ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN SENGGANI
(Melastoma Polyanthum BI.)
SKRIPSI
FERDINAN G. SIMATUPANG 050802059
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI
DAUN TUMBUHAN SENGGANI (Melastoma polyanthum BI.)
Kategori : SKRIPSI
Nama : FERDINAN G. SIMATUPANG
Nomor Induk Mahasiswa : 050802059
Program Studi : Sarjana (S1) Kimia
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (F MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Agustus 2011
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
(Drs. Philippus Siregar, M.Si) (Drs. Johannes Simorangkir, MS)
NIP 195805041986011002 NIP 195307141980031004
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia F MIPA USU Ketua,
(DR. Rumondang Bulan, MS) NIP 19540830 198503 2 001
PERNYATAAN
ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN SENGGANI
(Melastoma polyanthum BI.)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, tapi kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Agustus 2010
FERDINAN G SIMATUPANG 050802059
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang, karena atas kasih dan berkat-Nya yang melimpah, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Bapak Drs. Johannes Simorangkir, MS dan Bapak Drs. Philippus Siregar, M.Si selaku pembimbing penulis pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan, nasehat dan motivasi kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.sc, Bapak Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta semua dosen di Deprtemen Kimia F MIPA USU khususnya para Dosen Kimia Bahan Alam, Dosen Laboratorium Pusat Penelitian Kimia-LIPI Tangerang, Dosen PTKI Medan, pegawai di FMIPA USU, senior-senior dan rekan-rekan kimia ’05 sahabat-sahabat saya Maruli L. Gaol, Reni Situmorang, Donal Situmorang, Danny, Rai, Rafles, dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yaitu Ayahanda L.Simatupang dan Ibunda K.Lumban Gaol yang telah memberikan semuanya tanpa terkecuali kepada penulis, abang dan kakak penulis (D. Simatupang, P. Simatupang, T. Simatupang, Jetty Simatupang, Widia Simatupang, Maradon Simatupang, Asna Simatupang, Juli Simatupang) dan semua keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis. Semoga Tuhan memberkati kita semua.
ABSTRAK
Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam daun tumbuhan Senggani
(Melastoma polyanthum BI.) dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunakan
pelarut metanol, dan diekstraksi partisi dengan pelarut n-heksana kemudian diekstraksi partisi dengan etil asetat. Ekstrak pekat etil asetat dikromatografi kolom dengan menggunakan fasa gerak kloroform : metanol (60:40 v/v) dan fasa diam silika gel 60 G (E.Merck). Senyawa yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan cara KLT preparatif, menghasilkan senyawa berbentuk amorf berwarna kuning sebanyak 30mg dengan harga Rf=0,4. Senyawa ini diidentifikasi dengan menggunakan spektroskopi inframerah (FT-IR), spektroskopi resonansi magnetik inti proton (1H-NMR) dan spektroskopi UV-Visible. Data dari hasil spektrum tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut adalah senyawa flavonoid.
THE ISOLATION FLAVONOID COMPOUND FROM LEAVES OF SENGGANI (Melastoma polyanthum BI.)
ABSTRACT
The isolation of Flavonoid compound which contained in the leaves of Senggani (Melastoma polyanthum BI.) has been done by maceration with methanol solvent, and extracted partition by n-hexane, and than extracted partition by ethyl acetate. The concentrated ethyl acetate extract was put into column chromatography, eluted with mobil phase chloroform : methanol (60:40 v/v) and stationary phase silica gel 60 G (E.merck). The compound yielded was purified with TLC preparative yielding yellow as amorf with weight 30mg with Rf=0,4. The compound was then identified, by Infrared Spectroscopy (FT-IR), Nuclear Magnetic Resonance Proton (1H-NMR), and Spectroscopy UV-Visible Spectroscopic analysis shows that the compound belongs to Flavonoid.
