• Tidak ada hasil yang ditemukan

GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA WANITA YANG MENGHADAPI MENOPAUSE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA WANITA YANG MENGHADAPI MENOPAUSE"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY

UNTUK

MENGURANGI KECEMASAN PADA WANITA YANG

MENGHADAPI MENOPAUSE

Tesis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Profesi Psikologi

Diajukan oleh

Esty Aryani Safithry, S.Psi

NIM 08820001

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI

KECEMASAN PADA WANITA YANG MENGHADAPI MENOPAUSE.

Yang diajukan oleh : Esty Aryani Safithry, S.Psi

08820001

Telah disetujui Tanggal, 30 Juli 2011

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Diah Karmiyati, Psi Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, Psi

Direktur Ketua Program

Program Pascasarjana Magister

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

T E S I S

Dipersiapkan dan disusun oleh : Esty Aryani Safithry, S.Psi

08820001

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 22 Agustus 2011

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Dyah Karmiyati, M.Si, Psi

Sekretaris : Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, Psi

Penguji I :

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 28 Juli 2011

Yang menyatakan,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT, penulis panjatkan atas segala rahmat

dan hidayah-NYA sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

Tesis yang berjudul “Group Cognitive Behaviour Therapy untuk

mengurangi kecemasan pada wanita yang menghadapi menopause”, ditulis dalam

rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi S2 program

studi Profesi Psikologi di Program Pascasarjana Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Tesis ini diharapkaan dapat bermanfaat bagi penulis, mahasiswa

Psikologi serta pembaca dalam mengembangkan kemampuan meneliti dan

pengembangan ilmu pengetahuan.

Keberhasilan dalam menyelesaikan tesis tidak terlepas dari bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang dalam

dan tulus kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Dr. Latipun, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Malang.

2. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si, selaku Kepala Program Pascasarjana psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Diah Karmiyati, M.Si, Psi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta petunjuk dalam

penulisan tesis ini.

4. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, Psi, selaku Dosen Pembimbing II yang

(6)

vi

5. Bapak Drs. H. Suryadi, Ibu Dra. Hj. Gt. Ruhani, S.Ag, adiku Erry , beserta

seluruh saudara yang telah memberikan motivasi baik secara moril maupun

materi yang tidak dapat dinilai dengan apapun.

6. Dosen Program Magister Psikologi yang telah membimbing penulis selama

menjadi mahasiswa.

7. Teman-teman mahasiswa pascasarjana psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang yang telah memberi motivasi, doa dan bantuan dalam menyelesaikan

Tesis.

8. Para Subjek yang terlibat dalam penelitian ini, terimakasih telah membantu

dalam penyelesaian penelitian ini.

9. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Malang, Agustus 2011 Penulis

(7)

