PERILAKU SISWA/SISWI SMA NEGERI 2 MEDAN KELAS
XI DAN XII
TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN 2010
Oleh :
LASTRI DIYANI S
070100102
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERILAKU SISWA/SISWI SMA NEGERI 2 MEDAN KELAS
XI DAN XII
TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
LASTRI DIYANI S
070100102
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Perilaku Siswa/Siswi SMA Negeri 2 Medan Kelas XI dan XII terhadap
Penyakit HIV/AIDS Tahun 2010
Nama : Lastri Diyani Siregar
NIM : 070100102
Pembimbing Penguji I
(dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK (K)) (dr.Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK)
NIP. NIP.
Penguji II
(dr.Dede Moeswir, Sp.PD )
NIP.
Medan, Desember 2010
Dekan
Fakultas Kedokteran
Uiversitas Sumatera Utara
(Prof.dr.Gontar A.Siregar, Sp.PD-KGEH)
ABSTRAK
Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang diderita seseorang yang sudah terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dimana hingga saat ini belum ada obat untuk mencegah HIV atau AIDS. Pendataan yang dilakukan oleh WHO selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kelompok remaja dan dewasa produktif (usia 15-24 tahun), kini menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS. Sementara kelompok remaja pada umumnya tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan yang memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan siswa/siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII terhadap penyakit HIV/AIDS tahun 2010.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan “Cross Sectional”. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa/siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII. Sampel yang digunakan menurut Prasetyo untuk populasi 912 orang (kecil dari 10.000 orang) adalah 100 orang responden. Pengambilan data melalui menyebar kuesioner dengan wawancara terpimpin
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah baik 75 orang (75%), tingkat sikap siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah sedang sebanyak 55 orang (55%), dan tingkat tindakan siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah sedang sebanyak 60 orang (60%).
ABSTRACT
Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) is group of symptoms which is suffered by a person who has been infected with HIV in which up to now there is no medicine to prevent the HIV (Human Immunodeficiency Virus) or AIDS. The data collected by WHO over the last few years show that the adolescents and productive adults (15-24 years) has become one of the most vulnerable groups to be infected HIV / AIDS nowadays. While the adults generally do not have access to get information and adequate service about HIV.
The aim of this study is to know the level of the knowledge, attitude and the behavior of the students in grade XI and XII in SMA N 2 Medan about HIV/AIDS in 2010.
This is a descriptive study with a “Cross Sectional” desain.. The population of this research is all the students grade XI and XII in SMA N 2 Medan. According to Prasetyo for 912 population (less than 10.000 people) the sample is about 100 respondents. All the data were collected trough questionnaires and guidance interviews.
This study shows there are 75 people (75%) have good level of knowledge about HIV/AIDS, 55people (55%) have moderate level of attitude about HIV/AIDS and 60 people (60%) have moderate behavior toward HIV/AIDS.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan Ramat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidkan Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Perilaku Siswa/Siswi SMA N 2 Medan Kelas XI dan
XII terhadap Penyakit HIV/AIDS tahun 2010”. Proses pembuatan penelitian ini menjadi
pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena seiring dengan berjalannya penelitian
ini, penulis telah banyak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna.
Saya menyadari bahwa terwujudnya penelitian ini, tidaklah lepas dari bantuan yang telah
didapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Universitas Sumatera Utara, tempat penulis menuntut ilmu dan berkembang menjadi
pribadi yang lebih baik dalam berbagai aspek, khususnya aspek pendidikan.
2. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K) selaku rektor
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof.dr.Gontar A.Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK (K), selaku dosen pembimbing yang telah sangat
sabar dan memberikan waktu, pikiran, arahan dan masukan serta nasihat yang
membangun selama proses penelitian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. dr.Dede Moeswir, Sp.PD dan dr.Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK, selaku dosen penguji
yang telah memberikan ide dan saran yang membangun sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat lebih baik.
6. Kepada seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, atas segala jasa dan kerjasamanya.
7. Terima kasih yang tiada taranya penulis persembahkan kepada bapak tercinta, Rudolf
Siregar dan mamak tercinta, Nuri Br.Lumbangaol yang senatiasa memberikan kasih
sayang, dukungan moral dan materil dan semangat yang luar biasa kepada penulis.
Terima kasih juga kepada abang, kakak, dan adik terkasih atas doa dan dukungannya.
8. Kepada seluruh staf departemen pendidikan kota Medan atas kejasamanya selama
9. Kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan seluruh staf pengajar serta pegawai
SMA Negeri 2 Medan atas kerjasamanya selama penelitian.
10.Kepada seluruh siswa/siswi kelas XI dan XII SMA N 2 Medan atas bantuan dan
partisipasinya dalam proses pengumpulan data penelitian ini.
11.Kepada teman-teman seperjuangan dan seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 atas doa, dukungan dan bantuannya.
12.Kepada semua keluarga dan sahabat yang telah memberikan nasehat, dorongan
bahkan hiburan kepada penulis selama penelitian ini.
Semoga Tuhan memberikan rahmat dan berkat yang melimpah bagi semua pihak
yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materiil dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis penelitian ini masih jauh dari sempurna Untuk itu,
dengan hormat penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna
bagi kita semua.
