PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Selasa
tanggal : 22 Januari 2013
Pembimbing I,
Drs. Sriyono, M. Si
NIP 19631217 1988031 002
Pembimbing II,
Drs. Sutardji
NIP 19510402 1980121 001
Mengetahui Ketua Jurusan Geografi,
Drs. Apik Budi Santoso, M. Si
NIP 19620904 1989011 001
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Rabu
tanggal : 6 Februari 2013
Penguji Utama,
Drs. Saptono Putro, M.Si
NIP 19620928 1990031 002
Anggota I,
Drs. Sriyono, M. Si
NIP 19631217 1988031 002
Anggota II,
Drs. Sutardji
NIP 19510402 1980121 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
Dr. Subagyo, M. Pd
NIP 19510808 198003 1 003
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang 16 Januari 2013
Apriani Yunita Purwitasari
NIM 3201408069
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
...(itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS.Ash-Shaff:3)
Demi Tuhan, berhentilah sejenak tinggalkan dahulu pekerjaanmu, tengoklah ke sekelilingmu.. (Leo Tolstoy)
Hidup hanya sekali, jadi tidak selayaknya dilalui dengan kesalahan tanpa perbaikan. (Penulis)
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT. dan Nabi SAW.
2. Ayahku Purwanto, ibuku Yutini, kakakku Asep Purwo Yudi Utomo, adikku Agus Syarif Mahdi, dan Beyfendy_ku yang setia mendampingiku. 3. Teman-teman perjuanganku di IRM/IPM, IMM,
Jurusan Geografi angkatan 2008, Hima Geografi, Kos KB3 Banaran, Kos Trangkil, Asrama Putri Muhammadiyah.
4. Setiap penghuni rumah yang bangga dengan apa yang mereka miliki.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. atas berkah,
rahmat, dan ridhaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah
Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
banyak memberi motivasi baik secara moral maupun material kepada penulis.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada peneliti menempuh
pendidikan sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang atas segala kemudahan yang telah diberikan dalam ijin melakukan
penelitian.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu
Sosial atas persetujuan kepada peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Drs. Sriyono, M.Si., selaku pembimbing I yang dengan sabar memberikan
arahan, bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Sutardji, selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan arahan,
bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
6. Drs. Saptono Putro, M.Si, selaku penguji utama yang telah bersedia menguji
skripsi peneliti dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Drs. Eko Slamet Riyanto, SH, selaku Lurah Mangunsari yang telah
memberikan ijin penelitian.
8. Warga di Kelurahan Mangunsari selaku responden dalam penelitian ini yang
telah memberikan data atau informasi, terima kasih atas kerjasama dan
bantuannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Kritik dan saran, penulis harapkan agar semakin
sempurnanya penelitian ini.
Semarang, 16 Januari 2013
Penyusun
SARI
Purwitasari, Apriani Yunita. 2013. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sriyono, M. Si dan Pembimbing II Drs. Sutardji. 93 halaman, 27 tabel, 10 lampiran, 38 gambar.
Kata Kunci: Hubungan, Tingkat Pendidikan, Kualitas Rumah Hunian.
Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan, kesehatan, dan pemukiman. Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan. Pendidikan sangat berpengaruh pada perwujudan peningkatan kualitas rumah hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Dengan memahami pentingnya kesehatan dalam rumah, setiap warga akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitiannya adalah: 1) Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari, 2) Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Gunungpati Kota Semarang, 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yaitu 1208 KK. Pengambilan sampel menggunakan teknik
proportionate cluster random sampling diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan variabel terikatnya yaitu kualitas rumah hunian. Alat pengumpul data yang digunakan adalah dokumentasi dan panduan observasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif persentase dan analisis korelasi product moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 42,9% (36 KK) tingkat pendidikan penduduk masih rendah (belum sekolah sampai tamat SD), 23,8% (20 KK) dengan kriteria cukup tinggi (SMP), 26,2% (22 KK) dengan kriteria tinggi (tamat SMA), dan 7,1% (4 KK) dengan kriteria sangat tinggi (Perguruan Tinggi). Kondisi kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari menunjukkan bahwa 19,0% (16 rumah) dengan kriteria sangat baik dengan skor 45,50–56,00; 77,4% (65 rumah) dalam kondisi baik karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; 3,6% (3 rumah) dengan kriteria cukup baik dengan skor 24,50–<35,00, dan tidak ada rumah yang masuk kriteria kurang baik. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan korelasi product moment dari
Pearson, bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213,
sehingga rhitung (0,263)> rtabel (0,213).