vii A. Rancangan Penelitian ... 52

B. Subjek Penelitian... 55

C. Metode Pengumpulan data dan Kredibilitas Data ... 55

D. Rancangan Intervensi ... 60

E. Prosedur Intervensi ... 62

(8)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas subjek ... 70

B. Gambaran kasus ... 70

C. Pelaksanaan GCBT ... 76

D. Hasil dan analisis terapi... 89

E. Pembahasan ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 123

B. Saran... 124

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor tabel Halaman

3.1 Rancangan group CBT ... 66

4.1 Identitas subjek... 70

4.2 Tingkat kecemasan subjek ... 77

4.3 Identifikasi pemikiran negatif ... 78

4.4 Pemikiran negatif dan positif subjek GB ... 104

4.5 Pemikiran negatif dan positif subjek HT ... 105

4.6 Pemikiran negatif dan positif subjek DF ... 106

4.7 Pemikiran negatif dan positif subjek BC ... 107

4.8 Pemikiran negatif dan positif subjek FA ... 108

4.9 Pemikiran negatif dan positif subjek RP ... 109

4.10 Pemikiran dan tingkah laku positif subjek ... 113

DAFTAR GRAFIK Nomor grafik Halaman 4.1 SUDS subjek GB ... 90

4.2 SUDS subjek HT ... 93

4.3 SUDS subjek DF ... 95

4.4 SUDS subjek BC ... 97

4.5 SUDS subjek FA ... 100

4.6 SUDS subjek RP ... 102

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

1. Informed consent subyek GB ... 125

2. Informed consent subyek HT ... 126

3. Informed consent subyek DF ... 127

4. Informed consent subyek BC ... 128

5. Informed consent subyek FA ... 129

6. Informed consent subyek RP ... 130

Lampiran B 1. Kuesioner riwayat hidup subjek GB ... 131

2. Kuesioner riwayat hidup subjek HT ... 134

3. Kuesioner riwayat hidup subjek DF ... 137

4. Kuesioner riwayat hidup subjek BC ... 140

5. Kuesioner riwayat hidup subjek FA ... 143

6. Kuesioner riwayat hidup subjek RP ... 146

Lampiran C 1. Modul pelaksanaan group CBT ... 149

2. Jadwal pelaksanaan terapi ... 162

3. Lembar tata tertib kelompok ... 163

4. Materi ceramah tentang menopause ... 164

5. Modul latihan relaksasi ... 172

(11)

xi

Lampiran D

1. Lembar hasil latihan relaksasi ... 181

2. Lembar hasil restrukturisasi kognitif ... 189

3. Lembar evaluasi setiap pertemuan ... 191

4. Lembar hasil tugas rumah relaksasi ... 205

5. Lembar hasil tugas rumah restrukturisasi kognitif ... 217

(12)

xii ABSTRAK

Safithry, Esty Aryani. 2011. Group Cognitive Behaviour Therapy untuk Mengurangi Kecemasan pada Wanita yang Menghadapi Menopause.

Tesis, Jurusan Magister Profesi Psikologi, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (I) Dr. Dyah Karmiyati, M.Si, Psi (II) Dra.Cahyaning Suryaningrum, M.Si, Psi

Kata kunci : Group CBT, kecemasan, menopause

Pada masyarakat yang mengagungkan kemudaan dan kecantikan, menopause bisa dipersepsikan sebagai ancaman (Christiani, 2000). Selain itu mitos yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat menimbulkan kecemasan.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah group cognitive behavior therapy yang diterapkan dapat menurunkan kecemasan menghadapi menopause. Group cognitive behavior therapy adalah teknik CBT yang diterapkan pada kelompok. Pada group CBT ini, dinamika kelompok sangat ditekankan karena dapat tercapai atau tidak suatu tujuan kelompok tergantung pada bagaimana pola komunikasi antar anggotanya, oleh karena itu, pada setiap sesinya selalu ada kegiatan diskusi kelompok.

Subjek penelitian ini adalah wanita yang masih aktif bekerja. Saat gejala menopause muncul akan membuat mereka berfikiran negatif bahwa gejala tersebut dapat menghambat kerja dan mengganggu penampilan serta membuat mereka takut jika suami mereka mencari perempuan yang lebih cantik. Pikiran-pikiran negatif itulah yang akhirnya membuat mereka mengalami kecemasan menghadapi menopause.

Terapi kognitif seringkali dikombinasikan dengan modifikasi perilaku untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Nevid, 2007), maka teknik yang akan digunakan adalah latihan relaksasi dan restrukturisasi kognitif. Dinamika kelompok pada teknik terapi ini berupa diskusi kelompok mengenai hambatan dan kemajuan saat berlatih relaksasi serta mencari pemikiran positif saat restrukturisasi kognitif.

(13)

125

 

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R.L, Atkinson, R.C&Hilgard, E.R. 1991. Pengantar psikologi, Edisi 8 Jilid 2. Alih Bahasa: Nurjannah Taufiq. Jakarta: Erlangga

Baziad, A. 2002. Seputar masalah menopause, www.klinik perempuan.com

Bieling, P., McCabe, R., & Antony, M., 2007. Cognitive behavioral therapy in groups. New York : Guilford Press

Blakburn & Davidson. 1990. Terapi kognitif untuk depresi & kecemasan suatu petunjuk bagi praktisi. Semarang: IKIP Semarang.

