• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Administratif di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Administratif di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

(Studi Tentang Pelayanan Administratif di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan)

TESIS

Oleh

SISWATI SARAGI

087024036

PROGRAM MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EVALUASI KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

(Studi Tentang Pelayanan Administratif di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Dalam Program Studi Pembangunan

Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Oleh

SISWATI SARAGI

087024036

PROGRAM MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis :

EVALUASI KUALITAS PELAYANAN

PUBLIK (STUDI TENTANG PELAYANAN

ADMINISTRATIF DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN)

Nama Mahasiswa : Siswati Saragi

NIM : 087024036

Prog. Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. DR. Marlon Sihombing, MA) (Drs. Kariono, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)

(4)

Telah diuji pada Tanggal 9 Juni 2010

___________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.DR. Marlon Sihombing,MA Anggota : 1. Drs. Kariono, Msi

(5)

PERNYATAAN

EVALUASI KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

(Studi Tentang Pelayanan Administatif Pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar kepustakaan.

Medan, Juni 2010

Penulis,

(6)

ABSTRAK

Salah satu tugas utama negara adalah memberi pelayanan kepada masyarakat

baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan

salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Dari

beberapa kasus kita menemukan suatu kenyataan bahwa sering sekali pasien harus

menunggu dalam waktu yang tidak wajar untuk mendapatkan pelayanan medis karena

urusan birokrasi misalnya urusan kartu berobat yang terlalu berbelit-belit.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk menelitinya dan dituangkan

dalam judul “ Evaluasi Kualitas Pelayanan Public (Studi Tentang Pelayanan Admnistratif Pada RSUP H Adam Malik Medan)”. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan administrasi di RSUP H

Adam Malik Medan dan untuk mengetahui factor-faktor apa yang mempengaruhi

kualitas pelayanan administrasi di rumah sakit tersebut. Sedangkan manfaat yang

diharapkan adalah sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan

sistem tabel frekwensi tunggal dengan tehnik pengumpulan data dengan kuesioner

kepada 40 pasien yang diambil sebagai sample dan wawancara dengan 10 orang

petugas administrasi yang ditentukan dengan metode purposive sampling.

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa kualitas pelayanan

administrasi di RSUP H Adam Malik Medan dalam hal kecepatan dan ketepatan

waktu masih perlu untuk dibenahi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

pelayanan administrasi adalah sistem prosedur dan administrasi serta kualitas sumber

daya manusia yang masih perlu untuk ditingkatkan. Dan saran yang diberikan adalah

agar sistem birokrasi lebih dipersingkat dan kualitas sumber daya manusia

ditingkatkan.

(7)

ABSTRAC

One of the country's main tasks is to provide better service to the community

in the form of services and facilities. Services in the health sector is one form of

service most needed by society. Departure from this awareness, the hospital-existing

hospital in Indonesia, both government and private property, always strive to provide

the best service to patients. Of the several cases we find a fact that very often patients

have to wait in the not fair to get medical care because of bureaucratic matters such as

medication cards that are too convoluted.

Based on this writer is interested to examine and set forth in the title of

"Quality Evaluation of Public Services (Services Admnistratif Studies On H Adam

Malik'Hospital Medan)." The purpose of the writing of this manuscript is to know the

quality of administrative services at the department of H Adam Malik Medan'Hospital

and to find out what factors affect the quality of administrative services at the

hospital. While the expected benefits are as input for the parties require. The research

method used is descriptive quantitative method with a single frequency system tables

with data collection techniques with questionnaires to 40 patients taken as samples

and interviews with 10 people who administration officials determined by purposive

sampling method.

From the results of data analysis, we concluded that the quality of

administrative services at the department of H Adam Malik Medan'Hospital in terms

of speed and timeliness still need to be addressed. Bureaucratic system is still

cumbersome and takes a long time. Factors that affect the quality of service is the

system of administration and administrative procedures and the quality of human

resources still need to be improved. And the advice given was that the bureaucratic

system is more shortened and improved the quality of human resources.

(8)

RIWAYAT HIDUP IDENTITAS

Nama : Siswati Saragi

Tempat dan Tanggal Lahir : Pematangsiantar , 07 Maret 1975

Pekerjaan : Staff Pengajar Tidak Tetap Pada Fisip Usu Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Alamat : Jalan Sidomulyo Gang Baru No 1 Helvetia Medan.

PENDIDIKAN FORMAL

a. SD : SDN No. 124384 Pematangsiantar (1982)

b. SMP : SMPN 3 Medan (1988)

c. SLTA : SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar (1991)

d. S1 : FISIP USU Jurusan Ilmu Administrasi Negara (1994)

e. S2 : Program Magister Studi Pembangunan FISIP USU (2008)

PENGALAMAN KERJA

a. Asisten Dosen Pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP USU ( 1999 -2010)

b. Staf Pengajar Pada YPN Medicom Medan (1999-2007)

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya perbuat dengan sesungguhnya untuk

dapat diketahui seperlunya.

Medan, Juni 2010

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan ridho

serta kemudahan dari-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini

dalam bentuk thesis, yang mana thesis ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Program Magister Studi Pembangunan

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Thesis ini mengangkat masalah evaluasi kualitas pelayanan administrasi di

RSUP H. Adam Malik Medan dengan melakukan penelitian melalui daftar pertanyaan

yang disebarkan kepada pasien dan wawancara kepada petugas administrasi di RSUP

H. Adam Malik Medan. Dan selanjutnya data yang diperoleh diolah untuk

diinterpretasikan dengan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan judul

tulisan ini.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini penulis juga mendapat bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis merasa sangat pantas

untuk menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Almarhum B. Saragi dan

Ibunda M. Pohan, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan

motivasi yang tak terhingga kepada penulis.

2. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu,

DTM &H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

3. Bapak Prof. DR. M Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA dan Bapak Drs. Kariono, Msi,

selaku dosen pembimbing dalam penulisan thesis ini. Terimakasih untuk

bimbingan yang telah diberikan selama ini.

5. Bapak Drs. H. M. Thamrin Nasution, Msi dan Bapak Arifin Nasution, S.Sos,

MSP, selaku dosen penguji. Terimakasih untuk kritik dan saran yang sangat

(10)

6. Bapak dan ibu dosen/staf pengajar Program Magister Studi Pembangunan

USU beserta seluruh pegawai.

7. Bapak Drs. Valas Tarigan sebagai Kepala LitBang RSUP H Adam Malik

Medan beserta staf.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Studi Pembangunan USU

Angkatan XIII , terimakasih untuk persahabatan dan kebersamaan yang begitu

indah, semoga jalinan kekeluargaan ini akan abadi. Amin.

