DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... x
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Pemanfaatan Penelitian ... 5
D. Kajian Kepustakaan ... 6
E. Metodologi Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 20
Bab II LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumen ... 22
B. Tabungan ... 29
Bab III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah PT. BPRS Al Salaam ... 41
B. Visi dan Misi PT. BPRS Al Salaam ... 44
C. Prinsip Operasional PT. BPRS Al Salaam ... 45
E. Stuktur Organisasi PT. BPRS Al Salaam ... 48
F. Nasabah PT. BPRS Al Salaam ... 54
Bab IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis validasi dan reliabilitas instrument penelitian ... 57
B. Pengaruh Minat Nasabah Terhadap Tabungan ... 61
C. Analisa penulis ... 85
Bab V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Bagan kaidah reliabilitas Guilfor ... 13
1.2 Kisi-kisi Instrumen penelitian ... 14
1.3 Kriteria Pengukuran ... 16
4.1 Validitas dan Reliabilitas Faktor Kesyariahan ... 58
4.2 Validitas dan Reliabilitas Perilaku Nasabah ... 59
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 61
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 62
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63
4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan Perbulan .... 64
4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat kecukupan kebutuhan .... 65
4.9 Tanggapan responden terhadap kesetaraan bank dan nasabah ... 66
4.10 Tanggapan responden terhadap larangan riba ... 67
4.12 Tanggapan responden terhadap Investasi yang halal ... 69
4.13 Tanggapan responden terhadap prinsip syariah islam ... 70
4.14 Tanggapan responden terhadap memajukan ekonomi syariah... 70
4.15 Tanggapan responden terhadap bank yang menguntungkan dan
adil secara ekonomi ... 71
4.16 Tanggapan responden terhadap bagi hasil yang kompetitif ... 72
4.17 Tanggapan responden terhadap perbandingan dengan bunga ... 73
4.18 Tanggapan responden terhadap jasa perbankan yang beroperasi
secara syariah ... 73
4.19 Tanggapan responden terhadap pembagian keuntungan yang adil ... 74
4.20 Tanggapan responden terhadap pemahaman tentang perbankan
syariah ... 75
4.21 Tanggapan responden terhadap Pmorosi / iklan ... 76
4.22 Tanggapan responden mencari informasi tentang produk
kesyariahan ... 77
4.23 Tanggapan responden tertarik dengan produk syariah karena
lingkungan ... 78
4.24 Tanggapan responden untuk merekomendasikan kepada orang lain 79
4.25 Tanggapan responden untuk menyampaikan hal-hal yang positif .... 79
4.26 Variables Entered/Removed ... 80
4.28 Koefisien Determinasi ... 81
4.29 Uji ANOVA ... 82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Telah diketahui bahwa perkembangan ekonomi Islam identik dengan
perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor
utama lembaga keuangan yang telah menjadi lokomotif bagi perkembangannya
teori dan praktek Islam secara mendalam.1
Perbankan syariah dikenal dengan sebutan Islamic Bangking, kata Islamic
banking pada awalnya dikembangkan sebagai satu respon dari kelompok ekonomi
dan praktiksi. Kemudian para ekonom dan praktisi muslim tersebut berusaha
untuk mengakomodir berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa
transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan
prinsip-prinsip syariah Islam khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktek riba,
kegiatan yang bersifat spekulatif yang serupa dengan perjudian
(
maisir)
,ketidakpastian (gharār) dan pelanggaran prinsip keadilan dalam transaksi serta keharusan penyaluran dana investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal
secara syariah.
Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pasal 5 ayat
1 yang diperbaharui dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 disebutkan
1
bahwa “menurut jenisnya, bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat”. Serta Peraturan Bank Indonesia No. 6/17/PBI/2004 tentang Bank
Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat atau
biasa disebut BPR yang dimaksudkan dalam Undang-Undang tersebut adalah
bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 pasal 3). Adapun yang dimaksud BPR Syariah adalah BPR biasa yang pola
operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam.2
Perkembangan perbankan syariah telah mengalami kemajuan yang
signifikan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia. Terbukti
angka market share perbankan syariah saat ini menanjak hingga mencapai angka
2,05% dari asset perbankan nasional. Hal ini tidak lepas dari semakin
bertambahnya bank-bank syariah yang bermunculan.
Tercatat hingga akhir 2009 telah berdiri 6 (enam) bank umum syariah
(BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 139 BPR Syariah. Sementara untuk
jaringan kantor akhir tahun 2009 telah mencapai 1140 kantor, dengan perincian
BUS memiliki 711 kantor, UUS dengan 287 Unit, dan BPR Syariah 139 kantor.
Ditambah lagi dengan 1.805 layanan syariah (office channeling).3
2Karnaen Perwataatmadja & M. Syafi’I Antonio,
Apa dan Bagaimana Bank Islam (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1999), Cet. 3, 95
3
Dengan makin berkembangnya perbankan syariah maka sudah seharusnya
makin berkembang pula produk perbankan syariah, dimana masyarakat
sebenarnya sudah cukup lama menanti kehadiran produk-produk syariah baik
untuk tujuan investasi maupun pembiayaan.
PT BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al Salaam
yang bergerak secara khusus melayani jasa perbankan nasabah berdasarkan
prinsip syariah menyediakan berbagai produk antara lain Tabungan wadiah,
Tabungan Mudhārabah Arisan, Deposito mudhārabah, pembiayaan. Dalam hal ini penelitian mengkhususkan penelitian mengenai produk tabungan. Alasan
dilakukan penelitian di BPR Al Salaam karena adanya persaingan yang sangat
ketat dikarenakan semakin banyaknya lembaga keuangan syariah saat ini. Agar
mampu mensosialkan ke masyarakat luas, maka perusahaan harus mengetahui
perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan untuk memilih tabungan yang
berhubungan dengan karakteristik konsumen dan karakteristik dari faktor
kesyariahan yang mempengaruhi minat nasabah terhadap tabungan di BPR Al
Salaam.
Dengan hadirmya BPRS Al Salaam diharapkan menjadi penompang bagi
masyarakat untuk meningkatkan usahanya. Selain itu sesuai dengan prinsipnya
bank syariah melarang riba dari segala jenis transaksi-transaksi dalam
melaksanakan aktvitasnya sebab bank syariah mengutamakan prinsip kesetaraan
persaingan yang sangat ketat dikarenakan semakin banyaknya lembaga keuangan
syariah saat ini. Agar mampu mensosialkan ke masyarakat luas, maka perusahaan
harus mengetahui perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan untuk
memilih tabungan yang berhubungan dengan karakteristik konsumen dan
karakteristik kesyariahan.
Oleh karena itu faktor kesyariahan sangat penting dan efektif untuk
menarik nasabah memasuki bank syariah. Dan apabila bank syariah tidak
memiliki kemampuan untuk memenuhi preferensi dan harapan nasabah, maka
mereka mencari dan mendapatkan dari pesaing. Berangkat dari paradigma di atas,
maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perilaku minat
nasabah terhadap tabungan. Penelitian ini dilakukan pada Bank Perkreditan
Rakyat Syariah. Maka dari itu penelitian ini diberi judul ”PERILAKU MINAT
NASABAH TERHADAP TABUNGAN PADA BPRS AL SALAAM”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah.
