ANALISIS OPTIMALISASI MODAL KERJA PADA PT. PG RAJAWALI I MALANG
SKRIPSI
Oleh:
NAMA : ERNAWATI NIM : 08.610.086
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Malang, 3 Nopember 2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi yang berjudul “ANALISIS OPTIMALISASI MODAL KERJA PADA PT PG RAJAWALI I MALANG” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh gelar Kesarjanaan di bidang Ekonomi, program studi Manajemen pada Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha memberi sebaik mungkin namun demikian, penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis. Sehingga masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Nazaruddin Malik, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Dra. Erna Retna Rahadjeng, M.M, AFP, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Drs. M Jihadi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan serta petunjuk hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini baik materiil maupun spirituil.
Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis semoga mendapat balasan dari Allah SWT. dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, Oktober 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
KARTU KENDALI KONSULTASI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 6
B. Tinjauan Teori ... 7
1. Pengertian Modal Kerja ... 7
2. Jenis-Jenis Modal Kerja ... 9
3. Pentingnya Modal Kerja ... 10
4. Fungsi dan Peranan Modal Kerja ... 11
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja ... 12
6. Perputaran Modal Kerja ... 14
7. Elemen-Elemen Modal Kerja ... 15
8. Analisis Modal Kerja ... 21
9. Modal Kerja Optimal ... 23
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ... 28
B. Jenis Penelitian ... 28
C. Jenis dan Sumber Data ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
E. Definisi Operasional Variabel ... 29
F. Metode Analisis Data ... 30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
1. Profil Perusahaan ... 32
2. Lokasi dan Wilayah Kerja ... 34
3. Proses Produksi ... 34
B. Analisis Data ... 42
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perbandingan Modal Kerja Dengan Hasil Penjualan ... 4
Tabel 4.1 Perhitungan Perputaran Kas Tahun 2009- 2011 ... 42
Tabel 4.2 Perhitungan Perputaran Kas Tahun 2008 -2011 ... 43
Tabel 4.3 Perhitungan Piutang Tahun 2008 – 2011 ... 44
Tabel 4.4 Perhitungan Piutang Tahun 2008 – 2011 ... 45
Tabel 4.5 Perhitungan Perputaran Persediaan Tahun 2009 -2011 ... 46
Tabel 4.6 Perhitungan Persediaan Tahun 2008 -2011 ... 47
Tabel 4.7 Perhitungan Keterikatan Dana dalam Kas, Piutang dan Persediaan Tahun 2008 dan 2011 ... 48
Tabel 4.8 Perhitungan Perputaran Modal Kerja Tahun 2008 sampai 2011 ... 49
Tabel 4.9 Perhitungan Perputaran Modal Kerja Tahun 2008 sampai 2011 ... 50
Tabel 4.10. Perhitungan pertumbuhan Penjualan ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Neraca 2. Laba Rugi
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.
Barlian, Ridwan S, 2003, Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Penerbit: Literata Lintas Media.
Gitosudarmo, Indriyo dan Basri, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.
Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisinis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Martono & Harjito, Agus. 2003. Manajemen Keuangan, Yogyakarta: EKONOSIA.
Munawir,S, 2007. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Kesebelas, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2008, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogyakarta.
Sartono, Agus, 2008, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama,
Sarwoko, 2003, Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, Cetakan Kedua, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
Sutrisno, 2005, Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, Cetakan Kedua, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
Upload/journal struktur – kinerjaklusterindustri – gula)
Wahyudi , 2012, Analisis optimalisasi modal kerja (Studi Kasus Pada pada PT selecta Batu), Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Tidak Dipublikasikan.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri gula di Indonesia telah berusia ratusan tahun, yaitu sejak tahun 1637, ketika pabrik gula (PG) pertama berdiri di Pulau Jawa. Pada tahun 1950 terdapat 30 PG dengan lahan yang ditanami tebu seluas 27.783 hektar dan produktivitas gulanya mencapai 9,4 ton/ha. Pada tahun 1956 jumlah PG meningkat menjadi 51 buah, meningkat lagi menjadi 67 buah pada tahun 1989 dan 68 buah PG pada tahun 1995. Kemudian meningkat lagi menjadi 70 buah pada tahun 1997, yaitu 57 unit PG di Pulau Jawa dan 13 unit di luar Pulau Jawa. Sejak 1997 - 2001, meskipun tercatat ada 70 PG, tetapi hanya 59 PG yang masih aktif giling pada tahun 2001. Kekurangan bahan baku (tebu) menjadi faktor utama tutupnya 10 PG di Jawa. Dari 60 yang masih aktif, setengahnya beroperasi di bawah kapasitas gilingannya (under capacity) sehingga tidak efisien. Pada saat ini jumlah pabrik gula di Indonesia sebanyak 70 buah, 59 PG aktif dan 11 lainnya tidak aktif. Dari jumlah tersebut, 57 PG berada di Jawa (47 aktif, 10 tutup), dan luar Jawa sebanyak 13 buah (12 aktif dan 1 tutup).
