• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

THE RELATIONSHIP OF DEMOGRAPHIC FACTORS WITH JOB PERFORMANCE AND JOB SATISFACTION IN CENTRAL AGENCY OF STATISTICS, SPECIAL REGION

OF YOGYAKARTA

Tesis

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan Oleh : LASTIYONO

20111020017

Kepada :

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

THE RELATIONSHIP OF DEMOGRAPHIC FACTORS WITH JOB PERFORMANCE AND JOB SATISFACTION IN

CENTRAL AGENCY OF STATISTICS, SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA

Tesis

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan Oleh : LASTIYONO

20111020017

Kepada :

PROGRAM PASCASARJANA

(3)

KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(The Relationship Of Demographic Factors With Job Performance And Job Satisfaction In Central Agency Of Statistics,

Special Region Of Yogyakarta)

Diajukan Oleh : LASTIYONO

20111020017

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

(4)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

DI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Diajukan Oleh : LASTIYONO

20111020017

Tesis ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Magister Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 30 November 2016

Yang terdiri dari :

Dr. Susanto, M.S. Ketua Tim Penguji

Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono Fauziyah, S.E., M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Ketua Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya sendiri dan belum

pernah diterbitkan oleh pihak manapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan

dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Yogyakarta, Nopemeber 2016 Yang Membuat Pernyataan

(6)

...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. ....

( Surat Al-Mujadilah : 11)

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia

maka wajib baginya memiliki ilmu,

dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat

maka wajib baginya memiliki ilmu

dan barang siapa yang menghendaki keduanya

maka wajib baginya memiliki ilmu.

(7)

dalam hidup saya, orang-orang tercinta yang menjadi bagian dalam

perjalanan hidup saya serta memberi, orang-orang yang tidak bosan-bosannya memberi motivasi dan semangat untuk kebaikan saya.

Kedua orang tua saya, Madsumarto dan Karti (Alm), yang menjadi wasilah kehadiranku di dunia. Sungguh jasa dan budi baikmu tak mampu ku balas dengan apapun. Semoga Allah

membalas semua amal baikmu dengan yang jauh lebih baik dan memaafkan semua dosa-dosamu.

Isteri tercinta, Istikharoh, yang selama ini telah menemani dalam perjalanan kehidupan berrumah tangga dengan segala suka dan duka yang ada.

Anak-anak tercinta, Nasywa-Nabil-Tazkia, kalian mampu

menjadi penyemangat ketika malas, penghibur di kala susah serta pelega di kala dahaga.

(8)

demographic factors to the job performance and job satisfaction in BPS - Statistics of D.I. yogyakarta province. This research uses descriptive analysis and correlation analysis. The descriptive analysis contains the distribution of items of each variable, while the correlation analysis is used to determine the relationship between variables. Data collection techniques was conducted by questionnaire and Likert scale. The research sample as many as 77 peoples. Sampling of the population using census method

The results of trials on a scale of 6 items amounted performance results are all are valid and reliable. As for job satisfaction scale totaling 10 items, there is one that is not valid is the third item, so were excluded from the analysis. With 9 items left,

all of them are valid and reliable. By using a significance value α =

5%, the statistical analysis showed that demographic factors are composed of work period, education level, gender and age, was only work period and education level indicates a significant correlation with performance. In relation to job satisfaction, only working period and age indicate a significant relationship. While the level of education and gender indicate no significant correlation with job satisfaction.

Thus the conclusion of this study is from 4 variables demographic factors studied, only two variables indicate a significant correlation with the performance and only two variables that indicate a significant correlation with job satisfaction. Advice can be given is to further improve the performance of employees of BPS Special Province of Yogyakarta, the leaders and agencies need to consider variables that indicates a significant correlation with the performance and job satisfaction. So that the measures taken in order to improve performance and employee satisfaction can be effective and efficient. With the increase in the employee's performance will also increase organizational performance.

(9)

hubungan antara Faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja pegawai pada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Analisis deskriptif berisi distribusi item dari masing-masing variabel, sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dan menggunakan skala Likert. Sampel penelitian sebanyak 77 orang pegawai. Pengambilan sampel dari populasi menggunakan metode sensus.

Hasil uji coba pada skala kinerja yang berjumlah 6 item semuanya valid dan reliabel. Sedangkan untuk skala kepuasan kerja yang berjumlah 10 item, ada 1 yang tidek valid yaitu item ke 3, sehingga dikeluarkan dari analisis. Dengan tinggal 9 item tersisa, semuanya valid dan reliabel. Dengan menggunakan nilai signifikansi

α=5%, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor demografi

yang terdiri dari masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan usia, ternyata hanya masa kerja dan tingkat pendidikan yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja. Sedangkan dalam hubungan dengan kepuasan kerja, hanya masa kerja dan usia yang menunjukan ada hubungan yang signifikan. Sedangkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak menunjukakan adanya hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja.

Dengan demikian kesimpulan dari penelitian ini adalah dari 4 variabel faktor demografi yang diteliti, hanya 2 variabel menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja dan hanya 2 variabel yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Saran yang dapat diberikan adalah untuk lebih meningkatkan kinerja pegawai BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maka pihak pimpinan dan instansi perlu memperhatikan variabel-variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja dan kepuasan kerja. Sehingga kebijakan yang diambil dalam rangka meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan bisa efektif dan efisien. Dengan meningkatnya kinerja karyawan maka kinerja organisasi juga akan meningkat.

(10)

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis dengan judul

“HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN

KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BADAN

PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA” ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata 2 (S-2) pada Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan, hal ini karena keterbatasan penulis. Keberhasilan penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Heru kurnianto Tjahjono dan Ibu Dra. Fauziah, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan 2, yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi selama proses penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Johanes Bambang Kristianto, MA selaku Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

(11)

Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Yogyakarta, Nopemeber 2016

(12)

Halaman Judul ...i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Pernyataan ...iv

Motto ...v

Persembahan ...vi

Abstract ...vii

Abstraksi ...ix

Kata Pengantar ...xi

Daftar Isi ...xiii

Daftar Tabel ...xvi

Daftar Gambar ...xvii

I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2.Lingkup Penelitian ...13

1.3.Rumusan Masalah ...14

1.4.Tujuan Penelitian ...15

1.5.Manfaat Penelitian ...17

1.5.1.Manfaat Praktis ...17

1.5.2.Manfaat Teoritis ...17

II TINJAUAN PUSTAKA ...19

2.1. Landasan Teori ...19

2.1.1. Kinerja ...19

2.1.2. Kepuasan Kerja ...21

2.1.3. Faktor Demografi ...23

2.1.3.1. Masa Kerja ...23

2.1.3.1. Tingkat Pendidikan ...24

2.1.3.1. Jenis Kelamin ...25

2.1.3.1. Usia ...26

2.2. Penelitian Terdahulu ...26

2.3. Pengembangan Hipotesa ...28

2.4. Model Penelitian ...28

2.5. Variabel dan Definisi Variebel ... 36

III METODE PENELITIAN ...37

3.1. Subyek dan Obyek Penelitian ... 37

3.2. Jenis Penelitian ...37

3.3. Jenis Data ... 38

(13)

