• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN SERIKAT BURUH DALAM MENETAPKAN UPAH MINIMUM KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEDUDUKAN SERIKAT BURUH DALAM MENETAPKAN UPAH MINIMUM KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Hayyuni Arwan

Serikat buruh adalah suatu wadah untuk memperjuangkan hak dan kewajiban buruh yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Dalam pengaturan upah minimum kota ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur dengan usulan dari Walikota.Untuk meringankan tugas Gubernur maka dengan ini dibentuklah dewan pengupahan dengan tujuan untuk merumuskan konsep Upah Minimum Kota yang terdiri dari perwakilan serikat buruh, pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana kedudukan Serikat Buruh dalam menetapkan Upah Minimum di kota Bandar Lampung ? (2) Apakah yang menjadi faktor penghambat serikat buruh dalam menetapan Upah Minimum Kota Bandar Lampung ?

Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan pendekatan normatif empiris. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan. Setelah data didapat, selanjutnya data diolah dengan cara editing, klasifikasi data, dan sistematisasi data yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(2)

Hayyuni Arwan

memantau peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penetapan upah karena masih ada peraturan yang merugikan salah satu pihak baik itu pengusaha maupun tenaga kerjanya sehingga dapat menimbulkan miss komunikasi antara pengusaha dan tenaga kerja dalam penentuan penetapan upah minimal.

(3)

ABSTRACT

POSITION OF STATES IN ESTABLISHING MINIMUM WAGE WORKERS OF BANDAR LAMPUNG

By :

HAYYUNI ARWAN

A Labour Union is a media for the fight for the rights and obligations of laborers all this time ruled out by the company. In determine the minimum wage the city, established by decree of the Governor with a proposal from the Mayor. To ease the task of the Governor then it is hereby established Wage Council with the aim to formulate the concept wage minimum of city that consists of representatives of trade unions, Government and Indonesian businessman association (APINDO). Problems examined in this study is (1) How is the position of the unions labor when setting minimum wage in the city of Bandar Lampung? (2) What which become resistor factor the trade union in determine minimum wage Bandar Lampung ?

In the research process, researchers using empirical normative approach. Data used in the study are primary data and secondary data consists of primary legal materials, secondary legal law, and tertiary legal materials. The collection of data through literature review and field study. After data is acquired, hereafter data processed by way of editing, data classification, and systematization of data which is then analyzed by descriptive qualitative. Results of research and discussion shows that the position of the labor unions, the government and the Indonesian Employers Association in the Wage Council membership is the same in a position to represent the members as a mediator or neutralizing if there is debate in the negotiations in determine of minimum wage. Factor which become inhibiting the Labour Union in setting the minimum wage is the ability of a company that is considered the same by Law No. 13 of 2003 on Labor made the labor union considers that all companies can afford to pay the minimum wage in accordance with the government provision.

Suggestions in this study is that Trade Unions should be more assertive in providing input to fight for Living Needs (KHL) appropriately, because his position in the Wages Council is

same to represent it’s members each to obtain the fairest decision without adverse to either

party and Wage Council both labor unions, the Government as well the Association of Indonesian Employers in order to understand and monitor the rules of legislation that became the basis for setting wages because there still are rules of legislation that harm one of the parties both employers as well of its workforce that may cause a miss communication between employers and workers in the determination of minimum wage fixing.

(4)

KEDUDUKAN SERIKAT BURUH DALAM MENETAPKAN

UPAH MINIMUM KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

HAYYUNI ARWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 29 Juni 1993, dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara buah cinta pasangan Bapak Arwan Saleh, S.E dan Ibu Maryati S, S.Pd

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Kartika Jaya II-31 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1999, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Sukamenanti Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ditempuh di SMP Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2011.

Setelah melewati pendidikan SMA pada tahun 2011, Penulis melanjutkan pendidikan tingginya pada program Strata 1 ( Satu) pada Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Undangan pada tahun 2011.

(8)

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Ayah Arwan Saleh, S.E dan Mama Maryati S,S.Pd

Yang selama ini telah banyak berkorban, selalu berdoa dan menantikan keberhasilanku

Kepada adikku tersayang Muhammad Iqbal,

Yang selalu memberikan semangat, mendukung, dan mendoakanku

Almamater tercinta Universitas Lampung

(9)

MOTO

Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan

tidak ada kebaikan ilmu yang tidak dipahami dan tidak

ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian

untuknya .

(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Segala ilmu pengetahuan tidak lebih dari kemurnian

berpikir setiap hari .

(Albert Einstein)

Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain,

sukses pasti diraih selama semangat masih

menyengat.

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak. Sebab, hanya dengan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kedudukan Serikat Buruh Dalam Menetapkan Upah Minimum Kota Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(11)

3. Bapak Dr. H.S. Tisnanta, S.H., M.H., selaku Pembimbing I atas kesabaran dan kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini; 6. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

7. Bapak Depri Liber Sonata S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi;

(12)

10. Adikku Muhammad Iqbal terima kasih untuk selalu mendoakan dan menjadi penyemangatku. Aku akan berusaha menjadi saudara yang mampu membanggakan kalian;

11. Seluruh keluarga besarku, terima kasih untuk perhatian dan doa-doa yang terpanjatkan serta motivasi dalam pembuatan skripsi ini;

12. Tri Oka Saputra, terima kasih untuk motivasi, dukungan, semangat, dan perhatian yang telah diberikan;

13. Sahabat-sahabatku tersayang Fenya Putri., Leny Novelina., Wenni Dwi Damayanti yang selalu ada untukku dan menemani hari-hariku serta senantiasa memberikan nasihat, semangat dan dukungannya kalian sudah seperti keluarga bagiku. Semoga persahabatan kita untuk selamanya;

14. Orang-orang terbaik yang ada dihidupku Hindiana Sava, Rizki Aprilia, Surya Asmara, Bella Viranda, Gasela Febrianda, Yolanda Viesivca D, Suzana Irwan S, Dhana Feby R, Rani Utami, Ayu Ratna P, Lady Usa Simpati, Cindy Gadensa terima kasih untuk persahabatan selama ini semoga kita bisa tetap saling membantu dan menyemangati satu sama lain;

15. Teman-teman seperjuangan, Yonathan Aji, Theo Krishnanda, Riyadhi Wibowo, Try Gilbert, Yustinus Ryan, Syendi Surya, Rizki Prasetya, Hendra Ari Saputra, Zaki, Yosafat Galang, Johanna Manalu, Renni Ledia, Yola Dwi Anggraini, Nunik Iswardhani, yang memberikan banyak motivasi untuk Penulis.

