STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLE
DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Skripsi)
Oleh REPKI SEPTORI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLE DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
REPKI SEPTORI
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2014 di Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status nutrisi sapi peranakan ongole berdasarkan bahan pakan, kandungan nutrisi, dan manajemen pemberian pakan yang digunakan oleh peternak sapi peranakan ongole di Kecamatan Bumi Agung. Peternak yang diwawancarai sebanyak 15 orang yang berasal dari tiga desa yaitu Margamulya (5 peternak), Donomulyo (5 peternak), dan Lehan (5 peternak). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode survei kemudian dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan yang digunakan hanya berupa hijauan saja. Rata-rata konsumsi bahan kering 7.32 kg/ekor/hari, sedangkan kebutuhan bahan kering mencapai 7.63 kg/ekor/hari, dan rata-rata konsumsi protein 0.76 kg/ekor/hari, sedangkan kebutuhan protein mencapai 0.88 kg/ekor/hari.
Jadi dapat disimpulkan status nutrisi sapi peranakan ongole di Kecamatan Bumi Agung belum tercukupi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Tanjung Raya Kecamatan Way Tenong Lampung Barat pada tanggal 01 September 1992 yang merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak M.Syafei dan Ibu R.Miyati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Citra Darma, Lampung Barat pada tahun 1998; Sekolah Dasar Negeri 1 Tanjung Raya, Way Tenong Lampung Barat pada tahun 2004; Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat pada tahun 2007; Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat pada tahun 2010.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas
PERSEMBAHAN
Untaian kata sederhana kutulis dengan pena keikhlasan
Untuk segala Cinta, Kasih dan Penantian, Setulus hati kupersembahkan untuk
orang-orang yang berarti dalam kehidupanku
Ayah dan ibu tercinta, kakak-kakakku Eva Susanti dan Nova Irawan
yang senantiasa berdoa untuk keberhasilanku
T
eriring do’a untuk Ayah dan Ibu
tercinta. Semoga Allah SWT kelak
menempatkan keduanya dalam jannah-Nya.
Untuk keluarga besarku dan sahabat-sahabat kupersembahkan penghormatan
dan baktiku.
SANWACANA
Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M.S.--selaku pembimbing utama --atas petunjuk, bimbingan, dan arahannya;
2. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. --selaku pembimbing anggota dan pembimbing akademik--atas bimbingan, petunjuk, dan sarannya;
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Pembahas dan Ketua Jurusan Peternakan--atas izin, bimbingan, dan bantuannya;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung--atas izin yang telah diberikan;
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan atas motivasi, bimbingan, dan saran yang diberikan;
6. Bapak, Ibu, dan kakakku tersayang, beserta keluarga besarku atas kasih sayang, nasehat, dukungan, dan do'a tulus yang selalu tercurah tiada henti 7. teman-teman seperjuangan, Afrizal, Fandi, Fauzan, Dewa, Yuli, Fajar, Jefri,
Silvi, Ayub, Widi, Edo, Owi, Anggiat, Tiwi, Indah, Daniel, Ghulam, Novan, Riko, Rahmat, Jay, Janu, Ari, Oto, Reyno, Rohmat, Miranti, Gabi, Nova, Repi, Imam, Febi, Cheldra, dan Rosa serta angkatan 09, 11, 12, dan 13 yang telah memberi motivasi serta kasih sayang selama ini;
8. teman-teman KKN di Desa Karta Sari, Eni Masfufah, Rahmat, Jendra, Lujeng, Tika, Noni, Rere, Ratna, Ria, dan Adaw yang telah memberikan semangat dan
do’a.
Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 01 Juli 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR... iv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Kegunaan Penelitian... 3
E. Kerangka Pemikiran... 4
F. Hipotesis... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi.…..………... 6
B. Bahan Pakan Ternak Ruminansia... 7
1. Pakan hijauan……….. 8
2. Leguminosa……….……….... 12
3. Daun-daunan……….…... 15
C. Kebutuhan Nutrisi Ternak Ruminansia…... 15
1. Kebutuhan bahan kering... 16
D. Potensi Pertanian Kecamatan Bumi Agung... 17
E. Potensi Peternakan Kecamatan Bumi Agung... 18
F. Pengaruh Pakan Terhadap Pertumbuhan Ternak...…... 20
G. Pengertian Status Gizi... 21
H. Deskripsi Sapi Peranakan Ongole... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 24
B. Waktu dan Lokasi Penelitian... 25
C. Bahan dan Alat Penelitian... 25
D. Peubah Penelitian………... 26
E. Prosedur Penelitian……….….. 26
F. Analisis Data……….………... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Peternakan Sapi di Kecamatan Bumi Agung..………... 29
B. Manajemen Pakan dan Bobot Tubuh Sapi...………... 31
1. Konsumsi hijauan dan bobot tubuh sapi……...…………... 31
2. Intensitas pemberian pakan………...………... 35
C. Prediksi Bahan Kering yang Terkonsumsi………... 35
D. Prediksi Protein Kasar yang terkonsumsi………... 40
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………... 44
B. Saran………. 44
