• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN RASA KEMASYARAKATAN DENGAN PARTISIPASI SOSIAL PADA REMAJA SUKU SASAK DI BAYAN LOMBOK UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN RASA KEMASYARAKATAN DENGAN PARTISIPASI SOSIAL PADA REMAJA SUKU SASAK DI BAYAN LOMBOK UTARA"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN RASA KEMASYARAKATAN DENGAN PARTISIPASI

SOSIAL PADA REMAJA SUKU SASAK DI BAYAN LOMBOK UTARA

SKRIPSI

Oleh :

WIRYA DIPO UTAMA

201210230311089

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN RASA KEMASYARAKATAN DENGAN PARTISIPASI

SOSIAL PADA REMAJA SUKU SASAK DI BAYAN LOMBOK UTARA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

WIRYA DIPO UTAMA

201210230311089

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan Rasa Kemasyarakatan dengan Partisipasi Sosial Pada Remaja Suku Sasak di Bayan Lombok Utara

2. Nama Peneliti : Wirya Dipo Utama 3. NIM : 201210230311089 4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 24 November 2015 – 15 Desember 2015 Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji

Ketua Penguji : ( )

Anggota Penguji : 1. Ari Firmanto, S.Psi.,M.Si ( ) 2. Dr. Iswinari, M.Si ( ) 3. Tri Muji Ingarianti, M.Psi ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Latipun, M.Kes. Ari Firmanto, S.Psi.,M.Si

Malang, 29 Januari 2016 Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : WIRYA DIPO UTAMA

Nim : 201210230311089

Fakultas / Jurusan : Psikologi/ Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :

Hubungan Rasa Kemasyarakatan dengan Partisipasi Sosial Pada Remaja Suku Sasak di Bayan Lombok Utara.

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 29 Januari 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Rasa Kemasyarakatan Dengan Partisipasi Sosial Pada Remaja Suku Sasak di Bayan Lombok Utara”, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memiliki kelemahan dan keterbatasan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan karena ada bimbingan, dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar - besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan terutama kepada:

1. SMAN 1 Bayan & SMKN 1 Bayan yang sudah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta seluruh remaja-remaja di Bayan Lombok Utara yang telah menjadi subjek dalam penelitian ini.

2. Kedua Orang tua penulis Sadinep dan Zatmika yang telah memberikan kepercayaan untuk menyelesaikan study S1 kepada penulis dan telah memberikan dukungan, doa, serta usaha yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan study ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

3. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Yuni Nurhamida, M.Psi selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Dr. Latipun, M. Kes. selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran dan ketelatenan untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Ari Firmanto S.Psi., M.Si. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran dan ketelatenan untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga, serta selalu memberikan support yang tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

7. Muhammad Shohib S.Psi M.Psi selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi, arahan dan dukungan sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

8. Kepada seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan ini.

9. Siti Maimunah, S.Psi, MM, MA selaku kepala Laboratorium Psikologi dan Mbak Santi serta keluarga besar Laboratorium Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama bergabung di Laboratorium Psikologi.

10.Kepada nenek sekaligus Ibu penulis Memek Cum yang selalu merangkul dan memberikan support kepada penulis dalam keadaan apapun.

11.Kepada Dining Martha Praharsini selaku (teman, sahabat, saudara, orang tua, bahkan selaku peri kecil yang baik hati) yang selalu berada di samping penulis, melihat perjuangan penulis, memberi support kepada penulis, serta memberi kepercayaan bahwa penulis bisa menjadi apa yang saya inginkan.

12.Kepada Kedua saudara penulis Dewi Purwa Kanti dan Suyut Dyatmika yang telah mengirimkan doa-doa kecilnya sehingga penulis bisa menjadi seperti sekarang.

(6)

iv

14.Kepada semua keluarga kecil penulis : Syahrir Moejib yang selalu mendengarkan curahan hati penulis dan selalu berbagi makanan, shampo, sabun, dll. Serta Anned Agustin yang selalu berada di samping penulis, mengantarkan bimbingan, try out, dan banyak lagi. Indah dan Susi yang sudah menjadi keluarga yang baik, Juandy S dan Iyon M yang sudah mau menorehkan cerita hidup bersama penulis dan berbagi banyak hal bersama, Purnomo yang selalu menghibur disaat penulis stress dengan tugas-tugas. Sahabat – sahabat terbaik (Ucha FW, Eka, Dewi, Candy) yang sudah menemani penulis dikala sedih, susah, senang bahkan dikala harus karaokean bersama bapak Ody. Kakak angkat penulis selama di Malang (Mbk Desi, Kaka, Feri, mbak yun, mbak ki) yang sudah mau menerima penulis selama di Malang.

15.Teman – teman seperjuangan Psikologi kelas B angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan dan semangat dan mengalami suka duka bersama selama kuliah Especially buat Miftah W yang sudah membantu mentranslatekan skala penulis dengan baik.

16.Sahabat-sahabat di Lombok (Rhena, Wayan, Aulia, Rhuny, Hilda, Windy, Alvy, Elin, Mbak Ma dll) yang sudah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.

17.Kepada Yudha Iswara (Karman) yang sudah menciptakan sedikit senyuman dalam perjalanan pengerjaan skripsi ini.

18.Seluruh pihak yang terlibat dalam proses penelitian ini yang telah membantu dan mendoakan serta memberikan dukungan kepada penulis, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 14 Januari 2016 Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK... 1

PENDAHULUAN ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Sense of Community... 5

Social Participation ... 8

Sense of Community dengan Social Participation ... 10

METODE PENELITIAN ... 11

Rancangan Penelitian ... 11

Subjek Penelitian ... 11

Variabel dan Istrumen Penelitian ... 12

Prosedur Analisa Data ... 12

HASIL PENELITIAN ... 13

DISKUSI ... 15

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 18

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 13

Tabel 2. Kategori Rasa Kemasyarakatan dengan Jenis Kelamin... 14

Tabel 3. Kategori Partisipasi Sosial dengan Jenis Kelamin ... 14

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SKALA DAN BLUE PRINT SKALA... 21

LAMPIRAN 2 HASIL TRY OUT, UJI VALIDITAS, UJI RELIABILITAS ... 30

LAMPIRAN 3 INPUT DATA TRY OUT ... 38

(10)

1

H

UBUNGAN RASA KEMASYARAKATAN DENGAN PARTISIPASI SOSIAL PADA

REMAJA SUKU SASAK DI BAYAN LOMBOK UTARA

Wirya Dipo Utama

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang tuanmudatama@yahoo.com

Kurangnya ketertarikan remaja suku sasak pada adat dan budaya di Lombok mengakibatkan remaja-remaja sering tidak ikut serta dalam berpartisipasi di masyarakat, sehingga sangat sering ditemui remaja suku sasak yang kurang peduli dengan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Melihat permasalahan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial pada remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara. Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara. Metode pegumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala Sense of Community Index-2 & skala partisipasi sosial. Penelitian ini dilakukan pada 342 remaja suku sasak dengan rentan usia 15 – 18 tahun. Teknik statistik yang digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial (r = 0,121 ; p= 0.000< 0.05).

Kata Kunci : Rasa Kemasyarakatan, Partisipasi sosial, Remaja suku sasak

Lacking of sasak tribe young adult’s attractiveness on tradition and culture in Lombok causing they were not often engaging in the society, so it will often encountered teenagers sasak who is dismissive to the activities undertaken by the community. Look at this problem, researchers are interested to know whether there is a relationship between a sense of community with social participation of teenagers sasak in Bayan North Lombok. This study is a correlational study aimed to see the relationship between sense of community with social participation of teenagers sasak in Bayan North Lombok. Data collection method in this study using a scale of Sense of Community Index 2 and scale of social participation. This study was conducted on 342 teenagers sasak with susceptible age 15-18 years. Statistical techniques were used in the analysis of correlation in this study using Pearson Product Moment Correlation. The results showed that there is significant correlation between the sense of community with social participation (r = 0,121 ; p= 0.000< 0.05).

