PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
THE RELATIONSHIP OF DEMOGRAPHIC FACTORS WITH JOB PERFORMANCE AND JOB SATISFACTION IN CENTRAL AGENCY OF STATISTICS, SPECIAL REGION
OF YOGYAKARTA
Tesis
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan Oleh : LASTIYONO
20111020017
Kepada :
PROGRAM PASCASARJANA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
THE RELATIONSHIP OF DEMOGRAPHIC FACTORS WITH JOB PERFORMANCE AND JOB SATISFACTION IN
CENTRAL AGENCY OF STATISTICS, SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA
Tesis
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan Oleh : LASTIYONO
20111020017
Kepada :
PROGRAM PASCASARJANA
KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(The Relationship Of Demographic Factors With Job Performance And Job Satisfaction In Central Agency Of Statistics,
Special Region Of Yogyakarta)
Diajukan Oleh : LASTIYONO
20111020017
Telah Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN
DI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Diajukan Oleh : LASTIYONO
20111020017
Tesis ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Magister Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 30 November 2016
Yang terdiri dari :
Dr. Susanto, M.S. Ketua Tim Penguji
Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono Fauziyah, S.E., M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Ketua Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya sendiri dan belum
pernah diterbitkan oleh pihak manapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan
dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Yogyakarta, Nopemeber 2016 Yang Membuat Pernyataan
...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. ....
( Surat Al-Mujadilah : 11)
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia
maka wajib baginya memiliki ilmu,
dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat
maka wajib baginya memiliki ilmu
dan barang siapa yang menghendaki keduanya
maka wajib baginya memiliki ilmu.
dalam hidup saya, orang-orang tercinta yang menjadi bagian dalam
perjalanan hidup saya serta memberi, orang-orang yang tidak bosan-bosannya memberi motivasi dan semangat untuk kebaikan saya.
Kedua orang tua saya, Madsumarto dan Karti (Alm), yang menjadi wasilah kehadiranku di dunia. Sungguh jasa dan budi baikmu tak mampu ku balas dengan apapun. Semoga Allah
membalas semua amal baikmu dengan yang jauh lebih baik dan memaafkan semua dosa-dosamu.
Isteri tercinta, Istikharoh, yang selama ini telah menemani dalam perjalanan kehidupan berrumah tangga dengan segala suka dan duka yang ada.
Anak-anak tercinta, Nasywa-Nabil-Tazkia, kalian mampu
menjadi penyemangat ketika malas, penghibur di kala susah serta pelega di kala dahaga.
demographic factors to the job performance and job satisfaction in BPS - Statistics of D.I. yogyakarta province. This research uses descriptive analysis and correlation analysis. The descriptive analysis contains the distribution of items of each variable, while the correlation analysis is used to determine the relationship between variables. Data collection techniques was conducted by questionnaire and Likert scale. The research sample as many as 77 peoples. Sampling of the population using census method
The results of trials on a scale of 6 items amounted performance results are all are valid and reliable. As for job satisfaction scale totaling 10 items, there is one that is not valid is the third item, so were excluded from the analysis. With 9 items left,
all of them are valid and reliable. By using a significance value α =
5%, the statistical analysis showed that demographic factors are composed of work period, education level, gender and age, was only work period and education level indicates a significant correlation with performance. In relation to job satisfaction, only working period and age indicate a significant relationship. While the level of education and gender indicate no significant correlation with job satisfaction.
Thus the conclusion of this study is from 4 variables demographic factors studied, only two variables indicate a significant correlation with the performance and only two variables that indicate a significant correlation with job satisfaction. Advice can be given is to further improve the performance of employees of BPS Special Province of Yogyakarta, the leaders and agencies need to consider variables that indicates a significant correlation with the performance and job satisfaction. So that the measures taken in order to improve performance and employee satisfaction can be effective and efficient. With the increase in the employee's performance will also increase organizational performance.
hubungan antara Faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja pegawai pada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Analisis deskriptif berisi distribusi item dari masing-masing variabel, sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dan menggunakan skala Likert. Sampel penelitian sebanyak 77 orang pegawai. Pengambilan sampel dari populasi menggunakan metode sensus.
Hasil uji coba pada skala kinerja yang berjumlah 6 item semuanya valid dan reliabel. Sedangkan untuk skala kepuasan kerja yang berjumlah 10 item, ada 1 yang tidek valid yaitu item ke 3, sehingga dikeluarkan dari analisis. Dengan tinggal 9 item tersisa, semuanya valid dan reliabel. Dengan menggunakan nilai signifikansi
α=5%, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor demografi
yang terdiri dari masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan usia, ternyata hanya masa kerja dan tingkat pendidikan yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja. Sedangkan dalam hubungan dengan kepuasan kerja, hanya masa kerja dan usia yang menunjukan ada hubungan yang signifikan. Sedangkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak menunjukakan adanya hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja.
Dengan demikian kesimpulan dari penelitian ini adalah dari 4 variabel faktor demografi yang diteliti, hanya 2 variabel menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja dan hanya 2 variabel yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Saran yang dapat diberikan adalah untuk lebih meningkatkan kinerja pegawai BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maka pihak pimpinan dan instansi perlu memperhatikan variabel-variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja dan kepuasan kerja. Sehingga kebijakan yang diambil dalam rangka meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan bisa efektif dan efisien. Dengan meningkatnya kinerja karyawan maka kinerja organisasi juga akan meningkat.
