ANALISIS ISI FOTOJURNALISTIK
MENGENAI KERUSUHAN MESIR PADA HARIAN KOMPAS
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan oleh:
EVA MUGDHIYANA
090922023
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Eva Mugdhiyana
NIM : 090922023
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir
Pada Harian Kompas
Medan, Juli 2011
Pembimbing Ketua Departemen
Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm NIP. 197711062005011001
Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196208281987012001
Dekan
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas, selain itu untuk mengetahui perkembangan fotografi jurnalistik dan suasana saat terjadinya aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak.Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode Entire Detail Frame Angle Time(EDFAT) yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. Teori yang digunakan untuk menunjang penelitian ini yaitu komunikasi dan komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, fotografi, media massa dan surat kabar. Pada teori fotografi juga melingkupi fotografi jurnalistik dan metode EDFAT yang digunakan sebagai operasional konsep.Penelitian ini menggunakan Analisis Satu Variabel (Univariate Analysis) untuk memperoleh gambaran karakteristik suatu variabel.
Subjek penelitian adalah fotojurnalistik pada Harian Kompas yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011-12 Februari 2011 yaitu saat terjadinya awal aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak hingga Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Jumlah foto yang dianalisis adalah 26 foto.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, penelitian kepustakaan (library research) dan wawancara mendalam (indepth interviews).Peneliti mewawancarai fotografer senior yang pernah menjabat sebagai redaktur foto Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto Kompas yang saat ini menjabat, Jhonny. T. Gunardi pada tanggal 8 Juni 2011 di Kantor Harian Kompas Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas format foto adalah horizontal, dengan komposisi berdasarkan jarak pemotretan Medium Shot. Sedangkan angle yang paling banyak digunakan adalah Eye Level Angle dan High Angle/Bird Angle.Terdapat satu foto yang dipotret kembali melalui televisi oleh Redaktur Foto Kompas, Jhonny. T. Gunardi, ketika Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Hal tersebut dilakukan karena sampai waktunya naik cetak, Harian Kompas belum mendapatkan foto yang cocok untuk ditampilkan pada headline.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim……
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas karunia, kekuatan dan
kesehatan yang tiada terkira, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Seperti yang sering kita dengar, foto mengandung berjuta makna yang
tersirat. Setelah melaksanakan penelitian ini, penulis menyadari, fotografi tidak
hanya sekadar menekan tombol shutter dan mengatur komposisi, melainkan kemampuan untuk melihat suatu peristiwa dari sisi lain dan membuatnya menjadi
lebih menarik untuk dilihat.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta,
abahH.Sulaiman Syam, mamak Hj.Madhiyah dan Sulaiman’s junior: Zulfadly, Fakhrul Razi, Evi Susanti atas segala dukungan, kasih sayang juga keikhlasan
dalam memotivasi agar skripsi ini terselesaikan. Penulis juga menyadari
tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.
2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.
3. Sekretaris Departemen sekaligus Dosen Wali penulis, Dra. Dayana,
M.Si.
4. Dosen pembimbing, Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm yang telah banyak
membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan memberikan tambahan
ilmu fotografi kepada penulis.
5. Drs. Humaizi, M.Si yang telah memberikan banyak saran kepada
penulis sebelum pengajuan judul dan meminjamkan beberapa buku
penting.
6. Staf pengajar di FISIP USU dan pegawai Departemen Ilmu
7. Fotografer Senior Harian Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto
Kompas, Jhonny T. Gunardi, yang telah meluangkan waktunya untuk
berbincang-bincang dengan penulis di Kantor Harian Kompas Jakarta.
8. Pimpinan, staf dan dewan guru SMK TIK Darussalam atas
pengertiannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengerjakan skripsi disela-sela kesibukan tugas kantor.
9. Kak Siska Apridiati, Nur Azizah, Hafiz Ihsan, Endah Rundika dan
teman-teman seperjuangan di angkatan 2009 Ilmu Komunikasi
Ekstensi kelas A yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
10.Teman-teman yang telah memberikan warna dalam kehidupan penulis
yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena keterbatasan ruang.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan, dukungan dan do’a yang
diberikan.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk
itu saran dan kritik tentu sangat dibutuhkan demi perbaikan skripsi ini.Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ...1
I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ...10
I.6.2. Fungsi Komunikasi Massa ...12
I.6.3. Fotografi ...14
I.6.3.1. Fotografi Jurnalistik ...15
I.6.4. Media Massa ...16
I.6.5. Surat Kabar ...17
I.7. Kerangka Konsep ...18
I.8. Model Teoritis ...19
I.9. Operasional Konsep ...19
I.10. Defenisi Operasional Konsep ...19
BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa...21
II.2. Fungsi Komunikasi Massa ...24
II.3.1. Fotografi Jurnalistik ...32
II.3.2. Metode EDFAT ...39
II.4. Media Massa ...42
II.5. Surat Kabar ...44
BAB III METODOLOGI III.1. Metodologi Penelitian ...47
III.1.1. Tipe Penelitian ...47
III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ...51
III.3. Subjek Penelitian ...52
III.4. Teknik Pengumpulan Data ...53
III.5. Teknik Analisis Data ...53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Kualitatif ...55
IV.2. Hasil Analisis Fotojurnalistik ...58
IV.3. Pembahasan ...113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ...115
V.2. Saran ...116
DAFTAR FOTO
Foto 1 Foto Tanggal 27 Januari 2011 Halaman 8 ...58
Foto 2 Foto Tanggal 28 Januari 2011 Halaman 8 ...61
Foto 3 Foto Tanggal 29 Januari 2011 Halaman 8 ...63
Foto 4 Foto Tanggal 30 Januari 2011 Halaman 10 ...65
Foto 5 Foto Tanggal 31 Januari 2011 Halaman 9 ...67
Foto 6 Foto Tanggal 31 Januari 2011 Halaman 10 ...69
Foto 7 Foto Tanggal 1 Februari 2011 Halaman 1 ...71
Foto 8 Foto Tanggal 1 Februari 2011 Halaman 9 ...74
Foto 9 Foto Tanggal 2 Februari 2011 Halaman 1 ...76
Foto 10 Foto Tanggal 2 Februari 2011 Halaman 9 ...78
Foto 11 Foto Tanggal 4 Februari 2011 Halaman 1 ...80
Foto 12 Foto Tanggal 4 Februari 2011 Halaman 8 ...82
Foto 13 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 1 ...84
Foto 14 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 9 ...86
Foto 15 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 11 ...88
Foto 16 Foto Tanggal 6 Februari 2011 Halaman 10 ...90
Foto 17 Foto Tanggal 7 Februari 2011 Halaman 8 ...92
Foto 18 Foto Tanggal 7 Februari 2011 Halaman 9 ...94
Foto 19 Foto Tanggal 8 Februari 2011 Halaman 1 ...96
Foto 20 Foto Tanggal 8 Februari 2011 Halaman 10 ...98
Foto 21 Foto Tanggal 9 Februari 2011 Halaman 8 ...100
Foto 22 Foto Tanggal 11 Februari 2011 Halaman 1 ...102
Foto 23 Foto Tanggal 11 Februari 2011 Halaman 10 ...104
Foto 24 Foto Tanggal 12 Februari 2011 Halaman 1 ...106
Foto 25 Foto Tanggal 12 Februari 2011 Halaman 8 ...109
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas, selain itu untuk mengetahui perkembangan fotografi jurnalistik dan suasana saat terjadinya aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak.Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode Entire Detail Frame Angle Time(EDFAT) yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. Teori yang digunakan untuk menunjang penelitian ini yaitu komunikasi dan komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, fotografi, media massa dan surat kabar. Pada teori fotografi juga melingkupi fotografi jurnalistik dan metode EDFAT yang digunakan sebagai operasional konsep.Penelitian ini menggunakan Analisis Satu Variabel (Univariate Analysis) untuk memperoleh gambaran karakteristik suatu variabel.
