KARYA TULIS ILMIAH
PENGETAHUAN DAN TINDAKAN BIDAN PTT DALAM PENANGANAN PERDARAHAN DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KARO TAHUN 2008
D I S U S U N
OLEH :
ESTER JULIANA PURBA 075102025
PROGRAM D-VI BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
Judul : Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan
Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
Tahun 2008.
Nama : Ester Juliana Purba
NIM : 075102025
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU
Medan, Juni 2007
Pembimbing
(dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc (CM-FM))
Nama : Ester Juliana Purba
NIM : 075102025
Judul : Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan
di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008.
ABSTRAK
Angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi salah satu penyebabnya adalah karena masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun bayi atau bahkan tanpa bantuan. Jumlah persailan yang ditolong oleh bidan dipedesaan hanya 45,83% dimana bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat termasuk ibu hamil dan melahirkan semakin berkurang tiap tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang mana populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan PTT yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2007 yaitu sebanyak 166 orang, tetapi populasi yang diambil sebagai sampel ada 33 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan bidan PTT dalam penanganan perdarahan.
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk bekerjasama dalam meningkatkan perilaku terutama pengetahuan bidan PTT tentang perdarahan dan diharapkan bidan PTT lebih aktif memotivasi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya dan meminta pertolongan persalinan kepada bidan, serta mendampingi dukun bayi dalam menolong persalinan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
penelitian dengan judul ”PENGETAHUAN DAN TINDAKAN BIDAN PTT
DALAM PENANGANAN PERDARAHAN DI WILAYAH KERJA DINAS
KESEHATAN KABUPATEN KARO TAHUN 2008”.
Dalam penyelesaian proposal ini penulis banyak mengalami kesulitan,
akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan FK USU.
2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan
Pendidik FK USU.
3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc (CM-FM) selaku Dosen Pembimbing Materi
dsalam penulisan proposal yang tiada bosan memberikan arahan dan
bimbingannya.
4. Seluruh Dosen, Staf Pegawai Administrasi Program Studi D-IV Bidan
Pendidik FK USU.
5. Ibunda tersayang yang telah memberikan dukungan moril maupun materil,
terima kasih juga untuk doa dan senyum yang tiada henti selama penulis
6. Adikku tercinta Jhonmusa Purba, Junias Purba, Kristina Florida br Purba yang
senantiasa menjadi sumber inspirasi dan penyemangat bagi penulis dan selalu
memberikan support mental demi selesainya proposal ini.
7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di D-IV Bidan Pendidik FK USU yang
selalu menguatkan penulis serta mengingatkan penulis pentingnya efisiensi
waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada
waktunya.
8. Dan seluruh pihak yang turut ambil andil dalam selesainya proposal ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan bagi isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang dapat membangun
kesempurnaan proposal ini.
Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis
pada khususnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2007 Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 2
1.3.Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1. Tujuan Umum ... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ... 2
1.4.Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kematian Maternal ... 4
2.1.1. Defenisi ... 4
2.1.2. Tingkat Kematian Maternal ... 4
2.1.3. Penyebab Kematian Maternal ... 5
2.2. Perdarahan ... 5
2.2.1. Perdarahan Antepartum ... 5
2.3. Bidan PTT ... 25
2.3.1. Tujuan Penempatan Bidan PTT di Desa ... 26
2.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi Bidan PTT di Desa ... 26
2.3.3. Status Kepegawaian Bidan PTT di Desa ... 28
2.3.4. Kewajiban dan Hak PTT Pegawai Tidak Tetap .. 28
2.3.4.1. Kewajiban Bidan PTT ... 28
2.3.4.2. Hak Bidan PTT ... 29
2.4. Pengetahuan ... 31
2.5. Tindakan ... 33
BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep ... 34
3.2. Defenisi Operasional ... 34
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 36
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
4.2.1. Populasi ... 36
4.2.2. Sample ... 36
4.3. Lokasi Penelitian ... 36
4.4. Pertimbangan Etik ... 36
4.5. Instrument Penelitian ... 37
4.6. Pengumpulan Data ... 37
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian ... 39
5.1.1. Pengetahuan Bidan PTT dalam Penanganan
Perdarahan ... 39
5.1.2. Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan
Perdarahan ... 41
5.2. Pembahasan ... 44
5.1.1. Pengetahuan Bidan PTT dalam Penanganan
Perdarahan ... 44
5.1.2. Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan
Perdarahan ... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan ... 47
Daftar Pustaka
Lampiran
1. Surat Izin Menjadi Responden
2. Kuesioner Penelitian
3. Master Data
4. Jadwal Kegiatan Penelitian
5. Rencana Biaya Penelitian
6. Surat Survie Awal Penelitian
7. Surat Izin Penelitian
8. Surat Balasan Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1a. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Bidan PTT Terhadap
Pernyataan Pengetahuan Tentang Penanganan Perdarahan di Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008 ... 40
Tabel 5.1b. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan PTT Dalam
Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Karo Tahun 2008 ... 41
Tabel 5.2a. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Bidan PTT Terhadap
Pernyataan Tindakan dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008 ... 42
Tabel 5.2b. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Bidan PTT Dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Nama : Ester Juliana Purba
NIM : 075102025
Judul : Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan
di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008.
ABSTRAK
Angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi salah satu penyebabnya adalah karena masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun bayi atau bahkan tanpa bantuan. Jumlah persailan yang ditolong oleh bidan dipedesaan hanya 45,83% dimana bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat termasuk ibu hamil dan melahirkan semakin berkurang tiap tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang mana populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan PTT yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2007 yaitu sebanyak 166 orang, tetapi populasi yang diambil sebagai sampel ada 33 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan bidan PTT dalam penanganan perdarahan.
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk bekerjasama dalam meningkatkan perilaku terutama pengetahuan bidan PTT tentang perdarahan dan diharapkan bidan PTT lebih aktif memotivasi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya dan meminta pertolongan persalinan kepada bidan, serta mendampingi dukun bayi dalam menolong persalinan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelayanan kesehatan suatu
negara di ukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Di negara–negara maju angka kematian ibu berkisar antara 5–10 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara sedang berkembang berkisar antara
750-100.000 kelahiran hidup, dan tingkat kematian ibu di Indonesia diperkirakan
sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup. (Winkjosastro (Ed), 2002)
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Karo pada tahun 2005 dari 9.549
ibu hamil, bersalin dan nifas angka kematian ibu ada 23 orang.