(11)

2

Manusia adalah mahluk sosial, maka tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia yang hidup di dunia ini sangat senang melakukan interaksi dengan orang lain, melakukan hal bersama, dan berpartisipasi di lingkungan sosialnya. Seseorang yang senang berpartisipasi dilingkungan sosialnya biasanya dikarenakan mereka memiliki hobi yang sama atau adanya kecocokan antara individu satu dengan yang lainnya, sehingga hal tersebut akan menimbulkan rasa saling percaya antar individu satu dengan individu lainnya. Ketika menemukan suatu kecocokan, biasanya seorang individu cenderung membentuk suatu perkumpulan atau suatu kelompok berdasarkan kecocokan tersebut, misalnya kelompok pemuda Suku Sasak yang anggotanya tentunya adalah masyarakat suku sasak itu sendiri. Suku Sasak merupakan suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dimana suku sasak menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari-hari. Sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia, Suku Sasak tentunya memiliki visi dan misi dimana visi suku sasak yakni menjadi bangsa yang berpegang teguh pada jati dirinya yang berilmu tinggi, beramal sholeh dan berakhlak mulia, serta mampu berdiri dengan tegak dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain baik pada kancah nasional maupun internasional dimana masyarakat suku sasak tidak lagi menjadi penonton di tanah kelahiran mereka, dan berjaya di tanah rantauannya, membawa manfaat dan nama baik bangsa Sasak dimanapun mereka berada. Sedangkan misi suku sasak yakni sebagai agen perubahan, pendidikan, penguatan jaringan, dan tentunya sebagai pelestari kearifan lokal dimana masyarakat Suku Sasak di tuntut untuk berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan kekayaan dan nilai-nilai budaya sasak seperti budaya nyongkolan, peresean, bisok beras, dan masih banyak budaya asli suku sasak yang seharusnya menjadi tanggung jawab suku sasak itu sendiri terutama remaja-remaja sebagai pewarisi budaya-budaya suku sasak ini.

Namun pada kenyataannya saat ini partisipasi dalam mewujudkan misi ini mulai mengalami penurunan, dimana pada perkembangan belakangan ini, banyak masyarakat yang memiliki status sebagai penduduk asli tiap daerah kurang memberikan partisipasi pada daerahnya sendiri terutama remaja-remaja pada tiap daerah tersebut, sehingga mereka cenderung pasif dalam kegiatan-kegiatan yang di lakukan di daerah mereka sendiri. Seperti halnya dengan remaja-remaja yang berstatus sebagai suku sasak yang tinggal di daerah Lombok Utara. Remaja-remaja di Lombok Utara mulai memperlihatkan sikap kurang tertarik terhadap budaya / tradisi dan norma-norma yang ada di Lombok Utara. Oleh karena itu, hal ini berpengaruh besar terhadap partisipasi sosial remaja-remaja tersebut termasuk dalam keikut sertaan remaja-remaja dalam acara-acara yang di laksanakan oleh masyarakat Lombok Utara seperti tradisi nyongkolan, bisok beras, peresean, memaos, dan berbagai macam tradisi lain yang semustinya di lestarikan oleh generasi muda namun pada kenyataannya sangat sedikit kita temukan remaja yang ikut serta dalam acara-acara tersebut. Melihat hal ini, tidak sedikit orangtua-orangtua memberi kesan bahwa remaja-remaja suku sasak individulis dan kurang sejalan dengan norma-norma dan adat istiadat yang ada di Lombok sehingga muncul banyak ketakutan akan punahnya budaya suku sasak ini akibat dari kurangnya partisipasi remaja suku sasak.

(12)

3

bahwa dari waktu kewaktu ia mendapati perubahan yang bermuara pada hilangnya budaya nenek moyang. Dalam peresean misalnya, kini pihak yang hendak menyelenggarakan kegiatan sangat kesulitan akibat beragam kendala. Mulai dari kesulitan mencari sponsor, kurangnya animo masyarakat, hingga penerus yang semakin sedikit.

Para tokoh masyarakat di Lombok Utara juga mengharapkan remaja-remaja di lombok utara mulai mencintai budaya sasak dan menjadi penerus generasi, karena hampir sebagian besar tradisi yang ada di Lombok melibatkan remaja sebagai sasarannya seperti salah satunya yakni tradisi nyongkolan. Dalam tradisi nyongkolan, remaja-remaja berperan sebagai pengantar pengantin serta pemain gendang belek yang akan mengiringi pengantin sampai pada proses mengembalikan pengantin perempuan kepada pihak orang tuanya. Namun pada kenyataannya dalam acara nyongkolan ini, lebih banyak di ikuti oleh orang tua dan anak-anak selain itu gendang belek yang merupakan musik yang digunakan saat nyongkolan yang juga merupakan musik khas sasakpun mulai jarang di gunakan karena remaja-remaja lebih memilih untuk menggunakan musik modern yang menggunakan lagu-lagu koplo, dangdut, pop dsb, sehingga tradisi gendang belekpun mulai tidak di minati baik dikalangan anak-anak maupun remaja. Selain itu, dalam memainkan gendang belek milik tiap kampung, rata-rata di mainkan oleh orang tua – orang tua suku sasak bukan remaja suku sasak.

(13)

4

Salah satu hal yang paling berperan dalam meningkatkan partisipasi sosial di masyarakat adalah Sense Of Community atau sering di sebut dengan rasa kemasyarakatan. Cicognani Dkk (2008) menemukan dalam penelitiannya terkait rasa kemasyarakatan dimana hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa rasa kemasyarakatan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan partisipasi sosial seorang individu, karena dalam melakukan suatu partisipasi sosial tentunya di butuhkan rasa atau kelekatan terhadap kelompok tersebut guna membangun partisipasi yang efektif tanpa adanya unsur paksaan dalam melakukan partisipasi.

Penelitian yang dilakukan Cocognani Dkk (2008) ini menjelaskan bahwa seiring dengan bertambahnya usia, rasa kemasyarakatan yang dimiliki seseorang mengalami penurunan pada dimensi kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan yang melibatkan dukungan dan hubungan sosial dalam suatu komunitas. Serta dijelaskan juga bahwa seiring dengan perkembangan remaja, mereka akan merasa bahwa tempat tinggal mereka kurang memadai dalam hal memenuhi perubahan terhadap kebutuhan mereka. Sebagaimana dijelaskan oleh Evans (2007) dalam penelitiannya dimana rasa kemasyarakatan pada usia muda mulai berkurang ketika mereka mulai duduk di perguruan tinggi. Adapun penyebabnya adalah karena ketidak sesuaian antara peningkatan kebutuhan mereka dalam memberikan pengaruh serta kurangnya peran yang lebih bermakna yang dapat di berikan oleh remaja-remaja ini. Bahkan pada usia remaja, mereka mulai berkumpul di daerah yang jauh dari lingkungan atau tempat tinggal mereka karena mereka merasa kurang tersambung dan kurang memiliki kesempatan untuk menunjukkan pengaruh mereka terhadap lingkungan. Seperti yang terjadi pada remaja-remaja Suku Sasak yang mulai mencari aktivitas diluar daerah untuk menemukan kebutuhannya, baik memilih untuk melanjutkan kuliah di kota yang sesuai dengan keinginannya ataupun memilih untuk bergaul dengan remaja-remaja kota yang sesuai dengan dirinya, sehingga secara tidak langsung remaja-remaja Suku Sasak mulai memperlihatkan perilaku yang tidak respect terhadap budaya, norma, dan adat istiadat di Lombok Utara.

Sementara itu, Elvira Cicognani (2012) juga mengungkapkan pada penelitiannya bahwa skor yang paling tinggi pada rasa kemasyarakatan adalah peluang untuk mempengaruhi, sedangkan rasa memiliki akan lebih rendah pada dukungan dan hubungan emosional dalam suatu komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa remaja memiliki kesempatan dalam mempengaruhi komunitasnya karena hal ini merupakan aspek yang penting dalam mengembangkan rasa kemasyarakatan pada remaja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Evans (2007) yang menyatakan bahwa rasa kemasyarakatan pada remaja ini tidak lengkap tanpa adanya pengalaman. Selain itu bagi remaja, teman sebaya memiliki skor tertinggi dalam dimensi pendukung hubungan emosional daripada dukungan dan hubungan emosional di masyarakat. Pada usia remaja, teman sebaya merupakan lingkup yang lebih penting dalam melakukan interaksi sosial.

(14)

5

seberapa kuat hubungan antara Rasa Kemasyarakatan dengan Partisipasi Sosial Pada Remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk melihat ada tidaknya hubungan antara tinggi dan rendahnya Rasa Kemasyarakatan dengan Partisipasi Sosial pada Remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara. Berdasarkan rumusan masalah inilah peneliti ingin melakukan penelitian terkait Hubungan Rasa Kemasyarakatan dengan Partisipasi Sosialpada Remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara.

