• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS RUMAH HUNIAN PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS RUMAH HUNIAN PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Selasa

tanggal : 22 Januari 2013

Pembimbing I,

Drs. Sriyono, M. Si

NIP 19631217 1988031 002

Pembimbing II,

Drs. Sutardji

NIP 19510402 1980121 001

Mengetahui Ketua Jurusan Geografi,

Drs. Apik Budi Santoso, M. Si

NIP 19620904 1989011 001

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Rabu

tanggal : 6 Februari 2013

Penguji Utama,

Drs. Saptono Putro, M.Si

NIP 19620928 1990031 002

Anggota I,

Drs. Sriyono, M. Si

NIP 19631217 1988031 002

Anggota II,

Drs. Sutardji

NIP 19510402 1980121 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial,

Dr. Subagyo, M. Pd

NIP 19510808 198003 1 003

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang 16 Januari 2013

Apriani Yunita Purwitasari

NIM 3201408069

(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

...(itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS.Ash-Shaff:3)

Demi Tuhan, berhentilah sejenak tinggalkan dahulu pekerjaanmu, tengoklah ke sekelilingmu.. (Leo Tolstoy)

Hidup hanya sekali, jadi tidak selayaknya dilalui dengan kesalahan tanpa perbaikan. (Penulis)

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Allah SWT. dan Nabi SAW.

2. Ayahku Purwanto, ibuku Yutini, kakakku Asep Purwo Yudi Utomo, adikku Agus Syarif Mahdi, dan Beyfendy_ku yang setia mendampingiku. 3. Teman-teman perjuanganku di IRM/IPM, IMM,

Jurusan Geografi angkatan 2008, Hima Geografi, Kos KB3 Banaran, Kos Trangkil, Asrama Putri Muhammadiyah.

4. Setiap penghuni rumah yang bangga dengan apa yang mereka miliki.

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. atas berkah,

rahmat, dan ridhaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah

Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota

Semarang”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

banyak memberi motivasi baik secara moral maupun material kepada penulis.

Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada peneliti menempuh

pendidikan sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang atas segala kemudahan yang telah diberikan dalam ijin melakukan

penelitian.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu

Sosial atas persetujuan kepada peneliti dalam melakukan penelitian.

4. Drs. Sriyono, M.Si., selaku pembimbing I yang dengan sabar memberikan

arahan, bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Sutardji, selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan arahan,

bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

(7)

6. Drs. Saptono Putro, M.Si, selaku penguji utama yang telah bersedia menguji

skripsi peneliti dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Drs. Eko Slamet Riyanto, SH, selaku Lurah Mangunsari yang telah

memberikan ijin penelitian.

8. Warga di Kelurahan Mangunsari selaku responden dalam penelitian ini yang

telah memberikan data atau informasi, terima kasih atas kerjasama dan

bantuannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

pembaca pada umumnya. Kritik dan saran, penulis harapkan agar semakin

sempurnanya penelitian ini.

Semarang, 16 Januari 2013

Penyusun

(8)

SARI

Purwitasari, Apriani Yunita. 2013. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sriyono, M. Si dan Pembimbing II Drs. Sutardji. 93 halaman, 27 tabel, 10 lampiran, 38 gambar.

Kata Kunci: Hubungan, Tingkat Pendidikan, Kualitas Rumah Hunian.

Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan, kesehatan, dan pemukiman. Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan. Pendidikan sangat berpengaruh pada perwujudan peningkatan kualitas rumah hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Dengan memahami pentingnya kesehatan dalam rumah, setiap warga akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitiannya adalah: 1) Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari, 2) Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Gunungpati Kota Semarang, 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yaitu 1208 KK. Pengambilan sampel menggunakan teknik

proportionate cluster random sampling diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan variabel terikatnya yaitu kualitas rumah hunian. Alat pengumpul data yang digunakan adalah dokumentasi dan panduan observasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif persentase dan analisis korelasi product moment dari Pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 42,9% (36 KK) tingkat pendidikan penduduk masih rendah (belum sekolah sampai tamat SD), 23,8% (20 KK) dengan kriteria cukup tinggi (SMP), 26,2% (22 KK) dengan kriteria tinggi (tamat SMA), dan 7,1% (4 KK) dengan kriteria sangat tinggi (Perguruan Tinggi). Kondisi kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari menunjukkan bahwa 19,0% (16 rumah) dengan kriteria sangat baik dengan skor 45,50–56,00; 77,4% (65 rumah) dalam kondisi baik karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; 3,6% (3 rumah) dengan kriteria cukup baik dengan skor 24,50–<35,00, dan tidak ada rumah yang masuk kriteria kurang baik. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan korelasi product moment dari

(9)

Pearson, bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213,

sehingga rhitung (0,263)> rtabel (0,213).

Simpulan penelitian ini yaitu: 1) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, diketahui tingkat pendidikan penduduk termasuk dalam kriteria rendah yaitu sebanyak 36 penduduk (42,9%) hanya menempuh pendidikan formal sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya) atau tidak sekolah; 2) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, sebagian besar rumah penduduk termasuk dalam kriteria baik yaitu sebanyak 65 rumah penduduk (77,4%) berada pada skor 35,00 - <45,50; dan 3) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, karena rhitung (0,263) > rtabel(0,213). Saran yang diajukan adalah: 1) Warga perlu

meningkatkan tingkat pendidikan karena berguna untuk peningkatan kualitas rumah hunian; 2) Warga perlu meningkatkan kualitas rumah huniannya karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatannya; dan 3) Warga perlu mengikuti penyuluhan lingkungan sehat untuk mewujudkan lingkungan sehat di Kelurahan Mangunsari.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.7.1. Pengertian Pendidikan ... 14

1.7.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan ... 14

1.7.3. Jalur Pendidikan ... 15

1.9. Penduduk Kelurahan Mangunsari ... 21

1.10. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Kualitas Rumah ... 21

1.11. Kerangka Berfikir ... 23

1.12. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian ... 25

3.2. Sampel dan Teknik Sampling ... 25

3.3. Variabel Penelitian ... 26

(11)