Medan, 24 November 2010
D A F T A R I S I
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
2.1.1. Pengertian HIV/AIDS ... 5
2.1.2. Cara Penularan HIV/AIDS ... 5
2.1.3. Patogenesis HIV/AIDS ... 8
2.1.4. Klasifikasi dan Gejala Klinis HIV/AIDS ... 9
2.1.5. Diagnosa HIV/AIDS ... 14
2.1.6. Penatalaksanaan HIV/AIDS... 14
2.1.7. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS ... 14
2.2. Konsep Perilaku Kesehatan ... 16
2.3. Domain Perilaku Kesehatan ... 18
2.3.1. Pengetahuan (Knowledge) ... 18
2.3.2. Sikap (Attitude) ... 19
2.3.3. Tindakan atau Praktik (Practice) ... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21
3.2. Defenisi Operasional ... 21
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
4.3.Populasi dan Sampel ... 24
4.3.1. Populasi... 24
4.3.2. Sampel ... 24
4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 25
4.3.Pengolahan dan Analisa Data ... 26
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27
5.1.2. Deskripsi karakteristik Responden ... 27
5.1.3. Pengetahuan Responden Tentang HIV/AIDS ... 30
5.1.4. Sikap Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 34
5.1.5. Tindakan Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 37
5.1.6. Pertanyaan Tambahan ... 41
5.2. Pembahasan ... 41
5.2.1. Karakteristik Responden ... 41
5.2.2. Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 42
5.2.3. SikapResponden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 43
5.2.4. Tindakan Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS ... 44
5.1.2. Deskripsi Pengetahuan dan sikap Mahasiswa ... 48
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 45
6.2. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas kuisioner 26
5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur 28
di SMA N 2 Medan Tahun 2010
5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 28
di SMA N 2 Medan Tahun 2010
5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal 29
Responden di SMA N 2 Medan Tahun 2010
5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelas Responden di SMA N 2 29
Medan Tahun 2010
5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan 30
Pengetahuan Nomor 5 dan 7
5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan 30
Pengetahuan nomor 4
5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan 31
Pengetahuan nomor 1,2,3,6, dan 8
5.8. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 31
5.9. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 32
Berdasarkan Kelompok Usia
5.10. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 32
Berdasarkan Jenis Kelamin
5.11. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 33
Berdasarkan Kelas
5.12. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 33
Berdasarkan Tempat Tinggal
5.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pernyataan Sikap 34
5.14. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 34
5.15. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 35
Berdasarkan Usia
5.16. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 35
Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan Kelas
5.18. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 36
Berdasarkan Tempat Tinggal
5.19. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 37
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
5.20. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan 37
Tindakan
5.21. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 38
5.22. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 38
Berdasarkan Usia
5.23. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 39
Berdasarkan Jenis Kelamin
5.24. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 39
Berdasarkan Kelas
5.25. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 39
Berdasarkan Tempat Tinggal
5.26. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden 40
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
5.27. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 40
Berdasarkan Tingkat Sikap
5.28. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Penyakit HIV/AIDS 41
DAFTAR SINGKATAN
HIV : Human Immunodeficiency Virus
AIDS : Aquired Immuno Deficiency Syndrome
SMA : Sekolah Menengah Atas
SKM : Sekolah Kategori Mandiri
SSN : Sekolah Standar Nasional
PSB : Pusat Sumber Belajar
PMR : Palang Merah Remaja
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Persetujuaan (Informed Consent)
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Ethical Clearance
Lampiran 6 Master Data Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 7 Master Data
ABSTRAK
Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang diderita seseorang yang sudah terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dimana hingga saat ini belum ada obat untuk mencegah HIV atau AIDS. Pendataan yang dilakukan oleh WHO selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kelompok remaja dan dewasa produktif (usia 15-24 tahun), kini menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS. Sementara kelompok remaja pada umumnya tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan yang memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan siswa/siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII terhadap penyakit HIV/AIDS tahun 2010.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan “Cross Sectional”. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa/siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII. Sampel yang digunakan menurut Prasetyo untuk populasi 912 orang (kecil dari 10.000 orang) adalah 100 orang responden. Pengambilan data melalui menyebar kuesioner dengan wawancara terpimpin
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah baik 75 orang (75%), tingkat sikap siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah sedang sebanyak 55 orang (55%), dan tingkat tindakan siswa/siswi mengenai HIV/AIDS adalah sedang sebanyak 60 orang (60%).
ABSTRACT
Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) is group of symptoms which is suffered by a person who has been infected with HIV in which up to now there is no medicine to prevent the HIV (Human Immunodeficiency Virus) or AIDS. The data collected by WHO over the last few years show that the adolescents and productive adults (15-24 years) has become one of the most vulnerable groups to be infected HIV / AIDS nowadays. While the adults generally do not have access to get information and adequate service about HIV.
The aim of this study is to know the level of the knowledge, attitude and the behavior of the students in grade XI and XII in SMA N 2 Medan about HIV/AIDS in 2010.
This is a descriptive study with a “Cross Sectional” desain.. The population of this research is all the students grade XI and XII in SMA N 2 Medan. According to Prasetyo for 912 population (less than 10.000 people) the sample is about 100 respondents. All the data were collected trough questionnaires and guidance interviews.
This study shows there are 75 people (75%) have good level of knowledge about HIV/AIDS, 55people (55%) have moderate level of attitude about HIV/AIDS and 60 people (60%) have moderate behavior toward HIV/AIDS.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala-gejala penyakit yang diderita seseorang yang sudah terinfeksi HIV
(Human Immunodeficiency Virus) dimana hingga saat ini belum ada obat untuk
mencegah HIV atau AIDS (Harahap, 2000). HIV pertama direkomendasikan
oleh International Committee on Toxonomy of Viruses tahun 1986, menggantikan
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) yang diberikan oleh L. Montagnier
dari Institut Pasteur di Paris, dan tahun 1984 menjadi Human T-Lymphocyte
Virus Type III (HTLV-III) yang diberikan oleh R.Gallo dari US National Cancer
Institute (Gunawan, 1992). Sejak kasus AIDS dilaporkan yang pertama kali oleh
Gottlieb dan rekannya di Los Angeles pada tanggal 5 Juni 1980, pada pertengahan
1980-an, kasus-kasus AIDS pun meningkat dengan cepat dan menyebar ke
seluruh dunia.
Dalam data tahun 2008, UNAIDS (United Nation Programme on
HIV/AIDS) mengatakan bahwa estimasi orang dewasa dan anak-anak yang
menderita HIV didunia sekitar 33,4 juta orang dengan angka kematian sekitar 2
juta orang. Benua Afrika adalah benua dengan penderita HIV/AIDS terbanyak
(25,5 juta kasus) dimana Afrika Utara sebagai negara dengan HIV/AIDS
terbanyak (sekitar 5 juta kasus). Di benua Asia juga menunjukkan prevalensi
kasus yang tinggi dimana India menduduki urutan ketiga dengan estimasi 2 juta
kasus.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia secara kumulatif (1 Januari 1981-31
Desember 2009) tercatat hampir mencapai 200.000 kasus. Jawa Barat adalah
provinsi dengan angka kejadian kumulatif terbanyak (3589 kasus), sedangkan
Provinsi Sumatera Utara menempati urutan kesembilan dengan jumlah kasus 495
dan angka kematian 93 orang (Spiritia, 2010). Usia yang paling mendominasi
penderita HIV/ AIDS di Medan adalah usia 25-34 tahun (305 orang), usia 16-24
bahwa usia dewasa dan remaja termasuk yang paling banyak tertular HIV/AIDS.
Diprediksikan masih banyak orang Indonesia yang terinfeksi HIV lebih banyak
lagi, mengingat kasus HIV/ AIDS merupakan fenomena gunung es, yang
kelihatan hanya di permukaan saja.
Merebaknya epidemi HIV/AIDS telah menjadi permasalahan dunia yang
membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai
elemen masyarakat dunia, mulai dari negara, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), masyarakat internasional dan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa).
Epidemi HIV/ AIDS ini terkonsentrasi di negara-negara berkembang seperti di
benua Afrika dan Asia. Keseriusan dunia dalam menanggulangi HIV/AIDS
tercetus dalam tujuan pembangunan milennium (Millennium Development
Goals/MDGs) yang disponsori oleh badan dunia PBB. Diharapkan MDGs ini
dapat tercapai pada tahun 2015, dimana pada tahun tersebut salah satu golnya
adalah orang yang terinfeksi HIV/AIDS dapat berkurang dan negara-negara di
dunia telah mampu memerangi HIV/AIDS (WHO, 2010).
Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut menyepakati MDGs
bersama 189 negara lainnya (WHO, 2010). Namun, hingga saat ini prevalensi
HIV/AIDS masih meningkat, dan bila tidak ditangani secara serius Indonesia bisa
dianggap gagal dalam mencapai MDGs. Telah banyak usaha yang dilakukan
pemerintah untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS. Sejak tahun 1994 kebijakan
pemerintah ditetapkan dengan lebih jelas melalui Keputusan Presiden No.36 tahun
1994. Berikutnya kebijakan tidak terfokus lagi pada kelompok yang dianggap
berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS, tetapi pada masyarakat luas.
