menyelidiki

faktor-faktor apa yang menyebabkan perkembangan hukum (khususnya hukum

pidana).

2) Etiologi kejahatan. Merupakan cabang ilmu kriminologis yang mencari sebab

musabab dari kejahatan. Dalam kriminologis, etiologi kejahatan merupakan

kejahatan paling utama.

1Ibid.,

(28)

19

3) Penology. Pada dasarnya ilmu tentang hukuman, akan tetapi Sutherland

memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian

kejahatan represif maupun preventif.2

Paul Moedigdo Moeliono memberikan definisi Kriminologi sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia. Paul

Moedigdo Moeliono tidak sependapat dengan definisi yang diberikan Sutherland.

Menurutnya definisi itu seakan-akan tidak memberikan gambaran bahwa pelaku

kejahatan itupun mempunyai andil atas terjadinya kejahatan, oleh karena

terjadinya kejahatan bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh

masyarakat, akan tetapi adanya dorongan dari si pelaku untuk melakukan

perbuatan jahat yang ditentang oleh masyarakat tersebut.3

B. Pengertian Aborsi

Untuk membedakan aborsi dengan pembunuhan anak sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 341 KUHP supaya dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang

terdapat diantara kedua hal tersebut, maka terlebih dahulu perlu diketahui apa

yang dimaksud dengan pembunuhan anak, unsur-unsur apa yang terpenting di

dalamnya, agar supaya dalam penguraian ini tergambar dengan jelas arti dan

tujuan pembunuhan anak itu sendiri.

Pasal 341 KUHP menentukan bahwa :

“Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika

dilahirkan atau tidak berapa lama dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia

2Ibid. 3

(29)

sudah melahirkan anak, dihukum karena makar mati terhadap anak dengan

hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun”.

Pembunuhan anak (bayi) yang diatur dalam Pasal 341 KUHP sesuai dengan

pengertian tersebut di atas dan menitikberatkan dari segi kesengajaan

pembunuhan bayi yang telah dilahirkannya, tanpa memikirkan panjang lebar

akibat-akibat dari perbuatannya itu. Hal tersebut dilakukan oleh si ibu disebabkan

karena adanya faktor siri’ (rasa malu) yang dimiliki si pelaku, maka dengan

demikian ia berusaha untuk menghindarkan diri akan ketahuan oleh orang banyak

atau masyarakat sekitarnya bahwa ia telah melahirkan anak (bayi) tanpa ayah

(bapak).4

Abortus pada dasarnya dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu :

1. Abortus yang tidak disengaja.

2. Abortus yang disengaja.

1) Abortus yang tidak disengaja.

Pengguguran kandungan (abortus) yang tidak disengaja atau yang dikenal dengan

sebutan Abortus Spontaneus adalah pengguguran kandungan (abortus) yang

terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar. Pengguguran

kandungan (abortus) seperti ini dapat terjadi dengan sendirinya (spontan) yang

biasanya disebabkan karena sebab-sebab lain, misalnya: si ibu jatuh dengan

keadaan perutnya terpukul, kerja berat dan lain sebagainya. Oleh karena itu

keguguran semacam ini dianggap sebagai suatu kecelakaan atau musibah yang

4

(30)

21

menimpa si ibu dan pengguguran kandungan (abortus) semacam ini tidak dapat

dihukum.

Bambang poernomo merumuskan bahwa “Abortus spontaneous adalah abortus

yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar”.

2) Abortus yang disengaja.