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka peneliti dapat mengetahui bagaimana hubungan Rasa Kemasyarakatan dengan Partisipasi Sosial pada remaja Suku Sasak di Bayan Lombok Utara, sehingga akan dapat memberikan gambaran apa yang harus dilakukan oleh remaja-remaja khususnya remaja-remaja suku Sasak untuk mengatasi penurunan rasa kemasyarakatan ataupun partisipasi sosialnya. Selain itu, diharapkan hasil yang diperoleh dapat melengkapi referensi yang telah ada, sehingga memberi wawasan bagi semua pihak termasuk bidang Psikologi khususnya Psikologi Sosial. Serta diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada seluruh remaja-remaja di indonesia terutama remaja di Lombok Utara untuk berupaya membangun rasa terhadap komunitasnya dalam masyarakat guna menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi yang ada di masyarakat tersebut sehingga partisipasi sosial remaja-remaja ini terus meningkat dalam berbagai hal.

Partisipasi Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, melakukan partisipasi merupakan kewajiban dan hak bagi seorang individu. Partisipasi adalah suatu komitmen dan tindakan (partisipasi tindakan). Sebelumnya partisipasi dalam suatu kelompok adalah cara yang aktif dan melakukan kegiatan sosial yang kemudian menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu (Musai dkk. 2014). Sedangkan menurut Soekanto (1993) partisipasi merupakan “setiap proses identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu”. Partisipasi itu sendiri terdiri dari beberapa jenis dimana salah satunya yakni partisipasi sosial. Partisipasi sosial merupakan jenis partisipasi sukarela dengan aktif sebagai anggota di dalam suatu kelompok-kelompok keluarga. Semua kelompok independet aktif dalam badan politik, pemunggutan suara dan kelompok penekan partisipasi sosial (Musai dkk., 2014) dan melakukan partisipasi dengan terbatas, sedang dan rentang yang luas. Sedangkan Novek dkk (2013) menyatakan bahwa partisipasi sosial secara luas didefinisikan sebagai keterlibatan seseorang dalam kegiatan yang menyediakan interaksi dengan orang lain. Secara kesuluruhan, konsep utama pada partisipasi sosial ini didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya partisipasi sosial memerlukan suatu kontak sosial, serta menunjukkan kontribusi sumber daya yang diberikan kepada masyarakat, dan menerima sumber daya dari masyarakat (Rainer S : 2003).

(15)

6

kegiatan secara bersama memberikan kontribusi untuk kesejahteraan emosional mereka sebanyak 99% serta kontribusi dalm hal menghilangkan stress sebesar 85%. Selain itu, peserta juga berfikir bahwa dengan melakukan kegiatan bersama memberikan manfaat bagi sosialnya seperti memungkinkan mereka untuk berinteraksi secara sosial, membuat mereka menjadi bagian dari suatu komunitas, serta dapat meningkatkan hubungan yang akrab.Novek juga menjelaskan bahwa partisipasi sosial sangat penting bagi seorang individu karena pada dasarnya dengan bertambahnya usia, partisipasi sosial seseorang akan mengalami penurunan. Sehingga ketika partisipasi sosial menurun, maka seseorang cenderung lebih susah untuk menurunkan tingkat depresi dan meningkatkan kualitas hidup. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang terlibat dalam partisipasi sosial. Menurut Angell (dalam Ross, 1967) faktor yang mempengaruhi partisipasi sosial yaitu sebagai berikut:

1. Usia : Faktor usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam terlibat pada suatu kegiatan masyarakat yang ada dilingkungannya. Mereka yang memiliki usia menengah keatas cenderung lebih banyak mengikuti partisipasi sosial daripada mereka yang memiliki usia menengah kebawah. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki keterikatan moral pada suatu norma masyarakat yang lebih mantap. 2. Jenis Kelamin : Nilai kultur yang ada menganggap bahwa perempuan tempatnya

berada di dapur bukan diluar rumah. Namun, dengan adanya emansipasi perempuan yang ada, membuat peranan perempuan saat ini telah bergeser sehingga tidak selamanya berada di rumah.Sehingga jenis kelamin ini juga mempengaruhi dari partisipasi sosial.

3. Pendidikan : Terdapat beberapa hal yang menjadikan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam berpartisipasi sosial.Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Pekerjaan dan Penghasilan : Pekerjaan dengan penghasilan baik akan mendorong seseorang untuk berpartisipasi sosial dalam kegiatan masyarakat yang ada di lingkungannya. Sehingga untuk berpartisipasi sosial dalam kegiatan masyarakat, maka harus didukung dengan perekonomian yang baik pula.

5. Lamanya Tinggal : Lamanya seseorang yang tinggal dalam lingkungannya dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut maka akan berpengaruh pada partisipasi sosial yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Semakin lama individu tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Partisipasi sosial dapat ditinjau dari frekuensinya dalam melakukan partisipasi di lingkungannya yakni dengan mengikuti delapan jenis aktivitas yang berbeda (Gilmour, 2012). Frekuensi partisipasi yang masuk dalam klasifikasi partisipasi mingguan antara lain :

a. Kegiatan yang dilakukan diluar rumah bersama dengan keluarga dan teman. b. Melakukan kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitar.

c. Melakukan kegiatan fisik atau olahraga dengan orang lain.

d. Aktivitas rekreasi yang berhubungan dengan orang lain, seperti melakukan hobi dan juga permainan-permainan lainnya.

(16)

7

a. Kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, kegiatan budaya yang berkaitan dengan orang lain, menonton konser, dan lain-lain.

b. Mengikuti club pelayanan kesehatan seperti kegiatan di puskesmas atau rumah sakit. c. Mengikuti komunitas profesional di lingkungan rumah seperti arisan ataupun

perkumpulan sesama rekan kerja.

d. Turut serta dalam kegiatan suka rela dan kegiatan amal bantuan.

Sense of Community (Rasa Kemasyarakatan)

Istilah sense of community atau rasa kemasyarakatan akan sering di jumpai dalam suatu komunitas. Istilah Sense of Community ini dalam bahasa indonesia berarti rasa memiliki / kelekatan terhadap suatu komunitas. Istilah rasa kemasyarakatan ini menjadi hal yang banyak di perbincangkan oleh anggota dari berbagai jenis komunitas termasuk seluruh lapisan masyarakat (Brodsky & Marx, 2001). Pretty, 2006, menyatakan bahwa pada umunya, istilah rasa kemasyarakatan digunakan untuk mendeskripsikan organisasi sosial, baik itu organisasi formal maupun organisasi informal dimana di batasi oleh lokasi fisik atau geografis seperti lingkungan ataupun sekolah, atau dibentuk atas dasar kepentingan bersama.

Pada tahun 1974, Saymour memperkenalkan konsep Psychological sense of community dan bermaksud menjadikan konsep ini sebagai fokus utama dalam psikologi komunitas. Saymour menganggap bahwa Psychological sense of Community adalah salah satu dari dasar self definition. Diantara teori mengenai Psychological sense of community, teori yang dikemukakan oleh McMillan dan Chavis (1986) sejauh ini adalah teori yang paling berpengaruh dan menjadi titik awal dari penelitian mengenai Psychological of Community, Mcmillan dan Chavis (1986) lebih memilih istilah rasa kemasyarakatan sebagai perasaan bahwa anggota komunitas memiliki ketertarikan, perasaan bahwa anggota komunitas berarti bagi anggota yang lain dan bagi komunitas itu sendiri, serta adanya keyakinan bahwa tiap anggota komunitas memiliki kebutuhan yang sama dan akan terpenuhi melalui komitmen mereka untuk bersama dalam suatu komunitas.

Selain McMillan dan Chavis, ada beberapa penelitian yang mengemukakan tentang pandangnya terhadap cara pengukuran rasa kemasyarakatan yang berbeda. Salah satunya adalah Bucker (dalam Sense of Community Partners, 2004) yang mendeskripsikan bahwa rasa kemasyarakatansebagai perasaan memiliki, persahabatan, identitas, dsb., yang dirasakan dalam konteks kelompok fungsional maupun secara geografis. Selain itu, Glynn (dalam Sense of Community Partners, 2004) mengidentifikasi homogenitas, saling ketergantungan, pembagian tanggung jawab, hubungan langsung dan adanya tujuan bersama merupakan elemen yang esensial dari rasa kemasyarakatan. Joranko (dalam Sense of Community Partners, 2004) menekankan pentingnya hubungan, perasaan memiliki, dukungan, perasaan aman, adanya kekuasaan dan partisipasi adalah hal yang penting dari rasa kemasyarakatan.

