• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI BELAJAR CONCEPT MAPPING DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI BELAJAR CONCEPT MAPPING DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG"

Copied!
266
0
0

Teks penuh

(1)

i

MAPPING DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA

SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA

SEMARANG

SKRIPSI

Disusun sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

VIVI ASTUTI NURLAILY NIM 1401411038

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Vivi Astuti Nurlaily NIM : 1401411038

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judulskripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karyatulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 23 April 2015

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas namaVivi Astuti Nurlaily, NIM1401411038, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpoint Kelas IVA SDN Gisikdrono03 Kota Semarang”, telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Rabu tanggal : 6 Mei 2015

Semarang, 23 April 2015

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

. Dra. Sri Hartati, M.Pd

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang”, oleh Vivi Astuti Nurlaily, NIM 1401411038, telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 6 Mei 2015

Panitia Ujian Skripsi:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd Drs. Moch. Ichsan, M.Pd NIP195604271986031001 NIP. 195006121984031001

PengujiUtama

Atip Nurharini, S.Pd, M.Pd NIP 1977110920080102018

Penguji I Penguji II

Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd Dra. Sri Hartati, M.Pd

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu

urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.” Q.S. Al-Insyirah, 94: 6-8.

PERSEMBAHAN:

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT

skripsi ini saya persembahkan kepada:

orangtuaku (Bapak Sadiman dan Ibu Siti Sundari),

orang-orang yang menyayangiku,

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya karena peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang” . Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan skripsi.

3. Dra. Hartati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PGSD UNNES yang telah memberikan bantuan pelayanan khususunya dalam memperlancar menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Sri Hartati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Atip Nurharini, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji Utama yang telah menjadi

penguji dan memberikan sarannya dalam memperbaiki skripsi.

6. Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd selaku Dosen Penguji 1 yang telah menguji dan memberikan masukan terhadap penyusunan skripsi ini.

7. Sunarsih, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN Gisikdrono 03 yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Farid Ghozali, S.Pd., selaku guru kelas IVA SDN Gisikdrono 03 yang telah menjadi kolaborator dalam penelitian.

(7)

vii

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka atas semua keikhlasan dalam membantu penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak.

(8)

viii

ABSTRAK

Nurlaily, Vivi Astuti. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpointpada siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra.Sri Hartati, M.Pd.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang. Hal ini disebabkan guru belum melatihkan strategi belajar dan cara belajar efektif, belum mengajarkan siswa menghasilkan pembelajaran bermakna dengan menghubungkan konsep utama dengan konsep lain sehingga siswa merasa cepat bosan, kurang antusias, kesulitan mengingat materi, belum mampu membuat peta konsep,yang berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah dengan ketuntasan klasikal 42,85%. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang terdiri atas keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang? Tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang.

Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan masing-masing satu kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang sebanyak 34 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dan nontes.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan: (1) Keterampilan guru pada siklus 1 52,50% kategoti baik, siklus 2 75% baik dan siklus 387,5% kategori sangat baik; (2) Aktivitas siswa pada siklus 166,56% kategori baik, pada siklus 2 75% kategori baik dan siklus 3 84,68% berkriteria sangat baik; (3) Respon siswa pada siklus 1 88,82% kategori sangat positif, siklus 2 94,11% kategori sangat positif, siklus 3 100% kategori sangat positif; (4) Hasil belajar dengan ketuntasan klasikal pada siklus 1 61,76%%,siklus 2 76,47% dan siklus 3 91,17% dari jumlah siswa.

Simpulan dari penelitian ini adalah melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa dan hasil belajar IPA. Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya guru menggunakan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint pada pembelajaran IPA karena membantu guru menyampaikan materi. Siswa hendaknya memperhatikan guru ketika memberi contoh menyusun peta konsep agar selesai tepat waktu. Sekolah hendaknya mendukung dan melengkapi penelitian untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR BAGAN... . xv

DAFTAR GAMBAR... ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH ... 11

1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 12

1.4 MANFAAT PENELITIAN... 13

BAB II KAJIAN TEORI ... 15

2.1 KAJIAN TEORI ... 15

(10)

x

2.1.2 Hakikat Pembelajaran ... 18

2.1.3 Kualitas Pembelajaran ... 19

2.1.3.1. Keterampilan Guru ... 20

2.1.3.2 Aktivitas Siswa ... 26

2.1.3.3 Respon Siswa ... 29

2.1.3.4 Hasil Belajar ... 34

2.1.4 Hakikat IPA ... 38

2.1.5 Pembelajaran IPA di SD ... 43

2.1.6 Strategi Belajar Concept Mapping... 52

2.1.7 Media Pembelajaran ... 58

2.1.8 Media Powerpoint ... 61

2.1.9 Penerapan Strategi Belajar Concept Mapping ... 63

2.2 KAJIAN EMPIRIS ... 63

2.3 KERANGKA BERPIKIR ... 69

2.4 HIPOTESIS TINDAKAN ... 71

BAB III METODE PENELITIAN ... 72

3.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 72

3.2 PROSEDUR PTK ... 73

3.3 SUBJEK PENELITIAN ... 85

3.4 TEMPAT PENELITIAN ... 85

3.5 VARIABEL PENELITIAN ... 86

3.6 DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA ... 86

(11)

xi

3.8 INDIKATOR KEBERHASILAN ... 96

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 97

4.1 HASIL PENELITIAN ... 97

4.2 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 161

4.3 IMPLIKASI PENELITIAN ... 181

BAB V PENUTUP ... 184

5.1 SIMPULAN ... 184

5.2 SARAN ... 186

DAFTAR PUSTAKA ... 188

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Penilaian Ranah Kognitif ... 35

