• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

15

BAB II

PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA

PENGANGKUTAN DARAT

A. Perjanjian Pengangkutan

Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu

Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber terpenting yang melahirkan

perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau

dua pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang

-undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia

yang terdiri dari dua pihak. 8

Didalam Kegiatan Transportasi, Perjanjian yang digunakan adalah

perjanjian timbal balik, Artinya bahwa kedua belah pihak pengangkut dan

penumpang masing masing mempunyai kewajiban sendiri. Dimana kewajiban

pihak pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat

tujuan ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pihak

penumpang ialah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari

penyelenggara pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.9

Secara umum perjanjian telah diatur dalam Buku Ketiga Kitab

Undang-undang Hukum perdata (KUHPerdata) yaitu tentang perikatan. Perjanjian menurut

pasal 1313 KUHPerdata adalah “ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

8

Suharnoko, Hukum Perjanjian, Prenada media, Jakarta, 2004, hlm.117.

9

(2)

Sedangkan angkutan adalah suatu keadaan pemindahan orang dan atau barang

dari suatu tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai

tambah untuk barang/komersial maupun untuk tujuan nonkomersial.10

Dalam perjanjian pengangkutan terdapat beberapa unsur yang harus

diketahui11

1. Sifat Perjanjian adalah timbal balik baik diantara pengangkut dengan

penumpang atau pengirim barang , yaitu :

2. Penyelenggaraan pengangkutan didsarkan pada perjanjian

3. Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut

dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang

lain atas perintahnya

4. Tempat Tujuan dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat

diterima oleh pengirim sendiri atau orang lain

5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan tidak

berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggung jawab

untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang atau

penumpang.

Jenis perjanjian dapat dikenal dengan adanya perjanjian sepihak dan

perjanjian timbal balik. Perjanjian sepihak merupakan perjanjian dimana pihak

yang satu mempunyai kewajiban dan pihak lain mempunyai hak. Sedangkan

perjanjian timbal balik merupakan perjanjian yang membebankan hak dan

kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian pengangkutan merupakan

perjanjian timbal balik, dalam arti pengangkut mengikatkan diri untuk

10

E.Suherman, Aneka masalah hukum kedirgantaraan (Bandung, 2002), hal.293.

11

(3)

mengangkut penumpang sampai di tempat tujuan dengan selamat, sedangkan

penumpang bersedia akan membayar biaya .

Secara Umum dalam Perjanjian pengangkutan antara pengangkut dengan

pengguna jasa, terkandung syarat-syarat umum angkutan yang meliputi hak dan

kewajiban di antara mereka, diantaranya adalah12

1. Hak pengguna jasa angkutan untuk memperoleh pelayanan sesuai

dengan tingkat pelayanan yang disepakatinya, misalnya Pemegang

tiket tertentu akan memperoleh tingkat pelayanan yang sesuai dengan

tiket yang dimilikinnya, begitu juga dengan pengirim barang, jika

ingin barang cepat tiba di tempat tujuan, maka ongkos barangnya pun

akan bertambah mahal. Sedangkan kewajibannya adalah membayar

biaya angkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendakinya. :

2. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang yang telah

memiliki tiket atau pengiriman barang yang telah memiliki dokumen

angkutan, sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati sampai di

tempat tujuan dengan selamat dan berkewajiban membayar ganti

kerugian sesuai dengan syarat-syarat umum yang telah disepakati

kepada pengguna jasa serta memberikan pelayanan dalam batas-batas

kewajaran sesuai dengan kemampuannya, sedangkan hak pengangkut

adalah berhak atas biaya angkut.

Dalam Penyelenggaran pengangkutan Tiket/Karcis sangatlah penting

dalam perjanjian pengangkutan karna merupakan bukti terjadinya pengangkutan

dan pembayaran biaya angkutan. Namun dalam praktek pengangkutan itu sendiri

12

(4)

khususnya pengangkutan orang dengan angkutan kota bahwa terjadinya perjanjian

pengangkutan biasanya tidak harus dibuktikan dengan adanya Tiket/karcis

penumpang. Menurut Purwosutjipto, Karcis penumpang atau dokumen angkutan

bukanlah syarat mutlak adanya perjanjian pengangkutan, tidak adanya karcis

penumpang perjanjian pengangkutan tidak akan batal.13

1. Berupa kewajiban sebagaimana seharusnya pihak-pihak harus berbuat; Mengenai kebiasaan yang hidup dalam praktek pengangkutan tersebut

dianggap sebagai hukum perdata yang tidak tertulis, yaitu perbuatan yang

memenuhi kriteria sebagai berikut :

2. Tidak bertentangan dengan UU atau kepatutan;

3. Diterima oleh pihak-pihak karena adil dan masuk akal(logis)

4. Menuju pada akibat hukum yang dikehendaki oleh para pihak.14

Adapun contoh lain yang berlaku sebagai kebiasaan dalam praktek

pengangkutan diantaranya adalah mengenai tempat pemberhentian angkutan.

