• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISI FOTOJURNALISTIK

MENGENAI KERUSUHAN MESIR PADA HARIAN KOMPAS

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan oleh:

EVA MUGDHIYANA

090922023

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Eva Mugdhiyana

NIM : 090922023

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir

Pada Harian Kompas

Medan, Juli 2011

Pembimbing Ketua Departemen

Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm NIP. 197711062005011001

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196208281987012001

Dekan

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas, selain itu untuk mengetahui perkembangan fotografi jurnalistik dan suasana saat terjadinya aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak.Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode Entire Detail Frame Angle Time(EDFAT) yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. Teori yang digunakan untuk menunjang penelitian ini yaitu komunikasi dan komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, fotografi, media massa dan surat kabar. Pada teori fotografi juga melingkupi fotografi jurnalistik dan metode EDFAT yang digunakan sebagai operasional konsep.Penelitian ini menggunakan Analisis Satu Variabel (Univariate Analysis) untuk memperoleh gambaran karakteristik suatu variabel.

Subjek penelitian adalah fotojurnalistik pada Harian Kompas yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011-12 Februari 2011 yaitu saat terjadinya awal aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak hingga Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Jumlah foto yang dianalisis adalah 26 foto.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, penelitian kepustakaan (library research) dan wawancara mendalam (indepth interviews).Peneliti mewawancarai fotografer senior yang pernah menjabat sebagai redaktur foto Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto Kompas yang saat ini menjabat, Jhonny. T. Gunardi pada tanggal 8 Juni 2011 di Kantor Harian Kompas Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas format foto adalah horizontal, dengan komposisi berdasarkan jarak pemotretan Medium Shot. Sedangkan angle yang paling banyak digunakan adalah Eye Level Angle dan High Angle/Bird Angle.Terdapat satu foto yang dipotret kembali melalui televisi oleh Redaktur Foto Kompas, Jhonny. T. Gunardi, ketika Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Hal tersebut dilakukan karena sampai waktunya naik cetak, Harian Kompas belum mendapatkan foto yang cocok untuk ditampilkan pada headline.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim……

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas karunia, kekuatan dan

kesehatan yang tiada terkira, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Seperti yang sering kita dengar, foto mengandung berjuta makna yang

tersirat. Setelah melaksanakan penelitian ini, penulis menyadari, fotografi tidak

hanya sekadar menekan tombol shutter dan mengatur komposisi, melainkan kemampuan untuk melihat suatu peristiwa dari sisi lain dan membuatnya menjadi

lebih menarik untuk dilihat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta,

abahH.Sulaiman Syam, mamak Hj.Madhiyah dan Sulaiman’s junior: Zulfadly, Fakhrul Razi, Evi Susanti atas segala dukungan, kasih sayang juga keikhlasan

dalam memotivasi agar skripsi ini terselesaikan. Penulis juga menyadari

tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai

pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.

3. Sekretaris Departemen sekaligus Dosen Wali penulis, Dra. Dayana,

M.Si.

4. Dosen pembimbing, Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm yang telah banyak

membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan memberikan tambahan

ilmu fotografi kepada penulis.

5. Drs. Humaizi, M.Si yang telah memberikan banyak saran kepada

penulis sebelum pengajuan judul dan meminjamkan beberapa buku

penting.

6. Staf pengajar di FISIP USU dan pegawai Departemen Ilmu

(5)

7. Fotografer Senior Harian Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto

Kompas, Jhonny T. Gunardi, yang telah meluangkan waktunya untuk

berbincang-bincang dengan penulis di Kantor Harian Kompas Jakarta.

8. Pimpinan, staf dan dewan guru SMK TIK Darussalam atas

pengertiannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengerjakan skripsi disela-sela kesibukan tugas kantor.

9. Kak Siska Apridiati, Nur Azizah, Hafiz Ihsan, Endah Rundika dan

teman-teman seperjuangan di angkatan 2009 Ilmu Komunikasi

Ekstensi kelas A yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10.Teman-teman yang telah memberikan warna dalam kehidupan penulis

yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena keterbatasan ruang.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan, dukungan dan do’a yang

diberikan.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk

itu saran dan kritik tentu sangat dibutuhkan demi perbaikan skripsi ini.Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2011

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ...1

I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ...10

I.6.2. Fungsi Komunikasi Massa ...12

I.6.3. Fotografi ...14

I.6.3.1. Fotografi Jurnalistik ...15

I.6.4. Media Massa ...16

I.6.5. Surat Kabar ...17

I.7. Kerangka Konsep ...18

I.8. Model Teoritis ...19

I.9. Operasional Konsep ...19

I.10. Defenisi Operasional Konsep ...19

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa...21

II.2. Fungsi Komunikasi Massa ...24

(7)

II.3.1. Fotografi Jurnalistik ...32

II.3.2. Metode EDFAT ...39

II.4. Media Massa ...42

II.5. Surat Kabar ...44

BAB III METODOLOGI III.1. Metodologi Penelitian ...47

III.1.1. Tipe Penelitian ...47

III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ...51

III.3. Subjek Penelitian ...52

III.4. Teknik Pengumpulan Data ...53

III.5. Teknik Analisis Data ...53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Kualitatif ...55

IV.2. Hasil Analisis Fotojurnalistik ...58

IV.3. Pembahasan ...113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ...115

V.2. Saran ...116

(8)

