• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN SIDIKALANG

KABUPATEN DAIRI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh:

NIM: 090921024

MURNIWATY MAGDALENA SIMANJUNTAK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI EKSTENSI (S1)

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Murniwaty Magdalena Simanjuntak

NIM : 090921024

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

Medan, Desember 2010

Pembimbing, Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A

NIP. 19590816 198611 1 001 NIP. 19590816 198611 1 001

Pembantu Dekan I

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji, Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Murniwaty Magdalena Simanjuntak

NIM : 090921024

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

Yang diselenggarakan pada:

Hari :

Tanggal :

Tempat :

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Drs. Kariono, Msi (_________________)

Anggota I : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA (_________________)

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, terlebih dahulu penulis menaikkan pujian dan

hormat bagi Yesus Kristus, yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul:

”Pengaruh Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

(S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari telah banyak menerima

bimbingan, bantuan, dorongan dan petunjuk serta fasilitas dari semua pihal. Untuk

itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya

dan teristimewa pada suami saya tercinta Roni M. Lumbantobing, SE , anak-anak

saya Aurora G. Lumbantobing dan Eunike E. Janet Lumbantobing, orang yang

memberikan bantuan moril maupun untaian doa, terima kasih sayang, kalian adalah

inspirasiku dalam menjalani hidup. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Zakaria, MSP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

(5)

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing penulis yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan di dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

Negara.

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara yang

telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.

6. Bapak Armauliza yang telah membantu penulis mempelajari SPSS serta memberi

arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kak Mega, Dian, dan Bang Muliono yang telah membantu penulis dalam

mengurus segala keperluan administrasi.

8. Bapak Camat Kecamatan Sidikalang (Drs. Junihardi DR. Siregar, MM) yang

telah memberikan izin penelitian kepada penulis beserta seluruh pegawai se

Kecamatan Sidikalang yang telah membantu penulis selama penelitian dan

memberikan data yang penulis perlukan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Keluarga ku tercinta, Keluarga Besar Op. Aurora Tobing di Sidikalang dan Op.

Valentina Simanjuntak di Medan yang telah memberikan doa dan dukungan

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman penulis di AN Ekstensi ’09 terima kasih atas dukungan dan

kebersamaannya, khususnya buat Ester, Siska, Julyanti, Donna, Maya, Hammy,

Imelda, Ramean, Wong Medan, Faber, serta rekan-rekan lainnya yang tidak bisa

(6)

11.Kepada semua pihak yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

yang telah banyak membantu penulis dengan menuangkan ide dan masukan yang

bersifat membangun selama pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar skripsi ini

dapat menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...iv

Daftar Tabel...vii

Daftar Lampiran...viii

Abstrak...ix

Bab. I Pendahuluan...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...7

D. Kerangka Teori...8

1. Motivasi...9

1.1. Pengertian Motivasi Kerja...9

1.2. Manfaat Motivasi...11

1.3. Tipe-tipe Motivasi... ...13

1.4. Pendekatan terhadap Motivasi...14

1.5. Teori-teori Motivasi...17

1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi...26

1.7. Metode Motivasi...28

1.8. Upaya-upaya memotivasi Pegawai...28

2. Produktivitas Kerja...29

2.1. Pengertian Produktivitas Kerja Pegawai...29

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas...31

2.3. Faktor penyebab turunnya produktivitas dan upaya Peningkatan Produktivitas Kerja...41

3. Pengaruh Motivasi terhadap Produkivitas Kerja...44

E. Hipotesis...46

(8)

G. Defenisi Operasional...47

H. Sistematika Penulisan...50

Bab. II. Metodologi Penelitian...51

A. Bentuk Penelitian...51

B. Lokasi Penelitian...51

C. Populasi dan Sampel...51

D. Teknik/Metode Pengumpulan Data...52

E. Teknik Pengukuran Skor...53

F. Alat Pengambilan Data...55

1. Validitas Angket...55

2. Reliabilitas Angket...57

G. Teknik Analisa Data...58

1. Menentukan Koefisien Korelasi dan Determinasi...58

2. Mencari Persamaan Regresi Linear...60

3. Uji Keberartian Model Regresi...61

4. Uji Keberartian Koefisien Korelasi...61

Bab III. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...62

A. Gambaran Umum...62

1. Sekilas Tentang Sejarah Kecamatan Sidikalang...62

2. Luas dan Batas Wilayah...63

3. Orbitasi...63

4. Kondisi Geografis...63

5. Kondisi Demografi...64

B. Struktur Organisasi dan Keadaan Pegawai Kecamatan Sidikalang...67

1. Struktur Organisasi...67

2. Keadaan Pegawai Kecamatan Sidikalang...68

(9)

D. Visi dan Misi Kecamatan Sidikalang...89

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan...91

A. Hasil Penelitian...91

1. Identitas Responden...91

2. Deskriptif tentang Motivasi Kerja...96

3. Deskriptif tentang Produktivitas Kerja...98

4. Analisa Persamaan Regresi Linear...99

B. Pembahasan...102

1. Deskriptif Variabel Motivasi (Variabel Independen/X)...102

2. Deskriptif Variabel Produktivitas Kerja (Variabel Dependen/Y)...103

3. Pengaruh Motivasi terhadap Produktivitas Kerja...105

Bab V Kesimpulan dan Saran...107

A. Kesimpulan...107

B. Saran ...107

Daftar Pustaka...109

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil analisis validitas angket motivasi kerja ...56

Tabel 2.2 Hasil analisis validitas angket produktivitas kerja ...57

Tabel 2.3 Hasil reabilitas angket motivasi...57

Tabel 2.4 Hasil reabilitas angket produktivitas ...57

Tabel 2.5 Interpretasi (Tingkat hubungan) Koefisien Korelasi...59

Tabel 3.1 Nama Desa dan Kelurahan se Kecamatan Sidikalang beserta luas wilayah...64

Tabel 3.2 Banyaknya penduduk menurut jenis kelamin se Kec. Sidikalang...65

Tabel 3.3 Banyaknya penduduk menurut kelompok umur & jenis kelamin...66

Tabel 3.4 Banyaknya penduduk menurut agama yang dianut...66

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin...91

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur...92

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan...93

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan pangkat/golongan ruang...94

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan masa kerja...95

Tabel 4.6 Rata-rata skor motivasi kerja dilihat dari motivasi dari dalam dan dari luar...96

Tabel 4.7 Kategori jawaban responden untuk variabel motivasi... 97

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kecamatan Sidikalang

Lampiran 2 Frekuensi tabel variabel motivasi dan variabel produktivitas kerja

Lampiran 3 Uji validitas dan reabilitas terhadap variabel motivasi dan produktifitas

kerja

Lampiran 4 Nilai jawaban responden terhadap variabel motivasi dan produktifitas

kerja

Lampiran 5 Koefisien Korelasi, Determinasi, Analisis Regresi Linear, Uji t, Uji F

(12)

ABSTRAK

“Pengaruh Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”.

