• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Tindakan Bidan PTT Dalam Penanganan Perdarahan Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Dan Tindakan Bidan PTT Dalam Penanganan Perdarahan Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN BIDAN PTT DALAM PENANGANAN PERDARAHAN DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN KARO TAHUN 2008

D I S U S U N

OLEH :

ESTER JULIANA PURBA 075102025

PROGRAM D-VI BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Judul : Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan

Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

Tahun 2008.

Nama : Ester Juliana Purba

NIM : 075102025

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU

Medan, Juni 2007

Pembimbing

(dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc (CM-FM))

(3)

Nama : Ester Juliana Purba

NIM : 075102025

Judul : Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan

di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008.

ABSTRAK

Angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi salah satu penyebabnya adalah karena masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun bayi atau bahkan tanpa bantuan. Jumlah persailan yang ditolong oleh bidan dipedesaan hanya 45,83% dimana bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat termasuk ibu hamil dan melahirkan semakin berkurang tiap tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang mana populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan PTT yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2007 yaitu sebanyak 166 orang, tetapi populasi yang diambil sebagai sampel ada 33 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan bidan PTT dalam penanganan perdarahan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk bekerjasama dalam meningkatkan perilaku terutama pengetahuan bidan PTT tentang perdarahan dan diharapkan bidan PTT lebih aktif memotivasi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya dan meminta pertolongan persalinan kepada bidan, serta mendampingi dukun bayi dalam menolong persalinan.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal

penelitian dengan judul ”PENGETAHUAN DAN TINDAKAN BIDAN PTT

DALAM PENANGANAN PERDARAHAN DI WILAYAH KERJA DINAS

KESEHATAN KABUPATEN KARO TAHUN 2008”.

Dalam penyelesaian proposal ini penulis banyak mengalami kesulitan,

akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan FK USU.

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan

Pendidik FK USU.

3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc (CM-FM) selaku Dosen Pembimbing Materi

dsalam penulisan proposal yang tiada bosan memberikan arahan dan

bimbingannya.

4. Seluruh Dosen, Staf Pegawai Administrasi Program Studi D-IV Bidan

Pendidik FK USU.

5. Ibunda tersayang yang telah memberikan dukungan moril maupun materil,

terima kasih juga untuk doa dan senyum yang tiada henti selama penulis

(5)

6. Adikku tercinta Jhonmusa Purba, Junias Purba, Kristina Florida br Purba yang

senantiasa menjadi sumber inspirasi dan penyemangat bagi penulis dan selalu

memberikan support mental demi selesainya proposal ini.

7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di D-IV Bidan Pendidik FK USU yang

selalu menguatkan penulis serta mengingatkan penulis pentingnya efisiensi

waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada

waktunya.

8. Dan seluruh pihak yang turut ambil andil dalam selesainya proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan bagi isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang dapat membangun

kesempurnaan proposal ini.

Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis

pada khususnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2007 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kematian Maternal ... 4

2.1.1. Defenisi ... 4

2.1.2. Tingkat Kematian Maternal ... 4

2.1.3. Penyebab Kematian Maternal ... 5

2.2. Perdarahan ... 5

2.2.1. Perdarahan Antepartum ... 5

(7)

2.3. Bidan PTT ... 25

2.3.1. Tujuan Penempatan Bidan PTT di Desa ... 26

2.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi Bidan PTT di Desa ... 26

2.3.3. Status Kepegawaian Bidan PTT di Desa ... 28

2.3.4. Kewajiban dan Hak PTT Pegawai Tidak Tetap .. 28

2.3.4.1. Kewajiban Bidan PTT ... 28

2.3.4.2. Hak Bidan PTT ... 29

2.4. Pengetahuan ... 31

2.5. Tindakan ... 33

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep ... 34

3.2. Defenisi Operasional ... 34

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 36

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

4.2.1. Populasi ... 36

4.2.2. Sample ... 36

4.3. Lokasi Penelitian ... 36

4.4. Pertimbangan Etik ... 36

4.5. Instrument Penelitian ... 37

4.6. Pengumpulan Data ... 37

(8)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian ... 39

5.1.1. Pengetahuan Bidan PTT dalam Penanganan

Perdarahan ... 39

5.1.2. Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan

Perdarahan ... 41

5.2. Pembahasan ... 44

5.1.1. Pengetahuan Bidan PTT dalam Penanganan

Perdarahan ... 44

5.1.2. Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan

Perdarahan ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan ... 47

(9)

Daftar Pustaka

Lampiran

1. Surat Izin Menjadi Responden

2. Kuesioner Penelitian

3. Master Data

4. Jadwal Kegiatan Penelitian

5. Rencana Biaya Penelitian

6. Surat Survie Awal Penelitian

7. Surat Izin Penelitian

8. Surat Balasan Penelitian

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1a. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Bidan PTT Terhadap

Pernyataan Pengetahuan Tentang Penanganan Perdarahan di Wilayah

Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008 ... 40

Tabel 5.1b. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan PTT Dalam

Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Karo Tahun 2008 ... 41

Tabel 5.2a. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Bidan PTT Terhadap

Pernyataan Tindakan dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah

Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008 ... 42

Tabel 5.2b. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Bidan PTT Dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

(11)

Nama : Ester Juliana Purba

NIM : 075102025

Judul : Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan

di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008.

ABSTRAK

Angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi salah satu penyebabnya adalah karena masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun bayi atau bahkan tanpa bantuan. Jumlah persailan yang ditolong oleh bidan dipedesaan hanya 45,83% dimana bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat termasuk ibu hamil dan melahirkan semakin berkurang tiap tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang mana populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan PTT yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2007 yaitu sebanyak 166 orang, tetapi populasi yang diambil sebagai sampel ada 33 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan bidan PTT dalam penanganan perdarahan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk bekerjasama dalam meningkatkan perilaku terutama pengetahuan bidan PTT tentang perdarahan dan diharapkan bidan PTT lebih aktif memotivasi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya dan meminta pertolongan persalinan kepada bidan, serta mendampingi dukun bayi dalam menolong persalinan.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelayanan kesehatan suatu

negara di ukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

Di negara–negara maju angka kematian ibu berkisar antara 5–10 per 100.000

kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara sedang berkembang berkisar antara

750-100.000 kelahiran hidup, dan tingkat kematian ibu di Indonesia diperkirakan

sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup. (Winkjosastro (Ed), 2002)

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Karo pada tahun 2005 dari 9.549

ibu hamil, bersalin dan nifas angka kematian ibu ada 23 orang.

