• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh tayangan opera van java terhadap perubahan perilaku kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh tayangan opera van java terhadap perubahan perilaku kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TAYANGAN OPERA VAN JAVA

TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KEKERASAN

DI SMA TRIGUNA UTAMA CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

NURI RAHMAH FAJRIA

NIM. 107051003387

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DI SMA TRIGUNA UTAMA JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

NURI RAHMAH FAJRIA NIM. 107051003387

Pembimbing:

NOOR BEKTI NEGORO. SE, STP, M.Si NIP. 19650301 199903 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi berjudul “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat”. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2011 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 17 Juni 2011 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si. Umi Musyarrofah, MA Nip: 19630515 199203 1 006 Nip: 19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Study Rizal LK, M.Ag Drs. Adi Badjuri, MM Nip: 19640428 199303 1 002 Nip: 19440828 19800 3 001

Pembimbing

(4)

i

Membicarakan efek media khususnya televisi, juga memerlukan pembedaan yang jelas antara yang dimaksud sebagai efek segera (immediate effect) ataukah efek yang baru kelihatan kemudian (deleyed effect). Efek yang segera merupakan akibat langsung yang terjadi sesudah seseorang mengkonsumsi media massa. Tentu saja membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience akibat keterpaan pesan-pesan media. Efek yang berkaitan dengan pesan diantaranya kognitif dan afektif.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh komunikasi massa (pada media massa khususnya televisi) dalam perubahan perilaku kekerasan Siswa-siswi usia menengah atas. Mendeskripsikan, menganalisis dan memberi solusi dari efek tayangan hiburan yang disisipkan adegan kekerasan yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia saat ini. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan apakah tayangan Opera Van Java memiliki daya yang membentuk perbuatan (negatif atau positif) bagi Siswa-siswi kususnya Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat.

Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner (skala likert) kemudian dilakukan pengujian analisis regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan yang ada diantara variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Uji simultan dengan uji F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama yaitu variabel independen terhadap variabel dependen. T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen.

(5)

ii

Syukur Alhamdulillah peneliti haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih, tanpa inayah-Nya tak mungkin peneliti bisa mancapai pendidikan sampai S1. Shalawat serta salam semoga tetap teriring keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Atas doa dan usaha, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan salah satu tugas penting ini. Dengan kerendahan hati, peneliti tentu sadar bahwa skripsi ini tidak mengkin dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DR. H. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan Bid. Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan Bid. Administrasi Umum dan Keuangan, dan Drs. Study Rizal, LK, MA, selaku Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan yang juga sebagai penguji I sidang/munaqosah.

2. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang juga sebagai ketua sidang/munaqosah dan Umi Musyarrofah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang juga sebagai sekretaris sidang/munaqosah.

3. Noor Bekti Negoro, SE, STP, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Drs. Adi Badjuri, MM, sebagai penguji II sidang/munaqosah.

(6)

iii

Kurikulum yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian. 7. Teristimewa kepada Ayahanda H. M. Amin Nashir (Alm), meski raga kita

telah terpisah oleh kematian namun jiwa semangatmu masih terasa mengalir dalam nadiku, dengan cita dan cintamu membesarkan dan mendidikku, meski berat rasanya meniti pendewasaanku tanpa dirimu di sisi. Sampai jumpa kembali ayahku semoga Allah mempertemukan kita kembali di Surga-Nya. Juga Umminda Hj. Hayati Mujidtaba yang telah mendidik dan selalu memberikan doa. Kalian adalah teladan dan harta yang paling berharga bagi peneliti. Semoga kalian selalu dalam perlindungan, kasih sayang, dan keridhoan Allah SWT.

8. Buat ka Dian, ka Elis, ka Ima, ka Opa, ka Tia, ka Nida yang telah mendukung dengan moril dan materilnya, terimakasih kalian selalu ada menemani langkahku.

9. Bang Abi dan bang Aris atas dorongan dan segala bentuk protect-nya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Guru spiritualku Ummi Hj. Firdaus Hanim yang selalu memotivasi menyelesaikan skripsi ini.

11. Dear Ahmad Khumaidi terimakasih segala dukungan, yang telah menjadi motivator bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman KPI A angkatan 2007, yang telah sama-sama berbagi ilmu,

berdiskusi, bercanda, dan berbagi rasa. Terutama buat sahabat The Undurs: Suci, Upay, Aah, Mila, Faizah, Bongki.

13. Ita, Dewi, Ani, Siska atas tumpangan menginap menyelesaikan skripsi ini. Jakarta, 24 Juni 2011

(7)

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya saya, atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2011

(8)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I: PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………..…...………...….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………..……... 6

1. Pembatasan Masalah ……….………..….…... 7

2. Perumusan Masalah ………...…... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 8

1. Tujuan Penelitian ………... 8

2. Manfaat Penelitian ………...…... 8

D. Tinjauan Pustaka ………...………. 9

E. Kerangka Pemikiran ………...… 11

F. Sistematika Penulisan ………...……... 12

BAB II: LANDASAN TEORI ……..……….. 14

A. Televisi ………..….……….. 14

B. Efek Komunikasi Massa ………….….………..………...… 16

C. Hippodermic Needle Theory ………..………..….… 17

D. Teori Imitasi dan Peniruan ………..…….………….... 19

E. Perilaku Agresif ……….... 21

F. Social Learning Theory ………...………. 23

1. Proses Perhatian (Attention) ………….…….……….... 24

2. Poses Mengingat (Retention) ……….…… 25

3. Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproductin) …... 25

(9)

v

1. Tayangan Kekerasan ……..………...… 26

2. Pengaruh Tayangan Kekerasan …..………...… 27

3. Perilaku Kekerasan ………...….… 32

3.1. Kekerasan Fisik dan Psikologis ………..…………...… 33

3.2.Pengaruh Positif dan Negatif ………...…..…… 33

3.3.Ada Objek atau Tidak ………....….… 33

3.4.Ada Subjek atau Tidak ……….………...….. 33

3.5.Sengaja atau Tidak ………....…....…. 34

3.6.Nyata (Manifest) Tersembunyi (Laten) …………...… 34

3.7.Kekerasan Personal atau Kekerasan Langsung …….…. 34

3.8.Kekerasan Struktural atau Kekerasan Tidak Langsung . 35 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ………... 36

A. Pendekatan dan Desain Penelitian …..…………..……… 36

B. Ruang Lingkup Penelitian ……….………..… 37

1. Subjek dan Objek Penelitian ….………….………...… 37

2. Waktu dan Tempat Penelitian ………..…... 37

C. Metode Penentuan Sampel ………..……… 38

1. Populasi ………..………...… 38

2. Sampel ……….……….………. 38

D. Variabel Penelitian ……….……….. 39

E. Hipotesis Penelitian ..………..………….. 40

F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian …..…... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ………... 40

