STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH BIDANG INVESTASI DI KANTOR
PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN
KUDUS MELALUI SISTEM ONE STOP SERVICE
SKRIPSI
Skripsi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana Hukum pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Windy Citra Anggraini 3450406022
FAKULTAS HUKUM
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FH UNNES pada tanggal 2 Februari 2011.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Drs. Sartono Sahlan, M.H. Drs. Suhadi, S.H., M.Si. NIP.19530825 198203 1 003 NIP. 19671116 199309 1 001
Penguji Utama
Drs. Sartono Sahlan, M.H. NIP.19530825 198203 1 003
Penguji/ Pembimbing I Penguji/ Pembimbing II
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Nurul Akhmad, S.H., M.Hum Tri Sulistiyono, S.H., M.H NIP. 19630417 198710 1 001 NIP. 19750524 200003 1 002
Mengetahui,
Pemb. Dekan Bid. Akademik
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah
Semarang, Februari 2011
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kesuksesan seperti sebuah tangga, dimana kita harus merangkak menaikinya satu persatu anak tangga tersebut untuk mencapai kesuksesan tertinggi.
Kesuksesan bukan seperti lift dimana kita hanya berdiri dan dengan cepatnya menuju ke atas, tetapi butuh kerja keras, perjuangan dan pengorbanan yang kita lakukan, dimana kita akan mengerti dan menghargai suatu proses dalam mencapai sebuah kesuksesan.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibu Tercinta terima kasih untuk doa, semangat, dan dukungannya 2. Untuk Abangku Bayu,Adikku Regina,
serta Neng Kiki yang selalu mendoakan dan mendukung penulis
3. Zunnas terima kasih untuk doa, semangat, dan dukungannya
4. Tersayang Mio Putih K 3144 WT yang selalu setia bersamaku
5. Teman-temanku tersayang Kristin, Vinda, Vita, Rizki, Sifa, Teman HTN yang selalu memberikan support kepada penulis
6. Sahabat-sahabatku White Comunity (Budi, Robi, Kafid, Eci, Pupus Yusan, Rofli) yang selalu mendukung dan mendoakanku
7. Sahabat-sahabatku”Aries Kos” yang selalu mendoakan dan mendukungku 8. Sahabatku Apip, putri, yoga, terima
kasih buat dukungannya
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. ” Strategi peningkatan Pendapatan Asli Daerah bidang investasi di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus melalui Sistem One Stop Service ” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Sartono Sahlan, M.H., Dekan Fakultas Hukum yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Suhadi, S.H., M.Si., Pembantu Dekan Bidang Akademik yang telah memberikan ijin penelitian.
4. Dr. Nurul Akhmad, S.H.,M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
6. Dra. Astuti, Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Moch Romli, Kepala Subbag.Tata Usaha Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Moch. Mustadiron,SH Kepala Seksi Penanaman Modal Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus yang telah memberikan Waktu untuk Penelitian.
9. Tea, Arfi, Neli, Yuti, Topan, Bowoking, Angga, Dimas, Kipli, Aan, Iben serta teman-teman Hukum angkatan 2006 terimakasih untuk kasih, kebersamaan, dan dukungannya.
10.Almamaterku, Universitas Negeri Semarang serta semua pihak yang telah berperan hingga terwujud skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman, serta perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.
Semarang, Februari 2011
Penulis,
viii
ABSTRAK
Anggraini, Windy Citra 2011. “Strategi peningkatan Pendapatan Asli Daerah bidang investasi di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus melalui Sistem One Stop Service”. Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas Hukum. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Nurul Akhmad, S.H., M.Hum dan Pembimbing II: Tri Sulistiyono, S.H., M.H. 124 Hal.
Kata Kunci: Strategi peningkatan PAD, Melalui Sistem One Service
Strategi peningkatan PAD(Pendapatan Asli Daerah) bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus melalui Sistem One Stop Service adalah Suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus Khususnya di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu ( KPPT ) dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan kepastian hukum dan meningkatkan kualitas layanan publik terutama pelayanan prima di bidang Penanaman Modal ( Investasi ) dan Perizinan kepada masyarakat dengan Penyelenggaraan “ Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu ( One Stop Service )” sehingga investasi di Kabupaten Kudus diharapkan semakin berkembang.
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, setelah menggunakan sistem pelayanan One Stop Service, minat berinvestasi masyarakat menjadi lebih baik, karena sistem pelayanan ini dirasa lebih efesien, efektif, tidak berbelit–belit, biaya yang murah dan transparan, dan ketepatan serta cepat dalam menyelesaikan proses perizinan, masyarakat pun akhirnya memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya memiliki izin dalam berwirausaha khususnya di bidang investasi.
Penelitian penulisan skripsi ini di batasi pada permasalahan, sebagai berikut : 1) Strategi peningkatan PAD bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus melalui Sistem One Stop Service, 2) Penerapan Sistem One Stop Service di Kantor PPT dalam meningkatkan PAD khususnya di bidang investasi di Kabupaten Kudus 3) Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam meningkatkan PAD di bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus.
