• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN SEKOLAH EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN SEKOLAH EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN SEKOLAH EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN LABUHAN RATU

BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

CITRA PUSPITA SARI

Masalah pada penelitian ini terdapat beberapa sekolah yang belum menjadi sekolah efektif. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan budaya sekolah dan pembentukan sekolah efektif di Sekolah Dasar. Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif, ditinjau dari tingkat eksplanasi termasuk pendekatan asosiatif. Populasi penelitian ini adalah 9 SD Negeri sebanyak 169 guru. Sampel yang digunakan 4 SD Negeri Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung sebanyak 75 guru dengan teknik pengambilan sampel yaitu cluster sampling dan simple random sampling. Data yang diambil untuk kedua variabel menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara budaya sekolah dan pembentukan sekolah efektif ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,788 dengan nilai t hitung sebesar 5,269.

(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION OF SCHOOL CULTURE AND THE ESTABLISHMENT OF EFFECTIVE SCHOOL IN ELEMENTARY

SCHOOL ENTIRE SUBDISTRICT LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2014/2015

By

CITRA PUSPITA SARI

The problem of this research is some schools not be effective school. This research aims to find out the correlation between school culture and the establishment of effective school in elementary school. The type of this research was descriptive quantitative, reviewed from empirical research step included in the research using associative approach. The population of this research were the 9 state-owned elementary school with 169 teachers. The samples used in this research were 4 state-owned elementary school at Labuhan Ratu Bandar Lampung with 75 teachers. Sample interpretation techniques were cluster sampling and simple random sampling. The data was took for two variables using questionnaire. Data analysis technique was used is t-test. The result of this research showed there were the positive correlation between school culture and the establishment of effective school that showed by 0.788 coeffisien correlation with 0.788 the score of t count.

(3)

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN SEKOLAH EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN

LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

CITRA PUSPITA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Poncowarno, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 10 Agustus 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Supriyanto dan Ibu Dwi Astuti. Adik laki-laki bernama Rahmat Firdaus.

Pendidikan formal penulis diawali di TK Xaverius Dipasena pada tahun 1997-1998, SD Xaverius Dipasena 1998-2004, kemudian di SMP Negeri 3 Rawajitu Selatan pada tahun 2004-2007, dan dilanjutkan di SMA Negeri 1 Kalirejo pada tahun 2007-2010. Setelah lulus SMA penulis melanjutkan Diploma 1 Jurusan Komputer Akuntansi di LPP Master Komputer pada tahun 2010-2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (Himajip) FKIP Unila 2012/2013.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Rabb sang pencipta alam semesta, sehingga dengan ridho-Nya skripsi ini bisa terselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan teruntuk:

Bapak, Ibu,

Perjuangan kalian,

Menjadi energi yang selalu membangkitkan semangat saya, Dikala putus asa datang menghampiri

Saudara-saudara tercinta,

Dukungan yang tiada henti padaku. Almamater tercinta Universitas Lampung,

(9)

MOTO

Don’t put till tommorow what you can do today – Jangan tunggu sampai esok apa yang bisa kamu lakukan hari ini

Tanpa sebuah budaya, idealisme manusia akan hilang (Hitam-Putih)

Alam memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang keindahan melalui indahnya pelangi dengan warna yang beraneka ragam. Jadikan perbedaan sebagai

keindahan bukan sebagai perdebatan

Semakin banyak kita bersyukur, semakin banyak kebahagiaan yang akan kita dapatkan

(10)

x SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan cinta kasih-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Hubungan Budaya Sekolah dengan Pembentukan Sekolah Efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng Prayitna Harianto, M. S., selaku rektor Unila. 2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila dan selaku pembimbing II yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Riswandi, M. Pd., selaku Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, ilmu yang berharga, saran, dan kritik baik selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M. Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

(11)

xi

8. Ibu Dra. Hj. Megawati selaku Kepala SDN 1 Kampung, Ibu Ratna Aini, M.

Pd selaku Kepala Sekolah SDN 2 Kampung Baru, Bapak Ersati Mukhtar, A. Ma. Pd selaku Kepala Sekolah SDN 3 Kampung Baru, dan Ibu Yulastri Andawani, M. Pd selaku Kepala Sekolah SDN 1 Sepang Jaya yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Bapak dan Ibu tercinta, Pakde Makmun, Bude Upi, Pakde Gun, Dek Daus,

Mbak Retno, dan keluarga besar serta teman-teman di asrama green-house yang selalu mendoakan dan selalu memberikan dukungan moril dan materil. 10. Teman-temanku di PGSD Kampus ’11, khususnya Iin, Eilin, Vrisca dan

teman-teman KKN-PPL Baturaja: Sira, Nora, Debi, Aini, Azzumar, Bagas, Mb Ros, Deni, Heni atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan.

11. Kakak dan Adik tingkat di PGSD Kampus dan PGSD Metro dari angkatan 2010-2014 semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Saran dan masukan dari pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya yang lebih baik.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Sekolah Efektif ... 12

1. Pengertian Sekolah Efektif ... 12

2. Kriteria Sekolah Efektif ... 16

B. Budaya Sekolah ... 19

1. Pengertian Budaya Sekolah ... 19

2. Tujuan Pengembangan Budaya Sekolah ... 23

3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Budaya Sekolah ... 24

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

D. Kerangka Pikir ... 29

E. Hipotesis Penelitian ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Variabel Penelitian ... 35

D. Definisi Konseptual Variabel ... 35

E. Definisi Operasional Variabel ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Uji Instrumen Penelitian ... 41

(13)

xiii

B. Deskripsi Data ... 61

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 68

D. Uji Hipotesis Statistik ... 70

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

F. Keterbatasan Penelitian ... 75

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ciri-Ciri Sekolah Efektif ... 17

2. Keadaan Guru di Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung ... 32

3. Klasifikasi Sekolah di SD Negeri Kecamatan Labuhan Ratu ... 33

4. Keadaan Guru Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung ... 34

5. Daftar Pembobotan Budaya Sekolah ... 38

6. Daftar Pembobotan Sekolah Efektif ... 40

7. Uji Validitas Instrumen Variabel X ... 43

8. Uji Validitas Instrumen Variabel Y ... 44

9. Daftar Interpretasi Koefisien ... 46

10. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 47

11. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 47

12. Daftar Interpretasi Koefisien ... 51

13. Jumlah Guru SD Negeri 1 Kampung Baru ... 55

14. Jumlah Guru SD Negeri 2 Kampung Baru ... 57

15. Jumlah Guru SD Negeri 3 Kampung Baru ... 59

16. Jumlah Guru SD Negeri 1 Sepang Jaya ... 61

17. Distribusi Skor Budaya Sekolah ... 63

18. Kategori Budaya Sekolah (X) ... 64

19. Distribusi Skor Sekolah Efektif ... 65

20. Kategori Sekolah Efektif (Y) ... 66

21. Hasil Uji Normalitas ... 68

22. Hasil Uji Homogenitas ... 69

23. Koefisien Korelasi ... 70

24. Uji t ... 71

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 81

Lampiran 2 Uji Coba Angket Penelitian ... 84

Lampiran 3 Angket Penelitian ... 90

Lampiran 4 Rubrik Penilaian Instrumen Angket ... 94

Lampiran 5 Hasil Uji Coba Instrumen ... 95

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas ... 98

Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas ... 100

Lampiran 8 Tabulasi Data Induk Instrumen ... 101

Lampiran 9 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel X ... 108

Lampiran 10 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Y ... 110

Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas ... 112

Lampiran 12 Hasil Uji Homogenitas ... 112

Lampiran 13 Hasil Uji t ... 112

Lampiran 14 Hasil Uji Hipotesis ... 113

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”

