• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

DI DESA RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA

SULAWESI UTARA

OLEH

:

LUSIA ANNA

MARGARETHA

SARAGIH

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(136)

ABSTRAK

LUSIA 'ANNA.M. SARAGIH. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Dibimbing oleh DIETRIECH G. BENGEN and VICTOR P.H. NIKIJULUW.

Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang mengalami tingkat degradasi cukup tinggi akibat pola pemanfaatannya selama ini cendemng tidak memperhatikan aspek kelestariannya. Degradasi terumbu karang ini hampir terjadi di seluruh kawasan pesisir Indonesia dan telah menyebabkan berbagai dampak yang merugikan terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya. Mengingat potensinya yang cukup besar untuk menunjang kesejahteraan masyarakat dan produktivitas lingkungan sekitarnya, maka diperlukan upaya-upaya. pengelolaan dan pelestarian terumbu karang. Guna menunjang keberhasilan pengelolaan, salah satunya diperlukan partisipasi aktif masyarakat setempat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang terdiri dari strategi pembinaan dan pelatihan secara intensif serta bantuan usaha. Partisipasi masyarakat di Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur terhadap terjaganya sumberdaya serta ekosistem temmbu karang yang ada di sekeliling mereka yakni relatif rendah. Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur adalah jenis mata pencaharian yang mereka geluti dan tingkat pemahaman mengenai terumbu karang, dimana hanya masyarakat yang bermata pencaharian di daerah terumbu karang atau kehidupannya bergantung terhadap terumbu karang dan yang memiliki pemahaman tentang terumbu karang yang berpartisipasi di dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang. Secara keseluruhan, dari hasil analisis komponen utama terlihat bahwa variable pendapatan, pendidikan, lama tinggal dan umur tidak dapat dijadikan parameter penentu untuk melihat derajat partisipasi dalam pengelolaan temmbu karang.

(137)

ABSTRACT

LUSIA ANNA.M. SARAGIH. The Community Participation Analysis In Coral Reef Ecosystem Management In Ratatotok Village District of Minahasa, North Sulawesi. Conseling by DIETRiECH G. BENGEN and VICTOR P.H. NIKIJUIAJW.

The objectives of this research is, to know the level of community participation regarding coral reef ecosystem management, and to explore the factors that affect the level of community participation. The field research was conducted from June to October 2002 on Ratatotok Village of the Minahasa District, North Sulawesi Province.

Survey, observation and secondary data were applied for this research. In Ratatotok 2 Village, twentyfive people were deducted as respondents and fifty respondents in Ratatotok Timur Village. Description analysis, cross tabulation and principal component analysis is employed in data analysis. ,

(138)

SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

"Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu

Karang Di Desa

Ratatotok

Kabupaten Minahasa,Sulawesi

Utara"

Adalah benar basil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua

sumber data dan infonnasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas clan dapat diperiksa kebenarannya.

k u s i a A.M. Saragih

(139)

KA.IIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

DI DESA RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA

SULAWESI UTARA

LUSIA ANNA MARGARETHA SARAGIH

Tesis

Sebagai salah satu

syarat

untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program

Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(140)

Tesis : Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Mhlahasa Sulawesi Utara

Nama : Lusia Anna Margaretha Saragih NRP : P.31500042

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan

Menyetujui :

1. Komisi Pembimbing

~ r . f ; Dietriech G. Benpen. ~ E A

Ketua

Dr. Ir. ~ic\tor P.H. Nikijuluw. M.Sc

Awgota

Menyetujui :

Sumbtsdaya Pesisir Dan Laut

(141)

RJWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkm di Tanjung U g , Lampung pada tanggal 18 April 1975, maupakan anak kedua dari empat bersaudam dari pasangan Ir. Elia M. Sam@ dan ibu Lerpiana Purba

Pada Tahun 1987 penulis lulus dari SD Kr Eben Haezar 01 Manado, Tahun 1990 lulus

dari

SMP Kr Eben Haezar 01, dan pada tahun 1993 lulus dari SMA Negeri I Manado. Tahun 1993 penulis diterima di Universitas Sam Ratulangi Manado, Fakultas Paikanan dan Ilmu Kelautan., Program studi Ilmu Kelautan.

Pada bulan Agustus 2000 Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

(142)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala penyertaan dan kasih-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema

yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober

2002 ini adalah kajian parlisipasi masyarakat, dengan judul Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Desa Ratatotok

Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara

Selesainya penyusunan tesis ini atas masukan, arahan dan bimbingan dari

Bapak Dr.1r. Dietriech. G. Bengen, DEA dan Bapak Dr.Ir. Victor P.H.

Nikijuluw, M.Sc. sebagai Pembimbing, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr.Ir. Rokbmin

Dahuri, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Lautan beserta staf yang selalu mengikuti perkembangan studi penulis hingga

penyelesaian akhir.

Akhirnya, kepada papah mamah abang Andy, dan adik-adikku, Ferdy

dan Erick terima kasih atas segala dukungan moril dan semangat juga doa selama

studi, penelitian dan penyusunan tesis.

5'

&we

yorc

ald.

qdZ)

gdESSS

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2002

(143)

DAFTAR IS1

Halaman

...

DAFTARTABEL vii

...

...

DAFTAR GAMBAR wll

...

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN

...

1

...

Latar Belakang 1

...

Rumusan Masalah 4

...

Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

...

Pendekatan Masalah 9

...

TINJAUAN PUSTAKA

...

Ekosistem Terumbu Karang

.

...

Tipe

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

...

Fnngsi Ekologi dan Manfaat

...

Komunitas dan Kelompok lkan Karang

...

...

Partisipasi Masyarakat

...

Kamkteristik Masyarakat Pesisir . . .

...

Pengertian PaxQsipasl

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

...

...

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Terumbu Karang Faktor yang Mempengarulu Partisipasi

...

...

Pengembangan Partisipasi Masyarakat

...

Pengelolaan Ekosistem Terumbu karang

...

METODOLOG1 PENELITIAN 33

Lokasi dan

Waktu

Penelitian

...

33

. . ...

Metode Penehh an 33

...

Sampel dan Respond en 35

...

Pengumpulan Data

. .

35

...

Instrumen Penelthan 36

...

Analisa Data 36

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

...

Gambaran Umum Desa Ratatotok

...

Sejarah Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur

...

Potensi dan Kondisi Terumbu Karang

...

Bentuk Pemanfaatan dan Pengelolaan Terumbu Karang Pemukiman Masyarakat Pesisir

...

...

Gambaran Umum Kenelayanan

...

(144)

Ahxivitas Masyarakat Nelayan

Kelembagaan Masyarakat..

...

...

Pengelolaan Wilayah..

...

Organisasi Kenelayanan..

HASIL Df4N PEMBAHASAN

Karakteristik Responden..

...

...

Bentuk Partisipasi Masyarakat di perairan sekitar Ratatotok.. . . .

...

Parns~pas~

. . .

Horizontal..

...

Partis~pas~ Vertikal..

...

Faktor Determinan Partisipasi..

...

