• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAKAIAN FASHIONABLE SEBAGAI REPRESENTASI IDENTITAS DIRI REMAJA PEREMPUAN MODERN (Analisis Semiotik dalam Film Bratz)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PAKAIAN FASHIONABLE SEBAGAI REPRESENTASI IDENTITAS DIRI REMAJA PEREMPUAN MODERN (Analisis Semiotik dalam Film Bratz)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PAKAIAN FASHIONABLE SEBAGAI REPRESENTASI IDENTITAS DIRI REMAJA PEREMPUAN MODERN

(Analisis Semiotik dalam Film Bratz)

S K R I P S I

Oleh:

ATIK ROSIKHOH 08220284

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

PAKAIAN FASHIONABLE SEBAGAI REPRESENTASI IDENTITAS DIRI REMAJA PEREMPUAN MODERN

(Analisis Semiotik dalam Film Bratz)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Oleh:

ATIK ROSIKHOH 08220284

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Setelah melalui proses panjang, penuh cobaan dan kesabaran, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pakaian Fashionable sebagai Representasi Identitas Diri Remaja Perempuan Modern (Analisis Semiotik dalam Film Bratz)”. Penulis berharap dengan adanya skripsi yang sederhana ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi pembaca, khususnya bagi akademisi yang akan melakukan penelitian tentang pakaian fashionable sebagai representasi identitas diri.

Dalam menyusun skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini, kepada:

1. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2. Bapak Nurudin, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Dosen Wali,

dan selaku Dosen Pembimbing I, yang telah senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Joko Susilp, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang menyempatkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tanpa mengecilkan arti bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini depat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINILITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAKSI ... vii

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Film ... 9

2.1.1. Film sebagai Media Komunikasi Massa ... 10

2.1.2. Film sebagai Produk Budaya ... 11

2.1.3. Film sebagai Realitas Sosial ... 13

2.2. Kajian Mengenai Representasi ... 15

2.2.1. Film Sebagai Representasi Budaya ... 18

2.2.2. Pakaian sebagai Representasi Identitas Diri ... 19

2.3. Pakaian sebagai Komunikasi ……... 20

2.4 Fungsi Pakaian ………. 23

2.4.1. Fungsi Pakaian sebagai Perlindungan ...…………. .……… 23

2.4.2. Fungsi Pakaian sebagai Komunikasi ……….... 23

2.4.3. Fungsi Pakaian sebagai Ekspresi Individualistik …………. 24

2.4.4. Fungsi Pakaian sebagai Status Sosial ………... 25

2.4.5. Fungsi Pakaian sebagai Definisi Peran Sosial ……….. 25

2.4.6. Fungsi Pakaian sebagai Status Ekonomi ……….. 26

2.4.7. Fungsi Pakaian sebagai Kesopanan dan Penyembunyian … 26 2.5. Citra Perempuan dalam Film ………... 26

2.6. Identitas Diri sebagai Proyek ……….. 28

2.7. Identitas Sosial ………. 29

2.8. Teori Modernisasi ……… 30

2.9. Sekilas tentang Semiotika ……… 32

2.9.1. Semiotika Komunikasi .. ………... 33

2.9.2. Semiotika dalam Film ……….... 33

2.9.3. Semiotika Roland Barthes ………. 34

(8)

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ……… 38

3.3. Unit Analisis Penelitian ……… 39

3.4. Sumber Data ………. 39

3.5. Teknik Pengumpulan Data ……….. 39

3.6. Teknik Analisa Data ………. 39

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN OBJEK 1.1. Sinopsis Film ……… 42

1.2.Profil Pendukung Film ……… 45

1.3.Tentang Boneka Bratz ……… 46

BAB V ANALISA DATA 5.1. Pakaian sebagai Ekspresi Individualistik ……….. 48

5.2. Pakaian sebagai Status Sosial ……… 52

5.3. Pakaian sebagai Status Ekonomi ………... 55

5.4. Pakaian sebagai Gaya Hidup dan Konsumsi ………. 59

5.5. Pakaian sebagai Definisi Peran Sosial ………... 63

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ……… 67

6.2. Saran ……….. 68

Daftar Pustaka ………... 70

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dua Tatanan Pertandaan Barthes ... 35

Gambar 3.1. Peta Tanda Roland Barthes ... 40

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Barker, Chris. 2009. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Barnard, Malcom. 2011. Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengomunikasikan

Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta: JALASUTRA Anggota

IKAPI.

Budiman, Kris. 2011 Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas.

Yogyakarta: JALASUTRA Anggota IKAPI.

Danesi, Marcel. 2011. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta:

JALASUTRA Anggota IKAPI.

Effendy, Heru. 2005. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta:

Panduan.

Fiske, Jhon. 2010. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling

Komprehensif. Yogyakarta: JALASUTRA Anggota IKAPI.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan

Laporan Penelitian. Malang: UMM Pers.

Hoed, Benny. 2011 Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu.

Hollows, Joanne. 2010. Feminisme, Feminitas, dan Budaya Populer. Yogyakarta:

JALASUTRA Anggota IKAPI.

Ida Sundari Husen, dan Rahayu Hidayat. 2001. Meretas Ranah Bahasa, Semiotika, dan

Budaya. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya.

Irwan Abdullah, Wening Udasmoro,dan Hasse J. 2009. Dinamika Masyarakat dan

(11)

Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya

Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framming. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

__________ 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Winarni. 2003. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Malang: UMM Pers.

Non Buku:

--- Pengertian Film.

http://www.scribd.com (diakses pada tanggal 31 Maret 2012 pada pukul 14:05).

--- Film, Semiotika Sosial dan Politik Representasi.

http://sinaukomunikasi.wordpress.com (diakses pada tanggal 31 Maret 2012 pada

pukul 14:25).

--- Film sebagai Salah Satu Aplikasi.

http://id.shvoong.com (diakses pada tanggal 31 Maret 2012 pada pukul 14:25).

--- Sinopsis Film Bratz.

http://id.articlestreet.com (diakses pada tanggal 13 September 2012 pada pukul

19:05)

--- Film dan Representasi Budaya.

http://yearrypanji.wordpress.com (diakses pada tanggal 5 Oktober 2012 pada

pukul 20.30)

(12)

http://baby-jihan.blogspot.com (diakses pada tanggal 8 Oktober 2012 pada pukul

21.01)

--- Definisi Modernisasi.

http://chi-lophe.blogspot.com (diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pada pukul

2015)

--- Teori Modernisasi.

Dc231.4shared.com/doc/ojVb29r/oreview.html (diakses pada tanggal 10 Oktober

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakaian dan fashion sudah menjadi bagian terpenting dari gaya, tren dan

penampilan keseharian kita saat ini. Pada saat ini perkembangan fashion, model

pakaian, rancangan pakaian, gaya kostumdi Tanah Air mencapai titik yang

mengesankan, ketika jalan-jalan pun dihiasi dengan iklan yang menawarkan model

pakaian terkini, shopping mall dan pusat perbelanjaan dipenuhi dengan display model

mutakhir, etalase toko, outlet dan butik dipajang busana dengan corak, warna, dan

model yang sengaja dirancang untuk merangsang cita rasa dan memikat perhatian

segmen konsumen.

Selain itu film juga dapat menyuguhkan tentang perkembangan fashion dan

model pakaian terkini yang dapat mempengaruhi masyarakat ataupun penontonnya.

Film dapat sebagai salah satu aplikasi dari kajian budaya konsumen. Film adalah media

komunikasi yang membawa muatan pesan yang disampaikan masyarakat dan

mengandung realitas sosial.

Perkembangan media massa seperti film dalam kehidupan manusia, menghasilkan

suatu peradaban baru, khususnya yang menyangkut proses komunikasi juga melahirkan

efek sosial yang bermuatan nilai-nilai budaya manusia. Media massa merupakan suatu

sarana untuk mendapatkan informasi dan hiburan, yang tidak dapat dipisahkan lagi

dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun disisi lain, media massa telah menjadi sumber

dominan bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif untuk memperoleh gambaran

(14)

Dalam kajian komunikasi, Film dan Masyarakat memiliki hubungan yang begitu

erat. Film dapat menjangkau banyak segmen social dalam masyarakat. Film merupakan

rekaman atau rekaan realitas. Masyarakat atau penonton juga dapat menemukan

kehidupan mereka dalam sebuah film, entah kehidupan nyata ataupun impian.

Film merupakan media visual yang menampilkan satu kesatuan citra yang terdiri

atas beberapa unsur pembentuknya. Film disebut juga sebagai gambar yang bergerak.

Sebuah film dikemas dengan judul yang semenarik mungkin agar para penonton tertarik

untuk mengetahui isi film tersebut.

Film adalah gambar yang bergerak dikenal dengan gambar hidup dan memang

gerakan itu merupakan unsur pemberi hidup kepada suatu gambar, namun betapapun

sempurnanya dan modernnya teknik yang dipergunakan belum mendekati kenyataan

hidup sehari-hari sebagaimana film. Untuk meningkatkan kesandan dampak dari film,

suatu film diiringi suara yang dapat berupa dialog atau musik sehingga dialog atau

musik merupakan alat bantu penguat ekspresi, di samping suara musik, warna yang

mempertinggi tingkat nilai kenyataan pada film sehingga unsur sungguh-sungguh

terjadi sedang dialami oleh khalayak pada saat film diputar makin terpenuhi

(Effendy,2005:25).