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis dengan judul
“HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN
KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BADAN
PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA” ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata 2 (S-2) pada Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan, hal ini karena keterbatasan penulis. Keberhasilan penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Heru kurnianto Tjahjono dan Ibu Dra. Fauziah, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan 2, yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi selama proses penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Johanes Bambang Kristianto, MA selaku Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Yogyakarta, Nopemeber 2016
Halaman Judul ...i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Pernyataan ...iv
Motto ...v
Persembahan ...vi
Abstract ...vii
Abstraksi ...ix
Kata Pengantar ...xi
Daftar Isi ...xiii
Daftar Tabel ...xvi
Daftar Gambar ...xvii
I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2.Lingkup Penelitian ...13
1.3.Rumusan Masalah ...14
1.4.Tujuan Penelitian ...15
1.5.Manfaat Penelitian ...17
1.5.1.Manfaat Praktis ...17
1.5.2.Manfaat Teoritis ...17
II TINJAUAN PUSTAKA ...19
2.1. Landasan Teori ...19
2.1.1. Kinerja ...19
2.1.2. Kepuasan Kerja ...21
2.1.3. Faktor Demografi ...23
2.1.3.1. Masa Kerja ...23
2.1.3.1. Tingkat Pendidikan ...24
2.1.3.1. Jenis Kelamin ...25
2.1.3.1. Usia ...26
2.2. Penelitian Terdahulu ...26
2.3. Pengembangan Hipotesa ...28
2.4. Model Penelitian ...28
2.5. Variabel dan Definisi Variebel ... 36
III METODE PENELITIAN ...37
3.1. Subyek dan Obyek Penelitian ... 37
3.2. Jenis Penelitian ...37
3.3. Jenis Data ... 38
3.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ...41
3.6.1. Kinerja ...41
3.6.2. Kepuasan Kerja ...42
3.6.3. Masa Kerja ...44
3.6.4. Tingkat Pendidikan ...44
3.6.5. Jenis Kelamin ...44
3.6.6. Usia ... 45
3.7. Tehnik Analisis Data ...45
3.7.1. Uji Kualitas Instrumen ...45
3.7.1.1. Uji Validitas ...45
3.7.1.2. Uji Reliabilitas ...47
3.7.2. Uji Hipotesis dan Analisa Data ...48
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...52
4.1. Gambaran Umum Responden ... 53
4.2. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ...59
4.2.1. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja ...60
4.2.2. Penjelasan Responden Atas Variabel Kepuasan Kerja ...61
4.2.3. Gambaran Umum Kinerja dan Kepuasan Kerja Karyawan ...63
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ...65
4.3.1. Kinerja ...67
4.3.2. Kepuasan Kerja ...68
4.4. Uji Hipotesis dan Analisa Data ... 71
4.5. Pembahasan ... 77
4.5.1. Hubungan antara masa kerja dengan kinerja ...78
4.5.2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja ...80
4.5.3. Hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja ...83
4.5.4. Hubungan antara usia dengan kinerja ...83
4.5.5. Hubungan antara masa kerja dengan kepuasan kerja ...84
kerja ... 89
V SIMPULAN DAN SARAN ...91
5.1. Simpulan ... 91
5.2. Keterbatasan Penelitian ...92
C. Saran ...93
DAFTAR PUSTAKA ...95
Hal
Tabel 3.1 Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ...40 Tabel 4.1 Responden menurut Jenis Kelamin dan Usia ...54 Tabel 4.2 Responden menurut Jenis Kelamin dan
Pendidikan ...55 Tabel 4.3 Responden menurut Jenis Kelamin dan Masa
Kerja ...56 Tabel 4.4 Responden menurut Jenis Kelamin dan
Golongan ...56
Tabel 4.5 Responden menurut Jabatan dan Jenis Kelamin ...58 Tabel 4.6 Responden menurut Jenis Kelamin dan Status
Perkawinan ...59 Tabel 4.7 Persentase Jawaban Responden Pada Variabel
Kinerja
menurut Pegawai BPS Provinsi DIY ...60 Tabel 4.8 Persentase Jawaban Responden Pada Variabel
Kepuasan Kerja
menurut Pegawai BPS Provinsi DIY ...62 Tabel 4.9 Konversi pembobotan jawaban responden...64 Tabel .10 Pengklasifikasian nilai obervasi ...65
Tabel 4.11 Nilai rata-rata variabel kinerja dan kepuasan
kerja ...65 Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja ...67 Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja ...67
Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel
Kepuasan kerja ...69 Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel
Kepuasan kerja
setelah item pertanyaan no.3 dihilangkan ...70 Tabel 4.16 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel
Kepuasan Kerja ...70 Tabel 4.17 Hasil pengolahan korelasi antar Variabel ...70 Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Uji Korelasi Terhadap semua
Hiptesa...77
Hal
demographic factors to the job performance and job satisfaction in BPS - Statistics of D.I. yogyakarta province. This research uses descriptive analysis and correlation analysis. The descriptive analysis contains the distribution of items of each variable, while the correlation analysis is used to determine the relationship between variables. Data collection techniques was conducted by questionnaire and Likert scale. The research sample as many as 77 peoples. Sampling of the population using census method
The results of trials on a scale of 6 items amounted performance results are all are valid and reliable. As for job satisfaction scale totaling 10 items, there is one that is not valid is the third item, so were excluded from the analysis. With 9 items left, all of them are valid and reliable. By using a significance value α = 5%, the statistical analysis showed that demographic factors are composed of work period, education level, gender and age, was only work period and education level indicates a significant correlation with performance. In relation to job satisfaction, only working period and age indicate a significant relationship. While the level of education and gender indicate no significant correlation with job satisfaction.
Thus the conclusion of this study is from 4 variables demographic factors studied, only two variables indicate a significant correlation with the performance and only two variables that indicate a significant correlation with job satisfaction. Advice can be given is to further improve the performance of employees of BPS Special Province of Yogyakarta, the leaders and agencies need to consider variables that indicates a significant correlation with the performance and job satisfaction. So that the measures taken in order to improve performance and employee satisfaction can be effective and efficient. With the increase in the employee's performance will also increase organizational performance.
hubungan antara Faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja pegawai pada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Analisis deskriptif berisi distribusi item dari masing-masing variabel, sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dan menggunakan skala Likert. Sampel penelitian sebanyak 77 orang pegawai. Pengambilan sampel dari populasi menggunakan metode sensus.
Hasil uji coba pada skala kinerja yang berjumlah 6 item semuanya valid dan reliabel. Sedangkan untuk skala kepuasan kerja yang berjumlah 10 item, ada 1 yang tidek valid yaitu item ke 3, sehingga dikeluarkan dari analisis. Dengan tinggal 9 item tersisa, semuanya valid dan reliabel. Dengan menggunakan nilai signifikansi
α=5%, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor demografi
yang terdiri dari masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan usia, ternyata hanya masa kerja dan tingkat pendidikan yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja. Sedangkan dalam hubungan dengan kepuasan kerja, hanya masa kerja dan usia yang menunjukan ada hubungan yang signifikan. Sedangkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak menunjukakan adanya hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja.
