• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian islami siswa SMPN 90 Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian islami siswa SMPN 90 Jakarta Timur"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN

KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA SMP NEGERI 90

JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Nurul Fadhilah

206011000073

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011 M

(2)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Nurul Fadhilah

Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 27-September-1988

NIM : 206011000073

Jurusan/ Prodi : PAI

Judul Skripsi : Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan

Kepribadian Islami Siswa SMP Negeri 90 Jakarta

Timur

Dosen Pembimbing : Dr. Khalimi. MA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 22 Februari 2011

Nurul Fadhilah

(3)

ABSTRAK

Nama : Nurul Fadhilah NIM : 206011000073

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kepribadian Islami Siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur.

Pendidikan Agama Islam adalah proses mendidik, mengasuh, membimbing, dan mengarahkan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan utama dari pendidikan Agama Islam yaitu terbentuknya kepribadian Islami.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 90 Jakarta Timur, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah tersebut, dan untuk mengetahui sejauhmana hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kepribadian Islami siswa.

Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 90 Jakarta Timur yang berjumlah 275, dengan mengambil sampel 12,7 % (35 siswa) dengan teknik RandomSampling. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

(1) Angket, (2) Observasi, (3) Wawancara, dan (4) Dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis, kemudian untuk mengetahui hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kepribadian Islami siswa, maka dengan menggunakan rumus

ProductMoment.

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Pendidikan Agama Islam ... 7

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 7

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ... 8

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 10

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 14

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 15

6. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 17

B. Kepribadian Islami ... 19

1. Pengertian Kepribadian Islami ... 19

2. Unsur-unsur Kepribadian Muslim... 20

3. Dinamika Kepribadian Muslim ... 22

4. Faktor Terbentuknya Kepribadian ... 23

5. Karakteristik terhadap Perkembangan Psikologis Siswa SMP ... 25

C. Kerangka Berfikir... 27

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Variabel Penelitian ... 30

(5)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Pengolahan Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

A. Monografi SMP 90 Jakarta Timur ... 39

a. Identitas SMP Negeri 90 Jakarta Timur ... 39

b. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa ... 40

c. Keadaan Sarana dan Prasarana... 44

d. Visi dan Misi SMP Negeri 90 Jakarta Timur ... 45

e. Motto SMP Negeri 90 Jakarta Timur ... 46

B. Deskripsi Data Penelitian ... 46

C. Analisa Data dan Interpretasi Data ... 47

1. Analisis Data ... 47

2. Inerprestasi Data... 1

BAB V PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Matriks Variabel... ... 31

Tabel 2 Data Populasi dan Sampel... 34

Tabel 3 Pengukuran secar deskriptif... ... 36

Tabel 4 Interpretasi Data... ... 37

Tabel 5 Data Guru.. ... 40

Tabel 6 Data Karyawan... ... 41

Tabel 7 Data Guru/ Pegawai Menurut Agama... ... 42

Tabel 8 Data Guru/ Pegawai Menurut Golongan... ... 42

Tabel 9 Data Guru/ Pegawai Menurut Umur... ... 43

Tabel 10 Data Siswa tiga tahun terakhir... ... 44

Tabel 11 Keadaraan Sarana dan Prasarana... ... 44

Tabel 12 Siswa Melaksanakan Shalat 5 Waktu. ... 47

Tabel 13 Siswa Mengerjakan Shalat-shalat Sunnah... ... 48

Tabel 14 Siswa Melaksanakan Puasa Ramadhan... 48

Tabel15 Siswa Membaca Al Quran... ... 49

Tabel16 Siswa Membaca Surat-surat Pendek... ... 49

Tabel17 Siswa Melaksanakan Perintah Orang Tua... ... 50

Tabel 18 Siswa Memaafkan Kesalahan Orang Lain... ... 51

Tabel19 Siswa Menutup Aurat Jika Ingin Keluar Rumah... ... 51

Tabel 20 Siswa Bersedekah jika Mendapatkan Rezeki... 52

Tabel 21 Siswa Menyingkirkan Duri Jika Melihatnya dijalan.... ... 52

Tabel 22 Siswa Mengucapkan Salam Apabila Bertemu dengan Guru... ... 53

(7)

Tabel 24 Siswa Berbicara Kasar dengan Guru... ... 54

[image:7.595.111.514.163.563.2]

Tabel 25 Siswa Melaksanakan Shalat Dzuhur di Sekolah... ... 55

Tabel 26 Siswa Mengerjakan Tugas yang diberikan oleh guru... ... 55

Tabel 27 Siswa Izin kepada guru Jika keluar Kelas... ... 56

Tabel 28 Siswa Berbuat jujur saat Ujian... ... 57

Tabel 29 Siswa Mencoba obat-obatan terlarang ... 57

Tabel 30 Siswa Menolong Teman yang sedang kesulitan dalam belajar... 58

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Islam adalah syariat Allah SWT yang diturunkan kepada umat manusia di

muka bumi agar mereka beribadah kepadaNya. Penanaman keyakinan terhadap

Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah, sekolah,

maupun lingkungan. Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena

sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat

dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta pendukung

dan pemegang kebudayaan.1

Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek

kepribadian manusia yang akan berjalan seumur hidup. Secara umum pendidikan

juga dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai

dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Untuk itu, kualifikasi Islam untuk pendidikan memberikan kejelasan bentuk

konseptualnya, pembentukan kepribadian muslim dan kemajuan masyarakat dan

budaya adalah yang tidak menyimpang dari ajaran Islam.2

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat

di zaman Nabi. Usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam

menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi

contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan

1

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. 2., hlm. 130

2

(9)

lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim

itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang Arab

Mekkah yang tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar dan sombong

maka dengan usaha dan kegiatan Nabi mengislamkan mereka, lalu tingkah laku

mereka berubah menjadi menyembah Allah Tuhan yang Maha Esa, mukmin,

muslim, lemah lembut dan hormat pada orang lain. Mereka telah berkepribadian

muslim sebagaimana yang di cita-citakan oleh ajaran Islam. Ini berarti Nabi telah

mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti

bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pendidik yang berhasil. Apa yang beliau

lakukan dalam membentuk menusia, kita rumuskan sekarang dengan pendidikan

Islam. Cirinya adalah dengan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan

petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan

lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya. Dengan demikian, secara

umum dapat kita katakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan

kepribadian Muslim. 3

Dari perspektif metodologis, proses kependidikan Islam merupakan tujuan

akhir yang hendak dicapai secara bertahap dalam pribadi manusia. Dengan istilah

lain bahwa pendidikan Islam melakukan internalisasi ajaran Islam secara bertahap

ke dalam pribadi manusia yang berlangsung sesuai tingkat perkembangannya.

Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas

peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT, cerdas, terampil memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi

pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negara.

Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.4

Ilmu pendidikan Islam memiliki prinsip, metodologi, dan objek yang

memiliki karakteristik epistimologi ilmu Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam

sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non Islam.

3

Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.3., hlm. 27-28

4

(10)

Pengembangan pendidikan Islam adalah upaya memperjuangkan sebuah

sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan

umat Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang mereka

hadapi sehari-hari.5

Apa yang disebut dengan kepribadian manusia tidak lain adalah keseluruhan

hidup manusia lahir dan batin, yang menampakkan corak wataknya dalam

perbuatan atau tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, proses kependidikan

Islam bertugas pokok membentuk kepribadian Islami dalam diri manusia selaku

makhluk individual dan sosial.6 Pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan

utama dari pendidikan Islam.7

Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang

pendidikan agama Islam, diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan

nilai-nilai) yang harus dipraktekkan. Pendidikan agama lebih ditekankan pada

hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhan, penghayatan nilai-nilai agama

kurang mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respons kritis terhadap

pendidikan agama. Hal ini disebabkan penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran

agama diukur dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan ujian tertulis di kelas

yang dapat didemonstrasikan oleh siswa.

Memang pola pembelajaran tersebut bukanlah khas pola pendidikan agama.

Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan negara

kita yang mengidap masalah yang tidak sama. Masalah besar dalam pendidikan

selama ini adalah kuatnya dominasi pusat dalam penyelenggaraan pendidikan

sehingga yang muncul uniform- sentralistik kurikulum, model hafalan dan

monolog, materi ajar yang banyak, serta kurang menekankan pada pembentukan

karakter bangsa.8

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya meliputi

Al-Quran dan Hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus

5

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 4

6

H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. 3., hlm.9 7

Muhammad Atiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Yamunu, 1970), Cet. 1., hlm. 24

8

(11)

menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup

perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan

Allah, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.

Jadi, pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami,

dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau

pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.9

Di zaman sekarang ini, banyak siswa yang belajar pendidikan Islam tetapi di

dalam dirinya belum terbentuk kepribadian muslim. Mulai dari berpakaian,

pergaulan dan hal-hal lainnya. Pada kenyataaannya juga, banyak siswa yang belajar

Pendidikan Agama Islam, namun masih banyak juga yang belum mapan melakukan

shalat, puasa, dan akhlak dalam pergaulannya kurang mencerminkan seorang siswa

yang beragama Islam.

Penulis melihat bahwa siswa siswi SMP Negeri 90 Jakarta Timur banyak

yang belum mampu membaca Alquran dengan baik dan benar, dan belum mampu

melaksanakan shalat, sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam berdasarkan

kemampuan dasar yang harus dicapai di SMP yaitu mampu membaca dan menulis

ayat Al-Quran serta mengetahui hukum bacaannya, dan memahami ketentuan

hukum Islam tentang ibadah dan muamalah serta terbiasa mengamalkannya.10 Jika

demikian, maka pengajaran Agama Islam di SMP tersebut, belum dikatakan

berhasil.

Latar belakang masalah diatas menjadi pendorong dan sekaligus hal yang

melatarbelakangi bagi penulis mengangkat judul skripsi ini yaitu, “HUBUNGAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang

dapat diteliti adalah sebagai berikut:

9

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis..., hlm. 131-132 10

(12)

1. Proses Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 90 Jakarta Timur.

2. Target kepribadian Islami siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur yang

hendak dicapai dalam proses belajar mengajar.

3. Hubungan Pendidikan Agama Islam belum mampu menciptakan

kepribadian Islami siswa di SMP Negeri 90 Jakarta Timur secara

optimal.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas, maka penulis akan membatasi

penelitian ini sebagai berikut:

1. Pendidikan agama Islam belum mampu menciptakan kepribadian Islami

siswa sebagaimana yang diharapkan.

2. Kurang efektif pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah umum.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, identifikasi dan pembatasan

masalah yang diajukan, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 90 Jakarta Timur?

2. Bagaimana profil kepribadian Islami siswa yang beragama Islam di

SMP Negeri 90 Jakarta Timur?

3. Apakah pengaruh pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap

kepribadian Islami siswa SMP Negeri 90 Jakarta Timur?

E. Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan proses pembelajaran

(13)

2. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pendidikan Agama Islam

terhadap pembentukan kepribadian Muslim siswa SMP Negeri 90 Jakarta

(14)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam di SMP

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe”

dan akhiran “an”, yang mengandung arti perbuatan. Istilah pendidikan ini semula

berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang

diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini di terjemahkan ke dalam bahasa

inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “pendidikan adalah

proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik.”11

Selanjutnya menurut H. M. Arifin, M. Ed disebutkan bahwa “pendidikan

adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan

kepribadian serta kemampuan dasar anak didik, baik dalam bentuk pendidikan

formal maupun non formal.”12

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar yang dilakukan manusia dalam rangka membentuk kepribadian yang

berkualitas. Aktivitas pendidikan ini dilaksanakan dalam suatu proses panjang baik

melalui bimbingan, pengajaran dan latihan-latihan secara formal maupun non

formal.

11

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. 1, hlm. 204

12

(15)

Pendidikan Agama Islam, menurut Zakiah Daradjat adalah bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar ia memahami, menghayati, dan mengamalkan

ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta

menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup demi keselamatan dan

kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.13

Menurut A. Tafsir, “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang

diberikan seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maksimal sesuai

dengan ajaran Islam.”14

Sedangkan menurut Zuhairini, “Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka

hidup sesuai dengan ajaran Islam.”15

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama

Islam adalah usaha sadar yang dilakukan secara sistematis melalui bimbingan,

pengajaran, dan latihan dalam rangka menyiapkan anak didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, mengimani bahkan mengamalkan ajaran Agama Islam

dalam kehidupan sehari-hari.