DAFTAR FOTO

Foto 1 Foto Tanggal 27 Januari 2011 Halaman 8 ...58

Foto 2 Foto Tanggal 28 Januari 2011 Halaman 8 ...61

Foto 3 Foto Tanggal 29 Januari 2011 Halaman 8 ...63

Foto 4 Foto Tanggal 30 Januari 2011 Halaman 10 ...65

Foto 5 Foto Tanggal 31 Januari 2011 Halaman 9 ...67

Foto 6 Foto Tanggal 31 Januari 2011 Halaman 10 ...69

Foto 7 Foto Tanggal 1 Februari 2011 Halaman 1 ...71

Foto 8 Foto Tanggal 1 Februari 2011 Halaman 9 ...74

Foto 9 Foto Tanggal 2 Februari 2011 Halaman 1 ...76

Foto 10 Foto Tanggal 2 Februari 2011 Halaman 9 ...78

Foto 11 Foto Tanggal 4 Februari 2011 Halaman 1 ...80

Foto 12 Foto Tanggal 4 Februari 2011 Halaman 8 ...82

Foto 13 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 1 ...84

Foto 14 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 9 ...86

Foto 15 Foto Tanggal 5 Februari 2011 Halaman 11 ...88

Foto 16 Foto Tanggal 6 Februari 2011 Halaman 10 ...90

Foto 17 Foto Tanggal 7 Februari 2011 Halaman 8 ...92

Foto 18 Foto Tanggal 7 Februari 2011 Halaman 9 ...94

Foto 19 Foto Tanggal 8 Februari 2011 Halaman 1 ...96

Foto 20 Foto Tanggal 8 Februari 2011 Halaman 10 ...98

Foto 21 Foto Tanggal 9 Februari 2011 Halaman 8 ...100

Foto 22 Foto Tanggal 11 Februari 2011 Halaman 1 ...102

Foto 23 Foto Tanggal 11 Februari 2011 Halaman 10 ...104

Foto 24 Foto Tanggal 12 Februari 2011 Halaman 1 ...106

Foto 25 Foto Tanggal 12 Februari 2011 Halaman 8 ...109

(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Analisis Isi Fotojurnalistik Mengenai Kerusuhan Mesir Pada Harian Kompas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas, selain itu untuk mengetahui perkembangan fotografi jurnalistik dan suasana saat terjadinya aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak.Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode Entire Detail Frame Angle Time(EDFAT) yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. Teori yang digunakan untuk menunjang penelitian ini yaitu komunikasi dan komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, fotografi, media massa dan surat kabar. Pada teori fotografi juga melingkupi fotografi jurnalistik dan metode EDFAT yang digunakan sebagai operasional konsep.Penelitian ini menggunakan Analisis Satu Variabel (Univariate Analysis) untuk memperoleh gambaran karakteristik suatu variabel.

Subjek penelitian adalah fotojurnalistik pada Harian Kompas yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011-12 Februari 2011 yaitu saat terjadinya awal aksi unjuk rasa menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak hingga Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Jumlah foto yang dianalisis adalah 26 foto.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, penelitian kepustakaan (library research) dan wawancara mendalam (indepth interviews).Peneliti mewawancarai fotografer senior yang pernah menjabat sebagai redaktur foto Kompas, Arbain Rambey dan Redaktur Foto Kompas yang saat ini menjabat, Jhonny. T. Gunardi pada tanggal 8 Juni 2011 di Kantor Harian Kompas Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas format foto adalah horizontal, dengan komposisi berdasarkan jarak pemotretan Medium Shot. Sedangkan angle yang paling banyak digunakan adalah Eye Level Angle dan High Angle/Bird Angle.Terdapat satu foto yang dipotret kembali melalui televisi oleh Redaktur Foto Kompas, Jhonny. T. Gunardi, ketika Presiden Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. Hal tersebut dilakukan karena sampai waktunya naik cetak, Harian Kompas belum mendapatkan foto yang cocok untuk ditampilkan pada headline.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Fotojurnalistik sebagai salah satu unsur penting dalam kegiatan jurnalistik

modern, telah berkembang sangat pesat dewasa ini.Apalagi sejak ditemukannya

kamera digital yang menawarkan beraneka macam kemudahan, fotografi

jurnalistik semakin besar peranannya menjadi penyampai informasi kepada

khalayak secara cepat dan akurat.Dalam konteks ini, fotografi jurnalistik tidak

berdiri sendiri sebagai sebuah gambar, melainkan acapkali menjadi suatu kesatuan

dengan berita. Keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi, sehingga media

massa cetak akan terasa hambar jika salah satunya tidak ada. Media massa cetak

hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati yang membosankan jika hadir tanpa

foto/gambar (Wijaya, 2009: 5).

Fotojurnalistik juga dapat dikatakan sebagai metode berkomunikasi

melalui fotografi sehingga fotojurnalistik menjadi sebuah berita ataupun informasi

yang dibutuhkan masyarakat baik lokal, regional, nasional maupun pada tingkat

internasional. Fotojurnalistik merupakan hasil jerih payah seorang fotografer

jurnalistik (kerap juga disebut pewarta foto, foto jurnalis atau wartawan foto) yang

dianggap dapat mengekspresikan sudut pandang sang fotografer namun pesan

komunikasinya memiliki arti yang jauh lebih luas daripada hanya sekedar arti dari

sudut pandang sang fotografer.

Sebuah fotojurnalistik yang baik tidak hanya sebatas pembahasan visual

(11)

nilai lebih secara lengkap sebuah informasi yang akan diberikan kepada pembaca.

Elemen penting ini terlihat pada foto-fotojurnalistik di media cetak, yang

merupakan dasar dari pemaknaan fotojurnalistik secara umum.

Jurnalistik adalah suatu pengelolaan laporan harian yang menarik minat

khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat.Apa saja

yang terjadi di dunia, apakah itu peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang (opinion), jika diperkirakan akan menarik perhatian khalayak, akan merupakan bahan dasar bagi jurnalistik, akan menjadi bahan berita untuk disebarluaskan

kepada masyarakat(Effendy, 2005: 151).

Fotografi merupakan gambar, foto juga merupakan alat visual efektif yang

dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan

waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui

foto setelah kejadian itu berlalu.

Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah

komunikasi.Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer

dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai perekam peristiwa untuk disajikan

kehadapan khalayak ramai melalui media foto.

Pada surat kabar, foto merupakan pelengkap dari berita tulis. Selain itu

foto juga meyakinkan dan memberi variasi yang makin digemari oleh pembaca,

karena dengan melihat gambar-gambar tidak begitu melelahkan mata dan otak,

seperti membaca berita-berita yang berkepanjangan.Alasan utama sebagai media

visual sebenarnya lebih pada kemampuannya merekam(mengabadikan) suatu

(12)

Fotojurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang dihasilkan

oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/hard news, berita bertafsir, berita kedalaman/depth reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca). Sebagai produk dalam

pemberitaan, tentunya fotojurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak

maupun cyber media (internet).

Media foto pertama kali ditemukan oleh Joseph Nicephore Niepce yang

memulai pekerjaannya dalam bidang ini pada tahun 1813.Penggunaan foto dalam

dunia jurnalistik berawal dari pemakaian gambar-gambar dan lukisan dalam

media tersebut. Penggunaan fotojurnalistik dalam surat kabar dan majalah mulai

berkembang pada tahun 1930-an. Perkembangannya sangat cepat sehingga pada

gilirannya teknologi foto dapat mendorong perkembangan media jurnalistik.

Fotojurnalistik kemudian tumbuh menjadi suatu konsep dalam sistem komunikasi

yang disebut dengan komunikasi foto (photographic communication). Bahkan komunikasi foto kini telah menempati kunci model dalam proses komunikasi

massa. Sebagai suatu lambang yang berdimensi visual, foto dan gambar

mendeskripsikan sesuatu pesan yang tidak secara eksplisit tertuang dalam

komunikasi kata, baik lisan maupun tulisan (Muhtadi, 1999:101).

Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas.Dia

menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar atas

pemikiran dan pembentukan pendapat publik.Kerja seorang wartawan foto adalah

titipan mata dari masyarakat di mana foto yang tersaji adalah benar-benar bersifat

jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi pekerjaan

(13)

majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh

gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh

reporter dan menyajikan berita secara visual (http://dkv.isi-dps.ac.id).

Khalayak lebih banyak memilih surat kabar untuk memenuhi

keingintahuannya akan informasi karena penyebarannya lebih diperuntukkan

kepada khalayak dan bersifat umum, keteraturan terbitnya surat kabar yang bisa

satu sampai dua kali sehari, kesemestaan isinya yang beraneka ragam dan dari

seluruh dunia, serta keaktualan berita yang disajikan. Oleh karena itu, banyak

media massa cetak sekarang lebih memperhatikan visualisasi dengan porsi yang

agak besar untuk memudahkan pembaca mencerna berita.

Saat ini salah satu konflik yang baru-baru saja terjadi adalah aksi demo

keras di Mesir.Gerakan diawali oleh para aktivis yang mengajak rakyat Mesir

untuk melakukan gerakan bersama melawan kemiskinan, pengangguran, korupsi

pemerintah, dan kekuasaan Presiden Hosni Mubarak. Demonstran mendesak

Mubarak mengakhiri kekuasaannya yang telah berlangsung 30 tahun, menuntut

mundur Perdana Menteri Ahmed Nazif, serta menuntut pembubaran parlemen dan

pembentukan pemerintah bersatu(http://kompas.com).

Gerakan demonstran dimulai pada hari Rabu (26/1/2011) yang merupakan

hari libur nasional mereka lempar dengan tagline "hari kemarahan". Massa demonstran berbaris di pusat kota Kairo, menuju kantor partai yang berkuasa,

Partai Demokrasi Nasional, serta Departemen Luar Negeri dan televisi negara.

Protes serupa dilaporkan terjadi di kota-kota lain di seluruh negeri.Bentrokan

(14)

terhadap demonstran yang berteriak "Turunlah bersama Mubarak" di Tahrir

Square.

Kerusuhan meluas di Alexandria, kota Mansura di Delta Nil, Tanta dan di

kota-kota selatan Aswan dan Assiut. Pada kerusuhan awal tiga pengunjuk rasa dan

seorang perwira polisi telah tewas. Protes terus terjadi di beberapa kota. Ratusan

orang telah ditangkap, tetapi para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan

menyerah sampai permintaan mereka terpenuhi. Kekerasan juga meletus di kota

Suez, sementara di daerah Sinai utara, tepatnya di kawasan Sheikh Zuweid, suku

Badui dan polisi terlibat aksi saling menembak, menewaskan seorang remaja

berusia 17 tahun. Hal yang sama juga terjadi di Ismailia.

Tuntutan dan aksi yang dikatakan terilhami oleh demonstrasi yang berhasil

menjatuhkan Presiden Tunisia itu terus dicoba dibubarkan oleh pemerintah.Sekitar

250 orang terluka, termasuk 85 polisi, setelah polisi antihuru hara menembakkan

gas air mata.Citra kepolisian di Mesir terus merosot, sementara rakyat masih

menghargai pasukan militer.Para pejabat keamanan menyebutkan hampir 1000

pemrotes ditahan.Pada tanggal 28 Januari internet dan SMS di Mesir mati,

layanan jejaring sosial Facebook dan Twitter terganggu.

Pemerintah Mesir kini mendapat tekanan internasional yang lebih keras,

termasuk dari negara sekutunya Amerika Serikat. Juru bicara Departemen Luar

Negeri, Philip Crowley menyampaikan agar para pemimpin Arab bekerja sama

dengan masyarakat mereka dalam melakukan reformasi atau dalam mencermati

para ekstremis.

Setelah hampir tiga pekan berunjuk rasa, para demonstran yang terus

(15)

Mubarak resmi mundur. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden Omar

Suleiman di televisi nasional Mesir, Jumat (10/2)(http:/

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

menganalisis fotojurnalistik selama kerusuhan di Mesir pada Harian Kompas.

Peneliti akan menganalisis foto pada Harian Kompas tanggal 27 Januari 2011-12

Februari 2011. Peneliti memilih Harian Kompas dikarenakan harian tersebut

merupakan surat kabar berskala nasional dan memiliki foto-foto yang bagus untuk

dianalisis.

Harian Kompas berkantor pusat di Jakarta dan merupakan bagian dari

kelompok Kompas Gramedia.Selain itu, Harian Kompas juga dapat diakses

melalui e-paper dengan konsep surat kabar digital, sehingga dapat memudahkan peneliti mendapatkan tambahan informasi. Selain itu, Harian Kompas merupakan

satu-satunya koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulations

(ABC).

Harian Kompas telah menjadi referensi khalayak yang dipercaya sejak

terbit pada tahun 1965. Harian Kompas termasuk ke dalam pers berkualitas

(quality newspaper), yaitu penerbitan pers yang memilih cara penyajian yang etis, moralis dan intelektual (Amar, 1984 dalam Sumadiria, 2005: 39). Pers berkualitas

dikelola secara konseptual dan profesional.Materi laporan, ulasan dan tulisan

berkualitas termasuk berat.

Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Atas usul

Presiden Sukarno namanya diubah menjadi Kompas, sebagai media pencari fakta

dari segala penjuru.Kompas mulai terbit tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta

(16)

surat kabar secara nasional. Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, Harian

Kompas dibagi menjadi tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat

berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian

berita olahraga(http://wikipedia.org).

Foto kerusuhan yang terjadi di Mesir banyak diambil dari foto-foto

TheAssociated Press (AP), Agence France Presse(AFP) dan Getty Images.The Associated Press (AP) didirikan pada tahun 1846 dan bermarkas di New

York.Misinya adalah menjadi jaringan berita dunia yang menyediakan layanan

berita yang berkualitas, dapat dipercaya dan objektif(www.ap.org).Sedangkan

Agence France Presse (AFP) diciptakan pada tahun 1835 oleh Agency Havas,

perusahaan berita pertama di dunia. Para jurnalis yang tergabung dalam kelompok

pemberontak, menguasai kantor pusat Paris pada bulan Agustus 1944, setelah

Perancis terbebaskan dari kedudukan nazi(http://www.afp.com).Foto lainnyajuga

diambil dari Getty Images.Getty Images didirikan pada tahun 1995 oleh Mark

Getty dan Jonathan Klein yang membawa peralihan fotografi bisnis ke zaman

(17)

I.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah berguna sebagai upaya membatasi penelitian agar

lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah

ditentukan.Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah isi fotojurnalistik mengenaikerusuhan yang terjadi di Mesir pada

Harian Kompas?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga

dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan

diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian terbatas pada analisis isi fotojurnalistik tentang kerusuhan yang

terjadi di Mesir pada Harian Kompas.