9. Abang, kakak dan adikku yang tercinta, keponakan-keponakanku, terimakasih

untuk dorongan semangat dan doa untuk saya. Semoga Allah selalu

melimpahkan rahmat-Nya untuk keluarga kita. Amin

10.Staf pengajar di FISIP USU khususnya Kak Beti Nasution, Kak Elita Dewi,

terimakasih untuk dukungannnya selama ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga untuk

pendamping hidupku yang tercinta, suamiku Mas Eddie, yang bagiku menjadi

anugrah yang terindah dari Tuhan, kasih sayang dan kesabaran yang penulis

dapatkan menjadi energi yang tak terhingga dalam menjalankan tugas sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan tulisanini. Semoga Allah

SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua, Amin.

Medan, Mei 2010

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

DAFTAR PUSTAKA ... xi

BAB 1 : PENDAHULUAN ...1

1.1.Latar Belakang Masalah ...1

1.2.Pertanyaan Penelitian...8

1.3.Tujuan Penelitian ...9

1.4.Manfaat Penelitian ...9

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ...10

2.1. Pengertian Pelayanan Publik...10

2.1.1. Asas Pelayanan Publik...12

2.1.2. Kelompok Pelayanan Publik...13

2.1.3. Paradigma Dalam Pelayanan Publik...13

2.1.4. Kualitas Pelayanan Publik ...15

2.1.5. Konsep Kinerja Pelayanan Publik ...19

2.1.6. Biaya Pelayanan Publik ...22

2.1.7. Penilaian Kualitas Pelayanan...22

2.1.8. Kualitas Pelayanan Kesehatan ...23

2.2. Pengertian Administrasi...27

2.2.1. Bentuk Wadah Administrasi ...28

2.2.2. Pelayanan Publik Dalam Konteks Administrasi Negara ...29

2.3. Evaluasi Pelayanan Publik...29

BAB 3 : METODE PENELITIAN ...37

(12)

3.2. Defenisi Konsep...37

3.3. Defenisi Operasional...39

3. 4. Lokasi Penelitian...41

3.5. Populasi dan Sampel ...41

3.6. Teknik Pengumpulan Data...42

3.7. Teknik Analisis Data...43

BAB 4 : HASIL PENELITIAN ...47

4.1. Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan...47

4.2. Gambaran Umum...49

4.3. Penyajian Data ...53

4.3.1. Karakteristik Responden...53

4.3.2. Kualitas Pelayanan Administrasi ...55

a. Efectivitas...55

b. Efisiensi...64

c. Pemerataan ...68

4.4.3. Analisa Kualitas Pelayanan Administrasi...71

4.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Administrasi...76

4.4.1. Sistem dan Prosedur Administrasi ...76

4.4.2. Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas ...80

BAB 5 : PENUTUP ...86

5.1. Kesimpulan ...86

5.2. Saran ...86

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Standar Nilai Kualitas Pelayanan ...40

Tabel 2 : Data Penggunaan Fasilitas di RSUP H Adam Malik Medan ...48

Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ...56

Tabel 4 : Distribusi Responden berdasarkan Usia ...56

Tabel 5 : Jawaban Responden Tentang Kecepatan Pelayanan Administrasi...57

Tabel 6 : Jawaban Responden Tentang Kepuasan Pelayanan ...59

Tabel 7 : Jawaban Responden Tentang kemampuan dan Kerampilan kerja petugas administrasi ...61

Tabel 8 : Jawaban Responden Tentang Keramahan Petugas Administrasi ...63

Tabel 9 : Jawaban Responden Tentang Ketepatan Waktu Petugas Dalam Menyelesaikan tugas...64

Tabel 10 : Jawaban Responden Tentang Birokrasi Yang Tidak Berbelit-belit ...65

Tabel 11: Jawaban Responden Tentang Keterjangkauan Biaya Administrasi ...66

Tabel 12 : Jawaban Responden Tentang Kelengkapan Fasilitas Administrasi...67

Tabel 13 : Jumlah Pasien Rawat Jalan Dalam tahun 2009 ...68

Tabel 14 : Jawaban Responden Tentang Kepercayaan Terhadap Rumah Sakit...69

Tabel 15 : Jawaban Responden Tentang Keadilan Perlakuan Terhadap Pasien...70

Tabel 16 : Jawaban Responden Tentang Keterbukaan Informasi Tentang Prosedur administrasi ...71

Tabel 17 : Jawaban Responden Tentang Perlakuan Yang Sesuai Dengan Kondisi Penyakit Pasien ...72

Tabel 18 : Kesimpulan Efektivitas Pelayanan Administrasi ...70

Tabel 19 : Kesimpulan Efisiensi Pelayanan Administrasi ...71

Tabel 20 : Kesimpulan Pemerataan ...73

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Mekanisme / Alur Administrasi Pasien Baru Umum

2. Mekanisme / Alur Administrasi Pasien Lama Umum

3. Mekanisme / Alur Administrasi Pasien Askes/ Jamkesmas Baru

4. Mekanisme / Alur Administrasi Pasien Askes/ Jamkesmas Lama

5. mekanisme / alur administrasi pasien IGD

6. Mekanisme / Alur Berkas Rekam Medik

7. Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(16)

ABSTRAK

Salah satu tugas utama negara adalah memberi pelayanan kepada masyarakat

baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan

salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Dari

beberapa kasus kita menemukan suatu kenyataan bahwa sering sekali pasien harus

menunggu dalam waktu yang tidak wajar untuk mendapatkan pelayanan medis karena

urusan birokrasi misalnya urusan kartu berobat yang terlalu berbelit-belit.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk menelitinya dan dituangkan

dalam judul “ Evaluasi Kualitas Pelayanan Public (Studi Tentang Pelayanan Admnistratif Pada RSUP H Adam Malik Medan)”. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan administrasi di RSUP H

Adam Malik Medan dan untuk mengetahui factor-faktor apa yang mempengaruhi

kualitas pelayanan administrasi di rumah sakit tersebut. Sedangkan manfaat yang

diharapkan adalah sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan

sistem tabel frekwensi tunggal dengan tehnik pengumpulan data dengan kuesioner

kepada 40 pasien yang diambil sebagai sample dan wawancara dengan 10 orang

petugas administrasi yang ditentukan dengan metode purposive sampling.

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa kualitas pelayanan

administrasi di RSUP H Adam Malik Medan dalam hal kecepatan dan ketepatan

waktu masih perlu untuk dibenahi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

pelayanan administrasi adalah sistem prosedur dan administrasi serta kualitas sumber

daya manusia yang masih perlu untuk ditingkatkan. Dan saran yang diberikan adalah

agar sistem birokrasi lebih dipersingkat dan kualitas sumber daya manusia

ditingkatkan.

(17)

ABSTRAC

One of the country's main tasks is to provide better service to the community

in the form of services and facilities. Services in the health sector is one form of

service most needed by society. Departure from this awareness, the hospital-existing

hospital in Indonesia, both government and private property, always strive to provide

the best service to patients. Of the several cases we find a fact that very often patients

have to wait in the not fair to get medical care because of bureaucratic matters such as

medication cards that are too convoluted.

