• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOAKTIVITAS ASAM CIS-EIKOS-9-ENOAT DARI Oscillatoria sp. TERHADAP E. coli RESISTEN CHLORAMPHENICOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIOAKTIVITAS ASAM CIS-EIKOS-9-ENOAT DARI Oscillatoria sp. TERHADAP E. coli RESISTEN CHLORAMPHENICOL"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

BIOAKTIVITAS ASAMCIS-EIKOS-9-ENOAT DARIOscillatoriasp. TERHADAPE. coliRESISTENCHLORAMPHENICOL

Oleh

Yulistia Anggraini

Oscillatoria sp. dapat menjadi sumber potensial penghasil senyawa metabolit bioaktif. Hasil uji bioaktivitas awal menunjukkan bahwa fraksi polar dari Oscillatoria sp. berpotensi sebagai senyawa antibakteri terhadap E. coli resisten terhadapchloramphenicol. Isolasi berdasarkan panduan uji bioaktivitas memandu pada isolasi senyawa asam cis-eikos-9-enoat (C20H38O2). Spektrum FTIR menunjukkan karakteristik puncak serapan vibrasi gugus O-H pada daerah 3434,6 dan 2669,0 cm-1;gugus alkil rantai panjang di daerah 2919,7 dan 2849,3 cm-1;dan gugus karbonil di daerah 1702,8 cm-1. Spektrum13C NMR menunjukkan adanya signal padaδC178,7 ppm dari karbon karbonil, δC14,9 dan 22,9 sampai 31,7 ppm dari karbon sp3, serta δC 129,7 dan 130,0 ppm dari karbon sp2. Spektrum 1H NMR menunjukkan adanya signal proton padaδH0,8 ppm (-CH3); δH1,3 sampai 2,4 ppm (-CH2-), dan δH 5,4 ppm (proton pada alkena). Karakteristik ikatan rangkap asamcis-eikos-9-enoat ditunjukkan oleh adanya puncak serapan multiplet pada δH 5,4 ppm dengan J (Hz) = 5,2; 6,1; dan 6,4. Hasil uji bioaktivitas menunjukkan bahwa asamcis-eikos-9-enoat memiliki potensi sebagai antibakteri terhadapE. coliresistenchloramphenicoldengan daya hambat sebesar 7 mm pada dosis 100μg.

(2)

ABSTRACT

BIOACTIVITY OF CIS-ICOS-9-ENOIC ACID FROM Oscillatoria sp. AGAINST E. coli RESISTANCE TO CHLORAMPHENICOL

By

YulistiaAnggraini

Oscillatoria sp. could be potential source for bioactive metabolite producer. The bioactivity preliminary test showed that the polar fraction of biomass extract from Oscillatoria sp. has potency as an antibacterial agent against E. coli resistance to chloramphenicol. The bioassay guided separation leads to isolate cis-icos-9-enoic acid (C20H38O2). The FTIR spectrum showed the characteristic vibration peaks of O-H group at 3434.6-2669.0 cm-1 (broadening), alkyl group at 2919.7 and 2849.3 cm-1 (Sharp), and C=O group at 1702.8 cm-1. The 13C NMR spectrum showed the signal at δC 178.7 ppm of carbon carbonyl, δC14.9; 22.9 up to 31.7 ppm of carbon sp3, and δC 129.7 and 130.0 ppm of carbon sp2. The 1H NMR spectrum showed the proton signal at δH 0.8 ppm (-CH3), δH 1.3 up to 2.4 ppm (-CH2), and δH 5.4 ppm (=CH). The double bond characteristic of cis-icos-9-enoic acid is showed by signal 1H NMR at δH 5.4 ppm (m) with J (Hz) = 5.2; 6.1; and 6.4. The result of bioactivity test showed that cis-icos-9-enoic acid has antibacterial potency to against E. coli resistance to chloramphenicol with inhibition zone value 7 mm at 100 μg of dose.

(3)

BIOAKTIVITAS ASAMCIS-EIKOS-9-ENOAT DARIOscillatoriasp. TERHADAPE. coliRESISTENCHLORAMPHENICOL

Oleh

YULISTIA ANGGRAINI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bakti Negara, Kec. Pakuan Ratu, Kab. Way Kanan

pada tanggal 20 Juli 1988. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara,

pasangan Legino S.Pd. dan Siti Musyarofah, S.Pd..

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD N 2 Sukoharjo pada tahun 2000, SLTP

N 2 Sukoharjo pada tahun 2003, dan SMA N 3 Kotabumi pada tahun 2006.

Penulis menyelesaikan pendidikan S1 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada tahun 2012. Penulis kemudian

melanjutkan pendikan ke jenjang Magister di Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lampung pada tahun 2013.

Berbagai kegiatan yang pernah dijalani penulis antara lain menjadi asisten

praktikum Kimia Dasar I dan II, Kimia Organik, di Fakultas MIPA Universitas

Lampung (Selama menjadi menjalani pendidikan S1). Pada tahun 2007-2008

penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Kimia (Himaki) FMIPA

Unila dan menjabat sebagai kepala Biro Kesekretariatan pada periode 2008-2009.

Penulis aktif berkarya di Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi

Universitas Lampung pada tahun 2012-2014. Penulis juga pernah aktif dalam

(8)

PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini penulis persembahkan

teruntuk:

Ayahanda dan ibunda Tercinta

Yang selalu memberikan kasih sayangnya, dan selalu

mendoakanku dalam sujudnya

Adik-adikku Tersayang

yang selalu menjadi inspirasi dan motivasiku

Guru yang saya hormati dan banggakan, Bapak Andi

Setiawan, Ph.D.

Orang-orang terkasih dan tersayang yang selalu

mendukung

(9)

Hidup ini singkat, maka jangan membuatnya lebih singkat lagi

dengan sesuatu yang sia sia

Buat hidupmu sempurna dengan membuat orang di sekitarmu

bahagia. Dan percayalah akan banyak cinta yang datang

menghampiri

Masalah tak seharusnya membuatmu menyerah karena masalah akan

menguatkanmu, jika kamu mau belajar dan mengambil hikmah

Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau

benci terdapat banyak kebaikan. Bahwa pertolongan itu (datang)

setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan

serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan. (Al Hadist)

(Jika sesuatu digabung dengan yang lain), tidak ada gabungan yang

lebih indah dari kesabaran yang digabung dengan ilmu

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atasrahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudulBioaktivitas Asam cis-eikos-9-enoat dariOscilatoriasp. TerhadapE. coliResisten Chloramphenicol.

Atas terselesaikannya tesis ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan FMIPA Unila.

2. Bapak Andi Setiawan, Ph.D., selaku pembimbing 1 sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah dengan sabar dan penuh perhatian

memberikan arahan, bimbingan, ilmu, dan dukungan dalam menyelesaikan

studi dan penelitian.

3. Dr. Noviany, M.Si. selaku pembimbing II yang selalu memberikan

nasihat, kritik, dan saran kepada penulis selama menyelesaikan tesis.

4. Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. selaku penguji utama pada ujian tesis.

Terimakasih atas kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Staf FMIPA Unila, khususnya staf jurusan Kimia FMIPA Unila.

6. Staf serta rekan-rekan di laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi

Teknologi Unila.

(11)

8. Kedua orang tua dan adik-adik ku tercinta Muchlis Aditya, Novella

Anggraini, Nirmala Anggraini, dan Nirmaya Anggraini yang selalu

memberikan semangat dan dukungan moral.

9. Teman-teman di Program Studi Magister Kimia FMIPA Unila yang saya

banggakan.

10. Sahabat-sahabat terdekat serta rekan-rekan di Laboratorium Terpadu dan

Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung dan masih banyak lagi

yang tak mungkin disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,karena itu kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga sedikit ilmu yang tertuang dalam tesis ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amiiin.

Bandar Lampung, Oktober 2015

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Manfaat ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Mikroalga... 5

1. Klasifikasi Mikroalga... 5

2.Oscilatoriasp... 7

3. Kultur Mikroalga... 8

4. Teknik Pemanenan ... 9

B. Senyawa Metabolit Sekunder ... 9

1. Senyawa Metabolit Bioaktif Mikroalga ... 10

2. Asam Lemak ... 12

C. Resistensi Obat... 14

D. Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam ... 17

(13)

2. Kromatografi ... 18

2.1 Kromatografi Lapis Tipis ... 18

2.2 Kromatografi Kolom ... 19

2.3 Kromatografi Cair Bertekanan Sedang atauMedium Pressure Liquid Chromatography(MPLC) ... 20

E. Spektroskopi... 22

1.Fourier Transform Infrared(FTIR)... 22

2.Nuclear Magnetic Resonance(NMR)Spectroscopy... 24

3. Spektroskopi NMR 2 Dimensi (2D) ... 27

3.1 DEPT (Distortionless Enhancement by Polarisation Transfer) ... 27

3.2 H-H COSY (Homonuclear Correlated Spectroscopy). 28 3.3 HMBC (Heteronuclear Multiple Bond Coherence) .... 28

3.4 HSQC (Heteronuclear Single Quantum Correlation).. 30

4. Koplingcisdantranspada spektrum1H NMR ... 30

F. Surfaktan ... 31

III. METODE PENELITIAN... 34

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 34

B. Alat dan Bahan... 34

C. Prosedur Penelitian ... 35

1. Kultivasi dan PemanenanOscillatoriasp... 35

2. Ekstraksi... 36

3. Uji Bioaktivitas... 37

4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Bioaktif ... 37

5. Karakterisasi ... 38

(14)