Nama : Murniwaty Magdalena Simanjuntak

NIM : 090921024

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Salah satu aset penting yang dimiliki oleh organisasi adalah pegawai. Keberhasilan dan kemunduran organisasi tidak lepas dari produktivitas kerja pegawai. Untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai maka perlu juga adanya peningkatan motivasi kerja pegawai. Dalam mengembangkan organisasi, orang sering terfokus pada bagaimana mengembangkan usaha itu, sedangkan tentang pengelolaan sumber daya manusia tidak diperhatikan. Seorang pimpinan yang baik tentunya akan menciptakan lingkungan yang nyaman dan memotivasi pegawai dengan tujuan agar produktivitas pegawainya dapat meningkat. Motivasi kerja dalam organisasi merupakan faktor penting untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran secara obyektif tentang: (1) untuk mengetahui motivasi kerja pegawai di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi (2) Untuk mengetahui produktivitas kerja pegawai yang ada di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. (3) Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pegawai Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Penelitian ini berusaha menjelaskan pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pegawai di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas (X) adalah motivasi kerja sedangkan variabel terikat (Y) adalah produktivitas kerja pegawai.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik yang pengelolaannya melalui program aplikasi SPSS 16.00. Data yang diperoleh menggunakan angket tertutup dan dianalisis dengan menggunakan regresi linear. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi sebanyak 57 orang sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

(13)

korelasi produk moment diperoleh hasil sebesar 0,694 yang dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja terhadap produktivitas kerja dengan taraf kesalahan sebesar 5%. Koefisien determinannya diperoleh sebesar 0,482 yang artinya bahwa besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pegawai adalah sebesar 48,2% sedangkan 52,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar kajian penelitian ini.

Dari hasil analisis regresi linear diperoleh hasil bahwa setiap terjadi kenaikan 1 skor untuk motivasi pegawai akan diikuti dengan kenaikan produktivitas sebesar 0,482. Dan model regresi lineat tersebut diuji keberatiannya dengan uji F diperoleh F

hitung 15.141> pada taraf kesalahan 5%, signifikansinya sebesar 0,000 berarti model

tersebut signifikan. Demikian juga koefisien korelasi diuji keberartiannya dengan uji t dan diperoleh thitung 7.151 > ttabel 3.070 hal ini menunjukkan bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima dimana motivasi kerja mempunyai pengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja pegawai pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

(14)

ABSTRAK

“Pengaruh Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”.

Nama : Murniwaty Magdalena Simanjuntak

NIM : 090921024

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Salah satu aset penting yang dimiliki oleh organisasi adalah pegawai. Keberhasilan dan kemunduran organisasi tidak lepas dari produktivitas kerja pegawai. Untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai maka perlu juga adanya peningkatan motivasi kerja pegawai. Dalam mengembangkan organisasi, orang sering terfokus pada bagaimana mengembangkan usaha itu, sedangkan tentang pengelolaan sumber daya manusia tidak diperhatikan. Seorang pimpinan yang baik tentunya akan menciptakan lingkungan yang nyaman dan memotivasi pegawai dengan tujuan agar produktivitas pegawainya dapat meningkat. Motivasi kerja dalam organisasi merupakan faktor penting untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran secara obyektif tentang: (1) untuk mengetahui motivasi kerja pegawai di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi (2) Untuk mengetahui produktivitas kerja pegawai yang ada di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. (3) Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pegawai Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Penelitian ini berusaha menjelaskan pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pegawai di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas (X) adalah motivasi kerja sedangkan variabel terikat (Y) adalah produktivitas kerja pegawai.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik yang pengelolaannya melalui program aplikasi SPSS 16.00. Data yang diperoleh menggunakan angket tertutup dan dianalisis dengan menggunakan regresi linear. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi sebanyak 57 orang sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

(15)

korelasi produk moment diperoleh hasil sebesar 0,694 yang dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja terhadap produktivitas kerja dengan taraf kesalahan sebesar 5%. Koefisien determinannya diperoleh sebesar 0,482 yang artinya bahwa besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pegawai adalah sebesar 48,2% sedangkan 52,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar kajian penelitian ini.

Dari hasil analisis regresi linear diperoleh hasil bahwa setiap terjadi kenaikan 1 skor untuk motivasi pegawai akan diikuti dengan kenaikan produktivitas sebesar 0,482. Dan model regresi lineat tersebut diuji keberatiannya dengan uji F diperoleh F

hitung 15.141> pada taraf kesalahan 5%, signifikansinya sebesar 0,000 berarti model

tersebut signifikan. Demikian juga koefisien korelasi diuji keberartiannya dengan uji t dan diperoleh thitung 7.151 > ttabel 3.070 hal ini menunjukkan bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima dimana motivasi kerja mempunyai pengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja pegawai pada Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam suatu organisasi. Pemanfaatan SDM secara efektif merupakan

jalan bagi suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan

pertumbuhan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, kekuatan organisasi

ditentukan oleh orang-orang yang mendukung organisasi tersebut, baik pada tingkat

top, midle maupun lower. Pada dasarnya organisasi bukan saja mengharapkan SDM

yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan

ketrampilan SDM tidak ada artinya bagi organisasi, jika mereka tidak mau bekerja

dengan keras dengan menggunakan kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang

dimilikinya. Apabila orang-orang tersebut bekerja secara profesional sesuai dengan

kemampuan dan keahliannya yang dipengaruhi oleh motivasi mereka, maka

organisasi akan mencapai tujuannya dan berkembang pesat.

Pegawai Negeri Sipil merupakan Sumber Daya Aparatur Negara yang bertugas

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata

dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan dengan

dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

(17)

penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam usaha

mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum,

berperadapan modren, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi. Oleh karena

itu, penyelenggaraan pemerintahan memerlukan orang-orang yang selalu mampu

untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya untuk berpartisipasi dalam

kegiatan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan secara berdayaguna dan

berhasil guna. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun

1999 yang dalam penjelasannya menyatakan bahwa kelancaran penyelenggaraan

tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan

aparatur negara khususnya Pegawai Negeri.

Pembangunan Nasional mengisyaratkan kepada seluruh elemen masyarakat akan

pentingnya meningkatkan produktivitas di segala bidang agar tercapainya pemerataan

pembangunan. Keberhasilan sebuah produktivitas kerja juga akan dipengaruhi oleh

pengelolaan dan pemberdayaan sumber-sumber daya (berupa finansial, fisik,

manusia, dan teknologi) dalam organisasi, baik organisasi yang bersifat formal dan

non formal. Dengan meningkatkan produktivitas kerja yang diharapkan akan tercapai

tujuan dari organisasi serta dapat meningkatkan barang atau jasa yang dihasilkan dari

organisasi tersebut.

Produktivitas kerja pegawai adalah kemampuan pegawai untuk menghasilkan

barang atau jasa yang dilandasi oleh sikap mental yang mempunyai semangat untuk

(18)

perbaikan. Pada hakekatnya, produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap

mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan, bahwa hari ini

harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari kemarin.

Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai salah satunya adalah

dengan menumbuhkan motivasi kerja di kalangan pegawai. Motivasi adalah suatu

pendorong bagi pegawai untuk mau bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi timbul dengan adanya beberapa

kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan tekanan dan rasa

ketidakpuasan tersendiri sehingga mendorong terciptanya produktivitas kerja pegawai

yang tinggi.

Sumber daya manusia yang tersedia dalam organisasi memiliki kemampuan

berkembang tanpa batas. Kemampuan manusia juga dapat ditingkatkan dengan

memberikan motivasi yang tepat. Dan dapat dilihat dengan jelas bahwa organisasi

hanya akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya apabila semua komponen

organisasi tersebut berupaya menampilkan kerja yang optimal agar tercapainya

produktivitas dan salah satunya dengan motivasi yang baik.