3.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ...41

3.6.1. Kinerja ...41

3.6.2. Kepuasan Kerja ...42

3.6.3. Masa Kerja ...44

3.6.4. Tingkat Pendidikan ...44

3.6.5. Jenis Kelamin ...44

3.6.6. Usia ... 45

3.7. Tehnik Analisis Data ...45

3.7.1. Uji Kualitas Instrumen ...45

3.7.1.1. Uji Validitas ...45

3.7.1.2. Uji Reliabilitas ...47

3.7.2. Uji Hipotesis dan Analisa Data ...48

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...52

4.1. Gambaran Umum Responden ... 53

4.2. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ...59

4.2.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja ...60

4.2.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Kepuasan Kerja ...61

4.2.3. Gambaran Umum Kinerja dan Kepuasan Kerja Karyawan ...63

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ...65

4.3.1. Kinerja ...67

4.3.2. Kepuasan Kerja ...68

4.4. Uji Hipotesis dan Analisa Data ... 71

4.5. Pembahasan ... 77

4.5.1. Hubungan antara masa kerja dengan kinerja ...78

4.5.2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja ...80

4.5.3. Hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja ...83

4.5.4. Hubungan antara usia dengan kinerja ...83

4.5.5. Hubungan antara masa kerja dengan kepuasan kerja ...84

(14)

kerja ... 89

V SIMPULAN DAN SARAN ...91

5.1. Simpulan ... 91

5.2. Keterbatasan Penelitian ...92

C. Saran ...93

DAFTAR PUSTAKA ...95

(15)

Hal

Tabel 3.1 Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ...40 Tabel 4.1 Responden menurut Jenis Kelamin dan Usia ...54 Tabel 4.2 Responden menurut Jenis Kelamin dan

Pendidikan ...55 Tabel 4.3 Responden menurut Jenis Kelamin dan Masa

Kerja ...56 Tabel 4.4 Responden menurut Jenis Kelamin dan

Golongan ...56

Tabel 4.5 Responden menurut Jabatan dan Jenis Kelamin ...58 Tabel 4.6 Responden menurut Jenis Kelamin dan Status

Perkawinan ...59 Tabel 4.7 Persentase Jawaban Responden Pada Variabel

Kinerja

menurut Pegawai BPS Provinsi DIY ...60 Tabel 4.8 Persentase Jawaban Responden Pada Variabel

Kepuasan Kerja

menurut Pegawai BPS Provinsi DIY ...62 Tabel 4.9 Konversi pembobotan jawaban responden...64 Tabel .10 Pengklasifikasian nilai obervasi ...65

Tabel 4.11 Nilai rata-rata variabel kinerja dan kepuasan

kerja ...65 Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja ...67 Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja ...67

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel

Kepuasan kerja ...69 Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel

Kepuasan kerja

setelah item pertanyaan no.3 dihilangkan ...70 Tabel 4.16 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel

Kepuasan Kerja ...70 Tabel 4.17 Hasil pengolahan korelasi antar Variabel ...70 Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Uji Korelasi Terhadap semua

Hiptesa...77

(16)

Hal

(17)
(18)

demographic factors to the job performance and job satisfaction in BPS - Statistics of D.I. yogyakarta province. This research uses descriptive analysis and correlation analysis. The descriptive analysis contains the distribution of items of each variable, while the correlation analysis is used to determine the relationship between variables. Data collection techniques was conducted by questionnaire and Likert scale. The research sample as many as 77 peoples. Sampling of the population using census method

The results of trials on a scale of 6 items amounted performance results are all are valid and reliable. As for job satisfaction scale totaling 10 items, there is one that is not valid is the third item, so were excluded from the analysis. With 9 items left, all of them are valid and reliable. By using a significance value α = 5%, the statistical analysis showed that demographic factors are composed of work period, education level, gender and age, was only work period and education level indicates a significant correlation with performance. In relation to job satisfaction, only working period and age indicate a significant relationship. While the level of education and gender indicate no significant correlation with job satisfaction.

Thus the conclusion of this study is from 4 variables demographic factors studied, only two variables indicate a significant correlation with the performance and only two variables that indicate a significant correlation with job satisfaction. Advice can be given is to further improve the performance of employees of BPS Special Province of Yogyakarta, the leaders and agencies need to consider variables that indicates a significant correlation with the performance and job satisfaction. So that the measures taken in order to improve performance and employee satisfaction can be effective and efficient. With the increase in the employee's performance will also increase organizational performance.

(19)

hubungan antara Faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja pegawai pada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Analisis deskriptif berisi distribusi item dari masing-masing variabel, sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dan menggunakan skala Likert. Sampel penelitian sebanyak 77 orang pegawai. Pengambilan sampel dari populasi menggunakan metode sensus.

Hasil uji coba pada skala kinerja yang berjumlah 6 item semuanya valid dan reliabel. Sedangkan untuk skala kepuasan kerja yang berjumlah 10 item, ada 1 yang tidek valid yaitu item ke 3, sehingga dikeluarkan dari analisis. Dengan tinggal 9 item tersisa, semuanya valid dan reliabel. Dengan menggunakan nilai signifikansi

α=5%, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor demografi

yang terdiri dari masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan usia, ternyata hanya masa kerja dan tingkat pendidikan yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja. Sedangkan dalam hubungan dengan kepuasan kerja, hanya masa kerja dan usia yang menunjukan ada hubungan yang signifikan. Sedangkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak menunjukakan adanya hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja.

Dengan demikian kesimpulan dari penelitian ini adalah dari 4 variabel faktor demografi yang diteliti, hanya 2 variabel menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja dan hanya 2 variabel yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Saran yang dapat diberikan adalah untuk lebih meningkatkan kinerja pegawai BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maka pihak pimpinan dan instansi perlu memperhatikan variabel-variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja dan kepuasan kerja. Sehingga kebijakan yang diambil dalam rangka meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan bisa efektif dan efisien. Dengan meningkatnya kinerja karyawan maka kinerja organisasi juga akan meningkat.