5.3 Analisis Spektroskopi NMR... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

A. Kultivasi dan PemanenanOscillatoriasp... 39

B. Ekstraksi... 41

C. Uji Bioaktivitas ... 42

D. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Bioaktif ... 43

E. Analisis Spektroskopi... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA... 56

LAMPIRAN ... 63

Lampiran 1 ... 63

Lampiran 2 ... 66

Lampiran 3 ... 68

Lampiran 4 ... 75

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Contoh kelompok senyawa surfaktan ... 33

2. Zona hambat fraksi F1-F6 terhadapE. coliresisten ... 47

3. 1H dan13C NMR (500 MHz) senyawa F2.2/3, dalam pelarut

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Beberapa spesies mikroalga dari beberapa kelas berbeda ... 6

2 Beberapa contoh senyawa metabolit dari mikroalga ... 11

3 Senyawa antibakteri dariOscillatoria redeki... 11

4 Contoh struktur asam lemak jenuh (5) Asam stearat dan asam lemak tak jenuh (6) Asam linoleat ... 13

5 Lintasan biosintesis asam lemak ... 14

6 Sistem MPLC... 20

7 Skema contoh interaksi peptida dengan fase diam... 21

8 Skema alat Spektrometer NMR... 24

9 Kopling jarak jauh resonansi karbon terprotonasi... 29

10 Morflogi Oscillatoria sp. dikultivasi pada sistem terbuka (perbesarn 400 X)... 40

11 Hasil uji bioaktivitas ekstrak kasarOscillatoriasp. ... 43

12 Hasil uji KLT ekstrak kasar OB0605 pada plat C18, eluen MeOH-air (9-1)... 44

13 Identifikasi golongan senyawa yang terdapat pada fraksi F1-F6... 45

14 Hasil Uji KLT F1-F3 dengan pereaksi serium sulfat... 46

(17)

16 Spektrum FTIR senyawa F2.2/3... 49

17 Struktur parsial senyawa F2.2/3 berdasarkan korelasi 1H-1H

COSY dan HMBC ... 51

(18)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama dua dekade terakhir, upaya industri farmasi mendapatkan sumber bahan

alam lebih difokuskan pada potensi mikroorganisme seperti bakteri, fungi, dan

sianobakteria (Liuet al., 2014; Tareqet al., 2014; Pannoet al., 2011; Gutierez,

2008; Babu and Wu, 2008; Daset al., 2006). Sebagaimana diketahui, sebagian

besar senyawa bahan aktif obat yang dipasarkan saat ini (60 % untuk kanker dan

75 % untuk penyakit infeksi) bersumber dari bahan alam. Sejalan dengan

perkembangan teknologi, industri farmasi memanfaatkan teknologi high

throughput screening systems,genomics and bioinformatic tools,rational design

and combinatorial chemistryuntuk mendapatkan senyawa bioaktif baru. Namun

pada kenyataanya, jumlah senyawa baru yang dapat dipasarkan sebagai obat

dalam rentang 9 tahun (1996-2005) menurun dari 53senyawa menjadi 26

senyawa. Berdasarkan pertimbangan aspek finansial, saat ini industri farmasi

menghabiskan dana antara 500-2000 juta US dolar untuk mendapatkan senyawa

obat baru hingga bisa dipasarkan. Sebagai konsekuensinya, jumlah obat-obat baru

yang dapat dipasarkan cenderung relatif lebih sedikit (Singhet al., 2011). Di sisi

(19)

2

virus(HIV)acquired immune deficiency Syndrome(AIDS) terus meningkat

dengan cepat.

Saat ini hanya sepertiga obat-obatan di pasar yang masih efektif digunakan. Hal

ini disebabkan karena meningkatnya resistensi penyakit. Dengan demikian,

identifikasi senyawa baru sangat dibutuhkan untuk pengembangan obat baru.

Untuk memenuhi kebutuhan obat baru serta menurunkan biaya, salah satu hal

yang perlu dipertimbangkan adalah penapisan mikroorganisme yang potensial

seperti sianobakteria (Thomas and Kim, 2013; Meickle, 2010). Sebagaimana

diketahui, manfaat sianobakteria pertama kali dikenal pada tahun 1500 SM ketika

Nostocsp. digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit kanker dan radang

sendi. Namun kajian sianobakteria secara intensif dengan pendekatan modern

baru dimulai pada tahun 1990-an. Beberapa contoh sianobakteria yang telah

dikaji secara intensif antara lainNostocsp.,Spirulinasp.,Lyngbyasp., dan

Oscillatoriasp. (Singhet al., 2011)

Oscillatoriasp. merupakan salah satu kelompok mikroalga sianobakteria yang

dapat ditemukan dalam ekositem dan habitat laut yang unik. Oscillatoriasp.

dapat tersebar bebas di perairan atau berasosiasi dengan biota laut lainnya, seperti

terumbu karang dan sponga (Guiry, 2014; Leeet al., 2001). Adanya asosiasi

antaraOscillatoriasp. dengan biota laut lainnya membuktikan bahwaOscillatoria

sp. mempunyai sistem pertahanan yang unik sehingga memungkinkan

Oscillatoriasp. laut memiliki kerangka struktur senyawa metabolit yang unik,

(20)

3

digunakan sebagai kandidat obat dalam penanganan penyakit yang resisten

terhadap antibiotik (Sjogren, 2006).

Resistensi penyakit merupakan salah satu masalah yang cukup serius dalam dunia

kesehatan. Menurut US Department of Health and Human Services ( 2013) dalam

setiap tahun lebih dari dua juta penduduk Amerika menderita infeksi penyakit

yang sudah resisten terhadap beberapa kelompok antibiotik. Berbagai upaya terus

dilakukan untuk menangani masalah tersebut, salah satunya adalah dengan

pencarian antibiotik baru.

Terkait dengan masalah pencarian obat baru dalam penanganan penyakit yang

resisten terhadap antibiotik, pencarian senyawa bioaktif dariOscillatoriasp.

dengan struktur dan/atau bioaktivitas baru dapat dijadikan sebagai salah satu

kandidat yang menjanjikan. Beberapa penelitian bahkan menggunakan program

komputer untuk memudahkan dalam identifikasi dan evaluasi bioaktivitas

senyawa bioaktif yang sudah diketahui guna mengembangkan senyawa antibiotik

(Amaralet al., 2012). Namun beberapa permasalahan, seperti teknik yang rumit

serta bahan kimia dan peralatan yang mahal, masih menjadi kendala dalam

sintesis senyawa bioaktif. Oleh karena itu, isolasi senyawa bioaktif dari

Oscillatoriasp., dapat menjadi pilihan baru dalam pencarian senyawa antibiotik

untuk menangani masalah resistensi tersebut. Pada penelitian ini, uji bioaktivitas

dilakukan terhadap bakteriE.coliyang resisten terhadap antibiotik

(21)

4

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain untuk

1) Mendapatkan senyawa bioaktif dari mikroalgaOscillatoriasp.yang memiliki

bioaktivitas melawan mikrobaE. coli.yang telah resisten terhadap antibiotik

chloramphenicol.

2) Mengkarakterisasi struktur senyawa bioaktif dariOscillatoriasp.yang

memiliki bioaktivitas sebagai antibakteri.

C. Manfaat

Hasil dari penelitian ini tentunya akan bermanfaat sebagai informasi awal

mengenai potensi senyawa bioaktif dariOscillatoriasp. sebagai sumber antibiotik

baru yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan dalam kajian bidang

ilmu kimia dan farmasi, khususnya dalam pengembangan obat untuk penyakit

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikroalga

1. Klasifikasi Mikroalga

Alga merupakan mikroorganisme akuatik fotosintesis yang masuk dalam kingdom

protista. Alga menggunakan fotosintesis untuk hidup dan berreproduksi. Alga

dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas berdasarkan susunan selulernya

dan perbedaan struktur kloroplasnya, misalnya sumber dan jumlah lapisan

membran.

Menurut Lee (1997) dalam Naturwissenchaften (2002) alga digolongkan menjadi

beberapa kelompok berdasarkan susunan membran kloroplasnya. Golongan

pertama adalah golongan yang termasuk sianobakteria prokariotik dimana secara

filogenetik termasuk dalam eubakteria. Golongan kedua merupakan mikroalga

yang kloroplasnya hanya tersusun dari dua lapisan membran pembungkus

kloroplas. Golongan kedua termasuk di dalamnya adalahrhodophyta(alga

merah) dan chlorophyta (greenalga). Golongan ketiga termasuk di dalamnya

(23)

6

mikroalga ini tersusun oleh satu tambahan membran pembungkus kloroplas.

Golongan keempat antara laincryptophyta (chryptopytes),chlorara,chianophyta,

heterokontophyta, termasuk diatom danphaeophyceae(alga coklat), dan

haptophyta. Semua alga ini memiliki dua membran tambahan penyusun

kloroplas retikulum endoplastik kloroplastik. Beberapa contoh spesies mikroalga

disajikan dalam Gambar 1.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

(24)

7

2. Oscillatoria sp.

Oscillatoriasp. merupakan mikroalga yang termasuk dalam golongan

sianobakteria. Menurut Guiry (2011), klasifikasi dariOscillatoriaadalah sebagai

berikut

Kingdom : Protista Divisi : Cyanophyta Kelas : Cyanophyceae Ordo : Oscillatoriales Famili : Oscillatoriaceae Genus : Oscillatoria Spesies :Oscillatoriasp.

