HUBUNGAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR DENGAN
MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA KELAS KARYAWAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar
Sarjana Psikologi (S.Psi)
Ai Madinatussalamah 103070029076
FAKULTAS PSIKOLOGI
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA KELAS KARYAWAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN (STIE AD) JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1(S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 12 September 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota :
Penguji I Penguji II
Dra Zahrotun Nihayah M.Psi Drs. Rachmat Mulyono,
M.Psi
iii
Tak ada kemajuan tanpa perubahan.
Orang-orang yang tidak bisa mengubah pikirannya tak akan mengubah apapun
(George Bernard Shaw)
“Bersungguh-sungguhlah kamu
pada hal yang bermanfaat bagimu,
dan mintalah pertolongan Allah serta janganlah merasa lemah”
iv Persembahan
Karya ini ku persembahkan untuk Mamah dan Mbah tercinta
(Hj. Enong Maswiyah dan Hj Umi Kulsum)
kepada suami dan anak ku terkasih (Dhon El furqon dan M Fardeen El Furqon)
dan saudara-saudara ku tersayang
(teh Neneng n k’ Imam, Uyyidah, Emay, Abang, Emput, Ibnu)
v ABSTRAK
A) Fakultas psikologi
B) September 2011
C) Ai Madinatussalamah
D) Hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi
mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan
(STIE AD) Jakarta
E) i – xiv + 75 (belum termasuk daftar pustaka dan lampiran)
Penilaian terhadap pengembangan karir yang positif mampu meningkatkan motivasi berprestasi mahasiswa, karena motif melatarbelakangi perilaku sebagai tujuan yang hendak dicapai, jenjang karir positif memerlukan keahlian dan keterampilan guna menunjang prestasi kerja.
Persepsi pengembangan karir merupakan penilaian individu terhadap peningkatan jenjang karir pada masa bekerja yang teridentifikasi melalui beberapa tahapan pencapaiannya. Dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki, subjek berharap bisa mengembangkan karirnya. Dimana keahlian dan ketrampilan didapat dari proses belajar di bangku kuliah. Motivasi berprestasi berperan penting dalam proses belajar, karena dapat meningkatkan kualitas diri yang dibutuhkan oleh individu yang hendak mengembangkan karirnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah probability sampling
dengan teknik sample random sampling sebanyak 101 subjek. Analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi product moment pada taraf signifikansi 0,01. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala persepsi pengembangan karir yang didasarkan pada teori Davidoff (1981) yang coba peneliti adaftasikan dengan teori Handoko (2001) yang terdiri dari 68 item dengan angka reliabilitas 0,9561, dan menggunakan skala motivasi berprestasi berdasarkan pada teori Mc. Clelland (2005) yang terdiri dari 60 item dengan angka reliabilitas 0,9639.
vi
tabel anova menunjukkan signifikansi 0,388 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara varibel IV dengan DV. Sedangkan dalam tabel r square sebesar 0,97 yang berarti kontribusi nilai IV terhadap DV hanya sebesar 0,97 % sedangkan sisanya sebesar 99,03 % berasal dari kontribusi variabel lain diluar variabel penelitian.
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran agar mencantumkan lebih banyak indikator yang berkaitan dengan karyawan yang sedang melanjutkan kuliah, karena indikator pendukung lain dapat menentukan hasil penelitian yang diinginkan. Peneliti juga menyarankan agar lebih banyak menggunakan bahan pendukung teori persepsi yang akan diteliti sehingga indikator-indikator tambahan dalam teori dapat digunakan sebagai referensi.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan ridhoNya penulis dapt menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantias tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw yang selalu menjadi teladan bagi seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini selesai karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Jahja Umar Ph.D, dekan Fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Fadilah Suralaga M.Si, pembantu dekan bidang akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan perhatian dan pengertiannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs Rachmat Mulyono M.Si, Psi. Dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengoreksi, membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis, selain itu juga mendorong penulis untuk terus berusaha dan banyak membaca hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan serta civitas akademika Fakultas Psikologi atas bantuannya selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
6. Untuk dua lelaki dalam kehidupanku, Dhon el furqon dan Maulana Fardeen el furqon, thanks for all.
7. Untuk keluarga besar Abuyya K.H Mohammad Bashri. Kadaung Bogor 8. Untuk keluarga Bpk Sulaiman Fauzi (mamah dan bapak di Menes
pandeglang), hatur nuhun kana sadaya rupina.
9. Untuk sahabat-sahabat Fatayat NU Ciptim, Fatayat NU Tangsel, PC NU Tangsel, dan Korps PMII Puteri Ciputat yang telah memberikan ruang kepada penulis untuk merasakan perjuangan berorganisasi.
10. Untuk sahabat seperjuangan (Syifa, Dwi’Chiwa, Dini, Ambar, Wiwi) dan sahabat-sahabat Fakultas Psikologi angkatan 2003 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesain skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca
Jakarta, 12 September 2011
ix
PERNYATAAN
Assalamua’alaikum Wr.Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ai Madinatussalamah NIM : 103070029076
Mengatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Persepsi Pengembangan Karir dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Kelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE AD) Jakarta” adalah benar hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang digunakan dalam skripsi ini sesuai dengan referensi yang terdapat dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 12 September 2011
x DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Persetujuan Panitia Munaqasyah ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Persembahan ... iii
Motto ... iv
Abstrak ... v
Kata Pengantar ... vii
Pernyataan Bukan Plagiat ... ix
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Lampiran... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Pembatasan masalah ... 8
1.4 Perumusan masalah ... 9
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.5.1 Tujuan penelitian ... 9
1.5.2 Manfaat penelitian ... 10
1.6 Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi ... 12
2.1.1 Definisi motivasi berprestasi ... 12
xi
2.1.3 Sumber-sumber motivasi berprestasi ... 19
2.1.4 Fungsi motivasi berprestasi ... 21
2.1.5 Karakteristik mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ... 22
2.2 Persepsi Pengembangan Karir………... 26
2.2.1 Definisi Persepsi ... 26
2.2.2 Proses terjadinya persepsi ... 28
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 29
2.2.4 Definisi Pengembangan Karir... 33
2.2.5 Tahap-tahap pengembangan karir ... 35
2.3 Mahasiswa Kelas Karyawan. ... 37
2.4 Kerangka Berfikir... 38
2.5 Hipotesis... 41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43
3.1.1 Pendekatan penelitian ... 43
3.1.2 Metode penelitian ... 44
3.2 Variabel Penelitian... 44
3.2.1 Identifikasi variabel ... 44
3.2.2 Definisi konseptual variabel ... 45
3.2.3 Definisi operasional variabel ... 46
3.3 Subjek Penelitian ... 48
3.3.1 Karakteristik responden... 48
3.3.2 Populasi dan sampel... 49
3.3.3 Teknik pengambilan sampel... 49
xii
3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data... 50
3.5 Prosedur Penelitian……...54
3.5.1 Prosedur persiapan penelitian ... .54
3.5.2 Prosedur pelaksanaan penelitian ... 55
3.5.3 Prosedur pengolahan data ... . 55
3.6 Teknik Analisa Data... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 85
4.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 60
4.2.1 Uji hipotesis 1... 64
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print persepsi pengembangan karir
Tabel 3.2 Blue print motivasi berprestasi
Tabel 3.3 Nilai kategorisasi dalam jawaban
Tabel 3.4 Blue print skala persepsi pengembangan karir
Tabel 3.5 Blue print motivasi berprestasi
Tabel 3.6 Hasil skala (try out) pengembangan karir
Tabel 3.7 Hasil skala (try out) motivasi berprestasi
Table 4.1 Jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Jumlah subjek berdasarkan latar belakang pendidikan
Tabel 4.3 Jumlah subjek berdasarkan usia
Tabel 4.4 Uji korelasi IV dengan DV
Tabel 4.5 Koefisien variabel IV dengan DV
Skema 4.5.1 Koefisien regresi IV dengan DV
Table 4.6 Model summary analisis regresi ke-8 IV
Table 4.7 Anova Analisis regresi ke-8 IV
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Blue Print Skala Persepsi Pengembangan Karir 2. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi
3. Skala Persepsi Pengembangan Karir (try out) 4. Skala Motivasi Berprestasi (try out)
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap orang pasti menyetujui bahwa bekerja merupakan bentuk aktualisasi diri
yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan menentukan keseimbangan potensial
dalam diri individu, bahkan dengan bekerja akan meningkatkan pula harkat dan
martabatnya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan penghargaan dari lingkungan
sekitar, sehingga orang-orang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki.