ix
pendukung dan penghambat dalam meningkatkan PAD. Sumber data diperoleh melalui observasi, studi kepustakaan, dan wawancara yang melibatkan responden dan informan dari instansi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu di Kudus, dan masyarakat Kabupaten Kudus. Objektifitas dan keabsahan data dilakukan dengan teknik triagulasi sumber. Analisis data mengutamakan metode analisis kualitatif melalui serangkaian kegiatan dari pengumpulan, reduksi, penyajian dan verifikasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem one stop service yang di terapkan di KPPT Kabupaten Kudus adalah Suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus Khususnya di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu ( KPPT ) dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan kepastian hukum dan meningkatkan kualitas layanan publik terutama pelayanan prima di bidang Penanaman Modal ( Investasi ) dan Perizinan kepada masyarakat, sehingga investasi di Kabupaten Kudus diharapkan semakin berkembang. Dengan diterapkannya Sistem One Stop Service pengurusan perizinan dan non perizinan menjadi lebih mudah, selain itu juga biaya untuk mengurus perizinan dan non perizinan menjadi murah, serta waktu yang di butuhkan menjadi lebih cepat, Sehingga tujuan dari penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu yaitu untuk meningkatkan kualitas layanan publik dan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik dapat terwujud.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERNYATAAN ... iv
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah ... 9
xi
2.2 Kantor PPT Sebagai Pelaksana Penerapan Sistem One Stop Service ... 22
2.3 Penerapan sistem One Stop Service ... 22
2.3.1 Pengertian, Tujuan, dan Pelayanan Satu Pintu ... 22
2.3.2 Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu ... 25
2.3.3 Proses, Waktu, dan Biaya Penyelenggaraan Pelayanan ... 26
2.3.4 Pembinaan dan Pengawasan ... 27
2.4 Pelayanan publik (Public Services) ... 30
xii
4.1.1 Profil Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus ... 49
4.1.1.1 Dasar Hukum Pembentukan KPPT Kabupaten Kudus ... 52
4.1.1.2 Visi, Misi, dan Motto ... 52
4.1.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi KPPT Kabupaten Kudus ... 54
4.1.1.7 Penghargaan yang pernah diraih ... 61
xiii
4.1.2.1 Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu
di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus ... 65 4.1.2.2 Proses, Waktu, Biaya
Penyelenggaraan Pelayanan ... 66 4.1.2.3 Pembinaan dan Pengawasan ... 67 4.1.2.4 Dasar Hukum, Waktu, Penyelesaian dan
Tarif Pelayanan Perizinan pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Kudus ... 68 4.1.3 Penerapan Sistem One Stop Service
di Kantor meningkatkan PAD khususnya bidang investasi
di Kabupaten Kudus ... 70 4.1.3.1 Prosedur Perizinan Pelayanan
Sistem One Stop Servis
di KPPT Kabupaten Kudus ... 71 4.1.3.2 Jenis pelayanan dan
persyaratan perizinan yang
di berikan oleh KPPT Kab. Kudus ... 74 4.1.3.3 Pelaksanaan Pelayanan
Sistem One Stop Servis
di KPPT Kabupaten Kudus ... 83 4.1.4 Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung
dalam meningkatkan PADdi bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus ... 86
xiv
4.2 PEMBAHASAN... 90
4.2.1 Strategi Peningkatan PAD bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus melalui Sistem One Stop Service ... 90
4.2.2 Penerapan Sistem One Stop Service di Kantor PPT dalam meningkatkan PAD
5.1.1 Strategi Peningkatan PAD bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus melalui Sistem One Stop Servis ... 114
5.1.2 Penerapan Sistem One Stop Service di Kantor PPT dalam meningkatkan PAD khususnya bidang investasi di Kabupaten Kudus .... 115
5.1.3 Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam meningkatkan PAD di bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus ... 116
5.2 Saran ... 117
5.2.1 Bagi Instansi di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
Bagan 2.1 : Kerangka Berfikir ... 38 Bagan 4.1 : Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 : Dasar Hukum, Waktu, Penyelesaian dan Tarif Pelayanan Perizinan Pada Kantor Pelayanan Perizinan TerpaduKabupaten Kudus .... 68 Tabel 4.2 : Data Perkembangan Jenis Izin, Jumlah Izin,
Kecepatan Izin ... 83 Tabel 4.3 : Data Perkembangan Nilai Dan Jumlah Investasi PMA, PMDN,
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian Dekan Fakultas Hukum Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian di BAPPEDA
Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Kudus
Lampiran 4 : Kartu Bimbingan Lampiran 5 : Instrumen Penelitian
Lampiran 6 : Data-data di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus Lampiran 7 : Peraturan Daerah Kabupaten Kudus
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya pembentukan daerah sebagai daerah otonomi telah diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal
18 ayat (5) UUD 1945 yang berbunyi : “ Pemerintahan daerah menjalankan
otonomi seluas luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat “. Sedangkan hal yang berkaitan
dengan hak penyelenggaraan otonomi daerah itu sendiri disebutkan dalam Pasal
18 ayat (6) UUD 1945 yang berbunyi : “ Pemerintahan daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan “.
Implementasi otonomi bagi suatu daerah merupakan pola hubungan
kewenangan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat dengan
memperhatikan kekhasan dan keragaman daerah yang dilaksanakan secara
transparan dan proposional sebagaimana disebutkan dalam pasal 18 A ayat (1)
Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi : “ Hubungan kewenangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten dan kota diatur
dengan Undang-undang dengan kekhususan dan keragaman daerah “ . Sedangkan
hubungan yang lebih khusus lagi dalam ayat (2) dijelaskan bahwa “ Hubungan
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan daya alam dan sumber daya lainnya
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara
Mendasarkan pada ketentuan tersebut dapat ditunjukkan bahwa
kewenangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan umum kepada
masyarakat melekat juga kewenangan daerah untuk melakukan pemungutan atas
jasa pelayanan yang diberikan dan sekaligus melaksanakan pengelolaan
pendapatannya. Selain hak dan kewenangan sebagai wewenang pangkal daerah
seperti diatas, dalam isi pelaksanaan otonom I daerah telah mengatur pula
mengenai pengakuan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap pemerintahan
dan masyarakat daerah yang bersangkutan sebagaimana disebutkan dalam Pasal
18 B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : “ Negara mengakui
dan menghormati satuan satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa yang
diatur dengan undang undang “. Sedangkan ayat (2) dijelaskan pula bahwa : “
Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam Undang-undang “ .
Berkaitan dengan kewenangan daerah di atas, dapat ditunjukkan bahwa
pelaksanaan otonomi daerah menuntut adanya kewenangan wajib daerah sebagai
bidang tugas pemerintahan daerah yang diselenggarakan dengan memperhatikan
perkembangan daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti tugas
tugas perkerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian,
perhubungan, industri, perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup,
pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja, kecuali kewenangan dalam bidang politik
Dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa “ Penyelenggaraan pemerintahan adalah
Presiden dibantu oleh 1 (satu) orang wakil Presiden dan oleh menteri Negara “ .
Sedangkan dalam ayat (2) disebutkan bahwa “ Penyelenggara pemerintahan
daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD “, hal ini dikandung maksud bahwa
meskipun otonomi diberikan seluas luasnya kepada daerah tetapi tidak dapat
menyelenggarakan pemerintahan sekehendak daerah itu sendiri tetap ada kontrol
dari pemerintahan pusat.
Berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, yang menggantikan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah, sebagai pelaksanaan pasal 18 Undang-undang Dasar 1945
membawa konsekuensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
maka sebagian kewenangan pemerintah diserahkan kepada pemerintah Daerah
sebagai deaerah otonom yaitu Daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota,
sebagai Daerah otonom baik daerah Provinsi maupun Daerah Kabupaten/Kota
maka dapat menyelenggarakan hak, kewenangan, dan kewajiban untuk mengurus
dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintah. Urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada Kepala Daerah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun
1. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk daerah Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala Kabupaten/Kota meliputi :
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. Penanganan bidang kesehatan; f.Penyelenggaraan pendidikan; g. Penanggulangan masalah sosial; h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i.Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah; j.Pengendalian lingkungan hidup;
k. Pelayanan pertanahan;
l.Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. Pelayanan administrasi penanaman modal; o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan;
2. Urusan pemerintah Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
(Pasal 14 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004)
Dalam menyelenggarakan otonomi daerah maka pemerintahan daerah
diberikan hak, yaitu :
a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b. Memilih pimpinan daerah;
c. Mengelola aparatur daerah; d. Mengelola kekayaan daerah;
e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f.Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada didaerah;
g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yan sah;
h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(Pasal 21 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004)
Berkaitan dengan kewenangan wajib dan kewenangan pilihan tersebut
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup
Kabupaten/Kota melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 Tahun
2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota dimaksud merupakan
bentuk persetujuan pemerintah pusat terhadap kewenangan Kabupaten dan Kota
dalam penanganan bidang-bidang seperti bidang pertanian, bidang kehutanan, dan
perkebunan, bidang perindustrian dan perdagangan, bidang penanaman modal,
bidang pendidikan dan kebudayaan, bidang sosial, dan bidang perhubungan
khususnya sub bidang perhubungan darat atas usulan daerah melalui Surat Bupati
Kudus Nomor 045.2/5537 Tanggal 28 September 2000.
Adapun tindak lanjut dari pelaksanaan kewenangan bidang penanaman
modal termasuk di dalamnya pelayanan investasi dan pelayanan perizinan maka
sesuai program kerja Bupati Kudus dengan mendasarkan pada Peraturan Daerah
Kabupaten Kudus Nomor 25 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas Pokok,
Fungsi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Lembaga Teknis, satuan Polisi Pamong Praja, Dan Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Kudus, tepat pada tanggal 23 September 2003 dibentuklah
Kantor dan Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Kudus sebagai unsur
pelaksana tugas tertentu di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan
yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada daerah ini lebih disebabkan adanya pelaksanaan tugas tertentu yang belum
tercakup oleh sekretariat daerah di Pemerintah Kabupaten Kudus.
Sejak Undang-Undang Otonomi Daerah diberlakukan tahun 1999,
pemerintah daerah mempunyai tugas yang berat dalam meningkatkan pendapatan
satunya cara untuk menghidupkan perekonomian daerah adalah dengan
mendorong investasi. Investasi tidak dapat dilakukan tanpa melibatkan sektor
swasta dan masyarakat luas, mengingat keterbatasan pemerintah.
Salah satu kendala bagi munculnya minat berinvestasi adalah proses
perijinan usaha yang terkesan berbelit dan tidak transparan. Hal ini memberikan
dasar pemikiran bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembenahan proses
perijinan dalam bentuk kelembagaan baru yang dikenal dengan One Stop Service
(OSS).
Dalam upaya untuk meningkatkan arus masuk investasi PMA dan PMDN ke Jawa Tengah, penerapan OSS menjadi sangat strategis dan mendesak. Investor membutuhkan layanan perizinan investasi dengan kepastian biaya, waktu, dan persyaratan yang jelas. Beberapa jenis layanan dalam OSS adalah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Usaha Industri (SIUI), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), tanda Daftar Gudang, Izin Gangguan dan Izin Tempat Usaha (HO/ITU), Pajak Reklame, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan Bangunan (IPB), dan Rencana Peta (Advice Planning) http://One Stop Service.com (accessed 17/02/10).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak penerapan OSS
perijinan investasi dalam meningkatkan investasi di Jawa Tengah dan
mengidentifikasi persoalan dalam penerapan OSS perijinan investasi, dan
selanjutnya memberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan
efektivitas penerapan OSS. Penelitian ini hanya memfokuskan pada
kabupaten-kabupaten di Jawa Tengah yang telah menerapkan OSS perijinan investasi salah
satunya adalah Kabupaten Kudus.
mudah, murah dan cepatnya perijinan menumbuhkan keberanian untuk berwirausaha, terbukti dengan adanya peningkatan yang menonjol pada investasi non fasilitas. Kenaikan investasi sebagai dampak penerapan OSS pada akhirnya membawa multiplier effect meningkatnya kesempatan kerja dan meningkatnya pendapatan daerah.
Secara kualitatif, penerapan One Stop Service oleh investor telah dinilai dapat memberikan pelayanan perijinan yang lebih baik yaitu transparan, cepat dan murah. Dampak selanjutnya adalah berkurangnya pungutan liar, terciptanya tatanan yang lebih baik, meningkatnya semangat berwirausaha, meningkatnya kepercayaan investor dan meningkatnya citra Pemda di mata masyarakat http://One Stop Service.com (accessed 02/17/10).
Pelayanan publik yang berkualitas, sangat diperlukan guna mengimbangi
peningkatan kondisi sosial, ekonomi serta kesadaran masyarakat dalam bernegara.
Tugas pemerintah adalah untuk melayani kepentingan dan memenuhi kebutuhan
rakyat. Berbagai keinginan, tuntutan, harapan, cita-cita dan aspirasi rakyat yang
diakomodasikan dan diagregasikan dalam proses pemerintahan sehingga
menghasilkan berbagai barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan rakyat.
Pemerintah melayani rakyatnya melalui rangkaian aktivitas produksi, distribusi,
pemasaran, pelayanan dan pengendalian berbagai kebutuhan rakyat baik dalam
bidang pelayanan publik dan pelayanan sipil. Rakyat yang berkepentingan,
pemerintah yang memenuhi, mengatur dan melindungi dalam suatu hubungan
antara janji dan percaya. Sepanjang proses pemenuhan kebutuhan itu rakyat
mengamati, mengevaluasi dan memberikan sikap dan prilaku secara individual
ataupun kelompok.
Selama ini terlihat bahwa layanan yang diberikan kepada warga
keluhan masyarakat, itu sendiri atau melalui media massa yang ditujukan kepada
Pemerintah Kabupaten, seperti dalam berbagai jenis perizinan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Kabupaten Kudus.
Untuk memberikan optimalisasi proses permohonan perizinan yang
benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan pada kantor PPT telah dibentuk
pula Tim Teknis dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus yang
beranggotakan dari beberapa pejabat instansi yang terkait yang bertanggungjawab
langsung kepada Bupati Kudus sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bupati
Nomor 503/1184/2003 tentang Pembentukan Tim Teknis Pelayanan Perizinan
terpadu Kabupaten Kudus.
Berkaitan dengan Misi Kantor PPT yang ketiga yaitu “ Mendukung
Peningkatan PAD di bidang investasi dan retribusi pelayanan perizinan “.
Penulis ingin mengetahui sampai sejauh mana ketentuan kebijakan Pemerintah
Daerah Kabupaten Kudus dijalankan.
