• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Siswa/Siswi SMA Negeri 2 Medan Kelas XI dan XII terhadap Penyakit HIV/AIDS Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Siswa/Siswi SMA Negeri 2 Medan Kelas XI dan XII terhadap Penyakit HIV/AIDS Tahun 2010"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU SISWA/SISWI SMA NEGERI 2 MEDAN KELAS

XI DAN XII

TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN 2010

Oleh :

LASTRI DIYANI S

070100102

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERILAKU SISWA/SISWI SMA NEGERI 2 MEDAN KELAS

XI DAN XII

TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

LASTRI DIYANI S

070100102

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perilaku Siswa/Siswi SMA Negeri 2 Medan Kelas XI dan XII terhadap

Penyakit HIV/AIDS Tahun 2010

Nama : Lastri Diyani Siregar

NIM : 070100102

Pembimbing Penguji I

(dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK (K)) (dr.Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK)

NIP. NIP.

Penguji II

(dr.Dede Moeswir, Sp.PD )

NIP.

Medan, Desember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Uiversitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar A.Siregar, Sp.PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang diderita seseorang yang sudah terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dimana hingga saat ini belum ada obat untuk mencegah HIV atau AIDS. Pendataan yang dilakukan oleh WHO selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kelompok remaja dan dewasa produktif (usia 15-24 tahun), kini menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS. Sementara kelompok remaja pada umumnya tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan yang memadai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan siswa/siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII terhadap penyakit HIV/AIDS tahun 2010.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan “Cross Sectional”. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa/siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII. Sampel yang digunakan menurut Prasetyo untuk populasi 912 orang (kecil dari 10.000 orang) adalah 100 orang responden. Pengambilan data melalui menyebar kuesioner dengan wawancara terpimpin

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah baik 75 orang (75%), tingkat sikap siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah sedang sebanyak 55 orang (55%), dan tingkat tindakan siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah sedang sebanyak 60 orang (60%).

(5)

ABSTRACT

Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) is group of symptoms which is suffered by a person who has been infected with HIV in which up to now there is no medicine to prevent the HIV (Human Immunodeficiency Virus) or AIDS. The data collected by WHO over the last few years show that the adolescents and productive adults (15-24 years) has become one of the most vulnerable groups to be infected HIV / AIDS nowadays. While the adults generally do not have access to get information and adequate service about HIV.

The aim of this study is to know the level of the knowledge, attitude and the behavior of the students in grade XI and XII in SMA N 2 Medan about HIV/AIDS in 2010.

This is a descriptive study with a “Cross Sectional” desain.. The population of this research is all the students grade XI and XII in SMA N 2 Medan. According to Prasetyo for 912 population (less than 10.000 people) the sample is about 100 respondents. All the data were collected trough questionnaires and guidance interviews.

This study shows there are 75 people (75%) have good level of knowledge about HIV/AIDS, 55people (55%) have moderate level of attitude about HIV/AIDS and 60 people (60%) have moderate behavior toward HIV/AIDS.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan Ramat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidkan Dokter, Fakultas

Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Perilaku Siswa/Siswi SMA N 2 Medan Kelas XI dan

XII terhadap Penyakit HIV/AIDS tahun 2010”. Proses pembuatan penelitian ini menjadi

pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena seiring dengan berjalannya penelitian

ini, penulis telah banyak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna.

Saya menyadari bahwa terwujudnya penelitian ini, tidaklah lepas dari bantuan yang telah

didapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Universitas Sumatera Utara, tempat penulis menuntut ilmu dan berkembang menjadi

pribadi yang lebih baik dalam berbagai aspek, khususnya aspek pendidikan.

2. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K) selaku rektor

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof.dr.Gontar A.Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK (K), selaku dosen pembimbing yang telah sangat

sabar dan memberikan waktu, pikiran, arahan dan masukan serta nasihat yang

membangun selama proses penelitian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan

dengan baik.

5. dr.Dede Moeswir, Sp.PD dan dr.Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK, selaku dosen penguji

yang telah memberikan ide dan saran yang membangun sehingga karya tulis ilmiah

ini dapat lebih baik.

6. Kepada seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, atas segala jasa dan kerjasamanya.

7. Terima kasih yang tiada taranya penulis persembahkan kepada bapak tercinta, Rudolf

Siregar dan mamak tercinta, Nuri Br.Lumbangaol yang senatiasa memberikan kasih

sayang, dukungan moral dan materil dan semangat yang luar biasa kepada penulis.

Terima kasih juga kepada abang, kakak, dan adik terkasih atas doa dan dukungannya.

8. Kepada seluruh staf departemen pendidikan kota Medan atas kejasamanya selama

(7)

9. Kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan seluruh staf pengajar serta pegawai

SMA Negeri 2 Medan atas kerjasamanya selama penelitian.

10.Kepada seluruh siswa/siswi kelas XI dan XII SMA N 2 Medan atas bantuan dan

partisipasinya dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

11.Kepada teman-teman seperjuangan dan seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 atas doa, dukungan dan bantuannya.

12.Kepada semua keluarga dan sahabat yang telah memberikan nasehat, dorongan

bahkan hiburan kepada penulis selama penelitian ini.

Semoga Tuhan memberikan rahmat dan berkat yang melimpah bagi semua pihak

yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materiil dalam menyelesaikan

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis penelitian ini masih jauh dari sempurna Untuk itu,

dengan hormat penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna

bagi kita semua.

Medan, 24 November 2010

(8)

D A F T A R I S I

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

2.1.1. Pengertian HIV/AIDS ... 5

2.1.2. Cara Penularan HIV/AIDS ... 5

2.1.3. Patogenesis HIV/AIDS ... 8

2.1.4. Klasifikasi dan Gejala Klinis HIV/AIDS ... 9

2.1.5. Diagnosa HIV/AIDS ... 14

2.1.6. Penatalaksanaan HIV/AIDS... 14

2.1.7. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS ... 14

2.2. Konsep Perilaku Kesehatan ... 16

2.3. Domain Perilaku Kesehatan ... 18

2.3.1. Pengetahuan (Knowledge) ... 18

2.3.2. Sikap (Attitude) ... 19

2.3.3. Tindakan atau Praktik (Practice) ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Defenisi Operasional ... 21

(9)

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3.Populasi dan Sampel ... 24

4.3.1. Populasi... 24

4.3.2. Sampel ... 24

4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 25

4.3.Pengolahan dan Analisa Data ... 26

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

5.1.2. Deskripsi karakteristik Responden ... 27

5.1.3. Pengetahuan Responden Tentang HIV/AIDS ... 30

5.1.4. Sikap Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 34

5.1.5. Tindakan Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 37

5.1.6. Pertanyaan Tambahan ... 41

5.2. Pembahasan ... 41

5.2.1. Karakteristik Responden ... 41

5.2.2. Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 42

5.2.3. SikapResponden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 43

5.2.4. Tindakan Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 44

5.1.2. Deskripsi Pengetahuan dan sikap Mahasiswa ... 48

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 45

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas kuisioner 26

5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur 28

di SMA N 2 Medan Tahun 2010

5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 28

di SMA N 2 Medan Tahun 2010

5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal 29

Responden di SMA N 2 Medan Tahun 2010

5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelas Responden di SMA N 2 29