Permintaan gula nasional setiap tahunnya mengalami laju peningkatan yang cukup signifikan yaitu 2,96% per tahun. Meningkatnya permintaan gula nasional ternyata tidak diikuti dengan peningkatan total produksi dalam negeri, bahkan secara umum produksi gula nasional cenderung menurun dengan laju 3,03% per tahun. Dalam periode 1996-2004, produksi gula
2
nasional hanya mampu memenuhi 54,09% dari total konsumsi gula nasional. Bahkan pada periode 1998-2002, produksi gula mengalami penurunan dengan laju 6,14 persen per tahun.
Perusahaan yang berorientasi pada keuntungan selalu menginginkan agar perusahaannya dapat bekerja seefisien mungkin, pencapaian tujuan tersebut memaksa setiap pemimpin perusahaan untuk bekerja secara maksimal. Pemimpin perusahaan tidak jarang pula dalam pencapaian tujuannya mengalami beberapa tantangan dan kendala sehingga tidak mudah untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Bagi perusahaan modal kerja mempunyai arti yang sangat penting, sebab setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk memenuhi kegiatan operasional sehari-hari, misalnya untuk membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam kurun waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya.
3
sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam usaha untuk memberikan atau menciptakan suatu bentuk kebijakan yang tidak merugikan. Efisiensi atas pengelolaan modal kerja dapat digunakan sebagai ukuran atas kemampuan perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terutama dikaitkan dengan upaya pencapaian tujuan.
PT. PG.Rajawali I Malang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi gula yang terdapat di Kabupaten Malang Jawa Timur. Mengingat produk yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat maka kelancaran atas aktivitas operasional perusahaan sangat mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan optimalisasi modal kerja perusahaan. Penggunaan modal kerja dikatakan optimal apabila perusahaan mampu memaksimalkan atas penggunaan modal kerja dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Pada sisi yang lain optimalisasi modal kerja dapat menunjukkan tingkat efektivitas operasional yang dilakukan sebagai upaya dalam pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
4
dimiliki perusahaan dengan penjualan yang dihasilkan secara lengkap dapat disajikan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Perbandingan Modal Kerja Dengan Hasil Penjualan
Tahun Modal Kerja Penjualan
2009 Rp. 72.587.299 Rp. 353.580.911 2010 Rp. 107.125.574 Rp. 340.477.163 2011 Rp. 232.577.089 Rp. 372.309.505 Sumber: PT. PG.Rajawali I Malang
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 sampai 2011 menunjukkan jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan cenderung mengalami peningkatan, namun demikian peningkatan tersebut tidak diikuti dengan adanya peningkatan penjualan. Kondisi tersebut dapat mengindikasikan bahwa pengelolaan modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan belum mampu sepenuhnya dalam upaya untuk meningkatan penjualan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Optimalisasi Modal Kerja Pada PT. PG. Rajawali I Malang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah modal kerja pada PT. PG.Rajawali I Malang sudah optimal ?
C. Batasan Masalah
5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui optimalisasi modal kerja pada PT. PG.Rajawali I Malang.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi perusahaan, sebagai pertimbangan atau alternatif untuk pengambilan keputusan terkait penggunaan modal kerja guna mencapai optimalisasi modal kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Yunanto (2005), dalam skripsinya
berjudul, pengelolaan modal kerja pada PR. Gandum Malang. Variabel
penelitian ini menggunakan analisis modal kerja dan pengukuran modal kerja.