(18)

Meningkatkan mutu pendidikan salah satunya dengan cara menerapkan nilai norma yang positif di sekolah sehingga dapat mencetak generasi bangsa yang mempunyai karakter baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut Soekanto (Komariah dan Triatna, 2010: 97) budaya adalah sesuatu yang dipelajari dari pola perikelakuan yang normatif yang mencakup pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak. Budaya sekolah tidak hanya ditekankan kepada siswa saja, namun kepada masyarakat sekolah termasuk tenaga pendidik maupun kepala sekolah serta stakeholder lainnya. Hal ini diharapkan agar kurikulum 2013 dapat tercapai dengan baik sesuai dengan tingkat pencapaian ranah afektif sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan tujuan pendidikan sehingga dapat membentuk sekolah yang efektif. Oleh karena itu, budaya sekolah diharapkan dapat menjadi ujung tombak keberhasilan dari proses pendidikan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan.

(19)

(2010: 37), guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Sulthon (2009: 5) tinggi rendahnya kualitas pendidikan di sekolah sebagian besar ditentukan oleh tingkat pelibatan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Meningkatkan mutu pendidikan juga harus diikuti dengan peran sekolah yang dapat menunjang kualitas peserta didik. Sekolah yang dapat menunjang kualitas peserta didik, menjadikan kultur sebagai landasan yang kuat dalam proses pendidikan yang dapat menunjukkan standar tinggi pada prestasi akademis dan non akademis tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun status sosial-ekonomi maka sekolah tersebut dapat dikatakan sekolah yang efektif.

Menurut Komariah dan Triatna (2008: 36) sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan proses bagi ketercapaian output pendidikan, yaitu prestasi sekolah, terutama prestasi siswa yang ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan berupa komptensi yang dipersyaratkan di dalam belajar. Artinya sekolah merupakan sistem yang saling berkaitan satu sama lain karena hasil yang ingin dicapai dilihat dari input,proses,output,danoutcome.Selanjutnya Komariah dan Triatna, (2010: 38-39):

(20)

kuat oleh kepala sekolah, ekspektasi guru dan staf tinggi, ada kerjasama kemitraan antara sekolah, orangtua, dan masyarakat, adanya iklim yang positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar, kemajuan siswa sering dimonitor, menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktivitas yang esensial, komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan”.

Mengingat pentingnya peran sekolah bagi siswa dan mewujudkan sekolah menjadi sekolah yang efektif, sangat tidak mudah jika diwujudkan oleh beberapa orang saja. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang baik dari semua warga sekolah untuk dapat mewujudkan program pendidikan di sekolah tersebut yang tertulis pada visi dan misi sekolah.

(21)

dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh warga sekolah. Oleh sebab itu, peneliti akan memfokuskan pada faktor budaya di sekolah.

Hakekatnya, di sekolah harus terjadi suatu kondisi di mana peserta didik mempunyai rasa cinta untuk belajar dan untuk meningkatkan prestasi akademis sehingga dapat dikatakan sebagai sekolah yang efektif. Sekolah efektif memperlihatkan corak organisasinya sebagai learning organization. Organisasi yang betul-betul efektif adalah organisasi yang mampu menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya, tapi juga membuat suasana supaya pekerja lebih bertanggungjawab, bertindak secara kreatif demi meningkatan mutu sekolah demi mencapai tujuan pendidikan. Hal serupa juga harus dimiliki oleh sekolah, dimana sekolah harus mempunyai suasana atau kondisi yang dapat menunjang warga sekolahnya untuk bekerja lebih optimal.

(22)

sekolah, walaupun terpampang 10 budaya malu pada tiap sekolah tapi masih belum terlaksana dengan baik. Selalu ada kelalaian tanggung jawab untuk tiap sekolah baik dari kepala sekolah, guru, siswa, maupun staff sekolah. Sering ditemui oleh pengawas guru yang melakukan absen borongan ketika pengawas melakukan survei sehingga guru tidak memantau dengan baik kehadiran siswa untuk setiap harinya.

Peneliti juga melakukan observasi awal di SD Negeri 1 Kampung Baru, SD Negeri 2 Kampung Baru, SD Negeri 3 Kampung Baru, dan SD Negeri 1 Sepang Jaya Jaya pada tanggal 9 Januari sampai tanggal 15 Januari 2015. Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa guru di SD Negeri Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa guru yang sering berhalangan hadir ke sekolah untuk melaksanakan kewajibannya. Hal ini juga dapat berdampak pada pembelajaran siswa karena guru yang seharusnya mengajar di kelas tersebut harus digantikan oleh guru pengganti, masih banyaknya siswa yang kurang dalam hal sopan santun ketika meminta ijin untuk keluar kelas.

(23)

namun masih banyak warga sekolah yang kurang memahami akan peraturan sekolah tersebut. Terdapat beberapa siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya, beberapa siswa masih berada di kantin ketika bel masuk sudah berbunyi, atau beberapa guru yang tidak tepat waktu masuk ke kelas padahal bel masuk telah berbunyi. Jika kebiasaan seperti ini selalu dilakukan secara berulang-ulang, maka akan membawa dampak yang negatif bagi warga sekolah dan sekolah itu sendiri. Belum lengkapnya sarana dan prasarana pada beberapa sekolah sebagai faktor penunjang pembelajaran, belum terwujudnya hasil yang dicapai dengan harapan sekolah terhadap hasil belajar siswa, kurangnya komunikasi antar warga sekolah, serta belum dilaksanakan secara maksimal nilai budaya sekolah sebagai acuan dalam berinteraksi di sekolah. Pelaksanaan budaya sekolah sebagai kultur yang seharusnya diterapkan pada tiap sekolah untuk membentuk sekolah menjadi efektif belum dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

(24)

diterapkan oleh semua warga sekolah, baik dari tenaga pendidik atau guru, siswa, dan kepala sekolah. Selain itu, guru yang seharusnya dapat menjadi contoh teladan bagi siswa kurang mampu menggunakan strategi dalam melaksanakan budaya positif sebagai kultur sekolah. Hal ini akan berdampak pada siswa dalam melaksanakan tata tertib yang sudah dibuat oleh sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi dan kesadaran dari semua warga sekolah untuk bersama-sama mewujudkan budaya positif sebagai kebiasaan baik yang dilakukan secara berkesinambungan.

