• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umur Teknis Jaring Gillnet dengan Mesh Size 2,5", 3,0" dan 3,5" yang Dioperasikan di Perairan Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Umur Teknis Jaring Gillnet dengan Mesh Size 2,5", 3,0" dan 3,5" yang Dioperasikan di Perairan Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)

UMUR TEKNIS JARING GILLNET

DENGAN

MESH

SIZE

2,5",

3,O"

DAN

3,5\

YANG DIOPERASIKAN

DI PERAIRAN KABUPATEN ALOR

NUSA TENGGARA TIMUR

OLEH

:

BURHANUDIN KARABI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(99)

ABSTRAK

BURHANUDIN KARABI : Umur Teknis Jaring Gillnet dengan Mesh Size 2,5", 3,O" Dan 33" yang Dioperasikan Di Perairan Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur. Dibimbing oleh Gondo Puspito dan Kusman Mangunsukarto.

Perairan Kabupaten Alor memiliki sumberdaya ikan yang tinggi, meskipun kontribusi produksi perikanannya kepada Nusa Tenggara Timur sebesar 7,76 %

dari

total produksi sebesar 83.1 10,2 ton. Harnpir seluruh produksi perikanan Kabupaten Alor dihasilkan oleh alat tangkap gillnet. Hal yang cukup istimewa adalah usia pakai rata-rata gillnet ini mencapai 20

tahun.

Usia pakai yang cukup panjang ini perlu diuji kebenarannya. Apalagi sampai sejauh ini belum ada informasi mengenai usia pakai gillnet yang sebenamya.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan usia pakai yang tepat bagi gillnet 2,5", 3,O" dan 33" bersadarkan usia pakai 0, 5, 10, 15 dan 20 tahun dengan melihat 1) peningkatan ukuran mata jaring, 2) penurunan kekuatan mata jaring dan 3) penurunan kekuatan simpul jaring. Penelitian dilakukan di Laboratoriurn Teknologi Alat Penangkapan Ikan (TAP), Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bahan yang digunakan adalah sarnpel gillnet 2,5", 3.0" dan 3,5" usia pakai 0, 5, 10, 15 dan 20 tahun yang diperoleh dm nelayan pemil~k di Kecamatan Keluk Mutiara Kabupaten Alor NTT. Ukuran benang jaring gillnet adalah 210 D/9. Setiap sampel terdiri atas 200 mata jaring. Peralatan yang digunakan adalah Breaking strength tester, gunting, jangka sorong, kaca pembesar, termometer ruang dan kamera.

Data primer yang didapat dari pengukuran langsung terlebih dahulu diuji kenonnalannya dengan uji Lilliefors. Karena data menyebar normal, maka dilanjutkan dengan analisis ragam satu arah. Kaidah keputusan yang dianut adalah jika nilai P I a maka tolak Ho dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil analisis ragarn menunjukan bahwa Nilai

-

P

untuk semua peubah adalah 0. Nilai ini menunjukan bahwa P < a 0,05 %. Dengan mengacu kepada kaidah keputusan diatas, maka keputusannya adalah tolak Ho. artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada ukuran mata jaring, kekuatan mata jaring dan kekuatan simpul jaring, seiring dengan bertambahnya usia pakai jaring gillnet. Pengujian dilanjutkan dengan uji T u b untuk

mengetahui pada usia pakai berapa tahun terjadi perbedaan yang signifikan, sedangkan hubungan antara usia pakai dengan ukuran mata jaring, kekuatan mata jaring

dan

kekuatan simpul jaring, diguanakan regresi linier.
(100)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : "Umur Teknis Jaring Gillnet dengan Mesh Size 2,5", 3,0" clan 3,5" yang Dioperasikan Di Perairan Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur" adalah benar merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri yang belum pernah dipublikasikan semua surnber informasi.

Demikianlah swat pernyataan ini dibuat dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2002 Yang membuat pernyataan,

(101)

UMUR TEKNIS JARING

GILLNET

DENGAN

MESH

SIZE

2,5",

3,O"

DAN

33" YANG DIOPERASIKAN

DI PERAIRAN KABUPATEN ALOR

NUSA TENGGARA TIMUR

BURHANUDIN

KARABI

Tesis

sebagai salah satu syarat

untuk

memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Kelautan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(102)

Judul Tesis : Umur Teknis Jaring Gillnet dengan Mesh Size 2,5", 3,0" dan 3,5" yang Dioperasikan di Perairan Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

Nama : Burhanudm Karabi

NRP : P.26500021

Program Studi : Teknologi Kelautan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc

Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Stu

, .

(103)

Iiesan

:

Br g

aimana

akn k p n t membrnggrkan

~ e e # r t w gang "kn rrih" t a r t iri, crebwgkan

remtlr yare terjrdi

...

h a r m hidayah

dan

p e r f ~ l ~ n g a n

...

A1bk semata hanyr gnjf

dan

q n k n r

...

yrng l r p r t kn rgnngkan ke

...

haditrt JVya

selragri

...

wagan terima M k

...

a t r s nikmat ynng t e h k di;rnagenhban

...

k e p r l r k r

...

hafi ini

Pesan

:

(104)

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan kepada :

1. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (PPS-IPB) sebagai almamaterku. 2. Pemerintah Daerah Kabupaten Alor sebagai penyandang dana beasiswaku.

3. Ayah dan ibuku yang senantiasa mendoakan agar putranya selalu sukses dalam merai h ci ta-cita.

4. Istriku Nursiam Karabi Panara, putra putriku Sri Rahmayanti Karabi dan Jumaldi Awaludln Karabi, yang setia mendoakan dari penantian agar penulis dapat segera menyelaikan studi sebagai Magister Sains.

(105)

Penulis di lahirkan di Ba'a

-

Rote pada tanggal 3 Nopember 1959 sebagai anak

sulung dari 9 bersaudara dari ayah bernama Usman B. Karabi dan Ibu Haniah Binti Sara. Pendidikan Sajana ditempuh di Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Kupang dan lulus pada tahun 1994.

Pada Tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Teknologi

Kelautan pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Alor.

Penulis bekeja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Pemerintah Daerah Kabupaten Alor sejak 1980. Jabatan terakhir sebagai Kepala Seksi Subsidi Bantuan

pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Alor. Penulis menikah dengan Nursiam binti Muhammad Kasim Panara pada tahun 1981 clan dikaruniai seorang Putri bernama Sri Rahmayanti Karabi dan seorang putra bermana Jumaldi Awaludin

(106)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis agungkan kehadirat Allah SWT atas rahrnat dan pertolongannya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Judul penelitian ini adalah "Umur Tekms Jaring Gillnet dengan Mesh Size 2,5", 3,0" dan 3,5" yang Dioperasikan di Perairan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur".

Material yang digunakan dalarn penelitian ini adalah jaring gillnet multifilamen yang diperoleh dari nelayan pemilik di Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor NTT. Penelitian dilaksanakan di Laboratoriurn Teknologi Alat Penangkapan Ikan (TAP), Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dari tanggal 19 September 2001 sampai 28 Februari 2002.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Gondo Puspito, M.Sc dan Bapak Ir. Kusman Mangunsukarto, M.Sc selaku pembimbing, Bupati dan Ketua DPRD Kabupaten Alor selaku penyandang &a beasiswa. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad Boli, Burhan Bong, Rahman Umar Bara dan Arifin Djuma, S.Pi yang banyak membantu penulis selama pengumpulan data dan sampel di Kabupaten Alor. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Istri, putra putri serta seluruh keluarga atas segala do'a dan kasih sayangnya. Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2002

(107)

DAFTAR

IS1

...

DAFTAR TABEL xi

...

DAFTAR GAMBAR xii ...

...

DAFTARLAMPIRAN xi11

1

.

PEND-UAN

...