Tabel 2.2 Indikator Penilaian Ranah Afektif ... 36

Tabel 2.3 Indikator Penilaian Ranah Psikomotor ... 37

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Belajar ... 92

Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Pembelajaran ... 89

Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Guru ... 94

Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ... 94

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Respon Siswa ... 95

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... 98

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 104

Tabel 4.3 Hasil Angket Respon Siswa Siklus I... 111

Tabel 4.4 Hasil Belajar IPA Siklus I ... 113

Tabel 4.5 Hasil Peta Konsep Siklus I ... 114

Tabel 4.6 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... 120

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 126

Tabel 4.8 Hasil Angket Respon Siswa Siklus II ... 132

Tabel 4.9 Hasil Belajar IPA Siklus II ... 140

Tabel 4.10 Hasil Peta Konsep Siklus II ... 136

Tabel 4.11 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... 140

Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 146

Tabel 4.13 Hasil Angket Respon Siswa Siklus III ... 153

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus I ... 98

Diagram 4.2 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus I.. ... 105

Diagram 4.3 Respon Siswa Siklus I ... 111

Diagram 4.4 Ketuntasan Klasikal Siklus I ... 114

Diagram 4.5 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus II... 121

Diagram 4.6 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus II ... 126

Diagram 4.7 Respon Siswa Siklus II... 133

Diagram 4.8 Ketuntasan Klasikal Siklus II ... 135

Diagram 4.9 Perolehan data Keterampilan Guru Siklus III ... 141

Diagram 4.10 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus III ... 147

Diagram 4.11 Respon Siswa Siklus III ... 153

Diagram 4.12 Ketuntasan Klasikal Siklus III ... 155

Diagram 4.13 Rekapitulasi Siklus I, II, III ... 160

Diagram 4.14 Peningkatan Hasil Observasi Keterampilan Guru... 161

Diagram 4.15 Peningkatan Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 168

Diagram 4.16 Peingkatan Hasil Angket Respon Siswa ... 175

(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema Respon ... 32

Bagan 2.2 Skema Respon Tidak Berkondisi ... 32

Bagan 2.3 Skema Respon Berkondisi ... 33

Bagan 2.4 Sistem Pembelajaran IPA ... 43

Bagan 2.5 Kerangka Berpikir .. ... 69

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Indikator Keterampilan guru... 193

Lampiran 2.Pedoman Indikator Aktivitas Siswa ... 195

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen ... 197

Lampiran 4. Lembar Pengamatan Keterampilan Guru ... 200

Lampiran 5.Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 205

Lampiran 6. Catatan Lapangan ... 209

Lampiran 7. Angket Respon Siswa ... 210

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 211

Lampiran 9. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ... 232

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 253

Lampiran 11. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ... 274

Lampiran 12. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II... 278

Lampiran 13. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ... 282

Lapirann 14. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 286

Lapirann 15. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 290

Lapirann 16. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ... 294

Lampiran 17. Nilai Hasil Belajar Siklus I ... 298

Lampiran 18. Nilai Hasil Belajar Siklus II... 300

Lampiran 19. Nilai Hasil Belajar Siklus III ... 302

Lampiran 20. Rekapitulasi Hasil Belajar ... 304

Lampiran 21. Lembar Hasil Siswa... 306

(18)

xviii

Lampiran 23.Angket Respon Siswa ... 319

Lampiran 24. Catatan Lapangan ... 322

Lampiran 25.Dokumentasi ... 325

Lampiran 26. Surat Ijin Penelitian ... 332

Lampiran 27. Surat Keterangan KKM ... 333

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

(20)

dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA berkaitan langsung dengan penerapannya di lingkungan oleh karena itu guru harus memberikan pengetahuan yang mudah dipahami siswa sehingga ketika siswa berada dilingkungannya mereka dapat menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

(21)

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(22)

perbaikan pembelajaran IPA di sekolah-sekolah. Pembelajaran IPA harus dirancang sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam kurikulum.

(23)

kegaduhan dengan asyik bermain sendiri dalam pembelajaran, membuat siswa lainnya berkurang konsentrasinya dalam pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar IPA siswa rendah.

Hal ini didukung dengan data dari pencapaian hasil belajar IPA siswa kelas IVA masih banyak siswa yang memperoleh nilai yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Dari 34 siswa, sebanyak 23 siswa (67,64%) belum mencapai KKM dan 11 siswa (32,36%) mencapai KKM. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 50 dan tertingggi hanya 85. Berdasarkan data hasil belajar dan pelaksanakan pembelajaran tersebut maka perlu ditingkatkan kualitasnya. Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran merupakan suatu kendala yang menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas hasil belajar.

(24)

meminimalisir masalah tersebut adalah dengan menerapkan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.

