• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suplementasi Vitamin C dalam Pakan untuk Memacu Perkembangan Gonad dan Meningkatkan Mutu Telur Ikan Kerapu Batik (Epinephelus microdon)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Suplementasi Vitamin C dalam Pakan untuk Memacu Perkembangan Gonad dan Meningkatkan Mutu Telur Ikan Kerapu Batik (Epinephelus microdon)"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)

SUPLEMENTASI VITAMIN C DALAM PAKAN UNTUK

MEMACU PERKEMBANGAN GONAD DAN

MENINGKATKAN MUTU TELUR

IKAN KERAPU BATIK

(Epinephelus

w'crodon)

Oleh :

DAHLAN MAKATUTU

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(116)

Supplementation of Vitamin C in the Diets to Stimulate Gonad Maturation and to Improve Egg Quality in the Broodstock of Epinephelus microdon

By : Makatutu. D, Toelihere. M.R, Affandi. R and Azwar. I.Z. ABSTRACT

A feeding experiment was conducted to evaluate the different suplementation doses of L-ascorbil-2-phosphate magnesium (APM) in the diets of Epinephelus microdon to stimulate gonad maturation and to improve its egg quality. This experiment was conducted between September 2001 and Januari 2002. Five diets were formulated to contain graded levels of APM (0, 750, 1500, 2250, 3000 mg). for 10 individuals of 6 females and 4 males per group. They were fed with moist pellet as much as 1,5

-

2 %

of total biomass per day. The body weight for female ranges from 1.4 to 3.30 kdindividual and for males 1.94 to 3.36 kgindividual. Results of this experiment revealed that suplementation of 3000 mg L-Ascorbil-2-phosphate magnesium in kg-1 diet was the best to stimulate gonad maturation and give higher production of eggs (1 8.640. OOO), higher hacthing rate (98.3 3%) and higher viability of larvae, compared to other treatmants.

Suplementasi Vitamin C dalam pakan, untuk Memacu Perkembangan Gonad dan Meningkatkan Mutu Telur Ikan Kerapu Batik

(Epinephelus microdon)

Oleh : Makatutu.D., Toelihere. M.R., Affandi.R dan Azwar.1.Z. ABSTRAK

(117)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

"SUPLEMENTASI VITAMIN C DALAM PAKAN UNTUK MEMACU PERKEMBANGAN GONAD DAN MENINGKATKAN MUTU

TELUR

IKAN

KERAPU BATIK (Epinephelus microdon)

"

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 5 Juni 2002

D m&'

? ATUTU

(118)

'1

SUPLEMENTASI VITAMIN

C

DALAM PAKAN UNTUK

MEMACU PERKEMBANGAN GONAD DAN

MENINGKATKAN MUTU TELUR

IKAN KERAPU BATIK

(Epinephelus microdon)

DAHLAN MAKATUTU

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada

Program Studi Biologi Reprodubi

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(119)

Judul Tesis : Suplementasi vitamin C dalam Pakan untuk Memacu Perkembangan Gonad dan Meningkatkan Mutu Telur Ikan Kerapu Batik (E&inephelin microdor~)

Nama Mahasiswa : Dahlan Makatutu

Nomor Induk : 99294

Program Studi : Biologi Reproduksi

Menyetujui : 1. Komisi Pembimbing

-

Prof Dr. Mozes. R. Toelihere. MSc

Ketua

Dr. 1'.

fi~~o&h

/ /

fb9gota

Mengetahui

2. Ketua Program Studi Biologi Reproduksi

Prof. Dr.drh Mozes R. Toelihere. MSc MSc

(120)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 30 Januari 1963 sebagai anak kedua dari delapan bersaudara dari pasangan Makkatutu Daeng Matike dan St Habibah. Pada tahun 1994, penulis menikah dengan Herniana Surya Tanjung dan telah dikaruniai seorang anak bernarna Nur Rahman Yusup.

Pendidikan Sarjana (S 1) ditempuh pada Fakultas Peternakan, Jurusan Perikanan, Universitas Hasanuddin dan lulus pada tahun 1987. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister sains pada program studi Biologi Reproduksi IPB di peroleh pada tahun 1999. Beasiswa pendidikan pascasarjana dibiayai oleh PAATP, Badan Litbang-Departemen Pertanian Republik Indonesia.

(121)

PRAKATA

Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan Kekuatan dan kesehatan kepada Penulis, hingga Penelitian dengan judul SUPLEMENTASI VZTRMIN C DALAM PAXAN UNTUK MEMACU PERKEMBANGAN GONAD DAN MENINGKATKAN MUTU TELUR IKAN

KERAPU BATIK (Epinephelus microdon) dapat diselesaikan. Penelitian ini

merupakan satu syarat dalam menyelesaikan studi di program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak ProfDr. Mozes R. Toelihere, MSc., sebagai Ketua Komisi Pembimbing 2. Bapak Dr. Ir. Ridwan Mandi. sebagai Anggota Komisi Pembimbing

3. Bapak Dr. Ir. Zafkil Imran Azwar, MS., sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan.

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya sehingga, lebih membuka kedalaman ilmu di bidang reproduksi ikan khususnya dalam pakan induk, yang sangat diperlukan bagi meningkatkan mutu telur, hingga dapat dihasilkan benih yang berkualitas. Pada penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan (kritik dan saran) bagi perbaikan tulisan ini.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh masyarakat atau menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Bogor, 5 Juni 2002

(122)

D A F T A R I S 1

Halaman ... DAFTAR TABEL

... DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

... Latar Belakang

... Pendekatan d m Perumusan Masalah

Hipotesis ... ... Tujuan dan Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Ovarium dan Stadia Oosit ... ... Sifat Kimia Vitamin C

... Metabolisme dan Biositesis Vitamin C

Kandungan Vitamin C dalam Sel Telur selama Perkembangan Gonad .... Pengaruh Vitamin C terhadap Perkuembangan Ovarium dan

... Kualitas Telur

Pengaruh Vitamin C terhadap Lipida Ovarium ... MATERI DAN METODE

... Tempat dan Waktu Penelitian

... Hewan Percobaan

Pakan Percobaan ... ...

Perlakuan

Prosedur ...

... Pematangan Gonad

Pemanenan Telur dan Inkubasi Telur ... ... Pemeliharaan Larva

...

Parameter yang Diukur dan Dievaluasi

...

Analisa Kimia

...

Analisa Statistik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Gonad dan Produksi Telur Ikan Kerapu Batik ...

Perubahan Pmjang, Berat dadenis Kelamin Hewan Uji ... Komposisi Kimia Telur dan larva (umur satu hari & tiga hari) ... Kandungan Vitamin C dan Ratio HidroksiProlin d m Prolin pada Telur,

...

Pada Larva (umur satu hari dan larva umur tiga hari)

Daya Tahan Hidup Larva dengan Mengandalkan Cadangan Energi (Kuning Telur dan Butir Minyak) Selama Penelitian ...

... KESIMPULAN

... DAFTAR PUSTAKA

(123)

DAFTAR TABEL

Halaman

...

1 . Komposisi bahan dan komposisi kimia pakan percobaan 27 2 . Perkembangan gonad dan diameter telur rata-rata selama penelitian ... 35

...

3 . Prosentase induk memijah selama penelitian 38

4 . Produksi telur induk kerapu batik pada setiap perlakuan selama penelitian ... 40

5 . Pertarnbahan panjang dan berat rata-rata hewan uji selama penelitian ... 43

6 . Komposisi kimia telur pada masing-masing perlakuan ... 45

...

7 . Komposisi kimia larva umur 1 hari dan larva umur 3 hari 46 ... 8 . Komposisi asam lemak telur dan larva (umur 1 hari dan 3 hari) 50

9 . Kandungan vitamin C ( p g g berat kering) pada telur dan larva (umur 1

...

hari dan larva umur 3 hari) 52

(124)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 . Analisis proksimat bahan pembuatan pakan ... 70 2 . Komposisi vitamin mix ... 70 3 . Komposisi mineral mix dalam pakan percobaan ...

... 4 . Pembuatan preparat histologis

5

. Analisa kadar protein (metoda semi mikro Kjeldahl ; Takeuchi 1988) ....

...

6 . Analisa kadar lemak (metode ether ekstraksi Soxhlet; Takeuchi 1988)

7 . Analisa Kadar abu (metode, Takeuchi 1988) ...