(17)

8

Menurut Dalton, Elias dan Wandersman, (2001) ada dua macam komunitas, yaitu komunitas berdasarkan lokal, dan komunitas berdasarkan relasional. Komunitas berdasarkan lokalitas merupakan suatu bentuk tradisional dalam konsep mengenai komunitas. Yang termasuk dalam komunitas berdasarkan lokalitas adalah komunitas blok (tinggal dalam satu blok), bertetangga, kota kecil, kota ataupun wilayah tertentu. Kedekatan interpersonal muncu pada anggota komunitas, dan mereka terbentukk berdasarkan adanya kesamaan tinggal. Jika anggota komunitas memiliki rasa kemasyarakatan yang tinggi, maka kesetiaan pada lingkungannya kuat dan anggota terkadang mengidentifikasikan dirinya berdasarkan lokalitas mereka. Sedangkan komunitas berdasarkan relasional adalah komunitas yang terbentuk dengan adanya hubungan interpersonal dan rasa kemasyarakatandan tidak terbatas pada letak geografis. Seperti komunitas internet, kelompok religius, organisasi di dalam kampus, dsb. McMillan dan Chavis (1986) menjelaskan bahwa dalam rasa kemasyarakatanterdapat empat elemen, yaitu :

1. Membership, merupakan perasaan memiliki atau menjadi bagian dari keterhubungan secara personal. Selain itu, membership juga merupakan perasaan memiliki dan menjadi bagian dari group (Backman & Secord dalam McMillan & Chavis, 1986). Adapun dalam membership terdapat beberapa aspek yang saling bekerjasama satu sama lain, diantaranya:

a. Boundaries, artinya tidak semua orang dalam kelompok memiliki perasaan. Dua point tambahan dalam boundarie, yang pertama perasaan sakit hati karena ditolak dan terisolasi yang terbentuk oleh boundaries akan terus berlanjut sampai dilakukan klarifikasi manfaat positif yang diberikan oleh

boundaries kepada komunitas. Yang kedua yaitu ketika point pertama telah jelas, maka kelompok akan menggunakan orang-orang yang menyimpang untuk dijadikan kambing hitam agar boundaries yang terbentuk menjadi lebih solid.

b. Sense of belonging and identification, merupakan suatu perasaan, keyakinan, serta harapan bahwa dirinya memiliki kecocokan untuk berada dalam suatu komunitas atau kelompok dan tentunya memiliki tempat / posisi dalam kelompok tersebut, dan memiliki perasaan penerimaan oleh kelompok dan rela berkorban untuk kelompok.

c. Emotional safety, merupakan bagian dari perluasan kata “security”. Boundaries terbentuk dari membership yang mencangkup struktur dan security sehingga melindungi kelekatan suatu komunitas atau kelompok tertentu. Security lebih mencangkup pada aspek-aspek yang lebih emosional.

d. Personal Investment, yakni kontributor paling penting dalam pembentukan perasaan seseorang terhadap kelompok dan Sense of Community seseorang terhadap kelompoknya. Personal Investement memiliki peran yang cukup besar dalam mengembangkan keterhubungan emosional.

e. Common Symbol System, Aspek ini tidak terlalu penting dalam pembentukan dan mempertahankan Sense of Community yang merupakan salah satu alat untuk mempertahankan Boundaries Group. White (dalam McMillan dan Chavis, 1986) mendefinisikan simbol sebagai sesuatu yang berharga dan bermakna untuk diberikan.

(18)

9

pengaruh pada apa yang sedang dilakukan oleh kelompok atau komunitasnya. Beberapa penelitian menganggap bahwa Influence merupakan hal negatif bagi individu secara personal tetapi ternyata influence memiliki peran yang penting dalam kohesivitas kelompok. Adapun peran penting tersebut sebagai berikut : a. Anggota akan menjadi lebih tertarik terhadap suatu komunitas atau kelompok

dimana mereka merasa sebagai orang yang berpengaruh dalam kelompok tersebut.

b. Adanya hubungan positif yang signifikan antara kohesifitas dan pengaruh komunitas terhadap anggotanya untuk berprilaku konformitas sehingga ikatan komunitas menjadi lebih kuat.

c. Tekanan untuk menampilkan sikap konformintas datang dari kebutuhan individual dan komunitas. Dengan demikian, konformitas dapat menjadikan setiap anggota menjadi lebih dekat.

d. Pengaruh anggota terhadap komunitas dan pengaruh komunitas terhadap anggotanya merupakan proses yang terjadi bersamaan dan diharapkan dapat berjalan secara simulat sehingga komunitaspun akan menjadi lebih erat.

3. Integritas and Fulfillment of Need, merupakan suatu perasaan dimana kebutuhan para anggotanya akan terpenuhi dari sumber-sumber yang diterima melalui keanggotaan group. Dimensi ini di jadikan lebih sederhana menjadi “reinforcement” atau penguatan. Adapaun peran dari Integritas and Fulfillment of Need dalam Sense of Community Sebagai berikut :

a. Reinforcement dan kebutuhan sebagai pemenuhan merupakan fungsi primer dari sebuah komunitas yang kuat.

b. Beberapa Reward sangat efektif untuk menguatkan komunitas seperti status keanggotaan, kesuksesan komunitas dan kompetensi atau kemampuan tiap anggota.

c. Terdapat begitu banyak kebutuhan yang tidak dapat di deskripsikan terpenuhi saat seseorang berada dalam sebuah komunitas tetapi bersumber dari nilai yang dimiliki oleh individu lain dalam komunitas tersebut. Nilai individual yang dibagikan antar anggota komunitas mengindikasikan kemampuan komunitas untuk mengelola aktifitas pemenuhan kebutuhan.

4. Shared Emotional Connection, elemen ini merupakan komitmen dan keyakinan bahwa anggota harus berbagi dan saling menceritakan sejarah mereka masing-masing, tempat-tempat umum, waktu untuk bersama-sama dan kesamaan pengalaman. Terdapat beberapa prinsip dalam Shared Emotional Connection

diantaranya :

a. Contact hypnothesis: semakin banyak interaksi maka mereka akan semakin sama dan dekan (Wilson & Miller dalam McMillan & Chavis, 1986).

b. Quality of Interaction, Semakin positif pengalaman dan hubungan antar anggota komunitas, maka semakin besar ikatannya, kesuksesan akan memfasilitasi pembentukan kohesifitas.

c. Closure to Events, jika interaksi antara anggota komunitas terasa ambigu dan tugas-tugas komunitas tidak dapat diselesaikan maka kohesifitas komunitas akan terganggu.

(19)

10

e. Investment, prinsip ini tidak hanya untuk mempertahankan boundaries dan disonansi kognitif. Untuk para anggota investasi penting sebagai sejarah komunitas dan statusnya saat ini. Contohnya orang yang memberikan uang, waktu dan tenaganya untuk komunitas akan memiliki keterlibatan emosi yang kuat.

f. Efek penghormatan & penghinaan dari anggota komunitas. Baik reward maupun hinaan akan memiliki pengaruh yang signifikan.

Dalam pengukuran rasa kemasyarakatan sering dilakukan dengan menggunakan The Sense Of Community Index (SCI) yang di kembangkan oleh McMillan dan Chavis dimana pengukuran ini disusun berdasarkan teori dan elemen-elemen dari rasa kemasyarakatan yang dikemukakan oleh McMilland and Chavis (1986). Alat ukur ini telah diuji coba pada beragam bentuk budaya di utara dan amerika selatan, asia, timur tengah dan konteks-konteks berbeda seperti urban, suburban, tribal, lingkungan kerja, sekolah, universitas, klub, komunitas internet, dll. Sense Of Community Index 1 (SCI-1) telah mengidentifikasikan bahwa SCI bisa menjadi prediktor tingkahlaku yang kuat dan instrumen pengukuran yang valid. Namun, meskipun telah digunakan keberbagai group dan budaya, masih saja terdapat kritik mengenai kelemahan dari SCI-1 saat digunakan pada kelompok lintas budaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada imigran di daerah America, pada akhirnya McMillan & Chavis melakukan revisi pada Sense Of Community Index-1 (SCI-1) yang kemudian menghasilakan

Sense Of Community Index - 2 (SCI-2) dimana pada SCI-2 ini terdapat 24 bentuk pernyataan. Dan pada akhirnya SCI-2 terbukti lebih mampu meliputi seluruh atribut yang terdapat dalam teori sense of community. Proses revisi ini melibatkan 1800 partisipan, dan menunjukkan bahwa alat ukur ini mremiliki reabilitas yang tinggi (94). Selain itu sub skalanya pun menunjukkan reliabilitas yang tinggi yakni (79 – 86).