Pada kenyataannya manusia selalu dihadapkan pada banyaknya jenis pekerjaan
yang menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak, pekerjaan yang tepat dan sesuai
dengan kemampuan tentu akan menghantarkan pada keadaan yang sesuai dengan
harapan.
Tiap individu yang menginginkan karir lebih baik melakukan pekerjaan dengan
gigih, tapi banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit orang yang tidak melakukan
pekerjaan apapun. Setiap individu berbeda-beda dalam melewati setiap detik dalam
kehidupannya. Perbedaan prilaku ini dilandaskan pada motif yang melatarbelakangi
individu atau disebut dengan motivasi, motivasi pada tiap individu mengakibatkan
perbedaan prilaku dalam menyikapi proses kehidupan yang dijalani.
Di satu waktu, dijumpai seorang penyapu jalanan yang bekerja bermandikan
keringat menyapu jalanan dari pagi buta sampai terbenam matahari. di tempat lain,
didapati seorang pemuda yang bekerja dengan giat di pagi hari dan menyelesaikan
2
yang berkumpul hanya untuk mempamerkan kemampuan berakrobat diatas motor
milik mereka.
Secara psikologis ada persoalan yang harus dipecahkan, kenapa dalam satu waktu
ada orang yang bekerja seperti penyapu jalanan, dan seorang pemuda yang bekerja
dan berusaha menyelesaikan kuliah, serta gerombolan pemuda yang berkumpul hanya
untuk berakrobat. Mengapa mereka melakukan perbuatan-perbuatan tersebut?, Apa
yang mempengaruhi mereka sehingga menimbulkan prilaku yang berbeda-beda?
motivasi yang timbul dari dalam diri seorang relatif berbeda, sehingga perilaku yang
tampak akan bermacam-macam tergantung dari motif yang melatarbelakanginya.
Sebagaimana definisi motif menurut Kartono dan Gulo (2000) bahwa motif adalah kontrol batiniah yang mendorong atau berbuat berdasarkan satu kebutuhan atau satu dorongan.
Setiap orang yang melakukan kegiatan dapat didasari oleh motif yang timbul dari
dalam diri dan dari lingkungan sekitar.
Begitupun dalam dunia kerja, terdapat pilihan dalam ranah pekerjaan, yaitu sektor
formal atau non-formal. Namun tentunya kedua sektor tersebut tetap saja
membutuhkan keahlian dan ketrampilan, bahkan sebagian perusahaan atau lembaga
pada saat ini mewajibkan karyawan atau pegawai dari kedua sektor tersebut memiliki
standar minimum berupa gelar sarjana strata satu, hal ini mencerminkan kualitas dan
mutu individu yang bekerja. sebagaimana teori pengembangan karir yang dikutip dari
3
Dapat pula diartikan, manusia sebagai individu yang memiliki sifat ingin menjadi
lebih baik dari sebelumnya, mencoba untuk selalu berusaha melalui proses-proses
pencapaian yang diharapkan, dalam hal ini setiap karyawan menilai pengembangan
karir merupakan sekumpulan tujuan-tujuan pribadi untuk meningkatkan kesadaran,
pengetahuan dan kemampuan yang mempengaruhi arah dan kemajuan karir melalui
tingkatan-tingkatan tugas tertentu.
Karenanya setiap orang yang ingin berkembang dalam dunia kerja akan berusaha
mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan yang bisa meningkatkan karirnya.
Dari pendidikan yang diperoleh, setiap orang dapat mengembangkan karirnya
sesuai dengan keinginan dan harapan yang dicita-citakan. Penilaian terhadap
pengembangan karir pun tidak hanya didapat dari pengalaman diri sendiri, akan tetapi
pengalaman orang lain yang berkaitan dengan peningkatan jenjang karir, dimana tiap
individu yang ingin meningkatkan karirnya dalam bekerja, maka yang harus
dilakukan adalah melalui proses pembelajaran peningkatan keterampilan yang didapat
di bangku kuliah, peningkatan keterampilan inilah yang dijadikan sebagai acuan
pengembangan karir yang dianjurkan pada setiap karyawan agar melanjutkan
pendidikan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang digeluti.
Selain itu, keahlian karyawan akan dinilai berdasarkan dari prestasi kerja yang
telah dilakukan dimana titik awal pengembangan karir dimulai dari diri karyawan,
setiap orang bertanggung jawab atas pekerjaannya. Kegiatan paling penting untuk
memajukan karir adalah dengan prestasi kerja yang baik, karena hal ini mendasari
semua kegiatan pengembangan karir lainnya, dalam hal ini kemajuan karir tergantung
4
serta pengalaman melalui program pelatihan atau kursus-kursus dan penambahan
gelar. (Handoko, 2001).