Film juga dimasukkan ke dalam kelompok komunikasi massa. Selain

mengandung aspek hiburan, juga memuat pesan edukatif. Namun aspek sosial

kontrolnya tidak sekuat pada surat kabar atau majalah serta televisi yang memang

menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta di dalam film ditampilkan

secara abstrak, di mana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah

masyarakat. Bahkan dalam film, cerita dibuat secara imajinatif. Film sebagai alat

(15)

The Story of Crime” di Perancis dan Edward S. Porter membuat film “The Life of An

American Fireman” tahun 1992 (Effendy,2005:54)

Hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam

kajian ilmu komunikasi. Film sebagai alat komunikasi massa yang muncul di dunia,

mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada

waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap.

Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi

alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik,

ekonomi, social dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada massa

pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19. Film mencapai

puncaknya di antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II, namun kemudian merosot

tajam setelah tahun 1945, seiring dengan munculnya medium televise

(Sobur,2009:126).

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen social, lantas

membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.

Sejak itu, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak film

terhadap masyarakat. Ini, misalnya, dapat dilihat dari sejumlah penelitian film yang

mengambil berbagai topic seperti: pengaruh film terhadap anak, film dan agresivitas,

film dan politik, dan seterusnya.

Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan

antara film dan masyarakat selalu dipahami linier. Artinya, film selalu mempengaruhi

dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa

pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas

(16)

merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian

memproyeksikannya ke atas layar .

Makna film sebagai representasi dari realitas masyarakat, berbeda dengan film

sekedar sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekadar

memindah realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai

representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas

berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideology dari kebudayaannya.

Kalau kita mencermati pertumbuhan industry media akhir-akhir ini tampak

betapa media benar-benar telah mendominasi kehidupan masyarakat. Kini berbagai jenis

media seperti surat kabar, tabloid, majalah, buku, komik, radio, televise, film, video dan

animasi VCD/DVD, internet, dan berbagai corak selebaran info belanja semuanya

tengah mengepung dan berlomba mengisi waktu luang kita (Maran,2007:5).

Tidak hanya itu saja, didalam film juga menampilkan tanda / symbol seperti

fashion, pakaian, dan busana yang dikenakan. Dimana fahion, pakaian, busana sudah

menjadi bagian penting dari gaya, tren, penampilan dan keseharian kita. Berbicara

pakaian sesungguhnya berbicara tentang sesuatu yang sangat erat dengan diri kita. Tak

heran kalau dalam kata-kata Thomas Carlyle, pakaian menjadi “perlambang jiwa”

(emblems of the soul). Pakaian bisa menunjukkan siapa pemakainya. Dalam kata-kata

tersohor dari Eco, “I speak through my cloth” (Aku berbicara lewat pakaianku). Pakaian

yang kita kenakan membuat pernyataan tentang diri kita (Barnard,2011:vi)

Pakaian dipandang memiliki suatu fungsi komunikatif. Pakaian yang kita pakai

bisa menampilkan pelbagai fungsi. Busana, pakaian, kostum, dan dandanan adalah

bentuk komunikasi artifaktual (artifactual communication). Dalam buku-buku pengantar

komunikasi, komunikasi artifaktual biasanya didefinisikan sebagai komunikasi yang

(17)

dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau juga furniture. Sebagai bentuk

komunikasi, pakaian bisa menyampaian pesan artifaktual yang bersifat nonverbal.

Bidang komunikasi nonverbal terbatas sebagian besar pada pesan tubuh manusia.

Pakaian juga menampilkan peran sebagai pajangan budaya (cultural display) karena ia

mengkomunikasikan afiliasi budaya kita. Pakaian bisa menunjukkan identitas nasional

dan cultural si pemakainya.

Di samping itu, pakaian merupakan ekspresi identitas pribadi, oleh karena

memilih pakaian, baik di toko maupun di rumah, berarti mendefinisikan dan

menggambarkan diri kita sendiri. Pakaian atau busana adalah salah satu dari seluruh

rentang penandaan yang paling jelas dari penampilan luar, yang dengannya orang

menempatkan diri mereka terisah dari yang lain, dan selanjutnya, diidentifikasi sebagai

suatu kelompok tertentu.

Seperti halnya film Bratz yang menceritakan tentang kehidupan remaja yang

berpenampilan fashionable di dalam sekolah. Remaja ini tergabung dalam empat sahabat

yang di perankan oleh: Yasmin (Nathalia Ramos), Cloe (Skyler Shaye), Sasha (Logan

Browning) dan Jade (Janel Parrish) dan memberi nama kelompok mereka "BFF" - Best

Friends Forever. Tak terpisahkan sejak mereka pertama kali bertemu, gadis-gadis muda

selalu mendukung kepribadian setiap individu lain, bakat dan gaya busana yang luar

biasa. Dengan gaya penampilan mereka itulah mereka dapat menujnjukkan tentang

identitas mereka.