DAFTAR ISI
2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)18
Bab 3 Metodologi Penelitian 19
3.1. Alat 19
3.2. Bahan 20
3.3. Prosedur Penelitian 20
3.3.1. Penyediaan Sampel 20
3.3.2. Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Daun Tumbuhan
Senggani 20
3.3.2.1. Uji Busa 21
3.3.2.2. Skrining Fitokimia 21 3.3.2.3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis 21 3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia dari Ekstrak
Daun Tumbuhan Senggani 22
3.3.4. Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatrografi
Kolom 22
3.3.5. Pemurnian 23
3.3.6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis
Tipis 23
3.3.7.1. Analisis Spektroskopi Senyawa Hasil Isolasi
Spektrofotometer UV-Visible 24 3.3.7.2. Analisis Senyawa Hasil Isolasi dengan
Spektrofotometer Inframerah 24
3.3.7.3. Analisis Senyawa Hasil Isolasi dengan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton 24
3.5. Bagan Penelitian 25
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 27
4.1. Hasil Penelitian 27
4.2. Pembahasan 29
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 32
5.1. Kesimpulan 32
5.2. Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto Tumbuhan Senggani 35
Lampiran 2. Determinasi Tumbuhan 36
Lampiran 3. Hasil Kromatografi Lapisan Tipis Ekstrak Metanol
Buah Tumbuhan Harimonting 37
Lampiran 4. Hasil Kromatografi Lapisan Tipis Senyawa Hasil Isolasi
Melalui Penampakan Noda dengan Penambahan Pereaksi 38 Lampiran 5. Spektrum Ultraviolet Visible (UV-Visible) Senyawa Hasil Isolasi 39 Lampiran 6. Spektrum Ultraviolet Tampak (UV-Visible) Senyawa
Pembanding 40
Lampiran 7. Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa Hasil Isolasi 41 Lampiran 8. Spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Senyawa Hasil Isolasi 42
Lampiran 9. Spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) Senyawa Pembanding Afrormosin 43 Lampiran 10. Spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) Senyawa Pembanding Pseudobaptisin 44 Lampiran 11. Spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) Senyawa Pembanding Kaemperol 45
ABSTRAK
Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam daun tumbuhan Senggani
(Melastoma polyanthum BI.) dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunakan
pelarut metanol, dan diekstraksi partisi dengan pelarut n-heksana kemudian diekstraksi partisi dengan etil asetat. Ekstrak pekat etil asetat dikromatografi kolom dengan menggunakan fasa gerak kloroform : metanol (60:40 v/v) dan fasa diam silika gel 60 G (E.Merck). Senyawa yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan cara KLT preparatif, menghasilkan senyawa berbentuk amorf berwarna kuning sebanyak 30mg dengan harga Rf=0,4. Senyawa ini diidentifikasi dengan menggunakan spektroskopi inframerah (FT-IR), spektroskopi resonansi magnetik inti proton (1H-NMR) dan spektroskopi UV-Visible. Data dari hasil spektrum tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut adalah senyawa flavonoid.
THE ISOLATION FLAVONOID COMPOUND FROM LEAVES OF SENGGANI (Melastoma polyanthum BI.)
ABSTRACT
The isolation of Flavonoid compound which contained in the leaves of Senggani (Melastoma polyanthum BI.) has been done by maceration with methanol solvent, and extracted partition by n-hexane, and than extracted partition by ethyl acetate. The concentrated ethyl acetate extract was put into column chromatography, eluted with mobil phase chloroform : methanol (60:40 v/v) and stationary phase silica gel 60 G (E.merck). The compound yielded was purified with TLC preparative yielding yellow as amorf with weight 30mg with Rf=0,4. The compound was then identified, by Infrared Spectroscopy (FT-IR), Nuclear Magnetic Resonance Proton (1H-NMR), and Spectroscopy UV-Visible Spectroscopic analysis shows that the compound belongs to Flavonoid.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada seluruh bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepungsari, bunga, buah dan biji. Segi penting dari penyebaran flavonoida ini adalah adanya kecenderungan kuat bahwa tumbuhan yang secara takson berkaitan akan menghasilkan jenis flavonoid yang serupa. Namun ada juga flavonoida yang terdapat pada hewan, misalnya kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah. Dalam saayap kupu-kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis didalam tubuh mereka. Penyebaran senyawa flavonoida tersebar pada tumbuhan jenis angiospermae, klorofita, fungi, briofita. (Markham, 1988)
Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang proses hidupnya. Bagi tumbuhan senyawa flavonoida berperan dalam pertahanan diri terhadap lingkungan.
Salah satu tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat adalah tumbuhan senggani (Melastoma polyanthum BI). Secara tradisional daun senggani digunakan sebagai obat untuk mengatasi gangguan pencernaan (dispepsi), disentri basiler, diare, hepatitis, keputihan, (leukorea), sariawan, haid berlebihan, wasir darah, pendarahan rahim, berak darah (melena), keracunan singkong, radang dinding pembuluh darah; pembekuan (tromboangitis). (Arisandi, Yohana, 2008).
senggani ( Melastoma polyanthum BI.) mengandung senyawa aktif yaitu alkaloid, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Senyawa yang berperan sebagai anti fungi antara lain alkaloid, saponin, steroid, dan flavonoid. (Hariaman, A, 2008).
