• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI

DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT

PESERTA POSDAYA

SAUYUNAN

DESA CIHERANG

TRI NURYANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Tri Nuryanti

(4)
(5)

ABSTRAK

TRI NURYANTI. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta Posdaya Sauyunan beserta faktor internal dan eksternal yang mengarahkannya. Penelitian ini melibatkan sebanyak 72 orang masyarakat peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi program Posdaya sangat rendah, tetapi pada pelaksanaan program tingkat partisipasi cukup tinggi. Kemandirian masyarakat baik dalam kemandirian intelektual, material dan manajemen sudah tergolong tinggi. Baik tingkat partisipasi maupun kemandirian masyarakat lebih dipengaruhi oleh faktor internal masyarakat. Selain itu, tingkat partisipasi berhubungan sangat nyata dengan kemandirian intelektual, namun pada kemandirian material dan manajemen tidak berhubungan nyata.

Kata kunci: partisipasi, kemandirian, pemberdayaan masyarakat, dan Posdaya Sauyunan

ABSTRACT

TRI NURYANTI. Relationship between levels of participation with community independence participant Posdaya Sauyunan in Ciherang Village. Supervised by PUDJI MULJONO.

This study aimed to analyze the relationship between the level of participation in community self-reliance and its participants Posdaya Sauyunan internal and external factors that steer. The study involved 72 people as participants Posdaya Sauyunan Ciherang village District Dramaga Bogor Regency. Level of community participation in the planning and evaluation of programs Posdaya very low, but the program has a high level of participation. Independence of the community both in intellectual independence, material and management are relatively high. External factors have more influence on the level of community participation, while the independence of the community are more influenced by internal factors. The participation rate in touch with the very real intellectual independence, but the independence material and management is not significant correlated.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI

DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT

PESERTA POSDAYA

SAUYUNAN

DESA CIHERANG

TRI NURYANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang Nama : Tri Nuryanti

NIM : I34090103

Disetujui oleh

Dr Ir Pudji Muljono, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang” dengan lancar. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi yang telah membimbing, mengarahkan, serta memberikan saran dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan skripsi ini. Tanpa bimbingan dan saran beliau laporan skripsi ini mungkin tidak akan terselesaikan. Terima kasih kepada Ibu Juju (Neni Hapiyudin), Ibu Nurjanah, anggota Posdaya Sauyunan, serta seluruh masyarakat Desa Ciherang khususnya warga Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang yang telah membantu, mendukung, dan memberikan saran dan informasi selama proses penelitian di lapang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua (Bapak Nur Chadiq dan Ibu Aminah), keluarga dan teman-teman yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang terkait.

Bogor, September 2013

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 5

Konsep Pemberdayaan Masyarakat 5

Konsep Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) 6

Pemberdayaan Masyarakat dalam Posdaya 8

Kemandirian 9

Partisipasi 10

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Program Posdaya

11

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis 14

Definisi Operasional 15

METODE PENELITIAN 19

Pendekatan Penelitian 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Teknik Pengumpulan Data 19

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 20

Validitas dan Reliabilitas 20

GAMBARAN UMUM PENELITIAN 23

Gambaran Umum Wilayah Penelitian 23

Gambaran Umum Posdaya Sauyunan 25

Faktor Internal Responden 34

Faktor Eksternal Responden 36

PARTISIPASI MASYARAKAT PESERTA PROGRAM POSDAYA 39

Partisipasi Masyarakat dalam Program Posdaya 39

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Posdaya 39 Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Posdaya 39 Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Program Posdaya 40 Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi dalam Program Posdaya

(15)

dalam Program Posdaya

Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Posdaya

44

KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA PROGRAM POSDAYA 47

Kemandirian Masyarakat dalam Program Posdaya 47

Kemandirian Intelektual Masyarakat dalam Program Posdaya 47 Kemandirian Material Masyarakat dalam Program Posdaya 47 Kemandirian Manajemen Masyarakat dalam Program Posdaya 48 Hubungan Antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Kemandirian

Masyarakat dalam Program Posdaya

48 Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam

Program Posdaya

49 Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam

Program Posdaya

51 Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat

dalam Program Posdaya

53 Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian

Masyarakat dalam Perencanaan Program Posdaya

53 Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian

Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Posdaya

53 Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat dalam Evaluasi Program Posdaya

54

SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 59

(16)

DAFTAR TABEL

1 2

Kategori, jumlah, dan persentase berdasarkan faktor internal masyarakat peserta program Posdaya

Kategori, jumlah, dan persentase berdasarkan faktor eksternal masyarakat peserta program Posdaya

34 36 3 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya

dalam perencanaan program

39 4 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya

dalam pelaksanaan program

40 5 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya

dalam evaluasi program

40 6 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarkat 41 7 Hubungan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarkat 44 8 Jumlah dan persentase kemandirian intelektual masyarakat peserta

program Posdaya

47 3 9 Jumlah dan persentase kemandirian material masyarakat peserta

program Posdaya

48 10 Jumlah dan persentase kemandirian manajemen masyarakat peserta

progam program Posdaya

48 11 Hubungan faktor internal dengan tingkat kemandirian masyarakat 49 12

13

Hubungan faktor eksternal dengan tingkat kemandirian masyarakat Hubungan tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat

(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 14

2 Kelompok usia dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun 2012 23 3 Mata pencaharian dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun

2012

24 4

5

Tingkat pendidikan dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun 2012

Struktur kepengurusan Posdaya Sauyunan

24 33

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian 62

2 Jadwal pelaksanaan penelitian 63

3 Jumlah responden 64

4 Hasil uji validitas dan reliabilitas 67

5 6 7

Hasil uji Rank Spearman

Kuesioner penelitian Riwayat hidup

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan partisipatif erat hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat. Pada pembangunan partisipatif maupun pemberdayaan masyarakat diperlukan upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan agar mampu melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers dalam Hadi 2010).1 Menurut Kartasasmita (1996) dalam Sumodiningrat (1999), pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah ikutsertanya masyarakat dalam perencanaan pembangunan, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Slamet 2003). Dalam pelaksanaan program diperlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan syarat utama untuk mencapai keberhasilan suatu program pemberdayaan yang berbasis masyarakat agar tetap berkelanjutan. Partisipasi ini tidak hanya sebagai pengerahan tenaga masyarakat untuk melaksanakan kegiatan, tetapi lebih dari itu masyarakat harus ikut menyumbangkan pikiran, ide, pendapat, dan kreativitasnya dalam kegiatan tersebut. Masyarakat bukan sebagai obyek, melainkan harus menjadi subyek utama dari pembangunan untuk memperbaiki kehidupannya, memiliki kemampuan, dan keterampilan, sehingga mereka dapat mengatasi masalah atau kesulitan hidupnya secara mandiri.

Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan sebuah gerakan untuk membangkitkan kembali budaya gotong royong di masyarakat dalam membangun kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya dengan harapan masyarakat dapat mandiri (P2SDM LPPM IPB). Menurut Yayasan Damandiri, Posdaya adalah suatu forum silaturahmi advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya merupakan wahana pemberdayaan 8 fungsi keluarga terpadu, utamanya fungsi agama atau Ketuhanan Yang Maha Esa, fungsi budaya, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan (Muljono et al. 2011).

Pembentukan Posdaya bertujuan untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah di masyarakat, sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu dalam mengatasi masalah yang dialami warganya terutama bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,

1

(19)

dan lingkungan. Posdaya sebagai sebuah gagasan pemberdayaan dari, oleh, dan untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengimplementasikan nilai-nilai kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri khas “bottom up program”, kemandirian, dan

pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi (Muljono et al. 2009)

Pemberdayaan masyarakat merupakan tahap awal untuk menuju kepada partisipasi masyarakat, khususnya dalam pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku yang terbaik (Hubies 1992). Dengan kata lain, pemberdayaan dilakukan agar masyarakat mampu berpartisipasi untuk mencapai suatu kemandirian.

Desa Ciherang merupakan salah satu desa yang memiliki Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ini dikenal dengan nama Posdaya Sauyunan. Posdaya Sauyunan itu sendiri dibentuk pada bulan Juni tahun 2010 dengan swadaya dari masyarakat dan berbagai pihak terkait seperti Yayasan Damandiri dan LPPM IPB. Posdaya ini memiliki empat bidang utama yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Berbagai macam kegiatan sudah aktif dilaksanakan di Posdaya Sauyunan, seperti adanya PAUD, Posyandu, LKM Posdaya, daur ulang sampah menjadi kerajinan tangan, pembuatan usaha telur asin, dan lain sebagainya.

Posdaya Sauyunan ini sudah berjalan hampir tiga tahun dengan pelaksanaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat di Desa Ciherang. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Masalah Penelitian

Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang?

2. Bagaimanakah tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan Desa Ciherang?

3. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat partisipasi dan tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang?

(20)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan proposal penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang

2. Menganalisis tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang

3. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang

4. Menganilisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan oleh beberapa pihak sebagai berikut: 1. Bagi akademisi dan civitas akademika

Penelitian ini merupakan sarana pembelajaran bagi penulis sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk disempurnakan pada penelitian di masa mendatang.

2. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait dan sumber informasi bagi pemerintah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan melalui program Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga).

3. Bagi masyarakat

(21)
(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua aspek, yaitu “to give authority to and to give ability to or enable”. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Pada pengertian kedua, pemberdayaan memiliki arti upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Friedman 1992 dalam Ernawati 2011). Selanjutnya, Friedman (1992) seperti yang dikutip oleh Ernawati (2011) juga menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat diartikan sebagai mendapatkan kekuatan (power) dan mengkaitkannya dengan kemampuan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumberdaya yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem organisasi. Akses tersebut digunakan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, golongan miskin dapat mengorganisasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk menentukan, merencanakan dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan kolektifnya.

Menurut Nasdian (2003) pemberdayaan masyarakat memiliki dua elemen pokok, yaitu kemandirian dan partisipasi. Dalam hal ini yang berorientasi memperkuat kelembagaan komunitas, maka pemberdayaan komunitas merupakan tahap awal untuk menuju partisipasi warga komunitas, khususnya dalam proses pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian komunitas. Oleh karena itu, pemberdayaan dilakukan agar warga komunitas mampu berpartisipasi untuk mencapai kemandirian. Selain itu, Nasdian (2003) juga menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat juga memiliki dua dimensi pokok, yaitu dimensi struktural dan kultural. Dimensi struktural meliputi upaya perbaikan struktur sosial yang memungkinkan terjadinya mobilisasi sosial vertikal. Sedangkan dimensi kultural meliputi upaya untuk melakukan perubahan perilaku ekonomi, peningkatan pendidikan sikap terhadap pengembangan teknologi, dan kebiasaan masyarakat setempat.

Konsep tentang instrumen proses pemberdayaan dapat dipakai untuk menilai apakah program pendampingan telah berbasis pemberdayaan atau belum. Verhagen (1996) yang dikutip oleh Hikmat (2004) merumuskan instrumen untuk menilai implementasi dari kegiatan pemberdayaan masyarakat. Instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi kelompok sasaran

Setiap calon sasaran program pemberdayaan diseleksi agar tepat sasaran. 2. Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris

Masyarakat (tidak terkecuali perempuan) dilibatkan dalam identifikasi masalah dan perencanaan kegiatan usaha. Hal ini dilakukan agar perencanaan yang dilaksanakan dapat bermanfaat karena telah sesuai dengan kebutuhan, kondisi, serta potensi yang dimiliki.

3. Pendidikan dan pelatihan timbal balik

(23)

pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, serta lebih memperhatikan potensi dan sumberdaya lokal.

4. Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang

pelayanan dan kemudahan akses terhadap sumberdaya diperlukan untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan. Selian itu, masyarakat hendaknya juga dibimbing untuk menghimpun modal atau sumberdaya secara mandiri.

5. Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan

Salah satu kelemahan dari sektor usaha kecil adalah lemahnya manajemen dan administrasi usaha sehingga mereka tidak berkembang. Oleh karena itu, pembinaan dan pengarahan di dalam mengelola kegiatan usaha harus dilakukan. Dengan demikian mereka akan belajar bagaimana mengatur manajemen usahanya.

6. Pengembangan gerakan dan perluasan proses

Kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjangkau banyak sasaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak. 7. Pengembangan jaringan dan pihak ketiga di luar LSM dan kelompok

Pembinaan hubungan kemitraan dengan pihak lain diperlukan agar usaha kelompok sasaran dapat berkembang.

8. Evaluasi terus-menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik Evaluasi baik terhadap strategi, metode dan kinerja sangat diperlukan karena dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, efek, dampak yang ditimbulkan. Dengan demikian dapat diketahui hal penting yang seharusnya diperbaiki dalam perencanaan selanjutnya.

Konsep Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga)

(24)

Pengembangan Posdaya menurut Suyono dan Haryanto (2009) ditujukan untuk tercapainya hal-hal sebagai berikut:

1. Dihidupkannya dukungan sosial budaya atau modal sosial seperti budaya hidup gotong royong dalam masyarakat untuk saling peduli sesama anak bangsa, saling tolong menolong antar keluarga dengan keluarga lain, saling mengulurkan bantuan pemberdayaan secara terpadu atau bersama-sama memecahkan masalah kehidupan yang kompleks, melalui wadah atau forum yang memungkinkan setiap keluarga untuk saling asah, asih dan asuh, dalam memenuhi kebutuhan membangun keluarga bahagia dan sejahtera.

2. Terpeliharanya insfrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial sehingga tercipta suatu kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi.

