KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG
DI DESA RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA
SULAWESI UTARA
OLEH
:LUSIA ANNA
MARGARETHA
SARAGIH
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
LUSIA 'ANNA.M. SARAGIH. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Dibimbing oleh DIETRIECH G. BENGEN and VICTOR P.H. NIKIJULUW.
Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang mengalami tingkat degradasi cukup tinggi akibat pola pemanfaatannya selama ini cendemng tidak memperhatikan aspek kelestariannya. Degradasi terumbu karang ini hampir terjadi di seluruh kawasan pesisir Indonesia dan telah menyebabkan berbagai dampak yang merugikan terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya. Mengingat potensinya yang cukup besar untuk menunjang kesejahteraan masyarakat dan produktivitas lingkungan sekitarnya, maka diperlukan upaya-upaya. pengelolaan dan pelestarian terumbu karang. Guna menunjang keberhasilan pengelolaan, salah satunya diperlukan partisipasi aktif masyarakat setempat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang terdiri dari strategi pembinaan dan pelatihan secara intensif serta bantuan usaha. Partisipasi masyarakat di Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur terhadap terjaganya sumberdaya serta ekosistem temmbu karang yang ada di sekeliling mereka yakni relatif rendah. Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur adalah jenis mata pencaharian yang mereka geluti dan tingkat pemahaman mengenai terumbu karang, dimana hanya masyarakat yang bermata pencaharian di daerah terumbu karang atau kehidupannya bergantung terhadap terumbu karang dan yang memiliki pemahaman tentang terumbu karang yang berpartisipasi di dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang. Secara keseluruhan, dari hasil analisis komponen utama terlihat bahwa variable pendapatan, pendidikan, lama tinggal dan umur tidak dapat dijadikan parameter penentu untuk melihat derajat partisipasi dalam pengelolaan temmbu karang.
ABSTRACT
LUSIA ANNA.M. SARAGIH. The Community Participation Analysis In Coral Reef Ecosystem Management In Ratatotok Village District of Minahasa, North Sulawesi. Conseling by DIETRiECH G. BENGEN and VICTOR P.H. NIKIJUIAJW.
The objectives of this research is, to know the level of community participation regarding coral reef ecosystem management, and to explore the factors that affect the level of community participation. The field research was conducted from June to October 2002 on Ratatotok Village of the Minahasa District, North Sulawesi Province.
Survey, observation and secondary data were applied for this research. In Ratatotok 2 Village, twentyfive people were deducted as respondents and fifty respondents in Ratatotok Timur Village. Description analysis, cross tabulation and principal component analysis is employed in data analysis. ,
SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
"Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu
Karang Di Desa
Ratatotok
Kabupaten Minahasa,SulawesiUtara"
Adalah benar basil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua
sumber data dan infonnasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas clan dapat diperiksa kebenarannya.
k u s i a A.M. Saragih
KA.IIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG
DI DESA RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA
SULAWESI UTARA
LUSIA ANNA MARGARETHA SARAGIH
Tesis
Sebagai salah satu
syaratuntuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Tesis : Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Mhlahasa Sulawesi Utara
Nama : Lusia Anna Margaretha Saragih NRP : P.31500042
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan
Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing
~ r . f ; Dietriech G. Benpen. ~ E A
Ketua
Dr. Ir. ~ic\tor P.H. Nikijuluw. M.Sc
Awgota
Menyetujui :
Sumbtsdaya Pesisir Dan Laut
RJWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkm di Tanjung U g , Lampung pada tanggal 18 April 1975, maupakan anak kedua dari empat bersaudam dari pasangan Ir. Elia M. Sam@ dan ibu Lerpiana Purba
Pada Tahun 1987 penulis lulus dari SD Kr Eben Haezar 01 Manado, Tahun 1990 lulus
dari
SMP Kr Eben Haezar 01, dan pada tahun 1993 lulus dari SMA Negeri I Manado. Tahun 1993 penulis diterima di Universitas Sam Ratulangi Manado, Fakultas Paikanan dan Ilmu Kelautan., Program studi Ilmu Kelautan.Pada bulan Agustus 2000 Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala penyertaan dan kasih-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober
2002 ini adalah kajian parlisipasi masyarakat, dengan judul Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Desa Ratatotok
Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara
Selesainya penyusunan tesis ini atas masukan, arahan dan bimbingan dari
Bapak Dr.1r. Dietriech. G. Bengen, DEA dan Bapak Dr.Ir. Victor P.H.
Nikijuluw, M.Sc. sebagai Pembimbing, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr.Ir. Rokbmin
Dahuri, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan beserta staf yang selalu mengikuti perkembangan studi penulis hingga
penyelesaian akhir.
Akhirnya, kepada papah mamah abang Andy, dan adik-adikku, Ferdy
dan Erick terima kasih atas segala dukungan moril dan semangat juga doa selama
studi, penelitian dan penyusunan tesis.
5'
&weyorc
ald.
qdZ)
gdESSS
Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2002
DAFTAR IS1
Halaman
...
DAFTARTABEL vii
...
...
DAFTAR GAMBAR wll
...
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN
...
1...
Latar Belakang 1
...
Rumusan Masalah 4
...
Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
...
Pendekatan Masalah 9
...
TINJAUAN PUSTAKA
...
Ekosistem Terumbu Karang
.
...
Tipe
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
...
Fnngsi Ekologi dan Manfaat
...
Komunitas dan Kelompok lkan Karang
...
...
Partisipasi Masyarakat
...
Kamkteristik Masyarakat Pesisir . . .
...
Pengertian PaxQsipasl
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
...
...
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Terumbu Karang Faktor yang Mempengarulu Partisipasi
...
...
Pengembangan Partisipasi Masyarakat
...
Pengelolaan Ekosistem Terumbu karang
...
METODOLOG1 PENELITIAN 33
Lokasi dan
Waktu
Penelitian...
33. . ...
Metode Penehh an 33
...
Sampel dan Respond en 35
...
Pengumpulan Data
. .
35...
Instrumen Penelthan 36
...
Analisa Data 36
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
...
Gambaran Umum Desa Ratatotok
...
Sejarah Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur
...
Potensi dan Kondisi Terumbu Karang
...
Bentuk Pemanfaatan dan Pengelolaan Terumbu Karang Pemukiman Masyarakat Pesisir
...
...
Gambaran Umum Kenelayanan
...
Ahxivitas Masyarakat Nelayan
Kelembagaan Masyarakat..
...
...
Pengelolaan Wilayah..
...
Organisasi Kenelayanan..
HASIL Df4N PEMBAHASAN
Karakteristik Responden..
...
...
Bentuk Partisipasi Masyarakat di perairan sekitar Ratatotok.. . . .
...