Tujuan utama pengajaran strategi adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri (pembelajar mandiri). Strategi belajar concept mapping merupakan sebuah cara untuk membantu siswa menghasilkan pembelajaran bermakna dengan menemukan konsep utama (ide pokok) yang dihubungkan dengan konsep-konsep lain yang lebih khusus. Peta konsep (concept mapping) adalah cara untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya. Selain itu Ausubel (dalam Munthe, 2009:17) menjelaskan bahwa concept map sebagai satu teknik yang telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan. Teknik concept map ini diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif David P. Ausubel yang mengatakan bahwa belajar bermakna terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif.

(25)

membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yng berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis.

Munthe (2009:19-20) menyebutkan bahwa concept map merupakan satu bentuk diagram atau gambar visualisasi konsep-konsep yang saling berhubungan. Kegunaan concept map sebagai strategi belajar siswa, diantaranya: (1) Dapat digunakan sebagai sarana belajar dengan membandingkan concept map siswa dengan guru. Peta-peta yang telah dihasilkan dapat menunjukkan tingkat penguasaan siswa; (2) Dapat digunakan sebagai cara lain dalam mencatat pelajaran sewaktu belajar; (3) Dapat digunakan sebagai alat belajar dengan membandingkan peta konsep yang dibuat di awal dengan akhir pembelajaran. Siswa melakukan penilaian mandiri terhadap penguasaan bahan ajar; (4) Membantu meningkatkan daya ingat siswa dalam belajar. Siswa merangkum informasi yang banyak ke dalam konsep-konsep utama yang saling berhubungan ke dalam sebuah digram atau gambar yang mencakup keseluruhan konsep-konsep yang dipelajari.

(26)

Powerpoint merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan oleh orang-orang dalam mempresentasikan bahan ajar, atau laporan, karya, atau status mereka. Sedangkan Daryanto (2011) berpendapat bahwa Microsoft Poweroint adalah sebuah program berbasis multimedia yang dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik.

Beberapa hal yang menjadikan media powerpoint menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi menurut Daryanto (2011:157-158) adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, warna dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai dengan kreativitas penggunanya. Pada prinsipnya, powerpoint terdiri dari beberapa unsur rupa dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud terdiri atas slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dan tenaga pendidik maka kontrol operasinya menggunakan cara manual.

(27)

bentuk data optik atau magnetik (CD/disket/flashdisk) sehingga praktis untuk dibawa ke mana-mana.

Berikut ini penelitian yang relevan untuk memperkuat peneliti menerapkan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint adalah penelitian Fia Afriani dkk (2013) dengan judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Strategi Belajar Peta Konsep (Concept Mapping) Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Di SD Negeri 14 Cupak Kabupaten Solok”. Hasil siklus pertama secara empiris diperoleh skor rata-rata persentase aktivitas siswa dalam pendapat 52,38%, 57,14% untuk bereksperimen, membuat kesimpulan 57.14%, dan persentase siswa yang menyelesaikan 61.90%. Pada siklus kedua meningkat dalam persentase siswa dalam berpendapat 79,19%, 85,71% bereksperimen, membuat kesimpulan 85,71%, dan persentase siswa yang pas 90,47%, dengan nilai rata-rata 76,19. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi belajar peta konsep (Concept Mapping) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kelas V siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dapat menggunakan konsep strategi peta (Concept Mapping) untuk Kegiatan IPA meningkatkan dan hasil belajar siswa.

Selain itu, penelitian Hery Asmadji (2013) yang berjudul Penggunaan Media Pembelajaran Power Point Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi

Pesawat Sederhana Siswa Kelas V C SDN Ketabang I Surabaya” menunjukkan

(28)

bahwa penerapan dengan penggunaan media pembelajaran power point dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VC SDN Ketabang I Surabaya. Kendala yang dihadapi guru pada siklus I yaitu pada saat melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan media power point masih ada siswa mengalami kesulitan saat saat memahami penjelasan guru karena aktivitas banyak pada guru, masih ada sebagian siswa yang kurang bertanya sehingga guru perlu membimbing secara intensif, masih ada siswa yang kurang serius dalam belajar. Kendala ini diperbaiki pada siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VC SDN Ketabang I Surabaya mengalami peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat sederhana setelah menggunakan media pembelajaran power point.

(29)

Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti bersama tim kolaborator akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpointpada Siswa Kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang”. 1.2 Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskanpermasalahan umum seperti dibawah ini :

Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang?

Adapun rumusan masalah secara khusus dapat dirinci sebagai berikut :

1. Apakah strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat meningkatkan keterampilan guru pada mata pelajaran IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang?

2. Apakah strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran IPA kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang?

3. Apakah strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat meningkatkan respon siswa pada mata pelajaran IPA kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang?

(30)

1.2.2 Pemecahan Masalah

Sesuai rumusan masalah tersebut maka alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint. Langkah pembelajaran dengan strategi belajar concept mapping menurut Arends (dalam Trianto, 2011: 160) dengan media powerpoint adalah sebagai berikut :

1. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan memperhatikan media powerpoint.

2. Siswa mendapat bahan bacaan pada masing-masing kelompok.

3. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep pada bahan bacaan. 4. Siswa mengurutkan/mengelompokkan konsep-konsep yang telah ditemukan. 5. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan.

6. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang.

Sedangkan tujuan khusus yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah: 1.3.1 Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA

melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.