(13)

17. Teman-teman KKN di Desa Adiluwih Pringsewu: Mesa Suberta, Citra Dwiyana, Vidianka Rembulan, Muhammad Farhan, Mukhtarudin Ammar, M Faisal Wijaya, Rizal Fahmi. Terima kasih untuk kebersamaannya selama 40 hari, semoga kita semua sukses menggapai apa yang dicita-citakan;

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 10

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kedudukan ... 12

2.2 Pengertian Kedudukan Serikat Buruh ... 13

2.2.1 Pengertian Buruh ... 17

2.4 Pengertian Upah dan sistem pengupahan ... 26

(15)

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Serikat Buruh Kota Bandar Lampung ... 39

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Buruh membutuhkan suatu wadah yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah adanya pelaksanaan hak berserikat dan berkumpul dalam suatu Serikat Pekerja/ Serikat Buruh. Tujuan dibentuknya Serikat Buruh adalah menyeimbangkan posisi buruh dengan majikan. Melalui keterwakilan buruh di dalam Serikat Pekerja/ Serikat Buruh, diharapkan aspirasi buruh dapat sampai kepada majikan. Selain itu, melalui wadah Serikat Buruh, diharapkan akan terwujud peran serta buruh dalam proses produksi. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hubungan industrial di tingkat perusahaan.1

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh, semakin didapat gambaran yang jauh lebih jelas dari kapasitas Serikat Buruh dalam dunia ketenagakerjaan, yang mana dalam Pasal 1 angka 1 ditentukan bahwa:

Serikat Pekerja / Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari oleh dan untuk pekerja / buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kewajiban pekerja / buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja / buruh dan keluarganya.”

1

(17)

2

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh didasarkan pada Pasal 28 E perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization) Nomor 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956, tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 98 Tahun 1949 mengenai Berlakunya Dasar- Dasar daripada Hak untuk berorganisasi dan untuk Berunding Bersama dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan Berserikat serta diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, maka bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah secara radikal yang dimaksud Radikal ialah amat keras menuntut perubahan,2 yaitu berupaya keras menuntut perubahan bidang perburuhan kearah yang lebih baik.

Tujuan dibentuknya serikat adalah untuk melindungi anggotanya dan untuk membela hak dan kepentingan maupun meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya hingga ke tingkat yang wajar. Tujuan ini tidak dapat tercapai apabila perusahaan tempat para pekerja dipekerjakan tidak produktif. Oleh karenanya, pekerja yang ingin meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya diharapkan pula menyumbang pada peningkatan kinerja perusahaan.

Tujuan serikat buruh ialah untuk memperbaiki kesejahteraan anggotanya atau pekerja secara keseluruhan. Oleh karena itu, serikat harus bersifat terbuka dalam

2

(18)

3

menerima anggota dan tidak melakukan diskriminasi atas dasar aliran politik, agama, etnis atau gender.

Adapun Fungsi Serikat Pekerja / Buruh selalu dikaitkan dengan hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi pengusaha, pekerja dan pemerintah.3 Adapun fungsi dari serikat Pekerja/Buruh seperti yang tertuang dalam Pasal 4 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja ialah:

a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial;

b. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;

c. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;

e. Sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku f. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham

di perusahaan.

3

(19)

4

Serikat pekerja dibentuk oleh para pekerja dengan memastikan bahwa kedudukan dan hak mereka sebagai pekerja dapat seimbang dengan kewajiban yang mereka lakukan untuk pengusaha. Dalam hubungan pekerja dan majikan atau pengusaha, tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan pekerja lebih tinggi dan kadangkala itu mengakibatkan kesewenang-wenangan para majikan terhadap pekerjanya.

Jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Terlebih lagi dari sebagian besar tenaga kerja yang tersedia adalah yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskillabour yang sering kita kenal dengan tidak mempunyai kemampuan, sehingga posisi tawar mereka menjadi rendah.

Pekerja dipandang sebagai objek, pekerja dianggap sebagai faktor ekstern yang berkedudukan sama dengan pelanggan pemasok atau pelanggan pembeli yang berfungsi menunjang kelangsungan perusahaan dan bukan faktor intern sebagai bagian yang tidak terpisahkan atau sebagai unsur konstitutif yang menjadikan perusahaan.4

Pengusaha dapat dengan leluasa untuk menekan pekerja untuk bekerja secara maksimal, terkadang melebihi kemampuan kerjanya. Misalnya, pengusaha dapat menetapkan upah hanya maksimal sebanyak upah minimum provinsi yang ada, tanpa melihat masa kerja dari pekerja itu. Seringkali pekerja dengan masa kerja yang lama upahnya hanya selisih sedikit lebih besar daripada upah pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun. Pengusaha enggan untuk meningkatkan

4

(20)

5

atau menaikan upah pekerja meskipun terjadi peningkatan hasil produksi dengan dalih bahwa takut diprotes oleh perusahaan lain yang sejenis.