Namun, masalah akan timbul pada saat pegawai/staf dari organisasi yang

sebenarnya memiliki potensi yang baik untuk mengerjakan tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya namun tidak melaksanakan tugas tersebut dengan baik

dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya karena rasa malas

atau karena tidak mengetahui secara jelas tugas pokok dan fungsinya sehingga

(19)

Sebagai contoh, yang dikemukakan oleh Muchdarsyah Sinungan dalam bukunya

(2000: 2), di suatu unit lembaga pemerintahan misalnya, sekitar 25% dari pegawai,

baik tingkat atas, menengah atau tingkat bawah, benar-benar bekerja keras dengan

memanfaatkan semua waktu kerja yang ada. Ada diantara mereka yang terpaksa

bekerja lembur karena mengejar batas waktu penyelesaian kerja atau selalu dikerja

”dead line”. Sementara itu 75% pegawai tidak memanfaatkan jam kerja yang ada,

bahkan cenderung untuk mengurangi jam kerja. Banyak diantara pegawai tersebut

yang mengisi waktu kerjanya dengan duduk-duduk ngobrol, menelpon keluarga atau

teman, ataupun izin ke luar kantor untuk urusan-urusan yang tidak berkaitan dengan

tugas pekerjaannya.

Melihat permasalahan diatas, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh

organisasi adalah dengan pemberian motivasi kepada pegawai. Motivasi pegawai ini

tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri. Dorongan ini menyebabkan

mengapa pegawai itu berusaha mencapai tujuan, baik secara sadar maupun tidak

sadar. Dorongan ini juga yang menyebabkan pegawai berperilaku, memperbaiki dan

meningkatkan kinerja, sehingga produktivitas kerjapun meningkat. Memotivasi dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti paksaan dan hukuman, imbalan, penghargaan

dan pujian, dan menciptakan kompetisi, tujuan dan harapan yang jelas realistis serta

mudah dicapai.

Kantor Kecamatan Sidikalang merupakan salah satu organisasi pemerintah yang

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah Kabupaten Dairi.

(20)

telah direncanakan oleh organisasi tersebut diperlukan produktivitas kerja pegawai

yang tinggi dengan memberikan motivasi kerja kepada para pegawai secara

profesional.

Berdasarkan kenyataan yang penulis amati dilapangan bahwa kurang

maksimalnya dan kurang produktifnya pekerjaan pegawai di Kantor Kecamatan

Sidikalang dalam melakukan tugasnya. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya

pegawai yang melaksanakan tugasnya kurang profesional, seperti kurang memahami

tugas dan fungsinya (tupoksi), masih adanya pegawai yang sering menunda-nunda

pekerjaan, terlambat masuk kerja, pulang lebih awal, kurang memanfaatkan waktu

kerja dengan baik, pada jam kerja tidak ada di kantor dengan alasan yang tidak jelas,

adanya anggapan bahwa kerja sebagai aparatur pemerintah tidak perlu bekerja secara

maksimal karena gaji sudah ditetapkan jumlahnya sesuai dengan peraturan

pemerintah yang berlaku, adanya pandangan bahwa ”pintar bodoh pendapatan sama”

sehingga para pegawai tidak mau menunjukkan keahliannya karena itu akan

menyusahkan diri sendiri sebab merekalah yang akan selalu ditugaskan

menyelesaikan pekerjaan di kantor tersebut. Hal ini juga dipertegas di Ekspose

Camat Kecamatan Sidikalang dalam rangka Penilain Kecamatan Terbaik Kabupaten

Dairi Tahun 2010, dimana Camat Sidikalang menyampaikan bahwa ”Pegawai pada

umumnya hanya melakukan pelanggaran-pelanggaran ringan seperti terlambat

datang, pulang sebelum waktunya, keterlambatan melaksanakan tugas dan lain

sebagainya. Pegawai yang melakukan pelanggaran ini hanya diberikan tegoran

(21)

menerangkan pelanggaran yang dilakukannya, serta menasehati agar tidak

mengulanginya kembali.” Keadaan yang demikian akan mempengaruhi

produktivitas kerja pegawai karena pegawai kurang memiliki motivasi untuk

melakukan ketentuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh tentang

produktivitas kerja pegawai yang salah satunya dipengaruhi oleh motivasi kerja para

pegawai, dimana dengan membandingkan teori-teori yang berkaitan dengan motivasi,

produktivitas kerja pegawai dan teori pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja

pegawai, membandingkan antara teori dengan empiris/kenyataan yang terjadi di

Kantor Kecamatan Sidikalang.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul ”Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja pada Kantor

Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”

B. Perumusan Masalah

Arikunto menyatakan bahwa dalam suatu penelitian, agar dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas.

Perumusan masalah juga diperlukan untuk mempermudah menginterpretasikan data

dan fakta yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan

(22)

1. Bagaimana Motivasi Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten

Dairi?

2. Bagaimana Produktivitas Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Sidikalang

Kabupaten Dairi?

3. Bagaimana Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja pada Kantor

Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu mempunyai orientasi atau tujuan yang hendak dicapai.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui motivasi kerja para pegawai di Kantor Kecamatan Sidikalang

Kabupaten Dairi.

2. Untuk mengetahui produktivitas kerja di Kantor Kecamatan Sidikalang

Kabupaten Dairi

3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja di Kantor

Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah;

1. Secara subjektif, penelitian ini bermanfaat untuk melatih, meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologi penulis

dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu

(23)

2. Secara akademis, penelitan bermanfaat sebagai karya tulis untuk menyelesaikan

studi tingkat Sarjana di FISIP USU sekaligus menjadi referensi bagi perpustakaan

Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan kalangan yang tertarik

untuk melakukan kajian penelitian dimasa yang akan datang dalam bidang ini.

3. Secara praktis, hasil yang dituangkan dalam skripsi ini diharapkan dapat menjadi

salah satu inspirasi bagi pimpinan organisasi dalam mengambil

kebijakan-kebijakan untuk memotivasi para pegawai agar dapat meningkatkan produktivitas

kerja di Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi serta sebagai bahan

masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

D. Kerangka Teori

Singarimbun (1999:37), menyebutkan bahwa teori adalah serangkaian asumsi,

konsep, defenisi dan proposisi untuk mengembangkan suatu fenomena sosial secara

sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah

yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan

referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman

(24)

1. Motivasi

1.1 Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata latin ”Movere” yang berarti dorongan atau daya

penggerak. Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan pada sifat

manusia untuk bertindak atau bergerak dan secara langsung melalui saluran

perilaku mengarah pada tujuan.

Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan

kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi

dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 1996: 92)

Tingkah laku seseorang dipengaruhi serta dirangsang oleh keinginan,

kebutuhan, tujuan, dan kepuasannya. Rangsangan tersebut dapat berupa materil

dan non materil, yang akan menciptakan ”motif dan motivasi” yang mendorong

orang bekerja (beraktivitas) untuk memperoleh kebutuhan dan kepuasan hasil

kerja. Dengan demikian, ada faktor-faktor yang mendorong seseorang tersebut

untuk berbuat atau bertindak. Dari pengertian diatas, motivasi adalah suatu

pendorong bagi seseorang untuk mencapai tujuan.

Setiap manusia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu pada dasarnya

karena didorong oleh motivasi tertentu. Motivasi adalah alasan-alasan,

dorongan-dorongan, yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu.

Motivasi berhubungan dengan faktor psikologis seseorang yang mencerminkan

hubungan atau interaksi antara sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi dalam

(25)

Danim (2004: 15) mengatakan bahwa pada hakikatnya motivasi adalah

perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu

untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan di lingkungan

organisasi.

Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (1997: 87) membuat kesimpulan

tentang motivasi yaitu;

1. Motivasi berhubungan erat dengan perilaku dan prestasi kerja

2. Motivasi diarahkan untuk mencapai suatu tujuan

3. Perbedaan fisiologis, psikologis, dan lingkungan merupakan faktor-faktor

penting untuk diperhatikan.