Kebiasaan yang dilakukan setiap hari pun berperan penting dalam peningkatan
karir individu, kebiasaan mengerjakan tugas perusahaan dan kebiasaan mengerjakan
tugas kuliah yang seimbang menjadi syarat yang dapat meningkatkan karir individu
dengan cepat, karena terbiasa dalam pemilihan skala prioritas menentukan pula
pengembangan karir yang hendak dicapai.
Untuk mencapai tingkatan karir yang tinggi, tiap karyawan yang memutuskan
untuk melanjutkan pendidikan berharap mendapatkan ilmu dan keterampilan yang
sesuai dengan jenis pekerjaan yang mereka geluti, sehingga ilmu dan keterampilan
yang didapat menjadi batu loncatan untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang
dibebankan oleh perusahaan. Walau pun sering ditemui karyawan yang melanjutkan
pendidikan hanya sebatas ingin mendapatkan ijazah S1 sebagai pemenuhan syarat dari
perusahaan yang bersangkutan, akan tetapi harapan untuk mendapatkan keahlian dari
bangku kuliah tentu menjadi modal utama untuk pengembangan karir itu sendiri.
Selain itu keinginan untuk memiliki kemampuan yang menunjang karir menjadi
bagian penting dalam mempersepsikan pengembangan karir, hal ini dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan agar dapat diterima secara sosial, karena manusia sebagai
makhluk sosial tentu menginginkan kehidupan yang layak dan dapat membahagiakan
5
Dalam dunia kerja orang saling berkompetensi untuk mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik, oleh karena itu setiap orang dituntut untuk meningkatkan keahlian
masing-masing. Asumsi diatas menjadi motivasi setiap orang untuk melanjutkan
pendidikan lebih tinggi, dalam hal ini peningkatan keterampilan yang didapatkan dari
bangku kuliah.
Motivasi yang timbul dari diri sendiri menjadi dorongan untuk menyelesaikan
tugas kuliah dan tugas pekerjaan dengan maksimal, sehingga pengembangan karir pun
semakin mudah dicapai, namun motivasi yang timbul dari lingkungan sekitar pun
akan menjadi dorongan karena lingkungan sekitar menjadi acuan agar menjadi
individu yang diterima secara sosial.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE AD) Jakarta membuka
program kelas karyawan yang diperuntukkan bagi mahasiswa bekerja yang
bermaksud menyelesaikan pendidikan strata satu. Sebagian mahasiswa yang kuliah di
kampus ini termotivasi untuk berprestasi agar dapat meningkatkan karir yang sedang
mereka jalani. Hal ini terlihat dari semangat diri dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang berkaitan dengan proses perkuliahan, tidak hanya diwajibkan untuk menyusun
karya ilmiah baik berupa skripsi atau kajian literatur berbentuk makalah, tapi dalam
hal ini mahasiswa mampu memenuhi kewajiban jadwal perkuliahan, tugas harian,
serta praktek lapangan yang telah ditentukan pihak kampus.
Disadari atau tidak, persepsi pengembangan karir inilah yang dimungkinkan
6
Sebelum mengajukan judul skripsi ini, penulis melakukan wawancara pada
mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Ahmad Dahlan yang
dilaksanakan pada tanggal dua dan sembilan Februari 2011, dimana hasilnya dapat
diasumsikan beberapa hal yang menjadi pencetus motivasi berprestasi pada
mahasiswa kelas karyawan, diantaranya : keinginan untuk mendapatkan ijazah S1,
keinginan untuk mendapatkan gelar sarjana, keinginan untuk membahagiakan orang
tua/keluarga, keinginan untuk meningkatkan karir, keinginan untuk memiliki
pekerjaan yang layak, keinginan untuk dihargai oleh lingkungan karena menyandang
gelar sarjana, dan lain sebagainya. Walaupun terdapat berbagai alasan, nyatanya
persepsi pengembangan karir menjadi salah satu poin tertinggi dari hasil wawancara
yang dilakukan, sedangkan motivasi berprestasi yang timbul pada setiap mahasiswa
tentunya berbeda tergantung dari motif yang dimiliki.
Dari beberapa asumsi yang didapat, penulis mengindikasikan adanya gambaran
persepsi pengembangan karir pada setiap mahasiswa kelas karyawan yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi, akan tetapi penulis menyadari kesimpulan yang benar
harus didasari dengan penelitian yang sesuai prosedur, dalam hal ini penulis tertarik
ingin meneliti “Hubungan Persepsi Pengembangan Karir dengan Motivasi Berprestasi
MahasiswaKelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta”
Penulis pun menambahkan tiga variabel pengikut yang dianggap memiliki hubungan
terhadap motivasi berprestasi, yaitu; usia, jenis kelamin dan latar belakang
7 1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan tema pada penelitian ini, yakni “Persepsi Pengembangan Karir
dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Kelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta”, maka kemungkinan muncul beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut :
1. Adakah hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi
mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi?
2. Adakah hubungan latar belakang pendidikan dengan motivasi berprestasi
mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan?
3. Adakah hubungan jenis kelamin dengan motivasi berprestasi mahasiswa
kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Ahmad Dahlan?
4. Adakah hubungan usia dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas
karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan?
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu meluas, maka peneliti memberikan
pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Teori motivasi berprestasi didasarkan pada teori McClelland (dalam
Mangkunegara, 2005) yang terbagi menjadi enam karakteristik mahasiswa
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, diantaranya; memiliki tingkat
tanggung jawab yang tinggi, berani mengambil dan memikul resiko, memiliki
tujuan yang realistik, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang
untuk merealisasikan tujuan, memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam
semua kegiatan yang dilakukan, mencari kesempatan untuk merealisasikan
8
2. Teori persepsi pengembangan karir yang didasarkan pada teori Davidoff
(1981), menurut teori ini persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
pengalaman, tabiat (habitual), harapan (expectation), keinginan dan motivasi. 3. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti program kelas
karyawan jurusan Akuntansi dan Manajemen perbankan.
1.4 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
”Apakah ada hubungan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi
berprestasi pada mahasiswa kelas karyawan?”
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara
perkembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
1.5.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. manfaat teoritis
Menjadi masukan dalam perkembangan teori mengenai persepsi dan
motivasi berprestasi, sehingga menambah khazanah Psikologi lebih
9 b. manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk meningkatkan
motivasi berprestasi serta memahami arti persepsi pengembangan karir
pada mahasiswa khususnya Fakultas Psikologi dan mahasiswa
diberbagai perguruan tinggi lainnya.