(20)

1.1.Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab langsung

kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik dan Peraturan Kepala

Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai

peraturan perundang-undangan. BPS mempunyai visi yaitu pelopor data statistik terpercaya untuk semua.Sebagai lembaga pemerintah yang melayani publik, BPS harus memiliki

manajemen yang baik untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan dari keberhasilan masing-masing individu

organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya.

BPS mempunyai visi yaitu pelopor data statistik

(21)

masyarakat terhadap ketersediaan data dan informasi statistik

yang beragam dan berkualitas semakin hari semakin meningkat. Pengguna data menginginkan agar data bisa tersedia lebih cepat,

lebih murah, lebih mudah diperoleh, dan lebih berkualitas.

Salah satu usaha yang dilakukan dalam rangka memenuhi visi dan misinya, BPS selalu melakukan evaluasi terhadap kinerja

yang dihasilkan, apakah sudah sesuai target atau justru sebaliknya. Hasil survei kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh

Ernst & Young (2010), menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi BPS dilihat dari

pandangan pengguna antara lain kurangnya relevansi, akurasi dan koherensi, tidak tepat waktu, terbatasnya akses, kurang terintegrasinya proses pengumpulan data, belum optimalnya

kebijakan dan prosedur penjaminan kualitas, kurangnya perhatian terhadap pengguna data dan kurangnya perhatian terhadap pemberi data. Tentunya dengan hasil survei tersebut BPS harus

berbenah diri dan meningkatkan kinerjanya supaya bisa memenuhi permintaan masyarakat terutama yang berkaitan

(22)

Kinerja mempunyai arti yang berbeda dari setiap orang.

Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya

perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang ditetapkan (Mangkunegara 2005). Umumnya faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja terbagi menjadi dua yaitu faktor

eksternal yang terdiri dari sistem kompensasi dan lingkungan kerja dan faktor internal yang terdiri dari motivasi, kemampuan

atau ketrampilan dan karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja (Siagian, 2006).

Output dari sebuah proses sangat tergantung dari inputnya. Kalau inputnya buruk akan berakibat pada output yang buruk juga. Sehingga kualitas data yang dihasilkan BPS akan

sangat ditentukan oleh kualitas pengumpulan data di lapangan. Salah satu yang ditekankan dalam setiap kegiatan pengumpulan data baik survei maupun sensus adalah bahwa petugas harus

betul-betul turun ke lapangan dan menggali data dengan benar, tidak boleh mengarahkan responden pada suatu jawaban tertentu.

(23)

Dalam setiap kegiatan survei, petugas lapangan terdiri dari

pencacah dan pengawas. Satu petugas pengawas biasanya akan mengawasi 3 sampai 5 pencacah. Untuk kegiatan survei,

pengawas selalu ditunjuk dari karyawan organik BPS sedangkan pencacahnya bisa dari karyawan organik maupun mitra statistik. Sementara untuk kegiatan sensus, karena besarnya kegiatan dan

membutuhkan lebih banyak orang, pengawasnya dari unsur karyawan organik dan mitra statistik, sedangkan pencacahnya

dari unsur mitra statistik. Mitra statistik adalah orang dari luar BPS yang direkrut dan dilatih untuk membantu satu kegiatan

survei atau sensus, dan akan bertugas hingga satu kegiatan survei atau sensus tersebut berakhir.

Sebenarnya penempatan tenaga organik BPS dalam proses

pengumpulan data di lapangan ini dimaksudkan untuk meminimalkan kesalahan yang dilakukan oleh pencacah supaya hasilnya lebih baik. Namun demikian masih saja dijumpai ada

beberapa hasil pencacahan yang kualitasnya kurang baik seperti adanya isian yang masih kosong, nilai yang isian tidak wajar,

(24)

pengalaman dari survei dan sensus sebelumnya, lolosnya

kesalahan dari pengawas lapangan ini biasanya terjadi karena pengawas tidak melakukan tugasnya sesuai standar prosedur yang

telah ditetapkan. Kalau saja mereka melakukan tugas sesuai aturan yang ada maka kesalahan bisa diantisipasi dengan baik. Dari beberapa kegiatan supervisi lapangan yang dilakukan dapat

diperoleh informasi beberapa pelanggaran. Pelanggaran yang sering dilakukan oleh pengawas diantaranya adalah bahwa

mereka tidak melakukan pendampingan dengan benar. Selain itu mereka juga tidak melakukan pemeriksaan terhadap seluruh

dokumen hasil pencacahan.

Buruknya kualitas hasil pencacahan lapangan akan berakibat pada lambatnya proses editing coding, data entry, validasi hingga penyusunan publikasinya. Akibatnya press release, tidak bisa tepat waktu sesuai target awal. Padahal para pengguna data selalu menginginkan data yang terbaru dan up to date. Bahkan beberapa hasil survei BPS ada yang tidak di release

karena kualitas datanya dirasa sangat buruk. Fenomena ini cukup

(25)

Beberapa pekerjaan di BPS bagi sebagian karyawan terasa

menjemukan. Salah satunya adalah kegiatan editing dan coding

baik sebelum pengolahan maupun setelah pengolahan. Seorang

editor dituntut harus teliti dalam mengamati setiap data yang masuk, melihat kewajaran isian serta konsistensi satu isian dengan isian yang lain. Dalam kegiatan ini karyawan perempuan

biasanya lebih teliti dibanding karyawan laki-laki. Mereka terlihat lebih ulet bahkan tahan berlama-lama dalam pekerjaan ini.

Sedangkan karyawan laki-laki cenderung kurang teliti. Beberapa isian sering terlewat dari pemeriksaan dan terlihat kurang sabar.

Selain itu karyawan laki-laki cenderung tidak tahan berlama-lama dalam pekerjaan ini. Untuk menghilangkan kebosanan biasanya mereka melampiaskannya dengan keluar ruangan, beberapa

diantaranya ada yang merokok dan mengobrol dengan karyawan yang lain.

Kegiatan BPS yang cenderung monoton memang

membuat beberapa karyawan mengalami kebosanan. Dari awal masuk kerja sebagai karyawan BPS sampai hari ini setelah

(26)

karyawan ketika menyampaikan kejenuhannya dalam bekerja.

Biasanya mereka ini adalah karyawan yang sudah tidak muda lagi usianya. Bagi karyawan yang masih muda yang masih minim

pengalaman, biasanya berpendapat lain. Mereka merasa pekerjaan ini adalah sebuah tantangan yang akan membuat bangga ketika berhasil menyelesaikannya.