Dari hasil analisis yaitu sumber dan penggunaan modal kerja bahwa dari tahun
ke tahun terjadi peningkatan modal kerja. Hal ini disebabkan karena
sumber-sumber modal kerja lebih besar dari penggunaannya. Dan pemenuhan
kebutuhan modal kerja ditahun 2003 keterikatan dana sebelumnya adalah
sebesar 255,63 hari, atau perputaran modal kerja secara keseluruhan adalah
306/255,63 hari = 1,408 kali. Dan ditahun 2004 keterikatan dan seluruhnya
adalah sebesar 261,088 hari, atau perputaran modal kerja secara keseluruhan
adalah 360/261,088 hari = 1,379 kali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pengendalian atas modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan masuk dalam
kategori sehat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2012) dengan judul
Analisis Optimalisasi Modal Kerja Pada PT. Selecta Batu. Dari hasil analisis
dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
PT. Selecta Batu mempunyai modal kerja optimal pada tahun 2011 sebesar
Rp. 1.938.850.747,-. Selisih antara modal kerja optimal dengan modal kerja riil
yaitu sebesar Rp. 108.036.592,- Batas toleransi yang ditetapkan perusahan
7
dalam pengelolaan modal kerja yaitu sebesar 2,5%. Sedangkan hasil
perhitungan tingkat prosentase modal kerja optimal yaitu sebesar 5,572%.
Berdasarkan perbandingan hasil prosentase modal kerja optimal maka dapat
diketahui bahwa perusahaan belum mampu melakukan optimalisasi modal
kerja.
B. Tinjauan Teori
1. Modal Kerja
Suatu perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk
membelanjai operasinya sehari- hari, misalnya untuk memberikan persekot
pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, membayar gaji pegawai dan
lain sebagainya, di mana uang atau dana yang dikeluarkan diharapkan akan
dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek
melalui hasil penjualan produksinya. Adanya modal kerja yang cukup sangat
penting bagi perusahaan untuk beroperasi se–ekonomis mungkin dan
perusahaan tidak mengalami kesulitan yang mungkin timbul karena adanya
krisis atau kekacauan keuangan, tetapi adanya modal kerja yang berlebihan
menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan
menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan karena adanya kesempatan
untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan.
Riyanto, (2008:62) Mengemukakan bahwa Modal kerja selalu dalam
keadaan berputar atau beroperasi selama perusahaan menjalankan perusahaan.
Perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam bentuk
komponen-8
komponen modal kerja kembali menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut
berarti semakin cepat perputarannya atau semakin tinggi tingkat
perputarannya. Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung berapa
lama periode perputaran dari masing-masing komponen dalam modal kerja
tersebut. Sartono (2008: 385) Pengertian modal kerja terbagi dua yaitu “Gross
working capital adalah keseluruhan aktiva lancar, dan net working capital
adalah keseluruhan aktiva lancar di atas utang lancar”.
Riyanto (2008:57-58) pengertian modal kerja di bagi menjadi tiga
konsep, yaitu:
1.Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam
unsur- unsur aktiva lancar.
2.Konsep Kualitatif
Pada konsep kualitatif, pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya
jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar.
3.Konsep Fungsional.
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam
perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.
Dari beberapa pengertian dan pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa modal kerja adalah semua investasi dalam aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan bisa diubah menjadi kas
9
2. Jenis- Jenis Modal Kerja
Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar
dalam periode tertentu.
Gitosudarmo & Basri (2002:35), modal kerja suatu perusahaan dapat
digolongkan sebagai berikut:
1 Modal kerja permanen ( Permanen Working Capital)
Sejumlah modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat
berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal Kerja ini
dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Modal Kerja Primer ( primary working capital)
Sejumlah modal kerja minimum yang ada pada perusahaan untuk
menjamin kelangsungan kegiatan usahanya.
b. Modal Kerja normal (normal working capital)
Sejumlah modal kerja dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan
kegiatan produksi pada kapasitas normal (fleksibel menurut kondisi
perusahaan).
2. Modal kerja Variabel (Variabel working capital)
Modal kerja yang dibutuhkan saat- saat tertentu dengan jumlah yang
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode.
10
a. Modal kerja musiman (Seosonal working capital)
Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah
disebabkan oleh perubahan musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical working capital)
Modal kerja siklis yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-
ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk.
c. Modal kerja darurat ( Emergency working capital)
Modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak
diketahui sebelumnya.