SelOscillatoriasp. membentuk filamen panjang yang dapat pecah menjadi

fragmen yang disebut hormogonia. Hormogonia ini dapat tumbuh menjadi

filamen baru yang lebih panjang lagi. Pemecahan filamen biasanya terjadi ketika

ada sel yang mati (necridia). Setiap filamen padaOscillatoriasp. terdiri dari

trikoma yang terbuat dari sel baris. Ujung dari trikoma dapat berosilasi seperti

pendulum (Guiry, 2014). Bentuk morfologi dapat dilihat pada Gambar 1.

Oscillatoriasp. merupakan salah satu kelompok sianobakteria yang berpotensi

menjadi sumber senyawa bioaktif. Sebagai contoh,Oscillatoriasp. merupakan

penghasil daributylated hydroxytoluene(BHT) atau hidroksitoluena terbutilasi

(25)

8

(Babu and Wu, 2008). Oscillatoriasp. juga diketahui menghasilkan senyawa

asam lemak yang bersifat sebagai antibakteri (Singhet al., 2011)

3. Kultur Mikroalga

Kultur dapat didefinisikan sebagai suatu lingkungan buatan yang digunakan untuk

pertumbuhan mikroalga. Suatu kultur terdiri dari beberapa komponen antara lain

medium kultur, sel alga, dan udara yang digunakan sebagai media pertukaran CO2

antara media dan atmosfer. Sebagian besar alga yang hidup secara autotropik,

membutuhkan cahaya, aerasi, nutrien dan unsur kelumit untuk pertumbuhannya

melalui proses fotosintesis (Probert and Klaas, 2007). Media umum yang

digunakan untuk pertumbuhan mikroalga adalah media F/2 yang terdiri dari

makronutrien, vitamin, dan unsur kelumit (Anderson, 2005).

Dalam suatu kultur harus diperhatikan parameter fisik seperti cahaya, temperatur,

dan aerasi yang dipergunakan. Suhu yang umum digunakan untuk kultur

mikroalga berada dalam rentang 18-20oC, sementara sistem pencahayaan

digunakan suatu lampufluorescent40 watt dengan panjang 112 cm yang dipasang

horizontal dengan menggunakan siklus gelap:terang (12 jam:12 jam) serta

(26)

9

4. Teknik Pemanenan

Ada beberapa teknik yang digunakan pada proses pemanenan mikroalga. Teknik

ini mencakup teknik mikrofiltrasi, pengendapan gravimetri, sentrifugasi dan

flokulasi (Shelef and Sukenik, 1984). Selain teknik tersebut teknik lain yang

digunakan untuk pemanenan mikroalga antara lain dengan ultrasonifikasi (Bosma

et al., 2003). Oscillatoriasp. memiliki ukuran sel yang relatif panjang dan

diameter yang cukup besar (Linet al., 2010) sehingga pemanenan bisa dilakukan

dengan menggunakan kain saring ukuran 380-500 mesh (Vonshak, 2002).

B. Senyawa Metabolit Bioaktif Mikroalga

Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu

organisme yang tidak terlibat langsung dalam proses pertumbuhan,

perkembangan, atau reproduksi organisme dan dihasilkan sebagai bentuk adaptasi

organisme terhadap lingkungannya. Fungsi senyawa ini pada suatu organisme di

antaranya untuk bertahan hidup terhadap predator, kompetitor, dan untuk

mendukung proses reproduksi (Sjogren, 2006; Faulkner, 2000). Tanpa senyawa

ini organisme akan menderita kerusakan atau menurunnya kemampuan bertahan

hidup. Beberapa metabolit yang dihasilkan oleh organisme tampaknya

merupakan ciri khas dari tempat organisme itu berada. Pencarian senyawa

metabolit bioaktif baru seringkali difokuskan pada organisme-organisme yang

(27)

10

Senyawa metabolit bioaktif umumnya memiliki keragaman struktur yang tinggi

serta kerangka atau susunan struktur yang relatif lebih kompleks dari molekul

sintetik. Mayoritas senyawa ini tergolong dalam satu kelompok kelas,yang

masing-masing memiliki karakteristik struktur khusus tergantung dari cara

terbentuknya di alam (proses biosintesis). Kelas senyawa metabolit sekunder

meliputi poliketida dan asam lemak, terpenoid dan steroid, polifenol,

fenilpropanoid, alkaloid, asam amino dan peptida khusus, serta karbohidrat

tertentu.

1. Senyawa Metabolit Bioaktif Mikrolaga

Senyawa metabolit yang dihasilkan mikroalga memiliki keragaman struktur dan

bioaktivitas. Hampir semua kelas bahan alam dapat dihasilkan oleh mikroalga,

terutama senyawa metabolit yang dicirikan oleh susunan metabolit poliketida dan

peptida (Snyderet al., 2003; Dittmanet al., 2001). Senyawa-senyawa tersebut

diketahui memiliki aktivitas biologis seperti antioksidan, antikanker, antimikroba,

dan antifungi. Beberapa contoh senyawa metabolit bioaktif dari mikroalga dapat

dilihat dalam Gambar 2.

Beberapa senyawa metabolit mikroalga tersebut telah digunakan secara komersil

dalam bidang industri dan kosmetik. Sebagai contoh, senyawa turunan karotenoid

(1) dan astaksantin (2) dari mikroalga laut adalah bahan yang digunakan dalam

(28)

11

(1)

(2)

Gambar 2. Beberapa contoh senyawa metabolit dari mikroalga. (1)

Karotenoid (2) astaksantin

(3)

(4)

Gambar 3. Senyawa antibakteri dariOscillatoria redeki(3) α-dimorphecolic acid(4) 13-hydroxy-9Z-11E-octadeca-dienoic

Beberapa kajian lain juga melaporkan aktivitas senyawa dari sianobakteria

sebagai antibakteri. Beberapa contoh senyawa seperticarbamidocyclophanes,

Noscomin, dan senyawa fenolik dariNostocsp. diketahui memiliki aktivitas

sebagai antibakteri (Buiet al., 2007; El-Seekhet al., 2006; Jakiet al., 1999).

Namun informasi mengenai struktur senyawa antibakteri dariOscillatoriasp.

masih sangat terbatas. Contoh senyawa antibakteri dari genusOscillatoriaantara

lain senyawa asam lemak yang bersifat sebagai antibakteri seperti terlihat pada

(29)

12

2. Asam Lemak

Struktur asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon alifatik panjang (10-30

karbon) yang memiliki gugus asam karboksilat. Rantai hidrokarbon ini bersifat

nonpolar yang berfungsi untuk menyeimbangkan gugus asam karboksilat yang

bersifat polar. Rantai hidrokarbon asam lemak biasanya berjumlah genap karena

berkaitan denga tambahan dua karbon dari asetil-koenzim A (asetil-CoA) saat

biosintesis asam lemak. Asam lemak dalam makhluk hidup berasal dari hidrolisis

ikatan ester yang berasal dari lemak atau minyak, misalnya trigliserida

(Lehninger, 1982).

Berdasarkan struktur rantai hidrokarbon, asam lemak terdiri dari asam lemak

jenuh (saturated) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated). Asam lemak jenuh,

misalnya asam stearat (5), mempunyai rantai hidrokarbon yang lurus dan

berikatan tunggal sedangkan asam lemak tak jenuh, misalnya asam linoleat (6),

memiliki struktur rantai hidrokarbon yang bengkok dan memiliki ikatan rangkap

(Gambar 4). Struktur asam lemak jenuh biasanya lurus dan tersusun secara teratur

satu sama lain, berwujud padat, dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi.

Berbeda dengan tipe asam lemak jenuh, tipe asam lemak tak jenuh mempunyai

titik leleh yang lebih rendah, berwujud cair, karena memiliki struktur yang tidak

teratur (Lehninger, 1982 ).

Asam lemak pada tanaman sangat bervariasi dengan berbagai gugus tambahan

asil, epoksi, hidroksi, dan gugus keton atau cincin siklopropena dan siklopentena.

(30)

13

struktur isomercisdantrans. Kebanyakan asam lemak tidak jenuh memiliki

struktur isomercisyang kurang stabil daripada struktur isomertransyang lebih

stabil (Connet al.,, 1987). Asam lemak pada tumbuhan umumnya terdapat dalam

bentuk lemak dan minyak. Lemak dan minyak yang tergolong lipida berfungsi

sebagai pembentuk struktur membran sel, sebagai bahan cadangan dan sebagai

sumber energi.

(5)

(6)

Gambar 4. Contoh struktur asam lemak jenuh (5) Asam stearat dan asam

lemak tak jenuh (6) Asam Linoleat.

Asam lemak dibentuk oleh kondensasi berganda unit asetat dari asetil CoA. Pada

reaksi sintesis asam lemak, enzim CoA dan protein pembawa asil (ACP)

mempunyai peranan penting. Enzim-enzim ini berperan membentuk rantai asam

lemak dengan menggabungkan secara bertahap satu gugus asetil turunan dari

asetat dalam bentuk asetil CoA dengan sebanyak n gugus malonil turunan dari

malonat dalam bentuk malonil CoA, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut.

(Weete, 1980).

Sintesis asam lemak pada tanaman berlangsung bertahap dengan siklus reaksi

perpanjangan rantai asam lemak hingga membentuk rantai komplit C16 dan C18.