(Profil Dinkes Karo, 2006)

Penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia adalah

perdarahan (30,5%), di samping preekampsia dan eklampsia (22,5%) serta infeksi

(17,5%). Sebab-sebab yang penting adalah perdarahan antepartum (plasenta

previa dan solusi plasenta) dan perdarahan postpartum (retensio plasenta, atonia

uteri, trauma kelahiran), selanjutnya abortus dan kehamilan ektopik.

(Saifuddin (Ed), 2002)

Selain faktor-faktor reproduksi dan komplikasi obstetrik yang telah

diuraikan diatas, ternyata faktor-faktor pelayanan kesehatan mempunyai peranan

(13)

kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang

kurang baik dan kurangnya tenaga terlatih. (Winkjosastro (Ed), 2002)

Beranjak dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melaksanakan penelitian tentang “Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam

Penanganan Pendarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

Tahun 2008”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana Pengetahuan dan Tindakan Bidan PTT dalam

Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

Tahun 2008”.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan bidan PTT dalam penanganan

perdarahan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan bidan PTT di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Karo dalam penanganan perdarahan.

2. Untuk mengetahui tindakan bidan PTT di wilayah kerja Dinas

(14)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya bermanfaat kepada :

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

Dapat dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan penurunan angka kematian

ibu (AKI) di Kabupaten Karo.

2. Peneliti

Dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Fakultas Kedokteran

Program D-IV Bidan Pendidik serta.

3. Penelitian Lain

Dapat dipakai sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

4. Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan diperpustakaan untuk menambah wawasan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kematian Maternal

2.1.1. Defenisi

Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan

atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya masa kehamilan, tidak tergantung dari

lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan

kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab

tambahan lainnya. (Winkjosastro (Ed), 2002)

2.1.2. Tingkat Kematian Maternal

Berdasarkan kesepakatan Internasional, tingkat kematian maternal

didefenisikan sebagai jumlah kematian maternal selama 1 tahun dalam 100.000

kelahiran hidup. Sesungguhnya kematian ini lebih tepat disebut Maternal

Mortality Ratio, sebab denominator untuk Maternal Mortality Rate seharusnya population at risk untuk kehamilan dan persalinan yaitu jumlah wanita usia

reproduksi (15-44 tahun). (Winkjosastro (Ed), 2002)

Data kematian maternal di Indonesia pada saat ini belum ada yang tepat.

Hal ini disebabkan oleh belum adanya sistem pendaftaran wajib untuk kelahiran

kematian, menurut perkiraan kasar angka kematian maternal adalah 6-8 per 100

(16)

Angka-angka yang dewasa ini tersedia dari angka-angka dari rumah sakit

dibeberapa daerah, selain menerima wanita untuk persalinan yang telah

mendaftarkan diri terlebih dahulu, menerima pula penderita-penderita yang

dikirim dari daerah sekitarnya karena kesukaran dalam persalinan.

(Winkjosastro (Ed), 2002)

2.1.3. Penyebab Kematian Maternal

Secara garis besar penyebab kematian ibu dapat dikategorikan dalam

penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.

1. Penyebab Langsung

Terjadi pada kehamilan yang dikehendaki atau tidak, terdapat komplikasi

kehamilan dan persalinan seperti perdarahan, preeklampsia dan eklampsia serta

infeksi.

2. Penyebab Tidak Langsung

Jangkauan daerah Indonesia yang terlalu luas, kemiskinan, status gizi, anemia,

keterlambatan memberi pertolongan yang adekuat. (Manuaba, 2001)

2.2. Perdarahan

Perdarahan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu perdarahan

antepartum dan perdarahan postpartum.

2.2.1. Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan

(17)

Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28

minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.

Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut :

1. Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan

a. Plasenta previa

b. Solusi plasenta

c. Perdarahan pada plasenta letak rendah

d. Pecahnya sinus marginalis dan vasa previa

2. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan

a. Pecahnya varices vagina

b. Perdarahan polip serviks

c. Perdarahan perlukan seviks

d. Perdarahan karena keganasan serviks

a. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah

rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.

Secara teoritis plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis :

1. Plasenta pervia totalis

Menutupi seluruh osteum uteri pada pembukaan 4 cm.

2. Plasenta previa partialis

Menutupi sebagian osteum uteri internum.

3. Plasenta previa marginalis

(18)

Diagnosis plasenta previa

1. Anamnese plasenta previa

a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.

b. Sifat perdarahan

- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba

- Tanpa sebab yang jelas

- Dapat berulang

c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.

2. Pada inspeksi dijumpai :

a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.

b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.

3. Pemeriksaan fisik ibu

a. Keadaan normal-syok

b. Kesadaran baik-koma

c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :

- Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal

- Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat

- Daerah ujung menjadi dingin

- Tampak anemis

4. Pemeriksaan khusus kebidanan

a. Pemeriksaan palpasi abdomen

b. Pemeriksaan denyut jantung janin

c. Pemeriksaan dalam

(19)

Penatalaksanaan plasenta previa

Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah :

1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak

atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.

2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat

melakukan pertolongan lebih lanjut.

3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap

melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.

Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi

dengan :

1. Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.

2. Sedapat mungkin diantar oleh petugas.

3. Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.

4. Persiapan donor darah untuk transfusi darah.

Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan pertolongan yang paling banyak

dilakukan bentuk operasi lainnya seperti :

a. Cunam Willet Gausz

b. Versi Braxton Hicks

c. Pemasangan kantong karet.

(Manuaba, 1998)

b. Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan

(20)

Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara

plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap

ibu dan janin.

Gambaran klinik solusio plasenta

Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang

terlepas :

1. Solusio plasenta ringan

a. Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian.

b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.

c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.

d. Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam.

2. Solusio plasenta sedang

a. Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian.

b. Dapat menimbulkan gejala klinik :

- Perdarahan dengan rasa sakit.

- Perut terasa tegang.

- Gerak janin kurang.

- Palpasi bagian janin sulit diraba.

- Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.

- Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol.

(21)

3. Solusio plasenta berat

a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.

b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri.

c. Penyulit pada ibu.

- Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat.

- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.

- Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai

dengan perdsarahan dan penderita tampak anemis.

- Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut terasa

sakit dan janin telah meninggal dalam rahim.

- Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.

- Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan kontraksi dan

atonia uteri

Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :

1. Anamnese

a. Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri.

b. Terjadi spontan atau karena trauma.

c. Perut terasa nyeri.

d. Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin.

2. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan fisik umum.

b. Pemeriksaan fisik khusus

(22)

- Auskultasi

- Pemeriksaan dalam

3. Pemeriksaan penunjang

Penanganan solusio plasenta

1. Solusi plasenta ringan

- Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.