1. Data Primer ………..………..… 41

2. Data Sekunder ……….……….…………. 41

H. Uji Instrumen ………..……..…….... 41

1. Uji Validitas ………...……….……….…...…. 41

2. Uji Reliabilitas ………...……….... 42

I. Metode Analisis Data ………….………..………….... 43

(10)

vi

A. Gambaran Tayangan Opera Van Java Trans 7 ... 48

B. Gambaran SMA Triguna Utama Ciputat …………..……… 50

1. Sejarah Singkat SMA Triguna Utama Ciputat …...………... 50

2. Visi, Misa dan Tujuan Pendidikan SMA Triguna Utama ... 52

3. Daftar Nama Kepala Sekolah ……….………..… 54

4. Struktur Organisasi SMA Triguna Utama tahun 2010/2011 . 55 5. Sarana dan Prasarana SMA Triguna Utama …………...…... 56

BAB V: PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ….………. 57

A. Pengolahan Uji Instrumen ……...………. 57

1. Deskripsi Data Responden Penelitian ………..………. 57

2. Deskripsi Kuesioner Penelitian ……….….... 59

B. Analisis Data Penelitian ……….………..…… 68

1. Uji Validitas ……….……….……....…. 68

2. Uji Regresi Linier Berganda ……….………….… 68

3. Uji Koefisien Determinasi ………...….. 69

4. Uji F-test ………...…. 70

5. Uji T-test ………...…. 71

BAB VI: PENUTUP ……….. 72

A. Kesimpulan ………..……..………... 72

B. Saran ………..………..………. 73

(11)

vii

Hal.

1. Skala Likert ………... 43 2. Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel kognitif ….… 60 3. Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel afektif ……... 62 4. Rekapitulasi rata-rata skor variabel pengaruh tayangan Opera Van Java ..…64 5. Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap perubahan perilaku kekerasan ………...… 65

6. Coefficients ……….……….. 68 &71

7. Model summary ………. 69

(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Komunikasi Massa berawal dari Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1946 di gedung Perguruan Tinggi Hunter New York Amerika Serikat. Agenda sidang organisasi terbesar di dunia itu adalah membahas kelangsungan keamanan dunia paska Perang Dunia II. Dari sidang itulah televisi sebagai salah satu media komunikasi massa di perkenalkan. Ribuan pengamat politik, pers dan masyarakat biasa dapat menyaksikan sidang penting itu melalui televisi dari luar gedung yang di jaga ketat oleh aparat keamanan Amerika.

Sejak saat itu, televisi mulai berkembang ke seluruh penjuru dunia. Amerika Serikat merupakan negara pertama yang mengembangkan teknologi televisi secara besar-besaran. Bahkan pada tahun 2003 di negara tersebut, tidak kurang 750 stasiun siaran televisi telah didirikan. Jumlah ini pasti lebih ditahun 2007. Dewasa ini televisi telah menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Hampir di seluruh rumah-rumah penduduk baik di Indonesia maupun di negara lainnya, telah terdapat televisi. Ini menunjukkan televisi telah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia.

(13)

dari jumlah stasiun televisi dan program siaran yang di tawarkan ke publik. Dahulu pada awalnya, Indonesia hanya memiliki satu stasiun televisi, saat itu hanya Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang memancarkan siaran. Untuk Indonesia, paska di cabutnya SIUPP (Surat Izin Penerbitan Pers) tahun 1998, negeri ini telah memiliki sepuluh stasiun siaran televisi baik swasta dan pemerintah.1

Kemajuan teknologi komunikasi massa secara visual juga di tampakkan dengan semakin menariknya tayangan yang di sajikan. Bukan itu saja, program siarannya pun kini semakin bervariasi. Dari siaran komedi sampai siaran pariwisata. Dari siaran pendidikan sampai siaran hiburan dan dari siaran yang mengandung nilai humor sampai ke siaran yang mengandung kekerasan. Semuanya di rangkum oleh televisi kita saat ini.

Semakin banyaknya stasiun televisi yang bermunculan di Indonesia maka seharusnya semakin maju pula negeri ini. Hal ini di karenakan acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan rasa penasaran para penonton. Kemampuan media televisi untuk “membius” penontonnya tidak dapat di ragukan. Secara psikologi, jika ada seseorang yang terharu, menangis atau bahkan menjerit saat menonton salah satu program televisi yang di siarkan adalah hal yang wajar.2

Persaingan antar stasiun televisi sendiri di Indonesia semakin ketat. Semua stasiun televisi berlomba-lomba untuk membuat program unggulan yang sedang di minati oleh masyarakat. Tujuannya, agar para pemasang iklan juga

1

Bataviase.co.id, Sejarah Perkembangan Televisi Indonesia, Google.Com.

2

(14)

mengiklankan produk mereka di stasiun televisi tersebut. Stasiun televisi jika tidak memiliki penonton, alamat stasiun televisi tersebut tidak akan mendapatkan iklan. Akibatnya, tidak akan ada pemasukan perusahaan. Bahkan tidak jarang, jika telah mengalami penurunan jumlah pemasang iklan, Perusahaan televisi akan meniru program yang di tayangkan oleh salah satu televisi yang sedang naik daun. Inilah wajah pertelevisian di Indonesia. Kantong perusahaan menjadi nomor satu. Sedangkan program siaran dan efeknya menjadi samar dengan tujuan awal dari Perusahaan Televisi di negeri ini. Secara umum semua Televisi di negeri ini bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini juga terdapat dalam batang tubuh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.3

Namun, fakta berbicara lain. Untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya sebagaimana prinsip ekonomi, perusahaan televisi mulai melupakan tujuan utamanya. Tayangan kekerasan mulai marak di siarkan di Indonesia. Seluruh stasiun televisi memiliki program acara jenis ini. Termasuk dalam hal ini penulis mengambil studi kasus pada Tayangan Televisi Opera Van Java di Trans 7 yang menampilkan kekerasan dibaluti humor.

Meningkatnya angka kriminalitas dewasa ini cendrung di tuding televisilah sebagai biangkeroknya. Mungkin kita masih ingat sebuah SMU di Colorado Amerika Serikat dibanjiri darah 25 siswanya. Mereka tewas dibantai dua siswa yang berulah seperti Rambo. Dengan wajah dingin tanpa balas kasihan, mereka memberondong temannya sendiri dengan timah panas. Kejadian ini sungguh menggemparkan dan banyak pakar yang menuding tayangan kekerasan

3

(15)

di televisi atau komputer (game dan internet) sebagai biangkerok tindak kekerasan yang terjadi di kalangan anak.4 Kasus lainnya adalah pelaku pencurian kendaraan bermotor di Sleman, Yogyakarta. Usia pelaku kriminal itu masih sangat muda, sekitar 17 tahun. Dalam sehari pria ini bisa mencuri satu sampai dua kendaraan bermotor. Lalu, si pelaku tindak pencurian ini mengaku, untuk mencuri dia mengikuti jejak dari Tayangan Patroli Indosiar.5

Bermula dari tayang seminggu sekali, lalu meningkat seminggu dua kali kini program komedi Opera Van Java (OVJ) muncul lima kali dalam sepekan. Aksi kocak yang dilakukan Parto, Sule, Aziz gagap, Nunung, juga Andre Taulany membuat Opera Van Java menempati urutan pertama dalam hal rating. Kekocakan para pelawak itu semakin menjadi lucu ketika ada adegan saling pukul dan saling hantam dengan benda yang menyertainya. Namun adegan kekerasan itu dianggap tidak berbahaya karena jenis barang yang digunakan untuk memukul dibuat dari bahan Styrofoam.