Dengan demikian modal kerja permanen menunjukkan besarnya
modal kerja yang harus ada agar operasional perusahaan berjalan dengan
lancar sedangkan modal kerja variabel diadakan untuk mengantisipasi
berbagai perubahan yang mungkin terjadi yang harus dapat mempengaruhi
perusahaan.
3. Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja selalu dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai
operasional perusahaan setiap hari. Artinya bahwa modal kerja harus cukup
jumlahnya dan mampu membiayai pengeluaran dan kegiatan perusahaan yang
lain karena dengan modal kerja yang cukup akan mendatangkan keuntungan
bagi perusahaan serta membiayai operasionalnya.
Pentingnya modal kerja dapat dilihat dari pendapat Riyanto (2008:65)
bahwa: Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali maka
11
satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan
tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk
seterusnya di mana setiap hari ada aktifitas usaha. Dengan sendirinya
kebutuhan modal kerja tidak hanya cukup sebesar apa yang diperlukan selama
satu periode perputaran saja, melainkan sebesar jumlah selama pengeluaran
setiap harinya dikalikan dengan periode perputarannya.
Riyanto (2008:57): “Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal
kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, dimana uang atau dana yang
dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam
waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya”.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa modal kerja selalu
dalam keadaan tersedia untuk digunakan dalam operasi perusahaan.
Tersedianya modal kerja tersebut harus cukup jumlahnya dalam arti bahwa
mampu membiayai operasi perusahaan setiap hari.
4. Fungsi dan Peranan Modal Kerja
Modal kerja pada hakekatnya merupakan jumlah yang terus-menerus
harus ada dalam menopang usaha perusahaan yang menjembatani antara
pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa, dengan waktu penerimaan
penjualan, atau pengeluaran yang bersifat bukan untuk harta tetap.
Munawir (2007:45) Fungsi dan peranan modal kerja adalah sebagai
12
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancar.
2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajibam tepat
pada waktunya.
3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani konsumennya.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelangganya.
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan.
5. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Modal kerja yang tersedia dianggap cukup bagi suatu perusahaan
tidak selalu cukup oleh perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh jenis
usaha yang berbeda-beda dari masing-masing perusahaan. Untuk menentukan
jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung
pada beberapa faktor.
Munawir (2007:44) Bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja
13
yang dibutuhkan untuk memproduksi barang,3) Syarat pembelian bahan baku
atau barang dagangan,4) Syarat penjualan,5) Tingkat perputaran persediaan.
Adapun penjelasan dari uraian diatas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah sebagai berikut:
a. Sifat atau tipe perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan manufaktur,
karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar
dalam kas, piutang maupun persediaan. Apabila dibandingkan dengan
perusahaan industri, maka keadaannya sangat ekstrem karena perusahaan
industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar
agar perusahaan tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya
sehari-hari.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau memperoleh
barang yang akan dijual serta harga per-satuan dari barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan
waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual
maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual.
Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau
memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang
dibutuhkan.
14
Syarat pembelian bahan baku atau barang dagangan atau bahan
dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat
mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, Jika
syarat kredit yang di terima pada waktu pembelian menguntungkan, makin
sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau
barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang
akan dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek
maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persedian semakin besar
pula.
d. Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang
harus diinvestasikan dalam sektor piutang.
e. Tingkat perputaran persediaan.
Tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), menunjukkan
berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual
kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah
modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.
Munawir (2007:119) “Disamping faktor- faktor tersebut masih
banyak faktor- faktor lain yang akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja
suatu perusahaan, misalnya faktor musiman, volume penjualan, tingkat
perputaran piutang, dan jumlah rata-rata pengeluaran setiap harinya”.
15
Riyanto (2008:62) mendefinisikan sebagai berikut: perputaran modal
kerja adalah perputaran uang tunai yang di investasikan dalam komponen –
komponen modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi uang tunai.
Sutrisno (2005:43): Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas
ditanamkan pada elemen-elemen modal kerja sehingga menjadi kas lagi,
adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal
kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut.
Semakin cepat masa perputaran modal kerja semakin efisien penggunaan
modal kerja,dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran
modal kerja merupakan aliran dana yang dimulai dari saat kas diinvestasikan
pada setiap elemen aktiva lancar untuk operasi perusahaan sampai pada kas
tersebut diterima kembali.