- Keadaan janin masih baik daspat dilakukan penanganan secara konserfatif.

- Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang

masih baik dilakukan seksio sesarea.

- Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan

rawat inap.

2. Solusi plasenta tingkat sedang dan berat

Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa

penderitanya. Tatalaksananya adalah :

- Pemasangan infus dan transfusi darah

- Memecahkan ketuban

- Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea oleh karena itu, penanganan

solusi plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas

mencukupi.

3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta

Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan

pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan atau

(23)

Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama

adalah melakukan rujukan kerumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan

pertolongan darurat :

- Pemasangan infus

- Tanpa melakukan pemeriksaan dalam.

- Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan.

- Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat.

- Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan

pertolongan pertama.

c. Perdarahan pada plasenta letak rendah

Plasenta rendah dimaksudkan bila pada pemeriksaan dalam jari tangan

yang dimasukkan dapat mencapai tepi bawah plasenta, perdarahan pada plasenta

letak rendah baru terjadi bila pembukaan mendekati lengkap.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

1. Memecahkan ketuban yang diikuti oleh induksi persalinan untuk mempercepat

proses persalinan.

2. Dilakukan tindakan mengakhiri persalinan dengan indikasi.

3. Untuk bidan segera melakukan konsultasi atau merujuk.

d. Pecahnya sinus marginalis

Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar

baru dapat diketahui setelah persalinan. Pada waktu persalinan perdarahan terjadi

tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap, perlu diperkirakan kemungkinan

(24)

e. Perdarahan karena pecahnya vasa previa

Vasa previa adalah menyilangnya pembuluh darah plasenta yang berasal

dari insersio vilamentosa pada kanlis servikalis, dan agak sukar untuk

menegakkan diagnosa. Gejala klinik yang perlu diperhatikan adalah ketuban

pecah diikuti perdarahan dan terjadi asfiksia janin dalam kandungan. Sikap yang

harus dilakukan adalah mengirim penderita kerumah sakit untuk persalinan

dengan primer seksio. (Manuaba, 1998)

2.2.2. Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam

setelah persalinan berlangsung, perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan

postpartum primer dan sekunder.

1. Perdarahan postpartum primer

Terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab utama adalah atoni uteri, retensio

plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama.

2. Perdarahan postpartum sekunder

Terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan

sisa plasenta atau membran.

Perdarahan postpartum merupakan penyebab penting kematian maternal

khususnya di negara berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan

postpartum adalah :

- Grandemultipara

- Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.

(25)

a. Atonia Uteri

Atonia uteri adalah tidak adanya kontraksi uterus setelah proses

persalinan. Penyebab dari atonia uteri adalah :

1. Tindakan persalinan

- Partus lama/persalinan terlantar.

- Trauma persalinan, robekan vagina.

2. Faktor predisposisi

- Anemia

- Grandemultipara

- Jarak hamil kurang dari 2 tahun

- Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil kembar

Untuk meningkatkan kontraksi otot rahim dan menghentikan perdarahan dapat

dilakukan dengan jalan :

- Masase fundus uteri

- Memberikan uterotonika dengan penyuntikan oksitoksin dan sejenisnya,

memberikan prostaglandin, melakukan tampone uterus dan vagina.

- Menghentikan atau menghilangkan sumber perdsarahan, dengan liglasi arteri

hipogastrika interna dan melakukan histerektomi.

Sikap bidan dalam menghadapi atonia uteri

1. Bidan dapat mengambil langkah-langkah untuk menangani perdarahan atonia

uteri sebagai berikut :

- Meningkatkan upaya preventif

(26)

- Melakukan konsultasi atau merujuk pasien dengan overdistensi.

- Mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun.

2. Bidan dapat segera melakukan rujukan penderita dengan didahului

tindakan-tindakan ringan :

- Memasang infus dan memberikan cairan pengganti.

- Memberikan uterotonika

- Melakukan masase uterus

- Kompresi bimanual eksternal dan internal

- Kompresi aorta abdominalis

- Penderita diantar

b. Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah

jam setelah persalinan bayi.

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :

- Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva,

plasenta akreta, plasenta inkreta dan perkreta.

- Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.

- Retensio plasenta tanpa perdarahan.

- Plasenta manual dengan segera dilakukan.

Sikap bidan dalam menghadapi retensio plasenta

1. Sikap umum bidan

a. Memperhatikan keadaan umum penderita

(27)

- Jumlah perdarahan

- Tekanan darah, nadi dan suhu

- Kontraksi dan tinggi fundus uteri

b. Mengetahui keadaan plasenta

- Apakah plasenta inkaserata

- Melakukan pelepasan plasenta

c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti

2. Sikap khusus bidan

a. Retensio plasenta dengan perdarahan :

- Langsung lakukan plasenta manual

b. Retensio plasenta tanpa perdarahan.

- Pastikan keadaan umum penderita, segera pasang infus dan berikan cairan

pengganti.

- Merujuk penderita.

- Memberikan transfusi.

- Proteksi dengan antibiotika

- Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis.

3. Upaya preventif retensio plasenta oleh bidan

a. Meningkatkan usaha penerimaan keluarga berencana.

b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

terlatih.

c. Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan

(28)

c. Inversio Uteri

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam

kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian inversio uteri

sebagian besar disebabkan kurang legeartisnya pertolongan persalinan saat

melakukan persalinan plasenta secara crede, dengan otot rahim belum

berkontraksi dengan baik.

Sikap bidan dalam menghadapi inversio uteri :

1. Sikap umum bidan

- Memasang infus dan memberikan cairan pengganti

2. Sikap khusus bidan

a. Reposisi inversio uteri

- Masukan tangan ke vagina

- Fundus didorong keatas

- Berikan uterotonika

- Lakukan plasenta manual

Upaya preventif inversio plasenta oleh bidan

a. Persalinan legeartis

b. Perhatikan tanda plasenta telah lepas

c. Tes plasenta telah lepas

d. Dorong fundus uteri

(29)

d. Perdarahan robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang

bervariasi banyaknya.

Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks dan robekan

uterus (ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan

lahir dengan perdarahan bersifat arteri atau pecahnya pembuluh darah vena.

Sikap bidan daslam menghadapi perdarahan robekan jalan lahir :

1. Evaluasi sumber perdarahan.

2. Melakukan ligasi sumber perdarahan.

Selain perdarahan antepartum dan postpartum, perdarahan yang masih

berhubungan dengan kehamilan adalah perdarahan yang disebabkan oleh

kehamilam ektopik terganggu (KET) dan juga keguguran atau abortus.

a. Kehamilan ektopik terganggu (KET)

Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang berimplantasi di

luar endometrium normal dan sudah menimbulkan gangguan.

Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik dapat terjadi di :

-Pars interstisial tuba

-Pars ismika tuba

-Pars ampularis tuba

-kehamilan infundibulum tuba

(30)

Penyebab kehamilan ektopik

a. Gangguan pada lumen tuba

b. Gangguan di luar tuba

Dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa

kemungkinan :

1. Hasil konsepsi mati dini, tempatnya tidak mungkun memberikan kesempatan

untuk tumbuh kembang

2. Terjadi abortus, kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil

konsepsi mati dan lepas dalam lumen, lepasnya hasil konsepsi menimbulkan

perdarahan dalam lumen serta membentuk timbunan darah.

3. Tuba falopi pecah, karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba

dapat pecah sehingga terjadi ruptura yang menimbulkan timbunan darah kedalam

rongga abdomen.

Gejala Klinik Kehamilan Ektopik :

Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan

tuba, lamanya kedalam rongga abdomen , jumlah darah yang terdapat dalam

rongga abdomen, dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan terjadi. Dengan

demikian trias gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai berikut :

1. Terjadinya amenerhoe, lamanya bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa

bulan dan dengan amenerhoen dapat di jumpai tanda-tanda hamil muda.

2. Terjadinya nyeri abdomen, disebabkan kehamilan tuba yang pecah.

3. Perdarahan, terjadi abortus atau ruptura kehamilan tuba terdapat perdarahan ke

(31)

Diagnosis Hamil Ektopik Yang Terganggu :

1. Anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu: amenerhoe, rasa nyeri

yang mendadak, perdarahan.

2. Pemeriksaan fisik.

a. Fisik umum : tampak anemis, daerah ujung dingin, nadi meningkat, tekanan

darah turun sampai syok, nyeri pada saat perabaan.

b. Pemeriksaan khusus melalui vagina : nyeri goyang pada pemeriksaan vaginal,

mungkin terasa tumor di samping uterus.

3. Kehamilan abdominal

Kehamilan abdominal dapat berlanjut sampai mencapai besar tertentu. Dalam

perkembangan kadang-kadang mencapai aterm, atau mati karena kekurangan

nutrisi yang disebabkan plasenta tidak mencapai tempat yang baik.

Sikap Bidan Dalam Menghadapi Kehamilan Ektopik Terganggu :

- Menetapkan diagnosa

- Persiapan mengirim penderita ke puskesmas, dokter/rumah sakit.

- Pasang infus cairan pengganti

- Siapkan donor keluarga

- Sedapat mungkin di antar

b. Keguguran (Abortus)

Keguguran adalah dikeluarkanya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di

luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur hamil

(32)

Kejadian abortus sulit diketahui, karena sebagian besar tidak dilaporkan dan

banyak dilakukan atas permintaan. Keguguran spontan diperkirakan sebesar

10% -15%.

Keguguran atau abortus dapat dibagi menjadi :

a. Berdasarkan Kejadiannya

1. Keguguran spontan

2. Keguguran buatan atas indikasi medis, indikasi sosial

b. Berdasarkan Pelaksanaannya

1. Keguguran buatan terapeutik

2. Keguguran buatan ilegal

c. Berdasarkan Gambaran Klinisnya

1. Keguguran lengkap

2. Keguguran tidak lengkap

3. Keguguran mengancam

4. Keguguran tak terhalangi

5. Keguguran habitualis

6. Keguguran dengan infeksi

7. Missed abortion

Penyebab keguguran sebagian besar belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat

beberapa faktor :

1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi : faktor kromosom, faktor lingkungan

(33)

2. Kelainan pada plasenta : infeksi pada plasenta, gangguan pembuluh darah

plasenta, hipertensi yang menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta.

3. Penyakit ibu : penyakit infeksi, anemia ibu, penyakit menahun ibu.

4. Kelainan yang terdapat pada rahim

Dasar Diagnosis Keguguran

Dugaan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Terdapat keterlambatan datang bulan

b. Terjadi perdarahan

c. Disertai sakit perut

d. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi

e. Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif

Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi :

1. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan

2. Pemeriksaan fundus uteri

3. Pemeriksaan dalam

Dengan hasil pemeriksaan demikian tatalaksana penanganan keguguran

disesuaikan dengan diagnosis klinik.

a. Abortus imminen (keguguran mengancam)

Terdapat keterlambatan datang bulan, terdapat perdarahan disertai perut

sakit, Besar rahim sesuai dengan usia kehamilan, ada kontraksi uterus, hasil

(34)

Penanganan Abortus Imminen :

a. Istirahat total ditempat tidur

b. Memberikan obat-obatan seperti penenang (penobarbita 3 x 30 mgrl, valium),

anti perdarahan (adona, transamin), Vitamin, hormonal (progsrteron), penguat

palsenta (gestanon, duphaston), anti kontraksi (duvadilan, papaverin).

c. Evaluasi perdarahan dan jumlahnya, tes kehamilan dapat diulangi, konsultasi

denga doter spesialis kandungan untuk penanganan lebih lanjut dan pemeriksaan

ultrasonografi (USG).

b. Abortus insipien (keguguran membakat)

Keguguran membakat ini tidak dapat dihentikan, karena setiap saat dapat

terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi.

Keguguran membakat ditandai dengan perdarahan lebih banyak, perut mules lebih

hebat, pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis

terbuka.

Penanganan Keguguran Membakat :

a. Pada hamil kurang dari 14 minggu, dapat segera dilakukan kuretase, sehingga

hasil konsepsi seluruhnya dapat dikeluarkan.

b. Pada kasus dengan perdarahan banyak, dikeluarkan secara digital.

Apabila bidan menghadapi keguguran membakat, segera berkonsultasi dengan

(35)

c. Abortus inkompletus (keguguran tak lengkap)

Keguguran tak lengkap ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil

konsepsi darim uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis : perdarahan

memanjang sampai keadaan anemis, perdarahan mendadak, terjadi infeksi, pada

pemeriksaan dijumpai gambaran kanalis servikalis terbuka, dapat diraba jaringan

dalam rahim.

Penanganan Keguguran Tak Lengkap :

a. Dalam keadaan gawat karena kekurangan darah, dapat dipasang infus dan

tranfusi darah untuk memulihkan keadaan umum.

b. Diikuti kerokan langsung pada umur hamil kurang dari 14 minggu dan dengan

induksi pada umur hamil di atas 14 minggu.

c. Pengobatan, memberikan uterotonika, antibiotik untuk menghindari infeksi.

c. Abortus kompletus (keguguran lengkap)

Keguguran lengkap berarti seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan,

sehingga tidak memerlukan tindakan.