Tujuanya agar masyarakat menyadari bahaya HIV/AIDS dan mampu melindungi
dirinya sendiri terhadap penularan penyakit ini (Harahap, 2000).
Pendataan yang dilakukan oleh WHO selama beberapa tahun terakhir
menunjukkan bahwa kelompok remaja dan dewasa produktif (usia 15-24 tahun),
kini menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS.
Sementara kelompok remaja pada umumnya tidak memiliki akses untuk
Semakin meningkatnya prevalensi HIV/AIDS terutama pada usia
produktif menjadi alasan saya untuk meneliti perilaku remaja terhadap penyakit
HIV/AIDS.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut ”Bagaimanakah perilaku remaja terhadap penyakit HIV/AIDS? ”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan umum
dan tujuan khusus penelitian sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui
perilaku siswa/ siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII terhadap penyakit
HIV/AIDS tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum penelitian, maka dapat dirinci tujuan
khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan terhadap penyakit
HIV/AIDS.
2. Mengetahui bagaimana tingkat sikap terhadap penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui bagaimana tingkat tindakan terhadap penyakit HIV/AIDS.
4. Mengetahui gambaran karakteristik siswa/siswi SMA N 2 Medan tahun
2010 berdasarkan umur, kelas, jenis kelamin dan tempat tinggal.
5. Mengetahui apa saja sumber informasi remaja untuk mengetahui tentang
penyakit HIV/AIDS.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan umum dan khusus penelitian maka disusun manfaat
1. Hasil penelitian ini sebagai masukan kepada kepala sekolah untuk
mengadakan seminar mengenai pencegahan penyakit HIV/AIDS.
2. Hasil penelitian ini menjadi masukan kepada remaja tentang pentingnya
pencegahan penyakit HIV/AIDS sehingga diharapkan tingkat penularan
HIV/AIDS di Indonesia semakin berkurang.
3. Hasil penelitian ini menambah wawasan saya mengenai penyakit
HIV/AIDS.
4. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HIV/AIDS
2.1.1. Pengertian HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (Aquired
Imuno Deficiency Syndrome). HIV termasuk dalam Lentivirus, grup Retroviridae.
Virus grup ini memiliki karakteristik masa hidup yang persisten dalam tubuh
host-nya dan, setelah serokonversi, muncul fase asimtomatik yang panjang sebelum
kemunculan gejala klinis. Virus ini menyerang dan merusak sel-sel limfosit
T-CD4+ sehingga kekebalan penderita rusak dan rentan terhadap berbagai infeksi
(Harahap, 2000).
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan
oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Itu berarti AIDS bukan
penyakit keturunan tetapi gangguan akibat rusaknya sistem tubuh karena
kekebalan tubuh telah dirusak. AIDS bukan suatu penyakit saja, tetapi merupakan
gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis
mikroorganisme seperti infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan
akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).
Awalnya jenis virus HIV yang ditemukan adalah HIV-1. Sekitar tahun
1985 ditemukan Retrovirus yang berbeda dari HIV-1 pada penderita yang berasal
dari Afrika Barat. Virus ini oleh peneliti dari Paris disebut sebagai LAV-2 dan
terbaru disebut sebagai HIV-2 yang juga berhubungan dengan AIDS pada
manusia walaupun kurang virulen bila dibandingkan HIV-1 (70% individu yang
terinfeksi HIV-2 akan terinfeksi oleh HIV-1) (Murtiastutik, 2008).
2.1.2. Cara penularan HIV/AIDS
Walaupun pengetahuan dan pemahaman tentang transmisi HIV telah
kompleks dan unik pada setiap manusia. Ada beberapa carapenularan yang telah
diketahui, yaitu terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual.
Beberapa jalur transimisi utama HIV di Asia adalah:
1. Hubungan seksual yang memungkinkan pemindahan virus dari sperma
ke darah.
Jalur penularan AIDS yang relatif lebih luas jangkauannya adalah
melalui hubungan seks. Tetapi jalur ini pun tidak seluas jalur penularan
penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya oleh karena AIDS hanya
menular jika terjadi perpindahan virus dari sperma ke darah. Jadi hanya
teknik hubungan seks tertentu saja yang merupakan perilaku seksual risiko
tinggi. Secara teoretis teknik hubungan seks yang paling rawan untuk
penularan AIDS adalah teknik penis-anal, oleh karena pada teknik inilah
paling besar kemungkinan terjadinya perdarahan pada anus.
(Sarwono,1992).
HIV juga sangat erat hubunganannya dengan pekerja seks. Pekerja
seks wanita dan kliennya adalah grup mayor yang berisiko mendapatkan
dan menyebarkan HIV. Diberbagai negara berkembang, seks komersial
merupakan faktor penting dalam transmisi HIV. Misalnya di Afrika timur,
infeksi HIV dalam area urban dan sepanjang jalan besar yang dilalui truk
dan jalur perdagangan memiliki keterlibatan tidak langsung melalui para
pekerja seksualnya dalam menyebarkan HIV (STD, 2008).
2. Pemindahan darah yang mengandung kuman AIDS
Pemindahan darah yang mengandung virus AIDS dapat terjadi
melalui transfusi darah dan melalui penggunaan jarum bekas pakai yang
tidak disterilkan terlebih dahulu misalnya jarum suntik, jarum akupuntur,
jarum tindik, jarum tato, dan peralatan lain yang sudah terlebih dahulu
dipakai oleh yang terinfeksi HIV. Peningkatan infeksi HIV semakin nyata
pada pengguna narkotika, dimana saat ini pengguna narkotika paling
menonjol karena pengaruh teman sebaya (peer group). Padahal sebagian
besar pengguna narkotika adalah remaja dan dewasa muda yang
tertular karena penggunaan jarum secara bersamaan dan berulang yang
lazim dilakukan sebagian besar pemakai narkotika (Djoerban,2007).
3. Penularan kepada janin dari ibu penderita AIDS
Seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkan kepada
bayi yang dikandungnya. Itu tidak berarti HIV/AIDS merupakan penyakit
keturunan, karena HIV menular saat darah atau cairan ibu membuat
kontak dengan cairan atau darah anaknya. Penularan HIV pada neonatus
selama proses kelahiran terjadi melalui infeksi membran fetus dan cairan
amnion dari vagina atau serviks yang berada dibawahnya, melalui
masuknya darah ibu penderita HIV pada bayinya saat persalinan dan
melalui kontak langsung kulit dan mukosa membran bayi dengan sekresi
genital dan darah ibu yang menderita HIV saat persalinan berlangsung.
HIV tidak menular melalui air ketuban atau nutrisi pertumbuhan yang
diterima bayi selama dikandungan melalui umbilicus (Harahap, 2000).
Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan sperma dan darah,
sedangkan dalam air ludah, air mata, air susu ibu, air kencing, cairan
cerebrospinal maupun tinja penderita, ditemukan dalam jumlah sangat sedikit dan
belum pernah dilaporkan sebagai sumber penularan. Bersalaman, berpelukan
(kontak kulit), memakai peralatan makan dan minum penderita, mandi dalam satu
kolam renang yang sama dengan penderita, dan gigitan serangga yang telah
menggigit penderita tidak akan menularkan HIV. Dan kuman HIV tidak akan
menular melalui udara, pakaian, maupun air kotor (Siregar, 2005).
Berdasarkan cara penularan HIV tersebut , maka kelompok resiko tinggi tertular
HIV/AIDS adalah :
-Pasangan seksual pengidap HIV
-Pecandu narkotika suntik dan pasangannya
-Wanita pekerja seks (WPS) dan pelanggannya, serta pasangan
pelanggannya
-Waria sebagai pekerja seks dan pelanggannya serta pasangan
-Petugas kesehatan yang berhubungan dengan darah dan sekret penderita
infeksi HIV
-Penerima transfusi darah dan produk darah
-Janin yang dikandung oleh ibu pengidap HIV (Sarwono,1992)
2.1.3. Patogenesis HIV/AIDS
Setelah memasuki sel, HIV melepaskan selubungnya (uncoated), virus ini
mampu mengkode enzim khusus, reverse transcriptase, yang memungkinkan
DNA ditranskripsi dari RNA. Sehingga HIV dapat menggandakan gen mereka
sendiri. DNA virus bergabung dengan DNA host-nya dan ini adalah dasar dari
infeksi kronis HIV. Sasaran utama virus HIV adalah subset limfosit yang berasal
dari thymus, yaitu sel helper/inducer. Pada permukaan sel ini terdapat molekul
glikoprotein disebut CD4, yang diketahui berikatan dengan glikoprotein envelope
HIV. Kerusakan CD4 pada limfosit ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
efek imunosupresif oleh virus. HIV yang telah masuk kedalam sel limfosit CD4
tersebut akan mengadakan multiplikasi dengan cara menumpang dalam proses
pertumbuhan sel inangnya, mengadakan replikasi dan merusak sel
tersebut(Murtiastutik, 2008).
Sel limfosit CD4 berperan sebagai pengatur utama respon imun. Ketika sel
ini diaktifkan oleh kontak dengan antigen, mereka akan berespon melalui
pembelahan sel dan menghasilkan limfokin seperti interferon, interleukin dan
tumour necrosing factor. Limfokin ini berfungsi sebagai hormon lokal yang
mengendalikan pertumbuhan dan maturasi sel limfosit tipe lainnya, terutama sel
sitotoxic/supressor (CD8) dan limfosit B penghasil antibodi. Awal setelah
terinfeksi HIV, respon antibodi belum terganggu, sehingga timbul respon antibodi
terhadap envelope dan protein core virus yang merupakan bukti prinsip adanya
infeksi HIV (Murtiastutik, 2008). Selama replikasi virus, protein struktural
diproduksi, dua dari antibodi untuk melawan virus digunakan secara ekstensif
untuk mendiagnosa infeksi HIV-1,yaitu core protein p24 dan glikoprotein
envelope gp41. Sedangkan HIV-2 bisa dibedakan dari HIV-1 dengan melihat
Pada tahap lebih lanjut akibat gangguan produksi limfokin oleh limfosit
CD4, fungsi sel-sel lainnya seperti monosit, makrofag dan sel Natural killer juga
ikut terganggu. Infeksi progresif HIV akhirnya akan menyebabkan penurunan
imunitas yang progresif (Murtiastutik, 2008).
2.1.4. Klasifikasi dan Gejala Klinis HIV/AIDS
Klasifikasi HIV pada orang dewasa menurut CDC (Center for Disease
Control) berdasarkan gejala klinis dan diagnosis laboratoriumnya dibagi menjadi
empat grup:
1. Infeksi akut HIV
Keadaan ini disebut sebagai infeksi primer HIV atau sindrom
serokonversi akut. Waktu dari paparan virus sampai timbulnya keluhan
antara 2-4 minggu. Infeksi akut biasanya asimtomatis, tapi beberapa akan
menunjukkan keluhan seperti demam pada influenza. Pada masa ini,
diagnosa jarang dapat ditegakkan, salah satunya karena tes serologi
standar untuk antibodi terhadap HIV masih memberikan hasil negatif
(window periode).
2. Infeksi seropositif HIV asimtomatis
Pada orang dewasa terdapat periode laten infeksi HIV yang
bervariasi dan lama untuk timbulnya penyakit yang terkait HIV/AIDS.
Periode asimtomatisnya bisa panjang mulai dari beberapa bulan hingga 10
tahun atau lebih. Pada masa ini, biarpun penderita tidak nampak keluhan
apa-apa, tetapi bila diperiksa darahnya akan menunjukkan seropositif
antibodi p24 dan gp41. Hal ini akan sangat berbahaya dan berpotensi
tinggi menularkan infeksi HIV pada orang lain.
3. Persisten generalised lymphadenopaty/ PGL
Pada masa ini ditemukan pembesaran nodus limfe yang meliputi
sedikitnya dua tempat selain inguinal, dan tidak ada penyakit lain atau
pengobatan yang menyebabkan pembesaran nodus limfe minimal selama
tiga bulan. Antibodi yaitu p24 dan g41 biasanya terdeteksi. Beberapa
penderita mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan, sering
4. Gejala yang berkaitan dengan HIV/AIDs
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, jika tidak diterapi, akan
berkembang menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan
HIV/AIDS. Progresivitas infeksi tergantung pada karakteristik virus dan
hospes. Karakter virus meliputi HIV-1 dan HIV-2, sedangkan karakter
hospes meliputi usia (<5 tahun atau >40 tahun), infeksi yang
menyertai-nya, dan faktor genetik.Yang utama dari grup ini adalah turunnya jumlah
limfosit CD4+, biasanya dibawah 100/mm3. Stadium ini kadang dikenal
sebagai “full blown AIDS ”.
Pasien dengan gejala bisa dibagi lagi menjadi subgrup berdasarkan gejala
klinisnya.
a. Gejala Konstitusi
Kelompok ini sering disebut sebagai AIDS related complex . Penderita
paling sedikit mengalami dua gejala klinis yang menetap selama 3 bulan atau
lebih. Gejala ini berupa:
• Demam terus menerus lebih dari 37 °C.