Umumnya semakin lama masa kerja seorang karyawan maka akan semakin terlatih dalam pekerjaan serta

keahliannyapun akan semakin meningkat. Demikian juga dengan kondisi karyawan BPS Propinsi DIY. Karyawan yang masa

kerjanya masih minim biasanya cenderung banyak bertanya dan meminta pendapat kepada yang lebih senior dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini tentu wajar terjadi

dimanapun tempat kerjanya. Sebaliknya karyawan dengan masa kerja yang lebih lama menunjukkan kinerja yang lebih baik karena lebih berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai

masalah. Hal ini terlihat terutama dalam kegiatan coding. Mereka terlihat sangat terampil mencari berbagai macam kode bahkan

bebrapa kode mereka hafal tanpa harus mencari di buku pedoman

(27)

Karyawan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan

memiliki wawasan yang luas serta kemampuan menganalisis masalah yang baik. Sebaliknya karyawan dengan tingkat

pendidikan yang lebih rendah cenderung memiliki wawasan serta kemampuan menganalisis yang kurang. Kemampuan dalam menganalisis masalah inilah yang sangat membantu karyawan

dalam melihat kewajaran data yang masuk. Misalnya dalam memeriksa data hasil pencacahan sebuah perusahaan, seorang

editor dituntut untuk mampu melihat kewajaran data yang terkait biaya bahan baku, tenaga kerja, nilai omset, keuntungan serta

data yang terkait lainnya. Karyawan dengan tingkat pendidikan minimal S1 biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam masalah ini, Mereka lebih mampu dalam melihat mana

data yang wajar serta mana data yang tidak wajar atau bahkan data yang ekstrim.

Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau

perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang mana status tersebut

(28)

usia dari masing-masing individu tersebut (Hasibuan, 2005).

Perbedaan-perbedaan tersebut akan dibawa ke dalam dunia kerja, sehingga dengan adanya perbedaan tersebut menyebabkan

kepuasan kerja berbeda satu sama lainnya, walaupun mereka ditempatkan dalam satu lingkungan kerja yang sama (Aliddin, 2006).

Karyawan dengan kepuasan kerja akan menunjukkan kinerja yang baik, prestasi kerja meningkat, absensi rendah, dan

tetap setia terhadap tempat kerja (Mowday, Steers dan Porter, 1982, dalam Ujianto, 2005). Kepuasan kerja yang tinggi akan

berpengaruh pada kondisi kerja yang positif dan dinamis sehingga mampu memberikan keuntungan nyata, tidak hanya bagi perusahaan atau organisasi tetapi juga keuntungan bagi

tenaga kerja itu sendiri.

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan

yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya

(As’ad, 1995). Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau

(29)

sehingga kepuasan kerja bukan konsep tunggal. Seseorang dapat

relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek pekerjaan lainnya.

Kepuasan kerja merupakan faktor yang sangat kompleks karena kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu

karakteristik individu, variabel situasional, dan karakteristik pekerjaan. Variabel-variabel yang bersifat situasional meliputi

perbandingan terhadap situasi sosial yang ada, kelompok acuan, pengaruh dari pengalaman kerja sebelumnya. Karakteristik

pekerjaan meliputi imbalan yang diterima, pengawasan yang dilakukan oleh atasan, pekerjaan itu sendiri, hubungan antara rekan kerja, keamanan kerja, kesempatan untuk memperoleh

perubahan status. Karakteristik individu meliputi kebutuhan individu, nilai-nilai yang dianut individu, dan ciri-ciri kepribadian atau faktor demografi, yaitu usia, jenis kelamin, status

perkawinan, tingkat pendidikan dan masa kerja (Sule, 2002). Menurut Siagian (2006) dalam pemeliharaan hubungan

(30)

perhatian. Kecenderungan yang semakin terlihat di lingkungan

kerja BPS adalah bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan kerja biasanya semakin tinggi. Biasanya mereka

cenderung menolak ketika ditawari untuk pindah bagian apalagi pindah kantor. Hal ini disebabkan karena karyawan yang sudah agak lanjut usia merasa sulit untuk menyesuaikan dengan

pekerjaan di tempat yang baru. Selain itu dikarenakan adanya pertemanan dan persahabatan antara yang bersangkutan dengan

rekan-rekannya di tempat kerjanya sekarang.

Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya kepuasan kerja. Teori ini diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1997) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara pria dengan wanita,

dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan pria (As’ad, 1995). Selain itu juga karena pria mempunyai beban tanggungan lebih besar

dibandingkan dengan wanita, sehingga pria akan menuntut kondisi kerja yang lebih baik seperti gaji yang memadai dan

(31)

guna memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu

keinginan untuk berkarir di tempat yang lebih baik menjadi harapan mereka walaupun resikonya harus pindah tugas keluar

pulau Jawa. Sebaliknya dengan karyawan perempuan, mereka menganggap bahwa tujuan bekerja hanya sekedar membantu suami mencari nafkah untuk keluarga, sehingga tidak terlalu

memikirkan karir. Apalagi kalau resikonya sampai harus pindah kota, yang justru mendatangkan masalah baru bagi keluarganya.

Bukti menunjukkan bahwa masa jabatan dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif (Robbins dan Judge, 2008).

Demikian juga halnya dengan fenomena yang ada di BPS DIY. Umumnya karyawan dengan masa kerja yang lebih lama cenderung merasa betah. Hal ini disebabkan diantaranya karena

telah beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama serta sudah hafal seluk beluk pekerjaan sehingga mereka merasa nyaman dengan pekerjaannya.

Dari beberapa uraian di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa faktor demografi menarik untuk diteliti terutama kaitannya

(32)

kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan usia serta

hubungannya dengan outcome yang terdiri dari kinerja dan kepuasan kerja karyawan. Untuk itu peneliti mengambil

penelitian dengan judul “Hubungan antara Faktor demografi

dengan Kinerja dan Kepuasan Kerja Karyawan Badan Pusat

Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Peneliti

memilih Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai obyek penelitian ini karena pertimbangan

kecukupan sampel serta kemudahan akses.

1.2.Lingkup Penelitian

1. Lingkup Masalah

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja dan

kepuasan kerja karyawan BPS provinsi D.I. Yogyakarta ada banyak hal, namun penelitian ini hanya meneliti dari sisi faktor demografi yang terdiri dari masa kerja

karyawan, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan usia. 2. Ruang Lingkup Keilmuan

(33)

3. Ruang Lingkup Lokasi dan Waktu Penelitan

Penelitian ini dilakukan di BPS Propinsi DI Yogyakarta pada minggu ke 1 bulan Januari 2013.