Gambaran klinisnya adalah uterus telah mengecil, perdarahan sedikit, dan kanalis

servikalis telah tertutup.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang keguguran lengkap, bidan dapt

(36)

d. Abortus infeksiosus (keguguran disertai infeksi)

Keguguran disertai infeksi sebagian dalam bentuk tidak lengkap dan

dilakukan dengan cara kurang legeartis. Keguguran dengan infeksi memerlukan

tindakan medis khusus, sehingga bidan perlu berkonsultasi dengan dokter

kandungan untuk penanganan.

Disamping itu penatalaksanaan khusus diperlukan pada keguguran habitualis dan

missed abortion. Tugas bidan adalah mengirimkan penderita kepusat pelayanan

kesehatan yang dapat memberikan pertolongan. (Manuaba, 1998)

2.3. Bidan PTT

Departemen kesehatan melakukan upaya terobosan untuk mempercepat

penurunan AKI dengan menempatkan bidan di desa. Kebijakan tersebut

dijelaskan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.

871/Menkes/SK/VII/1994.Untuk mewujudkan kebijaksanaan yang telah

ditetapkan itu, maka diselenggarakanlah Program Pendidikan Bidan satu tahun

bagi mereka yang telah lulus SPK. Lulusan Pendidikan Bidan tersebut akan

ditempatkan di desa-desa.

Bidan adalah merupakan tenaga profesional yang strategis untuk ditempatkan dan

bertugas di desa mempunyai wilayah kerja 1-2 dan dalam melaksanakan tugas

pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya, bidan bertanggung

(37)

2.3.1. Tujuan Penempatan Bidan PTT di Desa

Tujuan Umum

Secara umum tujuan penempatan bidan di desa adalah untuk meningkatkan mutu

dan pemerataan pelayanan melalui Puskesmas dan Posyandu dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka

kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup

sehat.

Tujuan Khusus

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat.

2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program prioritas di

desa.

3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan

nifas, dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi.

4. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan

persalinan dan perinatal.

5. Menurunkan jumlah balita dengan gizi buruk dan diare.

6. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu

pembinaan kesehatan kelompok dasawisma.

2.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi Bidan PTT di Desa

Tugas pokok bidan PTT di desa adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan kegiatan pokok Puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan

urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang

(38)

b. Menggerakkan dan membina masyarakat di desa wilayah kerjanya agar tumbuh

kesadaran untuk dapat berperilaku hidup sehat.

Fungsi Bidan di desa antara lain :

Bidan PTT di desa berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan, khususnya

pelayanan KIA termasuk KB di wilayah desa tempat tinggalnya.

Dalam menjalankan fungsinya bidan di wajibkan tinggal di desa tempat

tinggalnya dan memberikan pelayanan secara aktif.

Pelayanan kesehatan yang diberikan bidan di desa antara lain :

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah

penduduk, menangani persalinan dan pelayanan keluarga berencana.

b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

yang sesuai dengan permasalahan setempat.

c. Membina dasn memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.

d. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan.

e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya

masyarakat.

f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke Puskesmas kecuali

dalam keadaan darurat harus di rujuk ke fasilitas kesehatan lainnya.

g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian

kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai

(39)

2.3.3. Status Kepegawaian Bidan PTT di Desa

Status kepegawaian bidan di desa adalah sebagai Pengatur Muda

(Golongan II/a).

2.3.4. Kewajiban dan Hak Pegawai Tidak Tetap

Pada umumnya kewajiban dan hak bidan sebagai pegawai tidak tetap

hampir sama dengan Bidan Pegawai Negeri Sipil.

Dalam lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.871/Menkes/VII/1994 tanggal 26 Agustus 1994 diuraikan dengan jelas

kewajiban dan hak Bidan Pegawai Negeri tidak tetap yaitu :

2.3.4.1. Kewajiban Bidan PTT

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan

Pemerintah.

2. Menyimpan rahasia Negara dan rahasia jabatan.

3. Menaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

termasuk ketentuan kedinasan bagi Pegawai Negeri Sipil.

4. Melaksanakan masa bakti sekurang-kurangnya selama 3 tahun dan dapat

diperpanjang untuk 1 kali selama 3 tahun.

5. Melaksanakan tugas bidan sebagai bidan sesuai program pemerintah di bidang

kesehatan.

6. Menjadi peserta PT. ASKES dan wajib membayar iuran 2% dari gaji pokok.

7. Membayar pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8. Mengikuti latihan pra tugas untuk menunjang pelaksanaan tugas bidan PTT

(40)

9. Menjadi anggota Kopri selaku Pegawai Republik Indonesia.

10. Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaannya kepada kepala Puskesmas

sesuai ketentuan yang berlaku.

2.3.4.2. Hak Bidan PTT

1. Bidan PTT memperoleh penghasilan berupa :

a. Gaji pokok

b. Tunjangan pegawai tidak tetap

c. Tunjangan khusus

d. Tunjangan pajak penghasilan

2.Bidan PTT memperoleh biaya perjalanan dari ibu kota kabupaten tempat

pendidikan kebidanan ke tempat tugas.

3. Bidan PTT memperoleh biaya perjalanan setelah selesai masa bakti ke ibukota

provinsi setempat.

4. Bidan PTT memperoleh perjalanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

bagian Pegawai Negeri Sipil Golongan II.

5. Bidan PTT apabila meninggal dunia pada waktu/karena dan dalam

melaksanakan tugas memperoleh biaya pemakaman sesuai ketentuan yang

berlaku.

6. Bidan PTT yang meninggal dunia pada waktu menjalankan tugas kepada ahli

warisnya diberikan uang duka wafat sebesar 6 kali penghasilan terakhir.

7. Bidan PTT apabila memerlukan pemeliharaan kesehatan memperoleh

(41)

8. Bidan PTT apabila memerlukan pemeliharaan kesehatan memperoleh

pelayanan berdasarkan ketentuan yang berlaku terhadap peserta PT. ASKES.

9. Bidan PTT memperoleh cuti :

a. 12 hari kerja setelah melaksanakan tugas selama 1 tahun.

b. Paling lama 14 hari kerja dalam satu tahun apabila sakit yang dibuktikan

dengan surat keterangan dokter atau.

c. Tiga bulan termasuk hari libur apabila yang bersangkutan bersalin.

10. Bidan PTT berhak mendapat lisensi yaitu kewenangan untuk melakukan

kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan, serta

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam rangka untuk melaksanakan kegiatannya, bidan di desa memperoleh

peralatan antara lain :

- Puskesmas KIT (PHN KIT dengan tensi meter dengan alat pertolongan

persalinan).