2.Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

“Segala sesuatu yang dilakukan manusia memiliki dasar yang menjadi

landasan dan akan mengarahkan kepada tujuan yang akan dicapai. Demikian juga

dengan Pendidikan agama Islam. Adapun dasar pelaksanaan pendidikan agama

Islam dapat ditinjau dari segi religius, yuridis formil dan sosial psikologis.”16

Ditinjau dari segi religius, Pendidikan agama Islam berlandaskan pada

sumber ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat Al Quran dan Hadits Nabi.

Dalam ajaran Islam pendidikan agama harus dilaksanakandan hal itu merupakan

salah satu bentuk ibadah. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah yang berbunyi:

13

Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. 3., hlm. 86

14

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 27

15

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha offset Printing, 1981), hlm. 27

16

(16)





“Ajaklah kepada agama tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik”(QS. An-Nahl: 125).

Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam ajaran Islam terdapat perintah

untuk melaksanakan pendidikan agama Islam, di mana dengan pendidikan tersebut

akan dapat mengantarkan seseorang kepada agama Allah, yaitu agama Islam.

Selain itu Rasulullah juga bersabda:

ن اك رشي ا نارص ي ا ن اد ي ا ب اف ة رطفلا ىلع دل ي اا د ل م نم ام

“Tidak ada seorangpun orang yang baru lahir melainkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nasrani atau majasi.”(H.R. Muslim)17

Hadits tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama sangatlah penting

untuk mengantarkan manusia pada fitrahnya. Yaitu percaya kepada Allah SWT.

Oleh karena itu pendidikan agama Islam seharusnya diberikan sejak dini kepada

anak. Karena akan menentukan apakah anak itu tetap pada fitrahnya, yaitu

beragama Islam ataukah beragama sebaliknya.

Dari segi yuridis formil, Pendidikan Agama Islam berlandaskan pada

perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. Secara

yuridis, ada tiga dasar yang menjadi landasan pelaksanaan Pendidikan Agama

Islam yaitu pancasila, UUD 45 dan ketetapan-ketetapan MPR.

Pada sila pertama pancasila disebutkan bahwa dengan sila ketuhanan Yang

Maha Esa, bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada tuhan Yang Maha Esa,

dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Untuk merealisasikan hal tersebut maka diperlukan adanya pendidikan agama yang

akan mengantarkan bangsa Indonesia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

17

(17)

Demikian juga dalam UUD 45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang

berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing

dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.18

Selanjutnya pelaksanaan pendidikan agama telah diatur dalam

undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pada Baab VI pasal 30 ayat 3 yang menyatakan

bahwa “pendidikan keagamaan diselenggarakan pada jenjang pendidikan formal,

non formal, dan informal.”19

Dari segi sosial psikologis pendidikan agama Islam berlandaskan pada

kebutuhan manusia akan adanya pegangan hidup, yaitu agama. Dengan beragama

seseorang akan merasa jiwanya tentram, sehingga ia akan selalu berusaha untuk

mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan ketentraman jiwa tersebut.

Dalam hal ini pendidikan agama Islam akan mengarahkan fitrah manusia ke arah

yang benar sehingga mereka akan selalu mengamalkan ajaran agama Islam.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup keseluruhan ajaran agama

Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ruang lingkup tersebut meliputi

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah,

dengan sesama manusia, dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya.20

Selanjutnya ruang lingkup pendidikan agama Islam secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi tiga aspek yang merupakan kerangka dasar ajaran Islam,

Yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari konsep Imam, syariah merupakan penjabaran dari konsep Islam dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga kerangka dasar tersebut berkembang berbagai kajian keislaman seperti ilmu kalam yang merupakan pengembangan

18

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis,...hlm. 132 19

Departemen Pendidikan Nasional, UU Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafik, 2006), hlm. 16 20

(18)

dari aqidah, ilmu fiqh yang merupakan pengembangan dari syariah dan ilmu akhlak yang merupakan pengembangan dari akhlak.21

Dari ketiga aspek di atas maka ruang lingkup pendidikan agama Islam antara lain meliputi:

a. Pendidikan Keimanan dan Keislaman

Pokok yang utama dan pertama dalam Islam adalah beriman dan percaya

adanya Allah SWT. Oleh karena itu pendidikan keimanan dan ketauhidan adalah

pendidikan yang utama dan pertama bagi setiap manusia.

Menurut Zakiah Daradjat pembinaan keimanan dan ketauhidan ini seharusnya

diberikan kepada anak mulai sejak dalam kandungan, karena pendidikan yang

diberikan kepada anak ketika dalam kandungan akan berpengaruh bagi

perkembangan anak di masa yang akan datang.22

Dalam surat Luqman terdapat ayat yang berkenaan tentang pendidikan

keimanan kepada Allah SWT:







“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya. Di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: „Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Ayat tersebut menjelaskan tentang pembentukan keyakinan kepada Allah

SWT yang ditanamkan Lukman kepada anaknya. Hal itu menjadi pedoman bagi

kita bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah membentuk keyakinan

kepada Allah SWT yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan

kepribadian anak didik.

b. Pendidikan Akhlak Mulia

Akhlak sangat berhubungan erat dengan muamalah manusia dengan manusia

lainnya secara individual maupun kolektif, tidak terbatas pada penyusunan

21

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompotensi Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, 2004), hlm. 3

22

(19)

hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, tetapi juga mengatur hubungan

antara Tuhan dengan Hambanya.

Salah satu ayat yang berhubungan dengan pendidikan akhlak alkarimah

adalah:                            

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tua, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)

Dari ayat di atas jelaslah bahwa pendidikan akhlak itu sangat diperlukan bagi

kehidupan kita. Dengan adanya pendidikan akhlak, orang akan mengetahui mana

yang baik dan mana yang buruk, mana yang seharusnya benar dan mana yang

seharusnya salah.

Allah berfirman dalam surat Luqman:

                                   

“Hai anakku. Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.”(QS. Luqman: 17)

Ayat di atas menceritakan tentang pendidikan yang dilakukan Luqman

kepada anaknya, yaitu untuk mendirikan shalat, berbuat baik dan mencegah yang

munkar. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa pendidikan dalam keluarga sangat

berpengaruh bagi anak untuk bekal di masa yang akan datang.