1.3.2 Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.

(31)

1.3.4 Meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan atau konsep untuk pelaksanaan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dengan menerapkan stategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1Guru

Penerapan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat meningkatkan keterampilan guru dalam proses pembelajaran, meningkatkan kreativitas guru dengan menggunakan variasi dalam pembelajaran, guru lebih mudah menyampaikan materi dan membantu siswa memperoleh pembelajaran bermakna dan membuat guru lebih kreatif dan terampil dalam proses pembelajaran.

1.4.2.2Siswa

(32)

1.4.2.3Sekolah

(33)

15

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1KAJIAN TEORI 2.1.1 Hakikat Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2013: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Susanto (2015: 4) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

(34)

Teori belajar yang mendasari startegi belajar concept mapping adalah Teori Asimilasi Ausubel. Menurut Munthe (2009: 17) concept map sebagai teknik telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan. Teknik concept map ini diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif David P. Ausubel yang mengatakan bahwa belajar bermakna terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif. Dengan kata lain, proses belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang ia miliki dengan pengetahuan yang baru.

Dengan mengambil ide dari teori asimilasi Ausubel, Novak mengembangkan teori ini dalam penelitiannya tentang siswa pada tahun 1974. Dalam penelitiannya tersebut, ia menghasilkan concept map sebagai satu diagram yang berdemensi dua, yaitu analog dengan sebuah peta jalan yang tidak hanya mengidentifikasi butir-butir utama (konsep-konsep), tetapi juga menggambarkan hubungan antarkonsep utama tersebut, sebagaimana banyaknya kesamaan garis-garis yang menghubungkan antarkota besar yang tergambar dengan jalan-jalan utama dan jalan bebas hambatan. Pengembangan teori ini didukung dengan mempertimbangkan tiga faktor kunci, yaitu

1. Belajar bermakna melibatkan asimilasi konsep-konsep baru dan proposisi-proposisi ke dalam bangunan struktur kognisi yang memodifikasi struktur-struktur tersebut.

(35)

3. Pengetahuan yang diperoleh dengan hapalan tidak akan terasimilasi ke dalam bingkai kognisi yang ada dan tidak akan memodifikasi bingkai proposisi yang ada.

Berdasarkan teori asimilasi kognisi, Putman dan Peterson (dalam Munthe, 2009: 18) menegaskan bahwa pengetahuan adalah struktur kognitif dari seseorang (knowledge is the cognitive structure of the individual). Selanjutnya Goldsmith, Johnson, dan Aton menambahkan bahwa untuk dapat dikatakan “mengetahui”

suatu bidang (pengetahuan), seseorang dapat memahami hubungan antarkonsep pokok dan penting di dalamnya. Pengetahuan tentang hubungan itu disebut “pengetahuan yang terstruktur”.

Dalam teori ini ditemukan bahwa makna dari beberapa konsep itu akan mudah dipahami dengan melihat hubungan/keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain, dan belajar efektif (bermakna) akan terjadi apabila pengetahuan yang baru itu dikaitkan/dihubungkan dengan konsep-konsep dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembelajar. Oleh karena itu, subsumption terjadi apabila pembelajar dapat mengaitkan pengetahuan yang baru dan spesifik kepada konsep yang lebih general dan lebih tinggi tingkatannya dalam struktur pengetahuan mereka yang telah ada dalam long term memory (ingatan jangka panjang).

(36)

2.1.2 Hakikat Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut UU Sisdiknas NO. 20/2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Khanifatul (2014:14) berpendapat bahwa pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar (mengubah tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) yang berisi suatu sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan. Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, melainkan bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku yang diaplikasikan dalam kehidupan.

(37)

Dengan kata lain pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses belajar mengajar, atau kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang dirancang untuk terjadi perubahan tingkah laku yang tersusun dalam pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

Daryanto (2011: 194) menerangkan bahwa kualitas dimaknai sebagai mutu atau keefektifan. Sedangkan efektivitas belajar merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Dari pemahaman tersebut dapat dikemukakan aspek-aspek efektivitas belajar, yaitu: 1) peningkatan pengetahuan; 2) peningkatan keterampilan; 3) perubahan sikap; 4) perilaku; 5) kemampuan adaptasi; 6) peningkatan integrasi; 7) peningkatan partisispasi; 8) peningkatan interaksi kultural. Hal ini perlu dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar. Dalam mencapai efektivitas belajar, UNESCO menetapkan empat pilar pendidikan yaitu:

a. Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (Learning to know) b. Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do)

(38)

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dari proses interaksi belajar antara siswa dan guru ditandai dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa. Peneliti membatasi bidang kajian kualitas pembelajaran meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa, dan hasil belajar. Indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

2.1.3.1 Keterampilan Guru

Hasil penelitian Turney dalam Majid (2014: 233) terdapat delapan keterampilan mengajar guru yang berperan penting dalam menentukan kualitas pembelajaran. Keterampilan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan Bertanya

(39)

aktif dari siswa, menuntun proses berpikir siswa, memusatkan perhatian siswa pada masalah yang sedang dibahas.