Parns~pas~
. . .
Horizontal.....
Partis~pas~ Vertikal..
...
Faktor Determinan Partisipasi..
...
Arahan Strategi Pengembangan Partisipasi Masyarakat..
KESIMPULAN DAN SARAN
...
Kesimpulan...
Saran ...
DAFTAR TABEL
Matriks analisis SWOT ... ... ...
...
...... ... ... ... ... ... ... ... .
39 Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan jenis kelamintahun 2002 ... ...
... ...
... ... ... ... ... ... ... ...
...
... ......
... ... Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan kelompok umurtahun 2002
... ...
..
. ..
. ... .. .
...
...
Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2002.
.. .
... . .
. .. ... ... . . .. . ... ... .. . .
.. . . . ...
Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan jenis pekerjaan
tahun 2002.. .
. . .
.. . . .. . .
.
. ...
Struktur mata pencaharian responden..
. . .
.
. .
..
.
.
.. .
. .
.
. .
. ..
..
.. .
. ..
Distribusi responden berdasarkan variabel sebaran umur..
. . .. . .
...
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan..
. . .. ... . . . ...
Distribusi responden berdasarkan penghasilan.. ..
.. . .
.
.. . . .
. . .. . .
...
Distribusi responden berdasarkan lama tinggal..
. . .
.
. .
Kegiatan partisipasi masyarakat desa Ratatotok..
. . .
..
Distribusi responden berdasarkan partisipasi pengelolaan terumbu karang..
. . .
..
..
.. . .
.. . .
.
. .
.
. . . ..
Distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai terumbu karang ... . . . ...
...
.. . . .. ... .. . .. . .. . . .
.
...
...
. . . ... ... . . .. . ..
Identifikasi, pembobotan, rating clan skor tiap unsur SWOT
.
.
.
. . .
Matriks hasil analisis SWOT...
. .. .
.. . .
..
..
.... .
.. .
.
..
.
. .
..
..
. ..
... . .
...
DAFTAR GAMBAR
...
1. Kerangka berpikir penelitian 13
.
....
2. Peta lokasi penelit~an.. 34 3. Grafik analisis komponen utama hubungan parameter 79karakteristik responden desa Ratatotok 2..
...
1. Hasil Analisis Komponen Utama pada 25 Responden di Desa 98
...
Ratatotok 2..
2. Hasil Analisis Komponen Utama pada 50 Responden di Desa 99 Ratatotok Timur..
...
...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan salah satu sistem ekologi yang paling produktif,
beragam dan kompleks. Wilayah ini berperan sebagai penyangga, pelindung dan penyaring di antara daratan dan lautan, serta merupakan pemusatan terbesar penduduk sehingga memberikan tekanan yang semakin berat terhadap ekosistem di wilayah hi.
Dalam dekade terakhir ini, kegiatan pembangunan di wilayah pesisir cukup
pesat, haik untuk perikanan, pemukiman, penambangan, pariwisata dan sebagainya. Jumlah penduduk yang hidup di wilayah pesisir pada saat ini sama dengan jumlah
penduduk bumi seluruhnya pada tahun 1950. Jumlah penduduk di wilayah pesisir
diperkirakan 50-70% jumlah penduduk dunia. Proyeksi jumlah penduduk dunia menurut PBB adalah 8.5 miliar pada tahun 2025, dan 70% dari penduduk
ini
berada di20 negara berkembang dan kurang berkembang (less developed counlnes). Dua-per-
tiga penduduk dunia akan hidup dalam jarak 60
lon
dari garis pantai pada tahun 2020. Penduduk Indonesia tahun 2000 adalah 210 juta orang dan diperkirakan pada tahun2010 bejumlah 225 juta orang. Pesatnya pembangunan
ini
serta ditambah dengantingkat kepadatan penduduk yang tinggi, telah menimbulkan berbagai pennasalahan
lingkungan di beberapa wilayah pesisir Indonesia Dampak dari tekanan terhadap
sumberdaya alam pesisir diantaranya adalah degradasi ekosistem alami (pesisir, hutan
mangrove, terumbu karang); pembuangan limbah ke laut; sedimentasi sungai-sungai
erosi pantai dan abrasi (Rais 2001). Rais (2001) juga menambahkan bahwa selain
tekanan penduduk, wilayah pesisir juga menghadapi tekanan terhadap pengembangan ekonomi sumberdaya: pariwisata, minyak dan gas, pemukiman, dsb. Sektor pariwisata
negara dlhasllkim oleh kegiatan ini. Dapat m e n d a n kualitas lingkungan jika tidak dikembangkan dengan kehati-hatian (eko-turisme). Eko-turisme adalah 'trade-off
antara pemanfai~tan dan konservas~; wntoh: Great Banier Reef di Ausualia.
Salah satu sumberdaya dam di Indonesia yang sangat rentan dengan
terjadinya degpdasi lingkungan sehingga mempengaruhi fungsinya dalam
mendukung upaya pemenuhan kebutuhan manusia dan pembangunan ekonomi adalah
ekosistem tenunbu karang yang berada di wilayalt pesisir kepulauan Nusantara. Terumbu h a n g menjadi mata pencarian utama bagi nelayan Indonesia yang
umumnya subsistem, dan salah satu sumber pengamanan pangan pada waktu musim pacekelik. Dengan kata lain terumbu karang mempakan sumberdaya dam yang sangat berpenga~uh secara ekonomi terhadap banyak masyarakat pesisir di Indonesia.
Total l ~temmbu karang di Sulawesi utara sekitar i ~ i 8010 ha. Jenis terumbu
karang yang adtl umumnya adalah terumbu karang tepi winging reef) yang terletak di
sepanjang garis pantai
dan
dijumpai pula koloni terumbu karang yang mengelompok(patch reef) (Kusen dkk., 1991).
Salah satu wilayah pesisi yang memiliki potensi sumberdaya hut khususnya
terumbu hang: adalah Pulau Putus-putus yang terletak diwilayah Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Pulau ini letaknya kira-kira 1,5km di sebelah
utara perairan 1)esa Ratatotok Timur dan terbentang hampir sepanjang wilayah desa
Ratatotok Timtu. Diperkirakan bahwa di daerah ini memiliki luas terumbu karang
sebesar 4,5 hi dengan persentase tutupan karang 45.5% -50.18%. Walaupun
demikian potensi tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal apabila tidak dikelola secara terpadu. Keterpaduan diperlukan dengan memperhatikan hubungan
antar komponen-komponen dalam suatu sistem, sehmgga kelestarian sumberdaya
Keberadaan ekosistem tenunbu karang di F'ulau Putus-putus tersebut sangat
dipengaruhi oleh aktivitas penduduk di sekitarnya, dalam ha1 ini masyarakat Desa
Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur. Fenomena yang ada saat ini adalah, bahwa penduduk kedua desa tersebut umumnya mempakan pendatang dan memiliki
pekerjaan utama sebagai penambang emas (tambang rakyat), nelayan (27.82%) dan
pegawailkqawan dari PT Newmont Minahasa Raya (NMR). (Tabel 5).