Oleh karena itu penulis berkeinginan mempelajari lebih mendalam dengan
mengadakan penelitian dan dengan mengambil judul : “STRATEGI
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH BIDANG INVESTASI
DI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN
KUDUS MELALUI SISTEM ONE STOP SERVICE”
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Kantor Pelayanan Terpadu merupakan Kantor yang di dalamnya mengurusi
pelayanan perizinan, maka sesuai program kerja Bupati Kudus dengan
mendasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 25 Tahun 2009
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis, satuan Polisi Pamong Praja,
Dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus, tepat pada tanggal
23 September 2003 dibentuklah Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu (Kantor PMPPT) Kabupaten Kudus, dalam perjalanan
sejarahnya kelembagaan/struktur organisasi dan nama/nomenklatur Kantor
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (KPMPPT) berubah menjadi
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) dengan sistem Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (One Stop Service), resmi berdiri dan sebagai unsur pelaksana
tugas tertentu di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan yang dipimpin
oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada daerah
ini lebih disebabkan adanya pelaksanaan tugas tertentu yang belum tercakup oleh
sekretariat daerah di Pemerintah Kabupaten Kudus.
Sejak Undang-undang Otonomi Daerah diberlakukan tahun 1999,
pemerintah daerah mempunyai tugas yang berat dalam meningkatkan pendapatan
sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan daerah setempat. Satu
satunya cara untuk menghidupkan perekonomian daerah adalah dengan
mendorong investasi. Investasi tidak dapat dilakukan tanpa melibatkan sektor
swasta dan masyarakat luas, mengingat keterbatasan pemerintah.
Salah satu kendala bagi munculnya minat berinvestasi adalah proses
dasar pemikiran bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembenahan proses
perijinan dalam bentuk kelembagaan baru yang dikenal dengan One Stop Service
(OSS).
Berkaitan dengan uraian di atas, maka identifikasi masalah yang menjadi
pusat perhatian dalam penelitian ini adalah :
1. Strategi yang digunakan dalam peningkatan PAD di Kabupaten Kudus,
khususnya berada pada KPPT;
2. Faktor pendukung dalam meningkatkan PAD di bidang investasi pada
KPPT Kabupaten Kudus;
3. Faktor penghambat dalam meningkatkan PAD di bidang investasi pada
KPPT Kabupaten Kudus;
4. Upaya yang di lakukan dalam meningkatkan PAD di bidang investasi
pada KPPT di Kabupaten Kudus;
5. Penerapan Sistem One Stop Service di KPPT dalam meningkatkan PAD
khususnya di bidang investasi.
1.2.2 Batasan Masalah
Agar masalah yang di bahas penulis tidak melebar sehingga dapat
mengakibatkan ketidakjelasan pembahasan masalah, maka penulis akan
membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah tersebut adalah :
1. Strategi yang digunakan dalam peningkatan PAD di kab kudus,
2. Penerapan Sistem One Stop Service di KPPT dalam meningkatkan PAD
khususnya di bidang investasi;
3. Faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan PAD di bidang
investasi di KPPT Kabupaten Kudus.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah
tersebut diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah strategi peningkatan PAD sektor investasi di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus?
2. Bagaimanakah Penerapan Sistem One Stop Service di KPPT dalam
meningkatkan PAD khususnya di bidang investasi?
3. Faktor pendukung dan penghambat apakah dalam meningkatkan PAD
bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perrnasalahan yang diuraikan di atas, tujuan yang ingin
diperoleh penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui strategi peningkatan PAD sektor investasi di KPPT
khususnya di Kabupaten Kudus ;
2. Untuk mengetahui penerapan Sistem One Stop Service di KPPT dalam
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apakah dalam
meningkatkan PAD bidang investasi di KPPT Kabupaten Kudus.
1.5 ManfaatPenelitian
Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1.5.1 Manfaat teoritik
1. Untuk menegembangkan ilmu pengetahuan yang didapat selama kuliah di
Fakultas Hukum khususnya hukum administrasi negara, Universitas
Negeri Semarang.
2. Untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan tentang strategi
peningkatan PAD sektor investasi oleh Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Kudus.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti, yaitu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh,
mengumpulkan data dan mengetahui secara langsung fakta-fakta yang
telah terjadi di lapangan dan memberikan pengetahuan mengenai strategi
peningkatan PAD sektor investasi oleh Kantor Pelayanan Perizinan
2. Bagi masyarakat yaitu sebagai sarana memperoleh wawasan dan
penjelasan strategi peningkatan PAD sektor investasi oleh Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus.
3. Bagi kalangan akademis yaitu diharapkan dalam hasil penelitian ini dapat
memberikan tambahan pengetahuan mengenai strategi peningkatan PAD
sektor investasi oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Kudus.
4. Bagi pihak kantor perizinan yaitu dengan adanya penelitian ini diharapkan
supaya dapat memberi masukan bagi pihak kantor perizinan untuk selalu
melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam melaksanakan tugas dalam
meningkatkan PAD sektor investasi.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika adalah gambaran singkat secara menyeluruh dari suatu karya
ilmiah dalam hal ini adalah penulisan skripsi. Adapun sistematika ini bertujuan
untuk membantu para pembaca dengan mudah dapat memahami skripsi ini.
Agar skripsi ini mudah di mengerti, maka penulis akan memberikan
gambaran secara garis besar mengenai materi yang akan di bahas dalam tiap-tiap
bab dan sub-sub bab.
Adapun Sistematika Skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.6.1 Bagian awal skripsi terdiri dari :
Halaman judul, Abstrak, Halaman pengesahan,Halaman motto, dan
1.6.2 Bagian isi skripsi terdiri dari :
Bagian inti penulisan skripsi ini dapat di bagi menjadi 5 bab dan terdiri
dari sub bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan merupakan suatu rincian yang mengemukakan apa yang
menjadi dorongan penulis untuk mengambil dan merumuskan permasalahan, yang
secara umum berisi latar belakang, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan, dan manfaat penelitian, sistematika penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan mengenai kerangka pemikiran atau teori-teori
yang berkaitan dengan pokok bahasan mengenai
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan tentang metode yang di gunakan dalam
penelitian dan penyusunan skripsi ini. Metode ini berisi antara lain : dasar
penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, sumber data penelitian yang berisi :
responden, informan, dan dokumen. Jenis-jenis data yang berisi : data sekunder
dan data primer, teknik pengabsahan data, teknik pengumpulan data, objektivitas
dan keabsahan data validitas data dan metode analisis data, dan prosedur
penelitian.
Dalam bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang
akan di teliti yang menghubungkan pemikiran dengan fakta-fakta yang di dapat
selama melakukan penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi simpulan dari keseluruhan bab-bab yang ada, juga
memberikan saran-saran yang di harapkan membantu memecahkan permasalahan.