DAFTAR PUSTAKA... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan nilai nutrisi jerami jagung... 9
2. Kandungan unsur-unsur nutrien dalam singngkong... 10
3. Kandungan nutrisi rumput dan leguminosa di lahan perkebunan... 12
4. Luas areal pertanian di Kecamatan Bumi Agung... 18
5. Populasi ternak ruminansia di Kecamatan Bumi Agung... 19
6. Kebutuhan nutrisi pakan sapi………... 21
7. Populasi sapi di Kecamatan Bumi Agung... 29
8. Jumlah sapi yang dipelihara dari 15 peternak... 30
9. Konsumsi hijauan dan bobot tubuh sapi di Desa Margamulya... 32
10.Konsumsi hijauan dan bobot tubuh sapi di Desa Donomulyo... 33
11.Konsumsi hijauan dan bobot tubuh sapi di Desa Lehan... 34
12.Rata-rata bobot tubuh dan umur sapi dari 3 desa... 35
13.Prediksi konsumsi BK di Desa Margamulya... 36
14.Prediksi konsumsi BK di Desa Donomulyo... 37
15.Prediksi konsumsi BK di Desa Lehan... 38
16.Rata-rata konsumsi bahan kering dari 3 desa... 39
17.Prediksi konsumsi PK di Desa Margamulya... 40
18.Prediksi konsumsi PK di Desa Donomulyo... 41
19.Prediksi konsumsi PK di Desa Lehan... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik kebutuhan dan konsumsi bahan kering.………..….………….. 39 2. Grafik kebutuhan dan konsumsi protein kasar.………..….………….. 43 3. Survei ke rumah peternak di Kecamatan Bumi Agung………. 49 4. Mengamati jenis hijauan yang diberikan…………..……….………… 49 5. Timbangan untuk menimbang pakan.………..….…………..……….. 50 6. Timbangan untuk menimbang sampel pakan.………..….….……….. 50 7. Pengukuran lingkar dada.………..….……….……….. 51
8. Daun singkong yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak.……….….. 51
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana pemeliharaan, apabila kebutuhan pakan tidak terpenuhi maka akan berdampak pada status gizi ternak. Status gizi ternak merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ternak yang diindikasikan oleh bobot tubuh dan tinggi badan ternak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dari status gizi yaitu cuaca, ketersediaan bahan pakan, kualitas pakan, dan kebersihan sekitar lingkungan ternak. Faktor internal meliputi umur ternak, kesehatan ternak, dan genetik.
2
Bahan pakan sapi yang utama terdiri dari hijauan yang mengandung nutrisi sebagai sumber serat, energi, dan protein. Bahan pakan sumber serat meliputi rumput-rumputan, limbah pertanian (jerami padi, kedelai, tumpi, kulit buah kopi, kulit buah coklat), dan lainnya. Sumber energi meliputi dedak, katul, onggok, jagung, tetes, dan lainnya. Sumber bahan pakan yang mengandung protein dapat diperoleh dari legum dan konsentrat yang terdiri dari bungkil-bungkilan, tepung ikan, ampas tahu, dedak, dan lainnya.
Kebutuhan nutrisi bagi ternak sangat tergantung pada status fisiologis, jenis kelamin, dan kesesuaian berat tubuhnya. Sebagai contoh, jumlah pakan (bahan kering) yang dibutuhkan oleh sapi dara berbeda dibandingkan sapi penggemukan walaupun dengan bobot tubuh awal yang sama.
3
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah laju pertambahan bobot tubuh sapi lokal rendah, terutama untuk mencapai standar ekspor. Standar bobot tubuh di pasaran ekspor sapi 480 kg dengan umur 2.5—3.0 tahun. Pencapaian standar bobot tubuh tersebut dapat diupayakan melalui perbaikan mutu pakan. Perbaikan mutu pakan dapat diketahui setelah mengetahui hasil identifikasi status gizi dari beberapa daerah di Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Lampung Timur.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1. mengetahui nilai nutrien sapi yang terdapat di Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Lampung Timur,
2. mengamati bobot tubuh sapi yang dipelihara di Kecamatan Bumi Agung untuk mengetahui status gizinya,
3. mengetahui kandungan nutrisi bahan pakan yang diberikan pada sapi yang berasal dari hijauan dan limbah pertanian,
4. membandingkan antara nutrisi yang diberikan oleh peternak dengan kebutuhan nutrisi pada sapi.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada peternak untuk melakukan perbaikan mutu pakan dan memberikan informasi mengenai
4
E. Kerangka Pemikiran
Provinsi Lampung memiliki potensi untuk perkembangan sapi, sehingga pemerintah setempat memiliki program khusus untuk menjadikan Provinsi Lampung menjadi sentral produksi sapi. Permasalahan yang dihadapi adalah laju pertambahan bobot tubuh sapi lokal rendah karena rendahnya mutu pakan,
ditambah dengan kurangnya wawasan dan informasi yang dimiliki oleh peternak tentang kandungan nutrisi dalam bahan pakan.
Bumi Agung merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Kecamatan Bumi Agung merupakan kawasan
pertanian, perkebunan, dan peternakan, tetapi yang paling berkembang di Kecamatan Bumi Agung adalah bidang pertanian dan peternakan. Hal ini dapat dilihat dari komoditi pertanian yang ada di Kecamatan Bumi Agung salah satunya adalah jagung, singkong dan padi. Lahan pertanian yang ada di Kecamatan Bumi Agung adalah 3.889,5 ha, dengan populasi sapi 865 ekor.