Berdasarkan uraian permasalahan dari latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji tentang hubungan budaya sekolah dengan pembentukan sekolah efektif. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Budaya Sekolah dengan Pembentukan Sekolah Efektif

di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang terkait dengan kinerja guru dalam pembentukan sekolah efektif adalah:

1. Kurangnya komitmen dari semua warga sekolah terhadap program sekolah terkait pelaksanaan nilai-nilai sekolah yang sudah disepakati untuk mencapai sekolah yang efektif.

(25)

3. Sebagian guru belum memahami kewajibannya sebagai pendidik karena seringnya meninggalkan kewajiban demi kepentingan pribadi.

4. Kurangnya sikap disiplin dari guru dalam hal waktu dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.

5. Sebagian guru belum menerapkan nilai- budaya di sekolah secara tepat sebagai contoh teladan bagi para siswa.

6. Pelaksanaan budaya sekolah belum terwujud secara baik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, pembatasan masalah pada penelitian ini dibatasi pada hubungan budaya sekolah dengan pembentukan sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang positif antara budaya sekolah dengan pembentukan sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

(26)

sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dan manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang manajemen sekolah terkait dengan sekolah efektif yang didasari pada budaya sekolah.

2. Manfaat Praktis

2.1. Kepala sekolah, untuk memberikan masukan tentang budaya sekolah yang positif bagi pembentukan sekolah yang efektif.

2.2. Guru, untuk memberikan masukan berkaitan dengan peran guru sebagai tenaga pendidik dalam memberikan contoh teladan bagi para siswanya dalam melaksanakan budaya sekolah sehingga dapat mempengaruhi pembentukan sekolah yang efektif.

2.3. Dinas pendidikan, untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mewujudkan pendidikan yang lebih baik di Sekolah Dasar. 2.4. Peneliti, sebagai bahan penguat teori tentang variabel yang

mempengaruhi peran guru dalam melaksanakan budaya sekolah sehingga dapat mempengaruhi pembentukan sekolah yang efektif. 2.5. Peneliti lain, sebagai salah satu referensi guna pengembangan

(27)

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah:

1.1 Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang dilaksanakan sekolah oleh semua komponen sekolah.

1.2 Sekolah efektif adalah sekolah yang semua sumber dayanya diorganisasikan dan dimanfaatkan untuk menjamin semua siswa, tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun status sosial-ekonomi, dapat mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah itu (Rohiat, 2012: 21). Sekolah yang efektif diperlukan kepemimpinan sekolah yang dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan sekolah. Selain itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas dan profesional untuk melaksanakan proses pendidikan.

2. Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Kecamatan Labuhan Ratu Bandarlampung yang terdiri dari 2 gugus dalam satu kecamatan. Salah satunya adalah gugus 2 Kecamatan Labuhan Ratu yang terdiri dari 4 SD Negeri. Sekolah tersebut antara lain SD Negeri 1 Kampung Baru, SD Negeri 2 Kampung Baru, SD Negeri 3 Kampung Baru, SD Negeri 1 Sepang Jaya.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sekolah Efektif

1. Pengertian Sekolah Efektif

Menurut Komariah dan Triatna (2010: 1), sekolah merupakan suatu sistem yang kompleks karena selain terdiri atasinput-proses-outputjuga memiliki akuntabilitas terhadap konteks pendidikan dan outcome. Sekolah merupakan organisasi sosial yang menyediakan layanan pembelajaran bagi masyarakat khusunya siswa untuk mendapatkan pendidikan dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Danim (2011: 72):

“Sekolah dalam arti yang luas di dalamnya mencakup mulai dari kelompok bermain (play-group/ PG), taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), sampai perguruan tinggi merupakan salah satu agen sosialisasi yang penting dalam kehidupan manusia. Sekolah perlahan menjadi agen pengganti terhadap apa yang dilakukan oleh keluarga seiring dengan intensifnya anak memasuki ruang sosial dari ruang sekolah.“

Secara harfiah arti kata “efektivitas” yang berasal dari kata “efektif”

(29)

yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah dicapai. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “sekolah” adalah bangunan atau lembaga belajar dan mengajar serta

tempat untuk menerima dan memberi pelajaran. Sekolah merupakan tempat kedua setelah keluarga untuk siswa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sekolah juga ikut berperan aktif dalam membentuk kepribadian seorang siswa karena tingkat intensitas pertemuan antara siswa dengan lingkungan sekitar yang cukup lama. Oleh karena itu, sekolah dengan kualitas pendidikan yang baik akan membantu anak untuk bersosialisasi dengan baik kepada lingkungan sekitar. Tidak hanya kualitas dari segi pendidikan saja yang harus baik, tetapi kualitas dari segi kepribadian juga harus dilatih dengan baik sejak dini.

Menurut Komariah dan Triatna (2010: 121):

“Sekolah efektif adalah sekolah yang mempertunjukkan standar tinggi pada prestasi akademis dan mempunyai suatu kultur yang berorientasi tujuan, ditandai dengan adanya rumusan visi yang ditetapkan dan dipromosikan bersama antara anggota school-administration, fakultas, dan para siswa. Sekolah efektif menunjukkan kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan.”

(30)

lainnya, komite sekolah, peserta didik, serta stakeholder lainnya. Kultur dijadikan landasan yang kuat dalam mencapai kesuksesan akademis pada sekolah efektif.

Menurut Rohiat (2012: 21):

“Sekolah efektif adalah sekolah yang semua sumber dayanya diorganisasikan dan dimanfaatkan untuk menjamin semua siswa, tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun status sosial-ekonomi, dapat mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah itu. Rumusan pengertian ini lebih diorientasikan pada pengoptimalan pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana termuat kurikulum.”

Sekolah efektif menunjukkan pada kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Menurut Mukhtar dan Iskandar (2013: 189), sekolah efektif adalah sekolah yang mempunyai beberapa karakteristik yaitu adanya organizational leadership (kepemimpinan organisasi), curriculum leadership(kepemimpinan kurikulum),supervisiory leadership(pemimpin sebagai pengawas), danmanagement(manajemen).

(31)

kepemimpinan merupakan usaha dari stakeholder untuk membuat siswa dapat belajar dan mempunyai kualitas yang baik. Salah satu faktor sekolah efektif antara lain adanya keterlibatan orangtua, dukungan orangtua, keterlibatan orangtua dan masyarakat, hubungan keluarga dan sekolah.