Menurut Mulyasa (2013: 70) keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. Keterampilan bertanya dasar mencakup pertanyaan yang jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertanyaan (keseluruh kelas, ke peserta didik tertentu, dan kepeserta didik lain untuk menanggapi jawaban), pemberian waktu berpikir, pemberian tuntunan (dapat dilakukan dengan mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain, menanyakan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, dan mengulangi penjelasansebelumnya). Sedangkan keterampilan bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi pengubahan tuntunan tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, dan peningkatan terjadinya interaksi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai bentuk interaksi dalam pembelajaran dan mengharapkan adanya umpan balik.

b. Keterampilan Memberi Penguatan

(40)

dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Menurut Marno dan Idris (2014: 130) tujuan penggunaan penguatan adalah meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar, membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa, mengarahkan pengembangan berpikir siswa ke arah beripikir divergen, mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar, mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.

Dari pengertian penguatan diatas dapat disimpulkan bahwa penguatan adalah respon yang diberikan untuk memberikan penghargaan dari aktivitas siswa, dari respon mereka terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.

c. Keterampilan Mengadakan Variasi

Menurut Majid (2014: 239) Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar megajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehinga dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi

(41)

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa keterampilan mengadakan variasi merupakan cara guru untuk menyajikan pembelajaran secara menarik untuk mengantisipasi kebosanan siswa dan membuat siswa lebih antusias dalam pembelajaran.

d. Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.

Dari pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa Keterampilan menjelaskan adalah keterampilan guru dalam menuturkan materi secara lisan dengan tujuan memudahkan siswa memahami suatu materi pelajaran tertentu. e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran (set induction) adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.

(42)

membuka dan mengakhiri kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran.

f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Majid (2014: 246) menyebutkan bahwa diskusi kelompok kecil dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan agar siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan, dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi, siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah keterampilan guru melayani siswa dalam interaksi diskusi lingkup kelompok .

g. Keterampilan Mengelola Kelas

(43)

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan mengelola kelas adalah menciptaan kondisi pembelajaran yang kondusif agar terasa nyaman dan menyenangkan bagi siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa. Komponen keterampilan yang digunakan adalah keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa keterampilan mengajar adalah kemampuan guru dalam melatih atau membimbing aktivitas dan pengalaman siswa serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Keterampilan mengajar guru merupakan keahlian seorang guru untuk membimbing anak didik belajar mengembangkan pengetahuan dengan cara-cara yang inovatif. Guru juga harus mempunyai 8 keterampilan mengajar sehingga dapat menguasai dan mengembangkan kegiatan pembelajarannya. Keterampilan ini membekali guru untuk memahami apa yang diperlukan dan dibutuhkan siswa sehingga tujuan pembelajaran yang ada dapat tercapai.

(44)

motivator, evaluator, dan katalisator dalam pembelajaran, serta pengontrol konsep IPA yang dipahami siswa. Jika peran tersebut dilaksanakan dengan aik maka akan mengarah pada mengajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta gembira dan berbobot.

Dengan demikian menjadi guru tidak hanya pintar dalam mengajar penyampaian materi tetapi juga dapat memecahkan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Indikator keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA melalui strategi concept mapping dengan media powerpoint antara lain: 1) Memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajarn; 2) Menjelaskan materi dengan menggunakan media; 3) Membagikan bahan bacaan pada masing-masing kelompok; 4) Membimbing siswa menemukan konsep utama/ide pokok; 5) Membimbing siswa untuk mengurutkan/mengelompokkan konsep lain; 6) Membimbing siswa menyusun konsep dalam bagan; 7) Meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi; 8) Menutup pelajaran.

2.1.3.2 Aktivitas Siswa

(45)

Aktivitas belajar (learning activity) adalah perubahan aktivitas jiwa yang diperoleh dalam proses pembelajaran dari kegiatan mengamati, mendengarkan, menanggapi, berbicara, kegiatan menerima, dan kegiatan merasakan.

Aktivitas merupakan suatu kegiatan. Jadi aktivitas siswa merupakan kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Montessori (dalam Sardiman, 2011: 96) menyatakan bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang dapat diperbuat oleh anak didik. Tanpa aktivitas siswa kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik.

Aktivitas belajar siswa menurut Usman (2011: 22) adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, diantaranya:

1. Aktivitas visual (visual activities)

Aktivitas ini meliputi membaca, menulis, melakukan, eksperimen, dan demonstrasi.

2. Aktivitas lisan (oral activities)

Aktivitas ini meliputi bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.

3. Aktivitas mendengarkan (listening activities)

Aktivitas ini meliputi mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan. 4. Aktivitas gerak (motor activities)

(46)

5. Aktivitas menulis (writing activities)

Aktivitas ini seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.

Sedangkan Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2011:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain:

a. Visual activities (kegiatan-kegiatan visual), seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral activities (kegiatan-kegiatan lisan), seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan), seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis), seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar), seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities (kegiatan-kegiatan motorik), seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental), seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional activities (kegiatan-kegiatan emosional), seperti menaruh minat,

merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

(47)

disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah serangkaian kegiatan siswa baik fisik maupun rohani dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Indikator aktivitas siswa dalam penelitian ini dengan pelaksanaan pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint antara lain: 1) Kesiapan siswa dalam belajar; 2) Memperhatikan penjelasan guru; 3) Mendapat bahan bacaan; 4) berdiskusi menemukan konsep utama/ide pokok; 5) Mengurutkan/mengelompokkan konsep lain; 6) Menyusun konsep yang telah ditemukan ke dalam bagan; 7) Presentasi hasil diskusi; 8) Membuat kesimpulan.