2. Penelitian dilakukan dengan menganalisis foto-foto dari Harian Kompas

yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011–12 Februari 2011 atau ketika

awal terjadinya gejolak sampai Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari

jabatannya.

3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2011, dengan lama penelitian

(18)

I.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai

kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan

fotojurnalistik.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi atau suasana selama

kerusuhan yang terjadi di Mesir sampai Hosni Mubarak mengundurkan

diri dari jabatannya.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian diharapkan mampu memperluas atau

menambah khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan kepada

mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU.

2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama

menjadi mahasiswaIlmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU, serta

menambah cakrawala dan wawasan peneliti mengenai fotografi jurnalistik.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siapa saja

(19)

I.6. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti di dalam

mengaplikasikan pola berpikirnya di dalam menyusun secara sistematis teori-teori

yang mendukung masalah penelitian.Teori berfungsi untuk menjelaskan,

meramalkan, memberikan pandangan dan melahirkan strategi.

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk

memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori

yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

penelitian disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir

rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di

dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 1998: 39-40).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang

kepada orang lain. Proses penyampaian ini berlangsung pada umumnya dengan

menggunakan bahasa. Bahasa adalah lambang yang mewakili sesuatu, baik yang

berwujud maupun yang tidak berwujud.

Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M Scheidel

mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan

mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar

kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku yang seperti

kita inginkan.

Hakikatnya proses komunikasi itu adalah proses pernyatan antarumat

(20)

orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dengan kata

lain, komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau

perasaan seseorang (komunikator) pada orang lain (komunikan), dimana pikiran

itu bisa berupa gagasan, informasi dan opini (Effendy, 1990: 11).

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright,

dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran

(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal,

berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan

menimbulkan efek tertentu. Sedangkan definisi Gebner, tergambar bahwa

komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan

komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas

secara terus-menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan,

dwimingguan atau bulanan (Ardianto dan Komala, 2004: 3).

Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,

kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak

meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang

yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada

umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah

komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual.

Komunikasi massa barangkali lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan

menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita

(21)

I.6.2. Fungsi Komunikasi Massa

Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati

dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi

komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi

komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat

menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation

(penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan

entertainment (hiburan).

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, yaitu:

1. Warning or Beware Surveillance (Pengawasan Peringatan). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa

menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya

gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan

inflasi atau adanya serangan militer.

2. Instrumental Surveillance (Pengawasan Instrumental). Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran

informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak

dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang

dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek,

produk-produk baru, ide-ide tentang mode resep masakan dan

(22)

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media

massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan

penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran

media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar.

Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada

khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif terhadap berita yang

disajikan pada halaman lainnya.

c. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam

sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan

minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara.Fungsi ini disebut juga

socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili

gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Dengan perkataan

lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan

harapan untuk menirunya.

e. Entertainment (Hiburan)

Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan,

hampir tiga perempat bentuk saran televisi setiap hari merupakan tayangan

hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara

(23)

100% berita.Tetapi televisi dan radio siaran lainnya menyajikan berita

kurang dari 5%, majalah pun demikian halnya.Ada yang banyak memuat

hiburan, ada pula yang sedikit memuat hiburan.

Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi,

khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.Melalui

berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati

hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan

memuat cerpen, komik, Teka-Teki Silang (TTS), dan berita yang

mengandung human interest (sentuhan manusiawi).

I.6.3. Fotografi

Definisi fotografi secara luas adalah paduan seni dan teknik memindahkan

gambar yang ada di alam ke atas benda yang peka atau sensitif terhadap cahaya

yang disebut dengan film (atau sensor semikonduktor pada kamera digital) dengan

mempergunakan alat bantu kamera.Istilah fotografi berasal dari dua kata dalam

Bahasa Yunani, yakni photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menggambar. Sementara itu, kata kamera berasal dari bahasa latinCamera Obscura yang berarti kamar gelap atau dark room (Mulyanta, 2008: 5).

Foto yang bagus harus memiliki beberapa kualitas. Pertama, foto harus

fokus sehingga maknanya yang penting bisa terlihat dan dipahami pemirsanya.

(24)

I.6.3.1. Fotografi Jurnalistik

Definisi singkat fotojurnalistik dapat dilihat dalam buku Photojournalism1

(New York Institute of Photography: 3, dalam Wijaya, 2009: 3) yang mengartikan

sebagai menceritakan sebuah kisah dengan menggunakan sebuah foto atau lebih

(photojournalism is telling a story with one or more photographs). Fotografi jurnalistik merupakan faktor penting yang mendukung dalam kegiatan

mempengaruhi masyarakat/khalayak, sebab foto merupakan suatu karya seni yang

memberi nilai dokumenter, estetika dan artistik kepada suatu hasil karya dalam

media cetak. Foto jurnalistik yang bernilai dokumenter merekam suatu kejadian

agar orang berfikir maupun mengungkapkan, sedangkan foto seni memukau orang

untuk memandangnya (Susanto, 1982 dalam Wijaya, 2009: 5).

Ada delapan karakter fotojurnalistik menurut Frank P. Hoy dari Sekolah

Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Universitas Arizona, pada

bukunya yang berjudul Photojournalism the Visual Approach yaitu sebagai berikut:

1. Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan pewarta foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

2. Medium fotojurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire service).

3. Kegiatan fotojurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4. Fotojurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.

5. Fotojurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek sekaligus pembaca fotojurnalistik.

6. Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

7. Fotojurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

(25)

Dalam dunia fotografi jurnalistik dikenal metode Entire Detail Frame Angle Time atau disingkat EDFAT.Metode yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University

ini telah teruji sebagai metode untuk memilih aspek spesial dari cerita, agar

memperoleh gambar yang kuat.EDFAT adalah metode pemotretan untuk melatih

cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang

dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah sesuatu proses dalam

mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.

I.6.4. Media Massa

Media massa atau dalam hal ini disebut pula sebagai media jurnalistik

merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi

massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan

media (communicating with media).

Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “messages communicated through a mass medium to a large number of people,” suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar

di tempat–tempat yang tidak ditentukan. Jadi, media massa menurutnya, adalah

suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio dan

televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu (Muhtadi,

1999: 73).

Media massa memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat

(26)

Jenis-jenis media yang digolongkan dalam media massa adalah pers, radio siaran,

televisi dan film.