Konsep upah minimum yang selama ini diterapkan belum berhasil menciptakan hubungan industrial seperti yang diharapkan. Dilibatkannya pekerja yang dapat diwakili serikat pekerja. Keterbukaan perusahaan menjadi kunci utama, karena pekerja tahu betul situasi dan kondisi perusahaannya. Perusahaan dapat menunjukkan laporan keuangannya yang telah di audit kepada serikat pekerja, dan serikat pekerja harus mampu membaca dan menganalisis laporan keuangan dari perusahaan. Konsep yang ideal dalam penetepan upah, yakni keterlibatan pekerja atau serikat pekerja. Justru para pekerja yang tahu persis kondisi perusahaannya, kemudian dari sisi manajemen ditunjuk pihak-pihak yang berkompeten dalam penetepan upah. Kemudian kedua belah pihak melakukan perundingan atau negoisasi.5

Dalam penetapan upah minimum, institusi yang paling berperan adalah Dewan Pengupahan yang berfungsi merumuskan besaran upah minimum yang menjadi dasar penetapan upah minimum oleh Kepala Daerah. Dewan Pengupahan adalah sebuah lembaga nonstruktural yang bersifat tripartit yang bertugas untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah dalam menetapkan upah minimum dan menerapkan sistem pengupahan serta menyiapkan bahan perumusan sistem pengupahan. Dewan ini terdiri atas tripartit dengan model keterwakilan berimbang yang melakukan perundingan setiap tahun untuk menetapkan besaran nilai upah minimum. Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 89 ditentukan bahwa:

5

(21)

6

Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat terdiri atas upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten / kota; upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota; Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak; Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota; Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.”

Maka pada tahun 2000 Dewan Pengupahan mengalami perubahan yang cukup signifikan, baik dari komposisi keanggotaan maupun mekanisme penetapan upahnya. Hal tersebut berkaitan dengan diterapkannya kebijakan otonomi daerah dan kebebasan berserikat. Keanggotaan Dewan (Penelitian) Pengupahan terdahulu (DPPN/DPPD) didominasi oleh unsur pemerintah yang berasal dari berbagai instansi. Buruh hanya diwakili oleh satu serikat buruh, yaitu SPSI, sedangkan asosiasi pengusaha diwakili oleh APINDO.

(22)

7

Dewan Pengupahan menggunakan model komposisi keterwakilan secara berimbang. Masing-masing unsur tripartit mempunyai jumlah wakil yang sama dalam Dewan Pengupahan. Bertambahnya jumlah perwakilan serikat buruh dalam Dewan Pengupahan berkaitan dengan diratifikasinya Konvensi ILO 87/98 tentang Kebebasan Berserikat. Hanya serikat buruh yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Provinsi yang bisa menjadi anggota Dewan Pengupahan; semakin banyak jumlah serikat buruh yang terdaftar akan semakin banyak pula jumlah perwakilan serikat buruh di Dewan Pengupahan. Bertambahnya jumlah perwakilan serikat buruh tersebut akan diiringi dengan bertambahnya jumlah perwakilan pengusaha dan pemerintah sehingga komposisi keterwakilan yang ada tetap berimbang. Perubahan ini memberikan peluang bagi buruh untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan di Dewan Pengupahan sehingga buruh bisa memanfaatkan Dewan Pengupahan untuk memperjuangkan perbaikan kondisinya.

(23)

8

masyarakat setempat yang hasilnya diharapkan lebih sesuai dengan kondisi riil yang ada.

Berkaitan dengan hal tersebut, banyak pekerja yang tidak dapat memperjuangkan hak dan kepentingan sebagai pekerja. Seperti yang terjadi pada tahun 2012, sejumlah aktivis dari Serikat Buruh dan Gerakan Rakyat Lampung menyayangkan hasil penetapan upah minimum provinsi yang telah ditandatangani Gubernur Lampung, karena pihak serikat buruh dan Gerakan Rakyat Lampung menilai kenaikan upah minimum terlalu rendah dan tidak mempertimbangkan angka kebutuhan hidup layak (KHL) bagi kaum buruh yang saat ini sudah dalam posisi tertekan akibat inflasi tinggi. Dalam hubungan kerja kewajiban utama bagi seorang pengusaha adalah membayar upah kepada pekerjanya secara tepat waktu. Ketentuan tentang upah ini juga mengalami perubahan pengaturan ke arah hukum publik. Hal ini terlihat dari campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah terendah yang harus dibayar oleh pengusaha yang dikenal dengan nama upah minimum regional (UMR) maupun pengaturan upah dalam peraturan pemerintah No. 8 tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.6

Campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah ini penting guna menjaga agar jangan sampai besarnya upah yang diterima oleh pekerja terlampau rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja meskipun secara minimum sekalipun. Campur tangan pemerintah dalam hukum perburuhan dimaksudkan untuk terciptanya hubungan pekerja dan pengusaha yang sangat berbeda secara sosial-ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, maka

6

(24)

9

tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan perburuhan akan sulit tercapai, karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai yang lemah. Atas dasar itulah pemerintah turut campur tangan melalui peraturan perundang-undangan untuk memberikan jaminan kepastian hak dan kewajiban para pihak.7

Di Bandarlampung peran dari serikat buruh sangatlah penting, karena hampir di setiap perusahaan di Bandarlampung memiliki serikat buruh sehingga aspirasi pekerja atau buruh tersalurkan dalam menuntaskan masalah yang terjadi antara pekerja atau buruh dengan perusahaan tersebut. Ini menerangkan bahwa serikat buruh merupakan bentuk organisasi yang memiliki peranan dan kedudukan yang penting untuk mensejahterakan pekerja atau buruh di setiap provinsi termasuk Lampung. Berdasarkan atas dasar kenyataan ini maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang Kedudukan Serikat Buruh dalam Menetapkan Upah Minimum Kota Bandar Lampung

7

(25)

10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kedudukan Serikat Buruh dalam Menetapkan Upah Minimum di kota Bandar Lampung ?

b. Apakah yang menjadi faktor penghambat serikat buruh dalam menetapkan upah minimum kota Bandar Lampung ?

1.3 Ruang Lingkup

(26)

11

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti mengenai penelitian berdasarkan uraian diatas adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan serikat buruh menetapkan upah minimum di kota Bandar lampung

b. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat serikat buruh dalam menetapkan upah minimum kota Bandar Lampung

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan pada penelitian ini yaitu: a. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Administrasi Negara dan menjadi bahan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui kedudukan serikat buruh dalam menetapkan upah minimum.

b. Kegunaan Praktis

(27)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kedudukan

Kedudukan berarti status, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kedudukan sering dibedakan antara pengertian kedudukan (status) dan kedudukan sosial (social status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang dalam lingkungan pergaulannya, serta hak-hak dan kewajibannya. Kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama dan digambarkan dengan kedudukan (status) saja. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu tempat tertentu.