4. Ruang Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah seluruh karyawan BPS Provinsi DI Yogyakarta.

1.3.Rumusan Masalah

1.Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa

Yogyakarta?

2.Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa

Yogyakarta?

3.Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa

Yogyakarta?

4.Apakah ada hubungan antara usia dengan kinerja

(34)

5.Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kepuasan

kerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta?

6.Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta?

7.Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah

Istimewa Yogyakarta?

8.Apakah ada hubungan antara usia dengan kepuasan kerja

karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta?

1.4.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis :

1. Hubungan antara masa kerja dengan kinerja karyawan

(35)

2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja

karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

4. Hubungan antara usia dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

5. Hubungan antara masa kerja dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

6. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta

7. Hubungan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta

8. Hubungan antara usia dengan kepuasan kerja karyawan

(36)

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1.Manfaat Praktis

1. Bagi Instansi/BPS

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan dalam penyusunan kebijakan yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kinerjaserta kepuasan

kerja karyawan yang optimal di BPS Propinsi D.I. yogyakarta

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik bagi

penulis untuk dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan dan memperluas wahana berpikir ilmiah dalam bidang manajemen sumber daya

manusia. 1.5.2.Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan

pengetahuan mengenai faktor demografi dalam hal inimasa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikanserta usia,

(37)

memberikan tambahan ilmu pengetahuan, perbandingan, dan

(38)

2.1.Landasan Teori

2.1.1.Kinerja

Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian

kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang ditetapkan

(Mangkunegara 2005). Kinerja juga dikenal dengan istilah karya, dimana pengertiannya yang dikemukakan oleh Cantika (2005):

“Hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik ataupun material dan non fisik atau non material”. Kinerja sumber daya

manusia merupakan istilah yang berasal dari kata job

performance atau aktual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi kinerja karyawan adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang

karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya”. Oleh karena itu maka dapat

(39)

melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan, yaitu faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, kompensasi (finansial dan non finansial), struktur dan desain pekerjaan. Faktor psikologis terdiri dari persepsi,

sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi. Serta faktor Individu yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar

belakang individu dan demografi (Gibson, 1987).

Dari beberapa pengertian tersebut maka disusun landasan

[image:39.516.132.424.448.564.2]

teori bahwa antara kinerja karyawan dan faktor demografi keduanya saling berhubungan.

Gambar 2.1 Kerangka Teori Kinerja KINERJA Menurut Gibson (1987)

Faktor Individu

(40)

2.1.2.Kepuasan Kerja

Menurut Locke (As’ad, 1995) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung kepada discrepancy antara

should be(expectation, need, atau value) dengan apa yang menurut perasaannya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang

karyawan terhadap pekerjaannya (Robbins, 2009). Kepuasan kerja menunjukkan adanya kesesuaian antara harapan seseorang

yang timbul dengan imbalan yang disediakan oleh pekerjaan. Pendapat lain mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah

perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima (Luthan, 1995).

Davis (dalam Husnawati, 2006) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

dipandang sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif, yang berbeda dari pemikiran objektif dan keinginan

(41)

seseorang terhadap pekerjaan dan harapannya pada organisasi

tempat ia bekerja.

Kebanyakan studi menunjukkan suatu hubungan yang

positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurangnya sampai umur 60 tahun (Robbins dan Judge, 2008). Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kepuasan kerja.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1997) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan

kerja antara pria dengan wanita, dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan

pria (As’ad, 1995). Bukti menunjukkan bahwa masa jabatan

(masa kerja) dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif (Robbins dan Judge, 2008).

Harold E. Burt mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :

1. Faktor hubungan antar karyawan, antara lain :

a. Hubungan antara manager dengan karyawan b. Faktor fisis dan kondisi kerja

(42)

e. Emosi dan situasi kerja

2. Faktor Individu, yaitu yang berhubungan dengan : a. Sikap orang terhadap pekerjaannya

b. Umur orang sewaktu bekerja c. Jenis kelamin

3) Faktor - faktor luar (extern), yang berhubungan dengan :

a. Keadaan keluarga karyawan b. Rekreasi

c. Pendidikan (training, up grading dan sebagainya)

( As’ad, 1995).

2.1.3.Faktor Demografi

Anderson (dalam H. Syahmasa, 2002) menyatakan bahwa komunitas atau suatu kelompok komunitas tertentu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik demografi seperti umur, jenis kelamin, suatu perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan dan sosial budaya. Hasil penelitian H. Syahmasa

menyatakan bahwa umur, lamanya bekerja dan tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan dengan

(43)

2.1.3.1.Masa Kerja

Masa kerja ada karena adanya hubungan kerja. Berdasarkan pasal 50 Undang Undang Ketenagakerjaan,

hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Oleh karena itu perhitungan masa kerja dihitung sejak terjadinya hubungan kerja antara pekerja dan

pengusaha atau sejak pekerja pertama kali mulai bekerja di perusahaan tertentu dengan berdasarkan pada ketentuan yang

sudah disepakati bersama.

2.1.3.2. Tingkat Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

(44)

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2003). Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan.

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat

dibedakan berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu seperti: 1. Pendidikan dasar awal selama 9 tahun meliputi SD / sederajat,

SLTP/ sederajat.

2. Pendidikan lanjut meliputi :

a. Pendidikan menengah minimal 3 tahun meliputi SMA atau sederajat dan;

b. Pendidikan tinggi yang meliputi diploma, sarjana, magister,

doktor dan sepesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

2.1.3.3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan perbedaan antaraperempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Perbedaan

(45)

mengenal 2 jenis kelamin yaitu laki-laki (pria) dan perempuan

(wanita).

2.1.3.4. Usia

Menurut kamus besar bahasa Indonesia usia diartikan sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Menurut Suryabrata, (1998) usia dikategorikan

menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 0 s/d 1 tahun : bayi

2 s/d 5 tahun : balita

6 s/d 12 tahun : kanak-kanak akhir

13 s/d 17 tahun : remaja awal 17 s/d 18 tahun : remaja akhir 18 s/d 40 tahun : dewasa awal

40 s/d 60 thun : dewasa madya > 60 tahun : usia lanjut

2.2.Penelitian Terdahulu

H. Syahmasa pada tahun 2002 melakukan penelitian

dengan judul “Analisis hubungan faktor demografi dan motivasi

(46)

Kecamatan Cipayung Jakarta Timur”. Dalam penelitian ini

diperoleh kesimpulan bahwa dari 6 faktor demografi yang dipilih yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

lamanya bekerja dan tingkat pendapatan, yang mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja adalah umur, lamanya bekerja dan tingkat pendapatan.