Medan Tahun 2010

5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan 30

Pengetahuan Nomor 5 dan 7

5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan 30

Pengetahuan nomor 4

5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan 31

Pengetahuan nomor 1,2,3,6, dan 8

5.8. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 31

5.9. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 32

Berdasarkan Kelompok Usia

5.10. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 32

Berdasarkan Jenis Kelamin

5.11. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 33

Berdasarkan Kelas

5.12. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 33

Berdasarkan Tempat Tinggal

5.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pernyataan Sikap 34

5.14. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 34

5.15. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 35

Berdasarkan Usia

5.16. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 35

Berdasarkan Jenis Kelamin

(11)

Berdasarkan Kelas

5.18. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 36

Berdasarkan Tempat Tinggal

5.19. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 37

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

5.20. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan 37

Tindakan

5.21. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 38

5.22. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 38

Berdasarkan Usia

5.23. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 39

Berdasarkan Jenis Kelamin

5.24. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 39

Berdasarkan Kelas

5.25. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 39

Berdasarkan Tempat Tinggal

5.26. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 40

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

5.27. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 40

Berdasarkan Tingkat Sikap

5.28. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Penyakit HIV/AIDS 41

(12)

DAFTAR SINGKATAN

HIV : Human Immunodeficiency Virus

AIDS : Aquired Immuno Deficiency Syndrome

SMA : Sekolah Menengah Atas

SKM : Sekolah Kategori Mandiri

SSN : Sekolah Standar Nasional

PSB : Pusat Sumber Belajar

PMR : Palang Merah Remaja

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Persetujuaan (Informed Consent)

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Master Data Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 7 Master Data

(14)

ABSTRAK

Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang diderita seseorang yang sudah terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dimana hingga saat ini belum ada obat untuk mencegah HIV atau AIDS. Pendataan yang dilakukan oleh WHO selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kelompok remaja dan dewasa produktif (usia 15-24 tahun), kini menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS. Sementara kelompok remaja pada umumnya tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan yang memadai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan siswa/siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII terhadap penyakit HIV/AIDS tahun 2010.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan “Cross Sectional”. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa/siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII. Sampel yang digunakan menurut Prasetyo untuk populasi 912 orang (kecil dari 10.000 orang) adalah 100 orang responden. Pengambilan data melalui menyebar kuesioner dengan wawancara terpimpin

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah baik 75 orang (75%), tingkat sikap siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah sedang sebanyak 55 orang (55%), dan tingkat tindakan siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah sedang sebanyak 60 orang (60%).

(15)

ABSTRACT

Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) is group of symptoms which is suffered by a person who has been infected with HIV in which up to now there is no medicine to prevent the HIV (Human Immunodeficiency Virus) or AIDS. The data collected by WHO over the last few years show that the adolescents and productive adults (15-24 years) has become one of the most vulnerable groups to be infected HIV / AIDS nowadays. While the adults generally do not have access to get information and adequate service about HIV.

The aim of this study is to know the level of the knowledge, attitude and the behavior of the students in grade XI and XII in SMA N 2 Medan about HIV/AIDS in 2010.

This is a descriptive study with a “Cross Sectional” desain.. The population of this research is all the students grade XI and XII in SMA N 2 Medan. According to Prasetyo for 912 population (less than 10.000 people) the sample is about 100 respondents. All the data were collected trough questionnaires and guidance interviews.

This study shows there are 75 people (75%) have good level of knowledge about HIV/AIDS, 55people (55%) have moderate level of attitude about HIV/AIDS and 60 people (60%) have moderate behavior toward HIV/AIDS.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

gejala-gejala penyakit yang diderita seseorang yang sudah terinfeksi HIV

(Human Immunodeficiency Virus) dimana hingga saat ini belum ada obat untuk

mencegah HIV atau AIDS (Harahap, 2000). HIV pertama direkomendasikan

oleh International Committee on Toxonomy of Viruses tahun 1986, menggantikan

Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) yang diberikan oleh L. Montagnier

dari Institut Pasteur di Paris, dan tahun 1984 menjadi Human T-Lymphocyte

Virus Type III (HTLV-III) yang diberikan oleh R.Gallo dari US National Cancer

Institute (Gunawan, 1992). Sejak kasus AIDS dilaporkan yang pertama kali oleh

Gottlieb dan rekannya di Los Angeles pada tanggal 5 Juni 1980, pada pertengahan

1980-an, kasus-kasus AIDS pun meningkat dengan cepat dan menyebar ke

seluruh dunia.

Dalam data tahun 2008, UNAIDS (United Nation Programme on

HIV/AIDS) mengatakan bahwa estimasi orang dewasa dan anak-anak yang

menderita HIV didunia sekitar 33,4 juta orang dengan angka kematian sekitar 2

juta orang. Benua Afrika adalah benua dengan penderita HIV/AIDS terbanyak

(25,5 juta kasus) dimana Afrika Utara sebagai negara dengan HIV/AIDS

terbanyak (sekitar 5 juta kasus). Di benua Asia juga menunjukkan prevalensi

kasus yang tinggi dimana India menduduki urutan ketiga dengan estimasi 2 juta

kasus.

Kasus HIV/AIDS di Indonesia secara kumulatif (1 Januari 1981-31

Desember 2009) tercatat hampir mencapai 200.000 kasus. Jawa Barat adalah

provinsi dengan angka kejadian kumulatif terbanyak (3589 kasus), sedangkan

Provinsi Sumatera Utara menempati urutan kesembilan dengan jumlah kasus 495

dan angka kematian 93 orang (Spiritia, 2010). Usia yang paling mendominasi

penderita HIV/ AIDS di Medan adalah usia 25-34 tahun (305 orang), usia 16-24

(17)

bahwa usia dewasa dan remaja termasuk yang paling banyak tertular HIV/AIDS.

Diprediksikan masih banyak orang Indonesia yang terinfeksi HIV lebih banyak

lagi, mengingat kasus HIV/ AIDS merupakan fenomena gunung es, yang

kelihatan hanya di permukaan saja.

Merebaknya epidemi HIV/AIDS telah menjadi permasalahan dunia yang

membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai

elemen masyarakat dunia, mulai dari negara, LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat), masyarakat internasional dan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa).

Epidemi HIV/ AIDS ini terkonsentrasi di negara-negara berkembang seperti di

benua Afrika dan Asia. Keseriusan dunia dalam menanggulangi HIV/AIDS

tercetus dalam tujuan pembangunan milennium (Millennium Development

Goals/MDGs) yang disponsori oleh badan dunia PBB. Diharapkan MDGs ini

dapat tercapai pada tahun 2015, dimana pada tahun tersebut salah satu golnya

adalah orang yang terinfeksi HIV/AIDS dapat berkurang dan negara-negara di

dunia telah mampu memerangi HIV/AIDS (WHO, 2010).

Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut menyepakati MDGs

bersama 189 negara lainnya (WHO, 2010). Namun, hingga saat ini prevalensi

HIV/AIDS masih meningkat, dan bila tidak ditangani secara serius Indonesia bisa

dianggap gagal dalam mencapai MDGs. Telah banyak usaha yang dilakukan

pemerintah untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS. Sejak tahun 1994 kebijakan

pemerintah ditetapkan dengan lebih jelas melalui Keputusan Presiden No.36 tahun

1994. Berikutnya kebijakan tidak terfokus lagi pada kelompok yang dianggap

berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS, tetapi pada masyarakat luas.