1.6.3 Bagian akhir skripsi terdiri dari :
Bagian akhir skripsi ini terdiri dari : daftar pustaka dan
16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK
2.1 Hukum Administrasi Negara
2.1.1 Definisi Hukum Administrasi Negara
Pengertian tentang Hukum Administrasi Negara (HAN) banyak sekali
dikemukakan oleh para ahli beserta cakupan-cakupannya. Kata administrasi
berasal dari Bahasa Inggris administration yang pada mulanya berasal dari bahasa
latin administrate yang berarti to serve atau melayani. Pengertian tentang
administrasi ada dua pengertian, yaitu :
2.1.1.1 Administrasi dalam arti sempit
Administrasi dalam arti sempit adalah segala kegiatan tulis-menulis,
catat-mencatat, surat-menyurat, ketik-mengetik, serta penyimpanan dan pengurusan
masalah-masalah yang hanya bersifat teknis ketatausahaan belaka. (Marbun,
2000:6)
Dalam pengertian sempit ini maka pengertian administrasi itu sama
dengan pengertian tata usaha, sehingga pengertian tata usaha itupun sama dengan
pengertian administrasi dalam arti sempit.
2.1.1.2 Administrasi dalam arti luas
Pengertian administrasi dalam arti luas ini terdiri dari beberapa pendapat
dari para ahli, yaitu :
Menurut beliau dalam bukunya yang berjudul “Introduction on the Study
of Publik Administration” di jelaskan bahwa administrasi sebagai suatu proses
yang umumnya terdapat pada semua usaha kelompok, negara atau swasta sipil
atau militer, usaha yang besar atau usaha yang kecil. (Marbun, 2000:7)
2) H.A Simon
Di dalam bukunya yang berjudul “ Publik Administration” yang di
maksud dengan administrasi negara adalah sebagai kegiatan dari sekelompok
manusia mengadakan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. (Marbun,
2000:7)
3) Bintoro Tjokroamudjojo
Administrasi adalah managemen dan organisasi dari manusia-manusia dan
peralatannya guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah. (Bintoro, 1990:1)
4) Sondang P. Siagian
Administrasi negara sebagai keseluruhan kegiatan yang di lakukan oleh
seluruh aparatur Pemerintah dari suatu negara dalam usaha mencapai tujuan
negara. (Sondang, 1986:8)
5) JM. Baron de gerando
HAN adalah peraturan yang mengatur hubungan timbal balik antara
pemerintah dengan rakyat.( Herbasuki, 2004:1)
6) Prayudhi Atmosudirdjo
HAN adalah hukum yang secara khas mengenai seluk beluk organisasi dan
fungsi administrasi negara, yang terdiri dari dua tingkatan:
Bersumber pada UUD, TAP MPR, dan UU adalah hukum yang mengatur
seluk beluk organisasi dan fungsi-fungsi administrasi negara.
b. HAN otonom
Hukum operasional yang di cipta oleh pemerintah dan administrasi negara
sendiri. (Herbasuki, 2004:2)
7) Van Vollenhoven
HAN adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan
negara, baik tinggi maupun rendah, setelah alat-alat itu menggunakan
kewenangan-kewenangan kenegaraan (Herbasuki, 2004:2)
8) Lembaga Administrasi Negara(2003)
HAN adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur unsur administrasi negara yang meliputi struktur kelembagaan negara(perlengkapan negara) dan proses penyelenggaraan negara termasuk proses pengelolaan hukumnya (pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi peraturan-peraturan perundang-undangan) sehingga negara dapat berfungsi dalam menjalankan tugas pemerintahan umum dan pembangunan secara proporsional, serasi, tertib, dan berkeadilan, dalam mewujudkan tujuan berbangsa, bernegara baik dalam konteks nasional maupun internasional. (Herbasuki, 2004:2)
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa yang
dimaksud hukum administrasi negara adalah perangkat hukum yang memuat
ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang sistem dan proses administrasi
negara dalam ketentuan diam maupun dalam keadaan bergerak. Administrasi
negara sebagai sistem kerjasama rasional dan manusiawi dalam mewujudkan
tujuan bersama dalam bernegara atau sebagai sistem penyelenggara negara yang
yang pada dasarnya adalah keseluruhan kegiatan memformulasikan substansi
kebijakan publik dalam peraturan-peraturan perundang-undangan.
2.1.2 Sumber Hukum Administrasi Negara
Sumber hukum di bedakan menjadi dua, yaitu sumber hukum dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formil. Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi kaidah hukum (dalam hal konkrit tindakan manusia yang sesuai dengan apa yang dianggap seharusnya). Sedangkan sumber hukum dalam arti formil adalah sumber hukum yang menjadi determinan formil membentuk hukum (Siti Soetami, 2000:11).
Sebagai sumber-sumber formil hukum administrasi negara adalah : 1. Undang-undang (hukum administrasi negara tertulis)
2. Praktek administrasi negara (hukum administrasi negara yang tidak tertulis atau yang merupakan hukum kebiasaan)
3. Jurisprudensi
4. Anggapan para ahli hukum administrasi negara. (Siti Soetami, 2000:11)
Sedangkan sumber materiil hukum administrasi negara adalah (Marbun,
2000:21-23) :
2.1.2.1 Sumber Historik (sejarah)
Dari sudut pandang sejarah ada dua sumber hukum, yaitu :
1. Undang-undang dan sistem hukum tertulis yang berlaku pada masa
lampau di suatu tempat.
2. Dokumen-dokumen dan surat-surat serta keterangan lain dari masa itu
sehingga dapat di peroleh gambaran tentang hukum yang berlaku di masa
itu yang mungkin dapat di terima untuk di jadikan sumber hukum positif
2.1.2.2 Sumber Sosiologis atau Antropologis
Dari sudut sosiologis atau antropologis di tegaskan bahwa sumber hukum
materiil itu adalah seluruh masyarakat beserta lembaga-lembaga sosial yang ada
di lingkungannya.
2.1.2.3 Sumber Filosofis
Dari sudut filsafat ada dua masalah penting yang menjadi sumber hukum,
yaitu :
1. Ukuran untuk menentukan bahwa sesuatu itu bersifat adil, karena hukum
di maksudkan antara lain untuk menciptakan keadilan maka hal-hal yang
secara filosofis dianggap adil dijadikan juga sumber hukum materiil.
2. Faktor-faktor yang mendorong seseorang mau tunduk pada hukum, karena
hukum diciptakan untuk ditaati.