Ade Ira Zahriany Nasution pada tahun 2009 melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh karakteristik individu dan

psikologis terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi

Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari karakteristik

individu (umur, jenis kelamin, lama kerja) dan psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi), variabel pengetahuan dan

motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis, sedangkan variabel umur, jenis kelamin, lama kerja dan sikap tidak berpengaruh signifikan.

Kasiana H. Saragih pada tahun 2010 melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, dan Masa

(47)

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

hubungan negatif yang tidak signifikan antara usia dengan kepuasan kerja, terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan

antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara masa kerja dengan kepuasan kerja.

2.3.Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan, tetapi kesimpulan itu belum

akhir masih harus dibuktikan kebenarannya (Djarwanto, 1996). Tujuan penelitian menggunakan hipotesis adalah agar dalam

penelitian tersebut peneliti berfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi penguji hipotesis.

2.3.1.Hubungan masa kerja dengan kinerja karyawan

Semakin lama masa kerja maka semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga senioritas dalam bekerja akan

lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang yang baru bekerja ( Robbins, 1996). Sementara menurut Gibson, dkk (1997), masa

(48)

seseorang bekerja di suatu perusahaan, maka tingkat prestasi

individu akan semakin meningkat. Hal dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak kepada kinerja

dan keuntungan perusahaan yang menjadi lebih baik, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lamanya masa

kerja karyawan akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Harusnya semakin lama masa kerja seseorang akan membuat kinerjanya

semakin membaik karena skill atau kemampuannya semakin meningkat. Namun pada kasus tertentu ada kalanya juga semakin

memburuk. Hal ini bisa saja terjadi karena mereka merasa jenuh, bosan atau cenderung malas untuk melakukan pekerjaan yang sama selama dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui apakah masa

kerja karyawan di sebuah organisasi itu berpengaruh positif atau negatif perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut :

H1: Ada hubungan positif antara masa kerja dan kinerja

(49)

2.3.2. Hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja

karyawan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan kinerja karyawan. Seseorang yang bekerja pada bidang yang sesuai dengan tingkat pendidikannya akan bagus kinerjanya. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang

pekerjaannya tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya, kinerjanya akan buruk. Dengan menempuh tingkat pendidikan

tertentu, akan membuat seorang pekerja memiliki pengetahuan tertentu. Orang dengan kemampuan dasar apabila mendapatkan

kesempatan-kesempatan pelatihan dan motivasi yang tepat, akan lebih mampu dan cakap untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dengan demikian jelas bahwa pendidikan akan

mempengaruhi kinerja karyawan. Berdasarkan tinjauan diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dan kinerja

karyawan.

2.3.3.Hubungan jenis kelamin dengan kinerja karyawan

(50)

kekurangan masing-masing. Dalam bidang tertentu bisa jadi

kinerja wanita dianggap lebih bagus tapi produktifitasnya kurang maksimal. Hal ini bisa terjadi dikarenakan wanita biasanya akan

jauh lebih berhati sehingga produktivitasnya tidak begitu tinggi, tapi berbeda dengan pria karena punya pandangan harus menghidupi keluarganya maka pria akan cenderung bekerja keras

untuk dapat memenuhi tanggung jawabnya. Sehingga akan menghasilkan produktivitas yang tinggi tetapi dalam hal kualitas

mungkin kalah dibandingkan wanita. Dengan demikian jelas bahwa jenis kelamin akan berpengaruh pada kinerja. Berdasarkan

uraian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Ada hubungan positif antara jenis kelamin dan kinerja

karyawan.

2.3.4.Hubungan usia dengan kinerja

Salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan kinerja

adalah usia karyawan. Secara psikologis semakin dewasa usia seseorang maka kedewasaan dalam bekerja semakin meningkat,

(51)

mencapai usia yang sudah tidak produktif maka kemungkinan

kinerja orang tersebut dapat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan saat masih muda. Hal ini dapat dikarenakan

masa tua merupakan masa dimana tubuh akan mengalami banyak masalah terutama kondisi fisik yang sudah menurun serta penyakit yang mulai menghantui. Hal ini menunjukkan bahwa

usia akan berpengaruh pada kinerja. Untuk itu peneliti merumuskan hipotesisnya sebagai berikut:

H4 : Ada hubungan positif antara usia dan kinerja karyawan.

2.3.5.Hubungan masa kerja dengan kepuasan kerja

karyawan

Bukti menunjukkan bahwa masa jabatan dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif (Robbins dan Judge, 2008).

Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang karyawan lebih merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan

lingkungannya yang cukup lama sehingga karyawan akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan

(52)

hidup di hari tua (Kreitner dan Kinicki, 2003). Berdasarkan

uraian di atas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut :

H5: Ada hubungan positif yang signifikan antara masa kerja dan

kepuasan kerja karyawan.

2.3.6.Hubungan tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja

karyawan

Karyawan yang pekerjaannya sesuai dengan tingkat

pendidikan yang dimiliki tentu akan merasa lebih nyaman dalam bekerja. Demikian juga sebaliknya, karyawan yang pekerjaannya

tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya akan merasa tidak nyaman dalam bekerja. Jika ada karyawan dengan tingkat pendidikan sarjana pasti tidak nyaman kalau harus menjadi

tukang sapu di kantor. Pada akhirnya karyawan tersebut akan berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Berdasarkan uraian ini, maka peneliti

merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H6 : Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dan

(53)

2.3.7.Hubungan jenis kelamin dengan kepuasan kerja

karyawan

Perbedaan jenis kelamin berhubungan dengan terhadap

tinggi rendahnya kepuasan kerja. Teori ini diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1997) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara pria dengan wanita,

dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja

ternyata lebih rendah dibandingkan pria (As’ad, 1995). Adanya

perbedaan psikologis antara pria dan wanita menyebabkan wanita lebih cepat puas dibanding pria. Selain itu, pria mempunyai

beban tanggungan lebih besar dibandingkan dengan wanita, sehingga pria akan menuntut kondisi kerja yang lebih baik seperti gaji yang memadai dan tunjangan karyawan (Rizal, 2005).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H7 : Ada hubungan positif antara jenis kelamin dan kepuasan

(54)

2.3.8.Hubungan usia dengan kepuasan kerja

Kebanyakan studi juga menunjukkan suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurangnya

sampai umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cenderung terus-menerus meningkat pada para karyawan yang professional dengan bertambahnya umur mereka, sedangkan pada karyawan

yang non professional kepuasan itu merosot selama umur setengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun

berikutnya (Robbins dan Judge, 2008). Untuk itu peneliti merumuskan hipotesisnya sebagai berikut:

H8 : Ada hubungan positif antara usia dan kepuasan kerja

karyawan.