Adapun dalam pengajaran agama Islam ruang lingkup pendidikan Agama

(20)

a. Alquran hadits

Dengan belajar Al-quran Hadits diharapkan siswa dapat membaca dengan

baik dan benar, dapat mengartikan alquran dan hadits, dapat menyalin, dapat

menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah, nun mati/

tanwin dan mim mati. Dapat menerapkan bacaan qalqalah, tafhim, dan tarqiq huruf

lam dan ro` serta mad. Dapat menerapkan hukum bacaan waqaf dan idqham.

b. Aqidah Akhlak

Dengan belajar Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat Beriman kepada

Allah SWT dan memahami sifat-sifatNya, beriman kepada malaikat Allah dan

memahami tugas-tugasnya, beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dan memahami

arti beriman kepada-Nya, beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT dan memahami

arti beriman kepada-Nya, beriman kepada hari akhir dan memahami arti beriman

kepadanya, beriman kepada Qadha dan qadar Allah SWT dan memahami arti

beriman kepada-Nya, berprilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat

tercela.

c. Fiqh

Dengan belajar Fiqih diharapkan siswa dapat melakukan thaharah,

melakukan shalat wajib atau shalat 5 waktu, melakukan macam-macam sujud

seperti sujud sahwi dan sujud tilawah, melakukan shalat jumat, melakukan shalat

jamak dan qashar, melakukan macam-macam shalat sunnah, melakukan puasa

seperti puasa ramadhan dan puasa-puasa sunnat, melakukan zakat, memahami

hukum Islam tentang makanan dan minuman, dan binatang yang halal dan haram

dimakan, memahami ketentuan aqiqah dan qurban, memahami tentang ibadah haji

dan umrah, melakukan shalat jenazah, memahami tata cara pernikahan23

d. Sejarah Kebudayaan Islam

Dengan belajar Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan siswa dapat

memahami keadaan masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datang Islam,

memahami keadaan masyarakat Mekkah periode Rasulluh Saw, memahami

23

(21)

keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datang Islam, memahami

perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.24

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Sebelum tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan agama Islam, maka

terlebih dahulu harus diketahui fungsi dari pendidikan agama Islam itu sendiri.

Adapun fungsi pendidikan agama Islam di sekolah lembaga pendidikan formal

adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan

Yaitu untuk mengembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah. Oleh karena itu fungsi pendidikan agama Islam disekolah

adalah menumbuh kembangkan lebih lanjut keimanan dan ketaqwaan

peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam keluarga

melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan.

b. Penyaluran

Yaitu menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang

agama sehingga dapat berkembang secara optimal.

c. Perbaikan

Yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

d. Pencegahan

Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan peserta didik atau

dari budaya asing yang dapat membahayakan pertumbuhan dan

perkembangan mereka.

e. Penyesuaian

Yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial dan mampu mengubah lingkungannya sesuai

dengan ajaran Islam.

24

(22)

f. Sumber nilai

Yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di

akhirat.

g. Pengajaran

Yaitu menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional.25

Dari penjelasan di atas bahwa fungsi pendidikan agama Islam itu terbagi

menjadi tujuh poin yaitu: pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan,

penyesuaian, sumber nilai dan pengajaran.

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang yang melakukan

suatu kegiatan. Dalam bidang pendidikan tujuan merupakan faktor yang sangat

penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian

pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang

hendak di capai dalam pelaksanaan pendidikan.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanan. Ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.26

Dalam buku metodologi pengajaran agama Islam, Ahmad Tafsir menyatakan,

Bahwa tujuan pendidikan agama Islam harus meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif tujuannya adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, agar siswa paham akan ajaran Islam tersebut. Pada aspek afektif tujuan yang ingin dicapai adalah siswa menerima ajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.27

25

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi,....,hlm. 134-135 26

Abdul Madjid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, hlm. 135 27

(23)

Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP berdasarkan standar kompotensi

yaitu siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT),

berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam

kerangka kerukunan antar umat beragama.28

Kompotensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan minimal

yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di SMP. Kemampuan ini

berorientasi pada prilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan

kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen Kemampuan Dasar ini

merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMP

yaitu:

a. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan

mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta

didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.

b. Mampu membaca Alquran surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya,

menyalin dan mengartikannya;

c. Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari`at

Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah;

d. Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur

Rasyidin;

e. Mampu mengamalkan sistem mu`amalat Islam dalam tata kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.29

Menurut Zakiah Daradjat, “tujuan pengajaran agama Islam harus

mengandung bahan pelajaran yang bersifat menumbuhkan dan memperkuat iman,

Membekali dan memperkaya ilmu agama, membina keterampilan beramal,

menumbuhkan dan memupuk rasa sosial dan sifat-sifat terpuji.” 30

28

Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis,...,hlm. 147 29

Abdul Majid, dkk., Pendidikan Agama Islam…,hlm. 150 30

(24)

Menurut Masruddin Siregar yang dikutip oleh Yunus Namsa, “Pendidikan

agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan

pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim

yang beriman, bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”31

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan

agama Islam adalah merealisasikan manusia Muslim yang beriman, bertaqwa dan

berilmu pengetahuan serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang mampu mengabdikan diri kepada

Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

6. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum metode

diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu. Kata “mengajar” sendiri berarti memberi pelajaran.

Jadi, metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada

siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu

keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah

keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan

usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi

sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Oleh karena itu,

salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana

memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan

kegiatan belajar mengajar yang sama pentingnya dengan komponen-komponen lain

dalam keseluruhan komponen pendidikan.

Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar diharapkan

makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Tentunya faktor-faktor lain pun

harus diperhatikan juga, seperti faktor guru, faktor anak, faktor situasi (lingkungan

belajar), media, dan lain-lain.