Subjek penelitian adalah fotojurnalistik pada Harian Kompas yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011-12 Februari 2011 yaitu saat terjadinya awal aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak hingga Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Jumlah foto yang dianalisis adalah 26 foto.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, penelitian kepustakaan (library research) dan wawancara mendalam (indepth interviews).Peneliti mewawancarai fotografer senior yang pernah menjabat sebagai redaktur foto Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto Kompas yang saat ini menjabat, Jhonny. T. Gunardi pada tanggal 8 Juni 2011 di Kantor Harian Kompas Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas format foto adalah horizontal, dengan komposisi berdasarkan jarak pemotretan Medium Shot. Sedangkan angle yang paling banyak digunakan adalah Eye Level Angle dan High Angle/Bird Angle.Terdapat satu foto yang dipotret kembali melalui televisi oleh Redaktur Foto Kompas, Jhonny. T. Gunardi, ketika Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Hal tersebut dilakukan karena sampai waktunya naik cetak, Harian Kompas belum mendapatkan foto yang cocok untuk ditampilkan pada headline.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Fotojurnalistik sebagai salah satu unsur penting dalam kegiatan jurnalistik
modern, telah berkembang sangat pesat dewasa ini.Apalagi sejak ditemukannya
kamera digital yang menawarkan beraneka macam kemudahan, fotografi
jurnalistik semakin besar peranannya menjadi penyampai informasi kepada
khalayak secara cepat dan akurat.Dalam konteks ini, fotografi jurnalistik tidak
berdiri sendiri sebagai sebuah gambar, melainkan acapkali menjadi suatu kesatuan
dengan berita. Keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi, sehingga media
massa cetak akan terasa hambar jika salah satunya tidak ada. Media massa cetak
hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati yang membosankan jika hadir tanpa
foto/gambar (Wijaya, 2009: 5).
Fotojurnalistik juga dapat dikatakan sebagai metode berkomunikasi
melalui fotografi sehingga fotojurnalistik menjadi sebuah berita ataupun informasi
yang dibutuhkan masyarakat baik lokal, regional, nasional maupun pada tingkat
internasional. Fotojurnalistik merupakan hasil jerih payah seorang fotografer
jurnalistik (kerap juga disebut pewarta foto, foto jurnalis atau wartawan foto) yang
dianggap dapat mengekspresikan sudut pandang sang fotografer namun pesan
komunikasinya memiliki arti yang jauh lebih luas daripada hanya sekedar arti dari
sudut pandang sang fotografer.
Sebuah fotojurnalistik yang baik tidak hanya sebatas pembahasan visual
nilai lebih secara lengkap sebuah informasi yang akan diberikan kepada pembaca.
Elemen penting ini terlihat pada foto-fotojurnalistik di media cetak, yang
merupakan dasar dari pemaknaan fotojurnalistik secara umum.
Jurnalistik adalah suatu pengelolaan laporan harian yang menarik minat
khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat.Apa saja
yang terjadi di dunia, apakah itu peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang (opinion), jika diperkirakan akan menarik perhatian khalayak, akan merupakan bahan dasar bagi jurnalistik, akan menjadi bahan berita untuk disebarluaskan
kepada masyarakat(Effendy, 2005: 151).
Fotografi merupakan gambar, foto juga merupakan alat visual efektif yang
dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan
waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui
foto setelah kejadian itu berlalu.
Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah
komunikasi.Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer
dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai perekam peristiwa untuk disajikan
kehadapan khalayak ramai melalui media foto.
Pada surat kabar, foto merupakan pelengkap dari berita tulis. Selain itu
foto juga meyakinkan dan memberi variasi yang makin digemari oleh pembaca,
karena dengan melihat gambar-gambar tidak begitu melelahkan mata dan otak,
seperti membaca berita-berita yang berkepanjangan.Alasan utama sebagai media
visual sebenarnya lebih pada kemampuannya merekam(mengabadikan) suatu
Fotojurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang dihasilkan
oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/hard news, berita bertafsir, berita kedalaman/depth reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca). Sebagai produk dalam
pemberitaan, tentunya fotojurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak
maupun cyber media (internet).
Media foto pertama kali ditemukan oleh Joseph Nicephore Niepce yang
memulai pekerjaannya dalam bidang ini pada tahun 1813.Penggunaan foto dalam
dunia jurnalistik berawal dari pemakaian gambar-gambar dan lukisan dalam
media tersebut. Penggunaan fotojurnalistik dalam surat kabar dan majalah mulai
berkembang pada tahun 1930-an. Perkembangannya sangat cepat sehingga pada
gilirannya teknologi foto dapat mendorong perkembangan media jurnalistik.
Fotojurnalistik kemudian tumbuh menjadi suatu konsep dalam sistem komunikasi
yang disebut dengan komunikasi foto (photographic communication). Bahkan komunikasi foto kini telah menempati kunci model dalam proses komunikasi
massa. Sebagai suatu lambang yang berdimensi visual, foto dan gambar
mendeskripsikan sesuatu pesan yang tidak secara eksplisit tertuang dalam
komunikasi kata, baik lisan maupun tulisan (Muhtadi, 1999:101).
Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas.Dia
menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar atas
pemikiran dan pembentukan pendapat publik.Kerja seorang wartawan foto adalah
titipan mata dari masyarakat di mana foto yang tersaji adalah benar-benar bersifat
jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi pekerjaan
majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh
gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh
reporter dan menyajikan berita secara visual (http://dkv.isi-dps.ac.id).
Khalayak lebih banyak memilih surat kabar untuk memenuhi
keingintahuannya akan informasi karena penyebarannya lebih diperuntukkan
kepada khalayak dan bersifat umum, keteraturan terbitnya surat kabar yang bisa
satu sampai dua kali sehari, kesemestaan isinya yang beraneka ragam dan dari
seluruh dunia, serta keaktualan berita yang disajikan. Oleh karena itu, banyak
media massa cetak sekarang lebih memperhatikan visualisasi dengan porsi yang
agak besar untuk memudahkan pembaca mencerna berita.
Saat ini salah satu konflik yang baru-baru saja terjadi adalah aksi demo
keras di Mesir.Gerakan diawali oleh para aktivis yang mengajak rakyat Mesir
untuk melakukan gerakan bersama melawan kemiskinan, pengangguran, korupsi
pemerintah, dan kekuasaan Presiden Hosni Mubarak. Demonstran mendesak
Mubarak mengakhiri kekuasaannya yang telah berlangsung 30 tahun, menuntut
mundur Perdana Menteri Ahmed Nazif, serta menuntut pembubaran parlemen dan
pembentukan pemerintah bersatu(http://kompas.com).
Gerakan demonstran dimulai pada hari Rabu (26/1/2011) yang merupakan
hari libur nasional mereka lempar dengan tagline "hari kemarahan". Massa demonstran berbaris di pusat kota Kairo, menuju kantor partai yang berkuasa,
Partai Demokrasi Nasional, serta Departemen Luar Negeri dan televisi negara.
Protes serupa dilaporkan terjadi di kota-kota lain di seluruh negeri.Bentrokan
terhadap demonstran yang berteriak "Turunlah bersama Mubarak" di Tahrir
Square.
Kerusuhan meluas di Alexandria, kota Mansura di Delta Nil, Tanta dan di
kota-kota selatan Aswan dan Assiut. Pada kerusuhan awal tiga pengunjuk rasa dan
seorang perwira polisi telah tewas. Protes terus terjadi di beberapa kota. Ratusan
orang telah ditangkap, tetapi para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan
menyerah sampai permintaan mereka terpenuhi. Kekerasan juga meletus di kota
Suez, sementara di daerah Sinai utara, tepatnya di kawasan Sheikh Zuweid, suku
Badui dan polisi terlibat aksi saling menembak, menewaskan seorang remaja
berusia 17 tahun. Hal yang sama juga terjadi di Ismailia.
Tuntutan dan aksi yang dikatakan terilhami oleh demonstrasi yang berhasil
menjatuhkan Presiden Tunisia itu terus dicoba dibubarkan oleh pemerintah.Sekitar
250 orang terluka, termasuk 85 polisi, setelah polisi antihuru hara menembakkan
gas air mata.Citra kepolisian di Mesir terus merosot, sementara rakyat masih
menghargai pasukan militer.Para pejabat keamanan menyebutkan hampir 1000
pemrotes ditahan.Pada tanggal 28 Januari internet dan SMS di Mesir mati,
layanan jejaring sosial Facebook dan Twitter terganggu.
Pemerintah Mesir kini mendapat tekanan internasional yang lebih keras,
termasuk dari negara sekutunya Amerika Serikat. Juru bicara Departemen Luar
Negeri, Philip Crowley menyampaikan agar para pemimpin Arab bekerja sama
dengan masyarakat mereka dalam melakukan reformasi atau dalam mencermati
para ekstremis.
Setelah hampir tiga pekan berunjuk rasa, para demonstran yang terus
Mubarak resmi mundur. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden Omar
Suleiman di televisi nasional Mesir, Jumat (10/2)(http:/
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
menganalisis fotojurnalistik selama kerusuhan di Mesir pada Harian Kompas.
Peneliti akan menganalisis foto pada Harian Kompas tanggal 27 Januari 2011-12
Februari 2011. Peneliti memilih Harian Kompas dikarenakan harian tersebut
merupakan surat kabar berskala nasional dan memiliki foto-foto yang bagus untuk
dianalisis.
Harian Kompas berkantor pusat di Jakarta dan merupakan bagian dari
kelompok Kompas Gramedia.Selain itu, Harian Kompas juga dapat diakses
melalui e-paper dengan konsep surat kabar digital, sehingga dapat memudahkan peneliti mendapatkan tambahan informasi. Selain itu, Harian Kompas merupakan
satu-satunya koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulations
(ABC).
Harian Kompas telah menjadi referensi khalayak yang dipercaya sejak
terbit pada tahun 1965. Harian Kompas termasuk ke dalam pers berkualitas
(quality newspaper), yaitu penerbitan pers yang memilih cara penyajian yang etis, moralis dan intelektual (Amar, 1984 dalam Sumadiria, 2005: 39). Pers berkualitas
dikelola secara konseptual dan profesional.Materi laporan, ulasan dan tulisan
berkualitas termasuk berat.
Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Atas usul
Presiden Sukarno namanya diubah menjadi Kompas, sebagai media pencari fakta
dari segala penjuru.Kompas mulai terbit tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta
surat kabar secara nasional. Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, Harian
Kompas dibagi menjadi tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat
berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian
berita olahraga(http://wikipedia.org).
Foto kerusuhan yang terjadi di Mesir banyak diambil dari foto-foto
TheAssociated Press (AP), Agence France Presse(AFP) dan Getty Images.The Associated Press (AP) didirikan pada tahun 1846 dan bermarkas di New
York.Misinya adalah menjadi jaringan berita dunia yang menyediakan layanan
berita yang berkualitas, dapat dipercaya dan objektif(www.ap.org).Sedangkan
Agence France Presse (AFP) diciptakan pada tahun 1835 oleh Agency Havas,
perusahaan berita pertama di dunia. Para jurnalis yang tergabung dalam kelompok
pemberontak, menguasai kantor pusat Paris pada bulan Agustus 1944, setelah
Perancis terbebaskan dari kedudukan nazi(http://www.afp.com).Foto lainnyajuga
diambil dari Getty Images.Getty Images didirikan pada tahun 1995 oleh Mark
Getty dan Jonathan Klein yang membawa peralihan fotografi bisnis ke zaman
I.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah berguna sebagai upaya membatasi penelitian agar
lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah
ditentukan.Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah isi fotojurnalistik mengenaikerusuhan yang terjadi di Mesir pada
Harian Kompas?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian terbatas pada analisis isi fotojurnalistik tentang kerusuhan yang
terjadi di Mesir pada Harian Kompas.