Dari pengembangan hipotesis di atas, dapat diusun

hipotesis umum, bahwa diduga ada hubungan yang signifikan antara faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja karyawan.

2.4.Model Penelitian

Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari

(55)

pemecahan masalah. Model penelitian yang dibangun

[image:55.516.132.409.142.347.2]

ditampilkan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 2.2 Model Penelitian 2.5.Variabel dan Definisi Variabel

Penelitian ini hanya akan melihat hubungan antar variabel

yaitu hubungan antara faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja. Oleh karena itu dalam peneletian ini tidak ada variabel yang dianggap sebagai variabel independen maupun

variabel dependen. Faktor

Masa Kerja

Tingkat

Jenis Kelamin

Usia

Kinerja Kepuasan

(56)

3.1.Subyek dan Obyek Penelitian

Penelitian ini memilih lingkungan kerja Badan Pusat Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai obyek

penelitian dengan pertimbangan kemudahan akses. Sedangkan subyek penelitian ini adalah seluruh karyawan BPS Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari 2014

3.2.Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono, (2003) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:

1. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

2. Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.

(57)

Dikatakan pendekatan kuantitatif sebab pendekatan yang

digunakan di dalam penelitian ini nantinya menggunakan aspek pengukuran dan perhitungan. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif karena bertujuan membuat deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi yang akan diteliti. Sedangkan dikatakan sebagai penelitian asosiatif karena penelitian ini

menghubungkan dua variabel atau lebih.

3.3.Jenis Data

Jenis data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara

langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan jenis

data primer, karena data diperoleh melalui observasi langsung terhadap responden, bukan memanfaatkan data yang sudah pernah ada.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode

(58)

yang didistribusikan oleh masing-masing koordinator bidang

yang sudah ditunjuk melalui para kepala bidang/bagian.

Penelitian ini menggunakan survei dengan metode

kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Kuesioner merupakan

suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana

mengukur variabel penelitian. (Uma sekaran, 2006).

Berkenaan dangan skala pengukuran dalam penyusunan

kuesioner, peneliti menggunakan skala Likert, yaitu pertanyaan tertutup yang mengukur sikap dari keadaan yang negatif ke jenjang yang positif. Maksud dari penggunaan skala Likert ini

adalah untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini, yaiu dengan 5 alternatif nomor untuk mengukur sikap responden.

Pertanyaan-pertanyaan dalam bagian ini dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk mendapatkan data yang bersifat

(59)

Tabel 3.1. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian

Sangat Tidak Setuju

Tidak

Setuju Cukup Setuju

Sangat Setuju

1 2 3 4 5

3.5.Teknik Pengambilan Sampel

3.5.1.Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 77 orang.

3.5.2.Sampel

Sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Apabila populasi kurang dari 100, lebih baik diambil

semua hingga penelitiannya merupakan sejumlah populasi (Arikunto, 2010). Dikarenakan besar sampel merupakan jumlah

(60)

3.6.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.6.1. Kinerja

Hasibuan (2005) menjelaskan bahwa kinerja karyawan

adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta

waktu.Prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan niat seorang pekerja, kemampuan

dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor di

atas semakin besarlah prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Pengukuran kinerja berisi 6 buah pertanyaan dengan mengacu pada Ang et al. (2003) dalam Chun-Fang Chiang dan

Tsung-Sheng Hsieh (2012). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui persepsi karyawan apakah mereka sudah :

1. memenuhi tanggung jawab terhadap pekerjaan yang menjadi tugasnya.

(61)

4. melakukan tugas lebih banyak dari pegawai lain dengan

tugas yang sama. 5. bekerja secara efektif.

6. menghasilkan pekerjaan dengan kualitas tinggi.

3.6.2. Kepuasan Kerja

Davis (dalam Husnawati, 2006) mendefinisikan kepuasan

kerja sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Indikator dalam

kepuasan kerja adalah:

1. Pekerjaan itu sendiri, yaitu sejauh mana pekerjaan

menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk pekerjaan yang menarik.

2. Bayaran, yaitu upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi kerja yang sama.

3. Kesempatan untuk promosi, yaitu kesempatan seseorang untuk meraih atau dipromosikan ke jenjang yang lebih

(62)

4. Atasan, yaitu kemampuan atasan untuk memberikan

bantuan teknis dan dukungan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para bawahan.

5. Rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja secara teknis cakap dan secara sosial mendukung tugas rekan kerja lainnya.

Kepuasan kerja diukur berdasarkan persepsi terhadap kepuasan kerja. Variabel kepuasan kerja menggunakan instrumen

dari penelitian Misqi (2007) dengan skala Likert 1-5, yang terdiri dari 10 pertanyaan yang meliputi rasa puas, rasa suka terhadap

pekerjaan, hubungan dan lingkungan kerja, sistem gaji dan fasilitas yang ada. Dari instrumen ini akan akan diperoleh informasi tentang persepsi karyawan apakah mereka merasa :

1. Puas dengan pekerjaan saya saat ini 2. Menyukai pekerjaan saya sat ini

3. Ingin pindah dari pekerjaan saya saat ini

4. Lebih menyukai posisi pekerjaan saya dari pada posisi pekerjaan temen lainnya

5. Puas dengan gaji yang saya terima

(63)

7. Peralatan atau media di kantor ini cukup memadai

8. Terjalin hubungan kerja yang lebih baik antara sesama karyawan

9. Pekerjaannya memberikan ketenangan hidup 10.Suasana dikantor membuat mereka betah

3.6.3. Masa Kerja

Masa kerja karyawan dihitung sejak hari pertama diterima bekerja sampai tahun saat dilakukan penelitian dengan angka

tahun. Pengukuran variabel ini menggunakan skala ordinal

3.6.4. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan adalah waktu tempuh karyawan dalam menjalani pendidikan formal terakhir yang berhasil ditempuh yang ditunjukan dengan ijazah. Pengukuran variabel ini

menggunakan skala ordinal 3.6.5. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan yang

(64)

3.6.6. Usia

Usia karyawan dihitung sejak tahun lahir sampai tahun saat dilakukan penelitian dengan angka tahun. Pengukuran

variabel ini menggunakan skala ordinal.

3.7.Teknik Analisis Data

3.7.1.Uji Kualitas Instrumen

Sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen yaitu uji validitas dan reliabilitas. Sebelum

instrumen/alat ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk

mencari kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut. 3.7.1.1. Uji Validitas

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah alat ukur

tersebut valid, artinya tepat dalam mengukur atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah variable yang akan diukur.