Tahapan reaksi ini dapat ditunjukkan dalam bentuk lintasan biosintesis pada

(31)

14

Gambar 5. Lintasan biosintesis asam lemak (Weete, 1980)

C. Resistensi Obat

Resistensi obat adalah suatu perlawanan yang terjadi ketika bakteri, virus, dan

(32)

15

sebelumnya menyembuhkan. Menurut US Department of Health and Human

Services (2013) mekanisme terjadinya resistensi dapat terjadi melalui beberapa

cara, antara lain: 1) obat tidak mencapai tempat kerjanya di dalam sel mikroba.

2) aktivasi efflux, yaitu pemompaan obat kembali ke ruang periplasma atau ke

lingkungan luar, 3) inaktivasi obat atau modifikasi obat, yaitu dengan cara

mikroba memproduksi enzim yang merusak antimikroba, 4) mikroba mengubah

binding siteantimikroba.

Saat ini banyak mikroorganisme yang menunjukkan resistensi terhadap beberapa

obat-obatan atau lebih dikenal dengan istilahMulti-Drug Resistance(US

Department of Health and Human Services, 2013). Multi-Drug Resistanceadalah

kondisi yang dapat menyebabkan mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri,

virus, fungi, dan parasit) tahan terhadap beberapa antibiotik, sedangkan

mikroorganismenya disebutMulti-Drug Resistant(selanjutnya disingkat MDR).

Beberapa jenis bakteri yang termasuk dalam MDR antara lainStaphylococci,

Enterococci, Gonokokus, Streptococci, Salmonella, serta berbagai bakteri gram

negatif lain danMycobacterium tuberculosis. Contoh utama untuk MDR terhadap

obat antiparasit adalah penyakit malaria (US Department of Health and Human

Services, 2013; Magiorakoset al., 2011; Tapsall, 2001).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani masalah resistensi penyakit

terhadap antibiotik. Departemen pelayanan kesehatan yang menangani masalah

penyakit di Amerika melakukan empat tindakan untuk melawan atau mencegah

(33)

16

penyebaran resistensi, kedua pelacakan pola resistensi, ketiga penataan layanan

antibiotik: memperbaiki resep dan penggunaan obat, keempat pengembangan

antibiotik baru dan uji diagnosis (US Department of Health and Human Services,

2013). Jika resistensi bakteri terus berkembang, beberapa penyakit mungkin akan

sulit disembuhkan. Oleh karena itu, pencarian senyawa antibiotik baru untuk

penanganan infeksi bakteri sangatlah diperlukan.

Berbagai upaya untuk pengembangan antibiotik baru telah dilakukan, di antaranya

penapisan ekstrak sianobakteria sebagai antibakteri. Namun informasi mengenai

struktur senyawa antibakteri dariOscillatoriasp. masih terbatas. Beberapa

senyawa asam lemak dariOscillatoria redekiHUB051 (Gambar 3) memiliki

aktivitas terhadapB. subtilisSBUG 14,Micrococcus flavusSBUG 16,S. aureus

SBUG 11,S. aureusATCC 25923 (Mundtet al., 2003).

Beberapa contoh senyawa antibakteri lain dari sianobakteria antara lain Noscomin

dariNostoc commune yang memiliki aktivitas terhadapBacillus cereus,

Staphylococcus epidermidis,Escherichia coli. Bhatejaet al.(2006) melaporkan

aktivitas antibakteri dari ekstrakAnabaenaterhadapvancomycin-resistant S.

aureus. Carbamidocyclophanes,merupakanparacyclophanesyang diisolasi dari

Nostocsp. CAVN 10., menunjukkan aktivitas antibakteri terhadapStaphylococcus

aureus. Ravehet al. (2007) mengisolasi sembilan ambiguin dariFischerellasp.,

yang memiliki aktivitas antimikroba. Ambiguin-I isonitril menunjukkan potensi

antibakteri yang lebih besar dibandingkanStreptomycinterhadapBacillus subtilis

(34)

17

dariMicrococcus lacustris menunjukkan aktivitas antibakteri terhadapS. aureus,

S. epidermidis, Salmonella Typhi, Vibrio cholarae, B. subtilis, B. cereus, E. coli

danKlebsiela pneumoniae.

D. Metode Isolasi Senyawa Bahan Alam

1. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif dari suatu sampel

dengan menggunakan pelarut tertentu. Prinsip ekstraksi didasarkan pada

distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak

saling bercampur (Khopkar, 2002). Secara umum, ekstraksi digolongkan ke

dalam dua bagian berdasarkan bentuk fasa yang diekstraksi, yaitu ekstraksi

cair-cair dan ekstraksi cair-cair-padat (Harborne, 1984).

Salah satu langkah penting yang menentukan keberhasilan ekstraksi adalah

pemilihan pelarut. Parameter yang menentukan dalam pemilihan pelarut adalah

koefisien distribusi dan selektifitas. Koefisien distribusi atau koefisien partisi

merupakan konstanta kesetimbangan yang dihubungkan dengan kelarutan relatif

suatu zat terlarut dalam dua pelarut. Selektivitas diartikan sebagai kemampuan

suatu pelarut untuk mengekstrak suatu zat terlarut. Sifat yang diharapkan untuk

suatu pelarut adalah koefisian distribusi tinggi dan selektivitas yang baik. Selain

(35)

18

mempengaruhi pemilihan pelarut adalah titik didih, densitas, viskositas, titik nyala

dan toksisitas (Svehla, 1985).

2. Kromatografi

Kromatografi merupakan teknik pemisahan dua atau lebih senyawa yang

terdistribusi antara dua fasa yang saling tidak melarut, yaitu fasa diam dan fasa

gerak. Berdasarkan bentuk kedua fasa tersebut, kromatografi dibagi menjadi tiga,

yaitu kromatografi padat-cair, kromatografi cair-cair, dan kromatografi gas-cair

(Hostettman dkk., 1995).

2.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu contoh kromatografi

padat-cair dengan fasa diam dilekatkan pada lempeng tipis alumunium atau

kaca. Teknik ini bermanfaat untuk identifikasi komponen serta pemilihan

fasa gerak untuk kromatografi kolom dan kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT). Sampel yang akan dipisah (berupa larutan) ditotolkan pada plat

KLT, kemudian plat dimasukkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi

larutan pengembang atau eluen (fasa gerak). Pemisahan terjadi selama

perambatan kapiler (Hostettman dkk., 1995). Pada kromatografi lapis tipis,

fasa diam (adsorben) yang sering digunakan adalah serbuk silika gel,

alumina, atau selulosa. Fasa diam silika gel digunakan untuk memisahkan

campuran senyawa lipofilik, sebaliknya fasa diam C18untuk memisahkan

(36)

19

Komponen-komponen senyawa yang dianalisis dapat dipisahkan dan

dibedakan berdasar harga Rf (Retention Factor/Faktor retensi). Faktor

retensi didefinisikan sebagai perbandingan jarak perjalanan suatu senyawa

dengan jarak perjalanan suatu pelarut (eluen). Harga Rf ini bergantung pada

beberapa parameter yaitu sistem pelarut, adsorben (ukuran butir, kandungan

air, ketebalan), dan sebagainya (Khopkar, 2002).

Jarak perjalanan senyawa Rf =

Jarak perjalanan eluen

Salah satu keuntungan KLT adalah dapat memisahkan komponen dari sampel

dalam waktu singkat dengan peralatan yang relatif tidak terlalu mahal.

Metode ini memiliki kepekaan cukup tinggi dengan jumlah cuplikan

beberapa mikrogram. Namun, KLT tidak dapat digunakan untuk pemisahan

sampel dalam jumlah besar (Hostettman dkk., 1995).

2.2 Kromatografi Kolom

Proses pemisahan komponen-komponen suatu zat dengan teknik

kromatohgrafi kolom terjadi karena adanya perbedaan daya adsorpsi terhadap

fasa diam dari masing-masing komponen tersebut. Fasa diam diisikan ke

dalam kolom gelas, sedangkan fasa gerak disesuaikan dengan sampel yang

akan dipisahkan. Metode elusi dapat dilakukan dengan elusi isokratik atau

(37)

20

tidak berubah selama proses pemisahan berlangsung. Elusi landaian adalah

kebalikan dari elusi isokratik. Komposisi eluen pada sistem landaian

mengalami perubahan saat proses pemisahan berlangsung (Johnson and

Stevenson, 1991).

2.3 Kromatografi Cair Bertekanan Sedang atauMedium Pressure Liquid Chromatography(MPLC)

MPLC merupakan salah satu teknik kromatografi yang umum digunakan

dalam isolasi senyawa bahan alam dan uji kemurnian senyawa hasil isolasi.

Pada dasarnya MPLC memiliki prinsip yang sama dengan Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi (KCKT), seperti yang terlihat pada Gambar 6, tetapi besarnya

tekanan yang digunakan berbeda. MPLC menggunakan tekanan antara 5-20

bar sedangkan KCKT menggunakan tekanan yang lebih tinggi yaitu >20 bar

(Claesonet al., 1993).

Gambar 6. Sistem MPLC

Teknik ini merupakan hasil pengembangan teknik kromatografi

(38)

21

memiliki kapasitas muatan yang besar serta mampu memisahkan senyawa

hingga menghasilkan senyawa dengan kemurnian yang lebih tinggi baik

menggunakan metode fasa terbalik atau pun fasa normal. Metode pemisahan

sampel yang paling umum digunakan adalah fasa terbalik (fasa gerak lebih

polar dari fasa diam), meskipun mekanisme pemisahan fasa normal (fasa

diam lebih polar dari fasa gerak) juga bisa digunakan (Aguilar, 2008).