Bromwich, P. 1992. Menopause. Alih Bahasa, Meitasasri Tjandrasa. Jakarta : Bumi Aksara.

Burns, D. 1998. Terapi Kognitif : Pendekatan baru bagi penanganan depresi. Jakarta: Airlangga.

Byrne, D. 1996. An introduction to personality. New Jersey: A Englewood dift.

Caplin, J.P. 1997. Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali Press

Davidson, G.C & Neale, K., 2006. Psikologi abnormal. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Drajat, Z. 1994 Menghadapi masa menopause, mendekati usia tua. Jakarta: Bulan Bintang.

Duran, V.M. & Barlow, D.H.,2006. Psikologi abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Erickson, G., David, J., Amy, S & Tallman, K. 2006,A group cognitive behaviour therapy program for various anxiety. The british journal of psychiatry, Vol 195, No 4, 308 – 317

(14)

126

Glasier, A.,& Gebbie, A. 2006. Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi Edisi 4. jilid pertama. Jakarta : EGC

Hall, C. S. 1980. Suatu pengantar kedalam ilmu jiwa Sigmund Freud. Alih Bahasa: Tasrif. Bandung: Pustaka Pelajar.

Hawari. 1997. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hurlock, E.B. 1997. Psikologi perkembangan, suatu rentang kehidupan Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

Iskandar, Y. 1998. Stress anxiety & penampilan. Yayasan Darma Graha.

Kartono, K. 1999. Psikologi abnormal dan psikologi seks. Bandung: Munandar Maju

Kasdu, D. 2004. Kiat sehat dan bahagia diusia menopause. Jakarta: Puspa Swara.

Kazdin, AE.,1992. Research design in clinical psychology. 2nd edition. Boston; Allyn and bacon A Division of Simon & Schuster

Lazarus, R. S. 1976. Pattern of adjusment and human efectivenees. New York : Kogakusha McGraw Hill Book Company.

Marshall, C & Rossman. 2000 Effectiveness cognitive behavior group therapy in patients with anxiety. American journal of psychiatry Vol 167, No 7, 15-22

Morgan, H. G. 1991. Segi praktis psikiatri. Alih bahasa: Hartanto. Edisi 2 Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Muhammad, K. 1991. Ginekologi dan kesehatan wanita. Jakarta: Gaya Favo Presss.

Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Green, E.B. 1997. Abnormal Psychology In Changing World. 3rd edition. New Jersey: Prentice Hall

(15)

127

Pakasi, L. S. 2000. Menopause: masalah dan penanggulangannya. Edisi kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prawitasari, J.E. 2002. Psikoterapi : pendekatan konvensional dan kontemporer. Jakarta: Pustaka Populer.

Prince, P. 2000. Psychological science & sosial science. Journal of gerantology Vol 89, No 9, 46 – 52.

Rachman, I.A. 1995. Perubahan tubuh menjelang menopause dan gejala serta tanda-tanda yang menyertainya., Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rafika, S. 2008. Konsep dasar terapi kelompok, www.e-psikologi.com. Akses 18 Novemer 2010

Rachmawati, F. 2006. Kecemasan bagaimana mengatasi penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Rini, J.F. 2004. Empty-nest. www.e-psikologi.com, Akses 18 November 2010

Steman, J. 2008. Women and Anxiety. www.superwomen.com. Akses 18 November 2010

Stuart, G.W., & Laria,M.T. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing 7th Edition. Missouri : Mosby

Takesihaeng, J. 2000. Hidup sehat bagi wanita. Jakarta: Gramedia.

Tallis, F. 1995. Mengatasi rasa cemas. Alih bahasa: Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Arcan.

Wolman,  G.,  Stricker, C. 1992. Mengatasi stres. Alih bahasa: Soemarto. Yogyakarta: Kanisius.

Zainuddin, S. K. 2002. Menopause. www.e-psikologi.com. Akses 18 November 2010

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Wanita menyadari bahwa penampilan atau kecantikan adalah hal yang sangat

penting untuk kesuksesan pergaulan maupun pekerjaan. Maka dari itu wanita

sering merasa takut dan khawatir memikirkan keriput-keriput yang bakal timbul,

tidak mau untuk memakai kacamata baca karena hal itu menunjukkan ketuaannya.