Menurut Siagian (2002: 102) motivasi adalah daya pendorong yang

mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan

kemampuan dalam bentuk keahlian dan ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan

menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Wahjosumidjo (dalam Sulistiyani; 2003, 180), motivasi dapat

diartikan sebagai suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara

sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Proses

psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri.

Wahjosumidjo berpendapat bahwa ada 3 (tiga) alasan utama yang mendorong

(26)

1. untuk mengamati dan memahami tingkah laku bawahan

2. mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan

3. memperhitungkan, mengawasi, dan mengubah serta mengarahkan tingkah

laku bawahan.

Dan dalam Cantika Yuli (2005; 142) terdapat pendapat Sukanto dan

Handoko yang mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam diri pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Dari keseluruhan dapat dinyatakan bahwa motivasi adalah merupakan suatu

faktor pendorong atau penggerak seseorang untuk mau bertindak dan bekerja

dengan giat sesuai dengan tugas dan kewajibannya untuk mencapai suatu tujuan.

Maka diharapkan pegawai yang termotivasi sangat mengerti tujuan dan tindakan

mereka dan menyakini juga bahwa tujuan tersebut akan tercapai.

1.2 Manfaat Motivasi

Secara singkat manfaat motivasi adalah menumbuhkan gairah atau

semangat kerja sehingga produktivitas kerja setiap pegawai meningkat sehingga

hasil dari setiap pekerjaan pegawai meningkat pula.

Menurut Hasibuan (1996: 97) menyatakan bahwa tujuan pemberian

motivasi bagi seseorang pegawai selain memberikan keuntungan pada pegawai itu

sendiri juga memberikan keuntungan kepada organisasi seperti;

a. dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai;

(27)

c. dapat mempertahankan kestabilan pegawai;

d. dapat meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai;

e. dapat menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik;

f. dapat meningkatkan kreativitas dan partisipasi pegawai;

g. dapat meningkatkan kesejahteraan pegawai;

h. dapat meningkatkan kedisplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai;

i. dapat mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas-tugasnya;

j. dapat meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku

Menurut Wahjosumidjo (dalam Sulistiyani; 2003: 187) ada tiga alasan

utama yang mendorong perlunya motivasi dalam organisasi yaitu;

a. Untuk mengamati dan memahami tingkah laku bawahan

b. Mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan

c. Memperhitungkan, mengawasi dan mengubah serta mengarahkan tingkah laku

bawahan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat motivasi

itu sendiri adalah meningkatkan gairah kerja pegawai, menumbuhkan disiplin

yang tinggi, meningkatkan kreativitas dan partisipatif setiap pegawai sehingga

(28)

1.3 Tipe-tipe Motivasi

Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya.

Secara umum menurut Danim (2004: 17), mengklasifikasikan motivasi ke dalam

4 jenis yaitu;

a. Motivasi positif

Motivasi positif didasari atas keinginan manusia untuk mencari

keuntungan-keuntungan tertentu. Manusia bekerja di suatu organisasi jika merasa bahwa

upaya yang telah dilakukannya akan memberikan keuntungan tertentu, apakah

besar atau kecil.

Motivasi positif merupakan pemberian motivasi atau usaha membangkitkan

motif, dimana hal itu diarahkan pada usaha untuk mempengaruhi orang lain agar

bekerja secara baik dan antusias dengan cara memberikan keuntungan tertentu

kepadanya.

Yang termasuk ke dalam motivasi positif ini berupa imbalan yang menarik,

informasi tentang pekerjaan, kedudukan atau jabatan, perhatian atasan terhadap

bawahan, kondisi kerja, rasa partisipasi, dianggap penting, pemberian tugas dan

tanggung jawab, dan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

b. Motivasi negatif

Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari

rasa takut, sebagai contoh jika seseorang tidak mau bekerja maka akan muncul

rasa takut dikeluarkan dan takut tidak diberi gaji. Motivasi yang negatif yang

(29)

c. Motivasi dari dalam

Motivasi dari dalam timbul dari diri pegawai pada waktu ia menjalankan

tugas dan kewajiban dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri. Hal ini

berarti kesenangan pegawai muncul ketika ia bekerja dan ia sendiri menyenangi

pekerjaannya.

d. Motivasi dari luar

Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya

pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.

Motivasi dari luar biasanya dikaitkan dengan imbalan, kesempatan cuti, rekreasi

dan lain-lain. Dan sering juga seseorang itu mau bekerja karena semata-mata

didorong oleh adanya sesuatu yang ingin dicapai.

1.4 Pendekatan terhadap Motivasi

Untuk memahami lebih mendalam tentang motivasi, maka dapat dilihat dari

pendekatan-pendekatan terhadap motivasi. Dalam Sri Budi Cantika Yuli (2005;

145), secara umum pendekatan terhadap motivasi dapat dikelompokkan dalam

tiga pendekatan yaitu;

1.4.1 Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)

Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan klasik dan pertama kali

diperkenalkan oleh Frederik Winslow Tailor. Disebut sebagai pendekatan

klasik atau tradisional karena Tailor memandang bahwa motivasi para pekerja

hanya dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan fisik/biologi saja. Kebutuhan

(30)

uang atau barang sebagai imbalan atas prestasi yang telah mereka berikan. Tanpa

adanya imbalan uang, maka pekerja tidak akan mau atau prestasinya tidak akan

ditingkatkan, karena motivasinya hanya uang dan sedikit kontribusinya diluar

tugas mereka.

Dengan demikian insentif yang diberikan kepada mereka merupakan alat

yang efektif untuk memaksa pekerja melaksanakan perintah. Oleh karena

motivasi pekerja dalam teori ini memandang bahwa hanya ada satu faktor

pendorong untuk bekerja yakni hanya memperoleh insentif untuk memenuhi

kebutuhan biologi, maka bawahan/pekerja kurang memperhatikan sasaran-sasaran

organisasi dan manajemen. Rasa ikut memiliki terhadap organisasi juga

berkurang.

1.4.2 Pendekatan Hubungan Manusia (Human Relation Approach)

Pendekatan hubungan manusia menyangkal argumen dari pendekatan

tradisional. Pendekatan ini beranggapan bahwa manusia tidak hanya

membutuhkan uang. Manusia juga membutuhkan interaksi dengan orang lain,

dan uang tidak bisa memberikan semua itu. Munculnya pendekatan ini

sebenarnya diakibatkan oleh kejenuhan pekerja dalam melakukan pekerjaan yang

berulang-ulang serta menjemukan. Orang yang pertama kali memperkenalkan

pendekatan ini adalah Elton Mayo, seorang Psikolog dari Harvard University

Pentingnya pengakuan dan penghargaan terhadap kebutuhan sosial pekerja

merupakan penekanan utama pendekatan ini. Sebagai salah satu faktor produksi

(31)

dalam usaha mencapai tingkat produktifitas yang tinggi. Dalam hubungan ini

Mayo berkeyakinan bahwa pimpinan dapat memotivasi pekerja dengan mengakui

kebutuhan sosial pekerja dan membuat mereka merasa senang, berguna dan

penting dilingkungan kerjanya.

1.4.3 Pendekatan Sumber Daya Manusia (Human Recourse Approach)

Dua pendekatan sebelumnya, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan

hubungan manusia lebih banyak menekankan pada pemenuhan kebutuhan pekerja

oleh pimpinan. Artinya, pimpinan memiliki kewenangan penuh terhadap pekerja

dan kepentingan pekerja itu sendiri di nomor duakan. Douglas McGregor dan ahli

teori lainnya mengkritik keras pandangan dua pendekatan tersebut. Mereka

berpandangan bahwa dua pendekatan sebelumnya lebih mengarah pada upaya

manipulai pekerja. Pendekatan tradisional dan hubungan manusia terlalu

menyederhanakan motivasi, yaitu dengan hanya memfokuskan pada satu faktor,

seperti uang dan hubungan sosial.