... 8 . Analisa serat kasar (metode. Takeuchi 1988)

... 9 . Pengukuran kadar air (metode. Takeuchi 1988)

...

10 . Analisa asam lemak (Apriyantono et al. 1989)

11 . Prosedur analisis vitamin C dengan alat HPLC (metode Scuep et al., 1994) ... 12 . Prosedur analisa hidroksiprolin dan prolin (metade HPP

... Spektrophotometer)

13 . Perubahan panjang. berat dan jenis kelarnin hewan uji selama

...

penelitian 79

1 4 . Tingkat perkembangan gonad (TKG) melalui pengamatan diameter ...

telur selama penelitian 80

...

15 . Pemijahan ikan kerapu batik (Epinephelus mikrodon) 80 16 . Hasil analisa asam lemak dari sample telur floating. singking d m larva

...

D 1 dan D3 serta pakan 81

...

17 . Analisis proksimat telur floating 81

...

18 . Analisis proksimat telur sinking 82

...

19 . Analisis proksimat larva umur satu hari 82

...

20 . Analisis proksimat larva umur tiga hari 82

2 1 . Kandungan HP dan P (mglg berat kering). serta rasio H P P pada telur ... 82 22 . Kandungan HP d m P (mglg berat kering). serta rasio H P P pada larva

umur satu hari ... 83 23 . Kandungan

HP

dan P (mglg berat kering). serta rasio HPP pada larva

...

umur tiga hari 83

(125)

viii

26 . Kadar protein. daya tetas telur. lama hidup larva dan jumlah telur ... 85 27 . Kadar protein dan lemak pada telur dan larva umur 1 dan 3 hari ... 86

...

.

28 Kandungan asam lmak pada telur dan larva 87

29 . Periode pemijahan. Rasio hidroksiprolin dan kandungan vitamin C pada ...

telur dan larva 88

...

(126)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, potensi perairan laut yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha budidaya, diperkirakan mencapai 10 juta Ha yang terdiri atas potensi untuk budidaya ikan bersirip

(Finfish),

kerang-kerangan dan mutiara 5 juta Ha, teripang 700.000 Ha dan rumput laut 1.85 juta Ha (Ramelan., 1999). Potensi budidaya laut tersebut tersebar diseluruh propensi di Indonesia. Kegiatan usaha budidaya laut yang telah berkembang dan sudah dikuasai teknologinya oleh masyarakat atau pengusaha adalah budidaya ikan kakap putih, mutiara, kekerangan, teripang, kuda laut dan rumput laut. Sedangkan yang masih dalam tahap perkembangan adalah budidaya ikan kerapu, ikan kakap merah, ikan napoleon, ikan hias, kepiting dan lobster (Ramelan., 1999). Berdasarkan data yang terkumpul, produksi budidaya laut yang terdiri atas ikan bersirip dan rumput laut dari propinsi Sumatra Utara, Lampung, DKI jakarta, Jawa timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku dan Irian Jaya terus meningkat, yaitu dari 7.899 ton pada tahun 1996 naik menjadi 10.276 ton pada tahun 1998 (Ramelan., 1999).

Di Indonesia pengembangan budidaya perikanan mengalami hambatan, salah satu penyebabnya adalah belum terpenuhinya kebutuhan akan benih. Beberapa penyebab rendahnya produksi benih anatara lain, teknologi pengembangbiakan yang masih sederhana dan belum diaplikasikannya pakan induk yang berkualitas.

(127)

induklinduk, merupakan faktor penting yang mempunyai hubungan erat dengan kecepatan pematangan gonad, jumlah dan kualitas telur yang dihasilkan (Watanabe, 1988). Menurut 1 icoginta et a1 ( 1996, 2000a,b) dari berhaqai faktor yang dapat mempengat ,i perkemhangan gonad 1 i i ilCLL6, ~ualitas

pakan mempup-.a< 8-51 yap sa gt bsiar cialam , ;i ikan. Kualitas telur merupakan refleksi keabaan kimia nutrisi kuning telur yang sangat dipengaruhi oleh kesehatan induk dan kandungan gizi pakan yang diberikan (Reay dalam Hardjamulia ,1988). Pada saat telur menetas, sumber energi untuk perkembangan larva ikan sangat tergantung pada material telur bawaan yang telah disiapkan oleh induk. Material telur yang mengalami defisiensi gizi akan mengganggu perkembangan larva dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Informasi kandungan nutrien telur dan kebutuhan nutrien induk yang berkaitan dengan proses akumulasi material telur (perkembangan gonad) masih belum banyak, padahal informasi kebutuhan gizi spesifik bagi induk sangat berguna dalam meningkatkan aktivitas reproduksi. Menurut Laven dan Sorgeloos (1 99 1) ada dua senyawa yang dinilai penting untuk perkembangan larva yaitu asam lemak tak jenuh (highly unsaturated fatty acid =HUFA) dan ascorbic acid (vitamin C).

(128)

Ikan kerapu batik (Epinephelus microdon ) adalah spesies ikan laut yang potensial dikembangkan, karena pada ukuran konsumsi harganya cukup tinggi di pasaran Asia, terutama Hongkong dan Singapura. Ikan ini pada ukuran konsumsi laku pada ukuran 300 gram keatas. Ikan ini termasuk jenis kerapu yang bertumbuh cepat, gerakannya lincah, dapat menerima pakan pellet, mudah diadaptasikan, mampu memproduksi telur ratusan ribu 1 ekor per sekali memijah. Penanganan ikan kerapu batik ini mudah karena dengan wadah 30 m3 dapat dipelihara 20 ekor induk berukuran 1

-

3 Kglekor.

Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah teroksidasi, sehingga dapat dengan cepat kehilangan kandungan vitamin C ini selama pembuatan pakan dan penyimpanan. S aat ini telah dikembangkan beberapa bentuk turunan vitamin C yang memiliki sifat yang baik dalam pakan ikan. ascorbil phosphate magnesium adalah bentuk turunan vitamin C dengan salah satu sisi carbon C-nya membentuk ikatan ester phosphate. Dari hasil percobaan (Azwar, 1997) diketahui bahwa ascorbil phosphate magnesium memiliki ketersediaan biologi yang tinggi terhadap ikan nila dan tahan terhadap oksidasi, sehingga bioaktivitasnya sebagai sumber vitamin C dalam pakan tetap tinggi setelah melalui proses pembuatan pakan.

Pendekatan dan Perurnusan Masalah

(129)

=

>

1

~ i s t e m

~ a r a f

pusat

1

Lingkungan

Temperatur

Penyinaran

Slklus bulan

Musim

\

Salinitas

I

/

Kualitas

Air

Aspek Sosial

i

Vitelogenesis

Pematangan

Tahap Akhir

\

Ovuiasi

/

I

Pemijahan

I

I

I

Penetasan dan Pemeliharaan Larva

I

Pakan (Nutrien)

Protein

Lemak

Karbohidrat

Mineral

Vitamin

Vitamin C

Ikan

tidak mampu

mensintesis

Vitamin C, karena tidak

adanya

[image:129.824.86.768.32.590.2]

Enzim

L-gulunolakton

Gambar 1. Pendekatan Masalah Penggunaan Vitamin C

(130)

tidak dapat melanjutkan hidupnya. Vitamin C mempunyai peranan penting, bersama dengan beberapa enzim hidroksilase pada awal proses metabolisme steroid, metabolisme lemak dan sintesis kolagen (Combs, 1992, Linder. 1992, Piliang 1996, Murray et al, 1997)

Defisiensi vitamin C pada ikan dapat disebabkan kurang tersedianya senyawa ini dalam ransum yang diberikan karena mudah larut dalam air dan hilang selama proses pembuatan pakan , disamping itu ikan tidak mampu mensintesis vitamin C, walaupun sel-selnya membutuhkan vitamin C (Sandnes, 1991). Ketidakrnampuan ikan mensintesis vitamin C disebabkan oleh tidak adanya enzim L-gulunolakton oksidase yang berperanan dalam konversi L- gulunolakton ke bentuk 2-keto-L gulunolakton, sebagai tahap akhir dalam sintesis vitamin C (Chaterje ahlam Soliman et al., 1986). Kebutuhan vitamin C guna mencegah defisiensi pada pertumbuhan ikan telah banyak diketahui. Namun informasi kebutuhan saat siklus reproduksi, pengaruhnya terhadap perkembangan gonad dan larva pada ikan kerapu batik masih sangat kurang. Padahal informasi ini sangat penting dalam menyusun suatu ransum yang tepat bagi pemenuhan gizi induk -induk ikan pada masa reproduksi, sehingga telur yang dihasilkan dan kualitas larva yang hidup dapat lebih tinggi. Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka dilakukan pendekatan untuk mengkaji hal-hal sebagai berikut :

Pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG): berdasarkan ukuran diameter telur, letak inti telur.