2. Penelitian dilakukan dengan menganalisis foto-foto dari Harian Kompas
yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011–12 Februari 2011 atau ketika
awal terjadinya gejolak sampai Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari
jabatannya.
3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2011, dengan lama penelitian
I.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai
kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan
fotojurnalistik.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi atau suasana selama
kerusuhan yang terjadi di Mesir sampai Hosni Mubarak mengundurkan
diri dari jabatannya.
I.5. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian diharapkan mampu memperluas atau
menambah khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan kepada
mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU.
2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama
menjadi mahasiswaIlmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU, serta
menambah cakrawala dan wawasan peneliti mengenai fotografi jurnalistik.
3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siapa saja
I.6. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti di dalam
mengaplikasikan pola berpikirnya di dalam menyusun secara sistematis teori-teori
yang mendukung masalah penelitian.Teori berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, memberikan pandangan dan melahirkan strategi.
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk
memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
penelitian disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir
rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di
dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 1998: 39-40).
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:
I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
kepada orang lain. Proses penyampaian ini berlangsung pada umumnya dengan
menggunakan bahasa. Bahasa adalah lambang yang mewakili sesuatu, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud.
Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M Scheidel
mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan
mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar
kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku yang seperti
kita inginkan.
Hakikatnya proses komunikasi itu adalah proses pernyatan antarumat
orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dengan kata
lain, komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau
perasaan seseorang (komunikator) pada orang lain (komunikan), dimana pikiran
itu bisa berupa gagasan, informasi dan opini (Effendy, 1990: 11).
Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright,
dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan
menimbulkan efek tertentu. Sedangkan definisi Gebner, tergambar bahwa
komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan
komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas
secara terus-menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan,
dwimingguan atau bulanan (Ardianto dan Komala, 2004: 3).
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,
kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak
meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang
yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada
umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah
komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual.
Komunikasi massa barangkali lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan
menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita
I.6.2. Fungsi Komunikasi Massa
Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati
dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi
komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi
komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat
menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation
(penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan
entertainment (hiburan).
a. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, yaitu:
1. Warning or Beware Surveillance (Pengawasan Peringatan). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya
gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan
inflasi atau adanya serangan militer.
2. Instrumental Surveillance (Pengawasan Instrumental). Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran
informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak
dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang
dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek,
produk-produk baru, ide-ide tentang mode resep masakan dan
b. Interpretation (Penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media
massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran
media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar.
Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada
khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif terhadap berita yang
disajikan pada halaman lainnya.
c. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam
sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan
minat yang sama tentang sesuatu.
d. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi penyebaran nilai tidak kentara.Fungsi ini disebut juga
socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili
gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Dengan perkataan
lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan
harapan untuk menirunya.
e. Entertainment (Hiburan)
Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan,
hampir tiga perempat bentuk saran televisi setiap hari merupakan tayangan
hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara
100% berita.Tetapi televisi dan radio siaran lainnya menyajikan berita
kurang dari 5%, majalah pun demikian halnya.Ada yang banyak memuat
hiburan, ada pula yang sedikit memuat hiburan.
Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi,
khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.Melalui
berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati
hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan
memuat cerpen, komik, Teka-Teki Silang (TTS), dan berita yang
mengandung human interest (sentuhan manusiawi).
I.6.3. Fotografi
Definisi fotografi secara luas adalah paduan seni dan teknik memindahkan
gambar yang ada di alam ke atas benda yang peka atau sensitif terhadap cahaya
yang disebut dengan film (atau sensor semikonduktor pada kamera digital) dengan
mempergunakan alat bantu kamera.Istilah fotografi berasal dari dua kata dalam
Bahasa Yunani, yakni photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menggambar. Sementara itu, kata kamera berasal dari bahasa latinCamera Obscura yang berarti kamar gelap atau dark room (Mulyanta, 2008: 5).
Foto yang bagus harus memiliki beberapa kualitas. Pertama, foto harus
fokus sehingga maknanya yang penting bisa terlihat dan dipahami pemirsanya.
I.6.3.1. Fotografi Jurnalistik
Definisi singkat fotojurnalistik dapat dilihat dalam buku Photojournalism1
(New York Institute of Photography: 3, dalam Wijaya, 2009: 3) yang mengartikan
sebagai menceritakan sebuah kisah dengan menggunakan sebuah foto atau lebih
(photojournalism is telling a story with one or more photographs). Fotografi jurnalistik merupakan faktor penting yang mendukung dalam kegiatan
mempengaruhi masyarakat/khalayak, sebab foto merupakan suatu karya seni yang
memberi nilai dokumenter, estetika dan artistik kepada suatu hasil karya dalam
media cetak. Foto jurnalistik yang bernilai dokumenter merekam suatu kejadian
agar orang berfikir maupun mengungkapkan, sedangkan foto seni memukau orang
untuk memandangnya (Susanto, 1982 dalam Wijaya, 2009: 5).
Ada delapan karakter fotojurnalistik menurut Frank P. Hoy dari Sekolah
Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Universitas Arizona, pada
bukunya yang berjudul Photojournalism the Visual Approach yaitu sebagai berikut:
1. Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan pewarta foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.
2. Medium fotojurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire service).
3. Kegiatan fotojurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4. Fotojurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.
5. Fotojurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek sekaligus pembaca fotojurnalistik.
6. Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.
7. Fotojurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
Dalam dunia fotografi jurnalistik dikenal metode Entire Detail Frame Angle Time atau disingkat EDFAT.Metode yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University
ini telah teruji sebagai metode untuk memilih aspek spesial dari cerita, agar
memperoleh gambar yang kuat.EDFAT adalah metode pemotretan untuk melatih
cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang
dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah sesuatu proses dalam
mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.
I.6.4. Media Massa
Media massa atau dalam hal ini disebut pula sebagai media jurnalistik
merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi
massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan
media (communicating with media).
Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “messages communicated through a mass medium to a large number of people,” suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar
di tempat–tempat yang tidak ditentukan. Jadi, media massa menurutnya, adalah
suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio dan
televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu (Muhtadi,
1999: 73).
Media massa memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat
Jenis-jenis media yang digolongkan dalam media massa adalah pers, radio siaran,
televisi dan film.
I.6.5. Surat Kabar
Sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak, yaitu: surat kabar, majalah
dan buku. Sejak masa awal pertumbuhannya hingga saat ini ketiga jenis media
cetak itu telah mengalami berbagai perubahan besar.
Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan dengan jenis
media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak
ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guttenberg di Jerman.
Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang
melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang,
menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru
(Ardianto, 2004:101). Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru
mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat
mencerdaskan rakyat Indonesia.
Menurut Agee (dalam Ardianto, 2004: 103) secara kontemporer surat
kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media
adalah: (1) to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia), (2) to comment
(mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus
berita), (3) to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media). Sedangkan
kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk kondisi-kondisi tertentu, (2)
memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan
cerita-cerita khusus, (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi
agen informasi dan memperjuangkan hak.
I.7. Kerangka Konsep
Kerangka merupakan hasil pemikiran yang rasional yang merupakan
uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang
dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis.
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti
yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial (Singarimbun, 1995:33).Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang
rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan
kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian
pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).
Adapun konsep-konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
- Foto-fotojurnalistik pada Harian Kompas.
- Analisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan Mesir 27
I.8. Model Teoritis
Berdasarkan kerangka konsep yang dikembangkan dari kerangka teori
sebelumnya, maka peneliti membuat model teoritis. Model ini berguna untuk
menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan kemudian.
Model teoritisnya adalah sebagai berikut:
I.9. Operasional Konsep
Operasional konsep berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam
penelitian.Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi konsep
untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.Berdasarkan hal itu,
maka operasionalisasi konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah:
a. Entire
b. Detail
c. Framing
d. Angle
e. Time
I.10. Definisi Operasional Konsep
Menurut Singarimbun (1995: 46) definisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu
yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.
Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut:
a. Entire (E)
Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain.
b. Detail (D)
Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang
dinilai paling tepat sebagai point of interest. c. Frame (F)
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah
dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu
komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa
artistik semakin penting dalam tahap ini.
d. Angle (A)
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan,
level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual
apa yang diinginkan.
e. Time (T)
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara
diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya.
Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman
ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan (http://wulanderland.
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2005: 10) ilmu komunikasi
adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas
penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland
tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan
saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum
(public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.
Komunikasi (communication) adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Harold Laswell (dalam
Mulyana, 2005: 62) mengemukakan cara yang baik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.
Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika didukung oleh adanya (1)
Sumber: Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi, sumber bisa terdiri dari satu orang, organisasi atau
lembaga. (2) Pesan: Yaitu sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. (3) Media: Yaitu alat
komunikasi massa, media adalah alat yang menghubungkan antara sumber dan
penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang tidak dapat melihat,
membaca dan mendengarnya. (4) Penerima: Yaitu pihak yang menjadi sasaran
pesan yang dikirim oleh sumber. (5) Efek: Yaitu perubahan atau penguatan
keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan (Cangara, 2006: 23-25).
Adapun proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer
dan sekunder.
a. Proses Komunikasi secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakann lambang
(simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, kial (gesture), syarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan.
b. Proses Komunikasi secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator
menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan
sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh dan jumlahnya banyak.
Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi
Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses
komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat
kabar, radio, televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai
komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena, dengan
menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada
khalayak yang begitu banyak jumlahnya (Effendy: 2005, 11-17).
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi
menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi-organisasi
media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi dan
mencerminkan
hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media
menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat.Dalam
komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi,
memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalaya
.org).
Seperti dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr dan Joseph A. Devito
(dalam Effendy, 2005: 21-25), komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus
yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya adalah (1) Komunikasi
massa berlangsung satu arah (one way communication): Tidak terdapat arus balik dari komunikan. (2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga: Media
massa sebagai saluran komunikasi merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau
organisasi. (3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum: Karena ditujukan
kepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada
massa menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima
pesan-pesan yang disebarkan. (5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen,
dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, di mana satu sama lain tidak saling
mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam
berbagai hal.
II.2. Fungsi Komunikasi Massa
Menurut seorang pakar komunikasi, Harold D. Lasswell (dalam Effendy,
2005: 27), proses komunikasi di masyarakat menunjukkan tiga fungsi:
a. Pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environment), penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai
masyarakat dan bagian-bagian unsur di dalamnya.
b. Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi lingkungan
(correlation of the components of society in making a response to the environment).
c. Penyebaran warisan sosial (transmission of the social inheritage). Di sini berperan para pendidik, baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun
di sekolah, yang meneruskan warisan sosial kepada keturunan berikutnya.
Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (dalam
Ardianto, 2004: 15-18), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation
(penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan
f. Surveillance (Pengawasan)
Surveillance mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan
informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang
pekerjaannya melakukan pengawasan. Fungsi pengawasan komunikasi massa
dibagi dalam bentuk utama, yaitu (1) Warning or Beware Surveillance
(Pengawasan Peringatan) dan (2) Instrumental Surveillance (Pengawasan Instrumental).
g. Interpretation (Penafsiran)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga
memberikan informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.
h. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam
sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang
sama tentang sesuatu.
i. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi penyebaran nilai tidak kentara.Fungsi ini disebut juga socialization
(sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku
dan nilai kelompok.
j. Entertainment (Hiburan)
Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir
tiga perempat bentuk saran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan.
Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara hiburan.Memang ada
radio siaran lainnya menyajikan berita kurang dari 5%, majalah pun demikian
halnya.Ada yang banyak memuat hiburan, ada pula yang sedikit memuat hiburan.
Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi,
khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.Melalui berbagai
macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara
surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik,
Teka-Teki Silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).
Dari paparan diatas, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa yang
begitu banyak itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni:
menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2005: 31).