Tujuanya agar masyarakat menyadari bahaya HIV/AIDS dan mampu melindungi

dirinya sendiri terhadap penularan penyakit ini (Harahap, 2000).

Pendataan yang dilakukan oleh WHO selama beberapa tahun terakhir

menunjukkan bahwa kelompok remaja dan dewasa produktif (usia 15-24 tahun),

kini menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS.

Sementara kelompok remaja pada umumnya tidak memiliki akses untuk

(18)

Semakin meningkatnya prevalensi HIV/AIDS terutama pada usia

produktif menjadi alasan saya untuk meneliti perilaku remaja terhadap penyakit

HIV/AIDS.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut ”Bagaimanakah perilaku remaja terhadap penyakit HIV/AIDS? ”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan umum

dan tujuan khusus penelitian sebagai berikut :

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui

perilaku siswa/ siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII terhadap penyakit

HIV/AIDS tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum penelitian, maka dapat dirinci tujuan

khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan terhadap penyakit

HIV/AIDS.

2. Mengetahui bagaimana tingkat sikap terhadap penyakit HIV/AIDS.

3. Mengetahui bagaimana tingkat tindakan terhadap penyakit HIV/AIDS.

4. Mengetahui gambaran karakteristik siswa/siswi SMA N 2 Medan tahun

2010 berdasarkan umur, kelas, jenis kelamin dan tempat tinggal.

5. Mengetahui apa saja sumber informasi remaja untuk mengetahui tentang

penyakit HIV/AIDS.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan umum dan khusus penelitian maka disusun manfaat

(19)

1. Hasil penelitian ini sebagai masukan kepada kepala sekolah untuk

mengadakan seminar mengenai pencegahan penyakit HIV/AIDS.

2. Hasil penelitian ini menjadi masukan kepada remaja tentang pentingnya

pencegahan penyakit HIV/AIDS sehingga diharapkan tingkat penularan

HIV/AIDS di Indonesia semakin berkurang.

3. Hasil penelitian ini menambah wawasan saya mengenai penyakit

HIV/AIDS.

4. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIV/AIDS

2.1.1. Pengertian HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang

sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (Aquired

Imuno Deficiency Syndrome). HIV termasuk dalam Lentivirus, grup Retroviridae.

Virus grup ini memiliki karakteristik masa hidup yang persisten dalam tubuh

host-nya dan, setelah serokonversi, muncul fase asimtomatik yang panjang sebelum

kemunculan gejala klinis. Virus ini menyerang dan merusak sel-sel limfosit

T-CD4+ sehingga kekebalan penderita rusak dan rentan terhadap berbagai infeksi

(Harahap, 2000).

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala

yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan

oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Itu berarti AIDS bukan

penyakit keturunan tetapi gangguan akibat rusaknya sistem tubuh karena

kekebalan tubuh telah dirusak. AIDS bukan suatu penyakit saja, tetapi merupakan

gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis

mikroorganisme seperti infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan

akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).

Awalnya jenis virus HIV yang ditemukan adalah HIV-1. Sekitar tahun

1985 ditemukan Retrovirus yang berbeda dari HIV-1 pada penderita yang berasal

dari Afrika Barat. Virus ini oleh peneliti dari Paris disebut sebagai LAV-2 dan

terbaru disebut sebagai HIV-2 yang juga berhubungan dengan AIDS pada

manusia walaupun kurang virulen bila dibandingkan HIV-1 (70% individu yang

terinfeksi HIV-2 akan terinfeksi oleh HIV-1) (Murtiastutik, 2008).

2.1.2. Cara penularan HIV/AIDS

Walaupun pengetahuan dan pemahaman tentang transmisi HIV telah

(21)

kompleks dan unik pada setiap manusia. Ada beberapa carapenularan yang telah

diketahui, yaitu terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual.

Beberapa jalur transimisi utama HIV di Asia adalah:

1. Hubungan seksual yang memungkinkan pemindahan virus dari sperma

ke darah.

Jalur penularan AIDS yang relatif lebih luas jangkauannya adalah

melalui hubungan seks. Tetapi jalur ini pun tidak seluas jalur penularan

penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya oleh karena AIDS hanya

menular jika terjadi perpindahan virus dari sperma ke darah. Jadi hanya

teknik hubungan seks tertentu saja yang merupakan perilaku seksual risiko

tinggi. Secara teoretis teknik hubungan seks yang paling rawan untuk

penularan AIDS adalah teknik penis-anal, oleh karena pada teknik inilah

paling besar kemungkinan terjadinya perdarahan pada anus.

(Sarwono,1992).

HIV juga sangat erat hubunganannya dengan pekerja seks. Pekerja

seks wanita dan kliennya adalah grup mayor yang berisiko mendapatkan

dan menyebarkan HIV. Diberbagai negara berkembang, seks komersial

merupakan faktor penting dalam transmisi HIV. Misalnya di Afrika timur,

infeksi HIV dalam area urban dan sepanjang jalan besar yang dilalui truk

dan jalur perdagangan memiliki keterlibatan tidak langsung melalui para

pekerja seksualnya dalam menyebarkan HIV (STD, 2008).

2. Pemindahan darah yang mengandung kuman AIDS

Pemindahan darah yang mengandung virus AIDS dapat terjadi

melalui transfusi darah dan melalui penggunaan jarum bekas pakai yang

tidak disterilkan terlebih dahulu misalnya jarum suntik, jarum akupuntur,

jarum tindik, jarum tato, dan peralatan lain yang sudah terlebih dahulu

dipakai oleh yang terinfeksi HIV. Peningkatan infeksi HIV semakin nyata

pada pengguna narkotika, dimana saat ini pengguna narkotika paling

menonjol karena pengaruh teman sebaya (peer group). Padahal sebagian

besar pengguna narkotika adalah remaja dan dewasa muda yang

(22)

tertular karena penggunaan jarum secara bersamaan dan berulang yang

lazim dilakukan sebagian besar pemakai narkotika (Djoerban,2007).

3. Penularan kepada janin dari ibu penderita AIDS

Seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkan kepada

bayi yang dikandungnya. Itu tidak berarti HIV/AIDS merupakan penyakit

keturunan, karena HIV menular saat darah atau cairan ibu membuat

kontak dengan cairan atau darah anaknya. Penularan HIV pada neonatus

selama proses kelahiran terjadi melalui infeksi membran fetus dan cairan

amnion dari vagina atau serviks yang berada dibawahnya, melalui

masuknya darah ibu penderita HIV pada bayinya saat persalinan dan

melalui kontak langsung kulit dan mukosa membran bayi dengan sekresi

genital dan darah ibu yang menderita HIV saat persalinan berlangsung.

HIV tidak menular melalui air ketuban atau nutrisi pertumbuhan yang

diterima bayi selama dikandungan melalui umbilicus (Harahap, 2000).

Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan sperma dan darah,

sedangkan dalam air ludah, air mata, air susu ibu, air kencing, cairan

cerebrospinal maupun tinja penderita, ditemukan dalam jumlah sangat sedikit dan

belum pernah dilaporkan sebagai sumber penularan. Bersalaman, berpelukan

(kontak kulit), memakai peralatan makan dan minum penderita, mandi dalam satu

kolam renang yang sama dengan penderita, dan gigitan serangga yang telah

menggigit penderita tidak akan menularkan HIV. Dan kuman HIV tidak akan

menular melalui udara, pakaian, maupun air kotor (Siregar, 2005).