(Profil Dinkes Karo, 2006)
Penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia adalah
perdarahan (30,5%), di samping preekampsia dan eklampsia (22,5%) serta infeksi
(17,5%). Sebab-sebab yang penting adalah perdarahan antepartum (plasenta
previa dan solusi plasenta) dan perdarahan postpartum (retensio plasenta, atonia
uteri, trauma kelahiran), selanjutnya abortus dan kehamilan ektopik.
(Saifuddin (Ed), 2002)
Selain faktor-faktor reproduksi dan komplikasi obstetrik yang telah
diuraikan diatas, ternyata faktor-faktor pelayanan kesehatan mempunyai peranan
kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang
kurang baik dan kurangnya tenaga terlatih. (Winkjosastro (Ed), 2002)
Beranjak dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian tentang “Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam
Penanganan Pendarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
Tahun 2008”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam
Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
Tahun 2008”.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan bidan PTT dalam penanganan
perdarahan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan bidan PTT di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Karo dalam penanganan perdarahan.
2. Untuk mengetahui tindakan bidan PTT di wilayah kerja Dinas
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya bermanfaat kepada :
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
Dapat dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan penurunan angka kematian
ibu (AKI) di Kabupaten Karo.
2. Peneliti
Dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Fakultas Kedokteran
Program D-IV Bidan Pendidik serta.
3. Penelitian Lain
Dapat dipakai sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
4. Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan diperpustakaan untuk menambah wawasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kematian Maternal
2.1.1. Defenisi
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan
atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya masa kehamilan, tidak tergantung dari
lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab
tambahan lainnya. (Winkjosastro (Ed), 2002)
2.1.2. Tingkat Kematian Maternal
Berdasarkan kesepakatan Internasional, tingkat kematian maternal
didefenisikan sebagai jumlah kematian maternal selama 1 tahun dalam 100.000
kelahiran hidup. Sesungguhnya kematian ini lebih tepat disebut Maternal
Mortality Ratio, sebab denominator untuk Maternal Mortality Rate seharusnya population at risk untuk kehamilan dan persalinan yaitu jumlah wanita usia
reproduksi (15-44 tahun). (Winkjosastro (Ed), 2002)
Data kematian maternal di Indonesia pada saat ini belum ada yang tepat.
Hal ini disebabkan oleh belum adanya sistem pendaftaran wajib untuk kelahiran
kematian, menurut perkiraan kasar angka kematian maternal adalah 6-8 per 100
Angka-angka yang dewasa ini tersedia dari angka-angka dari rumah sakit
dibeberapa daerah, selain menerima wanita untuk persalinan yang telah
mendaftarkan diri terlebih dahulu, menerima pula penderita-penderita yang
dikirim dari daerah sekitarnya karena kesukaran dalam persalinan.
(Winkjosastro (Ed), 2002)
2.1.3. Penyebab Kematian Maternal
Secara garis besar penyebab kematian ibu dapat dikategorikan dalam
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
1. Penyebab Langsung
Terjadi pada kehamilan yang dikehendaki atau tidak, terdapat komplikasi
kehamilan dan persalinan seperti perdarahan, preeklampsia dan eklampsia serta
infeksi.
2. Penyebab Tidak Langsung
Jangkauan daerah Indonesia yang terlalu luas, kemiskinan, status gizi, anemia,
keterlambatan memberi pertolongan yang adekuat. (Manuaba, 2001)
2.2. Perdarahan
Perdarahan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum.
2.2.1. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28
minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan
a. Plasenta previa
b. Solusi plasenta
c. Perdarahan pada plasenta letak rendah
d. Pecahnya sinus marginalis dan vasa previa
2. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan
a. Pecahnya varices vagina
b. Perdarahan polip serviks
c. Perdarahan perlukan seviks
d. Perdarahan karena keganasan serviks
a. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
Secara teoritis plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis :
1. Plasenta pervia totalis
Menutupi seluruh osteum uteri pada pembukaan 4 cm.
2. Plasenta previa partialis
Menutupi sebagian osteum uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis
Diagnosis plasenta previa
1. Anamnese plasenta previa
a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
2. Pada inspeksi dijumpai :
a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
3. Pemeriksaan fisik ibu
a. Keadaan normal-syok
b. Kesadaran baik-koma
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
- Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
- Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
- Daerah ujung menjadi dingin
- Tampak anemis
4. Pemeriksaan khusus kebidanan
a. Pemeriksaan palpasi abdomen
b. Pemeriksaan denyut jantung janin
c. Pemeriksaan dalam
Penatalaksanaan plasenta previa
Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah :
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak
atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi
dengan :
1. Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
2. Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
3. Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
4. Persiapan donor darah untuk transfusi darah.
Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan pertolongan yang paling banyak
dilakukan bentuk operasi lainnya seperti :
a. Cunam Willet Gausz
b. Versi Braxton Hicks
c. Pemasangan kantong karet.
(Manuaba, 1998)
b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara
plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap
ibu dan janin.
Gambaran klinik solusio plasenta
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang
terlepas :
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian.
b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.
c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
d. Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam.
2. Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b. Dapat menimbulkan gejala klinik :
- Perdarahan dengan rasa sakit.
- Perut terasa tegang.
- Gerak janin kurang.
- Palpasi bagian janin sulit diraba.
- Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.
- Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol.
3. Solusio plasenta berat
a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.
b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri.
c. Penyulit pada ibu.
- Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat.
- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
- Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai
dengan perdsarahan dan penderita tampak anemis.
- Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut terasa
sakit dan janin telah meninggal dalam rahim.
- Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
- Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan kontraksi dan
atonia uteri
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
1. Anamnese
a. Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri.
b. Terjadi spontan atau karena trauma.
c. Perut terasa nyeri.
d. Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik umum.
b. Pemeriksaan fisik khusus
- Auskultasi
- Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan penunjang
Penanganan solusio plasenta
1. Solusi plasenta ringan
- Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
- Keadaan janin masih baik daspat dilakukan penanganan secara konserfatif.
- Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang
masih baik dilakukan seksio sesarea.
- Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan
rawat inap.
2. Solusi plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa
penderitanya. Tatalaksananya adalah :
- Pemasangan infus dan transfusi darah
- Memecahkan ketuban
- Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea oleh karena itu, penanganan
solusi plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas
mencukupi.
3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan
pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan atau
Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama
adalah melakukan rujukan kerumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan
pertolongan darurat :
- Pemasangan infus
- Tanpa melakukan pemeriksaan dalam.
- Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan.
- Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat.
- Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan
pertolongan pertama.
c. Perdarahan pada plasenta letak rendah
Plasenta rendah dimaksudkan bila pada pemeriksaan dalam jari tangan
yang dimasukkan dapat mencapai tepi bawah plasenta, perdarahan pada plasenta
letak rendah baru terjadi bila pembukaan mendekati lengkap.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
1. Memecahkan ketuban yang diikuti oleh induksi persalinan untuk mempercepat
proses persalinan.
2. Dilakukan tindakan mengakhiri persalinan dengan indikasi.
3. Untuk bidan segera melakukan konsultasi atau merujuk.
d. Pecahnya sinus marginalis
Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar
baru dapat diketahui setelah persalinan. Pada waktu persalinan perdarahan terjadi
tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap, perlu diperkirakan kemungkinan
e. Perdarahan karena pecahnya vasa previa
Vasa previa adalah menyilangnya pembuluh darah plasenta yang berasal
dari insersio vilamentosa pada kanlis servikalis, dan agak sukar untuk
menegakkan diagnosa. Gejala klinik yang perlu diperhatikan adalah ketuban
pecah diikuti perdarahan dan terjadi asfiksia janin dalam kandungan. Sikap yang
harus dilakukan adalah mengirim penderita kerumah sakit untuk persalinan
dengan primer seksio. (Manuaba, 1998)
2.2.2. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
setelah persalinan berlangsung, perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan
postpartum primer dan sekunder.
1. Perdarahan postpartum primer
Terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab utama adalah atoni uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan postpartum sekunder
Terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan
sisa plasenta atau membran.
Perdarahan postpartum merupakan penyebab penting kematian maternal
khususnya di negara berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan
postpartum adalah :
- Grandemultipara
- Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
a. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah tidak adanya kontraksi uterus setelah proses
persalinan. Penyebab dari atonia uteri adalah :
1. Tindakan persalinan
- Partus lama/persalinan terlantar.
- Trauma persalinan, robekan vagina.
2. Faktor predisposisi
- Anemia
- Grandemultipara
- Jarak hamil kurang dari 2 tahun
- Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil kembar
Untuk meningkatkan kontraksi otot rahim dan menghentikan perdarahan dapat
dilakukan dengan jalan :
- Masase fundus uteri
- Memberikan uterotonika dengan penyuntikan oksitoksin dan sejenisnya,
memberikan prostaglandin, melakukan tampone uterus dan vagina.
- Menghentikan atau menghilangkan sumber perdsarahan, dengan liglasi arteri
hipogastrika interna dan melakukan histerektomi.
Sikap bidan dalam menghadapi atonia uteri
1. Bidan dapat mengambil langkah-langkah untuk menangani perdarahan atonia
uteri sebagai berikut :
- Meningkatkan upaya preventif
- Melakukan konsultasi atau merujuk pasien dengan overdistensi.
- Mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun.
2. Bidan dapat segera melakukan rujukan penderita dengan didahului
tindakan-tindakan ringan :
- Memasang infus dan memberikan cairan pengganti.
- Memberikan uterotonika
- Melakukan masase uterus
- Kompresi bimanual eksternal dan internal
- Kompresi aorta abdominalis
- Penderita diantar
b. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah
jam setelah persalinan bayi.
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :
- Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva,
plasenta akreta, plasenta inkreta dan perkreta.
- Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
- Retensio plasenta tanpa perdarahan.
- Plasenta manual dengan segera dilakukan.
Sikap bidan dalam menghadapi retensio plasenta
1. Sikap umum bidan
a. Memperhatikan keadaan umum penderita
- Jumlah perdarahan
- Tekanan darah, nadi dan suhu
- Kontraksi dan tinggi fundus uteri
b. Mengetahui keadaan plasenta
- Apakah plasenta inkaserata
- Melakukan pelepasan plasenta
c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti
2. Sikap khusus bidan
a. Retensio plasenta dengan perdarahan :
- Langsung lakukan plasenta manual
b. Retensio plasenta tanpa perdarahan.
- Pastikan keadaan umum penderita, segera pasang infus dan berikan cairan
pengganti.
- Merujuk penderita.
- Memberikan transfusi.
- Proteksi dengan antibiotika
- Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis.
3. Upaya preventif retensio plasenta oleh bidan
a. Meningkatkan usaha penerimaan keluarga berencana.
b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih.
c. Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan
c. Inversio Uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam
kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian inversio uteri
sebagian besar disebabkan kurang legeartisnya pertolongan persalinan saat
melakukan persalinan plasenta secara crede, dengan otot rahim belum
berkontraksi dengan baik.
Sikap bidan dalam menghadapi inversio uteri :
1. Sikap umum bidan
- Memasang infus dan memberikan cairan pengganti
2. Sikap khusus bidan
a. Reposisi inversio uteri
- Masukan tangan ke vagina
- Fundus didorong keatas
- Berikan uterotonika
- Lakukan plasenta manual
Upaya preventif inversio plasenta oleh bidan
a. Persalinan legeartis
b. Perhatikan tanda plasenta telah lepas
c. Tes plasenta telah lepas
d. Dorong fundus uteri
d. Perdarahan robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya.
Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks dan robekan
uterus (ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan
lahir dengan perdarahan bersifat arteri atau pecahnya pembuluh darah vena.
Sikap bidan daslam menghadapi perdarahan robekan jalan lahir :
1. Evaluasi sumber perdarahan.
2. Melakukan ligasi sumber perdarahan.
Selain perdarahan antepartum dan postpartum, perdarahan yang masih
berhubungan dengan kehamilan adalah perdarahan yang disebabkan oleh
kehamilam ektopik terganggu (KET) dan juga keguguran atau abortus.
a. Kehamilan ektopik terganggu (KET)
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang berimplantasi di
luar endometrium normal dan sudah menimbulkan gangguan.
Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik dapat terjadi di :
-Pars interstisial tuba
-Pars ismika tuba
-Pars ampularis tuba
-kehamilan infundibulum tuba
Penyebab kehamilan ektopik
a. Gangguan pada lumen tuba
b. Gangguan di luar tuba
Dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa
kemungkinan :
1. Hasil konsepsi mati dini, tempatnya tidak mungkun memberikan kesempatan
untuk tumbuh kembang
2. Terjadi abortus, kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil
konsepsi mati dan lepas dalam lumen, lepasnya hasil konsepsi menimbulkan
perdarahan dalam lumen serta membentuk timbunan darah.
3. Tuba falopi pecah, karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba
dapat pecah sehingga terjadi ruptura yang menimbulkan timbunan darah kedalam
rongga abdomen.
Gejala Klinik Kehamilan Ektopik :
Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan
tuba, lamanya kedalam rongga abdomen , jumlah darah yang terdapat dalam
rongga abdomen, dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan terjadi. Dengan
demikian trias gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai berikut :
1. Terjadinya amenerhoe, lamanya bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa
bulan dan dengan amenerhoen dapat di jumpai tanda-tanda hamil muda.
2. Terjadinya nyeri abdomen, disebabkan kehamilan tuba yang pecah.
3. Perdarahan, terjadi abortus atau ruptura kehamilan tuba terdapat perdarahan ke
Diagnosis Hamil Ektopik Yang Terganggu :
1. Anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu: amenerhoe, rasa nyeri
yang mendadak, perdarahan.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Fisik umum : tampak anemis, daerah ujung dingin, nadi meningkat, tekanan
darah turun sampai syok, nyeri pada saat perabaan.
b. Pemeriksaan khusus melalui vagina : nyeri goyang pada pemeriksaan vaginal,
mungkin terasa tumor di samping uterus.
3. Kehamilan abdominal
Kehamilan abdominal dapat berlanjut sampai mencapai besar tertentu. Dalam
perkembangan kadang-kadang mencapai aterm, atau mati karena kekurangan
nutrisi yang disebabkan plasenta tidak mencapai tempat yang baik.
Sikap Bidan Dalam Menghadapi Kehamilan Ektopik Terganggu :
- Menetapkan diagnosa
- Persiapan mengirim penderita ke puskesmas, dokter/rumah sakit.
- Pasang infus cairan pengganti
- Siapkan donor keluarga
- Sedapat mungkin di antar
b. Keguguran (Abortus)
Keguguran adalah dikeluarkanya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di
luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur hamil
Kejadian abortus sulit diketahui, karena sebagian besar tidak dilaporkan dan
banyak dilakukan atas permintaan. Keguguran spontan diperkirakan sebesar
10% -15%.
Keguguran atau abortus dapat dibagi menjadi :
a. Berdasarkan Kejadiannya
1. Keguguran spontan
2. Keguguran buatan atas indikasi medis, indikasi sosial
b. Berdasarkan Pelaksanaannya
1. Keguguran buatan terapeutik
2. Keguguran buatan ilegal
c. Berdasarkan Gambaran Klinisnya
1. Keguguran lengkap
2. Keguguran tidak lengkap
3. Keguguran mengancam
4. Keguguran tak terhalangi
5. Keguguran habitualis
6. Keguguran dengan infeksi
7. Missed abortion
Penyebab keguguran sebagian besar belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor :
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi : faktor kromosom, faktor lingkungan
2. Kelainan pada plasenta : infeksi pada plasenta, gangguan pembuluh darah
plasenta, hipertensi yang menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta.
3. Penyakit ibu : penyakit infeksi, anemia ibu, penyakit menahun ibu.
4. Kelainan yang terdapat pada rahim
Dasar Diagnosis Keguguran
Dugaan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Terdapat keterlambatan datang bulan
b. Terjadi perdarahan
c. Disertai sakit perut
d. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
e. Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif
Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi :
1. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan
2. Pemeriksaan fundus uteri
3. Pemeriksaan dalam
Dengan hasil pemeriksaan demikian tatalaksana penanganan keguguran
disesuaikan dengan diagnosis klinik.
a. Abortus imminen (keguguran mengancam)
Terdapat keterlambatan datang bulan, terdapat perdarahan disertai perut
sakit, Besar rahim sesuai dengan usia kehamilan, ada kontraksi uterus, hasil
Penanganan Abortus Imminen :
a. Istirahat total ditempat tidur
b. Memberikan obat-obatan seperti penenang (penobarbita 3 x 30 mgrl, valium),
anti perdarahan (adona, transamin), Vitamin, hormonal (progsrteron), penguat
palsenta (gestanon, duphaston), anti kontraksi (duvadilan, papaverin).
c. Evaluasi perdarahan dan jumlahnya, tes kehamilan dapat diulangi, konsultasi
denga doter spesialis kandungan untuk penanganan lebih lanjut dan pemeriksaan
ultrasonografi (USG).
b. Abortus insipien (keguguran membakat)
Keguguran membakat ini tidak dapat dihentikan, karena setiap saat dapat
terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi.
Keguguran membakat ditandai dengan perdarahan lebih banyak, perut mules lebih
hebat, pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis
terbuka.
Penanganan Keguguran Membakat :
a. Pada hamil kurang dari 14 minggu, dapat segera dilakukan kuretase, sehingga
hasil konsepsi seluruhnya dapat dikeluarkan.
b. Pada kasus dengan perdarahan banyak, dikeluarkan secara digital.
Apabila bidan menghadapi keguguran membakat, segera berkonsultasi dengan
c. Abortus inkompletus (keguguran tak lengkap)
Keguguran tak lengkap ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi darim uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis : perdarahan
memanjang sampai keadaan anemis, perdarahan mendadak, terjadi infeksi, pada
pemeriksaan dijumpai gambaran kanalis servikalis terbuka, dapat diraba jaringan
dalam rahim.