Selain itu tumbuhan senggani juga pernah diteliti sebelumnya yaitu isolasi dan identifikasi komponen kimia ekstrak dietil eter daun tumbuhan senggani yang menunjukkan adanya senyawa steroida (Najib, Ahmad, 2008).
Sejauh ini penelitian terhadap kandungan senyawa flavonoida dari daun tumbuhan senggani belum ada dilaporkan dalam publikasi ilmiah, oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kandungan senyawa flavonoida dari daun tumbuhan senggani tersebut. Metode yang digunakan yaitu dengan mengekstraksi daun tumbuhan senggani dengan pelarut metanol, kemudian dilakukan analisis KLT, analisis kolom kromatografi dan analisis preparatif kromatografi lapis tipis. Selanjutnya komponen atau senyawa murni yang diperoleh diidentifikasi dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Visible, Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) dan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dan penentuan titik lebur.
1.2. Permasalahan
Bagaimana cara mengisolasi senyawa flavonoida yang terdapat daun senggani (Melastoma polyanthum BI).
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh senyawa flavonoida yang terdapat dalam daun senggani (Melastoma polyanthum BI).
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Lokasi Penelitian
Sampel yang digunakan diperoleh dari daerah Dolok Sanggul,Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Tempat melakukan penelitian penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam FMIPA, Universitas Sumatera Utara (USU). Analisis spektrofotometer UV-Visible, spektrofotometer Inframerah (FT-IR) dan spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kimia-LIPI Tangerang.
1.6. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida dilakukan terhadap daun senggani berupa serbuk halus yang kering sebanyak 1500 gram. Tahap awal dilakukan uji skrining fitokimia untuk senyawa flavonoida, yaitu dengan menggunakan pereaksi FeCl3 10%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2SO4(p).
Tahap isolasi yang dilakukan adalah , − Ekstraksi maserasi
− Ekstraksi partisi
− Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) − Analisis Kromatografi Kolom (KK)
− Analisis Preparatif Kromatografi Lapis Tipis (KLT) − Analisis Kristal hasil Isolasi
Tahap analisis kristal isolasi yang dilakukan adalah ; − Analisis kristal mencakup Kromatografi Lapis Tipis − Pengukuran titik lebur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Senggani
Tumbuhan senggani merupakan tumbuhan yang tumbuh liar di tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti dilereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang, atau didaerah objek wisata sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini biasanya bisa ditemukan sampai pada ketinggian 1.650 meter dari permukaan laut.
2.1.1. Morfologi Tumbuhan Senggani
Tumbuhan senggani ( melastoma polyanthum BI.) merupakan tumbuhan perdu, tegak, tinggi ½-4m, banyak bercabang, bersisik dan berambut. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan bersilang. Helai daun bundar telur memanjang sampai lonjong, ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendekyang jarang dan kaku sehingga teraba kasar dengan 3 lubang daun melengkung, panjang 2-20 cm, lebar 0,75-8,5cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk keluar diujung cabang berupa malai rata dengan jumlah bunga tiap malai 4-18 mahkota 5, warnanya ungu kemerahan. Buah masak akan merekah dan berbagi dalam beberapa bagian, warnanya ungu tua kemerahan. Biji kecil-kecil, warna coklet. Buahnya dapat dimakan, sedang daun mudanya bias dimakan sebagai lalap atau disayur. Perbanyakan dengan biji.
2.1.2. Sistematika tumbuhan Senggani adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Class : Dicotylendonae
Ordo : Myrtales
Family : Melastomataceae
Spesies : Melastoma polyanthum BI.
2.1.3. Manfaat Tumbuhan Senggani
Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat adalah tumbuahan senggani. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun, akar, buah, dan biji. Tumbuhan senggani berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan (dispepsi), disentri basiler, diare, hepatitis, keputihan(leukorea), sariawan, darah haid berlebihan, pendarahan rahim diluar waktu haid, mimisan, berak darah(melena), wasir berdarah, radang dinding pembuluh darah disertai pembekuan darah didalam salurannya (tromboangitis), air susu ibu (ASI) tidak lancar, keracunan singkong, mabuk minuman keras, busung air, dan bisul. (Arisandi, Y. 2008)
2.2. Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini berada di dalam tumbuh – tumbuhan kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang terdapat dalam hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang – berang dan sekresi lebah. Dalam sayap kupu – kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh – tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham, 1988).
2.2.1. Struktur dasar senyawa flavonoida
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai berikut :
C C C
Kerangka dasar senyawa flavonoida
Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi
Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :
Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi
C3
2.2.2. Klasifikasi senyawa Flavonoida
umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida. (Harbone, 1996).
Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu :
1.Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.
O
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
O
O
O
Struktur Flavanon
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
O
O
OH
Struktur Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.