- Steteskop monoral

- IUD KIT

- Alat dan obat kontrasepsi

- Vit. A dosis tinggi

- Oralit

(42)

2.4. Pengtahuan

2.4.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil ”tahu”, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui penginderaan manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

2.4.2. Tingkatan Pengetahuan

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang di ketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaginya terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

(43)

Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalm konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatun struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi baru yang ada.

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-panilain itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang

telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.

Kedalam pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

(44)

2.5. Tindakan

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antar lain adalah fasilitas.

Disamping faktor fasilitas diperlukan juga faktor dukungan (support) dari pihak

lain.

Tingkat-tingkat tindakan, yaitu:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guide respon)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai denagn contoh.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik,

artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran

tindakannya tersebut.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah beberapa jam, hari, atau bulan

yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan

(45)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian yaitu pengetahuan dan tindakan bidan

PTT dalam penanganan perdarahan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Karo tahun 2008.

3.2. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan Bidan PTT

Defenisi : Seberapa banyak informasi dan pengertian bidan PTT dalam

penanganan perdarahan

Cara ukur : Skala Guttman

Kriteria : Nilai 1 memilih jawaban benar

Nilai 0 memilih jawaban salah atau tidak menjawab pernyataan

Hasil ukur : Baik

Sedang

Kurang PENGETAHUAN

BIDAN PTT

TINDAKAN BIDAN PTT

(46)

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

2. Tindakan Bidan PTT

Defenisi : Segala sesuatu yang dilakukan oleh bidan PTT dalam penanganan

perdarahan.

Cara ukur : Skala Guttman

Kriteria : Nilai 1 memilih jawaban ya

Nilai 0 memilih jawaban tidak

Hasil ukur : Baik

Sedang

Kurang

Alat ukur : Kuesioner

(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan

menggambarkan mengidentifkasi variabel-variabel yang diteliti.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan PTT yang terdaftar pada Dinas

Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2007 yaitu sebanyak 166 orang.

4.2.2. Sampel

Besar sampel penelitian 20% x 166 orang yaitu 33 orang

Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara acak atau random sampling.

4.3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

pada bulan Maret – Mei 2008.

4.4. Pertimbangan Etik

1. Meminta persetujuan dan izin dari Ketua Program D-IV Bidan Pendidik

(48)

3. Penelitian ini dilakukan pada bidan PTT yang terdaftar dikantor Dinas

Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2007 dan telah menandatangani surat

persetujuan untuk diteliti (inform consent)

4. Penelitian ini akan menjaga kerahasian responden yang diteliti.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen berupa kuesionar/angket yang disusun oleh peneliti didasarkan

pada konsep tinjauan pustaka dan berisi 30 pertanyaan/pernyataan. Dimana 15

pernyataan/pertanyaan berisi tentang pengetahuan dan 15 pernyataan/pertanyaan

berisi tentang tindakan.

Kemudian nilai masing-masing jawaban pengetahuan :

- Pengetahuan baik bila responden memperoleh nilai antara 10 -15

- Pengetahuan sedang bila responden memperoleh nilai antara 5 - 9

- Pengetahuan kurang bila responden memperoleh nilai antara 0 – 4

Dan nilai masing-masing jawaban tindakan :

- Tindakan baik bila responden memperoleh nilai antara 10 -15

- Tindakan sedang bila responden memperoleh nilai antara 5 - 9

- Tindakan kurang bila responden memperoleh nilai antara 0 – 4

4.6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan membagikan

kuesioner pada responden yang berisi tentang pengetahuan dan tindakan bidan

(49)

4.7. Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan SPSS dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, dilakukan pengecekkan kelengkapan identitas responden dan

pengecekkan data yang telah diisi oleh responden.

2. Coding, yaitu memberi tanda pada data yang telah dianggap sesuai dengan

variabelnya masing-masing.

3. Tabulating, yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diolah,

dipindahkan ke dalam tabel untuk masing-masing variabel. (Hidayat, 2007)

(50)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan tindakan bidan

PTT dalam penanganan perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Karo Tahun 2008 dari 30 responden telah diperoleh hasil penelitian sebagai

berikut :

5.1.1. Pengetahuan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan

Pengetahuan bidan PTT diukur untuk mengetahui sejauh mana mereka

mengenal secara teoritis segala hal yang berkaitan dengan penanganan

perdarahan. Berdasarkan pernyataan mengenai sifat perdarahan plasenta previa

sebesar 78,8% responden menjawab salah, 75,8% responden juga menjawab salah

tentang tanda spesifik solusio plasenta, kasus rujukan pada plasenta previa sebesar

69,7% menjawab salah. Sementara banyak juga responden menjawab benar

mengenai pengertian perdarahan antepartum dan juga retensio plasenta(93,1%).

(51)

Tabel 5.1a.

Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Bidan PTT Terhadap Pernyataan Pengetahuan Tentang Penanganan Perdarahan di Wilayah

Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008

No

Pernyataan Benar Salah

f % f %

7 Kejadian retensio plasenta dengan

grandemultipara 13 39.4 20 60.0

8 Pengertian nversio uteri 17 51.5 16 48.5

9 Sumber perdarahan dari perineum dan

servik 24 72.2 9 27.3

10 Perdarahan pada abortus inkompletus 29 87.9 4 12.1

11 Trias gejala klinik kehamilan ektopik 26 78.8 7 21.2

12 Keharusan rujukan abortus imminen 19 57.6 14 42.4

13 Pemberian vitamin dan anti perdarahan

pada abortus imminen 16 48.5 17 51.5

14 Plasenta previa harus dirujuk dan operasi 10 30.3 23 69.7

15 Pemasangan infus pada antonio uteri 32 97.0 1 3.0

Berdasarkan kategori pengetahuan bidan PTT dalam penanganan perdarahan

diketahui sebanyak 13 orang (39,4%) berpengetahuan baik dan dalam penanganan

(52)

Tabel 5.1b.

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan PTT Dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Karo Tahun 2008

No Pengetahuan Bidan PTT f %

1 Baik 13 39.4

2 Sedang 20 60.6

Total 33 100.0

5.1.2. Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan

Berdasarkan jawaban pernyataan responden atas tindakan dalam

penanganan perdarahan, ada sebesar 90,9% responden menjawab tidak melakukan

upaya preventif terhadap pasien dengan atonia uteri yaitu dengan memberikan

cairan pengganti berupa cairan infus dan sebesar 66,7% responden menyatakan

tidak melakukan pemecahan ketuban yang diikuti dengan induksi persalinan pada

pasien dengan perdarahan plasenta letak rendah. Secara rinci dapat dilihat berikut

(53)

Tabel 5.2a.

Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Bidan PTT Terhadap Pernyataan Tindakan dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah

Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2008

No

Pernyataan Ya Tidak

f % f %

1

Sebelum merujuk pasien KET apakah anda melakukan pemasangan infus, menyiapkan donor keluarga dan sedapat mungkin mengantarkan pasien

23 69.7 10 30.3

2

Apakah dalam melakukan rujukan pada penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan : pemasangan infus, sedapat mungkin diantar, dilengkapi keterangan, dipersiapkan donor darah dari pihak keluarga.

30 90.9 3 9.1

3

Sebelum dirujuk apakah pasien dengan solusio plasenta harus diperiksa dalam terlebih dahulu selain dilakukan pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.

14 42.4 19 57.6

4

Apakah pada pasien dengan perdarahan plasenta letak rendah dapat dilakukan pemecahan ketuban yang diikuti dengan induksi persalinan.

11 33.3 22 66.7

5

Apakah upaya preventif yang harus dilakukan terhadap pasien dengan atonia uteri yaitu dengan memberikan cairan pengganti berupa cairan infus.

3 9.1 30 90.9

6

Apabila tindakan masase uterus tidak berhasil pada kasus atonia uteri maka dapat dilanjutkan dengan melakukan kompresi bimanual dan kompresi aorta abdominal.

21 63.6 12 36.4

7

Sebelum melakukan kompresi uterus bimanual sebaiknya bersihkan genetalia bagian luar, sarung tangan dipasang pada tangan kiri dan masukkan tangan kedalam vagina, kepalkan tangan dan tekan forniks anterior, tangan kanan memegang fundus uteri bagian belakang dan melipatnya ketangan kiri yang berada didalam vagina

(54)

Tabel 5.2a. (Lanjutan)

No

Pernyataan Ya Tidak

f % f %

8

Apakah tindakan khusus bidan dalam menangani kasus retensio plasenta dengan perdarahan dapat langsung melakukan plasenta manual.

24 72.7 9 27.3

9

Sebelum melakukan plasenta manual sebaiknya disiapkan peralatan sarung tangan steril dan disinfektan untuk genitalia eksternal

26 78.8 7 21.2

10

Apakah kesempatan untuk melakukan plasenta manual bila ada indikasi perdarahan kurang dari 400 cc.

11 33.3 22 66.7

11

Apakah pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III dapat dilakukan masase uterus untuk

mempercepat proses persalinan plasenta

12 36,4 21 63.6

12

Apakah tindakan umum yang dapat

dilakukan pada kasus inversio uteri adalah melakukan reposisi inversio uteri

25 75.8 8 24.2

13

Reposisi pada kasus inversio uteri dilakukan dengan cara : memasukkan tangan ke vagina, lalu fundus didorong keatas, dan berikan uterotonika.

28 84.8 5 15.2

14

Setelah menetapkan sumber perdarahan pada kasus perdarahan robekan jalan lahir maka langkah selanjutnya

30 90.9 3 9.1

15

Apakah untuk menetapkan sumber

perdarahan pada perdarahan robekan jalan lahir dapat dilakukan hanya dengan pemeriksaan dalam saja

20 60.6 13 39.4

Berdasarkan kategori tindakan bidan dalam penanganan perdarahan diketahui

sebanyak 13 orang (39,4%) bertindak kategori baik dalam penanganan perdarahan

dan sebanyak 20 orang (60.6%) bertindak kategori sedang dalam penanganan

(55)

Tabel 5.2b.

Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Bidan PTT Dalam Penanganan Perdarahan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Karo Tahun 2008

No Tindakan Bidan PTT f %

1 Baik 13 39.4

2 Sedang 20 60.6

Total 33 100.0

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan

Berdasarkan kategori pengetahuan bidan PTT dalam menangani

perdarahan menunjukkan dari 33 bidan sebanyak 13 orang (39,4%)

berpengetahuan baik dalam penanganan perdarahan dan berpengetahuan sedang

sebanyak 20 orang (60,6%).

Bidan PTT dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya menangani kasus

perdarahan, selalu dimulai dari domain kognitif dalam arti bidan tersebut sudah

tahu terhadap stimulus berupa materi-materi/ilmu kebidanan yang didapatkan

secara teoritis sehingga menimbulkan pengetahuan baru. Selanjutnya

menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap bidan terhadap pelayanan yang

akan diberikannya. Akhirnya rangsangan, yaitu objek yang telah diketahui dan

disadari penuh tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa

(56)

Menurut Fesbein dan Alzen yang juga dikutip Notoatmodjo (2003), sikap yang

terbentuk apakah positif atau negatif tergantung dari segi bermanfaat atau

tidaknya komponen pengetahuan. Makin banyak manfaat yang diketahui, semakin

positif sikap yang terbentuk dan sikap positif tersebut akan mempengaruhi niat

bidan untuk melakukan tindakan medis dalam upaya penanganan pasien yang

mengalami kasus perdarahan.

Dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap penguasaan materi-materi

kebidanan khususnya pelayanan maternal oleh bidan PTT dapat secara langsung

membentuk sikap serta tindakan dalam pemberian pelayanan sehingga ibu hamil

merasa puas dan selalu termotivasi melakukan hal-hal yang dianjurkan bidan di

kehidupan sehari-harinya. Dengan adanya fenomena ini dapat meningkatkan mutu

dan pemerataan pelayanan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu, bayi,

anak balita dan menurunkan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.

5.2.2. Tindakan Bidan PTT dalam Penanganan Perdarahan

Berdasarkan kategori tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan

diketahui sebanyak 13 orang (39,4%) bertindak baik dalam penanganan

perdarahan dan bertindak kategori sedang ada sebanyak 20 orang (60,6%).

Hal ini dapat dilihat persentase bidan melakukan pemasangan infus, menyiapkan

donor keluarga dan sedapat mungkin mengantarkan pasien sebelum merujuk

pasien KET (69,7%), tindakan khusus bidan dalam menangani kasus retensio

(57)

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa tindakan adalah realisasi dari

pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata.Tindakan juga merupakan

respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka. Bidan yang

melakukan sebelumnya telah memilki pengetahuan medis dasar yang sebelumnya

sudah didapatkan di jenjang pendidikan kebidanan.

Jadi bisa dikatakan tindakan bidan dalam penanganan perdarahan merupakan

(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan kategori pengetahuan bidan PTT dalam menangani perdarahan

menunjukkan dari 33 bidan sebanyak 13 orang (39,4%) berpengetahuan baik

dalam penanganan perdarahan dan berpengetahuan sedang sebanyak 20 orang

(60,6%).