31

(25)

Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran, diantaranya:

a. Metode Ceramah

Metode Ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada

umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya guru memberikan uraian

mengenai topik tertentu ditempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu pula.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan

yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa

kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang, untuk berfikir, dan

membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan

masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan

argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.32

Tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk memotivasi dan memberi

stimulasi kepada siswa agar berfikir dengan renungan yang dalam.

d. Metode Kisah/ Cerita

Alquran dan Hadist banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan

pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu

dan sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai pedagogis religius yang

memungkinkan anak didik mampu meresapinya.

e. Metode Demonstrasi

Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan

sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesuatu.33 Metode

demonstrasi ini adalah metode mengajar dengan cara mempragakan barang,

32

Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami), (Bandung: PT. Refika Aditma, 2007), Cet.., hlm. 61-64

33

(26)

kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung

maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

yang sedang disajikan.

Tujuan pokok penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran adalah

untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu

atau proses terjadinya sesuatu.

f. Metode Praktek

Metode praktek dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi

pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan dengan harapan

anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang

dimaksud.34

Metode praktek ini bisa dipergunakan pada materi tentang shalat wajib,

shalat-shalat sunnah, dan materi-materi yang perlu dipraktekkan.

B. Kepribadian Muslim

1. Pengertian Kepribadian Muslim

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kepribadian adalah

sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang

membedakan dirinya dari orang lain atau bangsa lain.35

Prof. Dr. Djalaludin mengatakan bahwa kepribadian adalah sifat khas

seseorang yang menyebutkan seseorang mempunyai sifat yang berbeda dengan

orang lain.36

Sedangkan secara terminologis, banyak para ahli yang berpendapat tentang

arti kepribadian, antara lain:

a. G. W. Allport mengatakan bahwa “kepribadian adalah organisasi dinamis

dalam individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan caranya yang khas

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”.37

34

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar,...,hlm. 61-64 35

Tim Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa P dan K. Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 701

36

Djalaluddin, Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 173 37

(27)

b. E. Y. Kemp mengatakan bahwa “kepribadian adalah integritas dari pada sistem

kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan cara khas pada individu untuk

menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya”.38

c. Zuhairini mengatakan bahwa “kepribadian adalah hasil dari suatu proses

kehidupan yang dijalani seseorang”.39

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian

adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat yang

berbeda dari orang lain, baik dari pada pola fikir, sikap dan tingkah laku dalam

kehidupannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Selanjutnya pengertian kepribadian Islami, adalah kepribadian yang seluruh

aspeknya, baik tingkah laku luar maupun dalam, seperti kegiatan-kegiatan jiwanya,

filsafat hidupnya dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT

dan penyerahan kepada-Nya.40

2. Unsur-Unsur Kepribadian Muslim

Menurut Ahmad D. Marimba kepribadian seseorang terdiri dari tiga unsur,

yaitu:

a. Aspek-aspek kejasmanian; meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak.

Seperti cara orang berbicara dan cara orang bertindak.

b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak segera tampak

dilihat. Seperti cara-cara berfikir, sikap dan minat seseorang.

c. Aspek-aspek kerohanian; aspek ini meliputi kejiwaan yang lebih abstrak,

yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.41

Ketiga aspek tersebut (kejasmanian, kejiwaan, dan kerohanian) secara

naluriah berada dalam satu kesatuan manusia secara utuh, yaitu manusia

berkehendak, berperasaan, berpikir, dan berbuat. Apabila dalam diri manusia

tersebut memiliki jiwa sehat, ketiga unsur tersebut bekerja dalam suatu susunan

yang harmonis maka segala bentuk tujuan dan segala gerak-geriknya selalu

38

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 288 39

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 187 40

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat…,hlm. 64 41

(28)

memenuhi keperluan dan keinginan manusia. Sebaliknya apabila ketiga sistem

tersebut bertentangan satu sama yang lainnya, maka orang tersebut akan dinamakan

sebagai orang yang tidak dapat menyesuaikan diri, ia menjadi tidak puas dengan

dirinya dan lingkungannya.

Dalam psikologi kepribadian Islami “ketiga unsur di atas dinamakan sebagai strutur kepribadian, yaitu aspek-aspek yang bersifat stabil, menetap, abadi,

serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan pembukaan tingkah laku

individu.”42

Dalam terminologi Islam, “ketiga unsur di atas disebutkan dalam istilah lain, yaitu struktur jasad, ruh dan nafs. Jasad merupakan aspek biologis atau psikis

manusia, sedangkan nafs merupakan aspek psikopisik manusia yang merupakan

sinergi antara jasad dan ruh.”43

Jasad kepribadian seseorang tidak akan bisa dipisahkan dari ketiga unsur

diatas (jasad, ruh, nafs). Ketiga unsur tersebut akan saling membutuhkan antara satu

dengan yang lainnya. Keberadaan jasad tanpa ruh merupakan subtansi yang mati,

sedangkan ruh tanpa jasad tidak akan teraktualisasi. Oleh karena itu perlu adanya

sinergi antara dua aspek tersebut sehingga menjadi nafs. Dengan nafs ini maka

masing-masing keinginan jasad dan ruh akan terpenuhi.

3. Dinamika Kepribadian Muslim

Struktur kepribadian yang ada pada diri seseorang tidak dapat dikatakan baik

ataupun buruk sebelum ada usaha untuk mengaktualisasikannya. Aktualisasi

struktur tersebut tergantung pada pilihan seseorang. Upaya seseorang untuk

memilih dan mengaktualisasikan potensi itu memiliki dinamika proses, seiring

dengan hal-hal lain yang mempengaruhinya.

Berdasarkan pembagian struktur kepribadian manusia yang telah di

kemukakan di atas, maka dinamika kepribadian seseorang terbagi menjadi

dinamika struktur jasmani, dinamika struktur rohani dan dinamika struktur nafsani.

42

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 54

43

(29)

a. Dinamika Struktur Jasmani

Struktur jasmani merupakan aspek biologis dari struktur kepribadian

manusia. Aspek ini merupakan wadah struktur ruh dan tidak dipersiapkan untuk

membentuk tingkah laku. Kesendirian struktur jasmani tidak akan mampu

membentuk tingkah laku lahiriah maupun batiniah. Struktur jasmani memiliki daya

atau energi yang menggambarkan proses fisiknya yang disebut dengan daya hidup.