(131)

Analisis Proksimate pada telur, larva umur satu hari dan larva umur tiga hari. Analisis kandungan lemak tidak jenuh pada telur dan larva ikan.

Analisis kandungan vitamin C pada telur dan larva ikan

Analisis rasio hidroksiprolin dengan prolin pada telur (yang mengapung dan telur yang tenggelam).

Hipotesis

Berdasarkan masalah diatas diajukan hipotesis sebagai berikut :

Peningkatan dosis L-askorbil-2-phosphate magnesium(APh4) dalam pakan akan mempercepat perkembangan gonad (ovarium), meningkatkan derajat penetasan telur dan mempertinggi daya tahan hidup larva.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mendapatkan inforrnasi rnengenai pengaruh suplementasi L-askorbil-2-phosphate magnesium (APM) dalam ransum sebagai sumber vitamin C terhadap :

1. Perkembangan ovarium ikan kerapu batik (Epinephelus microdon) 2. Mutu telur yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian

(132)

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Ovarium dan Stadia Oosit

Perkembangan ovarium dapat dinyatakan dalam satuan indeks dari prosentase bobot gonad per bobot tubuh dan dinyatakan sebagai satuan indeks gonad somatik (IGS), Walaupun demikian nilai IGS saja tidak cukup memberikan informasi karakteristik aktivitas reproduksi. Pengamatan secara histologi terhadap oosit dan distribusi okuran oosit dapat memberikan informasi lebih jelas terhadap tingkat aktivitas reproduksi (Campbell, et al. 1992 ).

(133)

stadia kromatin-nukleolus, prenukleolus (awal dan akhir nukleolus), stadium oil drop , stadium yolk primer, secunder, tertier dan stadium matang.

Grant West.,(1990) membagi perkembangan oosit atas lima kelas yaitu : 1. Stadium chromatin nucleolar : oocyte dikelilingi oleh beberapa sel folicel

berbentuk kubus dengan inti yang besar dan dikelilingi oleh selaput sitoplasma, dengan inti yang tunggal dan didalamnya ada anak inti yang besar. 2. Stadium perinucleolar : oosit berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah

besar dan ada vacuoles(ruang) dalam sitoplasma , inti dengan germinal vesicle mulai membesar yang pada bagian tepinya dikelilingi oleh butir-butir kecil. Chromatin nucleolat stage dan perinucleolar stage disebut juga primary growth phase atau 3rst growth phase(Wal1ace and Selman, 1981; Folberg,

1982 dalam Grant West, 1990)

3 . Stadium Yolk vesicle(cortica1 alveol~formation : dicirikan oleh adanya yolk

vesicle (bakal kuning telur) dalam sitoplasma. Yolk vesicle ukurannya bertambah,yang diikuti bertambahnya jumlah cortical alveoli pada bagian tepinya. Juga dicirikan oleh adanya zona radiata, membran vitelin dan zona pellucida pada lapisan chorion.

4. Stadium Vitellogenic(yo1k) :dicirikan dengan terjadinya penumpukan massa protein kuning telur. Penumpukan massa protein kuning telur ini berakhir setelah telur-telur matang yang dicirikan denga warna telur transparan

(134)

Pengklasifikasian oosit dapat juga berdasarkan proses tumbuh yaitu tumbuh lambat (Previtelogenesis) dan tumbuh cepat (vitelogenesis)

.

Pada oosit previtelogenesis terlihat pembentukan dua sel yang mengelilingi oosit membentuk folikel . Sel lapisan dalam berbentuk kubik disebut granulosa dan sel luar memanjang datar disebut teka (Zohar, 1991). Sel granulosa dan sel teka berperan dalarn proses sintesis hormon steroid reproduksi. Setelah pembentukan sel-sel tersebut baru dimulai akumulasi material telur. Stimulasi awal akumulasi material kuning telur pada oosit bergantung pula kepada sel-sel yang berperan dalam menseleksi material telur (Tyler et al., 1991 dalam Azwar, 1997)). Selanjutnya pada percobaan Tyler et al., (1991) mengenai hubungan ukuran oosit dengan awal akumulasi material mencatat bahwa oosit ikan trout (Oncorhynchus mykiss) akan mulai mengakumulasikan material kuning telur pada ukuran 0,6 mm. Diduga pada fase ini oosit telah memiliki reseptor yang berperan dalam akumulasi material kuning telur. Pada tahap awal diduga reseptor belum ada (belum aktif). (Meusy dan Payeun, 1988 dalam Azwar ,1997) mengamati perkembangan ovarium udang, menjumpai pula sejumlah jaringan tubular dalam sel-sel yang mengselaputi folikel yang diduga berperan dalam menyalurkan material ke oosit.

Sifat JSimia Vitamin C

(135)

terjadi proses reduksi menjadi asam-L-asam askorbik dengan bantuan hidrogen iodida dan hidrogen sulfida tanpa mempengaruhi cincin laktone. Bentuk L-asam askorbik stabil dalam betuk kering, dengan warna lama kelamaan menjadi gelap jika terkena sinar (Mikova dan Davidele ,1974 dalam Piliang., 2000).

Vitamin C (asam askorbik) secara struktur merupakan vitamin paling sederhana, dibutuhkan dalam mempertahankan proses fisiologis hewan, termasuk ikan (Al-Amoudi et al., 1992). Asam askorbik( vitamin C) memainkan peranan penting bagi pemeliharaan integritas jaringan pengikat, pembuluh darah, jaring- jaringan tulang, jaringan yang rusak,dan sebagai ko-faktor dalam berbagai reaksi hidroksilasi meliputi hidroksilasi triptopan, tirosin, lisin, fenilalanin dan prolin (Tacon., 1991). Vitamin C murni tidak stabil dan mudah teroksidasi terutama apabila ada panas, cahaya, alkali dan adanya enzim-enzim oksidasi. Salah satu fbngsi utama vitamin C adalah berperan dalam pembentukan kolagen. Kolagen adalah sejenis protein yang merupakan salah satu komponen utama jaringan ikat, tulang rawan, matriks tulang, dentin, lapisan pembuluh darah, juga berhngsi sebagai ko-enzim atau ko-faktor pada proses hidroksilasi, baik secara aktif maupun sebagai reduktor(Hornig et al,. 1985). Vitamin C sangat esensial dalam proses hidroksilasi proline dan lysine, yakni dua jenis asam amino yang merupakan komponen utama dari kolagen. Kolagen di-sintesis dalam sel berbentuk larut yang disebut tropokolagen, kemudian dikeluarkan dari sel. Setelah keluar dari sel maka strukturnya akan berubah, terbentuk fibril yang tidak larut membentuk kolagen. Kolagen terdiri dari tiga rantai polipeptida yang disebut triple helix atau super coil karena ketiga rantai ini saling melingkar.