Simpulan penelitian ini yaitu: 1) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, diketahui tingkat pendidikan penduduk termasuk dalam kriteria rendah yaitu sebanyak 36 penduduk (42,9%) hanya menempuh pendidikan formal sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya) atau tidak sekolah; 2) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, sebagian besar rumah penduduk termasuk dalam kriteria baik yaitu sebanyak 65 rumah penduduk (77,4%) berada pada skor 35,00 - <45,50; dan 3) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, karena rhitung (0,263) > rtabel(0,213). Saran yang diajukan adalah: 1) Warga perlu
meningkatkan tingkat pendidikan karena berguna untuk peningkatan kualitas rumah hunian; 2) Warga perlu meningkatkan kualitas rumah huniannya karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatannya; dan 3) Warga perlu mengikuti penyuluhan lingkungan sehat untuk mewujudkan lingkungan sehat di Kelurahan Mangunsari.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.7.1. Pengertian Pendidikan ... 14
1.7.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan ... 14
1.7.3. Jalur Pendidikan ... 15
1.9. Penduduk Kelurahan Mangunsari ... 21
1.10. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Kualitas Rumah ... 21
1.11. Kerangka Berfikir ... 23
1.12. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian ... 25
3.2. Sampel dan Teknik Sampling ... 25
3.3. Variabel Penelitian ... 26
3.3.1. Variabel Bebas ... 26
3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase ... 29
3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34
4.1.1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 34
4.1.1.1.Letak astronomis ... 34
4.1.1.2.Letak administrasi ... 34
4.1.1.3.Penggunaan lahan ... 36
4.1.1.4.Jumlah rumah penduduk ... 38
4.1.1.5.Jumlah pemakai air minum ... 38
4.1.2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 39
4.1.2.1.Jumlah penduduk menurut kelompok umur ... 39
4.1.2.2.Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ... 39
4.1.2.3.Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ... 41
4.2. Hasil Penelitian ... 41
4.2.1. Jenis kelamin responden ... 41
4.2.2. Umur responden ... 42
4.2.3. Mata pencaharian responden ... 42
4.2.4. Pendapatan responden ... 43
4.2.5. Tingkat pendidikan responden ... 44
4.2.6. Kualitas rumah hunian responden ... 45
4.2.7. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ... 72
4.2.7.1.Uji Normalitas Data ... 72
4.2.7.2.Koefisien Korelasi ... 73
4.3. Pembahasan ... 74
4.3.1. Tingkat pendidikan ... 75
4.3.2. Kualitas rumah hunian ... 76
4.3.3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ... 78
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... 81
5.2. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Sampel penelitian di RW 1 ... 26
Tabel 3.2 Kriteria tingkat pendidikan ... 29
Tabel 3.3 Frekuensi variabel tingkat pendidikan ... 30
Tabel 3.4 Kriteria kualitas rumah hunian ... 31
Tabel 3.5 Frekuensi variabel kualitas rumah hunian ... 32
Tabel 4.1 Penggunaan lahan di Kelurahan Mangunsari ... 36
Tabel 4.2 Jumlah rumah penduduk menurut sifat dan bahannya di Kelurahan Mangunsari ... 38
Tabel 4.3 Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari... 38
Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur ... 39
Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan mata pencaharian ... 40
Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan tingkat pendidikan ... 41
Tabel 4.7 Jenis kelamin responden di Kelurahan Mangunsari ... 42
Tabel 4.8 Umur responden di Kelurahan Mangunsari ... 42
Tabel 4.9 Mata pencaharian responden di Kelurahan Mangunsari ... 43
Tabel 4.10 Pendapatan responden di Kelurahan Mangunsari ... 43
Tabel 4.11 Tingkat pendidikan responden ... 44
Tabel 4.12 Kualitas rumah hunian penduduk ... 45
Tabel 4.13 Komponen luas rumah responden ... 46
Tabel 4.14 Komponen langit-langit rumah responden ... 47
Tabel 4.15 Komponen atap rumah responden ... 49
Tabel 4.16 Komponen dinding rumah responden ... 50
Tabel 4.17 Komponen lantai rumah responden ... 52
Tabel 4.18 Komponen jendela kamar tidur rumah responden ... 55
Tabel 4.19 Komponen ventilasi udara rumah responden ... 57
Tabel 4.20 Komponen lubang asap dapur rumah responden ... 58
Tabel 4.21 Komponen pencahayaan alami dan buatan rumah responden ... 60
Tabel 4.22 Komponen penyediaan air bersih rumah responden ... 62
Tabel 4.23 Komponen pembuangan air limbah rumah responden ... 63
Tabel 4.24 Komponen pembuangan sampah rumah responden ... 66
Tabel 4.25 Komponen penghijauan halaman rumah responden ... 69
Tabel 4.26 Komponen jamban rumah responden ... 71
Tabel 4.27 Uji normalitas data kualitas rumah hunian ... 74
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 24
Gambar 3.1 Skema hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian ... 33
Gambar 4.1 Peta administrasi Kelurahan Mangunsari ... 35
Gambar 4.2 Peta penggunaan lahan Kelurahan Mangunsari ... 37
Gambar 4.3 Tingkat pendidikan penduduk ... 44
Gambar 4.4 Kualitas rumah hunian penduduk ... 45
Gambar 4.5 Rumah tanpa langit-langit rumah ... . 48
Gambar 4.6 Langit-langit rumah yang kotor ... 48
Gambar 4.7 Langit-langit rumah yang bersih dan terawat ... 49
Gambar 4.8 Atap rumah dari genteng ... 50
Gambar 4.9 Rumah dengan dinding kayu ... 51
Gambar 4.10 Rumah dengan dinding anyaman bambu ... 51
Gambar 4.11 Rumah dengan lantai keramik ... 53
Gambar 4.12 Rumah dengan lantai kamar mandi yang rusak ... 53
Gambar 4.13 Dapur tradisional rumah responden ... 54
Gambar 4.14 Rumah responden dengan dinding dan lantai yang rusak ... 54
Gambar 4.15 Jendela rumah tanpa teralis ... 56
Gambar 4.16 Bentuk jendela yang juga berfungsi seperti teralis ... 56
Gambar 4.17 Ventilasi rumah responden tanpa pelindung dari nyamuk ... 57
Gambar 4.18 Dapur tanpa lubang asap dapur ... 59
Gambar 4.19 Dapur dengan pencahayaan dan ventilasi yang memadai ... 59
Gambar 4.20 Jendela dan ventilasi rumah untuk masuknya cahaya ... 61
Gambar 4.21 Saluran air yang digunakan warga dari sumur artesis ... 62
Gambar 4.22 Selokan terbuka yang tidak terawat ... 63
Gambar 4.23 Selokan terbuka yang terawat ... 64
Gambar 4.24 Pembuangan air kamar mandi di halaman rumah ... 65
Gambar 4.25 Pembuangan limbah dapur di halaman rumah ... 65
Gambar 4.26 Saluran pembuangan kamar mandi ke halaman rumah ... 65
Gambar 4.27 Tempat pengumpulan sampah warga ... 66
Gambar 4.28 Pengumpulan sampah di dalam rumah ... 67
Gambar 4.29 Sisa pembakaran sampah di halaman rumah ... 67
Gambar 4.30 Halaman rumah yang dimanfaatkan sebagai taman ... 68
Gambar 4.31 Rumah dengan teras rumah ... 69
Gambar 4.32 Halaman rumah untuk beternak ... 69
Gambar 4.33 Model WC duduk ... 70
Gambar 4.34 WC model leher angsa ... 71
Gambar 4.35 Dinding kamar mandi dan WC yang tidak permanen ... 71
Gambar 4.36 WC dengan dinding yang rusak ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kisi-kisi panduan dokumentasi variabel tingkat pendidikan... 84
Lampiran 2 Kisi-kisi panduan observasi variabel kualitas rumah hunian ... 85
Lampiran 3 Pengantar ... 87
Lampiran 4 Lembar dokumentasi dan observasi ... 88
Lampiran 5 Lembar panduan dokumentasi dan observasi ... 89
Lampiran 6 Daftar nama responden ... 91
Lampiran 7 Data penelitian tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian ... 94
Lampiran 8 Uji normalitas data penelitian kualitas rumah hunian ... 96
Lampiran 9 Korelasi antara pendidikan dan kualitas rumah ... 97
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, berisi setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan mempunyai peran yang
sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah
satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan
produktif.