Semua upaya yang terjadi di sekolah diarahkan untuk membentuk sekolah menjadi nyaman sehingga membuat semua siswa dapat belajar dengan baik tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun status sosial ekonomi. Belajar bukan hanya dilakukan secara sepihak, tetapi interaksi dengan lingkungan dan dengan berbagai daya dukung lainnya. Efektivitas belajar bukan hanya menilai hasil belajar siswa saja, tetapi semua upaya yang menyebabkan anak belajar. Banyak hal yang dapat menjadi faktor penunjang seperti kinerja guru, kebijakan sekolah, budaya sekolah yang berkembang, hubungan dengan masyarakat, layanan penunjang siswa untuk belajar berupa sarana-prasarana.

(32)

dicapai sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Artinya sekolah efektif adalah sekolah yang dapat mencapai target.

2. Kriteria Sekolah Efektif

Menurut Danim (2007: 61-62), kriteria sekolah yang efektif adalah mendorong aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan secara tepat pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh para pelajar, mengharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab dalam belajar dan perilaku dirinya, menentukan umpan balik yang bermakna untuk siswa, sebagai contoh untuk setiap tata tertib yang berlaku di sekolah diberikan poin bagi siswa yang melanggar dan diberikan reward atau penghargaan bagi siswa yang terbaik dalam berperilaku sehingga ada umpan balik dari perilaku siswa, menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai yang merupakan kebiasaan-kebiasaan positif sehingga dapat menjadi budaya di setiap sekolah, secara aktif melibatkan keluarga di dalam membantu siswa.

Menurut Mukhtar dan Iskandar (2013: 190), ciri-ciri sekolah efektif antara lain:

1. Sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten.

2. Lingkungan sekolah yang baik, dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan staf.

3. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat.

4. Penghargaan bagi guru dan staf serta siswa yang berprestasi. 5. Pendelegasian wewenang yang jelas.

6. Dukungan masyarakat sekitar.

(33)

10. Guru menerapkan strategi-strategi pembelajaran inovatif. 11. Evaluasi yang berkelanjutan.

12. Kurikulum sekolah yang terancang dan terintegrai satu sama lain.

13. Melibatkan orangtua dan masyarakat dalam membantu pendidikan anak-anaknya.

[image:33.595.170.520.458.758.2]

Menurut Komariah dan Triatna (2010: 37), ciri-ciri sekolah efektif ditentukan oleh adanya aspek-aspek yang diperlukan dalam menentukan keberhasilan sekolah serta dapat menyelenggarakan proses belajar yang efektif karena ciri khas dari lembaga sekolah adalah terjadinya proses belajar mengajar. Sehingga dalam sekolah yang efektif terdapat proses belajar yang efektif dengan ciri-ciri pembelajaran berlangsung secara aktif, dipengaruhi oleh adanya perbedaan individual di antara peserta didik, kondisi kelas nyaman dan dapat terarah. Berikut tabel yang memuat tentang ciri-ciri sekolah efektif (Komariah dan Triatna, 2010: 38-39):

Tabel 2.1

Ciri-Ciri Sekolah Efektif

CIRI-CIRI INDIKATOR

Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik

Tujuan sekolah:

• Dinyatakan secara jelas

• Digunakan untuk mengambil keputusan • Dipahami oleh guru, staf, dan siswa

Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala sekolah

Kepala Sekolah:

• Bisa dihubungi dengan mudah • Bersikap responsif kepada guru dan

siswa

• Responsif kepada orangtua dan masyarakat

• Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran Ekspektasi guru dan

staf tinggi

Guru dan staf:

• Yakin bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi

(34)

CIRI-CIRI INDIKATOR

terpenting bagi keberhasilan siawa Ada kerjasama

kemitraan antara sekolah, orangtua, dan masyarakat

Sekolah:

• Komunikasi secara positif dengan orangtua

• Memelihara jaringan serta dukungan orangtua dan masyarakat

• Berbagi tanggungjawab untuk menegak-kan disiplin dan mempertahanmenegak-kan keberhasilan

• Menghadiri acara-acara penting di sekolah

Adanya iklim yang positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar

Sekolah:

• Rapi, bersih, dan aman secara fisik • Dipelihara secara baik

• Memberi penghargaan kepada yang berprestasi

• Memberi penguatan terhadap perilaku positif siswa

Siswa:

• Menaati aturan sekolah dan aturan pemerintah daerah

• Menjalankan tugas/kewajiban tepat waktu

Kemajuan siswa sering dimonitor

Guru memberi siswa: • Tugas yang tepat

• Umpan balik secara cepat/segera • Kemampuan berpartisipasi di kelas

secara optimal

• Penilaian hasi belajar dari berbagai segi Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktivitas yang esensial Siswa:

• Melakukan hal terbaik untuk mencapai hasil belajar yang optimal, baik yang bersifat akademis maupun nonakademis • Memperoleh keterampilan yang esensial Kepala Sekolah:

Menujukkan komitmen dan mendukung program keterampilan esensial

Guru:

Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang esensial Komitmen yang

tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan

Guru:

Membantu merumuskan dan melaksanakan tujuan pengembangan sekolah

Staf:

(35)

CIRI-CIRI INDIKATOR

• Menunjukkan profesionalisme dalam bekerja

Sumber: Komariah dan Triatna, 2010: 38-39

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki tujuan yang jelas dan dapat dipahami oleh semua warga sekolah, sekolah yang dapat melaksanakan kepemimpinan yang kuat oleh pemimpinnya, dapat mewujudkan antara harapan dengan hasil yang dicapai, adanya kerjasama antara warga sekolah, orangtua peserta didik, dan masyarakat, mampu membentuk iklim positif agar siswa dapat belajar dengan nyaman, melakukan monitor secara berkesinambungan terhadap kemajuan siswa, serta adanya komitmen yang tinggi dari semua warga sekolah, orangtua peserta didik, dan masyarakat terhadap program pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya komunikasi yang baik antara semua pihak yang terkait untuk bersama-sama mendorong tercapainya tujuan pendidikan.

B. Budaya Sekolah

1. Pengertian Budaya Sekolah

(36)

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya melalui belajar. Menurut Komariah dan Triatna (2010: 96) berdasarkan asal usulnya (etimologis), bentuk jamak dari budaya adalah kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhayahyang merupakan bentuk jamak dari budi, yang artinya akal atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran manusia.

(37)

Menurut Priansa dan Somad (2014: 39)

“Budaya sekolah dipandang sebagai eksistensi suatu sekolah yang terbentuk dari saling mempengaruhi antara empat faktor yaitu norma-norma budaya yang ada di sekolah, sikap dan kepercayaan orang tua yang berada di sekolah dan di luar lingkungan sekolah, hubungan antara individu di dalam lingkungan sekolah yang dalam pengimplementasiaannya berjalan secara sinergis berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, profesionalisme, dan pemberdayaan, serta aturan yang berlaku pada sebuah lembaga/organisasi.”

Menurut Kemendikbud (2014: 23) budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh warga sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, aturan yang berlaku pada sebuah lembaga/organisasi, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan stakeholder sekolah baik itu kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan masyarakat.