(136)
(137)

tanpa suatu substruktur yang nyata. Tipe IV banyak ditemukan pada membrama basalis misalnya sekitar glomerulus ginjal. Sedangkan tipe V banyak ditemukan pada rnembrana fetalis, kornea mata dan katup jantung (Schwartz., 1984). Seperti telah diketahui bahwa vitamin C dibutuhkan untuk hidroksilasi residu proline dalam prokolagen dan hidroksiproline ini akan menstimulasi sekresi kolagen. Prokolagen disintesis dalam polisome yang terikat pada

"

rough endoplasmic reticulum" (RER) dan setelah ada pemecahan signal peptida, prokolagen yang terbentuk akan dibawa oleh aparatus Golgi kemudian diekskresi. Propeptida di ujung terminal N dan C dari rantai kolagen akan dipecah secara enzimatik dan molekul tripe1 heliks kolagen akan bersatu "incorporated' dengan matriks ekstra selular(Peterkofsky., 199 1). Penelitian dengan menggunakan sel PAT yang ditaruh dalam .fecal calf serum mendapatkan bahwa kadar serum yang tinggi (lebih tinggi dari 0,2 %) ternyata akan mengurangi kemampuan vitamin C untuk menginduksi produksi prokolagen. Tetapi kadar serum yang rendah, dibawah 0,2 % maka vitamin C akan merangsang sel PAT meningkatkan produksi kolagen dari 12 % menjadi 50 % terhadap sintesis protein keseluruhan (Schawrz. et al, 1987). Chojkier. et a1.,(1989) dalam penelitiannya dengan menggunakan fibroblast manusia yang dikultur, mendapatkan bahwa vitamin C menginduksi lipid peroxidatie dan aldehide yang reaktif, ini penting untuk menstimulasi sintesis kolagen tipe I dan transkripsi gene kolagen a (I).
(138)

oksidasi. Karnitine juga penting untuk proses maturasi dan perawatan dari spermatozoa. Karnitine biasanya disintesa dari lysine dan methionine, dalam proses sinthesa ini vitamin C dan ion ferro ikut berperan. Pada defisiensi vitamin C pembentukan energi dalam tubuh dapat ikut terganggu akibat gangguan sintesa karnitine yang menimbulkan perasaan lemah dan lesu (Bieber et al,. 1982, Hornig et al,. 1985). Salah satu tahap dalam konversi kolesterol menjadi asam- asam empedu dalam proses endroksilasi pada mikrosom sel-sel hati. Penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa defisiensi vitamin C menahun dapat menurunkan aktivitas enzim hidroksilasi pada sel-sel hati, akibatnya terjadi akumulasi kolesterol di jaringan-jaringan dan plasma, sehingga menyebabkan hiperkolesterolemia dan penyakit jantung koroner (Hornig. D.H and Weiser. H., 1982). Vitamin C juga berperan dalam berbagai proses biokimia tubuh lainnya seperti; sintesa nor-adrenaline, degradasi dari tyrosine, penyerapan zat-zat besi, proses imunisasi tubuh dan proses penting lainnya (Anderson and P.T Jones,. 1982, ; Hornig et al,. 1985). Pemberian vitamin C dosis tinggi 1 gram

-

12 gramlhari pada manusia dianggap oleh sementara peneliti dapat menunjang kesehatan tubuh yang sempurna dan bahkan dinggap dapat memperpanjang hidup para penderita kanker terminal (Pauling., 1983)

Kehilangan vitamin C dapat terjadi saat proses pembuatan dan penyimpanan pakan. Slinger et al. (1 979) dan Soliman et al. (1 987) melaporkan kehilangan L-asam askorbik sebesar 50% selama pembuatan dan penyimpanan pakan. Beberapa upaya telah dilakukan bagi meningkatkan stabilitas vitamin C

(139)

monophosphate, L-askorbik-2-poliphosphate, L-askorbik-6-palmiat, dan L- askorbil-2-sulfat (Soliman et al. 1987, Shigueno dan Itoh 1988, Love11 dan El- Naggar 1991, Maugle et al. 1991, Buddington et al. 1993) keempat senyawa tersebut terbukti efektif sebagai sumber vitamin C baik pada ikan maupun udang.. L- askorbik-2-poliphosphate mempunyai aktifitas biologi lebih baik dari L-asam askorbik untuk ikan tilapia (Abdelghany. 1996), demikian pula untuk ikan rainbow trout (Grant ef al. 1989). L-askorbik-2-sulfat mempunyai efektivitas lebih baik dari L-asam askorbik untuk ikan tilapia, tetapi bioaktifitasnya lebih rendah dibanding L-askorbil-2-monophosphate dan poliphosphate (Sandnes et al.

1990, Abdelghany. 1996). Selanjutnya L-askorbil-2-phosphate magnesium juga dilaporkan memiliki aktivitas biologi lebih tinggi untuk udang Penaeus japanicus

dan lebih stabil dibanding L-asam askorbic dalam pakan udang (Shigueno dan Itoh. 1988) maupun untuk ikan nila (Azwar, 1997). Sato et al. (1991) melaporkan bahwa sekitar 50% dari L-asam askorbik yang ditambahkan dalam pakan dioksidasi menjadi bentuk asam dehidro askorbik selama persiapan pembuatan pakan, sedang L- askorbil-2-phosphate magnesium hanya 1 %. Kanazawa et a1 .(1992) mencatat bahwa kandungan vitamin C dihati benih ikan ekor kuning yang diberi pakan dengan suplementasi L-askorbil-2-phosphate magnesium lebih tinggi dibanding hati ikan yang menerima pakan dengan suplementasi asam askorbat pada dosis setara. Percobaan yang dilakukan oleh Dabrowski et al. (1994) ketersediaan biologi ester askorbil secara in vitro

(140)

askorbil-2-phosphate magnesium dibanding asam askorbat disebabkan oleh kemampuan ikatan phosphate melindungi oksidasi senyawa ini dalam sistem pencernaan (Wilson et al. 1989). Efisiensi dari aktivitas enzim yang menghidrolisis vitamin C lebih tinggi untuk bentuk L-askorbil-2 monophosphate dan triphosphate (Dabrowski dan Hinterleither., 1992).

Pada percobaan ini akan digunakan L-askorbil-2-phosphate magnesium sebagai sumber vitamin C, karena telah banyak pengujian pada udang, ikan nila (Shigueno dan Itoh., 1988, Azwar , 1997) membuktikan bahwa senyawa ini cukup stabil baik selama proses pembuatan, penyimpanan. Hasil penelitian Facon (1987) yang menyarankan induk ikan karnivora membutuhkan suplementasi vitamin C sejumlah 400- 900 mglkg pakan. Kemudian Soliman ef al. (1986) merekomendasikan suplementasi vitamin C induk ikan (Oreochromis mossambicus) sebesar 1250 mglkg pakan. Selanjutnya hasil penelitian Azwar (1997) mendapatkan bahwa penggunaan 1500 - 3000 mglkg pakan meningkatkan daya tetas telur 88,33%

-

90,33%, dibanding yang tidak menggunakan vitamin C hanya 73,66%. Demikian pula dengan diameter telur, meningkat dengan penambahan vitamin C dari 1.973 mm menjadi 2.1 83 mm.

Metabolisme dan Biosintesis Vitamin C

Umumnya hewan dapat mensintesis vitamin C dari D-glukosa melalui asam glukoronik, namun kebanyakan ikan tidak dapat mensintesisnya (Masumoto ef al. 1991). Ketidak mampuan ini disebabkan karena tidak adanya enzim L-

gulonolanton oksidase yang befingsi mengkonversi L-gulono-y- menjadi L-2-

(141)

2000). Gejala defisiensi vitamin C pada ikan pertama diketahui oleh Kitamura tahun 1965 dari hasil pengamatannya terhadap gangguan perkembangan tulang belakang (Scoliosis dan lordosis) ikan trout yang dipelihara di kolam dan diberi pakan tambahan. Defisiensi vitamin C pada ikan dapat disebabkan oleh kurang tersedianya senyawa ini dalam ransum yang diberikan, sedangkan ikan tidak mampu mensintesis vitamin C, walaupun sel-selnya membutuhkan vitamin C (Faster &lam Sandnes, 1991).

(142)

dapat diakumulasikan dalam jaringan dan digunakan saat dibutuhkan. Pemberian vitamin C berlebihan akan meningkatkan sekresi vitamin C dalam urine, tetapi dapat juga meningkatkan kadar vitamin C dalam jaringan, ditimbun dalam bagian sel yang dapat dilalui air, dan tidak dapat menyusup ke selaput lemak (Goodman, 1994). Masuknya vitamin C ke dalam sel melalui sistem transportasi aktif senyawa yang larut air (Tucker dan Halver, 1984). Percobaan Halver (1972) pada ikan rainbow trout ukuran 300-500 g yang menerima pakan dengan suplementasi asam askorbat (vitamin l 4 C ) 50 mg/kg ransum, mencatat adanya

asam askorbat ( I 4 C) pada air seni dan tinja masing-masing sebesar 3 % dan 0,5 %

selama masa koleksi 72 jam. Percobaan lain menggunakan ikan trout ukuran 250 g yang dipelihara selama 3 bulan dan suplementasi asam askorbat ransum ditingkatkan menjadi 100 mglkg, ternyata bahwa kadar asam askorbat l 4 C pada

air seni dan tinja meningkat menjadi 10% dari dosis yang diberikan, dengan demikian absorbsi vitamin C akan dibatasi jika diberikan berlebihan (Tucker dan Harver., 1984).

Menurut Dabrowski (1 99 1) berkurangnya L-asam askorbit jaringan sangat bergantung pada katabolisme. Kecepatan katabolisme L-asam askorbit ikan trout

(143)

halus yaitu 35.9%, kemudian hati 28.2%, ginjal 24.1%, plasma 13.4% dan lambung 13.5% (Dabrowski., 1991). Terbentuknya dihidro askorbat dalam jaringan menunjukkan adanya penggunaan vitamin C dalarn sel, mengingat vitamin C sebagai ko-faktor dalam berbagai reaksi hidrosilasi pada sel (Sandnes, 1991). Rasio reduksi L-asam askorbat ke bentuk dihidro askorbat dikontrol oleh proses biosintesis sel (Halver, 1985).

(144)

(Barton et al. dalam Masumoto et al., 1991) dan ketokolamin (Woodward 1982), dengan cara menekan tingkat kortisol dalam sirkulasi dan bereaksi melawan pengaruh tekanan kortisol terhadap sintesis hormon steroid gonad (Carragher dan Sumpter 1990). Peningkatan plasma kortisol dan penurunan konsentrasi di ginjal akibat stres penanganannya telah diamati untuk ikan salmonoid (Wedemeyer dalam Dabrowski et al,. 1994). Hasil percobaan Campbell et al., (1992) memperlihatkan bahwa stress akut selama fase pematangan gonad induk ikan rainbow rout telah menyebabkan kenaikan tingkat kortisol plasma darah dan mengurangi kualitas gamet . Dengan demikian suplementasi vitamin C pada pakan ikan tidak hanya berguna mempertahankan kondisi kesehatan induk ikan, tetapi juga untuk menghasilkan kualitas telur yang baik.

(145)

adalah untuk merangsang sel-sel granulosa dan sel teka pada folikel yang matang untuk memproduksi hormon estradiol, estrogen dari testosteron (Djojosoebagio,

1996). Selanjutnya estrogen akan mengalami aromatisasi pada cincin A dengan bantuan enzim aromatase sehingga menghasilkan hormon estradiol

-

17P, yang

diproduksi oleh lapisan granulosa dan teka pada folikel oosit di bawah pengaruh gonadotropin (Nagahama et al. 1982). Selanjutnya estradiol

-

17P dilepas ke dalam darah masuk ke hati dan akan merangsang hati untuk melakukan sintesis dan sekresi protein khas betina (vitelogenin). Vitelogenin hasil sintesis ini, kemudian oleh hati dilepas ke dalam darah dan akhirnya diserap oleh oosit serta ditimbun sebagai komponen kuning telur sehingga ukurannya semakin membesar (Nagahama, 1 983).
(146)

vitelogenin yang dilakukan induk ikan betina bagi pembentukan kuning telur dalam jumlah cukup maupun pelengkapan oosit secara layak penting bagi kelangsungan hidup embrio dan larva ikan. Ishibashi et al. (1994) menyimpulkan bahwa vitamin C menstimulasi biosintesis vitelogenin yang merupakan material untuk akumulasi oosit.

Pengaruh Vitamin C terhadap Perkembangan Ovarium dan Kualitas Telur Pada ikan j apanese parrot (Oplegnathus fasciatus) memperlihatkan bahwa ada peningkatan indeks gonad somatik dengan peningkatan dosis vitamin C yang diberikan. Ikan yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C 0, 300, 1000, 3000 mglkg memperlihatkan nilai IGS masing-masing 0.5, 0.9, 1.4, 2.2% untuk betina dan 0.4, 0.6, 0.5, dan 0.8 % untuk induk jantan (Ishibashi et al.

(147)

menunjukkan frekuensi bertelur lebih tinggi, dibanding induk yang menerima suplemen 1000 mglkg pakan, dan tidak ditemui induk yang memijah pada perlakuan kontrol.

Penelitian Alava, Kanazawa dan Teshima (1 993) memperlihatkan bahwa, pemberian askorbit-2-phosphate magnesium, suatu bentuk turunan vitamin C dalam ransum dapat menstimulasi perkembangan gonad induk udang Penaeus japonicus betina. Percobaannya dengan menggunakan pakan yang disuplementasi askorbil-monophosphate magnesium masing-masing 500, 1000, 1500 mglkg, setelah pemeliharaan 170 hari nilai Indeks Gonad Somatik (IGS) induk betina 2.40, 2.5 1 dan 1.81 % sedangkan nilai IGS induk jantan adalah 0.76, 0.87 dan 0.91%. Sedangkan untuk kontrol tidak diperoleh data, karena induk mati sebelum berakhirnya percobaan.

Ishibashi et al., (1994). Dalarn percobaannya memperlihatkan bahwa, kandungan vitamin C ovarium induk yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C masing-masing 0, 300, 1000 dan 3000 mglkg pakan mencapai 70.6,

657.1, 898.4 dan 886.2 pglg bobot basah. Pengamatan Waagbo et al. (1989) terhadap ikan rainbouw trout memperlihatkan bahwa kandungan vitamin C ovarium induk yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C 2000 mglkg mencapai 238 pglg bobot basah, sedangkan induk yang tidak menerima

suplementasi vitamin C mencapai 25 pglg setelah pemeliharaan selama empat

(148)

Kadar vitamin C ovarium induk udang yang menerima pakan dengan suplementasi askorbit phosphate magnesium masing-masing 500, 1000, 1500 mg/kg pakan adalah 436.8, 1 176.1, 14 17.8 pg/g. Percobaan Soliman et al. (1 986) terhadap ikan Oreochromis mossambicus mencatat kandungan vitamin C ovarium induk yang menerima suplementasi vitamin C1250 mg/kg pakan adalah sebesar 429.39 pg/g dan induk yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C

mencapai 46.77 pg/g. Penelitian yang dilakukan oleh Azwar (2001) pada ikan nila untuk melihat akumulasi vitamin C pada ovarium saat siklus reproduksi, diperoleh hasil bahwa kandungan vitamin C pada gonad (TKG I) rata-rata 74,33 pg/g bobot basah, kemudian meningkat dan mencapai yang tertinggi pada TKG

I11 rata-rata 155,98 pg/g bobot basah.

Pengaruh Vitamin C Terhadap Lipida Ovarium

(149)

befingsi sebagai donor elektron untuk desaturasi asam lemak (Kosutarak et al., 1995a). Percobaan Kosutarak et al. (1995 a, 1995 b) terhadap anak ikan Pagurus mayor dan Paralicthys olivaceus menunjukkan bahwa kadar lipida hati dan tubuh ikan yang menerima ransum dengan suplementasi askorbit phosphate megnesium lebih tinggi dibandingkan ikan yang menerima ransum tanpa suplementasi. Dengan suplementasi masing-masing 0, 50, 500 mg/kg pakan, kandungan lipida hati dan daging ikan Pagurus mayor masing-masing mencapai 24.5, 43.3, 42.1 % bobot basah daging dan 5.8, 8.1, 8.0 % bobot basah hati. Suplementasi vitamin C dalam ransum dapat meningkatkan kandungan lipida, dimana lipida ovarium induk ikan rainbouw trout yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C mencapai 14.3 g/100 g, sedangkan yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C hanya 12.6 g1100 g. (Waagbo et al. 1989). Suplementasi vitamin C dalam ransum pakan induk mempengaruhi kadar trigliserida darah pada saat siklus reproduksi, dengan suplementasi vitamin C

masing-masing 0, 30, 1000 dan 3000 mglkg pakan tercatat rata-rata trigliserida plasma darah masing-masing 122, 125, 186 dan 240 mg/dl (Ishibashi et al., 1994).