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan.
Pada zaman purba, manusia bertempat tinggal di gua-gua yang kemudian
berkembang dengan mendirikan rumah atau tempat tinggal di hutan-hutan dan di
bawah pohon. Pada abad modern ini, manusia sudah membangun rumah (tempat
tinggalnya) bertingkat dan dilengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak
zaman dahulu, manusia juga mencoba membangun rumahnya berdasarkan
kebudayaan penduduk setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan
yang ada di daerah setempat (local material). Setelah manusia memasuki abad
modern ini, meskipun rumah mereka dibangun bukan dengan bahan-bahan dari
daerah setempat tetapi kadang-kadang pembangunannya masih mewarisi
kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo 2003).
Berdasarkan pemaparan tersebut, rumah menjadi kebutuhan pokok
manusia guna membangun kehidupan keluarga dengan memenuhi kebutuhan
manusia itu sendiri, misalnya untuk tempat berlindung dari cuaca, tempat
pembinaan keluarga, serta sebagai tempat untuk kegiatan keluarga. Oleh karena
itu, rumah yang berkualitas dan sesuai standar kesehatan diharapkan akan
memenuhi hak-hak dasar seseorang untuk tinggal dan menetap di suatu tempat
serta melangsungkan hidupnya dengan sejahtera.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman pada Bab III Pasal 5 berisi setiap warga negara
mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah
yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur; dan setiap
warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta
dalam pembangunan perumahan.
Hal yang sama juga dijelaskan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah nomor: 403/ KPTS/ M/ 2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT) Lampiran IV, yang
menyebutkan hal sebagai berikut. 1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
ekonomi. 2) Rumah sehat merupakan rumah sebagai tempat tinggal yang
memenuhi ketetapan dan ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam
rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan,
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimal
sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan
lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah
serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah yang merupakan
salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang
tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan
populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit
serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat
memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak
diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Syarat rumah sehat yang tidak terpenuhi
dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental, maupun
sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah
pada kemiskinan dan masalah sosial.
Rumah memiliki arti penting dalam penjagaannya terhadap kesehatan
anggota keluarga yang menempati rumah tersebut. Banyak kasus kesehatan yang
terjadi karena tidak menerapkan standar rumah sehat, seperti dalam penelitian
oleh Yusup dan Sulistyorini (2005) tentang “Hubungan Sanitasi Rumah Secara
Fisik dengan Kejadian Ispa pada Balita” yang menyimpulkan bahwa a) terdapat
hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan
p=0,000; b) sanitasi rumah secara fisik yang memiliki hubungan dengan kejadian
dan penerangan alami (p=0,047); c) sanitasi rumah secara fisik yang tidak
memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita meliputi: kelembaban
(p=0,143) dan suhu (p=0,179).
Pramudiyani dan Prameswari (2011) juga menjelaskan dengan judul
“Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia
Balita” berisi adanya hubungan antara luas ventilasi kamar, jenis lantai, kepadatan
hunian kamar dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini juga
menunjukkan adanya hubungan antara perilaku membuka jendela setiap pagi dan
siang hari, serta perilaku merokok dengan kejadian Pneumonia pada balita.
Namun, dalam hasil penelitian ini ditunjukkan tidak ada hubungan antara suhu
rumah, kelembaban rumah, kondisi jendela dan penggunaan obat nyamuk dengan
kejadian Pneumonia pada balita.
Oktaviani (2011) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara
Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali”
menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,046),
pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah
(p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan
kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah memaparkan kasus-kasus
akibat tidak sesuainya kondisi rumah dengan kesehatan penghuni rumah maka
dimaksud yaitu kualitas rumah hunian dengan dasar panduan penilaian rumah
sehat.
Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan
kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan
masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan,
kesehatan, dan pemukiman. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan
sekarang ini masih menghadapi masalah-masalah antara lain mengenai
kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Tugas
pembangunan tersebut hanya akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan dan pengembangan
sumber daya manusia itu sendiri ditujukan pada perwujudan manusia
pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil, mandiri,
produktif, kreatif, inovatif serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang lebih baik. Ciri kehidupan masyarakat yang baik antara
lain tercermin dari perilaku manusia dan kondisi pemukiman yang sehat.
Rendahnya kualitas kesehatan pemukiman merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan hunian merupakan masalah klasik yang senantiasa
muncul terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ini
merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, karena kesehatan
lingkungan perumahan yang tidak memenuhi persyaratan akan mengakibatkan
tumbuh suburnya berbagai masalah dan penyakit menular bagi penduduk,
tempat tinggal yang tidak sehat akan menyebabkan menurunnya produktivitas
kerja dan daya guna seseorang. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas
pemukiman dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja bagi penghuninya,
dan dapat meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup masyarakat. Oleh karena
itu, baik pemerintah maupun masyarakat sudah sewajarnya menyadari bahwa
lingkungan pemukiman dan perumahan perlu diperhatikan kualitasnya dan perlu
pula diperhatikan persyaratan kesehatan di samping persyaratan teknisnya.