1.1. Latar belakang 1

1.2.Tujuan ... 3 ...

1.3. Manfaat 3

...

1.4. Hipotesis 3

2

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1. Sifat jaring 4

...

2.2. Kekuatan jaring 5

...

2.3. Tegangan waktu putus 6

...

2.4. Rasio penggantungan 6

...

2.5. Pemilihan bentuk simpul 7

3 .

BAHAN

DAN METODE

...

3.1. Bahan dan alat penelitian 9

...

3.2. Metode penelitian 9

...

3.3. Metode pengumpulan data 10

...

3.4. Metode analisis data 14

4

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ukuran mata jaring (mesh size) gillnet ... 15 ...

4.2. Kekuatan mata jaring (mesh strength) gillnet 2 1

...

4.3. Kekuatan simpul jaring (knot strength) gillnet 27

5

.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 33

...

5.2. Saran 34

(108)

DAFTAR TABEL

Halaman

4-1. Peningkatan W a n mata jaring rata-rata (cm)

...

setelah usia pakai t (tahun) 0, 5, 10, 15 clan 20 tahun 15

4-2. Penurunan kekuatan mata jaring rata-rata (kgf)

...

setelah usia pakai t (tahun) 0, 5, 10, 15, dan 20 tahun 22

4-3. Penurunan kekuatan simpul jaring rata-rata (kgf)

...

(109)

DAFTAR GAMBAR

4-1. Hubungan antara usia pakai jaring t (tahun)

...

dengan ukuran rata-rata mata jaring (cm) 2 1

4-2. Hubungan antara usia pakai jaring t (tahun)

...

dengan kekuatan rata-rata mata jaring (kgf) 26

4-3. Hubungan antara usia pakai jaring t (tahun)

...

(110)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

...

1

.

Perkembangan jurnlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Alor 2

.

Pengambilan sampel dl Pantai Tameming.

...

Kalabahi Barat - Alor

3

.

Pengambilan sampel d~ Pantai Kadelang.

...

Kalabahi Timur - Alor

4

.

Breaking strength tester yang siap dioperasikan untuk

...

menguj i kekuatan mata j aring gillnet (mesh strength)

5

.

Sampel mata jaring (mesh size) gillnet yang siap

... diuji kekuata~ya (mesh strength)

...

6

.

Pemotongan jaring untuk pengukuran kekuatan simpul

7 . Posisi penjepit atas dan bawah breaking strength tester yang siap

...

dioperasikan untuk menbuji kekuatan simpul (knot strength) gillnet

8

.

Sarnpel jaring gillnet yang akan diuji kekuatan

...

simpulnya (knot strength)

9

.

Ukuran mata jaring (cm) untuk gillnet 2.5". 3. 0" dan 3. 5"

...

pada usia pakai 0. 5. 10. 15. 20 tahun

10

.

Kekuatan mata jaring (kgf) untuk gillnet 2.5". 3. 0" dan 3. 5"

pada usia pakai 0. 5. 10. 15 dan 20 tahun

...

11

.

Kekuatan simpul jaring (kgf) untuk gillnet 2.5". 3. 0" dan 3. 5"

...

pada usia pakai 0. 5. 10. 15 dan 20 tahun

12

.

Kurva uji kenormalan untuk ukuran mata jaring 2. 5" (VC.MZ.2.5")

...

13

.

Kurva uji kenormalan untuk ukuran mata jaring 3. 0" (VC.M.3.0")

...

...

14

.

Kurva uji kenormalan untuk ukuran mata jaring 3. 5" (VC.MZ.3.5")

.

1 5

.

Kurva uj i kenormalan untuk kekuatan mata jaring 2. 5" (A4S 2. 5") ...

...

(111)

.

17

.

Kurva uj i kenormalan untuk kekuatan mata jaring 3. 5" (MS 3. 5")

...

50 1 8

.

Kurva uji kenormalan untuk kekuatan simpul jaring 2. 5" (KS.2.5")

...

51

19

.

Kurva uji kenormalan untuk kekuatan simpul jaring 3. 0" (m.3.0")

...

52 20

.

Kurva uji kenormalan untuk kekuatan simpul jaring 3. 5" (KS.3.5")

...

53 2 1

.

Diagram analisis ragam clan uji tukai untuk ukuran mata jaring

2. 5" (One-way AN0 VA: VC.MZ.2.5 versus U P )

...

54

22

.

Diagram analisis ragarn dan uji tukai untuk ukuran mata jaring

3. 0" (One-way AN0 VA: VC

.

MZ.3.0" versus UP)

...

55

23

.

Diagam analisis ragam dan uji tukai untuk ukuran mata jaring

3. 5" (One-way AN0 VA: V C

.

MZ.3.5" versus UP) ... 56

24

.

Diagram analisis ragam dan uji tukai untuk kekuatan mata jaring

...

2. 5" (One-way ANOVA: MS.2.5" versus UP) 57

25

.

Diagram analisis ragam dan uji tukai untuk kekuatan

mata jaring 3. 0" (One-way ANOVA: MS.3.0" versus UP)

...

58

26

.

Diagram analisis ragam dan uji tukai untuk kekuatan

mata jaring 33" (One-way AN0 VA: iU!UY5" versus UP)

...

59

27

.

Diagram analisis ragam dan uji

tukai

untuk kekuatan

...

simpul jaring 2. 5" (One-way ANOVA: KS.2.5" versus UP) 60

28

.

Diagram analisis ragam dan uji tukai

untuk

kekuatan

simpuljaring3.0"(One.wayANOVA.KS.3.0"versusUP)

...

61

29

.

Diagram analisis ragam dan uji

tukai

untuk kekuatan

simpul jaring 3. 5" (One-way ANOVA: KS.3.5" versus UP)

...

62 30

.

Boxplots untuk ukuran mata jaring 2. 5" (Boxplots of VC.MZ.2.5" by UP)

...

63

31

.

Boxplot~untukukuranmatajaring3~ O"(Boxplotsof VC .A4Z.3. 0" by UP)

...

64
(112)

Lanjutan daftar lampiran

Halaman

...

33

.

Boxplots untuk kekuatan mat. jaring 2. 5" (Boxplots of M.2.5" by UP) 66

...

34

.

Boxplots untuk kekuatan mata jaring 3. 0" (Boxplots of M.3.0" by

UP)

67

...

35

.

Boxplots untuk kekuatan mata jaring 3. 5" (Boxplots of h5.3.5" by U P ) 68

...

36

.

Boxplots untuk kekuatan simpul jaring 2. 5" (Boxplots of KS.2.5" by

UP)

69

37

.

Boxplots untuk kekuatan simpul jaring 3. 0" (Boxplots of KS.3.0" by U P )

...

70

...

(113)

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan laut Kabupaten Alor memiliki sumberdaya ikan yang tinggi. Data yang a& menyebutkan bahwa produksi rata-rata ikan tenggiri per tahun adalah 14,2 ton,

tuna dan cakalang 19,s ton, ikan merah 32,9 ton, kernbung 33,6 ton, terbang 38,2

ton, ekor kuning 39,l ton, kakap 47,2 ton, kerapu 50,4 ton, teri 51,2 ton,

ikan

layar

62,9 ton, alu-alu 63,s ton, paperek 68,l ton, tongkol 78,l ton, cucut 85,2 ton, jenis ikan lain-lain 10 1,9 ton (Anonymous, 1999).

Widodo et.al. (2000) dalam tulisannya menyebutkan bahwa jumlah produksi perikanan Kabupaten Alor pada tahun 1998 mencapai 6.447,8 ton. Dari jumlah tersebut 4.733,3 ton dimanfaatkan dalarn keadaan segar dan 1.714,5 ton dijadikan ikan asin dengan cara dikeringkan. Produksi perikanan nelayan Kabupaten Alor memberikan kontribusi kepada perikanan

Nusa

Tenggara Timur (NTT) sebesar

7,76 %

dari

total produksi perikanan Nusa Tenggara Timur (NIT) sebesar

83.110,2 ton.