Dengan demikian kesimpulan dari penelitian ini adalah dari 4 variabel faktor demografi yang diteliti, hanya 2 variabel menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja dan hanya 2 variabel yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Saran yang dapat diberikan adalah untuk lebih meningkatkan kinerja pegawai BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maka pihak pimpinan dan instansi perlu memperhatikan variabel-variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja dan kepuasan kerja. Sehingga kebijakan yang diambil dalam rangka meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan bisa efektif dan efisien. Dengan meningkatnya kinerja karyawan maka kinerja organisasi juga akan meningkat.
1.1.Latar Belakang
Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik dan Peraturan Kepala
Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai
peraturan perundang-undangan. BPS mempunyai visi yaitu pelopor data statistik terpercaya untuk semua.Sebagai lembaga pemerintah yang melayani publik, BPS harus memiliki
manajemen yang baik untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan dari keberhasilan masing-masing individu
organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya.
BPS mempunyai visi yaitu pelopor data statistik
masyarakat terhadap ketersediaan data dan informasi statistik
yang beragam dan berkualitas semakin hari semakin meningkat. Pengguna data menginginkan agar data bisa tersedia lebih cepat,
lebih murah, lebih mudah diperoleh, dan lebih berkualitas.
Salah satu usaha yang dilakukan dalam rangka memenuhi visi dan misinya, BPS selalu melakukan evaluasi terhadap kinerja
yang dihasilkan, apakah sudah sesuai target atau justru sebaliknya. Hasil survei kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh
Ernst & Young (2010), menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi BPS dilihat dari
pandangan pengguna antara lain kurangnya relevansi, akurasi dan koherensi, tidak tepat waktu, terbatasnya akses, kurang terintegrasinya proses pengumpulan data, belum optimalnya
kebijakan dan prosedur penjaminan kualitas, kurangnya perhatian terhadap pengguna data dan kurangnya perhatian terhadap pemberi data. Tentunya dengan hasil survei tersebut BPS harus
berbenah diri dan meningkatkan kinerjanya supaya bisa memenuhi permintaan masyarakat terutama yang berkaitan
Kinerja mempunyai arti yang berbeda dari setiap orang.
Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya
perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang ditetapkan (Mangkunegara 2005). Umumnya faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja terbagi menjadi dua yaitu faktor
eksternal yang terdiri dari sistem kompensasi dan lingkungan kerja dan faktor internal yang terdiri dari motivasi, kemampuan
atau ketrampilan dan karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja (Siagian, 2006).
Output dari sebuah proses sangat tergantung dari inputnya. Kalau inputnya buruk akan berakibat pada output yang buruk juga. Sehingga kualitas data yang dihasilkan BPS akan
sangat ditentukan oleh kualitas pengumpulan data di lapangan. Salah satu yang ditekankan dalam setiap kegiatan pengumpulan data baik survei maupun sensus adalah bahwa petugas harus
betul-betul turun ke lapangan dan menggali data dengan benar, tidak boleh mengarahkan responden pada suatu jawaban tertentu.
Dalam setiap kegiatan survei, petugas lapangan terdiri dari
pencacah dan pengawas. Satu petugas pengawas biasanya akan mengawasi 3 sampai 5 pencacah. Untuk kegiatan survei,
pengawas selalu ditunjuk dari karyawan organik BPS sedangkan pencacahnya bisa dari karyawan organik maupun mitra statistik. Sementara untuk kegiatan sensus, karena besarnya kegiatan dan
membutuhkan lebih banyak orang, pengawasnya dari unsur karyawan organik dan mitra statistik, sedangkan pencacahnya
dari unsur mitra statistik. Mitra statistik adalah orang dari luar BPS yang direkrut dan dilatih untuk membantu satu kegiatan
survei atau sensus, dan akan bertugas hingga satu kegiatan survei atau sensus tersebut berakhir.
Sebenarnya penempatan tenaga organik BPS dalam proses
pengumpulan data di lapangan ini dimaksudkan untuk meminimalkan kesalahan yang dilakukan oleh pencacah supaya hasilnya lebih baik. Namun demikian masih saja dijumpai ada
beberapa hasil pencacahan yang kualitasnya kurang baik seperti adanya isian yang masih kosong, nilai yang isian tidak wajar,
pengalaman dari survei dan sensus sebelumnya, lolosnya
kesalahan dari pengawas lapangan ini biasanya terjadi karena pengawas tidak melakukan tugasnya sesuai standar prosedur yang
telah ditetapkan. Kalau saja mereka melakukan tugas sesuai aturan yang ada maka kesalahan bisa diantisipasi dengan baik. Dari beberapa kegiatan supervisi lapangan yang dilakukan dapat
diperoleh informasi beberapa pelanggaran. Pelanggaran yang sering dilakukan oleh pengawas diantaranya adalah bahwa
mereka tidak melakukan pendampingan dengan benar. Selain itu mereka juga tidak melakukan pemeriksaan terhadap seluruh
dokumen hasil pencacahan.
Buruknya kualitas hasil pencacahan lapangan akan berakibat pada lambatnya proses editing coding, data entry, validasi hingga penyusunan publikasinya. Akibatnya press release, tidak bisa tepat waktu sesuai target awal. Padahal para pengguna data selalu menginginkan data yang terbaru dan up to date. Bahkan beberapa hasil survei BPS ada yang tidak di release
karena kualitas datanya dirasa sangat buruk. Fenomena ini cukup
Beberapa pekerjaan di BPS bagi sebagian karyawan terasa
menjemukan. Salah satunya adalah kegiatan editing dan coding
baik sebelum pengolahan maupun setelah pengolahan. Seorang
editor dituntut harus teliti dalam mengamati setiap data yang masuk, melihat kewajaran isian serta konsistensi satu isian dengan isian yang lain. Dalam kegiatan ini karyawan perempuan
biasanya lebih teliti dibanding karyawan laki-laki. Mereka terlihat lebih ulet bahkan tahan berlama-lama dalam pekerjaan ini.
Sedangkan karyawan laki-laki cenderung kurang teliti. Beberapa isian sering terlewat dari pemeriksaan dan terlihat kurang sabar.
Selain itu karyawan laki-laki cenderung tidak tahan berlama-lama dalam pekerjaan ini. Untuk menghilangkan kebosanan biasanya mereka melampiaskannya dengan keluar ruangan, beberapa
diantaranya ada yang merokok dan mengobrol dengan karyawan yang lain.