Based on this writer is interested to examine and set forth in the title of

"Quality Evaluation of Public Services (Services Admnistratif Studies On H Adam

Malik'Hospital Medan)." The purpose of the writing of this manuscript is to know the

quality of administrative services at the department of H Adam Malik Medan'Hospital

and to find out what factors affect the quality of administrative services at the

hospital. While the expected benefits are as input for the parties require. The research

method used is descriptive quantitative method with a single frequency system tables

with data collection techniques with questionnaires to 40 patients taken as samples

and interviews with 10 people who administration officials determined by purposive

sampling method.

From the results of data analysis, we concluded that the quality of

administrative services at the department of H Adam Malik Medan'Hospital in terms

of speed and timeliness still need to be addressed. Bureaucratic system is still

cumbersome and takes a long time. Factors that affect the quality of service is the

system of administration and administrative procedures and the quality of human

resources still need to be improved. And the advice given was that the bureaucratic

system is more shortened and improved the quality of human resources.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang Masalah

Salah satu tugas utama negara adalah memberi pelayanan kepada masyarakat

baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan

sebuah negara, kualitas pelayanan publik dapat digunakan sebagai salah satu

indikator. Oleh karena itu, bila sebuah negara berada dalam posisi menuju pada

kemajuan, hal utama yang perlu diperbaiki adalah pelayanan publik di negara

tersebut. Indonesia sebagai negara yang sedang bergerak menuju negara maju juga

memprioritaskan pelayanan publik sebagai salah satu aspek yang perlu ditingkatkan.

Karena pemerintah Indonesia sangat menyadari bahwa jika masyarakat sudah

mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu pelayanan yang baik, maka masyarakat

juga akan menjalankan kewajibannya dengan penuh kesadaran.

Berbicara masalah pelayanan publik, dalam UU No 25 tahun 2009 dikatakan

bahwa ruang lingkup pelayanan publik meliputi :

1. Pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan.

2. Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pendidikan,

pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,

lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan,

sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

Pelayanan atas jasa publik sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (1) UU No 25

(19)

a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh

dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah;

b. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya

sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan

daerah yang dipisahkan; dan

c. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran

pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau

badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari

kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi

ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang

- undangan.

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Kristiadi ( 1994:23) menyatakan bahwa

tugas pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barang-barang publik

(publik utility) dan memberikan pelayanan ( publik service) misalnya dalam bidang

pendidikan, kesejahteraan social, kesehatan, perkembangan perlindungan tenaga

kerja, pertanian, keamanan dan sebagainya. Tidak mengherankan apabila bidang

kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan

yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah

pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan

bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang

sehat secara jasmani dan rohani.

Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit-rumah sakit yang ada di

(20)

pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui penyediaan

peralatan pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung

lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu, apotik dan sebagainya.

Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang

cepat dan cepat.

Dari beberapa kasus kita menemukan suatu kenyataan bahwa sering sekali

pasien harus menunggu dalam waktu yang tidak wajar untuk mendapatkan pelayanan

media karena urusan birokrasi, misalnya urusan kartu berobat yang terlalu

berbelit-belit. Bahkan bukan merupakan hal yang berlebihan apabila dikatakan bahwa jiwa

pasien yang seharusnya dapat tertolong menjadi melayang sia-sia karena

keterlambatan penanganan akibat birokrasi yang harus dipenuhi pasien atau keluarga

pasien. Biasanya hal ini terjadi bagi pasien yang menggunakan layanan berobat gratis

seperti Jamkesmas, Jamkesda, Askes, maupun layanan gratis lainnya. Misalnya yang

terjadi pada Eko Suhartono (46 tahun) warga Rongkah Gang Buntu II Surabaya yang

harus kehilangan istrinya, Mursiyah (36 Tahun). Mursiyah meninggal dunia karena

sesak nafas yang dideritanya, di RS Soewardhi Surabaya. Persyaratan birokrasi yang

harus dipenuhi oleh Eko agar mendapatkan pelayanan berobat gratis menyebabkan

Mursiyah terlambat ditangani. Pihak rumah sakit meminta persyaratan berupa Kartu

Susunan Keluarga (KKS) yang mana untuk memenuhi persyaratan tersebut

membutuhkan waktu yang cukup lama. Ketika Eko mendapatkan surat tersebut,

nyawa istrinya tidak dapat tertolong lagi. Demikian juga halnya dengan bocah malang

bernama Hendi (4 tahun) yang harus meregang nyawa di RS Sudarso, Pontianak

karena terlambat ditangani secara medis. Hendi juga merupakan pasien yang

(21)

Masalah manajemen atau pelayanan di rumah sakit pada akhir-akhir ini

memang banyak menjadi bahan pembahasan baik di lingkungan akademik maupun di

berbagai seminar. Terutama pelayanan administrasi terhadap pasien yang

menggunakan program layanan kesehatan gratis atau layanan kesehatan dari

pemerintah seperti Jamkesmas, Askes, maupun Jamkesda. Sering sekali masyarakat

yang menggunakan fasilitas ini mengalami kesulitan dalam memenuhi berbagai

persyaratan agar dapat memperoleh layanan kesehatan yang diinginkan. Seperti kasus

yang menimpa keluarga Eko Suhartono dan Bocah Hendi. Keterlambatan layanan

medis yang mereka terima disebabkan oleh birokrasi yang tidak dapat diajak

kompromi. Tentu saja hal ini tidak akan terjadi apabila ada kesepakatan antara

pemerintah dengan pihak rumah sakit untuk mempermudah dan memperpendek jalur

birokrasi dan prosedur administrasi.

Sebenarnya perbaikan terhadap mutu rumah sakit baik dari layanan

administrasi maupun medis memang benar-benar mutlak dibutuhkan . Bukan saja

karena banyaknya keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan

pelayanan rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan prosedur administrasi, tarif,

dan juga dengan adanya perkembangan zaman yang sudah mendesak untuk

melakukan perbaikan-perbaikan. Menurut Sulastomo (2000:127) setidak-tidaknya ada

beberapa alasan untuk meningkatkan kemampuan manajemen rumah sakit dalam

rangka penyediaan pelayanan yang memuaskan yaitu :

1. Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang semakin cepat.

Dalam 10 sampai 20 tahun terakhir ini, ilmu kedokteran di dunia, termasuk di

Indonesia telah berkembang tidak saja di tingkat spesialisasi dalam bidang-bidang

ilmu kedokteran, tetapi sudah ke superspesialisasi. Sejalan dengan ini, teknologi yang

(22)

kedokteran juga akan semakin mahal, demikian juga dengan biaya rumah sakit.

Karena itu, manajemen rumah sakit yang tidak baik akan menimbulkan pelayanan

kesehatan yang semakin mahal atau apabila tidak memiliki fasilitas yang memadai

maka rumah sakit tersebut tidak akan dipercaya oleh masyarakat. Dengan menghadapi

dilema ini, rumah sakit dituntut untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik tetapi

dengan biaya yang terjangkau.