Alat tangkap gillnet bagi nelayan Kabupaten Alor sangat populer, karena sebagian besar dari mereka mengoperasikan alat itu untuk menangkap ikan-ikan

(114)

alat tangkap lainnya, gillnet memiliki banyak kelebihan, seperti produksinya relatif tinggi, harga alat tangkap relatif murah, mudah penanganan dan pengoperasiannya, mudah diperbaiki dan relatif tahan lama. Dari pengamatan langsung di lapangan,

ukuran mata jaring (mesh size) gillnet yang biasa dioperasikan nelayan Kabupaten I

Alor terdiri atas 3 jenis yaitu 2,5", 3,0" dan 3,s". Perkembangan gillnet selama 5 tahun terakhir dari tahun 1997 sampai 2001 Qsajikan pada Lampiran 1. Data terakhir tahun 2001 menyebutkan bahwa jumlah gillnet di Kabupaten Alor mencapai 1.965 unit (Anonymous 2001). Hal yang cukup istimewa adalah usia pakai rata-rata ketiga g~llnet ini mencapai 20 tahun. Usia pakai gillnet yang cukup panjang ini perlu diuji kebenammya, sehingga akan didapatkan usian pakai gillnet yang rnasih dianggap produktif

Sampai sejauh ini belum ada informasi mengenai usia pakai gillnet yang sebenarnya. Penelitian yang membahas mengenai usia pakai gillnet nelayan Kabupaten Alor juga belum ditemukan. Padahal usia pakai gillnet ini sangat diperlukan sekali untuk menentukan pada usia berapa tahun sebuah gillnet masih layak dioperasikan. Beberapa penelitian mengenai jaring yang ada hanya membahas mengenai 1) pengaruh tipe simpul terhadap knot strength

(Robinson, 1981); dan 2) perbandingan netting strength antara jaring bersimpul clan

(115)

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1). Menguji apakah terjadi peningkatan ukuran mata jaring (mesh size), kekuatan mata jaring (mesh strength) clan kekuatan simpul jaring (knot strength) dari tiga jenis gillnet dengan ukuran mata jaring 2,5", 3,0" dan 3,5" terhadap usia pakai;

dan

2). Menentukan usia pakai yang sebenarnya bagi ketiga gillnet tersebut.

13. Manfaat

Manfaat dan penelitian ini adalah :

1). Sumber informasi untuk bidang sains dan teknologi; dan

2). Landasan kebijakan untuk pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan perilcanan gillnet.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalab :

1). Ada pengaruh signifikm antara usia pakai gillnet dengan peningkatan mesh size; 2). Ada pengaruh signifikan antara usia pakai gillnet dengan p e n w a n mesh

strength; dan

(116)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Jaring

Material yang digunakan untuk membentuk alat penangkapan ikan menghendaki persyaratan tertentu. Selwuh persyaratan ini sebaiknya diketahui, apalagi setiap material memiliki sifat-sifat yang berbeda (Murdiyanto, 1975). Dalam tulisannya Fridman (1988) menarnbahkan bahwa material alat tangkap ikan berupa jaring memiliki beberapa sifat khusus yang berbeda dengan material lainnya, seperti kelenturan, discontinuity dan anrsotroy.

Raharjo (1978) yang diacu oleh Robinson (1981) menyebutkan bahwa selama

dioperasikan bagian alat tangkap ikan yang terbuat dari jaring akan banyak mendapat

pengaruh gaya-gaya yang ditimbulkan oleh faktor luar (external factor) dan factor

dalam (internal factor). Gaya yang ditimbulkan oleh faktor luar (external force)

terdiri atas gelombang, arus dan gesekan dengan dasar perairan. Adapun internal force meliputi gaya tenggelam jaring (sinking force), daya apung jaring (buoyancy force) dan tegangan tali-tali fiarne) pembentuk alat

tangkap

ikan. Oleh karenanya,

mtuk membentuk

sebuah

alat tangkap yang tersusun atas jaring, Fridman (1988)

menjelaskan bahwa spesifikasi jaring seperti ukuran mata, konstruksi benang dan

(117)

2.2. Kekuatan Jaring

Ketrinia (1984) &lam tulisannya menyebutkan bawa alat penangkapan ikan

harus memiliki kekuatah yang cukup untuk mengimbangi gaya-gaya yang beke rja

berulang-ulang terhadapnya. Gaya-gaya tersebut ditimbulkan oleh berat alat, gaya hidrodinamis dan gaya yang ditimbulkan oleh ikan yang tertangkap. Besarnya nilai

breaking strength suatu benang jaring sangat tergantung pada jenis material, jumlah pilinan persatuan panjang, kondisi benang jaring, diameter dan jumlah yarn.

Menurut Fridrnan (1988), kondisi benang jaring dalam keadaan basah dan

kering sangat menentukan kekuatannya. Dari keduanya, pengujian benang jaring pada

kondisi kering lebih banyak dilakukan. Untuk jaring, kekuatan sering dihitung berdasarkan besarnya gaya yang diperlukan untuk memutuskan satu mata jaring S,. Beban untuk memutuskan satu mata, jauh lebih rendah dibandingkan dengan beban untuk memutuskan kombinasi 2 benang yang membentuknya. Koefisien kekuatan mata jaring

(Ks)

biasanya lebih kecil dari 2. Untuk kebanyakan jaring biasanya antara 1,1

-

1,2. Nilai

Ks

benang berdiameter besar lebih rendah dari benang halus. Karena

kekuatan benang l u m kering lebih mudah diperoleh maka nilai kekuatan lurus

bersyaratnya (St) dipakai sebagi pembanding dan dipakai untuk menduga kekuatannya dalam keadaan basah dengan atau tanpa simpul. Rumus yang biasa dipaka untuk menentukan kekuatan benang jaring (S,) adalah :

s k = s m = s w = K s .

st

Sk adalah kekuatan simpul, Sm kekuatan mata jaring dan S, kekuatan mata jaring

(118)

2.3. Tegangan Waktu Putus (Breaking Strength)

Tegangan waktu putus yang dimaksudkan disini sebenarnya lebih menggambarkan sifat kekuatan benang dibandingkan dengan daya tahan putus keseluruh benang. Nilai kekuatan putus tidak tergantung pada diameter benang, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas benang. Untuk beberapa jenis benang continuow filament, nilai tegangan waktu putus untuk pintalan keras adalah lebih rendah karena dua sudut serat yang memikul beban dengan arah tegangan dan ketebalan benang

untuk jumlah serat yang sarna adalah lebih besar. Tegangan waktu putus benang serat pendek (staple fibre) akan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah pilinan sampai batas gesekan serat cukup kuat untuk mencegahnya tergeser (Fridman,l988). Nilai knot stength, menurut Murdiyanto (1975), sangat dipengaruhi oleh tipe simpul

dan variasi penarikan kaki-kaki simpul pada alat penguji tensil strength tester.