3.3.1. Variabel Bebas ... 26

3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase ... 29

3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34

4.1.1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 34

4.1.1.1.Letak astronomis ... 34

4.1.1.2.Letak administrasi ... 34

4.1.1.3.Penggunaan lahan ... 36

4.1.1.4.Jumlah rumah penduduk ... 38

4.1.1.5.Jumlah pemakai air minum ... 38

4.1.2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 39

4.1.2.1.Jumlah penduduk menurut kelompok umur ... 39

4.1.2.2.Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ... 39

4.1.2.3.Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ... 41

4.2. Hasil Penelitian ... 41

4.2.1. Jenis kelamin responden ... 41

4.2.2. Umur responden ... 42

4.2.3. Mata pencaharian responden ... 42

4.2.4. Pendapatan responden ... 43

4.2.5. Tingkat pendidikan responden ... 44

4.2.6. Kualitas rumah hunian responden ... 45

4.2.7. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ... 72

4.2.7.1.Uji Normalitas Data ... 72

4.2.7.2.Koefisien Korelasi ... 73

4.3. Pembahasan ... 74

4.3.1. Tingkat pendidikan ... 75

4.3.2. Kualitas rumah hunian ... 76

4.3.3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ... 78

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... 81

5.2. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Sampel penelitian di RW 1 ... 26

Tabel 3.2 Kriteria tingkat pendidikan ... 29

Tabel 3.3 Frekuensi variabel tingkat pendidikan ... 30

Tabel 3.4 Kriteria kualitas rumah hunian ... 31

Tabel 3.5 Frekuensi variabel kualitas rumah hunian ... 32

Tabel 4.1 Penggunaan lahan di Kelurahan Mangunsari ... 36

Tabel 4.2 Jumlah rumah penduduk menurut sifat dan bahannya di Kelurahan Mangunsari ... 38

Tabel 4.3 Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari... 38

Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur ... 39

Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan mata pencaharian ... 40

Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan tingkat pendidikan ... 41

Tabel 4.7 Jenis kelamin responden di Kelurahan Mangunsari ... 42

Tabel 4.8 Umur responden di Kelurahan Mangunsari ... 42

Tabel 4.9 Mata pencaharian responden di Kelurahan Mangunsari ... 43

Tabel 4.10 Pendapatan responden di Kelurahan Mangunsari ... 43

Tabel 4.11 Tingkat pendidikan responden ... 44

Tabel 4.12 Kualitas rumah hunian penduduk ... 45

Tabel 4.13 Komponen luas rumah responden ... 46

Tabel 4.14 Komponen langit-langit rumah responden ... 47

Tabel 4.15 Komponen atap rumah responden ... 49

Tabel 4.16 Komponen dinding rumah responden ... 50

Tabel 4.17 Komponen lantai rumah responden ... 52

Tabel 4.18 Komponen jendela kamar tidur rumah responden ... 55

Tabel 4.19 Komponen ventilasi udara rumah responden ... 57

Tabel 4.20 Komponen lubang asap dapur rumah responden ... 58

Tabel 4.21 Komponen pencahayaan alami dan buatan rumah responden ... 60

Tabel 4.22 Komponen penyediaan air bersih rumah responden ... 62

Tabel 4.23 Komponen pembuangan air limbah rumah responden ... 63

Tabel 4.24 Komponen pembuangan sampah rumah responden ... 66

Tabel 4.25 Komponen penghijauan halaman rumah responden ... 69

Tabel 4.26 Komponen jamban rumah responden ... 71

Tabel 4.27 Uji normalitas data kualitas rumah hunian ... 74

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 24

Gambar 3.1 Skema hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian ... 33

Gambar 4.1 Peta administrasi Kelurahan Mangunsari ... 35

Gambar 4.2 Peta penggunaan lahan Kelurahan Mangunsari ... 37

Gambar 4.3 Tingkat pendidikan penduduk ... 44

Gambar 4.4 Kualitas rumah hunian penduduk ... 45

Gambar 4.5 Rumah tanpa langit-langit rumah ... . 48

Gambar 4.6 Langit-langit rumah yang kotor ... 48

Gambar 4.7 Langit-langit rumah yang bersih dan terawat ... 49

Gambar 4.8 Atap rumah dari genteng ... 50

Gambar 4.9 Rumah dengan dinding kayu ... 51

Gambar 4.10 Rumah dengan dinding anyaman bambu ... 51

Gambar 4.11 Rumah dengan lantai keramik ... 53

Gambar 4.12 Rumah dengan lantai kamar mandi yang rusak ... 53

Gambar 4.13 Dapur tradisional rumah responden ... 54

Gambar 4.14 Rumah responden dengan dinding dan lantai yang rusak ... 54

Gambar 4.15 Jendela rumah tanpa teralis ... 56

Gambar 4.16 Bentuk jendela yang juga berfungsi seperti teralis ... 56

Gambar 4.17 Ventilasi rumah responden tanpa pelindung dari nyamuk ... 57

Gambar 4.18 Dapur tanpa lubang asap dapur ... 59

Gambar 4.19 Dapur dengan pencahayaan dan ventilasi yang memadai ... 59

Gambar 4.20 Jendela dan ventilasi rumah untuk masuknya cahaya ... 61

Gambar 4.21 Saluran air yang digunakan warga dari sumur artesis ... 62

Gambar 4.22 Selokan terbuka yang tidak terawat ... 63

Gambar 4.23 Selokan terbuka yang terawat ... 64

Gambar 4.24 Pembuangan air kamar mandi di halaman rumah ... 65

Gambar 4.25 Pembuangan limbah dapur di halaman rumah ... 65

Gambar 4.26 Saluran pembuangan kamar mandi ke halaman rumah ... 65

Gambar 4.27 Tempat pengumpulan sampah warga ... 66

Gambar 4.28 Pengumpulan sampah di dalam rumah ... 67

Gambar 4.29 Sisa pembakaran sampah di halaman rumah ... 67

Gambar 4.30 Halaman rumah yang dimanfaatkan sebagai taman ... 68

Gambar 4.31 Rumah dengan teras rumah ... 69

Gambar 4.32 Halaman rumah untuk beternak ... 69

Gambar 4.33 Model WC duduk ... 70

Gambar 4.34 WC model leher angsa ... 71

Gambar 4.35 Dinding kamar mandi dan WC yang tidak permanen ... 71

Gambar 4.36 WC dengan dinding yang rusak ... 72

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi panduan dokumentasi variabel tingkat pendidikan... 84

Lampiran 2 Kisi-kisi panduan observasi variabel kualitas rumah hunian ... 85

Lampiran 3 Pengantar ... 87

Lampiran 4 Lembar dokumentasi dan observasi ... 88

Lampiran 5 Lembar panduan dokumentasi dan observasi ... 89

Lampiran 6 Daftar nama responden ... 91

Lampiran 7 Data penelitian tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian ... 94

Lampiran 8 Uji normalitas data penelitian kualitas rumah hunian ... 96

Lampiran 9 Korelasi antara pendidikan dan kualitas rumah ... 97

(15)

   

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman, berisi setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan mempunyai peran yang

sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah

satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan

produktif.