Abortus yang disengaja atau dikenal dengan sebutan abortus provocatus adalah

suatu jenis pengguguran kandungan (abortus) yang disengaja dibuat oleh

seseorang dengan suatu maksud tertentu. Abortus provocatus (disengaja,

digugurkan) pada dasarnya dibagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut :

a. Abortus Provocatus Criminalis, ini adalah pengguguran kandungan

(abortus) tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.

b. Abortus Provocatus Therapeuticus, adalah pengguguran kandungan

(abortus), biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan

membahayakan membawa maut bagi ibu. Misalnya karena ibu berpenyakit

berat.5

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Aborsi

Suatu perbuatan dikatakan tindak pidana apabila perbuatan tersebut menghina

keyakinan-keyakinan yang telah tertanam dengan kuatnya di masyarakat artinya

keyakinan tersebut telah mantap dalam masyarakat.6

5

Bambang Poernomo, Hukum Pidana Kumpulan Ilmiah, PT Bina Aksara, Jakarta, 1982. 6

(31)

Dalam kepustakaan ilmu kriminologi. Ada tiga faktor yang menyebabkan manusia

melakukan kejahatan, tiga faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan keturunan yang diwarisi dari salah satu atau kedua orang

tuanya (faktor genetika).

b. Faktor pembawaan yang berkembang dengan sendirinya. Artinya sejak

awal melakukan perbuatan pidana.

c. Faktor lingkungan. Yang dimaksud adalah lingkungan eksternal (sosial)

yang berpengaruh pada perkembangan psikologi. Karena dorongan

lingkungan sekitar, seseorang melakukan perbuatan pidana.

Abortus provocatus berkembang sangat pesat dalam masyarakat Indonesia, hal ini

disebabkan banyaknya faktor yang memaksa pelaku dalam masyarakat untuk

melakukan hal tersebut. Pelaku merasa tidak mempunyai pilihan lain yang lebih

baik selain melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum dan moral yaitu

melakukan aborsi.7

D. Tinjauan Umum tentang Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang

mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pasa masa

ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk

golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

7

(32)

23

Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar

usia 18 hingga 22 tahun. Menurut Santrock, ciri utama remaja meliputi

pertumbuhan fisik yang pesat, kesadaran diri yang tinggi, dan selalu tertarik untuk

mencoba sesuatu yang baru. Remaja bukanlah masa berakhirnya terbentuk

kepribadian akan tetapi merupakan salah satu tahap utama dalam pembentukkan

kepribadian seseorang. Remaja banyak meluangkan waktunya bersama

kawan-kawan sebaya. Disamping itu, remaja mulai banyak menerima informasi dari

media massa yang sudah mulai dikenal dan dekat dengan mereka. Oleh

karenanya, remaja menjadi individu yang terbuka terhadap hal-hal baru.

Banyaknya informasi yang diterima membuat remaja melakukan pemrosesan

informasi secara lebih mendalam.8

8http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53487/BAB%20II%20Tinjauan%20Pust

(33)

II. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga,

diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahn yang timbul.1

A. Pendekatan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:2

1. Pendekatan yuridis normatif, adalah pendekatan yang dilakukan dengan

mengkaji peraturan-peraturan yang berlaku dan literatur yang erat

kaitannya dengan Tindak Pidana Aborsi, yang dalam hal ini lebih khusus

terhadap Kota Bandar Lampung di kalangan siswa menengah atas.

2. Pendekatan yuridis empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui

pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya

dan terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang

berhubungan dengan Tindak Pidana Aborsi di Kota Bandar Lampung di

kalangan siswa menengah atas.

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung,, 2004, hlm. 43.

2

(34)

25

B. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pada objek penelitian,

yakni data yang didapat dari keterangan atau kejelasan yang diperoleh langsung

dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang berhubungan dengan Analisi

Tindak Pidana Aborsi Yang di Lakukan oleh siswa menengah atas di Bandar

Lampung.Dalam Hal ini keterangan akaan diambil dari Polisi Resort Kota Bandar

Lampung,Rumah Sakit Abdul muluk,Psikolog di Kota Bandar Lampung.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang

dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang terdiri dari:3

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan

peraturan-peraturan lainnya. Undang-Undang yang dimaksud yaitu Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisis serta

memahami bahan hukum primer seperti literatur dan norma-norma hukum

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

3

(35)