2. Berdasarkan kategori tindakan bidan PTT dalam penanganan perdarahan

diketahui sebanyak 13 orang (60,6%) bertindak baik dalam penanganan

perdarahan dan bertindak kategori sedang ada sebanyak 13 orang (39,4%).

6.2. Saran

1. Diadakan peningkatan kualitas dan kuantitas dari sistem kinerja bidan

PTT dalam rangka memberikan pelayanan medik yang berprioritas pada

peningkatan status kesehatan ibu dan anak dengan melalui pemberian

pelatihan, supervisi, kesempatan melanjutkan jenjang pendidikan formal

yang lebih tinggi.

2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan di puskesmas/ posyandu atau

unit pelayanan kesehatan lainnya agar dapat dijangkau seluruh lapisan

(59)

3. Peningkatan kegiatan konseling kesehatan khususnya pelayanan kesehatan

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Andra. 2007. Uterus Robek Nyawa Ibu dan Bayi Melayang.

http://www.Depkes.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi

Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Kematian Ibu Tragedi Yang Tak Perlu

Terjadi. Jakarta.

---. 2002. Buku Saku Bidan di Desa. Jakarta.

---. 2003. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara. Medan.

---. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. 2006. Proposal Rencana Pembangunan

Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2006. Kabanjahe.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik

Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Bidan. Jakarta : EGC.

---. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri

Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

---. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-prinsip

(61)

Saifuddin, BA (Ed). 2002. Rencana Strategi Making Pregnancy Safer (MPS)

di Indonesia 2001-2010. Jakarta : Majalah Kedokteran Vol. 26.

---. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Winkjosastro, Hanafi (Ed). 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina

(62)

JADWAL KEGIATAN (TIME TABLE) PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK. USU

TA. 2007 – 2008

NO Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Riset Desain dan

Metodologi

Hasil Penelitian dan

(63)

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK-USU

TAHUN 2007/2008

Penelitian utama

(10 bulan)

1 Orang

Asisten peneliti 5 Orang 25.000 125.000

Perizinan penelitian

1 Lembar 100.000 100.000

Operator komputer

(3 bulan)

1 Orang 300.000 300.000

Pencari sumber

data

1 Orang 200.000 200.000

2 BIAYA NON

Ls Lembar 100.000 100.000

d. Pencetakan proposal

50 Lembar 100 5.000

(64)

i. Pengetikan

k. Penggandaan KTI

5 Buah 20.000 100.000

l. Penjilidan

6 Buah 10.000 60.000

o. Transportasi survey

6 Orang 50.000 300.000

p. Akomodasi survey

7 Orang 50.000 350.000

q. Transportasi penelitian PP

1 Orang 150.000 150.000

r. Akomodasi penelitian

1 Orang 150.000 150.000

s. Akomodasi responden

33 Orang 30.000 990.000

JUMLAH 3.937.500

(65)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Ibu/Saudara Responden

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik

FK USU, saya akan melakukan penelitian tentang Pengaruh Perilaku Bidan PTT

dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu terhadap Kejadian Perdarahan di

Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karo.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh perilaku

bidan PTT dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu terhadap kejadian

perdarahan.

Untuk keperluan tersebut saya mohon bersedia/tidak bersedia* ibu/saudara

untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon

bersedia/tidak bersedia* ibu/saudara untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan

dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban ibu/saudara dijamin kerahasiaannya.

Demikianlah lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan

partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Medan, November 2008

Responden Penulis

(66)

KUESIONER PENELITIAN

Nomor responden :

Petunjuk pengisian

Jawablah pertanyaan/pernyataan yang menurut anda paling tepat dengan

membubuhkan tanda checklist (v) pada kolom yang telah tersedia.

I.PENGETAHUAN

No Pertanyaan/Pernyataan Benar Salah

1.

2.

3.

4.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam

yang terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih,

sedangkan perdarahan postpartum merupakan perdarahan

yang terjadi setelah 24 jam persalinan

Plasenta previa adalah terlepasnya plasenta sesudah janin

lahir, sedangkan solusio plasenta adalah plasenta dengan

implantasi disekitar segmen bawah rahim.

Sifat perdarahan dari plasenta previa adalah perdarahan

yang disertai nyeri, sebabnya jelas, berulang, warna darah

merah segar.

Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 bagian tetapi belum

mencapai 2/3 bagian dengan gejala klinik palpasi janin

(67)

5.

Tanda spesifik dari solusio plasenta adalah perdarahan

disertai rasa nyeri, terjadi spontan, ibu tampak anemis,

perut tegang, dan pada palpasi bagian janin sulit diraba.

Atonia uteri bisa disebabkan oleh tindakan persalinan

yang kurang baik.

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta

selama 15 menit setelah bayi lahir.

Inversio uteri adalah masuknya fundus uteri kevagina.

Pada abortus inkompletus (keguguran tak lengkap) terjadi

perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.

Trias gejala klinik dari kehamilan ektopik terganggu

(KET) adalah amenerhoe, nyeri abdomen dan perdarahan.

Menurut ibu setiap kasus abortus atau keguguran harus

dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

Menurut ibu jika ditemukan pasien dengan abortus

inkompletus secepat mungkin langsung dikuret.

Menurut ibu pasien dengan plasenta previa harus dirujuk

dan harus segera dioperasi.

Menurut ibu pasien dengan solusio plasenta ringan yang

perdarahannya berhenti dan keadaan baik pada kehamilan

Gambar

Tabel 5.1a. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban  Bidan PTT Terhadap
Tabel 5.1b.
Tabel 5.2a. (Lanjutan)

Referensi

Dokumen terkait

RI GXASA]{ DOKU]iIEN PELAKSANAAN PERUBAHAT{ AI{GGARA SATUAI{ KERJA PERANGI(AT

III.Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultan dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada Alamat Website

If there is an objective evidence that an impairment has been incurred on financial assets in loans and receivables or HTM investments category, the amount of the loss is measured

Dari 36 siswa di kelas 6 terdapat 7 anak suka berenang, 8 anak suka bermain bola,10 suka bulu tangkis dan sisanya suka tenis.Cabang olah raga yang banyak digemari siswa kelas 6

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Kelompok Kerja

similar growth and survival in larvae reared from first feeding until day 43 with three different types of rotifer enrichment. Differences in growth of larvae were only due to the

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk.

Perlindungan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat dalam bentuk kebijakan dan program untuk melindungi koperasi dan usaha