Masalah lingkungan dan perumahan tidak sehat, sebenarnya ditimbulkan
oleh perbuatan manusia itu sendiri yang tidak mengetahui dan tidak menyadari
pentingnya lingkungan hidup sehat. Masalah lingkungan dan perumahan yang
dihadapi sebenarnya adalah masalah perubahan mental dan perilaku manusia
yang mungkin tanpa disadari telah menjadi manusia perusak alam lingkungannya
sendiri. Mereka harus diubah sikap mentalnya menjadi manusia yang mengetahui
dan menyadari pentingnya lingkungan dan rumah sehat. Upaya peningkatan
kesehatan perumahan hanya mungkin jika didukung oleh semua warganya.
Masyarakat yang sehat memerlukan lingkungan perumahan yang sehat.
Dalam upaya merealisasikan lingkungan rumah sehat di pedesaan perlu adanya
pengertian, pemahaman dan kesadaran dari penduduk itu sendiri, sehingga
apabila nanti sudah menyadari pentingnya rumah sehat, diharapkan ada motivasi
dan upaya dari penghuni untuk memenuhi rumahnya masing-masing.
Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari.
Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan.
hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar
kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang
baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Pemahaman pentingnya
kesehatan dalam rumah akan membuat setiap warga meningkatkan kualitas
hidupnya.
Berdasarkan data dinamis monografi Kelurahan Mangunsari semester II
Tahun 2011, jumlah penduduk dirinci menurut pendidikan yang ditamatkan yaitu
1) tamat Sekolah Dasar/sederajat sejumlah 1253 orang; 2) tamat SMP/sederajat
sejumlah 644 orang; 3) tamat SMA/sederajat sejumlah 615 orang; 4) tamat
Akademi/sederajat sejumlah 96 orang; dan 5) tamat PT/sederajat sejumlah 103
orang. Data Statis Monografi Kelurahan Mangunsari semester II Tahun 2011 juga
menyebutkan bahwa jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah
1.164 rumah, yaitu: rumah menurut sifat dan bahannya: 1) dinding yang terbuat
dari batu/ gedung permanen sejumlah 791 rumah; 2) dinding yang terbuat dari
sebagian batu/ semi permanen sejumlah 215 rumah; dan 3) dinding yang terbuat
dari kayu/ papan sejumlah 158 rumah.
Penentuan lokasi penelitian mempertimbangan beberapa hal sebagai
berikut. 1) Lokasi penelitian merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan
Gunungpati yang berdasarkan data monografi terdiri dari 3 jenis rumah dengan
sifat dan bahan yang berbeda dengan kondisi pendidikan yang cukup baik. 2)
Lokasi penelitian merupakan daerah dengan luas wilayah 221.154 ha yang
terbagi menjadi 23 RT dan 5 RW dengan jumlah penduduk 4195 jiwa dan 1208
singkat. 3) Lokasi penelitian lebih mudah diakses oleh peneliti selama proses
penelitian.
Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas
Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang”.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
1.2.2. Bagaimana kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
1.2.3. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah
hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang?
1.3.TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitiannya adalah:
1.3.1. Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari
1.3.2. Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
1.3.3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah
hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang.
1.4.MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain:
1.4.1. Manfaat Teoritis
1.4.1.1.Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah
hunian.
1.4.1.2.Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa
yang ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kualitas rumah hunian.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak
yang berkompeten dalam perancangan kebijakan untuk pembangunan
1.5.PENEGASAN ISLTILAH
Peneliti memberikan batasan penelitian dalam penegasan istilah agar tidak
terjadi suatu kesalahpahaman tentang pengertian hubungan, tingkat pendidikan,
kualitas rumah hunian, dan penduduk seperti berikut ini.
1.5.1. Pengertian Hubungan
Hubungan adalah keadaan saling berkaitan antara jaringan yang terwujud
karena interaksi antar satuan-satuan yang aktif (KBBI 1990:313). Hubungan
dalam ilmu statistik yaitu hubungan kesejajaran antara 2 (dua) variabel atau lebih
(Sudjana 2002:167). Penelitian ini mengkorelasikan atau menghubungkan antara
tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari.
1.5.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tingkat pendidikan dalam
penelitian ini akan lebih fokus pada pendidikan formal terakhir Kepala Keluarga
(KK) pada penduduk di Kelurahan Mangunsari.
1.5.3. Kualitas Rumah Hunian
Menurut UU RI Nomor 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri
dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal
dan sarana pembinaan keluarga. Hal yang sama juga disebutkan dalam UU No.1
Tahun 2011, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung, fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2)
mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang meliputi rumah
tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal
sementara.
Berdasarkan penjelasan tersebut, istilah rumah dapat mewakili rumah
hunian jika rumah tersebut masih menjadi tempat tinggal penduduk. Standar
dalam menentukan kualitas rumah hunian dijelaskan dalam komponen rumah
sehat oleh DPU Cipta Karya (1994), yaitu: penyediaan ruang yang cukup,
langit-langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara,
lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan
jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 2 halaman 86.
1.5.4. Penduduk
Menurut Undang-Undang RI No.10 Tahun 1992, penduduk adalah orang
dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga
negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam
batas wilayah negara pada waktu tertentu. Penduduk dalam penelitian ini adalah
sekelompok orang yang tinggal di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
1.6.PENELITIAN YANG RELEVAN
No. Penulis Tahun Judul
Penelitian Kesimpulan 1. Kusumawati
• Pendidikan kepala keluarga sebagian besar yakni 64,1% adalah pendidikan dasar, pengetahuan kesehatan lingkungan sebagian kepala keluarga termasuk kategori sedang yakni sebesar 57,7%, sedangkan responden yang berperilaku sehat sebesar 44,6%.