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan lain yang berguna untuk

memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian, bulletin, majalah,

artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya

ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data melalui informasi beberapa

narasumber yaitu sebagai berikut :

1. Polisi : 1 Orang

2. Dosen : 1 Orang

3. Psikolog : 1 Orang

4. Pelaku Aborsi : 1 Orang

5. Korban Aborsi : 1 Orang

Jumlah : 5 Orang

D. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh

prosedur sebagai berikut:4

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada

hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan

4

(36)

27

undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian

langsung pada tempat atau objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara bebas, namun terarah kepada data penelitian yang

diinginkan. Pihak yang diwawancarai adalah pihak yang memiliki keterlibatan

langsung dengan Dokter di salah satu rumah sakit di Bandar Lampung:

1. Ketua Bagian Badan Reserse Kriminal Polrestabes Kota Bandar Lampung;

2. Salah satu psikolog di Bandar Lampung;

3. Bagian Perawat di Rumah Sakit Abdul Moeloek di Kota Bandar Lampung;

4. Korban dan Pelaku Aborsi; dan

5. Dosen Hukum Pidana.

E. Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

1. Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan

dengan Analisis Kriminologi Tindak Pidana Aborsi Yang di Lakukan Oleh

Siswa Menengah Atas Di Kota Bandar Lampung.

(37)

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan

para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui

apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

3. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok

yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk

dianalisis.

4. Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam

data tersebut dapat dianalisi menurut susunan yang benar dan tepat.

F. Analisis Data

Analisis data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara

deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan

kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian

kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan

langsung dengan penelitian yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dari

(38)

50

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada pembahasan, dapat

disimpulkan bahwa :

1. faktor penyebab terjadinya aborsi dikalangan remaja yang terdiri dari faktor

internal dan eksternal.

Faktor internal yaitu :

1) Keimanan dan ketaatan agama yang masih kurang

Faktor keimanan dan ketaatan agama merupakan faktor yang sangat

berpengaruh terhadap perilaku remaja. Remaja yang keimanan dan

ketaatan yang baik akan dapat mengontrol sikap dan perilaku.

2) Kejiwaan yang masih belum stabil

Permasalahan yang timbul di kalangan remaja tidak bisa dipungkiri karena

fakor kejiwaan yang masih belum stabil. Remaja memiliki emosianal yang

tidak stabil cenderung tidak berpikir panjang dalam mengambil setiap

(39)

Faktor eksternal yaitu :

1) Pengawasan dari orang tua yang lemah

Pengawasan merupakan faktor yang sangat penting dalam mengendalikan

perilaku remaja. Remaja yang dibiarkan tanpa adanya pengawasan akan

cenderung bertindak dan berperilaku tidak baik dan dengan mudah sekali

dapat terjerumus pada hal hal yang negatif.

2) Pergaulan remaja

Pergaulan remaja saat ini sudah sangat memperihatinkan, mengingat saat

ini pergaulan remaja sudah sangat buruk banyak remaja yang terlibat

pergaulan bebas, narkotika, seks bebas, hamil diluar nikah sampai

melakukan aborsi.

3) Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi bisa menjadi faktor penyebab terjadinya aborsi. Saat

ini banyak sekali berita tersebar di dunia maya, bahkan saat ini sangat

banyak postingan blog atau website yang dapat memberitahu tempat yang

bisa melakukan jasa aborsi.

4) Modernisasi

Modernisasi dapat mengarahkan remaja untuk bisa melakukan tindakan

(40)

52

glamour dan bebas, modernisasi dapat mengesampingkan norma norma

yang hidup dan diajarkan dari kecil.

2. penanggulangan hukum dalam menanggulangi Aborsi dikalangan remaja

dapat dilakuan secara sederhana dapatlah dibedakan :

1. Upaya Represif

Upaya represif dimaksudkan setelah terjadinya tindakan aborsi yang

dilakukan oleh remaja, tindakan represif dimaksudkan agar memberikan

efek jera terhadap remaja yang melakukan tindakan aborsi. Upaya ini

sangat efektif dilakukan mengingat tindakan aborsi remaja harus

dihentikan.