2.1.3.3 Respon siswa

(48)

mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.(https://pratamasandra.wordpress.com/2011/05/11/pengertian-respon/).

Respon siswa adalah perilaku yang lahir sebagai hasil masuknya stimulus yang diberikan guru kepadanya. Respon siswa merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan belajar sains. Kurangnya respon siswa terhadap pelajaran sains akan menghambat proses pembelajaran. Rendahnya respon siswa belum tentu sumber kesalahan materi ajar pada diri siswa. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kurangnya respon siswa dalam belajar termasuk pelajaran Sains. Diantaranya; kurangnya interaksi antara guru dengan siswa yang menyebabkan adanya ketidak hormonisan pada saat pembelajaran berlangsung sehingga suasana kelas menjadi kurang menarik dan cenderung membosankan. Sarana dan prasarana kurang memadai untuk meningkatkan respons belajar siswa khususnya pada pembelajaran Sains. Tidak dapat dipungkiri bahwa cara belajar yang tepat dapat meningkatkan respon belajar siswa.

(http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-24872-BAB%20I.pdf)

Menurut Azwar (2015: 87) sikap disebut juga respon yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya rasa suka-tak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap. Karakteristik sikap diantaranya:

(49)

positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif.

b. Intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.

c. Keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.

d. Konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap.

e. Spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya.

(50)

berliur walau tanpa diberi makanan. Menurut Pahlov apabila anjing mengeluarkan air liur karena melihat makanan, respon ini bersifat alami karena respon tidak terkondisi dn stimulusnya disebut stimulus alamiah. Hal tersebut bisa dilihat pada bagan berikut:

Bagan 2.1 Skema Respon

Untuk menimbulkan respon berkondisi ditempuh dengan jalan memberikan stimulus berkondisi berbarengan atau sebelum diberikan stimulus alamiah. Pemberian stimulus-stimulus tersebut dilakukan berulang kali sehingga pada akhirnya akan terbentuk rrspons berkondisi (anjing mengeluarkan air liur), sekalipun tidak diberikan stimulus alamiah (makanan).

Bagan 2.2 Skema Respon Tidak Berkondisi

Pada akhir percobaan (akhir pengkondisian) penyajian stimulus berkondisi (bunyi bel) ternyata menghasilkan respons berkondisi (mengeluarkan air liur).

Stimulus Respon

Tidak Berkondisi Tidak Berkondisi

(Daging)

Stimulus Tidak Terjadi

Netral (Bel) Respon

Stimulus Berkondisi

(Bel) Respon Tidak

Berkondisi Stimulus Alamiah

(51)

Dalam hal ini stimulus berkondisi (bunyi bel) tidak disajikan secara bersamaan dengan stimulus alamiah (daging).

Bagan 2.3 Skema Respon Berkondisi

Dari ketiga tahapan eksperimen tersebut dapat dijelaskan bahawa:

1. apabila stimulus alamiah (daging) disajikan dihadapan anjing, maka anjing akan membentuk respons alamiah (mengeluarkan air liur);

2. apabila stimulus berkondisi (bel) diberikan setelah stimulus alamiah, maka respons berkondisi tidak akan terbentuk, dan

3. respons berkondisi akan terbentuk apabila stimulus berkondisi diberikan sebelum atau berbarengan dengan stimulus alamiah.

Dari Eksperimen tersebut Pahlov menarik kesimpulan bahwa dalam diri anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar atas penguatan selektif. Dalam arti, anjing dapat membedakan stimulus yang disertai dengan penguatan dan stimulus yang tidak disertai dengan penguatan. Karya Pahlov dalam bereksperimen menekankan pada aspek pengamatan dan pengukuran, serta penggalian aspek-aspek belajar sehingga dapat membantu peelitian tentang belajar secara alamiah.

Menurut Skinner (dalam Rifa’i, 2011: 111) hadiah dapat meningkatkan

probabilitas timbulnya repons. Suatu tindakan dapat dinyatakan sebagai penguatan atau tidak adalah tergantung dari efek yang ditimbulkan. Tekanan

Stimulus Respon

Berkondisi Bekondisi

(52)

utama dalam teorinya operant conditioning adalah pada respons atau perilaku dan konsekuensi yang menyertai. Oleh karena itu seseorang harus membuat respons sedemikian rupa untuk memperoleh penguatan atau hadiah yang menjadi stimulus yang memperkuat.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa respon adalah tanggapan atau reaksi siswa dari stimulus yang diberikan guru dalam proses pembelajaran.