Metode pemisahan fasa terbalik melibatkan pemisahan molekul berdasarkan

hidrofobisitas seperti terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Skema contoh interaksi peptida dengan fase diam

Hasil pemisahan pada fasa terbalik bergantung pada sifat ikatan hidrofobik

molekul terlarut dalam fasa gerak terhadap ligan hidrofobik amobil yang

terikat pada fasa diam. Secara teknis, campuran zat terlarutmula-mula

diaplikasikan pada kolom menggunakan alat suntik (injector) dan dielusi

dengan pelarut organik sebagai fasa gerak. Seperti pada kromatografi kolom,

proses elusi dapat berupa isokratik atau dengan elusi gradien. Komponen

campuran zat terlarut dielusi berdasarkan peningkatan hidrofobisitas.

Komponen yang bersifat hidrofil akan cenderung lebih mudah terelusi

(39)

22

Pemantauan pemisahan komponen menggunakan MPLC umumnya dilakukan

menggunakan detektor UV/Vis (Claesonet al., 1993). Sistem deteksi UV

dapat dikembangkan menggunakan instrumenphotodiode array(PDA).

Detektor ini memiliki sensitivitas rendah dibandingkan dengan detektor

panjang gelombang konvensional, namun permasalahan tersebut sebagian

besar telah diatasi oleh produsen alat. Permasalahan umum pada spektra UV

adalah pelebaran pita serapan yang dapat menyebabkan masalah dalam

identifikasi kualitatif(McCalley, 2002).

E. Spektroskopi

Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara energi

cahaya dan materi. Beberapa keuntungan dari penggunaan metode spektroskopi

adalah jumlah zat yang diperlukan untuk analisis relatif kecil dan waktu

pengerjaannya relatif cepat (Silversteinet al., 2005). Pada penelitian ini alat

spektroskopi yang digunakan adalahFourier Transform Infra Red(FTIR) dan

Nuclear Magnetic Resonance(NMR)Spectroscopy.

1. SpektroskopiFourier Transform Infra Red(FTIR)

Spektroskopi FTIR merupakan metode yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam suatu senyawa. Gugus fungsi

ini dapat ditentukan berdasarkan energi vibrasi ikatan antar atom dalam molekul.

(40)

23

menghasilkan jenis vibrasi dan serapan yang berbeda-beda pada suatu spektrum

infra merah. Spektrum infra merah/infra red(IR) merupakan grafik antara

panjang gelombang (µm) atau bilangan gelombang (cm-1) dan persen transmisi (%T) atau absorbansi (A) (Silversteinet al., 2005).

Radiasi infra merah antara 10.000–100 cm-1diserap dan dirubah oleh molekul organik menjadi energi molekular vibrasi. Penyerapan ini juga terkuantisasi,

tetapi spektrum vibrasi menunjukan ikatan-ikatan sebagai garis-garis dikarenakan

perubahan suatu energi vibrasi tunggal diikuti dengan perubahan energi rotasi.

Sebagian besar hal ini terjadi antara 4000 sampai 400 cm-1, di sinilah yang perlu menjadi pusat perhatian. Frekuensi atau panjang gelombang absorpsi tergantung

pada massa relatif atom, tetapan gaya dari ikatan-ikatan, dan geometri

atom-atom. Daerah antara 1400-4000 cm-1merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus fungsional penting seperti gugus C=O, O-H, dan N-H.

Daerah ini menunjukkan absorpsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran. Daerah

antara 1400-900 cm-1(daerah sidik jari) sering sangat rumit karena menunjukkan absorpsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran dan tekukan. Tiap molekul

memberikan serapan yang unik pada daerah sidik jari. Daerah antara 900-650 cm -1menunjukkan klasifikasi umum dari molekul. Adanya absorbansi pada daerah

bilangan gelombang rendah dapat memberikan data yang baik akan adanya

(41)

24

2. Nuclear Magnetic Resonance(NMR)Spectroscopy

Spektroskopi NMR merupakan metode yang paling sering digunakan dalam

elusidasi struktur molekul. Keunggulan dari teknik ini tidak hanya pada

kemampuannya memberikan gambaran tentang jumlah dan jenis inti yang terdapat

dalam molekul senyawa organik, tetapi juga dalam menjelaskan lingkungan kimia

masing-masing inti dan interkoneksi satu inti dengan lainnya. Informasi yang

diberikan adalah berupa pergeseran kimia, integrasi, konstanta Kopling, dan

perubahan kimia. Spektrum NMR merupakan plot dari frekuensi puncak absorpsi

terhadap puncak intensitas. Dalam penentuan senyawa organik, data spektra1H dan13C NMR merupakan data yang paling berguna dalam bidang kimia organik (Byrne, 2008). Skema dari alat spektrometer NMR dapat dilihat pada Gambar 8.

(42)

25

Kemampuan atom dalam molekul untuk memberikan serapan NMR didasarkan

pada sifat inti unsur atom tersebut, bukan dari sifat unsurnya. Fenomena

resonansi inti terjadi bila inti atom menyearah terhadap medan magnet yang

digunakan dengan menyerap energi untuk merubah orientasi spin. Dalam medan

magnet, inti dengan bilangan kuantum spin ½ dapat mengisi dua keadaan energi,

keadaan dengan energi yang lebih rendah menyearah terhadap medan magnet

sedangkan keadaan dengan energi yang lebih tinggi pada arah berlawanan.

Dalam medan magnet, inti yang memiliki bilangan kuantum spin nonzero dapat

menyerap radiasi elektromagnetik pada frekuensi radio. Frekuensi tersebut

tergantung pada karakter inti sampel (rasio giromagnetik) dan kekuatan medan

magnet (B). Secara matematika, hubungan tersebut dinyatakan sebagai

Persamaan Lamor:

v= γB/2π

Denganvadalah perbedaan energi (Hertz) antara dua keadaan spin inti, γ adalah

rasio giromagnetik masing-masing inti, danBadalah kekuatan medan magnet

dari alat (Gauss).

Pergeseran kimia proton dan karbon diukur dari standar internal tetrametilsilan

(TMS). Signal TMS diatur sebagai posisi 0 ppm, frekuensi selanjutnya dihitung

ke kiri dalam bilangan positif. Walaupun interpretasi yang teliti dan penentuan

struktur dari data NMR memerlukan tabulasi nilai pergeseran kimia, ada beberapa

(43)

26

1) Pergeseran kimia karbon (tetapi tidak untuk proton), dapat diperkirakan

dari hukum tambahan dan susunan parameter tabulasi untuk

memperkirakan jenis senyawa.

2) Gugus CH3pada NMR proton dan karbon memiliki intensitas yang tinggi.

Pergantian H metil oleh C merubah pergeseran kimia ke arahdownfield

sekitar 0,2–0,3 ppm untuk tiap karbon. Nilai pergeseran 13 C NMR

dipengaruhi oleh percabangan 2 dan 3 atom dan dapat dihitung dengan

persamaan sederhana. Rentang pergeseran kimia karbon untuk alkana

sekitar 6-42 ppm.

3) Adanya atom elektronegatif menggeser signal ke arahdownfield.

Perpanjangan pergeseran kimia sesuai dengan elektronegativitas atom.

4) Ikatan rangkap memberikan signal ke arahdownfield.

a. Signal C=C alkena berada pada daerah 110-140 ppm.

b. Proton H pada C=C ada pada rentang 4,0-6,5 ppm, tetapi H pada

cincin aromatik ada pada daerah 6,5-8,0 ppm.

c. Senyawa yang mengandung ikatan rangkap memberikan medan

magnetik intramolekuler spesifik yang menyebabkan pergeseran yang

tidak biasa pada gugus fungsinya.

5) Skala waktu NMR (MHz) lebih lambat dibandingkan dengan skala waktu

rotasi. Hasilnya, pergeseran kimia yang teramati merupakan rata-rata

pergeseran kimia konformer.

6) Senyawa dengan gugus OH dan NH biasanya mengalami perubahan

intermolekular H yang sangat cepat karena adanya jaringan ikatan

(44)

27

pergeseran kimia yang mengalami perubahan. Oleh karena itu, proton OH

dan NH ditemukan pada posisi yang berbeda-beda dalam spektrum NMR.

Senyawa asam lemak dicirikan dengan adanya adanya gugus karboksil dan gugus

alkil rantai panjang. Pada proton NMR, ciri tersebut akan muncul pada daerah δH 0,8-2,5 ppmdari rantai alkil dan δHsekitar 11 ppm dari proton O-H. Pada13C NMR, ciri tersebut akan muncul pada daerahδC170-180 ppm dari gugus karbonil

serta δC14,0 -35,0 ppm dari rantai alkil (Silversteinet al., 2005).

3. Spektroskopi NMR 2 Dimensi (2D)

Spektroskopi NMR 2D memberikan informasi tambahan yang sangat berguna

dalam elusidasi struktur molekul. Beberapa teknik spektroskopi NMR 2D yang

sering digunakan antara lain sebagai berikut.

3.1 DEPT (DistortionlessEnhancement byPolarisationTransfer)

DEPT memberikan informasi mengenai berapa jumlah proton yang terikat

pada tiap karbon. Pengukuran DEPT menggunakan variasi sudut putar,θ.