Jumlah nelayan yang sedikit di Desa Ratatotok 2 (7.81%) memberikan dampak
yang relatif kecil terhadap ekosistem terumbu karang sedangkan nelayan di Desa Ratatotok Timur (56.42%) memberikan dampak yang relatif besar terhadap ekosistem terumbu karang. Hal lain yang menjadi perhatian saat ini adalab dengan jumlah
nelayan yang sedikit, temyata cukup banyak ditemukan lokasi-lokasi bekas
pengeboman (untuk menangkap ikan) di daerah terumbu karang sekitar F'ulau
Putus-
Putus. Temyata kegiatan pengeboman ini bukan dilakukan oleh masyarakat setempat
melainkan oleh masyarakat desa sekitar. Untuk mengantisipasi akan kerusakan terumbu karang yang lebih besar akibat pemboman, maka masyarakat desa sekitar
perairan Ratatotok pemab melapor pada aparat setempat namun
tidak
mendapattanggapan yang serius karena pelapor tidak membawa bukti. Pada akhirnya sebagai
bentuk keperdulian, PT.NMR yang mempunyai tanggung jamb di wilayah perairan tersebut mengadakan keqasama dengan pol air untuk menjaga wilayah perairan
tersebut dari kegiatan pemboman Menginsat berbagai dampak yang terjadi di
perairan sekitar Ratatotok yang mengakbatkan rusaklhilangnya terumbu karang,
maka dlperlukan berbagai progmdkegiatan pengelolaan terumbu karang.
Salah satu penyebab ketidak berlanjutan ini diantaranya adalah tidak
tidak menimbulkan rasa memilila, tanggung jawab dan kesadaran dari masyarakat
setempat untuk mendukung atau bahkan mengembangkan pelaksanaan program. Menyadari ha1 tersebut, maka upaya pelibatan masyarakat setempat dalam
pengelolaan temnbu k m g menjadi penting. Conyers (1991) menyebutkan terdapat
tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat dalam program pembangunan mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu
alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan atau proyek akan gagal.
Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan atau proyek jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut. Ketiga, merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.
Berdasarkan isu-isu yang ada diatas maka kegiatan penelitian ini dirancang
dan dilakukan guna pencapaian pengelolaan ekosistem t m b u karang secara
terpadu Dampak atau hasil pengelolaan terpadu adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan di Desa Ratatotok 2 d m Ratatotok Timur.
Perurnusan Masalah
Tennnbu karang dengan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan
salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang rentan dengan
kehancuran. Sebagai salah satu sumberdaya, terumbu karang disamping menunjang
produksi perikanan, juga memiliki fungsi lain seperti sebagai bahan industri h a s i , obyek wisata bahari, bahan hiasan dan aquarium ikan laut, bahan bangunan, tempat
dan pembesaran (nursety ground) dan pelindung pantai dari hempasan ombak dan
arus kuat yang berad dari laut (Bengen 2000).
Dapat dikatakan bahwa terumbu karang mempunyai potensi sumberdaya yang dapat dimanhtkan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Terumbu karang berfungsi melindungi ekosistem pantai dari pengaruh abrasi ombak,
sumber berbagai bahan baku makanan dan sumber substansi bioaktif untuk indusm
kimia dan farmasi baik pada masa sekarang maupun yang akan datang selain itu terumbu karang berperan sebagai laboratorium alam untuk kegiatan penelitian ilmiah.
Selain itu terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan,
pembuatan kapur, dan bahan perhiasan. Bahkan keindahannya dapat dijadikan tempat rekreasi untuk mendukung sektor pariwisata, yang memberi kontribusi
devisalpenghasilan bagi negara. Namun dibalik potensi tersebut banyak pula aktifitas
manusia diketahui dapat mengacam kerusakan ekosistem sumberdaya terumbu
karang.
Kerusakan ekosistem terumbu karang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia Kerusakan
ini
akan
menyebabkan berkurangnya atau menghdangnya fungsidan manfaat terumbu karang bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Untuk
mengembalikan terumbu karang yang rusak maka diperlukan upaya pengelolaan terumbu karang yang diantaranya rehabilitasi terumbu karang.
Dewasa
ini
beberapa permadahan yang muncul di vdayah pesisir khususnyadi daerah terumbu karang antara lain :
1. Penangkapan ikan dan biota terumbu karang secara terns menerus dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan semakin cepatnya penurunan jumlah
2. Pencemaran dan pelumpnran sebagai akibat pembangunan didaerah pesisir yang tidak terkendali.
3. Pengambilan dan penambangan karang untuk keperluan bahan bangunan di daerah pesisi yang tidak terkendali.
Merosotnya ekosistem terumbu karang dalam skala yang besar akan
menyulitkan pemullhannya. Karena untuk memuhhkan kondisi tenunbu karang
diperlukan waktu yang relatif lama dan hanya mungkm terjadi apabila iingkungan laut dimana tenunbu karang tumbuh, berada dalam kondisi yang sesuai dengan yang
diperlukan oleh hewan karang.
Untuk menanggulangi masalah kerusakan terumbu karang pemerintah telah dan sedang melakukan berbagai upaya pengelolaan ekosistem terumbu karang secara
terkoordinasi dengan berbagai instansi terkait guna melestarikan sumberdaya tersebut
beserta lingkungannya dengan tetap mengacu pada strategi konservasi dan pengelolaan ekosistem terumbu karang di Indonesia. Masyarakat di sekitar ekosistem
terumbu karang merupakan UIISUT yang paling berkepentingan baik dari segi
pemanfaatan ataupun sebagai penerima berbagai akibat yang ditimbulkan dari baik
buruknya terumbu karang.
Keberhasilan pengelolaan terumbu karang ditentukan oleh banyak faktor. Salah
satu faktor tersebut adalah adanya partisipasi dari masyarakat setempat. Tanpa adanya upaya pemeliharaan atau perlindungan terumbu secara terus-menerus, maka upaya
upaya rehabilitasi tenunbu karang kecil kemungkhnnya akan berhasil. Untuk itu ha1
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengembangkan partisipasi masyarakat agar terlibat secara aktif dalam kegiatan rehabilitasi terumbu karang, serta
Kegiatan pengelolaan dan pelesfarian tennnbu karang dengan melibatkan masyarakat setempat umumnya ditangani oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga
yang dibentuknya ataupun melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pada
pelakwmmya bahkan tidak jarang keduanya bekerjasarna. Dalam ha1 ini LSM menempatkan diri sebagai pendamping yang bersifat komplementer terhadap program-program pemerintah.