Kegiatan BPS yang cenderung monoton memang
membuat beberapa karyawan mengalami kebosanan. Dari awal masuk kerja sebagai karyawan BPS sampai hari ini setelah
karyawan ketika menyampaikan kejenuhannya dalam bekerja.
Biasanya mereka ini adalah karyawan yang sudah tidak muda lagi usianya. Bagi karyawan yang masih muda yang masih minim
pengalaman, biasanya berpendapat lain. Mereka merasa pekerjaan ini adalah sebuah tantangan yang akan membuat bangga ketika berhasil menyelesaikannya.
Umumnya semakin lama masa kerja seorang karyawan maka akan semakin terlatih dalam pekerjaan serta
keahliannyapun akan semakin meningkat. Demikian juga dengan kondisi karyawan BPS Propinsi DIY. Karyawan yang masa
kerjanya masih minim biasanya cenderung banyak bertanya dan meminta pendapat kepada yang lebih senior dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini tentu wajar terjadi
dimanapun tempat kerjanya. Sebaliknya karyawan dengan masa kerja yang lebih lama menunjukkan kinerja yang lebih baik karena lebih berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Hal ini terlihat terutama dalam kegiatan coding. Mereka terlihat sangat terampil mencari berbagai macam kode bahkan
bebrapa kode mereka hafal tanpa harus mencari di buku pedoman
Karyawan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan
memiliki wawasan yang luas serta kemampuan menganalisis masalah yang baik. Sebaliknya karyawan dengan tingkat
pendidikan yang lebih rendah cenderung memiliki wawasan serta kemampuan menganalisis yang kurang. Kemampuan dalam menganalisis masalah inilah yang sangat membantu karyawan
dalam melihat kewajaran data yang masuk. Misalnya dalam memeriksa data hasil pencacahan sebuah perusahaan, seorang
editor dituntut untuk mampu melihat kewajaran data yang terkait biaya bahan baku, tenaga kerja, nilai omset, keuntungan serta
data yang terkait lainnya. Karyawan dengan tingkat pendidikan minimal S1 biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam masalah ini, Mereka lebih mampu dalam melihat mana
data yang wajar serta mana data yang tidak wajar atau bahkan data yang ekstrim.
Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau
perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang mana status tersebut
usia dari masing-masing individu tersebut (Hasibuan, 2005).
Perbedaan-perbedaan tersebut akan dibawa ke dalam dunia kerja, sehingga dengan adanya perbedaan tersebut menyebabkan
kepuasan kerja berbeda satu sama lainnya, walaupun mereka ditempatkan dalam satu lingkungan kerja yang sama (Aliddin, 2006).
Karyawan dengan kepuasan kerja akan menunjukkan kinerja yang baik, prestasi kerja meningkat, absensi rendah, dan
tetap setia terhadap tempat kerja (Mowday, Steers dan Porter, 1982, dalam Ujianto, 2005). Kepuasan kerja yang tinggi akan
berpengaruh pada kondisi kerja yang positif dan dinamis sehingga mampu memberikan keuntungan nyata, tidak hanya bagi perusahaan atau organisasi tetapi juga keuntungan bagi
tenaga kerja itu sendiri.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan
yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya
(As’ad, 1995). Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau
sehingga kepuasan kerja bukan konsep tunggal. Seseorang dapat
relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek pekerjaan lainnya.
Kepuasan kerja merupakan faktor yang sangat kompleks karena kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu
karakteristik individu, variabel situasional, dan karakteristik pekerjaan. Variabel-variabel yang bersifat situasional meliputi
perbandingan terhadap situasi sosial yang ada, kelompok acuan, pengaruh dari pengalaman kerja sebelumnya. Karakteristik
pekerjaan meliputi imbalan yang diterima, pengawasan yang dilakukan oleh atasan, pekerjaan itu sendiri, hubungan antara rekan kerja, keamanan kerja, kesempatan untuk memperoleh
perubahan status. Karakteristik individu meliputi kebutuhan individu, nilai-nilai yang dianut individu, dan ciri-ciri kepribadian atau faktor demografi, yaitu usia, jenis kelamin, status
perkawinan, tingkat pendidikan dan masa kerja (Sule, 2002). Menurut Siagian (2006) dalam pemeliharaan hubungan
perhatian. Kecenderungan yang semakin terlihat di lingkungan
kerja BPS adalah bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan kerja biasanya semakin tinggi. Biasanya mereka
cenderung menolak ketika ditawari untuk pindah bagian apalagi pindah kantor. Hal ini disebabkan karena karyawan yang sudah agak lanjut usia merasa sulit untuk menyesuaikan dengan
pekerjaan di tempat yang baru. Selain itu dikarenakan adanya pertemanan dan persahabatan antara yang bersangkutan dengan
rekan-rekannya di tempat kerjanya sekarang.
Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya kepuasan kerja. Teori ini diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1997) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara pria dengan wanita,
dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan pria (As’ad, 1995). Selain itu juga karena pria mempunyai beban tanggungan lebih besar
dibandingkan dengan wanita, sehingga pria akan menuntut kondisi kerja yang lebih baik seperti gaji yang memadai dan
guna memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu
keinginan untuk berkarir di tempat yang lebih baik menjadi harapan mereka walaupun resikonya harus pindah tugas keluar
pulau Jawa. Sebaliknya dengan karyawan perempuan, mereka menganggap bahwa tujuan bekerja hanya sekedar membantu suami mencari nafkah untuk keluarga, sehingga tidak terlalu
memikirkan karir. Apalagi kalau resikonya sampai harus pindah kota, yang justru mendatangkan masalah baru bagi keluarganya.
Bukti menunjukkan bahwa masa jabatan dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif (Robbins dan Judge, 2008).
Demikian juga halnya dengan fenomena yang ada di BPS DIY. Umumnya karyawan dengan masa kerja yang lebih lama cenderung merasa betah. Hal ini disebabkan diantaranya karena
telah beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama serta sudah hafal seluk beluk pekerjaan sehingga mereka merasa nyaman dengan pekerjaannya.