Dalam pasal 9 ayat 1 UULLAJjo. Pasal 1 butir 11 PP No.41 Tahun 1993 tentang

angkutan jalan ditetapkan bahwa terminal merupakan sarana transportasi jalan

untuk memuat dan menurunkan penumpang. Namun jika ada penumpang yang

turun atau naik bukan di terminal maka hal itu dianggap naik dan turun di terminal

dan biaya angkutan dibayar penuh.

13

Purwosutjipto.Op.Cit,Hal 10

14

(5)

B. Jenis-Jenis Angkutan

Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umumnnya didasarkan pada

jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah

tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan.

B.1 Jenis-Jenis Pengangkutan

Dalam pembagian jenis pengangkutan dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Pengangkutan darat terdiri dari :15

a.1. Pengangkutan dengan kendaraan bermotor

a.2. Pengangkutan dengan kereta api

a.3. Pengangkutan dengan tenaga Hewan

b. Pengangkutan di perairan yang terdiri dari :

b.1. Pengangkutan di laut

b.2. Pengangkutan di sungai dan danau

b.3. Pengangkutan Penyeberangan

c. Pengangkutan Udara

Dalam pengangkutan juga terdapat unsur-unsur pokok transportasi, yaitu :

a. Manusia, yang membutuhkan transportasi

b. Barang, yang diperlukan manusia,

c. Kendaraan sebagai prasarana transportasi,

d. Jalan, sebagai pengelola transportasi

e. Organisasi, sebagai pengelola transportasi.

Lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu

terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut sampai ke tempat tujuan

15

(6)

dalam keadaan baik seperti pada awal diangkut.Dalam hal ini perlu diketahui

terlebih dulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan kontruksi prasarana,

serta pelaksanaan transportasi.

B.2 Pengangkutan darat

Definisi Transportasi darat atau pengangkutan darat tidak jauh berbeda

dengan definisi pengangkutan pada sebelumnya hanya saja pengangkutan darat

menggunakan alat pengangkutan melalui jalan darat,baik yang digerakkan oleh

tenaga manusia, hewan(sapi,kuda), atau Mesin. Transportasi darat dilihat

berdasarkan faktor-faktor, yaitu jenis spesifikasi kendaraan,jarak, perjalanan,

tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan pemukiman

serta sosial-ekonomi. Adapun Jenis-jenis dari Transportasi angkutan darat :16 a. Angkutan Jalan raya

b. Angkutan jalan rel atau kereta api

a. Angkutan Jalan raya

Angkutan jalan raya itu sendiri mempunyai jenis dan sarana yaitu :

1. Sepeda Motor

Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga)

tanpa atap baik dengan tanpa kereta samping.

2. Mobil Penumpang

Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi

sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat

16

(7)

duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan

bagasi.

3. Mobil Bus

Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8

(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik

dengan maupun tanpa perlengkapan, pengangkutan bagasi.

4. Mobil Barang

Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk

dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.

Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan

oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun

sarana-sarana di perkampungan baik di Kota maupun di Desa. Diantaranya adalah :

sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman.

b. Angkutan Rel

Adapun jenis angkutan rel adalah :

1. Kereta api

Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga

gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan

lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. kereta api sifatnya

sebagai angkutan missal efektif, beberapa Negara berusaha

memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama

(8)

C. Asas – Asas Dalam Pengangkutan

Dalam setiap Undang-undang yang dibuat pembentuk undang-undang,

biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang mendasari diterbitkannya

undang tersebut. Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu

undang-undang dan peraturan pelaksananya. Bila asas-asas dikesampingkan, maka

runtuhlah bangunan undang-undang itu dan segenap peraturan pelaksananya.17

“ bahwa asas hukum bukan merupakan hukum kongkrit, melainkan

merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang

peraturan yang kongkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum

yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang

merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau

ciri-ciri yang umum dalam peraturan kongkrit tersebut”

Disamping itu Mertokusumo juga memberikan ulasan asas hukum sebagai

berikut:

18

merupakan landasan hukum pengangkutan yang berguna bagi setiap pihak

baik pihak ketiga dan pihak pemerintah. Asas-asas yang bersifat publik terdapat di

dalam penjelasan undang-undang yang mengatur tentang pengangkutan. Ada .