Pengakuan penerimaan dan penyesuaian diri terhadap keadaan tua ini biasa

menimbulkan berbagai masalah pada wanita (Drazat,1994).

Salah satu tanda penuaan yang ditakuti para wanita adalah menopause.

Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang

perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Seorang

wanita yang sudah menopause akan mengalami berhentinya haid. Fase ini terjadi

karena ia tidak lagi menghasilkan esterogen yang cukup untuk mempertahankan

jaringan yang responsive dalam suatu cara yang fisiologi. Akibat dari kadar

hormon esterogen dan hormon ovarium yang berkurang akan menyebabkan

perubahan fisik, psikologis dan seksual yang menurun pada wanita pasca

menopause. Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12

bulan atau satu tahun. Menopause umumnya terjadi ketika perempuan memasuki

usia 48 hingga 52 tahun (Rachmawati, 2006).

Hawari (1997), mengatakan bahwa menopause adalah fase dari kehidupan

seksual wanita, dimana siklus menstruasi berhenti. Bagi seorang wanita, dengan

(17)

2

berhentinya menstruasi ini berarti berhentinya fungsi reproduksi (tidak dapat

hamil dan mempunyai anak), namun tidak berarti peranannya dalam melayani

suami di bidang kebutuhan seksual berhenti dengan sendirinya. Pada saat

menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ

tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari hari ke hari akan

terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak akan lepas

dari predikat tua. Dengan bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah laku, cara

berpakaian dan bentuk tubuh mengalami suatu perubahan. Perubahan-perubahan

inilah yang membuat wanita khawatir tentang menopause karena beranggapan

akan kehilangan daya tarik serta khawatir orang-orang yang dicintainya akan

meninggalkannya.

Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia seseorang akan

menimbulkan berbagai perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan

mental (Hurlock, 1997). Perubahan dalam kehidupan ini dapat mengganggu

kestabilan emosi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robertson (Zainuddin,

2002) di Menopause Clinic Australia, dari 300 pasien usia menopause terdapat

31,3 % pasien mengalami depresi dan kecemasan. Kecemasan yang muncul

menimbulkan insomnia.

Pandangan seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan

psikologis pada masa menopause. Pandangan ini dipengaruhi oleh faktor yang

berasal dari dalam diri individu serta faktor yang berasal dari lingkungan sosial.

Pada masyarakat yang mengagungkan kemudaan dan kecantikan, menopause bisa

dipersepsikan sebagai ancaman (Christiani, 2000). Selain itu mitos yang timbul di

(18)

3

masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat menimbulkan

kecemasan, sedangkan wanita yang memahami tentang menopause dapat berpikir

secara wajar serta dapat menerima hal-hal yang berhubungan dengan menopause

secara wajar karena menopause merupakan peristiwa alami yang akan dialami

oleh wanita (Bromwich, 1992).

Pakasi (2000), mengatakan bahwa wanita yang sudah maupun yang belum

mengalami menopause mempunyai anggapan bahwa menopause akan dialami

oleh semua wanita sehingga mereka menganggap sebagai hal yang biasa.

Neugarten (dalam Pakasi, 2000) mengatakan bahwa wanita yang belum

menopause bersikap negatif terhadap menopause, karena mereka belum siap

menjadi tua, sedangkan wanita yang sudah menopause lebih dapat menerima

keadaan tua karena mereka telah mempunyai pengalaman menopause.

Data dari puskesmas Dinoyo Malang menunjukan masalah yang muncul pada

wanita di kelurahan Sumbersari Malang antara lain adalah tuntutan dari

masyarakat terutama dari tempat mereka bekerja dimana mereka sedang berada di

puncak karir yang membutuhkan penampilan dan hasil kerja yang sempurna,

untuk memenuhi tuntutan tersebut mereka harus tampil dengan sempurna seperti

masalah kecantikan dan penampilan serta kerja keras, saat gejala menopause

muncul seperti rasa panas yang tiba-tiba, mudah berkeringat, kulit menjadi keriput

serta berat badan bertambah membuat mereka merasakan bahwa gejala tersebut

dapat menghambat kerja dan mengganggu penampilan serta mebuat mereka takut

jika tidak mau lagi malayani suami seperti masih muda dulu.