Dari beberapa uraian di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa faktor demografi menarik untuk diteliti terutama kaitannya
kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan usia serta
hubungannya dengan outcome yang terdiri dari kinerja dan kepuasan kerja karyawan. Untuk itu peneliti mengambil
penelitian dengan judul “Hubungan antara Faktor demografi
dengan Kinerja dan Kepuasan Kerja Karyawan Badan Pusat
Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Peneliti
memilih Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai obyek penelitian ini karena pertimbangan
kecukupan sampel serta kemudahan akses.
1.2.Lingkup Penelitian
1. Lingkup Masalah
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja dan
kepuasan kerja karyawan BPS provinsi D.I. Yogyakarta ada banyak hal, namun penelitian ini hanya meneliti dari sisi faktor demografi yang terdiri dari masa kerja
karyawan, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan usia. 2. Ruang Lingkup Keilmuan
3. Ruang Lingkup Lokasi dan Waktu Penelitan
Penelitian ini dilakukan di BPS Propinsi DI Yogyakarta pada minggu ke 1 bulan Januari 2013.
4. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah seluruh karyawan BPS Provinsi DI Yogyakarta.
1.3.Rumusan Masalah
1.Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa
Yogyakarta?
2.Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa
Yogyakarta?
3.Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa
Yogyakarta?
4.Apakah ada hubungan antara usia dengan kinerja
5.Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kepuasan
kerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta?
6.Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta?
7.Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Daerah
Istimewa Yogyakarta?
8.Apakah ada hubungan antara usia dengan kepuasan kerja
karyawan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta?
1.4.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis :
1. Hubungan antara masa kerja dengan kinerja karyawan
2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja
karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Hubungan antara usia dengan kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Hubungan antara masa kerja dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
6. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
7. Hubungan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
8. Hubungan antara usia dengan kepuasan kerja karyawan
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1.Manfaat Praktis
1. Bagi Instansi/BPS
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan dalam penyusunan kebijakan yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kinerjaserta kepuasan
kerja karyawan yang optimal di BPS Propinsi D.I. yogyakarta
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik bagi
penulis untuk dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan dan memperluas wahana berpikir ilmiah dalam bidang manajemen sumber daya
manusia. 1.5.2.Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan
pengetahuan mengenai faktor demografi dalam hal inimasa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikanserta usia,
memberikan tambahan ilmu pengetahuan, perbandingan, dan
2.1.Landasan Teori
2.1.1.Kinerja
Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian
kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang ditetapkan
(Mangkunegara 2005). Kinerja juga dikenal dengan istilah karya, dimana pengertiannya yang dikemukakan oleh Cantika (2005):
“Hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik ataupun material dan non fisik atau non material”. Kinerja sumber daya
manusia merupakan istilah yang berasal dari kata job
performance atau aktual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi kinerja karyawan adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya”. Oleh karena itu maka dapat
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan, yaitu faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, kompensasi (finansial dan non finansial), struktur dan desain pekerjaan. Faktor psikologis terdiri dari persepsi,
sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi. Serta faktor Individu yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar
belakang individu dan demografi (Gibson, 1987).
Dari beberapa pengertian tersebut maka disusun landasan
[image:39.516.132.424.448.564.2]teori bahwa antara kinerja karyawan dan faktor demografi keduanya saling berhubungan.
Gambar 2.1 Kerangka Teori Kinerja KINERJA Menurut Gibson (1987)
Faktor Individu
2.1.2.Kepuasan Kerja
Menurut Locke (As’ad, 1995) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung kepada discrepancy antara
should be(expectation, need, atau value) dengan apa yang menurut perasaannya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang
karyawan terhadap pekerjaannya (Robbins, 2009). Kepuasan kerja menunjukkan adanya kesesuaian antara harapan seseorang
yang timbul dengan imbalan yang disediakan oleh pekerjaan. Pendapat lain mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah
perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima (Luthan, 1995).
Davis (dalam Husnawati, 2006) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
dipandang sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif, yang berbeda dari pemikiran objektif dan keinginan
seseorang terhadap pekerjaan dan harapannya pada organisasi
tempat ia bekerja.
Kebanyakan studi menunjukkan suatu hubungan yang
positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurangnya sampai umur 60 tahun (Robbins dan Judge, 2008). Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kepuasan kerja.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1997) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan
kerja antara pria dengan wanita, dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan
pria (As’ad, 1995). Bukti menunjukkan bahwa masa jabatan
(masa kerja) dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif (Robbins dan Judge, 2008).
Harold E. Burt mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :
1. Faktor hubungan antar karyawan, antara lain :
a. Hubungan antara manager dengan karyawan b. Faktor fisis dan kondisi kerja
e. Emosi dan situasi kerja
2. Faktor Individu, yaitu yang berhubungan dengan : a. Sikap orang terhadap pekerjaannya
b. Umur orang sewaktu bekerja c. Jenis kelamin
3) Faktor - faktor luar (extern), yang berhubungan dengan :
a. Keadaan keluarga karyawan b. Rekreasi
c. Pendidikan (training, up grading dan sebagainya)
( As’ad, 1995).
2.1.3.Faktor Demografi
Anderson (dalam H. Syahmasa, 2002) menyatakan bahwa komunitas atau suatu kelompok komunitas tertentu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik demografi seperti umur, jenis kelamin, suatu perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan dan sosial budaya. Hasil penelitian H. Syahmasa
menyatakan bahwa umur, lamanya bekerja dan tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan dengan
2.1.3.1.Masa Kerja
Masa kerja ada karena adanya hubungan kerja. Berdasarkan pasal 50 Undang Undang Ketenagakerjaan,
hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Oleh karena itu perhitungan masa kerja dihitung sejak terjadinya hubungan kerja antara pekerja dan
pengusaha atau sejak pekerja pertama kali mulai bekerja di perusahaan tertentu dengan berdasarkan pada ketentuan yang
sudah disepakati bersama.
2.1.3.2. Tingkat Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2003). Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan.
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat
dibedakan berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu seperti: 1. Pendidikan dasar awal selama 9 tahun meliputi SD / sederajat,
SLTP/ sederajat.
2. Pendidikan lanjut meliputi :
a. Pendidikan menengah minimal 3 tahun meliputi SMA atau sederajat dan;
b. Pendidikan tinggi yang meliputi diploma, sarjana, magister,
doktor dan sepesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
2.1.3.3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan perbedaan antaraperempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Perbedaan
mengenal 2 jenis kelamin yaitu laki-laki (pria) dan perempuan
(wanita).