Arahan Strategi Pengembangan Partisipasi Masyarakat..

KESIMPULAN DAN SARAN

...

Kesimpulan

...

Saran ...

(145)

DAFTAR TABEL

Matriks analisis SWOT ... ... ...

...

...

... ... ... ... ... ... ... ... .

39 Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan jenis kelamin

tahun 2002 ... ...

... ...

... ... ... ... ... ... ... ...

...

... ...

...

... ... Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan kelompok umur

tahun 2002

... ...

.

.

. .

.

. ... .

. .

.

..

...

Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2002.

.. .

..

. . .

. .

. ... ... . . .. . ... ... .. . .

.

. . . . ...

Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan jenis pekerjaan

tahun 2002.. .

. . .

.

. . . .. . .

.

. ...

Struktur mata pencaharian responden..

. . .

.

. .

.

.

.

.

.

. .

. .

.

. .

. .

.

.

.

.

. .

. .

.

Distribusi responden berdasarkan variabel sebaran umur..

. . .. . .

.

..

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan..

. . .. ... . . . ...

Distribusi responden berdasarkan penghasilan.. .

.

.

. . .

.

.

. . . .

. . .

. . .

.

..

Distribusi responden berdasarkan lama tinggal..

. . .

.

. .

Kegiatan partisipasi masyarakat desa Ratatotok..

. . .

.

.

Distribusi responden berdasarkan partisipasi pengelolaan terumbu karang..

. . .

.

.

.

.

.

. . .

.

. . .

.

. .

.

. . . ..

Distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai terumbu karang ... . . . ...

...

.. . . .. ... .. . .. . .. . . .

.

...

...

. . . ... ... . . .. . ..

Identifikasi, pembobotan, rating clan skor tiap unsur SWOT

.

.

.

. . .

Matriks hasil analisis SWOT.

..

. .

. .

.

. . .

.

.

.

.

...

. .

.

. .

.

..

.

. .

.

.

..

. .

.

..

. . .

.

..

(146)

DAFTAR GAMBAR

...

1. Kerangka berpikir penelitian 13

.

.

...

2. Peta lokasi penelit~an.. 34 3. Grafik analisis komponen utama hubungan parameter 79

karakteristik responden desa Ratatotok 2..

...

(147)

1. Hasil Analisis Komponen Utama pada 25 Responden di Desa 98

...

Ratatotok 2..

2. Hasil Analisis Komponen Utama pada 50 Responden di Desa 99 Ratatotok Timur..

...

...

(148)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan salah satu sistem ekologi yang paling produktif,

beragam dan kompleks. Wilayah ini berperan sebagai penyangga, pelindung dan penyaring di antara daratan dan lautan, serta merupakan pemusatan terbesar penduduk sehingga memberikan tekanan yang semakin berat terhadap ekosistem di wilayah hi.

Dalam dekade terakhir ini, kegiatan pembangunan di wilayah pesisir cukup

pesat, haik untuk perikanan, pemukiman, penambangan, pariwisata dan sebagainya. Jumlah penduduk yang hidup di wilayah pesisir pada saat ini sama dengan jumlah

penduduk bumi seluruhnya pada tahun 1950. Jumlah penduduk di wilayah pesisir

diperkirakan 50-70% jumlah penduduk dunia. Proyeksi jumlah penduduk dunia menurut PBB adalah 8.5 miliar pada tahun 2025, dan 70% dari penduduk

ini

berada di

20 negara berkembang dan kurang berkembang (less developed counlnes). Dua-per-

tiga penduduk dunia akan hidup dalam jarak 60

lon

dari garis pantai pada tahun 2020. Penduduk Indonesia tahun 2000 adalah 210 juta orang dan diperkirakan pada tahun

2010 bejumlah 225 juta orang. Pesatnya pembangunan

ini

serta ditambah dengan

tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, telah menimbulkan berbagai pennasalahan

lingkungan di beberapa wilayah pesisir Indonesia Dampak dari tekanan terhadap

sumberdaya alam pesisir diantaranya adalah degradasi ekosistem alami (pesisir, hutan

mangrove, terumbu karang); pembuangan limbah ke laut; sedimentasi sungai-sungai

erosi pantai dan abrasi (Rais 2001). Rais (2001) juga menambahkan bahwa selain

tekanan penduduk, wilayah pesisir juga menghadapi tekanan terhadap pengembangan ekonomi sumberdaya: pariwisata, minyak dan gas, pemukiman, dsb. Sektor pariwisata

(149)

negara dlhasllkim oleh kegiatan ini. Dapat m e n d a n kualitas lingkungan jika tidak dikembangkan dengan kehati-hatian (eko-turisme). Eko-turisme adalah 'trade-off

antara pemanfai~tan dan konservas~; wntoh: Great Banier Reef di Ausualia.

Salah satu sumberdaya dam di Indonesia yang sangat rentan dengan

terjadinya degpdasi lingkungan sehingga mempengaruhi fungsinya dalam

mendukung upaya pemenuhan kebutuhan manusia dan pembangunan ekonomi adalah

ekosistem tenunbu karang yang berada di wilayalt pesisir kepulauan Nusantara. Terumbu h a n g menjadi mata pencarian utama bagi nelayan Indonesia yang

umumnya subsistem, dan salah satu sumber pengamanan pangan pada waktu musim pacekelik. Dengan kata lain terumbu karang mempakan sumberdaya dam yang sangat berpenga~uh secara ekonomi terhadap banyak masyarakat pesisir di Indonesia.

Total l ~temmbu karang di Sulawesi utara sekitar i ~ i 8010 ha. Jenis terumbu

karang yang adtl umumnya adalah terumbu karang tepi winging reef) yang terletak di

sepanjang garis pantai

dan

dijumpai pula koloni terumbu karang yang mengelompok

(patch reef) (Kusen dkk., 1991).

Salah satu wilayah pesisi yang memiliki potensi sumberdaya hut khususnya

terumbu hang: adalah Pulau Putus-putus yang terletak diwilayah Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Pulau ini letaknya kira-kira 1,5km di sebelah

utara perairan 1)esa Ratatotok Timur dan terbentang hampir sepanjang wilayah desa

Ratatotok Timtu. Diperkirakan bahwa di daerah ini memiliki luas terumbu karang

sebesar 4,5 hi dengan persentase tutupan karang 45.5% -50.18%. Walaupun

demikian potensi tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal apabila tidak dikelola secara terpadu. Keterpaduan diperlukan dengan memperhatikan hubungan

antar komponen-komponen dalam suatu sistem, sehmgga kelestarian sumberdaya

(150)

Keberadaan ekosistem tenunbu karang di F'ulau Putus-putus tersebut sangat

dipengaruhi oleh aktivitas penduduk di sekitarnya, dalam ha1 ini masyarakat Desa

Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur. Fenomena yang ada saat ini adalah, bahwa penduduk kedua desa tersebut umumnya mempakan pendatang dan memiliki

pekerjaan utama sebagai penambang emas (tambang rakyat), nelayan (27.82%) dan

pegawailkqawan dari PT Newmont Minahasa Raya (NMR). (Tabel 5).