I.6.5. Surat Kabar

Sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak, yaitu: surat kabar, majalah

dan buku. Sejak masa awal pertumbuhannya hingga saat ini ketiga jenis media

cetak itu telah mengalami berbagai perubahan besar.

Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan dengan jenis

media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak

ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guttenberg di Jerman.

Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang

melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang,

menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru

(Ardianto, 2004:101). Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru

mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat

mencerdaskan rakyat Indonesia.

Menurut Agee (dalam Ardianto, 2004: 103) secara kontemporer surat

kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media

adalah: (1) to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia), (2) to comment

(mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus

berita), (3) to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media). Sedangkan

(27)

kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk kondisi-kondisi tertentu, (2)

memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan

cerita-cerita khusus, (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi

agen informasi dan memperjuangkan hak.

I.7. Kerangka Konsep

Kerangka merupakan hasil pemikiran yang rasional yang merupakan

uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang

dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis.

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti

yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu

sosial (Singarimbun, 1995:33).Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang

rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan

kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian

pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Adapun konsep-konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

- Foto-fotojurnalistik pada Harian Kompas.

- Analisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan Mesir 27

(28)

I.8. Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang dikembangkan dari kerangka teori

sebelumnya, maka peneliti membuat model teoritis. Model ini berguna untuk

menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan kemudian.

Model teoritisnya adalah sebagai berikut:

I.9. Operasional Konsep

Operasional konsep berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam

penelitian.Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi konsep

untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.Berdasarkan hal itu,

maka operasionalisasi konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah:

a. Entire

b. Detail

c. Framing

d. Angle

e. Time

I.10. Definisi Operasional Konsep

Menurut Singarimbun (1995: 46) definisi operasional adalah unsur

penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu

(29)

yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut:

a. Entire (E)

Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain.

b. Detail (D)

Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang

dinilai paling tepat sebagai point of interest. c. Frame (F)

Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah

dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu

komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa

artistik semakin penting dalam tahap ini.

d. Angle (A)

Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan,

level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual

apa yang diinginkan.

e. Time (T)

Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara

diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya.

Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman

ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan (http://wulanderland.

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2005: 10) ilmu komunikasi

adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas

penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland

tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan

saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum

(public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.

Komunikasi (communication) adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan

menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Harold Laswell (dalam

Mulyana, 2005: 62) mengemukakan cara yang baik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.

Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika didukung oleh adanya (1)

Sumber: Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat

atau pengirim informasi, sumber bisa terdiri dari satu orang, organisasi atau

lembaga. (2) Pesan: Yaitu sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima

dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. (3) Media: Yaitu alat

(31)

komunikasi massa, media adalah alat yang menghubungkan antara sumber dan

penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang tidak dapat melihat,

membaca dan mendengarnya. (4) Penerima: Yaitu pihak yang menjadi sasaran

pesan yang dikirim oleh sumber. (5) Efek: Yaitu perubahan atau penguatan

keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat

penerimaan pesan (Cangara, 2006: 23-25).

Adapun proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer

dan sekunder.

a. Proses Komunikasi secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan

atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakann lambang

(simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi

adalah bahasa, kial (gesture), syarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator

kepada komunikan.

b. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media

kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator

menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan

sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh dan jumlahnya banyak.

Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi

(32)

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses

komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat

kabar, radio, televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai

komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena, dengan

menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada

khalayak yang begitu banyak jumlahnya (Effendy: 2005, 11-17).

Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi

menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi-organisasi

media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi dan

mencerminkan

hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media

menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat.Dalam

komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi,

memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalaya

.org).

Seperti dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr dan Joseph A. Devito

(dalam Effendy, 2005: 21-25), komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus

yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya adalah (1) Komunikasi

massa berlangsung satu arah (one way communication): Tidak terdapat arus balik dari komunikan. (2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga: Media

massa sebagai saluran komunikasi merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau

organisasi. (3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum: Karena ditujukan

kepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada

(33)

massa menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima

pesan-pesan yang disebarkan. (5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen,

dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, di mana satu sama lain tidak saling

mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam

berbagai hal.

II.2. Fungsi Komunikasi Massa

Menurut seorang pakar komunikasi, Harold D. Lasswell (dalam Effendy,

2005: 27), proses komunikasi di masyarakat menunjukkan tiga fungsi:

a. Pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environment), penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai

masyarakat dan bagian-bagian unsur di dalamnya.

b. Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi lingkungan

(correlation of the components of society in making a response to the environment).

c. Penyebaran warisan sosial (transmission of the social inheritage). Di sini berperan para pendidik, baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun

di sekolah, yang meneruskan warisan sosial kepada keturunan berikutnya.

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (dalam

Ardianto, 2004: 15-18), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation

(penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan

(34)

f. Surveillance (Pengawasan)

Surveillance mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan

informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang

pekerjaannya melakukan pengawasan. Fungsi pengawasan komunikasi massa

dibagi dalam bentuk utama, yaitu (1) Warning or Beware Surveillance

(Pengawasan Peringatan) dan (2) Instrumental Surveillance (Pengawasan Instrumental).

g. Interpretation (Penafsiran)

Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga

memberikan informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.

h. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam

sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang

sama tentang sesuatu.

i. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara.Fungsi ini disebut juga socialization

(sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku

dan nilai kelompok.

j. Entertainment (Hiburan)

Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir

tiga perempat bentuk saran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan.

Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara hiburan.Memang ada

(35)

radio siaran lainnya menyajikan berita kurang dari 5%, majalah pun demikian

halnya.Ada yang banyak memuat hiburan, ada pula yang sedikit memuat hiburan.

Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi,

khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.Melalui berbagai

macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara

surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik,

Teka-Teki Silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).

Dari paparan diatas, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa yang

begitu banyak itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni:

menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2005: 31).

II. 3. Fotografi

Fotografi merupakan sebuah seni dan teknologi dalam proses

menghasilkan sebuah gambar/imaji. Mo Tschi di China, Aristoteles di Yunani,

Al-Hazzen di Timur Tengah, Leonardo Da Vinci dan Louis Jacques Mande

Daguerre di Eropa, merupakan sebagian kecil yang turut berperan dalam

pengembangan teknik dan konsep “melukis dengan cahaya” yang telah mereka

lakukan sedari 25 abad silam dengan melakukan ribuan percobaan (Drajat, 2001:

iii).

Fotografi secara resmi lahir di Paris ketika Louis Jacques Mande Daguerre

(36)

perkembangan fotografi terus berjalan mengikuti perkembangan kemajuan

manusia, hingga kini memasuki masa booming teknologi kamera digital.