Kedudukan dapat juga diartikan sebagai posisi jabatan seseorang dalam memiliki kekuasaan. Dimana orang yang memiliki kekuasaan dapat mempengaruhi kedudukan atau statusnya di tempat seseorang tersebut tinggal.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan tiga macam kedudukan, yaitu sebagai berikut

(28)

13

b. Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Misalnya, setiap orang dapat menjadi seorang dokter asalkan memenuhi persyaratan tertentu.persyaratan tersebut bergantung pada yang bersangkutan bisa atau tidak menjalaninya. Apabila yang bersangkutan tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut, ia tidak akan mendapat kedudukan yang diinginkan.

c. Assigned status, merupakan kedudukan yang diberikan kepada seseorang. Kedudukan ini mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status. Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyaarakat.

2.2 Pengertian dan Kedudukan Serikat Pekerja/Buruh

Serikat Pekerja (SP) memang diposisikan untuk bertanggungjawab meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Sementara di lain pihak, perusahaan merupakan entitas yang bertujuan untuk meningkatkan laba sebesar mungkin. Secara ekstrim digambarkan bahwa keinginan pekerja adalah kerja sedikit bahkan mungkin tanpa kerja tetapi gaji tinggi, sedangkan perusahaan menginginkan beban biaya pegawai/pekerja sedikit bahkan mungkin 0 (nol) tetapi pendapatan perusahaan besar.

(29)

14

mengakibatkan benturan kepentingan antara serikat pekerja dengan perusahaan. Namun perbedaan kepentingan antara serikat pekerja dengan Perusahaan ini bukanlah harga mati yang tidak dapat diselesaikan. Beberapa kawan-kawan serikat pekerja menganalogikan bahwa kedudukan serikat pekerja dengan perusahaan ibarat sepasang sepatu atau rel kereta api yang terdiri dari satu bagian di kiri dan satu bagian di kanan namun memiliki peran yang sama-sama penting untuk mencapai tujuan bersama.

Sinergi antara serikat pekerja dengan perusahaan hanya dapat terwujud apabila masing-masing pihak memahami posisi dan kedudukan masing-masing. Ada anggapan dari perusahaan bahwa organ tertinggi dalam satu perusahaan adalah Pimpinan Perusahaan/Direksi, serikat pekerja merupakan bagian dalam pengurusan perusahaan, sehingga serikat pekerja harus tunduk kepada Pimpinan Perusahaan. Apabila hal ini yang dipahami, maka sinergi antara serikat pekerje dengan Perusahaan tidak akan pernah terwujud sampai kapanpun karena salah satu pihak merasa "dikuasai" oleh pihak lain, kecuali memang apabila serikat pekerja yang ada adalah serikat pekerja "boneka" perusahaan.

(30)

15

Serikat pekerja yang baik dan benar di era saat ini adalah serikat pekerja yang cerdas dan dewasa, tidak sekedar mengagungkan kekuatan otot atau dukungan massa yang banyak namun harus memiliki pemikiran-pemikiran yang cerdas. Ada kalanya kekuatan otot dan dukungan massa yang banyak memang diperlukan seandainya memang tidak ada jalan lain yang bisa dilakukan. Apabila dengan cara halus tujuan bisa tercapai kenapa harus menggunakan cara keras. Namun apabila diperlukan, maka serikat pekerja harus berani mengambil cara keras.

Istilah buruh mengacu pada setiap orang yang bekerja untuk memperoleh upah atau bentuk pendapatan yang lain. Serikat harus bersifat tidak terikat, terbuka, independen, demokratis dan dapat dipertanggungjawabkan, maksudnya adalah:

a. Tidak terikat

(31)

16

b. Terbuka

Dalam menerima anggota dan/atau membela kepentingan pekerja, serikat tidak boleh melakukan diskriminasi berdasarkan aliran politik, agama, suku atau gender.

c. Independen

Pengoperasian dan pengembangan organisasi harus didasarkan pada kemandirian tanpa dikendalikan oleh pihak diluar organisasi. Seperti telah dijelaskan, pihak-pihak lain tidak termasuk federasi dan konfederasi dimana ia berafiliasi.

d. Demokratis

Prinsip-prinsip demokrasi ditegakkan dalam pembentukan, pemilihan pengurus dan dalam mempertahankan serta menjalankan hak dan kewajiban organisasi. Karena pembentukan serikat merupakan perwujudan demokratisasi dalam sebuah masyarakat yang lahir dari kebebasan berserikat dan kebebasan menyatakan pendapat, maka dengan sendirinya prinsip-prinsip demokrasi harus ditegakkan dalam penataan atau pengoperasian serikat.

e. Dapat Dipertanggungjawabkan

(32)

17

2.2.1 Pengertian Pekerja/Buruh

Istilah buruh sangat populer dalam dunia perburuhan/ketenagakerjaan, selain istilah ini sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari zaman penjajahan Belanda juga karena peraturan perundangan yang lama ( sebelum undang-undang No.25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan) menggunakan istilah buruh. Semua orang yang bekerja disektor swasta baik pada orang maupun badan hukum disebut buruh. Hal inidisebutkan dalam undang-undang No.22 tahun 1957 tentang Perselisihan Perburuhan yakni buruh adalah “barangsiapa yang bekerja pada

majikan dengan menerima upah” (pasal 1 ayat 1 a).

Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, sebagaimana yang diusulkan oleh pemerintah (Depnaker) pada waktu kongres FBSI II tahun 1985. Alasan pemerintah karena istilah buruh kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada dibawah pihak lain yakni majikan.1

Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah. (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan). Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. (Pasal 1 Angka 11 UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional). Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam

1

(33)

18

bentuk lain. (Pasal 1 Angka 8 UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

Dalam bagian umum penjelesan atas Undang-undang No.21 tahun 2000 tentang serikat pekerja, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

2.3 Serikat Buruh

2.3.1 Pengertian Serikat Buruh

Serikat Buruh terdiri dari dua kata yaitu serikat dan Buruh. Serikat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu perkumpulan, perhimpunan dan gabungan. Sedangkan buruh dalam KBBI yaitu kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat). Dengan demikian, pekerja dapat diartikan sebagai orang yang melakukan suatu kegiatan dimana kegiatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(34)

19

kesejahteraan pekerja dan keluarganya. (Pasal 1 angka 17 UU No. 23 Th 2003, jo Pasal 1 angka 1 UU No.21 Th 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh).2

Serikat pekerja atau buruh dibentuk berdasarkan kedudukan buruh yang lemah sehingga membutuhkan suatu wadah supaya menjadi kuat. Keberadaan serikat pekerja ialah sebagai penyambung aspirasi pekerja yang mengalami masalah ataupun ketidakadilan dalam dia bekerja di perusahaan ataupun diluar perusahaan. Kebebasan berserikat dan berkumpul termuat dalam konvensi ILO tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi, 1948 (No.87) telah diratifikasi dan dituangkan dalam keputusan presidan RI No.83 tahun 1998, dan Konvensi ILO tentang hak berorganisasi dan berunding bersama, 1949 (No.98) telah diratifikasi dalam UU No.18 Th 1956. Konvensi No.87 dimaksudkan secara keseluruhan untuk melindungi kebebasan berserikat terhadap kemungkinan campur tangan pemerintah. Konvensi No.98 ditujukan untuk mendorong pengembangan penuh mekanisme perundingan kolektif sukarela.3

2.3.2 Pembentukan Serikat Buruh

Setiap buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat buruh (Ps.5 UU No.21 Th 2000). Oleh karena itu, serikat buruh bebas dibentuk minimal sepuluh orang pekerja atas kehendak yang bebas, tanpa tekanan atau campurtangan pengusaha, pemerintah, dan pihak manapun. Setiap serikat pekerja dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai kehendak pekerja. Demikian pula dengan pembentukan federasi serikat pekerja dan konfederasi serikat pekerja. Federsi serikat pekerja dapat dibentuk oleh

2

Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,2008,RajaGrafindo Persada,Jakarta,hlm 22.

3

(35)

20

kurangnya lima serikat pekerja. Sementara itu, konfederasi serikat pekerja dapat dibentuk oleh sekurangnya tiga federasi serikat pekerja. Setiap serikat pekerja, federasi serikat pekerja, dan konfederasi serikat pekerja harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tersebut sekurang-kurangnya harus memuat pasal 11 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2000 :

a. Nama dan lambang

b. Dasar negara, asas, dan tujuan c. Tanggal pendirian

d. Tempat kedudukan

e. Keanggotaan dan kepengurusan

f. Sumber dan pertanggungjawaban keuangan, dan

g. Ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga.

Serikat pekerja, federasi serikat pekerja dan konfederasi serikat pekerja yang telah dibentuk diwajibkan untuk memberitahukan pembentukan untuk dicatat kepada pemerintah yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan setempat. Pemberitahuan tersebut harus dilakukan secara tertulis dan harus dilampiri dengan:

a. Daftar nama anggota pembentuk

b. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga c. Susunan dan nama pengurus.4

4

(36)

21

Dengan diterimanya pemberitahuan, dinas tenaga kerja wajib mencatat dan memberi nomor pencatatan terhadap serikat pekerja, federasi serikat pekerja, konfederasi serikat pekerja. Pencatatan dan pemberian nomor pencatatan dapat ditangguhkan, bahkan dapat ditolak apabila serikat pekerja, federasi serikat pekerja, dan konfederasi serikat pekerja tersebut :

a. Bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945

b. Dibentuk oleh kurang dari sepuluh orang pekerja untuk serikat pekerja atau kurang dari lima serikat pekerja untuk federasi serikat pekerja, dan kurang dari tiga federasi serikat pekerja untuk konfederasi serikat pekerja.

c. Nama dan lambang serikat pekerja, federasi serikat pekerja, konfederasi serikat pekerja yang diberitahukan sama dengan nama dan lambang serikat pekerja, federasi serikat pekerja, konfederasi serikat pekerja yang telah tercatat.

Pencatatan dan pemberitahuan nomor pencatatan harus sudah dilakukan selambat-lambatnya duapuluh satu hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya pemberitahuan. Sementara itu, penangguhan pencatatan dan pemberian nomor pencatatan harus diberitahukan secara tertulis kepada serikat pekerja, federasi serikat pekerja, dan konfederasi serikat pekerja yang bersangkutan beserta alasan-alasannya harus dilakukan paling lambat empat belas hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya pemberitahuan. 5

5Ibid

(37)

22

Serikat pekerja, federasi serikat pekerja, dan konfederasi serikat pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan mempunyai hak antara lain (pasal 25UU No 21 Tahun 2000).

a. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha

b. Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial c. Mewakili pekerja dalam lembaga ketenaga kerjaan

d. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peninkatan kesejahteraan pekerja, dan

e. Melakukan kegiatan lainnya dibidang ketenagakerjaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Serikat pekerja, federasi serikat pekerja, dan konfederasi serikat pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan mempunyai kewajiban antara lain : (pasal 27 UU No.21 Tahun 2000)

a. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak dan memperjuangkan kepentingannya

b. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya,dan

c. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasinya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.6

(38)

23

2.3.3 Dasar Hukum Pembentukan Serikat Buruh

Ada beberapa dasar hukum, yang menjadikan seseorang dapat aktif berserikat tanpa perasaan takut atau dibatasi oleh pihak manajemen atau pihak-pihak lain antara lain:

1. Undang-undang Dasar 1945 pasal 28

Pasal 28 UUD 1945 ini memberikan hak kepada seluruh warganegaranya untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapatnya. Meskipun sifatnya agak umum namun pasal inilah yang daipakai dasar oleh para buruh kita untuk mendirikan barisan Buruh Indonesia pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia.