2. Permintaan masyarakat yang semakin meningkat dan kompleks.

Masyarakat tidak saja menghendaki pelayanan kedoteran yang baik tetapi juga

semakin meluas. Masalah-masalah yang pada masa lalu tidak menjadi tugas seorang

dokter, saat ini juga menjadi tugas seorang dokter. Dapat dimengerti bahwa karenanya

beban rumah sakit dan dokter juga menjadi semakin berat.

3. Dengan semakin meluasnya bidang kegiatan rumah sakit, diperlukan unsur-unsur penunjang medis yang semakin meluas juga, misalnya masalah administrasi,

pengelolaan keuangan, hubungan masyarakat dan aspek-aspek hukum/legalitas.

Ditambah lagi dengan unsur-unsur penunjang non medis lainnya, misalnya

penyediaan sarana penginapan bagi keluarga pasien. Dengan adanya berbagai tuntutan

ini, manajemen rumah sakit dituntut untuk terus meningkatkan mutu pelayanannya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya

pembenahan yang bukan hanya berkisar pada pelayanan medis rumah sakit, tetapi

juga terkait dengan masalah birokrasi administrasi seperti pengurusan kartu berobat

maupun berkas-berkas lainnya. Pembenahan di bidang administrasi ini meliputi

pembenahan fasilitas administrasi maupun peningkatan kemampuan dan ketrampilan

petugas di rumah sakit tersebut. Misalnya menambah fasilitas komputer dan

membekali petugas dengan ilmu dan ketrampilan agar dapat memberikan pelayanan

(23)

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah dengan mengukur

dan mengevaluasi bagaimana kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan yaitu

dengan membandingkan antara indikator pelayanan publik dengan yang terjadi di

lapangan atau yang dirasakan oleh konsumen. Dan salah satu hal yang dapat

dievaluasi adalah prosedur administrasi yang harus dilalui oleh pasien sebelum

mendapatkan pelayanan atau berobat. Setelah mengetahui hasil dari evaluasi tersebut,

apabila hasilnya menunjukkan hasil yang buruk, langkah selanjutnya adalah mencari

penyebab dari buruknya kualitas pelayanan tersebut, untuk selanjutnya dicari

bagaimana penyelesaian yang tepat.

Salah satu rumah sakit pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan di

Kota Medan adalah Rumah Sakit Umum H. Adam Malik . Rumah sakit ini

merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah yang juga berupaya untuk

memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya dan yang dari luar

wilayah Medan yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam,

Sumatera Barat dan Riau. Sebagai rumah sakit umum yang juga turut menjalankan

berbagai program-program pemerintah di bidang kesehatan, rumah sakit ini juga

selalu berupaya untuk terus memperbaiki diri kearah pelayanan yang terbaik.

Berbagai perbaikan baik dari segi fasilitas, prosedur administrasi maupun tenaga

medis dilakukan secara berkelanjutan. Dan untuk mengetahui bidang apa saja yang

masih perlu ditingkatkan, perlu kiranya dilakukan berbagai evaluasi yang mana

hasilnya akan digunakan sebagai bahan informasi atau dasar dalam pengambilan

keputusan.

Sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 25 tahun 2009 bahwa ruang

lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik, jasa publik serta

(24)

atau pasien di RSU H. Adam Malik Medan adalah pelayanan administratif yaitu

dalam pengurusan berkas-berkas administrasi. Misalnya pengurusan kartu berobat,

registrasi rawat inap, dan pengurusan-pengurusan berkas yang berhubungan dengan

program-program pemerintah di bidang kesehatan seperti Jamkesmas, Askes dan

sebagainya. Dalam bagian administrasi ini, petugas dari Rumah sakit H. Adam Malik

Medan dituntut untuk bisa memberikan pelayanan yang tepat dan cepat sesuai

keinginan masyarakat. Secara singkat, masyarakat membutuhkan pelayanan

administrasi yang memuaskan. Sehingga masyarakat Indonesia, khususnya

masyarakat Kota Medan lebih mempercayai pengobatan dari RSU H. Adam Malik

Medan daripada ke luar negeri karena adanya pelayanan yang memuaskan dalam

berbagai bidang. Untuk itu, peningkatan kualitas pelayanan di bidang administrasi ini

mutlak sangat diperlukan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut ke dalam sebuah penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk thesis

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Magister Studi

Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun

judul yang dipilih adalah “ Evaluasi kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pelayanan Administratif di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan)”.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kualitas pelayanan administrasi di RS H. Adam Malik Medan?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas pelayanan di RS H. Adam

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan administasi di RS H. Adam

Malik Medan

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan di RS

H. Adam Malik Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan referensi bagi tulisan-tulisan yang sejenis

b. Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah daerah dalam pengambilan

keputusan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pelayanan di

Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan.

c. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum H. Adam Malik

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pelayanan Publik

Davidow dalam Waluyo ( 2007:127) mendefenisikan pelayanan sebagai

hal-hal yang jika diterapkan terhadap sesuatu produk, akan meningkatkan daya atau nilai

terhadap pelanggan . Pelayanan yang baik membutuhkan instruktur pelayanan uang

sangat baik pula. Sedangkan menurut Boediono ( 2003: 60), pelayanan adalah suatu

proses bantuan kepada orang lain dengn cara-cara tertentu yang memerlukan

kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptnaya kepuasan dan keberhasilan.

Pelayanan umum menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan aparatur

Negara ( Men-PAN) No.81 tahun 1993 adalah segala bentuk kegiatan pelayanan

umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah dan lingkungan

Baan Usaha Milik Negara / Daerah dalam bentuk barabg atau jasa, baik dalam rangka

upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009, dinyatakan pelayanan publik

adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Nurmandi (1999: 14) Pelayanan publik mempunyai beberapa ciri yaitu :

a. Tidak dapat memilih konsumen, artinya setiap masyarakat yang datang dan

(27)

b. Peranannya dibatasi oleh undang-undang, artinya dalam menjalankan tugas

melayani kepentingan masyarakat, tetap ada norma, aturan dan ketentuan yang

menjadi batas dan dasar.

c. Politik menginstitusionalkan konflik, artinya berbagai konflik dan

permasalahan yang terjadi sering merupakan dampak dari politik.

d. Pertanggungjawaban yang kompleks, karena mengatasnamakan negara maka

dalam pelayanan publik ada berbagai prosedur yang tetap harus dijalankan.

e. Sangat sering diteliti.

f. Semua tindakan harus mendapat justifikasi.

g. Tujuan atau output sulit diukur atau ditentukan.

Dalam UU No 25 tahun 2009 dinyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik

sekurang-kurangnya meliputi:

a. pelaksanaan pelayanan;

b. pengelolaan pengaduan masyarakat;

c. pengelolaan informasi;

d. pengawasan internal;

e. penyuluhan kepada masyarakat; dan

f. pelayanan konsultasi

2.1.1. Asas Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan ((Keputusan

MENPAN Nomor 63 Tahun 2004) sebagai berikut:

(28)

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan

dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b.Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c.Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

dengan tetap berpegangan pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d.Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e.Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan,

gender dan status ekonomis.

f.Keseimbangan Hak dan

Pemberian dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban

masing-masing pihak.