Kegiatan pengelolaan wilayah pesisir mi bertujuan untuk melibatkan
masyarakat secara menyeluruh terutama masyiuakat pesisir sebagai bentuk partisipasi
dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang sehingga diharapkan keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian terumbu karang secara berkelanjutan serta dapat mengurangi tekanan-tekanan yang berdampak merusak kelestarian
tenunbu karang dan ekosistem lainnya
Dalam pelaksanaan kegiatannya, pada umumnya LSM melakukan melalui suatu persiapan sosial yang terencana dan pembinaan kelompok secara intensif. Hal ini
dilakukan mengingat &pan kegiatan LSM umumnya bersifat terbatas, berhubungan
langsung dengan masyiuakat, sifat organisasinya yang kecil dan dmmis serta dibangun atas idealisme tertentu.
Program partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi dan pengelolaan tennnbu
karang di Sulawesi Utara sedang dilakukan antara lain oleh Coastal Resources
Management Project (CRMP), Coral Reef Information Training Center (CR-ITC 4),
Coral Reef Rehabilltation and Management Project (COREMAP), Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), LSM KELOLA sebagai pelibatan masyarakat dalam
mengelola terumbu karang. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga-
'l'erumbu Karang Berbasis Masyarakat (Locally Based Management of Coral Reen, Budidaya ikan di jaring apung, budidaya rumput laut, pemberian bantuan modal
bempa uang atau perahu untuk masyarakat nelayan,
du.
Berdasarkan uraian di atas, maka pennasalahan yang diajukan sehubungan dengan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi dm pengelolaan terumbu karang di
Desa Ratatotok, Kab. Minahasa adalah :
1. Mengkaji bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang
2. Kegiatan-kegiatan apa yang dapat mendukung strategi pengembangan
padsipasi masyarakat diatas?
3. Apakah kegiatan yang ada sudah cukup optimal dalam pengembangan partisipasi masyarakat diatas?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan penelitian dapat dirmnuskan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui derajat partisipasi masyarakat Desa Ratatotok dalam kegiatan
pengelolaan terumbu karang.
b. Untuk mengetahui dampak kehidupan sosial masyarakat dengan adanya aktivitas
yang dilakukan di daerah tennnbu karang.
c. Untuk mengetahui persepsi masyarakat pesisir terhadap sumberdaya terumbu
karang sekarang dan menentukan strategi pengembangan partisipasi masyarakat
Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan dalam pengambilan
keputusan bexkaitan dengan upaya pelestarian sumberdaya dam khususnya
terumbu karang.
b. Memberikan suatu altematif kebijakan dan bahan pemikiran baru yang lebih tepat
dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang yang berkelanjutan di desa
Ratatotok 2 dan Ratatotok Timw.
c. Untuk memberi penghayatan yang lebih mendalam kepada rnasyarakat akan
berbagai masalah lokal yang dihadapi berdasarkan fakta-fakta sosial yang berhasil diidentifikasi di wilayah tersebut.
Pendekatan Masalalr
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem dasar laut tropis yang
komunitasnya didominasi oleb biota laut penghasil kapw, terutama karang batu (stony
coral) dan algae berkapur. Terumbu karang mempunyai respon spesifik terhadap lingkungan sekitarnya. Pemunbuhan yang pesat pada kedalaman 2-15 m, dan cahaya
merupakan faktor utama yang mempengmuhi distribusi vertikalnya (Nybakken,
1992). Karang pembentuk terumbu karang dapat tumbuh dengan baik pada daerah-
daerah tertentu, seperti pulau-pulau yang sedikit mengalami proses sedirnentasi
(Suharsono, 1998). Terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang memiliki produktivitas primer yang tinggi. Karena tingginya produktivitas tersebut, maka
banyak kehidupan laut yang berasosiasi dengan menggantungkan hidup texhadap
komunitas terumbu karang, oleb karena terumbu karang merupakan komunitas
pesisir menggantungkan bidupnya pada perairan laut dangkal dimana terumbu karang
banyak herasosiasi.
Ekosistem terumbu karang mempunyai peran yang besar sebagai : (a) tempat tumbuh biota lain karena fungsinya sebagai tempat memijah, mencari makaq d a d
asuhan berbagai biota laut, (b) sumber plasma nutfah biota laut, (c) mencegah erosi
dan mendukung terbentuknya pantai berpasir, dan (d) melindungi pantai dari hempasan ombak dan keganasan badai, disamping melindungi berbagai bangunan
fisik (Nybakken, 1986; Dahuri, dkk., 1996).
Ekosistem terumbu karang ini dapat mengalami degradasikerusakan oleh
karena aktivitas manusia. Aktivitas tersebut seperti yang diungkapkan oleh Berwick (1983) Dahuri dkk. (1996) adalah: penambangan karang dengan atau tanpa
bahan peledak, penangkapan ikan dengan alat yang merusak dan eksploitasi yang
berlebihan, pembuangan limbah panas, penggundulan hutan di lahan atas, pengerukkan di sekitar terumbu karang, kepariwisataan, pencemaran oleh limbah
manusia dari hotel tanpa pengolahan, kerusakan fisik terumbu karang oleh jangkar kapal, kegiatan penyelam yang tidak
peduli
tahadap nilai kelestarian terumbu karang,serta penangkapan ikan bias dengan menggunakan kalsium sianida (KCN).
Sedangkan pengaruh faktor dam misalnya akibat badai dan pemangsaan predator (Acanthasterplancii) juga akibat perubahan suhu perairan yaitu terjadinya p e n m a n
suhu akibat pencampuran massa air yang lebih dingin sehingga menyebabkan karang
mati dan menjadi putih (bleaching).
Perkembangan terumbu karang dipe- oleh beberapa faktor fisik lingkungan yang dapat menjadi pembatas bagi karang untuk membentuk terumbu. Adapun faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu
diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 23-25"C, dengan suhu maksimal
yang masih dapat ditolerir berkim antara 3640°C; kedalaman perairan <SO
m,
dengan kedalaman bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang; Salinitas air
yang konstan berkisar antara 30-36-?; perairan yang cerah, bergelombang besar dan
bebas dari sedimen.