2. Undang-undang Dasar Sementara 1950 pasal 29, yang pada intinya menentukan, bahwa setiap orang berhak untuk memdirikan Serikat Pekerja dan masuk kedalamnya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingannya. Jadi pasal 29 UUDS tahun 1950 lebih khusus sifatnya dari pasal 28 UUD 1945

3. Undang-undang Nomor 18 tahun 1956 tentang persetujuan Konvensi ILO nomor 98 tahun 1949. Pada pokoknya sebagai berikut7:

a. Menjamin kebebasan buruh untuk masuk Serikat Buruh

b. Melindungi Buruh terhadap campur tangan majikan dalam hal ini c. Melindungi serikat buruh terhadap campur angan majikan dalam

mendirikan, cara bekerja serta cara mengurus organisasinya d. Menjamin penghargaan hak berorganisasi

7

(39)

24

e. Menjamin perkembangan serta penggunaan badan perundingan sukarela untuk mengatur syarat-syarat dan keadan kerja dengan perjanjian perburuhan.

4. Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Kerja pasal 11, yang bunyinya:

a. Setiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadikan anggota Perserikatan Tenaga Kerja

b. Pembentukan perserikatan tenaga kerja dilakukan secara demokratis 5. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor

8/Edrn/1975 tentang Pembentukan/FBSI pada perusahaan-perusahaan 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor

01/Men/1975 tentang Pendaftaran Organisasi Buruh.

Keberadaan tenaga kerja dan pengusaha diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Kemudian dalam UU No. 13 Tahun 2003

pasal 104 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan

menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh, demikian juga sebaliknya dalam

pasal 105 ayat 1 dinyatakan bahwa pengusaha berhak membentuk dan menjadi

anggota organisasi pengusaha.

Ketentuan lebih lanjut mengenai serikat pekerja/serikat buruh ini diatur dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000. Pasal 1 ayat 1 UU No. 21 Tahun 2000

tegas dinyatakan bahwa serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang

dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun diluar

(40)

25

bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan

kepentingan pekerja dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh

dan keluarganya.

Melihat beberapa kententuan yang terdapat dalam UU No. 13 Tahun 2003 dan UU

No. 21 Tahun 2000, maka sudah seharusnya pekerja/buruh membentuk suatu

wadah yang terorganisasi dengan baik guna memperjuangkan, membela serta

melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan

pekerja/buruh dan keluarganya.

2.3.4 Tipe-Tipe Serikat Buruh a. Craft Unions

Yaitu serikat buruh yang anggotanya terdiri dari para pekerja atau pekerja yang mempunyai ketrampilan yang sama, seperti misal tukang-tukang kayu, tukang batu, dsb.

b. Industrial Unions

Yaitu serikat buruh yang dibentuk berdasar lokasi pekerjaan yang sama. Serikat ini terdiri dari para pekerja yang tidak berketrampilan (unskilled) maupun yang berketrampilan (skilled) yang ada dalam suatu perusahaan atau industri tertentu tanpa memperhatikan sifat pekerjaan mereka.

c. Mixed Unions

(41)

26

Bentuk serikat pekerja ini mengkombinasikan antara craft unions dan industrial unions.

2.4 Pengertian Upah dan Sistem Pengupahan

Pengertian upah yang dianut oleh Negara Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 08 tahun 1981 mengenai Perlindungan Upah adalah Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, mengatur dengan tegas dan jelas mengenai pengupahan yang diatur pada Bagian Kedua Pengupahan tepatnya dimulai dari Pasal 88 sampai dengan Pasal 98.

(42)

27

Penetapan Upah Minimum yang menjadi kewenangan pemerintah dalam hal ini adalah Gubernur perlu dibentuk adanya Dewan Pengupahan yang diatur dalam Pasal 98 :

(1) Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Propinsi dan Kabupaten/Kota.

(2) Keanggotaan Dewan Pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, perguruan tinggi dan pakar.

(3) Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan keanggotaan Dewan Pengupahan Propinsi, Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

Upah merupakan salah satu aspek yang sensitif di dalam hubungan kerja dan hubungan industrial. Antara 70 – 80 % kasus yang terjadi dalam hubungan kerja dan hubungan industrial mengandung masalah pengupahan dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan, kenaikan upah, struktur upah, skala upah dan lain sebagainya.8

Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan ditetapkan sistem. Pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tiga fungsi upah, yaitu:

(a) menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya;

(b) mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang;

(c) menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas Kerja.

8

(43)

28

Penghasilan atau imbalan yang diterima sesorang karyawan atu pekerja sehubungan dengan pekerjanya dapat digolongkan kedalam bentuk, yaitu:

a. Upah dan Gaji

Sistem pengajian di Indonesia pada umumnya mempergunakan gaji pokok yang didasarkan pada kepangkatan dan masa kerja. Pangkat seseorang umumnya didasarkan pada tingkat pendidikan dan pengalaman kerja dengan kata lain penentuan gaji pokok pada umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip teori human capital, yaitu bahwa upah atau gaji seseorang diberikan dengan tingkat pendidikan dan latihan yang dicapainya.

b. Tunjangan dalam Bentuk natura

(44)

29

c. Fringe Benefits

Fringe benefits adalah berbagai jenis keuntungan diluar gaji atau upah yang diperoleh seseorang sehubungan dengan jabatan dan pekerjaannya. Fringe benefits ini dapat berbentuk dana yang disisihkan oleh pengusaha untuk pensiun, asuransi kesehatan, upah yang dibayarkan pada hari libur, sakit, cuti, dan waktu istirahat, kendaraan dinas, perumahan dinas, dan sebagainya. Fringe benefits ini berbeda jumlahnya. Nilai tiap jenis benefits yang diterima oleh setiap orang sukar dihitung.

d. Kondisi Lingkungan kerja

Kondisi lingkungan kerja yang berbeda disetiap perusahaan dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda juga bagi setiap karyawan. Kondisi lingkungan kerja dalam hal ini dapat mencakup lokasi perusahaan dan jaraknya dari tempat tinggal, kualiats, dan sebagainya. Aspek ini lebih sulit lagi untuk diukur. Sama halnya dengan Fringe benefits, perbaikan-perbaikan kondisi lingkungan kerja oleh perusahaan merupakan tambahan biaya perusahaan, dan oleh sebab itu, meningkatkan biaya tenaga kerja per unit barang yang diproduksikan.