(38)

harus mencerminkan pola kehidupan sekolah yang bebas, tenang, dan nyaman serta dapat diterima secara baik oleh tiap anggota masyarakat sekolah. Menurut Komariah dan Triatna (Phillips, 2010: 101), budaya

sekolah sebagai “The beliefs, attitudes, and behaviors which characterize

a school”. Sedangkan Menurut Deal dan Peterson (Komariah dan Triatna,

2010: 101), mengartikan budaya sekolah sebagai “deep patterns of values,

beliefs, and traditions that have formed over the course of the shool’s

history”. Definisi tersebut mengartikan nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah komponen-komponen esensial budaya yang membentuk karakter sekolah. Budaya sekolah harus disadari oleh seluruh warga sekolah sebagai asumsi dasar dan kepercayaan yang dapat membuat sekolah tersebut memiliki citra yang membanggakan.

Budaya sekolah sangat erat kaitanya dengan pembentukan suasana sekolah yang kondusif. Menurut Kemendikbud (2014: 23):

“Efektivitas pengembangan kondisi sekolah mengacu pada materi diskusi Partnership for Global Learning(2012) harus memenuhi 6 indikator sebagai berikut:

a. Memusatkan fokus pembelajaran pada hasil belajar peserta didik.

b. Menjamin keseimbangan antara kegiatan belajar individual, kolaborasi, dan belajar dalam interaksi sosial.

c. Selaras dengan kebutuhan pengembangan motivasi peserta didik.

d. Sensitif terhadap perbedaan individu.

e. Menantang peserta didik dengan tidak memberikan lebih dari kapasitasnya.”

(39)

komunikasi dan interaksi yang baik. Keberhasilan mengembangkan budaya sekolah ditentukan dengan efektivitas komunikasi dan interaksi stakeholder dengan seluruh warga sekolah sehingga dapat terwujudnya nilai-nilai kepatuhan, disiplin, dan rasa ikut berpartisipasi dalam mewujudkan sekolah menjadi unggul. Tingkat pemahaman dan kepatuhan pada norma, nilai-nilai, dan keyakinan sekolah diperoleh melalui proses belajar. Sehingga sekolah diharapkan dapat menjadi organisasi pembelajar bagi siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, budaya sekolah adalah nilai-nilai positif yang ditunjukkan oleh sekolah dan dilaksanakan secara berkesinambungan dan menyeluruh untuk membentuk karakter sekolah dengan adanya dukungan dari pihak-pihak terkait. Budaya sekolah dipandang sebagai eksistensi suatu sekolah yang terbentuk dari hasil saling mempengaruhi antara tiga faktor, yaitu sikap dan kepercayaan orang yang berada di sekolah dan lingkungan luar sekolah, norma-norma budaya sekolah, dan hubungan antara individu di dalam sekolah

2. Tujuan Pengembangan Budaya Sekolah

(40)

upaya pengembangan budaya sekolah diantaranya menjamin kualitas kerja yang lebih baik, membuka komunikasi yang baik, lebih terbuka dan transparan, menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi, meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan, jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki, dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK.

Hal-hal tersebut jika dibiasakan terjadi di sekolah akan berdampak positif bagi sikap siswa maupun warga sekolah lainnya sehingga sekolah mempunyai sebuah kultur yang baik dan dapat menjadi faktor penunjang bagi pembentukan sekolah yang efektif. Pengembangan budaya sekolah tidak terlepas dari budaya masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu pengembangan budaya sebaiknya berdasarkan kebutuhan sekolah yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, tenaga pendidik atau guru, dan peserta didik yang terintegrasi pada budaya yang berkembang di lingkungannya. Selain itu budaya sekolah merupakan bagian dari budaya lingkungan sekitarnya, sekolah harus dapat berfungsi sebagai agen pengembang budaya lingkungan.

3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Budaya Sekolah

(41)

bijaksana. Budaya sekolah akan memberikan efek positif bagi warga sekolah seperti kepala sekolah, tenaga pendidik atau guru, staf, peserta didik, dan masyarakat jika diimplementasikan dengan baik. Prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan budaya sekolah antara lain: 1. Berfokus pada visi, misi, dan tujuan sekolah. Pengembangan budaya

sekolah harus sejalan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya sekolah. Visi merupakan keunggulan mutu misalnya harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.

2. Penciptaan komunikasi formal dan informal. Komunikasi merupakan dasar koordinasi bagi sekolah termasuk dalam menyampaikan pesan pentingnya budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentignya dengan komunikasi formal sehingga keduanya perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efesien.

3. Inovatif dan bersedia mengambil resiko. Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima.

(42)

5. Berorientasi kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran dari pencapaian kinerja suatu sekolah. 6. Sistem evaluasi yang jelas. Pengembangan budaya sekolah perlu

dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap untuk mengetahui kinerja dari penerapan budaya sekolah.

7. Memiliki komitmen yang kuat. Komitmen dari seluruh warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Karena dengan komitmen yang kuat maka akan mempengaruhi program pengembangan budaya sekolah dapat terlaksana dengan baik.

8. Keputusan berdasarkan konsensus. Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara konsensus sehingga dapat meningkatkan komitmen dari warga sekolah.

9. Sistem imbalan yang jelas. Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bisa dengan pemberian kredit poin khusunya bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif.

(43)

Berdasarkan uraian di atas, maka budaya sekolah merupakan nilai-nilai positif yang dilakukan secara berkesinambungan dan dijadikan sebagai landasan yang kuat bagi sebuah sekolah untuk mencapai sekolah yang efektif. Budaya sekolah harus berfokus pada visi, misi, dan tujuan sekolah, mampu menciptakan komunikasi yang formal dan informal, mampu menciptakan budaya yang inovatif, memiliki strategi yang jelas untuk mendukung program sekolah, mempunyai sistem evaluasi yang jelas, memiliki komitmen yang kuat dari semua warga sekolah, keputusan yang diambil berdasarkan konsensus guna meningkatkan komitmen warga sekolah, dan memiliki sistem imbalan yang jelas terhadap perilaku positif.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis antara lain:

(44)

2. Penelitian ini dilakukan oleh Dyasani Marlya Afdhillah pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan Displin Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMP Negeri

1 Jati Kudus.” Penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja guru. Nilai budaya organisasi sebesar 3,616 dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,672 maka variabel budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Lis Andari pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa.” Penelitian ini

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara budaya sekolah dengan karakter siswa. Jika budaya sekolah meningkat 1% maka akan diikuti oleh peningkatan karakter siswa sebesar 0,384% yang artinya semakin baik budaya sekolah semakin baik pula karakter siswa. Karakter siswa dipengaruhi oleh budaya sekolah sebesar 17,4%.