Jumlah nelayan yang sedikit di Desa Ratatotok 2 (7.81%) memberikan dampak

yang relatif kecil terhadap ekosistem terumbu karang sedangkan nelayan di Desa Ratatotok Timur (56.42%) memberikan dampak yang relatif besar terhadap ekosistem terumbu karang. Hal lain yang menjadi perhatian saat ini adalab dengan jumlah

nelayan yang sedikit, temyata cukup banyak ditemukan lokasi-lokasi bekas

pengeboman (untuk menangkap ikan) di daerah terumbu karang sekitar F'ulau

Putus-

Putus. Temyata kegiatan pengeboman ini bukan dilakukan oleh masyarakat setempat

melainkan oleh masyarakat desa sekitar. Untuk mengantisipasi akan kerusakan terumbu karang yang lebih besar akibat pemboman, maka masyarakat desa sekitar

perairan Ratatotok pemab melapor pada aparat setempat namun

tidak

mendapat

tanggapan yang serius karena pelapor tidak membawa bukti. Pada akhirnya sebagai

bentuk keperdulian, PT.NMR yang mempunyai tanggung jamb di wilayah perairan tersebut mengadakan keqasama dengan pol air untuk menjaga wilayah perairan

tersebut dari kegiatan pemboman Menginsat berbagai dampak yang terjadi di

perairan sekitar Ratatotok yang mengakbatkan rusaklhilangnya terumbu karang,

maka dlperlukan berbagai progmdkegiatan pengelolaan terumbu karang.

Salah satu penyebab ketidak berlanjutan ini diantaranya adalah tidak

(151)

tidak menimbulkan rasa memilila, tanggung jawab dan kesadaran dari masyarakat

setempat untuk mendukung atau bahkan mengembangkan pelaksanaan program. Menyadari ha1 tersebut, maka upaya pelibatan masyarakat setempat dalam

pengelolaan temnbu k m g menjadi penting. Conyers (1991) menyebutkan terdapat

tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat dalam program pembangunan mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu

alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan atau proyek akan gagal.

Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan atau proyek jika

merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki

terhadap proyek tersebut. Ketiga, merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat

dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.

Berdasarkan isu-isu yang ada diatas maka kegiatan penelitian ini dirancang

dan dilakukan guna pencapaian pengelolaan ekosistem t m b u karang secara

terpadu Dampak atau hasil pengelolaan terpadu adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan di Desa Ratatotok 2 d m Ratatotok Timur.

Perurnusan Masalah

Tennnbu karang dengan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan

salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang rentan dengan

kehancuran. Sebagai salah satu sumberdaya, terumbu karang disamping menunjang

produksi perikanan, juga memiliki fungsi lain seperti sebagai bahan industri h a s i , obyek wisata bahari, bahan hiasan dan aquarium ikan laut, bahan bangunan, tempat

(152)

dan pembesaran (nursety ground) dan pelindung pantai dari hempasan ombak dan

arus kuat yang berad dari laut (Bengen 2000).

Dapat dikatakan bahwa terumbu karang mempunyai potensi sumberdaya yang dapat dimanhtkan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Terumbu karang berfungsi melindungi ekosistem pantai dari pengaruh abrasi ombak,

sumber berbagai bahan baku makanan dan sumber substansi bioaktif untuk indusm

kimia dan farmasi baik pada masa sekarang maupun yang akan datang selain itu terumbu karang berperan sebagai laboratorium alam untuk kegiatan penelitian ilmiah.

Selain itu terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan,

pembuatan kapur, dan bahan perhiasan. Bahkan keindahannya dapat dijadikan tempat rekreasi untuk mendukung sektor pariwisata, yang memberi kontribusi

devisalpenghasilan bagi negara. Namun dibalik potensi tersebut banyak pula aktifitas

manusia diketahui dapat mengacam kerusakan ekosistem sumberdaya terumbu

karang.

Kerusakan ekosistem terumbu karang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia Kerusakan

ini

akan

menyebabkan berkurangnya atau menghdangnya fungsi

dan manfaat terumbu karang bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Untuk

mengembalikan terumbu karang yang rusak maka diperlukan upaya pengelolaan terumbu karang yang diantaranya rehabilitasi terumbu karang.

Dewasa

ini

beberapa permadahan yang muncul di vdayah pesisir khususnya

di daerah terumbu karang antara lain :

1. Penangkapan ikan dan biota terumbu karang secara terns menerus dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan semakin cepatnya penurunan jumlah

(153)

2. Pencemaran dan pelumpnran sebagai akibat pembangunan didaerah pesisir yang tidak terkendali.

3. Pengambilan dan penambangan karang untuk keperluan bahan bangunan di daerah pesisi yang tidak terkendali.

Merosotnya ekosistem terumbu karang dalam skala yang besar akan

menyulitkan pemullhannya. Karena untuk memuhhkan kondisi tenunbu karang

diperlukan waktu yang relatif lama dan hanya mungkm terjadi apabila iingkungan laut dimana tenunbu karang tumbuh, berada dalam kondisi yang sesuai dengan yang

diperlukan oleh hewan karang.

Untuk menanggulangi masalah kerusakan terumbu karang pemerintah telah dan sedang melakukan berbagai upaya pengelolaan ekosistem terumbu karang secara

terkoordinasi dengan berbagai instansi terkait guna melestarikan sumberdaya tersebut

beserta lingkungannya dengan tetap mengacu pada strategi konservasi dan pengelolaan ekosistem terumbu karang di Indonesia. Masyarakat di sekitar ekosistem

terumbu karang merupakan UIISUT yang paling berkepentingan baik dari segi

pemanfaatan ataupun sebagai penerima berbagai akibat yang ditimbulkan dari baik

buruknya terumbu karang.

Keberhasilan pengelolaan terumbu karang ditentukan oleh banyak faktor. Salah

satu faktor tersebut adalah adanya partisipasi dari masyarakat setempat. Tanpa adanya upaya pemeliharaan atau perlindungan terumbu secara terus-menerus, maka upaya

upaya rehabilitasi tenunbu karang kecil kemungkhnnya akan berhasil. Untuk itu ha1

yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengembangkan partisipasi masyarakat agar terlibat secara aktif dalam kegiatan rehabilitasi terumbu karang, serta

(154)

Kegiatan pengelolaan dan pelesfarian tennnbu karang dengan melibatkan masyarakat setempat umumnya ditangani oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga

yang dibentuknya ataupun melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pada

pelakwmmya bahkan tidak jarang keduanya bekerjasarna. Dalam ha1 ini LSM menempatkan diri sebagai pendamping yang bersifat komplementer terhadap program-program pemerintah.