(45)

30

2.4.1 Tujuan Penetapan Upah dan Kenaikan Upah

Penetapan Upah Minimum dan kenaikan Upah Minimum mempunyai tujuan yaitu9

a. Pemerataan Kenaikan Upah Minimum akan mempersempit kesenjangan antara pekerja/buruh tingkat atas dan tingkat paling bawah.

b. Peningkatan daya beli pekerja/buruh Kenaikan Upah Minimum secara langsung akan meningkatkan daya beli pekerja/buruh, yang akan mendorong ekonomi rakyat.

c. Perubahan struktur biaya perusahaan Kenaikan Upah Minimum akan memperbaiki/merubah struktur upah terhadap struktur upah terhadap struktur biaya produksi.

d. Peningkatan produktivitas nasional Peningkatan Upah Minimum akan memberikan insentif bagi pekerja/buruh untuk bekerja lebih giat yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional.

2.5 Proses Penetapan Upah Minimum

Upah atau gaji secara umum didefinikan sebagai suatu bentuk pembayaran yang bersifat periodik dari pemberi kerja kepada pekerjanya yang tertuang dalam sebuah kontrak kerja. Penetapan gaji atau upah dilaksanakan setiap tahun untuk menyesuaikan dengan inflasi atau kondisi ekonomi terkini. Idealnya, proses penerapan standar upah ditentukan oleh dewan pengupahan daerah yang terdiri dari pengusaha, serikat pekerja, akademisi serta birokrat yang secara bersama-sama membentuk tim untuk melakukan survey mengenai harga sejumlah

9

(46)

31

kebutuhan, untuk mendapatkkan angka Kebutuhan Hidup Layak. Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan kepada kepala pemerintahaan di daerah upah minimum provinsi (UMP) untuk disahkan. KHL ditetapkan sebagai dasar penentuan upah minimum dengan berdasar pada kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dsb.

Disatu sisi, buruh menghendaki upah yang layak bagi untuk menghidupi keluarganya. Dilain pihak para pengusaha berupaya untuk menekan biaya produksi dan operasional, sehingga konflik syarat kepentingan ini akan terus terulang setiap tahunnya, yang tidak jarang merugikan semua pihak.

Pada prinsipnya, sistem penetapan upah minimum dilakukan untuk mengurangi eksploitasi terhadap buruh/pekerja. Penetapan upah minimum juga merupakan kewajiban pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap buruh/pekerja. Intervensi dan peranan pemerintah dalam hubungan industrial adalah bentuk penguatan terhadap posisi tawar yang memang tidak seimbang antara buruh ketika berhadapan dengan pengusaha.

Proses penetapan untuk tarif upah menjamin keadilan eksternal dan internal menempuh empat (4) langkah, yaitu:

1. Lakukan sebuah survei gaji, tentang berapa pembayaran majikan lain untuk pekerjaan yang sejenis untuk keadilan eksternal

(47)

32

menetapkan nilai dari satu jabatan dalam hubungannya dengan jabatan lain, yang akhirnya menghasilkan suatu hirarki upah dan gaji. Sistem evaluasi jabatan ini masih sering diinginkan karena perbedaan keterampilan individual sehingga perusahaan menggunakan kisaran gaji untuk kelompok jabatan yang serupa, kisaran gaji yang digunakan perusahaan sering mencerminkan perbedaan dalam keterampilan.

3. Kelompokkan pekerjaan-pekerjaan serupa kedalam tingkat upah.

4. Tentukan dengan tepat tarif upah, ini sesuai dengan UMP (Upah Minimum Pemerintah.

(48)

33

Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak dan Keppress 107/2004 tentang Dewan Pengupahan, sangat diharapkan menjadi payung hukum bagi buruh/pekerja agar dapat mendapatkan keadilan dalam hal pengupahan. Dalam aturan tersebut juga diamanatkan mengenai KHL sebagai dasar dalam penetapan upah minimum. Proses Penetapan KHL berupa:

a. Ketua Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota membentuk tim survey yang anggotanya terdiri dari unsur tripartit: perwakilan serikat pekerja, pengusaha (Apindo), pemerintah, dan pihak netral dari akademisi. b. Standar KHL ditetapkan dalam Kepmen No. 17 tahun 2005, berdasarkan

standar tersebut, tim survey Dewan Pengupahan melakukan survey harga untuk menentukan nilai harga KHL yang nantinya akan diserahkan kepada Gubernur Provinsi masing-masing.

c. Survei dilakukan setiap satu bulan sekali dari bulan Januari s/d September, sedang untuk bulan Oktober s/d Desember dilakukan prediksi dengan membuat metode least square. Hasil survei tiap bulan tersebut kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapat nilai KHL.

d. Nilai KHL ini digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan upah minimum yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun. Upah bagi pekerja dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan.

(49)

34

usaha yang paling tidak mampu, kondisi pasar kerja dan saran / pertimbangan dari Dewan Pengupahan Provinsi / Kabupaten / Kotamadya. f. Gubernur seterusnya akan menetapkan besaran nilai upah minimum.

(50)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris.Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.1

Penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan baku utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum dengan menggunakan data sekunder, diantaranya asas, kaidah, norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya, dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan penelitian.

Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan perundang-undangan atau aturan hukumyang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

3.2 Sumber Data

3.2.1. Data Primer

1

(51)

36

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung berupa keterangan-keterangan dan pendapat dari para responden dan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan melalui wawancara kepada Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung khususnya hubungan industrial dan syarat kerja untuk mendapatkan jawaban dan perbandingan-perbandingan dalam rumusan masalah yang peneliti buat.

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, yang terdiri dari bahan baku primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

a. Bahan hukum primer, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1981 tentang Perlindungan Upah

b. Bahan hukum sekunder, meliputi: Peraturan perundang-undangan dan buku-buku yang berhubungan dengan kedudukan serikat pekerja dalam upaya menegakan dan memperjuangkan hak dan kepentingan pekerja di kota bandar lampung.

c. Bahan hukum tarsier yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(52)

37

3. Media Massa, pendapat sarjana dan ahli hukum, surat kabar, website, buku, dan hasil karya ilmiah para sarjana.

3.3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah, mencatat, dan membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan persalahan yang akan diteliti.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan responden yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan secara langsung dan terbuka dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan keterangan atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Pihak-pihak yang akan diwawancarai salah satunya dari pihak serikat pekerja yang ada di Dinas Tenaga Kerja.

c. Pengolahan Data

(53)

38

1. Editing, yaitu memeriksa data yang didapatkan untuk mengetahui apakah data yang didapat itu relevan dan sesuai dengan bahasan. Apabila terdapat data yang salah maka akan dilakukan perbaikan.