Aktivitas manusia pada ekosistem terumbu karang akan berdampak pada
keadaan sosd, ekonomi dan budaya masyarakat yang mana hal tersebut dapat
dianalisis dan diketahui. Dari hasit komunikasi dengan masyarakat, diperoleh
i n f o m i bahwa kerusakan terumbu karang di Desa Ratatotok disebabkan oleh
kegiatan pemboman. Karena itu, diperlukan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi aktivitas tersebut. Dengan adanya aktivitas pemboman ikan yang
merusak terwnbu karang maka diperlukan suatu upaya pengelolaan terumbu karang yang optimal, misalnya dengan adanya penyuluhan tentang pentingnya pelestarian
lingkungan pesisir dan iautan, dilanjutkan dengan penyadaran dan peningkatan kepedulian atau dengan pemberian materi pendidikan tentang kesadaran lingkungan
dan cinta sumberdaya alam bagi anak-anak sekolah serta membuat papan informasi
mengenai pentingnya pengelolaan ekosistem pesisir bagi kehidupan masyarakat
wilayah pesisir. Upaya menuju keberhasilan pengelolaan terumbu karang adalah
kesadaran dan partisipasi dari m e a t setempat. Untuk mengembangkm
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang maka diperlukan suatu
usaha dan kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang masyarakat agar terlibat dalam kegiatan pengelolaan terumbu karang Bengen (2001) menyatakan bahwa masalah
pengelolaan terumbu karang secara lestari adalah bagaimana menggabungkan antam
kepentingan ekologis dengan kepentingan sosial ekonomi masyardcat di sekitar
mengatasi masalah sosial ekonomi masyarakat selain tujuan konservasi terumbu
karang tercapai. Dengan demikian, strategi dan kegiatan-kegiatan pengembangan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang tidak hanya semata-mata meningkatkan pemaharnan dan kesadaran masyamkat akan pentingnya terumbu
karang serta kemampuan dalam mengelolanya, namun juga memberdayakan
kehidupan sosial ekonomi mereka.
Soesilowati (1977) mengutip pendapat Harper tentang pemberdayaan
masyarakat Menwutnya empat strategi pemberdayaan masyarakat adalah: (1) strategi
fasilitasi, (2) strategi edukatic (3) strategi persuasif, dan (4) strategi kekuasaan.
Dalam penelitian ini, keempat strategi pengembangan partisipasi masyarakat tersebut dijadikan dasar untuk menilai partisipasi yang t q a d i di Katatotok.
Dengan memperhatjkan perumusan madah dan konsep pengembangan
partisipasi di atas, maka secara sederhana disusun kerangka pemikiran yang dapat
Aktivitas Manusia
Kondisi Ekologis
Terumbu Karang Analisis
Sosial, Ekonomi dan 4
Budaya Masyarakat
v
PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG SECARA
[image:160.587.92.499.70.406.2]BERKELANJUTAN
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Terumbu Karang
Negara Kepulauan Indonesia memiliki komunitas terumbu karang yang
beraneka ragam, terdiri dari sekitar 400 spesies mulai dari karang tepi yang berada di sekitar pantai hingga at01 yang berada di tengah lautan (De Vantier dkk., 1998). Cesar
(1997), komunitas terumbu karang di Indonesia yang mencapai 75.000 l d
merupakan 118 dari luas areal terumbu karang di dunia.
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem
dasar
laut tropis yangkomunitasnya didominasi oleh biota laut penghasil kapur, terutama karang batu (stony
c o d ) dan algae berkapur (Calcareous algae). Terumbu karang berupa gugusan karang yang terbentuk dari endapan masif kristal kalsium karbonat (CaCO3), berasal
dari epidermis pada setengah bagian bawah kolom dan bintang karang @lip
menetap), algae dan organisme penghasil kalsium karbonat tersebut. Terumbu karang mempunyai respon spesifik terhadap lingkungan sekitamya. Pertumbuhan yang pesat
pada kedalaman rata-rata 2-15 m, dan &ya merupakan faktor utama yang
mempengatuh distribusi vertikalnya (Nybakken, 1992).
Karang pembentuk terumbu hanya dapat tumbuh dengan baik pada daerah- daerah tertentu, seperti pulau-pula yang sedikit mengalami proses sedimentasi
(Suharsono, 1998). Laju regenerasi karang bervariasi menurut perbedaan spesies,
umur koloni clan lingkungannya. Koloni karang yang muda dan kecil tumbuh lebih
cepat dari pada koloni yang lebih tua, dan jenis karang yang bercabang atau bdentuk daun lebih cepat tumbuh dari pada karang masif.
Tipe Terumbu Karang
Nybakken (1992) mengelompokkan menjadi tiga s h u k h d mum, yaitu (a)
(Barrier reen dan (c) terumbu karang cinch (Atol). Terumbu karang tepi yang paling umum dijumpai di perairan Indonesia (Suharsouo, 1996).
Terumbu karang tepi (Fringing reej) tumbuh subur di daerah cukup ombak dengan kedalaman tidak lebih dari 40 m. Terumbu karang jenis ini ditemukan hampir
diseluruh pantai Indonesia. Perhmbuhan terumbu karang dapat terhambat akibat
perubahan suhu yang sering terjadi dan banyaknya endapan (Hardianto, dkk., 1998).
Terumbu karang penghalang (Barrier reej) tedetak di berbagai jarak kejauhan
dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-75 m). Umumnya terumbu karang penghalang
memarjang menyusuri pantai dan biasanya berputar sealcan-akan merupakan
penghalang bagi pendatang yang datang dari luar.
Terumbu karang cincin (Aiol) berbentuk seperti cincin dan di tengahnya
terdapat suatu goba dengan kedalaman 45 m. Terumbu ini bemunpu pada dasar yang
cukup dalam hingga terumbu karang
ini
tidak dapat tumbuh lagi.Pertumbuhan dan Kelaugsungan h ~ a u p lerumbu karang
Ekosistem terumbu karang unsur utamanya berupa biota laut yang me& m a r a t a n hidup karang batu (Stony coral) dan Zooxanthellae, yaitu :
1. Cahaya matahari, cahaya matahari sangat diperlukan zooxanthellae yang hidup
bersimbiosis dijaringan endodenn polip karang batu untuk proses fotosintesa
(menghasilkan oksigen terlarut dalam air laut). Karena itu, endapan pada perairan
yagn terdapat karang hidup, selain meughalangi penetrasi cahaya matahari ke dasar laut juga dapat menutupi mulut karang batu dan mematikan terumbu
karang.
mempengadu kehidupan karang batu, seperti proses produksi, metabolisme dan pemben- karangka kapur sebagai kerangka luamya. Suhu perairan Indonesia
yang dikenal memiliki kekayaan dan keindahan terumbu karang berkisar antara
27-28 OC.
3. Salinitas (kadar garam), karang batu dikenal sebagai biota laut yang memiliki
toleransi tinggi terhadap perubahan salinitas air laut, yaitu antara 27-40 %.