• Ada hubungan antara pendidikan dan pengetahuan kesehatan lingkungan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan nilai p masing-masing sebesar 0,001. 2. Hermawan 2005 Hubungan
antara Tingkat
• Terdapat hubungan yang positif antara tingkat
pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan;
• Terdapat hubungan yang positif antara persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan;
• 3)Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. 3. Amalia 2009 Hubungan
antara Pendidikan, Pendapatan
dan Perilaku
Surakarta sebagian besar berpendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 16 orang (40%);
• Pendapatan perhari tertinggi pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) yaitu Rp 200.000 dan pendapatan terendah Rp.10.000;
• Pedagang HIK sebagian besar berperilaku kurang sehat sebanyak 30 orang (75%) dan hanya 10 orang (25%) yang berperilaku sehat;
• Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan PHBS (p = 0,003) pada pedagang HIK; dan
• 5) Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan PHBS (p = 0,049) pada pedagang HIK.
Berdasarkan penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kulitas rumah hunian.
Dalam penelitian ini penulis beranggapan variabel penelitian penulis memiliki
kesamaan dari beberapa penelitian yang relevan tersebut karena saling
menghubungkan antara variabel satu dengan variabel satunya. Penelitian ini
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.TINGKAT PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini terdiri atas pengertian pendidikan;
dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan; jalur pendidikan; serta jenjang pendidikan.
2.1.1. Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan adalah memelihara
dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, penduduk, dan bangsa.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
2.1.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pendidikan nasional
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.1.3. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, ketiga jalur
pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.
2.1.3.1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
2.1.3.2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
2.1.3.3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
2.1.4. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
menyebutkan jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
2.1.4.1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat.
2.1.4.2. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri
atas pendidikan menengah dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
2.1.4.3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi, yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi dengan sistem
terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan
cara hidup di balik kehidupan. Pemahaman tersebut menjelaskan bahwa manusia
dididik untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar
formal yang terbagi dalam tahun belajar yaitu selama ≤ 6 tahun, 7-9 tahun, 10-12
tahun, dan > 12 tahun.
Pendidikan secara umum memberikan manfaat membentuk sikap dan
kesadaran dalam menghadapi suatu masalah. Pada penelitian ini, permasalahan
tentang kesehatan perumahan yang berhubungan dengan kualitas rumah
diharapkan dapat ditingkatkan dengan pendidikan agar kesadaran untuk
mengupayakan rumah sehat dapat segera terwujud.
2.2.KUALITAS RUMAH
Kualitas rumah dalam penelitian ini terdiri atas pengertian rumah; rumah
sehat, dan syarat rumah sehat.
2.2.1. Pengertian Rumah
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area
sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga
(UU RI No.4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/ MENKES/ SK/ VII/ 1999
menjelaskan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Selain itu, Hayward dalam
Kasjono (2011:21-22), mengemukakan beberapa konsep tentang rumah, yaitu 1)
Rumah sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai simbol dan pencerminan
memiliki, rasa kebersamaan, kehangatan, kasih, dan rasa aman; 3) Rumah sebagai
tempat menyendiri dan menyepi, tempat melepaskan diri dari dunia luar, dari
tekanan dan ketegangan, dari dunia rutin; 4) Rumah sebagai akar dan
kesinambungan, rumah merupakan tempat kembali pada akar dan menumbuhkan
rasa kasinambungan dalam untaian proses ke masa depan; 5) Rumah sebagai
wadah kegiatan utama sehari-hari; 6) Rumah sebagai pusat jaringan sosial; 7)
Rumah sebagai struktur fisik.
Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, rumah memiliki arti penting
dalam mendukung kehidupan manusia agar tercapai kehidupan yang baik dalam
setiap pekerjaan atau kegiatannya dan merupakan bentuk ekspresi penghuninya.
Oleh karena itu, perlu diupayakan pembangunannya sesuai standar rumah sehat
untuk mencapai derajat kesehatan dan mendukung tujuan tersebut.
2.2.2. Rumah Sehat
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat adalah suatu keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan
yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan). Berdasarkan dari pengertian
tersebut, rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan
tempat untuk beristirahat, sehinggga menumbuhkan kehidupan yang sempurna
baik fisik, rohani, maupun sosial.
2.2.3. Syarat Rumah Sehat
Persyaratan kesehatan rumah tinggal dilihat dari kondisi fisik dan biologik
di dalam rumah yang memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan
komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi,
binatang penular penyakit, air, sarana penyimpan makanan yang aman, limbah,
dan kepadatan hunian ruang tidur.
Menurut Ditjen Cipta Karya, Syarat Rumah Sehat adalah sebagai berikut.
2.2.3.1.Memenuhi segi kesehatan, artinya bagian-bagian rumah yang
mempengaruhi kesehatan keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik
terutama a) penerangan dan peranginan dalam setiap ruang harus cukup, b)
penyediaan air bersih, c) pengaturan pembuangan air limbah dan sampah
sehingga tidak menimbulkan pencemaran, d) bagian-bagian ruang seperti
lantai dan dinding tidak lembab, e) tidak terpengaruh pencemaran seperti
bau, rembesan air kotor, udara kotor, dan sebagainya.
2.2.3.2.Memenuhi segi kekuatan bangunan, artinya bagian-bagian dari bangunan
rumah mempunyai konstruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin
keamanannya, seperti a) konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk
menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan
gempa, dan lain-lain, b) pemakaian bahan bangunan yang bisa dijamin
keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaan, dan c) penggunaan bahan
tahan api untuk bagian yang mudah terbakar, dan bahan tahan air untuk
bagian yang selalu basah.
2.2.3.3.Memperhatikan segi kenyamanan, agar keluarga dapat tinggal dengan
nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, diperlukan a)
penyediaan ruangan yang cukup, b) ukuran ruangan yang sesuai dengan
dekorasi dan warna ruang yang serasi, dan e) penghijauan halaman diatur
sesuai kebutuhan.
2.2.3.4.Memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang diperoleh,
diperlengkapi, dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan
kemampuan pendapatan keluarga.
Notoatmojo dalam Kasjono (2011:22-23) dijelaskan faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah adalah sebagai berikut.