Kegiatan pengelolaan wilayah pesisir mi bertujuan untuk melibatkan

masyarakat secara menyeluruh terutama masyiuakat pesisir sebagai bentuk partisipasi

dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang sehingga diharapkan keterlibatan

masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian terumbu karang secara berkelanjutan serta dapat mengurangi tekanan-tekanan yang berdampak merusak kelestarian

tenunbu karang dan ekosistem lainnya

Dalam pelaksanaan kegiatannya, pada umumnya LSM melakukan melalui suatu persiapan sosial yang terencana dan pembinaan kelompok secara intensif. Hal ini

dilakukan mengingat &pan kegiatan LSM umumnya bersifat terbatas, berhubungan

langsung dengan masyiuakat, sifat organisasinya yang kecil dan dmmis serta dibangun atas idealisme tertentu.

Program partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi dan pengelolaan tennnbu

karang di Sulawesi Utara sedang dilakukan antara lain oleh Coastal Resources

Management Project (CRMP), Coral Reef Information Training Center (CR-ITC 4),

Coral Reef Rehabilltation and Management Project (COREMAP), Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), LSM KELOLA sebagai pelibatan masyarakat dalam

mengelola terumbu karang. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga-

(155)

'l'erumbu Karang Berbasis Masyarakat (Locally Based Management of Coral Reen, Budidaya ikan di jaring apung, budidaya rumput laut, pemberian bantuan modal

bempa uang atau perahu untuk masyarakat nelayan,

du.

Berdasarkan uraian di atas, maka pennasalahan yang diajukan sehubungan dengan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi dm pengelolaan terumbu karang di

Desa Ratatotok, Kab. Minahasa adalah :

1. Mengkaji bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang

2. Kegiatan-kegiatan apa yang dapat mendukung strategi pengembangan

padsipasi masyarakat diatas?

3. Apakah kegiatan yang ada sudah cukup optimal dalam pengembangan partisipasi masyarakat diatas?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan penelitian dapat dirmnuskan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui derajat partisipasi masyarakat Desa Ratatotok dalam kegiatan

pengelolaan terumbu karang.

b. Untuk mengetahui dampak kehidupan sosial masyarakat dengan adanya aktivitas

yang dilakukan di daerah tennnbu karang.

c. Untuk mengetahui persepsi masyarakat pesisir terhadap sumberdaya terumbu

karang sekarang dan menentukan strategi pengembangan partisipasi masyarakat

(156)

Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan dalam pengambilan

keputusan bexkaitan dengan upaya pelestarian sumberdaya dam khususnya

terumbu karang.

b. Memberikan suatu altematif kebijakan dan bahan pemikiran baru yang lebih tepat

dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang yang berkelanjutan di desa

Ratatotok 2 dan Ratatotok Timw.

c. Untuk memberi penghayatan yang lebih mendalam kepada rnasyarakat akan

berbagai masalah lokal yang dihadapi berdasarkan fakta-fakta sosial yang berhasil diidentifikasi di wilayah tersebut.

Pendekatan Masalalr

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem dasar laut tropis yang

komunitasnya didominasi oleb biota laut penghasil kapw, terutama karang batu (stony

coral) dan algae berkapur. Terumbu karang mempunyai respon spesifik terhadap lingkungan sekitarnya. Pemunbuhan yang pesat pada kedalaman 2-15 m, dan cahaya

merupakan faktor utama yang mempengmuhi distribusi vertikalnya (Nybakken,

1992). Karang pembentuk terumbu karang dapat tumbuh dengan baik pada daerah-

daerah tertentu, seperti pulau-pulau yang sedikit mengalami proses sedirnentasi

(Suharsono, 1998). Terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang memiliki produktivitas primer yang tinggi. Karena tingginya produktivitas tersebut, maka

banyak kehidupan laut yang berasosiasi dengan menggantungkan hidup texhadap

komunitas terumbu karang, oleb karena terumbu karang merupakan komunitas

(157)

pesisir menggantungkan bidupnya pada perairan laut dangkal dimana terumbu karang

banyak herasosiasi.

Ekosistem terumbu karang mempunyai peran yang besar sebagai : (a) tempat tumbuh biota lain karena fungsinya sebagai tempat memijah, mencari makaq d a d

asuhan berbagai biota laut, (b) sumber plasma nutfah biota laut, (c) mencegah erosi

dan mendukung terbentuknya pantai berpasir, dan (d) melindungi pantai dari hempasan ombak dan keganasan badai, disamping melindungi berbagai bangunan

fisik (Nybakken, 1986; Dahuri, dkk., 1996).

Ekosistem terumbu karang ini dapat mengalami degradasikerusakan oleh

karena aktivitas manusia. Aktivitas tersebut seperti yang diungkapkan oleh Berwick (1983) Dahuri dkk. (1996) adalah: penambangan karang dengan atau tanpa

bahan peledak, penangkapan ikan dengan alat yang merusak dan eksploitasi yang

berlebihan, pembuangan limbah panas, penggundulan hutan di lahan atas, pengerukkan di sekitar terumbu karang, kepariwisataan, pencemaran oleh limbah

manusia dari hotel tanpa pengolahan, kerusakan fisik terumbu karang oleh jangkar kapal, kegiatan penyelam yang tidak

peduli

tahadap nilai kelestarian terumbu karang,

serta penangkapan ikan bias dengan menggunakan kalsium sianida (KCN).

Sedangkan pengaruh faktor dam misalnya akibat badai dan pemangsaan predator (Acanthasterplancii) juga akibat perubahan suhu perairan yaitu terjadinya p e n m a n

suhu akibat pencampuran massa air yang lebih dingin sehingga menyebabkan karang

mati dan menjadi putih (bleaching).

Perkembangan terumbu karang dipe- oleh beberapa faktor fisik lingkungan yang dapat menjadi pembatas bagi karang untuk membentuk terumbu. Adapun faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu

(158)

diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 23-25"C, dengan suhu maksimal

yang masih dapat ditolerir berkim antara 3640°C; kedalaman perairan <SO

m,

dengan kedalaman bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang; Salinitas air

yang konstan berkisar antara 30-36-?; perairan yang cerah, bergelombang besar dan

bebas dari sedimen.

Aktivitas manusia pada ekosistem terumbu karang akan berdampak pada

keadaan sosd, ekonomi dan budaya masyarakat yang mana hal tersebut dapat

dianalisis dan diketahui. Dari hasit komunikasi dengan masyarakat, diperoleh

i n f o m i bahwa kerusakan terumbu karang di Desa Ratatotok disebabkan oleh

kegiatan pemboman. Karena itu, diperlukan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi aktivitas tersebut. Dengan adanya aktivitas pemboman ikan yang

merusak terwnbu karang maka diperlukan suatu upaya pengelolaan terumbu karang yang optimal, misalnya dengan adanya penyuluhan tentang pentingnya pelestarian

lingkungan pesisir dan iautan, dilanjutkan dengan penyadaran dan peningkatan kepedulian atau dengan pemberian materi pendidikan tentang kesadaran lingkungan

dan cinta sumberdaya alam bagi anak-anak sekolah serta membuat papan informasi

mengenai pentingnya pengelolaan ekosistem pesisir bagi kehidupan masyarakat

wilayah pesisir. Upaya menuju keberhasilan pengelolaan terumbu karang adalah

kesadaran dan partisipasi dari m e a t setempat. Untuk mengembangkm

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang maka diperlukan suatu

usaha dan kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang masyarakat agar terlibat dalam kegiatan pengelolaan terumbu karang Bengen (2001) menyatakan bahwa masalah

pengelolaan terumbu karang secara lestari adalah bagaimana menggabungkan antam

kepentingan ekologis dengan kepentingan sosial ekonomi masyardcat di sekitar

(159)

mengatasi masalah sosial ekonomi masyarakat selain tujuan konservasi terumbu

karang tercapai. Dengan demikian, strategi dan kegiatan-kegiatan pengembangan

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang tidak hanya semata-mata meningkatkan pemaharnan dan kesadaran masyamkat akan pentingnya terumbu

karang serta kemampuan dalam mengelolanya, namun juga memberdayakan

kehidupan sosial ekonomi mereka.