Berdasarkan cara penularan HIV tersebut , maka kelompok resiko tinggi tertular

HIV/AIDS adalah :

-Pasangan seksual pengidap HIV

-Pecandu narkotika suntik dan pasangannya

-Wanita pekerja seks (WPS) dan pelanggannya, serta pasangan

pelanggannya

-Waria sebagai pekerja seks dan pelanggannya serta pasangan

(23)

-Petugas kesehatan yang berhubungan dengan darah dan sekret penderita

infeksi HIV

-Penerima transfusi darah dan produk darah

-Janin yang dikandung oleh ibu pengidap HIV (Sarwono,1992)

2.1.3. Patogenesis HIV/AIDS

Setelah memasuki sel, HIV melepaskan selubungnya (uncoated), virus ini

mampu mengkode enzim khusus, reverse transcriptase, yang memungkinkan

DNA ditranskripsi dari RNA. Sehingga HIV dapat menggandakan gen mereka

sendiri. DNA virus bergabung dengan DNA host-nya dan ini adalah dasar dari

infeksi kronis HIV. Sasaran utama virus HIV adalah subset limfosit yang berasal

dari thymus, yaitu sel helper/inducer. Pada permukaan sel ini terdapat molekul

glikoprotein disebut CD4, yang diketahui berikatan dengan glikoprotein envelope

HIV. Kerusakan CD4 pada limfosit ini merupakan salah satu penyebab terjadinya

efek imunosupresif oleh virus. HIV yang telah masuk kedalam sel limfosit CD4

tersebut akan mengadakan multiplikasi dengan cara menumpang dalam proses

pertumbuhan sel inangnya, mengadakan replikasi dan merusak sel

tersebut(Murtiastutik, 2008).

Sel limfosit CD4 berperan sebagai pengatur utama respon imun. Ketika sel

ini diaktifkan oleh kontak dengan antigen, mereka akan berespon melalui

pembelahan sel dan menghasilkan limfokin seperti interferon, interleukin dan

tumour necrosing factor. Limfokin ini berfungsi sebagai hormon lokal yang

mengendalikan pertumbuhan dan maturasi sel limfosit tipe lainnya, terutama sel

sitotoxic/supressor (CD8) dan limfosit B penghasil antibodi. Awal setelah

terinfeksi HIV, respon antibodi belum terganggu, sehingga timbul respon antibodi

terhadap envelope dan protein core virus yang merupakan bukti prinsip adanya

infeksi HIV (Murtiastutik, 2008). Selama replikasi virus, protein struktural

diproduksi, dua dari antibodi untuk melawan virus digunakan secara ekstensif

untuk mendiagnosa infeksi HIV-1,yaitu core protein p24 dan glikoprotein

envelope gp41. Sedangkan HIV-2 bisa dibedakan dari HIV-1 dengan melihat

(24)

Pada tahap lebih lanjut akibat gangguan produksi limfokin oleh limfosit

CD4, fungsi sel-sel lainnya seperti monosit, makrofag dan sel Natural killer juga

ikut terganggu. Infeksi progresif HIV akhirnya akan menyebabkan penurunan

imunitas yang progresif (Murtiastutik, 2008).

2.1.4. Klasifikasi dan Gejala Klinis HIV/AIDS

Klasifikasi HIV pada orang dewasa menurut CDC (Center for Disease

Control) berdasarkan gejala klinis dan diagnosis laboratoriumnya dibagi menjadi

empat grup:

1. Infeksi akut HIV

Keadaan ini disebut sebagai infeksi primer HIV atau sindrom

serokonversi akut. Waktu dari paparan virus sampai timbulnya keluhan

antara 2-4 minggu. Infeksi akut biasanya asimtomatis, tapi beberapa akan

menunjukkan keluhan seperti demam pada influenza. Pada masa ini,

diagnosa jarang dapat ditegakkan, salah satunya karena tes serologi

standar untuk antibodi terhadap HIV masih memberikan hasil negatif

(window periode).

2. Infeksi seropositif HIV asimtomatis

Pada orang dewasa terdapat periode laten infeksi HIV yang

bervariasi dan lama untuk timbulnya penyakit yang terkait HIV/AIDS.

Periode asimtomatisnya bisa panjang mulai dari beberapa bulan hingga 10

tahun atau lebih. Pada masa ini, biarpun penderita tidak nampak keluhan

apa-apa, tetapi bila diperiksa darahnya akan menunjukkan seropositif

antibodi p24 dan gp41. Hal ini akan sangat berbahaya dan berpotensi

tinggi menularkan infeksi HIV pada orang lain.

3. Persisten generalised lymphadenopaty/ PGL

Pada masa ini ditemukan pembesaran nodus limfe yang meliputi

sedikitnya dua tempat selain inguinal, dan tidak ada penyakit lain atau

pengobatan yang menyebabkan pembesaran nodus limfe minimal selama

tiga bulan. Antibodi yaitu p24 dan g41 biasanya terdeteksi. Beberapa

penderita mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan, sering

(25)

4. Gejala yang berkaitan dengan HIV/AIDs

Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, jika tidak diterapi, akan

berkembang menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan

HIV/AIDS. Progresivitas infeksi tergantung pada karakteristik virus dan

hospes. Karakter virus meliputi HIV-1 dan HIV-2, sedangkan karakter

hospes meliputi usia (<5 tahun atau >40 tahun), infeksi yang

menyertai-nya, dan faktor genetik.Yang utama dari grup ini adalah turunnya jumlah

limfosit CD4+, biasanya dibawah 100/mm3. Stadium ini kadang dikenal

sebagai “full blown AIDS ”.

Pasien dengan gejala bisa dibagi lagi menjadi subgrup berdasarkan gejala

klinisnya.

a. Gejala Konstitusi

Kelompok ini sering disebut sebagai AIDS related complex . Penderita

paling sedikit mengalami dua gejala klinis yang menetap selama 3 bulan atau

lebih. Gejala ini berupa:

• Demam terus menerus lebih dari 37 °C.

Kehilangan berat badan 10% atau lebih (HIV wasting syndrome) • Radang kelenjar getah bening yang meliputi 2 atau lebih kelenjar getah

bening di luar daerah inguinal

• Diare yang tidak dapat di jelaskan sebabnya

• Berkeringat banyak pada malam hari yang terus menerus b. Gejala Neurologis

Pada stadium ini dapat terlihat gejala neurologis yang beranekaragam

seperti kelemahan otot¸ kesulitan berbicara, gangguan keseimbangan,

disorientasi, halusinasi, mudah lupa, psikosis dan dapat sampai koma (gejala

radang otak).

c. Gejala Infeksi

Infeksi oportunistik merupakan kondisi di mana daya tahan tubuh

penderita sudah sangat lemah sehingga tidak mampu melawan infeksi bahkan

terhadap patogen yang normal pada tubuh manusia. Infeksi yang paling sering

(26)

Pneumocystic carinii pneumonia (PCP)

Ini adalah infeksi yang paling banyak ditemukan pada penderita AIDS

(80%). Disebabkan parasit sejenis protozoa yang pada keadaan tanpa infeksi

HIV tidak menimbulkan sakit berat. Pada penderita AIDS, Protozoa ini

berkembang pesat sampai menyerang paru-paru menyebabkan terjadinya

pneumonia. Gejala yang ditimbulkannaya adalah batuk kering, demam dan

sesak nafas. Gejala ini menjadi berat setelah 2-6 minggu, 30% disertai dengan

pleuritis dengan gejala nyeri dada di bagian tengah disertai pernafasan dangkal.