Pendekatan sumber daya manusia berpandangan bahwa manusia tidak

secara otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki (teori

Y) melainkan justru pekerjaan merupakan suatu kesempatan atau peluang yang

perlu dikerjakan untuk memperoleh karir dan menghasilkan kepuasan. Tiga

prinsip utama dalam pendekatan sumber daya manusia adalah sebagai berikut;

a. Pekerja cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi yang baik.

(32)

c. Motivasi kerja menurut pendekatan ini lebih disebabkan karena adanya

kesadaran untuk meraih prestasi kerja itu sendiri.

1.5 Teori-Teori Motivasi

Menurut Gibson, Ivancevich, Donnely (1997; 91-110) secara umum

teori-teori motivasi dikelompokkan atas 2 (dua) kategori yaitu;

1.5.1 Teori Kepuasan (Content Theories)

Teori kepuasan mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan

dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara

tertentu.

Teori kepuasan ini memfokuskan pada faktor-faktor dalam diri individu

yang mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilaku individu. Hal yang

memotivasi semangat kerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan

kepuasan materiil maupun non materil yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya.

Yang termasuk dalam ke dalam kategori Teori Kepuasan ini adalah;

a. Teori hirarki kebutuhan dari Maslow (Maslow’s Need Hierarchy)

Teori ini dipelopori oleh Abraham H. Maslow yang dituangkan dalam

bukunya “A theory of Human Motivation” dan “Motivatioan and Personality”.

Dalam teori ini dikemukakan bahwa ada kebutuhan internal yang sangat

mempengaruhi motivasi manusia dalam bekerja. Maslow menyatakan dalam teori

(33)

kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan tingkat yang

tertinggi adalah kebutuhan realisasi diri (self-actualization needs).

Kebutuhan-kebutuhan ini diartikan sebagai berikut;

1. Kebutuhan Fisiologis (fisiological needs)

Kebutuhan dasar untuk menunjang kehidupan manusia yaitu kebutuhan akan

makan, minum, tempat tinggal, seks dan bebas dari sakit. Apabila kebutuhan

fisiologis ini belum terpenuhi secukupnya, maka kebutuhan lain tidak akan

memotivasi manusia.

2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security needs):

kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian

atau lingkungan, rasa takut kehilangan pekerjaan dan materi.

3. Rasa memiliki (belongingness), sosial dan cinta: kebutuhan akan teman,

afiliasi, interaksi, dan cinta.

4. Kebutuhan penghargaan (esteems needs): kebutuhan akan penghargaan diri

(merasa dirinya berharga) dan dihargai/penghargaan dari orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs): kebutuhan untuk

memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum,

ketrampilan dan potensi.

Teori Maslow ini mengasumsikan bahwa orang berusaha memenuhi

kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum berusaha memenuhi kebutuhan

yang tertinggi (realisasi diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi

(34)

perilaku seseorang. Beberapa hal pokok dalam pemikiran Maslow penting

diketahui untuk memahami pendekatan hirarki kebutuhan yakni;

a. Kebutuhan yang telah dipenuhi berhenti daya motivasinya. Apabila orang

memutuskan bahwa upahnya yang diterima dari organisasi sudah cukup

tinggi, maka uang tidak mempunyai daya motivasi lagi.

b. Kebutuhan yang tidak terpuaskan dapat menyebabkan rasa frustasi, konflik

dan stress. Dari perspektif manajerial, kebutuhan yang tidak terpuaskan akan

berbahaya karena kebutuhan ini mungkin menyebabkan kinerja yang tidak

diinginkan.

c. Maslow mengasumsikan bahwa orang memiliki kebutuhan untuk tumbuh dan

berkembang, dan sebagai akibatnya akan terus berusaha bergerak ke atas

dalam hirarki untuk memenuhi kepuasan. Asumsi ini mungkin benar untuk

beberapa pegawai, tetapi tidak benar untuk yang lainnya.

Hal senada juga dikemukakan oleh Siagian (2002: 103) dimana ada lima

tingkatan kebutuhan dalam menimbulkan motivasi pegawai antara lain;

1. Kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan yang bersifat mencari materi atau

sering disebut kebutuhan primer, seperti kebutuhan sandang, pangan dan

papan.

2. Kebutuhan akan rasa aman, yakni pentingnya penciptaan di mana

pemeliharaan iklim kekeluargaan, kebersamaan, dan kerjasama dalam

(35)

3. Kebutuhan yang mencerminkan harga diri, yakni kebutuhan yang

mencerminkan pengakuan atas harkat, martabat dan harga diri.

4. Kebutuhan aktualisasi diri, yakni kesempatan untuk menimbun ilmu dan

pengetahuan baru dan memperoleh pendidikan baik di dalam maupun di luar

organisasi.

5. Kebutuhan sosial, yakni kebutuhan terhadap penciptaan iklim kekeluargaan,

kebersamaan, kerjasama dalam kehidupan berorganisasi.

Teori ini berpendapat jika kebutuhan-kebutuhan tersebut telah terpenuhi

maka akan menjadi dasar dalam menimbulkan motivasi kuat untuk berkembang

dan maju.

b. Teori ERG dari Alderfer

Alferder setuju dengan pendapat Maslow bahwa setiap individu

mempunyai kebutuhan yang tersusun dalam suatu hierarki. Akan tetapi

kebutuhan-kebutuhan menjadi kebutuhan akan eksistensi, ketergantungan dan

perkembangan yang dinamakan teori ERG (E=Existence/Eksistensi;

R=Relatedness/Keterkaitan; G=Growth/Pertumbuhan) yang mencakup;

i. Eksistensi: ini adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti

makan, air, udara,upah dan kondisi kerja.

ii. Keterkaitan: ini adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan

(36)

iii. Pertumbuhan: ini adalah kebutuhan dimana individu merasa puas dengan

membuat suatu kontribusi (sumbangan) yang kreatif dan produktif.

c. Teori dua-faktor dari Herzberg (Herzberg’s Two-Factor Theory)

Teori dua faktor ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg, Bernard

Mausner, dan Barbara Synderman. Penelitian awal Herzberg melahirkan dua

kesimpulan khusus mengenai teori tersebut yaitu;

i. Kondisi ekstrinsik, yaitu keadaan pekerjaan yang menyebabkan rasa tidak

puas di antara para pegawai karena faktor-faktor tersebut diperlukan untuk

mempertahankan tingkat yang paling rendah. Faktor-faktor ini mencakup

upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur pekerjaan, mutu dari

supervisi teknis, dan mutu dari hubungan interpersonal di antara teman

sejawat, dengan atasan dan dengan bawahan.

ii. Kondisi Intrinsik, yaitu keadaan pekerjaan yang menyebabkan kepuasan

pekerjaan yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik.

Faktor-faktor ini mencakup prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan,

pekerjaan itu sendiri, dan kemungkinan berkembang.

Baik faktor ekstrinsik dan intrinsik berpengaruh besar terhadap motivasi

seseorang. Meskipun demikian bukanlah sesuatu yang mutlak dapat dikualifikasi,

(37)

d. Teori prestasi dari McClelland (McClelland’s Learned Needs Theory)

McClelland mengemukakan teori motivasi yang berhubungan erat dengan

konsep belajar. Ia berpendapat bahwa banyak kebutuhan diperoleh dari

kebudayaan.