1.6 Sistematika Pembahasan
Untuk dapat menghasilkan penulisan penelitian yang baik, maka disusunlah
sistematika penulisan penelitian sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Penjelasan singkat yang menggambarkan latar belakang masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
Bab II : Kajian teori
Teori yang akan digunakan sebagai landasan penelitian, adalah
teori-teori yang akan diambil antara lain: teori-teori tentang motivasi
berprestasi, teori tentang persepsi, teori pengembangan karir, serta
pengertian mahasiswa kelas karyawan dan kerangka berpikir.
Bab III : Metode penelitian
Permasalahan penelitian, kemudian pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan kuantitatif, karakteristik subjek penelitian, prosedur
pemilihan subjek, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan
10 Bab IV : Presentasi dan analisis data
Menerangkan tentang subjek umum penelitian, Proses dan hasil
pengolahan hasil penelitian dengan teknik analisis regresi
Bab V : Kesimpulan, diskusi dan saran
Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan
yang dikemukakan. Pembahasan berdasarkan hasil diskusi yang telah
diperoleh serta keterbatasan-keterbatan penelitian. Dari kesimpulan
dan diskusi diajukan saran-saran, baik yang bersifat teoritis maupun
11 BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi Berprestasi
2.1.1 Definisi motivasi
Motivasi mempunyai peranan penting didalam kehidupan manusia, karena motif
merupakan dasar seseorang melakukan sesuatu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) Motivasi berasal dari kata motif.
motif didefinisikan sebagai alasan atau sebab seseorang melakukan sesuatu. Perilaku
yang disebabkan oleh dorongan dari dalam diri yang didasari pada alasan tertentu.
Chaplin (2001) mengatakan bahwa istilah motivasi diartikan sebagai satu variabel
penyelenggara yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam
organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan
tingkah laku menuju sasaran. motivasi juga diartikan sebagai keseluruhan dorongan,
12
Suryabrata (2001) mengemukakan bahwa motif adalah keadaan dalam pribadi
seorang yang mendorong diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan.
Menurut Gerungan (2004) motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan
tenaga penggerak lainnya yang berasal dalam diri individu untuk melakukan sesuatu
dimana motif memberikan tujuan dan arah terhadap tingkah laku.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Purwanto (2004) yang mendefinisikan
motif sebagai suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut mau bertindak atau melakukan sesuatu. Sedangkan
motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengeruhi tingkah laku
seseorang agar tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga akan mencapai
hasil atau juga tujuan tertentu.
Davidoff (1988) mengatakan bahwa motif atau motivasi menunjukkan suatu
keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan, motif inilah
yang mengaktifkan atau membangkitkan perilaku yang biasanya tertuju pada
pemenuhan kebutuhan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motif adalah dorongan
13
dan motivasi memiliki arti yang sama, tetapi motivasi biasanya dilakukan dengan
dorongan yang berdasarkan pada tujuan individu.
Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi (energi)
yang menggerakkan dalam diri individu yang terarah untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi ini muncul dari dua dorongan, yaitu dorongan dari dalam diri individu dan
juga dorongan dari luar diri individu.
Dalam hal ini, motivasi diartikan sebagai segala daya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu, biasa juga sebagai rangsangan, dorongan atau pembangkit
tenaga sehingga terjadinya tingkah laku (Sarlito, 2002).
Woolfolk (2004), mengatakan bahwa motivasi adalah kegiatan individu yang
bersifat membangun, langsung, dan menimbulkan tingkah laku yang terdiri dari
kebutuhan (need), minat (interest), kesenangan (enjoyment), ganjaran (reward), dan hukuman (punishment).
Menurut Kartono & Gulo (2000) juga memberikan definisi serupa dimana
motivasi bisa diartikan sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu, sikap atau
perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan serta diarahkan kepada suatu tujuan yang
14
Definisi-definisi motivasi yang disebutkan diatas, menggambarkan individu yang
memiliki motivasi tinggi akan melakukan sekuat tenaga guna melalui proses-proses
berprestasi itu sendiri. Gambaran tentang perkembangan karir setelah mendapatkan
gelar sarjana akan meningkatkan semangat juang serta mampu mengarahkan tujuan
yang hendak dicapai dari setiap tindakan yang diambil pada keadaan yang sedang
terjadi atau yang akan terjadi, dalam hal ini motivasi sebagai penggerak akan
mencerminkan tingkah laku individu yang sesuai dengan harapan dan dapat mencapai
tujuan dengan maksimal.
Menurut Mc Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah :
What should be involved in the achievement motive is doing something better for its own sake, for the intrinsic satisfaction of doing something better.
Atau dapat pula diartikan, motivasi berprestasi merupakan proses pembangkitan
gerak dalam diri seseorang yang menggerakkan orang tersebut untuk melakukan
sesuatu tindakan sehingga dapat dicapai hasil sebaik-baiknya, lebih baik dari hasil
yang pernah dicapai sebelumnya. Dalam pendidikan, motivasi berprestasi ini
seringkali dinamakan mengejar keunggulan.
Mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, sudah tentu akan
berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Pernyataan ini
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Mc Clelland (dalam Munandar, 2000),
15
ialah para wirausaha yang berhasil, ini dikarenakan kebutuhan akan pencapaian
terhadap target yang diharapkan dalam berwirausaha menjadikannya memiliki
karakteristik-karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi. Sebaliknya ia
tidak menemukan adanya manajer dengan kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi.
Dimana pada dasarnya setiap orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk
berhasil, lebih mengejar prestasi belajar layaknya imbalan terhadap keberhasilan.
Seorang yang memiliki motivasi tinggi akan bergairah untuk melakukan sesuatu lebih
baik dan lebih efisien dibandingkan hasil sebelumnya.
Atkinson (dalam Djaali, 2007) mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup
manusia, terdapat kebutuhan untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi
hambatan, melatih kekuatan, dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang
sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin, atau dengan perkataan lain usaha
seseorang untuk menemukan atau melampaui standar keunggulan. Menurut Atkinson
seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi umumnya harapan akan
suksesnya selalu mengalahkan rasa takut akan mengalami kegagalan. Ia selalu merasa
optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dihadapinya, sehingga setiap saat selalu
termotivasi untuk mencapai tujuannya.
Kesimpulan yang peneliti coba ungkapkan dari beberapa pengertian motivasi
berprestasi di atas, bahwasanya mahasiswa yang bekerja akan memiliki motivasi
berprestasi di bangku kuliahnya karena memiliki motif atau dorongan yang kuat
dalam pencapaian pengembangan karirnya. Dimana motivasi berprestasi sangat
16
hendak dicapai, karena dengan memiliki motivasi berprestasi, akan ada dorongan
berkesinambungan yang mampu menggerakkan prilaku positif dalam pencapaian
kebutuhannya
2.1.2 Aspek-aspek motivasi berprestasi
Individu dapat dikatakan mempunyai motivasi berprestasi jika dilihat dari
kemampuannya serta usahanya guna mencapai suatu tujuan. Setiap usaha yang
dilakukan akan berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai individu.