Akan tetapi daya hidup ini belum mampu menggerakkan suatu tingkah laku selama

struktur jasmani ini belum ditempati oleh struktur ruhani.

b. Dinamika Struktur Ruhani

Struktur ruhani sifatnya kekal, adanya lebih dulu dan kehidupannya lebih

lama dari pada kehidupan manusia. Kedahuluannya memberikan motivasi bagi

kehidupan nafs kelakm agar manusia mengerjakan perbuatan yang benar dan

meninggalkan perbuatan yang salah. Sedang keabdiannya akan mendapatkan

balasan atas kepribadian yang telah diperbuat.

Ditinjau dari segi konstruksi kebutuhan hidup, ruh manusia membutuhkan

agama yang dapat membimbing kehidupan manusia kearah fitrah aslinya, yaitu suci

dan rindu akan kehadirat Allah SWT. Tanpa agama maka kehidupan manusia

hanyalah sebatas susunan tulang, daging dan organ-organ biologis semata, maka

segala tindakan kepribadianya dianggap sebagai ibadah, karena ibadah merupakan

aktualisasi diri yang paling sesuai dengan konstruksi kepribadian Islam. Aktualisasi

diri ini akan membentuk suatu jati diri dan harga diri yang benar-benar fitri dan

Islami. Jati diri manusia ditentukan oleh kemampuannya meningkatkan kualitas

keberagamaan melalui ketaqwaan.

c. Dinamika Struktur Nafsani

Struktur nafsani merupakan struktur psikofisik dari kepribadian manusia.

Struktur ini dapat mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada

manusia yang berwujud tingkah laku atau kepribadian. Struktur nafsani merupakan

paduan integral antara struktur jasmani dan ruhani.

(30)

Apabila struktur nafsani cenderung mengikuti natur ruhani maka nilai kepribadiannya menjadi baik.44

Aspek fisik struktur nafsani tidak hanya digunakan untuk memnuhi

kebutuhan nafsu implusif jasmaniah, tapi juga harus digunakan untuk membantu

kebutuhan aspek psikis struktur nafsani. Misalnya makan dan minum tidak hanya

untuk sekedar menguatkan tubuh, tapi setelah itu juga harus digunakan untuk

beribadah.

Selanjutnya aspek psikis struktur nafsani juga memiliki korelasi erat dengan

aspek fisik. Misalnya penggunaan energi psikis untuk berfikir harus diimbangi

dengan pemenuhan kebutuhan fisik. Misalnya kegiatan berdzikir, harus diimbangi

dengan makan, minum, tidur dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar keduanya

seimbang sehingga seseorang akan terhindar dari penyakit.

4. Faktor Terbentuknya Kepribadian

Untuk membentuk kepribadian seseorang bukanlah hal yang mudah. Secara

fitrah manusia memang terdorong melakukan sesuatu yang baik dan benar. Namun

terkadang naluri mendorong seseorang untuk melakukan yang bertentangan dengan

realita yang ada.

Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi di

dalam perkembangan itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas

sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu.

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” bahwa

kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan dan yang

mempengaruhi perkembangan kepribadian itu adalah sebagai berikut:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis ini berhubungan dengan keadaan jasmani. Semenjak

dilahirkan keadaan jasmani seseorang telah menunjukkan adanya

perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir

yang menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada seseorang ada

yang diperoleh dari keturunan dan ada pula yang merupakan pembawaan.

44

(31)

Keadaan fisik baik yang berasal dari keturunan maupun yang merupakan

pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peranan penting pada

kepribadian seseorang. Contohnya mengenai konstitusi tubuh, seperti

tingginya, besarnya, beratnya dan sebagainya.

b. Faktor Sosial

Yang dimaksud faktor sosial adalah masyarakat, yaitu manusia-

manusia lain di sekitar individu yang bersangkutan. Yang termasuk faktor

sosial ini antara lain tradisi,adat istiadat, peraturan-peraturan bahasa dan

sebagainya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah anak

sejak dilahirkan telah bergaul dengan orang-orang disekitarnya.

Pertama-tama dengan keluarganya, teruPertama-tama dengan ayah dan ibunya,

kemudiandengan anggota keluarga yang lain seperti kakak dan adik. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa peran keluarga sangat penting.

c. Faktor Kebudayaan

Sebenarnya faktor ini masuk keadaan faktor sosial. Kebudayaan itu

tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Sebagaimana diketahui

bahwa kebudayaan tiap daerah atau negara itu berbeda. Hal itu

menunjukkan bahwa cara-cara hidup, kebiasaan, bahasa, kepercayaan dan

sebagainya dari suatu daerah atau masyarakat tertentu berbeda dengan

daerah atau masyarakat lain. Contohnya seorang anak cenderung meniru

tingkah laku atau perbuatan orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka

secara tidak langsung ia akan menyerap sifat-sifat kepribadian orang-orang

yang ditirunya.45

5. Karakteristik terhadap Perkembangan Psikologis Siswa pada Jenjang Pendidikan SMP

Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar untuk membentuk seorang

anak muda menjadi anak yang baik oleh karena itu jelas akan ada perbedaan antara

mereka yang tinggal di desa, kota kecil, kota besar dan antara mereka yang tinggal

di negara maju dan di negara yang sedang berkembang, demikian pula akan terjadi

45

(32)

perbedaan jika tinjauannya berbeda seperti dari segi hukum, psikologi, dan

lain-lain.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan dirinci hal-hal yang berkaitan dengan

pertumbuhan dan perkembangan pada masa usia Anak SMP:

a. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik

Di dalam pengertian perkembangan secara umum itu tercakup pengertian

pertumbuhan, seperti perkembangan pada masa prenatal perubahan-perubahan yang

terjadi pada fisik janin pada masa ini hanyalah terjadi melalui proses pertumbuhan

saja.

Kebanyakan para ahli psikologi cenderung membedakan pengertian

pertumbuhan dengan perkembangan. Istilah “pertumbuhan” diartikan sebagai

“perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif yang menyangkut aspek fisik

jasmaniah”, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada organ-organ dan struktur organ fisik, sehingga anak semakin bertambah umurnya semakin besar dan

semakin tinggi pula badannya.