Dengan mengatur sudut putar pembacaan dapat dihasilkan subspektra yang

diedit berdasarkan resonansi multiplisitas (CH, CH2, CH3). Bilaθ45o, spektrum yang semua karbonnya terprotonasi menghasilkan intensitas positif,

(45)

28

proton CH2memberikan intensitas yang bernilai negatif. Berdasarkan hasil

ketiga spektra, hasil pengukuran dengan θ 90o, hanya memberikan spektrum proton CH. Hasil pengurangan dari perbedaan spektrum θ 135odengan θ 45o memberikan spektrum proton CH2. Spektrum proton CH3bisa didapat

dengan cara penambahan hasil pengukuran pada θ 135odan 45okemudian dikurangi dengan hasil pengukuran pada θ90o(Gauglitz and Vo-Dinh, 2003).

3.2 COSY,Homonuclear Correlated Spectroscopy

COSY merupakan akronim dariCOrrelationsSpectroscopYdan metode ini

digunakan untuk menemukan inti proton (homonuclear) melalui hubungan

antar ikatan. Pengujian COSY telah dikembangkan sejak awal sejarah

penggunaan 2D NMR. Secara teknis, kedua frakuensi pada sumbu

digunakan untuk memperlihatkan informasi pergeseran kimia proton. Nilai

sesungguhnya spektrum proton dalam pengujian ini terlihat pada sumbu

diagonal di dalam spektrum 2D NMR. Proton individu yang berresonansi

dalam pengukuran dikaitkan dengan proton lainnya melalui besaran skalar

kopling. Sebagai contoh, hubungan protongeminal(2JHH) danvicinal(3JHH)

yang selalu teramati bila besaran skalar kopling antara kedua proton sesuai

(Gauglitz and Vo-Dinh, 2003).

3.3 HMBC (Heteronuclear Multiple Bond Coherence)

Ini merupakan pengukuran proton yang memiliki korelasi dengan karbon

dengan jarak 2 sampai 3 ikatan dari proton tersebut, seperti yang terlihat pada

(46)

29

secara tidak langsung dan juga dapat melihat korelasi karbon kuarterner

dengan proton terdekat. Adanya kopling antara 2JCHdan 3JCHdapat

menyulitkan interpretasi data sehingga diperlukan data HMQC atau HSQC

sebagai pendukung.

Interpretasi data HMBC memerlukan fleksibilitas karena kita tidak selalu

menemukan apa yang diharapkan. Tergantung pada hibridisasi karbon dan

faktor lain, beberapa korelasi dua (2JCH) atau tiga (3JCH) ikatan terkadang

tidak nampak. Variasi korelasi yang ditemukan disebabkan oleh variasi

perbesaran konstanta kopling 2JCH, 3JCH, dan 4JCH(Siversteinet al., 2005)

Gambar 9. Kopling jarak jauh resonansi karbon terprotonasi

Beberapa hal yang perlu diketahui untuk interpretasi data NMR:

1) Munculnya korelasi satu ikatan yang disebut artifak. HMBC digunakan

untuk mendeteksi kopling kecil pada interaksi jarak jauh, tetapi ini tidak

sempurna. Artifak ini muncul sebagai doublet denganJ= 1JCH. Splitting

ini merupakan informasi yang cukup berguna. Namun adanya artifak ini

(47)

30

2) Tidak semua korelasi akan muncul ataupun muncul dengan intensitas

yang sama pada HMBC. Sebagai catatan, kopling tiga ikatan lebih besar

dari pada kopling dua ikatan.

3.4 HSQC (Heteronuclear Single Quantum Correlation)

HSQC merupakan uji NMR 2D yang memiliki sensitivitas tinggi untuk

menjelaskan hubungan atau korelasi sistem1H yang terikat secara langsung (satu ikatan) dengan inti lain seperti15N atau13C. Skema dasar uji ini melibatkan transfer magnetisasi proton ke pada inti kedua, yaitu15N atau 13C, melalui tahap INEPT (Insensitive nuclei enhanced by polarization

transfer). Setelah waktu tertentu (t1), magnetisasi ditransfer kembali ke

proton melalui tahap retro-INEPT dan signal dicatat oleh perekam. Pada

HSQC, serangkaian eksperimen dicatat dimanat1bertambah. Signal1H dideteksi dalam dimensi pengukuran secara langsung dalam tiap eksperimen,

sementara pergeseran kimia dari15N atau13C dicatat dalam dimensi tidak langsung yang terbentuk dari serangkaian eksperimen (Gauglitz and

Vo-Dinh, 2003).

4. KoplingCisdantranspada spektrum1H NMR

Ada dua istilah yang perlu diketahui:

Vicinal- Kopling antara hidrogen-hidrogen pada karbon yang bersebelahan

Geminal- Kopling antara hidrogen nonekuivalen pada atom karbon yang

(48)

31

Bila atom hidrogen alkenil pada ikatan rangkap tersubstitusi tidak simetri,

hidrogen dari isomercisdantransakan memberikan pergeseran kimia yang

berbeda pada spektrum NMR nilai konstanta kopling pada isomercislebih

kecil dari pada isomertranssehingga spektrum NMR kedua isomer tersebut

berbeda. Isomercisakan sedikit bergeser ke arahupfield(ke kanan) (5-10

Hz) dantranske arahdownfield(ke kiri) (11-18 Hz) (Willker and Leibfritz,

1998).

ppm

Terkadang kopling akan membuat nilaiJ menjadi rumit dengan variasi yang

luas dikarenakan adanya keterlibatan hubungan antar hidrogen. Ketika ini

terjadi, informasi tetap dapat digunakan untuk penentuan struktur molekul

dengan melihat jumlah signal, pergeseran kimia satu sama lain, integrasi, dan

splittinguntuk mengidentifikasi alkena dengan menggunakan NMR.

F. Surfaktan

Surfaktan adalah senyawa yang dapat mengubah hubungan energi antar

permukaan. Dalam industri, surfaktan digunakan sebagaiwetting agents

(promotor penyebaran cairan pada permukaan atau penetrasi cairan dalam Ciske arahupfield

(49)

32

material),detergents(pembersih cairan pada tekstil), danemulsifiying agents

(bahan tambahan dalam campuran yang tidak saling melarut). Senyawa dengan

sifat surfaktan ini dicirikan oleh adanya gugus hidrofilik atau gugus polar dan

gugus hidrofobik atau gugus nonpolar dalam strukturnya. Muatan listrik pada

gugus hidrofolik dalam surfaktan dapat digunakan untuk mengklasifikasikan

senyawa surfaktan, yaitu anionik, kationik, non-ionik, dan amfoterik (Glassman,

1948).

Surfaktan anionik dicirikan oleh adanya keseimbangan struktural antara residu

hidrofobik (rantai parafin, alkil, benzen) dan muatan negatif dalam gugus

hidrofilik (karboksil, sulfat, sulfonat, pospat). Dalam surfaktan kationik, residu

hidrofobik yang sama dapat diseimbangkan dengan muatan positif gugus

hidrofilik (contohnya gugus amonium kuaterner, sulfonium, arsonium,

posponium, atau iodonium). Surfaktan non-ionik diseimbangkan oleh beberapa

gugus hidrofilik yang tak terionisasi sebagai etilen oksida terpolimerisasi atau

alkohol polihidrat. Surfaktan amfoterik adalah senyawa dengan struktur

gabungan antara anionik dan kationik. Senyawa jenis ini saat ini belum memiliki

peranan penting (Glassman, 1948). Beberapa contoh struktur senyawa surfaktan

(50)

33

Tabel 1. Contoh Struktur senyawa surfaktan (Glassman, 1948)

(51)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi

Teknologi Universitas Lampung dari bulan Desember 2014 sampai Juni 2015.

Analisis FTIR serta proton dan karbon NMR dilakukan di Laboratorium Tanaka,

Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

autoclave kleinfield-Germany/HV-L25, centrifuge,laminar air flow

ESCO/AVC4A1, mikroskopIlluminating System Zeiss Axio A10, aerator, jarum

ose, pinset, kaca preparat,cover-slip, lampu spiritus, mikropipet, oven,

timbangan, Ultrasonic, penguap putar vakumBuchii/R205, lampu UV

kohler/SN402006, seperangkat alat KLT dan kromatografi kolom, kromatografi

cair bertekanan medium atauMedium Pressure Liquid Chromatography (MPLC)

Buchi/ Sepacotermdengan kolom C18dan dilengkapi dengan detektorphoto diode

(52)

35

III, dan alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium meliputi gelas piala,

labu Erlenmeyer, gelas ukur, labu takar, dan corong pisah.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain media F/2-Si yang terdiri dari

makronutrien, mikronutrien, larutan vitamin dan antibiotik (pembuatan media

dapat dilihat pada Lampiran 1), kloroform, diklorometana, n-heksana, etanol,

metanol (MeOH), n-butanol, isopropanol, ninhidrin, serium sulfat, asam sulfat,

asam asetat glasial, asetonitril, akuades, dan bahan-bahan pendukung seperti tisu,

alumunium foil, dan sebagainya. Biomaterial yang digunakan antara lain isolat

mikroalgaOscilatoriasp.,diperoleh dari UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra

Inovasi Teknologi, dan isolat bakteriE. coli, diperoleh dari Rumah Sakit Abdul

Muluk Bandar Lampung.