Woodworth & Marquis (dalam Shaleh, 2004) menggolongkan motivasi menjadi
tiga macam, yaitu:
a. Motivasi organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan biologis,
seperti makan, minum, kebutuhan bergerak dan beristirahat dan lain sebagainya.
b. Motivasi darurat, yaitu motivasi yang berkaitan dengan dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,dorongan untuk berusaha,
dorongan untuk mengejar dan bergerak cepat. Motivasi ini timbul jika situasi
menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dari dalam diri individu, tapi didasarkan
pada perangsang dari luar.
c. Motivasi objektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada tujuan tertentu disekitar
kita, motif ini mencakup; kebutuhan untuk eksplorasi diri dan sekitar, manipulasi,
menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar
17
Sedangkan Woolfolk (2004) mengklasifikasikan motivasi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri individu
yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, dalam hal ini muncul
berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekadar atribut dan
seremonial belaka.
Menurut Djamarah (2002) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsi tanpa perlu dirangsang dari luar. Hal ini dikarenakan dalam diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Pendapat senada juga dikemukankan oleh Suryabrata (2001) dan Purwanto
(2004), yang menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah suatu motif yang sudah
berada dalam diri inidivdu tanpa adanya rangsangan dari luar.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi eksintrik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang
juga mendorongnya untuk melakukan suatu kegiatan belajar.
Djamarah (2002) dan Purwanto (2004) mengemukakan bahwa pada dasarnya
motivasi ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu yang disebabkan oleh
adanya rangsangan dari luar. Pada motivasi ekstrinsik ini seseorang melakukan
aktifitas berdasarkan pada nilai yang terkandung dalam objek yang menjadi sasaran
18 2.1.3. Sumber-sumber motivasi berprestasi
McClelland (dalam Shaleh, 2006) menyatakan bahwa timbulnya tingkah laku
dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri setiap individu. konsep
motivasi ini lebih dikenal dengan “socialmotives theory”, adapun kebutuhan yang
dimaksud menurut teori sosial ini terbagi kedalam tiga macam, yaitu:
a. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement)
Yaitu kebutuhan untuk mencapai sukses, yang berdasarkan pada standar
kesempurnaan (kualitas) diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat
dengan pekerjaan, mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai
prestasi tertentu
b. Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation)
Yaitu kebutuhan akan kehangatan dan dorongan (motivasi) dari orang lain.
Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara
akrab dengan orang lain.
c. Kebutuhan untuk berkuasa (need for power)
Yaitu kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan
ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan
(skeptis) terhadap perasaan orang lain.
Motivasi berprestasi memiliki sumber yang berada dalam ruang lingkup aspek –
19
adalah bagian dari identifikasi yang dianggap perlu untuk mengetahui sejauhmana
individu memiliki motivasi terhadap sesuatu hal yang sedang dilakukannya.
Sedangkan Woolfolk (2004) membagi sumber motivasi menjadi dua macam
sesuai dengan aspek motivasi intrinsik dan ekstrinsik, yaitu :
a. Sumber motivasi intrinsik meliputi kebutuhan (need), minat (interest), kesenangan(enjoyment), dan rasa ingin tahu (curiosity).
Dalam motivasi intrinsik tidak perlu lagi ada reward dan punishment bagi seseorang untuk melaksanakan aktifitasnya, karena dorongan yang muncul murni
berasal dari dalam diri individu.
b. Sumber motivasi ekstrinsik meliputi imbalan (reward), tekanan sosial (social pressure), dan penghindaran diri dari hukuman (punishment).
Motivasi ekstrinsik memerlukan penguatan dari luar diri individu, yang sifatnya
didasarkan pada peraturan yang telah baku, sehingga individu berusaha untuk
menghindari hal atau keadaan yang tidak diharapkan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi sebagai
sesuatu yang berperan penting, dimana motivasi merupakan penggerak individu
20
dengan bentuk pencapaian prestasi akan dihadapi secara maksimal oleh individu jika
memiliki dua macam motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) dan juga luar
diri individu (ekstrinsik).
2.1.4 Fungsi motivasi berprestasi
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi
seorang mahasiswa yang disebut dengan motivasi untuk berprestasi (motivasi
berprestasi). Bila seorang mahasiswa memiliki motivasi yang baik dalam
mengerjakan tugas kuliah maka mahasiswa tersebut akan menunjukkan usaha yang
baik pula. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang optimal dan didasari oleh
motivasi, maka seorang mahasiswa akan dapat memunculkan prestasi yang baik
tentunya.
Salah satu fungsi motivasi adalah untuk meraih prestasi, Mc Clelland (1987)
merumuskan tiga motivasi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang salah satunya
adalah motivasi berprestasi, seperti yang sudah dijelaskan peneliti di atas.
Selanjutnya sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi menurut
Sardiman (2007), yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
21
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.1.5 Karakteristik mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
Menurut Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2005) menyatakan bahwa
mahasiswa yang mempunyai dorongan prestasi yang tinggi memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Mempunyai dorongan yang kuat yang berbeda dengan orang lain.
Mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan selalu
mencari informasi atau cara-cara dan ide-ide terbaru yang tentunya
berbeda dengan orang lain agar dapat melakukan tugas/pekerjaan secara
lebih baik.
2. Melakukan hal-hal yang lebih baik, berupa tujuan yang realistik,
mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan senantiasa
melihat tujuan yang akan dicapai jika memutuskan untuk mengerjakan
sesuatu.
3. Mencari kesempatan-kesempatan dalam menjalankan rencana
(tahapan-tahapan berprestasi) yang diprogramkan. Dalam mengerjakan tugas atau
pekerjaan, mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi akan menentukan
prioritas guna rencana-rencana yang hendak dicapai dalam mengerjakan
tugas, seperti memilih tim yang lebih mumpuni dalam bidangnya.
4. Lebih menyukai tugas atau pekerjaan yang memiliki tanggung jawab
22
mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil tanggung jawab pribadi
atas suatu hasil capaian dari melakukan suatu tugas atau menemukan
pemecahan suatu permasalahan tugas/pekerjaannya.
5. Memilih tugas atau pekerjaan yang memiliki resiko yang sedang
(moderate), berupa tujuan yang tidak terlalu sulit dicapai dan juga tujuan yang terlalu mudah dicapai. Jika seorang mahasiswa tujuannya adalah
untuk mengerjakan tugas secara lebih baik. Maka ia akan memilih tugas
dengan tingkat kesulitan menengah (moderat) atau berjarak tengah (intermediate distance) karena kemungkinan untuk sukses cukup besar. 6. Memanfaatkan dan memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya.