2.4. Rasio Penggantungan (Hanging Ratio)

Rasio penggantungan adalah perbandingan antara panjang tergantung jaring

pa& tali rangka dan panjang jaring tersebut bila direntang penuh. Ada dua jenis rasio

penggantungan, yaitu rasio primer (El) dan sekunder (Ez). Nilai rasio primer dihitung

berdasarkan penggantungan kesamping (horizontal), sedangkan rasio sekunder tegak

(119)

2.5. Pemilihan Bentuk Simpul

Seperti kita ketahui sebuah mata jaring dibentuk oleh adanya empat simpul. Sebuah mata jaring

akan

terbuka secara maksimum bila pada keempat simpul tersebut akan bekerja gap-gaya yang sama besar. Dua gaya pada arah horizontal yang beke rja secara berlawanan arah clan dua gaya lainnya bekerja dengan arah vertikal. Nilai dan

arah

keempat gaya tadi haruslah seimbang, waIau kondisi fisik dan kimia perairan berubah sekalipun. Hal ini hams dipenuhi bila mata jaring harus tetap terbuka secara mahimum. Kenyataanya ha1 demikian tentulah

akan

sukar untuk tetap dipertahankan. Lebih jauh gaya yang beke j a pada keempat simpul yang tidak sama besar dan

arah

yang tidak tertentu justru akan menyebabkan terputusnya bagian twine yang berada dekat simpul (knot slippage). Hal ini berati bahwa penentuan jenis simpul yang digunakanpun merupakan ha1 yang penting (Nomura, 1981 dan Nomwa and Yamazaki, 1975, diacu Gunarso, 1996).

Bila tubuh jaring yang terbentuk tersusun oleh jenis simpul

flat

knot, maka tubuh jaring akan menjadi ringan. Jumlah dan berat material pembentuk jaring akan

lebih sedikit bila di bandingkan dengan jenis badan jaring yang di bentuk oleh simpul

trawler knot. Semakin besar diameter twine akan menyebabkan ukuran mata jaring menjadi semakin kecil dan berat jaring akan semakin besar.

Simpul $at knot urnumnya mudah terlepas, bergeser, merenggang, melonggar

(120)

bmdugkan dengan arah mendatar. Bentuk simpul trawler knot lebih banyak

digunakan pada gillnet karena 1 ) mesh size lebih stabil karena simpul jarang terjadi

slip, terlepas ataupun bergeser, dan 2) mata jaring lebih mudah atau lebih bebas untuk membuka, baik ke arah horizontal maupun vertikal. Jaring yang dibentuk dengan simpul trawler knot umumnya akan lebih mudah aus, karena bentuk simpul agak menonjol keluar sehingga mudah bergesek, baik dengan antar simpul maupun dengan

(121)

3. BAHAN DAN

METODE

3.1. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa sampel gillnet berukuran mata jaring 2,5", 3,0" dan 33" dengan usia pakai 0, 5, 10, 15 dan 20 tahun. Nomor benang gillnet untuk ketiga jenis ukuran mata jaring tersebut adalah

210 D/9. Setiap sampel jaring terdiri atas sedikitnya 200 mata jaring. Peralatan yang

digunakan meliputi breaking strength tester (merek Shimadzu Authograph Ags-D Type) dengan kapasitas load cell 500 kgJJ pengait (hook), gunting, jangka sorong, kaca pembesar (loop), termometer ruang dan kamera.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini didasarkan atas studi kasus yang terjadi pada usia pemakaian gillnet

untuk

menangkap ikan kembung dan tongkol yang sangat panjang oleh nelayan-nelayan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk mengetahui usia pakai gillnet yang sebenarnya, maka beberapa pengukuran dan pengujian pada 5 macam usia paSrar, yaitu 0, 5, 10, 15, dan 20 tahun dilakukan. Sedangkm rancangan

yang

digunakan

dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap

(RAL)

dengan perlakuan sebagai berikut :
(122)

2). Pengujian kekuatan mata jaring (mesh strength) pada 3 jenis ukuran masing- masing untuk 5 macam usia

w.

Pengujian dilakukan terhadap 20 mata unsuk setiap sampel jaring.

3). Pengujian kekuatan simpul jaring (knot strength) pada 3 jenis ukuran masing- masing untuk 5 macam usia pakai. Pengujian dilakukan terhadap 20 simpul untuk setiap sampel jaring.

Menurut Steel and Torrie (1980), model rancangan percobaan untuk rancangan acak lengkap @UU) adalah sebagai berikut :

Ylj = p

+

~i

+

~ i j Keterangan :

Ylj : nilai pengamatan ke- j pada perlakuan ke- i; p : pengaruh tengah umum;

z i : pengaruh perlakuan ke- i; clan

E

U

: pengaruh acak bagi pengamatan ke- j yang mendapat perlakuan ke-i.

33. Metode Pengum pulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer clan sekunder. Data primer didapat langsung dari hasil pengukuran mesh size

dm

pengujian kekuatan mata jaring

dan simpul jaring di laboratorium. Adapun data sekunder di dapatkan dari hasil wawancara dengan nelayan.

(123)

1). Mengaakan survey pada tempat-tempat pendaratan ikan di Kecamatan Teluk Mutiara, untuk mengetahui kondisi perikanan gillnet antara lain ukuran mata jaring, umur jaring, ikan yang menjadi target penangkapan dm cara pemeliharaan gillnet.

2). Menentukan lokasi pengambilan sampel yang mewakili sektor-sektor pendaratan ikan, yaitu Tarneming di Kelurahan Kalabahi Barat mewakili sektor barat,

Kadelang di Kelurahan Kalabahi Timur mewakili setor tengah dan Maim01 di Kelurahan Kabola mewakili sektor timur.

3). Menentukan kelompok usia pakai 0, 5, 10, 15 dan 20 tahun bagi jaring grllnet yang akan dijadikan sampel.

4). Mengadakan kesepakatan dengan nelayan pemilik untuk mengambil sampel pada jaring gillnet miliknya yang masih sedang digukanan untuk menangkap ikan

5). Pengambilan sampel jaring gillnet secara acak sesuai kelompok usia paka~ dan ukuran yang telah ditentukan. Aktifitas pengambilan sampel gillnet secara acak

dari nelayan pemilik dapat dilihat pada Lampiran 2 clan 3.

3.3.1. Ukuran Mata Jaring

Data ukuran mata jaring

ini

diperoleh melalui pengukuran langsung terhadap 100 mata jaring dari sampel gillnet yang dijadikan obyek penelitian. Alat ukur yang digunakan adalah jangka sorong (stainless steel vernier caliper).
(124)

akan di ukur. Selanjutnya bagian pengukur tersebut di lebarkan hingga maksimum, yaitu mata jaring terentang penuh tanpa ada pemuluran. Ukuran mata jaring dapat

di

tentukan dengan membaca skala angka pada batang jangka sorong.

3.3.2. Kekuatan Mata Jaring

Data kekuatan mata jaring

didapatkan

dari pengujian terhadry, 20 mata jaring sampel gillnet yang dijadikan obyek penelitian. Pada pengujian ini diperlukan ketelitian yang tinggi &lam memilih mata jaring yang akan diuji.

Pengujian kekuatan mata jaring menggunakan alat breaking strength tester AGS- D series buatan S~rnuL-u Corporation Kyoto Jupan. Gambar breaking strength tester dapat dilihat pada Lampiran 4. Prosedur pengoperasian breaking strength tester adalah sebagai berikut :

1). Mula

-

mula di lakukan pengaturan posisi monitor untuk memudabkan pengamatan;

2). Menghidupkan listrik pada stabilizer clan CPU, kemudian dilakukan kalibrasi alat

dan pengaturan kecepatan penarikan sebesar 2 cmldetik; 3). Pengait dipasang pada uper grip dan lower grip;

4). Kedua pengait di dekatkan dm mata jaring

di

kaitkan pada keduanya. Selanjutnya alat di aktiflcan sehmgga kait atas bergerak sejauh 60 cm untuk memutuskan mata jaring. Nilai kekuatan mata jaring terekam pada layar pengamatan; dan

5). Pengujian dilakukan sebanyak 20 kali ulangan. Gambar sampel gillnet yang akan

(125)

33.3. Kekuatan Simpul Jaring

Data kekuatan simpul jaring didapatkan dari pengujian terhadap 20 buah simpul jaring dari sampel gillnet yang dijadikan obyek penelitian. Pengujian kekuatan simpul jaring berbeda dengan pengujian kekuatan mata jaring. Pada pengujian kekuatan simpul terlebih dahulu diarnati arah ikatan simpul dengan kaca pembesar (loop). Seteiah diketahui arah benang pada ikatan simpul maka jaring diposisikan dalam

bentuk vertikal. Pada bagian bawah barisan simpul terpilih dilakukan pernotongan dengan aturan satu kaki terpotong pendek dan lainya panjang (Lampiran 6).