II. 3. Fotografi
Fotografi merupakan sebuah seni dan teknologi dalam proses
menghasilkan sebuah gambar/imaji. Mo Tschi di China, Aristoteles di Yunani,
Al-Hazzen di Timur Tengah, Leonardo Da Vinci dan Louis Jacques Mande
Daguerre di Eropa, merupakan sebagian kecil yang turut berperan dalam
pengembangan teknik dan konsep “melukis dengan cahaya” yang telah mereka
lakukan sedari 25 abad silam dengan melakukan ribuan percobaan (Drajat, 2001:
iii).
Fotografi secara resmi lahir di Paris ketika Louis Jacques Mande Daguerre
perkembangan fotografi terus berjalan mengikuti perkembangan kemajuan
manusia, hingga kini memasuki masa booming teknologi kamera digital.
Fotografi masuk ke Indonesia sekitar tahun 1841, ketika pemerintah
kolonial Belanda mendatangkan Dr. Jurriaan Munich untuk mendokumentasikan
aktivitas Hindia Belanda. Namun sayangnya foto-foto Jurriaan tidak
terdokumentasikan dengan baik, sehingga kita sulit mengamati foto-foto pertama
tentang Indonesia (Santoso, 2010: 4).
Sekitar tahun 1875, dunia fotografi mulai diisi oleh orang pribumi yang
bernama Kassian Chepas, seorang pria asal Yogyakarta. Foto Kassian yang
fenomenal dan dijadikan penelitian arkeologi adalah foto dokumentasi 467 relief
Karmawibhangga (relief pada dasar candi Borobudur yang tertutup tanah).
Perkembangan fotografi setelah itu masih belum menunjukkan geliatnya. Baru
tahun 1960-an, seiring dengan peningkatan harga perlengkapan fotografi, dunia
fotografi di Indonesia mulai berkembang.
Foto yang bagus harus memiliki beberapa kualitas. Pertama, foto harus
fokus sehingga maknanya yang penting bisa terlihat dan dipahami pemirsanya.
Kedua, foto harus memiliki exposure yang bagus. Kualitas foto yang bagus lainnya adalah foto bebas dari cacat (Rolnicki, 2008: 322). Sedangkan menurut
Arbain Rambey, elemen penting dalam fotografi ada lima yaitu: (1) Teknis, (2)
Komposisi, (3) Posisi, (4) Momen dan (5) Content.
Menurut Santoso (2010: 14) ada beberapa macam jenis fotografi
1. Fotografi Murni atau Hobi
Jenis fotografi yang digolongkan ke dalam kelompok fotografi murni
ini adalah jenis karya fotografi yang dibuat semata-mata karena hobi
atau kesukaan sang fotografer. Karya tersebut tidak dimasukkan
sebagai ilustrasi artikel pada majalah atau surat kabar atau juga tidak
dimasukkan sebagai bahan promosi atau iklan. Karya tersebut dibuat
atas dasar keinginan atau mood si pemotret terhadap objek atau keindahan objek yang dilihatnya. Tujuan yang dikejar oleh sang
fotografer adalah menciptakan momen eksotik.
2. Fotografi Jurnalistik
Fotografi jurnalistik yang khusus menampilkan foto-foto yang
memiliki nilai berita, baik benda, bahan atau situasi kehidupan
manusia yang menarik perhatian umum.Bersifat aktual sebagai berita
yang mampu mengungkapkan kejadian, menjelaskan dan
menimbulkan rasa ingin tahu. Dalam fotografi jurnalistik juga dikenal
rubrikasi atau pembagian antara lain:
a. Fotografi Hard News
Dalam Bahasa Indonesia lazim disebut berita hangat atau keras,
merupakan hasil rekaman berita beragam peristiwa yang dapat
mengubah sejarah dunia atau juga sebuah peristiwa yang
menggemparkan, seperti kerusuhan, kekerasan, bencana alam dan
b. Fotografi General News (Berita Umum)
Fotojurnalistik kategori ini bersifat seremoni yang terjadwal atau
teragendakan.Seperti foto-foto pejabat, peresmian sebuah gedung,
karnaval, peringatan ulang tahun sebuah negara dan sebagainya
yang bersifat informasi.
c. Fotografi Portrait
Potret dalam fotojurnalistik bukan sekedar foto close-up
semata.Potret di sini lebih sekedar menyajikan wajah seseorang
atau tokoh. Foto berani menampilkan karakteristik sesuai dengan
hati sang subjek, yang paling pokok adalah pengungkapan kreatif
dari watak seorang tokoh, hingga merupakan sebuah biografi
visual.
d. Fotografi Industri dan Pertanian
Foto-foto yang bersifat proses produksi dalam suatu industri baik
pertanian maupun industri berskala besar, juga lahan pertanian
serta kesibukan dalam mengolah produksi pertanian.
e. Fotografi Ekonomi dan Investasi
Foto yang berkenaan dengan perekonomian makro, bisa berupa
foto pameran industri yang menyangkut usaha masyarakat. Tetapi
tidak menonjolkan gambar proses produksi yang rutin.
f. Fotografi Daily Life (Feature)
Fotojurnalistik yang tidak terkait dengan syarat unsur kehangatan
atau aktualitas, yang diutamakan dalam kategori foto ini adalah
g. Fotografi Seni dan Budaya
Berita budaya juga menjadi santapan bagi publik/pembaca.Setiap
umat manusia selalu terkungkung oleh suatu budaya dimana
mereka tinggal atau hidup.Beragam budaya dan adat istiadat ada di
dunia ini.
h. Fotografi Arsitektur
Segala foto yang menunjukkan arsitektur, interior maupun
eksterior dan semua gedung bangunan.
i. Fotografi Iptek dan Kesehatan
Kategori foto tentang penemuan di bidang teknologi seperti
komputer maupun penemuan serum untuk suatu pengobatan.
j. Fotografi Alam Lingkungan
Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia dapat menyebabkan
bencana alam seperti banjir dan kebakaran hutan.Selain alam,
satwa yang dilindungi juga dapat menjelma menjadi foto-foto yang
menarik.
k. Fotografi Sports
Foto olahraga merupakan wujud apresiasi terhadap semangat
kompetisi sportif.Foto-foto di lingkup arena pertandingan amat
kaya dengan gerakan yang aktraktif maupun peristiwa diluar
l. Esai Foto
Foto-foto yang bercerita foto seri yang biasanya dilengkapi dengan
teks pengantar.Foto bukan foto tunggal melainkan terdiri dari
beberapa foto yang menjadi item maupun tema cerita.
3. Fotografi Komersil
Fotografi komersial memiliki aturan-aturan yang ditaati dan ditepati.