Soesilowati (1977) mengutip pendapat Harper tentang pemberdayaan

masyarakat Menwutnya empat strategi pemberdayaan masyarakat adalah: (1) strategi

fasilitasi, (2) strategi edukatic (3) strategi persuasif, dan (4) strategi kekuasaan.

Dalam penelitian ini, keempat strategi pengembangan partisipasi masyarakat tersebut dijadikan dasar untuk menilai partisipasi yang t q a d i di Katatotok.

Dengan memperhatjkan perumusan madah dan konsep pengembangan

partisipasi di atas, maka secara sederhana disusun kerangka pemikiran yang dapat

(160)

Aktivitas Manusia

Kondisi Ekologis

Terumbu Karang Analisis

Sosial, Ekonomi dan 4

Budaya Masyarakat

v

PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG SECARA

[image:160.587.92.499.70.406.2]

BERKELANJUTAN

(161)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Terumbu Karang

Negara Kepulauan Indonesia memiliki komunitas terumbu karang yang

beraneka ragam, terdiri dari sekitar 400 spesies mulai dari karang tepi yang berada di sekitar pantai hingga at01 yang berada di tengah lautan (De Vantier dkk., 1998). Cesar

(1997), komunitas terumbu karang di Indonesia yang mencapai 75.000 l d

merupakan 118 dari luas areal terumbu karang di dunia.

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem

dasar

laut tropis yang

komunitasnya didominasi oleh biota laut penghasil kapur, terutama karang batu (stony

c o d ) dan algae berkapur (Calcareous algae). Terumbu karang berupa gugusan karang yang terbentuk dari endapan masif kristal kalsium karbonat (CaCO3), berasal

dari epidermis pada setengah bagian bawah kolom dan bintang karang @lip

menetap), algae dan organisme penghasil kalsium karbonat tersebut. Terumbu karang mempunyai respon spesifik terhadap lingkungan sekitamya. Pertumbuhan yang pesat

pada kedalaman rata-rata 2-15 m, dan &ya merupakan faktor utama yang

mempengatuh distribusi vertikalnya (Nybakken, 1992).

Karang pembentuk terumbu hanya dapat tumbuh dengan baik pada daerah- daerah tertentu, seperti pulau-pula yang sedikit mengalami proses sedimentasi

(Suharsono, 1998). Laju regenerasi karang bervariasi menurut perbedaan spesies,

umur koloni clan lingkungannya. Koloni karang yang muda dan kecil tumbuh lebih

cepat dari pada koloni yang lebih tua, dan jenis karang yang bercabang atau bdentuk daun lebih cepat tumbuh dari pada karang masif.

Tipe Terumbu Karang

Nybakken (1992) mengelompokkan menjadi tiga s h u k h d mum, yaitu (a)

(162)

(Barrier reen dan (c) terumbu karang cinch (Atol). Terumbu karang tepi yang paling umum dijumpai di perairan Indonesia (Suharsouo, 1996).

Terumbu karang tepi (Fringing reej) tumbuh subur di daerah cukup ombak dengan kedalaman tidak lebih dari 40 m. Terumbu karang jenis ini ditemukan hampir

diseluruh pantai Indonesia. Perhmbuhan terumbu karang dapat terhambat akibat

perubahan suhu yang sering terjadi dan banyaknya endapan (Hardianto, dkk., 1998).

Terumbu karang penghalang (Barrier reej) tedetak di berbagai jarak kejauhan

dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-75 m). Umumnya terumbu karang penghalang

memarjang menyusuri pantai dan biasanya berputar sealcan-akan merupakan

penghalang bagi pendatang yang datang dari luar.

Terumbu karang cincin (Aiol) berbentuk seperti cincin dan di tengahnya

terdapat suatu goba dengan kedalaman 45 m. Terumbu ini bemunpu pada dasar yang

cukup dalam hingga terumbu karang

ini

tidak dapat tumbuh lagi.

Pertumbuhan dan Kelaugsungan h ~ a u p lerumbu karang

Ekosistem terumbu karang unsur utamanya berupa biota laut yang me& m a r a t a n hidup karang batu (Stony coral) dan Zooxanthellae, yaitu :

1. Cahaya matahari, cahaya matahari sangat diperlukan zooxanthellae yang hidup

bersimbiosis dijaringan endodenn polip karang batu untuk proses fotosintesa

(menghasilkan oksigen terlarut dalam air laut). Karena itu, endapan pada perairan

yagn terdapat karang hidup, selain meughalangi penetrasi cahaya matahari ke dasar laut juga dapat menutupi mulut karang batu dan mematikan terumbu

karang.

(163)

mempengadu kehidupan karang batu, seperti proses produksi, metabolisme dan pemben- karangka kapur sebagai kerangka luamya. Suhu perairan Indonesia

yang dikenal memiliki kekayaan dan keindahan terumbu karang berkisar antara

27-28 OC.

3. Salinitas (kadar garam), karang batu dikenal sebagai biota laut yang memiliki

toleransi tinggi terhadap perubahan salinitas air laut, yaitu antara 27-40 %.

4. Kejernihan air, sangat diperlukan untuk menjamin masuknya sinar matahari ke

dasar laut Banyaknya partikel atau endapan di dalam air laut dapat menimbulkan

kekeruhan yang dapat mengganggu pertumbuhan karang batu.

5. Pergerakan air (arus), diperlukan untuk kelangsungan hidup karaog batu, karena

karang batu hidup menetap (tidak dapat berpindah tempat), maka kebutuhan makanan dan oksigen di malam hari hanya dapat t v u h i oleh keberadaan arus

yang membawa makanan dan oksigen ke tempat karang batu hdup (kebutuhan oksigen siang hari untuk proses fotosintesis woxanthellae di jaringan endoderm

h a n g batu lebih dari cukup). Pergerakan

air

laut juga membantu membersihkan

endapan yang menempel menutup mulut karang batu hidup.

6. Substrat dasar, yang keras dan bersih dari endapan diperlukan untuk penempelan

larva karang batu yang siap membentuk koloni baru.