Meningkatnya produksi ternak diiringi dengan peningkatan kebutuhan pakan yang harus terpenuhi setiap harinya. Kebutuhan pakan yang harus dipenuhi adalah konsentrat dan hijauan. Hijauan merupakan sumber serat kasar yang sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia untuk menghasilkan VFA (Volatile Fatty Acids) sebagai sumber energi.
5
2. potensi sumber daya pakan lokal berlimpah;
3. pengembangan dari teknologi hasil peternakan yang digunakan sebagai pakan alternatif;
4. keberadaan kelompok peternak sapi yang ada di Provinsi Lampung.
Upaya perbaikan laju pertumbuhan produksi ternak sapi dapat dilakukan salah satunya dengan perbaikan mutu pakan. Peternak harus mendapatkan informasi tentang status gizi ternak mereka, selanjutnya perbaikan mutu pakan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya pakan yang berlimpah di daerah tersebut. Zat nutrisi meliputi protein, energi, mineral, karbohidrat, dan lemak.
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan yang merupakan hasil interaksi antara konsumsi pakan, tubuh dan lingkungan yang bermanifestasi terhadap keadaan fisik, biokimia, dan antropometri individu. Status gizi baik tercapai apabila terdapat keseimbangan antara konsumsi nutrisi dengan kebutuhan tubuh. Zat nutrisi ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, aktivitas, pertumbuhan dan produksi. Faktor-faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi adalah konsumsi nutrisi dan kebutuhan nutrisi. Konsumsi nutrisi dipengaruhi oleh jenis pakan dan jumlah yang dikonsumsi, sedangkan kebutuhan nutrisi tergantung pada umur dan bobot tubuh.
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sapi yang berada di
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsumsi
Menurut Parakkasi (1999) konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup dan produksi. Kemampuan sapi mengkonsumsi pakan sangat terbatas. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum pada ruminansia yaitu pakan yang diberikan, ternak itu sendiri dan lingkungannya.
Faktor pakan antara lain bentuk, komposisi nutrien, rasa dan tekstur. Sifat pakan seperti bulky atau amba juga dapat mempengaruhi konsumsi. Menurut Lubis (1992) bahwa pakan yang mempunyai serat kasar tinggi seperti jerami padi memiliki sifat amba, sifat amba ini akan menimbulkan sensasi rasa kenyang yang lebih cepat pada ternak ruminansia, sehingga ternak akan mengurangi konsumsi pakan jenis ini. Semakin meningkatnya nilai nutrisi suatu ransum akan
7
Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup dan penting dimaksimalkan guna meningkatkankan produksi, konsumsi dapat ditentukan dari kadar suatu zat makanan dalam ransum untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok. Pakan yang berkualitas baik, tingkat konsumsinya juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang berkualitas lebih rendah, ternak yang
mempunyai sifat dan kapasitas konsumsi yang lebih tinggi, produksinya pun relatif akan lebih tinggi dibanding ternak dengan kapasitas atau sifat konsumsi yang rendah (Kartadisastra, 1997).
B. Bahan Pakan Ternak Ruminansia
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh ternak yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Darmono (1999)
menjelaskan bahwa bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun yang dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya.
8
1. Pakan hijauan
Menurut Tillman et al., 1991 pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, termasuk batang, ranting, dan bunga. Hijauan biasanya diberikan dalam bentuk segar, silase atau hay. Lubis (1992) mengemukakan bahwa pakan sebaiknya diberikan pada ternak dalam keadaan segar. Pakan yang baik diberikan dengan perbandingan 60:40, apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55:45 dan hijauan yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi 64:36 (Parakkasi, 1999).
a. Jerami jagung
Jerami jagung merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia terutama pada musim kemarau di daerah yang padat ternaknya (Rangkuti,1987). Jerami jagung merupakan bagian batang dan daun jagung yang telah dipanen jenggel jagungnya. Jerami jagung ada yang segar dan ada yang kering. Jerami jagung kering yaitu bagian batang dan daun jagung yang dibiarkan kering di ladang pada saat jenggel jagung sudah dipetik. Jerami jagung segar yaitu bagian batang dan daun jagung yang masih dalam keadaan hijau yang dihasilkan dari produksi jagung untuk keperluan pangan.
9
pada dataran rendah berkisar 3--4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1.000 m di atas permukaan laut berumur 4--5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur 1 hari (Subandi et al., 1988).
Tabel 1. Kandungan nilai nutrisi jerami jagung
Kandungan Zat Kadar Zat (%)
Rangkuti (1987) menyatakan bahwa kandungan zat makanan hijauan jagung muda pada BK 90% adalah PK 11,33%, SK 28,00%, LK 0,68%, BETN 49,23%, Abu 10,76%, NDF 64,40%, ADF 32,64% dan TDN 53,00%.
Nilai gizi hijauan jagung mempunyai bahan kering 39,8%, jagung juga memiliki hemiselulosa 6,0%, lignin 12,8%, silika 20,4%. Hal ini disebabkan oleh sebagian zat-zat makanan yang terkandung dalam hijauan tanaman telah terdistribusi ke dalam biji-bijiannya (Subandi et al., 1988).