2.1.3.4. Usia
Menurut kamus besar bahasa Indonesia usia diartikan sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Menurut Suryabrata, (1998) usia dikategorikan
menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 0 s/d 1 tahun : bayi
2 s/d 5 tahun : balita
6 s/d 12 tahun : kanak-kanak akhir
13 s/d 17 tahun : remaja awal 17 s/d 18 tahun : remaja akhir 18 s/d 40 tahun : dewasa awal
40 s/d 60 thun : dewasa madya > 60 tahun : usia lanjut
2.2.Penelitian Terdahulu
H. Syahmasa pada tahun 2002 melakukan penelitian
dengan judul “Analisis hubungan faktor demografi dan motivasi
Kecamatan Cipayung Jakarta Timur”. Dalam penelitian ini
diperoleh kesimpulan bahwa dari 6 faktor demografi yang dipilih yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,
lamanya bekerja dan tingkat pendapatan, yang mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja adalah umur, lamanya bekerja dan tingkat pendapatan.
Ade Ira Zahriany Nasution pada tahun 2009 melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh karakteristik individu dan
psikologis terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi
Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, lama kerja) dan psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi), variabel pengetahuan dan
motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis, sedangkan variabel umur, jenis kelamin, lama kerja dan sikap tidak berpengaruh signifikan.
Kasiana H. Saragih pada tahun 2010 melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, dan Masa
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
hubungan negatif yang tidak signifikan antara usia dengan kepuasan kerja, terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan
antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara masa kerja dengan kepuasan kerja.
2.3.Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan, tetapi kesimpulan itu belum
akhir masih harus dibuktikan kebenarannya (Djarwanto, 1996). Tujuan penelitian menggunakan hipotesis adalah agar dalam
penelitian tersebut peneliti berfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi penguji hipotesis.
2.3.1.Hubungan masa kerja dengan kinerja karyawan
Semakin lama masa kerja maka semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga senioritas dalam bekerja akan
lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang yang baru bekerja ( Robbins, 1996). Sementara menurut Gibson, dkk (1997), masa
seseorang bekerja di suatu perusahaan, maka tingkat prestasi
individu akan semakin meningkat. Hal dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak kepada kinerja
dan keuntungan perusahaan yang menjadi lebih baik, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lamanya masa
kerja karyawan akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Harusnya semakin lama masa kerja seseorang akan membuat kinerjanya
semakin membaik karena skill atau kemampuannya semakin meningkat. Namun pada kasus tertentu ada kalanya juga semakin
memburuk. Hal ini bisa saja terjadi karena mereka merasa jenuh, bosan atau cenderung malas untuk melakukan pekerjaan yang sama selama dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui apakah masa
kerja karyawan di sebuah organisasi itu berpengaruh positif atau negatif perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut :
H1: Ada hubungan positif antara masa kerja dan kinerja
2.3.2. Hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja
karyawan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kinerja karyawan. Seseorang yang bekerja pada bidang yang sesuai dengan tingkat pendidikannya akan bagus kinerjanya. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang
pekerjaannya tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya, kinerjanya akan buruk. Dengan menempuh tingkat pendidikan
tertentu, akan membuat seorang pekerja memiliki pengetahuan tertentu. Orang dengan kemampuan dasar apabila mendapatkan
kesempatan-kesempatan pelatihan dan motivasi yang tepat, akan lebih mampu dan cakap untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dengan demikian jelas bahwa pendidikan akan
mempengaruhi kinerja karyawan. Berdasarkan tinjauan diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dan kinerja
karyawan.
2.3.3.Hubungan jenis kelamin dengan kinerja karyawan
kekurangan masing-masing. Dalam bidang tertentu bisa jadi
kinerja wanita dianggap lebih bagus tapi produktifitasnya kurang maksimal. Hal ini bisa terjadi dikarenakan wanita biasanya akan
jauh lebih berhati sehingga produktivitasnya tidak begitu tinggi, tapi berbeda dengan pria karena punya pandangan harus menghidupi keluarganya maka pria akan cenderung bekerja keras
untuk dapat memenuhi tanggung jawabnya. Sehingga akan menghasilkan produktivitas yang tinggi tetapi dalam hal kualitas
mungkin kalah dibandingkan wanita. Dengan demikian jelas bahwa jenis kelamin akan berpengaruh pada kinerja. Berdasarkan
uraian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Ada hubungan positif antara jenis kelamin dan kinerja
karyawan.
2.3.4.Hubungan usia dengan kinerja
Salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan kinerja
adalah usia karyawan. Secara psikologis semakin dewasa usia seseorang maka kedewasaan dalam bekerja semakin meningkat,
mencapai usia yang sudah tidak produktif maka kemungkinan
kinerja orang tersebut dapat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan saat masih muda. Hal ini dapat dikarenakan
masa tua merupakan masa dimana tubuh akan mengalami banyak masalah terutama kondisi fisik yang sudah menurun serta penyakit yang mulai menghantui. Hal ini menunjukkan bahwa
usia akan berpengaruh pada kinerja. Untuk itu peneliti merumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
H4 : Ada hubungan positif antara usia dan kinerja karyawan.
2.3.5.Hubungan masa kerja dengan kepuasan kerja
karyawan
Bukti menunjukkan bahwa masa jabatan dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif (Robbins dan Judge, 2008).
Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang karyawan lebih merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan
lingkungannya yang cukup lama sehingga karyawan akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan
hidup di hari tua (Kreitner dan Kinicki, 2003). Berdasarkan
uraian di atas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut :
H5: Ada hubungan positif yang signifikan antara masa kerja dan
kepuasan kerja karyawan.