Terumbu karang terdiri atas ratusan ribu jenis karang batu (Stony coral) dari

empat ordo, yakni Sceleractinia, Stolonifera, Coenothecalia, dan Milleporina. Sebagai

biota yang paling dominan, karang batu mempunyai peran yang sangat penting,

karma itu kerusakan dan kematian karang batu dapat mengganggu serta mengubah lingkungan dan keseimbangan komunitas terumbu karang secara keseluruhan

(164)

Fungsi ekologi dan manfaat ekonomi terumbu mmng

Terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang memiliki produktivitas pnmer yang tmgg. Karena tingginya produktivltas tersebut, maka banyak kehidupan

laut yang berasosiasi dengan menggantungkan hidup terhadap komunitas terumbu

karang, oleh karena terumbu karang merupakan komunitas perairan yang sangat

bemilai bagi ekosistem maupun kehidupan manusia.

Ekosistem terwnbu karang mempunyai peran yang besar sebagai : (a) tempat

tumbuh biota lain karena fungsinya sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah

asuhan berbagai biota laut, (b) sumber plasma nuthh biota laut, (c) mencegah erosi

clan mendukung terbentuknya pantai berpasir, dan (d) melindungi pantai dari hempasan ombak dan keganasan badai, disamping melindungi berbagai bangunan fisik (Nybakkg 1986; Dahnri, &., 1996).

Bagi manusia, terumbu karang bermanfaat sebagai : (a) sumber bahan baku

untuk berbagai macam kegiatan; seperti karang, batu dan pasir sebagai bahan bangunan, karang hitam (Black coral) sebagai bahan perhiasan, dan karang atau

molusca sebagai bahan pen-

rumah,

@) penghasil protein bagi penduduk, (c)

obyek wisata, (d) penangkal ombak atau pelindung usaha perikanan laguna, (e) pelindung pelabuhan kecil dari badai dan hempasan air laut, dan (f) kegunaan lainnya

(Sukamo, 1995).

Komunitas dan Kelompok Ikan Karang

Ikan-ikan karang terdiri dari banyak sekali jenis tetapi masih tetap terbatas

jumlahya dengan morfologi dm perilaku tertentu, demikian juga pola berenangnya

tidak acak melainkan teratur, sehingga dari sebaran dan perilakunya dapat

(165)

Pada umumnya komunitas

ikan

karang yang hidup berasosiasi sangat dekat

dengan ekosistem terumbu karang dapat dikelompokkan atas tiga kelompok besar, yakni :

1. Jenis ikan indikator, hidupnya berasosiasi paling kuat dengan karang atau sangat bergantung dengan keberadaan karang di suatu perairan. Misalnya, ikan Kepe-

kepe atau dari marga Chaetodon, Forcipiger, Parachaetodon, Coradion,

Hemitaurichtys, dan Heniochus yang keseluruhan termasuk dalam suku

Chaetodontidae.

2. Jenis ikan target, merupakan jenis ikan konsumsi atau memiliki nilai ekonomis

penting yang hidup berasosiasi dengan ekosistem perairan karang.

3. Jenis ikan-ikan lainnya (Major group), merupakan jenis ikan yang tidak

termasuk

ikan

indikator maupun

ikan

target diatas. Pada umumnya kelompok ini

belum banyak diketahui peranannya selain dari rantai maltanan di dam, karena

sebagian besar dari jenis ikan kelompok ini hidup dalam kelompok besar

(schoolingjish).

Partisipasi Masyarakat

Karakteristik Masyarakat Pesisir

Menurut Sunoto (1997) masyarakat pesisir dapat dibagi menjadi 2 kelompok

menurut jenis kegiatan utamanya, yaitu nelayan penangkap

ikan

dan nelayan

petambak. Nelayan penangkap ikan adalah seseorang yang pekerjaan utamanya di

sektor perikanan laut dan mengandalkan ketexsediaan sumberdaya ikan di alam bebas, sedangkan nelayan petambak adalah nelayan yang kegiatan utamanya

membudidayakan ikan atau sumberdaya laut lainnya yang berbasis pada daratan dan

(166)

Masyarakat nelayan penangkap ikan sangat rawan karem bergantung

sepenuhnya terhadap keberdayaan sumber&ya alam yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh nelayan (Sunoto 1997). Nelayan tidak pernah mempunyai gambaran

yang pasti tentang berapa pendapatan yang akan diperolehnya, suatu saat pendapatannya cukup besar akan tetapi di saat lain sama sekali tidak memperoleh

hasil tangkapan.

Ini

disebabkan karena sifat tangkapan nelayan yang senantiasa bergerak dan berpindah-pindah tempat menjadikan tingkat pendapatan mereka

cenderung tidak teratur (Nadjib 1998). Selain itu, pendapatan nelayan juga sangat

dipen- oleh jumlah nelayan yang beropemi di suatu daerah penangkapan

(fishing ground). Di daerah yang padat penduduknya, seperti pantai utara Jawa, sudah

terjad kelebihan tangkap (over fishing) yang beralabat pada kecilnya volume hasil tangkapan yang pa& akhimya mempengaruhi pendapatan (PKSPL 1998).

Dalam menangkap

ikan

tidak jarang nelayan hams berpisah dari keluarga

berhari-hari. Hal ini menyebabkan pulangnya mereka ke rumah s e ~ g dipergunakan

sebagai kesempatan beristirahat daripada berproduks~. Sedangkan nelayan petambak

memiliki aksesibilitas terhadap sumberdaya dam relatif lebih baik dibanding nelayan tangkap. Keadaan tersebut memberikan alternatif yang lebih banyak bagi

pengembangan ekonomi mereka (Sunoto 1997).

Masyarakat pesisir memMci karakteristik tertentu yang khas dan unik. Sifat

ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang penkanan yang merupakan

(167)

Ketergantungan pada kondisi lingkungan

Keberlanjutan atau keberhasilan

usaha penkanan

sangat bergantung pada

kondisi lingkungan, khususnya air. Keadaan

ini

benmplikasi pada kondisi kehidupan

sosial ekonomi masymkat pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir menjadi sangat

tergantung pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran, karena dapat menggunmg sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir.

Ketergantungan paah musim

Ketergantungan pada musim mempakan karakteristik yang paling menonjol di masyarakat pesisir, terutama bagi nelayan kecil. Pada musim penangkapan para

nelayan sibuk melaut. Sebaliknya, pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi

berkwang sehingga banyak nelayan menganggur. Kondisi ini mempunyai hphkasi besar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir secara umum dan kaum

nelayan pada khususnya.

Ketergantungan pada pasar

Berbeda dari petani, para nelayan dan petambak sangat tergantung tergantung pada keadaan pasar. Hal ini disebabkan komoditas yang mereka hasilkan hams segera

dijual baru bisa digunakan untuk memenuhi keperluan hidup. Nelayan dan petambak

h m s menjual sebagian besax hasilnya dan bersifat segera agar tidak membusuk.

Kondisi ini menyebabkan nelayan dan petambak sangat

peka

terhadap harga.

Perubahan harga produk perikanan sangat mempengambi kondisi sosial ekonomi mereka.