Didalam hukum pengangkutan terdapat juga asas-asas hukum yang terbagi

ke dalam dua jenis yaitu bersifat publik dan bersifat perdata.

C.1. Asas yang bersifat publik

17

Yusuf shofie, 2002, Pelaku Usaha, Konsumen,dan Tindak Pidana Korporasi, ghalia indonesia, jakarta, hal 25

18

(9)

beberapa asas publik dalam pengangkutan berdasarkan penjelasan pasal 2

UULLAJ yaitu sebagai berikut :

a. Asas Transparan yaitu keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan

angkutan jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang

benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan

berpartisipasi bagi pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan.

b. Asas Akuntabel yaitu penyelenggraan lalu lintas dan angkutan jalan yang

dapat dipertanggungjawabkan.

c. Asas Berkelanjutan yaitu penjamin kualitas fungsi lingkungan melalui

pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana umum

pembangunan serta pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan.

d. Asas Partisipatif yaitu pengaturan peran serta masyarakat dalam proses

penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,

penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan

lalau lintas dan angkutan jalan.

e. Asas Bermanfaat yaitu semua kegiatan penyelenggaraan lalu lintas dan

angkutan jalan yang dapat memberikan nilai tambah sebesar-besarnya

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

f. Asas Efisien dan Efektif yaitu pelayanan dalam penyelenggaraan lalu

lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang

pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.

g. Asas Seimbang yaitu penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang

harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana

(10)

h. Asas Terpadu yaitu penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan

jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan kesaling

bergantungan kewenangan dan tanggumg jawab antar instansi pembina.

i. Asas Mandiri yaitu upaya transportasi asas tersebut dimaksudkan bahwa

pengangkutan dijadikan alat transportasi yang dapat menunjang bagi

masyarakat dan negara agar terdapat keterpaduan intra maupun antar

trasnportasi lain, baik darat,;aut, ataupun diudara.

C.2. Asas pengangkutan bersifat perdata

Merupakan landasan hukum yang hanya berlaku bagi para pihak yang

telah membuat perjanjian pengangkutan yaitu pengangkut dan penumpang. Asas

bersifat perdata ini didasarkan pada pasal 186 UULAJ nomor 22 tahun 2009 yaitu

: Perusahaan Angkutan Umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah

disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan

oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Berdasarkan pasal tersebut maka asas

yang terdapat pada asas hukum perdata antara lain :

a. Asas Konsesual yaitu perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam

bentuk tertulis , sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak akan tetapi,

untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus

dibuktikan dengan atau didukung dengan dokumen pengangkutan.

b. Asas Koordinatif yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai

kedudukan yang setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau

membawahi yang lain. Meskipun pengangkut menyediakan jasa dan

(11)

bukan bawahan penumpang atau pengirim barang pengangkut merupakan

salah satu bentuk pemberian kuasa.

c. Asas Campuran adalah Pengangkutan merupakan campuran dari 3 (tiga)

jenis perjanjian yakni,pemberi kuasa, penyimpanan barang dan melakukan

pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis

perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain

dalam perjanjian pengangkutan.

d. Asas Pembuktian dengan dokumen yaitu setiap pengangkutan selalu

dibuktkan dengan dokumen angkutan, tidak ada dokumen pengangkutan

berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang

sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan untuk jarak dekat biasanya

tidak ada dokumen atau tiket penumpang, contohnya angkutan dalam kota.

Berdasarkan penjelasan asas yang bersifat perdata tersebut merupakan asas

hukum yang berlaku umum dalam pengangkutan kecuali ditentukan lain, namun

dalam pengangkutan dikenal juga kebiasaan yang berlaku, dan kebiasaan tersebut

dianggap sebagai hukum perdata tidak tertulis. Dan hal itu sering terjadi dalam

(12)

D. Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan

Proses perjanijan jasa angkutan dibuat secara sah mengikat pihak-pihak.

Antara pihak-pihak tercipta hubungan kewajiban dan hak, yang perlu

direalisasikan melalui penyelenggaraan pengangkutan. Adapun perjanjian dalam

proses penyelenggaraan jasa angkutan kita kenal dengan perjanjian sepihak dan

timbal balik. Perjanjian sepihak adalah perjanjian dimana hak atau kewajiban

hanya ada pada satu pihak saja.19Sedangkan Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak.20

Sedangkan pengusaha angkutan berhak mendapatkan uang angkutan dan

berhak memerintahkan pengemudi untuk menyelenggarakan pengangkutan.Secara

umum tentang kewajiban majikan dan buruh atau pengusaha angkutan dengan Mengenai Pengertian perjanjian pengangkutan di dalam buku II

KUHDagang tidak diberikan definisinnya.Perjanjian pengangkutan itu sendiri

bersifat Konsensuil, sehingga untuk terciptanya perjanjian pengangkutan tidak

diperlukan adanya syarat tertulis, jadi hanya bersifat konsensuil.