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan ruang lingkup penelitian dilakukan untuk mempermudah
pemecahan masalah yaitu bagaimana perilaku konsumen yang meliputi jenis
kelamin, profesi, dan tingka pendidikan akhir terhadap karakteristik faktor
2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah
a) Bagaimana pengaruh faktor kesyariahan terhadap perilaku minat nasabah
tabungan pada BPRS Al Salaam cabang Mayestik ?
b) Faktor-faktor kesyariahan apa saja yang mempengaruhi perilaku minat
nasabah tabungan pada BPRS Al Salaam cabang Mayestik ?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Adapun tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh faktor kesyariahan terhadap
perilaku minat nasabah tabungan pada BPRS Al Salaam cabang Mayestik
dan faktor-faktor kesyariahan apa saja yang mempengaruhi perilaku minat
nasabah tabungan pada BPRS Al Salaam cabang Mayestik ?
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Memberi dan menambah pengetahuan serta pengalaman penulis
tentang BPRS Al Salaam, serta peran BPRS Al Salaam bagi
b. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan sumber informasi bagi pihak bank dalam usaha
meningkatkan pelayanan supaya lebih memuaskan nasabah dalam
menggunakan produk tabungan.
c. Bagi Fakultas Syariah dan Hukum
Merupakan tambahan informasi yang bermanfaat bagi pembaca
yang berkepentingan dan sebagai salah satu sumber referensi bagi
kepentingan keilmuan dalam mengatasi masalah yang sama atau terkait di
masa yang akan datang.
D. Kajian Kepustakaan
Kajian pustaka berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap sumber
penelitian, penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian
ini tampaknya sangat penting dalam prospektif, karena penelitian ini tentang
perilaku konsumen terhadap produk tabungan.
Sebelumnya terdapat penelitian skripsi yang mengangkat tema mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah, merupakan salah satu
diantaranya penelitian yang dilakukan Firmansyah (2008) didalam penelitiannya
Novi membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan loyalitas nasabah bank
syariah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, tbk cabang Kalimalang yang
menyimpulkan bahwa dari analisis korelasi rank spearman atas hasil
cabang Kalimalang, maka dapat disimpulkan bahwa ke 5 variabel tersebut
memiliki hubungan yang signifikan terhadap loyalitas nasabah.
Dan terdapat dalam buku yang berjudul “Perilaku Konsumen Dalam
Perspektif Ilmu Ekonomi Islam” yang ditulis oleh Muhammad Muflih, tahun
2006 yang inti isi dari buku tersebut adalah menurutnya, dalam membangun
kesejahteraan masyarakat, ekonomi tidak hanya bisa tergantung pada
variable-variabel politik, sosial, ekonomi, dan demografi, tetapi juga sangat tergantung
pada variabel syariah. Syariah membantu masyarakat mananamkan kualitas
kebaikan, seperti, kejujuran, keadilan, kerja sama, kehrmonisan dan berperannya
fungsi kontrol tingkah laku terhadap hal yang dapat membahayakan masyarakat.
Itulah kenapa syariah berpengaruh terhadap kontruksi keseimbangan sumber
daya masyarakat. Hal ini didukung dengan ajaran syariah bagi masyarakat
tentang tanggung jawab manusia di dunia dan di akhirat dan konsepsi
“mengharap ridha Allah”.4
Namun belum ada yang membahas mengenai bagaimana perilaku minat
nasabah terhadap tabungan syariah, yang mana sasaran utama perbankan syariah
adalah masyarakat baik itu dikalangan bawah, menengah atau atas. Fakta ini
penulis peroleh dari data yang dilihat diperpustakaan dan menanyakan langsung
kepada pihak Bank.
4
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif
adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih. Yang
menunjukkan penelitian deskriptif ini dapat dilihat dari perumusan masalah
yaitu faktor kesyariahan sebuah lembaga perbankan mempengaruhi perilaku
minat nasabah terhadap tabungan.5 2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuatitatif. Pendekatan
kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.6 3. Sumber data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua sember data,
yaitu:
5
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), cet, ke-11, 53-55.
6
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
dengan pihak bank yaitu hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Dan kuisioner (angket) yang langsung disebarkan kepada
nasabah yang menabung pada BPRS Al Salaam. Dengan lima alternatif
jawaban dalam suatu daftar pertanyaan. Responden diminta untuk memilih
salah satu alternatif jawaban yang telah di sediakan.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari leteratur kepustakaan
seperti buku, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan
skripsi ini.
4. Populasi dan sampel
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri
yang telah ditetapkan.7 Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini
adalah nasabah yang sedang menabung.
Berkaitan dengan ukuran/jumlah sampel menurut Gay ukuran
minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang
diguakan, anatara lain:8
1. Metode deskritif, minimal 10% dari populasi.
7
Moh. Nazir, Metode Penelitia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Cet 4, 271 8
2. Metode deskritif korelasional, minimal 30 subjek.
3. Metode ex post facto, minimal 15 subjek perkelompok.
4. Metode eksperimental, minimal 15 subjek per kelompok.
Penelitian ini mempunya desain penelitian deskriptif. Mengacu pada
pendapat Gay diatas bahwa jumlah sampel untuk desain penelitian deskriptif
minimal 10% dari populasi. Berarti 10% dari nasabah tabungan wadiah dan
mudhārabah. Dalam penelitian ini jumlah sampel menjadi 50 sampel dengan harapan bisa lebih representatis untuk menggambarkan populasi nasabah
BPRS Al Salaam cabang Mayestik yang berjumlah nasabah tabungan ±
13.000 nasabah, nasabah tabungan wadiah ± 120 nasabah, nasabah tabungan
mudharabah ± 350 nasabah. Akan tetapi mengingat sempitnya waktu
pengumpulan data penelitian serta kendala teknis lainnya, maka data yang
berhasil peneliti dapatkan sebanyak 50 nasabah.9
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan teknik sampling
dengan menggunakan accidential sampling. Sampling aksidental merupakan
teknik penentuan sampel berdasarkan factor spontanitas.10Accidential sampling
disebut juga sebagai convenience sampling, yaitu anggota sampel yang diambil
tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan didapatkan atau dijumpai secara
tiba-tiba.
10
5. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini yang mendekatkan survey, kuesioner merupakan
salah satu alat yang penting untuk pengambilan data. Kuesioner disebut pula
sebagai angket. Angket adalah alat pengumpilan data dengan cara mengirim
suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.11 Kuesioner, yaitu menyebarkan sejumlah pertanyaan bersifat tertutup kepada nasabah untuk
memperoleh informasi mengenai perilaku nasabah terhadap tabungan pada
BPRS Al Salaam cabang Meyestik.