O HO
OH OH
OH OH
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.
O
OH
HO OH
Struktur Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
O
OH
Struktur Antosianin
9.Khalkon
hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air (Harborne, 1996).
O
Struktur Khalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia (Robinson, 1995).
HC O
O
Struktur Auron
Prazat utama flavonoida sendiri sudah diketahui tanpa keraguan sebagai hasil dari banyak percobaan, tetapi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai jalur rinci yang diikuti. Sering teramati bahwa dalam spesies tumbuhan tertentu semua flavoida yang berbeda-beda mempunyai pola hidroksilasi cincin yang sama, perbedaan hanya terdapat asetilasi, glikosilasi, dan struktur bagian C-3. Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antara C-15 yang umum diubah menjadi berbagai senyawa flavonoida setelah pola hidroksilasi cincin terbentuk.
tidak dapat dihilangkan. Hidroksil-3 ini terjadi dalam sistem bebas sel. Gugus hidroksil-2 yang tidak begitu lazim sering kali ditambahkan pada tahap flavonol dan jika telah ditambahkan biasanya tidak dihilangkan. Hidroksil-3 yang menjadi ciri flavonol dan antosianidin tampaknya juga ditambahkan pada tahap flavanonol. Hidroksilase-3 adalah oksigenase mikrosom, tetapi hidriksilasi-3 dikatalisis oleh enzim yamg larut. Pada flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzene dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam (Robinson,1995).
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:
Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas Antosianin
Proantosianidin
Flavonol
Flavon
pigmen bunga merah marak, dan biru juga dalam daun dan jaringan lain.
terutama tan warna, dalam daun tumbuhan berkayu.
Terutamako-pigmen tanwarna dalam bunga sianik dan asianik; tersebar luas dalam daun.
seperti flavonol
larut dalam air, λmaks 515-545 nm,
bergerak dengan BAA pada kertas. menghasilkan antosianidin (warna dapat diekstraksi dengan amil alkohol) bila jaringan dipanaskan dalam HCl 2M selama setengah jam. Setelah hidrolisis, berupa bercak kuning mirip pada kromatogram Forestal bila disinari dengan sinar UV;maksimal spektrum pada 330-350 nm.
Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas kadang terdapat juga dalam jaringan lain
tanwarna; dalam daun dan buah ( terutama dalam Citrus ) tanwarna; sering kali dalam akar; hanya terdapat dalam satu suku,Leguminosae
Seperti Flavonol
Pada kromatogram BAA berupa bercak redup dengan Rf tinggi. Dengan amonia berwarna merah Maksimal spektrum 370-410nm. Berwarna merah kuat dengan Mg/HCl; kadang-kadang sangat pahit.
Bergerak pada kertas dengan pengembang air; tak ada uji warna yang khas
Mengandung gula yang terikat melalui ikatan C-C; bergerak dengan pengembang air, tidak seperti flavon biasa.
2.2.3. Sifat kelarutan Flavonoida
2.3. Teknik Pemisahan
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-komponen lainnya. Ada 2 jenis pemisahan:
1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang akan di pisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat antara senyawa-senyawa yang termasuk dalam suatu golongan (Muldja, 1995).
2.3.1. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusiskan antara dua fase, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas (Underwood, 1981).
2.3.1.1. Kromatografi Lapisan Tipis
Kromatografi lapisan tipis (KLT) dapat dipakai dengan dua tujuan. Yang pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, dan preparative.Kedua dipkai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.
kromatogarafi cair-cair . Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT , yaitu : silika gel (asam silikat). Alumina (aluminium oksida),kiselgur (tanah diatome), dan selulosa. Fasa gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut (Sudjadi, 1986).
2.3.1.2. Kromatografi Kolom
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang – kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja sampai 100 kali.
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fasa gerak ) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong oleh tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom (Gritter , 1991).
2.3.1.3.Harga Rf (Retension Factor)
Mengidentifikasi noda – noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang diidentifikasi sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding (Sastrohamidjojo, 1991).
2.3.2. Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu, dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara diatas. Ekstraksi dengan metode sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, eter, benzena, kloroform, etil asetat, metanol, etanol, dan air.
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator (Harbone, 1996).
2.4.Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia – fisika yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektronagnetik. Ada dua macam instrument pada teknik spekstroskopi yaitu spectrometer dan spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang focus disebut sebagai spectrometer. Apabila spectrometer tersebut dilengkapi dengan detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1995).