2.1.3 Sifat Hukum Administrasi Negara
Sifat-sifat Hukum Administrasi Negara (HAN) adalah sebagai berikut:
1. Peraturan-peraturan HAN tidak seragam, hal ini di sebabkan karena pembuatan peraturan HAN tidak pada satu tangan. Banyak Badan Administrasi Negara yang berwenang membuatnya.
2. Peraturan HAN sukar atau tidak mungkin di kodifikasi.
3. HAN adalah peka terhadap politik, dalam arti sebagai kebijaksanaan kenegaraan sedang Pemerintah sebagai penguasa negara.
2.1.4 Fungsi Hukum Administrasi Negara
Fungsi HAN sama halnya dengan fungsi hukum-hukum yang lain, adalah
mencoba mengatur hubungan-hubungan dalam masyarakat, akan tetapi ada sedikit
perbedaan.
Adapun fungsi dari HAN itu sendiri yang membedakan dengan hukum
yang lain adalah :
1. S
ebagai jenis peraturan Perundang-undangan yang mengkoordinasikan kepentingan dalam masyarakat.
2. M
enjaga agar supaya pelaksanaan Administrasi Negara berjalan sebagaimana mestinya, dengan adanya pengawasan atau kontrol terhadap pelaksanaanya. (aparat pemerintah atau pejabat administrasi negara). (Siti Soetami, 2000:14)
2.1.5 Ruang Hukum Administrasi Negara Lingkup
Hukum administrasi adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan
(dalam arti sempit), yaitu hukum yang cakupannya secara garis besar mengatur :
1. Perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik 2. Kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan di bidang
publik tersebut), di dalamnya mengatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya, cara penggunaan kewenangan ini di tuangkan dalam bentuk instrumen hukum, karena itu diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum.
3. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan pemerintahan itu.
4. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang pemerintahan. (Ridwan, HR, 2003:33)
Sehubungan dengan adanya hukum administrasi tertulis, yang tertuang
dalam berbagai peraturan-peraturan perundang-undangan, dan hukum administrasi
keberadaan dan sasaran dari hukum administrasi adalah sekumpulan peraturan
hukum tentang pemerintahan yang layak dalam suatu negara.
2.2 Kantor PPT Sebagai Pelaksana Penerapan Sistem One Stop Service
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) merupakan salah satu unsur
pendukung tugas Bupati di bidang pelayanan perizinan terpadu dan penanaman
modal yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah. Sistem pelayanan yang di gunakan di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus adalah Sistem Pelayanan Satu
Pintu (One Stop Service). Dengan berdirinya Kantor PPT maka diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat sekaligus
meningkatkan citra aparatur kearah yang lebih positif melalui peningkatan
kemampuan profesionalisme aparatur, perubahan penilaian dan sikap mental
sampai kepada penyempurnaan sistem.
2.3 Penerapan sistem One Stop Service
2.3.1 Pengertian, Tujuan, dan Pelayanan Satu Pintu
Berbicara soal pelayanan publik sekarang ini tentunya masih sangat jauh dari idealnya. Dimana seharusnya pelayanan publik diselenggarakan secara efesien, cepat, murah, dan tidak berbelit-belit akan tetapi kenyataan yang terjadi sistem pelayanan publik kita masih saja berbelit-belit dan menghabiskan banyak biaya, menurut Fitzsimons (1982).
Di dalam suatu pelayanan publik tentunya mengandung suatu prinsip
dalam pelayanan terpadu satu pintu dapat kita ketahui pengertiannya yaitu
meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani
melalui satu pintu (KEPMEN PAN No.63/KEP/M/PAN/7/2003) tentang Pedoman
umum penyelenggaraan pelayanan publik. Sebagai perbandingan pelayanan
terpadu satu atap (PTSA) adalah Pelayanan yang diselenggarakan dalam suatu
tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan
proses dan dilayani melalui beberapa pintu.
Oleh karena itu perlu adanya sebuah reformasi di bidang pelayanan publik
sehingga kepuasan masyarakat di bidang pelayanan publik terpenuhi. Salah
satunya adalah dengan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP)
di Kantor PPT Kabupaten Kudus. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Satu Pintu pasal 1 Ketentuan Umum adalah Kegiatan penyelenggaraan
perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke
tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat.
Penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu merupakan pemberian
kemudahan pelayanan proses pemberian dokumen perizinan yang di bentuk oleh
KPPT Kabupaten Kudus, adapun tujuan dan manfaat dari penyelenggaraan
pelayanan terpadu satu pintu adalah :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui pelayanan terpadu satu pintu;
2. Memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk
memperoleh pelayanan terpadu satu pintu untuk memperoleh pelayanan
3. Meningkatkan hak-hak masyarakat yang akan di layani.
PPTSP memiliki basis data dengan menggunakan sistem manajemen
informasi. Data dari setiap perizinan dan non perizinan yang diselesaikan oleh
PPTSP wajib menyediakan dan menyebarkan informasi berkaitan dengan jenis
pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme, penelusuran posisi dokumen pada
setiap proses, biaya, waktu perizinan dan non perizinan, serta tata cara pengaduan
yang dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan
diketahui oleh masyarakat.
Penyebarluasan informasi dilaksanakan oleh PPTSP dengan melibatkan
aparat pemerintah kecamatan, desa, dan kelurahan. Data dan informasi jenis
pelayanan dapat diakses oleh masyarakat dan dunia usaha. Apabila dalam
pelaksanaan PPTSP terdapat berbagai keluhan dari masyarakat, berdasarkan pasal
18 Permendagri No. 24 Tahun 2006 maka PPTSP wajib menyediakan sarana
pengaduan dengan menggunakan media yang disessuaikan dengan kondisi
daerahnya. PPTSP wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat secara tepat,
cepat, dan memberikan jawaban serta penyelesaiannya kepada pengadu paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja. PPTSP wajib melakukan penelitian kepuasan
masyarakat secara berkala sesuai peraturan Perundang-undangan.
Sedangkan Sasaran Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
menurut Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 pasal 3 adalah :
(1) Terwujudnya pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparansi,
pasti, dan terjangkau;
Dalam hal Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah
Bupati/Walikota wajib melakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan
terpadu satu pintu. Penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu
menurut pasal 4 ayat (2) Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 mencakup :
(1) Pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh PPTSP;
(2) Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah; (3) Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang
telah ditetapkan dalam peraturan daerah;
(4) Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya;
(5) Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan perizinan;
(6) Pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku;
(7) Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan.