7. Elemen-Elemen Modal Kerja
Elemen dari modal kerja semuanya bersifat lancar dan Riyanto
(2008:69) elemen dari modal kerja adalah sebagai berikut:
1. Kas
Dalam perjalanan usahanya setiap perusahaan membutuhkan kas.
Kas yang diperlukan baik untuk membiayai perusahaan sehari-hari
maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Kas dan
surat berharga merupakan jenis aktiva yang paling likuid bagi perusahaan.
16
disimpan di bank dalam berbagai bentuk seperti deposito dan rekening
koran.
Makin tinggi perusahaan menahan kas berarti semakin tinggi
tingkat likuiditasnya, yang berarti pula semakin siap perusahaan untuk
membayar hutang jangka pendeknya. Namun demikian ini bukan berarti
perusahaan harus menahan kas dalam jumlah yang berlebihan, karena akan
membiarkan sejumlah kas menganggur (tidak produktif) akibatnya akan
menekan produksi/ penjualan dan pencapaian profit.
Abdullah (2005:103) beberapa alasan perusahaan untuk menahan
kas, yaitu meliputi:
a. Transaction Motive
Salah satu alasan utama penanaman kas adalah untuk memenuhi semua
transaksi transaksi rutin sehari-hari dalam melakukan kegiatan
operasional perusahaan. Tingkat kegiatan operasional perusahaan akan
mempengaruhi tingkat modal kerja termasuk besarnya kas yang
dibutuhkan.
b. Precautinary Motive
Menahan kas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tak terduga
semula. Apabila predikbilitas tinggi, cukup hanya sedikit kas untuk
menghadapi keadaan darurat atau tak terduga.
17
Menahan kas agar supaya bisa menarik keuntungan dari perubahan
harga surat berharga yang diperkirakan dan untuk motif spekulasi.
Dalam dunia menahan kas ini jarang dijumpai.
2. Piutang
Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan
untuk menyeleksi para pelanggan yang akan diberikan kredit berapa jumlah
yang harus diberikan. Hal ini menyangkut kebiasaan langganan dalam
membayar kembali, kemungkinan langganan tidak membayar kredit yang
diberikan dan rata-rata jangka waktu pembiayaan para langganan. Jangka
waktu pengumpulan piutang adalah jangka waktu dari saat terjadinya
piutang tersebut. Semakin lama jangka waktu pengumpulan piutang
semakin besar investasi pada piutang dan biaya yang timbul juga semakin
besar.
Sundjaja & Barlian (2003:95) “Piutang adalah suatu perkiraan aktiva
yang menunjukkan jumlah yang terutang pada perusahaan sebagai akibat
penjualan barang dan jasa” hal ini muncul karena adanya penjualan kredit.
“Piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan
kepada pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk
perusahaan. (Martono, 2003:95) “Piutang dagang merupakan tagihan
perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain yang membeli produk
perusahaan”.
Kebijakan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini
18
adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana yang tertanam dalam
piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih.
Namun demikian, karena kebijakan kredit ini akan meningkatkan
penjualan, maka biaya piutang tersebut akan diimbangi oleh meningkatnya
penjualan perusahaan. Pengelolaan piutang merupakan suatu cara agar
kebijakan kredit mencapai optimal, yaitu tercapainya keseimbangan antara
biaya yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang
diperoleh dari kebijakan tersebut. (Martono, 2003:95).
Tujuan investasi dalam piutang adalah:
a. Untuk meningkatkan penjualan
Perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit akan mampu menjual
lebih banyak barang dibandingkan dengan perusahaan dengan menuntut
pembayaran tunai.
b. Untuk meningkatkan laba profit
Investasi dalam piutang diharapkan akan meningkatkan penjualan yang
lebih tinggi sehingga memberikan laba yang lebih besar bagi perusahaan.
c. Untuk memenuhi syarat persaingan.
Perusahaan harus mengambil kebijakan kredit agar langganan tidak
melakukan pembelian pada perusahaan yang menentukan syarat-syarat
pembayaran yang lebih ringan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang:
19
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan
memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya
volume penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan harus
menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar
piutang berarti makin besar resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga
memperbesar profitabilitas.
b) Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti
bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada
pertimbangan profitabilitas. Makin panjang batas pembayaran berarti
makin besar jumlah investasi dalam piutang.
c) Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau
plafond bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggannya. Makin
tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing pelanggan berarti
makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Demikian pula
ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin selektif para
langganan yang diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam
piutang. Jadi, pembatasan kredit disini bersifat kuantitatif dan kualitatif.