10
masih kering atau segar dipotong-potong untuk dibuat silase. Pada periode jerami jagung segar kaya akan gizi terutama zat gula sehingga membantu proses
fermentasi dan silase yang terbentuk lebih disukai ternak dengan total nutrien tercerna 60--70% dan protein sekitar 11--15% (Tangendjaja dan Wina, 2006).
b. Daun singkong
Daun singkong merupakan sumber hijauan yang potensial untuk ternak. Daun singkong bisa dimanfaatkan melalui defoliasi sistematis setelah umbi singkong dipanen (Martindah dan Kusuma, 2007). Daun singkong memiliki nilai nutrien yang tinggi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Biaya produksi daun singkong tergolong murah, dan daun singkong yang diproduksi tidak
dimanfaatkan dengan baik, karena umbinya yang merupakan produk komersial utama dari tanaman singkong (Rusidiana, 2011).
Tabel 2. Kandungan unsur-unsur nutrien dalam singkong
Bahan BK PK LK SK BETN
%
Daun b 25.3 25.10 12.70 11.40 46.10
Batang a - 10.90 - 22.60 47.90
Umbi b 30.8 2.30 1.40 3.40 88.90
Kulit b 29.6 4.90 1.30 16.60 68.50
Sumber: Devendra (1977)a, Ramli dan Rismawati (2007)b
Daun singkong memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu sebesar >20% dan untuk daun singkong muda mengandung protein sebesar 21--24% (Afris, 2007). Sejak tahun 1970 daun singkong telah dimanfaatkan sebagai pakan ternak
11
Fe, Mn, Zn, Vitamin A, dan B2 (riboflavin) yang baik (Ravindran, 1992).
Komponen protein akan menurun berdasarkan umur panen singkong, semakin tua umur panen maka presentase protein pada daun singkong akan semakin kecil, sebaliknya jika umur panen singkong lebih muda maka persentase protein pada daun singkong semakin besar (Martindah dan Kusuma, 2007).
Komponen nutrien yang paling baik pada tanaman singkong berumur 4 bulan, protein mencapai puncaknya, interval depoliasi tiap 2 bulan sekali akan
menambah presentase protein dan meningkatkan rasio protein dan energi, apabila terlalu sering didefoliasi akan meningkatkan kadar HCN pada daun singkong (Rusdiana, 2011). Menurut Hartadi et al., (1980) nilai nutrisi protein kasar daun singkong dengan tangkainya mencapai 28.66%, kandungan protein daun singkong umumnya berkisar antara 20--36% dari bahan kering, kisaran ini disebabkan perbedaan varietas, kesuburan tanah, dan komposisi campuran daun dan tangkainya.
c. Rumput dan leguminosa di perkebunan karet dan sawit
Perananan penting dari perkebunan karet dan kelapa sawit terhadap sektor peternakan ialah penyediaan pakan ternak berupa rumput segar. Areal
perkebunan yang cukup luas dan jarak tanam antar tanaman perkebunan terlalu renggang, merupakan lahan yang potensial untuk budidaya hijauan makanan ternak guna mendukung integrasi ternak dan lahan perkebunan. Rumput yang memiliki sifat toleran terhadap naungan adalah Rumput benggala (Panicum maximum), rumput bede (Brachiaria decumbens), Calopogonium caeruleum,
12
Tabel 3. Kandungan nutrisi rumput dan leguminosa di lahan perkebunan
Rumput dan leguminosa BK SK LK PK BETN Abu TDN
Fungsi rumput dalam perkebunan karet dan kelapa sawit adalah produksi bahan kering dan energi untuk pakan ternak, tetapi nutrisi untuk memenuhi kebutuhan ternak dalam lahan perkebunan yang berasal dari rumput belum cukup, sehingga perlu penambahan tanaman legum pada lahan tersebut. Fungsi legum dalam padang penggembalaan adalah menyediakan atau memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama fosfor dan kalsium.
2. Leguminosa
Leguminosa adalah tanaman dikotilledon (bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut juga berkeping dua). Famili tanaman leguminosa terbagi atas tiga sub-famili yaitu Mimosaceae, Caesalpinaceae dan Papilionaceae. Mimosaceae adalah tanaman perdu berkayu dengan bunga biasa sedangkan Caesalpinaceae mempunyai bunga irregular. Papilionaceae adalah tanaman semak berkayu dengan bunga papilionate atau berbentuk seperti kupu-kupu.
13
sehingga terbentuk bintil-bintil atau nodul-nodul akar. Antara bakteri dan tanaman leguminosa terjadi simbiose mutualistik. Untuk pertumbuhannya, bakteri menggunakan nitrogen yang diserap dari udara dan kemudian populasi bakteri yang mati menjadi sumber nitrogen untuk pertumbuhan tanaman leguminosa.
Manurung (1996) menyatakan bahwa hijauan leguminosa merupakan sumber protein yang penting untuk ternak ruminansia. Keberadaannya dalam ransum ternak akan meningkatkan kualitas pakan. Leguminosa memegang peranan penting sebagai hijauan pakan ternak dan rumput-rumputan serta mempunyai sifat-sifat yang baik sebagai bahan pakan yang mempunyai kandungan protein dan mineral yang tinggi (Lubis, 1992).