2.1.3.4 Hasil Belajar

Menurut Susanto (2015: 5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu 1) faktor internal, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya yang meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan; 2) faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berkaitan dengan pengertian hasil belajar tersebut, menurut Bloom dalam (Sudjana, 2010: 22-29) mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu: a. Ranah Kognitif

(53)

Menurut Sunarti (2014: 29) Indikator penilaian ranah kognitif berdasarkan 6 tingkatan Bloom yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan penilaian ragah kognitif yaitu:

No. Jenis Hasil Belajar Indikator Penilaian Cara Penilaian 1. Pengatahuan Dapat menyebutkan atau

menunjukkan lagi

Pertanyaan/tugas/tes 2. Pemahaman Dapat menjelaskan atau

mendefinisikan

5. Sintesis Dapat menyimpulkan

kembali atau

menggeneralisasi

Tugas/permasalahan

6. Evaluasi Dapat menginterprestasi atau memberikan pertimbangan atau penilaian

Tugas/permasalahan

Tabel 2.1 Indikator Penilaian Ranah Kognitif b. Ranah Afektif

Selain 6 ranah kognitif, Bloom juga menggradasikan ranah afektif menjadi lima tingkatan, yaitu penerimaan, artisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. berikut adalah indikator-indikator penilaian ranah afektif berdasarkan 5 tingkatan Bloom yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan penilaian dalam ranah afektif.

No. Jenis Hasil Belajar

Indikator Penilaian Cara Penilaian

1. Penerimaan Bersikap menerima

menyetujui atau sebaliknya

Kuesioner/wawancara 2. Partisipasi Bersedia terlibat/partisipasi/

memanfaatkan atau sebaliknya

(54)

3. Penilaian sikap Memandang penting/bernilai /indah/harmonis/bagus atau sebaliknya

Kuesioner/wawancara

4. Oranisasi Mengakui/mempercayai/ meyakinkan atau sebaliknya

Kuesioner/wawancara 5. Pembentukan

pola

Melembagakan/membiasakan /menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari

Kuesioner/wawancara

Tabel 2.2 Indikator Penilaian Ranah Afektif

Bentuk penilaian nontes dapat digunakan untuk mengukur domain afektif. ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. Karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran mencakup empat ranah, yaitu minat, sikap, nilai, dan konsep diri.

c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor (psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotik yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Dalam ranah psikomotor ada tujuh jenis perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Indikator-indikator tujuh perilaku tersebut dalam penilaian sebagai berikut:

No. Jenis Hasil Belajar

Indikator Penilaian Cara Penilaian

1. Persepsi Dapat menyiapkan diri Tugas/observasi/tindakan 2. Kesiapan Dapat menirukan Tugas/observasi/tindakan 3. Gerakan

terbimbing

(55)

5. Gerakan kompleks

Dapat mengatur kembali Tugas/tindakan 6. Penyesuaian Dapat menciptakan pola Tugas/observasi 7. Kreativitas Menjadi kreatif dan cekatan Tugas/observasi

Tabel 2.3 Indikator Penilaian Ranah Psikomotor

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya secara menyeluruh pada individu yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor, sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran. Dengan hasil belajar yang baik maka berdampak tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

(56)

membuktikan terjadinya energi bunyi melalui getaran; 11) menjelaskan penyerapan bunyi; 12) membedakan gaung dan gema.

2.1.4 Hakikat IPA

Carin dan Sund (dalam Wisudawati dkk, 2014:24) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Merujuk pada defiisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memiliki empat unsur utama yaitu:

2.1.4.1 Sikap

Menurut Susanto (2015:169) Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.

(57)

proyek di lapangan. Pengembangan sikap ilmiah di sekolah dasar memiliki kesesuaian dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak usia sekolah dasar yang berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun masuk dalam kategori fase operasional konkret. Fase yang menunjukkan adanya sikap keingintahuannya cukup tinggi untuk mengenali lingkungannya. Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan sains, maka pada anak-anak sekolah dasar siswa harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia dan gejala-gejala alam. Sebagai contohnya dalam materi energi panas adalah kegiatan membuktikan terjadinya energi panas melalui gesekan, sehingga sikap yang timbul dalam diri siswa (misalnya: ingin tahu, kritis, teliti dan bekerja sama). 2.1.4.2 Proses

Menurut Semiawan (2008: 139) kemampuan yang dikembangkan dalam keterampilan proses adalah :

1) Pemanasan

Pemanasan dimulai dengan saling menyumbangkan pikiran gambaran mental yang dimiliki siswa tentang topik yang dipelajari. Bila topik baru maka harus ada pengalaman langsung yang dapat menjembataninya. Penghayatan pengalaman ini dapat dilaksanakan secara nyata. Di samping pengalaman ini diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan subjek secara mental, emosional dan fisik sekaligus merupakan usaha melihat konteks permasalahan.

(58)

Penggunaan indera yang diperlukan untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin. Perlu diketahui otak kanan memiliki fungsi imajinasi yang perlu dikembangkan sedangkan otak kiri memiliki kemampuan kognitif dalam perolehan pengetetahuan dan daya ingat. Maka dari itu yang harus dicapai adalah pengamatan yang relevan.

3) Interprestasi dan pengamatan

Mencatat ciri khas suatu objek tahap perkembangan atau kejadian untuk menghubungi pengamatan yang satu dengan yang lain merupakan pola-pola yang harus dideteksi dalam suatu pengamatan.penemuan pola itu adalah basis untuk menemukan maksud hubungan dan menyarakan kesimpulan.

4) Peramalan

Pola yang sudah diamati digunakan untuk meramalkan kejadian yang belum diamati. Peramalan adalah suatu terkaan bila tidak didasarkan pada hubungan yang diketahui ada melalui observasi beberapa hari. Jadi proses peramalan bertumpu dari penalaran terhadap observasi.