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.

Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan.

Pada zaman purba, manusia bertempat tinggal di gua-gua yang kemudian

berkembang dengan mendirikan rumah atau tempat tinggal di hutan-hutan dan di

bawah pohon. Pada abad modern ini, manusia sudah membangun rumah (tempat

tinggalnya) bertingkat dan dilengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak

zaman dahulu, manusia juga mencoba membangun rumahnya berdasarkan

kebudayaan penduduk setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan

yang ada di daerah setempat (local material). Setelah manusia memasuki abad

modern ini, meskipun rumah mereka dibangun bukan dengan bahan-bahan dari

daerah setempat tetapi kadang-kadang pembangunannya masih mewarisi

kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo 2003).

(16)

Berdasarkan pemaparan tersebut, rumah menjadi kebutuhan pokok

manusia guna membangun kehidupan keluarga dengan memenuhi kebutuhan

manusia itu sendiri, misalnya untuk tempat berlindung dari cuaca, tempat

pembinaan keluarga, serta sebagai tempat untuk kegiatan keluarga. Oleh karena

itu, rumah yang berkualitas dan sesuai standar kesehatan diharapkan akan

memenuhi hak-hak dasar seseorang untuk tinggal dan menetap di suatu tempat

serta melangsungkan hidupnya dengan sejahtera.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Permukiman pada Bab III Pasal 5 berisi setiap warga negara

mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah

yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur; dan setiap

warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta

dalam pembangunan perumahan.

Hal yang sama juga dijelaskan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan

Prasarana Wilayah nomor: 403/ KPTS/ M/ 2002 tentang Pedoman Teknis

Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT) Lampiran IV, yang

menyebutkan hal sebagai berikut. 1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,

jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

ekonomi. 2) Rumah sehat merupakan rumah sebagai tempat tinggal yang

memenuhi ketetapan dan ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam

rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan,

(17)

Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimal

sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat

yang optimal pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan

lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah

serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.

Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah yang merupakan

salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang

tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan

populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit

serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat

memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak

diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Syarat rumah sehat yang tidak terpenuhi

dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental, maupun

sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah

pada kemiskinan dan masalah sosial.

Rumah memiliki arti penting dalam penjagaannya terhadap kesehatan

anggota keluarga yang menempati rumah tersebut. Banyak kasus kesehatan yang

terjadi karena tidak menerapkan standar rumah sehat, seperti dalam penelitian

oleh Yusup dan Sulistyorini (2005) tentang “Hubungan Sanitasi Rumah Secara

Fisik dengan Kejadian Ispa pada Balita” yang menyimpulkan bahwa a) terdapat

hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan

p=0,000; b) sanitasi rumah secara fisik yang memiliki hubungan dengan kejadian

(18)

dan penerangan alami (p=0,047); c) sanitasi rumah secara fisik yang tidak

memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita meliputi: kelembaban

(p=0,143) dan suhu (p=0,179).

Pramudiyani dan Prameswari (2011) juga menjelaskan dengan judul

“Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia

Balita” berisi adanya hubungan antara luas ventilasi kamar, jenis lantai, kepadatan

hunian kamar dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini juga

menunjukkan adanya hubungan antara perilaku membuka jendela setiap pagi dan

siang hari, serta perilaku merokok dengan kejadian Pneumonia pada balita.

Namun, dalam hasil penelitian ini ditunjukkan tidak ada hubungan antara suhu

rumah, kelembaban rumah, kondisi jendela dan penggunaan obat nyamuk dengan

kejadian Pneumonia pada balita.

Oktaviani (2011) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara

Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali”

menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,046),

pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah

(p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan

kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah memaparkan kasus-kasus

akibat tidak sesuainya kondisi rumah dengan kesehatan penghuni rumah maka

(19)

dimaksud yaitu kualitas rumah hunian dengan dasar panduan penilaian rumah

sehat.

Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan

kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan

masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan,

kesehatan, dan pemukiman. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan

sekarang ini masih menghadapi masalah-masalah antara lain mengenai

kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Tugas

pembangunan tersebut hanya akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya

alam dan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan dan pengembangan

sumber daya manusia itu sendiri ditujukan pada perwujudan manusia

pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil, mandiri,

produktif, kreatif, inovatif serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan

kondisi kehidupan yang lebih baik. Ciri kehidupan masyarakat yang baik antara

lain tercermin dari perilaku manusia dan kondisi pemukiman yang sehat.

Rendahnya kualitas kesehatan pemukiman merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Masalah kesehatan hunian merupakan masalah klasik yang senantiasa

muncul terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ini

merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, karena kesehatan

lingkungan perumahan yang tidak memenuhi persyaratan akan mengakibatkan

tumbuh suburnya berbagai masalah dan penyakit menular bagi penduduk,

(20)

tempat tinggal yang tidak sehat akan menyebabkan menurunnya produktivitas

kerja dan daya guna seseorang. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas

pemukiman dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja bagi penghuninya,

dan dapat meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup masyarakat. Oleh karena

itu, baik pemerintah maupun masyarakat sudah sewajarnya menyadari bahwa

lingkungan pemukiman dan perumahan perlu diperhatikan kualitasnya dan perlu

pula diperhatikan persyaratan kesehatan di samping persyaratan teknisnya.

Masalah lingkungan dan perumahan tidak sehat, sebenarnya ditimbulkan

oleh perbuatan manusia itu sendiri yang tidak mengetahui dan tidak menyadari

pentingnya lingkungan hidup sehat. Masalah lingkungan dan perumahan yang

dihadapi sebenarnya adalah masalah perubahan mental dan perilaku manusia

yang mungkin tanpa disadari telah menjadi manusia perusak alam lingkungannya

sendiri. Mereka harus diubah sikap mentalnya menjadi manusia yang mengetahui

dan menyadari pentingnya lingkungan dan rumah sehat. Upaya peningkatan

kesehatan perumahan hanya mungkin jika didukung oleh semua warganya.