Selain kuesioner, peenulis menggunakan studi pustaka yang digunakan
untuk kekurangan yang terjadi dalam pengumpulan data yang berhubungan
dengan penelitian.
6. Variable Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan adalah faktor syariah (X) dan minat
nasabah (Y).
7. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesisnya adalah:
Ho = tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor kesyariahan
BPRS Al Salaam terhadap minat nasabah.
Ha= terdapat pengaruh yang signifikan antara factor kesyariahan BPRS
Al Salaam terhadap minat nasabah.
11
8. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan
suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan suatu item
kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui apakah setiap
butir pertanyaan pada setiap variabel dinilai valid atau tidak dilakukan dengan
menggunakan r hitung dan r tabel antara nilai skore item yang diuji dengan
jumlah score yang dikaji.12
Untuk mengukur validitas tidaknya setiap faktor dapat dilakukan dengan
cara mengkorelasikan skor faktor tertentu dengan skor total, dengan
menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan
oleh Pearson, sebagai berikut:
Dimana :
rxy : validitas instrumen
X : jumlah skor tiap butir soal atau jumlah skor faktor
Y : skor total
12
Masri Singarimbun dan Sofyan effendi, Metodologi Survei (Jakarta:PT. Pustaka LPES Indonesia,1995), 139
N : jumlah subyek
Sedangkan untuk menentukan valid tidaknya instrumen adalah dengan
cara mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan table nilai
(rxy) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%.
Apabila rxy≥ rtabel valid
Apabila rxy ≤ rtabel tidak valid
Menetukan besarnya nilai r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan
(degree of freedom = df) jumlah kasus dikurangi dua atau 50-2 = 48 dengan
tingkat signifikansi 5%, maka nilai t-tabel sebesar 0,184.13
Sedangkan reliabilitas suatu kelompok variabel dikatakan reliabel jika
mamiliki nilai conbach alpa > dari 0,7 – 0,89, standardisasi reliabilitas ini
didasari oleh kaidah reliabilitas Guilfor.
Adapun bagan kaidah reliabilitas Guilfor adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Kaidah reliabilitas Guilfor
Koefisien Kriteria
< 0,2 Tidak reliabel
0,2 – 0,39 Kurang reliabel
0,4 – 0,69 Cukup reliabel
0,7 – 0,89 Reliabel
>0,9 Sangat reliabel
Untuk menguji reliabilitas instrument digunakana rumus alpha :
13
Keterangan:
= reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
= varians total
Jika kuesioner telah valid dan reliabel, maka kuesioner dapat disebarkan
kepada responden. Berdasarkan hasil jawaban responden selanjutnya dibuat
tabulasi distribusi frekuensi dan kemudian dilakukan interpretasi.14
9. Instrumen pengumpulan data
Tabel 1.2
Kisi-kisi Instrumen penelitian
Sub dimensi Indikator
Faktor Syariah 1) Kesetaraan bank dan nasabah 2) Larangan riba
3) Sistem bagi hasil 4) Investasi yang halal 5) Prinsip syariah Islam
6) Memajukan ekonomi syariah
7) Bank yang menguntungkan, adil secara ekonomi
8) Bagi hasil kompetitif
9) Perbandingan dengan bunga
14
10)Jasa perbankan yang beroperasi secara syariah 11)Pembagian kentungan yang adil
12)Memberikan pemahaman tentang perbankan syariah
13)Promosi/iklan
Perilaku Konsumen 14)Mencari informasi kesyariahan 15)Tertarik karena lingkungan sekitar 16)Merekomendasikan kepada orang lain 17)Menyampaikan hal-hal yang positif.
Model dalam kuesioner menggunakan skala likert, yang disesuaikan
dengan satuan ukur yang digunakan pada operasionalisasi veariabel di atas.
Dengan rentang 1 – 5, tingkat tertingi skor 5 dan tingkat terendah diberikan
skor 1.
10.Metode analisis data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah analisis
regresi dengan metode regresi linier sederhana, karena hanya melibatkan satu
varibel bebas sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel terikat.
Untuk melihat tanggapan nasabah terhadap pengaruh kesayriahan BPRS
Al Salaam dan perilaku minat nasabah, maka digunakan analisis asosiatif
dengan melihat jawaban rata-rata responden. Interprestasi skor dilakukan
terhadap elemen-elemen tersebut.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung rata-rata skor jawaban
responden terhadap elemen-elemen tersebut. Rata-rata tersebut diukur dengan
Sumber : Bilson Simamora (2004 : 237)
Ket:
X : mean (rata-rata).
N
: besarnya sampel.
∑Xi : jumlah nilai seluruh data.
Untuk mengukur klasifikasi interval digunakan rumus:
Skor tertinggi = 50 x 5 = 250
Skor terendah = 50 x 1 = 50
Berdasarkan total kumulatif yang didapat, maka hasil penelitian
responden dapat dikelompokkan sebagai berikut : 250 - 50
5 Interval =
Skor tertinggi – Skor terendah
Jumlah kelas
Interval = = 40
Tabel 1.3 Kriteria Pengukuran
Beberapa tahapan-tahapan dalam melakukan analisis data pada penelitian
menggunakan SPSS ini antara lain:
a. Analisis Validitas dan Relibilitas Instrumen Penelitian
Untuk menguji apakah instrument penelitian ini (kuisioner) valid dan
reliable, maka dilakukan analisis validitas dan relibilitas intrumen
penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis validitas dan
relibilitas penelitian Alpha.
b. Analisis Statistik Deskripsi
Analisis ini digunakan untuk mengambarkan dan menjelaskan secara lebih
detail masing-masing variable dalam penelitian ini.
c. Uji Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk menjelaskan besarnya kontribusi atau pengaruh
variabel independen (faktor kesyariahan) terhadap variabel dependen
(perilaku masyarakat penabung). Besar koefisien determinasi (R2) didapat dari mengkuadratkan koefisien korelasi (R).
Interval Kelas Penilaian
210 - 250 170 - 209 130 - 169 90 - 129 50 - 89
Sangat Baik Baik Cukup Baik
d. Uji ANOVA
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan
sudah layak atau belum. Pengujian dilakukan dengan membandingkan
angka taraf signifikan (sig) sebesar 0,05 (5%) dengan kriteria pengujian
sebagai berikut:
1) Jika probabilitas (sig penelitian) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya hubungan kedua variabel linier, maka model regresi
yang digunakan sudah benar dan layak digunakan.
2) Jika probabilitas (sig penelitian) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Artinya hubungan kedua variabel tidak linier, maka model
regresi yang digunakan belum benar dan tidak layak digunakan.
e. Uji koefisien regresi
Uji ini digunakan untuk membuat model persamaan regresi sehingga dapat
dilakukan pengujian model untuk memprediksi besarnya variabel terikat
dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya
serta untuk menguji kebenaran hipotesis.
1) Adapun bentuk persamaan regresi linier yang akan dibentuk adalah:
Y = a + bx
di mana:
Y : variabel terikat (perilaku masyarakat penabung)
a : konstanta
b : angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka
peningkatan atau penurunan variabel bebas yang didasarkan
pada variabel terika.
2) Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan sebelum model persamaan yang
telah terbentuk digunakan untuk melakukan estimasi atas besarnya
variabel terikat yang akan dihasilkan dari variabel bebas yang besarnya
telah diketahui.
Ho : koefisien regresi tidak signifikan
Ha : koefisien regresi signifikan
Berdasarkan hipotesis tersebut, pengujian dapat dilakukan
dengan melihat nilai siginifikansi level (sig) yang terdapat pada tabel
coefficients dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika probabilitas (sig penelitian) < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas (sig penelitian) > 0,05 maka Ho diterima
f. Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan
pertama berkaitan dengan faktor kesyariahan manakah yang paling dominan
11.Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan ini adalah menggunkan
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007”
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan, penulis membagi skripsi ini
menjadi beberapa bab dan setiap bab terdiri sub bab dengan sistematika
sebagai berukut:
Bab I Pendahuluan
Berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Kepustakaan,
dan Sistematika Penulisan
Bab II Landasan Teori Perilaku Minat Nasabah dan Tabungan
Berisi Perilaku Konsumen yang terdiri dari Pengertian Perilaku
Konsumen, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen, Perilaku Konsumen Menurut Pandangan Islam dan
Tabungan yang terdiri dari Pengertian Tabungan,
Macam-macam Tabungan, Landasan Hukum Tabungan Wadiah dan
Implementasi Prinsip Wadiah dan Mudharabah dalam Produk
Tabungan Perbankan Syariah.
Bab III Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bab ini penulis penguraikan tentang sejarah, visi dan
misi, prinsip operasional, stuktur organisasi dan produk-produk
pada BPRS Al Salaam, dan nasabah BPRS Al Salaam.
Bab IV Analisis Perilaku Minat Nasabah Terhadap Tabungan
Dalam bab ini menguraikan tentang Uji validasi dan reliabilitas
instrument penelitian, analisis deskriptif variabel-variabel
faktor penelitian, dan analisis pengaruh kesyariahan terhadapa
minat nasabah.
Bab VI Penutup
Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan-kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dalam pembahasan bab-bab
sebelumnya dan juga dikemukakan saran-saran yang mungkin
LANDASAN TEORI PERILAKU NASABAH DAN TABUNGAN
A. Perilaku Konsumen
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengenali keputusan
untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha)
guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi.1 Hal tersebut mencakup apa, bagaimana, kapan, mengapa keputusan dalam
membeli. Sedangkan untuk mempelajari mengenai alasan perilaku membeli
barang tersebut bukan hal yang mudah dan jawabannya seringkali
tersembunyi jauh dalam benak konsumen.
Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh
perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin.2 Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli. Salah
satunya yang didefinisikan oleh Angel dkk, perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului
atau menyusuli tindakan ini.3
1
Leon. G. Schiffman, Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen (Jakarta, Indeks, 2004), 6
2
Husen, Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), 49
3
Sementara itu, menurut Mowen dan Minor perilaku konsumen
merupakan ilmu dari pembelian barang dan penukaran proses yang meliputi
memperoleh, mengkonsumsi dan mengatur produk, jasa, pengalaman dan ide
(The study of buying units and the exchange processes involved in acquiring,
consuming, and disposing of goods, services, experiences, and ideas.4
Dari definisi yang dikemukakan tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana
pembuat keputusan, baik individu, kelompok, maupun organisasi, membuat
keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk
dan mengkonsumsinya.
Perilaku nasabah mengacu pada perilaku yang ditujukan oleh para
individu dalam membeli dan menggunakan barang dan jasa. Secara garis
besar, perilaku konsumen mancakup aktivitas mental dan fisik berkenaan
dengan proses mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghentikan pemakain
produk, jasa, idea tau pengalaman tertentu.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku nasabah dalam menabung
Menurut Kotler, perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya adalah:5
4
John C. Mowen and Michael Minor, Consumer Behavior , (New Jersey: Prentice Hall, 2001), 5
5
a. Faktor budaya
1) Budaya, yaitu merupakan penentu keinginan dan perilaku yang
paling mendasar. Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi,
preferensi dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga
penting lain.
2) Sub-budaya, dimana masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya
yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak cirri-ciri dan
sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya.
3) Kelas sosial, pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata social
yang kadang-kadang berbentuk kasta dimana anggota kasta yang
berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah
keanggotaan kasta mereka.
b. Faktor Sosial
1) Kelompok acuan, yaitu terdiri dari semua kelompok yang memiliki
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang.
2) Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat dan ia telah menjadi obyek penelitian yang
luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang
paling berpengaruh.
3) Peran dan status, seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok
kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran
meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.
Masing-masing peran menghasilkan status.
c. Faktor Pribadi
1) Usia dan tahap siklus hidup, orang membeli barang dan jasa yang
berbeda sepanjang hidupnya. Selera orang terhadap pakaian, perabot
dan rekreasi juga berhubungan dengan usia.
2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi, dimana pekerjaan orang juga
mempengaruhi pola konsumsinya. Pilihan produk juga dipengaruhi
oleh keadaan ekonomi seseorang.
3) Gaya hidup atau pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan
lingkungannya.
4) Kepribadian dan konsep diri, dimana kepribadian adalah karakteristik
psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang
menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungannya. Sementara konsep diri adalah sesuatu yang
berkaitan dengan kpribadian.
d. Faktor Psikologis
1) Motivasi, yang merupakan suatu kebutuhan yang cukup mendorong
2) Persepsi, adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk
memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi
guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
3) Keyakinan dan sikap, dimana keyakinan merupakan gambaran
pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sementara sikap
adalah evaluasi, perasaan, emosional dan kecenderungan tindakan
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama
dan seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.
Konsumen dalam mengambil keputusan selain dipengaruhi oleh faktor
perilaku seperti faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi. Konsumen juga
dipengaruhi oleh aspek sikap yang terdiri dari komponen kognitif, afektif dan
konatif6 Berikut penjelasannya: a. Kognitif
Komponen kognitif berkenaan dengan hal-hal yang diketahui
individu atau pengalaman individu baik yang sifatnya langsung atau tidak
langsung. Seorang konsumen akan menunjukkan sikap tertentu apakah itu
positif atau negatif tergantung pada informasi, pengetahuan maupun
pengalamannya dengan produk tersebut.
6
b. Afektif
Komponen afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi
konsumen. Komponen afektif dapat beragam ekspresinya mulai dari rasa
sangat tidak suka atau sangat tidak senang hingga sangat suka atau sangat
senang. Seorang konsumen sangat senang dengan produk yang
digunakannya karena memiliki pengetahuan, informasi yang semuanya
serba positif tentang produk tersebut.
c. Konatif
Komponen konatif berkenaan dengan predisposisi atau
kecederungan individu (konsumen) untuk melakukan suatu tindakan.
Dalam penelitian pemasaran biasanya komponen konatif diukur dari
intensi untuk membeli atau intensi untuk memilih merk atau intensi yang
berkenaan dengan perilaku pembelian lainnya.
3. Perilaku Konsumen Menurut Pandangan Islam
Islam mengatur seluruh perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur
bagaimana manusia melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa
manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Islam telah mengatur jalan
hidup manusia lewat al-Qur'an dan al-Hadis supaya manusia dijauhkan dari
Perilaku konsumen harus mencerminkan hubungan dirinya dengan
Allah Swt. inilah yang tidak kita dapati dalam ilmu perilaku konvensional.
Kemudian, yang kita tidak dapati juga dalam kajian perilaku konsumsi
perspektif ilmu ekonomi konvensional adalah kehadiran saluran
penyeimbangan dari saluran kebutuhan individual yang disebut dengan
saluran konsumsi sosial.
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan pada prinsip
keadilan distribusi. Kepuasan konsumsi tergantung pada nilai-nilai agama
yang dia terapkan pada rutinitas kegiatannya, tercermin pada alokasi uang
yang dibelajakannya. Dengan demikian, jika dia menjalankan ajaran agama
dengan baik, dia akan menghindari israf, karena israf merupakan sikap boros
yang dengan sadar dilakukan hanya untuk memenuhi tuntutan nafsu belaka.
Menurut Ibnu Khaldun dalam karya besarnya Muqaddimah, telah
memberi pemahaman yaitu dalam membangun kesejahteraan masyarakat,
ekonomi tidak bisa tergantung pada variabel-variabel politik, social, ekonomi,
dan domografi, tetapi juga tergantung pada variabel syariah. Syariah
membantu masyarakat menanamkan kualitas kebaikan, seperti ketaatan,
kejujuran, integritas, kesederhanaan, kebersamaan, keadilan, keharmonisan,
B. Tabungan
1. Pengetian Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
,menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan atau lainnya yang dipersamakan dengan itu. Nasabah jika
hendak mengambil simpanannya dapat dating langsung ke bank dengan
membawa buku tabungan, slip penarikan atau melalui fasilitas ATM.7
2. Macam-macam Tabungan
Dalam penghimpunan dana dari masyarakat, bank syariah
menawarkan berbagai macam kemudahan dan jenis simpanan yang dapat
dipilih oleh nasabah. Masyarakat dapat menyimpan uangnya dalam bentuk
tabungan. Berikut ini adalam macam-macam dari tabungan, yaitu:
a. Tabungan Wadiah
Wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai
meninggalkan/meletakkan, atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk
dipelihara dan dijaga. Dari aspek teknis, wadiah dapat diartikan sebagai
titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik itu individu maupun badan
hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
7
kehendaki.8 Dalam Islam titipan atau wadiah ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Wadiah Yad Amanah
Wadiah Yad Amanah adalah titipan (wadiah) dimana barang yang
dititipkan sama sekali tidak boleh digunakan oleh pihak yang menerima
titipan. Sehingga dengan demikian pihak yang menerima titipan tidak
bertanggung jawab terhadap risiko yang menimpa barang yang
dititipkan. Penerima titipan hanya memiliki kewajiban mengembalikan
barang yang dititipkan pada saat diminta oleh pihak yang menitipkan
secara apa adanya.
2) Wadiah Yad Dhamanah
Wadiah Yad Dhamanah adalah titipan (wadiah) yang mana terhadap
barang yang dititipkan tersbut dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh
penerima titipan. Sehingga pihak penerima titipan bertanggung jawab
terhadap risiko yang menimpa barang sebagai akibat dari penggunaan
atas suatu barang, seperti kerusakan dan sebagainya. Tentu saja ia juga
wajib mengembalikan barang yang dititipkan pada saat diminta oleh
pihak yang menitipkan.9
8
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Ekonisia, 2007), 57 9
b. Tabungan Mudhārabah
Dalam mengaplikasikan, penyimpanan atau deposan berhak sebagai
shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).
Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan
mudhārabah/ijarah. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudhārabah. Hasil usaha ini akan dibagikan berdasarkan nisbah yang disepakati bila bank menggunakannya untuk
melakukan pembiayaan mudhārabah.10
3. Landasan Hukum Tabungan Wadiah dan Tabungan Mudhārabah dalam Praktik Perbankan
a. Landasan syariah
Ketentuan hukum mengenai wadiah dapat ditemukan dalam al-Quran,
Hadis dan Ijmak.
1) Al-Quran
Terdapat dalam surat an-Nisa (58):
( ﺀ ﺴ / ٥ ) 11Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
10
Heri Sudarsono, op, cit,. 57 11
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”12 (Q.S. An Nisa/4:58)
Maksud ayat ini, memurut para mufasir (orang yang ahli tafsir)
berkaitan dengan penitipan kunci ka’bah sebagai amanah Allah pada
Utsman bin Thalhah, seorang sahabat Nabi SAW.13 2) Hadis
Ketentuan hadis mengenai mengenai prinsip wadiah yang
diriwayatkan oleh Abu Daud , yaitu :
ﺺ ﯥ
ﯥ
٥
ﯥ ﻻ ّ
ﻚ
ﻻ
ﺨ
ﻚ ﺨ
( .
)
Artinya: “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membelas khianat kepada orang yang telah menghinatimu,”(H.R. Abu daud dan Tarmizi)14
Berdasarkan hadist tersebut, para ulama fiqh sepakat mengatakan
bahwa akad wadiah (titipan) hukumnya boleh dan disunatkan, dalam
rangka saling tolong-menolong antara sesama manusia. Oleh sebab itu,
Ibnu Qudamah (541-620H / 1147-1223M), pakar fiqh Hambali
menyatakan bahwa sejak zaman Rasulullah sampai generasi-generasi
berikutnya telah menjadi ijma amali (konsensus dalam praktek) bagi
12
Terjemahan Al Quran al Karim, Surat An-Nisa ayat 58 13
Nasrun, Haroen, Fiqh Muamalat (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet. 2, 245 14
umat Islam dan tidak ada seorang ulama fiqh pun yang
mengingkarinya.15 3) Ijmak
Para ulama dari zaman dahulu sampai sekarang telah menyepakati
akad wadiah ini karena manuasia memerlukannya dalam kehidupan
bermuamalat.16
Sedangkan dasar hukum dari akad mudhārabah dapat kita jumpai dalam al-Quran, al-Hadis dan ijma
1) Al-Quran
Terdapat dalam surat al-Muzzamil ayat (20), yaitu :
…
....
(
ﱢ
/
٥
٠٢
)
17Artinya : “…orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah …”(Q.S Al-Muzammil: 20)
Dalam ayat ini diterangkan, bahwa manusia wajib malakukan aktivitas
mudhārabah untuk memenuhi hajat hidupnya agar ketika beribadah kepada Allah SWT. penuh dengan kekhusyuan. Pencarian karunia ini
semata-mata utuk mengabdi kepada Allah SWT.18
15
Ibnu, Qadamah, Al-Mugni jilid 2, 382 16
Tim Pengembangan Perbakan Syariah Institut Bankair Indonesia, Bank Syariah:Produk dan Implimentasi Operasiona (Jakarta: Djambatan, 2003), 59
17
Al Quran al Karim, Surat al-Muzzamilayat 20 18
2) Hadis
Ketentuan hukum dalam hadis dapat kita jumpai dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Thabrani:
ﷲ ﻀ ﺲ
٥
ﺲ
ﺴ ﻜ
ﻚ ﺴ ﻻ ﺤ ﺼ
ﺸ ﻀ
ﻔ ﺇ
ﻔ ﻔ
ﻜ
ﺸ ﻻ
ﻻ ﺠ
ﺠ ﻔ ﺴ
ﷲ ﺼ ﷲ ﺴ
ﺸﻎ ﻔ ﻀ ﻚ
(
)
“Diriwayatkan dari Ibnu abbas bahwa Sayyidina bin abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau bembeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullahpun membolehkannya”. (H.R. Thabrani)19
Berdasarkan hadis diatas, dapat dipahami bahwa Rasulullah SAW.
pernah menyerahkan harta sebagai mudhārabah, akan tetapi beliau mansyaratkan kepada pengelola harta mudhārabah ini dengan baik sehingga dapat membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.
3) Ijma
Telah dicapai kesepakatan (konsensus) terhadap akad mudhārabah
dikalangan ulama, bahkan sejak para sahabat.
19
b. Landasan Hukum positif
Dasar hukum atas produk perbankan syariah berupa tabungan
dalam hukum positif Indonesia adalah UU No. 10 tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Disamping itu juga terdapat dalam pasal 36 huruf a poin 2 PBI No. 6/24/PBI/2004 (lampiran) tentang Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Intinya menyebutkan
bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian
dalam kegiatan usahanya melakukan penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan investasi antara lain berupa tabungan
berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
Dan juga terdapat dalam Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000
tanggal 2 Mei yang intinya menyatakan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan dalam
menyimpan kekayaan, memerlukan jasa perbankan. Salah satu produk
perbankan dibidang penghimpunan dana dari masyarakat adalah
tabungan, yaitu simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau lainnya yang dipersamakan
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI ini tabungan yang dibenarkan secara
syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudhārabah dan wadiah, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Ketentuan umum berdasarkan prinsip mudhārabah
a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank sebagai mudharib atau pengelola dana.
b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan mengembangkannya, termasuk didalamnya melakukan
mudharabah dengan pihak lain.
c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah
atau dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e) Bank sebagai mudharib menutupi biaya operasional tabungan
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
2) Ketentuan umum berdasarkan prinsip wadiah
a) Bersifat simpanan.
b) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan
c) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
4. Implementasi Prinsip Wadiah dan Mudhārabah dalam Produk Tabungan Perbankan Syariah
Produk funding bank syariah dalam bentuk tabungan dapat memilih
konsep wadiah maupun mudharabah. Aplikasi akad wadiah dan mudhārabah
secara teknis terdapat dalam pasal 3 dan 5 PBI No. 7/46/PBI/2005, yaitu
sebagai berikut:
a. Tabungan yang menggunakan akad wadiah (pasal 3)
1) Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak
sebagi pemilik dana titipan,
2) Dana titipan disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah
nominal,
3) Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus
kepada nasabah,
4) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.
b. Tabungan yang menggunakan akad mudhārabah (pasal 5)
1) Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana,
2) Dana disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah
3) Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan
dalam bentuk nisbah,
4) Pada akad tabungan berdasarkan mudhārabah, nasabah wajib menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan
oleh bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka
penutupan rekening,
5) Nasabah tidak diperbolehkan menarik dana diluar kesepakatan,
6) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasi tabungan atau deposito
dengan mnggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
7) Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan,
8) Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam
perundang-undangan yang berlaku.
Bank syariah memberikan bonus kepada nasabah yang memilih produk
berupa tabungan wadiah. Besarnya bonus yang akan diterima oleh nasabah
penabung tidak boleh ditentukan di awal akad, melainkan sepenuhnya
diserahkan kepada kebijaksanaan bank syariah yang bersangkutan. Nasabah
dalam hal ini tidak menanggung resiko kerugian dan uangnya dapat diambil
sewaktu-waktu secara utuh setelah dikurangi biaya administrasi yang telah
wadiah ini didasarkan pada akad wadiah yad dhamanah, sehingga bank
selaku pihak yang menerima titipan dana diperbolehkan memproduktifkannya.
Untuk jenis tabungan mudharabah memang ditujukan untuk memenuhi
keinginan nasabah yang mengharapkan keuntungan atas uang yang disimpan
di bank. Besarnya keuntungan yang akan diterima oleh nasabah penabung
telah ditentukan dalam nisbah tertentu di awal perjanjian. Secara yuridis
dengan memilih tabungan mudhārabah nasabah mempunyai peluang mendapatkan keuntungan, namun ia juga akan menanggung resiko kehilangan
modal jika bank selaku mudharib mengalami kerugian.
Dengan menyediakan produk berupa tabungan mudhārabah ini bank mempunyai peluang mendapatkan keuntungan sebesar nisbah yang telah
disepakati diawal, akan tetapi bank juga menanggung risiko dan penyaluran
dana (landing) berupa:20
a. Terjadinya side streaming, yaitu penggunaan dana oleh nasabah selaku
mudharib di luar hal-hal yang telah disepakati.
b. Ketidakjujuran nasabah dalam memberikan laporan keuangan berupa
laporan rugi laba dan atau neraca. Ini menimbulkan perolehan keuntungan
oleh bank menjadi tidak ada dan atau berkurang dari yang seharusnya.
c. Adanya kesalahan berupa kelalaian nasabah atau kesalahan yang
disengaja.
20
Pihak nasabah penabung dengan demikian tidak ikut menanggung
kerugian yang diderita oleh bank, akan tetapi kemungkinan ia tidak
mendapatkan keuntungan atas uang yang dipercayakan kepada bank syariah
yang bersangkutan.
Dengan demikian produk yang disediakan oleh bank syariah lebih
menunjukkan adanya keadilan dan meminimalisir unsur eksploitasi,
sehingga memenuhi asas muamalah yaitu keuntungan muncul bersama risiko
A.Sejarah Singkat PT. BPRS Al Salaam
Sejarah berdirinya BPR Islam di Indonesia salah satu bentuk jenis Bank
Perkreditan Rakyat di Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah BPR-BPR
pada umumnya.1 Dalam hal ini usaha perbankan merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang beberapa tahun terakhir meningkat dengan pesat. Apalagi
dengan keluarnya peraturan No 7 tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Syariah. Memungkinkan berdirinya bank-bank yang baru sangat dinantikan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia.
Bank Perkreditan Rakyat yang status hukumnya disahkan dalam paket
kebijaksanaan keuangan moneter dan perbankan melalui PAKTO tanggal 27
Oktober 1998, pada hakikatnya merupakan penjelmaan model baru dari lumbung
desa dan bank desa. Dengan beraneka ragam namanya yang ada khususnya di
Pulau Jawa sejak akhir 1890-an hingga tahun 1967 sejak dikeluarkannya UU
perbankan, status hukumnya diperjelas dengan izin dari mentri keuangan. Dengan
adanya keharusan izin tersebut, diikuti dengan upaya-upaya pembenahan terhadap
badan-badan kredit desa yang berproses menjadi lembaga keuangan bank.