Informasi Spektroskoi Inframerah menunjukkan tipe-tipe dari adanya gugus fungsi dalam satu molekul . Resonansi magnetik inti memberikan informasi tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen. Kombinasinya dan data kadang-kadang menentukan struktur yang lengkap dari molekul yang tidak diketahui (Pavia, 1986).
berguna serta mendapatkan acuan bagi peta umum frekuensi gugus yang khas (Silverstain , 1986).
2.4.1. Spektrometri ultra violet
Serapan molekul di dalam derah ultra ungu dan terlihat dari spektrum bergantung pada struktur ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi di dalam keadaan tereksitasi (Silverstein, 1986).
Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifat flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum tersebut ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin yang terdapat pada panjang gelombang yang tinggi.
Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut : (Markam, 1988)
λ maksimum utama (nm)
λ maksimum
2.4.2. Spektrofotometri Infra Merah (FT - IR)
Spekrum infra merah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran yang berlainan. Pancaran infra merah yang kerapatannya kurang dari 100 cm-1 (panjang gelombang lebih daripada 100 µ m) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi putaran energi molekul.
Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai garis – garis melainkan berupa pita – pita. Hal ini disebabkan perubahan energi getaran tunggal selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein, 1986).
2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Rresonance, NMR ) merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hydrogen, jumlah atom hydrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hydrogen (Cresswell, 1982).
Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa kadang-kadang menunujukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa memberikan penaikan menjadi puncak absorpsi tunggal dalam spektrum NMR
BAB 3
BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat – alat
9. Neraca Analitis Mettler PM 480
10.Alat Pengering Memmers
11.Rotari Evaporator Buchi B-480
12.Labu Alas 500 ml pyrex 13.Alat pengukur titik lebur
14.Statif dan klem
15.Lampu UV 254 nm
16.Spatula
17.Batang Pengaduk 18.Pipet Tetes 19.Botol Vial
20.Bejana Kromatografi lapis tipis
21.Spektrofotometer FT – IR SHIMADZU
22.Spektrometer 1H-NMR Hitahci FT-NMR R -1986
3.2. Bahan – bahan
1. Daun tumbuhan senggani (Melastoma polyanthum BI.) 2. Metanol
3. N-heksana
4. Etil Asetat p.a E.merck
5. Silikagel 60 F254 E.merck Art. 554
6. Silikagel 60 G type E E.merck Art. 7734 7. Pereaksi Feri Klorida 5 %
8. Pereaksi Natrium Hidroksida 10 % 9. H2SO4(p)
10.Kloroform p.a E.Merck
11.Aquadest 12.Aseton
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1.Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah daun tumbuhan senggani yang diperoleh dari daerah Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Daun tumbuhan senggani dikeringkan di udara terbuka, lalu dihaluskan sampai diperoleh serbuk sebanyak 1500 gram.
3.3.2. Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Daun Tumbuhan Senggani
Serbuk buah tumbuhan Senggani diidentifikasi dengan menggunakan cara: 1. Uji Busa
2. Skrining Fitokimia
3.3.2.1.Uji Busa
Serbuk daun tumbuhan Senggani sebanyak 1500 g dimaserasi dengan metanol, kemudian sebanyak 5ml ekstrak methanol dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 10 ml aquadest dan dipanaskan pada penangas air. Lalu dikocok-kocok dengan kuat hingga terbentuk busa dan didiamkan selama 10 menit. Ternyata busa hilang yang membuktikan bahwa di dalam daun tumbuhan Senggani tidak terdapat senyawa glikosida.
3.3.2.2. Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui adanya senyawa Flavonoid pada daun tumbuhan Senggani, maka dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif. Serbuk daun tumbuhan Senggani diekstraksi maserasi dengan metanol, dikeringkan. Filtrat yang diperoleh ditambahkan pereaksi H2SO4(p), NaOH 10%, FeCl3 5% dan Mg-HCl, terjadilah perubahan warna
pada setiap penambahan pereaksi yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
3.3.2.3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Analisis kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak etil asetat dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F254. Fasa gerak yang digunakan adalah
campuran Kloroform : Metanol dengan perbandingan (90 : 10)v/v ; (80 : 20)v/v; (70: 30)v/v; (60 : 40)v/v ; (50 : 50)v/v.
Prosedur analisis kromatografi lapis tipis :
Dimasukkan 10 ml larutan fase gerak Kloroform : Metanol dengan perbandingan (90 : 10) v/v ke dalam bejana kromatografi, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan ekstrak pekat Etil asetat pada plat KLT. Dimasukkan plat ke dalam bejana yang telah berisi pelarut yang telah dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi. Plat yang telah dielusi dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan. Diamati warna bercak yang timbul dibawah sinar Ultra Violet dengan λ= 254 nm dan dihitung harga Rf yang diperoleh. Perlakuan yang sama
20)v/v;(70:30)v/v;(60:40)v/v;(50:50)v/v. Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa di dalam daun tumbuhan Senggani terkandung senyawa flavonoid. Hasil pemisahan yang baik diberikan pada fase gerak Kloroform : Metanol(60:40)v/v.