Masyarakat yang sehat memerlukan lingkungan perumahan yang sehat.

Dalam upaya merealisasikan lingkungan rumah sehat di pedesaan perlu adanya

pengertian, pemahaman dan kesadaran dari penduduk itu sendiri, sehingga

apabila nanti sudah menyadari pentingnya rumah sehat, diharapkan ada motivasi

dan upaya dari penghuni untuk memenuhi rumahnya masing-masing.

Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari.

Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan.

(21)

hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar

kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang

baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Pemahaman pentingnya

kesehatan dalam rumah akan membuat setiap warga meningkatkan kualitas

hidupnya.

Berdasarkan data dinamis monografi Kelurahan Mangunsari semester II

Tahun 2011, jumlah penduduk dirinci menurut pendidikan yang ditamatkan yaitu

1) tamat Sekolah Dasar/sederajat sejumlah 1253 orang; 2) tamat SMP/sederajat

sejumlah 644 orang; 3) tamat SMA/sederajat sejumlah 615 orang; 4) tamat

Akademi/sederajat sejumlah 96 orang; dan 5) tamat PT/sederajat sejumlah 103

orang. Data Statis Monografi Kelurahan Mangunsari semester II Tahun 2011 juga

menyebutkan bahwa jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah

1.164 rumah, yaitu: rumah menurut sifat dan bahannya: 1) dinding yang terbuat

dari batu/ gedung permanen sejumlah 791 rumah; 2) dinding yang terbuat dari

sebagian batu/ semi permanen sejumlah 215 rumah; dan 3) dinding yang terbuat

dari kayu/ papan sejumlah 158 rumah.

Penentuan lokasi penelitian mempertimbangan beberapa hal sebagai

berikut. 1) Lokasi penelitian merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan

Gunungpati yang berdasarkan data monografi terdiri dari 3 jenis rumah dengan

sifat dan bahan yang berbeda dengan kondisi pendidikan yang cukup baik. 2)

Lokasi penelitian merupakan daerah dengan luas wilayah 221.154 ha yang

terbagi menjadi 23 RT dan 5 RW dengan jumlah penduduk 4195 jiwa dan 1208

(22)

singkat. 3) Lokasi penelitian lebih mudah diakses oleh peneliti selama proses

penelitian.

Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, penulis akan melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas

Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota

Semarang”.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang

diajukan adalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

1.2.2. Bagaimana kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

1.2.3. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah

hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati

Kota Semarang?

1.3.TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitiannya adalah:

1.3.1. Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari

(23)

1.3.2. Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.3.3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah

hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati

Kota Semarang.

1.4.MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis

maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain:

1.4.1. Manfaat Teoritis

1.4.1.1.Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti

mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah

hunian.

1.4.1.2.Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa

yang ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan

kualitas rumah hunian.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak

yang berkompeten dalam perancangan kebijakan untuk pembangunan

(24)

1.5.PENEGASAN ISLTILAH

Peneliti memberikan batasan penelitian dalam penegasan istilah agar tidak

terjadi suatu kesalahpahaman tentang pengertian hubungan, tingkat pendidikan,

kualitas rumah hunian, dan penduduk seperti berikut ini.

1.5.1. Pengertian Hubungan

Hubungan adalah keadaan saling berkaitan antara jaringan yang terwujud

karena interaksi antar satuan-satuan yang aktif (KBBI 1990:313). Hubungan

dalam ilmu statistik yaitu hubungan kesejajaran antara 2 (dua) variabel atau lebih

(Sudjana 2002:167). Penelitian ini mengkorelasikan atau menghubungkan antara

tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari.

1.5.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah kelompok layanan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan

informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tingkat pendidikan dalam

penelitian ini akan lebih fokus pada pendidikan formal terakhir Kepala Keluarga

(KK) pada penduduk di Kelurahan Mangunsari.

1.5.3. Kualitas Rumah Hunian

Menurut UU RI Nomor 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri

dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal

dan sarana pembinaan keluarga. Hal yang sama juga disebutkan dalam UU No.1

Tahun 2011, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat

tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan

(25)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005

Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang

Bangunan Gedung, fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2)

mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang meliputi rumah

tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal

sementara.

Berdasarkan penjelasan tersebut, istilah rumah dapat mewakili rumah

hunian jika rumah tersebut masih menjadi tempat tinggal penduduk. Standar

dalam menentukan kualitas rumah hunian dijelaskan dalam komponen rumah

sehat oleh DPU Cipta Karya (1994), yaitu: penyediaan ruang yang cukup,

langit-langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara,

lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih,

pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan

jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada

lampiran 2 halaman 86.

1.5.4. Penduduk

Menurut Undang-Undang RI No.10 Tahun 1992, penduduk adalah orang

dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga

negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam

batas wilayah negara pada waktu tertentu. Penduduk dalam penelitian ini adalah

sekelompok orang yang tinggal di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati

(26)

1.6.PENELITIAN YANG RELEVAN

No. Penulis Tahun Judul

Penelitian Kesimpulan 1. Kusumawati

• Pendidikan kepala keluarga sebagian besar yakni 64,1% adalah pendidikan dasar, pengetahuan kesehatan lingkungan sebagian kepala keluarga termasuk kategori sedang yakni sebesar 57,7%, sedangkan responden yang berperilaku sehat sebesar 44,6%.

• Ada hubungan antara pendidikan dan pengetahuan kesehatan lingkungan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan nilai p masing-masing sebesar 0,001. 2. Hermawan 2005 Hubungan

antara Tingkat

• Terdapat hubungan yang positif antara tingkat

pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan;

• Terdapat hubungan yang positif antara persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan;

• 3)Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. 3. Amalia 2009 Hubungan

antara Pendidikan, Pendapatan

(27)

dan Perilaku

Surakarta sebagian besar berpendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 16 orang (40%);

• Pendapatan perhari tertinggi pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) yaitu Rp 200.000 dan pendapatan terendah Rp.10.000;

• Pedagang HIK sebagian besar berperilaku kurang sehat sebanyak 30 orang (75%) dan hanya 10 orang (25%) yang berperilaku sehat;

• Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan PHBS (p = 0,003) pada pedagang HIK; dan

• 5) Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan PHBS (p = 0,049) pada pedagang HIK.