Rasa Kemasyarakatan dengan Partisipasi Sosial

(20)

11 Hipotesis

Dari beberapa penjelasan di atas terkait rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial,

hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara rasa kemasyarakatan dengan pasrtisipasi sosial pada remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental, dimana menurut Kerlinger (1986) penelitian non - experimental merupakan penelitian yang sistematis dan empiris karena dalam penelitian ini, peneliti tidak memiliki kontrol serta manipulasi terhadap variabel bebas. Adapun penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif, dimana dalam penelitian ini akan menjelaskan masalah, atau fenomena yang ada. Sehingga peneliti bertujuan untuk melihat hubungan antara Sense of Community dengan Social Participation pada remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara, dimana peneliti belum pernah menemukan hasil dari penelitian sebelumnya terkait hubungan antara kedua variabel ini. Untuk melakukan analisa data mengenai hubungan antara variabel X dan variabel Y pada penelitian ini, penulis menggunakan statistik dengan menggunakan analisa korelasi. Bilamana kenaikan nilai variabel X selalu disertai kenaikan nilai variabel Y, dan sebaliknya, turunnya nilai variabel X selalu diikuti oleh turunnya nilai variabel Y, maka hubungan seperti itu disebut hubungan yang positif. Akan tetapi sebaliknya, bilamana nilai variabel X yang tinggi selalu disertai oleh variabel Y yang rendah nilainya, dan sebaliknya, bilamana nilai variabel X yang rendah selalu diikuti oleh nilai variabel Y yang tinggi, hubungan antara kedua variabel itu disebut hubungan negatif.

Subjek Penelitian

(21)

12

terlibat di dalam penelitian ini, adapun karakteristik subyek dalam penelitian ini yakni : berusia 15-18 tahun (laki-laki dan Perempuan), bersuku budaya Sasak, merupakan remaja yang lahir di Lombok Utara, serta besar di Lombok Utara dan tinggal di Bayan Lombok Utara. Untuk teknik pengambilan data yang digunakan yakni teknik non-propability sampling, dimana desain yang digunakan yakni accidental sampling. Dalam teknik ini, peneliti akan mendatangi Desa Bayan, Kec. Bayan Lombok Utara untuk mendapatkan sampel penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data pada subyek yang di temukan peneliti di sekitar lokasi penelitian dengan kriteria atau karakteristik yang telah di tentukan. Adapun jumlah sampel yang akan menjadi subyek dalam penelitian ini adalah 342 remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara, peneliti menentukan subjek berdasarkan pertimbangan sebelumnya, dimana harapan peneliti dengan jumlah subjek yang cukup banyak dapat memperbesar kemungkinan generalisasi yang lebih baik, serta meminimalisir eror pada sampel karena semakin banyak subjek, maka semakin baik karena menggambarkan populasi, dan baik untuk generalisasi serta memperkecil eror yang terjadi.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yakni variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Social Participation Scale, yakni suatu respon dari subjek yang mencerminkan keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan di lingkungannya. Untuk mengukur partisipasi sosial seseorang, skala yang di gunakan yakni skala partisipasi sosial yang di susun berdasarkan aspek-aspek yang terdapat dalam partisipasi sosial. Dalam Social Participation Scale ini terdapat 26 pertanyaan, dimana dalam setiap pertanyaan subyek disediakan 5 pilihan jawaban yakni : Sangat Sering, Sering, Cukup Sering, Jarang, Tidak Pernah. Misalnya, Saya menyempatkan diri untuk berlibur bersama keluarga setiap minggu. Setelah dilakukan try out pada remaja suku jawa menggunakan

Social participation scale ini, di dapatkan hasil bahwa terdapat 17 item yang valid dari 26 item. Dimana indeks validitas yang diujikan berkisar antara 0,826 – 0,377 dan reliabilitas sebesar 0.935.

Sedangkan untuk variabel independen yakni Sense of Community. Sense of Community

merupakan suatu respon dari subjek yang mencerminkan ketertarikan atau kelekatan seseorang terhadap kelompoknya. Adapun pengukuran yang di gunakan untuk mengukur sense of community ini yakni Sense of Community Index-2 (SCI-2). Sense of Community Index-2 (SCI-2) merupakan alat ukur lapor diri (Self Report) yang dibuat oleh McMillan & Chavis (1986) yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi dari Sense of Community yakni

Membership, Influence, Integritas & fullfilment of need, dan Shared Emotional. Setiap dimensi dalam Sense of Community di wakilkan oleh enam pernyataan yang terdapat dalam SCI-2 ini sehingga total keseluruhan pertanyaan dalam skala ini yakni 24 pertanyaan. Dalam instrumen penelitian ini terdapat pilihan pernyataan, dari pernyataan “Tidak Sama Sekali” sampai “Sepenuhnya”. Salah satu peryataan yang terdapat dalam instrument ini seperti, saya bisa mempercayai orang-orang yang ada di dalam komunitas ini. Berangkat dari Instrumen ini, peneliti melakukan proses adaptasi terhadap instrumen Sense of Community Index-2

(22)

13

memiliki reliabilitas yang tinggi dengan koefisien alfa 0,94. Selain itu sub skalanya pun menunjukkan reliabilitas yang tinggi yakni 0,79 – 0,86. Adapun setelah dilakukan pengujian pada skala Sense of Community index 2 pada 35 responden dengan kategori remaja madya bersuku jawa, di dapatkan hasil bahwa terdapat 19 item yang valid dari 24 item. Dimana indeks validitas yang diujikan berkisar antara 0,606 – 0,330 dan reliabilitas sebesar 0,860.

Prosedur Analisa Data

Prosedur dan analisa data pada penelitian ini menggunakan 3 tahap yakni tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisa data. Pada tahap persiapan, peneliti melakukan uji coba skala Sense of Community yang telah di terjemahkan dan di adaptasi sesuai dengan kriteria subjek yang di gunakan dalam uji coba serta menggunakan Skala Partisipasi Sosial yang telah di susun oleh peneliti yang di sebarkan kepada 35 subjek sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan untuk mengetahui uji validitas dan reabilitasnya. Setelah didapatkan hasil dengan validitas dan reliabilitas tinggi, selanjutnya peneliti menyusun skala yang akan digunakan dalam penelitian. Kemudian, setelah skala tersusun, peneliti melanjutkan pada tahap kedua yakni tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, peneliti melakukan perizinan dan melakukan pengambilan data dengan menyebarkan 342 skala Sense of Community dan skala Social Participation pada remaja suku Sasak di Bayan Lombok Utara selama 22 hari dari tanggal 24 November 2015 sampai 15 Desember 2015. Pada proses ini, peneliti menyebarkan skala pada dua sekolah yang terletak di Bayan Lombok Utara, dan setiap subjek akan mendapatkan dua skala dan diminta untuk mengisi skala tersebut secara bersamaan. Dan pada tahap terakhir, setelah seluruh data terkumpul peneliti melakukan analisa data. Adapun teknik statistik yang digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yaitu salah satu teknik yang dikembangkan oleh Karl Pearson untuk menghitung koefisien korelasi. Pada proses ini, peneliti menggunakan software perhitungan statistik SPSS

for window. Adapun penelitian ini mengukur seberapa besar hubungan rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosialpada remaja suku sasak di Bayan Lombok Utara.

HASIL PENELITIAN

Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 342 remaja suku Sasak di Bayan. Jika ditinjau dari jenis kelamin, remaja laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 170 orang (49,7%), dan remaja perempuan berjumlah 172 orang (50,3%). Sedangkan jika di tinjau berdasarkan usia remaja suku Sasak yang berpatisipasi pada penelitian ini maka remaja dengan usia 15 Tahun berjumlah 61 orang (17,8%), remaja dengan usia 16 Tahun berjumlah 79 orang (23,1%), usia 17 Tahun berjumlah 109 orang (31,9%), dan remaja dengan usia 18 Tahun berjumlah 93 orang (27,2%).