(45)

D. Kerangka Pikir

Pembentukan sekolah yang efektif tidak terlepas dari peran bersama semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, staf, komite sekolah, peserta didik, orangtua peserta didik, dan stakeholder lainnya. Sekolah efektif merupakan sekolah yang menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar yang baik dalam menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu bagi siswa dengan menunjukkan kesesuaian antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang dicapai. Perlu adanya kebiasaan positif atau budaya yang dijadikan sebagai landasan dalam berperilaku dan berpikir untuk mencapai hasil yang diharapkan. Kultur dijadikan landasan yang kuat pada pembentukan sekolah yang efektif dalam mencapai kesuksesan akademis dan non akademis dari peserta didik. Budaya sekolah yang diharapkan tumbuh pada sekolah efektif adalah budaya yang mampu memberikan semangat dan pengaruh positif terhadap peserta didik agar dapat mencintai pelajaran sehingga peserta didik memiliki dorongan intrinsik untuk terus semangat dalam belajar tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun status sosial ekonomi.

(46)

memiliki sikap baik dan mampu berinteraksi baik dengan lingkungan sekitarnya. Berikut gambar kerangka pikir yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar variabel penelitian:

Variabel X Variabel Y

Gambar 2.1 Hubungan antar variabel penelitian

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara budaya sekolah dengan pembentukan sekolah efektif di Sekolah Dasar Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

Budaya sekolah Pembentukan Sekolah

(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian yang akan mengetahui adanya hubungan antar variabel bebas dan terikat. Menurut Sugiyono (2010: 14)

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data besifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Kemudian, penelitian ini ditinjau dari tingkat eksplanasi termasuk penelitian dengan pendekatan asosiatif yaitu untuk mengetahui hubungan antar variabel satu dengan variabel lainnya, yakni budaya sekolah dan pembentukan sekolah efektif.

B. Populasi dan Sampel

(48)
[image:48.595.153.473.139.348.2]

Tabel 3.1

Keadaan Guru di Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

No

Nama Sekolah Jumlah Guru

1 SD Negeri 1 Kampung Baru 19 orang 2 SD Negeri 2 Kampung Baru 21 orang 3 SD Negeri 3 Kampung Baru 11 orang 4 SD Negeri 1 Labuhan Ratu 27 orang 5 SD Negeri 2 Labuhan Ratu 29 orang 6 SD Negeri 3 Labuhan Ratu 18 orang 7 SD Negeri 4 Labuhan Ratu 12 orang 8 SD Negeri 1 Sepang Jaya 24 orang 9 SD Negeri 2 Sepang Jaya 8 orang

Total jumlah guru 169 orang

Sumber: UPTD Kecamatan Labuhan Ratu Bandarlampung

Berdasarkan data di atas, maka diketahui populasi pada penelitian ini berjumlah 169 guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung yang terdiri dari 9 SD Negeri.

(49)
[image:49.595.153.482.278.483.2]

peneliti mengelompokkan SD Negeri di Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung sesuai dengan kriteria tersebut. Peneliti menggunakan guru sebagai objek penelitian karena peneliti dan jumlahnya mampu mewakili sebagai sampel penelitian. Berikut tabel klasifikasi SD Negeri di Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung:

Tabel 3.2

Klasifikasi Sekolah di SD Negeri Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung

No Klasifikasi Nama Sekolah Jumlah

1 Sekolah Efektif

 SD Negeri 2 Kampung Baru

 SD Negeri 2 Labuhan Ratu 2 sekolah

2

Sekolah Cukup Efektif

 SD Negeri 1 Labuhan Ratu

 SD Negeri 1 Kampung Baru

 SD Negeri 1 Sepang Jaya

 SD Negeri 3 Labuhan Ratu

4 sekolah

3

Sekolah Kurang Efektif

 SD Negeri 2 Sepang Jaya

 SD Negeri 3 Kampung Baru

 SD Negeri 4 Labuhan Ratu 3 sekolah

Jumlah Sekolah 9 sekolah

Sumber: UPTD Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung

(50)
[image:50.595.151.473.389.495.2]

ke dalam gelas lalu dikocok dan dikeluarkan empat gulungan kertas tersebut seperti arisan. Nama SD Negeri yang keluar ketika dikocok adalah sekolah yang mewakili klasifikasi sekolah pada tabel di atas untuk dijadikan sampel penelitian. Nama-nama sekolah yang keluar melalui teknik random sampling dan dijadikan sebagai sampel penelitian ini antara lain SD Negeri 1 Kampung Baru, SD Negeri 2 Kampung Baru, SD Negeri 3 Kampung Baru, dan SD Negeri 1 Sepang Jaya. Berikut tabel nama sekolah yang menjadi sampel penelitian:

Tabel 3.3

Keadaan Guru SD Negeri Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nama Sekolah Jumlah Guru

1 SD Negeri 1 Kampung Baru 19 orang 2 SD Negeri 2 Kampung Baru 21 orang 3 SD Negeri 3 Kampung Baru 11 orang 4 SD Negeri 1 Sepang Jaya 24 orang

Total jumlah guru 75 orang

Sumber: UPTD Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung

(51)

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Menurut Sugiyono (2010: 61) variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Sedangkan variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel (dependen) terikat.

Adapun variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel terikat (dependen) pada penelitian ini adalah pembentukan

sekolah efektif yang disimbolkan dengan huruf “Y”.

2. Variabel bebas (independen) pada penelitian ini budaya sekolah yang disimbolkan dengan huruf “X”.

D. Definisi Konseptual Variabel

1. Budaya Sekolah (Variabel X)

(52)

dari semua warga sekolah, keputusan yang diambil berdasarkan konsensus guna meningkatkan komitmen warga sekolah, dan memiliki sistem imbalan yang jelas terhadap perilaku positif.

2. Sekolah Efektif (Variabel Y)

Sekolah efektif merupakan sekolah yang memiliki tujuan yang jelas dan dapat dipahami oleh semua warga sekolah, sekolah yang dapat melaksanakan kepemimpinan yang kuat oleh pemimpinnya, dapat mewujudkan antara harapan dengan hasil yang dicapai, adanya kerjasama antara warga sekolah, orangtua peserta didik, dan masyarakat, mampu membentuk iklim positif agar siswa dapat belajar dengan nyaman, melakukan monitor secara berkesinambungan terhadap kemajuan siswa, serta adanya komitmen yang tinggi dari semua warga sekolah, orangtua peserta didik, dan masyarakat terhadap program pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya komunikasi yang baik oleh semua pihak yang terkait untuk bersama-sama mendorong tercapainya tujuan pendidikan.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Budaya Sekolah (Variabel X)

(53)

pembentukan budaya sekolah dengan dimensi dan indikator budaya antara lain:

1. Norma-norma:

a. Saling menghormati antar warga sekolah

b. Taat beribadah, saling memberi salam antar warga sekolah c. Memakai seragam dengan rapi dan lengkap sesuai atribut d. Bersikap sopan dan disiplin terhadap waktu