2.3.2 Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pembentukan perangkat daerah yang menyelenggarakan pelayanan
terpadu satu pintu berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pembentukan organisasi perangkat daerah. Berdasarkan pada
pasal 5 ayat (2) Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 perangkat daerah harus
memiliki sarana dan prasarana yang berkaitan dengan mekanisme pelayanan,
yaitu :
1. Loket/ruang pengajuan permohonan dan informasi
2. Tempat/ruang pemrosesan berkas
4. Tempat/ruang penyerahan dokumen
5. Tempat/ruang penanganan pengaduan.
Bupati/Walikota mendelegasikan kewenangan penandatanganan perizinan
dan non perizinan kepada Kepala PPTSP untuk mempercepat proses pelayanan.
Lingkup tugas PPTSP meliputi pemberian pelayanan atas semua bentuk
pelayanan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan
Kabupaten/Kota. PPTSP mengelola administrasi perizinan dan non perizinan
dengan mengacu pada prinsip koordinasi, integrasi sinkronisasi dan keamanan
berkas. Perangkat daerah yang secara teknis terkait demgan PPTSP berkewajiban
dan bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan atas
pengelolaan perizinan dan non perizinan sesuai dengan bidang tugasnya.
Selanjutnya pada pasal 13 Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 di jelaskan
bahwa pegawai yang di tugaskan di lingkungan PPTSP dapat di berikan khusus
yang besarannya di tetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah. Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melakukan
pengembangan Sumber Daya Manusia pengelola pelayanan terpadu satu pintu
secara berkesinambungan.
2.3.3 Proses, Waktu, dan Biaya Penyelenggaraan Pelayanan
Di dalam Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 dijelaskan bahwa
pengolahan dokumen persyaratan perizinan dan non perizinan mulai dari tahap
permohonan sampai dengan terbitnya dokumen, dilakukan secara terpadu satu
perizinan tertentu. Pemeriksaan teknis di lapangan dilakukan oleh Tim Kerja di
bawah koordinasi kepala PPTSP.
Tim kerja teknis beranggotakan masing-masing wakil dari perangkat
daerah teknis terkait dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Tim
kerja teknis memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan dalam
memberikan rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan
perizinan.
Dalam pasal 11 Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 diatur tentang jangka
waktu penyelesaian pelayanan perizinan dan non perizinan ditetapkan paling lama
15 (lima belas) hari kerja terhitung mulai sejak diterimanya berkas permohonan
beserta seluruh kelengkapannya. Besaran biaya perizinan dan nonp perizinan
dihitung sesuai dengan tarif yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.
Dokumen persyaratan perizinan yang disediakan kecamatan dan desa serta
kelurahan harus dalam satu paket biaya perizinan.
2.3.4 Pembinaan dan Pengawasan
Untuk Pembinaan atas penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh KPPT dengan instansi
terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam rangka meningkatkan
dan mempertahankan mutu pelayanan perizinan dan non perizinan, serta mutu
pelayanan terpadu satu pintu.
Sedangkan di dalam Pengawasan penyelenggaraan pelayanan satu pintu
1. Pengawasan melekat yang di lakukan atasan langsung sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pengawasan masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat
mengenai penyimpangan dan kelemahan dalam penyelenggaraan
pelayanan terpadu satu pintu
3. Pengawasan fungsional yang dilakukan aparat pengawasan fungsional
KPPT dan instansi pemerintah terkait sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
Costumer satisfaction with service quality can be defined perception of received with expectation of service denned (maksudnya rasa puas orang yang memerlukan pelayanan meski di artikan dengan memperbandingkan bagaimana pemberdayaan antara pelayanan yang di terima dengan pelayanan yang di harapkan, (Inu Kencana Syafiie, 2003:116)
Ada 3 unsur pokok dalam pelayanan yang bermutu, yaitu :
1. Biaya relatif harus lebih murah;
2. Waktu mengerjakan relatif cepat;
3. Mutu yang di berikan relatif lebih bagus.(Inu Kencana Syafiie,
2003:116-117)
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan
masyarakat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum
(public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauh mana
pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat,
yang dengan demikian akan menentukan sejauh mana negara telah menjalankan
Dipandang dari sudut ekonomi, pelayanan merupakan salah satu alat
pemuas kebutuhan manusia sebagaimana halnya dengan barang. Namun
pelayanan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari barang. Salah satu
yang membedakannya dengan barang, sebagaimana dikemukakan oleh (Gasperz,
1994), adalah outputnya yang tidak berbentuk (intangible output), tidak standar,
serta tidak dapat disimpan dalam inventori melainkan langsung dapat dikonsumsi
pada saat produksi.
Karakteristik pelayanan sebagaimana yang dikemukakan Gasperz tadi
secara jelas membedakan pelayanan dengan barang, meskipun sebenarnya
keduanya merupakan alat pemuas kebutuhan. Sebagai suatu produk yang
intangible, pelayanan memiliki dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat
tangible. Produk akhir pelayanan tidak memiliki karakteristik fisik sebagaimana
yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses
interaksi yang terjadi antara layanan dengan konsumen.
Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum
adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,
mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan
kepada publik (publik=umum). Senada dengan itu, (Moenir, 1992)
mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah “kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem,
prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain
sesuai dengan haknya.”(
2.4 Pelayanan publik (Public Services)
2.4.1 Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan publik (public services) atau pelayanan umum dapat diartikan
sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun
jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh
Instansi Pemerintah di Pusat, di daerah, dan di Lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (http://id. Wikipedia Indonesia.org).
Di era otonomi daerah saat ini, seharusnya pelayanan publik menjadi lebih
responsif terhadap kepentingan publik, dimana paradigma pelayanan publik
beralih dari pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih
memberikan fokus pada pengelolaan yang berorientasi kepuasaan pelanggan
(customer-driven goverment) dengan ciri-ciri :
a. Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan yang memfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi kegiatan pelayanan kepada masyarakat,
b. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa meliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang telah di bangun bersama,
c. Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan publik tertentu sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas,
d. Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran yang berorientasi pada hasil (outcomes) sesuai dengan masukan yang digunakan,
e. Lebih mengutamakan apa yang di inginkan oleh masyarakat,
f.Memberi akses kepada masyarakat dan responsif terhadap pendapat dari masyarakat tentang pelayanan yang di terimanya,
g. Lebih mengutamakan antisipasi terhadap permasalahan pelayanan, h. Lebih mengutamakan desentralisasi dalam pelaksanaan pelayanan,
i.Menerapkan sistem pasar dalam memberikan pelayanan. (Agus Sudrajat,2005:3)
Namun dilain pihak, pelayanan publik juga memiliki beberapa sifat antara
lain :
1. Memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya, 2. Memiliki wide stakeholders,
3. Memiliki tujuan sosial,
4. Dituntut untuk akuntabel kepada publik,
5. Memiliki complex and debated performance indicators,serta 6. Seringkali menjadi sasaran isu politik. (Ismail Mohamad, 2003:5)
Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau
pelayanan umum dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang di selenggarakan oleh organisasi atau privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang di selenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta, PTS, perusahaan pengangkutan milik swasta.