2. Upaya Preventif

Upaya preventif dilakuan sebelum terjadinya tindakan aborsi yang

dilakukan oleh remaja upaya tersebut seperti melakukan pembinaan

tentang bahaya pergaulan bebas, seks bebas dan aborsi. Selain itu penting

sekali menanamkan ajaran ajaran agama yang dapat membentengi perilaku

remaja agar tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dilarang agama

seperti aborsi. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan

sosialisasi kepada remaja tentang bahaya seks bebas dan mendorong

remaja untuk memiliki banyak aktivitas.

(41)

1 Para siswa harusnya mendapatkan perhatian lebih dari orang tua karena

kita tau banyak siswa melakukan tindak pidana aborsi karna kurangnya

perhatian dari orang tua.

2 Para guru harusnya memberikan mata pelajaran yang sangat membimbing

siswa dikarna agar siswa tahu arti penting dari tindak pidana itu sendiri

3 Beberapa penanggulangan hukum terkait dengan aborsi di kalangan Siswa

Menengah Atas di Kota Bandar Lampung dapat di dukung dan diupayakan

semaksimal mungkin oleh berbagai pihak hal ini ditujukan untuk

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Andi Hamzah, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986.

Bambang Poernomo, Hukum Pidana Kumpulan Ilmiah, PT Bina Aksara, Jakarta, 1982.

Barda Arief Naawi, 2010, Penanggulangan Hukum Pidana, Pustaka Magister Semarang.

Ekotama, Suryono, Artu Harum, ST Pudji dan Artana, Widi, Abortus Provokatus bagi Korban Perkosaan, Perspektif Viktimologi Kriminologi dan Hukum Pidana, Yogyakarta, 2001.

Ibnu Jauzy, Ketika Nafsu Berbicara, Cendikia Sentra Muslim, Jakarta, 2004.

Satockid, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta.

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.

---, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 2003.

---, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981.

Soedjono, Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia, Bandung, 1976.

Topo Santoso, Kriminologi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011.

Yusuf Madam, Sex Education for Children (Panduan Bagi Orang Tua Dalam

Seks Untuk Anak).

(43)

Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Penerbit Bumi Aksara, Yogyakarta, 2011.

http://www.aborsi.org/definisi.htm

http://regional.kompasiana.com

http://narkofh07.blogspot.com/2011/01/proposal-aborsi-bab-i-pendahuluan.html

http://www.aborsi.org/definisi.htm,.

http://kilometer25.blogspot.com/2012/09/upaya-non-penal-dalam-menanggulangi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53487/BAB%20II%20Tinj

Referensi

Dokumen terkait

syarikat di Jerman kerana mereka memberi bantuan modal kepada syarikat- syarikat tersebut... Kesan Revolusi Perindustrian.. KESAN EKONOMI..

Tulisan ini dimaksudkan untuk menelusuri bagaimana penerapan pendidikan multikultural di bawah naungan kurikulum 2004, dan basis kompetensi apa saja yang harus dikuasai peserta

PIK juga merupakan perkara yang melibatkan pengetahuan seseorang guru dalam menterjemahkan pengetahuan tersebut di dalam bilik darjah serta kemahiran dalam

Hal ini dipertegas oleh Drosat dalam Ondi dan Aris (2010:25) bahwa salah satu dasar pembentukan kepribadian adalah sukses yang merupakan sebuah hasil dari kepribadian,

[r]

[r]

Pentingnya lembaga keuangan atau BPR melakukan upaya preventif (pencegahan) supaya terhindar dari kredit bermasalah. Upaya preventif bisa dilakukan apabila bank

This research paper is aimed at (1) identifying the difficulties faced by the students in writing descriptive text of class VIII SMP N 2 Kartasura in 2012/ 2013 academic year,