5) Aplikasi konsep

Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menggunakan pengalaman baru sebagaiana timbul dalam usaha menerjemahkan apa adanya. Setiap penjelasan harus dianggap tentatif yang harus dikonfirmasikan kembali.

6) Perencanaan penelitian

(59)

tentang ini mampu melihat empirik atau penyajian nilai adalah bagian dari perencanaan penelitian. Proses ini mencakup mengidentifikasi variabel mana yang perlu diubah atau bisa tetap dipertahankan. Juga mencakup perencanaan observasi dan uraan apa yang mau dipakai. Cara pemakaiannya adalah untuk menentukan hasil penelitian.

7) Komunikasi

Proses ini dikaitkan dengan cara siswa belajar mengomunikasikan kata atau objek dipikirkan perlakuannya, membutuhkan gambaran tentang ide maupun situasi nyata.

Susanto (2015: 168) mengatakan bahwa untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.

(60)

menggesekkan dua buah benda seperti tangan dan paku yang nantinya akan menghasilkan panas.

2.1.4.3 Produk

Kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. Fakta dalam IPA merupakan pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif. Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya. Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan di antara konsep-konsep IPA. Hukum-hukum alam, prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif (sementara), akan tetapi karena mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hukum alam bersifat kekal selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan. Sebagai contohnya dalam materi energi panas adalah kegiatan mengumpulkan informasi mengenai energi panas, selain itu juga hukum tentang kekekalan energi.

2.1.4.4 Teknologi

(61)

khususnya energi panas adalah adanya setrika listrik yang membantuk meringankan pekerjaan rumah tangga.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA terdiri dari empat unsur yang meliputi produk, proses, sikap dan teknologi yang dalam kehidupan sehari-hari keempat dimensi tersebut saling berkaitan satu sama lain yang terjadi dalam pembelajaran IPA di SD.

2.1.5 Pembelajaran IPA di SD

Menurut Wisudawati (2014:26) pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA, sebagaimana sistem-sistem lainnya terdiri atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran pembelajaran. Pembelajaran IPA sebagai suatu sistem dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.4 Sistem Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran IPA harus memerhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk. IPA

Masukan instrumental:

Kurikulum, guru, metode, media, sarana prasarana

Masukan peserta didik Proses pembelajaran IPA

Masukan lingkungan (sosial dan alamiah

Keluaran siswa yang berhasil

(62)

memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson dan Bergman (dalam Wisudawati, 2014:170) meliputi : 1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori: 2) proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya: 3) sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam: 4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja: 5) keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berikir kritis melalui pembelajaran IPA.

(63)

seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan ilmiah; 5) belajar IPA merupakan proses aktif.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan maka perlu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan keterampilan proses IPA yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Teori pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget. Teori perkembangan kognitif oleh Piaget menjelaskan mengenai konstruktivisme, yaitu suatu pandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman nyata.

Teori belajar yang mendukung pendidikan IPA adalah teori Piaget dan teori Konstruktivisme. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan bahwa peserta didik tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran IPA disekolah. Ide-ide yang mereka bentuk dan pengajaran IPA yang mereka dapat di sekolah disimpan di dalam struktur kognitif mereka.

(64)

Menurut Piaget (dalam Slavin: 1994: 34) perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Teori perkembangan Piaget mewakili kostruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.

Piaget memandang perkembangan intelektual berdasarkan perkembangan struktur kognitif. Semua anak melewati setiap tahapan. Piaget (Slavin, 1994: 34) mengidentifikasikan empat tahap perkembangan kognitif anak-anak seperti berikut :

1. Tahap 1: Sensorimotor (lahir s.d. usia 2 tahun): terbentuknya konsep “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku

yang mengarah kepada tujuan.

2. Tahap 2: Pra oprasional (2-7 tahun): perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.

3. Tahap 3: operasi konkret (7-11 tahun): perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat-balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. 4. Tahap 4: Formal Operation (11-15 tahun): pemikiran abstrak dan murni

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Penilaian Ranah Kognitif
Tabel 2.2 Indikator Penilaian Ranah Afektif
Tabel 2.3 Indikator Penilaian Ranah Psikomotor
Gambar 2.1 Kerucur Pengalaman Dale
+5

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya kepada penulis, sehingga dapat

Yang dimaksud dengan pengaruh aktivitas keagamaan terhadap sosial bermasyarakat mahasiswa Thailand di Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah kegiatan atau

Oleh karena itu, sistem komputasi berbasis web ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status gizi, jumlah dan estimasi kandungan zat gizi pangan yang telah

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa poses penanganan behandle yang dilakukan oleh Terminal Peti Kemas Semarang terdapat banyak sekali kegiatan yang dilakukan

Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sekolah lain yang sederajat.. Dalam bab ini penulis akan menganalisis mengenai peramalan penjualan produk

Subjek penelitian ini adalah majalah Elle Indonesia edisi Februari-Maret 2013 dan September-Oktober 2013 yang merupakan majalah fashion dengan rubrik Elle Fashion Trend

Kompetensi other personal effectiveness competencies yaitu kemampuan seorang guru untuk belajar dari kesalahan dan memiliki komitmen dalam mengajar, misalnya

assistance , that it is the intention of the Government of the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland to make available to the Government of