4. Kejernihan air, sangat diperlukan untuk menjamin masuknya sinar matahari ke
dasar laut Banyaknya partikel atau endapan di dalam air laut dapat menimbulkan
kekeruhan yang dapat mengganggu pertumbuhan karang batu.
5. Pergerakan air (arus), diperlukan untuk kelangsungan hidup karaog batu, karena
karang batu hidup menetap (tidak dapat berpindah tempat), maka kebutuhan makanan dan oksigen di malam hari hanya dapat t v u h i oleh keberadaan arus
yang membawa makanan dan oksigen ke tempat karang batu hdup (kebutuhan oksigen siang hari untuk proses fotosintesis woxanthellae di jaringan endoderm
h a n g batu lebih dari cukup). Pergerakan
air
laut juga membantu membersihkanendapan yang menempel menutup mulut karang batu hidup.
6. Substrat dasar, yang keras dan bersih dari endapan diperlukan untuk penempelan
larva karang batu yang siap membentuk koloni baru.
Terumbu karang terdiri atas ratusan ribu jenis karang batu (Stony coral) dari
empat ordo, yakni Sceleractinia, Stolonifera, Coenothecalia, dan Milleporina. Sebagai
biota yang paling dominan, karang batu mempunyai peran yang sangat penting,
karma itu kerusakan dan kematian karang batu dapat mengganggu serta mengubah lingkungan dan keseimbangan komunitas terumbu karang secara keseluruhan
Fungsi ekologi dan manfaat ekonomi terumbu mmng
Terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang memiliki produktivitas pnmer yang tmgg. Karena tingginya produktivltas tersebut, maka banyak kehidupan
laut yang berasosiasi dengan menggantungkan hidup terhadap komunitas terumbu
karang, oleh karena terumbu karang merupakan komunitas perairan yang sangat
bemilai bagi ekosistem maupun kehidupan manusia.
Ekosistem terwnbu karang mempunyai peran yang besar sebagai : (a) tempat
tumbuh biota lain karena fungsinya sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah
asuhan berbagai biota laut, (b) sumber plasma nuthh biota laut, (c) mencegah erosi
clan mendukung terbentuknya pantai berpasir, dan (d) melindungi pantai dari hempasan ombak dan keganasan badai, disamping melindungi berbagai bangunan fisik (Nybakkg 1986; Dahnri, &., 1996).
Bagi manusia, terumbu karang bermanfaat sebagai : (a) sumber bahan baku
untuk berbagai macam kegiatan; seperti karang, batu dan pasir sebagai bahan bangunan, karang hitam (Black coral) sebagai bahan perhiasan, dan karang atau
molusca sebagai bahan pen-
rumah,
@) penghasil protein bagi penduduk, (c)obyek wisata, (d) penangkal ombak atau pelindung usaha perikanan laguna, (e) pelindung pelabuhan kecil dari badai dan hempasan air laut, dan (f) kegunaan lainnya
(Sukamo, 1995).
Komunitas dan Kelompok Ikan Karang
Ikan-ikan karang terdiri dari banyak sekali jenis tetapi masih tetap terbatas
jumlahya dengan morfologi dm perilaku tertentu, demikian juga pola berenangnya
tidak acak melainkan teratur, sehingga dari sebaran dan perilakunya dapat
Pada umumnya komunitas
ikan
karang yang hidup berasosiasi sangat dekatdengan ekosistem terumbu karang dapat dikelompokkan atas tiga kelompok besar, yakni :
1. Jenis ikan indikator, hidupnya berasosiasi paling kuat dengan karang atau sangat bergantung dengan keberadaan karang di suatu perairan. Misalnya, ikan Kepe-
kepe atau dari marga Chaetodon, Forcipiger, Parachaetodon, Coradion,
Hemitaurichtys, dan Heniochus yang keseluruhan termasuk dalam suku
Chaetodontidae.
2. Jenis ikan target, merupakan jenis ikan konsumsi atau memiliki nilai ekonomis
penting yang hidup berasosiasi dengan ekosistem perairan karang.
3. Jenis ikan-ikan lainnya (Major group), merupakan jenis ikan yang tidak
termasuk
ikan
indikator maupunikan
target diatas. Pada umumnya kelompok inibelum banyak diketahui peranannya selain dari rantai maltanan di dam, karena
sebagian besar dari jenis ikan kelompok ini hidup dalam kelompok besar
(schoolingjish).
Partisipasi Masyarakat
Karakteristik Masyarakat Pesisir
Menurut Sunoto (1997) masyarakat pesisir dapat dibagi menjadi 2 kelompok
menurut jenis kegiatan utamanya, yaitu nelayan penangkap
ikan
dan nelayanpetambak. Nelayan penangkap ikan adalah seseorang yang pekerjaan utamanya di
sektor perikanan laut dan mengandalkan ketexsediaan sumberdaya ikan di alam bebas, sedangkan nelayan petambak adalah nelayan yang kegiatan utamanya
membudidayakan ikan atau sumberdaya laut lainnya yang berbasis pada daratan dan
Masyarakat nelayan penangkap ikan sangat rawan karem bergantung
sepenuhnya terhadap keberdayaan sumber&ya alam yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh nelayan (Sunoto 1997). Nelayan tidak pernah mempunyai gambaran
yang pasti tentang berapa pendapatan yang akan diperolehnya, suatu saat pendapatannya cukup besar akan tetapi di saat lain sama sekali tidak memperoleh
hasil tangkapan.
Ini
disebabkan karena sifat tangkapan nelayan yang senantiasa bergerak dan berpindah-pindah tempat menjadikan tingkat pendapatan merekacenderung tidak teratur (Nadjib 1998). Selain itu, pendapatan nelayan juga sangat
dipen- oleh jumlah nelayan yang beropemi di suatu daerah penangkapan
(fishing ground). Di daerah yang padat penduduknya, seperti pantai utara Jawa, sudah
terjad kelebihan tangkap (over fishing) yang beralabat pada kecilnya volume hasil tangkapan yang pa& akhimya mempengaruhi pendapatan (PKSPL 1998).
Dalam menangkap
ikan
tidak jarang nelayan hams berpisah dari keluargaberhari-hari. Hal ini menyebabkan pulangnya mereka ke rumah s e ~ g dipergunakan
sebagai kesempatan beristirahat daripada berproduks~. Sedangkan nelayan petambak
memiliki aksesibilitas terhadap sumberdaya dam relatif lebih baik dibanding nelayan tangkap. Keadaan tersebut memberikan alternatif yang lebih banyak bagi
pengembangan ekonomi mereka (Sunoto 1997).