Kerlinger (2003) membagi validitas menjadi tiga, yaitu

(65)

responden, validitas dan reliabilitas dapat membuktikan bahwa

daftar pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden sudah mewakili populasi atau belum.

Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner yaitu keharusan sebuah kuesioner untuk valid dan reliabel. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan suatu kuisioner

dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji

validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.

Menurut Arikunto (2010), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen. Untuk menguji validitas instrumen dapat digunakan cara analisis

item, yaitu mengkorelasikan skor tiap-tiap item jawaban dengan skor total item jawaban. Alat analisis korelasi yang digunakan

(66)

Berdasakan hasil pengolahan dengan program SPSS for windows, diperoleh nilai r hitung untuk masing-masing item pertanyaan untuk setiap variabel. Pertanyaan dinyatakan valid

jika nilai korelasi lebih besar dari r tabel atau tingkat signifikansi hasil output SPSS kurang dari α=0,05

3.7.1.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Dengan demikian reliabilitas adalah

keandalan/konsistensi alat ukur (keajegan alat ukur), sehingga reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Setelah dilakukan uji

(67)

Uji reliabilitas data (uji keandalan) dilakukan untuk

mengukur konsistensi dan stabilitas dari skor (skala pengukuran) sebuah instrumen dalam mengukur konsep tertentu dan

membantu nilai goodness dari sebuah instrumen pengukuran. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas adalah besarnya nilai Cronbach alpha. Instrumen penelitian

disebut handal apabila hasil pengujian menunjukkan alpha lebih besar dari 0,6 (Tjahyono, 2009)

3.7.2.Uji Hipotesis dan Analisa Data

Alat uji yang digunakan dalam pengujian terhadap

hubungan dua variabel adalah uji korelasi. Untuk variabel yang menggunakan data ordinal digunakan alat uji korelasi Spearman. Sedangkan untuk data nominal digunakan korelasi kontingensi.

Oleh karena itu dalam penelitian ini untuk hubungan antara jenis kelamin baik dengan kinerja maupun kepuasan kerja menggunakan uji kontingensi. Selebihnya menggunakan uji

Korelasi Spearman. Langkah-langkah pengujian diawali dengan membuat formulasi hipotesis sebagai berikut :

(68)

a) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

faktor demografi dan kinerja karyawan

H1 : Ada hubungan positif yang signifikan antara masa

kerja dan kinerja karyawan.

b) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

faktor demografi dan kinerja karyawan

H2 : Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat

pendidikan dan kinerja karyawan.

c) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

faktor demografi dan kinerja karyawan

H3 : Ada hubungan positif yang signifikan antara jenis

kelamin dan kinerja karyawan.

d) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

faktor demografi dan kinerja karyawan

H4 : Ada hubungan positif yang signifikan antara usia dan

kinerja karyawan.

e) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

faktor demografi dan kepuasan kerja karyawan

H5 : Ada hubungan positif yang signifikan antara masa

(69)

f) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

faktor demografi dan kepuasan kerja karyawan H6 : Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat

pendidikan dan kepuasan kerja karyawan.

g) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

faktor demografi dan kepuasan kerja karyawan

H7 : Ada hubungan positif yang signifikan antara jenis

kelamin dan kepuasan kerja karyawan.

h) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara

faktor demografi dan kepuasan kerja karyawan

H8 : Ada hubungan positif yang signifikan antara usia dan

kepuasan kerja karyawan. 2. Menentukan tingkat signifikansi

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat

signifikansi α = 5%. Uji dilakukan 2 sisi karena untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika

1 sisi digunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar. Tingkat signifikansi dalam hal ini menggambarkan

(70)

Tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05 adalah ukuran

standar yang sering digunakan dalam penelitian. 3. Kriteria Pengujian

Berdasar probabilitas, H0 akan diterima jika α ≥ 0,05 dan H0

akan ditolak jika α < 0,05 4. Kesimpulan

Jika H0 diterima, maka diartikan bahwa tidak ada hubungan

secara signifikan antara faktor demografi dengan kinerja dan

kepuasan kerja karyawan. Sebaliknya jika H0 ditolak, maka

diartikan bahwa ada hubungan secara signifikan antara faktor

(71)

Dalam bab ini akan disajikan tentang gambaran data hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan jawaban dari responden,

proses pengolahan data serta analisis hasil pengolahan data. Selanjutnya dari hasil pengolahan data tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menganalisis dan menjawab hipotesis

penelitian yang diajukan.

Selain itu dalam bab ini juga akan disajikan analisis

deskriptif yang akan menggambarkan karakteristik responden berdasarkan variabel demografi dan juga menggambarkan kondisi jawaban responden untuk masing-masing variabel. Hasil jawaban

responden inilah yang selanjutnya akan digunakan untuk mendapatkan tendensi jawaban responden mengenai kondisi

masing-masing variabel penelitian.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dengan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Kinerja
Gambar 2.2 Model Penelitian
Tabel 4.1. Responden menurut Jenis Kelamin dan usia
Tabel 4.2.  Responden menurut Jenis Kelamin dan Tingkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan keuangan konsolidasian PT Perkebunan Nusantara XIII dan entitas anaknya yang terdiri dari laporan posisi keuangan konsolidasian tanggal 31 Desember 2015,

3) Pembuktian kualifikasi untuk menilai pengalaman sejenis yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dikompetisikan dilakukan dengan melihat dokumen kontrak asli dan

Uji statistik menggunakan SPSS v.16.0 dengan menggunakan rumus one way anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat dismenore pada aktivitas ringan, sedang dan

Sehubungan dengan hal tersebut, serta untuk mengetahui dunia kerja di bidang boadcasting terutama bidang editing yang sesungguhnya, maka penulis telah melaksanakan sebuah

Kemampuan eceng gondok (Eichornia crassipes Mart. Solms) dalam perbaikan kualitas limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah Dr.. Moewar

Analisis Perbedaan Responsi dan Perilaku Konsumen Berdasarkan Frekuensi Belanja Terhadap Bauran Pemasaran Pada KPRI Karya Utama Tegaldlimo Banyuwangi; Vinda Icun

Some other tourism objects are Traffic Park, Karang Setra Bathing Place, Mandala Wangsit Museum, Post and Postal Clearing Museum, Geological Museum, Asia Afrika Museum,

Artinya adalah bahwa kontrak sosial maupun ekonomis yang dikembangkan dalam format ini harus terjadi secara simultan terhadap keseluruhan relasi antar para pemilik