Berdasarkan penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kulitas rumah hunian.

Dalam penelitian ini penulis beranggapan variabel penelitian penulis memiliki

kesamaan dari beberapa penelitian yang relevan tersebut karena saling

menghubungkan antara variabel satu dengan variabel satunya. Penelitian ini

(28)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.TINGKAT PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini terdiri atas pengertian pendidikan;

dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan; jalur pendidikan; serta jenjang pendidikan.

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan adalah memelihara

dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, penduduk, dan bangsa.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada

nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan

perubahan zaman.

2.1.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pendidikan nasional

berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

(29)

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.1.3. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan

tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan

informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, ketiga jalur

pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.

2.1.3.1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

2.1.3.2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

2.1.3.3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

2.1.4. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

menyebutkan jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

(30)

2.1.4.1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD)

dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),

atau bentuk lain yang sederajat.

2.1.4.2. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri

atas pendidikan menengah dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

2.1.4.3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan

tinggi, yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi dengan sistem

terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban

menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat.

Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan

cara hidup di balik kehidupan. Pemahaman tersebut menjelaskan bahwa manusia

dididik untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar

(31)

formal yang terbagi dalam tahun belajar yaitu selama ≤ 6 tahun, 7-9 tahun, 10-12

tahun, dan > 12 tahun.

Pendidikan secara umum memberikan manfaat membentuk sikap dan

kesadaran dalam menghadapi suatu masalah. Pada penelitian ini, permasalahan

tentang kesehatan perumahan yang berhubungan dengan kualitas rumah

diharapkan dapat ditingkatkan dengan pendidikan agar kesadaran untuk

mengupayakan rumah sehat dapat segera terwujud.

2.2.KUALITAS RUMAH

Kualitas rumah dalam penelitian ini terdiri atas pengertian rumah; rumah

sehat, dan syarat rumah sehat.

2.2.1. Pengertian Rumah

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area

sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga

(UU RI No.4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau

bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan

jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan

individu.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/ MENKES/ SK/ VII/ 1999

menjelaskan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Selain itu, Hayward dalam

Kasjono (2011:21-22), mengemukakan beberapa konsep tentang rumah, yaitu 1)

Rumah sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai simbol dan pencerminan

(32)

memiliki, rasa kebersamaan, kehangatan, kasih, dan rasa aman; 3) Rumah sebagai

tempat menyendiri dan menyepi, tempat melepaskan diri dari dunia luar, dari

tekanan dan ketegangan, dari dunia rutin; 4) Rumah sebagai akar dan

kesinambungan, rumah merupakan tempat kembali pada akar dan menumbuhkan

rasa kasinambungan dalam untaian proses ke masa depan; 5) Rumah sebagai

wadah kegiatan utama sehari-hari; 6) Rumah sebagai pusat jaringan sosial; 7)

Rumah sebagai struktur fisik.

Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, rumah memiliki arti penting

dalam mendukung kehidupan manusia agar tercapai kehidupan yang baik dalam

setiap pekerjaan atau kegiatannya dan merupakan bentuk ekspresi penghuninya.

Oleh karena itu, perlu diupayakan pembangunannya sesuai standar rumah sehat

untuk mencapai derajat kesehatan dan mendukung tujuan tersebut.

2.2.2. Rumah Sehat

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat adalah suatu keadaan

yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan

yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan). Berdasarkan dari pengertian

tersebut, rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan

tempat untuk beristirahat, sehinggga menumbuhkan kehidupan yang sempurna

baik fisik, rohani, maupun sosial.

2.2.3. Syarat Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan rumah tinggal dilihat dari kondisi fisik dan biologik

di dalam rumah yang memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan

(33)

komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi,

binatang penular penyakit, air, sarana penyimpan makanan yang aman, limbah,

dan kepadatan hunian ruang tidur.

Menurut Ditjen Cipta Karya, Syarat Rumah Sehat adalah sebagai berikut.

2.2.3.1.Memenuhi segi kesehatan, artinya bagian-bagian rumah yang

mempengaruhi kesehatan keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik

terutama a) penerangan dan peranginan dalam setiap ruang harus cukup, b)

penyediaan air bersih, c) pengaturan pembuangan air limbah dan sampah

sehingga tidak menimbulkan pencemaran, d) bagian-bagian ruang seperti

lantai dan dinding tidak lembab, e) tidak terpengaruh pencemaran seperti

bau, rembesan air kotor, udara kotor, dan sebagainya.

2.2.3.2.Memenuhi segi kekuatan bangunan, artinya bagian-bagian dari bangunan

rumah mempunyai konstruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin

keamanannya, seperti a) konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk

menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan

gempa, dan lain-lain, b) pemakaian bahan bangunan yang bisa dijamin

keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaan, dan c) penggunaan bahan

tahan api untuk bagian yang mudah terbakar, dan bahan tahan air untuk

bagian yang selalu basah.

2.2.3.3.Memperhatikan segi kenyamanan, agar keluarga dapat tinggal dengan

nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, diperlukan a)

penyediaan ruangan yang cukup, b) ukuran ruangan yang sesuai dengan

(34)

dekorasi dan warna ruang yang serasi, dan e) penghijauan halaman diatur

sesuai kebutuhan.

2.2.3.4.Memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang diperoleh,

diperlengkapi, dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan

kemampuan pendapatan keluarga.

Notoatmojo dalam Kasjono (2011:22-23) dijelaskan faktor-faktor yang

perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah adalah sebagai berikut.

2.2.3.1.Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan

sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat

di mana rumah itu didirikan. Di pegunungan atau di tepi pantai, di

kelurahan atau di kota, di daerah dingin atau di daerah panas, di daerah

pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas

gempa dan sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang tentu

disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaan, misalnya bahannya,

bentuknya, menghadapnya, dan lain sebagainya. Rumah di daerah gempa

harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah

di dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap

serangan-serangan binatang buas;

2.2.3.2.Tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah

dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga

bahan-bahan pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang

(35)

bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja,

namun diperlukan pemeliharaan seterusnya.

Berdasarkan penjelasan tentang syarat rumah sehat tersebut, peneliti akan

menilai rumah sehat dengan subvariabel: penyediaan ruang yang cukup,

langit-langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara,

lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih,

pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan

jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada

lampiran 2 halaman 86.