Prosedur pengoperasian breaking strength tester untuk menguji kekuatan simpul

(Knot strength) adalah sebagai berikut :

1). Mula

-

mula di lakukan pengaturan posisi monitor untuk memudahkan

pengamatan;

2). Menghrdupkan listrik pada stabilizer dan CPU, kemudian dilakukan kalibrasi alat dm pengaturan kecepatan penarikan sebesar 2 cddetik;

C

3). Kedua kaki mata jaring pada bagian atas simpul dijepit pada uper grip, ssedangkan

satu

kaki

panjang dijepit pada lower grip. Alat di hidupkan sehingga upper gr@

bergerak keatas sampai benang kaki pada lower grip terlepas

dari

simpul. Nilai

kekuatan simpul jafing terekan pada layar pengamatan;

4). Pengujian dilakukan sebanyak 20 kali ulangan. Proses penjepitan jaring dan

(126)

3.4. Metode Analisis Data

Data primer yang didapat dari hail pengukuran mesh size, pengujian kekuatan mata jaring dan simpul jaring terlebih dahulu diuji kenormalannya dengan uji kenormalan Lilliefors. Bila data menyebar normal, maka selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam dari rancangan acak lengkap

(RAL).

Apabila data tidak menyebar normal, maka dilakukm tmnsfomasi data berdasarkan perilaku sebaran data. Selanjutnya dilakukan analisis sidik ragarn. Seandainya diperoleh perbedaan
(127)

4. HASlL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ukuran Mata Jaring (Mesh Size) Gillnet

Ukuran mata jaring (mesh size) ketiga gillnet mengalami peningkatan sejalan

dengan bertambahnya usia pakai (t). Lampiran 9 menjelaskan peningkatan ukuran

mata jaring (mesh size) gillnet 2,5", 3,0" dan 3,5" setelah usia pakai 0, 5, 10, 15 dan

20 tahun. Tabel 4-1. menjelaskan peningkatan ukuran mata jaring rata-rata setelah usia pakai 0,5, 10, 15 dan 20 tahun.

Tabel 4-1. Peningkatan ukuran mata jaring rata-rata MZ(cm) setelah

usia pakai t (tahun) 0,5,10,15 dan 20 tahun

MZ-t :

Ukuran

mata jaring setelah usia pakai 0-20 tahun

Pe

t

: Peningkatan ukuran mata jaring

Peningkatan ukuran mata jaring 23" pada usia paka~ 5 tahun sebesar 0,40 cm.

Peningkatan ini merupakan peningkatan tertinggi pada ukuran mata jaring 2,5" dan

peningkatan tertinggi dari ketiga jenis ukuran mata jaring

di

usia pakai 5 tahun. Hal ini disebabkan oleh :

Ukuran mata jaring awal

2,s" 3,0n 3,s"

M Z ~ ~e

1

MZ-t Pe

7

MZ-t Pe f

5,93 7,78 8,73

6,33 0,40 7,96 0,18 8,84 0,11

6,49 0,16 8,lO 0,14 9,OS 021

6,53 0,04 8,38 028 9,36 0,31

6,76 0,23 8,62 024 9,52 0,16

0,2 1 0 2 1 0 2 0

[image:127.568.60.483.23.772.2]
(128)

1). Kwalitas simpul jaring. Simpul-simpul (knots) pada mata jaring berukuran kecil ini pada saat pembuatan badan jaring (webbing) belurn maksimwn dikencangkan. Ketika jaring mendapat tekanan beban operasional, maka benang simpul jaring mengalami pemuluran yang sangat besar sehingga ukuran mata jaring meningkat sangat tinggi;

2). Selektifitas penangkapan. Mata jaring berukuran kecil ini tidak selektip dalam menangkap ikan. Ukuran ikan yang tertangkap relatip bervariasi.

Ikan

tertangkap dengan cara tejerat (gilled) pada tutup insang (upper column) dan terpuntal

(entangled). Cara tertangkapnya ikan mempengaruhi peningkatan ukuran mata jaring. Hal yang spesifik adalah ikan berukuran besar tertangkap

secara

terpuntal

(entangled), sehingga mata jaring mendapat beban tarik yang sangat tinggi; 3). Reaksi ikan. Setiap ikan yang tertangkap selalu memberikan reaksi menggelepar

Sebagai akibatnya jaring mengalami ketegangan yang sangat tinggi ukuran mata jaring mengalami peningkatan;

4). Proses penarikan (hauling). Pada saat gillnet ditarik ke atas kapal atau perahu, seluruh badan jaring mengalami ketegangan oleh beban ikan yang tertangkap,

gesekan badan jaring dengan air laut, gesekan antara badan jaring dengan badan perahu dan berat air laut yang meresap pada badan jaring. Ketegangan ini mengihbatkan peningkatan

ukuran

mata jaring;

5). Arus

dan

gelombang. Gillnet ketika di setting selalu berinteraksi dengan arus clan

gelombang. Dalam masa perendaman, badan jaring gillnet mengalami ketegangan

(129)

6). Perbailcan badan jaring. Setiap ada perbaikan badan jarin.., maka mata jaring di

sekitar daerah perbaikan akan mengalami ketegangan oleh tarikan nelayan dengan

sentakan-sentalcan. Pada satu ikatan simpul sedikitnya dilakukan 2 kali sentakan. Bila perbaikan dilakukan terhadap beberap mata jaring dengan sejumlah simpul,

maka badan jaring di sekitar daerah perbaikan akan mendapat tarikan dengan sentakan setidaknya 2 kali sejumlah ikatan simpul. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya ukuran mata jaring.

Pada usia pakai 10 dan 15 tahun, mata jaring 2,s" mengalami peningkatan lebih kecil masingmasing sebesar 0,16 cm dan 0,04 cm. Pemuluran benang pada usia

p a b ini sudah mencapai

titik

maksimum. Pada usia pakai 20 tahun, mata jaring 2,5"

mengalami peningkatan ukuran mata jaring yang lebih besar dari usia pakai 10 dan 15 tahun karena faktor pelapukan akibat usia pakai yang sangat panjang, masa perendaman dan penjemuran yang sangat lama serta beban operasional yang sangat

tinggi oleh hasil tangkapan yang tidak selektip.

Peningkatan

ukuran

mata jaring 3,0" pada usia paktu 5 tahun sebesar 0,18 cm. Pada usia pakm 10 tahun, mengalami peningkatan lebih kecil dari usia pakai 5 tahun

sebesar 0,14 cm. Peningkatan ukuran mata jaring yang semakin kecil ini

menunjukkan bahwa kekuatan mata jaring telah memasuki ambang batas kekuatan maksimum. Ketika memasuki usia pakai 15 tahun

ukuran

mata jaring kembali meningkat sebesar 0,28 cm. Peningkatan ini merupakan peningkatan terbesar pada

mata jaring 3,0", kemudian menurun lagi pada usia pakai 20 tahun. Hal ini disebakan oleh faktor pelapukan karena usia pakai yang sangat panjang, waktu perendaman dan

(130)

berjenjang pada 2 tahap dengan jarak yang sama sebesar 0,04 cm. Tahap pertama merupakan fase kekuatan jaring, yaitu parla usia pakai 5 hingga 10 tahun dengan peningkatan ukuran mata jaring masing-masing 0718 dan 0,14 cm. Tahap

kedua

merupakan fase pelapukan, yaitu pada usia pakai 15 hingga 20 tahun dengan peningkatan mata jaring masing-masing 0,28 dan 0,24 cm.