Tabel 1. Deskripsi Subjek

(23)

14 Jenis Kelamin

Laki-laki 170 49,7%

Perempuan 172 50,3%

Usia

15 Tahun 61 17,8%

16 Tahun 79 23,1%

17 Tahun 109 31,9%

18 Tahun 93 27,2%

Subjek yang memiliki rasa kemasyarakatan yang tinggi dalam penelitian ini lebih banyak dimiliki oleh subjek perempuan daripada subjek laki-laki. Terbukti dari 342 subjek keseluruhan terdapat 102 subjek yaitu 29,8% yang berkategori tinggi, dan terdapat 70 subjek yang memiliki kategori rendah yaitu 20,5% dari 172 subjek perempuan. Sedangkan, pada laki-laki terdapat 89 subjek yang masuk dalam kategori tinggi yaitu 26,0% dari total subjek, dan terdapat 81 subjek yaitu 23,7% yang masuk dalam kategori rendah pada rasa kemasyarakatan dari 170 subjek remaja laki-laki. Untuk lebih jelas, perhatikan tabel 2.

Tabel 2. Kategori Rasa Kemasyarakatan dengan Jenis Kelamin

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Laki-laki

Tinggi T - skor > 50 89 26,0%

Rendah T - skor < 50 81 23,7%

Perempuan

Tinggi T - skor > 50 102 29,8%

Rendah T - skor < 50 70 20,5%

Subjek yang memiliki Partisipasi Sosial paling tinggi dalam penelitian ini adalah laki-laki. Dari 170 subjek laki-laki terdapat 98 subjek yang berkategori tinggi yaitu 28,7%, dan 72 subjek termasuk dalam kategori rendah yaitu 21,1%. Sedangkan pada subjek perempuan hanya terdapat 75 subjek yang memiliki kategori tinggi yaitu 21,9%, dan terdapat 97 subjek yang memiliki kategori rendah yaitu 28,4% dari 172 total subjek perempuan.

Tabel 3. Kategori PartisipasiSosial dengan Jenis Kelamin

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Laki-laki

Tinggi T - skor > 50 98 28,7%

Rendah T - skor < 50 72 21,1%

Perempuan

Tinggi T - skor > 50 75 21,9%

(24)

15

Berdasarkan analisa maka diperoleh data bahwa variabel rasa kemasyarakatan pada remaja laki-laki tertinggi pada aspek shared emotional connect (M = 355,7), dan terendah pada aspek influence (M = 307,5). Dan untuk rasa kemasyarakatan pada remaja perempuan tertinggi pada aspek shared emotional connect (M = 375,8), dan terendah pada aspek

influence (M = 300,5). Sedangkan variabel partisipasi sosial pada laki-laki tertinggi pada aspek bulanan (M = 560,7) dan terendah pada aspek mingguan (M = 560,0). Untuk variabel partisipasi sosial pada perempuan juga tertinggi pada aspek bulanan(M = 524,6) dan terendah pada aspek mingguan (M = 521,6).

Dari hasil pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa rasa kemasyarakatan pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, dimana total nilai rata-rata rasa kemasyarakatan pada perempuan yakni (1315,3) sedangkan pada laki-laki yakni (1308,2). Kemudian untuk Partisipasi sosial lebih tinggi pada laki-laki daripada pada perempuan, dimana laki-laki memperoleh total nilai rata-rata rasa kemasyarakatan sebesar (1120,7) sedangkan perempuan yakni (1046,2).

Tabel 4. Nilai Rata-Rata Variabel Berdasarkan Peraspek

Aspek Laki-laki Perempuan

Rasa Kemasyarakatan

Integritas & Fulfillment of Need

Membership Influence

Shared Emotional Connect

326,3 327,8

318,8 311,2

307,5 300,5

355,7 375,8

Partisipasi sosial

Mingguan Bulanan

560,0 521,6

560,7 524,6

Berdasarkan hasil uji korelasi, maka diambil keputusan bahwa ada hubungan yang signifikan antara rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial (r = 0,349 : p = 0.000<0.05).Dengan demikian Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi rasa kemasyarakatan maka akan semaking tinggi partisipasi sosial remaja suku sasak, dan begitu pula sebaliknya.

Koefisien determinasi (R2) variabel rasa kemasyarakatan berdasarkan hasil analisa data

adalah 0,121 artinya pengaruh rasa kemasyarakatan terhadap partisipasi sosial sebesar 12,1%. Dengan demikian hipotesa peneliti di terima.

DISKUSI

(25)

16

kemasyarakatan yang di miliki seseorang maka semakin tinggi pula partisipasi sosial seseorang terhadap masyarakat atau lingkungan sekitarnya, dan begitupula sebaliknya. Sehingga hal ini dapat membuktikan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial pada remaja laki-laki dan perempuan suku Sasak di Bayan Lombok Utara dapat diterima. Dengan terbuktinya hipotesa penelitian, maka dapat dipahami bahwa rasa kemasyarakatan berhubungan dengan partisipasi sosial yang di berikan remaja laki-laki dan perempuan suku Sasak di Bayan Lombok Utara. Hal ini dapat dipahami bahwa rasa kemasyarakatan yang tinggi pada remaja suku Sasak merupakan salah satu faktor individu mau memberikan partisipasi sosial terhadap lingkungan sekitarnya.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa rasa kemasyarakatan memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi sosial, dimana ketika remaja suku sasak merasa bahwa komunitas suku sasak mampu memenuhi kebutuhannya, maka remaja-remaja suku sasak tersebut akan memunculkan perilaku yang memperlihatkan ketertarikan terhadap komunitas seperti bergabung atau berkumpul dengan komunitas tersebut dalam beberapa waktu. Sehingga dalam waktu yang bertahap remaja-remaja suku sasak merasa bahwa dirinya memiliki keterhubungan secara emosional dengan komunitas suku sasak dan hal ini akan menimbulkan perasaan untuk berbagi dengan komunitas suku sasak itu sendiri, misalnya berkumpul dengan anggota komunitas suku sasak untuk membahas suatu hal baik terkait diri sendiri maupun komunitas, kemudian melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk komunitas itu sendiri seperti remaja suku sasak yang melakukan gotong royong atau ikut berpartisipasi dalam rapat bulanan dan kegiatan bulanan guna mencapai visi misi komunitas suku sasak itu sendiri.

Seorang individu yang memiliki kelekatan dalam suatu komunitas akan menimbulkan suatu kontribusi positif pada komunitas tersebut, kontribusi ini biasa di sebut dengan partisipasi sosial (Musai dkk, 2014). Selain itu, partisipasi sosial pada individu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, dimana mereka yang memiliki usia menengah keatas cenderung lebih banyak mengikuti partisipasi sosial daripada mereka yang memiliki usia menengah kebawah. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki keterikatan moral pada suatu norma masyarakat yang lebih mantap. Jenis Kelamin juga mempengaruhi partisipasi sosial dimana sebagian besar orang beranggapan bahwa perempuan harusnya berada di dapur bukan diluar rumah. Ada juga pendidikan, dimana pendidikan merupakan syarat mutlak dalam berpartisipasi sosial karena pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(26)

17

terdapat beberapa faktor juga yang berpengaruh terhadap partisipasi sosial seseorang diantaranya: usia, jenis kelamin, pendidikan, ekonomi, dan lamanya tinggal seseorang.

Menurut Cicognani Dkk (2008) menyatakan bahwa Sense of Community atau rasa kemasyarakatan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan partisipasi sosial seorang individu, karena dalam melakukan suatu partisipasi sosial tentunya di butuhkan rasa atau kelekatan terhadap kelompok tersebut guna membangun partisipasi yang efektif tanpa adanya unsur paksaan dalam melakukan partisipasi. Selain itu, seiring dengan bertambahnya usia, Sense of Community atau rasa kemasyarakatan yang dimiliki seseorang mengalami penurunan pada dimensi kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan yang melibatkan dukungan dan hubungan sosial dalam suatu komunitas. Serta dijelaskan juga bahwa seiring dengan perkembangan remaja, mereka akan merasa bahwa tempat tinggal mereka kurang memadai dalam hal memenuhi perubahan terhadap kebutuhan mereka.