2.3.6.Hubungan tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja
karyawan
Karyawan yang pekerjaannya sesuai dengan tingkat
pendidikan yang dimiliki tentu akan merasa lebih nyaman dalam bekerja. Demikian juga sebaliknya, karyawan yang pekerjaannya
tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya akan merasa tidak nyaman dalam bekerja. Jika ada karyawan dengan tingkat pendidikan sarjana pasti tidak nyaman kalau harus menjadi
tukang sapu di kantor. Pada akhirnya karyawan tersebut akan berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Berdasarkan uraian ini, maka peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H6 : Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dan
2.3.7.Hubungan jenis kelamin dengan kepuasan kerja
karyawan
Perbedaan jenis kelamin berhubungan dengan terhadap
tinggi rendahnya kepuasan kerja. Teori ini diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1997) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara pria dengan wanita,
dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja
ternyata lebih rendah dibandingkan pria (As’ad, 1995). Adanya
perbedaan psikologis antara pria dan wanita menyebabkan wanita lebih cepat puas dibanding pria. Selain itu, pria mempunyai
beban tanggungan lebih besar dibandingkan dengan wanita, sehingga pria akan menuntut kondisi kerja yang lebih baik seperti gaji yang memadai dan tunjangan karyawan (Rizal, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H7 : Ada hubungan positif antara jenis kelamin dan kepuasan
2.3.8.Hubungan usia dengan kepuasan kerja
Kebanyakan studi juga menunjukkan suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurangnya
sampai umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cenderung terus-menerus meningkat pada para karyawan yang professional dengan bertambahnya umur mereka, sedangkan pada karyawan
yang non professional kepuasan itu merosot selama umur setengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun
berikutnya (Robbins dan Judge, 2008). Untuk itu peneliti merumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
H8 : Ada hubungan positif antara usia dan kepuasan kerja
karyawan.
Dari pengembangan hipotesis di atas, dapat diusun
hipotesis umum, bahwa diduga ada hubungan yang signifikan antara faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja karyawan.
2.4.Model Penelitian
Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari
pemecahan masalah. Model penelitian yang dibangun
[image:55.516.132.409.142.347.2]ditampilkan dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 2.2 Model Penelitian 2.5.Variabel dan Definisi Variabel
Penelitian ini hanya akan melihat hubungan antar variabel
yaitu hubungan antara faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja. Oleh karena itu dalam peneletian ini tidak ada variabel yang dianggap sebagai variabel independen maupun
variabel dependen. Faktor
Masa Kerja
Tingkat
Jenis Kelamin
Usia
Kinerja Kepuasan
3.1.Subyek dan Obyek Penelitian
Penelitian ini memilih lingkungan kerja Badan Pusat Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai obyek
penelitian dengan pertimbangan kemudahan akses. Sedangkan subyek penelitian ini adalah seluruh karyawan BPS Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari 2014
3.2.Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono, (2003) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:
1. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
2. Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.
Dikatakan pendekatan kuantitatif sebab pendekatan yang
digunakan di dalam penelitian ini nantinya menggunakan aspek pengukuran dan perhitungan. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif karena bertujuan membuat deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi yang akan diteliti. Sedangkan dikatakan sebagai penelitian asosiatif karena penelitian ini
menghubungkan dua variabel atau lebih.
3.3.Jenis Data
Jenis data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara
langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan jenis
data primer, karena data diperoleh melalui observasi langsung terhadap responden, bukan memanfaatkan data yang sudah pernah ada.
3.4.Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
yang didistribusikan oleh masing-masing koordinator bidang
yang sudah ditunjuk melalui para kepala bidang/bagian.
Penelitian ini menggunakan survei dengan metode
kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Kuesioner merupakan
suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana
mengukur variabel penelitian. (Uma sekaran, 2006).
Berkenaan dangan skala pengukuran dalam penyusunan
kuesioner, peneliti menggunakan skala Likert, yaitu pertanyaan tertutup yang mengukur sikap dari keadaan yang negatif ke jenjang yang positif. Maksud dari penggunaan skala Likert ini
adalah untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini, yaiu dengan 5 alternatif nomor untuk mengukur sikap responden.
Pertanyaan-pertanyaan dalam bagian ini dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk mendapatkan data yang bersifat
Tabel 3.1. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian
Sangat Tidak Setuju
Tidak
Setuju Cukup Setuju
Sangat Setuju
1 2 3 4 5
3.5.Teknik Pengambilan Sampel
3.5.1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh karyawan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 77 orang.
3.5.2.Sampel
Sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Apabila populasi kurang dari 100, lebih baik diambil
semua hingga penelitiannya merupakan sejumlah populasi (Arikunto, 2010). Dikarenakan besar sampel merupakan jumlah
3.6.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
3.6.1. Kinerja
Hasibuan (2005) menjelaskan bahwa kinerja karyawan
adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta
waktu.Prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan niat seorang pekerja, kemampuan
dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor di
atas semakin besarlah prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Pengukuran kinerja berisi 6 buah pertanyaan dengan mengacu pada Ang et al. (2003) dalam Chun-Fang Chiang dan
Tsung-Sheng Hsieh (2012). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui persepsi karyawan apakah mereka sudah :
1. memenuhi tanggung jawab terhadap pekerjaan yang menjadi tugasnya.
4. melakukan tugas lebih banyak dari pegawai lain dengan
tugas yang sama. 5. bekerja secara efektif.
6. menghasilkan pekerjaan dengan kualitas tinggi.
3.6.2. Kepuasan Kerja
Davis (dalam Husnawati, 2006) mendefinisikan kepuasan
kerja sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Indikator dalam
kepuasan kerja adalah:
1. Pekerjaan itu sendiri, yaitu sejauh mana pekerjaan
menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk pekerjaan yang menarik.
2. Bayaran, yaitu upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi kerja yang sama.
3. Kesempatan untuk promosi, yaitu kesempatan seseorang untuk meraih atau dipromosikan ke jenjang yang lebih
4. Atasan, yaitu kemampuan atasan untuk memberikan
bantuan teknis dan dukungan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para bawahan.
5. Rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja secara teknis cakap dan secara sosial mendukung tugas rekan kerja lainnya.