Peningkatan ukuran mata jaring 3,5" pada usia pakai 5 tahun meningkat sebesar O,11 cm dan pada usia pakai 10 tahun meningkat sebesar 0,21 cm. Kemudian pada usia pakai 15 tahun rneningkat lagi sebesar 0,31 cm. Setelah itu menurun sebesar 0,16 cm di usia pakai 20 tahun. Suatu peningkatan yang dramatis bahwa peningkatan mata jaring 3,5" setiap 5 tahun meningkat sebesar 0,10 cm sarnpai usia pakai 15 tahun. Hal ini disebabkan oleh badan jaring berukuran 3,5" secara

fsik

telah sempurna karena simpul jaring sudah maksimal dikencangkan pada saat pembuatan badan jaring,

sehingga ketika dioperasikan peningkatan mata jaring berjalan secara normal. Dibandingkan dengan ukuran mata jaring 2,5" dan 3,0", maka mata jaring 33" mengalami peningkatan murni dari pemuluran benang

mata

jaring (bar), sedangkan

mata jaring 2,5" clan 3,O" mengalami peningkatan dari pemuluran benang mata jaring

(bar) plus pengencangan simpul jaring (Rnor). Pengamatan hugsung di lapang menunjukkan bahwa pada umumnya ketiga jenis ukuran mata jaring pada usia paksu

15 hingga 20 tahun sudah pada kondisi yang sangat memprihatinkan karena telah banyak penarnbalan dan telah berubah wama.

Peningkatan

ukuran

mata jaring secara umum disebabkan oleh faktor internal
(131)

lingkungan (arus, gelombang, salinitas) dan berat ikan yang tertangkap. Hal ini didukung oleh Murdiyanto (1975) yang menyatakan bahwa setiap material memiliki sifat-sifat yang berbeda. Fridman (1988) menambahkan bahwa material dan alat tangkap ikan berupa jaring memiliki sifat khusus yang berbeda dengan material lainnya seperti kelenturan, discontinuity dan anisotropy. Dilain pihak RaharJo (1978) yang diacu oleh Robinson (1981) menyebutkan bahwa selama operasi penangkapan ikan, jaring akan banyak mendapat pengaruh gaya-gaya yang ditimbulkan oleh faktor luar (externul factor) dan faktor dalam (internal factor). Dijelaskan pula bahwa gaya yang ditimbulkan oleh faktor luar (external force) terdiri atas gelombang, arus dan

gesekan dengan dasar perairan. Adapun intern1 force meliputi gaya tenggelam jaring (singking force), daya apung jaring (buoyancy force) dan tegangan tali-tali pame) pembentuk alat tangkap ikan.

Peningkatan ukuran mata jaring pada ketiga jenis mesh size sangat bervariasi dan

fluktuatif, namun peningkatan rata-rata setiap 5 tahun (Tabel 4-1) menunjukkan harnpir tidak terdapat perbedaan di antara ketiga jenis ukuran mata jaring. Ini

munglun disebabkan oleh jenis dan ukuran benang pada masing-masing

ukuran

mata jaring sama, yaitu nylon multifilarnen dengan ukuran benang bernomor 210 Dl9. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ter&pat perbedaan yang nyata pada taraf kepercayaan 95 % untuk usia pakai 0, 5, 10, 15 dan 20 tahun, pada

ukuran

mata

jaring 2,5", 3,0" dan 3,5". Perbedaan yang sangat mencolok terjadi antara usia palcar

(132)

T h y

(Lampiran 21,22 dan 23) dan Boxplots &pat dilihat pada Lampiran 30,3 1 dan

32.

Bila dihubungkan antara ukuran mata jaring (mesh size) dengan usia pakai, maka secara linier ukuran mata jaring akan mengalami peningkatan pada setiap penambahan satu satuan (satu tahun) pada ketiga jenis ukuran mata jaring. Gambar 4-

1 menjelaskan peningkatan ukuran mata jaring pada setiap penambahan satu satuan (satu tahun) sebagai berikut :

1). Hubungan antara ukuran mata jaring dengan usia pakai untuk ukuran mata jaring 2,5" diperoleh persamaan

MZ

= 0,0372t + 6,0360. Persamaan ini menjelaskankan bahwa pertambahan usia pakai akan meningkatkan ukuran mata jaring.

2). Hubungan antara ukuran mata jaring dengan usia pakai untuk

ukuran

mata jaring 3,O diperoleh persamaan

MZ

= 0,0420r

+

7,7480. Persamaan ini menjelaskan bahwa pertambahan usia pakaJ. akan meningkatkan ukuran mata jaring.

3). Hubungan antara ukuran

mata

jaring dengan usia pakai,

untuk

jenis ukuran 33" diperoleh persamaan

MZ

= 0,0420t

+

8,6800. Persamaan ini menjelaskan bahwa pertambahan usia pakai akan memgkatkan ukuran mata jaring

Peningkatan ukuran mata jaring

pada

setiap pertambahan satu satuan (satu tahun)

pada ketiga jenis

ukuran

mata jaring (mesh size) nampak sama, kecuali ukuran mata jaring (mesh size) 2,5" yang mengalami peningkatan lebih kecil. Hal ini disebabkan ukuran mata jaring yang kecil memiliki benang mata jaring (bar) yang pendek sehingga pemulurannya lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mata jaring lainnya. Peningkatan ukuran mata jaring setiap penambahan satu tahun dapat dilihat pada
(133)

MZ = 0,0420t

+

8,6800

A A

n

Y

MZ = 0,0420t

+

7,7480

A A

A

-

v V

MZ = 0,3720t

+

6,0360

.=

4 -

f

3 -

2 -

i!

I -

4

O 7 1

0 6

*

9 @

+

[image:133.572.70.487.70.742.2]

t (tahun)

Gambar 4-1. Hubungan antara usia pakai jaring t (tahun)

dengan ukuran rata-rata mata jaring MZ (em)

0

: 23'' D :3,0n

A

: 3 3 '

4.2. Kekuatan Mata Jaring (Mesh Strength) Gillnet

Kekuatan mata jaring (mesh strength) ketiga gillnet mengalami penurunan

sejalan dengan bertambah usia pakai (t). Lampiran 10 menjelaskan penurunan

kekuatan

rnata

jaring (mesh strength) gillnet 2,5", 3,O" dan 3,5" setelah usia pakm 0,

5, 10, 15 dan 20 tahun. Tabel 4-2 menjelaskan penurunan kekuatan mata jaring rata-

(134)

Tabel 4-2. Penurunan kekuatan mata jaring rata-rata MS (kgf) setelah

usia pakai t (tahun) 0,5,10,15 dan 20 tahun

MS-t : Kekuatan mata jaring setelah usia pakai 0-20 tahun

Pe

3-

: Penurunan kekuatan mata jaring

Kekuatan mata jaring 2,s" pada usia pakai 5 tahun menurun sebesar 0,14 kgf. Pada usia pakai 10 tahun menurun lebih kecil sebesar 0,09 kgf. Hal ini menunjukan bahwa kekuatan mata jaring antara 5 hingga 10 tahun usia pakai tidak terdapat perbedaan yang sangat besar. Pa& usia pakai 15 dan 20 tahun, kekuatan mata jaring 2,s" menurun sangat drastis masing-masing 0,75 kgf dan 1,52 kgf. Penunman kekuatan mata jaring yang sangat drastis di usia pakai 15 dan 20 tahun ini disebabkan

Ukuran mata jaring (mesh size)

2,s" 3,0n 3,Sn

M S - ~ pe

1

MS-t Pe

1

MS-t Pe

5.