Penanganan Keguguran Tak Lengkap :
a. Dalam keadaan gawat karena kekurangan darah, dapat dipasang infus dan
tranfusi darah untuk memulihkan keadaan umum.
b. Diikuti kerokan langsung pada umur hamil kurang dari 14 minggu dan dengan
induksi pada umur hamil di atas 14 minggu.
c. Pengobatan, memberikan uterotonika, antibiotik untuk menghindari infeksi.
c. Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Keguguran lengkap berarti seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan,
sehingga tidak memerlukan tindakan.
Gambaran klinisnya adalah uterus telah mengecil, perdarahan sedikit, dan kanalis
servikalis telah tertutup.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang keguguran lengkap, bidan dapt
d. Abortus infeksiosus (keguguran disertai infeksi)
Keguguran disertai infeksi sebagian dalam bentuk tidak lengkap dan
dilakukan dengan cara kurang legeartis. Keguguran dengan infeksi memerlukan
tindakan medis khusus, sehingga bidan perlu berkonsultasi dengan dokter
kandungan untuk penanganan.
Disamping itu penatalaksanaan khusus diperlukan pada keguguran habitualis dan
missed abortion. Tugas bidan adalah mengirimkan penderita kepusat pelayanan
kesehatan yang dapat memberikan pertolongan. (Manuaba, 1998)
2.3. Bidan PTT
Departemen kesehatan melakukan upaya terobosan untuk mempercepat
penurunan AKI dengan menempatkan bidan di desa. Kebijakan tersebut
dijelaskan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.
871/Menkes/SK/VII/1994.Untuk mewujudkan kebijaksanaan yang telah
ditetapkan itu, maka diselenggarakanlah Program Pendidikan Bidan satu tahun
bagi mereka yang telah lulus SPK. Lulusan Pendidikan Bidan tersebut akan
ditempatkan di desa-desa.
Bidan adalah merupakan tenaga profesional yang strategis untuk ditempatkan dan
bertugas di desa mempunyai wilayah kerja 1-2 dan dalam melaksanakan tugas
pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya, bidan bertanggung
2.3.1. Tujuan Penempatan Bidan PTT di Desa
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penempatan bidan di desa adalah untuk meningkatkan mutu
dan pemerataan pelayanan melalui Puskesmas dan Posyandu dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka
kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat.
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program prioritas di
desa.
3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan
nifas, dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi.
4. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan
persalinan dan perinatal.
5. Menurunkan jumlah balita dengan gizi buruk dan diare.
6. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu
pembinaan kesehatan kelompok dasawisma.
2.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi Bidan PTT di Desa
Tugas pokok bidan PTT di desa adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan kegiatan pokok Puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan
urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang
b. Menggerakkan dan membina masyarakat di desa wilayah kerjanya agar tumbuh
kesadaran untuk dapat berperilaku hidup sehat.
Fungsi Bidan di desa antara lain :
Bidan PTT di desa berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan, khususnya
pelayanan KIA termasuk KB di wilayah desa tempat tinggalnya.
Dalam menjalankan fungsinya bidan di wajibkan tinggal di desa tempat
tinggalnya dan memberikan pelayanan secara aktif.
Pelayanan kesehatan yang diberikan bidan di desa antara lain :
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah
penduduk, menangani persalinan dan pelayanan keluarga berencana.
b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
yang sesuai dengan permasalahan setempat.
c. Membina dasn memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
d. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan.
e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya
masyarakat.
f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke Puskesmas kecuali
dalam keadaan darurat harus di rujuk ke fasilitas kesehatan lainnya.
g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian
kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai
2.3.3. Status Kepegawaian Bidan PTT di Desa
Status kepegawaian bidan di desa adalah sebagai Pengatur Muda
(Golongan II/a).
2.3.4. Kewajiban dan Hak Pegawai Tidak Tetap
Pada umumnya kewajiban dan hak bidan sebagai pegawai tidak tetap
hampir sama dengan Bidan Pegawai Negeri Sipil.
Dalam lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.871/Menkes/VII/1994 tanggal 26 Agustus 1994 diuraikan dengan jelas
kewajiban dan hak Bidan Pegawai Negeri tidak tetap yaitu :
2.3.4.1. Kewajiban Bidan PTT
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah.
2. Menyimpan rahasia Negara dan rahasia jabatan.
3. Menaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk ketentuan kedinasan bagi Pegawai Negeri Sipil.
4. Melaksanakan masa bakti sekurang-kurangnya selama 3 tahun dan dapat
diperpanjang untuk 1 kali selama 3 tahun.
5. Melaksanakan tugas bidan sebagai bidan sesuai program pemerintah di bidang
kesehatan.
6. Menjadi peserta PT. ASKES dan wajib membayar iuran 2% dari gaji pokok.
7. Membayar pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Mengikuti latihan pra tugas untuk menunjang pelaksanaan tugas bidan PTT
9. Menjadi anggota Kopri selaku Pegawai Republik Indonesia.
10. Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaannya kepada kepala Puskesmas
sesuai ketentuan yang berlaku.
2.3.4.2. Hak Bidan PTT
1. Bidan PTT memperoleh penghasilan berupa :
a. Gaji pokok
b. Tunjangan pegawai tidak tetap
c. Tunjangan khusus
d. Tunjangan pajak penghasilan
2.Bidan PTT memperoleh biaya perjalanan dari ibu kota kabupaten tempat
pendidikan kebidanan ke tempat tugas.
3. Bidan PTT memperoleh biaya perjalanan setelah selesai masa bakti ke ibukota
provinsi setempat.
4. Bidan PTT memperoleh perjalanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
bagian Pegawai Negeri Sipil Golongan II.
5. Bidan PTT apabila meninggal dunia pada waktu/karena dan dalam
melaksanakan tugas memperoleh biaya pemakaman sesuai ketentuan yang
berlaku.
6. Bidan PTT yang meninggal dunia pada waktu menjalankan tugas kepada ahli
warisnya diberikan uang duka wafat sebesar 6 kali penghasilan terakhir.
7. Bidan PTT apabila memerlukan pemeliharaan kesehatan memperoleh
8. Bidan PTT apabila memerlukan pemeliharaan kesehatan memperoleh
pelayanan berdasarkan ketentuan yang berlaku terhadap peserta PT. ASKES.