C. Prosedur Penelitian

1. Kultivasi dan PemanenanOscillatoriasp.

Metode kultivasi mengacu pada metode yang dilakukan Guillard (2005) yang

dimodifikasi. Sebanyak 200 mL media f/2-Si dimasukkan ke dalam labu kultur

dan ditambahkan dengan 25 mL kulturOscilatoriasp.Induk dan dikultivasi

selama satu minggu, pada suhu ruang, dengan sistem aerasi ke dalam media dan

sistem pencahayaan selama 24 jam menggunakan lampu TL 40 watt. Kultur

tersebut kemudian diperbesar hingga skala 10 L. Kultur selanjutnya dibiakkan

(53)

36

menggunakan cahaya matahari serta waktu kultivasi selama satu minggu.

Morfologi mikroalgaOscillatoriasp.diidentifikasi menggunakan mikroskop

cahaya dengan perbesaran 400X (Bold and Wynne, 1985).

Pemanenan biomassaOscillatoriasp. dilakukan menggunakan teknik filtrasi atau

penyaringan (Vonshak, 2002). Isolat mikroalgaOscilatoriasp.dipanen setelah

satu minggu. PemanenanOscillatoriasp. dilakukan dengan menggunakan kain

saring 380-500 mesh. Biomassa basah yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan

dalam lemari pendingin (suhu 4oC) jika tidak langsung digunakan.

2. Ekstraksi

Biomassa basah diekstraksi menggunakan campuran pelarut

diklorometana-metanol (1-1) kemudian dipartisi menggunakan air. Fase air kemudian diambil

dan dikumpulkan lalu dipekatkan menggunakan penguap putar vakum. Ekstrak

pekat kemudian dilewatkan pada kolom Cosmosil C18menggunakan pelarut

metanol.

Senyawa metabolit dari filtrat air laut hasil pemanenan diekstraksi menggunakan

resin XAD-16 (Martin-Visscheret al., 2008). Sebanyak 5 L filtrat air laut hasil

pemanenan dilewatkan pada kolom yang berisi resin XAD-16 yang sebelumnya

telah dibilas dengan akuades. Kolom kemudian dibilas dengan etanol 30%,

isopropanol 20 %, 40%, dan terakhir dengan isopropanol 70% (yang diasamkan

(54)

37

70% pH 2 (selanjutnya diberi kode IPA70) ditampung dan dipekatkan

menggunakan penguap putar vakum.

3. Uji Bioaktivitas

Uji bioaktivitas antibakteri mengacu pada metode yang dilakukan oleh Suleet

al., (2011) dengan beberapa modifikasi. Isolat bakteriE. coliditumbuhkan pada

medianutrient agar(NA). Inokulum dibuat dengan menambahkan satu ose

isolat ke dalam 5 mL media NA yang masih hangat, lalu diaduk menggunakan

vortex mixer. Tuangkan sekitar 20 mL agar NA ke cawan petri steril dan biarkan

hingga memadat (selama ± 15 menit) lalu tuangkan inokulum di atas media agar

yang sudah padat dan biarkan inokulum hingga memadat. Setelah padat,

tanamkanringberdiameter 6 mmke media lalu masukkan 50 μ L senyawacontoh

uji ke lubangring. Total konsentrasi akhir senyawa uji adalah 100μg. Pelarut

yang digunakan adalah metanol. Lakukan uji yang sama terhadap metanol

sebagai kontrol negatif, serta chloramphenicol, dan amoxicillin (dosis 10, 20, dan

30 μ g)sebagai kontrol positif. Cawan kemudian diinkubasi pada suhu 370C

selama 24 jam. Bioaktivitas senyawa dilakukan dengan mengukur diameter zona

hambat.

4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Bioaktif

Ekstrak kasar dariOscillatoriasp. yang memiliki aktivitas antibakteri kemudian

(55)

38

gelombang (λ) 220 nm dan 254 nm. Fraksi-fraksi yang dikumpulkan diuji

bioaktivitasnya. Fraksi yang memiliki bioaktivitas terhadapE. colikemudian

diuji secara KLT menggunakan variasi pelarut metanol-air, pereaksi serium

sulfat, ninhidrin, dan Dragendorff. Hasil uji KLT tersebut digunakan sebagai

acuan dalam pemisahan selanjutnya menggunakan kromatografi kolom.

5. Karakterisasi

5.1 Analisis Spektroskopi FTIR

Sekitar 1 mg contoh uji digerus dengan garam KBr lalu dibuat pelet menggunakan

die 7 mm. Pelet kemudian diletakkan padasample holderdan diukur serapannya

menggunakan spektrometer FTIR pada daerah 400-4000 cm-1.

5.2 Analisis Spektroskopi NMR

Analisis spektroskopi NMR mengacu pada metode kodaniet al.(1999). Spektra

1H dan13C NMR contoh uji dianalisis menggunakan spektrometer NMR Bruker

AVANCE III 500 MHz, menggunakan pelarut CDCl3dan standar referensi

(56)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

1. Oscillatoriasp. menghasilkan senyawa lemak tak jenuh yang memiliki

bioaktivitas sebagai antibakteri, khususnya terhadapE. coliyang telah

resisten.

2. Berdasarkan hasil analisis spektroskopi FTIR,1H,13C, dan 2D NMR, struktur senyawa antibakteri yang diusulkan adalah asam gadoleat atau berdasarkan

sistem IUPAC dikenal sebagai asamcis-eikos-9-enoat.

3. Asamcis-eikos-9-enoat memiliki aktivitas antibakteri dengan zona hambat 7

mm pada dosis 100 μ g.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti, antara

(57)

55

1. Untuk peneletian lebih lanjut, perlu dilakukan isolasi dan pemurnian asam

cis-eikos-9-enoat dalam jumlah yang lebih besar guna mencukupi kebutuhan

analisis.

2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan spektroskopi massa

(LC-MS atau GC-(LC-MS) untuk mendapatkan struktur yang lebih tepat dari asam

gadoleat dan struktur analognya.

3. perlu dilakukan uji banding bioaktivitas asamcis-eikos-9-enoat terhadapE.

coliyang normal dan yang resisten terhadapchloramphenicol.

4. Perlu adanya kajian lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas antibakteri asam

cis-eikos-9-enoat secara kuantitatif terhadap bakteriE. coliresisten.

5. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Aguilar, M. I.. 2008. Reversed-Phase High-Performance Liquid

Chromatography. Pp 9-22 In:HPLC of Peptides and Proteins:Methods and Protocols. M.I. Aguilar (ed). Springer-Verlag. New York. Pp 395.

Amaral, A. C., O. N. Silva, N. C. C. R. Mundim, M. J. A. de Carvalho, L.

Migliolo, J. R. S. A. Leite , M. V. Prates, A. L. Bocca, O. L. Franco, M. S. S. Felipe. 2012. Predicting Antimicrobial Peptides from Eukaryotic Genomes: In Silico Dtrategies to develop Antibiotics. Peptides. 37: 301 308.

Anderson, R.A. 2005. Algal Culturing Technique. Elsevier Academic Press: London.

Babu, B. and J. T. Wu. 2008. Production of Natural Butylated Hydroxytoluene as an Antioxidant by Freshwater Phytoplankton. Journal of Phycology. 44 (6): 1447–1454.

Bhateja, P., T. Mathur, M. Pandya, T. Fatma, and A. Rattan. 2006. Activity of Blue- Green Microalgae Extracts Against in Vitro Generated

Staphylococcus aureusWith Reducedsusceptibility to Vancomycin. Fitoterpia. 77: 233235.

Bold and M. I. Wynne. 1985.Introduction to The Algae. Prentice Hall,inc. New York. hlm. 70-273.

(59)

57

Bui, T. N., R. Jansen, T. L. Pham, and S. Mundt. 2007. Carbamidocyclophanes A-E, Chlorinated Paracyclophanes With Cytotoxic and Antibiotic Activity from the Vietnamese Cyanobacterium.Nostocsp.J. Nat. Prod. 70, 499 503.

Byrne, L. T.. 2003. Nuclear Magnetic Resonance Spectroscopy: Strategies for Structural Determination inBioactive Natural Products : Detection, Isolation, and Structural Determination. 2ndedition. S. M. Colegate and R. J. Molyneux (eds). CRC Press: New York. Pp 77-124.

Claeson, P., P. Tuchinda, and V. Reutrakul. 1993. Some Empirical Aspect Use of Flash Chromatography and Medium Pressure Liquid Chromatography for the Isolation of Biologically Active Compounds from Plants.

J.Sci.Soc.Thailand. 19:73-86.

Coates, J.. 2000. Interpretation of Infrared Spectra, A Practical Approach in Encyclopedia of Analytical Chemistry. R.A. Meyers (Ed.). John Wiley & Sons Ltd. Chichester. Pp. 10815–10837.

Coblentz Society Collection. 2009. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015 dari http://webbook.nist.gov/cgi/cbook.cgi?ID=C60333&Mask=80#IR-Spec

Conn, E.E., P. K. Stumpf, G. Bruening, and R. Y. Doi. 1987. Outlines of Biochemistry, 5thEdition. John Wiley and Sons Inc. New York, pp. 413-455.

Das, S., P. S. Lyla, S. A. Khan. 2006. Marine Microbial Diversity and Ecology: Importance and Future Perspectives. Current Science. 90(10).

Dittmann, E., B. Neilan, and T. Börner. 2001. Molecular Biology of Peptide and Polyketide Biosynthesis in Cyanobacteria. Applied Microbiology and Biotechnology. 57: 467-473.