(19)

4

Hal-hal tersebut begitu diyakini sehingga menggiring mereka untuk

mengalami perasaan-perasaan negatif saat akan mengalami menopause. Ada

beberapa wanita yang meyakini bahwa penampilan atau kecantikan adalah hal

yang sangat penting untuk kesuksesan pergaulan di masyarakat ataupun di dunia

pekerjaan, maka hilangnya tanda-tanda kecantikan merupakan sesuatu yang

sangat ditakutkan (Tallis, 1995). Mereka berfikir bahwa wanita yang mengalami

menopause otomatis berpredikat “menjadi tua” atau “waktunya sudah lewat”.

Dengan berhentinya menstruasi, berarti mereka tidak lagi mampu melahirkan

anak, berarti tidak lagi mampu mengemban tugas/peran sebagai penerus generasi.

Mereka sangat cemas, takut membayangkan munculnya keriput-keriput pada

kulitnya dan tanda-tanda lainnya. Keyakinan ini membuat mereka merasa dirinya

sudah tidak menarik lagi dan sudah tidak keibuan lagi. Kecemasan wanita

menjelang menopause menjadi bertambah karena mereka khawatir kalau

suaminya mencari pasangan lagi yang lebih muda. Ada pula yang berpikiran

bahwa menopause berarti berkurangnya peran sebagai istri bagi suami dan ibu

bagi anak-anaknya. Beberapa wanita yang mengalami menopause, hampir

bersamaan waktunya dengan pencapaian karir puncak suaminya dalam

pekerjaannya. Dalam kondisi ini, kebanyakan suami mereka disibukkan dengan

urusan pekerjaan sehingga waktu untuk istri berkurang. Sebagian besar

anak-anaknya pun sudah menginjak usia remaja-dewasa awal. Mereka sibuk dengan

kegiatannya bahkan ada kesan anak tidak lagi membutuhkan ibunya. Wanita

tersebut merasakan bahwa dirinya sudah tidak berharga dan tidak dibutuhkan lagi.

Beberapa dari mereka merasakan kehilangan daya tarik seksualnya dan menurun

(20)

5

aktivitas seksualnya. Ada beberapa wanita yang beranggapan sesudah menopause,

tidak bisa memberi kepuasan seksual bagi suaminya. Ia pun tidak dapat

menikmati hubungan intim dengan suaminya. Bahkan ada anggapan wanita yang

sudah menopause seyogyanya tidak melakukan hubungan seksual karena akan

mengakibatkan munculnya penyakit. Keyakinan ini menggiring wanita untuk

mengurangi atau menghindari aktivitas seksual, yang akan berpengaruh pada

berkurangnya keharmonisan hubungan suami istri. Kondisi ini akan memicu

munculnya problem suami-istri yang lebih komplek.

Dengan munculnya perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita

menopause inilah individu harus berusaha untuk tetap berpikir positif dengan

menganggap dan mengatasi persoalannya secara lebih optimis dan mengarahkan

pikirannya ke depan. Individu juga harus berpikir realistis atau memikirkan

persoalan yang dihadapinya secara realistis agar tercapai kepribadian yang sehat

dan seimbang (Tallis, 1995). Untuk itu wanita harus memahami tentang

menopause serta dapat menerima hal-hal yang berhubungan dengan menopause

secara wajar, mereka akan menerapkan hidup sehat dengan tidak mencemaskan

datangnya menopause karena menopause adalah hal yang alami yang akan

dialami oleh wanita. Tetapi berbeda dengan wanita yang meyakini bahwa

kecantikan merupakan hal yang sangat penting dan utama, saat gejala menopause

muncul akan terjadi perubahan pada dirinya terutama perubahan pada penampilan

seperti berat badan bertambah atau munculnya keriput, maka wanita tersebut akan

menganggap menopause sebagai sesuatu yang harus ditutupi atau dihindari.

Wanita yang takut akan datangnya menopause dan memandang menopause

(21)

6

sebagai suatu ancaman mereka akan menutupinya dengan mengikuti tren atau

mode untuk menutupi perubahan-perubahan pada dirinya. Seperti dandanan yang

terlalu mencolok, model pakaian yang seperti anak muda karena tidak mau

dikatakan tua (Pamela, 2008).

Dalam budaya kita yang mengagungkan kemudaan dan penampilan fisik

yang menarik, menopause berpotensi membangkitkan kecemasan yang dapat

berdampak negatif pada kehidupan pribadi maupun sosial. Ditambah lagi, dalam

masyarakat kita telah dipetakan kewajiban istri sedemikian rupa untuk dapat

memuaskan suami, oleh karena itu sangat penting dalam penanganan masalah

menopause dimana setiap wanita harus dapat berfikir positif tentang menopause.

Untuk memunculkan pemikiran positif, para wanita tersebut harus mengetahui

bahwa pikiran dapat mempengaruhi emosi dan perilaku, jika mereka berfikiran

negatif maka emosi dan perilaku juga menjadi negatif dan sebaliknya, dengan

pikiran positif emosi yang muncul adalah emosi yang positif dan akhirnya

memunculkan perilaku yang positif pula. Berdasarkan pandangan kognitif

perilaku bahwa kecemasan muncul karena adanya distorsi pemikiran atau

pemikiran negatif yang dapat memunculkan perilaku maladaptif, maka

dibutuhkan suatu terapi yang memfokuskan pada perubahan pemikiran dan

perilaku negatif menjadi pemikiran dan perilaku yang positif pula. Untuk itulah

diperlukan suatu terapi yang dapat memunculkan pemikiran positif klien

mengenai menopause agar dapat mengurangi kecemasan mereka. Salah satu terapi

yang efektif untuk kecemasan dan memfokuskan pada pemikiran atau keyakinan

negatif dan perubahan perilaku adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT). Para

(22)

7

terapis kognitif behavior mempercayai fikiran menjadi penyebab masalah

emosional dan perilaku, fokus pendekatan ini adalah merubah cara berfikir

(Martin, 2005).

CBT merupakan perpaduan teknik terapi kognitif dan perilaku. Dalam

penelitian ini teknik yang digunakan adalah restrukturisasi kogntif dan relaksasi

yang merupakan perpaduan teknik dari terapi kognitif dan terapi perilaku.

Restrukturisasi kognitif memfokuskan pada perubahan pemikiran negatif menjadi

positif. Pada prosesnya subjek diajak untuk menghubungkan pikiran – emosi –

tingkah laku sedangkan pada relaksasi lebih menfokuskan kepada pengenalan

gejala-gejala kecemasan dan bagaimana mereduksinya, subjek diajarkan untuk

menegangkan beberapa otot dan merilekskanya sehingga tercapai keadaan rileks.

Data yang didapat oleh peneliti adalah ada beberapa wanita yang mengalami

masalah yang sama, maka akan lebih efektif dan efisien jika teknik terapi

digunakan pada setting kelompok. Ada beberapa keuntungan dari terapi kelompok

dibandingkan terapi individu, selain lebih efektif dan efisien dalam hal waktu,

tenaga dan biaya, dimana setiap anggota kelompok diberikan terapi dalam waktu

yang bersamaan, tidak perlu satu per satu dan tidak perlu mengeluarkan biaya

lebih, juga adanya perasaan senasib sehingga mereka dapat saling mendukung dan

sama-sama memecahkan masalah pada proses terapi. Oleh karena itu CBT yang

diterapkan pada penelitian ini adalah Group CBT

Group CBT adalah CBT yang diberikan secara berkelompok. Kelompok

merupakan tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik,

serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Peran setiap anggota kelompok

(23)

8

sangat penting pada kelangsungan proses terapi, mereka berbagi pengalaman,

saling membantu satu sama lain dan saling percaya untuk mencapai tujuan

kelompok. Maka dari itu group CBT menekankan pada dinamika kelompok

dimana faktor penting tercapainya tujuan kelompok tergantung dari bagaimana

interaksi masing-masing anggota dalam kelompok. Interaksi yang baik membuat

anggota kelompok merasa memiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh

anggota kelompok yang lain (Rafika, 2007).