2.1.2. Kelompok Pelayanan Publik

Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 membedakan jenis pelayanan

menjadi empat kelompok. Adapun empat kelompok tersebuta dalah sebagai berikut:

a. Kelompok Pelayanan Administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status

kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap

suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda

(29)

Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat

Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Izin Mendirikan Bangunan (IMB),

Paspor, Sertifikat Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan sebagainya.

b. Kelompok Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon,

penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan sebagainya.

c. Kelompok Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk

jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan

kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

2.1.3. Paradigma Dalam Pelayanan Publik

Pada masa sekarang ini, telah terjadi berbagai perkembangan paradigma

tentang pelayanan publik. Dalam konteks perkembangan Ilmu Administrasi Publik,

terdapat tiga aliran atau periode yaitu The Old Publik Administration, New Publik

Managemant dan The New Pulic Service. The Old Publik Administration

menempatkan masyarakat sebagai klien yamg tidak mempunyai kekuatan (powerless)

sehingga harus patuh terhadap semua ketentuan birokrasi.

( Mardiasmo, 2003:6) Sedangkan dalam paradigma New Publik Managemant

meletakkan mekanisme pasar sebagai pedoman dalam pelayanan publik. Dalam

paradigma ini konsep Reinventing Goverment yang merupakan hasil pemikiran David

Osborne dan Ted Gaebler, menjadi dasar dalam pelayanan publik. Paradigma yang

sekarang adalah TheNew Pulic Service yang menempatkan warga masyarakat sebagai

warganegara (citizens) yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan publik yang

memadai dari negara. Secara tegas TheNew Pulic Service menyodorkan doktrin baru

(30)

1. Melayani warganegara, bukan konsumen.

2. Mengutamakan kebutuhan publik.

3. Nilai-nilai kewarganegaraan lebih berharga daripada kewirausahaan.

4. Berfikir strategis, bertindak demokratis.

5. Menyadari bahwa akuntabilitas bukan merupakan hal yang sederhana.

6. Lebih melayani daripada mengarahkan.

7. Mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, bukan sekedar mengejar

produktivitas. (Denhardt & Denhardt, 2003 ).

Gambar 1 : Model Perubahan paradigma Dalam Pelayanan publik

PIRAMIDA I

PIRAMIDA II

PENGUASA

PELAYAN

Masyarakat Pengguna

Manager Masyarakat

Pengguna

Pekerja Pekerja

Manager

Sumber : Modul Reformasi Manajemen Pelayanan Publik, Kerjasama Pemko Binjai dengan PPs MAP UMA, Medan

(31)

Kualitas pelayanan adalah salah satu unsur penting dalam organisasi jasa Hal

ini disebabkan oleh kualitas pelayanan merupakan salah satu alat yang digunakan

untuk mengukur kinerja organisasi jasa.Sedangkan bagi organisasi atau perusahaan

yang menghasilkan barang, pengukuran kinerja dapat diukur dengan mengukur

kualitas dari barang tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

KEP/25PAN/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM), dari hasil pengujian akademis/ilmiah yang dilaksanakan

Kementrian PAN dengan BPS dapat diperoleh 14 (empat belas) unsure yang relevan,

valid dan reliable sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran

indeks kepuasan masyarakat yang dapat diberlakukan untuk semua jenis pelayanan

termasuk pelayanan kesehatan, yaitu :

1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

2) Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;

3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan

tanggungjawabnya);

4) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan

pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang

berlaku;

5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung

(32)

6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang

dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada

masyarakat;

7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam

waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggaraan yang dilayani.

8) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak

membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

9) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling

menghargai dan menghormati;

10)Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya

biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;

11)Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan

dengan biaya yang telah ditetapkan;

12)Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan;

13)Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang

bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada

penerima pelayanan.

14)Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit

penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat

merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang

(33)

Kualitas pelayanan secara umum harus memenuhi harapan-harapan pelanggan

dan memuaskan kebutuhan mereka. Namun demikian meskipun definisi ini

berorientasi pada konsumen, tidak berarti bahwa dalam menentukan kualitas

pelayanan penyedia jasa harus menuruti semua keinginan konsumen. Dengan kata

lain, dalam menetapkan kualitas pelayanan, perusahaan harus mempertimbangkan

selain untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan, juga tersedia sumberdaya dalam

perusahaan.

Menurut UU No. 25 tahun 2009, penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan:

1. kepentingan umum;

2. kepastian hukum; kesamaan hak;

3. keseimbangan hak dan kewajiban;

4. keprofesionalan;

5. partisipatif;

6. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

7. keterbukaan;

8. akuntabilitas;

9. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok

10.rentan;

11.ketepatan waktu; dan

12.kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

2.1.5. Konsep Kinerja Pelayanan Publik

Keban dalam H.A Nasir (2009:26) menjelaskan bahwa kinerja (performance)

(34)

occomplishmnet “ atau dengan kata lain kinerja adalah tingkat pencapaian tujuan

organisasi. Selanjutnya dikemukakan behwa dalam instansi pemerintah khususnya

penilaian kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas dan efisiensi

pelayanan, memotivasi para birokrat pelaksana, memonitor para kontraktor,

menyesuaikan budget, mendorong pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan

masyarakat yang dilayani dan menuntun perbaikan dalam pelayanan publik.

Untuk dapat melakukan penilaian kinerja organisasi publik yang bersifat

multidimensional ( dwiyanto dalam H.A. Nasir, 2009:8), menyatakan diperlukan

penilaian kinerja dengan memperhatikan seluruh dimensi kinerja yang ada. Untuk itu

Dwiyanto merekomendasikan bahwa untuk mengukur kinerja sebuah organisasi dapat

digunakan beberapa variabel dengan sumber data dan metodologi sebagai berikut:

a. Produktivitas

Produktivitas yang dimaksud adalah konsep produktivitas yang tidak hanay

mengukur efisiensi, namun juga diperluas sehingga mencakup efektivitas pelayanan

yaitu seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan. Penilaian

produktivitas organisasi dilakukan pada tingkat organisasi dengan menggunakan

dokumen-dokumen seperti catatan dan laporan-laporan organisasi yang tersedia di

organisasi tersebut. Penilaian produktivitas ini dapat dilakukan antara lain

berdasarkan catatan mengenai penggunaan sumber daya organisasi dan hasil-hasil

yang diperoleh organisasi.

b. Kualitas Layanan

Kualitas layanan sering sekali membentuk image masyarakat terhadap

organisasi pelayanan publik. Banyak image negatif yang terbentuk mengenai

(35)

yang diterima dari organisasi publik. Oleh karena itu kepuasan masyarakat terhadap

layanan publik dapat dijadikan sebagai indikator kinerja organisasi publik.