Dalam Proses perjanjian jasa angkutan para pihak menimbulkan kewajiban

dan hak yang diberikan secara timbal balik antara pengangkut dengan pengemudi

dan pengangkut dengan penumpang. Dimana kewajiban pengusaha angkutan pada

pengemudi ini didasarkan pada perjanjian kerja, dimana pengusaha angkutan

mempunyai kewajiban untuk menyediakan jasa angkutan dan fasilitas yang akan

dipergunakan oleh pengemudi untuk mengangkut penumpang serta berkewajiban

membayar upah.

19

Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,Yogyakarta,1984, hal. 36

20

(13)

pengemudi diatur dalam pasal 1602 dan Pasal 1603 KUHperdata. Kewajiban

pengusaha angkutan terhadap pengemudi dapat ditemukan antara lain dalam pasal

90 dan pasal 237 UULLAJ yakni :

Pasal 90

1. Setiap perusahaan angkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan

ketentuan mengenai waktu kerja, waktu beristirahat dan pergantian

pengemudi kendaraan bermotor umum sesuai dengan ketentuan peraturan

perUndang-undangan.

2. Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 paling lama 8 (delapan) jam sehari.

3. Pengemudi kendaraan bermotor umum setelah mengemudikan kendaraan

selama 4 jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam.

4. Dalam hal tertentu pengemudi dapat dipekerjakan paling lama 12 jam

sehari termasuk waktu istirahat selama 1 jam.

Pasal 237

1. Perusahaan angkutan umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan

sebagai wujud tanggung jwab nya atas jaminan asuransi bagi korban

kecelakaan.

2. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang

dipekerjakan sebagai awak kendaraan.

Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan dijalan, perusahaan

angkutan umum wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan istirahat

bagi pengemudi seperti tercantum dalam pasal 90 UULLAJ. Penggunaan

(14)

para pengemudi nya tanpa memperhatikan jam kerja yang layak bagi pengemudi,

agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.21

1. Tahap persiapan pengangkutan, yang meliputi penyediaan alat

pengangkutan, penyerahan muatan barang atau penumpang untuk

diangkut, pembuatan dan penyelesaian dokumen pengangkutan.

Didalam Perjanjian pengangkutan darat, laut , dan udara , penyelenggaraan

pengangkutan meliputi empat tahap kegiatan yakni :

2. Tahap kegiatan pengangkutan yang meliputi kegiatan pemindahan muatan

barang atau penumpang dengan alat pengangkutan dari tempat

pemberangkatan ketempat tujuan yang di sepakati.

3. Tahap penyerahan muatan barang atau penumpang kepada penerima, atau

turunnya penumpang, dan pembayaran biaya pengangkutan dalam

pengangkutan barang jika belum dibayar oleh pengirim.

4. Tahap pemberesan/penyelesaian persoalan yang terjadi selama atau

sebagai akibat pengangkutan.

21

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan dalam pembuatan sistem penunjang keputusan pengajuan pembiayaan pada koperasi jasa keuangan syariah,

Maka definisi konsepsioanl dari penelitian ini adalah kinerja pegawai SAMSAT dalam pemberian pelayanan publik pada kantor SAMSAT Pembantu Samarinda Seberang dimana

Tomy Nugroho Wicaksono, 2016, Prototipe recloser satu fasa ini tergantung oleh sensor arus, sensor arus yang digunakan adalah sensor arus ACS712, sensor ini sudah

Ketika ditanya apa itu pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pencegahan dan perawatan tuberculosis hipertensi dan gastritis kepada keluarga. Keluarga hanya mengetahui

Tinggi badan ibu yang pendek berisiko 1,3 kali memiliki balita stunting dibandingkan dengan dengan ibu yang memiliki tinggi badan yang tinggi Bila orang tua pendek

Berisi tentang analisis dan desain struktur baja yang meliputi gaya dalam dan pengecekan kekuatan struktur baja terhadap beban yang bekerja untuk

Physic-chemical composition of extracted cassava starch were presented in Table 2. Based on Table 2 showed that cassava starch from all varieties cultivar have similar content

Perancangan yang dilakukan penulis ini adalah membuat aplikasi pembelajaran interaktif bahasa pemrograman visual basic.net berbasis online , yang tujuan utama