Harga Rf dapat dilihat pada kromatogram (Lampiran 3).
3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia Dari Ekstrak Daun Tumbuhan Senggani
Serbuk daun tumbuhan Senggani ditimbang sebanyak 1500 g, dimasukkan ke dalam bejana dan ditambahkan dengan pelarut metanol sampai semua terendam oleh pelarut dan dibiarkan selama 72 jam dan sesekali diaduk. Maserat disaring dan diperoleh ekstrak berwarna hijau. Maserasi dilakukan berulang kali dengan menggunakan pelarut metanol sampai ekstrak metanol yang diperoleh memberikan hasil uji yang negatif pada pereaksi untuk identifikasi senyawa flavonoid. Ekstrak metanol yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan alat rotari evaporator pada suhu 600C sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol, kemudian diekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut n-heksan, sehingga terbentuk lapisan n-heksan dan lapisan metanol. Fraksi metanol ditampung dan dipekatkan dengan menggunakan rotarievaporator. Ektrak pekat metanol di partisi dengan Etil asetat . Ektrak pekat etil asetat dipekatkan dengan menggunakan alat rotari evaporator, sehingga diperoleh ekstrak etil asetat sebanyak 15,5 g.
3.3.4. Isolasi Senyawa Flavonoid dengan Kromatografi Kolom
Isolasi senyawa flavonoid secara kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat Etil asetat daun tumbuhan Senggani yang telah diperoleh. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 60 G dan fasa gerak adalah campuran pelarut Kloroform : Metanol dengan perbandingan (90: 10)v/v;(80:20)v/v;(70:30)v/v(60:40)v/v;(50:50)v/v.
Prosedur isolasi senyawa flavonoid dengan kromatografi kolom:
asetat daun tumbuhan Senggani ke dalam kolom kromatografi yang telah berisi bubur silika gel di puncak kolom, lalu ditambahkan fasa gerak Kloroform : Metanol dengan perbandingan (90: 10)v/v;(80:20)v/v;(70:30)v/v(60:40)v/v;(50:50)v/v secara perlahan-lahan dan diatur aliran fasa gerak yang keluar dari kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas kolom. Hasil yang diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 10 ml, lalu di KLT dan digabung fraksi dengan harga Rf yang sama. Setelah itu diuji flavonoid dan diuapkan sampai pelarutnya habis hingga terbentuk kristal.
3.3.5. Pemurnian
Senyawa yang diperoleh dari hasil isolasi kromatografi kolom pada perbandingan (60:40)v/v dari fraksi 81-100 dilakukaan pemurnian senyawa, dengan cara KLT preparatif
Prosedur;
Senyawa hasil isolasi dipreparatif dengan menggunakan KLT preparatif. Senyawa tersebut ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler ke plat preparatif pada batas bawah dengan jarak 2 cm, kemudian dimasukkan ke dalam chamber untuk dielusi dengan menggunakan perbandingan campuran eluen kloroform:metanol (80:20)v/v. Dielusi + 2jam, kemudian dikeringkan plat dan dilihat kenaikan noda dibawah lampu UV. Setelah noda terpisah dengan baik , kemudian dilakukan penggerusan dan diambil senyawa dengan jarak noda yang sama. Senyawa tersebut dimasukkan kedalam kolom kecil untuk dielusi dengan metanol:etil asetat (1:1). Kemudian dikeringkan, diperoleh senyawa berupa kristal amorf berwarna kuning.
3.3.6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis(KLT)
Uji kemurnian senyawa dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F254 dengan fasa gerak Kloroform : Metanol
(60:40)v/v.
Dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak ke dalam bejana kromatografi, lalu dijenuhkan. Ditotolkan kristal yang sebelumnya dilarutkan pada KLT. Dimasukkan plat KLT tersebut ke dalam bejana kromatografi yang telah jenuh. Setelah pelarut fasa gerak merembes sampai batas tanda, plat KLT dikeluarkan dari bejana, dikeringkan, dan difiksasi dengan menggunakan pereaksi Feri klorida dalam air menghasilkan bercak berwarna hitam yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Perlakuan yang sama dilakukan, dan difiksasi dengan Natrium Hidroksida dalam air yang menghasilkan bercak berwarna biru violet.
3.3.7. Analisis Spektroskopi Senyawa Hasil Isolasi
3.3.7.1. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrofotometer UV-Visible
Analisis Spektrofotometer UV-Visible dilakukan di Laboratorium PTKI Medan - Sumatera Utara (Lampiran 5).
3.3.7.2. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrofotometer Inframerah
Analisis spektrum inframerah dengan spektrofotometer dilakukan di Laboratorium Bea Cukai Belawan – Sumatera Utara. (Lampiran 7).
3.3.7.3. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
3.4 Bagan Skrining Fitokimia
diekstraksi maserasi dengan metanol
disaring
dipekatkan
dibagi kedalam 4 tabung reaksi
ditambahkan ditambah ditambah ditambah
pereaksi FeCl3 pereaksi NaOH pereaksi Mg-HCl pereaksi H2SO4(p)
5% 10%
diamati perubahan diamati perubahan diamati perubahan diamatiperubahan
warna warna warna warna
Biru Violet Merah Jambu Orange Kekuningan
Hitam
10 g serbuk daun tumbuhan Senggani
Positif Flavonoida
Positif Flavonoida
Positif Flavonoida
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian
Dari hasil skrining pendahuluan terhadap ekstrak metanol dari daun tumbuhan senggani (Melastoma polyanthum BI.) dengan adanya penambahan pereaksi-pereaksi warna untuk menentukan golongan senyawa kimia yang dikandung dengan menggunakan pereaksi flavonoid yakni:
- Pereaksi FeCl3 5% memberikan warna hitam
- Pereaksi NaOH 10% memberikan warna biru violet - Pereaksi Mg-HCl memberikan warna merah muda - Pereaksi H2SO4(p) memberikan warna coklat
Dari hasil kromatografi lapis tipis dengan menggunakan adsorben silika gel 60F254, dapat diketahui bahwa pelarut yang baik untuk mengisolasi senyawa flavonoid
dari daun tumbuhan senggani (Melastoma polyanthum BI.) adalah kloroform : Metanol pada perbandingan ( 60 : 40 )v/v.
Dari hasil isolasi daun tumbuhan senggani (Melastoma polyanthum BI.) diperoleh senyawa berwarna kuning berbentuk amorf sebanyak 30 mg.
Dari Spektrum UV-Visible memberikan 2 pita serapan yaitu pita II dengan λ =256,0 nm dan pita I dengan λ = 372,0 nm. Bila dibandingkan spektrum UV kristal hasil isolasi dengan pembanding maka kristal yang diperoleh dapat dinyatakan pada senyawa flavon.
Hasil analisis Spektrofotometer FT-IR dari senyawa hasil isolasi menghasilkan pita-pita serapan pada daerah bilangan gelombang sebagai berikut :
2. Pada bilangan gelombang 2900,32 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi gugus CH alifatis.
3. Pada bilangan gelombang 1613,46 cm-1 puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O dari keton.
4. Pada bilangan gelombang 1562,21cm-1 , 1450,6821cm-1 , puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi gugus C=C dari sistem aromatik.
5. Pada bilangan gelombang 1266,36- 1217,04cm-1 puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi OH pengibasan dari uluran C-O.
6. Pada bilangan gelombang 1132,26 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi gugus C-O-C.
7. Pada bilangan gelombang 761,88-681,80cm-1 puncak lemah menunjukkan adanya vibrasi gugus CH senyawa aromatik.
Hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) memberikan pergeseran kimia pada daerah (δ/ppm) sebagai berikut :
1. Pergeseran kimia pada daerah δ = 3,7972 ppm puncak singlet menunjukkan adanya proton CH3-O-R yang merupakan substituen pada cincin A atau cincin
B atau cincin C (lampiran 9).
2. Pergeseran kimia pada daerah δ = 4,8771 ppm puncak singlet menunjukkan adanya proton 0=C-CH=CH-O-CH-aromatik (markham, 1988).
3. Pergeseran kimia pada daerah δ = 6,0200-6,0154 ppm puncak doblet menunjukkan adanya proton H6 pada cincin A (lampiran 11).
4. Pergeseran kimia pada daerah δ = 7,0518 ppm puncak singlet menunjukkan proton dari cincin B yang merupakan senyawa aromatis (lampiran 11).
4.2. Pembahasan
Daun tumbuhan senggani (Melastoma polyanthum BI.) dinyatakan mengandung senyawa flavonoid berdasarkan hasil skrining fitokimia yang dilakukan dengan pereaksi FeCl3 5%, NaOH 10%, Mg-HCl, dan H2SO4(p). Terhadap Daun tumbuhan
senggani (Melastoma polyanthum BI.) dilakukan ekstraksi maserasi dan juga partisi dengan menggunakan perbandingan pelarut kloroform : Metanol (60 : 40)v/v berdasarkan KLT yang dilakukan, karena pada perbandingan tersebut menghasilkan noda lebih banyak dan pemisahannya lebih baik.