Dengan berbalut humor, dan menjadikan alasan Styrofoam sebagai alat yang tidak berbahaya, OVJ menayangkan tayangan kekerasan. Penayangan OVJ yang menggunakan Styrofoam untuk menayangkan kekerasan, mengabaikan nilai-nilai etika dan moralitas. Sebenarnya bukan Styrofoam yang dijadikan masalah, namun tindakan kekerasan itu sendiri yang akan mempengaruhi prilaku masyarakat ke arah kekerasan.6

4

Goggle.Com, Kasus Kriminalita Akibat Tayangan Kekerasan Agitasi dan Propaganda, (Rabu, Januari 13, 2010 10:18 AM).

5

Indira Purnama Hadi , (Produser PATROLI Indosiar), Google.Com. 6

(16)

Lalu inikah yang di sebut mendidik dari siaran Televisi? Bukan hanya itu, Perubahan pola tingkah laku remaja saat ini juga di kait-kaitkan dengan tayangan televisi. Artinya, banyak kalangan menilai televisi mampu merubah perilaku manusia.

Kemudaratan yang dimunculkan televisi memang tidak sedikit, baik yang disebabkan karena terapan kesannya, maupun kehadirannya sebagai media fisik terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih berbagai acara yang disajikan. Dalam konteks semacam ini maka kita dapat melihat beberapa kemudaratan itu sebagai berikut:

1. Menyia-nyiakan waktu dan umur 2. Melalaikan tugas dan kewajiban 3. Menumbuhkan sikap hidup konsumtif 4. Mengganggu kesehatan

5. Memutuskan silaturahmi

6. Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar murid

(17)

moral contohnya dari mulai pemukulan, pembunuhan, pemerkosaan, pornografi yang tentu saja sedikit atau banyak akan ditiru oleh para pemirsa sesuai fitrahnya.

Dalam hal ini penelitian dilangsungkan pada SMA Triguna Utama, Ciputat. Sebab usia SMA merupakan usia remaja yang sangat membutuhkan kawan-kawan. Karena adanya kecenderungan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya atau bahkan meniru untuk dapat diterima dalam pergaulan. Bicara masalah meniru seorang remaja pasti mencari sesuatu yang sedang menjadi bahan yang sedang trend dizamannya. Sedang tindak meniru adegan tayangan televisi dikalangan remaja akhir-akhir ini sudah mulai terasa, baik yang bersifat verbal ataupun non-verbal. Maka, seberapa besar pengaruh tayangan Opera Van Java dalam pergaulan dalam hal ini perubahan perilaku kekerasan siswa-siswi di sekolah, dengan penanaman budi pekerti yang ada di dalamnya. Sehingga kita dapat lebih memperhatikan lagi, mendidik atau tidaknya sebuah tayangan dalam perkembangan akhlak dan moral remaja khususnya remaja usia SMA yakni usia transisi dari remaja menuju dewasa.

Maka, dengan alasan itulah dalam hal ini penulis mengambil Judul: “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

(18)

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih fokus dan terarah serta tidak terjebak pada pembahasan yang terlalu luas, maka penulis membatasi masalah Pengaruh Tayangan Opera Van Java (OVJ) pada Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat. Objek penelitiannya yaitu fokus kepada Siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna Utama, Ciputat.

Juga mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka batasan masalah yang hendak dikaji dalam Skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Tayangan yang diamati hanya tayangan Opera Vana Java di Trans 7,

yang merupakan tayangan yang memiliki rating yang tinggi dalam tayangan hiburan berbentuk komedi/lawakan dengan unsur-unsur kekerasan verbal maupun non-verbal yang ada.

b. Penelitian tidak pada semua usia sekolah, tetapi hanya siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna Utama, Ciputat.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah:

a. Bagaimana efek kognitif dan afektif pada SMA Triguna Utama Ciputat terhadap tayangan Opera Van Java (OVJ) Trans 7?

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka tujuan yang di hasilkan adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dan Mendeskripsikan efek komunikasi massa (pada media massa khususnya televisi) dari aspek kognitif dan afektif siswa-siswi usia menengah atas. Khususnya pada siswa-siswa-siswi SMA Triguna Utama Ciputat.

2. Mendeskripsikan, menganalisis efek behavioral setelah menyaksikan tayangan Opera Van Java (OVJ) Trans 7 akan pengaruh perubahan kekerasan yang tampak dari tayangan tersebut pada siswa-siswi usia menengah atas. Khususnya pada siswa-siswi SMA Triguna Utama Ciputat.

Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan apakah tayangan Opera Van Java memiliki daya yang membentuk perbuatan (negatif atau positif) bagi siswa-siswi kususnya Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat.

2. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Akademis

(20)

ditinjau dari Tayangan Kekerasan Media Massa Televisi demi terbentuknya generasi yang baik untuk Negara Indonesia.

2. Kegunaan Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat membawa wawasan baru khususnya bagi penulis tentang penerapan tayangan yang sesuai dengan tata krama dan akhlak yang baik sesuai dengan sopan santun yang diajarkan oleh agama Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam berbagi tulisan, para ahli mengemukakan bahwa media massa merupakan saluran bagi bermacam-macam ide, gagasan, dan konsep yang menimbulkan sekian banyak efek bagi masyarakat. Efek tersebut ada yang bersifat langsung artinya mengenai mereka yang dikenai (exposured) media massa yang bersangkutan, tapi ada pula yang bersifat tidak langsung.

Pada skripsi Yulie Happy Maria dengan NIM. 103051028562 yang berjudul “Pengaruh Tayangan Acara Reality Show Pacar Pertama Di SCTV Terhadap Perilaku Komunikasi Murid SMK Negeri 3 Kota Bekasi. Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008. Menjelaskan pada pengaruh tayangan televisi terhadap perilaku komunikasi, yakni pengaruh kognitif mengenai pengetahuan tambahan tentang pacaran remaja yang sifatnya negatif. Selain itu juga pengaruh sikap dan tindakan setelah menonton tayangan tersebut.

(21)

Tuhan Di Majelis Taklim Al-Amin RT 005 Rw 06 Di Kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat. Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008. Membahas pengaruh motivasi dan kepuasan dari para penonton sinetron para pencari Tuhan dari tayangan televisi.

(22)

E.Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1

Pengaruh Tayangan Opera Van Java terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan

Kognitif

Afektif Behavioral

F.

Efek perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feed back). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek. Dalam perilaku khalayak jelas amat dipengaruhi oleh media massa, hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya isi media massa dapat memberikan dua pengaruh pada khalayak. Isi media massa yang disukai khalayak cenderung akan ditiru oleh masyarakat, sebaliknya bila isi media massa itu tidak disukai khalayak, maka khalayak pun akan cenderung untuk menghindarinya. Dari penelitian inilah penulis menelaah sisi pengaruh dan sikap dari efek kognitif dan afektif yang ada. Bahaw tayangan Opera Van Java di sini akan cenderun ditiru ataukah sebaliknya malah dihindari.

(23)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam VI BAB. Dari masing-masing BAB terdapat sub-sub BAB, adapun pembahasan tersebut ditulis secara sistematis sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Penulisan. BAB II : Landasan Teori

Televisi: Efek Komunikasi Massa, Hipodermic Needle Theory, Teori Imitasi dan Peniruan, Perilaku Agresif: Teori Social Learning, Tayangan Kekerasan Televisi Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan.

BAB III : Metodelogi Penelitian

Meliputi Pendekatan dan Desain Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Metode Penentuan Sampel, Variabel Penelitian, Hipotesis Penelitian, Devinisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Uji Instrumen, Metode Analisis Data.

BAB IV : Gambaran Umum

(24)

BAB V : Penemuan dan Pembahasan

Pengolahan Uji Instrumen, Analisis Data Penelitian. BAB V : Penutup

(25)

14

LANDASAN TEORI

A. Televisi

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar alam dan gambar hidup suara melalui kabel atau ruang.1 Karakteristik televisi menurut Darwanto Sastro Subroto adalah dapat merekam dan menyiarkan peristiwa atau kejadian aktual yang sedang terjadi bersamaan waktunya dengan saat menonton, disamping itu para penonton diseluruh belahan bumi secara bersamaan mendapat informasi yang sama. Hal ini berarti bahwa televisi mampu menghadirkan sesuatu yang aktual dan secara serempak dapat diterima oleh khalayak penontonnya.

Televisi memiliki daya tarik tersendiri, televisi menggabungkan unsur audio (pendengaran) dengan unsur visual (penglihatan) karena menampilkan gambar hidup dan warna. Kedua aspek ini membuat televisi menarik perhatian masyarakat dan menghabiskan sebagain besar waktunya untuk menonton.

Muh. Labib mengutip John Fiske, Marshal Mac Lauhan, dan Jalalludin Rakhmat, mengatakan bahwa “televisi dikonstruksi dan merupakan hasil dari pilihan manusia, keputusan-keputusan budaya-budaya dan tekanan-tekanan sosial. “Dia melihat televisi dari dua sudut pandang, dari sudut pandang isi dan cara penyajiannya. Dari sisi isi pernyataan Marshal Mac Lauhan, bahwa televisi adalah “review mirrorism” artinya televisi merupakan media baru yang mapu mengeksploitasi potensi-potensinya, dalam arti media ini melakukan proses

1

(26)

pergantian terhadap realitas. Ada benarnya dalam istilah Jalaluddin Rahmat disebut “realitas tangan kedua”.2

Televisi sebagai media komunikasi untuk penyampaian informasi, pendidikan dan hiburan, adalah salah satu media audio-visual dengan jangkauan yang sangat luas. Kartikasari mengutip pernyataan Sudrajat yang menjelaskan bahwa “pengertian televisi sesungguhnya adalah suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya adalah sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara”.3

Mengingat cakupannya yang terbuka, maka cakupan pemirsanya tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat. Luas jangkauan dan cakupan pemirsanya, menjadikan media televisi sebagai media pembawa informasi yang besar dan cepat pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anggota masyaraka, serta perubahan sistem dan tata nilai yang telah ada.

Media televisi pun dapat menjadi penangkap ampuh yang mampu membuat anak-anak duduk pasif selama berjam-jam setiap hari ia bisa menjadi “pengganti” babby sitter yang andal tanpa perlu digaji. Televisi juga bisa membuat mata anak-anak kelelahan karena kurang istirahat akibat terus-menerus digunakan untuk menonton. Dengan demikian pesawat televisi mampu mengendalikan, jika tidak mampu mengendalikan pesawat televisi, ia akan mengendalikannya.4

2

Muh. Labib, Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Sosial Virtual dan Realitas Sosial, (Jakarta: PT Mandar Utama Tiga Books Divission, 2002), cet. ke-1, h. 14.

3

Tatiek Kartikaari, et al, op cit, h. 30. 4

(27)

B. Efek Komunikasi Massa

Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience akibat keterpaan pesan-pesan media. David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata. Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feed back). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek.5

Membicarakan efek media khususnya televisi, juga memerlukan pembedaan yang jelas antara yang dimaksud sebagai efek segera (immediate effect) ataukah efek yang baru kelihatan kemudian (deleyed effect). Efek yang segera merupakan akibat langsung yang terjadi sesudah seseorang mengkonsumsi media massa.6

Tentu saja membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee, ini pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa. Berupa penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku, atau dengan istilah lain, perubahan kognitif,

5

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Garsindo, 2000), h. 9. 6

(28)

afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenal efek komunikasi massa-indivisu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.7

Dalam penelitian ini, pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kedua dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa. Yaitu apakah tayangan Opera Van Java memengaruhi kognitif (penerimaan informasi), afektifnya (perasaan), sehingga mempengaruhi behavioral (sikap atau perilaku) siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna, Ciputat.

C. Hipodermic Needle Theory

Efek komunikasi massa telah lama diperbincangkan dalam khasanah kajian Ilmu Komunikasi. Bahkan, efek ini di kaji secara ilmiah oleh para pemikir atau ilmuan komunikasi. Salah satunya yang membahas tentang efek media adalah Wilbur Schraam. Schraam mencetuskan teori Jarum Hipodermik (hypodermic needle theory) dalam istilah indonesia teori ini di kenal dengan teori peluru atau teori tolak peluru. Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan di anggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Pesan-pesan komunikasi massa yang di sampaikan kepada khalayak yang heterogen dapat di terima secara langsung tanpa memiliki filter sama sekali. Artinya, komunikan sangat terbius oleh suntikan pesan yang di sampaikan media massa. Suntikan pesan ini masuk ke dalam saraf dan otak serta melakukan tindakan sesuai dengan pesan komunikasi massa tersebut. Pendapat Schramm di dukung

7

(29)

oleh Paul Lazarzfeld dan Raymond Bauer .8 Meski ada beberapa pakar yang menolaknya, seperti Stewart Hall. Mereka pakar yang menganggap penerima pesan sebagai khalayak yang aktif menentukan makna dari pesan yang disampaikan.9

Media di Indonesia tampaknya memang menganut teori yang satu ini. Dimana dalam kasus Tayangan Kekerasan semua media memiliki tayangan jenis ini dengan nama yang berbeda. Bukan hanya tayangan kekerasan berita yang di tampilkan seperti Patroli, Sergap, Sidik dan Buser. Namun, tayangan kekerasan lainnya yang dibaluti oleh humor seperti Opera Van Java (OVJ).

Media massa punya pengaruh terhadap khalayak ramai, yang langsung, segera, dan sangat kuat. Model ini didukung oleh perkembangan Mass Society di Amerika Serikat 1930-1940, yaitu kecenderungan masyarakat mengikuti pesan dalam media massa seperti dalam berpakaian, pola pembicaraan, tingkah laku dan nilai-nilai sosial.10

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan pengaruh dalam kehidupan manusia baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sebagaimana yang dikatakan M. Bahri Ghazali dalam bukunya dakwah komunikatif, “laju perkembangan zaman memacu tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin canggih, tidak terkecuali teknologi

8

McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Erlangga, 1987). 9

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia (Leiden-Jakarta: INIS, 2004).

10

(30)

komunikasi sebagai sebuah sarana yang dapat menggabungkan masyarakat di suatu tempat dalam masyarakat di tempat lain. Kecanggihan teknologi pun ikut memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia.11

D. Teori Imitasi atau Peniruan

Media massa dapat menimbulkan efek peniruan atau imitasi, khususnya yang menyangkut delinkuesi dan kejahatan, bertolak dari besarnya kemungkinan atau potensi pada tiap anggota masyarakat untuk meniru apa-apa yang ia peroleh dari media massa. Kemudahan isi media massa untuk dipahami memungkinkan khalayak untuk mengetahui isi media massa dan kemudian dipengaruhi oleh isi media tersebut.

Perilaku khalayak jelas amat dipengaruhi oleh media massa, hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya isi media massa dapat memberikan dua pengaruh pada khalayak. Isi media massa yang disukai khalayak cenderung akan ditiru oleh masyarakat, sebaliknya bila isi media massa itu tidak disukai khalayak, maka khalayak pun akan cenderung untuk menghindarinya.

Pernyataan diatas menimbulkan pertanyaan apakah kekerasan di televisi menyebabkan perilaku kekerasan pada khalayak atau tidak. Situasi ini memang kompleks karena terdapatnya kepentingan yang bertentangan yang menyebabkan metode, hasil dan interprestasi yang juga saling bertentangan. Kalangan pendidik umumnya berpendapat bahwa isi yang negatif pada media massa akan berdampak negatif pula pada khalayak. Sedangkan pihak media cenderung untuk bertahan dan menyatakan bahwa apa-apa yang mereka siarkan itu tidak berbahaya bagi

11

(31)

masyarakat. Mereka bahkan berpendapat bahwa dengan menyaksikan kekerasan di televisi, Kita dapat mensublimasikan tekanan (tension) dan frustasi yang dialami, Jadi mengurangi kemungkinan untuk melakukan tindakan agresif atau kekerasan. Jadi khalayak yang melihat kekerasan di televisi pun akan mencoba menghindari tindakan kekerasan tersebut pada kehidupan sehari-harinya. Usaha-usaha untuk mengkaji perilaku meniru secara umum dikaitkan dengan adanya dorongan pembawaan (innate urges) atau kecenderungan yang dimiliki oleh setiap manusia. Menurut pandanga umum ini, manusia cenderung untuk meniru perbuatan orang lain semata-mata karena hal itu merupakan bagian dari sifat biologis (part of biological “nature”) mereka untuk melakukan hal tersebut.

Seorang sosiolog bernama Gabriel Tarde (1903) berpendapat bahwa semua orang memiliki kecenderungan yang kuat untuk menandingi (menyamai atau bahkan melebihi) tindakan orang disekitarnya. Ia berpendapat bahwa mustahil bagi dua individu yang berinteraksi dalam waktu yang cukup panjang untuk tidak menunjukan peningkatan dalam peniruan perilaku secara timbal balik. Ia juga memandang imitasi memainkan perana yang sentral dalam tranmisi kebudayaan dan pengetahuan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Dengan pengamatannya tersebut, Tarde sampai pada pernyataanya yang mengatakan bahwa “society is imitation…”. Pernyataan ini didukung oleh penulis buku teks psikologi yang pertama, Mc Dougal (1908), bahwa peniruan merupakan suatu dorongan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir, seperti yang dikutip Nasution.12

12

(32)

Pandangan Tarde tersebut banyak dikritik belakangan ini kerena kecenderungan manusia meniru orang lain sebagai suatu bawaan sejak lahir tidak cocok dengan kenyataan, karena seringkali pengamatan terhadap orang lain justru membuat kita menghindari untuk meniru perilaku tersebut. Pandangan ini menganggap bahwa pernyataan Tarde tidak dipertegas dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peniruan, cara seseorang dalam memilih model tertentu yang akan ditirunya, ataupun jenis perilaku yang akan disamainya itu. Hal tersebut membuat teori yang dikemukakan Tarde ditinggalkan secara perlahan-lahan di lingkungan psikologi dan digantikan oleh teori yang berpendapat bahwa kecenderungan untuk meniru orang lain adalah sesuatu yang dipelajari (learned), atau diperoleh melalui suatu proses pengkondisian agar orang melakukan peniruan terhadap perilaku tertentu.

Dalam teori ini, tayangan Opera Van Java (OVJ) merupakan tayangan yang banyak ditonton oleh kalangan remaja dan dewasa. Adegan-adegan kekerasan baik verbal maupun non-verbal yang ditampilkan dalam tayangan tersebut dengan mudah ditiru dan dipraktekkan dalam pergaulan mereka sehari-hari. Dalam penelitian ini akan terlihat apakah faktor peniruan ini melalui diri penonton atau sisi kecenderungan yang dibawa melalui proses pengkondisian media agar orang melakukan peniruan terhadap perilaku tertentu.

E. Perilaku Agresif

(33)

manusia yang dilampiaskan terhadap sesama. Jadi semacam energi biologis manusia yang ingin dipuasakan.13

Tujuan perilaku agresif adalah untuk mencederai atau melukai korbannya. Dengan demikian perilaku agresif dapatlah disimpulkan sebagai kemarahan yang meluap-luap dan melampiaskannya dalam bentuk penyerangan yang tidak wajar dengan tujuan untuk melukai seseorang secara fisik dan psikis. Perilaku agresif acapkali ditimbulkan oleh kegagalan sehingga menimbulkan reaksi primitif berupa kemarahan dan emosi yang meledak-ledak. Kemarahan tek terkendali menyebabkan fungsi penalaran atau intelegansi terganggu sehingga menyebabkan fungsi penalaran atau intelegansi terganggu sehingga menyebabkan seseorang bertindak sewenang-wenang.14

Kekerasan dan agresivitas tampaknya dua variabel yang selalu berhubungan erat dan terpisahkan. Keduanya menyatu ibarat dua sisi mata uang sehingga dimana ada kekerasan di situ ada agresivitas. Sebaliknya, di mana ada agresivitas, pasti di situ kekerasan berkembang dengan subur. Aksioma ini dalam kenyataan hidup sehari-hari memang hampir tak terbantahkan kebenarannya. Artinya, pengalaman empiris menunjukkan bahwa kekerasan selalu diikuti oleh tindakan agresif, demikian juga perilaku agresif selalu diikuti oleh tindak kekerasan.15

Perilaku agresif bisa juga dijelaskan dari sisi kognitif. Jika seorang anak terlalu sering menonton tayangan kekerasan, kekerasan akan menjadi hal biasa bagi sang anak. Akibatnya, si anak akan kehilangan kepekaan (desensitized),

13

E. B Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anda, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 130.

14

Ibid., h. 131. 15

(34)

terhadap perbuatan yang bisa mengakibatkan orang lain mengalami cedera (Berkowitz, 1984). Jika kepekaan anak-anak telah hilang, otomatis hal tersebut menyebabkan mereka tidak lagi memiliki perasaan bersalah atau takut untuk melakukan kekerasan.16

F. Social Learning Theory

Diketahui bahwa anak-anak mempelajari sejumlah perilaku melalui tayangan, anak-anak mempelajari sejumlah perilaku melalui tayangan yang ditampilkan. Selanjutnya mereka mendasarkan perilaku mereka dengan meniru apa yang mereka saksikan sebelumnya. Anak-anak yang percaya bahwa tayangan kekerasan yang ditampilkan adalah realitas hidup yang sebenarnya akan bertindak lebih agresif. Demikian halnya, anak-anak yang memiliki perhatian demikian besar terhadap tayangan kekerasan, akan termotivasi lebih agresif (Huesmann, Lagerspetz & Eron, 1984).17

Teori yang digagas oleh Albert Bandura, yakni pakar psikologi ini. Mengemukakan bahwa manusia belajar tidak hanya melalui pengalaman langsung, melainkan juga melalui peniruan (modelling). Bandura berpijak pada pemikiran bahwa perilaku seseorang adalah gabungan hasil faktor-faktor kognisi dan lingkungan. Mengemukakan pendapatnya melalui Social Learning Theory, Bandura lebih jauh mengatakan bahwa seorang anak dapat mempelajari perilaku agresif melalui media. selanjutnya dalam kondisi tertentu mendasarkan perilakunya pada karakter-karakter yang ditonjolkan oleh media tersebut. Dalam

16

Ibid., h. 134. 17

(35)

posisi inilah media menghasilkan suatu idola bagi perilaku agresif (Hjelle, Ziegler, 1981: 237-274).18

Ketika anak-anak menonton tayangan film-film misteri yang menakutkan secara terus menerus,mereka cenderung akan menjadi penakut. Sedang jika mereka menonton tayangan kekeraan, mereka terinspirasi melakukan tindakan agresif. Sebaliknya ketika mereka menonton tayangan yang baik, mereka terinspirasi untuk melakukan perbuatan yang baik.19

Dalam proses belajar sosial (Social Learning Process), Albert Bandura menggagas bahwa media massa merupakan agen sosialisasi utama selain orang tua, keluarga besar, guru, sekolah, sahabat, dan seterusnya. Bandura membagi prosesnya ke dalam empat tahapan, yakni:20

1. Proses Perhatian (Attention)

Pada tahapan ini seorang anak mengamati peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Peristiwa atau kejadian dapat saja berupa tindakan tertentu, misalnya pemikiran (abstract modelling) seperti sikap, nilai-nilai atau pandangan hidup. Anak dapat mengamati peristiwa tersebut mungkin dari orang tuanya, guru atau media. meskipun ada ratusan peristiwa yang dialami setiap hari, namun hanya beberapa saja yang menarik perhatian mereka adalah kejadian yang mudah diingat, sederhana, menonjol, menarik, dan terjadi berulang-ulang. Tidak mengherankan tayangan kekerasan atau sejenisnya yang menonjolkan agresivitas sangat menarik perhatian mereka

18

Ibid., h. 142-143. 19

Ibid., h. 143. 20

(36)

karena mudah diingat, sangat menarik perhatian, apalagi jika disiarkan berulang-ulang.

2. Proses Mengingat (Retention)

Dari tahapan perhatian terhadap peristiwa, seorang anak akan menyimpan peristiwanya ke dalam memorinya dalam bentuk imajinasi atau lambang secara verbal sehingga menjadi ingatan (memory) yang sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali. Dengan kata lain, gambaran membanting atau memukul disimpan dalam visual imajinari, bahasa, dan suatu saat dapat dipanggil kembali.

3. Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproductin)

Pada tahapan ini, anak menyatakan kembali pengalaman-pengalaman yang sebelumnya perseptual. Hasil ingatan tadi akan meningkat menjadi bentuk perilaku. Dengan kata lain, tayangan kekerasan yang tersimpan dalam imajinasi dinyatakan kembali sehingga menghasilkan perilaku agresif.

4. Proses Motivasional (Motivational)

Suatu motivasi sangat tergantung kepada peneguhan (reinforcement) yang mendorong perilaku seorang anak ke arah pemenuhan tujuan tertentu. Perilaku akan terwujud apabila ada nilai peneguhan, misalnya self reinforcement adalah rasa puas diri.

G. Tayangan Kekerasan Televisi Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan

(37)

adalah menunjukkan adanya hubungan antara kekerasan yang tampil di layar dengan perilaku kekerasan. Walaupun sejumlah studi menunjukkan pengaruh itu kecil. Umumnya studi seperti ini disponsori oleh industri televisi dan film. Namun, ada lebih dari tiga ribu studi yang menyimpulkan bahwa menonton film kekerasan meningkatkan perilaku kekerasan.21

Dalam program-programnya televisi banyak menampilkan kekerasan. Di Amerika Serikat, sejak tahun 1950-an para peneliti tertarik pada hubungan antara adegan kekerasan yang ditonton dengan perilaku agresi. Studi-studi semacam itu sebagian lahir karena kecemasan akibat meningkatnya proporsi adegan kekerasan dalam televisi. Pada tahun 1977 misalnya riset membuktikan bahwa 9 dari 10 program televisi mengandung kekerasan.22

Secara universal penyelenggaraan siaran televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mampu memberi informasi (informatif) 2. Mampu mendidik penonton (edukatif) 3. Mampu mempengaruhi penonton (persuasif) 4. Mampu menghibur penonton (entertaining) 5. Mampu menakuti penonton

1. Tayangan Kekerasan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian tayangan adalah (1) sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan), dan (2) Pertunjukkan (film, dsb);

21

Yayah Khisbiyah, et. al, Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, h. 96.

22

(38)

persembahan. Untuk memebuat satu definisi yang utuh tentang kekerasan karena adanya pandangan objektif dan subjektif manusia, yang masing-masing mempunyai penilaian berbeda dalam apa saja yang dapat dimasukkan dalam kategori kekarasan.

2. Pengaruh Tayangan Kekerasan

Kekerasan bisa timbul karena adanya motivasi-motivasi serta keinginan dalam diri manusia. Ketika motivasi serta keinginan dalam diri pelaku tidak terpenuhi, maka dia akan mencari jalan untuk itu. Pada saat dialog pun menemui jalan buntu, kekerasan menjadi cara yang paling efektif untuk mengabulkan niat si pelaku. Selain itu, nasution juga mengutip Thomas Hobbes yang percaya, bahwa manusia adalah makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri dan membenci sehingga menjadi jahat, kasar, buas, dan pendek pikir. Dengan kata lain manusia menurut Hobbes adalah Homo Homini Lupus, manusia yang saling memangsa sesamanya.23

Penonton televisi manjadi makhluk sosial yang dinamik, bisa saja terpengaruh oleh rangsangan simbolik secara langsung, tetapi dalam beberapa tindakan sosial segalanya masih diperhitungkan konsep diri dan rangsangan simbolik yang berasal dari lingkungan sosial terdekat.

Antara aspek komersial dan aspek pendidikan cukup sulit dikorelasikan karena salah satu sisi televisi swasta membentuk dana untuk pengoperasiannya. Di lain sisi, televisi sebagai fungsinya untuk penerangan

23

(39)

hiburan dan pendidikan harus tetap dijalankan. Begitu banyak siaran mengajukan judul-judul acara kekerasan di mana-mana akan menciptakan perilaku masyarakat yang keras pula.24

Hal yang dikhawatirkan dari tayangan kekerasan di televisi ialah dampak perilaku pemirsa yang negatif serta keluar batas dari realitas sosial karena ingin mengidentifikasikan diri dengan kenyataan tayangan acara media televisi (film, iklan, musik, dan sinetron). Namun pemirsa harus siap menerima dampak acara televisi di tengah-tengah masih rendahnya tingkat pendidikan serta terpusatnya media massa di kota-kota besar.25

Kalau dampak perubah sikap yang diharapkan tidak sesuai bahkan berlawanan (negatif) dari kenyataan yang diinginkan, pihak pengelola dan perencana siaran acara televisi perlu meninjau kembali program atau paket yang disajikan kepada pemirsa.26

Televisi sanggup mengubah sikap penontonnya. Ini disebabkan informasi yang diulang secara terus menerus dan menimbulkan kesan menyenangkan akan sanggup menarik perhatian seseorang. Pada proses selanjutnya timbul dorongan untuk mempraktekkan apa-apa yang telah diperhatikan itu. Menurut Santoso anak-anak lebih rentan meniru apa-apa yang dilihatnya menyenangkan, entah itu baik atau buruk, berbahaya atau tidak.27

24

Tatiek Kartikasari, et al, Pesan-pesan Budaya Film Anak-anak dalam Tayangan Televisi, (Studi Tentang Pengaruh System Modern Terhadap Perilaku Sosial Remaja Cianjur), (Depdikbud; Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 58.

25

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), cet. ke-1, h. 102.

26

Ibid., h. 103. 27

(40)

Dulu adegan kekerasan adalah bumbu sebuah berita tayangan, kini ketika pertelevisian bersaing ketat, kekerasan dan kriminalitas menjadi menu favorit yang dikemas, dijual, dan diberi acara tersendiri. Selama ratingnya tinggi pengelola televisis seakan merasa “sah” menayangkan kekerasan dan kriminal.

Menurut berbagai studi, tayangan televisi terbukti mempunyai pengaruh kuat, dengan melihat lebih percaya apa yang tampak di televisi dianggap sebagai realitas bermakna. Gebner dalam Growing up Television, juga Porter dalam media on Violence menuturkan tayangan kekerasan di televisi memiliki efek segera atau jangka pendek dan jangka panjang.28

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok, dari hubungan yang ada tersebut lahirlah suatu pengaruh yang dapat dinilai dari aspek jenis komunikasi yang ada. Jenis komunikasi itu sendiri terdiri dari:

1) Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;

a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.

b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.

28

(41)

c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.

f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

2) Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.

Yang termasuk komunikasi non verbal :

a. Ekspresi wajah

(42)

b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya

c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.

d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

(43)

menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

3. Perilaku Kekerasan

Menurut Galtung, kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Dalam definisai yang luas ini, kekerasan bukan hanya soal memukul, melukai, menganiaya, sampai membunuh, tetapi lebih luas dari itu.29

Lingkungan eksternal (dalam hal ini tayangan televisi) sangat potensial membentuk perilaku orang. Kekerasan yang ditampilkan televisi dikhawatirkan “menular”, membuat orang menerapkannya dalam kehidupan.

Peneliti LIPI pada tahun 1998 yang dilakukan di empat kota (Medan, Ujungpandang, Bogor, dan Bekasi) menyimpulkan bahwa tingkat keseringan menonton film laga dan televisi berkorelasi positif dengan tingkat kekerasan. Dalm temuan LIPI terungkap bahwa setelah menonton film laga di televisi, respon dan memiliki persepsi bahwa “hidup ini keras”. Efek yang kemudian terbentuk adalah senang berkelahi atau mesti bersikap keras dalam menghadapi perbedaan.30

29

Yayah Khisbiyah, et. al, Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 13.

30

(44)

Galtung memberi perspektif yang luas atas fenomena kekerasan yang barangkali kelihatannya sederhana:31

a. Kekerasan Fisik dan Psikologis

Orang yang dilukai merasakan sakit secara fisik. Meskipun yang dilukai fisiknya, yang “sakit” atau yang ”terlukai” juga perasaan atau batinnya. Dengan demikian, baik fisik maupun mental sikologisnya kena, dan sebaliknya. Jadi kedua dimensi kekerasan ini saling mempengaruhi b. Pengaruh Positif dan Negatif

Partai-partai politik yang mempunyai banyak uang, tidak jarang melakukan kekerasan jenis ini dengan cara membagi-bagikan uang atau memberikan barang dengan maksud merekrut pengikut. Yang perlu dilihat apakah pemberian itu dengan maksud murni, jujur, tanpa pamrih, ataukah cendrung manipulatif, represif.

c. Ada Objek atau Tidak

Kalau kita menembak membabi buta ditengah jalan atau dipasar, entah ada sasaran yang jelas atau tidak, jelas itu tindak kekerasan. Dengan tindakan itu, orang-orang yang ada dijalan atau dipasar jelas mengalami ketakutan, ketidakbebasan.

d. Ada Subjek atau Tidak

Jika kita menemukan pelaku (manusia) tindak kekerasan, apalagi pelaku konkrit yang terang-terangan dan sengaja melakukan kekerasan. Patokannya bukan ada subjek atau tidak, tetapi adakah bagian dari

31

(45)

masyarakat kita, yang sengaja atau tidak, menjadi korban atau dikorbankan. Kalau iya, berarti tinjauan kekerasan harus masuk kesana. e. Sengaja atau Tidak

Pemahaman yang hanya mementingkan atau memeperhitungkan unsur sengaja, tidak cukup untuk melihat kekerasan yang diakibatkan oleh ketidaksengajaan padahal kita tahu bahwa akibat ketidaksengajaan ini bukan perkara yang kecil. Sengaja atau tidak jika itu mengakibatkan atau memakan korban manusia dipihak lain, tetap kekerasan.

f. Nyata (Manifes) Tersembunyi (Laten)

Kekerasan, baik personal maupun struktural, dapat tersembunyi. Seperti, dua petinju beberapa hari atau beberapa jam sebelum bertanding diatas ring, sebenarnya sudah terhadi “perang” urat syaraf, batin. Secara tersebunyi dalam ketegangan, kecemasan, ketakutan.

g. Kekerasan Personal atau Kekerasan Langsung

(46)

h. Kekerasan Struktural atau Kekerasan Tidak Langsung

Jenis kekerasan ini hanya dapat ditemukan jika orang melihat situasi secara menyeluruh dan mencari adakah unsur-unsur penyimpangan, ketidakadilan, kecurangan, KKN, teror, pemaksaan, represi, dan seterusnya. Jiaka ada unsur-unsur itu berarti ada yang menjadi korban (atau sengaja dikorbankan.

Kekerasan yang melanda negeri ini dapat dicirikan, pertama, jumlahnya semakin banyak; kedua, kualitas tindak kekerasannya semakin semena-mena; dan ketiga, kompleksifikasi, yaitu bercampurnya berbagai unsur dalam tindakan kekerasan:

1) Eskalasi kekerasan sudah mencapai titik jenuh (jumlah kekerasan yang tak berkurang malah bertambah).

2) Ada semacam sofistifikasi kekerasan (cara-cara melakukan kekerasan). 3) Tindakan kekerasan semakin kompleks, ada semacam kompleksifikasi

(47)

36

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diminati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif.1 Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa sebenarnya mengenai objek penelitian.2

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.3 Jenis survei ini digunakan untuk menggambarkan populasi yang sedang diteliti. Fokus riset ini adalah perubahan

1

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 184.

2

J. Vrendenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h. 34.

3

(48)

perilaku kekerasan yang sedang terjadi (what exist at the moment) dan terdiri dari satu variabel.4

B. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kumpulan blog yang dapat memberikan informasi tentang tayangan Opera Van Java yang dimaksud. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat”.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai Juni 2011. Dengan jadwal penelitian sebagai beikut:

Gambar 2

(49)

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Triguna Utama, yakni di Ciputat .

C. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan elemen atau unsur yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep. Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber data penelitian.5 Populasi menunjukkan pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian khusus.6 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Sampel juga merupakan sejumlah cuplikan yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara profesional.7 Menurut Suharmisi Arikunto “apabila subjek atau populasi kurang dari 100 (seratus) orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah populasi besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih, tergantung

5

M. Burhan, Metodelogi penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada, Media Group), cet. ke-3, h. 99.

6

Ahmad Jamili dan Sari Winahjoe, Dasar-dasar Riset Pemasaran, (Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1992), cet. ke-1, h. 73.

7

(50)

setidak-tidaknya dari segi waktu, tenaga dan dana”.8 Dalam hal ini penulis mengambil perwakilan dari satu angkatan yang ada, yakni siswa-siswi kelas x (sepuluh), yang berjumlah 40 orang.

Karena populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna Utama, Ciputat. Maka peneliti mengambil System Sample Purposive, yakni pengambilan sample secara sengaja sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sample yang mencerminkan populasinya. Dengan cara mangambil perwakilan satu angkatan berjumlah satu kelas yang penulis tentukan sendiri, dengan jumlah sampel 40 orang Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat.

D. Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini, maka penelitian tentang “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama, Ciputat”. Menetapkan dua variabel yaitu variabel terpengaruh (variable dependen) dalam penelitian ini adalah pengaruh kekerasan (tinggi, sedang, rendah) siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat. Sedangkan variabel pengaruh (variable independen) dalam penelitian adalah perubahan perilaku kekerasan (verbal dan non-verbal) dari tayangan Opera Van Java (OVJ).

Maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini adalah tayanagn Opera Van Java yang diproduksi oleh Trans 7 (Variabel X). Variabel terikat (variabel dependen) dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku kekerasan (Variabel Y).

8

(51)

E. Hipotesis Penelitian

Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternative (Ha).9 Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan Opera

Van Java terhadap perubahan perilaku kekerasan.

Ha: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan Opera Van

Java terhadap perubahan perilaku kekerasan. F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian

Devinisi operasional semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur variabel.10 Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Definisi operasional (seperti telah dijelaskan sebelumnya), sangat erat kaitannya dengan indikator. Berbicara Indikator adalah berbicara tentang ukuran dan bagaimana mengukurnya.11 (Lampiran 1)

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapat data yang akurat, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder sebagai berikut:

9

Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: Penerbit PPM, 2002), cet. ke-2, h. 22-23.

10

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. ke-2, h. 46.

11

(52)

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian,12 antara lain:

a. Angket, sebagai alat pengumpul data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan penulis yang disusun secara sistematis yang disampaikan untuk dijawab responden penelitian melalui penelitian lapangan. Pertanyaan dalam angket dijawab oleh para responden setelah menonton satu tayangan Opera Van Java dengan satu tema yang sama.

b. Wawancara, sebuh proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Penulis melakukan wawancara dengan Siswa-siswi SMA Triguna Utama.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, untuk mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data pendukung skripsi ini seperti buku-buku, artikel, internet, surat kabar dan literatur yang berkaitan dengan judul penelitian.

H. Uji Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai

12

(53)

tingkat validitas instrumen penelitian, maka alat ukur yang dipakai dalam instrumen juga harus memiliki tingkat validitas yang baik.13 Jika seorang peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka kuesioner yang disusunnya harus dapat mengukur apa yang diukurnya. Sementara itu, jenis validitas pengukuran dalam penelitian ini terkait dengan validitas konstruksi, yang lebih terarah pada pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh pengukur yanga ada.14 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Software SPSS 17.0 for Windows Release.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jika suatu alat ukur dapat dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur tersebut dikatakan raliabel atau dapat diandalkan.15 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Realibility Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS 17.0 for Windows Release. Dengan metode ini, koefisien keandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

13

M. Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2009), cet. ke-4, h. 97.

14

Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 241.

15

Ibid., h. 241.

=

Gambar

Gambar 1 Pengaruh Tayangan Opera Van Java terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan
gambar hidup suara melalui kabel atau ruang.1 Karakteristik televisi menurut
Gambar 2 Waktu Penelitian
Tabel 1 Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seni Budaya Data Baru Tidak Layak Tidak Sesuai.. 10 IMAM

– Bila N berada di antara 20-40 rumus kai kuadrat koreksi dapat dipakai jika semua frekuensi. harapan lebih dari atau sama

Maka kita perlu menanamkan etika, serta penggemblengan mental dengan baik dan benar sedini mungkin, karena pada usia dinilah penanaman dan pemahaman tentang arti pentingnya

PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) TERHAD AP PEMBENTUKAN NILAI-NILAI KERJASAMA D ALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI Universitas

Oleh karena itu dalam penelitian ini akan didisain primer spesifik penciri P.falciparum untuk masing-masing daerah endemi serta metode amplifikasi DNA MSP1 yang praktis dan mampu

Tampaknya tidak harus semua mata kuliah mengandung pilihan materi yang sama, ini sangat bergantung pada karakter dari mata kuliah yang bersangkutan. Akan tetapi hampir

Tujuan utama dalam penerapan metode pembelajaran PQRST adalah agar peserta didik dapat belajar secara bersungguh - sungguh sehingga dapat menyelesaikan tugas yang

Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun variasi makanan untuk penyelenggaraan makanan yang di dalamnya termasuk proses pengembangan, implementasi, dan