• Kehilangan berat badan 10% atau lebih (HIV wasting syndrome) • Radang kelenjar getah bening yang meliputi 2 atau lebih kelenjar getah
bening di luar daerah inguinal
• Diare yang tidak dapat di jelaskan sebabnya
• Berkeringat banyak pada malam hari yang terus menerus b. Gejala Neurologis
Pada stadium ini dapat terlihat gejala neurologis yang beranekaragam
seperti kelemahan otot¸ kesulitan berbicara, gangguan keseimbangan,
disorientasi, halusinasi, mudah lupa, psikosis dan dapat sampai koma (gejala
radang otak).
c. Gejala Infeksi
Infeksi oportunistik merupakan kondisi di mana daya tahan tubuh
penderita sudah sangat lemah sehingga tidak mampu melawan infeksi bahkan
terhadap patogen yang normal pada tubuh manusia. Infeksi yang paling sering
• Pneumocystic carinii pneumonia (PCP)
Ini adalah infeksi yang paling banyak ditemukan pada penderita AIDS
(80%). Disebabkan parasit sejenis protozoa yang pada keadaan tanpa infeksi
HIV tidak menimbulkan sakit berat. Pada penderita AIDS, Protozoa ini
berkembang pesat sampai menyerang paru-paru menyebabkan terjadinya
pneumonia. Gejala yang ditimbulkannaya adalah batuk kering, demam dan
sesak nafas. Gejala ini menjadi berat setelah 2-6 minggu, 30% disertai dengan
pleuritis dengan gejala nyeri dada di bagian tengah disertai pernafasan dangkal.
Roentgen foto toraks kadang terlihat hilangnya gambaran pembuluh darah
bronkus, infiltrate interstitial difuse, dan kadang dilihat gambaran pneumonia
yang jelas. Diagnosa ditegakkan dengan bronkoskopi dengan ditemukannya P.
carinii.
• Tuberkulosis
Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada penderita AIDS sering
mengalami perluasan sampai keluar paru-paru. Gambaran klinis HIV tidak
khas seperti penderita TBC pada umumnya. Diagnosa ditegakkan dengan hasil
biakan.
• Toksoplasmosis
Penyebab ensefalitis fokal pada penderita AIDS adalah reaktivasi
Toxoplasma gondii, yang sebelumnya merupakan infeksi laten. Gejalanya
dapat berupa sakit kepala dan demam sampai kejang dan koma. CT-scan
kepala sangat membantu diagnosa, namun diagnosa pasti dengan pemeriksaan
histopatologis biopsi otak. • Infeksi mukokutan
Karena menurunnya sistem imun, pasien HIV positif memiliki lesi
per-kutan yang multipel, yang mungkin karena infeksi, noninfeksi, atau karena
keganasan. Kelainan pada mukosa dan kulit sangat sering, mungkin muncul
dini, berat, dan tidak biasa sebagai manifestasi yang atipikal dalam perjalanan
infeksi HIV (Jindal, 2008).
Penyakit kulit biasanya selalu menjadi presentasi klinis pertama dari
satu atau lebih penyakit kulit selama perjalanan penyakit mereka (Grayson,
2007).
Infeksi mukokutan yang terjadi bisa satu atau lebih. Sifat kelainan
mukokutan ini persisten dan respon terhadap pengobatan lambat sehingga
sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaanya. Pasien-pasien yang
menderita AIDS mengalami peningkatan resiko terjadinya sejumlah kelainan
mukokutan,yaitu:
- Kandidiasis mulut yang meluas ke dalam esofagus.
- Leukoplakia berambut, dimulut terdapat kerutan putih pada bagian
tepi lidah yang disebabkan oleh virus Epstein-barr.
- Dermatitis seboroik, seringkali bersifat berat, dan hal ini mungkin
ada kaitannya dengan perubahan respon hospes terhadap ragi
Malassezia.
- Folikulitis yang gatal.
- Infeksi stafilokokus, herpes zoster, moluskum kontangiosum, dan
infeksi jamur dermatofit lebih mudah timbul pada pasien AIDS.
- Kutil perianal yang cenderung lebih merah dan sulit diobati.
- Psoriasis yang sudah ada sebelumnya dapat menjadi lebih hebat,
dan sebagainya.
d. Gejala Tumor
Tumor yang sering terjadi pada penderita AIDS adalah sarkoma Kaposi
dan limfoma maligna non-hodkin. Yang paling sering terjadi diantara kedua ini
adalah sarkoma Kaposi . Gambaran klinis sarkoma Kaposi berupa bercak
merah coklat, ungu atau kebiruan pada kulit yang pada awalnya hanya
berdiameter beberapa milimeter namun berkembang sampai beberapa senti
meter. Kelainan kulit meluas sampai keseluruh tubuh dan bercak dengan
diameter yang lebih luas disertai dengan rasa nyeri. Bercak-bercak ini dapat
meluas ke selaput lendir mulut, faring, esofagus, dan paru-paru dengan
perjalanan yang bersifat progresif. Akibat daya tahan tubuh yang rendah
disertai dengan infeksi oportunistik yang lain, sarkoma Kaposi ini dapat juga
Adapun kriteria gejala pada dewasa menurut WHO :
Gejala mayor:
- Penurunan berat badan >10% berat badan
- Diare kronis lebih dari 1 bulan
- Demam lebih dari 1 bulan
Gejala minor:
- Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan
- Pruritus dermatitis menyeluruh
- Infeksi umum yang rekuren (misalnya herpes zoster)
- Kandidiasis orofaringeal
- Infeksi herpes simplek kronis progresif atau yang meluas
- Limfadenopati generalisata
Klasifikasi infeksi HIV pada anak berbeda dengan orang dewasa, klasifikasi
tersebut berdasarkan gejala dan beratnya imunosupresi yang terjadi pada anak.
Klasifikasi ini sendiri penting untuk mengetahui derajat beratnya penyakit HIV
anak.
Adapun kriteria gejala menurut WHO untuk anak:
Gejala mayor:
- Berat badan turun atau pertumbuhan lambat yang abnormal
- Diare kronis >1 bulan
- Demam >1 bulan
Gejala minor:
- Limfadenopati generalisata
- Kandidiasis orofaringeal
- Infeksi umum yang rekuren
- Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan
- Ruam kulit yang menyeluruh
2.1.5. Diagnosa HIV/AIDS
Karena banyak negara berkembang yang belum memiliki fasilitas
pemeriksaan serologi maupun antigen HIV yang memadai, maka WHO
menetapkan kriteria diagnosis:
- Untuk dewasa paling sedikit 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak
terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain yang diketahui, seperti
kanker, malnutrisi berat, atau sebab-sebab lain. Adanya sarkoma kaposi
meluas atau Meningitis cryptococcal sudah cukup untuk menegakkan
AIDS.
- Untuk anak definisi kasus AIDS terpenuhi bila ada sedikitnya 2 tanda
mayor dan 2 tanda minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun
yang lain yang diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat, atau sebab-sebab
lain (Murtiastutik, 2008).
Pada daerah dimana tersedia laboratorium pemeriksaan, penegakkan
diagnosa dilakukan melalui pemeriksaan serum. Terdapat beberapa jenis
pemeriksaan laboratorium untuk memastikan HIV. Sebagai penyaring biasanya
digunakan teknik ELISA (enzym-linked immunosorbent assay), aglutinasi atau
dot-blot immunobinding assay. Metode yang biasanya digunakan di Indonesia
adalah ELISA. Jika pemeriksaan penyaring menyatakan hasil yang reaktif,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan konfirmasi untuk memastikan
adanya infeksi oleh HIV, yang paling sering dipakai saat ini adalah teknik
Western Blot (WB). Pada pemeriksaan ini akan didapat pita presipitasi yang
terjadi melalui proses elektroforesis dari antigen dan antibodi HIV, sehingga dapat
diketahui apakah semua komponen virus dan antibodinya sudah sesuai.