Masyarakat pesisir memMci karakteristik tertentu yang khas dan unik. Sifat
ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang penkanan yang merupakan
Ketergantungan pada kondisi lingkungan
Keberlanjutan atau keberhasilan
usaha penkanan
sangat bergantung padakondisi lingkungan, khususnya air. Keadaan
ini
benmplikasi pada kondisi kehidupansosial ekonomi masymkat pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir menjadi sangat
tergantung pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran, karena dapat menggunmg sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir.
Ketergantungan paah musim
Ketergantungan pada musim mempakan karakteristik yang paling menonjol di masyarakat pesisir, terutama bagi nelayan kecil. Pada musim penangkapan para
nelayan sibuk melaut. Sebaliknya, pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi
berkwang sehingga banyak nelayan menganggur. Kondisi ini mempunyai hphkasi besar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir secara umum dan kaum
nelayan pada khususnya.
Ketergantungan pada pasar
Berbeda dari petani, para nelayan dan petambak sangat tergantung tergantung pada keadaan pasar. Hal ini disebabkan komoditas yang mereka hasilkan hams segera
dijual baru bisa digunakan untuk memenuhi keperluan hidup. Nelayan dan petambak
h m s menjual sebagian besax hasilnya dan bersifat segera agar tidak membusuk.
Kondisi ini menyebabkan nelayan dan petambak sangat
peka
terhadap harga.Perubahan harga produk perikanan sangat mempengambi kondisi sosial ekonomi mereka.
Walaupun masyarakat pesisir dapat dikelompokkan menurut jenis kegiatan
utamanya, namun pada umumnya hubungan sosial ekonomi mereka hampir sama
m u m dijumpai dikalangan nelayan dan petambak, yaitu pola hubungan yang bersifat
patron-klien. Karena keadaan yang bun& maka para nelayan ked, buruh nelayan, petambak kecil dan b m h tambak seringkali meminjam uang dan barang-barang
untuk kehidupan sehari-hari dari jnragan atau para pedagang pengumpul. Konsekuensinya, para peminjam tersebut menjadi terkait dengan pihak jnragan atau
pedagang, yaitu keharusan menjual prodnknya.
Stratifikasi sosial yang sangat menonjol pada masyarakat nelayan dan
petambak adalah stratifikasi yang berdasarkan penguasaan alat produksi (PKSPL 1998). Pada masyarakat nelayan, umumnya ada 3 strata kelompok, yaitu :
Strata pertama dan yang paling atas adalah mereka yang memiliki kapal
motor lengkap dengan alat tangkapnya. Biasanya dikenal sebagai nelayan
besar atau modem, tidak ikut melaut dan operasi penangkapannya diserahkan kepada orang lain. Buruh atau tenaga kerja yang digunakan bisa mencapai 30-
an orang.
Strata kedua adalah mereka yang memdiki perahu dengan motor tempel.
Biasanya pemihk ikut melaut memimpin kegiatan penangkapan. Bmuh yang
ikut mungkm ada tapi terbatas dan biasanya hanya merupakan anggota
keluarga saja.
Strata terakhir adalah buruh nelayan. Meskipun para nelayan kecil bisa juga
merangkap menjadi buruh, tapi banyak pula buruh yang tidak memiliki sarana
produksi apa-apa, hanya tenaga mereka sendiri.
Seringkali nelayan besar juga merangkap sebagai pedagang pengumpul.
Pengertian Partisipasi
Beberapa pengertian tentang partisipasi dkemukakan oleh para ahli antara lain
yang dikemukakan oleh Dusseldorp (1981) yang menulis tentang partisipasi di tingkat masyarakat pedesaan adalah suatu bentuk interaksi dan kumunikasi khas, yaitu
berbagi dalam kekuasaan clan tanggung jawab. Namun demikian partisipasi hukan berarti hanya ikut serta secara fisik tapi juga seem kejiwaan, seperti dikemukakan
oleh Davis (1976) yang men- partisipasi sebagai keterlibatan mental, pikiran
dan perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok tersebut dalam usaha mencapai tujuan
berasama dan turut bertanggung jawab didalamnya.
Partisipasi masyarakat sejak semula sudah dianggap menjadi unsur pelengkap
penting dalam proses pembangunan nasional (Hamijoyo, 1993). Pengertian partisipasi
oleh banyak ahli biasanya diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu
kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka akan merupakan upaya peran. serta dalam pembangunan. Seperti yang dikemukakau oleh Slamet (1980) dalam Rauf (1981), partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya
pembangunan. Pada mumnya dapatlah dikatakan bahwa tanpa partisipasi masyarakat
maka setiap kegiatan pembangunan
akan
kurang berhasil.Pam ahli sering mengaitkan partisipasi dengan bagaimana upaya mendukung
program pemerintah dan upaya-upaya yang pada awal dan konsep pelaksanaa~ya
berasal dari pemerintah. Seperti dikemukakan Hanafiah (1982), mengungkapkan
bahwa peran serta tidak hanya pengertian ditingkat lokal
serta
turut serta, bersama atau individu, dalam proyek pemerintah atau tidak hanya dalam hubungan produksi,pengambilan keputusan dan pelaksanaan, tetapi harus lebih luas. Peranserta harus
sosial. Ditambahkan oleh Mubyarto (1984) bahwa peran serta masyarakat dalam pembangunan harus diartikan secara luas yaitu kesediaan untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa harus mengorbankan kepentingan sendiri.
Nampak dari pengertian mengenai partisipasi masyarakat yang telah
dikemukakan diatas, maka jelaslah bahwa peran serta masyarakat secara aktif baik
secara moril maupun materiil, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama
menjadi sedemikian pentingnya di dalam setiap bentuk kegiatan pembangunan, disebabkan karena dengan adanya dukungan masyarakat yang saling berinteraksi
senantiasa memberikan harapan ke arah berhasilnya suatu kegiatan.
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan adalah partisipasi dengan mengikut sertakan masyarakat dalam kegiatan operasional berdasarkan rencana yang
telah disepakaa bersama.
Partisipasi merupakan masukan dalam proses pembangunan dan sekaligus
juga sebagai keluaran atau sasaran dari pelaksanaan pembangunan. Pada
kenyataannya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat bersifat vertikal maupun horisontal seperti Rahardjo (1985), menyatakan bahwa partisipasi vertikal
berlangsung bila masyarakat berperanserta dalam suatu program yang dari atas, posisi
masyarakat sebagai bawahan atau pengikut atau klien. Sedangkan partisipasi
horisontal, bilamana masyarakat mampu berprakarsa, yakni setiap anggota
masyarakat secara horisontal satu dengan yang lain berperanserta dalam kegiatan-
kegiatan pembangunan.
