• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergilus niger dan Trichoderma viride Dalam Ransum Domba Jantan Lokal Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Finansial Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergilus niger dan Trichoderma viride Dalam Ransum Domba Jantan Lokal Lepas Sapih"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN TONGKOL

JAGUNG DENGAN FERMENTASI BIOAKTIVATOR

Starbio,

Aspergillus niger

dan

Trichoderma viride

DALAM RANSUM

DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH

RONY ALVIANSYAH HARAHAP

090306063

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN TONGKOL

JAGUNG DENGAN FERMENTASI BIOAKTIVATOR

Starbio,

Aspergillus niger

dan

Trichoderma viride

DALAM RANSUM

DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH

SKRIPSI

Oleh:

RONY ALVIANSYAH HARAHAP

090306063

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN TONGKOL

JAGUNG DENGAN FERMENTASI BIOAKTIVATOR

Starbio,

Aspergillus niger

dan

Trichoderma viride

DALAM RANSUM

DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH

SKRIPSI

Oleh:

RONY ALVIANSYAH HARAHAP 090306063/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Judul : Analisis Finansial Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergilus niger dan Trichoderma viride Dalam Ransum Domba Jantan Lokal Lepas Sapih

Nama : Rony Alviansyah Harahap NIM : 090306063

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hasnudi, M.S Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(5)

ABSTRAK

RONY ALVIANSYAH HARAHAP, 2014: “Analisis Finansial Pemanfaatan Tongkol Jagung Dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergillus Niger Dan Trichoderma Viride Dalam Ransum Domba Jantan Lokal Lepas Sapih”. Dibimbing oleh HASNUDI dan TRI HESTI WAHYUNI.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai dengan September 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai usaha dari pemanfaatan tongkol jagung terhadap domba lokal jantan lepas sapih. Penelitian ini menggunakan 20 ekor domba dengan rataan bobot badan awal 8,6 kg-12,9 kg dengan menggunakan metode survey. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah P0 (tongkol jagung tanpa fermentasi), P1 (tongkol jagung fermentasi starbio 0,5 %), P2 (tongkol jagung fermentasi Aspergillus niger 0,5%), P3 (tongkol jagung fermentasi Trichoderma viride 0,5%), P4 (tongkol jagung fermentasi Aspergillus niger 0,25% dan Trichoderma viride 0,25%). Parameter yang digunakan yaitu Total Biaya Produksi, Total Hasil Produksi, Analisis Laba-rugi, benefitt cost ratio (B/C ratio) dan income over feed cost (IOFC).

Hasil analisis laba-rugi tertinggi adalah pada perlakuan P1 memberikan keuntungan Rp. 107.382,68 dan terkecil adalah P0 yang mengalami kerugian 5.554,38. Rataan benefit cost ratio (B/C) tertinggi adalah P1 sebesar 1,19 dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar 0,99. Rataan income over feed cost (IOFC) tertinggi pada perlakuan P1 sebesar 160.582,68 dan terendah pada perlakuan P0 sebesar 47.545,62. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemanfaatan tongkol jagung dalam pakan domba jantan lokal lepas sapih layak untuk di terapkan dalam usaha peternakan domba.

(6)

ABSTRACT

RONY ALVIANSYAH HARAHAP, 2014 “Financial Analysis of Utilization of Corn Cob With Bioactivator Starbio Fermentation , Aspergillus Niger and Trichoderma viride in Ration to the Weaning Males Local Sheep". Guieded by HASNUDI and TRI HESTI WAHYUNI .

The experiment was conducted at the Laboratory of Animal Biology Animal Husbandry Program Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in August to September 2013. This study aims to determine the business value of the use of corn cob on a weaning males local sheep. Sheep are used 20 with an average initial body weight of 8,6 kg - 12,9 kg were divided into four treatments and five replications. The treatment in this study is P0 : without fermented corn cob, P1 : fermented corn cob starbio 0,5 % , P2 : Aspergillus niger fermented corn cob 0,5 %, P3 : Trichoderma viride fermentation of corn cobs 0,5 %, P4 : Aspergillus niger fermented corn cobs 0,25 % and 0,25 % Trichoderma viride. The parameters used in this study is the Total Cost of Production, Total Production, Profit and loss analysis, benefit cost ratio ( B / C ratio ) and income over feed cost ( IOFC ) .

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 23 Februari 1992 dari ayah Alvin Razali Harahap dan ibu Julianti Sinaga. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2009 tamat dari SMA N 14 MEDAN dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota ikatan mahasiswa peternakan (IMAPET), dan Himpunan Mahasiwa Muslim Peternakan (HIMMIP).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Finansial Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergilus niger dan Trichoderma viride Dalam Ransum Domba Jantan Lokal Lepas Sapih”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

DAFTAR ISI

(10)

Biaya pakan ... 24

Biaya obat ... 25

Biaya sewa kandang dan peralatan ... 26

Biaya tenaga kerja ... 26

Total hasil produksi ... 28

Penjualan domba ... 29

Penjualan kotoran domba ... 29

Analisis keuntungan (laba/rugi) ... 31

Analisis B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)... 33

IOFC (Income Over Feed Cost) ... 33

Rekapitulasi hasil penelitian ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(11)

DAFTAR TABEL

No. ... Hal.

1. Biaya pembelian bibit domba selama penelitian (Rp/ekor) ... 24

2. Biaya pakan domba selama penelitian (Rp/ekor) ... 25

3. Biaya obat-obatan selama penelitian (Rp/ekor) ... 25

4. Biaya sewa kandang dan peralatan selama penelitian (Rp/ekor) ... 26

5. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp/ekor) ... 26

6. Hasil penjualan domba selama penelitian (Rp/ekor) ... 28

7. Hasil penjualan feses domba selama penelitian (Rp/ekor) ... 29

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. ... Hal.

1. Grafik rataan total biaya produksi selama penelitian ... 27

2. Grafik rataan total hasil produksi selama penelitian ... 30

3. Grafik rataan analisis laba/rugi selama penelitian ... 31

4. Grafik rataan Income over feed cost (IOFC) selama penelitian... 34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. ... Hal.