2.2.3.1.Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan
sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat
di mana rumah itu didirikan. Di pegunungan atau di tepi pantai, di
kelurahan atau di kota, di daerah dingin atau di daerah panas, di daerah
pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas
gempa dan sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang tentu
disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaan, misalnya bahannya,
bentuknya, menghadapnya, dan lain sebagainya. Rumah di daerah gempa
harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah
di dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap
serangan-serangan binatang buas;
2.2.3.2.Tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah
dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga
bahan-bahan pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang
bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja,
namun diperlukan pemeliharaan seterusnya.
Berdasarkan penjelasan tentang syarat rumah sehat tersebut, peneliti akan
menilai rumah sehat dengan subvariabel: penyediaan ruang yang cukup,
langit-langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara,
lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan
jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 2 halaman 86.
2.3.PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI
Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Mangunsari Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang yang berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan
Semester II Tahun 2011, luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha
yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kepala
Keluarga (KK) di Kelurahan Mangunsari sebanyak 1.208 KK dengan jumlah
penduduk 4.195 jiwa, jadi rata-rata setiap kepala keluarga memiliki tiga sampai
empat anggota keluarga di rumahnya.
2.4.HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS
RUMAH HUNIAN
Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia.
Salah satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku
manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam
diri setiap manusia. Tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah merubah atau
menghapus kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan dan
memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan.
Pembangunan yang menjadi hak setiap warga negara menjadi kewajiban
pemerintah dan masyarakat sendiri untuk menjaga pelaksanaan pemenuhan
hak-hak tersebut yang diwujudkan dalam pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur
formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan nasional yang diusung dalam
UU nomor 1 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional sendiri berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Penjabaran dari pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain
kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan
(perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah
(sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Namun, jenis perilaku
ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanpa pemahaman manfaat
berperilaku tertentu.
Berdasarkan penjelasan dan analisis data sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa seseorang dapat menentukan atau melakukan suatu perubahan
(pembangunan) dalam hal kesehatan untuk kesejahteraan maupun peningkatan
kualitas hidupnya dengan syarat memiliki pengetahuan tentang kesehatan
perumahan atau syarat-syarat rumah sehat yang diperoleh dari pendidikan formal.
2.5.KERANGKA BERFIKIR
Penduduk berkualitas adalah penduduk yang sehat sehingga dapat
menjalankan segala aktivitas untuk menunjang kehidupannya dan dapat dilihat
dari lingkungan perumahan yang sehat. Usaha untuk mencapai lingkungan
perumahan yang sehat dilakukan jika penduduk sudah menyadari pentingnya
rumah sehat yang bisa diperoleh atau telah melalui usaha pendidikan secara
bertahap agar terjadi suatu perubahan. Pendidikan membuat seseorang yang pada
awalnya tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak tahu menjadi tahu.
Peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah dapat
dilalui dengan tahapan dalam proses pendidikan. Standar kesehatan yang
diusahakan dimulai dari upaya peningkatan kualitas rumah hunian atau
pembangunan rumah sehat.
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan analisis penelitian yang
dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Berikut ditampilkan gambar yang
menjelaskan kerangka berpikir secara singkat.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.6.HIPOTESIS
Berdasarkan pemaparan latar belakang, kajian pustaka, kerangka berpikir,
dan analisis penelitian yang relevan, maka peneliti mengemukakan hipotesis ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Pendidikan
Rumah Tidak Sehat Rumah Sehat
Tingkat Pendidikan
Rendah Tingkat
Pendidikan Tinggi
Penduduk Sehat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.POPULASI PENELITIAN
Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011,
populasi penelitian ini terdiri atas 1208 Kepala Keluarga (KK) yang berada di
Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Merujuk pada
data dinamis Kelurahan Mangunsari, lokasi tersebut terdiri atas 5 Rukun Warga
(RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 4195 jiwa.
3.2.SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING
Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti. Apabila jumlah populasi besar dan relatif homogen, sampel
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate cluster random
sampling yang menurut Sugiyono (2010:120-122) teknik ini melalui dua tahap
yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan
sampel orang yang ada pada daerah itu secara acak dengan proporsional.
Berdasarkan tingkat pendidikan dan variasi jenis bangunan atau tipe rumah yang
bervariasi dari data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun 2011,
maka ditentukan sampel daerahnya adalah RW 1. Tahap berikutnya untuk
menentukan sampel orang (responden) secara proporsional dengan mengambil
25% nama kepala keluarga dari masing-masing RT di RW 1 secara acak dan dari
337 kepala keluarga di RW 1 diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden.
Perhitungan pengambilan jumlah KK dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian di RW 1
No. Nama Lingkungan Jumlah KK Sampel
1 RT 1 71 18
2 RT 2 71 18
3 RT 3 66 16
4 RT 4 52 13
5 RT 5 77 19
Jumlah 337 84
Sumber:Data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011 semester II
3.3.VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
penelitian (Arikunto 2002:96). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
3.3.1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2010:61). Varibel
bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan kepala keluarga. Variabel
tingkat pendidikan diperoleh dari pendidikan formal terakhir kepala keluarga.
Tingkat pendidikan formal dikategorikan dengan pembagian berdasarkan waktu
responden menempuh pendidikan formal, yaitu:
3.3.1.1. tidak sekolah sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya);
3.3.1.2. kelas 7 sampai dengan kelas 9 (SLTP/sederajatnya);
3.3.1.4. lebih dari kelas 12 (Akademi/PT/sederajatnya).
3.3.2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
adanya variabel bebas (Sugiyono 2010:61). Varibel terikat dalam penelitian ini
adalah kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berpedoman pada penilaian rumah
sehat dengan kategori sebagai berikut:
3.3.2.1. penyediaan ruang yang cukup;
3.3.2.2. langit-langit;
3.3.2.3. atap rumah;
3.3.2.4. dinding;
3.3.2.5. lantai;
3.3.2.6. jendela;
3.3.2.7. peranginan atau ventilasi udara;
3.3.2.8. lubang asap dapur;
3.3.2.9. penerangan atau pencahayaan;
3.3.2.10. penyediaan air bersih;
3.3.2.11. pembuangan air limbah;
3.3.2.12. pembuangan sampah;
3.3.2.13. penghijauan halaman rumah; dan
3.3.2.14. jamban.