Pada penelitian ini, diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial hal ini dapat dilihat dari nilai koefisiennya 0,349. Hal ini menunjukan semakin tinggi rasa kemasyarakatan maka akan semaking tinggi partisipasi sosial remaja suku sasak, dan begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini, rasa kemasyarakatan memiliki 12,1% pengaruh terhadap partisipasi sosial seorang individu. Yang artinya 87,9% partisipasi sosial seorang individu dipengaruhi oleh faktor lain diluar rasa kemasyarakatan seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, ekonomi, dan lamanya tinggal seseorang. Selain itu dari hasil penelitian ini diketahui bahwa rasa kemasyarakatan pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki dengan nilai M =1315,3, sedangkan pada laki-laki M = 1308,2. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kissinger dkk (2009) terkait rasa kemasyarakatan yang menjelaskan bahwa rasa kemasyarakatan secara konsisten lebih tinggi terdapat pada perempuan. Berbanding terbalik dengan hasi penelitian yang dilakukan oleh Fauzan Yahya (2012) yang menjelaskan bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada rasa kemasyarakatan, dimana Laki-laki lebih tinggi pada rasa kemasyarakatan daripada perempuan.Kemudian untuk hasil partisipasi sosial pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa partisipasi sosial lebih tinggi pada laki-laki daripad perempuan, dimana laki-laki memperoleh total nilai rata-rata rasa kemasyarakatan sebesar M = 1120,7.Sedangkan perempuan yakni M = 1046,2. Akan tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ladd Wheeler & John Nezkel (1977), yang menemukan bahwa dalam interaksi sosial dan partisipasi, remaja perempuan cenderung stabil di bandingkan laki-laki yang mengalami penurunan pada interaksi serta partisipasinya dengan teman-temannya.

Dengan meningkatkan rasa kemasyarakatan maka akan dapat menimbulkan suatu partisipasi yang sukarela dalam suatu kelompok atau komunitas, oleh karena itu didalam diri tiap anggota-anggota kelompok atau komunitas diperlukan suatu kelekatan atau rasa terhadap kelompok / komunitas tersebut. Kelekatan komunitas ini dideskripsikan oleh Mcmillan dan Chavis (1986) sebagai perasaan bahwa anggota komunitas memiliki ketertarikan, perasaan bahwa anggota komunitas berarti bagian dari anggota yang lain dan bagi komunitas itu sendiri, serta adanya keyakinan bahwa tiap anggota komunitas memiliki kebutuhan yang sama dan akan terpenuhi melalui komitmen mereka untuk bersama dalam suatu komunitas. Dengan adanya komitmen dan kebutuhan yang sama, maka untuk mencapai tujuan dari suatu komunitas tersebut dibutuhkanlah suatu partisipasi didalamnya.

(27)

18

proses pengambilan data yang tidak berjalan sesuai rencana dikarenakan sebagian besar subjek yang digunakan dalam penelitian ini memiliki jadwal kegiatan yang cukup padat sehingga pengambilan data membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh jumlah subjek yang di inginkan. Selain itu, mengingat jumlah subjek yang digunakan sebanyak 342 subjek dengan kriteria yang telah di tentukan dalam penelitian ini cukup sulit sehingga hal ini juga membuat penelitian ini berjalan cukup lambat. Kemudian kelemahan penelitian ini juga terdapat pada skala yang di gunakan peneliti saat pengambilan data, yang mana sebagian besar subjek yang di gunakan kurang memahami maksud dari beberapa isi maupun instruksi dalam skala yang di gunakan sehingga perlu penjelasan khusus yang di berikan pada subjek-subjek penelitian serta perlu instruksi yang sederhana namun tepat mengingat subjek-subjek yang di gunakan remaja pertengahan. Serta keterbatasan peneliti yang kurang memiliki keahlian dalam membangun rapot dengan subjek penelitian sehingga tidak sedikit subjek-subjek enggan untuk mengisi angket yang di bagiakan peneliti.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial pada remaja suku Sasak di Bayan Lombok Utara (r = 0,349 : p = 0.000< 0.05). Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi rasa kemasyarakatan maka akan semakin tinggi pula partisipasi sosial remaja suku sasak, dan begitu pula sebaliknya. Adapun sumbangan efektif dari rasa kemasyarakatan terhadap partisipasi sosial sebesar 12,1%.

Implikasi dari penelitian ini meliputi : Bagi remaja-remaja yang memiliki rasa kemasyarakatan yang rendah serta kurang dalam partisipasi sosial di lingkungan masyarakatnya, diharapkan agar dapat ikut serta dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan atau acara-acara yang di adakan di lingkungan masyarakat sekitar, sehingga hal ini akan dapat meningkatkan rasa kemasyarakatan dan tentunya akan berpengaruh terhadap partisipasi sosial remaja-remaja tersebut. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas untuk memastikan bagaimana hubungan rasa kemasyarakatan dengan partisipasi sosial serta dapat pula melanjutkan penelitian ini dengan mengganti variabel x menjadi variabel y dan variabel y menjadi variabel x. Selain itu diharapkan juga pada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan alat ukur SCI-2, dimana alat ukur ini masih jarang di kembangkan dalam konteks komunitas yang lebih luas di indonesia sehingga perlu di lakukan pengembangan agar menjadi alat ukur yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

(28)

19

Dalton, J.H., Elias, M.J., & Wandersman, A. (2001). Community psychology.USA: Wadsworth thomson Learning.

Edesia, S. (2008). Hubungan antara kualitas hidup dengan sense of community. Jurnal Universitas Indonesia, 11, 24-28

Elizabeth B.Hurlock(2002). Psikologi perkembangan “suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan” Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit Erlangga

Evans, S.D. (2007). Youth sense of community: voice and power in community contexts.

Journal of Community Psychology, 35, 6, 693-708.

Gilmour, H. (2012). Social participation and the health and well-being of canadian senior.

Component of Statistics Canada Catalogue no. 82-003-X Health Reports

Kissinger J., Campbell C., Lombrozo A., & Wilson D. (2009). The role of gender in belonging and sense of community. Journal of Community Psychology, 37 (3), 362 – 380

Lombok Post. (2015). Kekhawatiran akan hilangnya budaya Sasak. Diakses 4 September 2015, From http://www.lombokpost.net/2015/09/04/khawatir-budaya-sasak-hilang/

Lombok Post. (2015). Menurunnya ketertarikan terhadap budaya sendiri. Diakses 10 Oktober 2015, Fromhttp://www.Lombokpost.net/2015/08/02/Ketertarikan-budaya-menurun/

Pretty, G., Brian., Adrian.,& Christopher. (2006). Psychological sense of communityand its relevance to well-being and everyday life in Australia. Australian Journal Psychological Society Ltd, 11, 257-263

Stephan, H. (2013). Gender differences in life satisfaction and social participation. Leuphana University of Lueneburg (Germany)

Sarason, S.B. (1974). The psychological sense of community: Prospects for a community psychology. San Francisco: Jossey Bass.

(29)

20

McMillan, D.W., Chavis, D.M., Hogge, J.H., & Wandersman, A. (1986). Sense of community through brunnswick’s lens : afirst look. Journal Of Community Psychology, 14 (1), 24-40.

McMillan, D.W., & Chavis, D.M. (1886). A definition and theory 1. Journal Of Community Psychology,14, 21-25

Musai, M., Mohsen, Somayeh,& Fatemeh. (2014). Relationship of social trust and social participation. International Journal of Management Sciences, 2, 284-295

Novek, S., Menec, V., Tran, T., &Bell., S. (2013). Exploring the impacts of senior centres on older adults. International Journal of Manitoba Seniors and Healthy Aging Secretaria, 22, 129-144.

Murray G.Ross.(1967).Community organization, principle and practice, second edition. New York: Harper and Row Publishers.

Rainer S.(2003).Social participation and social engagement of elderly people. International Journal Procedia - Social and Behavioral Sciences, 116, 780 – 785

Rekosiewicz, M.(2013). Type of social participation and identity formation in adolescence and emerging adulthood. Doctoral Studies at the Institute of Psychology, Adam Mickiewicz University, 44 (3), 277-287;malgrek@amu.edu.pl

Sense of Community Partners, Calgary, &Alberta. (2004). Exploring sense of community: an annotated bibliography. Calgargary : Sense of Community Partners, National Library of Canada Cataloguing. www.calgary.ca/cs/. Diunduh Pada Tanggal 03 Oktober 2015.

Sherry, R. A (1969). A ladder of citizen participation. International Journal of social psychology, 35 (4), 216-224

Sørensen, Frans, B. W., &Gunhild, W.,(2008). Social participation in home-living patients with mild alzheimer’s disease. International Journal Archives of Gerontology and Geriatrics, 47, 291–301

Soekanto, S. (1993). Perihal partisipasi masyarakat. Citra Aditya, Bandung.

Patria F. Yahya. (2012). Hubungan antara sense of community dengan distres psikologik pada warga fakultas psikologi universitas indonesia. Program Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

(30)

21

LAMPIRAN 1

(31)

22

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Jl. Raya Tlogomas GKB 1 lt. 5 Kampus III UMM

Kepada Yth. Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

(32)

23

Hormat Saya,

Wirya Dipo Utama

Petunjuk Pengisian Bagian A 1. Isilah identitas Saudara/i pada tempat yang telah disediakan.

2. Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan pada bagian A pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan jawaban, diantaranya :

Tidak Sama Sekali Agak Benar

Hampir Benar Benar

3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Saudara/i tepat dan berilah tanda checklist (√) pada jawaban Saudara/i.

contoh :

Tidak Sama

Sekali Benar Agak Hampir Benar Benar

(33)

24

Pengisian Identitas

Inisial :

Umur :

TTL :

Jenis Kelamin : (L/P)*

Suku :

Suku Ayah :

Suku Ibu :

Tuliskan Nama Sekolah

SD :

SMP :

SMA :

*) coret yang tidak perlu

“Selamat Mengerjakan” Bagian A

No Pernyataan Tidak

Sama Sekali

Agak

Benar Hampir Benar Benar 1 Masyarakat suku sasak dan saya memiliki nila-nilai yang sama.

2 Suku Sasak telah berhasil memenuhi kebutuhan anggotanya. 3 Ketika saya memiliki masalah, saya bisa membicarakannya

dengan sesama anggota suku sasak.

4 Orang-orang dalam suku sasak ini memiliki kesamaan kebutuhan, prioritas, dan tujuan.

5 Saya bisa mempercayai orang-orang dalam komunitas suku sasak ini.

6 Saya mengenal sebagian besar masyarakat suku sasak ini.

7 Sebagian besar anggota komunitas suku sasak ini mengenal saya.

8 Saya menggunakan banyak waktu dan usaha saya untuk menjadi bagian dari suku sasak.

(34)

25

10 Penting bagi saya untuk diterima di dalam komunitas suku sasak ini.

11 Komunitas suku sasak ini dapat mempengaruhi komunitas lain.

12 Saya peduli dengan apa yang dipikirkan anggota komunitas suku sasak ini terhadap saya.

13 Saya memberikan banyak pengaruh terhadap bagimana komunitas suku sasak ini beroperasi.

14 Sangat penting bagi saya untuk menjadi bagian dari komunitas suku sasak ini.

15 Saya menghabiskan banyak waktu dengan anggota komunitas suku sasak dan saya menikmati kebersamaan itu.

16 Saya berharap dapat menjadi bagian dari komunitas suku sasak ini untuk waktu yang lama.

17 Para anggota komunitas suku sasak ini telah mengalami peristiwa penting bersama, seperti liburan, perayaan, ataupun bencana alam.

18 Saya memiliki harapan besar pada masa depan komunitas suku sasak ini.

19 Para anggota komunitas suku sasak ini peduli satu sama lain.

Bagian B

Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan pada setiap pernyataan terdapat lima pilihan jawaban di Bagian Pertama, diantaranya:

SS : Sangat Sering / 4 kali dalam sebulan S : Sering / 3 kali dalam sebulan

CS : Cukup Sering / 2 kali dalam sebulan J : Jarang / 1 kali dalam sebulan

TP : Tidak Pernah / Tidak sama sekali.

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda tepat dan berilah tanda checklist (√) pada jawaban anda. Periksalah kembali jawaban anda jangan sampai ada yang terlewat.

Pilihan SS S CS J TP

Total Aktifitas 4 3 2 1 0

Selamat Mengerjakan NO Seserapa sering anda melakukan hal-hal dibawah

(35)

26

1 Saya menyempatkan diri untuk berolahraga bersama keluarga / kerabat.

2 Saya menyempatkan waktu untuk berlibur dengan teman, atau kerabat saya.

3 Saya mengikuti kegiatan keagamaan yang di adakan oleh masyarakat.

4 Saya menjadi pengurus dalam kegiatan keagamaan yang di adakan oleh masyarakat di lingkungan saya.

5 Saya mengajak teman saya untuk berkumpul di akhir pekan.

6 Saya menjadi pengurus kegiatan kebudayaan yang di adakan oleh masyarakat.

7 Saya melakukan kegiatan yang saya sukai ketika hari libur bersama teman-teman.

8 Saya menyempatkan diri untuk hadir setiap kali diadakan kegiatan olahraga di lingkungan masyarakat saya.

Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan pada setiap pernyataan terdapat lima pilihan jawaban di bagian kedua, diantaranya:

SS : Sangat Sering / 10-12 kali dalam setahun S : Sering / 7-9 kali dalam setahun

CS : Cukup Sering / 4-6 kali dalam setahun J : Jarang / 1-3 kali dalam setahun

TP : Tidak Pernah / Tidak sama sekali.

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda tepat dan berilah tanda checklist (√) pada jawaban anda. Periksalah kembali jawaban anda jangan sampai ada yang terlewat.

Pilihan SS S CS J TP

Total Aktifitas 10-12 7-9 4-6 1-3 0

Selamat Mengerjakan NO Seberapa sering anda melakukan hal-hal di bawah ini

dalam kurun waktu satu tahun terakhir SS S CS J TP 9 Saya mengikuti rapat bulanan yang di adakan oleh

remaja-remaja masjid di lingkungan saya.

10 Saya menyempatkan diri untuk kerja bakti setiap bulannya di lingkungan sekitar saya.

(36)

27

12 Saya menyempatkan diri untuk berkumpul bersama remaja-remaja masjid.

13 Saya dengan suka rela membantu apabila ada pelaksanaan pernikahan atau begawe yang dilakukan oleh masyarakat di lingkungan saya.

14 Saya mengikuti pelayanan masyarakat yang di adakan setiap bulan (Seperti: Remaja masjid, Posyandu, PMI,dll).

15 Saya memberikan saran / pendapat ketika rapat bersama remaja-remaja masjid.

16 Saya mengikuti kegiatan yasinan bulanan bersama remaja-remaja masjid.

(37)

28 BLUE PRINT

1. Sense of Community

No Kategori Penjelasan No Item Jumlah

Item 1 Membership Perasaan memiliki atau menjadi bagian dari

keterhubungan secara personal. Selain itu,

membership juga merupakan perasaan memiliki dan menjadi bagian dari group (Backman & Secord dalam McMillan & Chavis, 1986).

7, 8, 9, 10, 11,

12 6

2 Influence Suatu konsep dua arah dari ketertarikan dan pengaruh dari seseorang terhadap kelompok. Di satu sisi adanya gagasan anggota tertarik terhadap suatu kelompok / komunitas, dan dilain sisi pula ia juga memiliki pengaruh pada apa yang sedang dilakukan oleh kelompok atau komunitasnya.

13, 14, 15, 16,

17, 18 6

3 Integritas and

Fulfillment of Need

Suatu perasaan dimana kebutuhan para anggotanya akan terpenuhi dari sumber-sumber yang diterima melalui keanggotaan group.

1, 2, 3, 4, 5, 6 6

4 Shared Emotional Connection

Komitmen dan keyakinan bahwa anggota harus berbagi dan saling menceritakan sejarah mereka masing-masing, tempat-tempat umum, waktu untuk bersama-sama dan kesamaan pengalaman.

19, 20, 21, 22,

Gambar

Tabel 4. Nilai Rata-Rata Variabel Berdasarkan Peraspek ....................................................
Tabel 1. Deskripsi Subjek
Tabel 2. Kategori Rasa Kemasyarakatan dengan Jenis Kelamin
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Variabel Berdasarkan Peraspek
+2

Referensi

Dokumen terkait

Madu yang dihasilkan dari integrasi tanaman hortikultura dengan lebah madu A.cerana yang ada di desa Sumber Urip daerah Selupu Rejang, Rejang Lebong aman untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi petani karet di Desa Simpang Mesuji Kecamatan Simpang Pematang, dengan titik kajian pada umur,

Input data produksi pada menu extruder, cirrcullar, dan balling akan secara otomatis menambah stok barang pada menu stock information, input produksi pada menu

Dalam hal ini dapat di tingkatkan lagi menjadi baik dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan karyawan, melakukan penilaian kerja kepada karyawan agar

Pergerakan kamera yang dinamis bertujuan untuk mendekati emosi penonton, karena film “Penyelamat Dunia” menggunakan karakter fantasi, yaitu monster, sehingga

[r]

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) studi pustaka berkaitan dengan pemeliharaan jalan rel, (2) pengumpulan data dari PT KAI Daerah operasi 2 Bandung, dan

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, bahwa deskripsi varietas yang menjadi informasi produk merupakan suatu atribut untuk dipertimbangkan petani untuk mengetahui