Sumber utama dari kualitas layanan adalah penilaian pengguna jasa atau

masyarakat. Namun, uji silang juga dapat dilakukan dengan memeriksa laporan dan

dokumen organisasi mengenai pelayanan yang diberikan. Survei adalah salah satu

cara yang dapat digunakan untui mencari data mengenai kualitas layanan dengan

mengukur tingkat kepuasan mereka terhadap kualitas layanan organisasi.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat,menyusun agenda dan proiritas pelayanan dan mengembangkan

program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keselarasan antara program-program dan

kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Data untuk menilai

responsivitas bisa bersumber dari masyarakat dan organisasi. Data organisasi dipakai

untuk mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program organisasi, sedangkan data

masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengidentifikasikan jenis kegiatan

dengan masyarakat.

d. Responsibilitas

Responsibilitas akan menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau

yang sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit maupun yang eksplisit.

Karena itu bisa saja responsibilitas akan bertentangan dengan responsivitas, yaitu

ketika prinsip-prinsip harus dijalankan maka respon terhadap kebutuhan masyarakat

akan diabaikan, atau sebaliknya. Responsibiltas sebuah organisasi dapat dinilai

(36)

ini dicoba untuk mencocokkan pelaksanaan kegiatan dan program organisasi dengan

prosedur administrasi dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam organisasi.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik mangacu pada seberapa besar kebijakan dan kegiaan organisasi

publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa

para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat dengan sendirinya haru mampu

mewujudkan apa yang menjadi kepentingan masyarakat. Kinerja organisasi publik

tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang bisa dikembangkan oleh organisasi

atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja juga seharusnya diukur dari

eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu

kegiatan organisasi akan memiliki akuntabilitas yang tinggi bila kegiatan tersebut

dianggap benar dan sesuia dengan nilai-nilai dan norma yang berkembang dalam

masyarakat.

2.1.6. Biaya Pelayanan Publik

Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63

tahun 2003 diamanatkan agar penetapan besaran biaya pelayanan publik perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat

b. Nilai/harga yang berlaku atas barang dan atau jasa

c. Rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang memerlukan

tindakan seperti penelitian, pemeriksaaan, pengukuran dan pengajuan

d. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan memperhatikan prosedur sesuai

(37)

2.1.7. Penilaian Kualitas Pelayanan

Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli dalam upaya untuk

menemukan definisis penilaian kualitas. Parasuraman (1985;88) mendefinisikan

penilaian kualitas pelayanan sebagai pertimbangan global atau sikap yang

berhubungan dengan keunggulan (superiority) dari suatu pelayanan (jasa). Dengan

kata lain, penilaian kualitas pelayanan adalah sama dengan sikap individu secara

umum terhadap kinerja perusahaan. Penilaian kualitas pelayanan adalah tingkat dan

arah perbedaan antara persepsi dan harapan pelanggan. Selisih antara persepsi dan

harapan inilah yang mendasari munculnya konsep gap (perception-expectation gap).

Dari penelitian ini ditemukan bahwa penilaian kualitas pelayanan didasarkan pada

lima dimensi kualitas yaitu tangibility, reliability, responsiveness, assurance dan

emphaty. Penjelasan dari kelima dimensi tersebut adalah :

1. Tangibility, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana

komunikasi.

2. Reliability, yaitu kemampuan perusahan untuk memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan tepat waktu dan memuaskan.

3. Responsiveness, yaitu kemampuan para staf untuk membantu para

pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Assurance, mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau

keragu-raguan.

5. Emphaty, mencakup kemudahan dalam melakukan hubungan

(38)

2.1.8. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Definisi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia nomor

983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit umum dinyatakan bahwa:

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat dasar, spesialistik dan pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan. Berikut

merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit secara lengkap, yaitu

a. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,

b. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis

tambahan,

c. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,

d. Melaksanakan pelayanan medis khusus,

e. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,

f. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,

g. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,

h. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,

i. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal

(observasi),

j. Melaksanakan pelayanan rawat inap,

k. Melaksanakan pelayanan administratif,

l. Melaksanakan pendidikan para medis,

m. Membantu pendidikan tenaga medis umum,

n. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,

o. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

(39)

Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang di

Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas “a, b, c, d”.

berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. Perubahan kelas rumah

sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja atau kualitas rumahsakit

yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia melalui Keputusan Dirjen Yan

Medik ( Pelayanan Medik)

Menurut Ovreveit (dalam Ester Saranga, 2000) kualitas dalam jasa kesehatan

terdiri dari kualitas konsumen (yang berkaitan dengan apakah pelayanan yang

diberikan sesuai dengan yang dikehendaki pasien), kualitas professional (yang

berkaitan apakah pelayanan yang diberikan memenuhi kebutuhan pasien sesuai

dengan yang didiagnosa oleh para professional), dan kualitas manajemen (yang

berkaitan dengan apakah jasa yang diberikan dilakukan tanpa pemborosan dan

kesalahan, pada harga yang terjangkau, dan memenuhi peraturan-peraturan resmi dan

peraturan lainnya). Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.

Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur). BOR adalah

persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini

memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur

rumah sakit.

2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat).

AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang

pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga

(40)

diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih

lanjut.

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran). TOI menurut Depkes RI

(2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi

ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi

penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada

kisaran 1-3 hari.

4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur). BTO menurut

Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,

berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya

dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

5. NDR (Net Death Rate). NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka

kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.

Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.

6. GDR ( Gross Death Rate). GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka

kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.

Indikator yang akan digunakan sebagai skala dari kepuasan pasien yaitu indikator

tinggi rendahnya kepuasan pasien ( Zahrotul, 2008:56), yang meliputi :

a. Sikap dan pendekatan petugas rumah sakit kepada pasien yaitu sikap

petugas rumah sakit kepada pasien ketika pasien pertama kali datang di

rumah sakit, keramahan yang ditunjukkan petugas rumah sakit, dan

kecepatan penerimaan pasien yang datang ke rumah sakit.

b. Kualitas pelayanan perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja

yang telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien berupa

(41)

penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien

selama berada di rumah sakit.

c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi

pasien mulai masuk rumah sakit, selama perawatan berlangsung, dan

ketika keluar dari rumah sakit, kecekatan petugas dalam melayani

pasien, dan penjelasan rincian biaya yang digunakan pasien selama

berada di rumah sakit.

d. Fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas ruang

inap, kualitas makanan, kebersihan ruangan, kenyamanan ruangan, dan

lokasi rumah sakit.

e. Fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas ruang

inap, kualitas makanan, kebersihan ruangan, kenyamanan ruangan, dan

lokasi rumah sakit.