7,08 9,65 9,17

6,93 0,14 9,40 0,25 9,08 0,09

6,84 0,09 7,78 1,62 7,88 1,21

6,09 0,75 6,84 0,94 6,Ol 1,87

4,57 1,52 5,46 1,38 6,OO 0,Ol

0,63 1,05 0,18

No

1 2 3 4 5

oleh mata jaring 2,s" telah melewati batas kekuatan mahimum dan memasuki fase

pelapukan. Diagram analisis ragam dan uji tukey (Lampiran 24) menjelaskan bahwa kekuatan mata jaring pada usia paka~ 0 satnpai 10 tahun tidak terdapat perbedaan

yang nyata. Perbedaan nyata terlihat pada usia pakai 15 dan 20 tahun. Boxplots dari

analisis statistik tentang kekuatan mata jaring 2,s" (Lampiran 33) menunjukkan perbedaan nyata penurunan kekuatan mata jaring terjadi pada usia paka~ 15 dan 20

Usia pakai (tabun) 0 5 10 15 20 Rata-rata

(135)

Kekuatan mata jaring 3,0" pa& usia pakai 5 tahun menurun sebesar 0,25 kgf.

Pada usia pakai 10 tahun menurun drastis sebesar 1,62 kgf. Nilai ini menunjukkan

kekuatan mata jaring antara usia pakai 5 dan 10 tahun terdapat perbedaan yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh pemuluran mata jaring pada masa ini menurun sangat kecil dan beban operasional yang sangat tinggi, karena semakin besar ukuran mata jaring maka daerah penangkapan semakin jauh dengan tekanan arus dan gelombang yang semakin tinggi clan reaksi ikan hasil tangkapan yang lebih besar. Pada usia pakai 10 tahun kekuatan mata jaring menurun sangat tinggi sebesar 1.62 kgf walaupun pa&

usia pakai 5 tahun barn mencapai 025 kgE Penurunan yang sangat besar

pada

usia pakai 10 tahun ini menunjukkan bahwa kekuatan mata jaring telah memasuki ambang

batas maksimum. Pada usia pakai 15 tahun kekuatan mata jaring menurun lebih kecil sebesar 0,94 kgf karena telah melewati ambang batas kekuatan maksimurn dan pada usia palm 20 tahun menurun sangat drastis sebesar 1,38 kgf. Penurunan kekuatan mata jaring yang sangat drastis di usia paka~ 20 tahun ini disebabkan oleh mata jaring 3,0" telah memasuki fase pelapukan karena usia palm yang sangat panjang. Diagram Analisis

ragam

dm uji tukey (Lampiran 25) menjelaskan bahwa kekuatan

mata jaring pada usia paka~ 0 sampai 5 tahun tidak terdapat pert>edaan yang nayata.

Perbedaan nyata terlihat pada usia palcat 10, 15 clan 20 tahun. Boxplots dari analisis

statistik tentang kekuatan mata jaring 3,0" (Lampiran 34) menunjukkan perbedaan nyata penurunan kekuatan mata jaring terjadi pada usia paka~ 10,15 dan 20 tahun. Uji kenormalan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 16.

Kekuatan mata jaring 3,s" pada usia pakai 5 tahun menurun sebesar 0,09 kgf.

(136)

bahwa terdapat perbedaan yang sangat besar antara usia pakai 5 dan 10 tahun. Hal ini disebabkan oleh beban operasional yang sangat tin&, seperti yang dialami pada

mata jaring 3,O" bahwa semakin besar ukuran mata jaring maka daerah penangkapan semakin jauh dengan tekanan arus dan gelombang yang semakin tinggi dan reaksi ikan hasil tangkapan yang lebih besar. Penurunan yang sangat besar pada usia pakai

10 tahun ini menunjukkan bahwa kekuatan mata jaring telah memasuki ambang batas

maksimum. Pada usia pakai 15 tahun

kekuatan

mata jaring menurun sangat drastis

sebesar 1,87 kgf karena telah memasuki fase pelapukan dengan daya tahan yang sangat rendah. Pada usia pakai 20 tahun kekuatan mata jaring menurun sangat kecil sebesar 0,01 kgf karena telah mencapai titik akhir daya tahan benang pada fase

pel- Diagram Analisis ragam clan uji t u k y (Lampiran 26) menjelaskan bahwa kekuatan mata jaring pada usia paka~ 0 sarnpai 5 tahun tidak terdapat perbedaan yang nyata.. Perbedaan nyata terlihat pada usia palm 10, 15 dan 20 tahun. Boxplots dari

analisis statistik tentang kekuatan rnata jaring 3,5" (lampiran 35) menunjukan

perbedaan nyata penurunan kekuatan mata jaring te rjadi pada usia pakm 10, 15

dan

20 tahun. Uji kenormalan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 17.

Ketrinia (1984) dalam tulisannya menyebutkan bahwa alat penangkapan ikan harus memiliki kekuatan yang cukup untuk mengimbangi gaya-gaya yang bekerja berulang-ulang terhadapnya. Gaya-gaya tersebut ditimbulkan oleh berat alat, gaya hidrodinamis dan gaya yang ditimbulkan oleh ikan-ikan yang tertangkap. Besarnya nilai breaking strength suatu benang jaring sangat tergantung pada jenis material, jumlah pilinan persatuan panjang, kondisi benang jaring, diameter dan jumlah yarn

(137)

sangat menentukan kekuatannya. Dari keduanya, pengujian benang jaring pada

kondisi kering banyak dilakukan. Tegangan waktu putus benang serat pendek (staple

fibre) akan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah pilinan sampai batas gesekan serat cukup kuat untuk mencegahnya tergeser.

Penurunan kekuatan mata jaring pada ketiga jenis ukuran mata jaring sangat bervariasi dan fluktuatif. Tabel 4-2 menunjukkan p e n w a n rata-rata kekuatan mata jaring tertinggi setiap 5 tahun terjadi pada ukuran mata jaring 3,0" dl'bandingkan

dengan 2,5" dan 3,5". Hal ini disebabkan oleh konstruksi badan jaring (webbing) dan

kwalitas simpul (knot) serta beban operasional yang sangat tinggi karena daerah

pewgkapan (fishing ground) semaian jauh dengan hasil tangkapan yang relatip lebih besar. Bila dihubungkan antara kekuatan mata jaring dengan usia pakai, maka secara linier kekuatan mata jaring akan mengalami p e n m a n pada setiap penambahan satu satuan (satu tahun) pada ketiga jenis ukuran mata jaring. Gambar 4-

2 menjelaskan p e n m a n kekuatan mata jaring setiap penambahan satu tahun sebagai berikut :

1). Hubungan antara kekuatan mata jaring dengan usia pakru

untuk

ukuran rnata

jaring 2,5" diperoleh persamaan

MS

= -0,1172t

+

7,4740. Persarnaan ini menjelaskan bahwa pertambahan usia pakai akan me&batkan penunrnan kekuatan mata jaring.
(138)

3). Hubungan antara

kekuatan

mata jaring dengan usia pakai untuk ukuran mata jaring 33" diperoleh persamaan n/iS = -0,183Ot

+

9,4420. Persarnaan ini

menjelaskan bahwa pertambahan usia pakai akan mengalubatkan pen- kekuatan mata jaring.

P e n m a n kekuatan mata jaring pada setiap pertambahan satu tahun untuk ketiga jenis ukuran mata jaring (mesh size) nampak bervariasi dan fluktuatif. Data

persamaan di atas menunjukkan bahwa penurunan kekuatan mata jaring tertinggi

untuk ketiga jenis ukuran mata jaring te rjadi pada ukuran 3 , O . Hal ini disebabkan oleh konstruksi badan jaring (webbing) clan kwalitas simpul (knot) serta beban operasional yang sangat tinggi karena daerah penangkapan (rihing ground) yang lebih jauh dan hasil tangkapan yang relatip lebih besar. Grafik p e n m a n kekuatan mata jaring (mesh streng) dapat dilihat pada Gambar 4-2.