Ada 3 (tiga) kebutuhan pokok manusia, yaitu;

i. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement)

Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang,

men-dorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua

kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang

optimal.

ii. Kebutuhan berafiliasi (need for affiliation)

Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang yang

sifatnya social, seperti keinginan disenangi, dicintai, kesediaan bekerjasama,

iklim bersahabat, dan saling mendukung dalam organisasi.

iii. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)

Merupakan daya penggerak yang merangsang dan memotivasi kerja seseorang

serta mengerahkan semua kemampuan demi mencapai kekuasaan atau

kedu-dukan yang terbaik dalam organisasi.

1.5.2 Teori Proses

Teori proses merupakan teori motivasi yang berusaha menjawab

(38)

perilaku individu agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan

pimpinan. Teori ini merupakan proses sebab dan akibat bagaimana pegawai

bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya (Hasibuan, 1996: 116).

Yang termasuk dalam teori proses ini adalah; a. Teori pengharapan (expectancy theory)

Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk

bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal

balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu.

Teori pengharapan juga menyatakan bahwa perilaku kerja pegawai dapat

dijelaskan dengan kenyataan: para pegawai menentukan terlebih dahulu apa

perilaku mereka yang dapat dijalankan dan nilai yang diperkirakan sebagai

hasil-hasil alternatif dari perilakunya. Pegawai akan termotivasi untuk bekerja, jika

mereka akan mendapatkan imbalan, seperti misalnya kenaikan gaji atau kenaikan

pangkat dari prestasi atau pekerjaan yang mereka kerjakan. Melalui kenaikan gaji

atau kenaikan pangkat inilah yang merangsang pegawai untuk bekerja lebih giat

dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Contoh lain, bila seorang pegawai

mengharapkan bahwa menyelesaikan pekerjaan pada waktunya akan memperoleh

penghargaan, maka ia akan dimotivasi untuk memenuhi sasaran tersebut.

Menurut Victor Vroom, dikenal sebagai teori nilai-pengharapan Vroom,

orang dimotivasi untuk bekerja bila mereka mengharapkan usaha-usaha yang

ditingkatkan akan mengarah ke balas jasa tertentu dan menilai balas jasa sebagai

(39)

Harapan yang ingin dicapai pegawai antara lain; upah atau gaji yang

sesuai, keamanan kerja yang terjamin, kehormatan dan pengakuan, perlakuan

yang adil, suasana kerja yang menarik, jabatan yang menarik, dan pimpinan yang

cakap, jujur dan berwibawa (Wursanto, 1989 : 149).

b. Teori keadilan (equity theory)

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan selalu cenderung

membandingkan antara masukan-masukan yang mereka berikan pada

pekerjaannya dalam bentuk pendidikan, pengalaman, latihan dan usaha dengan

hasil-hasil (penghargaan-penghargaan) yang mereka terima, seperti juga mereka

membandingkan balas jasa yang diterima pegawai lain dengan yang diterima

dirinya untuk pekerjaan yang sama (Handoko, 2003: 267).

Teori ini menyatakan bahwa keadilan merupakan daya penggerak

memotivasi semangat kerja pegawai, jadi pimpinan harus bersikap adil terhadap

semua bawahannya. Penilain dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus

dilakukan secara objektif, bukan atas suka atau tidak suka. Pemberian

kompensasi dan hukumanpun harus dilakukan secara adil dan objektif. Jika

pegawai telah mendapat keadilan dalam bekerja, maka mereka akan termotivasi

untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Asumsi dasar teori keadilan menyatakan bahwa faktor utama dalam

motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atas keadilan dari penghargaan yang

(40)

imbalan mereka dengan usaha dan imbalan yang diterima orang lain dalam iklim

kerja yang sama. Kunci utama motivasi individu dalam teori ini adalah adanya

kepuasan memperoleh perlakuan yang sama/adil (Cantika Yuli, 2005; 154).

Apabila pegawai sudah merasa adanya ketidak adilan mereka akan

mencoba melakukan sesuatu untuk menanggapi ketidak adilan itu. Kemungkinan

yang terbesar dari perilaku mereka adalah mengurangi tingkat produktifitas

individu yang berarti motivasi mereka secara relatif juga berkurang.

c. Teori pembentukan perilaku (operant conditioning theory)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku pegawai dapat dibentuk dan diarahkan

kepada kebutuhan arah aktivitas pencapaian tujuan. Pendekatan perilaku ini

didasarkan atas hukum pengaruh (law of effect) yaitu perilaku pegawai yang

diikuti konsekuensi-konsekuensi pemuasan cenderung berulang, sedangkan

perilaku yang diikuti konsekuensi-konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang.

Perilaku pegawai di masa yang akan datang dapat diperkirakan dan dipelajari

berdasarkan pengalaman di masa lalu.

Dalam teori ini, perilaku pegawai dipengaruhi oleh kejadian di masa lalu.

Jika konsekuensi perilaku tersebut bersifat positif, pegawai akan memberikan

tanggapan yang sama terhadap situasi tersebut. Namun jika konsekuensi perilaku

tersebut negatif, maka pegawai akan mengubah perilakunya dan menghindari

konsekuensi tersebut.

Contohnya, seorang pegawai yang sering datang terlambat, dapat dimotivasi

(41)

waktu sehingga pegawai tersebut dapat datang tepat waktu. Dan keterlambatan

dapat dihindari dengan memberikan hukuman atau celaan pada pegawai tersebut.

W. Clay Hammer (dalam Handoko, 2003; 265), telah mengidentifikasi 6

(enam) pedoman penggunaan teknik-teknik pembentukan perilaku, atau disebut

teori belajar (learning theory), yaitu;

1. Jangan memberikan penghargaan yang sama kepada semua orang.

2. Perhatikan bahwa kegagalan untuk memberi tanggapan dapat juga mengubah

perilaku.

3. Beritahu pegawai tentang apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan

penghargaan.

4. Beritahu pegawai tentang apa yang dilakukan secara salah

5. Jangan memberikan hukuman di depan pegawai yang lain

6. Bertindaklah adil

1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Motivasi timbul karena dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri manusia dan

faktor dari luar diri manusia. Faktor dalam diri manusia (disebut motivasi

internal) berupa sikap, pendidikan, kepribadian, pengalaman, pengetahuan, dan

cita-cita. Sedangkan faktor luar diri manusia (disebut motivasi ekternal) berupa

gaya kepemimpinan atasan, dorongan atau bimbingan seseorang, dan

(42)

Menurut Yayat M. Herujito (2001: 215) mengemukakan ada tiga faktor

yang mempengaruhi motivasi, yaitu;

a. Kebutuhan dan keinginan manusia

b. Tujuan dan persepsi orang atau kelompok orang

c. Sikap untuk merealisasikan kebutuhan dan tujuan seseorang atau kelompok

orang.