Fotografer di bidang ini harus menunjukkan hasil yang subjektif
secermat mungkin. Bahkan pada saat-saat tertentu para pemotret harus
pula menjaga kerahasian, keamanan dan keselamatan objek yang
dipotretnya.
4. Fotografi Iklan
Pada fotografi iklan dapat dilihat bahwa faktor objektivitas agak
sedikit berkurang. Alasan yang paling mendasar adalah foto-foto yang
akan ditampilkan bertujuan mempengaruhi selera konsumen, agar
konsumen mau membeli produk yang ditawarkan. Seorang fotografer
harus berkreasi untuk mendapatkan hasil yang memiliki “magnet”.
5. Fotografi Pernikahan
Fotografi pernikahan adalah bagian dari fotografi komersial yang
berfungsi sebagai sarana pendokumentasian upacara
pernikahan.Fotografi pernikahan merupaka “tambang emas” bagi
seorang fotografer yang tidak ada habis-habisnya. Cabang fotografi ini
keinginan manusiawi jika pasangan yang melakukan pernikahan ingin
mengabadikan hari bahagia mereka tersebut.
6. Foto Fashion
Foto fashion tidak lagi berbentuk foto produk tetapi berkembang
menjadi aliran yang mengutamakan artistik yang tinggi yang mewakili
rancangan mode. Persaingan dalam menjual ide, konsep dan tidak
hanya dari sisi rancangan mode, tapi juga teknik fotografi, make-up
dan rambut, tata gaya, tata ruang dan sebagainya yang menghasilkan
sebuah karya seni.
II.3.1. Fotografi Jurnalistik
Menurut Guru Besar Universitas Missouri di Amerika Serikat, Cliff Edom,
fotojurnalistik adalah paduan kata (words) dan gambar (pictures). Sementara menurut mantan editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, fotojurnalistik adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu
kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan
sosial pembacanya.
Kategori fotojurnalistik terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman, tidak pernah sama setiap tahunnya. Kategori yang pernah dibuat sekitar
tahun 2007 oleh Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation) pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan seluruh dunia.
Kategori itu adalah sebagai berikut:
1. Spot Photo
2. General News Photo
Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa.Temanya bermacam-macam yaitu politik, ekonomi dan humor.
3. People in the News Photo
Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita.Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu.Tokoh-tokoh pada foto people in the news bisa tokoh populer atau bisa tidak, tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dpublikasikan.
4. Daily Life Photo
Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segikemanusiawiannya (human interest).
5. Portrait
Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.
6. Sport Photo
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga.Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai.
7. Science and Technology Photo
Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Art and Culture Photo
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.
9. Social and Environment
Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.
Pada sebuah foto terdapat teks foto atau sering disebut caption yang diperlukan untuk menjelaskan suatu foto. Kalau tanpa teks foto, maka sebuah foto
hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.
Syarat-syarat teks foto seperti di Lembaga Kantor Berita Antara, adalah sebagai
berikut:
- Kalimat pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya menjelaskan data yang dimiliki.
- Teks foto harus mengandung minimal unsur 5W + H, yaitu who, what, where, when, why + how.
- Teks foto dibuat dengan kalimat aktif sederhana (simple tense).
- Teks foto diawali dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu tanggal penyiaran dan judul, serta diakhiri dengan tahun foto disiarkan serta nama pembuat dan editor foto (Alwi, 2004: 6-7).
Menurut Alwi (2004: 42), tahapan dalam fotografi ada empat, yaitu
komposisi, fokus, kecepatan dan diafragma.
1. Komposisi
Komposisi adalah susunan dalam foto.Bagaimana susunan itu hanya
fotografer yang bisa mengetahui dan melakukannya. Komposisi dilakukan
berdasarkan: (1) point of interest. Point of interest adalah hal atau sesuatu yang paling menonjol pada foto, yang membuat orang langsung melihat kepadanya atau
disebut juga pusat perhatian. (2) framing. Framing menggunakan lensa fiks, dilakukan dengan cara fotografer maju-mundur, mendekat-menjauhi objek. Tetapi
dengan lensa zoom maka framing dilakukan dengan cara memutar ring zoom ke
kanan-kiri atau ke depan-belakang searah objek foto. (3) balance. Balance adalah keseimbangan yang harus dipertimbangkan pada objek foto.
Komposisi juga disusun berdasarkan jarak pemotretan yang dilakukan
dengan variasi longshot, medium shot dan close up. Juga sudut pengambilan dengan variasi high angle dan low angle. Lalu penempatan objek lain dengan objek utama, dengan variasi foreground dan background dan posisi kamera yang diletakkan vertikal atau horizontal.
a. Long Shot
kecil.Komposisi dengan pemotretan long shot dilakukan untuk memperoleh foto berkesan memperlihatkan suasana.
b. Medium Shot
Komposisi yang dihasilkan adalah objek yang difoto (point of interest) sudah terlihat lebih besar dibandingkan pada pemotretan long shot. Hal ini karena kamera sudah berada atau diletakkan lebih dekat jaraknya dengan objek foto.
c. Close up
Komposisi yang terlihat hanya objek yang difoto saja atau yang dijadikan point of interest, pada seluruh permukaan foto atau kaca pembidik. Tidak ada objek lain. Sehingga hasil foto objek juga terlihat besar.
d. High Angle
Adalah pemotretan denagn menempatkan objek foto lebih rendah daripada kamera.Atau, kamera berada lebih tinggi daripada objek foto, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek foto terlihat mengecil.
e. Low angle
Adalah pemotretan dengan kamera yang ditempatkan lebih rendah daripada objek foto.Atau, objek foto berada lebih tinggi daripada kamera, sehingga objek foto terkesan membesar pada kaca pembidik.
f. Foreground
Adalah pemotretan dengan menempatkan objek lain di depan objek utama. Yang tujuannya, selain sebagai pembanding juga untuk memperindah objek utama. Objek di depan disebut foreground atau latar depan, bisa dibuat tajam (focus), bisa pula tidak tajam (blur). Fokus dilakukan pada objek utama. Hasil foto terkesan objek utama terhalang oleh objek lain didepannya.
g. Background
Kebalikan dari foreground adalah pemotretan dengan menempatkan objek utama di depan objek lain. Tujuannya seperti foreground, yaitu untuk pembanding dan memperindah objek utama. Objek lain dibelakang disebut latar belakang (background).
h. Horizontal dan Vertikal
Adalah pemotretan dengan posisi kamera mendatar (horizontal) dan hasil fotonya juga mendatar (horizontal).Sementara vertikal, posisi kamera berdiri (vertikal), sehingga hasil fotonya juga vertikal.