2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang di selenggarakan oleh organisasi publik. Yang dapat di bedakan menjadi :
a. Yang bersifat primer adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang di selenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus , memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara, pelayanan perizinan.
b. Yang bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang di selenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan. (http//id. Wikipedia.org)
Ada lima karakteristik yang dipakai untuk membedakan kedua jenis
penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu :
1. Adaptabilitas layanan. Ini berarti derajat perubahan layanan sesuai dengan tuntutan perubahan yang diminta oleh pengguna.
3. Type pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada, dan hubungannya dengan pengguna/klien.
4. Locus kontrol. Karakteristik ini menjelaskan siapa yang memegang kontrol atas transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan.
5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau penyelenggara pelayanan yang lebih dominan. (http://id.Wikepedia Indonesia.org)
Indikator kualitas pelayanan menurut konsumen ada 5 dimensi berikut :
1. Tangibles : Kualitas pelayanan berupa sarana fisik kantor, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi, dan sebagainya.
2. Realibility : Kemampuan dan keandalan dalam menyediakan pelayanan yang terpercaya.
3. Responsivness : Kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan konsumen.
4. Assurance : Kemampuan dan keramahan dan sopan santun dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.
5. Emphaty : Sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. (Amy Y.S Rahayu, 1997:11)
Menurut Kumorotomo (1996) dalam Agus Dwiyanto (2002:50), kriteria
yang dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, yaitu:
1. Efisiensi
2. Efektivitas
3. Keadilan
4. Daya Tanggap
Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990) mengemukakan tentang
kinerja pelayanan publik, bahwa :
pelayanan berupa televisi, ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung yang memiliki teknologi canggih, misalnya komputer, penampilan aparat yang menarik dmata pengguna jasa, seperti seragam dan aksesoris, serta berbagai fasilitas kantor pelayanan yang memudahkan akses pelayanan bagi masyarakat. (Agus Dwiyanto, 2005:51)
Berbagai perspektif dalam melihat kinerja pelayanan publik di atas
memperlihatkan bahwa indikator-indikator yang di pergunakan untuk menyusun
kinerja pelayanan publik sangat bervariasi. Secara garis besar, berbagai paremeter
yang di pergunakan untuk melihat kinerja pelayanan publik dapat di kelompokkan
menjadi dua pendekatan, yaitu melihat kinerja pelayanan publik dari perspektif
pemberi layanan dan pendekatan dengan melihat kinerja pelayanan publik dari
perspektif pengguna jasa. Apabila kedua pendekatan tersebut di lakukan secara
seimbang, maka penilaian terhadap kinerja pelayanan publik akan sesuai dengan
apa yang di harapkan.
Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik adalah merupakan
salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di
samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi
publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara) dari suatu
negara kesejahteraan (welfare state).
Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu
perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin
baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat. Hal ini
berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya
Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan
aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani
untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya.
Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas,
Birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri.
(http://www.scribd.com/doc/11319551/Pengertian-Pelayanan-Publik)
Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan
kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krativitasnya untuk
mengatur dan menentukan masa depannya sendiri.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang
dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan
(aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai :
a. Prosedur/tata cara pelayanan;
b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif;
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan;
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;
5. Efisiensi, mengandung arti :
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan;
b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.
6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.
(http://www.scribd.com/doc/11319551/Pengertian-Pelayanan-Publik [accessed 03/17/10] )
Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas ,
Birokrasi publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayanai, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik
pragmatis.(http://www.scribd.com/doc/11319551/Pengertian-Pelayanan-Publik[accessed 03/17/10])
Dengan revitalitas birokrasi publik (terutama aparatur pemerintah daerah)
ini, pelayanan publik yang lebih baik dan profesional dalam menjalankan apa
Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh
pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat
(public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi
perlindungan(protection function).
Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
yang dimaksud dengan:
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. (pasal 1 UU No. 25 tahun 2009)
Dalam versi pemerintah, definisi pelayanan publik dikemukakan dalam
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun
1993, yaitu
Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993)
Definisi Pelayanan Publik menurut SK Men PAN No.
63/Kep/M.PAN/7/2003 adalah:
Dalam buku Delivering Quality Services karangan Zeithaml, Valarie A.
(et.al), 1990, yang membahas tentang bagaimana tanggapan dan harapan
masyarakat pelanggan terhadap pelayanan yang mereka terima, baik berupa
barang maupun jasa.
Dalam hal ini memang yang menjadi tujuan pelayanan publik pada umumnya adalah bagaimana mempersiapkan pelayanan publik tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh pemerintah.
Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut :
1. Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja macamnya; 2. Memperlakukan pengguna pelayanan, sebagai customers;
3. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan yang diinginkan mereka;
4. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas;
5. Menyediakan cara-cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.
2.5 KERANGKA BERPIKIR
Bagan 2.1
Undang-undang dasar 1945
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Perda Kudus No.6 Tahun 2002 Tentang Pelayanan One Stop Servis
Permendagri No.24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pendapatan Asli Daerah Bersumber Dari :
Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah
Faktor Penghambat Faktor Pendukung
Upaya Penyelesaian Hambatan Sektor Investasi pada kantor
PPT
Pelayanan dalam berivestasi menjadi lebih efektif dan dapat meningkatkan PAD di kabupaten
Kudus
39
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Dasar Penelitian
Penelitian atau riset menurut Kerlinger dalam buku J. Suprapto ,adalah
sebagai berikut:
Scientific of research is systematic controlled, empirical, and critical investigation of natural phenomena guided by theory and hypotheses aboout the presumed relations among such phenomena” (penelitian ilmiah merupakan investigasi fenomena alam secara sistematik, terkontrol, empirik, dan kritis dipadu oleh teori dan hipotesis tentang hubungan antara fenomena) (Suprapto 2003:1)
Metodologi penelitian diartikan sebagai ”suatu cara atau jalan yang harus
digunakan untuk tujuan menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan” (Soekanto 1986:5)
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data serta argumen
yang berkualitas dan juga menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan
penelitian, Penelitian ini menyusun desain secara terus-menerus disesuaikan
dengan kenyataan lapangan. Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji
atau membuktikan kebenaran suatu teori tetapi teori yang sudah ada
dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulkan. Dengan dasar
tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang
strategi peningkatan PAD dalam bidang investasi pada kantor PPT di
Kabupaten Kudus melalui One Stop Service. Sehingga dari data primer maupun