(150)

Teshima et al. (1988) bahwa peningkatan lipida pada ovarium udang Penaeus duorarum pada tingkat kematangan gonad hingga 111 terutama adalah peningkatan bentuk lipida netral yang meliputi trigliserida, bentuk sterol bebas, dan lipida polar (phospholipid). Pengamatan terhadap ikan Siganus gairctneri mencatat bahwa vitelogenin yang diakumualasikan pada sel telur saat vitelogenesis merupakan senyawa lipid-protein yang mengandung 280 pg lipida polar dan 60

pg trigliserida per mg protein (Wiegand., 1984). Pengamatan pada ikan lele India

(151)

MATERI DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Balai Besar Penelitian Perikanan Budidaya Laut, Gondol Bali, dimulai pada bulan September 2001 hingga Januari 2002.

MATERI

Hewan percobaan yang digunakan adalah ikan kerapu batik (Epinephelus microdon) yang diperoleh dari nelayan, berukuran 1,l - 3 Kglekor sebanyak 50 ekor , yang terdiri dari 30 ekor induk betina dan 20 ekor induk jantan.

Pakan Percobaan

(152)

Tabel 1. Komposisi bahan dan Hasil analisis proksimate pakan percobaan

Tepung ikan 55.0 55.0 55.0 55.0 55.0

Tepung hati cumi 20.0 20 .O 20.0 20.0 20.0

Tepung udang Rebon 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

Tepung kedelai 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

Tepung tengu 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0

Minyak ikan 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0

Minyak cumi 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Mineral mix 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Vitamin mix (tanpa vit C) 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60

a starch 0.40 0.325 0.25 0.175 0.10

Ascorbil phosphate 0 0.075 0.15 0.225 0.30

magnesium (APM)

Ascorbil phosphate 0 750 1500 2250 3000

magnesium(mg1kg pakan) Analisis Proksimat

Kadar air (%) 19.38 19.79 19.15 18.72 18.94

Kadarabu (%) 10.34 10.04 10.27 10.50 10.91

Serat kasar (%) 0.63 0.68 0.63 0.69 0.69

Karbohidrat (%) 16.95 16.51 16.85 16.91 16.45

Lemak (%) 11.36 11.02 11.29 11.48 11.12

Protein (%) 41.23 41.96 41.74 41.69 41.78

Total energi : 410.45 KkaloriI100 gram pakan

METODE Perlakuan

Perlakuan yang di aplikasikan adalah dosis askorbil-2-phosphate magnesium (APM), dengan nama perdagangan fosfitan C, yang diproduksi oleh Showa Denko, Jepang dengan bobot molekul 379.61 serta kandungan asam askorbat sebesar 46 %.

(153)

Prosedur Pematangan Gonad

Induk dipelihara dalam wadah beton berbentuk silinder berkapasitas 33 m3. Wadah diisi air sebanyak 30 m3 dengan debit air 2 literldetik sehingga air dalam bak terganti 500 % setiap 24 jam. Ikan uji ditandai secara individu menggunakan tasi; bagi induk betina menggunakan tasi benvarna merah yang diselipkan pada sirip punggung (dimulai tulang sirip punggung 1-6). Selanjutnya untuk induk jantan menggunakan tasi benvarna hijau, yang diselipkan pada tulang sirip punggung (1

-

4). Setiap perlakuan menggunakan satu wadah dan tiap wadah diisi 10 ekor induk ikan yang terdiri atas enam ekor induk betina dan empat ekor induk jantan. Pakan diberikan dua kali sehari yakni pada pukul 09 00 pagi dan pukul 17'' sore dengan jumlah ransum 1,5

-

2 % perbiomassa perhari.

Untuk meyakinkan bahwa ikan yang digunakan dalam percobaan belum berkembang gonadnya maka dilakukan pengambilan contoh telur dengan kateter

(154)

maka dapat dipastikan jumlah induk yang akan memijah pada bulan itu. Kolektor telur dipasang pada setiap bak induk pada sore hari, kemudian pada keesokan harinya jam 06 pagi dilakukan pengecekan pada kolektor telur. Semua bak ditutup dengan jaring (bertujuan menghindari ikan melompat keluar bak).

Pemanenan Telur dan Inkubasi Telur

(155)

jumlah telur yang mengapung maka diperoleh jumlah telur yang mengendap. Selanjutnya telur yang mengapung diinkubasi dan dipersiapkan bagi pemeliharaan larva. Inkubasi telur menggunakan wadah transparan volume 200 liter sebanyak 4 buah yang diisi telur 30 butirlliter, juga mempersiapkan wadah-wadah kecil volume 30 liter untuk menghitung penetasan telur dengan cara menghitung telur yang menetas dengan membagi jumlah total telur yang ditetaskan. Sedangkan fertilitas telur dapat langsung diketahui dengan mengambil telur secara acak sebanyak 100 butir dan dilihat langsung dimikroskop, jika telur-telur terlihat bening transparan maka telur tersebut dibuahi (fertil), sedangkan jika telur-telur tesebut benvana gelap maka telur tersebut tidak terbuahi (anfertil) cenderung mengendap.

Pemeliharaan Larva

(156)

Jika telur-telur telah menetas pada hari pertama maka jumlah larva yang menetas pada saat itu dianggap 100% jumlah larva yang hidup pada saat itu, kemudian keesokan harinya dilakukan perhitungan jumlah larva yang mati pada hari itu, demikian seterusnya hingga semua larva mati.

Paramater yang Diukur dan Dievaluasi

Dalarn percobaan ini dilakukan evaluasi terhadap nilai individu tingkat kematangan gonad (TKG); melalui histologis perkembangan diameter telur, produksi telur, daya tetas telur serta Survival Activity Index (SAI) y a h daya tahan larva untuk hidup dengan mengandalkan energi bawaan yakni kuning telur dan butiran minyak. Analisis kandungan bahan kering telur dan komposisi kimianya serta analisis kandungan asam lemak, analisis kandungan vitamin C, analisis kandungan hydroxyprolin,prolin dan rasio hydroxyprolidprolin pada telur dan larva umur satu dan tiga hari juga dilaksanakan

a. Tingkat kematangan Gonad (TKG) ditentukan berdasarkan perkembangan diameter telur, d m garnbaran histologis telur.

b. Produksi telur

c. Derajat Penetasan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

-

- Jumlah telur menetas ~ 1 0 0 % Jumlah telur yang ditetaskan

(157)

sisa larva yang hidup dalam prosentase setiap hari, dengan batas akhir penghitungan SAI, jika larva yang hidup tinggal 20 % (Kamler,. 1992)

Analisis Kimia

Analisis kimia dilakukan pada sarnpel ; telur, larva umur satu hari dan larva umur tiga hari meliputi :

1. Analisis proksimat sebagai mana dikemukakan oleh Takeuchi (1988).

2. Analisis kandungan vitamin C menggunakan high pressure liquid chromatography (HPLC) metode Scuep et al(1994)

3 . Rasio hidroksiprolin dengan prolin menggunakan spectophotometer

(Apriyantono et al., 1989)

4. Asam lemak tidak jenuh menggunakan Gas cromatography (GC) (Takeuchi., 1988)

Prosedur analisis proksimat, asam lemak, vitamin C, hidroksi prolin dan prolin disajikan pada lampiran.

Analisis Statistik

(158)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Gonad dan Produksi Telur Ikan Kerapu Batik

Perkembangan ovarium ikan kerapu batik, dari hasil pengamatan pendahuluan dapat dibagi empat berdasarkan tingkat perkembangan gonad (TKG), yang dicirikan dengan perkembangan oosit sebagai berikut :

1. Tingkat perkembangan gonad satu (TKG I) : dicirikan dengan diameter

oosit(baka1 telur) berkisar 40

-

180 p, yang terbanyak ukuran oosit 40p (35%),

kemudian oosit ukuran 90p (25 %), selanjutnya oosit ukuran 140p (20%) dan

180p (20%). Oosit pada stadium ini mempunyai lapisan sitoplasma sedikit dan terisi oleh susbstansi yang halus, tidak terlihat adanya vesikula, granular kuning telur, dan selaput membram sel (Gambar 2a). Oosit stadium ini dikategorikan oosit awal. Oleh Grant West (1990) menyebutnya sebagai stadium Chromatin nucleolar.