Walaupun masyarakat pesisir dapat dikelompokkan menurut jenis kegiatan

utamanya, namun pada umumnya hubungan sosial ekonomi mereka hampir sama

(168)

m u m dijumpai dikalangan nelayan dan petambak, yaitu pola hubungan yang bersifat

patron-klien. Karena keadaan yang bun& maka para nelayan ked, buruh nelayan, petambak kecil dan b m h tambak seringkali meminjam uang dan barang-barang

untuk kehidupan sehari-hari dari jnragan atau para pedagang pengumpul. Konsekuensinya, para peminjam tersebut menjadi terkait dengan pihak jnragan atau

pedagang, yaitu keharusan menjual prodnknya.

Stratifikasi sosial yang sangat menonjol pada masyarakat nelayan dan

petambak adalah stratifikasi yang berdasarkan penguasaan alat produksi (PKSPL 1998). Pada masyarakat nelayan, umumnya ada 3 strata kelompok, yaitu :

Strata pertama dan yang paling atas adalah mereka yang memiliki kapal

motor lengkap dengan alat tangkapnya. Biasanya dikenal sebagai nelayan

besar atau modem, tidak ikut melaut dan operasi penangkapannya diserahkan kepada orang lain. Buruh atau tenaga kerja yang digunakan bisa mencapai 30-

an orang.

Strata kedua adalah mereka yang memdiki perahu dengan motor tempel.

Biasanya pemihk ikut melaut memimpin kegiatan penangkapan. Bmuh yang

ikut mungkm ada tapi terbatas dan biasanya hanya merupakan anggota

keluarga saja.

Strata terakhir adalah buruh nelayan. Meskipun para nelayan kecil bisa juga

merangkap menjadi buruh, tapi banyak pula buruh yang tidak memiliki sarana

produksi apa-apa, hanya tenaga mereka sendiri.

Seringkali nelayan besar juga merangkap sebagai pedagang pengumpul.

(169)

Pengertian Partisipasi

Beberapa pengertian tentang partisipasi dkemukakan oleh para ahli antara lain

yang dikemukakan oleh Dusseldorp (1981) yang menulis tentang partisipasi di tingkat masyarakat pedesaan adalah suatu bentuk interaksi dan kumunikasi khas, yaitu

berbagi dalam kekuasaan clan tanggung jawab. Namun demikian partisipasi hukan berarti hanya ikut serta secara fisik tapi juga seem kejiwaan, seperti dikemukakan

oleh Davis (1976) yang men- partisipasi sebagai keterlibatan mental, pikiran

dan perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok tersebut dalam usaha mencapai tujuan

berasama dan turut bertanggung jawab didalamnya.

Partisipasi masyarakat sejak semula sudah dianggap menjadi unsur pelengkap

penting dalam proses pembangunan nasional (Hamijoyo, 1993). Pengertian partisipasi

oleh banyak ahli biasanya diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu

kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka akan merupakan upaya peran. serta dalam pembangunan. Seperti yang dikemukakau oleh Slamet (1980) dalam Rauf (1981), partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya

pembangunan. Pada mumnya dapatlah dikatakan bahwa tanpa partisipasi masyarakat

maka setiap kegiatan pembangunan

akan

kurang berhasil.

Pam ahli sering mengaitkan partisipasi dengan bagaimana upaya mendukung

program pemerintah dan upaya-upaya yang pada awal dan konsep pelaksanaa~ya

berasal dari pemerintah. Seperti dikemukakan Hanafiah (1982), mengungkapkan

bahwa peran serta tidak hanya pengertian ditingkat lokal

serta

turut serta, bersama atau individu, dalam proyek pemerintah atau tidak hanya dalam hubungan produksi,

pengambilan keputusan dan pelaksanaan, tetapi harus lebih luas. Peranserta harus

(170)

sosial. Ditambahkan oleh Mubyarto (1984) bahwa peran serta masyarakat dalam pembangunan harus diartikan secara luas yaitu kesediaan untuk membantu

berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa harus mengorbankan kepentingan sendiri.

Nampak dari pengertian mengenai partisipasi masyarakat yang telah

dikemukakan diatas, maka jelaslah bahwa peran serta masyarakat secara aktif baik

secara moril maupun materiil, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama

menjadi sedemikian pentingnya di dalam setiap bentuk kegiatan pembangunan, disebabkan karena dengan adanya dukungan masyarakat yang saling berinteraksi

senantiasa memberikan harapan ke arah berhasilnya suatu kegiatan.

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan adalah partisipasi dengan mengikut sertakan masyarakat dalam kegiatan operasional berdasarkan rencana yang

telah disepakaa bersama.

Partisipasi merupakan masukan dalam proses pembangunan dan sekaligus

juga sebagai keluaran atau sasaran dari pelaksanaan pembangunan. Pada

kenyataannya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat bersifat vertikal maupun horisontal seperti Rahardjo (1985), menyatakan bahwa partisipasi vertikal

berlangsung bila masyarakat berperanserta dalam suatu program yang dari atas, posisi

masyarakat sebagai bawahan atau pengikut atau klien. Sedangkan partisipasi

horisontal, bilamana masyarakat mampu berprakarsa, yakni setiap anggota

masyarakat secara horisontal satu dengan yang lain berperanserta dalam kegiatan-

kegiatan pembangunan.

Rahim (1975) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam

(171)

masukan dalam proses pembangunan, menerima imbalan atas masukan tersebut dan

menilanati hasil pembangunan, (2) lkut memberikan masukan dan ikut menikmati

hasil pembangunan, (3) lkut memberikan masukan dan menerima imbalan tanpa litut menikmati hasil pembangunan, (4) Menikmati hasil pembangunan tanpa memberikan

masukan, dan (5) Memberi masukan tanpa menerima imbalan dan tidak ikut

menikmati hasil pembangunan.

Lebih lanjut Sudibyo, dkk., (1992) menyatakan lima ha1 yang menentukan

kelengkapan partisipasi masyarakat, yaitu : (a) Adanya aliran informasi yang menggambarkan aliran informasi timbal-balk dari masyarakat yang disampaikan

masyarakat melalui lembaga atau tokoh masyankat, (b) Konsultasi: masyarakat dilibatkan untuk berkonsultasi mengenai issue penting dalam perencanaan dan

pelaksanaan suatu program, (c) Keputusan: masyarakat atau tokoh-tokoh masyarakat

termasuk dari golongan sasaran program, terlibat dalam proses pengambilan

keputusan dan mengontrol jalannya program, (d) InisiatiE tidak semua ide-ide dan perencanaan datang dari luar, tetapi masyarakat memilila icebebasan untuk mengambil

inisiatif dalam mengidentifisikan kebutuhan dan strategi dalam pelaksanaan

program, dan (e) Masyarakat ikut mengevaluasi rencana dan pelaksanaan program.