Namun secara garis besar ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi motivasi

(Ishak, 2003; 15), yaitu;

a. Faktor kebutuhan manusia, mencakup kebutuhan dasar (ekonomis), kebutuhan

rasa aman (psikologis) dan kebutuhan sosial.

b. Faktor kompensasi, mencakup upah, gaji, balas jasa

c. Faktor komunikasi, mencakup hubungan antar manusia, baik hubungan

atasan-bawahan, hubungan sesama atasan, dan hubungan sesama bawahan.

d. Faktor pelatihan, mencakup pelatihan dan pengembangan serta kebijakan

manajemen dalam mengembangkan pegawai.

e. Faktor kepemimpinan, mencakup gaya kepemimpinan

f. Faktor prestasi kerja, mencakup prestasi dan kondisi serta lingkungan kerja

(43)

1.7 Metode Motivasi

Dalam memotivasi pegawai agar dapat bekerja dengan giat menurut

Hasibuan (1996: 100), ada 2 (dua) metode yang dapat digunakan untuk

memotivasi pegawai, yaitu;

a. Metode langsung, yaitu motivasi materiil dan non materiil, yang diberikan

secara langsung kepada setiap individu pegawai untuk memenuhi kebutuhan

dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan pujian,

penghargaan, bonus, piagam dan sebagainya.

b. Metode tidak langsung, yaitu motivasi yang diberikan hanya merupakan

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran

tugas, sehingga para pegawai betah dan bersemangat melakukan

pekerjaannya. Misalnya, seperti kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik,

ruangan kerja yang nyaman, dan lain-lain.

Kedua metode di atas tentunya sangat berpengaruh besar untuk merangsang

semangat kerja pegawai dan meningkatkan produktivitas pegawai.

1.8 Upaya-upaya memotivasi pegawai

Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi pegawai adalah

sebagai berikut;

a. Rasa hormat (respect), yaitu memberikan rasa hormat dan penghargaan secara

adil. Namun adil bukan berarti sama rata. Seperti dalam hal prestasi kerja,

(44)

Memberikan penghargaan berdasarkan prestasi, kepangkatan, pengalaman,

dan sebagainya.

b. Informasi, yaitu dengan memberikan informasi kepada pegawai mengenai

aktivitas organisasi, terutama tentang apa yang harus dilakukan dan

bagaimana melakukannya. Hal-hal ini yang diinformasikan seperti standard

prestasi, tentukan dan beritahukan apa yang harus dilakukan.

c. Perilaku. Usahakanlah mengubah perilaku sesuai dengan harapan bawahan.

Dengan demikian ia mampu membuat pegawai berperilaku atau berbuat sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh organisasi.

d. Hukuman. Berikan hukuman kepada pegawai yang bersalah diruang yang

terpisah, jangan menghukum di depan pegawai lain karena dapat

menimbulkan frustasi dan merendahkan martabat.

e. Perasaan. Tanpa mengetahui bagaimana harapan pegawai dan perasaan apa

yang ada dalam diri mereka, sangat sulit bagi pimpinan untuk memotivasi

bawahan. Perasaan dimaksud seperti rasa memiliki, rasa partisipasi, rasa

bersahabat, rasa diterima dalam kelompok, dan rasa mencapai prestasi.

2. Produktivitas Kerja

2.1 Pengertian Produktivitas Kerja Pegawai

Defenisi produksi dengan produktivitas mempunyai arti yang berbeda.

Istilah ”produksi” lebih mengarah pada pertambahan jumlah hasil kerja yang

(45)

cara-cara pencapaian produksi walaupun demikian kedua hal ini masih

mempunyai hubungan. Hubungan tersebut adalah terlihat bahwa produksi dan

produktivitas memerlukan individu sebagai unsur pelaksanaan.

Produktivitas berasal dari Bahasa Inggris ”Productive” yang berarti

menghasilkan. Dan dalam bahasa Indonesia menjadi produktivitas yang berarti

kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu. Oleh karena itu, di dalam

organisasi kerja yang dihasilkan adalah perwujudan tujuannya, maka

produktivitas berhubungan dengan sesuatu yang bersifat material dan non material

yang dapat atau tidak dapat diukur dengan uang (Nawawi, 1990; 97)

Dalam Ensiklopedia Manajemen disebutkan bahwa produktivitas adalah

ukuran sejauh mana sumber-sumber daya alam, teknologi dan manusia

dipergunakan dengan baik dapat mewujudkan hasil tertentu yang diinginkan;

secara singkat dapat dikatakan produktivitas adalah ukuran mengenai apa yang

diperoleh dari apa yang diberikan; seberapa jauh masukan (input) dapat

menghasilkan keluaran (output), baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan dan juga merupakan fungsi dari efektivitas dan

efisiensi.

Menurut Malayu Hasibuan (1996: 126), produktivitas adalah perbandingan

antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik

dimungkinkan dengan adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan baku, tenaga)

(46)

Muchdariyah Sinungan (2000: 117) mengatakan, produktivitas adalah suatu

konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak

barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber riil

yang semakin sedikit.

Menurut Blecher (dalam Wibowo 2007: 241), produktivitas kerja adalah

hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan yang diperlukan.

Produktivitas dapat dikualifikasikan dengan membagi keluaran dengan masukan.

Menaikkan produktivitas dapat dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas

dengan menghasilkan lebih banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan

tingkat masukan sumber daya tertentu.

Secara umum dari pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat

disimpulkan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai

(output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Penilain

terhadap produktivitas kerja pegawai dapat diukur melalui pelaksanaan kerja yang

relatif baik, sikap kerja, tingkat keahlian dan disiplin kerja. Produktivitas pegawai

merupakan ukuran keberhasilan pegawai menghasilkan atau menyelesaikan

pekerjaan pada waktu tertentu yang mencakup aspek kualitas dan kuantitas

pekerjaannya.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

Dalam upaya meningkatkan produktivitas, perlu terlebih dahulu mengetahui

(47)

produktivitas pada dasarnya adalah bagaimana mengendalikan faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas tersebut.

Sedarmayanti (1995: 75) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas secara umum adalah;

a. Sikap mental, berupa motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja

b. Pendidikan, pada umumnya orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi

akan mempunyai wawasan yang lebih luas yang berpengaruh terhadap

produktivitas.

c. Ketrampilan, apabila pegawai semakin terampil maka akan lebih mampu

bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik.

d. Manajemen, berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk

memimpin serta mengendalikan staf karena manajemen yang tepat dapat

menimbulkan semangat kerja yang tinggi pada pegawai.

e. Tingkat penghasilan, dapat menimbulkan konsentrasi kerja, menimbulkan

semangat bekerja, dan pegawai juga dapat memanfaatkan kemampuan yang

ia miliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.

f. Gizi dan kesehatan, apabila hal ini dapat dipenuhi maka pegawai akan dapat

bekerja lebih kuat dan lebih bersemangat

g. Jaminan sosial, untuk meningkatkan pengabdian pegawai pada organisasi.

h. Lingkungan dan iklim kerja, akan mendorong pegawai senang bekerja dan

meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik

(48)

i. Sarana produktivitas, sarana yang digunakan harus yang baik agar dapat

menunjang produktivitas kerja.

j. Teknologi, apabila teknologi yang digunakan tepat dan lebih maju, maka

hasil yang dicapai akan tepat waktu dan lebih bermutu

k. Kesempatan berprestasi, akan menimbulkan dorongan psikologis untuk

meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki.