Mempunyai keinginan kuat untuk memperoleh umpan balik (feedback) yang cepat terhadap kinerja dan prestasinya. Mahasiswa seperti ini sangat
ingin tahu seberapa baik tugas kuliah dan pekerjaan yang telah
dilakukannya.
Seorang yang memiliki motivasi berprestasi lebih tertarik pada pencapaian
prestasi tanpa bantuan orang lain, namun tidak berarti bahwa individu yang memiliki
motivasi berprestasi kemudian menjadi antisosial. Karena dalan hal ini, ia
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain sejauh bisa digunakan atau
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
Individu dengan motivasi berprestasi tidak akan membebankan tanggung jawab
atas kesuksesan atau kegagalan pada orang lain, karena ia sangat memperhatikan
23
Penjelasan diatas dapat mewakili pengertian bahwa motivasi berprestasi adalah
proses pembangkitan gerak dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan
sehingga dapat mencapai hasil sebaik-baiknya. Bila dikaitkan dengan mahasiswa,
maka melakukan suatu tindakan yang dimaksud adalah menyelesaikan tugas-tugas
kuliah, sedangkan mencapai hasil yang sebaik-baiknya adalah memperoleh hasil
belajar di setiap mata kuliah yang lebih baik dari hasil yang pernah dicapainya atau
dicapai oleh orang lain sebelumnya.
Mendapatkan nilai yang baik merupakan bentuk keseriusan mahasiswa terhadap
diri sendiri dan sebagai bentuk aktualisasi diri dalam pencapaian proses belajar.
Sedangkan motivasi berprestasi sebagai pendorong, memiliki peranan sangat penting
bagi seorang yang hendak mendapatkan nilai yang baik dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya. Tentu motivasi berprestasi menjadikannya bersemangat dalam melakukan
beberapa tahapan guna menyelesaikan persyaratan mendapatkan gelar sarjana dengan
nilai yang baik, semisal membuat tugas-tugas perkuliahan seperti karya tulis
(makalah), menyusun skripsi yang mewajibkan setiap mahasiswa mencari berbagai
literatur untuk referensi penguatan teori yang akan digunakan, melakukan bimbingan
skripsi terhadap dosen pembimbing dan melakukan penelitian lapangan yang akan
diuji secara validitas dan reliabilitasnya. Tahapan-tahapan ini tentunya membutuhkan
motivasi berprestasi untuk mendapatkan nilai yang baik.
Persepsi pengembangan karir pada setiap individu tentunya relatif berbeda, karena
nilai suatu obyek didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi itu
24
Anggapan akan peningkatan karir yang positif setelah menjadi sarjana, merupakan
bagian dari penilaian individu pada satu obyek dalam hal ini perkembangan dalam
karirnya.
Karena persepsi pengembangan karir yang positif akan meningkat seiring dengan
mendapatkan gelar inilah, setiap mahasiswa akan serta-merta termotivasi untuk
mendapatkan nilai yang baik.
2.2 Persepsi Pengembangan Karir
2.2.1 Definisi Persepsi
Santrock (2002), menyatakan bahwa persepsi adalah interpretasi berdasarkan
pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu dan juga apa yang akan
diinderakan atau dirasakan.
Menurut Davidoff (1988), persepsi didefinisikan sebagai proses yang
mengorganisir dan menggabungkan data-data indra kita (pengindraan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita,
termasuk sadar akan diri sendiri; persepsi merupakan proses yang antara satu orang
dengan orang lain sifatnya berbeda (individualistik) daripada yang diperkirakan
25
Walgito (dalam Shaleh, 2004), menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang
menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga dapat menyadari keadaan disekelilingnya.
Saleh (2004), mengungkapkan bahwa persepsi juga dapat diartikan sebagai
kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap
satu objek rangsangan.
Lain halnya dengan penjelasan Desiderato (1976), yang mengatakan bahwa
“perception is the experience of objects, event, or relationship obtained by extracting information from and interpreting sensation”
Yang berarti persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Robbins (2001) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses dimana individu
mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorisnya supaya dapat
memberi arti kepada lingkungan sekitarnya.
Dari beberapa definisi di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan suatu proses mengetahui, mengenali atau memaknai suatu objek
yang ada dilingkungannya melalui pengamatan selektif, penggabungan,
pengorganisasian, dan penginterpretasian sensasi dengan bantuan alat indera,
26
yang sesuai dengan penilaiannya dan pengharapannya terhadap objek tertentu dan
lingkungan sekitarnya.
2.2.2 Proses terjadinya persepsi
Seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada
unsur yang menyebabkan terjadinya suatu proses persepsi.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
penerima, yaitu alat indera. Pada umumnya, stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf
ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses
persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima
stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera, kemudian diorganisasikan,
diinterpretasikan, sehingga menyadari tentang apa yang diinderanya itu. (Davidoff,
1988)
Sedangkan proses terjadinya persepsi dalam sistem sensori sampai pada otak
diklasifikasikan menjadi beberapa tahapan, hal ini dikemukakan oleh Davidoff (dalam
Shaleh, 2004) yaitu; deteksi (pengenalan), transaksi (pengubahan diri dari satu energi kebentuk energi yang lain), transmisi (penerusan) dan pengolahan informasi.
Dimana .proses tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, dapat kita fahami
27
kemudian hasil penginderaan tersebut diproses sehingga timbullah makna tentang
objek tersebut.
Hal ini akan digunakan oleh individu yang bersangkutan untuk menentukan
reaksi apa yang sesuai yang akan diambil oleh dirinya.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Robbins (2001) mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi
pembentukan ataupun perusakan persepsi seorang individu, yang berdampak pada
terjadinya perbedaan persepsi diantara individu yang satu dengan yang lainnya
terhadap hal yang sama. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Pelaku persepsi, merupakan tokoh sentral yang mempengaruhi pembentukan
persepsi, karena dalam mempersepsikan suatu objek pelaku persepsi
dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya.
2. Target atau objek yang dipersepsikan, karakteristik-karakteristik dari objek
yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan oleh pelaku
persepsi.
3. Situasi saat persepsi terjadi, unsur-unsur yang ada dalam lingkungan seperti
waktu, keadaan sosial dan keadaan saat suatu kejadian terjadi, dapat
mempengaruhi konteks dari suatu objek yang diamati oleh pelaku persepsi.