Roentgen foto toraks kadang terlihat hilangnya gambaran pembuluh darah

bronkus, infiltrate interstitial difuse, dan kadang dilihat gambaran pneumonia

yang jelas. Diagnosa ditegakkan dengan bronkoskopi dengan ditemukannya P.

carinii.

• Tuberkulosis

Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada penderita AIDS sering

mengalami perluasan sampai keluar paru-paru. Gambaran klinis HIV tidak

khas seperti penderita TBC pada umumnya. Diagnosa ditegakkan dengan hasil

biakan.

• Toksoplasmosis

Penyebab ensefalitis fokal pada penderita AIDS adalah reaktivasi

Toxoplasma gondii, yang sebelumnya merupakan infeksi laten. Gejalanya

dapat berupa sakit kepala dan demam sampai kejang dan koma. CT-scan

kepala sangat membantu diagnosa, namun diagnosa pasti dengan pemeriksaan

histopatologis biopsi otak. • Infeksi mukokutan

Karena menurunnya sistem imun, pasien HIV positif memiliki lesi

per-kutan yang multipel, yang mungkin karena infeksi, noninfeksi, atau karena

keganasan. Kelainan pada mukosa dan kulit sangat sering, mungkin muncul

dini, berat, dan tidak biasa sebagai manifestasi yang atipikal dalam perjalanan

infeksi HIV (Jindal, 2008).

Penyakit kulit biasanya selalu menjadi presentasi klinis pertama dari

(27)

satu atau lebih penyakit kulit selama perjalanan penyakit mereka (Grayson,

2007).

Infeksi mukokutan yang terjadi bisa satu atau lebih. Sifat kelainan

mukokutan ini persisten dan respon terhadap pengobatan lambat sehingga

sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaanya. Pasien-pasien yang

menderita AIDS mengalami peningkatan resiko terjadinya sejumlah kelainan

mukokutan,yaitu:

- Kandidiasis mulut yang meluas ke dalam esofagus.

- Leukoplakia berambut, dimulut terdapat kerutan putih pada bagian

tepi lidah yang disebabkan oleh virus Epstein-barr.

- Dermatitis seboroik, seringkali bersifat berat, dan hal ini mungkin

ada kaitannya dengan perubahan respon hospes terhadap ragi

Malassezia.

- Folikulitis yang gatal.

- Infeksi stafilokokus, herpes zoster, moluskum kontangiosum, dan

infeksi jamur dermatofit lebih mudah timbul pada pasien AIDS.

- Kutil perianal yang cenderung lebih merah dan sulit diobati.

- Psoriasis yang sudah ada sebelumnya dapat menjadi lebih hebat,

dan sebagainya.

d. Gejala Tumor

Tumor yang sering terjadi pada penderita AIDS adalah sarkoma Kaposi

dan limfoma maligna non-hodkin. Yang paling sering terjadi diantara kedua ini

adalah sarkoma Kaposi . Gambaran klinis sarkoma Kaposi berupa bercak

merah coklat, ungu atau kebiruan pada kulit yang pada awalnya hanya

berdiameter beberapa milimeter namun berkembang sampai beberapa senti

meter. Kelainan kulit meluas sampai keseluruh tubuh dan bercak dengan

diameter yang lebih luas disertai dengan rasa nyeri. Bercak-bercak ini dapat

meluas ke selaput lendir mulut, faring, esofagus, dan paru-paru dengan

perjalanan yang bersifat progresif. Akibat daya tahan tubuh yang rendah

disertai dengan infeksi oportunistik yang lain, sarkoma Kaposi ini dapat juga

(28)

Adapun kriteria gejala pada dewasa menurut WHO :

Gejala mayor:

- Penurunan berat badan >10% berat badan

- Diare kronis lebih dari 1 bulan

- Demam lebih dari 1 bulan

Gejala minor:

- Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan

- Pruritus dermatitis menyeluruh

- Infeksi umum yang rekuren (misalnya herpes zoster)

- Kandidiasis orofaringeal

- Infeksi herpes simplek kronis progresif atau yang meluas

- Limfadenopati generalisata

Klasifikasi infeksi HIV pada anak berbeda dengan orang dewasa, klasifikasi

tersebut berdasarkan gejala dan beratnya imunosupresi yang terjadi pada anak.

Klasifikasi ini sendiri penting untuk mengetahui derajat beratnya penyakit HIV

anak.

Adapun kriteria gejala menurut WHO untuk anak:

Gejala mayor:

- Berat badan turun atau pertumbuhan lambat yang abnormal

- Diare kronis >1 bulan

- Demam >1 bulan

Gejala minor:

- Limfadenopati generalisata

- Kandidiasis orofaringeal

- Infeksi umum yang rekuren

- Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan

- Ruam kulit yang menyeluruh

(29)

2.1.5. Diagnosa HIV/AIDS

Karena banyak negara berkembang yang belum memiliki fasilitas

pemeriksaan serologi maupun antigen HIV yang memadai, maka WHO

menetapkan kriteria diagnosis:

- Untuk dewasa paling sedikit 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak

terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain yang diketahui, seperti

kanker, malnutrisi berat, atau sebab-sebab lain. Adanya sarkoma kaposi

meluas atau Meningitis cryptococcal sudah cukup untuk menegakkan

AIDS.

- Untuk anak definisi kasus AIDS terpenuhi bila ada sedikitnya 2 tanda

mayor dan 2 tanda minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun

yang lain yang diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat, atau sebab-sebab

lain (Murtiastutik, 2008).

Pada daerah dimana tersedia laboratorium pemeriksaan, penegakkan

diagnosa dilakukan melalui pemeriksaan serum. Terdapat beberapa jenis

pemeriksaan laboratorium untuk memastikan HIV. Sebagai penyaring biasanya

digunakan teknik ELISA (enzym-linked immunosorbent assay), aglutinasi atau

dot-blot immunobinding assay. Metode yang biasanya digunakan di Indonesia

adalah ELISA. Jika pemeriksaan penyaring menyatakan hasil yang reaktif,

pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan konfirmasi untuk memastikan

adanya infeksi oleh HIV, yang paling sering dipakai saat ini adalah teknik

Western Blot (WB). Pada pemeriksaan ini akan didapat pita presipitasi yang

terjadi melalui proses elektroforesis dari antigen dan antibodi HIV, sehingga dapat

diketahui apakah semua komponen virus dan antibodinya sudah sesuai.

Pemeriksaan pada anak <18 bulan sebaiknya menggunakan tes virologi

(p24, PCR DNA atau RNA) karena belum terdeteksi anti HIV nya, sedangkan

anak usia >18 bulan bisa dengan syarat sudah lepas menyusui dari ibunya selama

6 minggu (Murtiastutik, 2008).