Group CBT dapat diberikan kepada berbagai macam gangguan seperti

macam-macam gangguan kecemasan, gangguan mood, gangguan makan,

gangguan zat serta gangguan kepribadian. Group CBT juga berguna untuk

menangani masalah yang berhubungan dengan pergantian fase atau transisi

kehidupan manusia seperti masalah pernikahan, pekerjaan, menghadapi

menopause dan menghadapi pensiun (Bieling, 2007). Hasil studi pendahuluan

yang berjudul Effectiveness cognitive behavior group therapy in patients with

anxiety yang dikeluarkan oleh American Journal of Psychiatry (2000) yang

bertujuan untuk menguji efektivitas group CBT untuk mengurangi kecemasan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 subjek. Penelitian

eksperimen ini menggunakan eksperimen dengan dua kelompok. Hasilnya

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen

antara sebelum dan sesudah pemberian terapi. Selain itu pada penelitian yang

berjudul A Cognitive-Behavioral Group for Patients With Anxiety Disorders

(2004) salah satunya pada Social Anxiety Disorder menunjukan bahwa group CBT

efektif dalam mengatasi kecemasan sosial dimana para subjek dapat terampil

(24)

9

dalam berkomunikasi di dalam grup melalui teknik ekposure. Selain itu pada

penelitian lain yang berjudul A group cognitive behaviour therapy program for

variousanxiety (2006) menunjukan bahwa klien yang mempunyai berbagai jenis

kecemasan yang disatukan di dalam suatu grup dapat terlihat kemajuan setelah

dilakukan 8-12 sesi pertemuan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, group CBT efektif dalam mengurangi

berbagai macam bentuk kecemasan yang merupakan salah satu bentuk terapi

yang dapat membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh

pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan

cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu (Bieling, 2007). Dengan

demikian pemberian CBT secara kelompok ini diperkirakan dapat membantu para

wanita tersebut berpikir yang lebih positif dalam berbagai peristiwa kehidupan

dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi penyakit atau gangguan yang sedang

dialaminya, oleh karena itu penelitian ini menggunakan group CBT untuk

mengurangi kecemasan menghadapi menopause.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah yang akan dijawab dalam tugas akhir ini adalah apakah

group CBT dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi menopause ?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah group CBT dapat

mengurangi kecemasan dalam menghadapi menopause.

(25)

10

D. Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh dari terapi bagi klien dengan kecemasan

menghadapi menopause adalah :

1. Terapi ini dapat membantu klien untuk mengurangi simtom kecemasan yang

dialami selama ini

2. Program terapi inidiharapkan dapat dimanfaatkan pihak puskesmas atau biro

pelayanan psikologi yang menggunakan terapi psikologi untuk membantu

pasienya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mereka diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman bimbingan bagi dirinya sendiri (Winkel, 1991: 71). Manfaat bimbingan klasikal, antara lain: 1) siswa semakin memahami

[r]

PSAK 10 (revisi 2009) dan PSAK 55 (revisi 2006) men syarat kan jumlah kumulatif yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain terkait dengan perbedaan nilai tukar mata uang

Untuk itu, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran koopertif tipe jigsaw yang mana siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih kurang efektif, dikarnakan kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan di SMPN 1 Suralaga hususnya kegiatan

Berdasarkan hasil yang akan dicapai pada tingkat Sekolah Menengah Atas diharapkan dapat membimbing siswa untuk memahami nilai- nilai keagamaan sesuai Buddha Dharma dan sekaligus

Memenuhi Dari hasil verifikasi data informasi yang tercantum dalam dokumen packing list sudah sesuai dengan dokumen ekspor lainnya, maka dapat disimpulkan bahwa