Empat remaja ini selalu menunjukkan gaya penampilan / fashion yang luar

biasa. Menunjukkan bagaimana cara berpakaian yang trendy dan selalu tampil

fashionable agar banyak orang yang menjad tertarik pada mereka. Dari sinilah mereka

(18)

Selain itu, dari cara berpakaian mereka yang luar biasa dan fashionable itu,

banyak teman yang tertarik dan ingin mendekatinya dan menjadi pusat perhatian di

sekolah tersebut. Sehingga, keberadaan mereka berempat, dianggap sebagai ancaman

bagi ketua murid, Meredith (Chelsea Staub), yang ingin selalu jadi pusat perhatian.

Meredith khawatir, kalau mereka berempat akan mencuri perhatian murid-murid lain

dari dirinya. Akhirnya, Merdith juga berlomba-lomba untuk berpenampilan menarik dan

berbusana yang menarik agar dia tetap menjadi pusat perhatian bagi murid-murid dan

teman-temannya di sekolah tersebut.

Bentuk pakaian yang dikenakan oleh para tokoh disini bisa dibilang fashionable

karena model pakaian yang digunakan merupakan model pakaian yang mutakhir yang

berkembang sesuai dengan zamannya. Di dalam film Bratz ini para tokoh selalu

menunjukkan gaya berpakaian yang luar biasa. Para tokoh selalu memamerkan

pakaian-pakaian yang digunakannya untuk menunjukkan tentang identitas dirinya kepada

teman-temannya.

Begitulah, sebuah film pada dasarnya bisa melibatkan symbol-simbol visual dan

linguistic untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan. Film umumnya

dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai system tanda yang

bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa komunikasi bukan hanya sekedar

proses, melainkan komunikasi juga dapat menggambarkan tentang makna. Oleh

karenanya peneliti tertarik untuk meneliti tentang makna-makna yang terdapat dalam

film Bratz. Peneliti ingin mengetahui symbol-simbol fashion yang dibangun dalam film

Bratz sebagai suatu bentuk komunikasi.

Berdasarkan pemaparan itulah maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam

(19)

judul skripsi. Sehingga peneliti mengambil judul “Pakaian Fashionable sebagai

Representasi Identitas Diri Remaja Peremuan Modern (Analisis Semiotik dalam Film

Bratz)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas, maka penulis menyimpulkan rumusan masalah yang

diangkat adalah ”Apa makna pakaian fashionable dapat sebagai representasi identitas

diri perempuan modern dalam film Bratz?”

1.3 Tujuan Penelitian

Melihat rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui tanda-tanda pakaian fashionable sebagai representasi identitas diri

perempuan dalam film Bratz.

b. Memperoleh pemahaman mengenai makna dibalik tanda dalam film Bratz.

c. Mengidentifikasi bentuk-bentuk representasi identitas diri perempuan dalam film

Bratz.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaaan penelitian ini adalah:

1. Manfaat akademis

a. Dengan adanya penelitian ini dapat membuka wawasan mahasiswa Ilmu

Komunikasi dalam hal semiotika perfilman.

b. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat serta melatih kemampuan

(20)

peristiwa komunikasi dengan menggunakan analisis semiotic, sehingga kita

sebagai calon ahli komunikasi dapat lebih berhati-hati dalam menggunakan

segala bentuk atribut yang dapat mengkomunikasikan suatu pesan.

c. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi tambahan dalam penelitian-penelitian

berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan pengertian pada masyarakat tentang dunia

Referensi

Dokumen terkait

Sindrom Terowongan Karpal (STK) merupakan suatu kelainan yang terjadi ketika nervus medianus, saraf utama yang mengurus sensasi di sebagian besar daerah telapak tangan ibu jari

Dalam skripsi ini ditawarkan suatu bentuk penyegaran kembali panggilan sebagai penganut semangat kedinaan Santo Fransiskus Assisi dalam karya pelayanan terhadap

A general situation may be described as follows: the functional form of the distribution function is known and merely the values of a finite number of parameters, involved in

Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu yang terkait dengan pengaruh lokasi, promosi, word of mouth , dan kualitas

Dalam hal ini, budi pekerti menurut Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional diartikan sebagai sikap atau perilaku sehari- hari baik individu, keluarga, maupun masyarakat

Jika tidak ada informasi network tujuan pada tabel routing, tapi router memiliki informasi default route. router memiliki informasi

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ( TGT )

Proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada: sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi tenaga listrik dan generator