Fotografi masuk ke Indonesia sekitar tahun 1841, ketika pemerintah

kolonial Belanda mendatangkan Dr. Jurriaan Munich untuk mendokumentasikan

aktivitas Hindia Belanda. Namun sayangnya foto-foto Jurriaan tidak

terdokumentasikan dengan baik, sehingga kita sulit mengamati foto-foto pertama

tentang Indonesia (Santoso, 2010: 4).

Sekitar tahun 1875, dunia fotografi mulai diisi oleh orang pribumi yang

bernama Kassian Chepas, seorang pria asal Yogyakarta. Foto Kassian yang

fenomenal dan dijadikan penelitian arkeologi adalah foto dokumentasi 467 relief

Karmawibhangga (relief pada dasar candi Borobudur yang tertutup tanah).

Perkembangan fotografi setelah itu masih belum menunjukkan geliatnya. Baru

tahun 1960-an, seiring dengan peningkatan harga perlengkapan fotografi, dunia

fotografi di Indonesia mulai berkembang.

Foto yang bagus harus memiliki beberapa kualitas. Pertama, foto harus

fokus sehingga maknanya yang penting bisa terlihat dan dipahami pemirsanya.

Kedua, foto harus memiliki exposure yang bagus. Kualitas foto yang bagus lainnya adalah foto bebas dari cacat (Rolnicki, 2008: 322). Sedangkan menurut

Arbain Rambey, elemen penting dalam fotografi ada lima yaitu: (1) Teknis, (2)

Komposisi, (3) Posisi, (4) Momen dan (5) Content.

Menurut Santoso (2010: 14) ada beberapa macam jenis fotografi

(37)

1. Fotografi Murni atau Hobi

Jenis fotografi yang digolongkan ke dalam kelompok fotografi murni

ini adalah jenis karya fotografi yang dibuat semata-mata karena hobi

atau kesukaan sang fotografer. Karya tersebut tidak dimasukkan

sebagai ilustrasi artikel pada majalah atau surat kabar atau juga tidak

dimasukkan sebagai bahan promosi atau iklan. Karya tersebut dibuat

atas dasar keinginan atau mood si pemotret terhadap objek atau keindahan objek yang dilihatnya. Tujuan yang dikejar oleh sang

fotografer adalah menciptakan momen eksotik.

2. Fotografi Jurnalistik

Fotografi jurnalistik yang khusus menampilkan foto-foto yang

memiliki nilai berita, baik benda, bahan atau situasi kehidupan

manusia yang menarik perhatian umum.Bersifat aktual sebagai berita

yang mampu mengungkapkan kejadian, menjelaskan dan

menimbulkan rasa ingin tahu. Dalam fotografi jurnalistik juga dikenal

rubrikasi atau pembagian antara lain:

a. Fotografi Hard News

Dalam Bahasa Indonesia lazim disebut berita hangat atau keras,

merupakan hasil rekaman berita beragam peristiwa yang dapat

mengubah sejarah dunia atau juga sebuah peristiwa yang

menggemparkan, seperti kerusuhan, kekerasan, bencana alam dan

(38)

b. Fotografi General News (Berita Umum)

Fotojurnalistik kategori ini bersifat seremoni yang terjadwal atau

teragendakan.Seperti foto-foto pejabat, peresmian sebuah gedung,

karnaval, peringatan ulang tahun sebuah negara dan sebagainya

yang bersifat informasi.

c. Fotografi Portrait

Potret dalam fotojurnalistik bukan sekedar foto close-up

semata.Potret di sini lebih sekedar menyajikan wajah seseorang

atau tokoh. Foto berani menampilkan karakteristik sesuai dengan

hati sang subjek, yang paling pokok adalah pengungkapan kreatif

dari watak seorang tokoh, hingga merupakan sebuah biografi

visual.

d. Fotografi Industri dan Pertanian

Foto-foto yang bersifat proses produksi dalam suatu industri baik

pertanian maupun industri berskala besar, juga lahan pertanian

serta kesibukan dalam mengolah produksi pertanian.

e. Fotografi Ekonomi dan Investasi

Foto yang berkenaan dengan perekonomian makro, bisa berupa

foto pameran industri yang menyangkut usaha masyarakat. Tetapi

tidak menonjolkan gambar proses produksi yang rutin.

f. Fotografi Daily Life (Feature)

Fotojurnalistik yang tidak terkait dengan syarat unsur kehangatan

atau aktualitas, yang diutamakan dalam kategori foto ini adalah

(39)

g. Fotografi Seni dan Budaya

Berita budaya juga menjadi santapan bagi publik/pembaca.Setiap

umat manusia selalu terkungkung oleh suatu budaya dimana

mereka tinggal atau hidup.Beragam budaya dan adat istiadat ada di

dunia ini.

h. Fotografi Arsitektur

Segala foto yang menunjukkan arsitektur, interior maupun

eksterior dan semua gedung bangunan.

i. Fotografi Iptek dan Kesehatan

Kategori foto tentang penemuan di bidang teknologi seperti

komputer maupun penemuan serum untuk suatu pengobatan.

j. Fotografi Alam Lingkungan

Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia dapat menyebabkan

bencana alam seperti banjir dan kebakaran hutan.Selain alam,

satwa yang dilindungi juga dapat menjelma menjadi foto-foto yang

menarik.

k. Fotografi Sports

Foto olahraga merupakan wujud apresiasi terhadap semangat

kompetisi sportif.Foto-foto di lingkup arena pertandingan amat

kaya dengan gerakan yang aktraktif maupun peristiwa diluar

(40)

l. Esai Foto

Foto-foto yang bercerita foto seri yang biasanya dilengkapi dengan

teks pengantar.Foto bukan foto tunggal melainkan terdiri dari

beberapa foto yang menjadi item maupun tema cerita.

3. Fotografi Komersil

Fotografi komersial memiliki aturan-aturan yang ditaati dan ditepati.

Fotografer di bidang ini harus menunjukkan hasil yang subjektif

secermat mungkin. Bahkan pada saat-saat tertentu para pemotret harus

pula menjaga kerahasian, keamanan dan keselamatan objek yang

dipotretnya.

4. Fotografi Iklan

Pada fotografi iklan dapat dilihat bahwa faktor objektivitas agak

sedikit berkurang. Alasan yang paling mendasar adalah foto-foto yang

akan ditampilkan bertujuan mempengaruhi selera konsumen, agar

konsumen mau membeli produk yang ditawarkan. Seorang fotografer

harus berkreasi untuk mendapatkan hasil yang memiliki “magnet”.