Pemeriksaan pada anak <18 bulan sebaiknya menggunakan tes virologi
(p24, PCR DNA atau RNA) karena belum terdeteksi anti HIV nya, sedangkan
anak usia >18 bulan bisa dengan syarat sudah lepas menyusui dari ibunya selama
6 minggu (Murtiastutik, 2008).
2.1.6.Penatalaksanaan HIV/AIDS
Bila dahulu pengobatan HIV/AIDS sangat tidak memberikan banyak
dan awal tingkat klinis AIDS. Walaupun sampai saat ini memang belum dapat
disembuhkan secara total. Tujuan pengobatan anti-retroviral (ARV) :
- Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
- Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV
- Memperbaiki kualitas hidup penderita HIV/AIDS
- Memulihkan dan/atau memelihara fungsi kekebalan tubuh
- Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus-menerus
(Murtiastutik, 2008)
Secara umum penatalaksanaan odha (orang dengan HIV/AIDS) terdiri atas
beberapa jenis :
a. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat ARV
mislanya indinavir, retrovir, dan lamivudin yang diberikan secara
kombinasi.
b. Pengobatan yang digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi
dan kanker yang menyertai HIV/AIDS, seperti jamur, tuberkulosis,
hepatitis, toksoplsma, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks
c. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih
baik dan pengobatan pendukung lain seperri dukungan psikososial dan
dukungan agama serta tidur yang cukup dan menjaga kesehatan.
Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan,
harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik amat kurang.
2.1.7. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
Belum ditemukannya obat yang dapat menyembuhkan AIDS ataupun
vaksin untuk mencegah penyakit AIDS menyebabkan upaya pencegahan
merupakan satu-satunya cara untuk menangkal penyakit HIV/AIDS. Misalnya
penyuluhan harus menekankan bahwa resiko terinfeksi HIV meningkat pada
orang yang memiliki banyak mitra seksual, dan pada penggunaan jarum suntik
bersama(Hermawan, 2006).
Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa
negara dan amat dianjurkan oleh WHO untuk dilaksanakan secara sekaligus,
- Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda
- Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai
kelompok sasaran.
- Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
- Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk
program pengadaan jarum suntik steril
- Program pendidikan agama
- Program layanan pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)
- Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat
- Pelatihan keterampilan hidup
- Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling
- Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak
- Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan
dukungan untuk ODHA
- Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian
obat ARV.
Sebagian besar program ini sudah dijalankan di Indonesia. Hanya
sayangnya program-program tersebut belum dilaksanakan secara
berkesinambungan dan belum merata di seluruh Indonesia (Djoerban, 2007).
2.2. Konsep Perilaku Kesehatan
Secara biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk
hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, secara biologis semua makhluk hidup
mempunyai perilaku karena masing-masing mempunyai aktivitas sendiri-sendiri.
Menurut Skiner (1938) dalam Notoadmojo (2005), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
Konsep S-O-R (dikutip dari buku promosi kesehatan teori dan aplikasi,
Notoadmojo, 2005)
Berdasarkan teori ini, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Terjadi bila respon terhadap stimulus masih belum dapat diamati oleh orang
lain. Terbatas hanya dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan
sikap terhadap stimulus. Pengetahuan dan sikap merupakan bentuk perilaku
tertutup yang dapat diukur.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Terjadi bila respon terhadap stimulus berupa tindakan atau praktik dan dapat
diamati orang lain dari luar (observable behavior). Perilaku ini berbentuk
tindakan nyata dan praktik.
Dari penelitian yang ada, faktor eksternal (dari luar diri) yang paling besar
perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya,
sedangkan faktor internal adalah perhatian, pengamatan,persepsi, motivasi,
fantasi,sugesti,dan sebagainya.
2.3. Domain Perilaku Kesehatan
Perilaku seseorang sangat kompleks. Menurut Benyamin Bloom (1908)
dalam Notoadmojo (2005) membedakan tiga area domain perilaku yakni kognitif
(cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psycomotor). Dalam
perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pendidikan praktis dikembangkan
2.3.1.Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yakni:
a.Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil kembali (recall) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Jadi sekedar
menjelaskan atau menyebutkan.
b.Memahami (Comprehension)
Bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus
dapat menginterpretasikan secara benar objek yang diketahui.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi berarti dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
telah diketahui pada kondisi yang lain.
d.Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan dan /atau memisahkan
kemudian mencari hubungan komponen masalah atau objek yang
diketahui.
e.Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kemampuan untuk merangkum atau meletakkan
dalam satu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang
dimiliki.
f.Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
2.3.2 Sikap (attitude)
Sikap adalah respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Sikap itu merupakan suatu sindrom dalam merespon stimulus
atau objek, sehingga melibatkan perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaaan
yang lain. Menurut Allport (1954) dalam Notoadmojo (2005) sikap itu
terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu: kepercayaan, kehidupan emosional,
dan kecenderungan untuk bertindak dan ketiga komponen ini bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude). Tingkat-tingkat sikap
berdasarkan intensitasnya:
a. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding)
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang
dihadapakan.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai
positif terhadap objek atau stimulus.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya harus berani
mengambil resiko bila ada yang mencemooh atau resiko lain.
2.3.3.Tindakan atau Praktik (Practice)
Suatu sikap tidak selalu berakhir dengan tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu reaksi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
atau sarana dan prasarana. Tindakan dibedakan menjadi tiga tingkatan
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka
disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan teori, maka dapat dirumuskan
kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
3.2. Defenisi Operasional
Sesuai permasalahan dan tujuan penelitian, maka sebagai pedoman awal
pengumpulan informasi digunakan defenisi operasional yang dikembangkan
seperti uraian di bawah ini:
1. Pengetahuan tentang HIV/AIDS adalah segala sesuatu yang dialami,
dilihat dan di dengar tentang HIV/AIDS dan di gali berdasarkan
kemampuan menjawab pertanyaan tentang apa itu HIV/AIDS, bagaimana
penularanya, siapa saja yang beresiko tertular,pengobatan dan bagaimana
upaya pencegahannya. Penilaian terhadap pengetahuan remaja terhadap
penyakit HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 8 pertanyaan kepada
responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk
jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu. Untuk setiap
pertanyaan yang benar 2 diberi skor 2 dan untuk pertanyaan yang benar 3
diberi skor 3. Masing-masing pertanyaan memiliki jumlah jawaban benar Tindakan
siswa/siswi
Penyakit HIV/AIDS Pengetahuan
siswa/siswi
yang berbeda-beda dengan total skor sebanyak 12 dari 8 pertanyaan
tersebut.
Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor >9 : baik
b. Skor 5-9 : sedang c. Skor < 5 : kurang
Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal.
2. Sikap terhadap HIV/AIDS adalah respon atau keyakinan seorang remaja
terhadap penyakit HIV/AIDS. Penilaian terhadap sikap remaja terhadap
penyakit HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 4 pertanyaan kepada
responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk
jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu, dengan total skor
sebanyak 4 dari 4 pertanyaan tersebut.
Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor = 4 : baik
b. Skor 2-3 : sedang c. Skor < 2 : kurang
Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal.
3. Tindakan adalah perwujudan yang nyata dari sikap siswa/siswi terhadap
penyakit HIV/AIDS. Penilaian terhadap sikap remaja terhadap penyakit
HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 4 pertanyaan kepada responden
dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban
yang salah, dengan total skor sebanyak 4 dari 4 pertanyaan tersebut.
Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor = 4 : baik
b. Skor 2-3 : sedang c. Skor < 2 : kurang
Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal.
4. HIV/AIDS adalah sebagai sekumpulan gejala yang timbul akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang di dapat (bukan
keturunan) dan disebabkan oleh virus HIV (Human Imumnodeficiency
5. Siswa/Siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII adalah remaja laki-laki
dan perempuan yang tercatat sebagai murid di SMA N 2 Medan pada
tahun 2010.
6. Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam
satuan tahun.
7. Tempat tinggal adalah dimana responden tinggal selama bersekolah di
SMA N 2 Medan, apakah bersama orang tua,dengan saudara yang bukan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
potong lintang karena pengukuran penelitian dilakukan hanya satu kali.
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama bulan Mei hingga November
2010.
Tempat penelitian ini telah dilakukan di SMA N 2 Medan . Alasan
penentuan lokasi ini adalah:
1. SMA N 2 Medan memiliki UKS yang diurus oleh PMR 001 dan pernah
mendapat informasi tentang HIV/AIDS dari PMI cabang Medan.
2. Belum ada penelitian tentang perilaku siswa/siswi kelas XI dan XII SMA
N 2 Medan terhadap HIV/AIDS.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas XI dan
XII SMA N 2 Medan tahun 2010 yang berjumlah 912 orang.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi. Menurut Prasetyo tahun
2006, untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, digunakan formula
sederhana seperti berikut :
N
n =
912
n =
1+912 (0,1)2
= 90,11 orang
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 90%, jadi d= 0.1
Sehingga didapat sampel sebanyak 90,11 orang atau dibulatkan menjadi
100 orang . Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified random
sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap
tingkatan secara proporsional yaitu:
a. Siswa siswi SMA kelas XI sebanyak 1/2 X 100 orang = 50 orang
b. Siswa siswi SMA kelas XII sebanyak1/2 X 100 orang = 50 orang
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengumpulan
data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara wawancara terpimpin
dan berpedoman pada kuesioner. Untuk uji validitas dan reabilitas menggunakan
validitas konstrak (construct) dengan menggunakan rumus teknik korelasi product
moment:
N (∑ XY) – (∑ X ∑ Y) r =
√ { N ∑ X2
– ( ∑ X )2 } { N∑Y2 – (∑Y)2 } Keterangan :
r = koefisien korelasi product moment
X = Skor tiap pertanyaan/item
Y = Skor total
Kuisioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji
Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS versi 17.
Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir
sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan
reliabilitas ini ada sebanyak 25 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat
dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Variabel No. Total
Pearson
Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan 1 0,644 Valid 0,807 Reliabel
2 0,823 Valid Reliabel
3 0,608 Valid Reliabel
4 0,906 Valid Reliabel
5 0,780 Valid Reliabel
6 0,399 Valid Reliabel
7 0,499 Valid Reliabel
8 0,512 Valid Reliabel
Sikap 1 0,578 Valid 0,699 Reliabel
2 0,638 Valid Reliabel
3 0,797 Valid Reliabel
4 0,669 Valid Reliabel
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dengan menggunakan tekhnik komputerisasi
menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for Social Sciences)
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diuraikan dalam bentuk
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMA N 2 Medan Pada tahun 1950 adalah SMA Tentara Pelajar yang pada
tahun 1952 menjadi SMA Negeri 2 Medan yang beralamat di Jalan Prof. H.M
Yamin No 41 B. Pada tahun 1978 pindah ke Jalan Karangsari No 435 Medan
Polonia, dimana pada tanggal 22 Desember 1978 terbitlah SK (Surat Keputusan)
pemutahiran No.0371/0/1978 . SMA N 2 Medan dipercaya sebagai Sekolah
Rintisan SKM/SSN (Sekolah Kategori Mandiri/ Sekolah Standar Nasional) dan
Sekolah Rintisan Pusat Sumber Belajar (PSB) Inti mewakili sekian banyaknya
sekolah negeri/swasta yang ada di Indonesia.
Sebagai sarana pendukung SMA N 2 Medan memiliki laboratorium
komputer, laboratorium multimedia, laboratorium bahasa, ruang PSB,
laboratorium IPA, dan perpustakaan. SMA N 2 Medan memiliki berbagai macam
kegiatan ekstrakurikuler (ekskul), misalnya OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah), pramuka, paskibra, dan Palang Merah Remaja (PMR). PMR 001 ini
menjadi PMR pertama di Sumut, siswa/i yang menjadi anggota organisasi ini
turut dalam pengembangan unit kesehatan sekolah (UKS) yang dibina langsung
oleh guru dan bekerjasama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Medan .UKS
merupakan salah satu usaha yang dilakukan sekolah untuk membantu
meningkatkan kesehatan siswa/siswi.Dan juga seminar-seminar yang
berhubungan dengan masalah remaja seperti tentang bahaya narkoba dan penyakit
menular seksual sering diadakan di sekolah ini.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini merupakan hal yang penting.
Hal ini dikarenakan pada penelitian ini juga ingin dilihat gambaran responden
responden ditampilkan di bawah ini juga ditampilkan tabel distribusi
frekuensinya.
A. Kelompok Umur Responden
Pada penelitian ini umur responden merupakan salah satu karakteristik yang
ditampilkan distribusinya. Di bawah ini terdapat tabel yang menggambarkan
distribusi responden berdasarkan kelompok umur di SMA N 2 Medan.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di SMA N 2 Medan Tahun 2010
Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa umur responden yang paling
banyak adalah 16 tahun yaitu sebanyak 52%, sedangkan yang paling sedikit
adalah 18 tahun sebanyak 1%. Hal ini menunjukkan bahwa umur responden pada
umumnya masih dalam kategori remaja.
B. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan karakteristik yang digambarkan peneliti. Di bawah
ini terdapat tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMA N 2 Medan
tahun 2010
Jenis Kelamin Jumlah (orang) %
Laki-Laki 50 50
Perempuan 50 50
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui bahwa laki-laki dan perempuan
C. Tempat Tinggal
Karakterisitik berikut yang ditampilkan distribusi frekuensinya oleh peneliti
adalah tempat tinggal responden. Di bawah ini terdapat tabel distribusi frekuensi
responden berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Responden di SMA N 2
Medan Tahun 2010
Tempat Tinggal Jumlah (orang) %
Orang tua 93 93
Saudara 4 4
Kost 3 3
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 93
orang (93%) responden tinggal bersama orang tua dan sebagian kecil saja yang
tinggal di kost yaitu 3 orang (3%).
D. Kelas Responden
Karakterisitik berikut yang ditampilkan distribusi frekuensinya oleh
peneliti adalah kelas responden. Di bawah ini terdapat tabel distribusi frekuensi
responden berdasarkan kelasnya di SMA N 2 Medan tahun 2010.