2. Tingkat perkembangan gonad dua (TKG 11) : dicirikan dengan diameter oosit berkisar 200

-

350 p; ukuran oosit terbanyak 200 p (45%), kemudian ukuran
(159)

3 . Tingkat pematangan gonad tiga (TKG 111) : dicirikan dengan diameter oosit 350

-

550 p; ukuran oosit terbanyak 350p (40%), kemudian ukuran oosit

450p (30 %) dan ukuran oosit 550p (30%). Pada stadium ini oosit dikelilingi oleh dua lapis yaitu, sel lapisan dalam berbentuk kubus dan sel lapisan luar berbentuk memanjang. Peranan dari kedua sel tersebut, adalah mensintesis hormon steroid yang befingsi dalam penumpukan material kuning telur pada sel telur. Pada stadium ini oosit cepat membesar karena akumulasi granular kuning telur mulai dari inti dan menyebar hingga ke tepi sitoplasma(Gambar 2c). Akhir stadium ini granular kuning telur hampir mengisi seluruh sitoplasma. Inti sel masih ditengah, dan perkembangan diameter oosit sangat cepat, yang dikenal sebagai fase tumbuh oosit, stadium vitelogenesis (Jalaber dan Zohar, 1982). Grant West (1990) menyebutnya sebagai stadium

Vilellogenic (yolk).

4. Tingkat kematangan gonad empat (TKG IV): dicirikan dengan diameter oosit 560

-

700p, dengan ukuran oosit terbanyak 700p (70%), kemudian ukuran

oosit 650p (25 %) dan ukuran oosit 560p (5%). Ciri oosit stadium ini adalah kuning telur telah mengisi seluruh sitoplasma, juga ditemukan butir minyak (Gambar 2d). Inti oosit mulai menepi, mendekati lubang mikropil agar proses pembuahan dapat terjadi dengan mudah dan cepat. Berdasarkan ciri pada stadium ini, oleh Grant West (1990) menyebutnya sebagai stadium Ripe (mature).

(160)

3 5

dibanding perlakuan lainnya yang baru mencapai TKG I dan 11. Perlakuan E(3000 mg APM) pada bulan November tingkat perkembangan gonad semuanya mencapai TKG IV dengan ukuran diameter telur 700p (siap memijah), sedangkan perlakuan D (2250 mg APM), perlakuan C (1500 mg APM) dan perlakuan A (0 mg APM), pada umurnnya baru mencapai TKG 111, selanjutnya perlakuan B (750 mg APM) empat ekor induk tidak berisi telur, dan dua ekor induk lainnya mencapai TKG I1 dan TKG 111.

Tabel 2. Perkembangan diameter sel telur populasi ikan uji pada masing- masing perlakuan

Berkaitan dengan lebih cepatnya perkembangan sel telur, telah terjadi

D(2250 mg)

E(3000 mg)

percepatan pemijahan pada perlakuan E (3000 mg APM), pada bulan November.

Hal ini karena hanya induk pada perlakuan E (3000 mg APM) yang memiliki

Keterangan : APM = ascorbil phosphate magnesium, , Diameter telur dalam p = mikron

(1/1000 mm).

83,33+ 85.94

160+48.99

oosit berdiameter rata-rata 7 0 0 ~ . Sedangkan sel telur dari induk perlakuan

suplementasi 1500, 2250 mglkg pakan, masing-masing baru mencapai 446,67p

256,67+113.13

463,33k75.28

dan 463,33p sedangkan perlakuan kontrol baru mencapai 396,6p (Tabel 2). Induk

dengan diameter telur berkisar 350 - 5 5 0 ~ ini termasuk kategori TKG I11 (belum matang).

463,33+ 98.32

700+ 0.000

700f 0.000

700+ 0.000

700+ 0.00

(161)

Histologis Telur Histologis Telur

Berdiameter 40 - 180 p (TKG I) Berdiarneter 200 - 350 p (TKG 11)

Histologis Telur Histologis Telur

(162)

Hasil penelitian Ishibashi et al. (1994) terhadap ikan Oplegnathus fasciatus mencatat bahwa tidak ditemui oosit yang mencapai stadium vitelogenesis pada ikan yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C biasa, dan jumlah induk yang mengandung oosit vitelogenesis meningkat dengan meningkatnya dosis vitamin C yang diberikan. Dikemukakannya bahwa rendahnya peningkatan prosentase oosit matang, diduga berkaitan dengan rendahnya kandungan hormon estradiol dan vitamin C ovarium. Rendahnya kandungan vitamin C ovarium tampaknya mempengaruhi konversi kolesterol ke bentuk estradiol. Hasil penelitian Azwar (1997) pada ikan nila, melaporkan bahwa kandungan kolesterol ovarium ikan nila yang menerima pakan suplementasi APM jauh lebih tinggi dibanding kandungan kolesterol ovarium yang menerima pakan tanpa suplementasi APM. Ini mengindikasikan bahwa kekurangan vitamin C akan menghambat konversi kolesterol ke estradiol. Waagbo et al. (1989) juga mencatat bahwa induk yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C, kadar vitelogenin dalam serum lebih rendah dibandingkan dengan induk yang menerima pakan yang dengan suplementasi vitamin C 2000 mglkg. vitamin C pada ovarium berperan dalam reaksi hidroksilasi biosintesis hormon steroid (Horning et al., 1984 dan Sandnes, 1984). Pendapat ini didukung oleh hasil pengamatan Halver dalam Waagboo et al.

(163)

(1997) melaporkan bahwa pemberian L-ascorbil -2-phosphate magnesium sebesar (0.0, 0.05, 0.10, 0.15 %) dalam pakan induk udang windu (Penaeus monodon) menghasilkan peningkatan gonad somatik indeks (GSI) 1.08

-

1.28 % ,

dibandingkan dengan kontrol hanya 1.0 %. Selanjutnya dilaporkan bahwa kandungan vitamin C dalam ovarium yang disuplementasi APM adalah 160

-

167.25 pglg, sedangkan induk yang tanpa disuplementasi dengan vitamin C,

hanya 126.86 pglg

Hasil penelitian ini selanjutnya menunjukkan bahwa pada bulan Desember terjadi pemijahan pada perlakuan suplementasi 1500 mg, 2250 mg dan 3000 mg karena semua induk mempunyai telur dengan diameter rata-rata 700p sehingga pada bulan tersebut semua induk memijah, sedangkan perlakuan kontrol (tanpa suplementasi) hanya empat ekor induk yang telurnya berdiameter 700p, sedang

dua ekor lainnya mempunyai diameter kurang dari 700p, sehingga hanya 66,70 % induk yang mernijah (Tabel 3). Selanjutnya pada perlakuan B (750 mg APM) tidak terjadi pemijahan, karena hanya dua ekor induk yang berisi telur dengan diameter 200p dan 580p, sedangkan empat ekor induk lainnya tidak berisi telur. Pada perlakuan B (750 mg APM) ini dari empat ekor yang tidak berisi telur, dua ekor diantaranya berisi sperma, ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan kelamin dari betina menjadi jantan (lampiran 13).

(164)

Pada bulan Januari semua induk memijah pada perlakuan dengan suplementasi APM 1500 mg, 2250 mg dan 3000 mg. Demikian pula pada perlakuan kontrol (Tabel 3). Sedangkan perlakuan B (750 mg APM) tidak terjadi pemijahan, ini karena hanya ditemukan satu ekor induk yang berisi telur dengan diameter 580p sedang dari lima ekor induk lainnya; ditemukan tiga ekor induk berubah kelamin menjadi jantan (berisi sperma), sedang dua ekor induk lainnya tidak berisi telur (Lampiran 13).

Dabrowski et al. (1995) yang mengamati induk ikan trout yang diberi pakan dengan askorbil phosphate magnesium 0, 30, 110, 220, 440 dan 780 mglkg pakan, mencatat bahwa kandungan testosteron plasma semakin tinggi dengan meningkatnya dosis yang disuplementasikan. Azwar et al. (2001) melaporkan bahwa induk ikan bandeng (Chanos-chanos Forskal) yang menerima pakan dengan suplementasi askorbil phosphate magnesium 1500 mglkg pakan fi-ekuensi pernijahan lebih tinggi dibanding suplementasi 1000 mg dan kontrol (tanpa penarnbahan). Pada induk yang tanpa diberi vitamin C tidak ditemui ikan memijah pada musim pemijahan. Selanjutnya Waagbo et al. (1989) melaporkan bahwa estradiol induk ikan trout yang diberi pakan dengan suplementasi vitamin C 2000 mglkg pakan lebih tinggi dibanding induk kontrol. Kadar estradiol induk yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C meningkat dari 76,3 menjadi 89,2 nM pada masa vitelogenesis, sedangkan induk kontrol kadar estradiol menurun dari 64,O menjadi 5 1,l nM.