5. Fotografi Pernikahan

Fotografi pernikahan adalah bagian dari fotografi komersial yang

berfungsi sebagai sarana pendokumentasian upacara

pernikahan.Fotografi pernikahan merupaka “tambang emas” bagi

seorang fotografer yang tidak ada habis-habisnya. Cabang fotografi ini

(41)

keinginan manusiawi jika pasangan yang melakukan pernikahan ingin

mengabadikan hari bahagia mereka tersebut.

6. Foto Fashion

Foto fashion tidak lagi berbentuk foto produk tetapi berkembang

menjadi aliran yang mengutamakan artistik yang tinggi yang mewakili

rancangan mode. Persaingan dalam menjual ide, konsep dan tidak

hanya dari sisi rancangan mode, tapi juga teknik fotografi, make-up

dan rambut, tata gaya, tata ruang dan sebagainya yang menghasilkan

sebuah karya seni.

II.3.1. Fotografi Jurnalistik

Menurut Guru Besar Universitas Missouri di Amerika Serikat, Cliff Edom,

fotojurnalistik adalah paduan kata (words) dan gambar (pictures). Sementara menurut mantan editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, fotojurnalistik adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu

kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan

sosial pembacanya.

Kategori fotojurnalistik terus berkembang seiring dengan perkembangan

zaman, tidak pernah sama setiap tahunnya. Kategori yang pernah dibuat sekitar

tahun 2007 oleh Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation) pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan seluruh dunia.

Kategori itu adalah sebagai berikut:

1. Spot Photo

(42)

2. General News Photo

Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa.Temanya bermacam-macam yaitu politik, ekonomi dan humor.

3. People in the News Photo

Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita.Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu.Tokoh-tokoh pada foto people in the news bisa tokoh populer atau bisa tidak, tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dpublikasikan.

4. Daily Life Photo

Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segikemanusiawiannya (human interest).

5. Portrait

Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.

6. Sport Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga.Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai.

7. Science and Technology Photo

Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8. Art and Culture Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.

9. Social and Environment

Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Pada sebuah foto terdapat teks foto atau sering disebut caption yang diperlukan untuk menjelaskan suatu foto. Kalau tanpa teks foto, maka sebuah foto

hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.

Syarat-syarat teks foto seperti di Lembaga Kantor Berita Antara, adalah sebagai

berikut:

(43)

- Kalimat pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya menjelaskan data yang dimiliki.

- Teks foto harus mengandung minimal unsur 5W + H, yaitu who, what, where, when, why + how.

- Teks foto dibuat dengan kalimat aktif sederhana (simple tense).

- Teks foto diawali dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu tanggal penyiaran dan judul, serta diakhiri dengan tahun foto disiarkan serta nama pembuat dan editor foto (Alwi, 2004: 6-7).

Menurut Alwi (2004: 42), tahapan dalam fotografi ada empat, yaitu

komposisi, fokus, kecepatan dan diafragma.

1. Komposisi

Komposisi adalah susunan dalam foto.Bagaimana susunan itu hanya

fotografer yang bisa mengetahui dan melakukannya. Komposisi dilakukan

berdasarkan: (1) point of interest. Point of interest adalah hal atau sesuatu yang paling menonjol pada foto, yang membuat orang langsung melihat kepadanya atau

disebut juga pusat perhatian. (2) framing. Framing menggunakan lensa fiks, dilakukan dengan cara fotografer maju-mundur, mendekat-menjauhi objek. Tetapi

dengan lensa zoom maka framing dilakukan dengan cara memutar ring zoom ke

kanan-kiri atau ke depan-belakang searah objek foto. (3) balance. Balance adalah keseimbangan yang harus dipertimbangkan pada objek foto.

Komposisi juga disusun berdasarkan jarak pemotretan yang dilakukan

dengan variasi longshot, medium shot dan close up. Juga sudut pengambilan dengan variasi high angle dan low angle. Lalu penempatan objek lain dengan objek utama, dengan variasi foreground dan background dan posisi kamera yang diletakkan vertikal atau horizontal.

a. Long Shot

(44)

kecil.Komposisi dengan pemotretan long shot dilakukan untuk memperoleh foto berkesan memperlihatkan suasana.

b. Medium Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek yang difoto (point of interest) sudah terlihat lebih besar dibandingkan pada pemotretan long shot. Hal ini karena kamera sudah berada atau diletakkan lebih dekat jaraknya dengan objek foto.

c. Close up

Komposisi yang terlihat hanya objek yang difoto saja atau yang dijadikan point of interest, pada seluruh permukaan foto atau kaca pembidik. Tidak ada objek lain. Sehingga hasil foto objek juga terlihat besar.

d. High Angle

Adalah pemotretan denagn menempatkan objek foto lebih rendah daripada kamera.Atau, kamera berada lebih tinggi daripada objek foto, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek foto terlihat mengecil.

e. Low angle

Adalah pemotretan dengan kamera yang ditempatkan lebih rendah daripada objek foto.Atau, objek foto berada lebih tinggi daripada kamera, sehingga objek foto terkesan membesar pada kaca pembidik.

f. Foreground

Adalah pemotretan dengan menempatkan objek lain di depan objek utama. Yang tujuannya, selain sebagai pembanding juga untuk memperindah objek utama. Objek di depan disebut foreground atau latar depan, bisa dibuat tajam (focus), bisa pula tidak tajam (blur). Fokus dilakukan pada objek utama. Hasil foto terkesan objek utama terhalang oleh objek lain didepannya.

g. Background

Kebalikan dari foreground adalah pemotretan dengan menempatkan objek utama di depan objek lain. Tujuannya seperti foreground, yaitu untuk pembanding dan memperindah objek utama. Objek lain dibelakang disebut latar belakang (background).

h. Horizontal dan Vertikal

Adalah pemotretan dengan posisi kamera mendatar (horizontal) dan hasil fotonya juga mendatar (horizontal).Sementara vertikal, posisi kamera berdiri (vertikal), sehingga hasil fotonya juga vertikal.

(45)

Adalah kegiatan mengatur ketajaman objek foto yang telah dijadikan point

of interest pada saat komposisi. Dilakukan dengan cara memutar ring fokus pada

lensa sehingga terlihat pada kaca pembidik, objek yang tadinya tidak tajam dan

tidak jelas, menjadi fokus dan tajam serta jelas bentuk dan tampilannya.

3. Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka

yang dipilih pada tombol kecepatan.Tirai ada pada bagian belakang dalam

kamera.Kecepatan diibaratkan kelopak mata manusia.Kalau kelopak mata

manusia membuka berarti manusia bisa melihat karena cahaya masuk, begitu juga

sebaliknya kalau kelopak mata tertutup.Rumus kecepatan adalah “makin besar

kecepatan (ditunjukkan dengan angka yang besar), makin sebentar/sedikit cahaya

yang bisa masuk ke kamera dan membakar film”.Sebaliknya, “makin kecil

kecepatan (ditunjukkan dengan angka yang kecil), makin lama/banyak cahaya

yang bisa masuk ke dalam kamera dan membakar film”.

4. Diafragma (Aperture)

Sama halnya dengan kecepatan, diafragma juga diibaratkan bola mata

manusia.Kalau bola mata membesar, berarti cahaya yang bisa masuk ke dalam

mata manusia banyak, terutama kalau manusia berada pada tempat yang gelap,

sehingga manusia bisa melihat di dalam kegelapan.Sebaliknya, kalau bola mata

manusia mengecil, berarti cahaya yang bisa masuk ke dalam mata manusia

(46)

mengerdip sehingga bola mata pun mengecil dan cahaya yang bisa masuk ke

dalam mata manusia pun juga sedikit.

Teori diafragma yaitu “makin besar diafragma (ditunjukkan dengan angka

kecil), makin banyak cahaya yang bisa lolos ke kamera melalui lensa”.Sebaliknya,

“makin kecil diafragma (ditunjukkan dengan angka yang besar) maka makin

sedikit cahaya yang bisa lolos ke dalam kamera melalui lensa”.

Sedangkan Rolnicki (2008) mengemukakan beberapa kaidah komposisi

yang bisa meningkatkan mutu isi gambar, yaitu sebagai berikut:

a. Center of Interest

Alasan mengapa foto diambil harus terlihat jelas bagi pemirsanya. Isi foto harus jelas terlihat dan diletakkan secara strategis dalam kerangka.

b. Rule of Thirds

Memotret subjek dengan menempatkannya langsung di tengah frame

biasanya menghasilkan foto yang statis dan kurang menarik. Saat melihat melalui lensa kamera, fotografer bisa secara visual membagi space

menjadi tiga baik secara vertikal maupun horizontal. Persilangan dari area ini akan menghasilkan titik temu yang menonjol untuk menempatkan informasi visual dalam frame.

c. Leading Lines

Garis dalam foto dapat membawa pemirsanya langsung ke subjek utama. Garis-garis ini bisa berbentuk nyata seperti jalan atau jalur yang ditempuh seseorang, atau bisa juga samar, seperti garis geometris dengan detail arsitektural.

d. Framing

Framing dalam foto memanfaatkan detail latar depan dan belakang untuk memberikan batas parsial atau frame di seputar objek utama.

e. Grounds

Meskipun foto memadatkan pemandangan tiga dimensi menjadi gambar dua dimensi, foto masih bisa menunjukkan kedalaman dan menunjukkan perbedaan spasial. Menempatkan isi yang bermakna di latar depan, tengah dan belakang gambar akan membantu prinsip ini.

f. Lighting

Pencahayaan yang menarik dapat membuat gambar lebih menarik.

(47)

Dampak adalah kekuatan foto untuk merebut perhatian orang. Pemirsa mungkin akan tertarik pada satu foto karena isinya yang dramatis.

Selain itu, teknik memotret juga menunjang hasil fotojurnalistik yang

menarik. Menurut Alwi (2004: 60-66) teknik memotret adalah suatu cara dalam

memotret setelah diketahui bagaimana tahapan memotret. Teknik memotret

bermacam-macam, tetapi yang paling banyak digunakan untuk pemotretan

fotojurnalistik adalah sebagai berikut:

a. Freeze

Adalah teknik memotret pada objek bergerak yang menginginkan objek

tersebut berhenti (diam/freeze) setelah dipotret.Karena itu digunakan

kecepatan tinggi atau diatas 1/60 sesuai gerakan objek foto. Memotret

freeze bisa dilakukan menggunakan lampu flash.

b. Blur

Adalah teknik memotret pada objek bergerak untuk memperoleh hasil foto

objek yang bergerak tersebut menjadi blur atau tidak fokus (goyang),

sementara objek yang tidak bergerak diam dan tajam. Karena itu kecepatan

yang digunakan adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.

c. Panning

Adalah teknik memotret dengan menggerakkan kamera sesuai gerakan

objek foto. Tujuannya adalah supaya gerakan tersebut terekam oleh

kamera hanya lintasannya saja pada latar belakang objek foto secara blur

bergaris.

(48)

Adalah teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan objek

mendekat/menjauhi kamera, untuk itu digunakan lensa zoom. Kecepatan yang dipakai adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.

e. Multiple Exposure

Adalah teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan

menumpuk objek yang difoto lebih dari satu kali tetapi berada pada satu

frame (bingkai film).

f. Window Light

Adalah teknik memotret dengan memanfaatkan cahaya dari satu sumber,

bisa itu cahaya dari jendela (window), bisa juga cahaya dari sumber lain

yang searah seperti halnya cahaya jendela.

g. Siluet

Adalah teknik memotret dengan menempatkan kamera menghadap

langsung sumber cahaya, sementara objek foto di tengah-tengah sumber

cahaya dengan kamera.Hasil fotonya, objek foto gelap sementara latar

belakang (sumber cahaya) terang.

II.3.2. Metode EDFAT

Entire Detail Frame Angle Time atau disingkat EDFAT merupakan metode yang diperkenalkan Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University sebagai salah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam.

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode iniadalah sesuatu proses

(49)

f. Entire (E)

Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk

mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek.

g. Detail (D)

Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu

(entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest.

h. Frame (F)

Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah

dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu

komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa

artistik semakin penting dalam tahap ini.

i. Angle (A)

Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan,

level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual

apa yang diinginkan.

j. Time (T)

Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara

diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

4.3.2 Causes of the Difficulties in Practicing Speaking Related to Psychological Factors from the Students’ and the Teachers’ Perspective

Kacang kedelai (Glycine max L. Merr) merupakan bahan dasar pembuatan tempe juga dapat dihidrolisat oleh enzim protease dibuat sebagai bahan penyedap rasa alami yang

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa service quality berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk menerapkan strategi Problem-Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan hasil belajar

kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Meningkatkan Pemahaman Uang Dan Perbankan Serta Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan Keselamatan kerja dengan pelaksanaan pencegahan kecelakaan kerja diperoleh, diperoleh P sebesar 0,001..

Konstruksi sistem suspensi diatas bekerja menjadi satu kesatuan juga, seperti pada sistem suspensi depan. Konstruksi sistem suspensi belakang tersebut bertujuan untuk

• Double click on method SAVE_DATA TO enter the class builder where you can enter custom code for this method... • Activate the BAdI Implementation before exiting... ABAP