2. Kepercayaan stakeholder pada sebuah lembaga:

a. Tenaga pendidik/guru bertanggung jawab melaksanakan tugas sesuai kewajiban masing-masing

b. Warga sekolah melaksanakan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama

c. Pelaksanaan visi, misi, dan tujuan sekolah 3. Lingkungan sekolah:

a. Penataan ruangan kelas yang berfungsi untuk kenyamanan belajar b. Menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekolah

c. Penggunaan rokok dan zat adiktif di sekitar lingkungan sekolah 4. Aturan yang berlaku di sekolah:

a. Menerapkan kebiasaan membaca dan menabung kepada siswa b. Mematuhi setiap tata tertib yang dibuat sekolah

c. Menjaga ketertiban sekolah dan keteladanan

(54)
[image:54.595.158.499.120.252.2]

Tabel 3.4

Daftar Pembobotan Budaya Sekolah

No Pilihan Jawaban Bobot Nilai

1 Selalu (SL) 5

2 Sering (SR) 4

3 Kadang-Kadang (KD) 3

4 Jarang (JR) 2

5 Tidak Pernah (TP) 1

(Riduan, 2008: 12)

2. Sekolah Efektif (Variabel Y)

Sekolah efektif dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala Likert dengan lima pilihan antara lain selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), tidak pernah (TP). Skor total pada penelitian ini diperoleh dari angket yang diberikan dan dijawab oleh guru yang isinya mengenai berbagai macam aspek yang berkaitan dengan pembentukan sekolah efektif dengan dimensi dan indikator sekolah efektif antara lain:

1. Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik: a. Dinyatakan secara jelas

b. Digunakan untuk mengambil keputusan c. Dipahami oleh guru, staf, dan siswa

2. Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala

sekolah:

(55)

b. Kepala sekolah bersikap responsif kepada guru, siswa, orangtua, dan masyarakat

c. Kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan yang berfokus

kepada pembelajaran

3. Ekspektasi guru dan staf yang tinggi:

a. Guru yakin bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi b. Guru menekankan pada hasil akademis

c. Sekolah memandang guru sebagai penentu terpenting bagi

keberhasilan siswa

4. Kerjasama kemitraan antara sekolah, orangtua, dan masyarakat: a. Komunikasi secara positif dengan orangtua

b. Memelihara hubungan serta dukungan orangtua dan masyarakat c. Berbagi tanggungjawab untuk menegakkan dan mempertahankan

kedisiplinan

5. Adanya iklim yang kondusif bagi siswa untuk belajar: a. Sekolah rapi, bersih, dan aman secara fisik

b. Sekolah dipelihara secara baik

c. Sekolah memberi penghargaan kepada yang berprestasi d. Sekolah memberi penguatan terhadap perilaku positif siswa e. Warga sekolah menaati aturan sekolah

f. Warga sekolah menjalankan tugas/kewajiban tepat waktu 6. Kemajuan siswa sering dimonitor:

a. Tugas yang tepat

(56)

c. Kemampuan mengawasi siswa di dalam kelas secara optimal d. Penilaian hasi belajar dari berbagai segi

7. Menekankan kepada keberhasilan siswa:

a. Siswa melakukan hal terbaik untuk mencapai hasil belajar yang optimal, baik yang bersifat akademis maupun nonakademis b. Guru menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan

keterampilan kepada siswa

8. Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program

pendidikan:

a. Guru membantu merumuskan dan melaksanakan tujuan

pengembangan sekolah

b. Warga sekolah mendukung kebijakan sekolah c. Guru menunjukkan profesionalisme dalam bekerja

[image:56.595.158.498.511.634.2]

Berikut tabel tentang pembobotan pada masing-masing pilihan: Tabel 3.5

Daftar Pembobotan Sekolah Efektif

No Pilihan Jawaban Bobot Nilai

1 Selalu (SL) 5

2 Sering (SR) 4

3 Kadang-Kadang (KD) 3

4 Jarang (JR) 2

5 Tidak Pernah (TP) 1

(57)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Angket/Kuesioner

Menurut Sugiyono (2010: 199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Peneliti menggunakan teknik angket dengan menggunakan skala Likert dan diberikan serta dijawab langsung oleh responden yang peneliti anggap mampu menguasai materi tentang permasalahan dari penelitian tersebut. Sehingga peneliti menyebarkan angket kepada guru SD Negeri di Gugus 2 Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013: 231). Peneliti menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data jumlah guru di Sekolah Dasar Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung dalam menentukan jumlah populasi dan sampel penelitian. Data tersebut diperoleh dari UPTD Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung.

G. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas Instrumen

(58)

dilaporkan oleh peneliti. Data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguh-nya terjadi pada objek penelitian. Penelitian ini menggunakan validitas kontruk dengan mengkonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Setelah pengujian konstruk dari ahli selesai maka diteruskan dengan melakukan uji coba instrumen.

Menguji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

�ℎ� �� = � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ }

Keterangan:

�ℎ� ��= Koefisien antara variabel X dan Y

n = Jumlah responden

X = Skor variabel (jawaban responden)

Y = Skor total dari variabel untuk responden ke-n (Siregar, 2013:77)

(59)

instrumen terlebih dahulu di SD 2 Labuhan Ratu yang masih termasuk dalam populasi penelitian ini.

[image:59.595.155.512.238.651.2]

Berikut tabel uji coba validitas instrumen untuk variabel budaya sekolah (X):

Tabel 3.6 Uji Validitas Instrumen Variabel X Item

Pernyataan r Hitung r Tabel Kondisi Simpulan Butir 1 0,778 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 2 0,910 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 3 0,693 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 4 0,778 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 5 0,952 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 6 0,845 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 7 0,952 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 8 0,760 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 9 0,778 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 10 0,529 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid Butir 11 0,376 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 12 0,952 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 13 0,107 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 14 0,952 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 15 0,703 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 16 0,952 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 17 0,602 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 18 0,768 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 19 0,910 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 20 0,662 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 21 0,858 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 22 0,910 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 23 0,910 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 24 0,779 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 25 0,865 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 26 0,910 0,707 r hitung > r tabel Valid

(60)

sehingga tidak dapat digunakan untuk uji instrumen. Jadi hanya 20 item yang dapat digunakan untuk uji instrumen.