1
Berdirinya BPR Islam di Indonesia didasari oleh tuntutan bermuamalah
secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian besar umat Islam di
Indonesia. Juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian
Indonesia yang dituangkan ke dalam paket kebijaksanaan keuangan, moneter,
perbankan secara umum..2
PT. BPR Syariah Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR
Syariah Al Salaam didirikan pada 9 Oktober 1991, yang pada awalnya adalah
Bank Perkreditan Rakyat (konvensional). Pendiriannya diprakarsai oleh para
alumni Institut Teknologi Bandung(ITB) yang aktif di masjid Salman pada saat
jadi mahasiswa. Kebersamaanya selama menimba ilmu di perguruan tinggi
tersebut, telah mendorong para alumni ini melanjutkan kegiatan amalnya seperti
yang telah mereka lakukan dahulu di masjid Salman ITB dengan cara membentuk
lembaga yang bergerak dibidang sosial dengan yayasan Amal Salman. Salah satu
bentuk kegiatan yang ditunjukkan untuk membantu perekonomian masyarakat
adalah dengan cara mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank
Perkreditan Rakyat dengan nama BPR Al Salaam.3 Pendirian BPR Al Salaam ini bermaksud untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat
ekonomi menengah ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan
dengan nafas keIslaman.
2
Ibid, 129 3
Berbeda dengan usaha swasta pada umumnya, BPR Al Salaam merupakan
usaha yang berlandaskan prinsip kebersamaan yang tetap menjunjung tinggi
profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk memberikan pelayanan Retail
Banking bagi kemajuan bersama sesuai dengan mottonya yaitu maju dalam
kebersamaan.
Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 febuari 1992
berdasarka akte No.30 dari Abdul Latief Notaris di Jakarta, diubah dengan akte
No. 14 tanggal 5 desember 1991 yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI
dengan Surat Keputusan No. C2-7973. HT.01.01.TH.09 tanggal 19 desember 1991
dan terdaftar pada kantor Pengadilan Negeri Bogor dengan No.
WB.DH.1.PR.01.10.92 serta diumumkan dalam tambahan No. 657 dari Berita
Negara RI No. 70 tanggal 1 september 2002.4
Setelah melalui transisi untuk melakukan konversi sistem operasional dari
sistem konvensional menjadi sistem syariah, maka pada bulan maret 2006
perseroan ini resmi beroperasi dengan sistem syariah. Proses konversi ini
dilakukan melalui sistem kemitraan dengan PT. Permodalan Madani yang
diharapkan dapat memperkuat permodalan bank, pengembangan pasar,
peningkatan sumber daya manusia, aspek teknologi informasi dan manajemen.
Proses konversi dilakukan dengan proses sosialisasi terhadap nasabah melalui pola
konfirmasi positif dengan cara mendatangani setiap nasabah serta pola konfirmasi
4
negatif dengan cara mengirim surat pemberitahuan. BPR Syariah Al Salaam baru
memiliki satu kantor pusat dengan empat kantor kas.
Jumlah modal yang disetor pada awal pendiriannya tahun 1991 sebesar Rp.
69,8 juta dengan jumlah pemegang saham sebanyak 40 orang. Pada tahun 2003
modal yang disetor telah mencapai Rp. 1,28 milyar dengan jumlah pemegang
saham sebanyak 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung pengembangan
perbankan ini,telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dalam rencana
Undang-Undang Perbankan Syariah tahun 2003 dari Rp. 1 milyar menjadi 5
milyar. Peningkatan tersebut juga telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan
HAM RI melalui surat Keputusan No. C-04029HT.01.04.TH.2004.
B. Visi Misi PT. BPR Syariah Al Salaam
Untuk lebih mengefektifkan jalannya roda operasional BPR Syariah Al
Salaam, maka bank ini mengacu kepada visi dan misi yang telah disepakati dan
ditetapkan serta berlaku dilingkungan kerja BPR Syariah Al Salaam. Visi PT.
BPR Syariah Al Salaam adalah menjadi BPR Syariah terbesar di Indonesia.
Sedangkan misi dari PT. BPR Syariah Al Salaam ialah menjadi keuangan yang
menghasilkan produk dan jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan
situasi yang kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral
dengan berorientasikan pada pengembangan usaha kecil dan menegah menuju
kesejahteraan bagi stokeholder5. Untuk mencapai visi misi tersebut BPR Al
5
Salaam telah menghasilkan berbagai varian produk dan jasa yang sangat
dibutuhkan masyarakat dalam rangka mendukung pengembangan usahanya
C. Prinsip Operasional PT. BPR Syariah Al Salaam
Sebagai bank berbasis syariah, PT. BPR Syariah melakukan kegiatan
operasionalnya secara konsisten mengacu pada ketentuan-ketentuan syar’I
sebagaimana terkandung dalam Al-Quran dan hadis Rasulullah SAW serta fatwa
Ulama. Adapun prinsip-prinsip syariah yang diterapkan oleh PT. BPR Syariah Al
Salaam antara lain adalah sebagai berikut:6 1. Prinsip bagi Hasil
Prinsip bagi hasil dimaksudkan adalah suatu prinsip yang meliputi tata kerja
pembagian hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana. Pembagian hasil
usaha dapat terjadi antara bank dan penyimpanan dana serta antara bank
dengan nasabah penerima dana.
2. Prinsip Jual Beli dengan Margin Keuntungan
Makna dari prinsip ini adalah suatu prinsip yang menerapkan tata cara jual
beli. Dalam prinsip ini bank mengangkat nasabah sebagai agen bank untuk
melakukan pembelian barang atas nama bank. Selanjutnya bank menjual
barang tersebut kepada nasabah lain dengan harga sejumlah dengan harga beli
diambah keuntungan bagi bank.
3. Prinsip Fee (Jasa)
6
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan oleh
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip yaitu jasa transfer, pembukan
L/C.
D. Produk dan jasa PT. BPR Syariah Al Salaam
Produk dan Jasa PT. BPR Syariah Al Salaam terdiri atas dua bagian yaitu
penghimpunan dana dan pembiayaan. Penghimpunan dana terdiri dari atas:7
1. Tabungan wadiah umum Al Salaam. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga
pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
dan cara-cara tertentu. Produk tabungan yang ada di BPR Syariah adalah
tabungan wadiah yadhamah yaitu tabungan yang berupa titipan nasabah pada
bank. Bank diberi wewenang untuk mengelola uang dari nasabah tersebut. Bila
bank mendapat keuntungan maka nasabah akan mendapat bonus dari
keuntungan yang langsung dibukukan pada rekening tabungan para rekening
nasabah setiap bulan. Adapun besar bonus dibagi berdasarkan keuntungan
yang diperoleh dan kebijakan bank.