2.1.6.Penatalaksanaan HIV/AIDS

Bila dahulu pengobatan HIV/AIDS sangat tidak memberikan banyak

(30)

dan awal tingkat klinis AIDS. Walaupun sampai saat ini memang belum dapat

disembuhkan secara total. Tujuan pengobatan anti-retroviral (ARV) :

- Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat

- Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV

- Memperbaiki kualitas hidup penderita HIV/AIDS

- Memulihkan dan/atau memelihara fungsi kekebalan tubuh

- Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus-menerus

(Murtiastutik, 2008)

Secara umum penatalaksanaan odha (orang dengan HIV/AIDS) terdiri atas

beberapa jenis :

a. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat ARV

mislanya indinavir, retrovir, dan lamivudin yang diberikan secara

kombinasi.

b. Pengobatan yang digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi

dan kanker yang menyertai HIV/AIDS, seperti jamur, tuberkulosis,

hepatitis, toksoplsma, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks

c. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih

baik dan pengobatan pendukung lain seperri dukungan psikososial dan

dukungan agama serta tidur yang cukup dan menjaga kesehatan.

Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan,

harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik amat kurang.

2.1.7. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS

Belum ditemukannya obat yang dapat menyembuhkan AIDS ataupun

vaksin untuk mencegah penyakit AIDS menyebabkan upaya pencegahan

merupakan satu-satunya cara untuk menangkal penyakit HIV/AIDS. Misalnya

penyuluhan harus menekankan bahwa resiko terinfeksi HIV meningkat pada

orang yang memiliki banyak mitra seksual, dan pada penggunaan jarum suntik

bersama(Hermawan, 2006).

Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa

negara dan amat dianjurkan oleh WHO untuk dilaksanakan secara sekaligus,

(31)

- Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda

- Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai

kelompok sasaran.

- Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik

- Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk

program pengadaan jarum suntik steril

- Program pendidikan agama

- Program layanan pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)

- Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat

- Pelatihan keterampilan hidup

- Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling

- Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak

- Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan

dukungan untuk ODHA

- Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian

obat ARV.

Sebagian besar program ini sudah dijalankan di Indonesia. Hanya

sayangnya program-program tersebut belum dilaksanakan secara

berkesinambungan dan belum merata di seluruh Indonesia (Djoerban, 2007).

2.2. Konsep Perilaku Kesehatan

Secara biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk

hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, secara biologis semua makhluk hidup

mempunyai perilaku karena masing-masing mempunyai aktivitas sendiri-sendiri.

Menurut Skiner (1938) dalam Notoadmojo (2005), merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

(32)

Konsep S-O-R (dikutip dari buku promosi kesehatan teori dan aplikasi,

Notoadmojo, 2005)

Berdasarkan teori ini, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Terjadi bila respon terhadap stimulus masih belum dapat diamati oleh orang

lain. Terbatas hanya dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan

sikap terhadap stimulus. Pengetahuan dan sikap merupakan bentuk perilaku

tertutup yang dapat diukur.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Terjadi bila respon terhadap stimulus berupa tindakan atau praktik dan dapat

diamati orang lain dari luar (observable behavior). Perilaku ini berbentuk

tindakan nyata dan praktik.

Dari penelitian yang ada, faktor eksternal (dari luar diri) yang paling besar

perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya,

sedangkan faktor internal adalah perhatian, pengamatan,persepsi, motivasi,

fantasi,sugesti,dan sebagainya.

2.3. Domain Perilaku Kesehatan

Perilaku seseorang sangat kompleks. Menurut Benyamin Bloom (1908)

dalam Notoadmojo (2005) membedakan tiga area domain perilaku yakni kognitif

(cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psycomotor). Dalam

perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pendidikan praktis dikembangkan

(33)

2.3.1.Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat, yakni:

a.Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai memanggil kembali (recall) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Jadi sekedar

menjelaskan atau menyebutkan.

b.Memahami (Comprehension)

Bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus

dapat menginterpretasikan secara benar objek yang diketahui.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi berarti dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

telah diketahui pada kondisi yang lain.

d.Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan dan /atau memisahkan

kemudian mencari hubungan komponen masalah atau objek yang

diketahui.

e.Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kemampuan untuk merangkum atau meletakkan

dalam satu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang

dimiliki.

f.Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

(34)

2.3.2 Sikap (attitude)

Sikap adalah respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan. Sikap itu merupakan suatu sindrom dalam merespon stimulus

atau objek, sehingga melibatkan perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaaan

yang lain. Menurut Allport (1954) dalam Notoadmojo (2005) sikap itu

terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu: kepercayaan, kehidupan emosional,

dan kecenderungan untuk bertindak dan ketiga komponen ini bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude). Tingkat-tingkat sikap

berdasarkan intensitasnya:

a. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang

dihadapakan.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai

positif terhadap objek atau stimulus.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah

mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya harus berani

mengambil resiko bila ada yang mencemooh atau resiko lain.

2.3.3.Tindakan atau Praktik (Practice)

Suatu sikap tidak selalu berakhir dengan tindakan (overt behavior). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu reaksi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

atau sarana dan prasarana. Tindakan dibedakan menjadi tiga tingkatan

(35)

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung

pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

disebut praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan teori, maka dapat dirumuskan

kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

3.2. Defenisi Operasional

Sesuai permasalahan dan tujuan penelitian, maka sebagai pedoman awal

pengumpulan informasi digunakan defenisi operasional yang dikembangkan

seperti uraian di bawah ini:

1. Pengetahuan tentang HIV/AIDS adalah segala sesuatu yang dialami,

dilihat dan di dengar tentang HIV/AIDS dan di gali berdasarkan

kemampuan menjawab pertanyaan tentang apa itu HIV/AIDS, bagaimana

penularanya, siapa saja yang beresiko tertular,pengobatan dan bagaimana

upaya pencegahannya. Penilaian terhadap pengetahuan remaja terhadap

penyakit HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 8 pertanyaan kepada

responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk

jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu. Untuk setiap

pertanyaan yang benar 2 diberi skor 2 dan untuk pertanyaan yang benar 3

diberi skor 3. Masing-masing pertanyaan memiliki jumlah jawaban benar Tindakan

siswa/siswi

Penyakit HIV/AIDS Pengetahuan

siswa/siswi

(37)

yang berbeda-beda dengan total skor sebanyak 12 dari 8 pertanyaan

tersebut.

Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor >9 : baik

b. Skor 5-9 : sedang c. Skor < 5 : kurang

Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal.

2. Sikap terhadap HIV/AIDS adalah respon atau keyakinan seorang remaja

terhadap penyakit HIV/AIDS. Penilaian terhadap sikap remaja terhadap

penyakit HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 4 pertanyaan kepada

responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk

jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu, dengan total skor

sebanyak 4 dari 4 pertanyaan tersebut.

Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor = 4 : baik

b. Skor 2-3 : sedang c. Skor < 2 : kurang

Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal.

3. Tindakan adalah perwujudan yang nyata dari sikap siswa/siswi terhadap

penyakit HIV/AIDS. Penilaian terhadap sikap remaja terhadap penyakit

HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 4 pertanyaan kepada responden

dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban

yang salah, dengan total skor sebanyak 4 dari 4 pertanyaan tersebut.

Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor = 4 : baik

b. Skor 2-3 : sedang c. Skor < 2 : kurang

Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal.

4. HIV/AIDS adalah sebagai sekumpulan gejala yang timbul akibat

menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang di dapat (bukan

keturunan) dan disebabkan oleh virus HIV (Human Imumnodeficiency

(38)

5. Siswa/Siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII adalah remaja laki-laki

dan perempuan yang tercatat sebagai murid di SMA N 2 Medan pada

tahun 2010.

6. Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam

satuan tahun.

7. Tempat tinggal adalah dimana responden tinggal selama bersekolah di

SMA N 2 Medan, apakah bersama orang tua,dengan saudara yang bukan

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

potong lintang karena pengukuran penelitian dilakukan hanya satu kali.

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama bulan Mei hingga November

2010.

Tempat penelitian ini telah dilakukan di SMA N 2 Medan . Alasan

penentuan lokasi ini adalah:

1. SMA N 2 Medan memiliki UKS yang diurus oleh PMR 001 dan pernah

mendapat informasi tentang HIV/AIDS dari PMI cabang Medan.

2. Belum ada penelitian tentang perilaku siswa/siswi kelas XI dan XII SMA

N 2 Medan terhadap HIV/AIDS.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas XI dan

XII SMA N 2 Medan tahun 2010 yang berjumlah 912 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi. Menurut Prasetyo tahun

2006, untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, digunakan formula

sederhana seperti berikut :

N

n =

(40)

912

n =

1+912 (0,1)2

= 90,11 orang

Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 90%, jadi d= 0.1

Sehingga didapat sampel sebanyak 90,11 orang atau dibulatkan menjadi

100 orang . Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified random

sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap

tingkatan secara proporsional yaitu:

a. Siswa siswi SMA kelas XI sebanyak 1/2 X 100 orang = 50 orang

b. Siswa siswi SMA kelas XII sebanyak1/2 X 100 orang = 50 orang

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengumpulan

data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara wawancara terpimpin

dan berpedoman pada kuesioner. Untuk uji validitas dan reabilitas menggunakan

validitas konstrak (construct) dengan menggunakan rumus teknik korelasi product

moment:

N (∑ XY) – (∑ X ∑ Y) r =

√ { N ∑ X2

– ( ∑ X )2 } { N∑Y2 – (∑Y)2 } Keterangan :

r = koefisien korelasi product moment

X = Skor tiap pertanyaan/item

Y = Skor total

(41)

Kuisioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS versi 17.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir

sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan

reliabilitas ini ada sebanyak 25 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat

dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel No. Total

Pearson

Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,644 Valid 0,807 Reliabel

2 0,823 Valid Reliabel

3 0,608 Valid Reliabel

4 0,906 Valid Reliabel

5 0,780 Valid Reliabel

6 0,399 Valid Reliabel

7 0,499 Valid Reliabel

8 0,512 Valid Reliabel

Sikap 1 0,578 Valid 0,699 Reliabel

2 0,638 Valid Reliabel

3 0,797 Valid Reliabel

4 0,669 Valid Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dengan menggunakan tekhnik komputerisasi

menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for Social Sciences)

dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diuraikan dalam bentuk

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA N 2 Medan Pada tahun 1950 adalah SMA Tentara Pelajar yang pada

tahun 1952 menjadi SMA Negeri 2 Medan yang beralamat di Jalan Prof. H.M

Yamin No 41 B. Pada tahun 1978 pindah ke Jalan Karangsari No 435 Medan

Polonia, dimana pada tanggal 22 Desember 1978 terbitlah SK (Surat Keputusan)

pemutahiran No.0371/0/1978 . SMA N 2 Medan dipercaya sebagai Sekolah

Rintisan SKM/SSN (Sekolah Kategori Mandiri/ Sekolah Standar Nasional) dan

Sekolah Rintisan Pusat Sumber Belajar (PSB) Inti mewakili sekian banyaknya

sekolah negeri/swasta yang ada di Indonesia.

Sebagai sarana pendukung SMA N 2 Medan memiliki laboratorium

komputer, laboratorium multimedia, laboratorium bahasa, ruang PSB,

laboratorium IPA, dan perpustakaan. SMA N 2 Medan memiliki berbagai macam

kegiatan ekstrakurikuler (ekskul), misalnya OSIS (Organisasi Siswa Intra

Sekolah), pramuka, paskibra, dan Palang Merah Remaja (PMR). PMR 001 ini

menjadi PMR pertama di Sumut, siswa/i yang menjadi anggota organisasi ini

turut dalam pengembangan unit kesehatan sekolah (UKS) yang dibina langsung

oleh guru dan bekerjasama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Medan .UKS

merupakan salah satu usaha yang dilakukan sekolah untuk membantu

meningkatkan kesehatan siswa/siswi.Dan juga seminar-seminar yang

berhubungan dengan masalah remaja seperti tentang bahaya narkoba dan penyakit

menular seksual sering diadakan di sekolah ini.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini merupakan hal yang penting.

Hal ini dikarenakan pada penelitian ini juga ingin dilihat gambaran responden

(43)

responden ditampilkan di bawah ini juga ditampilkan tabel distribusi

frekuensinya.

A. Kelompok Umur Responden

Pada penelitian ini umur responden merupakan salah satu karakteristik yang

ditampilkan distribusinya. Di bawah ini terdapat tabel yang menggambarkan

distribusi responden berdasarkan kelompok umur di SMA N 2 Medan.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di SMA N 2 Medan Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa umur responden yang paling

banyak adalah 16 tahun yaitu sebanyak 52%, sedangkan yang paling sedikit

adalah 18 tahun sebanyak 1%. Hal ini menunjukkan bahwa umur responden pada

umumnya masih dalam kategori remaja.

B. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan karakteristik yang digambarkan peneliti. Di bawah

ini terdapat tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMA N 2 Medan

tahun 2010

Jenis Kelamin Jumlah (orang) %

Laki-Laki 50 50

Perempuan 50 50

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui bahwa laki-laki dan perempuan

(44)

C. Tempat Tinggal

Karakterisitik berikut yang ditampilkan distribusi frekuensinya oleh peneliti

adalah tempat tinggal responden. Di bawah ini terdapat tabel distribusi frekuensi

responden berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Responden di SMA N 2

Medan Tahun 2010

Tempat Tinggal Jumlah (orang) %

Orang tua 93 93

Saudara 4 4

Kost 3 3

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 93

orang (93%) responden tinggal bersama orang tua dan sebagian kecil saja yang

tinggal di kost yaitu 3 orang (3%).

D. Kelas Responden

Karakterisitik berikut yang ditampilkan distribusi frekuensinya oleh

peneliti adalah kelas responden. Di bawah ini terdapat tabel distribusi frekuensi

responden berdasarkan kelasnya di SMA N 2 Medan tahun 2010.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Responden di SMA N 2 Medan

Tahun 2010.

Kelas Jumlah (Orang) %

XI 50 50

XII 50 50

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa kelas XI dan XII sama

(45)

5.1.3.Pengetahuan Responden Tentang HIV/AIDS

Pengetahuan responden tentang penyakit HIV/AIDS di SMA N 2

Medan tahun 2010 dapat di lihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah. Pada

tabel dapat dilihat bagaimana jawaban dari setiap pertanyaan mengenai

pengetahuan yang ditanyakan kepada responden.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan Pengetahuan Nomor 5 dan 7.