EI-Sheekh, M. M., M. E. H. Osman, M. A. Dyab,and M. S. Amer. 2006.

(60)

58

Faulkner, D. J.. 2000. Marine Natural Product. Natural Product Reports. 18: 1-49.

Fogg, G. E. 1971. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology. University of Wisconsin Press.

Gauglitz, G. and T. Vo-Dinh. 2003. Handbook of Spectroscopy. WILEY-VCH GmbH & Co. KGaA. Weinheim.

Glassman, H. N.. 1948. Surface Active Agents and Their Application in Bacteriology. Bacteriol Rev. 12(2): 105–148.

Guillard, R. R. L.. 2005. Algal Culturing Technique. R. A. Andersen (ed). Elsevier Academic Press. London. Pp117-132.

Guiry, M. D.. 2011. OscillatoriaVaucher ex Gomont.AlgaeBase, 1892: 198.

Guiry , M.D.. 2014.AlgaeBase. World-Wide Electronic Publication, National University of Ireland, Galway. http://www.algaebase.org; searched on 23 December 2014.

Gutierrez, M., T. L. Suyama, N. Engene, J. S. Wingerd, T. Matainaho, W. H. Gerwick,. 2008. Apratoxin D, a Potent Cytotoxic Cyclodepsipeptide from Papua New Guinea Collections of the Marine CyanobacteriaLyngbya majusculaandLyngbya sordida. J. Nat. Prod. 71: 10991103.

Harborne, J.B. 1984. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Alih bahasa oleh K. Padmawinata dan I. Soediro. Penerbit ITB. Bandung. 354 hlm.

Hostettman, K., M. Hostettman, dan A. Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Alih bahasa oleh K. Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung. Hlm 1-38.

Jaki, B., J. Orjala, and O. Sticher. 1999. A novel Extracellular Diterpenoid with Antibacterial Activity from the Cyanobacterium. Nostoc Comm.

(61)

59

Johnson, E. L. dan R. Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair.

Diterjemahkan oleh K. Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung. Hlm 50-55.

Kabara, J. J., D. M. Swieczkowski, A. J. Conley, and J. P. Truant. 1972. Fatty Acids and Derivatives as Antimicrobial Agents.Antimicrob. Ag. Chemother. 2(1):. 23-28

Khopkar, S. M.. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Alih bahasa oleh A. Saptorahardjo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Hlm 84-311.

Knox, W. E., V. H. Auerbach, K. Zarudnaya, and M. Spirtes. 1949. The Action of Cationic Detergents on Bacteria and Bacterial enzymes. Jbacter. 58:443-452.

Kodani, S., S. Suzuki, K. Ishida, and M. Murakami. 1999. Five New

Cyanobacterial Peptides from Water Bloom Materials of Lake Teganuma (Japan). FEMS Microbiology Letters. 178: 343-348.

Lee, Y. K., J. H. Lee, and H. K. Lee. 2001. Microbial Symbiosis in Marine Sponges. J. Microbiol. 39: 254-264.

Lehninger, A. L.. 1982. Principles of Biochemistry. Diterjemahkan oleh Maggy Thenawidjaya. Penerbit Erlangga. Jakarta

Lin, S., Z. Wu, G. Yu, M. Zhu, B. Yu, R. Li. 2010. Genetic Diversity and Molecular Phylogeny of Planktothrix (Oscillatoriales, Cyanobacteria) Strains from China.Harmful Algae. 9: 8797.

(62)

60

Magiorakos, A. P., A. Srinivasan, R. B. Carey, Y. Carmeli, M. E. Falagas, C. G. Giske, S. Harbarth, J. F. Hindler, G. Kahlmeter, B. Olsson-Liljequist, D. L. Paterson, L. B. Rice, J. Stelling, M. J. Struelens1, A. Vatopoulos, J. T. Weber, and D. L. Monnet. 2011. Multidrug-Resistant, Extensively Drug-Resistant and Pandrug-Drug-Resistant Bacteria: an International Expert Proposal for Interim Standard Definitions for Acquired Resistance. Clinical

Microbiology and Infection. 18(3): 268-281.

Martin- Visscher,L. A., M. J. van Belkum, S. Garneau-Tsodikova, R. M. Whittal, J. Zheng, L. M. McMullen, and J. C. Vederas. 2008. Isolation and

Characterization of Carnocyclin A, a Novel Circular Bacteriocin Produced byCarnobacterium maltaromaticumUAL307.Applied and Environmental Microbiology. 74(15): 4756–4763.

Martinez-Maqueda, D., B. Hernández-Ledesma , L. Amigo , B. Miralles , and J. Ángel Gómez-Ruiz. 2013. Extraction/Fractionation Techniques for Proteins and Peptides and Protein Digestion inProteomics in Foods: Principles and Applications.F. Toldrá and L. M. L. Nollet (eds.). Springer Science+Business Media. New York.. Pp 21-50.

McCalley, D. V. 2002. Review: Analysis of theCinchonaAlkaloids by High Performance Liquid Chromatography and Other Separation Techniques. Journal of Chromatography A. 967: 119.

Meickle, T.. 2010. Isolation and Structure Elucidation of Novel Compounds from Marine Cyanobacteria (Dissertation). Florida Atlantic University Boca Raton. Forida.

Mohan, N., Hanumantha R. P., Ranjith K. R., and Sivasubramanian V. 2010.

Mass Cultivation of

C. turgidus

and

Oscillatoria

sp. and

Effective Harvesting of Biomass by Low-cost Methods.

Nature Precedings.doi:10.1038/npre.2010.4331.1.

Mondol,M. A. M., J. H. Kim,M. A. Lee, F. S. Tareq, H. S. Lee,Y. J. Lee, and H. J. Shin. 2011. Ieodomycins A_D, Antimicrobial Fatty Acids from a Marine Bacillus sp.J. Nat. Prod. 74: 16061612.

(63)

61

Mundt, S., S. Kreitlow, and R. Jansen. 2003. Fatty Acids with Antibacterial Activity from the Cyanobacterium Oscillatoria redekei HUB051. J. Appl. Phycol. 15 : 263267

Naturwissenchaften. 2002. Biologi of toxic Alga: Species of Genus

Craysochromulina (Prymnesiophyceae) and Alexandrium (Dynophyceae) (disertasi). Breman university. Uwe John.

Panno, L., A. Anastasi, S. Voyron, A. Kramer, A. Labes, and G. C. Varese. 2011. Marine Fungi: Extracellular Enzymes Production and Screening of Fungal Strains for Pharmaceutical Properties. World Conference on Marine Biodiversity.

Probert, I., and C. Klaas. Microalgal Culturing. Diakses pada 3 Mei 2007. http://www.nhm.ac.uk/hosted_sites/ina/CODENET/

Putri, A.P. dan I. Atmosukarto. 2006. Mikroba Endofit: Sumber Molekul Acuan Baru yang Berpotensi. Majalah Biotrends. 1(2): 13-15.

Raveh, A. & Carmeli, S. 2007. Antimicrobial Ambiguines from the

Cyanobacterium Fischerella sp. Collected in Israel. J.Nat.Prod. 70: 196 201.

Shelef, G. and M. Sukenik 1984. Microalgae Harvesting and Processing: A Literatur Review. Technion Research and Development Foundation ltd. Haifa. Israel.

Singh, R. K., S. P. Tiwari, A. K Rai, and T. M. Mohapatra. 20011.

Cyanobacteria: an Emerging Source for Drug Discovery. The Journal of Antibiotics. 64, 401–412.

Silverstein, R.M., F.X, Webster, and D.J. Kiemle. 2005. Spectrometric

Identification of Organic Compound,7thEdition. John Willey and Sons Inc. New York. Pp 71-160.

Gambar

Gambar 1. Beberapa spesies mikroalga dari beberapa kelas berbeda. (a)Amphiprora, (b)Tetraselmis chuui, (c) Nannochloris occulata, (d)Pinnularia, (e) Oscillatoria sp.
Gambar 2. Beberapa contoh senyawa metabolit dari mikroalga. (1)
Gambar 4.  Contoh struktur asam lemak jenuh (5) Asam stearat dan asamlemak tak jenuh (6) Asam Linoleat.
Gambar 5. Lintasan biosintesis asam lemak (Weete, 1980)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil olahan data dari penelitian ini menunjukkan bahwa x6 bernilai 0.034, yang mana dapat diartikan bahwa semakin spesifik lokasi dari departemen sistem informasi maka

Kegiatan penutup, guru mengajak siswa bertanya jawab agar siswa lebih memahami materi yang telah disampaikan. Guru selanjutnya mengajak siswa untuk bersama-sama

Dari hasil analisis solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2013-2017 dilihat dari rasio hutang terhadap total aktiva DAR dalam membayar

Vilniu- je viešėjęs Rusijos užsienio reikalų viceministras Ivanas Sergejevas pareiškė, kad Rusija ignoruos Lietuvos Sei- mo priimtą įstatymą dėl okupacijos žalos atlyginimo,

Kawalan pendedahan persekitaran Halang produk daripada memasuki longkang Jangan biarkan bahan mencemar sistem air dalam tanah Pihak berkuasa tempatan perlu dimaklumkan jika

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ankle strategy exercise memilik manfaat terhadap keseimbangan statis pada lansia di

Hasil uji secara parsial variabel efisensi operasional yang diukur dengan rasio BOPO menunjukan bahwa BOPO berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan proksi Return

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA), dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten dan Kota