Tanaman leguminosa meskipun mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi tetapi hanya dapat digunakan sebagai campuran pakan hijauan paling banyak 50% dari total hijauan yang diberikan (Susetyo, 1980). Leguminosa terdapat zat anti nutrisi seperti mimosin, anti tripsin, dan juga mempunyai banyak bulu sehingga
palatabilitasnya rendah. Jenis leguminosa antara lain Sentro (Centrosema
pubescens, Puero (Pueraria phaseoloidse), Kalopo (Calopogonium muconoides),
Gamal (Gliricida maculata), Lamtoro (Leucaena Leucocephala).
a. Sentro (Centrosema pubescens)
Centrosema pubescens merupakan leguminosa yang berasal dari Amerika Selatan,
14
menjalar atau memanjat, batang agak tumbuh berbulu dan tidak berkayu,
mempunyai tiga daun pada setiap tangkai (trifoliat), berambut, panjangnya 5--12 cm dan lebar 3--10 cm (Soegiri dan Damayanti, 1982).
b. Puero (Pueraria phaseoloidse)
Leguminosa ini disebut juga puero, tropikal kudzu, kacang ruji (Jawa) yang berasal dari India timur dan siklus hidupnya perennial. Ciri-ciri leguminosa ini adalah tumbuh merambat, membelit, memanjat, sifat perakarannya (pada buku) dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, warna bunga ungu kebiruan. Adaptasi leguminosa ini adalah tumbuh di daerah tropika, curah hujan lebih dari 1.270 mm/th, ketinggian 0--1.000 m, suhu sedang sampai dengan tinggi, tidak tahan suhu rendah, tahan musim kering panjang, kisaran tanah luas, tanah masam miskin Ca dan P, responsif terhadap pupuk P, sebagai legum pioner, tahan
genangan (Reksohadiprojo, 1984).
c. Kalopo (Calopogonium muconoides)
Calopogonium mucunoides merupakan tanaman leguminosa yang berasal dari
15
3. Daun-daunan
Adapun yang dimaksud dengan daunan dalam sub-bab ini adalah daun-daunan dari tanaman yang tidak tergolong sebagai jenis tanaman yang secara konvensional dikenal sebagai hijauan pakan ternak seperti rumput-rumputan ataupun leguminosa. Penggunaan daun-daunan ini umumnya dapat diamati di kawasan pertanian intensif di negara-negara tropis, khususnya pada musim kemarau yang merupakan periode dimana jenis-jenis hijauan pakan ternak konvensional sulit didapatkan. Beberapa jenis daun-daunan yang dimaksud misalnya berasal dari tanaman alpukat (Persea sp), nangka (Artocarpus sp) dan pisang (Musa sp). Jenis-jenis pohon yang daunnya dilaporkan digunakan sebagai pakan ruminansia di kawasan asia meliputi Erythrina variegata, Ficus (F.
exasperata, F. bengalnensis, F. religiosa), Albizia lebbeck, Tamarindus indica,
Cajanus cajan (Utomo, 1999).
C. Kebutuhan Nutrisi Ternak Ruminansia
Faktor yang menentukan keberhasilan suatu peternakan yaitu pemberian
pakan. Sapi akan memiliki kualitas dan kuantitas output yang baik, bila kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan cukup baik. Untuk mencegah kerugian,
pemberian pakan harus diperhitungkan secara cermat dan harus dilakukan secara efisien. Kemampuan ternak ruminansia dalam mengkonsumsi ransum
16
bahan toksik dan anti nutrisi; 3) faktor lain yang meliputi suhu dan kelembaban udara, curah hujan, lama siang atau malam hari serta keadaan ruangan kandang dan tempat ransum, sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh sapi khususnya sapi pejantan harus mempunyai informasi yaitu kondisi dan bobot tubuh sapi serta jenis dan komposisi makanan misalnya bahan kering, TDN, dan protein (Parakkasi, 1999).
1. Kebutuhan bahan kering
Bahan kering (BK) adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah
dihilangkan airnya. Jumlah pemberian ransum dapat diperkirakan dari kebutuhan bahan kering. Jumlah bahan kering yang dapat dikonsumsi sapi sangat beragam, sesuai dengan kondisi lingkungan, berkisar 2,2%--3,0% dari bobot tubuh (Sutardi, 1981).
Konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya: 1) faktor pakan yang meliputi daya cerna dan palatabilitas; 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur, dan kondisi kesehatan ternak. Fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran
pencernaan dan merangsang pembentukan enzim. Apabila ternak kekurangan bahan kering menyebabkan ternak merasa tidak kenyang (Lubis, 1992).
2. Kebutuhan protein
17
rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen, dan sebagian kecil dari protein endogenus (Tillman et al., 1991). Kondisi tubuh ternak yang normal dapat dipertahankan melalui konsumsi protein dalam jumlah yang cukup. Defisiensi protein dalam ransum akan memperlambat pengosongan perut sehingga menurunkan konsumsi (Ensminger, 1961).
Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia dapat dinyatakan dalam bentuk protein kasar (PK) atau protein dapat dicerna (Prdd). Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat di dalam pakan dikalikan dengan 6,25, sedangkan Prdd adalah protein pakan yang dapat dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan (Parakkasi, 1999). Kekurangan protein pada sapi dapat menghambat
pertumbuhan, sebab fungsi protein adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, bahan baku pembentukan antibodi, enzim, dan hormone (Anggorodi, 1984).
D. Potensi Pertanian Kecamatan Bumi Agung
Kecamatan Bumi Aguung mempunyai lahan pertanian seluas 3.889,5 ha. Pertanian yang ada di Kecamatan Bumi Agung meliputi jagung, singkong, padi, kacang tanah, ubi jalar, dan kacang hijau. Dari beberapa tanaman yang ditanam di Kecamatan Bumi Agung, jagung dan singkong memiliki luas lahan yang lebih luas dibandingkan tanaman pertanian lainnya. Luas areal jagung sekitar 460 ha, luas areal singkong sekitar 1.880 ha, dan luas areal padi sekitar
18
Tabel 4. Luas areal pertanian di Kecamatan Bumi Agung
Jenis tanaman Luas (ha)
Padi sawah 1177
Sumber: Lampung Timur Dalam Angka (2012).
Jenis tanaman pertanian yang memiliki luas lahan paling luas di Kecamatan Bumi Agung adalah jagung dan singkong. Selain tanaman jagung dan singkong, tanam-an padi sawah dtanam-an padi ladtanam-ang juga dittanam-anam oleh masyarakat setempat. Luas areal lahan untuk tanaman padi sawah dan padi ladang adalah 1.437,5 ha. Luas areal pertanian yang dimiliki merupakan salah satu potensi untuk
mengembangkan dan memajukan Kecamatan Bumi Agung.
E. Potensi Peternakan Kecamatan Bumi Agung
19
Tabel 5. Populasi ternak ruminansia di Kecamatan Bumi Agung
Jenis Ternak Jumlah(ekor) Sumber: Dinas Pertanian Kecamatan Bumi Agung (2013).
Populasi ternak terbanyak di Kecamatan Bumi Agung adalah kambing yang men-capai 2.083 ekor, ternak terbanyak kedua sapi yang mencaapai 865 ekor.
Kambing dan sapi dikembangkan karena mudah beradaptasi, reproduksi yang baik dan tingkat konsumsi pakan tinggi. Kedua ternak dipelihara secara semi intensive oleh penduduk Kecamatan Bumi Agung karena sebagian dari ternak tersebut di-jadikan sumber pembibitan dan penggemukan.
Masyarakat Kecamatan Bumi Agung lebih memilih memelihara sapi dan kambing dibandingkan kerbau dan domba. Usaha masyarakat di Kecamatan Bumi Agung idealnya tetap bertahan pada usaha pertanian dan peternakan, ini tentu saja dapat dijadikan produksi andalan untuk menarik perhatian pemerintah dalam
20
F. Pengaruh Pakan Terhadap Pertumbuhan Ternak
Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan faktor lingkungan (70%). Faktor lingkungan (iklim dan pakan) merupakan faktor terbesar yang dapat mempengaruhi produtivitas seekor ternak. Pemberiaan pakan dan nutrisi yang efisien bergantung pada cara pemberian pakan, tingkat manajemen pemberian pakan, dan ketersediaan nutrisi untuk mendapatkan produksi yang tinggi (Pratomo, 1986).
Pakan untuk ternak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu hijauan dan konsentrat (Williamson dan Payne, 1993). Hijauan adalah pakan yang mengandung serat kasar tinggi, sedangkan kosentrat didefinisikan sebagai bahan pakan atau campuran pakan yang melengkapi kebutuhan nutrisi utama. Hijauan sangat penting bagi ternak ruminansia terutama bagi sapi sebagai makanan pokok.
Besarnya kebutuhan pakan sapi menggambarkan kemampuannya dalam memanfaatkan pakan untuk mencukupi kebutuhan tubuhnya.
21
Tabel 6. Kebutuhan nutrisi pakan sapi
Uraian bahan (%)
Sumber: Wahyono dan Hardianto (2004)
Dalam penyusunan pakan ternak sapi potong, formulasinya harus dapat menyediakan nutrisi yang diperlukan sebagai komponen pembangun dan pengganti sel-sel tubuh yang rusak serta produksinya. Kebutuhan nutrisi dipengaruhi beberapa hal seperti:
tingkat pertumbuhan (status faali);
ukuran tubuh ternak, lingkungan, keturunan;
penyakit, parasit, jenis ternak;
G. Pengertian Status Gizi
Status nutrisi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara pemasukan zat nutrien dan pengeluaran oleh organisme yang menunjukan keadaan kesehatan individu yang dipengaruhi oleh masukan zat nutrien dan penggunaannya. Menurut Khomsan (2004) status gizi adalah suatu keadaan kesehatan yang merupakan hasil interaksi antara konsumsi pakan dan lingkungan yang bermanifestsi terhadap keadaan fisik, dan status faali.