12 1

MS = -0,2188t

+

10,O 140

0-

d 4 -

1

a

2 -

4-

l o 1

O % Q\ \%

+'

+

8 [image:138.568.69.495.36.735.2]

t (tahun)

Gambar 4-2. Hubungan antara usia pakai jaring t (tahun) dengan

kekuatan rata-rata mata jaring

MS

(kgf).
(139)

4.3. Kekuatan Simpul Jaring (Knot Strength) Giltnet

Kekuatan simpul jaring (knot strength) ketiga gillnet mengalami penurunari' sejalan dengan pertambahan usia pakai (t). Lampiran 11 menjelaskan pen-

kekuatan simpul jaring (knot strength) gillnet dengan ukuran mata jaring 2,5", 3,0" dan 3,5" setelah usia pakai 0, 5, 10, 15 dan 20 tahun. Tabel 4-3 menjelaskan pentrunan kekuatan simpul jaring rat.-rata setelah usia pakai 0, 5, 10, 15 dan 20

tahun

Tabel 4-3. Penurunan kekuatan simpul jaring rata-rata K*V (kgf) setelah usia pakai t (tahun) 0,5,10,15 dan 20 tahun

KS-t : Kekuatan simpul jaring setelah usia paka~ 0-20 tahun

Pe

4

: Penurunan kekuatan simpul jaring 1

2 3 4 5

Pada usia pakai 5 tahun kekuatan simpul jaring 23" menurun sebesar 0,37 kgf. Pada usia pakai 10 tahun menurun lebih kecil sebesar 0,10 kgf. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang mencolok pada usia pala 5 hingga 10 tahun Pada usia pakai 15 dan 20 tahun, kekuatan simpul jaring 2,5" menurun sangat drastis sebesar masing-masing 0,24 kgf dan 0,36 kgf. Penurunan kekuatan simpul jaring

Usia pakai (tahun) 0 5 10 15 20 Rata-rata

yang sangat drastis di usia pakai 15

dan

20 tahun ini disebabkan oleh simpul jaring Ukuran mata jaring (mesh size)

23'' 3,O" 3,s"

KT-t Pe J. gS-f Pe J. - k.7-t Pe J.

4,OO 5,65 5,38

3,63 0,37 5,08 0,58 5,11 0,28

3,54 0,lO 4,05 1,03 5.03 0,08

3,29 0,24 3,82 0,23 3,48 1,55

2,93 0,36 3,04 0,78 3,32 0,17

[image:139.564.40.481.24.576.2]
(140)

2,s'' telah melewati batas kekuatan maksimum dan memasuki fase pelapukan Diagram analisis ragam dan uji tukey (Lampiran 27) menjelaskan bahwa kekuatan simpul jaiing pada usia pakai 5,10 dan 15 tahun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Perbedaan yang nyata terlihat pada usia pakai 20

tahun.

Boxplots dari analisis statistik tentang kekuatan simpul jaring 23" (Lampiran 36) menunjukkan perbedaan nyata p e n m a n kekuatan simpul jaring terjadi pada usia pakai 20 tahun. Uji kenormalan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 18.

Kekuatan simpul jaring 3,0" pada usia pakai 5 tahun m e n u m sebesar 0,58 kgf.

Pada usia pakai 10 tahun menurun drastis sebesar 1,03 kgf. Nilai ini menunjukkan terdapat perbedaan kekuatan simpul jaring yang sangat besar pada usia pakai 5 dan

10 tahun Hal ini disebabkan oleh beban operasional yang sangat tinggi, gesekan antar simpul dan badan kapal atau perahu semakin besar disaat setting dm huuling, tekanan arus dan gelombang yang semakin tinggi

dan

reaksi

ikan

hasil tang-

dengan tingkat selektifitas yang relatip rendah. Penurunan yang sangat besar pada

usia pakai 10 tahun ini menunjukkan bahwa kekuatan simpul jaring telah memasuki ambang batas maksimum. Pada usia pakai 15

tahun

kekuatan simpul jaring menurun lebih kecil sebesar 0,23 kgf karena telah melewati ambang batas kekuatan rnaksimum

dan pada usia pakai 20 tahun menurun sangat drastis sebesar 0,78 kgf. Penurunan

kekuatan yang sangat drastis ini disebabkan oleh simpul jaring 3,0" telah memasuki

(141)

pakai 20 tahun. Boxplots dari analisis statistik tentang kekuatan simpul jaring 39"

(Lampiran 37) menjelaskan ha1 yang sama. Uji kenormalan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 19.

Kekuatan simpul jaring 3,5" pada usia pakai 5 tahun menurun sebesar 0,28 kg£. Pada usia pakai 10 tahun menurun sangat kecil sebesar 0,08 kgf. Nilai ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan kekuatan simpul jaring yang mencolok pada

usia pakai 5 dan 10 tahun. Hal ini disebabkan oleh kwalitas simpul jaring yang sempurna dengan hasil tangkapan yang semakin selektif. Pada usia pakai 15 tahun kekuatan simpul jaring menurun sangat drastis sebesar 1.55 kgf, kemudian pada usia

pakai 20 tahun menurun lebih kecil karena telah memasuki fase pelapukan dengan daya tahan yang sangat rendah. Diagram analisis ragam dan uji tukey (Lampiran 29) menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kekuatan simpul jaring di usia paka~ 0, 5 dan 10 tahun Perbedaan nyata terlihat pada usia pakai 15 tahun.

Boxplots

dari

analisis statistik tentang kekuatan sirnpul jaring 3,5" (Lampiran 38) menunjukkan perbedaan nyata penurunan kekuatan simpul jaring te jadi pada usia pakai 15 tahun. Uji kenormalan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 20.
(142)

diacu Gunarso (1996), simpul flat knot umumnya mudah terlepas, bergeser, merenggang, melonggar dan slip. Simpul jenis trawler knot sulit slip karena terikat erat. Namun bila salah satu simpul mengalami slip, maka ukuran beberapa mata jaring akan berubah. Perubahan ini akan menular pada mata jaring laimya. Pengjpnaan simpul jenis

flar

knot pada jaring menyebabkan mata jaring cenderung terbuka kearah tegak dibandingkan dengan

arah

mendatar. Bentuk simpul trawler

Gambar

Tabel 4-1. Peningkatan ukuran mata jaring rata-rata MZ(cm) setelah
Gambar 4-1. Hubungan antara usia pakai jaring t (tahun)
Gambar 4-2. Hubungan antara usia pakai jaring t (tahun) dengan
Tabel 4-3. Penurunan kekuatan simpul jaring rata-rata K*V (kgf) setelah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berat kering juga berbanding lurus dengan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi dosis mikoriza 75 gram serta infektivitas mikoriza pada akar tanaman sengon, hal

Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai VIM pada campuran aspal modifikasi cenderung lebih besar untuk campuran aspal karbit 2,5 % maupun 5 %, besarnya nilai VIM pada campuran

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2011 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang

Menghantar Kad Pengesahan Lapor Diri yang telah disahkan oleh pihak majikan ke UPLI dalam tempoh empat belas (14) hari dari tarikh pelajar melapor diri di tempat latihan;

Untuk mengukur salinitas salah satunya menggunakan refraktometer, untuk mendapatkan salinitas tertentu pada media budidaya maka dapat menggunakan metode bujur sangkar, dan

Asam Oleat merupakan golongan asam lemak yang dapat berfungsi sebagai peningkat penetrasi pada pemberian melalui transdermal, dengan cara berinteraksi dengan lipid pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan teknologi pakan menyebabkan peningkatan biaya produksi, namun juga menyebabkan peningkatan penerimaan, sehingga

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kerja magang dengan