[image:60.595.156.513.242.756.2]

Selanjutnya berikut tabel untuk uji coba instrumen variabel sekolah efektif (Y):

Tabel 3.7 Uji Validitas Instrumen Variabel Y Item

Pernyataan r Hitung r Tabel Kondisi Simpulan Butir 1 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 2 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 3 0,849 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 4 0,782 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 5 0,723 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 6 0,782 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 7 0,002 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 8 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 9 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 10 0,782 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 11 0,947 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 12 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 13 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 14 0,782 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 15 0,947 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 16 -0,125 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 17 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 18 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 19 0,358 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 20 0,795 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 21 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 22 0,947 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 23 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 24 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 25 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 26 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 27 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 28 0,782 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 29 0,947 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 30 0,041 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid Butir 31 -0,031 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

(61)

Item

Pernyataan r Hitung r Tabel Kondisi Simpulan Butir 34 0,812 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 35 0,947 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 36 0,125 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 37 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 38 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 39 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 40 0,521 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 41 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 42 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 43 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 44 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 45 0,782 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 46 0,947 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 47 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 48 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 49 0,337 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 50 0,810 0,707 r hitung > r tabel Valid

Butir 51 0,073 0,707 r hitung < r tabel Tidak Valid

Butir 52 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 53 0,949 0,707 r hitung > r tabel Valid Butir 54 0,953 0,707 r hitung > r tabel Valid

(62)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Arikunto (2013: 221) instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Uji reliabilitas instrumen pada penelitian menggunakan internal consistency yakni uji reliabilitas dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja lalu diperoleh data dan dianalisis dengan teknik alpha cronbach. Menurut Siregar (2013: 90) teknik ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen penelitian reliabel dengan rumus sebagai berikut:

a. Menentukan reliabilitas instrumen

� = (� − )� −∑ �� � Keterangan:

n : Jumlah sampel

: Jawaban responden untuk setiap butir soal ∑ : Total jawaban responden untuk setiap butir soal � : varian total

∑ �� : jumlah varian butir � : jumlah butir pertanyaan

� : Koefisien reliabilitas instrumen

(63)
[image:63.595.199.489.108.212.2]

Tabel 3.8 Daftar Interpretasi Koefisien

Koefisien korelasi Tingkat keterandalan 0,800 – 1,000

0,600 – 0,799 0,400 – 0,599 0,200 – 0,399 Kurang dari 0,200

Sangat Kuat Kuat Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber: Sugiyono (2010: 257)

[image:63.595.190.486.365.443.2]

Analisis reliabilitas menggunakan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows, kemudian dikonsultasikan pada tabel tingkat interpretasi koefisien. Dari hasil analisis reliabilitas didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

.978 .977 26

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.986 .988 54

Berdasarkan nilai r hitung untuk variabel budaya sekolah (X) sebesar 0,978 kemudian dikonsultasikan dengan r tabel sebesar 0,707 (0,978 > 0,707).

[image:63.595.214.422.514.621.2]
(64)

r tabelsebesar 0,707 (0,986 > 0,707). Hal ini menunjukkan bahwa variabel budaya sekolah (X) dan variabel sekolah efektif (Y) mempunyai tingkat keterandalan sangat kuat karena berada pada koefisien korelasi 0,800-1,000. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel pada penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang sangat kuat.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan – keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami oleh peneliti dan juga orang lain yang membaca penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, maka teknik analisis datanya menggunakan metode statistik dengan menggunakan korelasi product moment karena data yang dihasilkan interval.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan data yang meliputi perhitungan rata-rata atau mean (M), standar deviasi (SD), modus (Mo), median (Me), frekuensi, nilai maksimum dan nilai minimum serta grafik dari masing-masing variabel dan disajikan dalam bentuk tabel. kencenderungan tinggi rendahnya skor variabel ditetapkan berdasarkan pada kriteria ideal yaitu:

(65)

Keterangan: Mi = Mean ideal

SDi = standar deviasi ideal

Mi = 1/2 (nilai maksimum + nilai minimum) SDi = 1/6 (nilai maksimum – nilai minimum) (Suharsimi Arikunto, 2006: 253)

2. Pengujian Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas terhadap serangkaian data digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametik. Sedangkan bila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik nonparametik. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 17.0 for Windows dengan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5% dengan pengujian jika nilai uji normalitas lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

(66)

Windows untuk taraf signifikan 5%. Jika < α (0,05) maka dikatakan data tersebut homogen.

3. Uji Hipotesis Statistik

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara budaya sekolah terhadap pembentukan sekolah efektif, dengan rumusan sebagai berikut:

Ha : terdapat hubungan yang positif antara budaya sekolah dan

pembentukan sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung.

H0: tidak terdapat hubungan yang positif antara budaya sekolah dan

pembentukan sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung.

Menguji hipotesis antara variabel X dan variabel Y digunakan statistik melalui korelasi product moment. Menurut Siregar (2013:77) rumusnya sebagai berikut:

�ℎ� �� = � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ }

Keterangan:

r hitung = Koefisien antara variabel X dan Y n = Jumlah responden

X = Skor variabel (jawaban responden)

(67)
[image:67.595.198.488.187.307.2]

Kemudian hasil perhitungan korelasi tersebut diinterpretasikan dengan mengacu pada pedoman interpretasi koefisien Siregar (2013:77) sebagai berikut:

Tabel 3.11 Daftar Interpretasi Koefisien r

Koefisien korelasi Tingkat keterandalan 0,800 – 1,000

0,600 – 0,799 0,400 – 0,599 0,200 – 0,399 Kurang dari 0,200

Sangat Kuat Kuat Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber: Sugiyono (2010: 257)

Kriteria pengujian hipotesis jika t hitung > t tabel maka Ha diterima dan

Ho ditolak, jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

dengan taraf signifikan 0,05 atau 5%.

a. Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan rumus sebagai berikut:

� ℎ� �� =�√� − √ − �

Keterangan: t = nilai t hitung

(68)

Disribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2).

Kaidah keputusan:

Jika t hitung > t tabel berarti valid , maka Ha diterima

jika t hitung < t tabel berarti tidak valid, maka H0 ditolak

b. Koefisien Determinasi

Mengetahui sumbangan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) menggunakan rumus koefisien determinansi dengan rumus sebagai berikut:

KP = r2 x 100% Keterangan:

(69)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(70)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam pembahasan, pada bagian ini saran yang dap

Gambar

Tabel
Tabel 2.1Ciri-Ciri Sekolah Efektif
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penambahan konsentrasi dan kenaikan medan magnet luar ini akan terjadi perubahan fase pada larutan etil alkohol, sehingga semakin besar konsentrasi dan medan

Radikalisme dan Terorisme pada Konteks Geo Politik Indonesia: Sebuah Tinjauan Komunikasi dan Media.. Dalam Sri Hastjarjo editor Masa Depan Komunikasi, Masa Depan Indonesia:

Melalui peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak, partisipatory culture terjadi. Secara terbuka, QHWL]HQ yang bertindak sebagai pengguna media baru mengeluarkan

Analisis ragam mengindikasikan bahwa terdapat keragaman antar DH 0 padi beras merah yang diuji pada hampir semua karakter yang diamati yaitu karakter tinggi

ergonomis karena belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai sikap kerja yang baik dalam aktivitas menangani pasien. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti ingin

Berdasarkan atas hasil penelitian dan pemba- hasan, simpulan yang dapat disampaikan adalah: (1) konstruksi guru PKn tentang korupsi di Indonesia sudah sampai pada tahap

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa persepsi kontrol perilaku tidak berpengaruh terhadap pemilihan MKJP karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi pemilihan MKJP

Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Trigonometri Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Explicit Instruction Pada Siswa Kelas X A Sma Islam Sunan Gunung Jati Ngunut