2. Tabungan wadiah bulanan Al Salaam. Tabungan ini adalah tabungan yang
diwajibkan untuk nasabah yang memiliki pinjaman di BPR Syariah Al Salaam
3. Tabungan wadiah arisan. Tabungan ini adalah tabungan yang diperuntukkan
bagi masyarakat umum dengan jangka waktu 3 bulan, dan akan mendapatkan
hadiah atau bonus apabila nasabah beruntung
7
4. Deposito mudhārabah. Secara umum, deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang hanya ditarik oleh deposan setelah jangka waktu tertentu
sesuai dengan perjanjian dengan pihak bank. Sedangkan deposito mudhārabah adalah bank menerima dana dari masyarakat untuk diikutkan sebagai peserta
sementara pada usaha bank, sehingga menghasilkan keuntungan yang
maksimal. Pada deporsito mudhārabah ini, antara pihak bank dengan nasabah terlebih dahulu ada kesepakatan mengenai nisbah bagi hasilnya.
Adapun jasa yang ditawarkan PT. BPR Syariah Al Salaam adalah produk
pembiayaan. Produk pembiayaan ini terdiri atas:8
1. Pembiayaan kelompok pegawai. Pembiayaan yang diberikan kepada karyawan
pemerintah maupun swasta yang bekerja sama dengan BPR Syariah Al
Salaam.
2. Pembiayaan kepemilikan sepeda motor. Pembiayaan yang ditunjukkan kepada
nasabah yang bermaksud melakukan pembelian sepeda motor.
3. Pembiayaan modal kerja umum. Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
badan usaha dalam hal tambahan modal kerja berupa pengadaan barang
dagangan, jasa konstruksi, jasa produksi barang pesanan, penyewaan barang
dengan sistem mudhārabah, musyarakah, murabahah dan ijarah.
Produk dan jasa yang ditawarkan oleh BPRS Al Salaam mengacu pada
prinsip syariah. Dari sisi penghimpunan dana pada produk tabungan menggunakan
akad wadiah yadhamah dimana pihak nasabah menitipkan sejumlah dana kepada
8
pihak bank (penerima titipan), dana tersebut dikelola oleh bank dan nasabah hanya
mendapatkan sejumlah bonus dari pihak bank. Sedangkan produk deposito
menggunakan akad mudhārabah, pihak bank sebagai pengelola (mudharib) dan
nasabah sebagai penyandang dana (shahibul maal), mereka berbagi keuntungan
dari usaha yang dikelola bank selaku mudharib. Pada penyaluran dana produk
pembiayaan atas dasar akad mudhārabah, musyarakah, murabahah dan ijarah.
E. Struktur Organisasi PT. BPR Syariah Al Salaam
PT. BPR Syariah Al Salaam secara struktur tidak terpisah dengan unit-unit
organisasi BPR lainnya. Struktur organisasi yang ada pada PT. BPR Syariah Al
Salaam telah memenuhi standar berdirinya sebuah institusi yang bergerak dalam
pelayanan masyarakat serta didukung pula oleh sumber daya insan yang unggul
dan professional.
Adapun ilustrasi dari struktur organisasi PT. BPR Syariah Al Salaam adalah
sebagai pimpinan tertinggi yaitu Rapat Umum Pemegang Saham, kemudian
Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk memastikan dan menjamin
operasional bisnis syariah BPR sesuai dengan prinsip-prinsip sistem ekonomi
Islam. Dibawah ini adalah pembagian kerjanya.
a. Fungsi utama Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut:
1) Memberikan nasehat kepada manajemen tentang pengelolaan dan
pengembangan bisnis syariah BPR dari aspek syariah.
2) Bertindak sebagai pemerintahan antara BPR dengan Dewan Syariah
pengembangan bisnis syariah BPR seperti produk, jasa, sistem penunjang,
dan lain sebagainya.
3) Melaporkan kegiatan usaha dan pengembangan bisnis perbankan syaariah
BPR kepada Dewan Syariah Nasional dan atau lembaga-lembaga eksternal
lainnya yang terkait sesuai dengan ketentuan dan aturan pengelolaan bisnis
perbankan syariah.
b. Satuan Pengawas Intern
Badan ini bertugas untuk menjaga prinsip kehati-hatian bagi BPRS Al
Salaam dalam melakukan kegiatan operasional anggota satuan pengawas intern
yang telah ditunjuk oleh RUPS. Secara umum tugas dan tanggung jawab satuan
pengawas intern adalah:
1. Membuat kebijakan umum dan melakukan pengawasan pelaksanaan
kegiatan operasional sehingga sesuai dengan tujuan operasional
2. Melakukan pemeriksaan internal terhadap BPRS Al Salaam
3. Melakukan pengawasan kegiatan operasional
4. Membuat laporaan hasil pengawasan
c. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah orang yang dipilih oleh RUPS. Persyaratan
pemilihan pengurus dicantumkan dalam AD/ART secara umum. Pada BPRS Al
Salaam ketentuan Dewan Komisaris sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris BPRS Al Salaam dipilih oleh RUPS
3. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas perkembangan BPRS Al Salaam
dalam memeriksa, memberikan pengarahan, mengontrol operasional dan
membantu dewan direksi dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
d. Dewan Direksi
1. Direksi dipilih oleh dewan komisaris
2. Direksi bertanggung jawab atas perkembangan BPRS Al Salaam,
membantu para karyawan dan memberikan laporan kepada komisaris
3. Bertindak mewakili BPRS Al Salaam dalam hal yang terkait usaha BPRS
Al Salaam
4. Menyetujui arus kas sesuai dengan batas kewenangan yang diberikan
kepadanya.
5. Membuat rencana kerja anggaran tahunan dan memonitor realisasi anggaran
tahun berjalan.
e. Remedial Head (Kepala Bagian Penanganan Pembiayaan Bermasalah)
Tugas dan tanggung jawabnya antara lain:
1. Melakukan penanganan terhadap nasabah yang tidak melaksanakan
kewajibannya
2. Melakukan penagihan langsung terhadap nasabah yang bermasalah
terhadap pembiayaannya
3. Melakukan sita jaminan bila nasabah tidak membayar kewajibannya
f. Accounting Head ( Kepala Bagian Akuntansi)
Tugas dan kewajibannya antara lain:
1. Upload data kekantor kas
2. Memeriksa hasil auto debet
3. Mendaftarkan premi asuransi
4. Mengembalikan selisih lebih premi asuransi
5. Mencetak kas utama
6. Mencetak mutasi harian deposito dan tabungan
g. Legal Hand ( Kepala Bagian Hukum)
Tugas Pokok :
1. Mengarahkan dan membina personil yang berada dibawah supervise
bidang hukum
2. Meneliti dan menilai serta memberikan saran mengenai kewenangan
calon nasabah dalam pengajuan pembiayaan
3. Melakukan analisa yuridis atas permohonan pembiayaan
4. Menyiapkan berkas-berkas pengikatan
5. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan direksi s