(165)

jumlah telur 14.240.000 butir, selanjutnya perlakuan A (0 mg APM) dengan jurnlah telur 14.050.000 butir dan yang terendah adalah perlakuan D (2250 mg APM) dengan jumlah telur adalah 13.082.000 butir. Sedangkan induk perlakuan B (750 mg APM) tidak memproduksi telur (Tabel 4).

Tabel 4. Produksi telur induk kerapu batik pada setiap perlakuan selama penelitian

I

A(0 mg)

1

14.050.000 10.814.141 3.235.859 96.50 76.00

1

Pedakuan

dosis

, , , ,

Produksi telur T.mengapung

T.mmgendsp

Pembuahan Penetasan

(butir)

@utir)

@utjr)

+

(%) O ( % )

, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

I

E(3000 mg)

1

18.640.000 12.170.634 6.469.366 93.33 98.33

Keterangan : T. = telur

B(750 mg)

C(l500 mg)

D(2250 mg)

+

= Perhitungan pembuahan telur didasarkan pada jumlah total telur (yang terdiri dari telur

mengapung dan telur yang menendap)

V = Perhitungan penetasan telur berdasarkan jumlah telur yang menetas dari telur yang

mengapung

0 0 0 0 0

14.240.000 12.643.888 1.596.112 91.25 95.50

13.082.000 11.797.518 1.284.482 98.50 93.00

Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa ada pengaruh positif antara makin meningkatnya dosis suplementasi askorbil phosphate magnesium dengan meningkatnya produksi telur. Hubungan korelasi antara pemberian suplementasi APM dan produksi telur pada penelitian ini hanya r = 0,335 (Lampiran 26 d)

hubungan korelasi menjadi rendah karena ada perlakuan suplementasi yang tidak menghasilkan telur, yaitu perlakuan suplementasi 750 mg APM. Masumoto et al. (1991) melaporkan bahwa induk ikan crucian carp yang diberi suplementasi vitamin C menghasilkan produksi telur lebih tinggi dibanding tanpa suplementasi vitamin C.

Daya tetas telur ikan kerapu batik untuk semua perlakuan selama penelitian berkisar 76

-

98,33 %. Pada perlakuan E (3000 mg APM) diperoleh rataan daya tetas mencapai 98,33 %, kemudian perlakuan C(1500 mg APM)
(166)

diperoleh rataan daya tetas 93,OO % dan yang terendah ada pada perlakuan A (kontrol) diperoleh rataan daya tetas 76,OO %. Ada korelasi yang sangat positif antara makin tinggi suplementasi APM dengan makin meningkatnya daya tetas telur, hasil analisis statistik menunjukkan hubungan r = 0,8325 (Lampiran 26 c)

Azwar (1997) melaporkan bahwa suplementasi ascorbil phosphate magnesium

sangat nyata (P< 0.05) mempengaruhi daya tetas telur ikan nila dengan kecendrungan respons kuadratik, yang berarti peningkatan pemberian ascorbil phosphate magnesium tidak selalu diikuti dengan peningkatan daya tetas telur Rataan daya tetas telur meningkat dari 73,66 % mencapai maksimum 96.80% pada dosis ascorbil phosphate magnesium 2105,44 mg/kg pakan, kemudian menurun mencapai 90,33 % pada dosis 3000 mg/kg. Dari hasil penelitian terbukti bahwa pemberian suplementasi ascorbil phosphate magnesium pada pakan induk kerapu batik dapat meningkatkan daya tetas telur. Rendahnya daya tetas telur dari induk yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C

berkaitan dengan rendahnya rataan kandungan vitamin C pada telur (Tabel 9). Ternyata bahwa rataan kadar vitamin C telur dari induk yang menerima pakan

tanpa suplementasi ascorbil phosphate magnesium mencapai 157,53 pg/g dibanding dengan suplementasi ascorbil phosphate magnesium berkisar 275,15

-

555,58 pg/g. Soliman et al. (1 986) mencatat bahwa daya tetas telur Oreochromis

mossambicus yang menerima suplementasi vitamin C 1250 mg/kg pakan mencapai 89,33 % dengan kadar vitamin C pada telur adalah 201,83 pg/g, sedangkan induk tanpa suplementasi vitamin C hanya mencapai 54,25 % dan

(167)

vitamin C 1000 mglkg pakan mempunyai daya tetas lebih dari 90 % dan kandungan vitamin C telur 3 1,O pg/g, sedangkan induk yang tidak menerima suplementasi vitamin C hanya 30 % dengan kandungan vitamin C pada telur 15 pg/g. Dabrowski dan Blom (1994) mencatat bahwa induk rainbouw trout (Oncorhynchus mykiss) yang menerima pakan dengan suplementasi asam ascorbat monophosphate 850 mg/kg pakan menghasilkan daya tetas telur 25,3

-

46,7 %, dengan kandungan vitamin C pada telur 316 pglg, sedangkan induk yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C menghasilkan daya tetas telur 9,4

-

22,5 %, dengan kadar vitamin C pada telur hanya 82 pglg. Sandnes et al.,

(1984) yang mengamati ikan rainbow trout, mencatat bahwa 56 % induk yang menerima suplementasi vitamin C 1000 mg/kg pakan menghasilkan telur dengan daya tetas 90,OO % dan kandungan vitamin C telur 3 1,00 pg/g, sedangkan induk tanpa suplementasi vitamin C menghasilkan daya tetas telur 30,OO % dan kandungan vitamin C telur 1 5 pglg.

(168)

yang terendah sebesar 0,7 cm terjadi pada perlakuan D (2250 mg APM). Peningkatan panjang tubuh, juga diikuti dengan peningkatan bobot tubuh yang terjadi pada semua perlakuan. Perlakuan B memperlihatkan peningkatan bobot absolut tertinggi yaitu 0,71 kg, sedangkan yang terendah terjadi pada perlakuan C

-- - - - --

(1 500 mg APM) yaitu 0,34 kg(Tabel5).

Pada penelitian ini juga terjadi perubahan kelamin pada perlakuan B (750 mg APM) ; enam ekor induk betina berubah kelamin menjadi jantan sebanyak tiga ekor (50%). Hal ini karena ikan kerapu mempunyai kemampuan untuk berubah kelamin (Hemaphrod

Gambar

Gambar 1. Pendekatan Masalah Penggunaan Vitamin C
Tabel 8. Komposisi asam lemak telur dan larva (umur satu hari dan tiga hari)
Grafik Perkembangan Diameter Telur Rata-rata

Referensi

Dokumen terkait

-- Sem Semua t ua timb imbuna unan ba n batua tuan ha n harus rus dit ditutu utup de p degan gan seb sebuah uah lap lapisa isan at n atau l au lapi apisan san dengan tebal 200

Para transmigran umumnya mengolah lahan yang diberikan dengan tanamana monokultur atau tanaman sejenis, hal ini sangat tidak sesuai karena daerah ini merupakan daerah

Biaya pengiriman dari Banjarmasin ke Tanjung dibebas biayakan atau tidak dibebankan kepada pembeli, dengan harga sama seperti dibrosur atau sama dengan harga

Hasil penelitian me- nunjukkan bahwa 7 famili generasi F3 cabai hasil persilangan TW2 x Jatilaba memiliki nilai KKG cukup tinggi terdapat pada karakter jumlah buah baik

Mikroba tanah diketahui menghasilkan antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen tanah.Pada penelitian Berbasis Laboratorium (2010/2011) telah berhasil

Posisi Bank Indonesia dalam kebijakan dan pengaturan Fintech terletak pada kewenangan yang terkait dengan SSK, SP, Moneter, Pendalaman Pasar Keuangan, Cyber Security dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan pada usahatani kacang kedelai per hektar per satu kali musim tanam di Desa

memperhatikan hal tersebut. SUSUiIan dan pola - pola mang yang ada sekarang kurang dapat memmjang flow aktivitas bekeIja pada mang kantor karena susunan dan pola - pola