9. Bidan PTT memperoleh cuti :
a. 12 hari kerja setelah melaksanakan tugas selama 1 tahun.
b. Paling lama 14 hari kerja dalam satu tahun apabila sakit yang dibuktikan
dengan surat keterangan dokter atau.
c. Tiga bulan termasuk hari libur apabila yang bersangkutan bersalin.
10. Bidan PTT berhak mendapat lisensi yaitu kewenangan untuk melakukan
kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan, serta
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka untuk melaksanakan kegiatannya, bidan di desa memperoleh
peralatan antara lain :
- Puskesmas KIT (PHN KIT dengan tensi meter dengan alat pertolongan
persalinan).
- Steteskop monoral
- IUD KIT
- Alat dan obat kontrasepsi
- Vit. A dosis tinggi
- Oralit
2.4. Pengtahuan
2.4.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil ”tahu”, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui penginderaan manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
2.4.2. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang di ketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaginya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalm konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatun struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi baru yang ada.
e. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-panilain itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang
telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.
Kedalam pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
2.5. Tindakan
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antar lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas diperlukan juga faktor dukungan (support) dari pihak
lain.
Tingkat-tingkat tindakan, yaitu:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guide respon)
Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai denagn contoh.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik,
artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakannya tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah beberapa jam, hari, atau bulan
yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian yaitu pengetahuan dan tindakan bidan
PTT dalam penanganan perdarahan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Karo tahun 2008.
3.2. Defenisi Operasional
1. Pengetahuan Bidan PTT
Defenisi : Seberapa banyak informasi dan pengertian bidan PTT dalam
penanganan perdarahan
Cara ukur : Skala Guttman
Kriteria : Nilai 1 memilih jawaban benar
Nilai 0 memilih jawaban salah atau tidak menjawab pernyataan
Hasil ukur : Baik
Sedang
Kurang PENGETAHUAN
BIDAN PTT
TINDAKAN BIDAN PTT
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
2. Tindakan Bidan PTT
Defenisi : Segala sesuatu yang dilakukan oleh bidan PTT dalam penanganan
perdarahan.
Cara ukur : Skala Guttman
Kriteria : Nilai 1 memilih jawaban ya
Nilai 0 memilih jawaban tidak
Hasil ukur : Baik
Sedang
Kurang
Alat ukur : Kuesioner
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan
menggambarkan mengidentifkasi variabel-variabel yang diteliti.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan PTT yang terdaftar pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2007 yaitu sebanyak 166 orang.
4.2.2. Sampel
Besar sampel penelitian 20% x 166 orang yaitu 33 orang
Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara acak atau random sampling.
4.3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
pada bulan Maret – Mei 2008.
4.4. Pertimbangan Etik
1. Meminta persetujuan dan izin dari Ketua Program D-IV Bidan Pendidik
3. Penelitian ini dilakukan pada bidan PTT yang terdaftar dikantor Dinas
Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2007 dan telah menandatangani surat
persetujuan untuk diteliti (inform consent)
4. Penelitian ini akan menjaga kerahasian responden yang diteliti.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen berupa kuesionar/angket yang disusun oleh peneliti didasarkan
pada konsep tinjauan pustaka dan berisi 30 pertanyaan/pernyataan. Dimana 15
pernyataan/pertanyaan berisi tentang pengetahuan dan 15 pernyataan/pertanyaan
berisi tentang tindakan.
Kemudian nilai masing-masing jawaban pengetahuan :
- Pengetahuan baik bila responden memperoleh nilai antara 10 -15
- Pengetahuan sedang bila responden memperoleh nilai antara 5 - 9
- Pengetahuan kurang bila responden memperoleh nilai antara 0 – 4
Dan nilai masing-masing jawaban tindakan :
- Tindakan baik bila responden memperoleh nilai antara 10 -15
- Tindakan sedang bila responden memperoleh nilai antara 5 - 9
- Tindakan kurang bila responden memperoleh nilai antara 0 – 4
4.6. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan membagikan
kuesioner pada responden yang berisi tentang pengetahuan dan tindakan bidan
4.7. Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan SPSS dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing, dilakukan pengecekkan kelengkapan identitas responden dan
pengecekkan data yang telah diisi oleh responden.
2. Coding, yaitu memberi tanda pada data yang telah dianggap sesuai dengan
variabelnya masing-masing.
3. Tabulating, yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diolah,
dipindahkan ke dalam tabel untuk masing-masing variabel. (Hidayat, 2007)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan tindakan bidan
PTT dalam penanganan perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Karo Tahun 2008 dari 30 responden telah diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut :
5.1.1. Pengetahuan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan
Pengetahuan bidan PTT diukur untuk mengetahui sejauh mana mereka
mengenal secara teoritis segala hal yang berkaitan dengan penanganan
perdarahan. Berdasarkan pernyataan mengenai sifat perdarahan plasenta previa
sebesar 78,8% responden menjawab salah, 75,8% responden juga menjawab salah
tentang tanda spesifik solusio plasenta, kasus rujukan pada plasenta previa sebesar
69,7% menjawab salah. Sementara banyak juga responden menjawab benar
mengenai pengertian perdarahan antepartum dan juga retensio plasenta(93,1%).
Tabel 5.1a.
Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Bidan PTT Terhadap Pernyataan Pengetahuan Tentang Penanganan Perdarahan di Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008
No
Pernyataan Benar Salah
f % f %
7 Kejadian retensio plasenta dengan
grandemultipara 13 39.4 20 60.0
8 Pengertian nversio uteri 17 51.5 16 48.5
9 Sumber perdarahan dari perineum dan
servik 24 72.2 9 27.3
10 Perdarahan pada abortus inkompletus 29 87.9 4 12.1
11 Trias gejala klinik kehamilan ektopik 26 78.8 7 21.2
12 Keharusan rujukan abortus imminen 19 57.6 14 42.4
13 Pemberian vitamin dan anti perdarahan
pada abortus imminen 16 48.5 17 51.5
14 Plasenta previa harus dirujuk dan operasi 10 30.3 23 69.7
15 Pemasangan infus pada antonio uteri 32 97.0 1 3.0
Berdasarkan kategori pengetahuan bidan PTT dalam penanganan perdarahan
diketahui sebanyak 13 orang (39,4%) berpengetahuan baik dan dalam penanganan
Tabel 5.1b.