Dari hasil analisis Spektrofotometer ultra violet-visible (UV-Visible) dengan pelarut metanol (Lampiran 5) memberikan 2 pita serapan panjang gelombang yaitu pada pita I dengan λ = 372,0 nm dan pita II dengan λ = 256,0 nm. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa adalah golongan flavonoida yang mempunyai struktur seperti flavon. (Lampiran 6)
Dari hasil interpretasi spektrum FT-IR dan spektrum resonansi magnetik inti proton (1H-NMR) senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut aseton dalam standart TMS diperoleh bahwa :
1 Pergeseran kimia pada daerah δ = 3,7972 ppm puncak singlet menunjukkan adanya proton CH3-O-R yang merupakan substituen
pada cincin A atau cincin B atau cincin C (lampiran 9). Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 1266,36 cm-1 terdapat puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi gugus C-O dari gugus eter.
2 Pergeseran kimia pada daerah δ = 4,8771 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton 0=C-CH=CH-O-CH-aromatik (markham , 1988). Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada bilangan gelomban 1132,26 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi gugus C-O-C dan pada bilangan gelombang 1613,46 cm-1 puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O dari keton .
3 Pergeseran kimia pada daerah δ = 6,7967ppm, 7,0518ppm puncak singlet menunjukkan adanya proton pada senyawa aromatik (lampiran
11). Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR bilangan gelombang
1562,21cm-1 , 1450,6821cm-1 , puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi gugus C=C dari sistem aromatik, dan pada bilangan gelombang 761,88-681,80cm-1 puncak lemah menunjukkan adanya vibrasi gugus CH senyawa aromatik.
Berdasarkan data dan analisa terhadap spektrum UV-Visible, spektrum FT-IR dan spektrum 1H-NMR, memperlihatkan bahwa senyawa hasil isolasi adalah senyawa flavonoida yang struktur senyawanya jenis flavon dengan kemungkinan estimasi kedudukan relatif gugus-gugusnya seperti struktur berikut:
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 1500 gram daun tumbuhan Senggani, diperoleh berupa amorf yang berwarna kuning sebanyak 30 mg dengan Titik Lebur adalah 155-158 0 C.
2. Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia dan análisis Spektrofotometer UV-Visible, Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) dan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi adalah senyawa flavonoida jenis flavon.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Y . 2008. Khasiat Tanaman Obat. Edisi Kelima. Jakarta. Pustaka Buku Murah.
Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi pertama. Jakarta. PT. Pradaya Paramita.
Biemann, K. 1983. Tables of Spectra Data for Structure Determination of Organic
Compounds. Germany.
Creswell, C. J. 1982. Analisa Spektrum Senyawa Organik. Edisi ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB.
Effendy, S. 1982.Ensiklopedia Tumbuh-tumbuhan Berkhasiat yang ada di Bumi
Nusantara. Surabaya : Penerbit Karya Anda.
F.S.P.Ng. D Phil. 1978. Tree Flora Of Malaya A Manual for Foresters. Volume Three. Forest Depertment Ministry of Primary Industries. Malaysia.
Gultom, F. 2008. Isolasi Flavonoida Dari Kulit Batang Tumbuhan Manggis. Deprtemen Kimia FMIPA USU. Medan
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan ke-2.Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.
Harbone, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Penentuan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro. ITB. Bandung.
Hariaman, A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Markham, K. R.1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.
Muldja, M. H. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan ke-1. Universitas Airlangga Press. Surabaya.
Daun Senggani. UMI. Makassar.
Nakanishi,K. 1974. Natural Products chemistry. Kodansha LTd. New York.
Pavia, L. D. 1979. Introduction to Spectroscopy a Guide for Students of Organic
Chemistry. Saunders College. Philadelphia.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.
Sastrohamidjojo, H. 1991. Kromatografi. Edisi ke-1. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H. 1985. Spektroskopi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Silverstein, R. M. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi ke-4. Terjemahan A. J. Hartomo dan Anny Victor Purba. Erlangga. Jakarta.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.
Underwood, A. L. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta.
Lampiran 3. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etil Asetat Tumbuhan
kloroform : metanol(60:40)v/v
Lampiran 4. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Hasil Isolasi Melalui Penampakan Noda Dengan Pereaksi
No Penampakan bercak Pereaksi Warna Noda Rf
1 I FeCl3 5% Hitam 0,4