2.2. Pengertian Administrasi

Administrasi atau Administration ( Bahasa Inggris ) berasal dari kebudayaan

Romawi ” Administratio ”. Kemudian istilah ini banyak dipergunakan oleh

masyarakat dan bangsa-bangsa di benua Eropah. Istilah ini mulai digunakan di

Indonesia ketika masa penjajahan Belanda. Administration berasal dari kata kerja ”to

administer” yang berarti mengurus. Sedangkan dalam Bahasa Latin ( ”ad+minister”)

yang berarti pemberian jasa atau pengabdian. Menurut James M. Hutabarat (1984:17)

administrasi berarti pemberian bantuan pelayanan, pemeliharaan, perlakuan,

pelaksanaan, pimpinan, pengelolaan dan pemerintahan. Administrasi juga berarti

menyelenggarakan tatausaha seperti regitrasi, inventarisai, pembukuan,

(42)

2.2.1. Bentuk Wadah Administrasi

Dalam setiap penyelenggaraan kegiatan kerjasama atau administrasi, dapat dibedakan

orang-orang yang mengemban tugas dalam kegiatan yang ada menjadi 4 (empat)

golongan yaitu ( Ibid, 1984: 31) :

a. Administrator dan kepala administrasi adalah orang atau orang-orang yag

menentukan dan mempertahankan tujuan, merumuskan dan menetapkan

berbagai kebijakan yang dipakai sebagai pedoman dalam penyelenggaraan

seluruh kegiatan.

b. Manajer atau pelaksana atau pimpinan kerja adalah orang-orang yang

memimpin dalam pelaksanaan penyelenggaraan kerja

c. Staff atau pembantu ahli adalah orang-orang yang bertugas membantu atau

sebagai pembantu ”otak” administrator dan menejer melalui bidang

keahliannya masing-masing.

d. Karyawan atau pekerja atau pegawai adalah orang-orang yang diberi tugas

berdasarkan bidang kejuruan, keahlian, ketrampilan serta melaksanakannya

dengan syarat-syarat seperti waktu, rencana, jadwal, biaya dan sebagainya

yang telah ditentukan oleh manajer.

2.2.2. Pelayanan Publik Dalam Konteks Administrasi Negara

Dalam pembahasan pelayanan publik, sebagai pihak yang paling proaktif

melayani pelanggan adalah birokrasi yang disamakan dengan perusahaan yang

berorientasi kepada pelanggan. Birokrasi di sini sesuai dengan keputusan Men- PAN

No. 81 tahun 1993, meliputi :

(43)

b. Instansi Pemerintah Daerah

c. Badan Usaha Milik Negara

d. Badan Usaha Milik Daerah

Instansi pemerintah adalah sebutan kolektif yang meliputi satuan kerja /organisasi

departemen, Lembaga Pemerintah non-departemen,instsansi pemerintah lainnya,

baik di tingkat pusat maupun daerah, termasuk Badan Usaha Milik Pusat maupun

Badan Usaha Milik Daerah

2.3. Evaluasi Pelayanan Publik

Charles O. Jones dalamSutan Tolang Lubis ( tesis, 2007 : ), mengatakan bahwa

evaluation is an action activity can contribute greatly to the understanding and

improvement of policy development and implementation” ( evaluasi adalah kegiatan

yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat pula membantu

penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangannya). Sedangkan

menurut AG. Subarsono ( 2005: 119) evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat

kinerja sebuah kebijakan. Dari defenisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa evaluasi

bertujuan untuk menyempurnakan pelaksanaan dari sebuah rencana atau program.

Dengan kata lain, dengan adanya evaluasi dapat diketahui apa yang menjadi

kelemahan dan kendala-kendala dalam menerapkan sebuah kebijakan atau sebuah

program yang selanjutnya dapat dicari solusi atau cara mengatasinya.

William N. Dunn ( 2003:609) menyatakan bahwa evaluasi mempunyai fungsi

(44)

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja

kebijakan, yai seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah tercapai

melalui tindakan publik.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai

yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan

lainnya. Informasi mengenai tidak memadainya kinerja kebijakan dapat

memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan.

Menurut AG. Subarsono, (2005:120), evaluasi memiliki beberapa tujuan yang dapat

dirinci sebagai berikut:

1. Menentukan tingkat kinerja sebuah kebijakan. Melalui evaluasi dapat

diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

2. Mengukur tingkat efisisensi sebuah kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (output) sebuah kebijakan.

4. Mengukur dampak sebuah kebijakan.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan

6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.

Untuk menjalankan evaluasi terhadap sebuah kebijakan ada beberapa kriteria

yang menjadi indikator dari proses evaluasi tersebut yaitu:

1. Efektivitas.

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek atau

akibat yang dikehendaki dalam sesuatu perbuatan (Ensiklopedi Administrasi,

(45)

hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut Handoko (1993:7) efektivitas adalah

kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kalau seseorang melakukan suatu

perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu

dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendakinya

(Ensiklopedi Administrasi, 1989:147).

Efektivitas pelayanan dari birokrasi pemerintah dapat dipengaruhi oleh kepuasan

masyarakat yang dilayani dan juga tingkat kedisiplinan pegawai dengan mentaati

peraturan dan prosedur yang ada sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Selain

itu, pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah dengan

memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan yaitu

optimasi tujuan, perspektif sistematika dan tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi. Lain halnya dengan Sondang P. Siagian yang menerangkan bahwa efektivitas dapat diukur dari tingkat disiplin pegawai,

apakah pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau tidak. Kemudian,

Manullang menambahi bahwa efektivitas dapat juga diukur melalui koordinasi

yang baik dan tingkat prestasi pegawainya, bagaimana cara pegawai

mengintepretasikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Malayu Hasibuan

(2003:14) mengatakan bahwa efektivitas juga dapat diukur dari motivasi pegawai

dalam melaksanakan pekerjaanya. Lain halnya dengan Miftah Thoha ( 1999: 19)

yang menjelaskan bahwa efektivitas suatu organisasi juga dipengaruhi oleh

perilaku-perilaku pegawai yang ada dalam organisasi tersebut. Sedangkan Kotler (

dalam Skripsi Ruswati, Universitas Jenderal Sudirman, Purwokerto, 2005)

(46)

manajemen, pemasaran, lingkungan dan kinerja organisasi tersebut. Dari konsep

tersebut, indikator-indikator efektivitas pelayanan aparat adalah sebagai berikut :

a. Optimasi tujuan,

Efektivitas pelayanan dapat diukur dengan indikator optimasi tujuan yaitu

bagaimana kita melihat pada pencapaian target kerja, apakah sesuai dengan yang

telah direncanakan atau tidak. Kita juga melihat apakah ada keluhan yang datang

dari masyarakat tentang pelayanan yang sudah diberikan pegawai atau tidak,

sebab adanya keluhan berarti menunjukkan tujuan organisasi belum tercapai

sepenuhnya.

b. Perspektif sistematika,

Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah

perspektif sistematika yaitu melihat pada kemampuan masing-masing pegawai

dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kedudukannya dalam organisasi

tersebut, apakah pegawai mampu mengerjakan tugasnya dengan kemampuan

sendiri, apakah pegawai memiliki keterampilan atau keahlian khusus.

c. Perilaku pegawai dalam organisasi.