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan PTT Dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Karo Tahun 2008
No Pengetahuan Bidan PTT f %
1 Baik 13 39.4
2 Sedang 20 60.6
Total 33 100.0
5.1.2. Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan
Berdasarkan jawaban pernyataan responden atas tindakan dalam
penanganan perdarahan, ada sebesar 90,9% responden menjawab tidak melakukan
upaya preventif terhadap pasien dengan atonia uteri yaitu dengan memberikan
cairan pengganti berupa cairan infus dan sebesar 66,7% responden menyatakan
tidak melakukan pemecahan ketuban yang diikuti dengan induksi persalinan pada
pasien dengan perdarahan plasenta letak rendah. Secara rinci dapat dilihat berikut
Tabel 5.2a.
Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Bidan PTT Terhadap Pernyataan Tindakan dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008
No
Pernyataan Ya Tidak
f % f %
1
Sebelum merujuk pasien KET apakah anda melakukan pemasangan infus, menyiapkan donor keluarga dan sedapat mungkin mengantarkan pasien
23 69.7 10 30.3
2
Apakah dalam melakukan rujukan pada penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan : pemasangan infus, sedapat mungkin diantar, dilengkapi keterangan, dipersiapkan donor darah dari pihak keluarga.
30 90.9 3 9.1
3
Sebelum dirujuk apakah pasien dengan solusio plasenta harus diperiksa dalam terlebih dahulu selain dilakukan pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
14 42.4 19 57.6
4
Apakah pada pasien dengan perdarahan plasenta letak rendah dapat dilakukan pemecahan ketuban yang diikuti dengan induksi persalinan.
11 33.3 22 66.7
5
Apakah upaya preventif yang harus dilakukan terhadap pasien dengan atonia uteri yaitu dengan memberikan cairan pengganti berupa cairan infus.
3 9.1 30 90.9
6
Apabila tindakan masase uterus tidak berhasil pada kasus atonia uteri maka dapat dilanjutkan dengan melakukan kompresi bimanual dan kompresi aorta abdominal.
21 63.6 12 36.4
7
Sebelum melakukan kompresi uterus bimanual sebaiknya bersihkan genetalia bagian luar, sarung tangan dipasang pada tangan kiri dan masukkan tangan kedalam vagina, kepalkan tangan dan tekan forniks anterior, tangan kanan memegang fundus uteri bagian belakang dan melipatnya ketangan kiri yang berada didalam vagina
Tabel 5.2a. (Lanjutan)
No
Pernyataan Ya Tidak
f % f %
8
Apakah tindakan khusus bidan dalam menangani kasus retensio plasenta dengan perdarahan dapat langsung melakukan plasenta manual.
24 72.7 9 27.3
9
Sebelum melakukan plasenta manual sebaiknya disiapkan peralatan sarung tangan steril dan disinfektan untuk genitalia eksternal
26 78.8 7 21.2
10
Apakah kesempatan untuk melakukan plasenta manual bila ada indikasi perdarahan kurang dari 400 cc.
11 33.3 22 66.7
11
Apakah pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III dapat dilakukan masase uterus untuk
mempercepat proses persalinan plasenta
12 36,4 21 63.6
12
Apakah tindakan umum yang dapat
dilakukan pada kasus inversio uteri adalah melakukan reposisi inversio uteri
25 75.8 8 24.2
13
Reposisi pada kasus inversio uteri dilakukan dengan cara : memasukkan tangan ke vagina, lalu fundus didorong keatas, dan berikan uterotonika.
28 84.8 5 15.2
14
Setelah menetapkan sumber perdarahan pada kasus perdarahan robekan jalan lahir maka langkah selanjutnya
30 90.9 3 9.1
15
Apakah untuk menetapkan sumber
perdarahan pada perdarahan robekan jalan lahir dapat dilakukan hanya dengan pemeriksaan dalam saja
20 60.6 13 39.4
Berdasarkan kategori tindakan bidan dalam penanganan perdarahan diketahui
sebanyak 13 orang (39,4%) bertindak kategori baik dalam penanganan perdarahan
dan sebanyak 20 orang (60.6%) bertindak kategori sedang dalam penanganan
Tabel 5.2b.
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Bidan PTT Dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Karo Tahun 2008
No Tindakan Bidan PTT f %
1 Baik 13 39.4
2 Sedang 20 60.6
Total 33 100.0
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pengetahuan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan
Berdasarkan kategori pengetahuan bidan PTT dalam menangani
perdarahan menunjukkan dari 33 bidan sebanyak 13 orang (39,4%)
berpengetahuan baik dalam penanganan perdarahan dan berpengetahuan sedang
sebanyak 20 orang (60,6%).
Bidan PTT dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya menangani kasus
perdarahan, selalu dimulai dari domain kognitif dalam arti bidan tersebut sudah
tahu terhadap stimulus berupa materi-materi/ilmu kebidanan yang didapatkan
secara teoritis sehingga menimbulkan pengetahuan baru. Selanjutnya
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap bidan terhadap pelayanan yang
akan diberikannya. Akhirnya rangsangan, yaitu objek yang telah diketahui dan
disadari penuh tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa
Menurut Fesbein dan Alzen yang juga dikutip Notoatmodjo (2003), sikap yang
terbentuk apakah positif atau negatif tergantung dari segi bermanfaat atau
tidaknya komponen pengetahuan. Makin banyak manfaat yang diketahui, semakin
positif sikap yang terbentuk dan sikap positif tersebut akan mempengaruhi niat
bidan untuk melakukan tindakan medis dalam upaya penanganan pasien yang
mengalami kasus perdarahan.
Dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap penguasaan materi-materi
kebidanan khususnya pelayanan maternal oleh bidan PTT dapat secara langsung
membentuk sikap serta tindakan dalam pemberian pelayanan sehingga ibu hamil
merasa puas dan selalu termotivasi melakukan hal-hal yang dianjurkan bidan di
kehidupan sehari-harinya. Dengan adanya fenomena ini dapat meningkatkan mutu
dan pemerataan pelayanan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu, bayi,
anak balita dan menurunkan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
5.2.2. Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan
Berdasarkan kategori tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan
diketahui sebanyak 13 orang (39,4%) bertindak baik dalam penanganan
perdarahan dan bertindak kategori sedang ada sebanyak 20 orang (60,6%).