3. Terbentuknya lembaga sosial keanggotaan dan partisipasi keluarga di desa atau kelurahan yang dinamis dan menjadi wadah atau wahana partisipasi sosial, dimana setiap keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan yang bisa membantu proses pembangunan kehidupan.

Metode pengembangan Posdaya dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan yaitu (1) Pelatihan, dilakukan untuk membekali pengurus dan kader Posdaya dengan program motivasi dan keterampilan, (2) Rapat koordinasi, dilakukan untuk mengetahui perkembangan masing-masing Posdaya, saling berbagi antar pengurus atau kader dan sosialisasi program, dan (3) Pendampingan, dimaksudkan untuk mengadakan teman diskusi bagi Posdaya, sumber informasi dan motivator pengembangan Posdaya (Suyono dan Haryanto 2009).

Dalam penelitian Muljono et al. (2009) analisis kinerja Posdaya dilakukan untuk mengukur dampak keberadaan Posdaya sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Kinerja Posdaya dapat dikategorikan baik, karena telah menghasilkan beberapa perubahan yaitu (1) Posdaya mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap bentuk-bentuk intervensi pembangunan, (2) Posdaya mampu mendinamisasikan kehidupan masyarakat melalui meningkatnya partisipasi dan komitmen masyarakat dalam pembangunan, (3) kualitas keluarga-keluarga miskin yang ada di wilayah Posdaya mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti mampu mengubah mindset

bahwa pendidikan itu penting, berani mengemukakan ide atau pendapat dalam musyawarah, pentingnya kesehatan, dan jumlah balita kurang gizi berkurang. Selain itu, perubahan ke (4) mulai muncul kegiatan ekonomi masyarakat seperti usaha-usaha kecil di bidang pangan, kerajinan, maupun jasa, dan yang terakhir (5) masyarakat mulai menilai penting menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Berdasarkan analisis kinerja dan identifikasi masalah pengelolaan Posdaya, maka rencana program aksi pengembangan Posdaya yang harus dilakukan antara lain: (1) pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM pengurus dan kader Posdaya, (2) resosialisasi Posdaya secara vertikal dan horizontal keseluruh pihak, (3) membangun jejaring usaha produktif untuk meningkatkan pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat, (4) pembelajaran dan pemotivasian pengurus/kader Posdaya melalui kegiatan study banding dan

(25)

Pemberdayaan Masyarakat dalam Posdaya

Konsep pemberdayaan sebagai salah satu prinsip pengembangan masyarakat sering digunakan dalam mengkaji program-program yang berbasis masyarakat. Menurut Kartasasmita (1996) dalam Sumodiningrat (1999) pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya. Hal tersebut selaras dengan konsep Posdaya yaitu sebagai sebuah program dari bawah “bottom up program” yang menggunakan

kemandirian dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi (Muljono et al. 2009). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Untuk itu, upaya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan (Kurniawati 2010).

Menurut Suharto (2005) yang dikutip Rahmawati (2012) menjelaskan bahwa pemberdayaan (empowerment) menunjuk pada kemampuan seseorang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, bukan hanya bebas mengemukakan pendapat melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan; serta berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Berdasarkan hasil penelitian Naufal (2009) pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera dapat memberdayakan masyarakat dan berjalan yang baik. Masyarakat dapat memanfaatkan dan merasa terbantu dengan kegiatan yang dilakukan di Posdaya, seperti PAUD, pustaka keliling, Posyandu Balita, Posbindu Lansia, Bina Keluarga Balita, LKM, Pengelolaan limbah keluarga, usahatani ramah lingkungan, dan usaha keterampilan kelompok. Kegiatan yang paling dirasakan manfaatnya oleh masyarakat adalah pada bidang pendidikan dan kesehatan. Program Posdaya merupakan program yang sangat bermanfaat dan mampu meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan agar program Posdaya tersebut dapat berlanjut hingga masa yang akan datang.

(26)

Kemandirian

Verhagen (1996) seperti yang dikutip oleh Hikmat (2004) mengemukakan bahwa swadaya adalah suatu sarana untuk mencapai kemandirian. Arti dari kemandirian itu sendiri adalah suatu suasana atau kondisi tertentu membuat seseorang individu atau sekelompok manusia yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk mengamankan kepentingan-kepentingan individu atau kelompok. Suatu kelompok yang mandiri berarti kelompok tersebut telah mengembangkan kemampuan organisasional, produktif dan analitik yang memadai sehingga mampu merancang dan melaksanakan suatu strategi yang dapat memberikan sumbangan secara efektif.

Menurut Sumodiningrat (1999) kemandirian dapat diartikan sebagai proses pembangunan diciptakan dari, oleh, dan untuk setiap anggota masyarakat. Kemandirian dikategorikan menjadi tiga, yaitu kemandirian material, kemandirian intelektual, dan kemandirian manajemen. Kemandirian material merupakan kemampuan produktif guna memenuhi materi dasar untuk bertahan pada waktu kritis. Kemampuan intelektual adalah pembentukan dasar pengetahuan yang memungkinkan menanggulangi bentuk-bentuk dominasi dari pihak luar. Sedangkan kemandirian manajemen adalah kemampuan untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif.

Kemandirian juga dapat diartikan sebagai perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku yang terbaik (Hubies 1992). Menurut BPSK, PKM, dan LPM Unibraw (2001) dalam Kurniawati (2010) menjelaskan bahwa kemandirian mencakup empat elemen pokok sebagai berikut:

(1) Kemandirian material

Kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar serta cadangan dana mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu kritis.

(2) Kemandirian intelektual

Pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang emmungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu.

(3) Kemandirian sikap

Kemampuan otonom dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul dalam kaitan dengan kehidupan. Kemampuan otonom menentukan sikap ini merupakan “sintesa” dari kesadaran diri, inisiatif, motivasi dan kepercayaan diri pengambilan keputusan untuk bertindak dan sejauh mana kemampuan untuk menolong dirinya sendiri.

(4) Kemandirian manajemen

(27)

Partisipasi

Dalam pelaksanaan program Posdaya tidak semua program dapat berjalan dengan baik, karena untuk mencapai keberlanjutan setiap program pemberdayaan dalam hal ini Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) tidak lepas dari faktor masyarakat itu sendiri, baik pengurus kader anggota maupun warga masyarakat sekitar. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi juga sangat diperlukan dalam menjalankan program Posdaya agar tetap berkelanjutan.

Menurut Nasdian (2003) partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Partisipasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu (1) dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang dan dikontrol oleh orang lain, dan (2) partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Definisi tersebut memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan, serta kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah ikutsertanya masyarakat dalam perencanaan pembangunan, ikutserta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikutserta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Slamet 2003). Cohen dan Uphoff (1977) dalam Kurniawati (2010) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah pada perencanaan suatu kegiatan.

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbnagan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota program

3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.