Kepuasan kerja diukur berdasarkan persepsi terhadap kepuasan kerja. Variabel kepuasan kerja menggunakan instrumen
dari penelitian Misqi (2007) dengan skala Likert 1-5, yang terdiri dari 10 pertanyaan yang meliputi rasa puas, rasa suka terhadap
pekerjaan, hubungan dan lingkungan kerja, sistem gaji dan fasilitas yang ada. Dari instrumen ini akan akan diperoleh informasi tentang persepsi karyawan apakah mereka merasa :
1. Puas dengan pekerjaan saya saat ini 2. Menyukai pekerjaan saya sat ini
3. Ingin pindah dari pekerjaan saya saat ini
4. Lebih menyukai posisi pekerjaan saya dari pada posisi pekerjaan temen lainnya
5. Puas dengan gaji yang saya terima
7. Peralatan atau media di kantor ini cukup memadai
8. Terjalin hubungan kerja yang lebih baik antara sesama karyawan
9. Pekerjaannya memberikan ketenangan hidup 10.Suasana dikantor membuat mereka betah
3.6.3. Masa Kerja
Masa kerja karyawan dihitung sejak hari pertama diterima bekerja sampai tahun saat dilakukan penelitian dengan angka
tahun. Pengukuran variabel ini menggunakan skala ordinal
3.6.4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah waktu tempuh karyawan dalam menjalani pendidikan formal terakhir yang berhasil ditempuh yang ditunjukan dengan ijazah. Pengukuran variabel ini
menggunakan skala ordinal 3.6.5. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan yang
3.6.6. Usia
Usia karyawan dihitung sejak tahun lahir sampai tahun saat dilakukan penelitian dengan angka tahun. Pengukuran
variabel ini menggunakan skala ordinal.
3.7.Teknik Analisis Data
3.7.1.Uji Kualitas Instrumen
Sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen yaitu uji validitas dan reliabilitas. Sebelum
instrumen/alat ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk
mencari kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut. 3.7.1.1. Uji Validitas
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah alat ukur
tersebut valid, artinya tepat dalam mengukur atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah variable yang akan diukur.
Kerlinger (2003) membagi validitas menjadi tiga, yaitu
responden, validitas dan reliabilitas dapat membuktikan bahwa
daftar pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden sudah mewakili populasi atau belum.
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner yaitu keharusan sebuah kuesioner untuk valid dan reliabel. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan suatu kuisioner
dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji
validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.
Menurut Arikunto (2010), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen. Untuk menguji validitas instrumen dapat digunakan cara analisis
item, yaitu mengkorelasikan skor tiap-tiap item jawaban dengan skor total item jawaban. Alat analisis korelasi yang digunakan
Berdasakan hasil pengolahan dengan program SPSS for windows, diperoleh nilai r hitung untuk masing-masing item pertanyaan untuk setiap variabel. Pertanyaan dinyatakan valid
jika nilai korelasi lebih besar dari r tabel atau tingkat signifikansi hasil output SPSS kurang dari α=0,05
3.7.1.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Dengan demikian reliabilitas adalah
keandalan/konsistensi alat ukur (keajegan alat ukur), sehingga reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Setelah dilakukan uji
Uji reliabilitas data (uji keandalan) dilakukan untuk
mengukur konsistensi dan stabilitas dari skor (skala pengukuran) sebuah instrumen dalam mengukur konsep tertentu dan
membantu nilai goodness dari sebuah instrumen pengukuran. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas adalah besarnya nilai Cronbach alpha. Instrumen penelitian
disebut handal apabila hasil pengujian menunjukkan alpha lebih besar dari 0,6 (Tjahyono, 2009)
3.7.2.Uji Hipotesis dan Analisa Data
Alat uji yang digunakan dalam pengujian terhadap
hubungan dua variabel adalah uji korelasi. Untuk variabel yang menggunakan data ordinal digunakan alat uji korelasi Spearman. Sedangkan untuk data nominal digunakan korelasi kontingensi.
Oleh karena itu dalam penelitian ini untuk hubungan antara jenis kelamin baik dengan kinerja maupun kepuasan kerja menggunakan uji kontingensi. Selebihnya menggunakan uji
Korelasi Spearman. Langkah-langkah pengujian diawali dengan membuat formulasi hipotesis sebagai berikut :
a) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
faktor demografi dan kinerja karyawan
H1 : Ada hubungan positif yang signifikan antara masa
kerja dan kinerja karyawan.
b) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
faktor demografi dan kinerja karyawan
H2 : Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat
pendidikan dan kinerja karyawan.
c) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
faktor demografi dan kinerja karyawan
H3 : Ada hubungan positif yang signifikan antara jenis
kelamin dan kinerja karyawan.
d) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
faktor demografi dan kinerja karyawan
H4 : Ada hubungan positif yang signifikan antara usia dan
kinerja karyawan.
e) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
faktor demografi dan kepuasan kerja karyawan
H5 : Ada hubungan positif yang signifikan antara masa
f) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
faktor demografi dan kepuasan kerja karyawan H6 : Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat
pendidikan dan kepuasan kerja karyawan.
g) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
faktor demografi dan kepuasan kerja karyawan
H7 : Ada hubungan positif yang signifikan antara jenis
kelamin dan kepuasan kerja karyawan.
h) H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
faktor demografi dan kepuasan kerja karyawan
H8 : Ada hubungan positif yang signifikan antara usia dan
kepuasan kerja karyawan. 2. Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat
signifikansi α = 5%. Uji dilakukan 2 sisi karena untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika
1 sisi digunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar. Tingkat signifikansi dalam hal ini menggambarkan
Tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05 adalah ukuran
standar yang sering digunakan dalam penelitian. 3. Kriteria Pengujian
Berdasar probabilitas, H0 akan diterima jika α ≥ 0,05 dan H0
akan ditolak jika α < 0,05 4. Kesimpulan
Jika H0 diterima, maka diartikan bahwa tidak ada hubungan
secara signifikan antara faktor demografi dengan kinerja dan
kepuasan kerja karyawan. Sebaliknya jika H0 ditolak, maka
diartikan bahwa ada hubungan secara signifikan antara faktor
Dalam bab ini akan disajikan tentang gambaran data hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan jawaban dari responden,
proses pengolahan data serta analisis hasil pengolahan data. Selanjutnya dari hasil pengolahan data tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menganalisis dan menjawab hipotesis
penelitian yang diajukan.
Selain itu dalam bab ini juga akan disajikan analisis
deskriptif yang akan menggambarkan karakteristik responden berdasarkan variabel demografi dan juga menggambarkan kondisi jawaban responden untuk masing-masing variabel. Hasil jawaban
responden inilah yang selanjutnya akan digunakan untuk mendapatkan tendensi jawaban responden mengenai kondisi
masing-masing variabel penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dengan