Hal ini dapat dilihat persentase bidan melakukan pemasangan infus, menyiapkan
donor keluarga dan sedapat mungkin mengantarkan pasien sebelum merujuk
pasien KET (69,7%), tindakan khusus bidan dalam menangani kasus retensio
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa tindakan adalah realisasi dari
pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata.Tindakan juga merupakan
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka. Bidan yang
melakukan sebelumnya telah memilki pengetahuan medis dasar yang sebelumnya
sudah didapatkan di jenjang pendidikan kebidanan.
Jadi bisa dikatakan tindakan bidan dalam penanganan perdarahan merupakan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan kategori pengetahuan bidan PTT dalam menangani perdarahan
menunjukkan dari 33 bidan sebanyak 13 orang (39,4%) berpengetahuan baik
dalam penanganan perdarahan dan berpengetahuan sedang sebanyak 20 orang
(60,6%).
2. Berdasarkan kategori tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan
diketahui sebanyak 13 orang (60,6%) bertindak baik dalam penanganan
perdarahan dan bertindak kategori sedang ada sebanyak 13 orang (39,4%).
6.2. Saran
1. Diadakan peningkatan kualitas dan kuantitas dari sistem kinerja bidan
PTT dalam rangka memberikan pelayanan medik yang berprioritas pada
peningkatan status kesehatan ibu dan anak dengan melalui pemberian
pelatihan, supervisi, kesempatan melanjutkan jenjang pendidikan formal
yang lebih tinggi.
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan di puskesmas/ posyandu atau
unit pelayanan kesehatan lainnya agar dapat dijangkau seluruh lapisan
3. Peningkatan kegiatan konseling kesehatan khususnya pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Andra. 2007. Uterus Robek Nyawa Ibu dan Bayi Melayang.
http://www.Depkes.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Kematian Ibu Tragedi Yang Tak Perlu
Terjadi. Jakarta.
---. 2002. Buku Saku Bidan di Desa. Jakarta.
---. 2003. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara. Medan.
---. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. 2006. Proposal Rencana Pembangunan
Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2006. Kabanjahe.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Bidan. Jakarta : EGC.
---. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
---. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-prinsip
Saifuddin, BA (Ed). 2002. Rencana Strategi Making Pregnancy Safer (MPS)
di Indonesia 2001-2010. Jakarta : Majalah Kedokteran Vol. 26.
---. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Winkjosastro, Hanafi (Ed). 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
JADWAL KEGIATAN (TIME TABLE) PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK. USU
TA. 2007 – 2008
NO Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Riset Desain dan
Metodologi
Hasil Penelitian dan
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK-USU
TAHUN 2007/2008
Penelitian utama
(10 bulan)
1 Orang
Asisten peneliti 5 Orang 25.000 125.000
Perizinan penelitian
1 Lembar 100.000 100.000
Operator komputer
(3 bulan)
1 Orang 300.000 300.000
Pencari sumber
data
1 Orang 200.000 200.000
2 BIAYA NON
Ls Lembar 100.000 100.000
d. Pencetakan proposal
50 Lembar 100 5.000
i. Pengetikan
k. Penggandaan KTI
5 Buah 20.000 100.000
l. Penjilidan
6 Buah 10.000 60.000
o. Transportasi survey
6 Orang 50.000 300.000
p. Akomodasi survey
7 Orang 50.000 350.000
q. Transportasi penelitian PP
1 Orang 150.000 150.000
r. Akomodasi penelitian
1 Orang 150.000 150.000
s. Akomodasi responden
33 Orang 30.000 990.000
JUMLAH 3.937.500
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Ibu/Saudara Responden
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik
FK USU, saya akan melakukan penelitian tentang Pengaruh Perilaku Bidan PTT
dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu terhadap Kejadian Perdarahan di
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh perilaku
bidan PTT dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu terhadap kejadian
perdarahan.
Untuk keperluan tersebut saya mohon bersedia/tidak bersedia* ibu/saudara
untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon
bersedia/tidak bersedia* ibu/saudara untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan
dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban ibu/saudara dijamin kerahasiaannya.
Demikianlah lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan
partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Medan, November 2008
Responden Penulis
KUESIONER PENELITIAN
Nomor responden :
Petunjuk pengisian
Jawablah pertanyaan/pernyataan yang menurut anda paling tepat dengan
membubuhkan tanda checklist (v) pada kolom yang telah tersedia.
I.PENGETAHUAN
No Pertanyaan/Pernyataan Benar Salah
1.
2.
3.
4.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam
yang terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih,
sedangkan perdarahan postpartum merupakan perdarahan
yang terjadi setelah 24 jam persalinan
Plasenta previa adalah terlepasnya plasenta sesudah janin
lahir, sedangkan solusio plasenta adalah plasenta dengan
implantasi disekitar segmen bawah rahim.
Sifat perdarahan dari plasenta previa adalah perdarahan
yang disertai nyeri, sebabnya jelas, berulang, warna darah
merah segar.
Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 bagian tetapi belum
mencapai 2/3 bagian dengan gejala klinik palpasi janin
5.
Tanda spesifik dari solusio plasenta adalah perdarahan
disertai rasa nyeri, terjadi spontan, ibu tampak anemis,
perut tegang, dan pada palpasi bagian janin sulit diraba.
Atonia uteri bisa disebabkan oleh tindakan persalinan
yang kurang baik.
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta
selama 15 menit setelah bayi lahir.
Inversio uteri adalah masuknya fundus uteri kevagina.
Pada abortus inkompletus (keguguran tak lengkap) terjadi
perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
Trias gejala klinik dari kehamilan ektopik terganggu
(KET) adalah amenerhoe, nyeri abdomen dan perdarahan.
Menurut ibu setiap kasus abortus atau keguguran harus
dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Menurut ibu jika ditemukan pasien dengan abortus
inkompletus secepat mungkin langsung dikuret.
Menurut ibu pasien dengan plasenta previa harus dirujuk
dan harus segera dioperasi.
Menurut ibu pasien dengan solusio plasenta ringan yang
perdarahannya berhenti dan keadaan baik pada kehamilan