2. Klasifikasi data, yaitu data yang telah selesai diseleksi kemudian diklasifikasi sesuai dengan jenisnya dan berhubungan dengan masalah penelitian.

3. Sistemasi data, yaitu menempatkan data pada masing-masing bidang pembahasan yang dilakukan secara sistematis.

3.4 Analisi Data

(54)

1

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kedudukan serikat buruh dalam menentukan upah minimum dapat dilihat pada serikat buruh yang ada di dalam dewan pengupahan sesuai dengan ketentuan UU No. 21 Tahun 2000. Jadi kedudukan antara Serikat buruh, pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Indonesia dalam keanggotaan Dewan Pengupahan adalah sama dalam posisi mewakili anggotanya yaitu sebagai stabilisator dan regulator apabila terjadi perdebatan dalam perundingan penetapan upah minimum. Salah satu yang diperjuangkan serikat buruh adalah menjalankan survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) secara tepat, karena melalui jumlah KHL inilah nantinya akan didapat jumlah yang harus disesuaikan dengan upah minimum dan serikat buruh berperan aktif dalam mempertahankan nilai KHL tersebut.

(55)

79

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini maka saran dari penulis adalah sebagai berikut:

a. Disarankan kepada serikat buruh untuk lebih memahami kedudukannya dalam dewan pengupahan untuk menentukan upah minimum karena kedudukan antara Serikat buruh, Pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Indonesia dalam keanggotaan Dewan Pengupahan adalah sama dalam posisi mewakili anggotanya masing-masing untuk memperoleh keputusan seadil-adilnya tanpa merugikan salah satu pihak, untuk itu serikat buruh harus lebih tegas dalam memberikan masukan untuk memperjuangkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) secara tepat.

(56)

Daftar Pustaka

A. Buku-buku/Literatur

Asikin Zainal, Wahab Agusfiar, Dkk, 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Asyhadie Zaeni, 2008,Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Babcoks Philip, 1999, A Merriam Webster’s Third New Internasional Dictionary

Of The English Language Ua A Bridged, U.S.A, Merriam Webster Inc, Publishers,Springfield, Massa Chusetts.

Budiono Rachmad Abdul, 1995, Hukum Perburuhan Di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Husni Lalu, 2000, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Karim Furqon, 2001, Mencari Konsep Upah Minimum Bagi Pekerja, Suara Merdeka 22 Desember 2001

Kertonegoro Sentanoe, 1999,Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha Dan Pekerja (Bipartid) Dan Pemerintah (Tripatid), Jakarta, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia.

Legal Center Publising, 2008, Peraturan Perundang- Undangan Upah & Pesangon,Jakarta, Indonesia Legal Center Publising.

Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Rajagukgu HP 2000, Peran Serta Pekerja Dalam Pengelolaan Perusahaan (Codetermination), Makalah

Suseno Magnis Frans, 1999,Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Modern, Jakarta, Gramedia, Pustaka Utama.

(57)

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 7 Tahun 2003 Tentang Upah Minimum Keputusan Presiden RI No. 107 Tahun 2004 Tentang Dewan Pengupahan

Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (No.87) Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-201/MEN/1999 Tahun 1999 Tentang Organisasi Pekerja.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 226 Tahun 2000 Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 1 Tahun 1999 Tentang Upah Minimum

C. Sumber Lain

Departemen P & K, Kebumen Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta,1989

http://www.antaranews.com/berita/409807/serikat-buruh-kecewa-hasil-penetapan-ump-lampung

http://istanasederhana.blogspot.com/2012/kedudukan-serikat-pekerja.dalam.html http://penelitihukum.org/tag/pengertian-pekerja/http://lumbanjulubutar.mlblogs.c

om/2012/05/01/defenisi-serta-perbedaan-dan-persamaan-buruh-pekerja-karyawan/

http://ppmi-upawafer.wen.ru/page/c.html

(58)

https://herrypradana.wordpress.com/2013/02/27/studi-mengenai-penetapan- upah-minimum-provinsi-dengan-kaitannya-dengan-standar-kebutuhan-hidup-layak/

https://www.facebook.com/fsplemkspsiagn/posts/652020238189240 http://kspsi.com/tentang-kspsi-3/

http://www.ksbsi.org/index.php/page/link/86/Profil

https://www.facebook.com/SerikatBuruhLampung/info?tab=page_info

http://buruhonline.com/artikel-908-dewan-pengupahan-dari-buruh-masihkahme menuhi -syarat-me-wakili-buruh.html#ixzz3XONrLvXF

Referensi

Dokumen terkait

Tällä mittarilla asumisväljyys uusissa asunnoissa ei kaikkien asunto- kuntien tasolla poikennut kovin paljon koko kannan keskiarvosta (noin 38 neliötä).

Hasil penelitian ini didapat faktor utama kekuatan PT Perkebunan Tambi yaitu terdapat pemotivasian kepada karyawan secara teratur, dengan nilai skor 0,269, faktor

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman siswa kelas IX A SMP Negeri 17 Kota Jambi dalam menulis

Misalnya pada pemrosesan kartu kredit dengan sebuah bank, nasabah memiliki Public key bank tersebut dimana ia dapat melakukan dekripsi informasi, namun masih diperlukan Private

Suatu kondisi emosional karyawan dengan adanya kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, apabila harapan yang ada pada individu dapat terjadi

dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30/PERMEN-KP/2020 tentang Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Inti Mutiara, dengan ini

(istem pertanian organis) berupaya meniru sedekat mungkin dengan sistem kehidupan yang alam berikan. engingat alam sudah terbukti mampu bertahan) mendukung organisme di

Tanggal 27 September 1938, disepakatilah Tractaat van Vrindchaap (perjanjian perdamaian dan persahabatan) antara Kesultanan Indragiri dengan pemerintah