2.3.PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI

Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Mangunsari Kecamatan

Gunungpati Kota Semarang yang berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan

Semester II Tahun 2011, luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha

yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kepala

Keluarga (KK) di Kelurahan Mangunsari sebanyak 1.208 KK dengan jumlah

penduduk 4.195 jiwa, jadi rata-rata setiap kepala keluarga memiliki tiga sampai

empat anggota keluarga di rumahnya.

2.4.HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS

RUMAH HUNIAN

Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia.

Salah satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku

(36)

manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam

diri setiap manusia. Tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah merubah atau

menghapus kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan dan

memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan.

Pembangunan yang menjadi hak setiap warga negara menjadi kewajiban

pemerintah dan masyarakat sendiri untuk menjaga pelaksanaan pemenuhan

hak-hak tersebut yang diwujudkan dalam pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur

formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan nasional yang diusung dalam

UU nomor 1 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar

pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap

tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional sendiri berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Penjabaran dari pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah

kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur

formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain

kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan

(37)

(perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah

(sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Namun, jenis perilaku

ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanpa pemahaman manfaat

berperilaku tertentu.

Berdasarkan penjelasan dan analisis data sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa seseorang dapat menentukan atau melakukan suatu perubahan

(pembangunan) dalam hal kesehatan untuk kesejahteraan maupun peningkatan

kualitas hidupnya dengan syarat memiliki pengetahuan tentang kesehatan

perumahan atau syarat-syarat rumah sehat yang diperoleh dari pendidikan formal.

2.5.KERANGKA BERFIKIR

Penduduk berkualitas adalah penduduk yang sehat sehingga dapat

menjalankan segala aktivitas untuk menunjang kehidupannya dan dapat dilihat

dari lingkungan perumahan yang sehat. Usaha untuk mencapai lingkungan

perumahan yang sehat dilakukan jika penduduk sudah menyadari pentingnya

rumah sehat yang bisa diperoleh atau telah melalui usaha pendidikan secara

bertahap agar terjadi suatu perubahan. Pendidikan membuat seseorang yang pada

awalnya tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak tahu menjadi tahu.

Peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah dapat

dilalui dengan tahapan dalam proses pendidikan. Standar kesehatan yang

diusahakan dimulai dari upaya peningkatan kualitas rumah hunian atau

pembangunan rumah sehat.

Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan analisis penelitian yang

(38)

dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Berikut ditampilkan gambar yang

menjelaskan kerangka berpikir secara singkat.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.6.HIPOTESIS

Berdasarkan pemaparan latar belakang, kajian pustaka, kerangka berpikir,

dan analisis penelitian yang relevan, maka peneliti mengemukakan hipotesis ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

     

Pendidikan

Rumah Tidak Sehat Rumah Sehat

Tingkat Pendidikan

Rendah Tingkat

Pendidikan Tinggi

Penduduk Sehat

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.POPULASI PENELITIAN

Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011,

populasi penelitian ini terdiri atas 1208 Kepala Keluarga (KK) yang berada di

Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Merujuk pada

data dinamis Kelurahan Mangunsari, lokasi tersebut terdiri atas 5 Rukun Warga

(RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 4195 jiwa.

3.2.SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti. Apabila jumlah populasi besar dan relatif homogen, sampel

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate cluster random

sampling yang menurut Sugiyono (2010:120-122) teknik ini melalui dua tahap

yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan

sampel orang yang ada pada daerah itu secara acak dengan proporsional.

Berdasarkan tingkat pendidikan dan variasi jenis bangunan atau tipe rumah yang

bervariasi dari data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun 2011,

maka ditentukan sampel daerahnya adalah RW 1. Tahap berikutnya untuk

menentukan sampel orang (responden) secara proporsional dengan mengambil

25% nama kepala keluarga dari masing-masing RT di RW 1 secara acak dan dari

(40)

337 kepala keluarga di RW 1 diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden.

Perhitungan pengambilan jumlah KK dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian di RW 1

No. Nama Lingkungan Jumlah KK Sampel

1 RT 1 71 18

2 RT 2 71 18

3 RT 3 66 16

4 RT 4 52 13

5 RT 5 77 19

Jumlah 337 84

Sumber:Data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011 semester II

3.3.VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

penelitian (Arikunto 2002:96). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

3.3.1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2010:61). Varibel

bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan kepala keluarga. Variabel

tingkat pendidikan diperoleh dari pendidikan formal terakhir kepala keluarga.

Tingkat pendidikan formal dikategorikan dengan pembagian berdasarkan waktu

responden menempuh pendidikan formal, yaitu:

3.3.1.1. tidak sekolah sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya);

3.3.1.2. kelas 7 sampai dengan kelas 9 (SLTP/sederajatnya);

(41)

3.3.1.4. lebih dari kelas 12 (Akademi/PT/sederajatnya).

3.3.2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

adanya variabel bebas (Sugiyono 2010:61). Varibel terikat dalam penelitian ini

adalah kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berpedoman pada penilaian rumah

sehat dengan kategori sebagai berikut:

3.3.2.1. penyediaan ruang yang cukup;

3.3.2.2. langit-langit;

3.3.2.3. atap rumah;

3.3.2.4. dinding;

3.3.2.5. lantai;

3.3.2.6. jendela;

3.3.2.7. peranginan atau ventilasi udara;

3.3.2.8. lubang asap dapur;

3.3.2.9. penerangan atau pencahayaan;

3.3.2.10. penyediaan air bersih;

3.3.2.11. pembuangan air limbah;

3.3.2.12. pembuangan sampah;

3.3.2.13. penghijauan halaman rumah; dan

3.3.2.14. jamban.

Kriteria subvariabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 yang berupa

(42)

3.4.METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi dan metode observasi yang akan dijelaskan sebagai berikut.

3.4.1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, report, legger,

legenda, dan sebagainya (Arikunto 2010:274). Metode ini digunakan untuk

memperoleh data jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga dari Data

Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011, peta Kelurahan Mangunsari, serta

data tingkat pendidikan penduduk yang diperoleh dari kartu keluarga atau ijazah

kepala keluarga.