Dalam Sulistiyani (2003; 200) dikemukakan ada beberapa faktor yang

menentukan besar kecilnya produktivitas suatu instansi antara lain;

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang

diperoleh secara formal maupun non formal yang memberikan kontribusi pada

seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam

melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan

pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan

dengan baik dan produktif

b. Keterampilan (skill)

Ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai

bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui

proses belajar dan berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang

(49)

ketrampilan yang dimiliki seorang pegawai diharapkan mampu menyelesaikan

pekerjaan secara produktif.

c. Kemampuan (abilities)

Kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang

pegawai. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup sejumlah

kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk

kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan

dan ketrampilan yang tinggi, diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi

pula.

d. Kebiasaaan dan perilaku (attitude and behaviors)

Sangat erat hubungan antara kebiasaan dan perilaku. Attitude merupakan

suatu kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan yang terpolakan tersebut

memiliki implikasi positif dalam hubungannya dengan perilaku kerja

seseorang maka akan menguntungkan. Artinya apabila kebiasaan-kebiasaan

pegawai adalah baik, maka hal tersebut dapat menjamin perilaku kerja yang

baik pula. Misalnya seorang pegawai mempunyai kebiasaan tepat waktu,

disiplin, simpel, maka perilaku kerja juga baik, apabila diberi tanggungjawab

akan menepati aturan dan kesepakatan. Degan demikian perilaku manusia

juga akan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam dalam diri

(50)

Menurut Cantika Yuli (2005; 204), ada beberapa faktor yang menentukan

besar kecilnya produktivitas kerja pegawai yang digolongkan dalam 3 (tiga)

kelompok utama antara lain;

a. Kepuasan kerja. Pegawai merasa puas tentu secara alamiah akan berupaya

mencapai tingkat kepuasan yang tinggi dengan cara mengoptimalkan hasil

kerja (output)

b. Input. Besar kecilnya input yang dimasukan dalam sebuah proses produksi

akan menentukan hasil akhir (output) dari sebuah pekerjaan. Input yang

dimiliki pegawai dalam bekerja antara lain; motivasi, tenaga, sikap,

pengetahuan dan ketrampilan, sarana yang mendukung, dan lingkungan kerja.

c. Waktu kerja. Jam kerja yang lama mendorong pegawai untuk terus

memperbanyak dan meningkatkan hasil kerja mereka. Namun faktor ini

sifatnya sangat relatlif, karena harus didukung faktor lainnya, seperti input.

Ada beberapa faktor yang sekaligus sebagai faktor kunci untuk mencapai

produktivitas dan kreativitas yang tinggi menurut Timpe, Dale (dalam Cantika

Yuli, 2005; 205) antara lain;

1. Keahlian dan manajemen yang bertanggung jawab. Manajemen adalah faktor

utama dalam setiap produktivitas organisasi dan merupakan faktor yang harus

diperhatikan oleh semua perusahan dalam mencapai puncak produktivitas.

(51)

motivasi tinggi, positif dan secara penuh ikut melaksanakan pekerjaan

(bertanggung jawab) sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

2. Kepemimpinan yang luar biasa. Dari semua faktor, kepemimpinan manajerial

memiliki pengaruh terbesar dalam produktivitas. Pemimpin sejati

menghasilkan orang-orang dan organisasi-organisasi terbaik karena pemimpin

mengeluarkan reaksi-reaksi emosional positif yang kuat, dan orang cenderung

memenuhi kebutuhan mereka dan tumbuh dibawah kepemimpinan yang

efektif. Oleh karena itu, penting sekali bahwa manajemen bertindak sebagai

katalis dalam meningkatkan potensi kepemimpinan yang sudah ada dalam

organisasi.

3. Kesederhanaan organisasi dan operasional. Susunan organisasi harus

diusahakan agar sederhana, luwes, dan dapat disesuaikan dengan perubahan,

selalu berusaha mengadakan jumlah tingkat minimum yang konsisten dengan

operasi yang efektif. Semua kendala operasional harus dikurangi hanya pada

yang benar-benar diperlukan. Peraturan, prosedur, dan birokrasi dibuat

seminimal mungkin, sehingga memberikan kebebasan bekerja secara

maksimal pada pegawai.

4. Kepegawaian yang efektif. Menambah lebih banyak pegawai belum tentu

meningkatkan produktivitas. Dan sebelum memperkerjakan orang baru,

seharusnya dipastikan dahulu bahwa pegawai yang ada sekarang sudah

(52)

5. Tugas yang menantang. Tugas merupakan kunci untuk proses yang kreatif

dan produktif. Setiap individu mempunyai suatu suasana khusus kegiatan

kreatif dan produktif yang tinggi. Jangan sekali-kali memberikan tugas

kepada orang yang mempunyai ketrampilan yang dipersyaratkan; berikan

tugas itu kepada orang yang menginginkannya dan senang melakukannya; dan

jangan sekali-kali memberi tugas, yang dalam keadaan lain, Anda sendiri tidak

akan mau menerima.

6. Perencanaan dan pengendalian tujuan. Perencanaan yang tidak efektif

menyebabkan kebocoran besar dalam produktivitas, misalnya orang yang

tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka, tugas yang tidak satu fasa

(bertalian) dengan tugas lain, pelaksanaan di atas atau di bawah kinerja dan

operasi yang sebentar-sebentar berhenti dan mulai lagi. Sebaliknya

perencanaan yang efektif akan meningkatkan produktifitas.

Selanjutnya Justine T Sirait (2006: 249), mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas adalah sebagai berikut;

a. Pendidikan dan Latihan

Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk

mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan membentuk

dan meningkatkan ketrampilan kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan

latihan seseorang, semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya.

Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia dewasa ini merupakan suatu

(53)

peningkatan kualitas pendidikan dan program-program latihan kerja merupakan

suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Seseorang yang mempunyai tingkat

pendidikan yang tinggi memungkinkan dia untuk bekerja lebih produktif daripada

orang lain yang tingkat pendidikannya rendah. Hal ini dikarenakan orang yang

berpendidikan tinggi memiliki cakrawala atau pandangan yang lebih luas

sehingga mampu untuk bekerja atau mendapat lapangan kerja.

b. Gizi dan Kesehatan

Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam rangka

kelangsungan hidup. Untuk menjaga kesehatan diperlukan makanan yang

mengandung gizi yang cukup. Seseorang yang dalam keadaan sehat atau kuat

jasmani/badan dan rohani/jiwa akan dapat berkonsentrasi dengan baik dalam

pekerjaannya. Dengan makanan yang mengandung gizi cukup akan membuat

seseorang tidak cepat lelah dalam bekerja. Sebaliknya jika makanan yang

dimakan oleh seorang pekerja kurang memenuhi persyaratan gizi, akan

menyebabkan pekerjaan cepat lelah, sehingga produktivitas menjadi menurun atau

rendah.

c. Motivasi/Kemauan

Motivasi merupakan proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau

melakukan sesuatu.

Menurut Goal Theory: P = f (M)

di mana: P = performance

Gambar

Tabel 2.1 Hasil analisis validitas angket motivasi kerja
Tabel 2.3 Hasil Reliabilitas Angket Motivasi
Tabel 2.4
Tabel  2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang diperoleh r xy = 0,636 hal ini berarti menunjukkan ada pengaruh antara Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat

Dalam hal ini guna menganalisis data yang diperoleh secara mendalam dan menyeluruh, dengan harapan dapat diketahui mengenai motivasi kerja pegawai di Kantor Camat Kecamatan

Maka hipotesis yang menyatakan bahwa bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan produktivitas pegawai pada Kantor Setda Kabupaten Bima dapat

Hasil penelitian yang dilakukan pada Pegawai Kantor Dinas Pemerintah Kabupaten Toba Samosir memperoleh data bahwa variabel Motivasi Kerja dan Kreatifitas Kerja

Pentingnya motivasi kerja dengan produktivitas kerja pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontomarannu yaitu dalam upaya untuk mencapai tujuan perusahaan /organisasi,

Dengan demikian, berdasarkan data dan hasil penelitian “Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang” diproleh hasil

Artinya motivasi dan komitmen secara simultan mempengaruhi kinerja pegawai di kantor kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi menunjukkan R

4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis Motivasi Kerja Kantor Kecamatan Jelutung Kota Jambi Adapun hasil rekap jawaban responden secara keseluruhan berdasarkan urutan prioritas terhadap Kantor