20
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang
secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara
aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran yang lebih
besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang dibandingkan
dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaannya secara pasif.
e) Kebiasaan membayar dari para pelanggan
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar
dengan menggunakan cash discount period, dan ada sebagian yang tidak
menggunakan kesempatan tersebut. Kebiasaan para langganan ini akan
mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila
sebagian besar langganan membayar dalam waktu selama discount period,
maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas yang
berarti makin kecil investasi dalam piutang.
3. Persediaan
Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva
lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini
dipahami karena persedian merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan kelancaran operasi perusahaan. Pengertian persediaan
mencakup pengertian yang sangat luas, mencakup persediaan yang terdapat
dalam perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur. Sifat dan wujud
persediaan sangat bervariasi tergantung sifat, jenis, dan bidang usaha
perusahaan. Persediaan bagi perusahaan yang satu mungkin bukan
21
perusahaan dagang kendaraan bermotor merupakan persediaan tetapi bagi
perusahaan lain mobil itu merupakan aktiva tetap.
Sartono (2001:443) “Persediaan adalah barang-barang atau bahan
yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan
segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan”. (Sundjaja & Barlian, 2003:296) “Persediaan meliputi semua barang atau
bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang
menunggu untuk diproses lebih lanjut atau dijual”.
8. Analisis Modal Kerja
Dalam menjalankan aktivitas atau operasional perusahaan maka
peranan aktiva sangat menentukan atas keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan terbagi menjadi dua yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
Aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada dasarnya merupakan manfaat
ekonomis yang akan diterima pada masa mendatang, atau akan dikuasai
oleh perusahaan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian. Aktiva
merupakan sumber ekonomi yang akan dipakai perusahaan untuk
menjalankan kegiatan.
Aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan dapat mencerminkan
kemampuan perusahaan atas kondisi secara keuangan dalam upaya
memenuhi kewajiban atau kebutuhan jangka pendek perusahaan.
22
mengenai kas, piutang dan persediaan, atau disebut sebagai modal kerja
perusahaan. Kas merupakan aktiva yang paling lancar yang dimiliki oleh
perusahaan.
Mengenai piutang terjadi dikarenakan adanya kebijakan
perusahaan terkait dengan penjualan kredit yang akan menimbulkan
piutang ini sebenarnya menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya
tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana
yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang
mungkin tidak tertagih. Namun demikian, karena kebijakan kredit ini akan
meningkatkan penjualan, maka biaya piutang tersebut akan diimbangi
oleh meningkatnya penjualan perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan
piutang merupakan suatu cara agar kebijakan kredit mencapai optimal,
yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya yang diakibatkan oleh
kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut.
(Martono, 2003:95). Kondisi tersebut juga terkait dengan pengendalian
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, melalui analisis terhadap
persediaan maka tingkat efisiensi atas penggunaan modal kerja dapat
terwujud. Kondisi tersebut dapat menunjukkan bahwa melalui analisis
terhadap modal kerja maka upaya untuk memaksimalkan upaya
pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Sutrisno (2003:53) metode analisis perputaran modal
23
1 Perputaran kas, merupakan perbandingan antara perjualan dengan
rata-rata kas yang dimiliki oleh perusahaan, dengan persamaan sebagai
berikut:
Perputaran Kas =
Kas Rata -Rata
Penjualan
2. Perputaran piutang, merupakan perbandingan antara perjualan dengan
rata-rata piutang yang dimiliki oleh perusahaan, dengan persamaan
sebagai berikut:
Perputaran piutang =
Piutang Rata
-Rata
Penjualan
3. Perputaran persediaan, merupakan perbandingan antara perjualan
dengan rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, dengan
persamaan sebagai berikut:
Perputaran persediaan =
Persediaan Rata
-Rata
Penjualan
Setelah perputaran elemen modal kerja ditemukan kemudian dihitung
periode terikatnya elemen modal kerja, dan hasilnya dijumlahkan
menjadi periode terikatnya modal kerja, adapun persamaan yang
digunakan yaiu sebagai berikut:
Perputaran Kas =
Kas Perputaran
360
Perputaran piutang =
Piutang Perputaran
360
Perputaran persediaan =
Persediaan Perputaran
24
9. Modal Kerja Optimal
Sarwoko (2003:79) mengemukakan bahwa analisis optimalisasi
merupakan salah satu penentuan besarnya aktiva lancar dengan metode
perputaran modal kerja yang didasarkan pada data historis, sehingga
kondisi tahun mendatang diasumsikan sama dengan tahun sebelumnya.