3.4.2. Metode Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data di mana peneliti

mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang

diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium)

maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (lapangan) (Sambas Ali Muhidin

2005:175). Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang

kualitas rumah hunian kepala keluarga Kelurahan Mangunsari Kecamatan

Gunungpati Kota Semarang.

3.5.TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif

persentase dan teknik analisis korelasi Product Moment yang akan dijelaskan

(43)

3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase

Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran kondisi responden atau

penduduk mengenai tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

3.5.1.1.Variabel tingkat pendidikan

3.5.1.1.1. Menentukan skala pengukuran (skoring)

Skor 1 jika belajar ≤ 6 tahun

Skor 2 jika belajar 7 – 9 tahun

Skor 3 jika belajar 10 – 12 tahun

Skor 4 jika belajar > 12 tahun

3.5.1.1.2. Menentukan kriteria

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Pendidikan

No. Skor Kriteria (Tingkat Pendidikan)

1. 4 Sangat tinggi

2. 3 Tinggi

3. 2 Cukup tinggi

4. 1 Rendah

Sumber: Hasil perhitungan

3.5.1.1.3. Membuat tabel frekuensi

Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah

frekuensi berdasarkan Skor yang diperoleh responden dalam penelitian. Tabel 3.3

menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan

(44)

Tabel 3.3 Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan

No. Kriteria

(Tingkat Pendidikan) Skor

Jumlah (f)

Persentase ( %)

1. Sangat tinggi 4 - -

2. Tinggi 3 - -

3. Cukup tinggi 2 - -

4. Rendah 1 - -

∑f

Sumber: Hasil perhitungan

Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut.

Keterangan:

f = jumlah frekuensi masing-masing kriteria

∑f = jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189)

3.5.1.1.4. Deskripsi

Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah

ditabulasikan kemudian dideskripsikan.

3.5.1.2.Variabel kualitas rumah hunian

3.5.1.2.1. Menentukan skala pengukuran (skoring)

Pertanyaan dari setiap subvariabel diberi empat pilihan jawaban yaitu:

kurang baik (diberi skor 1), baik (diberi skor 2), cukup baik (diberi skor 3), dan

sangat baik (diberi skor 4)

3.5.1.2.2. Menentukan kriteria

3.5.1.2.2.1.Menentukan skor maksimal

Skor maksimal = jumlah item x skor maksimal

= 14 x 4

(45)

3.5.1.2.2.2.Menentukan skor minimal

Skor minimal = jumlah item x skor minimal

= 14 x 1

= 14

3.5.1.2.2.3.Menentukan rentang skor (range)

Range = skor maksimal – skor minimal

= 56 – 14

= 42

3.5.1.2.2.4.Menentukan interval

Interval banyak kriteriarange

,

3.5.1.2.2.5.Menentukan kriteria

Kriteria kualitas rumah hunian penduduk dalam penelitian ini dibagi

menjadi empat kriteria, yaitu: sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik.

Tabel 3.4 Kriteria Kualitas Rumah Hunian

No. Skor Kualitas Rumah Hunian 1. 45,50 – 56,00 Sangat baik 2. 35,00 – <45,50 Baik 3. 24,50 – <35,00 Cukup baik 4. 14,00 – <24,50 Kurang baik Sumber: Hasil perhitungan

3.5.1.2.3. Membuat tabel frekuensi

Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah

(46)

menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan

Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Tabel 3.5 Frekuensi Variabel Kualitas Rumah Hunian

No. Kualitas Rumah Hunian Skor Jumlah (f) Persentase (%) 1. Sangat baik 45,50 – 56,00 - - 2. Baik 35,00 – <45,50 - - 3. Cukup baik 24,50 – <35,00 - - 4. Kurang baik 14,00 – <24,50 - -

∑f

Sumber: Hasil perhitungan

Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut.

Keterangan:

f = jumlah frekuensi masing-masing kriteria

∑f = jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189)

3.5.1.2.4. Deskripsi

Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah

ditabulasikan kemudian dideskripsikan.

3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan

Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Asumsi yang digunakan

dalam penelitian ini bahwa jika tingkat pendidikan tinggi maka kualitas rumah

(47)

Gambar 3.1 Skema Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian

Asumsi tersebut kemudian dihitung dengan rumus korelasi Product

Moment sebagai berikut.

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel

Y = Skor total

X = Skor butir

N = Jumlah subyek (Arikunto 2010: 317)

Hasil perhitungan Product Moment kemudian dikonsultasikan dengan

harga rtabel. Kriteria valid jika rhitung lebih besar dari rtabel (Arikunto, 2003: 146).

             

Variabel X

(Tingkat Pendidikan Masyarakat)

Variabel Y

(48)

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambaran umum daerah penelitian ini mengemukakan mengenai kondisi

fisik dan kondisi sosial daerah penelitian.

4.1.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian

4.1.1.1Letak astronomis

Daerah penelitian adalah Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati

Kota Semarang. Berdasarkan Peta RBI Bakosurtanal lembar 1408-544 Jatingaleh

dan lembar 1408-543 Boja, letak astronomis Kelurahan Mangunsari adalah

110022’16” BT - 110023’20” BT dan 07004’25” LS - 07005’27” LS.

4.1.1.2Letak administrasi

Letak administrasi Kelurahan Mangunsari yang merupakan bagian dari

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Ngijo

Sebelah timur : Kelurahan Pakintelan

Sebelah selatan : Kelurahan Sumurrejo

Sebelah barat : Kelurahan Plalangan

(49)
(50)

4.1.1.3Penggunaan lahan

Kelurahan Mangunsari terletak pada ketinggian 307 mdpl dengan suhu

minimum 30C dan suhu maksimum 330C. Banyaknya curah hujan di Kelurahan

Mangunsari adalah 300mm/tahun. Luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah

221.154 ha dengan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Penggunaan lahan di

Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kelurahan Mangunsari

No. Penggunaan Lahan Jumlah (ha) Persentase (%) 1. Tanah sawah

a. Irigasi teknis

b. Irigasi setengah teknis

c. Tadah hujan/sawah rendengan

29.000 76.170 17.000

11,86 31,16 6,95 2. Tanah kering

a. Pekarangan/bangunan/emplasement b. Tegal/kabun

66.647 32.967

27,26 13,48 3. Tanah keperluan fasilitas umum

a. Sarana pendidikan b. Sarana sosial

2.550 20.150

1,04 8,24 Jumlah 244.484 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.