22
penggunaan makanan (Suharjo, 2003). Menurut Almatsier (2005)
mengungkapkan ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status nutrisi, istilah-istilah tersebut sebagai berikut:
a. nutrisi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbs, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ organ serta menghasilkan energi;
b. keadaan nutrisi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat nutrisi dan penggunaan zat-zat giz tersebut, atau keadaan fisiologi dari ketersediaan zat nutrisi dalam tubuh;
c. malnutrition (gizi salah) adalah keadaan patofisiologis akibat dari kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat nutrisi, ada tiga bentuk malnutrisi diantaranya adalah : (1) Under nutrition, kekurangan
konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu, (2) Specific deficiency, kekurangan zat nutrisi tertentu, (3) Over nutrition, kelebihan
konsumsi pangan untuk periode tertentu.
H. Deskripsi Sapi Peranakan Ongole (PO)
Sapi PO merupakan hasil pemuliaan melalui sistim persilangan dengan grading up sapi jawa dan sumba ongole (SO) lewat setengah abad silam. Sapi PO di
23
putih, mempunyai perawakan yang besar, bergumba pada pundaknya dan
mempunyai gelambir yang menjulur sepanjang garis bawah leher, dada sampai ke pusar (Abidin, 2002).
Keunggulan sapi PO yaitu memiliki daya adaptasi terhadap iklim tropis yang tinggi, tahan terhadap panas, tahan terhadap gangguan parasit seperti gigitan nyamuk dan caplak, disamping itu juga menunjukkan toleransi yang baik terhadap pakan yang mengandung serat kasar tinggi (Astuti, 2003). Secara genetik, sapi PO tidak peka terhadap perubahan temperatur udara lingkungan dikarenakan sapi PO mempunyai kulit lebih tipis dibandingkan sapi dari daerah subtropis, sehingga sapi PO mempunyai kelenjar keringat per luasan kulit yang lebih banyak (Abidin, 2002).
256
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode survei.
Umumnya, penelitian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Provinsi Lampung merupakan salah satu lumbung ternak terbesar di Indonesia, terdiri dari beberapa kabupaten yang menunjang populasi ternak yang cukup besar, yaitu Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur.
Populasi sapi dalam penelitian ini adalah sapi di seluruh desa yang dimiliki
peternak di Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur yang merupakan salah satu dari 3 kabupaten yang memiliki populasi sapi terbesar di Lampung. Menurut Gay dan Dielh (1992) jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimumnya adalah 10% dari populasi. Pengambilan sampel digunakan teknik random sampling (sampel acak). Penentuan responden penelitian ini adalah
25
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan data dari peternak dilaksanakan pada Desember--Januari 2014. Mengingat keterbatasan waktu dana, dan tenaga maka tidak semua jumlah dalam populasi diteliti sebagai objek penelitian. Penentuan lokasi survei dengan lokasi survei 3 desa di Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, yaitu Desa Margamulya, Desa Donomulyo, dan Desa Lehan.
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
- hasil wawancara dan kuisioner dari 15 peternak yang berasal dari Desa Margamulya (5 peternak), Desa Donomulyo (5 peternak), Desa Lehan (5 peternak);
- pakan hijauan yang akan diberikan oleh ternak, untuk dianalisis kandungan nutrisinya;
- sapi PO dengan bobot tubuh antara 200--300 kg sebanyak 30 ekor.
2. Alat Penelitian
26
D. Peubah Penelitian
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. data bobot tubuh,
merupakan data tentang perbandingan bobot tubuh antara data literatur dan data di lapangan;
2. data konsumsi bahan kering,
merupakan identifikasi perbandingan perkiraan bahan kering yang dikonsumsi dengan kebutuhan bahan kering;
3. data konsumsi protein kasar,
merupakan identifikasi perbandingan perkiraan protein kasar yang dikonsumsi dengan kebutuhan protein kasar.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. melakukan survei ke lokasi peternakan untuk melakukan wawancara
menggunakan kuisioner;
2. melihat dan mengamati jenis pakan yang diberikan oleh peternak yang berupa hijauan dan konsentrat;
3. mengamati jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak per harinya; 4. mengukur lingkar dada sapi untuk mengetahui bobot tubuh dengan
menggunakan rumus Scroll sebagai berikut: (LD + 22)²
BT =
27
Keterangan:
BT = Bobot Tubuh (kg) LD = Lingkar Dada (cm)
5. analisis kadar air dilakukan dengan memanaskan cawan perselin beserta tutupnya kedalam oven 105ºC selama ± 1 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian menimbang cawan porselin beserta tutupnya dan mencatat bobotnya (A). Masukkan sampel ke dalam
cawan porselin sekitar satu gram kemudian dicatat bobotnya (B). Panaskan cawan porselin yang berisi sampel di dalam oven 105ºC selama 6 jam dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Selanjutnya ditimbang cawan
porselin tanpa tutup berisi sampel analisis (C). Kemudian hitung kadar air dengan rumus sebagai berikut : 6. menghitung kadar bahan kering dengan rumus sebagai berikut : BK = 100% — KA
Keterangan :
BK = kadar bahan kering (%) KA = kadar air (%)
28
Rumus perhitungan konsumsi bahan kering: BK
Konsumsi BK = × konsumsi pakan (kg) 100
8. menghitung konsumsi protein dengan cara persentase PK dikalikan dengan BK yang dikonsumsi, dengan rumus sebagai berikut :