Tjokroamidjojo (1977) juga membedakan partisipasi ke dalam 3 tahapan,

yaitu: (1) Keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan dalam perencanaan, (2) Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggungjawah dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan, (3) Keterlibatan dalam memetik hasil dan

manfaat pembangunan. Sedangkan Ghazaly (1979) membagi partisipasi menjadi 2

(172)

dimana setiap usaha pembangunan yang dilancarkan pemerintah atau pihak swasta

mendapat dukungan dari masyarakat baik dalam bentuk moril maupun materiil. Dari berbagai uraian di atas, dapat dikatakan bahwa partisipasi seseorang

dalam pembangunan dapat d~lakukan pada semua aspek dari suatu proses kegiatan

perencanaan pembangunan, m u h dari perencanaan b g g a pemanfaatan hasil yang dicapai dari suatu pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dengan kata lain, jika

masyarakat sejak awal ddibatkan secara penuh dalam suatu kegiatan maka dengan

sendirinya

akan

timbul rasa memiliki dan tanggungjawab moral terhadap keberhasilan

pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan.

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang

Partisipasi masyarakat dalam konteks pengelolaan ekosistem terumbu karang

adalah suatu kegiatan menyusun rencana pengelolaan ekosistem tenunbu karang yang menyertakan masyarakat dalam kegiatan pemantauan sumberdaya, mendiskusikan

hasil-hasil pemantauan, menyusun rencana kegiatan pada masa yang

akan

da@ng

serta menyusun kesepakatan-kesepakatan pengelolaan berdasarkan pada kearifan adat

atau budaya lokal, serta melakukan evaluasi pengelolaan.

Nikijuluw (1994) menyatakan bahwa pengelolaan yang melibatkan atau partisipasi masyarakat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya

alam, misalnya penkanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

lokal sebagai dasar pengelolaannya Selain mereka memiliki akar budaya yang kuat,

biasanya tergabung dalam kepercayaannya. Nilai-nilai dalam masyamkat (virtue)

biasanya ditransfer secara kuat dari generasi ke generasi yang tercakup dalam suatu

sistem tradisional.

Batasan masyarakat yang ikut berpartisipasi di dalam pengelolaan ekosistem

(173)

desa dalam suatu kecamatan. Desa yang dimaksud berada di pesisir atau pulau

temtama yang berbatasan langsung dengan pantai. Steakholders dalam pengelolaan ekosistem tenonbu karang ini adalah masyarakat desa yang berkepentingan langsung

terhadap sumberdaya terumbu karang. Masyarakat desa yang berkepentingan

langsung adalah masyarakat yang s e ~ g mengadakan aktivitas di sekitar perairan tennnbu karang. Aktivitas yang dimaksud misalnya menangkap ikan, berenang,

menyelam untuk mengambil terumbu karang, melakukan budidaya penitanan sem

nelayan yang sering melepas jangkar di kawasan terumbu karang.

Panayatou (1992) dalam Pomeroy dan Williams (1994) menyatakan bahwa

pendekatan secara tradisional ternyata berhasil memelihara pemanfaatan sumberdaya dam yang berkelanjutan, meningkatkan pemunbuhan desa, dan menjamin

pendistribusian hsil secara adil diantara sesama anggota masyarakat desa.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat cukup banyak dikemukakan oleh para ahli misalnya Madrie (1986), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan,

umur, dan kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan merupakan faktor pribadi yang

dapat mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.

Clusky (long, 1973), menghubungkan partisipasi dengan tingkat pengetahuan,

dimana seseomng yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terhadap kepentingan kelompok, cendenmg semakin tinggi partisipasiuya dalam kegiatan

pembangunan. Ditambahkan oleh Soeryani, dkk., (1987) yang menyatakan bahwa

tingkat pendidikan dan kerniskinan adalah merupakan faktor yang dapat

mempenganh partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup. Tingkat

(174)

terhadap manfaat yang akan diperoleh dari kelestarian sumberdaya dam. Kerniskinan

akan berpengaruh te.rhadap kerusakan lingkungan hidup, yang dalam ha1 ini kerniskinan berkaitan dengan rendahnya penghasilan dan jenis pekerjaan yang

dilakukan seseorang.

Selanjutnya, jenis pekejaan seseorang akan bqengaruh terhadap kesempatan

mereka untuk berpartisipasi, demikian pula dengan tingkat penghasilan.

Schrool (1984), menyatakan bahwa masyarakat akan berpartisipasi apabila

mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang tingkat kegiatan tersebut. Kurangnya pendidikan dan buta huruf tidaklah menjadi penghalang bagi keterlibatan

masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, asal saja proses pengambilan

keputusan tersebut diletakkan dalam jangkau ruang lingkup mereka dan melibatican

persoalan-persoalan yang menyangkut diri mereka sendiri. Kuraug t e r d i w y a masyarakat secara formal bukan berarti masyarakat tidak mempunyai kecerdasan dan

k d a n yang memberi kemampuan pada mereka untuk mengenal program-program

dan kegiatan-kegiatan yang

akan

membantunya mencapai taraf hidup yang leblh baik.

hoses padisipasi, keterlibatan dan penga- oleh masyarakat mengarah pada

penentuan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat itu sendiri.

Pangestu (1995), menyatakan yang mempengandu tingkat partisipasi seseorang meliputi dua hal, yaitu : (1) faktor internal, yang mencakup ciri-ciri atau

karakteristik individu dan (2) faktor &sternal, ya

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka perniltiran masalah
Gambar 2. (Desa Ratatotak Kabupaten Minahasa Sufawesi Utara Peta Lokasi Penelitian (Sumber : FPIK- UNSRAT)
Tabel 3. Dish-ibusi Penduduk Desa Berdasarksn Kelompok Umur Tahun 2002
Tabel 7. Ditribusi Responden Berdasarkan Variabel Sebaran Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dampingan dilakukan pendekatan secara langsung dengan keluarga dampingan.Setelah beberapa kali

• Bahwa berdasarkan pada keseluruhan pertimbangan hukum tersebut di atas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Tergugat dalam menerbitkan obyektum litis secara

Penelitian ini bertujuan mengetahui lama fermentasi yang terbaik dalam fermentasi Jerami padi dengan mikroorganisme lokal terhadap Bahan Kering, dan Bahan Organik, dan Abu

Kondisi optimum untuk sintesis wax ester dari asam lemak stearat yaitu selama 2 jam, pada suhu 40 °C, dengan jumlah enzim lipase 0,15 gram, pada perbandingan asam stearat :

Apabila ada mahasiswa yang belum selesai bimbingan proposal, mahasiswa dipanggil Kaprodi, dicari permasalahan dan diberi solusinya 4.. Setiap bimbingan harus membawa

Dalam program berita acara televisi terdiri dari laporan yang berupa naratif, dan dapat dianalisis sebagai narasi untuk menemukan prioritas dan asumsi bersama oleh

Mata kuliah ini diperuntukkan bagi mahasiswa Jurusan Syari’ah sebagai calon sarjana yang mahir dalam hukum Islam. Mata kuliah ini akan membantu mahasiswa

The online LIDAR mapping with multiple vehicles requires a high bandwidth and a reliable data exchange, therefore the communication layer provides mechanisms for data compres- sion