Pertumbuhan fisik yang terjadi pada diri anak adalah menyangkut semua

organ dan struktur organnya, seperti organ fisik dalam, misalnya jantung,

paru-paru, otak, dan sebagainya; organ fisik luar seperti bertambahnya tinggi badan,

mulai tumbuh rambut pada kedua pangkal pipi dan di atas bibir bagian atas pada

anak laki-laki. Rambut juga tumbuh di bagian atas dari kemaluan dan di sekitar

kelamin, dada, di bawah ketiak pada laki-laki dan perempuan. Bagian-bagian tubuh

tumbuh dengan kecepatan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan sebelumnya,

misalnya kedua payu dara pada anak perempuan. Di antara gejala yang penting pula

adalah suara yang mulai membesar pada anak laki-laki, tahap peralihan dimana

suaranya pecah antara halus dan kasar.46

b. Perkembangan Emosi

Kondisi emosi pada siswa ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:

Keinginan mencari jati diri, keinginan untuk diakui dan dihargai, keinginan untuk

46

(33)

mencintai dan dicintai, keinginan untuk bebas tanpa dikekang, mencari figur idola,

cenderung menentang, dan terikat dengan kelompok.47

Kekuatan yang dapat mengekang emosi dan mengarahkannya pada jalan

yang benar sehingga pada kebahagiaan adalah akal. Kekuatan yang dapat merubah

hasrat diri dan kecenderungan emosi serta menggunakannya untuk hal-hal yang

lebih baik adalah akal.

c. Perkembangan Moral

Salah satu perkembangan penting yang harus dikuasai siswa SMP adalah

mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian ingin

membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial harus dibimbing,

diawasi, didorong, dan diancam hukuman bagi melakukan pelanggaran.

Pada masa anak-anak SMP anak menerima kode moral dari orangtua, guru,

bahkan teman-teman sebaya. Dia bias meniru apa yang dicontohkan oleh orang

lain. Bagi anak-anak yang baru meranjak dewasa berbohong merupakan hal yang

buruk.

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan Agama Islam yaitu bimbingan yang dilakukan oleh seseorang

pendidik kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian

muslim. Dan mengajarkan tentang nilai-nilai agama Islam. Proses kependidikan

Islam merupakan tujuan akhir yang hendak di capai secara bertahap dalam pribadi

manusia. Tujuan akhir yang dimaksud adalah tujuan pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan terakhir hidup manusia, misalnya kebahagiaan hidup dunia dan

akhirat dan menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki sifat nilai-nilai agama

Islam, memilih dan memutuskan sesuatu serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam

atau ajaran Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Di zaman sekarang ini, banyak siswa yang belajar pendidikan Islam tetapi di

dalam dirinya belum terbentuk kepribadian muslim. Mulai dari berpakaian secara

47

(34)

Islami, pergaulan, perkataan yang kurang sopan dan bagus, akhlak dalam

pergaulannya kurang mencerminkan seorang yang beragama Islam. Anak SMP

cenderung tidak mementingkan Kepribadian muslim karena di sekolah kebanyakan

terfokus kepada mata pelajaran umum. Dan mata pelajaran agama itu sendiri

waktunya sangat terbatas. Jika demikian maka pengajaran Pendidikan Agama Islam

di sekolah, belum dikatakan berhasil. Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam

adalah terbentuknya kepribadian muslim.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara masalah yang sedang diteliti yang

harus diuji kebenaran melalui penelitian. Hipotesis adalah tesis atau kesimpulan

yang masih belum tentu benar, maka perlu diuji. Pemunculan hipotesis didasarkan

atas kerangka pemikiran.

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu pendidikan Agama Islam (X)

dan kepribadian Islami (Y), untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara

kedua variabel tersebut, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam

dengan kepribadian Islami siswa.

Ho : Tidak Terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pendidikan Agama

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif yang merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang

menekankan pada data yang bersifat kumulatif untuk menghasilkan penafsiran

kuantitaif yang kokoh.

Metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode korelasi, yakni melihat bentuk hubungan antara variabel-variabel yang

diteliti. Metode korelasi ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada satu

faktor berkaitan dengan faktor lainnya48 dan bertujuan pula melihat hubungan

antara dua gejala atau lebih.49

Metode penelitian ini diharapkan dapat menemukan hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti yaitu hubungan pendidikan agama Islam dengan

kepribadian Islami siswa.

Di samping pendekatan kuantitaif diatas, penelitian ini menggunakan pula

penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan

sebenarnya, yaitu keadaan SMP Negeri 90 Jakarta Timur. Dalam hal ini, penulis

melakukan penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian untuk

memperoleh data-data lapangan langsung.

48

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Yudhistira, 2002), hlm. 23

49

(36)

B.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 90 Jakarta Timur. Penelitian ini

berlangsung pada bulan Oktober sampai bulan November.

C.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. Variabel Pendidikan Agama Islam (X)

Variabel ini sebagai Variabel Independen (variabel bebas), yaitu

masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil. Variabel ini diberi simbol

dengan huruf X.

2. Variabel kepribadian Islami (Y)

Variabel ini sebagai variabel Dependen (variabel terikat), yaitu hasil

[image:36.595.110.520.172.759.2]

pengaruh variabel independen. Variabel ini diberi simbol dengan huruf Y.

Tabel 1 Matriks Variabel

No Variabel Konsep Dimensi Indikator

1 Pendidikan

Agama Islam

Usaha sadar yang

dilakukan oleh

pendidik dalam

rangka

mempersiapkan

peserta didik untuk

meyakini,

memahami dan

mengamalkan

ajaran Islam

melalui kegiatan

bimbingan,

pengajaran dan

1. Al-Quran

Hadits

2. Aqidah

Akhlak

a. Siswa dapat

membaca

Alquran

dengan baik

dan benar.

b. Siswa beriman

sesuai dengan

rukun iman

c. Siswa dapat

berprilaku

sesuai dengan

sifat-sifat

(37)

pelatihan yang

telah ditetapkan

3. Fiqih

d. Siswa dapat

menghindari

sifat-sifat

tercela

a. Siswa dapat

melaksanakan

shalat wajib

b. Siswa dapat

melaksanakan

shalat-shalat

sunnah

c. Siswa dapat

melaksanakan

puasa

d. Siswa dapat

meneladani

Rasulullah

SAW

2 Kepribadian

Muslim

Kepribadian yang

memiliki nilai-nilai

agama Islam,

memilih dan

memutuskan serta

berbuat

berdasarkan

nilai-nilai Islam, dan

bertanggung jawab

sesuai dengan

nilai-nilai Islam

1. Aspek

kejasmani

an

2. Aspek

a. Cara

seseorang

berbuat dan

berbicara

sesuai dengan

orang lain baik

dan buruknya

mudah

nampak dari

luar

b. Cara berfikir

(38)

kejiwaan

3. Aspek

keruhania

n yang

luhur

sikap

seseorang

berupa

pandangan

seseorang

suatu hal yang

tidak segera

dapat dilihat

dan ketahuan

dari luar

a. Dapat

memungkinka

n seseorang

berhubungan

dengan hal-hal

yang gaib,

yang dapat

meyakini

adanya Tuhan,

Nabi dan

rukun iman

yang lainnya.