PK
Konsumsi PK = x konsumsi BK (kg) 100
9. Membandingkan kebutuhan bahan kering dan protein yang diperoleh dengan literatur yang ada.
F. Analisis Data
44
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa status nutrisi di Kecamatan Bumi Agung belum tercukupi, rata-rata konsumsi bahan kering 7.32 kg/ekor/hari dan kebutuhannya 7.63 kg/ekor/hari, sedangkan rata-rata konsumsi protein kasar 0.76 kg/ekor/hari dan kebutuhannya 0.88 kg/ekor/hari, untuk konsumsi energi belum diketahui karena dalam penelitian ini tidak dihitung. Pakan yang digunakan hanya berupa hijauan yang terdiri dari rumput gajah, daun singkong dan
batangnya, jerami jagung, rumput lapang yang tumbuh di bawah pohon karet dan sawit.
B. Saran
Perlu dilakukan sosialisasi terhadap peternak tentang wawasan untuk pemberian bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan seperti:
1. memperkenalkan jenis tanaman leguminosa sebagai hijauan sumber protein dan memaksimalkan dalam penggunaan dalam ransum;
2. menyusun kosentrat dari hasil pertanian atau bahan alternatif lainnya sebagai pakan tambahan;
45
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta Afris, M. 2007. Pengolahan Limbah Pertanian sebagai Pakan. Universitas
Andalas. Padang
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Anggorodi, R. 1984. Ilmu Pakan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta
Anonim. 2012. Terminologi: Budidaya Tanaman Singkong.
http://manglayang.blogsome.com/2013/04/21/terminologi-bahan-pakan-dari hasil ikutan-industri-pangan/. Diakses 28 Oktober 2013
Astuti. 2003. Potensi dan Keragaman Sumber Daya Genetik Sapi PO. Wartazoa Blakely, J. dan D.H, Blade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Crowder, L.V. and H.R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman Group. New York
Darmono. 1991. Tatalaksana Usaha Sapi Keraman. Kanisius. Yogyakarta Dinas Pertanian Kecamatan Bumi Agung. 2013. Data Pertanian dan Peternakan
Kecamatan Bumi Agung. Dinas Pertanian Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur. Lampung
Devendra, C. 1977. Cassava as a Feed Source for Ruminants. In: Nestle B. And Graham, M. Cassava as Animal Feed. IDRC. Canada
Eggum, O.L. 1970. The Protein Quality of Cassava Leaves. British Journal Of Nutrition
Ensminger, M.E. 1961. Nilai Konversi AU pada Ternak Ruminansia. http://stpp Malang.ac.id//nilai-koversi-AU-pada-berbagai-jenis-dan-umur-fisiologi- ternak. Diakses 10 Desember 2013
46 Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Hartadi, H. 2005. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gajahmada University Press. Yogyakarta
Hartadi, H., L.C. Kearl, S. Reksohadiprojo, L.E. Harris dan S. Lebdosukoyo. 1980. Tabel-tabel dari komposisi bahan makanan. Data ilmu makanan ternak untuk Indonesia. Gadjahmada University Press. Yogyakarta
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta
Kearl, L.C. 1982. Nutrition Requirement of Ruminant in Developing Countries. Utah State University Logah. USA
Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Gramedia. Jakarta
Lampung Timur Dalam Angka. 2012. Luas Areal Pertanian di Kecamatan Bumi Agung. Kecamatan Bumi Agung Dalam Angka. Lampung
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta Manurung, T. 1996. Penggunaan hijauan leguminosa pohon sebagai sumber
protein ransum sapi potong. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
Martindah dan Kusuma. 2007. Pengembangan Peternakan Sapi Perah Terintegrasi Dengan Industri Bio Etanol Berbahan Singkong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor
McDonald and C.A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 5th Edition. Longman Scientific and Technical, Inc. New York
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan Pertama Penerbit UP. Jakarta
Pratomo, B. 1986. Cara Menyusun Ransum Ternak. Poultri Indonesia
Ramli, N dan Rismawati. 2007. Integrasi Tanaman Singkong dan Unggas. IPB. Bogor
Rangkuti, M. 1987. Meningkatkan Pemakaian Jerami Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia Dengan Suplementasi. Bioconvertion Project Workshop on Crop residues For Feed and Other Purposes. Grati
47 Reksohoadiprodjo, S. 1979. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
BPFE. Yogyakarta
Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta Rusidiana. 2011. Analisis Ekonomi Penggemukan Sapi Perah Berbasis Tanaman Ubi
Kayu Di Pedesaan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor Santoso, U. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.
Jakarta
Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta Soegiri, H. dan S. Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan
Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta
Soeparno. 1993. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Subandi, M.M., Dahlan, M.D., Moentono, Iskandar S., Sudaryono, dan M. Sudjaji. 1988. Status Penelitian Jagung dan Sorgum. Risalah Simposium II Penelitian Tanaman Pangan. Ciloto. Bogor
Sugeng, B. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta
Susetyo, B. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB. Bogor
Sutardi. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Pakannya. Bogor. Departemen Ilmu Makanan Ternak. IPB
Tangendjaja, B dan E. Wina. 2006. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak. Bogor
Tillman, A.D., S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Wahyono. D.E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Grati. Pasuruan