Berdasarkan Tabel 5.5.,pertanyaan yang mendapat skor 1 paling banyak

pada pertanyaan tentang cara penularan HIV/AIDS yaitu 17 orang (17%),

pertanyaan yang mendapat skor 2 paling banyak pada pertanyaan tentang cara

pencegahan HIV/AIDS yaitu 83 orang (83%), sedangkan untuk skor 0 kedua

pertanyaan mendapat jumlah yang sama yaitu masing-masing 1 orang (1%).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan

Pengetahuan Nomor 4

Pertanyaan Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Jumlah

Berdasarkan Tabel 5.6.,persentase terendah adalah skor 0 yaitu sebanyak 1

orang (1%) sedangkan persentase tertinggi adalah skor 3 sebanyak 58 orang

(46)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan

Pengetahuan Nomor 1,2,3,6, dan 8.

Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

n % N %

1. Pengetahuan tentang definisi AIDS

88 88 12 12

2. Pengetahuan tentang virus HIV mengganggu tubuh dengan cara menyerang sistem imun

98 98 2 2

3.Pengetahuan tentang bayi bisa terkena HIV dari ibunya yang terinfeksi HIV/AIDS

93 93 7 7

6. Pengetahuan tentang orang yang baru terinfeksi HIV bisa terlihat normal/sehat

70 70 30 30

8.Pengetahuan tentang HIV/AIDS sudah bisa disembuhkan secara total dengan obat anti virus

66 66 34 34

Berdasarkan tabel 5.7., sebanyak 98 orang (98%) menjawab pertanyaan

tentang virus HIV mengganggu tubuh dengan cara menyerang sistem imun

dengan benar dan jawaban yang paling banyak salah adalah pertanyaan tentang

HIV/AIDS sudah bisa disembuhkan secara total dengan obat anti virus yaitu 34

orang (34%). Hasil uji tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel

5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 75 75

Sedang 25 25

Kurang 0 0

Total 100 100

Berdasarakan tabel 5.8., tingkat pengetahuan responden mengenai

penyakit HIV/AIDS paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 75 orang

(47)

memiliki pengetahuan kurang atau 0 orang (0%). Hasil uji tingkat pengetahuan

responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden

berdasarkan Kelompok Usia

Berdasarkan tabel 5.9., dapat dilihat bahwa pada usia 15 tahun yang

mempunyai pengetahuan baik sebanyak 14 orang (73,7%), pengetahuan sedang 5

orang (26,3%) dan tidak ada yng memiliki pengetahuan kurang. Pada usia 16

tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%), pengetahuan

sedang 14 orang (26,9%) dan pengetahuan kurang tidak ada. Pada usia 17 tahun

sebanyak 23 orang (82,1%) memiliki pengetahuan baik, 5 orang (17,9%)

berpengetahuan sedang dan tidak ada yang memiliki pengetahuan kurang.

Sedangkan pada usia 18 tahun yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak

1orang (100%). Data lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden

berdasarakan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden

berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.10., responden dengan jenis kelamin perempuan

mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling banyak yaitu 41 orang (82%)

(48)

lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden berdasarkan kelas dapat dilihat

pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden

berdasarkan kelas

Berdasarkan tabel 5.11., responden yang berasal dari kelas XII paling

banyak memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 39 orang (78%),dan kelas XI

yang paling banyak memiliki pengetahuan sedang sebanyak 14 orang (28%). Data

lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden berdasarkan tempat tinggal dapat

dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden

berdasarkan tempat tinggal

Berdasarkan tabel 5.12., responden yang tinggal bersama orang tua paling

banyak memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 70 orang (75,3%), dan yang

tinggal di kost yang paling sedikit memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 2

orang (66,7%). Dan pengetahuan sedang paling banyak pada responden yang

(49)

5.1.4. Sikap Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS

Sikap menggambarkan reaksi atau respon tertutup dari responden terhadap

penyakit HIV/AIDS. Di bawah dapat dilihat distribusi sikap responden terhadap

penyakit HIV/AIDS.

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pernyataan Sikap

Pernyataan

Jawaban Responden

Setuju Tidak setuju

N % n %

1. sikap pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak memakai narkoba

91 91 9 12

2 sikap saya akan menjauhi teman saya yang terinfeksi HIV/AIDS

62 62 38 38

3. sikap tidak akan mau

bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS

30 30 70 70

4. Sikap menghindari penggunaan kolam renang dan toilet yang sama dengan penderita HIV/AIDS

67 67 37 37

Berdasarkan tabel 5.13., dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

sikap setuju paling banyak pada pernyataan pencegahan penularan HIV/AIDS

dapat dilakukan dengan tidak memakai narkoba yaitu 91 orang (91%) dan yang

paling banyak menyatakan sikap tidak setuju adalah pada pernyataan tidak akan

mau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS sebanyak 70 orang

(70%). Data lengkap uji tingkat sikap responden pada tabel 5.14.

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 23 23

Sedang 55 55

Kurang 22 22

Total 100 100

Berdasarakan tabel 5.14., tingkat sikap responden mengenai penyakit

HIV/AIDS paling banyak berada dalam kategori sedang yaitu 55 orang (55%),

(50)

kategori kurang yaitu 22 orang (22%). Hasil uji tingkat sikap responden

berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.15

Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden

berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel 5.9., dapat dilihat bahwa pada usia 15 tahun yang

mempunyai pengetahuan baik sebanyak 4 orang (21,1%), pengetahuan sedang 11

orang (57,9%) dan 4 orang (21,1%) yang memiliki sikap kurang. Pada usia 16

tahun yang memiliki sikap baik 13 orang (25%), sikap sedang terbanyak dengan

27 orang (51,9%) dan sikap kurang 12 orang (23,1%). Pada usia 17 tahun

sebanyak 6 orang (21,4%) memiliki sikap baik, 17 orang (60,7%) bersikap

sedang dan 5orang (17,9%) yang memiliki sikap kurang. Sedangkan pada usia 18

tahun yang memiliki sikap buruk sebanyak 1 orang (100%). Data lengkap hasil uji

tingkat sikap responden berdasarakan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.16.

Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden

berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.16., responden laki-laki yang mempunyai tingkat

sikap baik yang paling banyak yaitu 12 orang (24%) disesuaikan dengan proporsi

angkatan dalam keseluruhan sampel. Data lengkap hasil uji tingkat sikap

Gambar

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Tabel 5.2
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi pokok bahasan laporan

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini Universitas Sebelas Maret berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelolanya dalam bentuk pangkaian data (database),

Gambar 1.  Persen inhibisi enzim tirosin kinase oleh masing­masing ekstrak.  Metabolit  sekunder  flavonoid  sudah  banyak  diketahui  sebagai  inhibitor  spesifik 

Adapun masa sanggah dilaksanakan mulai hari Senin 22 Juli 2013 sampai dengan hari Rabu 24 Juli 2013, sanggahan dapat disampaikan kepada Ketua Panitia Pelelangan Pekerjaan

Zat aktif dalam ekstrak temu lawak dapat dideteksi menggunakan EPK temodifikasi nanopartikel emas dimana larutan emas yang telah dilarutkan dalam larutan elektrolit

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang M aha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

minggu; profil tanah dengan horizon A hitam atau kelabu, bercak atau bintik pada horizon B; permukaan air tanah cukup tinggi; menghambat. perkembangan

Strategi penggunaan decoupler pada sistem multivariable dan perbandingan unjuk kerja sistem pengendalian dengan dan tanpa decoupler baik untuk keperluan ‘set point tracking’