Sedangkan menurut Shaleh dan Wahab (2004), ada beberapa faktor yang
28 1. Perhatian yang selektif
Individu hanya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu
saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala yang lain tidak akan tampil
dimuka sebagai objek pengamatan.
2. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik
perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil;
yang kontras dengan latar belakangnya, dan intensitas rangsangnya paling
kuat.
3. Nilai dan kebutuhan individu
Setiap orang memiliki penilaian berbeda terhadap suatu objek, hal ini
disebabkan karena penilaian didasarkan pada pengamatan yang dilakukan
dari sisi berbeda, persepsi dipengaruhi pula oleh kebutuhan individu secara
internal maupn eksternal.
4. Pengalaman individu
Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsikan dunianya.
Disamping itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi,
29
berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai
faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal berinteraksi dalam individu
mengadakan persepsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yang telah disebutkan diatas, sesuai
dengan teori Davidoff (1988) yang menyatakan beberapa aspek dapat mempengaruhi
persepsi, didalamnya mencakup proses yang banyak sekali melibatkan kegiatan
kognitif serta kondisi psikis individu yang mempengaruhi persepsi. Aspek-aspek
tersebut adalah:
1. Pengalaman
Pengalaman sangat mempengaruhi bagaimana individu mempersepsikan satu
objek. Dengan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya, individu akan
secara langsung dapat menilai objek yang dilihatnya. Individu juga dapat
menginterpretasikan suatu objek dengan persepsi yang diambil dari
pengalaman orang lain.
2. Tabiat atau kebiasaan
Dalam pembentukan persepsi suatu objek, individu dipengaruhi oleh
karakteristik pribadinya, tabiat (habitual) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses persepsi karena tabiat atau kebiasaan merupakan
pengulangan terhadap suatu objek yang dipersepsikan.
3. Harapan atau ekspektasi
Individu memiliki penilaian berbeda terhadap suatu objek, karena dipengaruhi
30
pengalaman merupakan kehendak yang diharapkan terwujud dikemudian hari
memberikan kontribusi terhadap penilaian suatu objek sehingga individu dapat
memilah objek mana saja yang akan di ambil untuk pencapaian harapannya.
4. Keinginan
Unsur-unsur yang ada dalam lingkungan dan keadaan sekitar individu dapat
mempengaruhi persepsi, salah satu unsur tersebut adalah keinginan-keinginan
secara psikologis dan fisiologis yang dilandaskan pada keadaan sosial.
5. Motivasi
Persepsi dipengaruhi pula oleh kebutuhan individu secara internal maupun
ekternal, dimana motivasi dapat mempengaruhi persepsi didasarkan pada
kebutuhan masing-masing individu, karena dengan motif yang
melatarbelakangi keberadaan pelaku dapat menentukan persepsi pada suatu
objek.
Sarwono (2000) mengemukakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh perhatian,
harapan, kebutuhan, dan kepribadian tiap-tiap orang, sehingga persepsi seringkali
dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali terjadi
perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan antara dua orang terhadap satu
objek.
Persepsi merupakan proses yang rumit dan aktif, perlu penjelasan mendalam agar
31
sendiri. Setiap orang dapat mempersepsikan satu objek yang sama secara berbeda,
sebab persepsi sangatlah subjektif. Persepsi bukanlah cerminan dari realitas. Hal
tersebut dapat dilihat dari ketidakmampuan indra kita memberi respon dari
lingkungan. Manusia juga sering mempersepsikan rangsang-rangsang yang
sebenarnya tidak ada.
Hal tersebut dibuktikan dengan kemampuan otak kita untuk mengubah
serangkaian gambar diam menjadi bergerak seperti pemutaran film. Persepsi juga
sangat dipengaruhi oleh harapan, keinginan, dan motivasi (Davidoff, 1988). Pengaruh
harapan sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan, pengalaman serta penilaian seseorang
terhadap objek tersebut.
2.2.4 Definisi pengembangan karir
Menurut Hasibuan (1993) pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Karir adalah urutan-urutan posisi
yang diduduki oleh seseorang selama jangka waktu hidupnya,
Menurut Handoko (2001), pengembangan mempunyai ruang lingkup lebih
luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
32
Setiap manusia dalam hidupnya pasti akan mengalami suatu masa perkembangan.
Begitu juga halnya dengan karir seseorang dalam pekerjaannya. Dengan melakukan
pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan diharapkan mampu berprestasi dan
berkompetisi dalam dunia kerja.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan
merupakan suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan seluruh potensi yang
ada pada diri mahasiswa yang bekerja sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan
melalui pendidikan dan latihan.
Istilah karir telah digunakan untuk menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status mereka. Handoko (2001) menyatakan, bahwa istilah karir
dalam literatur ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku (behavioral science) pada umumnya mengggunakan tiga pengertian, yakni:
1. Karir sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral kejabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi
yang lebih baik, dalam atau menyilang hirarki hubungan kerja selama
kehidupan kerja seseorang.
2. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola
kemajuan yang sistematik dan jelas.
3. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangkaian posisi yang
33
Karir merupakan kemajuan seseorang dalam profesi atau pilihan bidang pekerjaan
tertentu. Kemajuan yang dimaksudkan disini adalah peningkatan keberadaan subjek di
dalam sebuah organisasi yang bergerak pada jenis atau pilihan usaha tertentu. Karir
mencakup dua aspek, yakni aspek individual dan sosial; bukan semata-mata
berpindahnya seseorang dari satu posisi atau jenis pekerjaan ke posisi atau jenis
pekerjaan yang lain, akan tetapi perpindahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian
bahwa seseorang mengalami perkembangan yanag mengikuti pola baku atas sejumlah
kesanggupan mengkoordinasi dan mengembangkan lingkup tugas yang semakin
majemuk.
Dari beberapa uraian pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa karir
merupakan perkembangan kemajuan dalam pekerjaan atau jabatan yang dipegang
seseorang yang menuju kepada peningkatan tanggung jawab, status, kekuasaan, dan
ganjaran, selama jangka waktu hidupnya.
Dari pengertian pengembangan dan karir yang telah diuraikan di atas, dapat
penulis tarik benang merah pengembangan karir melalui pendapat Handoko (2001),
pengembangan karir merupakan upaya-upaya pribadi seorang karyawan untuk
mencapai suatu rencana karir. dimana pengembangan karir merupakan sekumpulan
tujuan-tujuan pribadi untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan
yang mempengaruhi arah pada kemajuan karir melalui tingkatan-tingkatan tugas
34 2.2.5 Tahap-tahap pengembangan karir
Gibson (dalam Suhendra dan Hayati, 2006) menerangkan bahwa seseorang pada
umumnya bergerak melalui empat tahapan karir, yaitu:
1. Tahap penetapan (18-24 tahun), terjadi pada permulaan karir.selama tahap
ini, individu membutuhkan dan mencari dukungan dari orang lain, terutama
para manajer.