D.

Populasi dan Sampel

Dalam metodologi penelitian, populasi diartikan sebagai keseluruhan

subyek penelitian.50 Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VIII SMP Negeri 90 Jakarta Timur yang berjumlah 275 siswa.

50

(39)

Sedangkan sampel adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang

diteliti.51 Menurut S. Marjono dalam metodologi penelitian, sampel adalah bagian

dari populasi.52 Ada dua cara pengambilan sampel, yaitu dengan teknik probabilitas

(sampel acak sederhana, strata proposional, tidak porposional dan sebagainya), dan

teknik non probabilitas (sampel bertujuan, sampel kebetulan dan lain sebagainya).

Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh kelas VIII yang terdiri dari 7 kelas

dengan jumlah 275 siswa. Kemudian diambil sampel 5 orang setiap 1 kelas dari

[image:39.595.107.516.218.550.2]

jumlah populasi, yakni 35 siswa.

Tabel 2

Populasi Sampel

VIII.1

VIII.2

VIII.3

VIII.4

VIII.5

VIII.6

VIII.7

5

5

5

5

5

5

5

Jumlah 35

E.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari lapangan cara sebagai berikut:

1. Angket

Teknik ini digunakan untuk merekam pendapat/ pandangan siswa tentang

hubungan pendidikan agama Islam dengan kepribadian Islami Siswa.

51

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian....hlm. 109 52

(40)

2. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.53

Dalam hal ini penulis mengamati langsung keadaan dan proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di SMP Negeri 90 Jakarta Timur.

3. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.

Wawancara ini dilakukan dengan guru pendidikan agama Islam yang dapat

memberikan keterangan dan dapat melengkapi data untuk skripsi ini.

4. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya bagian-bagian tertulis.

Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat

data-data yang sudah ada

F.

Pengolahan Data

Untuk mengolah data, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing,

teknik ini bertujuan meneliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran

pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

2. Skoring

Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya peneliti memberikan skor

terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Pertanyaan yang positif diberi skor

4, 3, 2, 1, sedangkan pertanyaan negatif diberi skor sebaliknya, untuk setiap

jawaban SL, SR, KD, dan TP. Adapun rinciannya sebagai berikut:

53

(41)

Selalu (SL) (a) diberi nilai 4

Sering (SR) (b) diberi nilai 3

Kadang-kadang (KD) (c) diberi nilai 2

Tidak Pernah (TP) (d) diberi nilai 1

3. Tabulating

Selanjutnya adalah perhitungan terhadap hasil skor yang telah ada.

4. Analisis Data

Setelah melewati tahapan-tahapan diatas, maka selanjutnya dilakukan analisa

data secara deskriptif dengan menggunakan data statistik berupa prosentase

atau frekuensi relatif dengan menggunakan rumus:

P =

N f

X 100%

Keterangan:

P = Angka prosentase

f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

[image:41.595.110.516.116.652.2]

N = Number of Case (Jumlah frekuensi/ banyaknya individu)

Tabel 3

Pengukuran secara deskriptif Jawaban Pengukuran

Item

Jumlah Item

Nilai Pengukuran Secara deskriptif

S=Selalu 4 20 80 Sangat tinggi

SR=Sering 3 20 60 Tinggi

KD=Kadang-kadang

2 20 40 Sedang

TP=Tidak Pernah 1 20 20 Kurang

Berdasarkan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian ini, maka peneliti

menganalisa data yang menggunakan teknik analisa korelasional. Teknik

korelasional adalah teknik analisa statistik mengenai hubungan antara kedua

(42)

Setelah itu, untuk mencari korelasi antara dua variabel penulis

menggunakan rumus Product of Moment Corelation, yaitu salah satu teknik untuk

mencari korelasi antara dua variabel. Adapun rumusnya sebagai berikut:

rxy =

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N           Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” Product moment

N = Number of cases

= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

= Jumlah seluruh skor X

=Jumlah seluruh skor Y

Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” Product Moment maka dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil penelitian

[image:42.595.113.524.184.726.2]

dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti dibawah ini:

Tabel 4 Interpretasi Data Besarnya “r”

Product Moment (rxy)

Interpretasi

0,00-0,20 Antara variabel X dan Y terdapat

korelasi yang sangat rendah sehingga

korelasi itu diabaikan

0,20-0,40 Antara variabel X

Gambar

Tabel 26 Siswa Mengerjakan Tugas yang diberikan oleh guru............... ..............
Tabel 1 Matriks Variabel
Tabel 2 Populasi
Tabel 3 Pengukuran secara deskriptif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembentukan kepribadian siswa di SMPN 1 Bengkunat Kecamatan Bengkunat Kabupaten

Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa SMP Negeri

Setelah ditemukan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat atau tinggi pada Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Pengamalan Nilai-nilai Islami Siswa,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap kecerdasan emosional peserta didik.. Penelitian ini

Hasil penelitian ini adalah (1)Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Mojosongo sudah berjalan baik (2)Peran guru pendidikan agama Islam dalam

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan disiplin belajar siswa di SMP Negeri 1 Barombong dan mengetahui peranan guru Pendidikan Agama Islam

Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, SMP Negeri 21 Bulukumba menyandarkan nilai-nilai multikultural dalam materi pendidikan agama Islam dengan

FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oktaviani Sagita 2015510057 UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 3 TANGERANG