Indikator ketiga yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah

perilaku pegawai dalam organisasi, yaitu bagaimana tingkat ketelitian pegawai

dalam melaksanakan pekerjaannya, baik ketelitian dalam hal kebersihan maupun

tingkat kesalahan yang mungkin terjadi pada saat bekerja. Bagaimana kita melihat

pada kecepatan dan ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya,

bagaimana konsentrasi pegawai dalam bekerja.

Gibson (1995:27) menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam

(47)

menurut teori sistem. Pendekatan menurut tujuan adalah untuk merumuskan dan

mengukur keefektifan melalui pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan usaha

kerjasama. Sedangkan pendekatan teori sistem menekankan pada pentingnya adaptasi

terhadap tuntutan ekstern sebagai kriteria penilaian keefektifan.

Teori yang paling sederhana ialah teori yang berpendapat bahwa efektivitas

organisasi sama dengan prestasi organisasi secara keseluruhan. Menurut pandangan

ini, efektivitas organisasi diukur berdasarkan seberapa besar keuntungan yang

diperolehnya. Dalam hal ini, misalnya keuntungan lebih besar, maka berarti

organisasi semakin efektif.

Konsep efektivitas organisasi menurut kesimpulan Gibson ( 1995:32) adalah

sebagai berikut :

a) kriteria keefektifan harus mencerminkan keseluruhan siklus

masukan-proses-keluaran

b) kriteria keefektifan harus mencerminkan hubungan timbal balik antara

organisasi dan lingkungan sekelilingnya.

Selanjutnya Gibson (ibid:34) menjelaskan kelima kategori umum kriteria keefektifan

mulai dengan dimensi waktu jangka pendek, yaitu sebagai berikut :

a. kriteria produksi

b. kriteria efisiensi

c. kriteria kepuasan

d. kriteria keadaptasian

(48)

Pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan (1984;233-4) Efisiensi adalah

perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara

keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil

optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain

hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Efisiensi dapat diukur dengan

menggunakan indikator :

a. Biaya atau harga yang terjangkau

b. Biaya sesuai dengan kualitas pelayanan

c. Tersedianya fasilitas-fasilitas yang memadai ( mencukupi)

d. Banyaknya konsumen yang berlangganan

3. Kecukupan, yaitu apakah hasilnya telah memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini

berarti yang diukur adalah apakah target yang telah disusun bisa tercapai

sesuai dengan in put yang telah digunakan.

4. Pemerataan, yaitu apakah manfaatnya sudah merata dirasakan semua pihak?

Dalam hal ini berarti dasar yang digunakan untuk menciptakan pemerataan

dalam pelayanan adalah tidak adanya pendiskriminasian dalam pelayanan baik

berdasarkan agama, suku, adat maupun ras.

5. Responsivitas, yaitu seberapa jauh pencapaian hasil telah memecahkan

permasalahan? Hal ini dapat diukur dengan melihat berapa banyak

permasalahan yang dapat diselesaikan, berapa banyak pasien yang dapat

disembuhkan. Responsivitas juga dapat diukur dari kualias kerja petugas atau

(49)

6. Ketepatan, yaitu apakah hasil-hasil yang dicapai benar-benar bermanfaat? Hal

ini dapat diukur dengan melihat apakah pelayanan yang diberikan selama ini

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan teknik analisa data yaitu metode deskriptif

kuantitatif, yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disajikan dalam bentuk

tabel tunggal. Analisa tabel tunggal (frekwensi) inidimaksudkan untuk memperinci

data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden,

sehingga akan dapat diketahui jawaban yang paling dominan atau yang paling besar

persentasenya. Dan selanjutnya pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala

hitungan yang telah ditetapkan dengan menggunakan rumusan tertentu.

Dalam analisa tabel tunggal ini akan dicari nilai-nilai rata-rata tiap-tiap data

yang disajikan pada tabel dengan cara :

Nomor rangking

x frekwensi Jumlah responden

Dan setelah data-data selesai dianalisa dalam tabel tunggal berikut rata-ratanya

maka akan dicari nilai dari rata-rata variabel kualitas pelayanan publik.

3.2.Definisi Konsep

Definisi konsep dipergunakan untuk menjelaskan gambaran masalah-masalah

yang akan diteliti di lapangan. Hal ini dilakukan untuk memberikan focus pada apa

yang akan diteliti, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami kerangka

penelitian ini. Defenisi konsep juga akan mengarahkan arah pembahasan sehingga

tidak melenceng dari permasalahan yang sebenarnya. Adapun hal yang perlu

(51)

a. Evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan pelayanan publik dilakukan dengan

indikator yang jelas dan terukur dengan memperhatikan perbaikan

prosedur dan/atau penyempurnaan organisasi sesuai dengan asas

pelayanan publik dan peraturan perundang-undangan.

b. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik.

c. Pelayanan Administrasi yaitu menyelenggarakan tatausaha seperti

regitrasi, inventarisai, pembukuan, korespondensi, kearsipan dan

dokumentasi. Layanan administrasi yang menjadi fokus dalam penelitian

ini adalah yang terfokus pada layanan yang berhubungan langsung dengan

pasien.

3.3.Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

A. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar

nilainya dan dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta

(52)

1. Efektivitas, dengan indikator :

a) Optimasi tujuan

b) Pencapaian target kerja pelayanan administasi di RSU H Adam Malik

c) Banyaknya keluhan dari masyarakat yang berobat ke RSU H. Adam Malik Medan

d) Perspektif sistematika yaitu apakah karyawan mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang mencukupi dalam menjalankan

tugasnya sebagai petugas administrasi di RSU H. Adam Malik

Medan.

e) Perilaku pegawai dalam organisasi

f) Ketelitian para petugas administrasi

g) Kebersihan dalam menjalankan tugas

h) Kecepatan dalam memberikan pelayanan administrasi

i) Ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan administrasi

2. Efisiensi :

a) Biaya administrasi dan pengobatan yang terjangkau

b) Biaya yang dikeluarkan oleh pasien sesuai dengan kualitas yang pelayanan yang didapatkan/ diterima

c) Tersedianya fasilitas-fasilitas administrasi yang memadai

Gambar

Tabel 1 : Standar Nilai Kualitas Pelayanan
Tabel 2 : Data Penggunaan fasilitas Di RSUP H. Adam Malik Medan
Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Tabel 4: Distribusi Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan PKP di rumah sakit dilakukan untuk mengetahui fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mengetahui peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Kegiatan PKPA di rumah sakit meliputi: memahami fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memahami peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Kegiatan PKP di rumah sakit dilakukan untuk mengetahui fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mengetahui peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit

perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi. kegiatan pelayanan kefarmasian di

Kegiatan PKP di rumah sakit dilakukan untuk mengetahui fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mengetahui peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit

kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktik dokter,. praktik dokter gigi, praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi

Kegiatan PKPA di rumah sakit meliputi: memahami fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memahami peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Kegiatan PKPA di rumah sakit meliputi melihat fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)