Kriteria subvariabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 yang berupa
3.4.METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi dan metode observasi yang akan dijelaskan sebagai berikut.
3.4.1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, report, legger,
legenda, dan sebagainya (Arikunto 2010:274). Metode ini digunakan untuk
memperoleh data jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga dari Data
Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011, peta Kelurahan Mangunsari, serta
data tingkat pendidikan penduduk yang diperoleh dari kartu keluarga atau ijazah
kepala keluarga.
3.4.2. Metode Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data di mana peneliti
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang
diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium)
maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (lapangan) (Sambas Ali Muhidin
2005:175). Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang
kualitas rumah hunian kepala keluarga Kelurahan Mangunsari Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang.
3.5.TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
persentase dan teknik analisis korelasi Product Moment yang akan dijelaskan
3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase
Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran kondisi responden atau
penduduk mengenai tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
3.5.1.1.Variabel tingkat pendidikan
3.5.1.1.1. Menentukan skala pengukuran (skoring)
Skor 1 jika belajar ≤ 6 tahun
Skor 2 jika belajar 7 – 9 tahun
Skor 3 jika belajar 10 – 12 tahun
Skor 4 jika belajar > 12 tahun
3.5.1.1.2. Menentukan kriteria
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Pendidikan
No. Skor Kriteria (Tingkat Pendidikan)
1. 4 Sangat tinggi
2. 3 Tinggi
3. 2 Cukup tinggi
4. 1 Rendah
Sumber: Hasil perhitungan
3.5.1.1.3. Membuat tabel frekuensi
Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah
frekuensi berdasarkan Skor yang diperoleh responden dalam penelitian. Tabel 3.3
menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan
Tabel 3.3 Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan
No. Kriteria
(Tingkat Pendidikan) Skor
Jumlah (f)
Persentase ( %)
1. Sangat tinggi 4 - -
2. Tinggi 3 - -
3. Cukup tinggi 2 - -
4. Rendah 1 - -
∑f
Sumber: Hasil perhitungan
Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut.
Keterangan:
f = jumlah frekuensi masing-masing kriteria
∑f = jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189)
3.5.1.1.4. Deskripsi
Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah
ditabulasikan kemudian dideskripsikan.
3.5.1.2.Variabel kualitas rumah hunian
3.5.1.2.1. Menentukan skala pengukuran (skoring)
Pertanyaan dari setiap subvariabel diberi empat pilihan jawaban yaitu:
kurang baik (diberi skor 1), baik (diberi skor 2), cukup baik (diberi skor 3), dan
sangat baik (diberi skor 4)
3.5.1.2.2. Menentukan kriteria
3.5.1.2.2.1.Menentukan skor maksimal
Skor maksimal = jumlah item x skor maksimal
= 14 x 4
3.5.1.2.2.2.Menentukan skor minimal
Skor minimal = jumlah item x skor minimal
= 14 x 1
= 14
3.5.1.2.2.3.Menentukan rentang skor (range)
Range = skor maksimal – skor minimal
= 56 – 14
= 42
3.5.1.2.2.4.Menentukan interval
Interval banyak kriteriarange
,
3.5.1.2.2.5.Menentukan kriteria
Kriteria kualitas rumah hunian penduduk dalam penelitian ini dibagi
menjadi empat kriteria, yaitu: sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik.
Tabel 3.4 Kriteria Kualitas Rumah Hunian
No. Skor Kualitas Rumah Hunian 1. 45,50 – 56,00 Sangat baik 2. 35,00 – <45,50 Baik 3. 24,50 – <35,00 Cukup baik 4. 14,00 – <24,50 Kurang baik Sumber: Hasil perhitungan
3.5.1.2.3. Membuat tabel frekuensi
Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah
menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan
Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Tabel 3.5 Frekuensi Variabel Kualitas Rumah Hunian
No. Kualitas Rumah Hunian Skor Jumlah (f) Persentase (%) 1. Sangat baik 45,50 – 56,00 - - 2. Baik 35,00 – <45,50 - - 3. Cukup baik 24,50 – <35,00 - - 4. Kurang baik 14,00 – <24,50 - -
∑f
Sumber: Hasil perhitungan
Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut.
Keterangan:
f = jumlah frekuensi masing-masing kriteria
∑f = jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189)
3.5.1.2.4. Deskripsi
Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah
ditabulasikan kemudian dideskripsikan.
3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan
Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Asumsi yang digunakan
dalam penelitian ini bahwa jika tingkat pendidikan tinggi maka kualitas rumah
Gambar 3.1 Skema Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian
Asumsi tersebut kemudian dihitung dengan rumus korelasi Product
Moment sebagai berikut.
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel
Y = Skor total
X = Skor butir
N = Jumlah subyek (Arikunto 2010: 317)
Hasil perhitungan Product Moment kemudian dikonsultasikan dengan
harga rtabel. Kriteria valid jika rhitung lebih besar dari rtabel (Arikunto, 2003: 146).
Variabel X
(Tingkat Pendidikan Masyarakat)
Variabel Y
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Gambaran umum daerah penelitian ini mengemukakan mengenai kondisi
fisik dan kondisi sosial daerah penelitian.
4.1.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian
4.1.1.1Letak astronomis
Daerah penelitian adalah Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang. Berdasarkan Peta RBI Bakosurtanal lembar 1408-544 Jatingaleh
dan lembar 1408-543 Boja, letak astronomis Kelurahan Mangunsari adalah
110022’16” BT - 110023’20” BT dan 07004’25” LS - 07005’27” LS.