Rahim (1975) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam
masukan dalam proses pembangunan, menerima imbalan atas masukan tersebut dan
menilanati hasil pembangunan, (2) lkut memberikan masukan dan ikut menikmati
hasil pembangunan, (3) lkut memberikan masukan dan menerima imbalan tanpa litut menikmati hasil pembangunan, (4) Menikmati hasil pembangunan tanpa memberikan
masukan, dan (5) Memberi masukan tanpa menerima imbalan dan tidak ikut
menikmati hasil pembangunan.
Lebih lanjut Sudibyo, dkk., (1992) menyatakan lima ha1 yang menentukan
kelengkapan partisipasi masyarakat, yaitu : (a) Adanya aliran informasi yang menggambarkan aliran informasi timbal-balk dari masyarakat yang disampaikan
masyarakat melalui lembaga atau tokoh masyankat, (b) Konsultasi: masyarakat dilibatkan untuk berkonsultasi mengenai issue penting dalam perencanaan dan
pelaksanaan suatu program, (c) Keputusan: masyarakat atau tokoh-tokoh masyarakat
termasuk dari golongan sasaran program, terlibat dalam proses pengambilan
keputusan dan mengontrol jalannya program, (d) InisiatiE tidak semua ide-ide dan perencanaan datang dari luar, tetapi masyarakat memilila icebebasan untuk mengambil
inisiatif dalam mengidentifisikan kebutuhan dan strategi dalam pelaksanaan
program, dan (e) Masyarakat ikut mengevaluasi rencana dan pelaksanaan program.
Tjokroamidjojo (1977) juga membedakan partisipasi ke dalam 3 tahapan,
yaitu: (1) Keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan dalam perencanaan, (2) Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggungjawah dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan, (3) Keterlibatan dalam memetik hasil dan
manfaat pembangunan. Sedangkan Ghazaly (1979) membagi partisipasi menjadi 2
dimana setiap usaha pembangunan yang dilancarkan pemerintah atau pihak swasta
mendapat dukungan dari masyarakat baik dalam bentuk moril maupun materiil. Dari berbagai uraian di atas, dapat dikatakan bahwa partisipasi seseorang
dalam pembangunan dapat d~lakukan pada semua aspek dari suatu proses kegiatan
perencanaan pembangunan, m u h dari perencanaan b g g a pemanfaatan hasil yang dicapai dari suatu pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dengan kata lain, jika
masyarakat sejak awal ddibatkan secara penuh dalam suatu kegiatan maka dengan
sendirinya
akan
timbul rasa memiliki dan tanggungjawab moral terhadap keberhasilanpelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan.
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang
Partisipasi masyarakat dalam konteks pengelolaan ekosistem terumbu karang
adalah suatu kegiatan menyusun rencana pengelolaan ekosistem tenunbu karang yang menyertakan masyarakat dalam kegiatan pemantauan sumberdaya, mendiskusikan
hasil-hasil pemantauan, menyusun rencana kegiatan pada masa yang
akan
da@ngserta menyusun kesepakatan-kesepakatan pengelolaan berdasarkan pada kearifan adat
atau budaya lokal, serta melakukan evaluasi pengelolaan.
Nikijuluw (1994) menyatakan bahwa pengelolaan yang melibatkan atau partisipasi masyarakat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya
alam, misalnya penkanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
lokal sebagai dasar pengelolaannya Selain mereka memiliki akar budaya yang kuat,
biasanya tergabung dalam kepercayaannya. Nilai-nilai dalam masyamkat (virtue)
biasanya ditransfer secara kuat dari generasi ke generasi yang tercakup dalam suatu
sistem tradisional.
Batasan masyarakat yang ikut berpartisipasi di dalam pengelolaan ekosistem
desa dalam suatu kecamatan. Desa yang dimaksud berada di pesisir atau pulau
temtama yang berbatasan langsung dengan pantai. Steakholders dalam pengelolaan ekosistem tenonbu karang ini adalah masyarakat desa yang berkepentingan langsung
terhadap sumberdaya terumbu karang. Masyarakat desa yang berkepentingan
langsung adalah masyarakat yang s e ~ g mengadakan aktivitas di sekitar perairan tennnbu karang. Aktivitas yang dimaksud misalnya menangkap ikan, berenang,
menyelam untuk mengambil terumbu karang, melakukan budidaya penitanan sem
nelayan yang sering melepas jangkar di kawasan terumbu karang.
Panayatou (1992) dalam Pomeroy dan Williams (1994) menyatakan bahwa
pendekatan secara tradisional ternyata berhasil memelihara pemanfaatan sumberdaya dam yang berkelanjutan, meningkatkan pemunbuhan desa, dan menjamin
pendistribusian hsil secara adil diantara sesama anggota masyarakat desa.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat cukup banyak dikemukakan oleh para ahli misalnya Madrie (1986), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan,
umur, dan kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan merupakan faktor pribadi yang
dapat mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.
Clusky (long, 1973), menghubungkan partisipasi dengan tingkat pengetahuan,
dimana seseomng yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terhadap kepentingan kelompok, cendenmg semakin tinggi partisipasiuya dalam kegiatan
pembangunan. Ditambahkan oleh Soeryani, dkk., (1987) yang menyatakan bahwa
tingkat pendidikan dan kerniskinan adalah merupakan faktor yang dapat
mempenganh partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup. Tingkat
terhadap manfaat yang akan diperoleh dari kelestarian sumberdaya dam. Kerniskinan
akan berpengaruh te.rhadap kerusakan lingkungan hidup, yang dalam ha1 ini kerniskinan berkaitan dengan rendahnya penghasilan dan jenis pekerjaan yang
dilakukan seseorang.
Selanjutnya, jenis pekejaan seseorang akan bqengaruh terhadap kesempatan
mereka untuk berpartisipasi, demikian pula dengan tingkat penghasilan.
Schrool (1984), menyatakan bahwa masyarakat akan berpartisipasi apabila
mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang tingkat kegiatan tersebut. Kurangnya pendidikan dan buta huruf tidaklah menjadi penghalang bagi keterlibatan
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, asal saja proses pengambilan
keputusan tersebut diletakkan dalam jangkau ruang lingkup mereka dan melibatican
persoalan-persoalan yang menyangkut diri mereka sendiri. Kuraug t e r d i w y a masyarakat secara formal bukan berarti masyarakat tidak mempunyai kecerdasan dan
k d a n yang memberi kemampuan pada mereka untuk mengenal program-program
dan kegiatan-kegiatan yang
akan
membantunya mencapai taraf hidup yang leblh baik.hoses padisipasi, keterlibatan dan penga- oleh masyarakat mengarah pada
penentuan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat itu sendiri.
Pangestu (1995), menyatakan yang mempengandu tingkat partisipasi seseorang meliputi dua hal, yaitu : (1) faktor internal, yang mencakup ciri-ciri atau
karakteristik individu dan (2) faktor &sternal, ya