Kelurahan Mangunsari merupakan wilayah pinggiran Kota Semarang yang

terletak di Kecamatan Gunungpati yang masih memiliki karakteristik pedesaan.

Hal ini ditunjukkan dengan luas areal persawahan yang berupa sawah irigasi

setengah teknis mencapai 76.170 ha (31,16%) dan hanya 2.550 ha (1,04%) yang

(51)
(52)

4.1.1.4Jumlah rumah penduduk

Jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah 1164 buah.

Pembagian rumah menurut sifat dan bahannya berdasarkan data monografi

Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut ini.

Tabel 4.2. Jumlah Rumah Penduduk menurut Sifat dan Bahannya di Kelurahan Mangunsari

No. Rumah Menurut Sifat dan Bahannya Jumlah (rumah) Persentase (%) 1. Dinding terbuat dari batu/gedung

permanen

791 67,96

2. Dinding terbuat dari sebagian batu/gedung/semi permanen

215 18,47

3. Dinding terbuat dari kayu/papan 158 13,57 Jumlah 1.164 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.

Jumlah rumah penduduk sebanyak 1.164 rumah tidak sebanding dengan

jumlah kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yang berjumlah 1.208 kepala

keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu kepala keluarga

yang tinggal bersama dalam satu rumah.

4.1.1.5Jumlah pemakai air minum

Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.3. Jumlah Pemakai Air Minum Penduduk di Kelurahan Mangunsari No. Sumber Air Minum Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. PAM 158 8,37 2. Badan Pengelola Air 577 30,56 3. Sumur 1.153 61,07

(53)

4.1.2 Kondisi Sosial Daerah Penelitian

Berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan Semester II Tahun 2011,

luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha yang terdiri dari 5 Rukun

Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kondisi sosial daerah penelitian

menjelaskan tentang data mengenai jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan

susunan penduduk menurut kelompok umur, mata pencaharian, dan tingkat

pendidikannya.

4.1.2.1Jumlah penduduk menurut kelompok umur

Jumlah penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur

dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Kelompok Umur

Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.

Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun

2011, terdapat 1.208 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 4195 jiwa, maka

setiap kepala keluarga memiliki anggota keluarga rata-rata sebanyak 3 jiwa.

4.1.2.2Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Mangunsari sangat beragam

yaitu sebagai petani, pengusaha sedang/besar, pengrajin/industri kecil, buruh

industri, buruh bangunan, buruh pertambangan, pedagang, pengangkutan, No Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)

(54)

Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, pensiunan (ABRI/PNS), dan peternak.

Khusus mata pencaharian peternak dapat dibagi menjadi peternak sapi perah ada

18 jiwa dengan jumlah ternak 40 ekor, peternak sapi biasa ada 13 jiwa dengan

jumlah ternak 41 ekor, peternak kerbau ada 18 jiwa dengan jumlah ternak 34 ekor,

peternak kambing ada 36 dengan jumlah ternak 161 ekor, peternak ayam ada 3

dengan jumlah ternak 65.000 ekor, dan peternak itik ada 19 dengan jumlah ternak

1.000 ekor. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani

a. Petani pemilik tanah b. Petani penggarap tanah c. Buruh tani

741 398 378

27,13 14,57 13,84

2 Pengusaha sedang/besar 8 0,29 3 Pengrajin/Industri kecil 8 0,29 4 Buruh Industri 290 10,62 5 Buruh Bangunan 298 10,91 6 Buruh Pertambangan 45 1,65 7 Pedagang 131 4,80 8 Pengangkutan 61 2,23 9 Pegawai Negeri Sipil 133 4,87 10 ABRI 51 1,87 11 Pensiunan (ABRI/PNS) 82 3,00 12 Peternak 107 3,92

Jumlah 2731 100,00 Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011

Penduduk Kelurahan Mangunsari dilihat dari jenis mata pencahariannya

sebagian besar merupakan petani pemilik tanah yaitu sejumlah 741 jiwa (27,13%).

(55)

pencaharian yang lain terutama yang jumlahnya masih sedikit adalah pengusaha

sedang/besar dan pengrajin/industri kecil masing-masing sejumlah 8 jiwa (0,29%).

4.1.2.3Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Mangunsari cukup beragam.

Berdasarkan tabel 4.4 berikut ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

penduduk paling banyak jumlahnya di Kelurahan Mangunsari adalah tamat

SD/sederajat yaitu 1253 jiwa (46,22%) dan terendah adalah tamat

akademi/sederajat yaitu 96 jiwa (3,54%).

Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tamat SD/sederajat 1253 46,22 2 Tamat SLTP /sederajat 644 23,76 3 Tamat SLTA /sederajat 615 22,69 4 Tamat akademi /sederajat 96 3,54 5 Tamat Perguruan Tinggi/sederajat 103 3,80

Jumlah 2711 100,00

Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mengemukakan mengenai jenis kelamin responden,

umur responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, dan pendidikan

responden.

4.2.1 Jenis kelamin responden

Berdasarkan penelitian, jenis kelamin responden terdiri dari laki-laki 78

responden atau 92,86 % dan perempuan ada 6 responden atau 7,14 %. Data

diperoleh seperti pada tabel 4.10 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Sampel Penelitian di RW 1
Gambar 3.1 Skema Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kelurahan Mangunsari
+7

Referensi

Dokumen terkait

3.1 udara ambien udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya 3.2

Noor Aidawati (2006)* : KEANEKARAGAMAN BEGOMOVIRUS PADA TOMAT DAN SERANGGA VEKTORNYA, Bemisia tabaci GENNADII (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) SERTA PENGUJIAN KETAHANAN GENOTIPE TOMAT

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan model evaluasi CIPP. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan langkah-langkah: 1)

yang telah ditetapkan dengan membawa serta dokumen kualifikasi asli dan menyerahkan foto. copy dokumen dimaksud

Ahsin Thohari Dasar-Dasar Politik

Pada Permendikbud No 65 Tahun 2013 Bab V dijelaskan bahwa penilaian proses pembelajaran mmenggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic asswsment)

Alur kerja sistem ini menggunakan Arduino UNO yang telah diprogram oleh software Arduino IDE dengan bahasa C, kemudian input model sistem ini berupa sensor gas MQ-02 yang

Pada masa pandemi Covid-19 masyakarat diminta untuk melakukan aktivitas di rumah ( work from home ) guna mendukung program social distancing atau physical distancing