4.1.1.2Letak administrasi
Letak administrasi Kelurahan Mangunsari yang merupakan bagian dari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Ngijo
Sebelah timur : Kelurahan Pakintelan
Sebelah selatan : Kelurahan Sumurrejo
Sebelah barat : Kelurahan Plalangan
4.1.1.3Penggunaan lahan
Kelurahan Mangunsari terletak pada ketinggian 307 mdpl dengan suhu
minimum 30C dan suhu maksimum 330C. Banyaknya curah hujan di Kelurahan
Mangunsari adalah 300mm/tahun. Luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah
221.154 ha dengan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Penggunaan lahan di
Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kelurahan Mangunsari
No. Penggunaan Lahan Jumlah (ha) Persentase (%) 1. Tanah sawah
a. Irigasi teknis
b. Irigasi setengah teknis
c. Tadah hujan/sawah rendengan
29.000 76.170 17.000
11,86 31,16 6,95 2. Tanah kering
a. Pekarangan/bangunan/emplasement b. Tegal/kabun
66.647 32.967
27,26 13,48 3. Tanah keperluan fasilitas umum
a. Sarana pendidikan b. Sarana sosial
2.550 20.150
1,04 8,24 Jumlah 244.484 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.
Kelurahan Mangunsari merupakan wilayah pinggiran Kota Semarang yang
terletak di Kecamatan Gunungpati yang masih memiliki karakteristik pedesaan.
Hal ini ditunjukkan dengan luas areal persawahan yang berupa sawah irigasi
setengah teknis mencapai 76.170 ha (31,16%) dan hanya 2.550 ha (1,04%) yang
4.1.1.4Jumlah rumah penduduk
Jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah 1164 buah.
Pembagian rumah menurut sifat dan bahannya berdasarkan data monografi
Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini.
Tabel 4.2. Jumlah Rumah Penduduk menurut Sifat dan Bahannya di Kelurahan Mangunsari
No. Rumah Menurut Sifat dan Bahannya Jumlah (rumah) Persentase (%) 1. Dinding terbuat dari batu/gedung
permanen
791 67,96
2. Dinding terbuat dari sebagian batu/gedung/semi permanen
215 18,47
3. Dinding terbuat dari kayu/papan 158 13,57 Jumlah 1.164 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.
Jumlah rumah penduduk sebanyak 1.164 rumah tidak sebanding dengan
jumlah kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yang berjumlah 1.208 kepala
keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu kepala keluarga
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
4.1.1.5Jumlah pemakai air minum
Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.3. Jumlah Pemakai Air Minum Penduduk di Kelurahan Mangunsari No. Sumber Air Minum Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. PAM 158 8,37 2. Badan Pengelola Air 577 30,56 3. Sumur 1.153 61,07
4.1.2 Kondisi Sosial Daerah Penelitian
Berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan Semester II Tahun 2011,
luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha yang terdiri dari 5 Rukun
Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kondisi sosial daerah penelitian
menjelaskan tentang data mengenai jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan
susunan penduduk menurut kelompok umur, mata pencaharian, dan tingkat
pendidikannya.
4.1.2.1Jumlah penduduk menurut kelompok umur
Jumlah penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Kelompok Umur
Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.
Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun
2011, terdapat 1.208 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 4195 jiwa, maka
setiap kepala keluarga memiliki anggota keluarga rata-rata sebanyak 3 jiwa.
4.1.2.2Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Mangunsari sangat beragam
yaitu sebagai petani, pengusaha sedang/besar, pengrajin/industri kecil, buruh
industri, buruh bangunan, buruh pertambangan, pedagang, pengangkutan, No Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, pensiunan (ABRI/PNS), dan peternak.
Khusus mata pencaharian peternak dapat dibagi menjadi peternak sapi perah ada
18 jiwa dengan jumlah ternak 40 ekor, peternak sapi biasa ada 13 jiwa dengan
jumlah ternak 41 ekor, peternak kerbau ada 18 jiwa dengan jumlah ternak 34 ekor,
peternak kambing ada 36 dengan jumlah ternak 161 ekor, peternak ayam ada 3
dengan jumlah ternak 65.000 ekor, dan peternak itik ada 19 dengan jumlah ternak
1.000 ekor. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Mata Pencaharian
No Jenis Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Petani
a. Petani pemilik tanah b. Petani penggarap tanah c. Buruh tani
741 398 378
27,13 14,57 13,84
2 Pengusaha sedang/besar 8 0,29 3 Pengrajin/Industri kecil 8 0,29 4 Buruh Industri 290 10,62 5 Buruh Bangunan 298 10,91 6 Buruh Pertambangan 45 1,65 7 Pedagang 131 4,80 8 Pengangkutan 61 2,23 9 Pegawai Negeri Sipil 133 4,87 10 ABRI 51 1,87 11 Pensiunan (ABRI/PNS) 82 3,00 12 Peternak 107 3,92
Jumlah 2731 100,00 Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011
Penduduk Kelurahan Mangunsari dilihat dari jenis mata pencahariannya
sebagian besar merupakan petani pemilik tanah yaitu sejumlah 741 jiwa (27,13%).
pencaharian yang lain terutama yang jumlahnya masih sedikit adalah pengusaha
sedang/besar dan pengrajin/industri kecil masing-masing sejumlah 8 jiwa (0,29%).
4.1.2.3Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Mangunsari cukup beragam.
Berdasarkan tabel 4.4 berikut ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
penduduk paling banyak jumlahnya di Kelurahan Mangunsari adalah tamat
SD/sederajat yaitu 1253 jiwa (46,22%) dan terendah adalah tamat
akademi/sederajat yaitu 96 jiwa (3,54%).
Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Tamat SD/sederajat 1253 46,22 2 Tamat SLTP /sederajat 644 23,76 3 Tamat SLTA /sederajat 615 22,69 4 Tamat akademi /sederajat 96 3,54 5 Tamat Perguruan Tinggi/sederajat 103 3,80
Jumlah 2711 100,00
Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mengemukakan mengenai jenis kelamin responden,
umur responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, dan pendidikan
responden.
4.2.1 Jenis kelamin responden
Berdasarkan penelitian, jenis kelamin responden terdiri dari laki-laki 78
responden atau 92,86 % dan perempuan ada 6 responden atau 7,14 %. Data
diperoleh seperti pada tabel 4.10 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6