(28)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Program Posdaya

Menurut Pangestu (1995) dalam Pratiwi (2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang antara lain:

a. Faktor internal dari individu yang mencakup karakteristik individu yang meliputi: umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, luas lahan, pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan.

b. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu yang meliputi hubungan antara pengelola dengan masyarakat, kebutuhan masyarakat, pelayanan pengelola, dan kegiatan penyuluhan.

Menurut Slamet (2003) ada tiga faktor yang berhubungan atau mendukung partisipasi yaitu (1) kemauan, (2) kemampuan, dan (3) kesempatan. Keberadaan kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor kehidupan manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam hal ini terutama faktor-faktor psikologis individu (needs, motif, harapan, reward), terpaan informasi, pendidikan (formal dan nonformal), keterampilan, kondisi permodalan yang dimiliki, teknologi (sarana dan prasarana), kelembagaan (formal dan informal), kepemimpinan (formal dan informal) dan struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal (norma, tradisi dan adat istiadat) serta pengaturan dan pelayanan pemerintah. Nasdian (2003) mengemukakan bahwa selain faktor pendukung juga terdapat faktor penghambat partisipasi masyarakat. Faktor penghambat partisipasi masyarakat tersebut adalah masalah struktural dan budaya. Masalah struktural mengalahkan masyarakat lapisan bawah terhadap interest pribadi akibat aparatur pemerintah yang lebih kuat. Selain itu, faktor lain yang menghambat partisipasi adalah budaya yang tumbuh dalam masyarakat, yaitu masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu tergantung kepada pemimpin sehingga masyarakat menjadi kurang kreatif. Budaya tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian Naufal (2009) pada studi kasus Posdaya Bina Sejahtera mengidentifikasi faktor-faktor pendukung keberhasilan program antara lain: gotong royong masyarakat cukup tinggi, rasa kebersamaan yang kuat, lamanya tinggal, kesiapan SDM untuk melaksanakan program, mempunyai lahan kosong, serta sarana dan prasarana yang sudah ada meskipun tidak sepenuhnya memadai. Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi yaitu belum adanya pembinaan khusus dari instansi, sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui adanya Posdaya, dan keterbatasan waktu.

(29)
(30)

Kerangka Pemikiran

Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan suatu program yang diprakarsai oleh Yayasan Damandiri yang bertujuan sebagai forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, dan berupaya dikembangkan menjadi wadah kegiatan pemberdayaan masyarakat. Posdaya juga merupakan gerakan yang digunakan untuk membangkitkan kembali budaya kegotongroyongan di masyarakat, dilakukan secara swadaya agar masyarakat dapat mandiri dan sejahtera. Tujuan pembentukan Posdaya adalah untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah di masyarakat sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu dalam mengatasi masalah yang dialami warganya terutuma dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan program Posdaya diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat memotivasi atau menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup mandiri.

Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi diri yang dimilikinya. Hal tersebut selaras dengan konsep Posdaya yaitu sebagai sebuah gerakan dengan ciri khas dari bawah “bottom up program”, yang menggunakan kemandirian, pemanfaatan sumberdaya dan potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah umur, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya, dan kekosmopolitan. Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi adalah peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping.

Kemandirian merupakan suatu kondisi tertentu yang membuat individu atau sekelompok orang yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung oleh pihak lain untuk mengamankan kepentingannya. Seorang individu maupun kelompok yang telah mandiri berarti sudah mampu mengembangkan kemampuannya dengan baik, sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatannya secara efektif. Kemandirian dalam hal ini akan dibagi menjadi tiga kategori yaitu kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen

(31)

Keterangan:

: berhubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Faktor internal (umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya, dan kekosmopolitan) berhubungan dengan tingkat partisipasi (pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi) masyarakat peserta program Posdaya

2. Faktor eksternal (peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping) berhubungan dengan tingkat partisipasi (pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi) masyarakat peserta program Posdaya

3. Faktor internal (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya, dan kekosmopolitan) berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian (intelektual, material, manajemen) masyarakat peserta program Posdaya.

4. Faktor eksternal (peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping) berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian (intelektual, material, manajemen) masyarakat peserta program Posdaya

(32)

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Umur yaitu usia responden pada saat penelitian dilaksanakan. Diukur dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi kategori:

a) Dewasa awal: jika umur responden antara 23 – 34 tahun (1)

b) Dewasa pertengahan: jika umur responden antara 35 – 46 tahun (2) c) Dewasa tua: jika umur responden antara 47 -62 tahun (3)

2. Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti responden pada saat penelitian dilaksanakan. Diukur dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi kategori:

a) Rendah: jika responden tidak sekolah sampai dengan pendidikan SD (1)

b) Sedang : jika pendidikan renponden sampai dengan SMP (2) c) Tinggi: jika pendidikan renponden sampai dengan SMA (3)

3. Tingkat penghasilan yaitu besarnya penghasilan yang diterima keluarga dalam satu bulan (Rp/bulan). Tingkat penghasilan diukur dengan skala rasio yang disesuaikan dengan data lapangan. Data pendapatan responden akan digolongkan menjadi:

a) Rendah: jika penghasilan responden kurang dari Rp1 000 000 (1) b) Sedang: jika penghasilan responden antara Rp1 000 000 – Rp2 000

000 (3)

c) Tinggi : jika penghasilan responden lebih dari Rp2 000 000 (3)

4. Pengalaman berposdaya yaitu lamanya responden terlibat dalam program Posdaya saat penelitian dilaksanakan. Diukur dengan skala rasio yang kemudian dikategorikan menjadi:

a) Rendah: jika responden terlibat dalam Posdaya selama satu tahun (1) b) Sedang: jika responden terlibat dalam Posdaya selama dua tahun (2) c) Tinggi: jika responden terlibat dalam Posdaya selama tiga tahun atau

lebih (3)

5. Motivasi berposdaya yaitu alasan atau dorongan yang mendasari responden yang berasal dari dalam maupun dari luar. Dorongan dari dalam meliputi dorongan untuk meningkatkan pendapatan, pengetahuan, pengalaman, mengisi waktu luang. Sedangkan dorongan dari luar yaitu mengikuti jejak teman, dorongan tokoh masyarakat, saudara dan tetangga). Motivasi berusaha akan diukur dengan skala rasio kemudian dikategorikan menjadi:

a) Rendah: jika motivasi responden mengikuti Posdaya dari luar diri (1) b) Tinggi: jika motivasi responden mengikuti Posdaya dari dalam diri (2) 6. Kekosmopolitan yaitu keterbukaan responden terhadap berbagai sumber

informasi yang diamati pada penelitian ini bekaitan dengan orang lain. Kekosmopolitan responden akan dilihat dari frekuensi responden berinteraksi dengan berkunjung keluar desa, konsultasi dengan pendamping, konsultasi dengan tokoh masyarakat, tukar menukar informasi, mencari informasi melalui media radio, televisi, atau media cetak dalam satu bulan terakhir. Kekosmopolitan akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:

(33)

b) Sedang: 1-2 kali per minggu (2) c) Tinggi: ≥ 3 kali per minggu (3)

7. Peran media massa yaitu bentuk peran media yang mampu memberikan informasi dan pengetahuan masyarakat tentang kegiatan Posdaya, seperti media cetak (koran, majalah, buku) dan media elektonik (siaran TV, radio, internet). Peran media massa akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:

a) Rendah: tidak pernah (1)

b) Sedang: 1-2 kali dalam satu bulan terakhir (2) c) Tinggi: > 3 kali dalam satu bulan terakhir (3)

8. Peran tokoh masyarakat yaitu bentuk peran seseorang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat berkaitan pemberi berbagai informasi, pemberi motivasi dan penggerak, serta pemberi bimbingan berkaitan kegiatan Posdaya. Peran tokoh masyarakat akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:

a) Rendah: tidak berpengaruh (1) b) Sedang: cukup berpengaruh (2) c) Tinggi: sangat berpengaruh (3)

9. Peran pendamping yaitu bentuk peran seseorang baik atas nama individu maupun kelompok berkaitan dengan kemampuan pemercepat perubahan, perantara, pendidik, tenaga ahli, perencana sosial dan advokat dalam masyarakat berkaitan dengan kegiatan Posdaya. Peran pendamping akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:

a) Rendah: tidak berpengaruh (1) b) Sedang: cukup berpengaruh (2) c) Tinggi: sangat berpengaruh (3)

10.Tingkat partisipasi yaitu keikutsertaan responden dalam setiap kegiatan Posdaya yang mencakup proses:

a. Perencanaan yaitu tingkat keikutsertaan responden baik dari perencanaan obyek kegiatan, tempat kegiatan, waktu, modal dan perencanaan peralatan yang digunakan dalam kegiatan. Perencanaan akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika skor responden 8 – 23 (1)

b) Tinggi: jika skor responden 24 – 40 (2)

b. Pelaksanaan yaitu tingkat keikutsertaan responden baik dari persiapan penentuan obyek kegiatan, persiapan lokasi kegiatan, penyediaan modal kegiatan dan penyediaan sarana produksi dalam kegiatan Posdaya. Pelaksanaan akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:

a) Rendah: jika skor responden 6 – 17 (1) b) Tinggi: jika skor responden 18 – 30 (2)

c. Evaluasi yaitu tingkat keikutsertaan dalam mengevaluasi berupa mengidentifikasi kendala dan memberikan solusi permasalahan dalam kegiatan. Evaluasi akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:

(34)

11.Tingkat Kemandirian yaitu tingkat kemampuan responden memanfaatkan potensi yang ada dalam diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di lihat dengan tiga kategori berikut:

a. Kemandirian intelektual yaitu tingkat kemampuan berkaitan dengan memanfaatkan waktu, memanfaatkan jenis kegiatan dan kemampuan mengatasi masalah kegiatan Posdaya. Kemandirian intelektual akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:

a) Rendah: jika skor responden 5 – 7 (1) b) Tinggi: jika skor responden 8 – 10 (2)

b. Kemandirian material yaitu tingkat kemampuan berkaitan penyediaan dan menggunakan peralatan, menyediakan dan menggunakan modal, serta penyediaan bahan-bahan kegiatan Posdaya. Kemandirian material akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi: a) Rendah: jika skor responden 5 – 7 (1)

b) Tinggi: jika skor responden 8 – 10 (2)

c. Kemandirian manajemen yaitu tingkat kemampuan berkaitan dengan pembinaan diri, melaksanakan kegiatan dan mengelola kegiatan secara kolektif atau bersama orang lain. Kemandirian manajemen akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:

(35)
(36)

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif untuk pengambilan data yang bersifat deskriptif berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi lapang secara partisipatif, dan penelusuran dokumen. Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk pengambilan data berupa angka. Data kuantitatif diperoleh melalui metode sensus, yaitu pengambilan data dari responden yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi dengan menggunakan kuesioner (Singarimbun, 1989). Unit analisis dari penelitian ini adalah individu. Penelitian ini juga bersifat eksplanatori

karena menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan salah satu desa yang dikembangkan Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) oleh P2SDM IPB sejak tahun 2010 dan telah mendapatkan berbagai penghargaan serta menjadi lokasi percontohan Posdaya untuk kegiatan OST (Observation Study Tour) dari berbagai daerah lain di luar Pulau Jawa. Penelitian ini dilakukan dalam waktu delapan bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan September 2013 (Lampiran 2).

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumbernya di lokasi penelitian. Data sekunder dikumpulkan melalui Studi Pustaka dan kajian dokumen terhadap sumber-sumber sekunder melalui data monografi kantor Desa Ciherang, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yakni buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian, dan website.

(37)

terkait antara lain: tokoh masyarakat, pendamping, dan staff desa setempat. Responden diwawancarai sesuai dengan daftar pertanyaan dan kuesioner yang telah disusun.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara pengkodean, tabel frekuensi, pendeskripsian, dan pengujian hubungan antarvariabel (Singarimbun & Effendi 2006). Data hasil kuesioner ditabulasi menggunakan Microsoft Excel 2007 dan pengolahan dilakukan dengan SPSS 17. Pengujian dilakukan dengan prosedur uji

Rank Spearman sebagai berikut:

Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dalam skala ordinal, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

ρ atau rs : koefisien korelasi spearman rank

di : determinan

n : jumlah data atau sampel

Korelasi dapat menghasilkan angka positif yang menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji atau negatif yang menunjukkan hubungan tidak searah. Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1% (p atau α 0.01) dengan tingkat kepercayaan 99% dan 5% (p atau α 0.05) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis diterima apabila diperoleh hubungan sangat nyata (p < 0.01) atau nyata (p < 0.05)..

Validitas dan Reliabilitas

Validitas menunjukkan apakah instrumen yang digunakan tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur dan informasi yang dikumpulkan sesuai dengan konsep yang digunakan (Kerlinger 2004). Validitas instrumen dihitung menggunakan rumus teknik korelasi product moment Pearson (Singarimbun dan Effendi 2006) dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

r : nilai koefisien validitas N : jumlah responden X : skor pertanyaan pertama Y : skor total

(38)

kesahihan (Singarimbun dan Effendi 2006). Uji kuesioner ini dilakukan pada Posdaya Sabilulungan Desa Neglasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada 10 responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan objek penelitian. (Lampiran 4)

Reliabilitas menurut Singarimbun dan Effendi (2006) mengemukakan bahwa sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas instrumen menggunakan perhitungan korelasi belah dua (Singarimbun dan Effendi 2006) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

r.tot : angka reliabilitas keseluruhan item

r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

(39)
(40)

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Letak Geografis Desa Ciherang

Desa Ciherang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Desa Ciherang berbatasan dengan beberapa desa yaitu:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Margajaya

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukawening dan Desa Ciapus  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sinar Sari dan Dramaga

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Laladon

Luas Desa Ciherang adalah 251.57 ha, terdiri dari 11 RW dan 49 RT. Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Ciherang secara umum berupa dataran yang berada pada ketinggian rata-rata antara 196 meter dpl dengan suhu rata-rata berkisar antara 25°-32° Celcius dan tinggi curah hujan 250-450 mm³/tahun. Desa Ciherang memiliki jumlah penduduk sebanyak 12 508 jiwa dan terdiri dari 3 419 KK. Komposisi penduduk terdiri dari 6 441 laki-laki dan 6 067 perempuan dengan mayoritas berada pada kelompok usia dewasa awal.

Gambar 2 Kelompok usia dan persentase penduduk Desa Ciherang tahun 2012

Sumber: Data monografi Desa Ciherang (2012)

Balita 13%

Anak-anak 18%

Remaja 9% Dewasa

awal 34% Dewasa pertengahan

21%

(41)

Mata pencaharian penduduk Desa Ciherang berdasarkan data monografi desa tahun 2012 terdiri dari berbagai macam mata pencaharian. Mayoritas penduduk Desa Ciherang adalah bekerja sebagai buruh dan wiraswasta. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Mata pencaharian dan persentase penduduk Desa Ciherang tahun 2012

Sumber: Data monografi Desa Ciherang (2012)

Mayoritas penduduk Desa Ciherang merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 41 % dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 27%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Ciherang sudah cukup baik.

Gambar 4 Tingkat pendidikan dan persentase penduduk Desa Ciherang tahun 2012

Sumber: Data monografi Desa Ciherang (2012)

Petani

8% Pedagang 16%

Wiraswasta 29% Buruh

30% PNS 11%

Jasa 6%

Tidak tamat SD

7% Tamat SD 13%

Tamat SMP 27% Tamat SMA

41% Tamat Diploma

7%

Tamat Sarjana

(42)

Gambaran Umum Posdaya Sauyunan

Pembentukan Posdaya Sauyunan dilatarbelakangi oleh adanya keinginan, kebutuhan, dan harapan masyarakat untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu hidup mandiri sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan taraf hidup lebih baik. Akan tetapi, dalam usahanya untuk mencapai hal tersebut banyak sekali kendala yang dihadapi masyarakat salah satunya yaitu kurangnya bimbingan, motivasi dan program pemberdayaan yang jelas dan berkelanjutan. Pada Juni 2010, warga RW 08 terpilih menjadi salah satu desa yang akan mendapatkan bimbingan program pemberdayaan yaitu dari program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).

Posdaya Sauyunan dibentuk oleh Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) melalui program Jumling (Jum’at Keliling) LPPM IPB. Proses pembentukan Posdaya di Desa Ciherang diawali dengan sosialisasi Posdaya yang dilakukan di RW 08 dengan unsur yang terlibat adalah tokoh agama, tokoh masyarakat, RW, RT dan kader. Tahap selanjutnya adalah Focussed Group Discussion (FGD) di RW 08 pada tanggal 24, 25 dan 27 Mei 2010 oleh Tim P2SDM.

Poin-poin yang dihasilkan dalam FGD kemudian ditindaklanjuti dengan sebuah lokakarya yang disebut “Mini Workshop” (Mini Lokakarya) yang melibatkan warga masyarakat secara lebih luas. Semua unsur masyarakat terwakili dalam mini lokakarya tersebut seperti kepala desa/lurah, LPM, BPD, tokoh agama dan alim ulama, tokoh pemuda, tokoh wanita, kelompok tani, guru, remaja dan kelompok kurang mampu. Mini lokakarya merupakan musyawarah warga dalam pembentukan Posdaya dan pemilihan koordinator kepengurusan Posdaya.

Pada hari Selasa tanggal 1 Juni 2010 Posdaya Desa Ciherang terbentuk dengan kepengurusan lengkap dengan nama Posdaya Sauyunan. Dalam mini lokakarya juga diputuskan bahwa Ibu Neni Hapiyudin dipilih menjadi koordinator umum Posdaya dan diberikan tugas untuk segera melaksanakan rapat kerja penyusunan program dan kepengurusan Posdaya.

Posdaya Sauyunan memfokuskan kegiatan di Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan bagi warga di wilayah lain di sekitarnya untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan masayarakat melalui kegiatan Posdaya.

Berbagai kegiatan telah banyak dilakukan oleh Posdaya Sauyunan dalam memberdayakan masyarakat sekitarnya. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Posdaya Sauyunan antara lain:

A. Kegiatan Bidang Pendidikan

1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) “Al-Ikhlas”

(43)

Sauyunan dan para kader Posdaya, serta tim pendamping dari P2SDM IPB.

PAUD Al-Ikhlas berdiri dengan dana yang berasal dari swadaya masyarakat. Para tenaga pengajar dan kader Posdaya bidang pendidikan mendatangi beberapa donatur yang merupakan warga sekitar RW 08 untuk mencari dana agar PAUD Al-Ikhlas dapat terbentuk. Dana swadaya masyarakat digunakan untuk membeli beberapa macam alat permainan, buku bergambar, serta peralatan tulis untuk kegiatan belajar siswa. Pada saat dibentuknya PAUD Al-Ikhlas tim pengajar atau tutor diberikan pembekalan terlebih dahulu yakni selama kurang lebih satu bulan dari P2SDM IPB. Materi pembekalan yang diberikan yaitu bermacam-macam seperti cara mendidik anak, permainan anak, dan tumbuh kembang anak.

Informasi yang disampaikan kepada masyarakat ketika dibukanya PAUD di RW 08 dilakukan pada saat rapat bulanan awal terbentuknya Posdaya Sauyunan serta informasi dari mulut ke mulut baik dari kader maupun masyarakat. Awal terbentuknya PAUD Al-Ikhlas hanya untuk masyarakat RW 08 saja, akan tetapi lama kelamaan banyak masyarakat dari RW lain yang datang dan ingin belajar di PAUD Al-Ikhlas.

PAUD Al-Ikhlas dilaksanakan lima hari dalam seminggu mulai hari Senin sampai dengan hari Jum’at. Proses belajar-mengajar dimulai sejak pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB. Tempat belajar-mengajar anak adalah di salah satu rumah kader bidang pendidikan Posdaya Sauyunan yaitu Ibu Sitti Maemunah. Ruangan yang berukuran sekitar 2x4 meter di salah satu sudut rumah tersebut digunakan bergantian dengan kegiatan TPA yang dilakukan pada sore harinya.

Tim pengajar PAUD Al-Ikhlas adalah tenaga sukarela yang berasal dari kader dan masyarakat RW 08. Tim pengajar PAUD Al-Ikhlas tidak memiliki insentif bulanan. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan dengan bantuan dari dana sukarela yang dikumpulkan oleh orangtua siswa sebesar Rp1 000 perhari. Uang sukarela tersebut digunakan untuk membeli peralatan tulis, fotokopi materi belajar, membeli mainan baru, buku cerita bergambar serta peralatan lain yang berguna dalam kelancaran kegiatan belajar-mengajar. Kalau ada sisa dari uang sukarela tersebut baru dibagikan untuk masing-masing pengajar setiap bulannya, namun jika tidak ada sisa tim pengajar tidak ada insentif bulanan.

Kegiatan PAUD Al-Ikhlas yang dilakukan di salah satu rumah warga belum memiliki Arena Permainan Luar (APL) seperti ayunan dan perosotan. Disana hanya terdapat Arena Permainan Edukatif (APE) seperti puzzle, bola-bola plastik, dan kertas lipat yang dimiliki PAUD Al-Ikhlas. Manfaat adanya PAUD ini sangat dirasakan masyarakat karena mereka tidak perlu mambayar uang bulanan dan pungutan biaya sekolah seperti di PAUD lainnya.

2. Pengajian anak-anak atau Taman Pendidikan Agama (TPA)

(44)

secara sukarela dan memiliki kesibukan lain. Banyak anak-anak yang datang setiap hari untuk belajar tetapi para pengajarnya tidak ada, sehingga anak-anak tersebut harus pulang kembali ke rumah masing-masing. Kegiatan belajar-mengajar di TPA ini tidak diharuskan secara teratur dan tidak memungut biaya sedikitpun. Anak-anak hanya datang setiap hari Senin sampai dengan Sabtu pada pukul 16.00 sampai 17.00 WIB.

Tenaga pengajar di TPA ini hanya dua orang saja yaitu Ibu Sitti Maemunah dan Ibu Neni Hapiyudin yang merangkap sekaligus sebagai pengajar PAUD Al-Ikhlas. Jumlah murid di TPA ini tidak menentu, karena mereka tidak diwajibkan datang setiap hari untuk belajar. Anak-anak belajar dengan kemauan sendiri untuk ikut belajar di TPA ini. Saat ini gedung TPA masih menyatu dengan PAUD Al-Ikhlas yang hanya berbeda waktu mengajarnya saja. Jika PAUD Al-Ikhlas dilaksanakan pada pagi hari, maka TPA ini dilakukan pada waktu sore hari.

Tim pengajar TPA juga tidak mendapatkan intensif bulanan, mereka hanya secara ikhlas dan sukarela untuk mengajar di TPA dengan tujuan agar anak-anak disana dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dalam pelaksanaannya para tenaga pengajar disana berharap ada tenaga pengajar tambahan yang mau ikut mengajar di TPA ini karena untuk tenaga pengajar TPA ini memang sangat kurang. Selain itu, dengan adanya tenaga pengajar tambahan akan membuat kegiatan belajar-mengajar di TPA lebih teratur.

B. Kegiatan Bidang Kesehatan

1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Balita “Merak 1 dan Merak 2”

Di RW 08 Desa Ciherang awalnya hanya memiliki satu buah Posyandu yaitu Posyandu Merak 1. Posyandu tersebut sudah ada sebelum berdirinya Posdaya Sauyunan. Posyandu Merak belum memiliki gedung sendiri dalam pelaksanaan kegiatannya. Pelaksanaan pelayanan Balita diselenggarakan satu bulan sekali setiap tanggal 10 awal bulan. Tempat pelayanan Posyandu bertempat di RT 02 di salah satu rumah warga. Pelayanan Posyandu ditujukan untuk bayi berumur lima tahun ke bawah dan awalnya balita yang dapat dilayani setiap bulannya sebanyak kurang lebih 115 orang.

Setelah beberapa bulan terbentuk Posdaya Sauyunan masyarakat di RW 08 berinisiatif untuk membuat Posyandu satu lagi di RT 01. Hal ini dilakukan karena dengan masyarakat yang sudah mulai mengerti akan arti pentingnya kesehatan sehingga masyarakat yang datang ke Posyandu lebih banyak. Masyarakat yang datang ke Posyandu Merak 1 sudah semakin banyak dan kapasitas tenaga kader yang sedikit membuat Posyandu Merak 1 ini merasa kelelahan. Kemudian dengan semangat dari warga RW 08 dibentuklah Posyandu Merak 2 yang bertempat di salah rumah warga di RT 01.

(45)

dari lima orang yaitu Bu Nyai, Bu Satna, Mila, Masna dan Wati. Sedangkan di Posyandu Merak dua para kadernya yaitu Bilah, Rani, dan Lia Fitria.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan disini mendapat bimbingan dan pendampingan khusus dari bidan Puskesmas Ciherang yaitu Bidan Yuli. Jenis pelayanan yang dilakukan oleh Posyandu Balita Merak 1 dan Merak 2 antara lain: pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, vaksinasi, pemberian makanan tambahan (PMT) dan pemeriksaan ibu hamil. Warga RW 08 dengan adanya Posyandu ini sangat terbantu. Warga mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan setiap satu bulan sekali, sehingga tingkat kesehatan warga meningkat. Warga dapat memeriksakan kesehatan mereka dengan biaya yang murah bahkan ada yang diberikan pengobatan secara cuma-cuma atau gratis, sehingga warga yang tidak mampu dapat mengakses pelayanan kesehatan juga, tidak lagi terbentur masalah biaya.

2. Posbindu Lansia

Pembentukan posbindu lansia dilatarbelakangi belum adanya suatu kegiatan yang khusus menangani pemeriksaan kesehatan khususnya lansia di Desa Ciherang. Posbindu lansia dibentuk dengan tujuan untuk membantu para lansia memeriksa kesehatan secara berkala setiap bulan. Posbindu lansia ini sudah terbentuk sebelum adanya Posdaya di Desa Ciherang. Posbindu lansia ini dilaksanakan tidak di masing-masing RW melainkan dilakukan secara bersama seluruh masyarakat Desa Ciherang dengan cakupan beberapa RW yang terdekat dengan Kantor Kepala Desa. Pelayanan posbindu lansia dilaksanakan secara rutin satu bulan sekali setiap hari Sabtu minggu ketiga. Tempat pelayanan diselenggarakan di halaman kantor Kepala Desa Ciherang.

Sasaran Posbindu lansia adalah warga masyarakat yang berumur 45 tahun ke atas, namun tidak tertutup bagi warga yang berusia di bawah umur 45 tahun untuk memeriksakan kesehatan di Posbindu lansia. Jumlah warga yang dapat dilayani setiap bulannya rata-rata 45 orang. Dalam melaksanakan pemeriksaan kepada pasien, para kader selalu dibimbing dan didampingi oleh Bidan dari Puskesmas Ciherang yaitu Ibu Bidan Yuli. Pelayanan kesehatan kepada pasien tidak dipungut biaya. Jenis Pelayanan yang dilakukan adalah penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan asam urat dan pemberian obat serta senam kesehatan jasmani.

3. Bina Keluarga Balita

(46)

BKB yang ada di bawah arahan Posdaya Sauyunan mulai berkegiatan pada pertengahan tahun 2013.

Pelaksanaan BKB ini diprakarsai langsung oleh ketua Posdaya Sauyunan yaitu Ibu Neni Hapiyudin. Beliau sendiri yang mengisi materi dan menyampaikannya kepada para peserta BKB. Kegiatan BKB ini tidak dilakukan bersamaan dengan kegiatan Posyandu melainkan dilakukan pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar di PAUD. Peserta BKB yaitu para Ibu Rumahtangga yang sedang mengantarkan anak mereka sekolah PAUD. Materi yang disampaikan di BKB merupakan pengetahuan yang diperoleh Ibu Neni Hapiyudin dari pengalamannya ikut dalam kegiatan-kegiatan dengan Posdaya di desa lain. Bimbingan serta pendampingan sangat diperlukan warga dari bidan Puskesmas dalam proses pelaksanaan BKB agar materi yang diberikan juga lebih banyak dan bermanfaat bagi masyarakat.

C. Kegiatan Bidang Ekonomi 1. Telur Asin

Salah satu usaha yang dilakukan di Posdaya Sauyunan yaitu pembuatan telur asin. Usaha ini dilakukan beberapa bulan setelah dibentuknya Posdaya. Sebelumnya di Posdaya Sauyunan juga terdapat usaha warga yaitu pembuatan keripIk singkong dan bumbu pecel. Namun sangat disayangkan karena usaha tersebut hanya bertahan pada awal terbentuknya Posdaya. Semakin hari usaha-usaha tersebut mulai gulung tikar karena terkendala dalam hal sumberdaya manusia dan terutama masalah dalam hal pemasaran.

Pembuatan telur asin merupakan usaha warga RW 08 yang masih bertahan hingga sekarang. Namun untuk produksinya juga tidak dilakukan setiap saat. Warga hanya berproduksi pada bulan tertentu dan ketika ada acara tertentu saja. Hal ini dilakukan agar dalam proses pemasaran telur asinnya lebih mudah dan tepat sasaran. Telur asin digunakan sebagai salah satu usaha dalam Posdaya Sauyunan karena mengingat bahwa di Desa Ciherang terdapat beberapa orang warga yang beternak bebek. Oleh sebab itu, warga berinisiatif memanfaatkan telur dari bebek tersebut untuk dibuat telur asin.

Pengetahuan tentang cara pembuatan telur asin didapatkan warga dari pelatihan yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa IPB. Pelatihan tersebut dilaksanakan hanya sekali dan diikuti oleh beberapa warga RT 01 dan RT 02. Pelatihan dilaksanakan di halaman rumah ketua Posdaya Sauyunan yaitu Ibu Neni Hapiyudin dengan didampingi oleh tim dari P2SDM IPB. Dalam proses pembuatan telur asin tidak terlalu rumit sehingga warga dapat mempraktikannya sendiri.

(47)

2. Peternakan domba

Usaha dalam bidang ekonomi yang dilakukan oleh warga RW 08 yaitu beternak domba. Peternakan domba ini sudah ada jauh sebelum adanya Posdaya Sauyunan. Peternak domba di RW ini pada awalnya masih dilakukan secara sendiri, tetapi setelah adanya Posdaya Sauyunan di RW 08 kemudian para peternak domba ini membentuk kelompok. Kelompok peternak domba ini bernama “Subur Jaya” yang terdiri dari 12 orang peternak yaitu Pak Nasim, Pak Acep, Pak Hafiudin, Pak Majan, Pak Maji, Pak Isak, Pak Pardi, Pak Samsuri, Pak Entoh, Pak Suma, Pak Udin, dan Pak Dayat.

Kelompok peternak domba ini dibentuk awalnya yaitu karena untuk memudahkan warga dalam memperoleh dana bantuan dari donatur. Selain itu, dengan kelompok ini diharapkan dapat membantu warga dalam proses penjualan hasil dari domba-domba tersebut. Domba yang ada dikelompok ini berjumlah sekitar 40 ekor. Jumlah domba antar peternak satu dengan lainnya berbeda-beda. Hal ini disebabkan peternak tidak menempatkan domba tersebut secara bersama dalam satu kadang, tetapi setiap peternak memiliki kadang domba masing-masing. Kelompok peternak ini dikelola secara bersama hanya dalam manajemen keuangannya saja pada awal pembentukan agar mempermudah dalam pencairan dana dari donatur.

Kelompok peternak domba “Subur Jaya” hingga saat ini bermitra dengan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Terbuka. Kerjasama tersebut biasanya dilakukan dengan adanya pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut. Selain itu juga bantuan berupa pemberian domba sebagai bahan penelitian dari beberapa mahasiswa yang sedang kerja lapang di RW 08 Desa Ciherang.

3. Lembaga Keuangan Mikro

LKM merupakan lembaga keuangan yang modalnya berasal dari warga masyarakat sendiri yang berdiri sejak bulan awal pembentukan Posdaya Sauyunan. Pemupukan modal usaha LKM diperoleh melalui simpanan ada beberapa macam antara lain :

1. Simpanan Pokok

Besar simpanan Pokok sebesar Rp25 000 dapat dibayar sekaligus atau dicicil selama 10 (sepuluh) bulan, jadi setiap bulannya Rp2 500 setelah sepuluh kali setor maka simpanan pokok lunas.

2. Simpanan Wajib

Besar simpanan wajib sebesar Rp1 000 perbulan bagi setiap anggota.

3. Simpanan Sukarela

Gambar

GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Gambar 2  Kelompok usia dan persentase penduduk Desa Ciherang tahun 2012
Gambar 4 Tingkat pendidikan dan persentase penduduk Desa Ciherang tahun
+6

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, meskipun nilai dosis masih dibawah dosis ambang yang dapat menyebabkan rusaknya lensa mata, akan tetapi upaya untuk menurunkan dosis yang diterima

Admin Menu Pendapatan Penerima Pendapatan Usaha Menu Beban Pembayaran Beban Usaha &lt;extends&gt; &lt;extends&gt; &lt;extends&gt; Penerimaan Pendapatan Pembayaran

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi

Bagi mencapai objektif dalam kajian yang telahpun dikenalpasti, terdapat beberapa metodologi kajian yang telah digunakan. i) Membuat kajian literatur dalam bidang subjek yang

Hafid Hadeli se- laku Direktur Utama Adira Finance men- gatakan, generasi muda harus memiliki bekal untuk dapat bersaing di dunia kerja, oleh karenanya menjadi tanggung jawab

SNEDDS propolis dengan konsentrasi 25 µg/mL tidak didapatkan hasil aktivitas fagositosis dikarenakan pada pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x, sel

Dengan berpedoman pada pasal 185 ayat (2).. KUHAP terlihat adanya adagium Unus testis, nullus testis yang artinya satu saksi bukan lah saksi. Maksudnya keterangan