Dasar utama untuk menentukan besarnya estimasi modal kerja tahun
mendatang adalah hasil estimasi nilai penjualan tahun mendatang.
Metode ini didesain dengan menggunakan perputaran seluruh elemen
aktiva lancar seperti kas, piutang, dan persediaan.
Berdasarkan hasil perhitungan elemen aktiva lancar dapat
diketahui besarnya modal kerja. Estimasi nilai penjualan tahun
mendatang dengan perputaran modal kerja ditemukan maka selanjutnya
dapat dihitung nilai modal kerja optimal tahun mendatang,sebagai
berikut:
Modal kerja optimal =
Kerja Modal Perputaran
datang akan yang Penjualan
Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana
menganggur dan tidak digunakan secara optimal, sehingga profitabilitas
perusahaan kecil. Modal kerja yang terlalu kecil akan menghambat atau
mengganggu kalancaran proses produksi karena kekurangan dana.
Untuk dapat menganalisis laporan keuangan tersebut menentukan
suatu ukuran-ukuran tertentu yang disebut “ratio” ini merupakan alat
yang dinyatakan dalam arti relatif maupun absolut untuk menjelaskan
25
selalu digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan keuangan
perusahaan adalah analisa ratio mengadakan analisa terhadap modal kerja
yang tercermin dalam laporan keuangan merupakan suatu kegiatan yang
harus dilakukan terutama oleh pihak manajemen untuk mengetahui
bagaimana keadaan dan tingkat efektifitas modal kerja adalah sangat
diperlukan guna mengadakan analisis terhadap berbagai hubungan antara
pos-pos dalam laporan keuangan.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui optimalisasi modal
kerja yaitu sebagai berikut:
Jika MKR = MKO, maka kebutuhan modal kerja perusahaan sudah
optimal
Jika MKR MKO, maka kebutuhan modal kerja perusahaan belum
optimal
MKO > MKR perusahaan
Artinya bahwa modal kerja perlu ditambah, sedang penambah
tergantung dari besarnya perhitungan MKO
MKO < MKR perusahaan
Artinya bahwa modal kerja perlu adanya pengurangan, sedangkan
pengurangan tergantung dari besarnya perhitungan MKO
Keterangan:
MKR = modal kerja rill perusahaan
MKO = modal kerja optimal
26
Berdasarkan gambar 1 akan dilakukan analisis terhadap kinerja
keuangan pada PT. PG.Rajawali I Malang, dasar pengukuran kinerja
perusahaan yaitu dari laporan neraca dan laporan laba rugi. Melalui analisis
terhadap laporan neraca dan laba rugi tersebut dapat diketahui kemampuan
perusahaan dalam melakukan pengelolaan sumber kinerja yang dimiliki oleh
perusahaan. Dalam penelitian ini difokuskan pengukuran kinerja perusahaan
perusahaan yang dikaitkan dengan analisis pengelolaan modal kerja yang
dimiliki oleh perusahaan. Analisis modal kerja yang dilakukan berkaitan
secara langsung dengan keterikatan dana yang mencakup mengenai
perputaran kas, piutang dan persediaan. Melalui analisis keterikatan dana
tersebut akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan
pengelolaan modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan dan pada akhirnya
dapat diketahui tingkat optimalisasi modal kerja. Secara lengkap kerangka
27
Gambar 1
Analisis Modal Kerja Pada PT. PG.Rajawali I Malang
Perusahaan
Laporan Keuangan:
Neraca
Laba rugi
Keterikatan dana
Perputaran Kas
Perputaran Piutang
Perputaran Persediaan
Analisis modal Kerja Kerja
Modal Kerja Optimal Kebutuhan Modal
Kerja
Jika MKR = MKO, modal kerja optimal
Jika MKR ≠ MKO, modal kerja tidak optimal
Modal Kerja