Adalah kegiatan mengatur ketajaman objek foto yang telah dijadikan point
of interest pada saat komposisi. Dilakukan dengan cara memutar ring fokus pada
lensa sehingga terlihat pada kaca pembidik, objek yang tadinya tidak tajam dan
tidak jelas, menjadi fokus dan tajam serta jelas bentuk dan tampilannya.
3. Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka
yang dipilih pada tombol kecepatan.Tirai ada pada bagian belakang dalam
kamera.Kecepatan diibaratkan kelopak mata manusia.Kalau kelopak mata
manusia membuka berarti manusia bisa melihat karena cahaya masuk, begitu juga
sebaliknya kalau kelopak mata tertutup.Rumus kecepatan adalah “makin besar
kecepatan (ditunjukkan dengan angka yang besar), makin sebentar/sedikit cahaya
yang bisa masuk ke kamera dan membakar film”.Sebaliknya, “makin kecil
kecepatan (ditunjukkan dengan angka yang kecil), makin lama/banyak cahaya
yang bisa masuk ke dalam kamera dan membakar film”.
4. Diafragma (Aperture)
Sama halnya dengan kecepatan, diafragma juga diibaratkan bola mata
manusia.Kalau bola mata membesar, berarti cahaya yang bisa masuk ke dalam
mata manusia banyak, terutama kalau manusia berada pada tempat yang gelap,
sehingga manusia bisa melihat di dalam kegelapan.Sebaliknya, kalau bola mata
manusia mengecil, berarti cahaya yang bisa masuk ke dalam mata manusia
mengerdip sehingga bola mata pun mengecil dan cahaya yang bisa masuk ke
dalam mata manusia pun juga sedikit.
Teori diafragma yaitu “makin besar diafragma (ditunjukkan dengan angka
kecil), makin banyak cahaya yang bisa lolos ke kamera melalui lensa”.Sebaliknya,
“makin kecil diafragma (ditunjukkan dengan angka yang besar) maka makin
sedikit cahaya yang bisa lolos ke dalam kamera melalui lensa”.
Sedangkan Rolnicki (2008) mengemukakan beberapa kaidah komposisi
yang bisa meningkatkan mutu isi gambar, yaitu sebagai berikut:
a. Center of Interest
Alasan mengapa foto diambil harus terlihat jelas bagi pemirsanya. Isi foto harus jelas terlihat dan diletakkan secara strategis dalam kerangka.
b. Rule of Thirds
Memotret subjek dengan menempatkannya langsung di tengah frame
biasanya menghasilkan foto yang statis dan kurang menarik. Saat melihat melalui lensa kamera, fotografer bisa secara visual membagi space
menjadi tiga baik secara vertikal maupun horizontal. Persilangan dari area ini akan menghasilkan titik temu yang menonjol untuk menempatkan informasi visual dalam frame.
c. Leading Lines
Garis dalam foto dapat membawa pemirsanya langsung ke subjek utama. Garis-garis ini bisa berbentuk nyata seperti jalan atau jalur yang ditempuh seseorang, atau bisa juga samar, seperti garis geometris dengan detail arsitektural.
d. Framing
Framing dalam foto memanfaatkan detail latar depan dan belakang untuk memberikan batas parsial atau frame di seputar objek utama.
e. Grounds
Meskipun foto memadatkan pemandangan tiga dimensi menjadi gambar dua dimensi, foto masih bisa menunjukkan kedalaman dan menunjukkan perbedaan spasial. Menempatkan isi yang bermakna di latar depan, tengah dan belakang gambar akan membantu prinsip ini.
f. Lighting
Pencahayaan yang menarik dapat membuat gambar lebih menarik.
Dampak adalah kekuatan foto untuk merebut perhatian orang. Pemirsa mungkin akan tertarik pada satu foto karena isinya yang dramatis.
Selain itu, teknik memotret juga menunjang hasil fotojurnalistik yang
menarik. Menurut Alwi (2004: 60-66) teknik memotret adalah suatu cara dalam
memotret setelah diketahui bagaimana tahapan memotret. Teknik memotret
bermacam-macam, tetapi yang paling banyak digunakan untuk pemotretan
fotojurnalistik adalah sebagai berikut:
a. Freeze
Adalah teknik memotret pada objek bergerak yang menginginkan objek
tersebut berhenti (diam/freeze) setelah dipotret.Karena itu digunakan
kecepatan tinggi atau diatas 1/60 sesuai gerakan objek foto. Memotret
freeze bisa dilakukan menggunakan lampu flash.
b. Blur
Adalah teknik memotret pada objek bergerak untuk memperoleh hasil foto
objek yang bergerak tersebut menjadi blur atau tidak fokus (goyang),
sementara objek yang tidak bergerak diam dan tajam. Karena itu kecepatan
yang digunakan adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.
c. Panning
Adalah teknik memotret dengan menggerakkan kamera sesuai gerakan
objek foto. Tujuannya adalah supaya gerakan tersebut terekam oleh
kamera hanya lintasannya saja pada latar belakang objek foto secara blur
bergaris.
Adalah teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan objek
mendekat/menjauhi kamera, untuk itu digunakan lensa zoom. Kecepatan yang dipakai adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.
e. Multiple Exposure
Adalah teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan
menumpuk objek yang difoto lebih dari satu kali tetapi berada pada satu
frame (bingkai film).
f. Window Light
Adalah teknik memotret dengan memanfaatkan cahaya dari satu sumber,
bisa itu cahaya dari jendela (window), bisa juga cahaya dari sumber lain
yang searah seperti halnya cahaya jendela.
g. Siluet
Adalah teknik memotret dengan menempatkan kamera menghadap
langsung sumber cahaya, sementara objek foto di tengah-tengah sumber
cahaya dengan kamera.Hasil fotonya, objek foto gelap sementara latar
belakang (sumber cahaya) terang.
II.3.2. Metode EDFAT
Entire Detail Frame Angle Time atau disingkat EDFAT merupakan metode yang diperkenalkan Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University sebagai salah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode iniadalah sesuatu proses
f. Entire (E)
Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk
mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek.
g. Detail (D)
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu
(entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest.
h. Frame (F)
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah
dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu
komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa
artistik semakin penting dalam tahap ini.
i. Angle (A)
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan,
level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual
apa yang diinginkan.
j. Time (T)
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara
diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya.