• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biotransformasi berberin oleh jamur endofit dari tumbuhan akar kuning (arcangelisia flave (L.) merr: menispermaceae

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Biotransformasi berberin oleh jamur endofit dari tumbuhan akar kuning (arcangelisia flave (L.) merr: menispermaceae"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BIOTRANSFORMASI BERBERIN OLEH JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN AKAR KUNING (Arcangelisia flava (L.) Merr:

MENISPERMACEAE)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Far)

Oleh:

SUVRELA ARTIANI

106102003374

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : SUVRELA ARTIANI

NIM : 106102003374

JUDUL :BIOTRANSFORMASI BERBERIN OLEH JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN AKAR KUNING ( Arcangelisia

flava (L.) Merr: MENISPERMACEAE)

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Andria Agusta Zilhadia, M.Si., Apt NIP.196908161994031003 NIP.197308222008012007

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(3)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

BIOTRANSFORMASI BERBERIN OLEH JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN AKAR KUNING (Arcangelisia flava (L.) Merr: MENISPERMACEAE)

Adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi Dengan Judul

BIOTRANSFORMASI BERBERIN OLEH JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN AKAR KUNING (Arcangelisia flava (L.) Merr:

MENISPERMACEAE)

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh:

Nama : Suvrela Artiani NIM : 106102003374

Menyetujui,

Pembimbing

1. Pembimbing I Dr.Andria Agusta ………

2. Pembimbing II Zilhadia,M.Si.,Apt ………

Penguji

1. Ketua Penguji M.Yanis Musdja M.Sc.,Apt ……..………...……

2. Anggota Penguji I M.Yanis Musdja M.Sc.,Apt ……….

3. Anggota Penguji II Ofa Suzanti Betha,M.Si.,Apt ……….………

4. Anggota Penguji III Azrifitria,M.Si.,Apt ……….

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Prof.DR (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp.And

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmaanirrahiim,

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,

rahmat, dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Biotransformasi Beberin Oleh Jamur Endofit Dari Tumbuhan Akar Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr: MENISPERMACEAE)”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan para sahabatnya, semoga kita dapat memperoleh syafaatnya dihari

akhir.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan doa, bantuan,

bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Andria Agusta selaku pembimbing I yang telah banyak mengajarkan

ilmu, memberikan arahan, nasehat, motivasi dan dengan penuh kesabaran

memberikan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian dan menyusun

skripsi. Serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat

melakukan penelitian di Laboratorium Fitokimia, Puslit Biologi LIPI Cibinong.

2. Ibu Zilhadia M.Si., Apt. selaku pembimbing II yang telah mengajarkan ilmu,

memberikan arahan, nasehat, motivasi, dan dengan penuh kesabaran

membimbing selama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Bapak Prof.DR.(hc).dr.M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

4. Bapak Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan telah memberikan kesempatan

penulis untuk melaksanakan penelitian skripsi.

5. Ayahanda H.Abdul Hamid, S.H. dan Ibunda Rasmihandani, S.E. serta

adik-adik tersayang Ina dan Fita yang telah memberikan doa, dukungan moril dan

(6)

v

6. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si.,Apt. selaku pembimbing akademik penulis yang

telah memberikan nasihat dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan di

Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Dosen – dosen beserta karyawan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang penulis hormati yang telah memberikan motivasi, nasehat, mengajarkan

ilmu kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan di

Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Yuliasri, Ibu Hertina, Kak Asep, Kak Toni yang telah membantu penulis

selama melakukan penelitian di Laboratorium Fitokimia, Puslit Biologi LIPI

Cibinong.

9. Eka W, Wida, Syifa, Amalia, Dani, Shobir, Ardian serta teman –teman farmasi angkatan 2006 dan kakak-kakak kelas yang telah banyak memberikan doa,

dukungan selama penulis kuliah dan menyusun skripsi. Dan juga Eka P.P. serta

Baun A.Md.,RO. yang telah banyak memberikan doa, dukungan dan

mengajarkan kesabaran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

10. Yaya, Omi, Dini Fris, Dini Mai, Reza, Emil, Rijal yang telah memberikan doa,

motivasi, serta bantuan selama penulis melakukan penelitian dan menyusun

skripsi.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga bantuan yang diberikan menjadi amal saleh bagi kita semua dan

mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat kepada

siapa saja terutama yang membacanya. Tiada kata terhenti sampai disini karena

ilmu seseorang harus bertambah seiring berjalannya waktu dan penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Terima Kasih.

Jakarta, Juli 2010

(7)

vi

ABSTRAK

BIOTRANSFORMASI BERBERIN OLEH JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN AKAR KUNING (Arcangelisia flava (L.) Merr:

MENISPERMACEAE)

Jamur endofit merupakan kelompok jamur yang hidup di dalam jaringan

tumbuhan seperti akar, batang, dan daun. Jamur endofit memiliki kemampuan

untuk menghasilkan metabolit sekunder dan ada juga yang mampu melakukan

proses biotransformasi suatu senyawa. Jamur endofit AFKR–5 yang diisolasi dari tumbuhan akar kuning (Arcangelisia flava (L.)Merr MENISPERMACEAE) mampu melakukan biotransformasi berberin pada medium GYP. Jamur endofit

AFKR–5 ditumbuhkan dalam medium GYP 5x200 ml selama 4 hari kemudian ditambahkan berberin 5x20 ml dengan konsentrasi 1 mg dalam 1 ml metanol.

Setelah dua minggu kultur jamur kemudian diekstrak menggunakan diklorometan

: metanol = 5:1 kemudian dipartisi dengan n-heksana lalu dikeringkan dengan

rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak sebanyak 210,2 mg. Fraksinasi ekstrak dilakukan dengan kromatografi kolom menggunakan fase diam sephadex

LH-20 dan eluen metanol 90 % sehingga didapatkan satu fraksi yang mengandung

produk biotransformasi dan substrat berberin. Purifikasi lebih lanjut dengan KLT

preparatif (adsorben silica gel 60 F254 dan eluen diklorometan : metanol :

amoniak = 5:3:0,5) menghasilkan dua fraksi (F 1.A dan F 1.B). Produk hasil

biotransformasi terdapat difraksi F 1.A (28,5 mg) dan dianalisis menggunakan

MS.

(8)

vii

ABSTRACT

BIOTRANSFORMATION OF BERBERINE BY ENDOPHYTIC FUNGI FROM AKAR KUNING (Arcangelisia flava (L.) Merr:

MENISPERMACEAE)

Endophytic fungi is a fungi group living inside of plant tissue like roots, stems, and leaves. Endophytic fungi show their ability to produce secondary metabolites. Some of them are able to biotransform a chemical compound into their derivative. Endophytic fungus AFKR-5 isolated from the roots of akar kuning plant (Arcangelisia flava (L.) Merr) is able to perform biotransformation process of berberine in GYP medium. Endophytic fungus AFKR-5 was grown in five erlenmeyer (500 ml) containing 200 ml of GYP medium. After grew for 4 days, 20 ml of berberine (1 mg/ml methanol) was added into cultivation medium. After two weeks, all of fungal culture extracted with dichloromethane: methanol (5:1) and then partitioned with n-hexane, and then dried under reduce pressure to obtain 210.2 mg brownish extract. Furthermore, the extract was subjected into sephadex LH-20 column chromatography (275 ml) dan eluted with methanol 90%. The biotransformation product and berberine containing fraction was further purify through preparative TLC (silica gel 60 F254 adsorbent and eluent dichloromethane:

methanol: ammonia = 5:3:0,5) to yielded F 1.A (28.5 mg) and F 1. B ( 11,9 mg). Biotransformation products was then analyzed by using Mass Spectroscopy.

(9)

viii

2.1.4 Kandungan Kimia Tumbuhan..…….……….

2.1.5 Manfaat dan Kegunaan Tumbuhan...……….

2.2Jamur Endofit...……… ……….

2.3Isolasi Jamur Endofit...……….….

2.4Biotransformasi...………...………..…

4.1Tempat dan Waktu Penelitian……….

(10)

ix

4.3.1.3 Kultivasi Jamur Endofit... 4..3.1.4 Penambahan Substrat Pada Kultur... 4.3.1.5 Monitoring Hasil Biotransformasi ... 4.3.1.6 Ekstaksi Kultur Jamur Endofit... 4.3.2 Scalling Up Proses Biotransformasi.……….………..

4.3.2.1 Pembuatan Medium Kultivasi………... 4.3.2.2 Kultivasi Jamur Endofit AFKR-5 ……….. 4.3.2.3 Penambahan Substrat Pada Kultur Jamur AFKR-5.…… 4.3.2.4 Monitoring Hasil Biotransformasi……… 4.2.3.5 Ekstraksi Kultur Jamur Endofit AFKR-5……….. 4.3.2.6 Partisi Ekstrak Hasil Biotransformasi AFKR-5………… 4.3.2.7 Fraksinasi Hasil Biotransformasi AFKR-5……….……. 4.3.2.8 Purifikasi Produk Biotransformasi………. 4.3.2.9 Karakterisasi Hasil Produk Biotransformasi

Dengan Spektrofotometer Massa………...

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr……… 5 Gambar 2. Struktur senyawa dari (a) berberin, (b) jatorrhizin,

(c) palmatin, (d) kolumbamin………... 7 Gambar 3. Reaksi biotransformasi (-)-epikatekin menjadi

(-)-(2R,3S)-dihidrokuersetin oleh jamur endofit

(Diaporthesp)………. 12

Gambar 4. Reaksi biotransformasi kuinin menjadi kuinin-1-N-oksida

oleh jamur endofit Xylariasp………... 12

Gambar 5. Struktur Kimia Berberin ………. 15

Gambar 6. Profil kromatogram KLT ekstrak diklorometan-metanol dari kultur jamur endofit AFKR-2, 3, 5, dan 13

pada medium GYP dan PDB saat 14 hari penambahan berberin. (fase diam silica gel 60 F254, fase gerak

diklorometan : metanol = 6:1 ditambahkan 1 tetes asam asetat.S=berberin; C=blanko medium; 2,3,5,13=AFKR-2,3, 5,13 (a) sinar UV 254 nm, (b)sinar UV 366 nm

(pada medium GYP),(c) sinar UV 245 nm,

(d) sinar UV 366 nm (pada medium PDB)……… 29

Gambar 7. Profil ktomatogram KLT ekstrak diklorometan – metanol kultur jamur endofit AFKR-5 pada medium GYP. (S = berberin, 1 = AFKR–5 ditambahkan berberin, 2 = AFKR-5 tanpa penambahan berberin),

(a) UV 254 nm, (b) UV 366 nm……… 31 Gambar 8. Jamur endofit AFKR–5 pada medium PDA (a) satu

minggu, (b) dua minggu……… 32

Gambar 9. Kultur jamur endofit AFKR – 5 pada medium glucose yeast-ekstrak pepton (GYP). (a) saat kultivasi, (b) 4 hari kultivasi (sebelum penambahan berberin), (c) 1 hari, (d) 10 hari, (e) 14 hari

(telah ditambahkan berberin)………. 33 Gambar 10.Hasil kromatogram HPLC menggunakan kolom Capcell

pak C-18 (Shiseido 4,5 mm x 260 mm), fase diam air millipore : asetonitril = 90 %: 10%,

laju alir : 1 ml/menit, lama aliran 30 menit,

(12)

xi

penambahan berberin………. 34

Gambar 11.Profil kromatogram KLT kultur jamur endofit AFKR-5 pada medium GYP (a) di bawah sinar UV 254 nm,

(b) di bawah sinar UV 366 nm (10 hari penambahan berberin), (c) di bawah sinar UV 254 nm, (d) di bawah sinar UV 366 nm (14 hari penambahan berberin). S = berberin,

E = ekstrak jamur………. 35 Gambar 12. Profil kromatogram KLT hasil purifikasi fase satu.

Fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak diklrometan

: metanol=6:1 (7 ml) ditambah asam asetat 1 tetes(1-A = atas, 1-B = bawah). (a) UV 254 nm, (b) UV 366 nm,

(c) disemprot dragendroff……… 37

Gambar 13.Hasil spektrum produk biotransformasi

menggunakan spektrofotometer massa MS Water LCT

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil fraksinasi dengan kromatografi kolom dari ekstrak diklorometan–metanol biotransformasi kultur AFKR–5

pada medium GYP ………. 36

Tabel 2. Hasil purifikasi fraksi 1 ekstrak diklorometan – metanol dengan fase gerak diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) ditambah asam

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi medium yang digunakan ……… 43

Lampiran 2. Skema Kerja

2.1 Skrining Biotransformasi ………. 44

2.2 Scalling up Proses Biotransformasi Berberin Oleh

Jamur AFKR-5 ………. 45

2.3 Ekstraksi Hasil Biotransformasi ………. 46

2.4Partisi Ekstrak Hasil Biotransformasi ………. 47 2.5 Fraksinasi,Purifikasi,dan Karakterisasi

Hasil Biotransformasi ………. 47

Lampiran 3. Gambar jamur endofit AFKR–2 ,3 ,5, dan 13

yang digunakan untuk skrining proses biotransformasi………. .. 48 Lampiran 4. Hasil perbesaran spektrum produk biotransformasi

menggunakan MS Water LCT Premier Xe Micromass

Technology ………....… 49

Lampiran 5. Hasil perbersaran spektrum produk biotransformasi menggunakan MS Water LCT Premier Xe Micromass

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Akar kuning atau yang memiliki nama latin Arcangelisia flava (L.)

Merr secara empiris telah banyak digunakan dalam pengobatan alami untuk

mengatasi gangguan pencernaan dan digunakan sebagai pembersih luka

(Unesco, 1998). Tumbuhan ini banyak terdapat di Cina, Thailand, Malaysia,

dan berbagai pulau di Indonesia seperti Kalimantan, Sumatera, dan Jawa

(Unesco, 1998). Telah dilakukan penelitian terhadap tumbuhan kayu kuning

ini dan menunjukkan bahwa infus batang akar kuning memiliki efek antidiare

terhadap tikus putih serta dapat mengurangi kontraksi otot polos usus marmut

(Sa’roni et al., 1995). Salah satu senyawa utama yang terdapat pada batang tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr adalah berberin (Verpoorte et al., 1982).

Berberin merupakan alkaloid berwarna kuning yang terdapat di

akar, batang, rhizoma dari berbagai tanaman seperti Hydrastic canadensis,

Coptis chinensis, Berberis aquifolium, Beberis vulgaris, dan Berberis

aristata. Banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan kegunaan berberin. Berberin menunjukkan aktivitas antimikroba, seperti dalam melawan bakteri,

virus, jamur, serta protozoa (Dharmananda, 2005). Berberin menunjukkan

aktivitas bakterisid terhadap V. cholera pada konsentrasi 35 µg/ml dan

(16)

2

tumor (Issat, et al., 2006). Begitu banyak manfaat berberin dalam kehidupan

sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa ini, salah

satunya dengan mengetahui transformasi dari berberin.

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang tidak bisa lepas dari

kehidupan manusia. Beragam mikroorganisme dapat membantu dalam

kehidupan manusia, salah satunya adalah mikroba endofit. Salah satu dari

mikroba endofit tersebut adalah jamur endofit, yang memiliki kemampuan

untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Seperti pada jamur endofit

Apiospora montagnei yang diisolasi dari Polysiphonia violacea yang mampu menghasilkan senyawa diterpenmirocin, (+)-asam heksilitakonik dalam

medium semisintetik (Klemke et al., 2004). Selain dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder, jamur endofit ada yang memiliki kemampuan

untuk melakukan biotransformasi metabolit sekunder. Seperti pada jamur

endofit Diaporthe sp. dari tumbuhan teh yang dapat melakukan biotransformasi (-)-epigalokatekin-3-O-galat menjadi (-)-2R,3S -dihidromirisetin (Agusta, 2007).

Pada tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr terdapat jamur endofit yang memiliki kemampuan untuk melakukan proses transformasi berberin

menjadi turunannya. Telah dilakukan skrining biotransformasi berberin oleh

16 isolat jamur endofit yang diisolasi dari tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr pada medium GYP. Dari skrining tersebut terdapat beberapa isolat

jamur yang dapat melakukan reaksi transformasi berberin yaitu AFKR-1, 2, 3,

7, 10, 13, 15, dan 16. Dari 8 isolat jamur endofit tersebut, dipilih dua isolat

(17)

3

dan AFKR-3 untuk kemudian ditumbuhkan dalam skala besar pada medium

glucose yeast-extract peptone (GYP) dan potato dextro broth (PDB) (Mahesa, 2009). Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mencari jenis jamur endofit selain AFKR-1,3 dari tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr yang memiliki kemampuan untuk mengubah struktur berberin. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat diketahui

jamur endofit lainnya dari Arcangelisia flava (L.) Merr yang memiliki kemampuan untuk mengubah struktur kimia berberin.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah jamur endofit selain AFKR-1,3 yang diisolasi dari tumbuhan

Arcangelisia flava (L.) Merr dapat melakukan biotransformasi terhadap senyawa berberin?

2. Bagaimanakah kondisi reaksi biotransformasi oleh jamur endofit yang

diisolasi dari tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr?

3. Bagaimana mengisolasi dan mengkarakterisasi produk hasil

biotransformasi berberin?

4. Bagaimana struktur kimia produk biotransformasi berberin?

1.3 Hipotesis

Berberin dapat dibiotransformasi menjadi produk turunannya dengan

(18)

4

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.Menskrining jamur endofit selain AFKR-1,3 yang diisolasi dari

Arcangelisia flava (L.) Merr yang mampu melakukan biotransformasi senyawa berberin.

2.Mengetahui kondisi reaksi biotransformasi oleh jamur endofit yang diisolasi

dari Arcangelisia flava (L.) Merr.

3.Mengetahui bagaimana mengisolasi dan mengkarakterisasi produk hasil

biotransformasi berberin.

4.Mengetahui struktur kimia produk hasil biotransformasi berberin.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

jamur endofit mana yang dapat melakukan biotransformasi berberin pada

suatu kondisi, serta dapat mengetahui bagaimana perubahan struktur kimia

hasil biotransformasi senyawa berberin oleh mikroorganisme jamur endofit

(19)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tumbuhan Akar Kuning ( Arcangelisia flava (L.) Merr )

Gambar 1. Tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr. (www.stuartxchange.com)

2.1.1 Klasifikasi (www.plantamor.com)

Tumbuhan yang secara empiris banyak digunakan untuk mengatasi

gangguan pencernaan ini juga telah dikenal memberikan manfaat dalam

pengobatan secara alami. Secara taksonomi Arcangelisia flava (L.) Merr dapat diklasifikasikan:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

SubKelas : Magnoliidae

(20)

6

Famili : Menispermaceae

Genus : Arcangelisia

Spesies : Arcangelisia flava (L.) Merr

2.1.2 Sinonim (Unesco, 1998)

Arcangelisia lemniscata ( Miers) Becc, Arcangelisia loureiri (Pierre) Diels

2.1.3 Nama daerah Indonesia (Unesco, 1998)

Areuy ki koneng (Sunda), sirawan (Jawa), daun bulan (Maluku)

2.1.4 Kandungan Kimia Tumbuhan

Tumbuhan Archangelisia flava (L.) Merr memiliki berbagai kandungan kimia. Pada batang tumbuhan ini terkandung senyawa furanoditerpen

seperti 6-hydroxyarchangelisin, 2-dehydroarchangelisinol, tynophyloll,

6-hydroxyfibleucin, fibleucin, fibraurin, serta 6-hidroksifibraurin

(Toshinobu et al., 1985). Selain furanoditerpen, pada batang tumbuhan

ini juga terkandung alkaloid seperti berberin, jatorrhizin, palmatin dan

(21)

7

2.1.5 Manfaat dan Kegunaan Tumbuhan

Tumbuhan akar kuning banyak digunakan dalam pengobatan tradisional

untuk mengatasi gangguan saluran cerna, sebagai ekspektoran, serta

tonik. Dekok dari batang tumbuhan ini digunakan untuk mengatasi sakit

kuning, cacingan, serta diare. Selain itu, dekok dari batang tumbuhan

ini dapat digunakan untuk membersihkan luka, koreng. Getah dari

tumbuhan ini diminum untuk mengatasi demam sedangkan bunga dari

tumbuhan ini digunakan untuk mengatasi disentri (Unesco, 1998).

2.2 Jamur Endofit

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang banyak terdapat

di sekitar manusia, ada yang menguntungkan tetapi juga ada yang merugikan.

Seperti Candida albicans, Mycobacterium yang merupakan mikroorganisme

patogen yang dapat merugikan kesehatan manusia. Namun terdapat juga

mikroorganisme yang menguntungkan seperti Lactobacillus sp. yang

membantu dalam pencernaan makanan di dalam usus (Agusta, 2009).

Salah satu dari jenis mikroorganisme adalah jamur. Berdasarkan

(22)

8

tunggal dan jamur yang memiliki banyak sel (Agusta, 2009).Jamur memiliki

berbagai manfaat dalam kehidupan manusia. Seperti dalam penggunaanya

sebagai bahan pangan serta membantu dalam proses pembuatan makanan

seperti jamur tempe (Rhyzopus oryzae) (Agusta, 2009). Selain itu, jamur digunakan sebagai penghasil metabolit sekunder yang dapat digunakan untuk

obat, seperti pada Penicillium yang menghasilkan penisilin yang digunakan sebagai antibiotik (Agusta, 2009).

Salah satu dari jenis jamur yaitu jamur endofit. Endofit berasal dari

Bahasa Yunani, “endo” berarti di dalam dan “fit” berarti tumbuhan (Agusta, 2009). Endofit dapat didefinisikan sebagai koloni organisme hidup tanpa

menimbulkan gejala patogenik pada jaringan internal inangnya, walaupun

pada periode waktu tertentu akan berakibat timbulnya penyakit (Agusta,

2009). Jamur endofit dapat diisolasi dari bagian tumbuhan inangnya seperti

pada batang, akar, daun dan kemudian ditumbuhkan pada media yang sesuai.

Yangmin et al., mengisolasi 80 jamur endofit dari akar, batang, dan daun tumbuhan Eucommia ulmoides(Yangmin et al., 2007). Pada tumbuhan

teh, Camellia sinensis (L.) O.K., berhasil diisolasi 6 jenis jamur endofit (Agusta, 2007). Pada tumbuhan anggrek, Lepanthes, juga berhasil diisolasi

jamur endofit Xylaria sp. dan Rhizoctonia (Bayman et al., 1996). Dari daun tumbuhan pandan wangi (Pandanus amarylifolius) telah berhasil diisolasi 2 isolat jamur endofit yang merupakan Drechslera sp. dan Colletotricum sp.,

sedangkan dari akar tumbuhan tersebut berhasil diisolasi 7 isolat jamur

(23)

9

Berbagai manfaat telah diperoleh dari jamur endofit, seperti

penggunaanya sebagai biokontrol patogen pada Theobroma cacao (Meji’a, et al.,2008). Ekstrak etil asetat dari jamur endofit PWA2 memperlihatkan

aktivitas dalam menghambat Saccharomyces cerevisiae (Jamal et al., 2009). Dua puluh enam isolat jamur endofit yang diisolasi dari tumbuhan di bagian

utara Thailand memiliki kemampuan untuk memproduksi enzim selulase

(Lumyong et al., 2002). Jamur endofit CR200 (Cytospora sp.) dan CR146 (Diaporthe sp.) yang diisolasi dari Conocarpus erecta dan Forstenia spiccata

menghasilkan senyawa sitosporon yang menunjukkan aktivitas sebagai

antibiotik (Brady et al., 2000).

Jamur endofit juga dapat menghasilkan metabolit sekunder dengan

beragam aktivitas biologi. Jamur endofit dapat menghasilkan metabolit

sekunder lebih banyak dibandingkan mikroba endofit lainnya (Zhang et al.,

2006). Berbagai golongan metabolit sekunder yang dihasilkan seperti

alkaloid, steroid, terpenoid, turunan isokumarin, kuinon, dan senyawa lainnya

( Zhang et al., 2006). Brady et al., 2000, telah berhasil mengisolasi sitoskirin

dari jamur endofit Cytospora yang diisolasi dari batang tumbuhan

Conocarpus erecta. Diaporthe sp. isolat E dapat memproduksi metabolit

bisantrakinon, yaitu (+)-2,2’ – episitoskirin dan (+) -1,1’ – bislunatin dalam medium cair potato dextro broth (PDB) (Agusta et al., 2006).

Selain itu, potensi jamur endofit telah banyak diketahui seiring

dengan dilakukannya penelitian yang membuktikan kemampuannya dalam

(24)

10

senyawa flavan-3-ol dari tanaman teh menjadi leukoantosianidin (Agusta,

2007) .

2.3 Isolasi Jamur Endofit

Satu jenis tumbuhan dapat memiliki berbagai jenis jamur endofit.

Jamur endofit dapat terdapat di akar, batang, atau daun dari suatu tumbuhan.

Untuk memperoleh jamur endofit dari suatu tumbuhan, dilakukanlah suatu

teknik isolasi. Isolasi jamur endofit dari tumbuhan dapat dilakukan dengan

cara (Jamal et al,. 2009) :

1.Bagian tumbuhan seperti daun, batang, atau akar dicuci dengan air sampai

bersih, lalu dipotong–potong dengan ukuran panjang tertentu. Misalnya pada isolasi jamur endofit dari daun pandan wangi, daun dipotong sekitar

5–7 cm.

2.Permukaan daun yang telah dipotong selanjutnya disterilisasi dengan

merendamnya dalam 75 % etanol selama 2 menit, 5,3 % natrium hipoklorit

selama 5 menit dan kembali dengan 75 % etanol selama setengah menit.

3.Bagian tumbuhan yang telah disterilkan permukaannya kemudian dipotong

memanjang sekitar 0,5 cm.

4.Potongan daun tadi kemudian diletakkan di atas medium corn-meal malt

agar (CMMA) yang mengandung kloramfenikol dengan konsentrasi 0,05 mg/ml.

5.Selanjutnya diinkubasi pada suhu 27 oC selama 1 – 2 minggu.

6.Setelah tumbuh, setiap koloni jamur selanjutnya dipindah beberapa kali ke

(25)

11

Untuk mengidentifikasi isolat jamur endofit tersebut dapat dilakukan

dengan mengamati ciri dan karakter morfologi baik secara makroskopis

maupun mikroskopis dari koloni jamur yang ditumbuhkan di atas PDA pada

suhu ruang. Secara makroskopis karakter jamur yang dapat diamati seperti

warna, permukaan koloni, serta tekstur. Sedangkan pengamatan secara

mikroskopis dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop untuk mengamati

pigmentasi hifa, bentuk dan ornamentasi tangkai spora.

2.4 Biotransformasi

Biotransformasi merupakan suatu proses dimana suatu senyawa

dapat berubah menjadi senyawa lainnya (Borge, 2007). Pada proses ini

digunakan mikroorganisme untuk membantu mengubah senyawa tersebut

(Borge,2007).Mikroorganisme yang telah banyak diteliti karena

kemampuaannya dalam mentransformasikan senyawa kimia yaitu jamur

endofit. Seperti yang dilakukan oleh jamur endofit Diaporhe sp. E yang diisolasi dari tanaman teh yang berparasit dengan Scurrula atopurpurea,

mampu melakukan biotransformasi terhadap senyawa (-)-epikatekin menjadi

senyawa (-)-(2R,3R,4R0-3,4,5,7,3’,4’ heksahidroksiflavan (Agusta et al., 2005).

Selain itu, jamur endofit Diaporthe sp. E juga mampu melakukan biotransformasi senyawa (-)-epikatekin menjadi (-)-(2R,3S)-dihidrokuersetin

(26)

12

Gambar 3. Reaksi biotransformasi (-)-epikatekin menjadi (-)-(2R,3S)-dihidrokuersetin oleh jamur endofit (Diaporthe sp.).

Jamur Xylaria sp yang diisolasi dari Cinchona pubescens dalam medium potato dextrose broth (PDB) dapat melakukan transformasi empat bentuk alkaloid kina yaitu kuinin hidroklorida, kuinidin hidroklorida,

kinkonidin hidroklorida, dan kinkonin hidroklorida dengan melakukan

pemasukan atom oksigen pada posisi 1-N atom alkaloid kina (Shibuya et al.,

2003).

(27)

13

Pada proses biotransformasi Xylaria sp. ini diperlihatkan mekanisme

reaksi yang menarik. Penambahan substrat kina dalam jumlah besar (20 mg)

ke dalam 200 ml kultur jamur Xylaria sp. berumur 3 hari gagal menghasilkan

produk biotransformasi. Sedangkan penambahan substrat dalam jumlah kecil

(2 mg) ke dalam kultur jamur berumur 1 hari dan kemudian dilanjutkan

penambahan 20 mg substrat pada hari ketiga dan diinkubasi pada suhu 27 oC,

selama 20 hari berhasil menghasilkan produk biotransformasi. Mekanisme

reaksi tersebut mengindikasikan bahwa jamur endofit memerlukan stimulasi

sejumlah kecil substrat untuk mengaktifkan sistem enzimatik untuk

melakukan reaksi pemasukan atom oksigen pada posisi 1-N- pada molekul

kina alkaloid. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa proses

biotransformasi juga dipengaruhi jumlah penambahan substrat ke dalam

kultur jamur endofit.

Contoh lainnya dari proses biotransformasi yaitu pada jamur endofit

Diaporthe sp. isolat E yang diisolasi dari tanaman teh, Camellia sinensis (L.) O.K. yang dapat mengubah senyawa flavan-3-ol dari tanaman teh menjadi

leukoantosianidin dan reaksi biotransformasi ini bersifat selektif terhadap

struktur ruang dari molekul substrat dengan konfigurasi 2R-fenil tersubstitusi

yang merupakan tipe alami dari flavan-3-ol dalam tumbuhan teh (Agusta,

2007). Salah satu senyawa flavan-3-ol yang ditransformasi oleh Diaporthe sp. isolat E yaitu (-)-epigalokatekin-3-O-galat menjadi

(-)2R,3R,4R-leukodelfinidin dengan kemampuan biotransformasi sebesar 43% (Agusta,

(28)

14

Dalam proses biotransformasi, jamur endofit memiliki enzim untuk

mengkatalisasi reaksi biotransformasi komponen kimia tumbuhan inangya

dalam medium semisintetis (Agusta, 2009). Reaksi biotransformasi juga

dipengaruhi oleh medium dimana jamur endofit dikulturkan. Reaksi

biotransformasi akan berjalan jika menggunakan medium yang sesuai untuk

pertumbuhan optimal dalam memproduksi enzimnya, karena pertumbuhan

dan kerja jamur juga dipengaruhi nutrisi yang terkandung dalam nutrisi

tempatnya dikulturkan ( Shibuya et al.,2003 ).

Proses biotransformasi juga dipengaruhi lingkungan seperti udara,

cahaya, dan suhu. Seperti pada proses biotransformasi (-)-EGCG oleh fungi

endofit Diaporthe sp. isolat E yang pada reaksi tahap ketiga (oksidasi lanjutan pada atom C-4 untuk membentuk gugus karbonil) sensitif terhadap perubahan

lingkungan dimana pada kondisi gelap berhasil dibentuk suatu produk

sedangkan pada kondisi terang tidak (Agusta, 2009) .

Selain dengan mikroorganisme, terdapat suatu proses

biotransformasi yang dilakukan oleh kultur sel. Seperti kultur sel dari

tanaman Papaver somniferum yang mampu mengubah senyawa (+)-(S)-retikulin menjadi (-)-(S)-(+)-(S)-retikulin serta (-)-(S)-cheilanthifolin (Furuya et al.,

1978).

2.5 Berberin

Berberin temasuk ke dalam golongan alkaloid yang telah banyak

digunakan dalam pengobatan Cina dan Ayurveda. Berberin digunakan

sebagai obat trakoma, antiradang, antidepresan, antioksidan, antidiabetes, anti

(29)

15

telah dilakukan untuk membuktikan manfaat dari berberin yang diisolasi dari

tanaman Arcangelisia flava (L.) Merr, seperti kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri Babesia gibsoni pada konsentrasi 10

µg/mL dan 100 µg/ml (Subeki et al., 2005). Berberin juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Diplococcus pneumonia, Salmonella typhosa, Neisseria gonorrhoeae (Unesco, 1998). Penelitian lain menunjukkan

bahwa berberin yang diisolasi dari tanaman Berberis heterophylla

menunjukkan aktivitas secara in vitro dan in vivo dalam menghambat

Candida albicans (Freile et al., 2006).

o

o N

OCH3

OCH3

+

Gambar 5. Struktur Kimia Berberin.

Penelitian juga dilakukan untuk membuktikan kemampuan

berberin dalam mengobati penyakit kardiovaskular karena dapat menurunkan

(30)

16

BAB III

KERANGKA KONSEP

Skrining jamur endofit yang mampu melakukan reaksi biotransformasi

Jamur endofit AFKR-2, 3, 5, 13 yang diisolasi dari

Arcangelisia flava (L.) Merr

Kultur jamur endofit dengan penambahan

berberin pada medium tumbuh GYP,PDB

Scaling up proses biotransformasi

Ekstraksi Hasil Biotransformasi

Fraksinasi ekstrak

Purifikasi fraksi satu

Karakterisasi produk biotransformasi Jamur endofit AFKR-5

(31)

17

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

4.1.1 Tempat :

Penelitian Biotransformasi Berberin Oleh Jamur Endofit Dari

Tumbuhan Akar Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr: MENISPERMACEAE) dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia,

Puslit Biologi LIPI Cibinong.

4.1.2 Waktu :

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai dengan

Juni 2010.

4.2 Alat dan Bahan

4.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotary evaporator,

labu evaporator, Vortex Sibata, syringe drivenfilter unit (Millex GP) ukuran 0,20 µm, vial, UV cabinet, chamber, cawan petri, timbangan

analitik, lemari asam, pipa kapiler, corong, corong pisah, pipet tetes,

erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet takar, laminar airflow, autoklaf, shaker, kolom kromatografi, MS Water LCT Premier Xe

Micromass Technology, HPLC Shimadzu LC-20 AB, dan pipet

mikro.

4.2.2 Bahan Uji

(32)

18

4.2.3 Bahan Kimia

Bahan–bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah plat KLT (silica gel 60 F254), sephadex LH–20, kolom Capcell Pak C-18

(Shiseido 4,5 mmx260 mm), asetonitril, air millipore, metanol, aquadest, diklorometan, n-heksana, asam asetat glasial, reagen

dragendroff, reagen serium, air sumur, medium glucose yeast-extract peptone (GYP), medium potato dextro broth (PDB), medium potato dextrose agar (PDA) (komposisi medium dapat dilihat pada lampiran

1), dan gas N2.

4.3 Prosedur Kerja

4.3.1 Skrining Biotransformasi Berberin

4.3.1.1 Isolat Jamur

Jamur yang digunakan adalah 4 isolat jamur endofit yang

diisolasi dari tanaman akar kuning, yaitu AFKR–2, 3, 5, dan 13.

4.3.1.2 Pembuatan Medium Kultivasi

Medium GYP dibuat dengan melarutkan 2,5 gram pepton, 0,5

gram yeast extract, 10 gram glukosa, 0,25 gram KH2PO4,

0,25 gram MgSO4.7H2O, 5 mg FeSO4.7H2O, 0,1 gram

CaCO3 ke dalam 500 ml air sumur. Setelah semua komponen

larut, bagi medium tersebut ke dalam erlenmeyer 300 ml

masing-masing sebanyak 100 ml sesuai jumlah isolat jamur

(33)

19

disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C selama

20 menit.

Medium PDB dibuat dengan melarutkan 12 gram PDB ke

dalam 500 ml air sumur. Setelah semua komponen larut,

medium tersebut dibagi ke dalam lima erlenmeyer 300 ml

masing–masing sebanyak 100 ml kemudian ditutup dengan aluminium foil. Semua erlenmeyer berisi medium kemudian

disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 0C selama 20

menit.

4.3.1.3 Kultivasi Jamur Endofit

Seluruh isolat jamur yang ditumbuhkan pada medium PDA

dipotong kecil kurang lebih 0,5x0,5 cm kemudian diambil

sebanyak 4 potong lalu jamur tersebut dipindahkan ke dalam

medium GYP dan PDB yang telah disterilkan dan

didinginkan. Satu erlenmeyer disiapkan sebagai blanko

dengan hanya berisi medium GYP dan PDB. Pengerjaan

kultivasi jamur endofit dilakukan dalam keadaan steril di

dalam laminar airflow. Medium GYP dan PDB yang telah

berisi jamur endofit kemudian diinkubasi dengan shaker pada suhu 27 0C dengan kecepatan 120 rpm selama 4 hari.

4.3.1.4 Penambahan Substrat Pada Kultur

Penambahan substrat berberin dilakukan setelah kultur

berumur 4 hari. Substrat yang ditambahkan pada kultur

(34)

20

metanol. Kemudian larutan tersebut disaring dengan

menggunakan syringe Millex GP dengan diameter pori 0,20 µm dalam keadaan steril.

Larutan berberin yang telah disterilkan tersebut dipipet

sebanyak 10 ml dengan konsentrasi berberin 1 mg dalam 1

ml metanol, kemudian masing–masing dimasukkan ke dalam kultur jamur endofit dan blanko. Kemudian kultivasi

dilanjutkan dengan menginkubasi menggunakan shaker pada

suhu 27 0C dengan kecepatan 120 rpm.

4.3.1.5 Monitoring hasil biotransformasi

Biotransformasi dimonitoring untuk memantau apakah telah

terjadi biotransformasi berberin dengan cara pengambilan

sampel terhadap kultur jamur endofit yang telah ditambahkan

substrat berberin. Sampling pertama dilakukan setelah 1 hari

penambahan berberin pada kultur jamur endofit.

Erlenmeyer yang berisi blanko dan kultur jamur endofit

dalam medium GYP dan PDB yang telah ditambahkan

substrat berberin dipipet kira–kira 5 ml dan kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu tambahkan

dengan diklorometan : metanol = 5:1 sebanyak 5 ml,

kemudian dikocok dengan vortex dan didiamkan 10 menit

sehingga akan terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah tersebut

kemudian dipipet dan dipindahkan ke labu evaporator dan

(35)

21

ekstrak kental. Ekstrak kemudian dianalisis dengan KLT

(fase diam silica gel 60 F245 dan fase gerak diklorometan :

metanol = 6:1 (7 ml) yang ditambahkan asam asetat glasial 1

tetes). Noda yang muncul diamati di bawah sinar UV pada

panjang gelombang 254 nm dan 366 nm kemudian disemprot

dengan reagen dragendroff.

Pengambilan sampel dilakukan pada 1 hari, 2 hari, 3 hari, dan

7 hari setelah penambahan berberin.

4.3.1.6 Ekstraksi Kultur Jamur Endofit

Ekstraksi kultur jamur endofit dalam medium GYP dan PDB

dilakukan 14 hari setelah penambahan berberin ke kultur

jamur dengan pelarut diklorometan : metanol = 5:1. Ekstraksi

dilakukan dengan corong pisah dan diambil lapisan bawah

kemudian dikeringkan dengan rotary evaporator. Ekstrak yang telah dikeringkan lalu ditimbang. Setelah itu, ekstrak di

analisis menggunakan KLT dengan fase diam silica gel 60

F254 dan fase gerak diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) dan

ditambahkan asam asetat glasial 1 tetes. Noda yang muncul

diamati dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm

dan 366 nm kemudian disemprot dengan reagen dragendroff.

4.3.2 Scalling up Proses Biotransformasi 4.3.2.1 Pembuatan Medium Kultivasi

Medium GYP dibuat dengan melarutkan 5 gram pepton, 1

(36)

22

gram MgSO4.7H2O, 10 mg FeSO4.7H2O, 0,2 gram CaCO3

ke dalam 1000 ml air sumur. Setelah semua komponen larut,

bagi medium tersebut ke dalam erlenmeyer masing–masing sebanyak 200 ml dalam erlenmeyer 500 ml sesuai jumlah

isolat jamur kemudian tutup dengan aluminium foil. Kelima

erlenmeyer berisi medium disterilkan dengan autoklaf pada

suhu 121 0C selama 20 menit.

4.3.2.2Kultivasi jamur endofit AFKR-5

Jamur endofit AFKR-5 yang ditumbuhkan pada medium

PDA dipotong kecil kurang lebih 0,5 x 0,5cm dan diambil

sebanyak 4 buah kemudian dimasukkan ke dalam medium

GYP yang telah disterilkan dan didinginkan. Pengerjaan

kultivasi jamur endofit dilakukan dalam keadaan steril di

dalam laminar airflow. Medium yang telah berisi jamur endofit diinkubasi menggunakan shaker pada suhu 27 0C dengan kecepatan 120 rpm selama 4 hari.

4.3.2.3 Penambahan substrat pada kultur jamur endofit AFKR-5

Penambahan substrat berberin dilakukan seperti saat skrining.

Substrat yang akan ditambahkan pada kultur dibuat dengan

menambahkan 100 mg berberin ke dalam 100 ml metanol.

Kemudian larutan tersebut disaring dengan menggunakan

(37)

23

Larutan berberin steril dengan konsentrasi 1 mg/ml dipipet

sebanyak 20 ml kemudian dimasukkan ke dalam setiap kultur

jamur endofit. Kultivasi dilanjutkan dengan menginkubasi

medium menggunakan shaker hingga hari ke-14.

4.3.2.4 Monitoring hasil biotransformasi

Biotransformasi dimonitoring untuk memantau apakah telah

terjadi biotransformasi berberin dengan cara melakukan

pengambilan sampel terhadap kultur jamur endofit pada hari

ke-10 setelah penambahan berberin.

Kultur jamur endofit dalam medium GYP saat 10 hari setelah

penambahan substrat berberin dipipet sebanyak ± 5 ml dan

kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu

tambahkan dengan diklorometan : metanol = 5:1 sebanyak ±

5 ml, kemudian dikocok menggunakan vortex dan didiamkan beberapa menit sehingga akan terbentuk dua lapisan. Lapisan

bawah tersebut kemudian dipipet dan dipindahkan ke labu

evaporator kemudian dikeringkan.

Ekstrak kemudian dianalisis dengan KLT (fase diam silica

gel 60 F254 dan fase gerak diklorometan : metanol = 6:1 (7

ml) yang ditambahkan asam asetat glasial 1 tetes). Noda yang

muncul diamati di bawah sinar UV pada panjang gelombang

254 nm dan 366 nm. Selain dengan KLT, hasil

penyamplingan ini juga dianalisis menggunakan HPLC

(38)

24

x 250 mm) , fase gerak air millipore : asetonitril = 90 % : 10

%, laju alir 1 ml/menit, lama aliran 30 menit, detektor UV

dengan panjang gelombang 266 nm.

4.3.2.5 Ekstraksi kultur jamur endofit AFKR-5

Kultur jamur endofit setelah 14 hari penambahan berberin

dikecilkan ukurannya menggunakan spatula. Kemudian

kultur tersebut diekstrak menggunakan diklorometan :

metanol = 5:1. Sebanyak ± 50 ml pelarut campur dimasukkan

ke dalam kultur jamur, kemudian dikocok menggunakan

magnetic stirer selama 10 menit. Setelah itu,jamur dipisahkan

dengan filtrat menggunakan saringan. Proses ini diulang

sebanyak 3 kali. Hasil saringan filtrat merupakan ekstrak

yang kemudian dikeringkan lalu ditimbang kemudian

dianalisis dengan KLT (fase diam silica gel 60 F254 dan eluen

diklrometan : metanol = 6:1 (7 ml) yang ditambah 1 tetes

asam asetat glasial). Noda yang muncul diamati di bawah

sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.

Selain dengan KLT, hasil pengambilan sampel ini juga

dianalisis menggunakan HPLC dengan kondisi HPLC =

Capcell Pak C-18 (Shiseido 4,6 mm x 250 mm) , fase gerak

air millipore : asetonitril = 90 % : 10 %, laju alir 1 ml/menit,

lama aliran 30 menit, detektor UV dengan panjang

(39)

25

4.3.2.6 Partisi ekstrak hasil biotransformasi

Ekstrak kental hasil ekstraksi dilarutkan dengan metanol

kemudian dipartisi menggunakan n-heksan. Partisi ini

dilakukan dengan corong pisah sehingga kemudian

didapatkan dua lapisan (lapisan atas air, lapisan bawah

diklorometan) dan diambil lapisan bawah. Lapisan bawah

tersebut kemudian dikeringkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kental yang didapat kemudian dianalisis

dengan KLT (fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak

diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) yang ditambahkan asam

asetat glasial 1 tetes). Noda yang muncul diamati dibawah

sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm

kemudian disemprot dengan reagen serium.

4.3.2.7 Fraksinasi hasil biotransformasi AFKR-5

Ekstrak hasil partisi difraksinasi dengan menggunakan kolom

kromatografi dengan fase diam sephadex LH–20 (volume 275 ml) dan fase gerak metanol 90%. Hasil fraksinasi

ditampung dengan tabung reaksi dan setiap tabung dicek

dengan analisis KLT (fase diam silica gel 60 F254 dan fase

gerak diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) ditambah asam

asetat glasial 1 tetes). Noda yang muncul diamati di bawah

sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm

kemudian disemprot dengan pereaksi dragendroff. Isi

(40)

26

kromatogram KLT digabungkan menjadi satu fraksi. Tabung

3-6 digabung menjadi fraksi satu. Tabung 7-8 digabung

menjadi fraksi dua dan tabung 9-11 digabungkan menjadi

fraksi tiga.

4.3.2.8 Purifikasi produk biotransformasi AFKR - 5 fraksi 1

Ketiga fraksi yang diperoleh dari fraksinasi menggunakan

kromatografi kolom kemudian dianalisis dengan KLT (fase

diam silica gel 60 F254 dan fase gerak diklorometan : metanol

= 6 : 1 (7 ml) dan ditambah asam asetat glasial 1 tetes). Noda

yang muncul diamati di bawah sinar pada panjang gelombang

UV 254 nm dan 366 nm kemudian disemprot dragendroff.

Fraksi satu kemudian dipurifikasi menggunakan KLT

preparatif dengan fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak

diklorometan : metanol : amoniak 25 % = 5:3:0,5 . Noda

yang muncul diamati di bawah sinar UV pada panjang

gelombang 254 nm dan 366 nm. Setelah itu noda tersebut

dikerok kemudian dilarutkan dengan diklorometan dan

metanol, kemudian disaring dengan menggunakan kertas

saring. Hasil saringan yang didapatkan dikeringkan dan

kemudian dianalisis dengan KLT menggunakan fase gerak

diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) dengan ditambahkan

asam asetat glasial 1 tetes. Noda yang muncul diamati di

bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366

(41)

27

4.3.2.9 Karakterisasi produk hasil biotransformasi dengan MS

Senyawa hasil biotransformasi berberin dianalisis

menggunakan MS Water LCT Premier Xe Micromass

(42)

28

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Skrining Biotransformasi Berberin

Dengan dilakukannya skrining biotransformasi berberin ini, dapat

dilihat kemampuan dari 4 isolat jamur endofit dalam melakukan proses

biotransformasi dalam medium GYP dan PDB. Monitoring terhadap proses

biotransformasi oleh jamur endofit tersebut dilakukan dengan cara melakukan

penyamplingan setelah 1 hari, 2 hari, 3 hari dan 7 hari penambahan berberin

ke dalam kultur jamur endofit. Proses transformasi diamati dengan

melakukan analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terhadap ekstrak kultur

jamur. KLT tersebut kemudian dielusi dengan menggunakan fase gerak

diklorometan : metanol = 6:1 dan ditambahkan 1 tetes asam asetat glasial.

Namun hingga penyamplingan hari ke-7, kromatogram hasil KLT belum

menampakkan terjadinya reaksi biotransformasi. Reaksi biotransformasi baru

terlihat pada ekstrak kultur jamur pada 14 hari penambahan berberin (gambar

6).

Hasil skrining memperlihatkan bahwa reaksi biotransformasi terjadi

pada kultur jamur endofit AFKR-5 dan AFKR-13 pada medium GYP.

Sedangkan pada jamur endofit yang dikultivasi pada medium PDB tidak

memperlihatkan berjalannya reaksi biotransformasi. Berikut adalah profil

(43)

29

a b

c d

Gambar 6. Profil kromatogram KLT (fase diam silica gel 60 F254, fase gerak

diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) ditambah 1 tetes asam asetat glasial) ekstrak diklorometan-metanol dari kultur jamur endofit AFKR-2, 3, 5, dan 13 pada medium GYP dan PDB saat 14 hari penambahan berberin. (fase diam silica gel 60 F254, fase gerak

diklorometan : metanol = 6:1 ditambahkan 1 tetes asam asetat.S=berberin; C=blanko medium; 2,3,5,13=AFKR-2,3,5,13. (a) sinar UV 254 nm, (b)sinar UV 366 nm (pada medium GYP),(c) sinar UV 245 nm, (d) sinar UV 366 nm (pada medium PDB)

Dari hasil skrining yang dilakukan terhadap 4 isolat jamur endofit

dari akar kuning terlihat bahwa AFKR–5 dan AFKR-13 pada medium GYP dapat melakukan reaksi biotransformasi terhadap berberin. Hasil skrining ini

juga memperlihatkan berbedanya kemampuan setiap jamur endofit dalam

mentransformasikan senyawa berberin bergantung pada medium kultur. Hal

tersebut terlihat pada hasil noda dari hasil skrining dimana jamur endofit produk

(44)

30

AFKR–5 dan AFKR–13 mampu melakukan biotransformasi pada medium GYP sedangkan jamur–jamur endofit tersebut tidak memperlihatkan kemampuan biotransformasi pada medium PDB. Medium kultur yang

berbeda akan memberikan hasil biotransformasi yang berbeda dimana

medium memberikan pengaruh nutrisi yang diterima oleh jamur endofit,

sehingga medium kultur jamur yang berbeda akan memperoleh nutrisi yang

berbeda pula.

Hasil skrining yang dilakukan memperlihatkan bahwa jamur endofit

AFKR–5 dan AFKR–13 pada medium GYP dapat melakukan biotransformasi berberin. Oleh karena itu dilakukanlah scalling up reaksi biotransformasi

berberin dengan salah satu isolat jamur endofit yang dapat melakukan reaksi

biotransformasi yaitu AFKR-5 pada medium GYP. Dari hasil KLT saat

skrining biotransformasi (gambar 6) AFKR-5 memperlihatkan noda produk

hasil biotransformasi yang lebih besar dibandingkan dengan AFKR–13. Untuk membuktikan bahwa senyawa produk biotransformasi tidak

dihasilkan oleh jamur endofit AFKR–5 sebagai metabolit sekunder jamur tersebut dilakukan dengan bantuan analisis KLT. Hal tersebut dilakukan

dengan membandingkan KLT dari kultur jamur AFKR–5 yang ditambahkan berberin dengan kontrolnya yaitu yang tidak ditambahkan berberin (Gambar

7). Hasil KLT tersebut memperlihatkan bahwa jamur endofit AFKR–5 pada medium GYP tidak menghasilkan produk hasil biotransformasi. Noda yang

(45)

31

memperlihatkan bahwa senyawa hasil biotransformasinya bersifat relatif lebih

nonpolar dibandingkan berberin.

a b

Gambar 7. Profil ktomatogram KLT (fase diam silica gel 60 F254, fase gerak

diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) ditambah 1 tets asam asetat glasial) ekstrak diklorometan – metanol kultur jamur endofit AFKR-5 pada medium GYP. (S = berberin, 1 = AFKR–5 ditambahkan berberin, 2 = AFKR-5 tanpa penambahan berberin), (a) UV 254 nm, (b) UV 366 nm.

5.2 Profil Jamur AFKR– 5

Jamur endofit AFKR–5 diisolasi dari tumbuhan akar kuning. Jamur ini kemudian ditumbuhkan pada medium potato dextrose agar (PDA). Hasil pengamatan secara makroskopis terhadap jamur endofit AFKR-5 akan

membentuk miselium berwarna putih setelah 4 hari ditumbuhkan pada

medium PDA. Saat satu minggu terbentuk miselium yang lebih banyak dan

pada minggu kedua terlihat miselium berwarna kuning (gambar 8) yang

kemungkinan merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur

endofit AFKR-5.

produk

(46)

32

a b

Gambar 8. Jamur endofit AFKR–5 pada medium PDA (a) satu minggu, (b) dua minggu.

5.3 Scalling Up AFKR-5 pada medium Glucose-Yeast Extract-Pepton (GYP)

Pada scalling up proses biotransformasi berberin, isolat jamur endofit

yang digunakan adalah jamur endofit AFKR-5 pada medium GYP. Sesuai

dengan skrining yang dilakukan terhadap 4 isolat jamur endofit, jamur endofit

AFKR–5 dan AFKR-13 pada medium GYP memperlihatkan spot produk biotransformasi. Namun pada hasil KLT terlihat, spot hasil biotransformasi

yang dihasilkan jamur endofit AFKR-5 lebih besar dibandingkan dengan

AFKR-13 sehingga pada saat scalling up digunakan jamur endofit AFKR-5 (gambar 6).

Untuk tujuan isolasi dan karakterisasi produk biotransformasi tersebut,

maka dilakukan kultur jamur endofit AFKR-5 pada skala lebih besar, yaitu

5x200 ml di dalam erlenmeyer 500 ml. Kultur jamur yang telah berumur 4

hari terlihat terbentuk seperti filamen berwarna putih yang banyak (Gambar

(47)

33

a b c

d e

Gambar 9. Kultur jamur endofit AFKR – 5 pada medium glucose yeast-ekstrak pepton (GYP). (a) saat kultivasi, (b) 4 hari kultivasi (sebelum penambahan berberin), (c) 1 hari (d) 10 hari (e) 14 hari (telah ditambahkan berberin).

Pada hari ke-10 penambahan berberin dilakukan penyamplingan untuk

mengamati terjadinya proses biotransformasi. Hasil penyamplingan kemudian

diekstrak dengan diklorometan-metanol (5:1) dan kemudian dianalisis dengan

HPLC dan KLT. Dari hasil kromatogram HPLC terlihat puncak berberin

masih tinggi (10C) dan dari hasil kromatogram KLT terlihat berberin dan

ekstrak kultur menunjukkan noda yang sama (gambar 11a,b). Saat 14 hari

penambahan berberin pada kultur jamur endofit AFKR-5, dilakukan ekstraksi

(48)

34

Gambar 10. Hasil kromatogram HPLC menggunakan kolom Capcell pak C-18 (Shiseido 4,5 mm x 260 mm), fase diam air millipore : asetonitril = 90 %: 10%, laju alir : 1 ml/menit, lama aliran 30 menit, detektor UV λ 266 nm. (A) jamur endofit AFKR-5 tanpa penambahan berberin, (B) standar berberin, (C) kultur jamur 10 hari setelah penambahan berberin, (D) kultur jamur 14 hari setelah penambahan berberin.

(49)

35

a b c d

Gambar 11. Profil kromatogram KLT (fase diam silica gel 60 F254, fase

gerak diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) ditambah 1 tets asam asetat glasial) kultur jamur endofit AFKR-5 pada medium GYP (a) di bawah sinar UV 254 nm, (b) di bawah sinar UV 366 nm (10 hari penambahan berberin), (c) di bawah sinar UV 254 nm, (d) di bawah sinar UV 366 nm (14 hari penambahan berberin). S = berberin, E = ekstrak jamur.

Dari hasil kromatogram HPLC saat penyamplingan hari ke-10

penambahan berberin (gambar 10C) dengan kromatogram setelah 14 hari

penambahan berberin (gambar 10D) terlihat hasil yang berbeda. Pada 14 hari

penambahan berberin terjadi penurunan puncak berberin, dipihak lain terjadi

kemunculan puncak baru (gambar 10D). Puncak baru yang muncul pada 14

hari penambahan berberin merupakan produk hasil biotransformasi berberin.

Hal ini diperkuat dengan hasil KLT (11c,d) saat 14 hari penambahan berberin

yang memperlihatkan telah terdapatnya produk hasil biotransformasi.

Hasil ekstrak kultur jamur endofit AFKR–5 setelah diekstraksi dan dianalisis dengan HPLC dan KLT kemudian dipartisi dengan n–heksana untuk menghilangkan lemak agar mudah difraksinasi. Setelah dipartisi

ekstrak ini kemudian dikeringan dengan rotary evaporator lalu ditimbang dan diperoleh ekstrak sebanyak 210,2 mg. Ekstrak ini kemudian difraksinasi

produk

(50)

36

menggunakan kromatografi kolom dengan fase diam sephadex–LH 20 dan fase gerak metanol 90 % sehingga diperoleh tiga fraksi.

Tabel 1. Hasil fraksinasi dengan kolom kromatografi (fase diam sephadex

LH-20, fase gerak methanol 90%) dari ekstrak diklorometan– metanol biotransformasi kultur AFKR–5 pada medium GYP.

Fraksi Tabung Warna Fraksi Berat ( mg )

1 3,4,5,6 Coklat 36,6

2 7,8 Kuning tua 21,1

3 9,10,11 Kuning muda 30,5

Untuk mengetahui di fraksi mana senyawa hasil biotransformasi berberin

maka dilakukan KLT terhadap fraksi–fraksi tersebut dengan membandingkannya terhadap berberin murni. Dari hasil KLT, fraksi satu

memiliki kandungan hasil biotransformasi berberin.

Fraksi satu tersebut kemudian dipurifikasi kembali dengan

menggunakan KLT preparatif dengan fase gerak diklorometan : metanol :

amoniak 25 % = 5 : 3 : 0,5 sehingga diperoleh 2 fraksi, yaitu 1 – A dan 1 - B. Fraksi 1 - A merupakan hasil biotransformasi berberin sedangkan fraksi 1 - B

merupakan substrat berberin yang tidak dikonversi oleh jamur endofit

AFKR-5. Hal tersebut terlihat dari noda pada plat KLT (gambar 12). Selain itu, nilai

Rf antara fraksi 1-B dengan Rf berberin sama yaitu 0,31 sedangkan Rf fraksi

1-A yaitu 0,40. Hasil yang didapatkan setelah purifikasi menghasilkan 28,5

mg produk utama yang berarti kemampuan jamur endofit AFKR-5 mengubah

(51)

37

a b c

Gambar 12. Profil kromatogram KLT hasil purifikasi fase satu (fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak diklrometan : metanol = 6:1

(7 ml) ditambah asam asetat glasial 1 tetes). 1-A = atas,1-B = bawah, (a) UV 254 nm, (b) UV 366 nm, (c) disemprot dragendroff.

Tabel 2. Hasil purifikasi fraksi 1 ekstrak diklorometan–metanol dengan fase gerak diklorometan : metanol = 6:1 (7 ml) ditambah asam asetat

glasial 1 tetes.

Produk hasil biotransformasi kemudian dikarakterisasi

menggunakan spektorfotometer massa. Hasil spektrofotometer massa

menunjukkan produk hasil biotransformasi memiliki bobot massa 352. Hal ini

menunjukkan terjadinya penambahan ion molekul sebanyak 16 amu yang

diduga oksigen terhadap berberin yang memiliki bobot massa 336. No Fraksi Warna Fraksi Rf Berat ( mg )

1 1 – A coklat muda 0,40 28,5

(52)

38

(53)

39

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Jamur endofit AFKR – 5 yang diisolasi dari tanaman Arcangelisia flava (L.) Merr mampu melakukan biotransformasi senyawa berberin menjadi satu

produk yang memiliki berat molekul 16 amu lebih tinggi dibanding substrat

pada medium GYP dengan kondisi inkubasi menggunakan shaker pada

kecepatan 120 rpm dengan suhu 27 0C dengan kemampuan konversi sebesar

27.18% dalam waktu 2 minggu.

6.2 Saran

1.Perlu dilakukan identifikasi jamur endofit AFKR – 5.

2.Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui struktur dari produk

biotransformasi dengan menggunakan UV, IR, dan NMR.

3.Perlu dilakukan uji aktivitas farmakologi terhadap produk biotransformasi

yang dihasilkan serta membandingkannya dengan senyawa asal untuk

mengetahui apakah aktivitas produk biotransformasi lebih baik dari

(54)

40

DAFTAR PUSTAKA

Agusta A, Maehara S, Ohashi K, Simanjutak P and Shibuya H. 2005. Stereoselective Oxidation at C-4 Flavans by the Endophytic Fungus

Diaporthe sp. Isolated from a Tea Plant. Chem. Pharm. Bull. 53: 1565 – 1569.

Agusta A, Ohashi K, and Shibuya H. 2006. Bisanthraquinone Metabolites Produced by Endophytic Fungus Diaporthe sp. Chem Pharm Bull. 54 : 579-582.

Agusta, A. 2007. Biotransformasi (-)-Epigalokatekin-3-O-galat Menjadi (-)-2R,3S-Dihidromirisetin oleh Fungi Endofit Diaporthe sp. Isolat E dari Tumbuhan Teh. Hayati Journal Of Biosciences, p150-154.

Agusta, A. 2009. Biologi dan Kimia Jamur Endofit. Bandung: ITB Press.

Agusta, A. 2009. (2R,3S)-Dihidrokuersetin,Suatu Produk Biotransformasi (-)-Epikatekin Oleh Jamur Endofit Diaporthe sp.E. Berita Biologi, 9 (4).

Archangelisia flava. diakses 26 Mei 2010 dari www.plantamor.com

Bayman P, Ligia L, Raymond L.T., and D.J. Lodge. 1996. Variation in Endophytic Fungi from Roots and Leaves of Lepanthes ( Orchidaceae).

New Phytol. 135: 145 – 149.

Brady S.F., Singh M.P., Jeff E.J., and Clardy J. 2000. Cytoskyrins A and B, New BIA Active Bisanthraquinones Isolated from an Endophytic Fungus.

Organic Letters, Vol.2, No.25, 4047 – 4049.

Brady S.F., Wagenaar M.M., Singh M.P., Janso J.E., and Clardy J. 2000. The Cytosporones, New Octaketide Antibiotics Isolated from an Endophytic Fungus. Organic Letters, Vol.2, No.25, 4043 – 4046.

Borge K.B. 2007. Endophytic fungi as models for the Stereoselective Biotransformation of Thioridazine. Appl Microbiol Biotechnol 77:669– 674.

Dharmananda, Subhuti. 2005. New Uses Of Berberine. A Valuable Alkaloid from

Herbs for “Damp –Heat” Syndrome.

(55)

41

Freile M, Gianni F, Sortino M, Zamora M, Juarez A, Zacchino S, Enriz D. 2006. Antifungal Activity of Aqueous Extracts and of Berberine Isolated from Berberis heterophyll. Acta Farm. Bonaerense 25 (1): 83-8.

Furuya T, Nakano M, Yoshikawa T. 1978. Biotransformation of (RS)-Reticuline And Morphinan Alkaloids By Cell Cultures of Papaver somniferum.

Phytochemistry. Vol 17, pp 891 – 893.

Grycova’ L, Dosta J., Marek R. 2007. Quatenary Protoberberine Alkaloids. Phytochemistry 68,150-175.

Issat T, Jakobislak M, Golab J. 2006. Berberine, A Natural Cholesterol Reducing Product, Exerts Antitumor Cytostatic,Cytotoxic Effects Independently From The Mevalonate Pathway. Oncology Reports 16: 1273 – 1276. Jamal Y, Ilyas M, Kanti A, Agusta A. 2009. Keragaman Jenis Jamur Endofit pada

Pandan Wangi (Pandanus amarylifolius) dan Aktivitas Antijamur Metabolit yang Diproduksinya. Biota Vol. 14 (2): 81 – 86.

Klemke C, Kehraus S, Wright A.D., and Konig G.M. 2004. New Secondary Metabolit from the Marine Endophytic Fungus Apiospora montagnei. J.Nat. Prod.,67,1058-1063.

Kunii T, Kagei K, Kawakami Y, Nagai Y, Nezu Y, and Sato T. 1985. Indonesian Medicinal Plants: Furanoditerpens from Arcangelisa flava. Chem Pharm Bull 33 (2) 479 – 487.

Lumyong Salsamon, Pipob Lumyong, Eric H.C., McKenzie, and Kevin D. 2002. Enzymatic Activity Of Endophytic Fungi Of Six Native Seedlings Species From Doi Suthep-Pui National Park, Thailand. Canadian Journal Of Microbiology; 48,12.

Ma Y, Zhu H., Su Y, Shi Q, and Li Y. 2007. Isolation and Identification of Endophytic Fungi from Eucommia ulmoides. International Symposium on Eucommia ulmoides,Vol.1, No.1, 82 – 85.

Meji’a L.C, Rojas E.I, Maynard Z, Bael SV, Arnold A.E, Hebbar P, Samuels GJ, Robbins N, Herre EA. 2008. Endophytic Fungi as Biocontrol Agents of Theobroma cacao Pathogens. Biological Control 46 : 4 – 14.

Phillipine Medicinal Plants. Archangelisia flava. diakses 26 Mei 2010 dari www.stuartxchange.org/Abutra.html

Verpoorte R, Siwon J, Essen GFA, Tieken M, Svendsen AB. 1982. Studies On Indonesian Medicinal Plants. VII. Alkaloids of Arcangelisia flava.

(56)

42

Sa’roni, Adjirni, Winarno W. 1995. Efek Antidiare Infus Batang Kayu Kuning Archangelisia flava L. pada Tikus Putih dan Toksisitas Akut. Pusat Penelitian dan Pengembangan DepKes RI. Jakarta.

Shibuya H, Kitamura C, Maehara S, Nagahata M, Winarno H, Simanjutak P, Kim H.S, Wataya Y, Ohashi K. 2003. Transformation of Cinchona Alkaloids into 1-N-Oxide Derivatives by Endophytic Xylaria sp. Isolated from

Cinchona pubescens. Chem Pharm Bull. 51(1) 71 – 74.

Singh A, Duggal S, Kaur N, Singh J. 2010. Berberine: Alkaloid with wide spectrum of pharmacological activities. Journal of Natural Products, Vol. 3:64-75.

Subeki, Matsuura H, Takahashi K, Yamasaki M, Yamato O, Maede Y, Katakura K, Suzuki M, Trimurningsih, Chairul, Yoshihara T. 2005. Antibabesial Activity of Protoberberine Alkaloids and 20 Hydroxyedysone form

Arcangelisia flava against Babesia gibsoni in Culture. J. Vet. Med.Sci. 67 (2): 223 – 227.

Unesco.1998. Plant Resources of South East Asia. No.12(2).

Zhang HW, Song YC, and Tan RX. 2006. Biology and Chemistry Of Endophytes.

(57)

43

Lampiran 1. Komposisi medium yang digunakan

No. Nama Medium Komposisi Jumlah

1. GYP (glucose yeast-extract peptone) Pepton 5 gr

yeast extract 1 gr

Glukosa 20 gr

KH2PO4 0,5 gr

MgSO4.7H2O 0,5 gr

FeSO4.7H2O 10 mg

CaCO3 0,2 gr

air sumur 1 l

2. PDB (potato dextrose broth) potaoes infusion 200 gr

dekstrosa 20 gr

air sumur 1 l

3. PDA (potato dextrose agar) Agar 15 gr

dekstrosa 20 gr

potatoes infusion 4 gr

Gambar

Gambar 1. Tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr…………………………… 5
Gambar 12. Profil kromatogram KLT hasil purifikasi fase satu.
Tabel 1. Hasil fraksinasi dengan kromatografi kolom dari ekstrak
Gambar 1. Tumbuhan Arcangelisia flava (L.) Merr.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahmad Lingga : Uji Nematisidal Jamur Endofit Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Nematoda Puru Akar (Meloidogyne SPP.), 2010. tanaman, panjang akar) nilai terendah

Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi jamur endofit dari kulit batang tumbuhan raru (Cotylelobium melanoxylon) yang mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans..

Kayu kuning (Arcangelisia flava (L) Merr digunakan secara tradisional untuk mengobati penyakit kuning, malaria, diare, cacingan, obat kuat, demam dan sariawan.Kayu kuning juga

Tahapan Penelitian yang dilakukan yaitu mengisolasi jamur endofit dari akar tanaman tomat yang diperoleh dari desa Badas Kabupaten Jombang dengan menanam isolat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jamur endofit yang telah diisolasi dan diidentifikasi dari akar tanaman kentang mempunyai aktivitas anti jamur terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa jamur endofit yang diisolasi dari tumbuhan bakau jenis Bruguiera gymnorrhiza memiliki

Hal ini menandakan bahwa isolat bakteri endofit yang diisolasi dari akar napas tumbuhan Avicennia marina tergolong dalam kelompok mesofil karena mampu tumbuh pada suhu 28°C-36°C.. Hal

i Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Terpenoid dari Jamur Endofit BS pada Bunga Tumbuhan Sambiloto Andrographis paniculata Firda Febria ABSTRAK Jamur endofit merupakan