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Responden di SMA N 2 Medan
Tahun 2010.
Kelas Jumlah (Orang) %
XI 50 50
XII 50 50
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa kelas XI dan XII sama
5.1.3.Pengetahuan Responden Tentang HIV/AIDS
Pengetahuan responden tentang penyakit HIV/AIDS di SMA N 2
Medan tahun 2010 dapat di lihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah. Pada
tabel dapat dilihat bagaimana jawaban dari setiap pertanyaan mengenai
pengetahuan yang ditanyakan kepada responden.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan Pengetahuan Nomor 5 dan 7.
Berdasarkan Tabel 5.5.,pertanyaan yang mendapat skor 1 paling banyak
pada pertanyaan tentang cara penularan HIV/AIDS yaitu 17 orang (17%),
pertanyaan yang mendapat skor 2 paling banyak pada pertanyaan tentang cara
pencegahan HIV/AIDS yaitu 83 orang (83%), sedangkan untuk skor 0 kedua
pertanyaan mendapat jumlah yang sama yaitu masing-masing 1 orang (1%).
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan
Pengetahuan Nomor 4
Pertanyaan Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Jumlah
Berdasarkan Tabel 5.6.,persentase terendah adalah skor 0 yaitu sebanyak 1
orang (1%) sedangkan persentase tertinggi adalah skor 3 sebanyak 58 orang
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan
Pengetahuan Nomor 1,2,3,6, dan 8.
Pertanyaan
Jawaban Responden
Benar Salah
n % N %
1. Pengetahuan tentang definisi AIDS
88 88 12 12
2. Pengetahuan tentang virus HIV mengganggu tubuh dengan cara menyerang sistem imun
98 98 2 2
3.Pengetahuan tentang bayi bisa terkena HIV dari ibunya yang terinfeksi HIV/AIDS
93 93 7 7
6. Pengetahuan tentang orang yang baru terinfeksi HIV bisa terlihat normal/sehat
70 70 30 30
8.Pengetahuan tentang HIV/AIDS sudah bisa disembuhkan secara total dengan obat anti virus
66 66 34 34
Berdasarkan tabel 5.7., sebanyak 98 orang (98%) menjawab pertanyaan
tentang virus HIV mengganggu tubuh dengan cara menyerang sistem imun
dengan benar dan jawaban yang paling banyak salah adalah pertanyaan tentang
HIV/AIDS sudah bisa disembuhkan secara total dengan obat anti virus yaitu 34
orang (34%). Hasil uji tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel
5.8.
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 75 75
Sedang 25 25
Kurang 0 0
Total 100 100
Berdasarakan tabel 5.8., tingkat pengetahuan responden mengenai
penyakit HIV/AIDS paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 75 orang
memiliki pengetahuan kurang atau 0 orang (0%). Hasil uji tingkat pengetahuan
responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden
berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan tabel 5.9., dapat dilihat bahwa pada usia 15 tahun yang
mempunyai pengetahuan baik sebanyak 14 orang (73,7%), pengetahuan sedang 5
orang (26,3%) dan tidak ada yng memiliki pengetahuan kurang. Pada usia 16
tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%), pengetahuan
sedang 14 orang (26,9%) dan pengetahuan kurang tidak ada. Pada usia 17 tahun
sebanyak 23 orang (82,1%) memiliki pengetahuan baik, 5 orang (17,9%)
berpengetahuan sedang dan tidak ada yang memiliki pengetahuan kurang.
Sedangkan pada usia 18 tahun yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak
1orang (100%). Data lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden
berdasarakan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.10.
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden
berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 5.10., responden dengan jenis kelamin perempuan
mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling banyak yaitu 41 orang (82%)
lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden berdasarkan kelas dapat dilihat
pada tabel 5.11.
Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden
berdasarkan kelas
Berdasarkan tabel 5.11., responden yang berasal dari kelas XII paling
banyak memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 39 orang (78%),dan kelas XI
yang paling banyak memiliki pengetahuan sedang sebanyak 14 orang (28%). Data
lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden berdasarkan tempat tinggal dapat
dilihat pada tabel 5.12.
Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden
berdasarkan tempat tinggal
Berdasarkan tabel 5.12., responden yang tinggal bersama orang tua paling
banyak memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 70 orang (75,3%), dan yang
tinggal di kost yang paling sedikit memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 2
orang (66,7%). Dan pengetahuan sedang paling banyak pada responden yang
5.1.4. Sikap Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS
Sikap menggambarkan reaksi atau respon tertutup dari responden terhadap
penyakit HIV/AIDS. Di bawah dapat dilihat distribusi sikap responden terhadap
penyakit HIV/AIDS.
Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pernyataan Sikap
Pernyataan
Jawaban Responden
Setuju Tidak setuju
N % n %
1. sikap pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak memakai narkoba
91 91 9 12
2 sikap saya akan menjauhi teman saya yang terinfeksi HIV/AIDS
62 62 38 38
3. sikap tidak akan mau
bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS
30 30 70 70
4. Sikap menghindari penggunaan kolam renang dan toilet yang sama dengan penderita HIV/AIDS
67 67 37 37
Berdasarkan tabel 5.13., dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
sikap setuju paling banyak pada pernyataan pencegahan penularan HIV/AIDS
dapat dilakukan dengan tidak memakai narkoba yaitu 91 orang (91%) dan yang
paling banyak menyatakan sikap tidak setuju adalah pada pernyataan tidak akan
mau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS sebanyak 70 orang
(70%). Data lengkap uji tingkat sikap responden pada tabel 5.14.
Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 23 23
Sedang 55 55
Kurang 22 22
Total 100 100
Berdasarakan tabel 5.14., tingkat sikap responden mengenai penyakit
HIV/AIDS paling banyak berada dalam kategori sedang yaitu 55 orang (55%),
kategori kurang yaitu 22 orang (22%). Hasil uji tingkat sikap responden
berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.15
Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden
berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 5.9., dapat dilihat bahwa pada usia 15 tahun yang
mempunyai pengetahuan baik sebanyak 4 orang (21,1%), pengetahuan sedang 11
orang (57,9%) dan 4 orang (21,1%) yang memiliki sikap kurang. Pada usia 16
tahun yang memiliki sikap baik 13 orang (25%), sikap sedang terbanyak dengan
27 orang (51,9%) dan sikap kurang 12 orang (23,1%). Pada usia 17 tahun
sebanyak 6 orang (21,4%) memiliki sikap baik, 17 orang (60,7%) bersikap
sedang dan 5orang (17,9%) yang memiliki sikap kurang. Sedangkan pada usia 18
tahun yang memiliki sikap buruk sebanyak 1 orang (100%). Data lengkap hasil uji
tingkat sikap responden berdasarakan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.16.
Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden
berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 5.16., responden laki-laki yang mempunyai tingkat
sikap baik yang paling banyak yaitu 12 orang (24%) disesuaikan dengan proporsi
angkatan dalam keseluruhan sampel. Data lengkap hasil uji tingkat sikap