1. Susunan Ransum Komplit selama penelitian ... 41

2. Bobot badan awal domba selama penelitian ... 41

3. Bobot badan akhir domba selama penelitian ... 41

4. Daftar harga bahan pakan komplit selama penelitian ... 42

5. Harga per Kg ransum setiap perlakuan selama penelitian ... 42

6. Konsumsi pakan domba selama penelitian ... 42

7. Biaya pembelian bibit tiap perlakuan selama penelitian ... 43

8. Biaya pakan tiap perlakuan selama penelitian ... 43

9. Biaya obat-obatan tiap perlakuan selama penelitian... 43

10. Biaya sewa kandang dan peralatan tiap perlakuan selama penelitian ... 44

11. Biaya tenaga kerja tiap perlakuan selama penelitian ... 44

12. Total biaya produksi tiap perlakuan selama penelitian ... 44

13. Hasil penjualan domba tiap perlakuan selama penelitian ... 45

14. Hasil penjualan feses domba tiap perlakuan selama penelitian ... 45

15. Total hasil produksi selama penelitian ... 45

16. Laba/rugi tiap perlakuan selama penelitian... 46

17. Benefit cost ratio (B/C ratio) selama penelitian ... 46

18. IOFC tiap perlakuan selama penelitian ... 46

(14)

ABSTRAK

RONY ALVIANSYAH HARAHAP, 2014: “Analisis Finansial Pemanfaatan Tongkol Jagung Dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergillus Niger Dan Trichoderma Viride Dalam Ransum Domba Jantan Lokal Lepas Sapih”. Dibimbing oleh HASNUDI dan TRI HESTI WAHYUNI.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai dengan September 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai usaha dari pemanfaatan tongkol jagung terhadap domba lokal jantan lepas sapih. Penelitian ini menggunakan 20 ekor domba dengan rataan bobot badan awal 8,6 kg-12,9 kg dengan menggunakan metode survey. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah P0 (tongkol jagung tanpa fermentasi), P1 (tongkol jagung fermentasi starbio 0,5 %), P2 (tongkol jagung fermentasi Aspergillus niger 0,5%), P3 (tongkol jagung fermentasi Trichoderma viride 0,5%), P4 (tongkol jagung fermentasi Aspergillus niger 0,25% dan Trichoderma viride 0,25%). Parameter yang digunakan yaitu Total Biaya Produksi, Total Hasil Produksi, Analisis Laba-rugi, benefitt cost ratio (B/C ratio) dan income over feed cost (IOFC).

Hasil analisis laba-rugi tertinggi adalah pada perlakuan P1 memberikan keuntungan Rp. 107.382,68 dan terkecil adalah P0 yang mengalami kerugian 5.554,38. Rataan benefit cost ratio (B/C) tertinggi adalah P1 sebesar 1,19 dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar 0,99. Rataan income over feed cost (IOFC) tertinggi pada perlakuan P1 sebesar 160.582,68 dan terendah pada perlakuan P0 sebesar 47.545,62. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemanfaatan tongkol jagung dalam pakan domba jantan lokal lepas sapih layak untuk di terapkan dalam usaha peternakan domba.

(15)

ABSTRACT

RONY ALVIANSYAH HARAHAP, 2014 “Financial Analysis of Utilization of Corn Cob With Bioactivator Starbio Fermentation , Aspergillus Niger and Trichoderma viride in Ration to the Weaning Males Local Sheep". Guieded by HASNUDI and TRI HESTI WAHYUNI .

The experiment was conducted at the Laboratory of Animal Biology Animal Husbandry Program Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in August to September 2013. This study aims to determine the business value of the use of corn cob on a weaning males local sheep. Sheep are used 20 with an average initial body weight of 8,6 kg - 12,9 kg were divided into four treatments and five replications. The treatment in this study is P0 : without fermented corn cob, P1 : fermented corn cob starbio 0,5 % , P2 : Aspergillus niger fermented corn cob 0,5 %, P3 : Trichoderma viride fermentation of corn cobs 0,5 %, P4 : Aspergillus niger fermented corn cobs 0,25 % and 0,25 % Trichoderma viride. The parameters used in this study is the Total Cost of Production, Total Production, Profit and loss analysis, benefit cost ratio ( B / C ratio ) and income over feed cost ( IOFC ) .

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, kemajuan teknologi dan kasadaran masyarakat akan pentingnya gizi, maka kebutuhan akan protein hewani juga semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat maka peternak harus menguasai ekonomi peternakan agar menghasilkan ternak yang berkualitas serta keuntungan dari segi ekonomi.

Usaha ternak domba merupakan salah satu jenis usaha yang dapat mendukung pola usaha tani di pedesaan karena dapat memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk membeli kebutuhan pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak. Usaha ternak domba juga sangat disenangi oleh petani peternak di pedesaan karena pemeliharaannya relatif mudah serta tidak memerlukan modal usaha yang besar. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan sebagai acuan untuk para pengambil kebijakan, baik itu petani peternak sendiri ataupun pihak pemerintah dan para investor, dalam mengembangkan usaha ternak domba yang dapat meningkatkan pendapatan pada masyarakat petani peternak. Peternakan merupakan subsektor yang berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya kebutuhan protein hewani. Kebutuhan protein hewani terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya zat gizi.

(17)

mendatang, diharapkan pergeseran skala tipe usaha peternakan rakyat kearah industri peternakan yang lebih besar skala kepemilikan dombanya.

Analisis usaha ternak domba merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu ternak yang mempunyai prospek cerah yang dapat dilihat dari analisis usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal kembali dengan tingkat keuntungan uang diperoleh. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak merupakan salah satu alternatif bijaksana dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak. Limbah pertanian sebagai bahan pakan selalu dikaitkan dengan harga yang murah dan kualitas yang rendah. Besaran pemanfaatan limbah sangat tergantung pada potensi limbah baik secara kuantitas maupun kualitas yang dapat dimanfaatkan.

(18)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Usaha Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergillus niger dan Trichoderma viride pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih”.

Rumusan Masalah

Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergillus niger dan Trichoderma viride terhadap Pertumbuhan Domba Jantan Lokal Lepas Sapih dapat meningkatkan pendapatan.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui nilai ekonomi Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergillus niger dan Trichoderma viride pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih”.

Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Domba dan Pertumbuhannya

Domba dan kambing merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anaknya. Disamping sebagai penghasil daging yang baik, domba dan kambing juga menghasilkan kulit yang dapat di manfaatkan untuk berbagai macam keperluan industri kulit dan khusus untuk domba menghasilkan bulu (wool) yang sangat baik untuk keperluan bahan sandang (Cahyono,1998).

Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku belah dan termasuk pada sub famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk ke dalam genus Ovis dan yang didomestikasi adalah Ovis aries. Taksonomi domba menurut Blakely dan Bade (1985), bahwa semua domba mempunyai karakteristik yang sama. Adapun klasifikasinya adalalah Kingdom: Animalia (hewan), Phylum: Chordata (hewan bertulang belakang), Class: Mammalia (hewan menyusui), Ordo: Artiodactyla (hewan berkuku genap), Family: Bovidae (memamah biak), Genus: Ovis (domba), Spesies : Ovis aries (domba yang di domestikasi).

Laju pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi

pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal

(20)

diketengahkan dengan pertumbuhan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (Tillman et al., 1981).

Pakan Ternak Domba

Pakan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Pakan sangat esensial bagi ternak domba karena pakan yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses dalam tubuh secara normal. Pada batasan minimal, pakan bagi ternak domba berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi sehingga mampu melaksanakan peran dalam proses metabolisme (Murtidjo, 1995).

Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi zat-zat nutrisi sehingga ternak mudah terserang penyakit. Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus menerus dan sesuai dengan standar gizi menurut status ternak yang dipelihara (Cahyono, 1998).

Pakan komplit (Complete Feed) adalah campuran semua bahan pakan yang terdiri atas hijauan dan konsentrat yang dicampur menjadi satu campuran yang homogen dan diberikan kepada ternak sebagai satu-satunya

pakan tanpa tambahan rumput segar. Complete feed dibuat dari hasil samping pertanian seperti jerami kedelai, tetes tebu, kulit kakao, kulit kopi, ampas tebu,

bungkil biji kapok, dedak padi, onggok kering dan bungkil kopra, pakan tersebut diformulasikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ternak terpenuhi.

Wahjuni dan Bijanti (2006) menjelaskan, complete feed disusun untuk menyediakan ransum secara komplit dan praktis dengan pemenuhan nilai nutrisi yang tercukupi untuk kebutuhan ternak serta dapat ditujukan untuk perbaikan

(21)

sistem pemberian pakan. Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain: 1) sumber SK (jerami, tongkol jagung, pucuk tebu), 2) sumber energi (dedak padi, kulit kopi, kulit kakao tapioka, tetes), 3) sumber protein (bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil biji kapok), dan 4) sumber mineral (tepung tulang, garam dapur).

Keuntungan pembuatan pakan lengkap antara lain meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan dan menurunnya sisa pakan dalam palungan, hijauan yang palatabilitas rendah setelah dicampur dengan konsentrat dapat mendorong meningkatnya konsumsi, untuk membatasi konsumsi konsentrat karena harga konsentrat mahal (Yani, 2001).

Teknologi pengolahan hasil samping pertanian dan hasil samping agroindustri menjadi pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua hasil samping tersebut dengan metode prosessing yang terdiri atas: 1) perlakuan pencacahan (choppping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakkan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien, 2) perlakuan

pengeringan (drying) dengan panas matahari atau dengan alat pengering untuk menurunkan kadar air bahan, dan 3) proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (mixer) dan perlakuan penggilingan

dengan alat giling Hammer Mill dan terakhir proses pengemasan (Wahyono dan Hardianto, 2004).

Tongkol Jagung

(22)

Tongkol jagung ini sangat potensial dikembangkan untuk pakan ternak ruminansia. Namun hasil samping ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pakan ternak. Hal ini mungkin disebabkan oleh kualitasnya yang relatif rendah seperti pada hasil samping pertanian lainnya. Tongkol jagung ini mempunyai kadar protein yang rendah dengan kadar lignin dan selulosa yang tinggi (Aregheore, 1995). Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tongkol jagung giling dipakai dalam ransum domba lokal Afrika jantan pada level 36% dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian 37 g/hari (Arghoere, 1995). Selanjutnya penelitian ransum berbahan dasar tongkol jagung pada domba sedang tumbuh menghasilkan konsumsi bahan kering per bobot badan antar perlakuan dengan rataan masing-masing 4.17% dan 94,8 gr/BB (Yulistiani, 2010). Tongkol jagung yang diberi perlakuan ammoniasi 3% dapat dipakai dalam ransum sampai 92%, ketika ransum dasar ini disubstitusi dengan alfalfa 30% dapat membenkan respon pada kenaikan berat badan domba 2 kali lipat dibanding dengan pakan dasar tongkol jagung yang tidak diberi perlakuan (Brandt and Klopfeinstein, 1986). Selanjutnya Oji et al. (2007) melaporkan bahwa treatmen tongkol jagung dengan urea atau amonia dapat meningkatkan konsumsi pakan dan kecernaan nutrien pakan.

Fermentasi

Fermentasi adalah proses biologis yang menghasilkan komponen-komponen akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikrobia. Pengertian

(23)

Fermentasi merupakan proses penguraian unsur-unsur organik kompleks terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang biasanya terjadi dalam keadaan aerob dan anaerob yang diiringi dengan pembebasan gas (Sarwono, 1996).

Penambahan bahan-bahan nutrien kedalam fermentasi dapat menyokong dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang dapat digunakan pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang ditambahkan pada proses fermentasi akan terurai oleh enzim urease menjadi ammonia dan karbondioksida yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino (Fardiaz, 1989).

Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe aerob dan anaerob. Untuk hidup semua organisme membutuhkan sumber energi, energi diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana berada didalamnya. Bahan baku yang paling banyak digunakan diantara mikroorganisme adalah glukosa. Dengan adanya oksigen beberapa mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbon dioksida dan sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh (Buckle et al., 1985).

Bioaktivator

Starbio

(24)

Azozpirillum trasiliensis (pencerna protein). Probiotik Starbio merupakan probiotik anaerob penghasil enzim berfungsi untuk memecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat Starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum, selain itu Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak. Penggunaan Starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada Starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga lebih banyak zat nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan ke produk ternak. Selain itu, produktivitas ternak akan meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap (Samadi, 2007).

Aspergillus niger

Aspergillus niger menghasilkan enzim urease untuk memecah urea menjadi asam amino dan CO2 yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan (Lehninger, 1991). Aspergillus niger didalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam medium. Molekul sederhana seperti gula dan komponen lain yang larut disekeliling hifa dapat langsung diserap. Molekul lain yang lebih kompleks seperti selulosa, pati dan protein harus dipecah terlebih dahulu sebelum diserap kedalam sel. Untuk itu Aspergillus niger menghasilkan beberapa enzim ekstraseluler seperti amilase, amiloglukosidase, pektinase, selulase, katalase, dan glukosidase (Hardjo et al., 1989).

(25)

Aspergillus niger bersifat aerobik sehingga membutuhkan oksigen terhadap pertumbuhan. Temperatur optimum bagi pertumbuhannya adalah antara 35oC–37oC. pH optimum antara 5-7 dan pH antara 2-8,5 kadar air media antara 65-70%. Ciri-ciri khas Aspergillus niger menurut Fardiaz (1989) antara lain: berupa benang-benang tunggal yang disebut hifa, tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak secara generatif dan vegetatif.

Trichoderma viride

Trichoderma viride adalah salah satu jenis jamur yang bersifat selulolitik karena dapat menghasilkan selulase. Enzim yang dapat menghidrolisis selulosa adalah selulase. Produksi selulase secara komersial biasanya menggunakan kapang atau bakteri. Kapang yang bisa menghasilkan selulase adalah Aspergillus niger, Trichoderma viride dan lain-lain. Bakteri yang bisa menghasilkan selulase adalah Pseudomonas, Cellulomonas, dan Bacillus. Diantara beberapa jenis kapang dan bakteri yang bisa menghasilkan selulase, yang potensial untuk dikembangkan dalam pembuatan enzim selulase salah satunya adalah kapang Trichoderma viride. Trichoderma viride adalah kapang berfilamen yang sangat dikenal sebagai organisme selulolitik dan menghasilkan enzim-enzim selullolitik, termasuk enzim selobiohidrolase, endoglukanase dan ß-glukosidase. Kelebihan dari Trichoderma viride selain menghasilkan enzim selulolitik yang lengkap, juga menghasilkan enzim xyloglukanolitik. Keberadaan enzim ini akan semakin mempermudah enzim selulolitik dalam memecah selulosa. Trichoderma viride telah dimanfaatkan untuk mengisolasi xylooligosaccharida dari bronjong sawit (Salina et al., 2008).

(26)

volume air), urea (1%) dan NPK (0.5% dari berat air), lalu dilarutkan. Ke dalam larutan tersebut dimasukkan bibit kapang Trichoderma viride sebanyak 1% dari volume air. Lalu larutan diaerasi menggunakan aerator selama 35-48 jam. Larutan Trichoderma viride tersebut kemudian dijadikan inokulan dalam fermentasi tongkol jagung. Sebelum difermentasi, sebaiknya tongkol jagung dicacah atau lebih baik jika ditepungkan, untuk memperkecil bentuknya. Selanjutnya difermentasi selama 7 hari, dan kemudian dikeringkan. Melalui teknik fermentasi, akan dapat meningkatkan kandungan protein dan energi bahan, sehingga akan lebih mudah dicerna oleh ternak. Trichoderma viride dapat memfermentasi janggel jagung sebagai pakanalternatif pada musim kemarau (Rohaeni et al., 2006) dan memfermentasi limbah agroindustri (Prayitno, 2008.).

Analisa Usaha Ternak Domba

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), pakan dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

(27)

diikuti dengan upaya peningkatan mutunya, modal biaya rendah (Low External Input), bahkan dapat dinyatakan tanpa adanya biaya produksi (zero cost) (Priyanto et al., 2004).

Dalam membangun suatu perusahaan, perlu beberapa pertimbangan ekonomi dasar seperti: apa yang dihasilkan, bagaimana menghasilkannya, seberapa banyak harus dihasilkan, dan bagaimana harus memasarkannya. Untuk itu perlu pencatatan semua kegiatan keluar/masuknya selama periode penggemukkan. Hal ini disebabkan karena tanpa ada data yang lengkap meliputi catatan keluar masuknya pada sepanjang waktu pemeliharaan maka informasi apakah suatu usaha tersebut rugi atau laba menjadi tidak jelas (Rasyaf, 1988). Dalam pemeliharaan domba terdapat beberapa keuntungan yaitu dapat beranak lebih dari satu ekor, cepat berkembang biak, berjalan dengan jarak lebih dekat saat digembalakan sehingga pemeliharaan lebih mudah, termasuk pemakan rumput sehingga dalam pemberian pakan lebih mudah.

Banyak keuntungan yang di peroleh dari beternak domba. Namun, pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaan domba di lakukan secara teradisional. Pemberian pakannya pun hanya sekedarnya saja tanpa memperhitungkan kebutuhan standar gizi (Cahyono, 1998).

(28)

Biaya Produksi

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Maka dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan, 1995).

Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada atau tidak ada ternak di kandang, biaya ini harus tetap keluar. Misalnya: gaji pekerja bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan jumlah produksi ternak diusahakan. Semakin banyak ternak semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan secara total. Pada pemeliharaan ternak, biaya pakan mencapai 60%-70% dari total biaya produksi (Rasyaf, 1996).

(29)

berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya tidak tetap.

Penerimaan dan Pendapatan

Perusahaan yang beroperasi atau mempunyai kegiatan sesuai dengan didirikannya perusahaan tersebut akan mengharapkan adanya penerimaan pendapatan dari operasi perusahaan yang dilaksanakan. Bagi perusahaan yang memproduksi barang, maka penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang tersebut. Demikian juga dengan perusahaan jasa, penerimaan pendapatan perusahaan tersebut berasal dari usaha penjualan jasa yang dilakukan perusahaan tersebut (Agus, 1990). Pendapatan merupakan jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Rasyaf, 1996).

Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut (Budiono, 1990). Penerimaan merupakan jumlah hasil peternakan seperti penjualan hasil ternak dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima (Rasyaf, 1996).

Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan dan barang olahannya seperti hasil penjualan ternak dan tambahan modal hasil penjualan ternak (kadarsan, 1995). Penerimaan atau nilai produksi (R atau S) yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga produksi dengan satuan rupiah (Suratiah, 2009).

(30)

penerimaan bunga bank karena perusahaan mempunyai rekening giro, penerimaan dari penjualan mesin dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi. Namun demikian penerimaan tersebut tidak diperhitungkan, karena kegiatan tersebut tidak berasal dari kegiatan operasi perusahaan.

Analisa Laba-Rugi

Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995).

Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).

Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : K = TR-TC

dimana :

K = keuntungan

(31)

Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama (Kasmir dan Jakfar, 2005).

IOFC (incomeoverfeedcost)

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis, selain memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi ransum, faktor efisiensi biaya juga perlu diperhitungkan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya ransum. Perhitungan IOFC ini terlepas dari biaya lain yang belum diperhitungkan seperti upah tenaga kerja, fasilitas kandang, bibit dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati dalam biaya variabel.

(32)

B/C Ratio (benefit cost ratio)

Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila :

B/C Ratio > 1 = efisien B/C Ratio ═ 1 = impas B/C Ratio < 1 = tidak efisien

B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran.

(33)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Berlangsung selama 3 bulan mulai bulan Juli sampai September 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Domba lokal jantan lepas sapih umur 6-8 bulan sebanyak 20 ekor. Bahan pakan yang diberikan terdiri atas: tongkol jagung dan bioaktivator sebagai fermentator serta konsentrat terdiri atas: dedak halus, bungkil kedelai, ultra mineral dan garam. Bahan pakan difermentasikan dengan Starbio, Aspergilus niger dan Trichoderma viride. Obat-obatan seperti obat cacing (Kalbazen), anti bloat untuk obat kembung, air minum, desinfektan (Rhodalon) dan obat tradisional.

Alat

(34)

penelitian, alat pembersih kandang dan termometer untuk mengetahui suhu di dalam dan di luar kandang.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survey deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang di peroleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini secara eksperimental adalah secara experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan.

Adapun perlakuan yang diberikan adalah : P0 : Tongkol jagung tanpa fermentasi

P1 : Tongkol jagung fermentasi dengan starbio 0,5%

P2 : Tongkol jagung fermentasi dengan Aspergillus niger 0,5% P3 : Tongkol jagung fermentasi dengan Trichoderma viride 0,5%

P4 : Tongkol jagung fermentasi dengan Aspergillus niger 0,25% dan Trichoderma viride 0,25%

Parameter Penelitian

Total biaya produksi

(35)

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga jual domba dan penjualan kotoran domba.

Laba/Rugi

Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara : K = TR – TC

Dimana :

K = keuntungan TR = total penerimaan TC = total pengeluaran.

IOFC (incomeoverfeedcost)

Income Over Feef Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan (dalam kg hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan ternak.

IOFC = (BB Akhir – BB Awal x Harga Jual Per kg) – (KR x HR) Dimana : KR = Konsumsi Ransum (kg),

(36)

B/C Ratio (benefit cost ratio)

Benefit cost ratio adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama pross produksi hingga menghasilkan produk.

Total penerimaan penjualan produk B/C Ratio =

Total biaya

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang

Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan penyemprotan dengan Rodalon (dosis 10 ml/2,5 liter air) pada lantai dan dinding kandang sebelum proses pemeliharaan.

Persiapan Domba

Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan, tiap percobaan terdapat 1 ekor domba. Penempatan domba dilakukan dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan bobot badan domba.

Persiapan Pakan

(37)

kelembaban 60%, bahan dimasukkan kedalam karung goni yang dilapisi plastik agar kondisi anaerob dapat tercapai. Ikat karung goni kemudian difermentasi selama 7 hari.

Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan yang diberikan adalah pakan komplit berbentuk tepung tongkol jagung fermentasi sesuai dengan perlakuan:

P0= Tongkol jagung tanpa fermentasi

P1= Tongkol jagung fermentasi dengan starbio 0,5%

P2= Tongkol jagung fermentasi dengan Aspergillus niger 0,5% P3= Tongkol jagung fermentasi dengan Trichoderma viride 0,5% P4= Tongkol jagung fermentasi dengan Aspergillus niger 0,25% dan Trichoderma viride 0,25%

Pakan diberikan pada pagi hari pada pukul 08.00 WIB dan pada sore hari pukul 16.00 WIB. Sisa pakan ditimbang pada waktu pagi hari keesokan harinya sesaat sebelum ternak diberi makan kembali untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi

selama 10 hari sedikit demi sedikit. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum, air diganti setiap harinya dan tempat minum dicuci bersih.

Pemberian Obat-obatan

(38)

Analisis Data

1. Dilakukan pengukuran yaitu data rata-rata bobot badan awal domba.

2. Dilakukan survey harga pakan yaitu di pasar, poultry shop, pabrik pakan ternak dan tempat-tempat lain yang menyangkut harga pakan dan harga peralatan yang digunakan.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Biaya Produksi

Total biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung: biaya pembalian bibit, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya sewa kandang dan peralatan serta biaya tenaga kerja.

a. Biaya Pembelian Bibit 

Biaya pembelian bibit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit domba sebanyak 20 ekor dengan bobot badan awal domba 224 kg dikali dengan harga Rp 40000/kg. Harga bibit domba yang digunakan pada penelitian dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Biaya pembelian bibit domba selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 420.000 420.000 480.000 440.000 1.760.000 440.000 P1 440.000 516.000 492.000 344.000 1.792.000 448.000 P2 472.000 492.000 452.000 400.000 1.816.000 454.000 P3 424.000 424.000 464.000 392.000 1.704.000 426.000 P4 492.000 504.000 400.000 492.000 1.888.000 472.000 Total 2.248.000 2.356.000 2.288.000 2.068.000 8.960.000 Rataan 449.600 471.200 457.600 413.600 448.000

b.  Biaya Pakan 

(40)

mineral. Dimana pada perlakuan P0 sebesar Rp. 1.420/Kg+biaya grinder (Rp. 300/Kg) sehingga diperoleh biaya pada perlakuan P0 adalah Rp. 1.720/Kg.

Harga pakan pada perlakuan P1 adalah Rp. 1.420/Kg + biaya grinder (Rp. 300/Kg) ditambah biaya fermentasi dengan starbio 0,5% sebesar Rp.

90/Kg, sehingga diperoleh harga pakan P1 adalah Rp. 1.810/Kg. Harga pakan pada perlakuan P2 adalah Rp. 2.220/Kg dimana Rp. 1420/Kg + biaya grinder (Rp. 300/Kg) lalu ditambah biaya fermentasi dengan Aspergillus niger 0,5% sebesar Rp. 500/Kg. Harga pakan pada perlakuan P3 adalah Rp. 1420/Kg + biaya grinder (Rp. 300/Kg) lalu ditambah biaya fermentasi dengan Trichoderma viride 0,5% sebesar Rp. 500/Kg sehingga diperoleh harga pakan pada perlakuan P3 sebesar Rp. 2.220/Kg. Harga pakan pada perlakuan P4 adalah Rp. 1420/Kg + biaya grinder (Rp. 300/Kg) lalu ditambah biaya fermentasi dengan Aspergillus niger 0,25% dan Trichoderma viride 0,25% sebesar Rp.500/Kg sehingga diperoleh harga sebesar Rp.2.220/Kg. Harga pakan tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Biaya pakan domba selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4

P0 52.941,60 50.124,24 49.556,64 50,795.04 203.417,52 50.854,38 P1 58.893,78 60.729,12 61.033,20 56,613.18 237.269,28 59.317,32 P2 73.086,84 72.340,92 75.151,44 73,166.76 293.745,96 73.436,49 P3 69.224,04 65.849,64 63.070,20 65,254.68 263.398,56 65.849,64 P4 72.274,32 66.413,52 72.034,56 69,330.60 280.053,00 70.013,25 Total 326.420,58 315.457,44 320.846,04 315,160.26 1,277,884.32

Rataan 65.284,12 63.091,49 64.169,21 63.032,05 63.894,22

c. Biaya Obat‐Obatan 

(41)

25.000, vitamin B kompleks Rp 20.000, Antangin Rp.10.000, dan spit untuk menyuntik Rp 7.000. Jadi total seluruh biaya obat-obatan sebasar Rp. 62.000 dan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Biaya obat-obatan selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 3.100 3.100 3.100 3.100 12.400 3.100

P1 3.100 3.100 3.100 3.100 12.400 3.100

P2 3.100 3.100 3.100 3.100 12.400 3.100

P3 3.100 3.100 3.100 3.100 12.400 3.100

P4 3.100 3.100 3.100 3.100 12.400 3.100

Total 15.500 15.500 15.500 15.500 62.000

Rataan 3.100 3.100 3.100 3.100 3.100

d. Biaya Sewa Kandang dan Peralatan 

Biaya sewa kandang adalah biaya yang digunakan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang sehingga diperoleh sebesar Rp. 250.000,-. Sedangkan biaya peralatan kandang adalah biaya yang digunakan untuk membeli seluruh peralatan selama penelitian sehungga diperoleh sebesar Rp. 285.000,-. Biaya yang dikeluarkan untuk sewa kandang dan peralatan selama penelitian sebesar Rp. 535.000,- dan dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya sewa kandang dan peralatan selam penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

P0 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

P1 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

P2 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

P3 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

P4 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

Total 133.750 133.750 133.750 133.750 535.000

Rataan 26.750 26.750 26.750 26.750 26.750

(42)

Biaya tenaga kerja diperoleh dari jumlah ternak penelitian dibagi jumlah ternak yang dipelihara secara intensif dikali dengan UMRP SUMUT 2013 (Upah Minimum Regional Provinsi). UMRP saat penelitian adalah sebesar Rp. 1.600.000/bulan. Satu tenaga kerja dapat menangani 100 ekor domba. Maka biaya yang dikeluarkan untuk memelihara 20 ekor domba adalah Rp. 320.000/bulan dan Rp 640.000 selama penelitian. Rincian biaya tenaga kerja tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya tenaga kerja slam penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

P0 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

P1 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

P2 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

P3 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

P4 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

Total 160.000 160.000 160.000 160.000 640.000

Rataan 32.000 32.000 32.000 32.000 32.000

Total seluruh biaya produksi selama penelitian adalah

Biaya pembelian bibit domba Rp 8.960.000,00

Biaya pakan domba Rp 1.277.884,32 Biaya Obat-obatan Rp 62.000,00 Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Rp 535.000,00 Biaya tenaga kerja Rp 640.000,00 +

Total Rp 11.474.884,32

(43)

Gambar 1. Grafik rataan total biaya produksi selama penelitian Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa total biaya produksi pemeliharaan domba jantan selama penelitian menunjukkan perbedaan dimana rataan total biaya produksi tertinggi terdapat pada P4 sebesar Rp. 603.863,25 dan yang terendah pada P0 sebesar Rp. 552.704,38 dimana selisih biaya produksi antara keduanya adalah Rp. 51.158,87. Perbedaan jumlah pengeluaran ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian bibit dan pakan sementara biaya obat-obatan sewa kandang peralatan dan tenaga kerja adalah sama. Hal ini seperti dinyatakan oleh Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu output. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi.

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga jual domba dan penjualan kotoran domba.

520,000.00 540,000.00 560,000.00 580,000.00 600,000.00 620,000.00

 Po  P1  P2  P3  P4

(44)

a.  Hasil penjualan domba 

Penjualan domba diperoleh dari harga jual domba hidup perkilogram. Harga pada waktu penjualan yaitu sebesar Rp 40.000/kg dikali dengan bobot

badan akhir domba (303,46 kg). Maka harga jual seluruh domba adalah Rp. 12.138.400. Harga penjualan domba dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil penjualan domba selama penlitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

P0 514.000 520.000 588.000 531.600 2.153.600 538.400 P1 670.800 727.200 710.400 563.200 2.671.600 667.900 P2 622.000 636.400 587.600 518.000 2.364.000 591.000 P3 559.200 549.600 610.400 549.600 2.268.800 567.200 P4 708.000 690.000 622.000 660.400 2.680.400 670.100 Total 3.074.000 3.123.200 3.118.400 2.822.800 12,138,400

Rataan 614.800 624.640 623,680 564,560 606.920

b. Penjualan feses domba 

Penjualan feses domba diperoleh dari harga jual feses domba perkilogram dikali dengan jumlah feses selama penelititan. Harga penjualan yaitu sebesar Rp. 500/kg dikali bobot feses domba sebanyak 350 kg, maka hasil penjualan seluruh feses domba adalah Rp. 175.000 dan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil penjualan feses domba selam penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

P0 8.750 8.750 8.750 8.750 35.000 8.750

P1 8.750 8.750 8.750 8.750 35.000 8.750

P2 8.750 8.750 8.750 8.750 35.000 8.750

P3 8.750 8.750 8.750 8.750 35.000 8.750

P4 8.750 8.750 8.750 8.750 35.000 8.750

Total 43.750 43.750 43.750 43.750 175.000

(45)

Total Hasil Produksi

Hasil penjualan domba Rp 12.138.000,00 Hasil penjualan feses domba Rp 175.000,00 +

Total Rp 12.313.000,00

Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi seperti diatas. Maka hasil produksi tiap perlakuan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Grafik rataan total hasil produksi selama penelitian

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi pemeliharaan domba jantan selama penelitian menunjukkan perbedaaan yang besar dimana rataan hasil pendapatan tertinggi terdapat pada P4 yaitu sebesar Rp 678.850,00 dan yang terendah pada P0 yaitu sebesar Rp 547.150,00 dimana selisih antara keduanya sebesar Rp. 131.700. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan bobot badan domba dan disebabkan kualitas pakan yang diberikan selama penelitian sehingga nilai pendapatan dari penjualan domba berbeda pada

(46)

setiap ulangan. Ini sesuai dengan pernyataan Agus (1990) yang menyatakan bahwa, penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang, begitu juga pendapat dari Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman serta hasil olahannya serta panen dari peternakan serta hasil olahannya

Analisis Laba/Rugi

Analisis ekonomi atau laba rugi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara total hasil produksi dengan total biaya produksi.

Laba/rugi = total hasil produksi – total biaya produksi

Laba/rugi = Rp 12.313.000 – Rp 11.474.884,32= Rp 838.115,68

Gambar 3. Grafik rataan analisis laba/rugi selama penelitian

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa analisis laba-rugi setiap perlakuan memberi pengaruh yang berbeda-beda pada setiap total perlakuan. Perlakuan P0

‐20000 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000

P0 P1 P2 P3 P4

Laba/Rugi

Perlakuan

(47)

mengalami kerugian rata-rata Rp. 5.554,38/ekor, pada perlakuan P1 mendapatkan keuntungan rata-rata Rp. 107.382,68/ekor, pada perlakuan P2 mendapatkan keuntungan rata-rata Rp. 10.463,51/ekor, pada perlakuan P3 mendapatkan keuntungan rata-rata Rp. 22.250,36/ekor, pada perlakuan P4 mendapatkan keuntungan rata-rata Rp. 74.986,75/ekor.

(48)

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Analisis B/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilakukan. B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi .

Tabel 8. Benefit cost ratio (B/C ratio) selama penelitian (%/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

P0 0,98 0,99 1,01 0,98 3,96 0,99

P1 1,21 1,15 1,17 1,24 4,77 1,19

P2 1,04 1,03 1,01 0,98 4,07 1,02

P3 1,02 1,01 1,05 1,08 4,16 1,04

P4 1,14 1,11 1,18 1,07 4,51 1,13

Total 5,40 5,29 5,42 5,35 21,46

Rataan 1,08 1,06 1,08 1,07 1,07

Pada tabel dapat dilihat bahwa B/C Ratio yang diperoleh pada perlakuan P0 tidak efisien karena tiap perlakuan rata-rata lebih kecil sama dengan 1 sedangkan pada Perlakuan P1,P2,P3 dan P4 efisien karena rata-rata lebih besar daripada 1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1995) yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai B/C Rationya, maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

5. Income over feed cost (IOFC)

(49)

Gambar 4. Grafik rataan Income over feed cost (IOFC) selama penelitian Dari gambar di atas dapat dilihat IOFC tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu rata-rata sebesar Rp. 160.582,68/ekor hal ini dikarenakan bobot badan domba yang tinggi dikalikan harga jual per kilogram domba sehingga pendapatan penjualan domba lebih tinggi dari pada total biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi domba tersebut dan juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi domba tersebut yang tinggi diikuti pertambahan bobot badan yang tinggi.

IOFC terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu rata-rata sebesar Rp. 47.545,62/ekor hal ini negatif dikarenakan bobot badan akhir domba sangat rendah dari perlakuan yang lain sehingga menyebabkan harga jual domba lebih rendah sehingga menyebabkan IOFC pada perlakuan P0 paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1990) bahwa IOFC merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara

(50)

produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual ternak.

6. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat rekapitulasi hasil penelitian seperti pada gambar berikut.

Gambar 5. Grafik rataan rekapitulasi hasil penelitian

Dari gambar rekapitulasi hasil penelitian diatas dapat dilihat perbedaan hasil dari tiap perlakuan. Pada perlakuan P0,P1,P2, P3 dan P4 menunjukan total hasil produksi yang berbeda-beda yaitu: PO: Rp. 547.150, P1: Rp. 676.550, P2: Rp. 599.750, P3: Rp. 575.950 dan P4: Rp. 678.850, total hasil produksi yang tertinggi adalah perlakuan P4. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan biaya produksi. Kerugian yang diperoleh pada perlakuan P0 yaitu sebesar Rp - 5.554,38 dari

(51)

perlakuan P0, P1, P2, dan P4, hal ini disebabkan oleh efisiensi biaya produksi, termasuk biaya pakan sehingga mempengaruhi total hasil produksi.

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan pakan secara ekonomis, selain memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi pakan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya pakan. Maka IOFC pada penelitian diperoleh biaya tertinggi pada P1 sebesar Rp 160.582,68 dan biaya terendah adalah P0 sebesar Rp 47.545,62. Hal ini disebabkan karena perbedaan biaya pakan pada perlakuan yang tidak sama sehingga nilai IOFC tiap perlakuan berbeda.

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan tongkol jagung fermentasi dalam pakan yang diberikan kepada domba jantan lokal lepas sapih mampu menambah keuntungan yang lebih besar terhadap nilai B/C (Benefit Cost Ratio), dan IOFC (Income Over Feed Cost).

Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 1990. Analisis Pulang Pokok, UGM-Press, Yogyakarta.

Aregheore, E.M . 1995. Effect of sex on growth rate, voluntary feed intake and nu rie : digestibility of West African Dwarf goats fed crop residue rations Small Ruian: Research 15: 217-221.

Brandt, Jr. R. 1. and T. J. Klopfenstein, 1986. Evaluation of Alfalfa-Corn Cob Associative Action. I. Interactions between Alfalfa Hay and Ruminal Escape Protein on Growth of Lambs and Steers, J Anim Sci 63894-901 . Blakely, J. dan D. H. Bade. 1985. Ilmu Peternakan. Terjemahan: B. Srigandono.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Buckle, K.A., R.A. Edward. C.H. Fleet., M. Watsoon., 1985. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adinio. Universitas Indonesia, Jakarta.

Budiono. 1990. Ekonomi Mikro Edisi Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Edisi Kedua Cetakan ke II BEFE, Yogyakarta.

Cahyono, B., 1998 Beternak Domba dan Kambing. Kanisius. Yogyakarta.

Cole, V.G. 1982. Beef Catle Production Guide, Mc Arthur Press, Pramata, New South Wales.

Fardiaz, S., 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Hansen dan Mowen. 2001. Manejemen Biaya. Salemba Empat Patria, Jakarta. Hardjo, S, N.S. Indrasti dan B. Tajuddin, 1989. Biokenveksi Pemanfaatan Limbah

Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Kadariah, 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kadarsan, H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pemembiayaan Perusahaan Agribisnis. Cetakan ke Dua. PT Gramedia,Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Lehninger, W. W., 1991. Dasar-Dasar Biokimia 1. Erlangga, Jakarta

Lipsey, R. P. Courant, D. Purvis dan P. Steiner, 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Jilid I. Binarupa Aksara, Jakarta.

Mastika, I. M., Komang G.S., I.G., Lanang Oka, I.B., Sutrisna, 1993. Produksi Kambing dan Domba Indonesia, Sebelas Maret University Prees, Surakarta.

Muchtadi, D., S. D. Nurhaeni, dan M. Astawan. 1992. Bahan Kuliah. Enzim Dalam Industri Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Murtidjo, B.A., 1995. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta.

Nuraini. I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah, Malang.

(54)

Oji, U.I., HE Etim, F.C. Okoye. 2007. Effects of urea and aqueous ammonia treatment on the composition and nutritive value of maize residues. Small Ruminant Research 69: 232-236

Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komparatif. UGM-Press, Yogyakarta.

Prayitno, C.H. 2008. Suplementasi Mikromineral pada Limbah Agroindustri yang Difermentasi Trichoderma viride yang Ditinjau dari Konsentrasi VFA dan N-NH3 secra in vitro. Prosiding seminar nasional peternakan dan Veteriner. Bogor, 11 – 12 Nopember 2008. Puslitbang peternakan, bogor. Hlm. 761 – 767.

Priyanto, D., M. Martawijaya, dan B. Setiadi.2004. Analisis Kelayakan Domba Lokal Pada Berbagai Skala Pemilikan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perternakan. Bogor

Rasyaf, M. 1996. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Rasyaf, M., 1988. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rohaeni, E.S., A. Subhan dan A. Darmawan. 2006. Kajian Penggunaan Pakan Lengkap dengan Memanfaatkan Janggel Jagung terhadap Pertumbuhan Sapi. Pros.Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung - Sapi., 9 – 10 Agustus 2006. Puslitbang peternakan, bogor. Hlm. 185 – 192, Pontianak.

Salina, F.H., A. Fazilah, M.N. Mohd.Azemi and M.h. Norziah. 2008. Enzymatic Hydrolysis and Isolation of Oil Palm Frond Derived Xylooligosaccharides by Xylanase Trichoderma viride. International Conference on Environmental Research and Technology (Icert 2008), Malaysia.

Samadi, Budi. 2007. Kentang dan Analisis Usahatani Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius.

Sarwono, B. 1996. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya, Jakarta. Soekartawi. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta. Suratiah, K. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar swadaya. Jakarta.

Tillman, A.D.H., Hartadi., S. Reksohadiprojo., S. Prawirokusumo dan S. Lepdosoekojo. 1981. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahjuni, R.S., dan R. Bijanti. 2006. Uji efek samping formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi friesian holstein. Media Kedokteran Hewan. 22 (3): 174 – 178.

Wahyono, D.E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk pengembangan usaha sapi potong. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 66-76.

Yani A. 2001. Teknologi Hijauan Pakan . Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.

(55)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Susunan Ransum Komplit selama penelitian

Jenis Bahan Komposisi (%)

Tongkol Jagung 50

Bungkil Inti Sawit (BIS) 30

Dedak Padi 9

Lampiran 2. Daftar harga bahan pakan komplit selama penelitian

No Bahan Pakan Harga pakan (Rp/Kg)

Lampiran 3. Harga per Kg ransum setiap perlakuan N

o Perlakuan

Harga/K g 1 P0 (Tongkol jagung tanpa fermentasi) Rp. 1.720 2 P1(Tongkol jagung fermentasi dengan starbio 0,5%) Rp. 1.810 3 P2(Tongkol jagung fermentasi dengan Aspergillus niger 0,5%) Rp. 2.220 4

P3(Tongkol jagung fermentasi dengan Trichoderma

viride0,5%) Rp. 2.220

5 P4(Tongkol jagung fermentasi dengan Aspergillus niger 0,25% dan Trichoderma viride 0,25%)

(56)

Lampiran 4. Konsumsi pakan domba selama penelitian Perlakuan Total Konsumsi Pakan (Kg)

P0U1 30,78

Lampiran 5. Bobot badan awal domba(Kg)

Perlakuan Ulangan

Lampiran 6. Bobot badan akhir domba(Kg)

(57)

Lampiran 7. Biaya pembelian bibit selama penelitian

Perlakuan Ulangan

Total Rataan U1 U2 U3 U4

P0 420.000 420.000 480.000 440.000 1.760.000 440.000 P1 440.000 516.000 492.000 344.000 1.792.000 448.000 P2 472.000 492.000 452.000 400.000 1.816.000 454.000 P3 424.000 424.000 464.000 392.000 1.704.000 426.000 P4 492.000 504.000 400.000 492.000 1.888.000 472.000 Total 2.248.000 2.356.000 2.288.000 2.068.000 8.960.000 Rataan 449.600 471.200 457.600 413.600 448.000

Lampiran 8. Biaya pakan selam penelitian (Rp/kg)

Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4

P0 52.941,60 50.124,24 49.556,64 50,795.04 203.417,52 50.854,38 P1 58.893,78 60.729,12 61.033,20 56,613.18 237.269,28 59.317,32 P2 73.086,84 72.340,92 75.151,44 73,166.76 293.745,96 73.436,49 P3 69.224,04 65.849,64 63.070,20 65,254.68 263.398,56 65.849,64 P4 72.274,32 66.413,52 72.034,56 69,330.60 280.053,00 70.013,25 Total 326.420,58 315.457,44 320.846,04 315,160.26 1,277,884.32

Rataan 65.284,12 63.091,49 64.169,21 63.032,05 63.894,22

Lampiran 9. Biaya obat-obatan selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

Total 15.500 15.500 15.500 15.500 62.000

(58)

Lampiran 10. Biaya sewa kandang dan peralatan selama penelitian (Rp/ekor) Perlakua

n Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

P0 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

P1 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

P2 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

P3 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

P4 26.750 26.750 26.750 26.750 107.000 26.750

Total 133.750 133.750 133.750 133.750 535.000

Rataan 26.750 26.750 26.750 26.750 26.750

Lampiran 11. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

P0 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

P1 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

P2 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

P3 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

P4 32.000 32.000 32.000 32.000 128.000 32.000

Total 160.000 160.000 160.000 160.000 640.000

Rataan 32.000 32.000 32.000 32.000 32.000

Lampiran 12. Total biaya produksi selama penelitian (Rp/Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan U1 U2 U3 U4

P0 534,791.60 531,974.24 591,406.64 552,645.04 2,210,817.52 552,704.38 P1 560,743.78 638,579.12 614,883.20 462,463.18 2,276,669.28 569,167.32 P2 606,936.84 626,190.92 589,001.44 535,016.76 2,357,145.96 589,286.49 P3 555,074.04 551,699.64 588,920.20 519,104.68 2,214,798.56 553,699.64 P4 626,124.32 632,263.52 533,884.56 623,180.60 2,415,453.00 603,863.25

TOTAL 2,883,670.58 2,980,707.44 2,918,096.04 2,692,410.26 11,474,884.32

(59)

Lampiran 13. Hasil penjualan domba selama penelitian (Rp/ekor)

P0 514.000 520.000 588.000 531.600 2.153.600 538.40

0 P1 670.800 727.200 710.400 563.200 2.671.600

667.90 0 P2 622.000 636.400 587.600 518.000 2.364.000

591.00 0 P3 559.200 549.600 610.400 549.600 2.268.800

567.20 0 P4 708.000 690.000 622.000 660.400 2.680.400

670.10 Rataan 614.800 624.640 623,680 564,560

606.92 0 Lampiran 14. Hasil penjualan feses domba selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

Total 43.750 43.750 43.750 43.750 175.000

Rataan 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750

Lampiran 15. Total hasil produksi selama penelitian (Rp/ekor) Perlakua

n Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 522.750 528.750 596.750 540.350 2.188.600 547.150 P1 679.550 735.750 719.150 571.750 2.706.200 676.550 P2 630.750 645.150 596.350 526.750 2.399.000 599.750 P3 567.950 558.350 619.150 558.350 2.303.800 575.950 P4 716.750 698.750 630.750 669.150 2.715.400 678.850 TOTAL

(60)

Lampiran 16. Laba/rugi selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan U1 U2 U3 U4

P0 -12.041,60 -3.224,24 5.343,36 -12.295,04 -22.217,52 -5.554,38 P1 118.806,22 97.170,88 104.266,80 109.286,82 429.530,72 107.382,68 P2 23.813,16 18.959,08 73.48,56 -8.266,76 41.854,04 10.463,51 P3 12.875,96 6.650,36 30.229,80 39.245,32 89.001,44 22.250,36 P4 90.625,68 66.486,48 96.865,44 45.969,40 299.947,00 74.986,75 TOTAL 234.079,42 186.042,56 244.053,96 173.939,74 838.115,68

Rataan 46.815,88 37.208,51 48.810,79 34.787,95 41.905,78

Lampiran 17. Benefit cost ratio (B/C ratio) selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 Total 5,40 5,29 5,42 5,35 21,46

Rataan 1,08 1,06 1,08 1,07 1,07

Lampiran 18. IOFC selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan U1 U2 U3 U4

P0 41,058.40 49,875.76 58,443.36 40,804.96 190,182.48 47,545.62 P1 171,906.22 150,470.88 157,366.80 162,586.82 642,330.72 160,582.68 P2 76,913.16 72,059.08 60,448.56 44,833.24 254,254.04 63,563.51 P3 65,975.96 59,750.36 83,329.80 92,345.32 301,401.44 75,350.36 P4 143,725.68 119,586.48 149,965.44 99,069.40 512,347.00 128,086.75 TOTAL 499,579.42 451,742.56 509,553.96 439,639.74 1,900,515.68

Rataan 99,915.88 90,348.51 101,910.79 87,927.95 95,025.78

Gambar

Tabel 1. Biaya pembelian bibit domba selama penelitian (Rp/ekor)
Tabel 2. Biaya pakan domba selama penelitian (Rp/ekor)
Tabel 3. Biaya obat-obatan selama penelitian (Rp/ekor)
Tabel 5. Biaya tenaga kerja slam penelitian (Rp/ekor)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar III dan IV memiliki kemiringan dan berat beban sama besar, tetapi berbeda letak ketinggian benda: Gambar IV, meskipun letak beban lebih tinggi daripada gamabar III,

Hasil penelitian menunjukan bahwa orangtua dan warga sekolah memiliki aspirasi positif pada mutu pendidikan serta sekolah yang bermutu adalah yang berprestasi,

 1 paragraph of the personal statement to complete the future education and some proof based on past experience..  1 paragraph of the personal statement to serve the community and

Secara keseluruhan, hasil parameter pengujian keempat sampel menunjukkan bahwa sampel yang di ambil di desa mitra yaitu Desa Glagah Arum dan Desa Gedang

Entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh (a)-(f) untuk setiap unit penghasil kas (kelompok dari unit) untuk mana jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak

Permasalahan yang diperbincangkan adalah, (1) apakah akhiran –o dalam BM sub-dialek Talang merupakan sebuah morfem terikat?, (2) apakah terjadi variasi –o itu dalam

Berdasarkan variasi waktu maka volume minyak atsiri yang terbaik pada variasi 6 jam, karena dengan variasi 6 jam minyak atsiri telah terangkat penuh dari biji lada dan

Posisi cadangan devisa saat ini menurut Bank Indonesia (BI), masih setara dengan 6,7 bulan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri Indonesia, di atas standar