2. Tahap kemajuan (25-39 tahun), merupakan tahap bergerak dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan lain, baik di dalam maupun di luar organisasi.
promosi dan peningkatan dalam pekerjaan dengan tanggung jawab dan
peluang untuk membuat keputusan secara mandiri, merupakan karakteristik
tahap ini.
3. Tahap pemeliharaan (40-54 tahun), terjadi bila individu telah mencapai
batasan kemajuan dan berkonsentrasi pada pekerjaan yang dilakukan. Tahap
ini ditandai oleh usaha untuk memantapkan hasil yang telah dicapai, yang
merupakan periode kreatif karena individu telah memuaskan banyak
kebutuhan psikologis dan finansial yang menonjol dalam tahap-tahap
sebelumnya.
4. Tahap kemunduran (55-65 tahun), adalah sautu titik sebelum pensiun yang
sesungguhnya, individu tersebut memasuki masa kemunduran.
Selama berada dalam tahap ini, individu dapat mempunyai peluang untuk
mengalami perwujudan jati diri melalui aktivitas yang mungkin tidak dapat
dilakukan pada saat masih bekerja. Lama waktu berlangsungnya tahapan ini
bervariasi bagi tiap individu, akan tetapi pada umumnya setiap orang
35
Pada usia 18-24 tahun (tahap penetapan) dan 25-39 tahun (tahap kemajuan)
dianggap sebagai awal permulaan karir dan penetapan pada jenis pekerjaan yang
diinginkan serta mencari celah dalam peningkatan karir yang cirikan sebagai tahap
bergerak dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, baik di dalam maupun di luar
perusahaan atau lembaga yang dianggap mampu mengembangkan karirnya. Kedua
pengertian ini sesuai dengan identifikasi mahasiswa yang mengikuti program kelas
karyawan yang berusia rata-rata berada pada tahap penetapan dan tahap kemajuan.
Persepsi pengembangan karir merupakan gambaran yang dinyatakan sebagai
jenjang lebih tinggi dalam hal pekerjaan yang ditekuni, seorang yang memberikan
penilaian terhadap pengembangan karir yang positif akan menimbulkan usaha atau
tingkah laku untuk mencapai peningkatan itu sendiri. Salah satu usaha peningkatan
tersebut adalah dengan melakukan pendidikan berkelanjutan atau kuliah, karena
dengan kuliah tidak hanya mendapatkan gelar strata satu saja, tapi menambah
keahlian yang diharapkan dapat pula meningkatkan karir karyawan.
2.3 Mahasiswa kelas karyawan
Menurut Sarwono (1976), mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia 18-30
tahun.
Tampaknya definisi Sarwono, sesuai dengan rata-rata usia mahasiswa kelas
36
Menurut peraturan pemerintah RI no 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi,
mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi
tertentu.
Mahasiswa kelas karyawan adalah mahasiswa yang kuliah pada program kelas
karyawan, perkuliahan yang diadakan pada hari Sabtu dan minggu, mulai pukul
07.30-19.30 WIB. Penempatan dan jadwal kuliah kelas karyawan dipisahkan dengan
kelas reguler, hal ini dikarenakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan
Jakarta memberikan media pada mahasiswa yang bekerja atau memiliki kegiatan lain
untuk mengikuti program kelas karyawan yang tidak diadakan pada hari kerja.
2.4 Kerangka Berfikir
Mampu menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan nilai yang bagus adalah proses
belajar individu untuk mencapai aktualisasi diri yang sesuai dengan cita-cita luhur
setiap mahasiswa, dengan nilai yang bagus maka mahasiswa tidak hanya akan
mendapatkan gelar sarjana tapi harapan untuk mengembangkan karir yang lebih cepat.
Bekerja adalah salah satu kegiatan yang dapat memberikan kesenangan,
kebahagiaan dan makna khusus. Bekerja merupakan salah satu hal yang penting
dalam kehidupan manusia. Dengan bekerja, setiap individu dapat memenuhi
kebutuhannya, mengaktualisasikan diri serta diterima baik dimasyarakat. Setiap
individu yang bekerja tentu mengharapkan pengembangan dalam dunia kerjanya,
37
tapi pengembangan karir akan dilihat juga dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
individu tersebut.
Persepsi pengembangan karir dianggap sebagai indikator yang mempengaruhi
motivasi berprestasi, karena dengan persepsi pengembangan karir, mahasiswa akan
berupaya mendapatkan nilai yang baik dan mampu menyelesaikan kuliahnya tepat
waktu.
Motivasi berprestasi memiliki peranan penting dalam proses pencapaian hasil
belajar setiap mahasiswa, karena tanpa motivasi berprestasi tidak akan ada proses
belajar yang berjalan secara optimal, mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi akan menghindari keadaan atau hal yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, yang bersifat menghambat proses menyelesaikan kuliah itu sendiri.
Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tentu akan
menyeimbangkan prilaku yang berkenaan terhadap diri dan keadaan yang terjadi,
dalam hal ini memiliki kemampuan menilai, menentukan keputusan dan tingkah laku
yang diharapkan serta tidak melanggar norma yang ada serta mencoba memenuhi
kebutuhan pangan dan sandangnya, tanpa mengganggu proses perkuliahan yang
sedang dilakukan. Sedangkan mahasiswa yang memiliki persepsi pengembangan karir
yang positif tentu motivasi berprestasi pun akan tinggi, sebaliknya jika persepsi
pengembangan karir mahasiswa tersebut rendah maka akan rendah pula motivasi
38
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tiga variabel pengikut yang akan
dijadikan sebagai variabel independen, dimana tiga variabel ini adalah bagian
demografis yang dapat memiliki hubungan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa
kelas karyawan. Ketiga variabel tersebut adalah; jenis kelamin, usia dan latar
belakang pendidikan
Kerangka berpikir dari penelitan ini dapat digambarkan sebagai berikut;
Skema Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun
hipotesis penelitian yang akan diukur dalam penelitian ini, yaitu:
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel pengalaman dengan motivasi
39
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pengalaman dengan
motivasi berprestasi mahasiwa kelas karyawan
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel tabiat/kebiasaan dengan
motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tabiat/habitual dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel harapan/expectation dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel harapan/expectation
dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel keinginan dengan motivasi
berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel keinginan dengan
motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dengan motivasi
berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dengan motivasi
berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi
berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi
40
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel latar belakang pendidikan
dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel latar belakang pendidikan
dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan motivasi
berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan
motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi
berprestasi mahasiswa kelas karyawan
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi