• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

ASLINA PUTRI NUNYAI

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMAGUNAJAYAAGRO

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Aslina Putri Nunyai

(4)

ABSTRAK

ASLINA PUTRI NUNYAI. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN dan SUDIRMAN YAHYA.

Kebutuhan minyak nabati yang terus meningkat menyebabkan perlu adanya peningkatan kuantitas dan kualitas minyak nabati dunia. Elaeis guineensis

Jacq. merupakan tanaman jenis palma penghasil minyak nabati terbanyak di dunia. Kelapa sawit yang tumbuh optimal akan menghasilkan tandan buah yang segar dan minyak yang berkualitas. Budidaya yang tepat mempengaruhi hasil TBS dan salah satu budidaya yang penting adalah pemupukan. Tujuan dilaksanakan kegiatan magang adalah untuk mempelajari kegiatan pengelolaan kebun di PT Bumitama Gunajaya Agro mulai dari perawatan hingga panen yang dilakukan selama 4 bulan. Metode pelaksanaan magang terdiri dari aspek teknis dan manajerial. Aspek khusus pengamatan manajemen pemupukan konsep 4 tepat pemupukan (4T) yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara dan tempat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konsep tepat waktu belum terlaksana dengan baik dan masih perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas tenaga kerja dan fasilitas yang lebih baik agar pelaksanaan pemupukan efektif dan efisien.

Kata kunci: tandan buah segar, tenaga kerja, pemupukan

ABSTRACT

ASLINA PUTRI NUNYAI. The Management of Palm Oil Fertilizing at Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah. Supervised by SOFYAN ZAMAN and SUDIRMAN YAHYA.

The Increasing of world vegetable oil is required, and it needs an effort to increase the quantity and quality of oil crop production. Elaeis guineensis Jacq. is one of the palmae plant which produce the biggest volume of vegetable oil in the world. The optimal palm oil growth will produce a lot of fresh fruit bunch by high quality oil. The good cultivation will effect the high quality of fruit bunch output, and one of the important cultivation is fertilizing. The purphose of internship program is to study about management of plantation at Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation in all cultivate consists maintanance and harvesting which conducted during 4 months. The methode of internship program consists technic and management aspects. The specific aspect is about fertilizing management which is known as 4 right fertilizing concept (4T) that consist: type, dosage, time, methode and place. The results show that the time concept has not applied well and still needs effort to improve the quality of human performance and better facilities for efectivity and eficiency of fertilization.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura ASLINA PUTRI NUNYAI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMAGUNAJAYA AGRO

(6)
(7)

Judul Skripsi : Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Bumitama GunajayaAgro Group Plantation, Kalimantan Tengah Nama : Aslina Putri Nunyai

NIM : A24090173

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP Pembimbing I

Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Juni 2013 ini ialah Pemupukan Kelapa Sawit, dengan judul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit Di Sungai Bahaur Estate, BumitamaGunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta papa Amri Sa’ad (Alm) dan mama Dahlia Tji Udin yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang yang tulus dan dukungan kepada penulis. Terima kasih untuk kedua kakak tercinta Reza dan Rajiv serta adik tersayang Rais atas segala dukungan dan motivasi kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga besar Tji Udin khususnya keluarga Darwin, Gamil, Dendi, Tabrani, Sulaiman, dan harianto yang telah banyak membantu penulis baik moral dan materil. Terima kasih atas doa dari seluruh sahabat serta teman-teman AGH 46 yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bimbingan Bapak Ir Sofyan Zaman, MP dan Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Trikoesoemaningtyas, MSc yang telah memberikan banyak saran dan kritik membangun kepada penulis dan keluarga besar PT Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA) yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan terkait aspek kelapa sawit.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Agustus 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 1

Manfaat Magang 2

METODE 2

Tempat dan Waktu 2

Metode Pelaksanaan 2

Pengamatan dan Pengumpulan Data 3

Prosedur Analisis Data 4

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG 4

Sejarah dan Perkembangan 4

Letak Geografis dan Administratif 4

Keadaan Iklim dan Tanah 4

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan 5

Keadaan Tanaman 6

Fasilitas Kebun 7

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 9

Pelaksanaan Teknis 9

Aspek Manajerial 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Konsep Pemupukan 26

SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

(10)

RIWAYAT HIDUP 41

DAFTAR TABEL

Jenis tanah kebun SBHE 5

Luas HGU dan tata guna lahan di SBHE 6

Populasi tanaman per tahun tanam di kebun SBHE 6

Jumlah staff dan non-staff kebun SBHE 8

Ketepatan dosis untilan pupuk MOP 17

Ketepatan dosis untilan pupuk Urea 17

Ketepatan dosis pupuk MOP di lapangan 18

Pengamatan gejala defesiensi hara kebun SBHE 19

Pengamatan tempat pupuk RP 20

Komposisi kandungan nutrisi TKKS 20

Nama pupuk dan kandungan unsur hara 27

Dosis berbagai jenis pupuk 28

Rencana dan aplikasi pemupukan kebun SBHE 2013 29

DAFTAR GAMBAR

Fasilitas estate kebun SBHE 7

Jenis penyemprotan secara teknis 10

Gudang pupuk central wilayah metro III 12

Gudang BMS kebun SBHE rayon A 13

Tim penabur pupuk 13

Penguntilan pupuk 14

Pengeceran pupuk di Collection road 15

Takaran yang digunakan untuk penaburan pupuk 16

Grafik ketepatan cara aplikasi pemupukan Urea blok A6 18

TKKS yang akan diaplikasikan ke lahan 21

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Curah hujan 4 tahun terakhir 35

Struktur organisasi kebun SBHE 36

Status unsur hara kebun SBHE 2013 36

Jurnal harian magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) 37

Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor 38

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Elaeis guineensis Jacq. merupakan tanaman jenis palma penghasil minyak nabati yang digunakan untuk tujuan komersil dalam berbagai bidang industri, seperti: makanan, kosmetika, sabun dan sumber energi biodiesel. Kebutuhan minyak nabati akan terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto (Pahan 2010). Produksi kelapa sawit di Indonesia produksi tertinggi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya, saat ini produksi kelapa sawit Indonesia mencapai 14.8 juta ton (BPS 2012). Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di dunia, dengan luas areal dan produksi kelapa sawit seluas 9.07 juta ha dengan produksi 7.26 juta ton CPO pada tahun 2012 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesian (Ditjenbun 2013).

Tanaman kelapa sawit memilki siklus hidup produktif yang panjang yaitu 25-30 tahun. Pertumbuhan tanaman ini dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara secara terus menerus. Ketersediaan unsur hara yang disediakan oleh tanah sangat terbatas, perlu adanya penambahan unsur hara dari luar untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman kelapa sawit. Salah satu upaya untuk melengkapi kebutuhan unsur hara kelapa sawit yaitu dengan pemberian pupuk yang efektif dan efisien. Pemupukan yang tepat adalah yang memperhatikan ketepatan dosis, jenis, waktu, cara, dan harga (Winarna et al. 2003). Pemupukan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan (Pahan 2010).

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pemupukan berkisar 40-60% dari seluruh total biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan sehingga harus diikuti dengan cara pemupukan yang baik agar produksi tinggi tercapai (Sastrosayono 2003). Pengawasan pupuk meliputi manajemen ketepatan jenis, dosis, waktu, cara, dan tempat. Aplikasi pemupukan di atas dosis akan berpengaruh negatif terhadap produksi atau menimbulkan kerugian ekonomi. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan juga berdampak buruk bagi lingkungan sekitar karena dapat merusak keseimbangan ekologi.

Tujuan Magang

(14)

Manfaat Magang

Hasil pengamatan khusus tentang pemupukan di perkebunan kelapa sawit bermanfaat sebagai bahan rekomendasi dan masukan bagi perusahaan tentang kegiatan pemupukan yang berlangsung di lapangan dan memberi saran terkait upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk peningkatan kualitas pemupukan di perkebunan kelapa sawit.

METODE

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Desa Pelataran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 9 Februari hingga 9 Juni 2013.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan magang terdiri atas dua aspek yaitu aspek teknis dan manajerial. Jadwal di kebun telah ditetapkan sebelumnya dan disetujui oleh pihak kebun. Pengamatan khusus kegiatan magang diperoleh dari kegiatan di lapangan dan pengumpulan data sekunder.

Aspek teknis pelaksanaan magang yaitu penulis diposisikan sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan pertama. Pada aspek ini penulis melakukan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan pemanenan kebun. Kegiatan yang dilakukan antara lain pengendalian gulma, pengendalian hama terpadu, pemupukan, pemanenan, dan kegiatan pengelolaan limbah.

Aspek manajerial pelaksanaan magang yaitu penulis diposisikan sebagai pendamping mandor pada bulan kedua dan pendamping asisten kebun pada bulan ketiga dan keempat. Posisi sebagai pendamping mandor, penulis mempelajari kewenangan dan tanggungjawab sebagai seorang mandor tentang pengawasan dan koordinasi tenaga kerja yang dilakukan di kebun. Posisi sebagai pendamping asisten divisi, penulis dilibatkan dalam kegiatan manajerial tingkat divisi, misalnya menyusun rencana kerja divisi, melaksanakan rencana kerja yang telah disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dijadwalkan, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan.

(15)

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer adalah informasi yang diperoleh langsung melalui pengamatan di lapangan maupun wawancara dengan karyawan, mandor dan asisten kebun. Beberapa indikator yang diamati oleh penulis adalah variabel yang terkait dengan manajemen pemupukan yang efektif dan efisien di kebun. Data primer yang telah diperoleh dibandingkan dengan standar yang ada di perusahaan. Data primer yang berkaitan dengan pengamatan antara lain:

1. Ketepatan dosis

mengamati 10 penabur pupuk pada 1 pasar tembus yaitu 720 pokok tanaman. Pengamatan dosis dilihat dari jumlah takaran yang diaplikasikan pada tiap pokok dan disesuaikan dengan buku rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset BGA Plantation.

2. Ketepatan jenis pupuk

Mengamati jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan dan disesuaikan dengan hasil pengamatan defisiensi unsur hara serta status hara kebun untuk melihat kebutuhan unsur hara tanaman.

3. Ketepatan cara dan tempat pemupukan

Pengamatan pada 10 tenaga penabur dan memperhatikan cara pemupukannya telah sesuai dengan simulasi atau tidak dan mengamati tempat aplikasi di piringan atau di pelepah U-Shape. Pengamatan ini dilakukan pada 720 pokok tanaman.

4. Ketepatan waktu

Mengamati ketepatan waktu pelaksanaan dengan menyesuaikan kondisi cuaca kebun dan waktu pemupukan tepat yang diaplikasikan dari pagi hingga siang hari.

5. Tenaga kerja

Mewawancarai tenaga penabur terkait upah, premi pemupukan, dan hari kerja yang diterapkan di kebun.

6. Gejala Defisiensi Unsur Hara

Pengamatan ciri-ciri defisiensi tanaman kelapa sawit secara visual. Pengamatan dilakukan pada 68 pokok dengan 3 kali ulangan, total seluruh pokok yang diamati adalah 204 pokok.

7. Manajemen Distribusi Pupuk

Pengamatan terkait rantai pemupukan mulai dari gudang hingga kebun, dan proses secara teknis di lapangan (bongkar muat, penguntilan, pengeceran, dan pelangsiran pupuk).

Data sekunder diperoleh dari kantor administratif kebun yang terdiri dari:

1. Kondisi umum kebun meliputi: sejarah dan perkembangan perusahaan, letak geografis dan administratif, iklim dan jenis tanah, topografi lahan dan HGU, data curah hujan, dan data rekomendasi pemupukan kebun 2. Standar dan target kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi,

dan tenaga kerja

(16)

4. Sarana dan prasarana kebun seperti: alat budidaya dan kelengkapan APD Prosedur Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh di kebun akan diolah dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu dengan menjabarkan seluruh informasi dan data yang telah diperoleh, kemudian dibandingkan melalui studi pustaka dan literatur. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang sifatnya numerik, seperti: nilai rata-rata dan persentase.

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

Sejarah dan Perkembangan

PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit. Perusahaan ini memiliki anak perusahaan yang tersebar di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Anak perusahaan yang berada di Kalimantan Tengah yaitu PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) dan PT Windu Nabatindo Lestari (WNL). PT Windu Nabatindo Abadi mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). PT Windu Nabatindo Abadi mengelola kelapa sawit di tiga pabrik yaitu: Pundu Nabatindo Manufacture (PNBM), Pabrik Karya Makmur Bahagia (KMB), dan Selucing Agro Mill (SAGM).

Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) terdiri dari 5 divisi wilayah, tiap divisi memiliki luasan wilayah yang berbeda-beda dan dipimpin oleh kepala divisi yang juga berbeda dengan satu manajer yang dibantu oleh seorang kepala asisten kebun. SBHE memiliki kebun kelapa sawit yang heterogen jenis dan varietasnya, serta memiliki umur tanam yang beragam.

Letak Geografis dan Administratif

Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) adalah salah satu kebun yang berada di bawah naungan PT. Windu Nabatindo Abadi yang merupakan anak perusahaan PT. BGA. Kebun SBHE terletak di desa Selucing, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas timur kebun SBHE berbatasan dengan PT. Bisma Darma Kencana, sebelah barat dan utara berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Selucing Agro Estate (SAGE). Kebun SBHE terletak pada koordinat diantara 113.01o-113.07o BT dan 1.80o-1.86o LS.

Keadaan Iklim dan Tanah

(17)

kering 1.00 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 11 bulan/tahun. Keadaan curah hujan kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 1.

Jenis tanah di kebun SBHE terdiri dari 3 jenis, yaitu tanah inceptisol, ultisol dan kaolin. Jenis komposisi yang paling banyak di kebun SBHE adalah jenis tanah inceptisol. Perbedaan jenis tanah dipengaruhi oleh warna tanah, komposisi antara pasir dan liat. Jenis tanah yang terdapat di kebun SBHE dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis tanah kebun SBHE

Jenis Tanah

Luas (ha) Persentase (%)

Inceptisol 2680.59 67.22 Ultisol (Podzolik) 629.04 15.78 Kaolin 677.84 17

Sumber: Data kebun SBHE (2013)

Kriteria lahan di kebun SBHE yaitu termasuk dalam kelas S3. Jenis tanah kelas S3 dapat digunakan sebagai lahan budidaya namun dalam pengembangannya perlu penambahan unsur hara yang cukup agar dapat mendukung tanaman budidaya. Upaya yang dilakukan di kebun SBHE untuk meningkatkan unsur hara tanah yaitu dengan penanaman tanaman penutup tanah

Legum Cover Crop (LCC) dan pemupukan yang tepat sesuai dengan rekomendasi departemen riset BGA, selain itu juga diberikan bahan organik seperti pelepah pohon kelapa sawit dan aplikasi tandan kosong kelapa sawit (TKKS).

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan

(18)

Tabel 2 Luas HGU dan tata guna lahan di SBHE

Kebun SBHE terdiri dari kebun plasma rakyat dan kebun inti. Bibit kelapa sawit yang digunakan di kebun SBHE seragam yaitu jenis Marihat V dengan tahun tanam antara tahun 1998 sampai tahun 2008. Populasi ideal dalam satu hektar adalah 136 pokok dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dan jarak baris 7.9 m, namun keadaan di lapangan jumlah pokok tidak sama hal ini karena kondisi topografi lahan yang berbeda-beda dan adanya rawa atau sungai yang memotong lahan. Jumlah populasi tanaman di kebun SBHE dapat dilihat pada Tabel 3.

(19)

Fasilitas Kebun

Kebun SBHE menyediakan berbagai fasilitas yang disediakan untuk karyawan. Fasilitas yang tersedia di kebun SBHE antara lain: kantor kebun (estate), kantor divisi, poliklinik, Tempat ibadah, Tempat Penitipan Anak (TPA), kantor Blok Manuring System (BMS) dan Blok Spraying System (BSS), gudang penyimpan bahan dan alat-alat kebun, gudang penyimpanan pupuk, gudang dan bengkel traksi. Adapun fasilitas yang disediakan untuk mendukung Kegiatan sosial karyawan yaitu tersedianya sarana olahraga seperti: lapangan sepak bola, lapangan badminton, lapangan kebun, dan taman apotik hidup. Fasilitas yang disediakan oleh kebun SBHE ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan agar lebih berproduktif dan nyaman. Beberapa fasilitas yang tersedia di kebun SBHE dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1 Fasilitas estate kebun SBHE (a. kantor kebun; b. masjid; c. perumahan karyawan; d. perumahan staff asisten; e. pos security; f. polibun; g. stasiun solar; h. kantor traksi; i. lapangan badminton

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun SBHE dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang dibantu oleh kepala administrasi (Kasi) dan 5 asisten divisi. Asisten divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transport, mandor perawatan, mandor panen, mandor pengendalian gulma secara kimiawi, mandor pupuk, dan mandor mekanik. Kegiatan kantor dikelola oleh Kasie yang akan dibantu oleh accounting, kasir, admin, personalia, mantri tanaman, dan juga krani divisi untuk memasukkan data harian. Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada Lampiran 2.

i h

g

f e

d

c b

(20)

Kebun SBHE mempunyai karyawan staff dan karyawan non-staff. Karyawan staff yaitu estate manager (EM), asisten divisi, dan kepala administrasi, sedangkan karyawan non-staf yaitu pekerja langsung di lapangan dan tidak langsung seperti mandor dan kerani. Pekerja langsung terdiri dari karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan bulanan. Data jumlah karyawan staff dan non-staff di kebun SBHE dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah staff dan non-staff kebun SBHE

No Status pegawai Jumlah jumat jam kerja 5 jam. Indeks tenaga kerja adalah pembagian antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. Nilai ITK digunakan untuk menentukan batas kewajaran dari kebutuhan tenaga kerja dan luas areal kebun. Standar nilai yang ditetapkan untuk kebun SBHE adalah 0.3 maksudnya yaitu nilai ITK kebun SBHE tidak boleh > 0.3. Nilai indeks tenaga kerja di kebun SBHE adalah hasil HK/ha yaitu 0.2 sehingga nilai ini wajar karna belum melampaui batas standar kebun.

Setiap karyawan memiliki sistem gaji yang berbeda berdasarkan statusnya. Perbedaan sistem gaji terletak pada jumlah gaji dan tunjangan yang didapatkan oleh karyawan. Ketentuan yang berlaku pada kebun SBHE untuk karyawan adalah sebagai berikut:

1. Karyawan bulanan: mendapat tunjangan beras, fasilitas rumah dan listrik gratis, gaji per bulan sesuai dengan golongan dan kebijakan kebun, mendapatkan tunjungan JAMSOSTEK dari perusahaan dan tunjungan biaya kesehatan apabila sakit untuk berobat.

2. Karyawan harian tetap (KHT): mendapat tunjangan beras, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan dihitung berdasarkan standar UMR yaitu Rp1 688 950/bulan, selain itu juga karyawan mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas kesehatan apabila sakit.

(21)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan Teknis

Pengendalian Hama

Hama utama yang banyak ditemukan di perkebunan kelapa sawit adalah kumbang badak (Orychtes rhinoceros) dan ulat api (Darna spp.), tetapi di kebun SBHE serangan hama tidak terlalu tinggi sehingga upaya yang dilakukan adalah preventif. Pengendalian hama secara preventif adalah dengan melakukan antisipasi terhadap hama sebelum serangan terjadi. Pengendalian preventif yang dilakukan di kebun SBHE adalah dengan metode hayati yaitu dengan cara memanfaatkan tanaman yang tidak disukai oleh hama kumbang badak dan ulat api. Tanaman yang digunakan untuk mencegah hama kumbang badak dan ulat api adalah Turnera ulmifolia dan Nephrolepis bisserata. Turnera ulmifolia memiliki zat toksin yang baunya tidak disukai oleh kumbang badak sehingga kumbang badak tidak mau mendekati areal yang ditanam, sedangkan bagi ulat api tanaman ini sebagai pohon inang imago parasitoid predator ulat api. Tanaman ini ditanam mengeliling blok kebun, dipinggir jalan MR dan CR. Tanaman perangkap hama lainnya adalah Antigonom leptosus, tanaman ini ditanam di tiap ujung blok untuk mencegah hama ulat api.

Pengendalian Gulma

Vegetasi di kebun SBHE berdasarkan manfaatnya terbagi atas dua jenis yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan merugikan (gulma). Tumbuhan menguntungkan antara lain adalah Neprolephis biserata dan Turnera ulmifolia, jenis vegetasi ini tidak boleh dibuang karena dapat mengendalikan hama, sedangkan gulma yang merugikan antara lain: Melastoma malabatrichum,

Panicum maxima, Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Ageratum haustorium, dan Asphelina sp. Gulma ini ditemukan di sekitar gawangan mati dan di pinggir blok.

Kegiatan pengendalian gulma manual dilakukan dengan cara menebas dan mencabut gulma yang dianggap merugikan tanaman kelapa sawit. Tindakan dongkel anak kayu juga terkadang diperlukan saat ditemukan gulma yang akarnya telah besar dan mengganggu tanaman kelapa sawit. Gulma yang dikendalikan secara manual sebagian besar merupakan jenis gulma berdaun lebar dan rumput liar. Prinsip pengendalian gulma adalah menekan populasi gulma dengan batas ambang tertentu bukan memberantas gulma hingga habis (Zero Weeds). Gulma yang dikendalikan adalah gulma yang telah tinggi menutupi sekitar gawangan dan piringan. Pengendalian ini dilakukan di sekitar gawangan mati, jalan pikul, jalan tengah dan sekitar areal circle crop. Standar hari kerja (HK) pada kegiatan pengendalian gulma manual adalah 2 ha/HK.

(22)

yang bermasalah. Secara teknis sistem BSS terbagi atas dua yaitu secara manual dan tim truk untuk semprot (TUS). Perbedaan sistem BSS dan TUS adalah terletak pada sarana dan metode pencampuran herbisidanya. Sistem BSS manual yaitu pencampuran dosis herbisida dilakukan sendiri oleh penyemprot dengan takaran herbisida yang telah ditentukan, sedangkan TUS penyemprotan menggunakan truk unit semprot yang membawa tangki kapasitas 2000 liter untuk pencampuran herbisida dan air sehingga dosisnya lebih merata.

Sistem micronherb menggunakan alat dengan sistem butiran halus seperti embun (mist). Ukuran butiran yang keluar dari sprayer yaitu 25 µm. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi, dengan konsep air dapat keluar dari sprayer bila ketinggian air lebih tinggi daripada alat semprot. Alat ini tidak dipompa seperti knapsack manual tetapi menggunakan batrei dengan kekuatan 6 volt yang dapat di charger ulang. Penyemprotan dengan micronherb hanya diaplikasikan pada areal rendahan karena posisi stick alat ini hanya dapat digunakan dengan tinggi stick 15-20 cm dari permukaan tanah dan kemiringan 400. Kelebihan dari alat ini yaitu dapat lebih efektif dan efisien dalam hal tenaga kerja, waktu, biaya, dan output.

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan micronherb hanya 4 penyemprot. Untuk satu knapsack micronherb dapat diaplikasikan untuk 1.5 ha atau 3 pasar tembus. Penyemprot dapat mengisi ulang knapsack 3-4 kali dalam 1 HK. Output rata-rata penyemprot adalah 3.5 knapsack/HK atau 4-5 ha/HK. Herbisida yang digunakan micronherb karena hanya dapat diaplikasikan untuk gulma rendah jenis rumput dan daun lebar yang ukurannya tidak terlalu besar. Kapasitas 1 knapsack adalah 10 liter atau 10 000 ml. Konsentrasi glifosat 200 ml/ha. Aplikasi penyemprotan terlihat hasilnya setelah 1 minggu aplikasi. Penyemprotan menggunakan micronherb dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Jenis penyemprotan secara teknis

(a)Penyemprotan micronherb (b) Penyemprotan manual

(23)

selektif digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Mucuna bracteata, Melastoma malabatrichum, Ageratum conyzoides. Jenis herbisida selektif yang digunakan di kebun adalah Meta-prima 20 WP (Metil Metasulfuron) dengan dosis 0.15 kg/ha. Aplikasi herbisida dilakukan dengan mencampur glifosat

dan Metil Metasulfuron dengan air sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Pengambilan contoh daun (LSU)

Leaf Sampling Unit (LSU) adalah kegiatan pengambilan contoh daun yang dilaksanakan dalam satu unit areal tertentu untuk pengamatan Kesatuan Contoh Daun (KCD) yang dilakukan untuk memperoleh informasi kesuburan tanah. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk menentukan status hara tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit yang tepat melalui analisis daun dalam rangka penyusunan rekomendasi pemupukan rutin tahunan yang dikeluarkan oleh Departemen Riset BGA Group. Kegiatan LSU dilaksanakan oleh 2 tim LSU yang masing-masing terdiri atas 2 orang. Tim LSU ini telah diberikan simulasi pelaksanaan dalam pengambilan daun oleh tim riset terlebih dahulu sebelumnya. Tim LSU akan mengambil sampel daun mulai pukul 07.00 s.d 12.00 WIB dan saat hari sedang tidak hujan. Namun pada kenyataannya di lapangan dengan alasan efisiensi waktu dan biaya, terkadang meskipun hari hujan tetap dilaksanakan kegiatan LSU dengan kondisi hujan tidak terlalu tinggi. Pelaksanaan LSU tahun 2013 dilaksanakan pada bulan April-Juni. Hasil pengamatan LSU di seluruh blok kebun akan disatukan dalam buku rekomendasi pemupukan tahunan BGA yang digunakan untuk tahun selanjutnya.

Pemupukan

a. Penyimpanan Pupuk

Manajemen penyimpanan pupuk di PT Bumitama Gunajaya Agro terdiri dari dua tempat yaitu gudang central dan gudang BMS. Gudang central menyimpan semua jenis pupuk yang dibutuhkan seluruh estate kebun, sedangkan gudang BMS adalah tempat penyimpanan pupuk yang diambil dari gudang central dan hanya menyimpan jenis pupuk yang akan diaplikasikan kebun sesuai kebutuhan estate masing-masing.

Gudang Central

(24)

lama. Beberapa kendala yang dihadapi di gudang penyimpanan pupuk central antara lain:

1. Cuaca ekstrim, apabila hujan dan panas maka dapat menurunkan kualitas pupuk

2. Over order, bila permintaan pupuk tinggi gudang kekurangan tempat untuk menyimpan

3. Pupuk membatu dan mencair sehingga mengurangi bobot pupuk (masih dapat ditoleransi bila losses ≤ 5%).

Cara mengatasi masalah tersebut yang dilakukan oleh pihak gudang yaitu:

1. Pembuatan papan alas (palet) yang bertujuan untuk mengurangi penguapan pupuk ketika cuaca panas

2. Disediakan terpal tebal yang digunakan apabila gudang kekurangan tetap terlindungi

3. Pengaturan pentilasi udara yang baik di gudang

Gudang pupuk central dapat dilihat pada Gambar 3.

(a) (b) (c)

Gambar 3 Gudang pupuk central wilayah metro III

(a) Gudang 1 kapasitas 3000 ton (b) Gudang 2 kapasitas 1500 ton (c) Gudang 3 kapasitas 1200 ton

Gudang Block Manuring System (BMS)

(25)

Gambar 4 Gudang BMS kebun SBHE rayon A

b. Tenaga Kerja Pemupukan

Total tenaga kerja pemupukan adalah 38 orang yang terdiri dari 4 orang tenaga bongkar muat, 5 orang tenaga penguntil, 1 mandor until, dan 28 orang tenaga pemupuk. Kegiatan pemupukan rayon A kebun SBHE terdiri atas dua kemandoran, mandor 1 memiliki anggota 13 tenaga penabur dan mandor 2 memiliki 15 tenaga penabur. Anggota tenaga pemupuk dibagi menjadi Kelompok Kecil Pemupuk (KKP) yang terdiri dari 3 anggota, 2 orang sebagai penabur dan 1 orang sebagai tenaga pelangsir. Tim penabur pupuk dapat dilihat pada Gambar 5. Khusus tenaga bongkar muat, tugasnya merangkap sebagai pengecer pupuk ke

Collection Road (CR). Apabila kegiatan pemupukan telah selesai karung dikumpulkan dan diangkut oleh 1 tenaga borongan yang mengumpulkan karung ke gudang BMS.

Gambar 5 Tim penabur pupuk

c. Sistem Teknis Pemupukan

(26)

Penguntilan Pupuk

Kegiatan penguntilan adalah mengkonversikan bobot pupuk dari karung berukuran besar yaitu 50 kg ke karung pupuk ukuran lebih kecil. Bobot tiap karung until berbeda-beda sesuai dengan jenis pupuk, contohnya pupuk urea dan MOP yang memiliki bobot until 14 kg, sedangkan kieserite 12 kg. Perbedaan bobot untilan ini dipengaruhi oleh dosis pupuk yang dibutuhkan untuk tiap pokok. Tujuan penguntilan adalah agar mempermudah kegiatan pengeceran pupuk dari gudang ke lahan dan mengurangi losses pupuk serta memastikan jumlah pupuk yang disediakan telah sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Penguntil juga memastikan karung untilan tidak sobek dan rusak sehingga dapat mengurangi

losses pupuk saat kegiatan pengeceran dan penaburan. Kegiatan penguntilan dibantu oleh seorang mandor until yang berperan dalam pengawasan prestasi kerja tenaga penguntil agar untilan mencapai bobot yang tepat. Mandor juga berperan dalam kegiatan quality check control yang akan menimbang secara acak beberapa karung untilan dan memastikan losses tidak ≥5%. Prestasi kerja tenaga penguntil adalah 2 ton/HK, tetapi bila kebutuhan pupuk banyak maka penguntil dapat mengerjakan lebih dari 2 ton dan mendapatkan premi sesuai dengan tonase untilan. Penguntilan di gudang BMS rayon A dipersiapkan untuk divisi 1, 2, dan 3 yang dilakukan secara bergilir setiap hari sesuai dengan jadwal pemupukan yang telah ditentukan koordinator pupuk. Kegiatan penguntilan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Penguntilan pupuk

Contoh perhitungan jumlah untilan yang dibutuhkan untuk kegiatan pupuk sebagai pada blok A001 divisi I SBHE ( luas 31.47 ha, jumlah pokok 3946): Dosis urea yang direkomendasikan adalah 0.75 kg. Rencana jumlah pemupukan pada rotasi I adalah 2960 kg. Jumlah dosis untuk 1 untilan yaitu 12 kg, sehingga jumlah untilan yang dibutuhkan adalah 2960 kg : 12 kg = 247 untilan.

Pengambilan Pupuk

(27)

Prestasi kerja tenaga bongkar muat yaitu 4 ton/HK, tetapi tenaga bongkar muat akan mendapatkan premi bila tonase muat lebih dari standar kerja.

Pengeceran Pupuk

Pupuk dibawa ke lahan aplikasi menggunakan dump truck, kegiatan ini disebut pengeceran pupuk. Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin jumlah dosis pupuk tepat dalam tiap jalan pikul, sehingga penabur dapat mengetahui perkiraan jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam 1 hanca. Pengeceran pupuk juga memperhatikan karung untilan yang kurang standar, apabila karung sobek maka diganti dengan karung untilan yang lain. Jumlah untilan yang dalam 1 jalan pikul ditentukan dari jumlah pokok dalam 1 jalan pikul tembus dan dosis pupuk tiap pokok. Contoh perhitungan dalam menentukan jumlah untilan untuk 1 jalan pikul tembus yaitu: Pupuk MOP (dosis/pokok= 1.75 kg, dosis/untilan= 14 kg), jumlah pokok 1 jalan pikul tembus adalah 64 pokok. Jumlah pokok/untilan adalah 14 kg:1.75kg= 8 pokok, sehingga dalam 1 pasar tembus jumlah untilan adalah 64 pokok: 8 pokok = 8 untilan/jalan pikul tembus. Kegiatan pengeceran dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Pengeceran pupuk di Collection road

Pelangsiran Pupuk

Pupuk yang berada di sekitar collection road (CR) dibawa ke jalan pikul tempat aplikasi pupuk. Pelangsiran bertujuan untuk meringankan beban penabur saat membawa pupuk dari CR menuju lahan. Pelangsir juga bertugas untuk menghitung pokok tempat berhentinya pupuk agar penabur mudah memperoleh pupuk. pelangsiran juga bermanfaat untuk menjamin keberlangsungan penaburan pupuk.

Penaburan Pupuk

(28)

mengetahui penabur yang melakukan kesalahan tersebut. Penabur pupuk diberi takaran pupuk atau biasa disebut cepuk yang terbuat dari paralon. Cepuk ini dapat dikonversikan sesuai dengan dosis pupuk yang dibutuhkan pada satu pokok. Takaran pupuk bobotnya beragam, mulai dari 0.6 kg, 0.4 kg, dan 0.02 kg sehingga apabila dosis MOP yang disarankan adalah 1.75 kg maka penaburan untuk 1 pokok adalah 3 kali takaran. Cepuk yang digunakan penabur dapat dilihat pada Gambar 8.

.

Gambar 8 Takaran yang digunakan untuk penaburan pupuk

Penaburan pupuk juga perlu memperhatikan tempat dan letak pupuk ditabur. Pupuk mikro HGFB disebar di dalam piringan yang berjarak 50 cm dari pangkal pokok, sedangkan pupuk jenis Urea, MOP, dan Kieserite diaplikasikan pada piringan terluar berjarak 1.5-2 meter dari pokok dan pupuk RP diaplikasikan pada pelepah di luar piringan. Pada saat pemupukan berlangsung, penabur juga perlu memperhatikan kondisi hari apabila hujan maka tidak dilakukan pemupukan dan kegiatan pemupukan dialihkan ke kegiatan perawatan manual.

Pengawasan Kegiatan Pemupukan

Tujuan pengawasan yaitu untuk memastikan pemupukan telah sesuai dengan SOP yang berlaku dan mengevaluasi kegiatan pemupuk agar lebih berkualitas. Kontrol kualitas pemupukan dimulai dari pengecekan ketepatan dosis untilan secara hanca yang dilakukan usai penguntilan yang dilakukan oleh mandor until. Pengawasan lain yaitu pada saat pengeceran pupuk berlangsung, mandor pupuk memastikan untilan telah sesuai jumlahnya pada tiap jalan pikul dan tidak ada pupuk yang tercecer serta tinggal. Mandor juga memastikan karung pupuk tidak sobek. Mandor melaporkan seluruh kegiatan setiap harinya kepada asisten koordinator pupuk, apabila ditemukan masalah maka akan diambil tindakan sesuai dengan keputusan asisten koordinator.

Sistem Premi

(29)

memperoleh extrafooding berupa susu kaleng yang diberikan setiap 6 hari sekali, tujuannya untuk menetralisir racun pada tubuh pemupuk.

Pengamatan Ketepatan Dosis Untilan

Pengamatan ketepatan dosis dilakukan pada proses penguntilan pupuk, dosis standar pupuk MOP tiap untilannya adalah 15 kg dan pupuk Urea 12 kg. Pengamatan dilakukan terhadap jenis pupuk MOP dan Urea karena kegiatan pemupukan yang berlangsung pada bulan Maret dan April adalah pupuk MOP dan Urea. Pengamatan dilakukan terhadap 5 tenaga kerja penguntil dengan 5 kali ulangan, masing-masing ulangan ditimbang 10 sample untilan. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5 Ketepatan dosis untilan pupuk MOP

∑ TK

Untilan ditimbang secara acak agar mewakili bobot untilan. Setelah ditimbang, diperoleh data yang menunjukkan bahwa dosis untilan rata-rata karung memiliki nilai rata-rata 97.08%.

Tabel 6 Ketepatan dosis untilan pupuk Urea

∑ TK nilai ini menunjukan bahwa ketepatan bobot untilan juga sangat baik. Penguntil mampu mempersiapkan untilan yang sesuai dengan jenisnya.

Pengamatan ketepatan dosis pemupukan MOP

(30)

lahan. Bobot pupuk 1 takaran adalah 0.6 kg sehingga diasumsikan dosis pupuk yang tepat adalah 3 kali takaran pupuk. Pengamatan dilakukan pada 3 blok secara random dengan 3 ulangan yaitu blok A7, A8, dan A9 tahun tanam 1998.

Tabel 7 Ketepatan dosis pupuk MOP di lapangan Blok/ulangan ∑ pokok

Hasil yang diperoleh dari pengamatan lapang terhadap ketepatan dosis pupuk MOP yaitu 84% nilai ini menunjukkan bahwa ketepatan dosis yang diaplikasikan di lahan tepat sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan. Pengamatan Ketepatan Cara Aplikasi Pemupukan Urea

Ketepatan cara penabur dalam mengaplikasikan pupuk di lahan juga dilakukan pada 10 penabur dalam 1 blok, masing-masing penabur diamati 72 pokok kelapa sawit. Pengamatan ketepatan cara dilihat dari penyebaran pupuk dan jarak pupuk dari pokok. Pengamatan ini dilakukan pada pupuk Urea karena manajemen waktu pengamatan pada bulan April dan kegiatan yang berlangsung adalah pemupukan pupuk Urea. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9 Grafik ketepatan cara aplikasi pemupukan Urea blok A6

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh nilai persentase rata-rata ketepatan cara aplikasi pupuk Urea sebesar 90.3%, hal ini menunjukkan bahwa cara aplikasi pupuk telah mencapai prestasi yang sangat baik dan tepat sesuai dengan cara yang ditetapkan perusahaan.

(31)

Pengamatan Gejala Defesiensi Hara

Kegiatan pengamatan defisiensi hara dilakukan pada 68 sampel pokok kelapa sawit dengan 3 kali ulangan blok yang berbeda (blok F10 tahun tanan 2007, blok E9 tahun tanam 2003, dan blok C11 tahun tanam 1998). Pengamatan defisiensi hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), magnesium (Mg), dan Boron (B) diperoleh secara visual dengan melihat warna dan bentuk daun kelapa sawit berdasarkan ciri-ciri yang tercantum dari literatur menurut Pahan (2010).

Tabel 8 Pengamatan gejala defesiensi hara kebun SBHE Ulangan ∑ Pokok

diamati (pohon)

∑ Pokok defisiensi

(pohon)

Defisiensi hara (pohon)

N P K Mg B

1 68 46 12 6 8 11 9

2 68 38 15 3 3 7 10

3 68 52 14 9 4 12 13

Total 204 136 41 18 15 30 32

Rata-rata 13.67±1.57 6±3 5±2.64 10±2.64 10.67±2.08

% 66.7 20.1 8.8 7.4 14.7 12.7

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2013)

Persentase hasil pengamatan defisiensi hara di lapangan adalah 66.7%, persentase nilai defisiensi unsur hara berbeda-beda antara N, P, K, Mg, dan B. Berdasarkan pengamatan penulis unsur hara N adalah yang paling banyak ditemukan sedangkan unsur hara K yang paling sedikit ditemukan.

Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan Rock Phosphate (RP)

(32)

Tabel 9 Pengamatan tempat pupuk RP

Ulangan Jumlah

pengamatan (pohon)

Distribusi pupuk Lokasi penebaran

Terpupuk

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2013)

Penulis memperoleh hasil yaitu pokok yang terpupuk hampir seluruhnya terpupuk dengan persentase 99.5% dan yang tidak terpupuk 0.5% atau 2 pokok. Pada lokasi penebaran terbagi atas piringan, gawangan, susunan pelepah gawangan, dan pelepah piringan. Jumlah pupuk yang ditebar di susunan pelepah persentasenya 79%, tebaran di piringan 3.3%, susunan pelepah dan gawangan 5.1%, dan susunan pelepah piringan 7%.

Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong (TKKS) adalah hasil limbah pabrik kelapa sawit yang berasal dari stasiun perebusan PKS. Prinsip penggunaan TKKS yaitu mengembalikkan unsur hara yang telah digunakan dari dalam tanah. TKKS digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman kelapa sawit TBM dan TM. Berikut adalah kandungan unsur hara yang terkandung pada TKKS:

Tabel 10 Komposisi kandungan nutrisi TKKS

Unsur Hara Kadar hara dalam TKKS

(kg/ha/tahun)

(33)

Gambar 10 TKKS yang akan diaplikasikan ke lahan

Pengangkutan TKKS dimulai dari PKS menggunakan dump truck dengan kapasitas 7.5 ton. Kendala yang dihadapi saat proses muat isi TKKS adalah lintasan pada jalur angkut yang sangat licin dan rusak. Hal ini menjadi kendala bagi truk pengangkut karena dapat menyebabkan truk tergelincir. Kondisi jalan yang kurang baik ini diakibatkan karena limbah TKKS yang terfermentasi menyebabkan keluarnya sisa minyak dari TKKS sehingga jalanan menjadi licin, perlu adanya tindakan laterisasi yang intensif pada lintasan dan manajemen drainase yang tepat.

Penanaman Kacangan

Penanaman Mucuna bracteata (MB) dapat membantu tanaman memperoleh unsur hara lebih banyak khususnya nitrogen yang hilang dari tanah. Selain itu, aplikasi MB bermanfaat sebagai Legum Cover Crop (LCC) yang berfungsi untuk menutup permukaan tanah sehingga mengurangi Run-off saat debit air tinggi dan mengurangi menekan pertumbuhan gulma liar. Mucuna bracteata dapat ditanam dengan cara generatif menggunakan biji dan vegetatif dengan stek batang. Penanaman MB menggunakan biji sebaik dilakukan saat curah hujan cukup tinggi agar mempercepat perkecambahan MB tumbuh. Perbanyakan MB dengan stek batang dilakukan untuk efisiensi biaya karena harga benih MB yang mahal, oleh karena itu stek batang melalui pemotongan batang menjadi alternatif perbanyakan MB. Mucuna bracteata dipilih karena memiliki beberapa keunggulan antara lain:

1. Pertumbuhannya sangat cepat 2. Mudah tumbuh

3. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap cuaca panas 4. Tahan terhadap naungan

5. Memproduksi biomasa perbanyakan (stek) yang lebih banyak 6. Lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit

7. Lebih baik untuk mencegah erosi tanah karena mempunyai perakaran yang dalam.

(34)

Aplikasi Pupuk Hijau

Pupuk hijau yang diapliksikan di lahan kebun adalah sampah-sampah organik yang berasal dari serasah dan pelepah kelapa sawit. Serasah daun dapat berasal dari gulma-gulma hasil tebasan manual yang ditumpuk di gawangan, gunanya agar pelapukannya dapat menambah unsur hara yang hilang. Aplikasi tumpukan pelepah di piringan juga termasuk upaya peningkatan unsur hara organik sebab pelepah yang terlah terlapuk mengandung unsur makro yang dibutuhkan tanaman. Pelepah diperoleh dari kegiatan pemanenan dan juga kegiatan prunning yang bertujuan agar jumlah pelepah optimal pada pertumbuhan dan perkembangannya. Jumlah pelepah optimal tanaman untuk kelapa sawit ialah 48-56 pelepah, namun tetap perlu diperhatikan agar tidak over prunning. Pada kegiatan prunning pekerja memperoleh premi yang dihitung berdasarkan jumlah pokok yang dipangkas.

Sensus BBC (Black Bunch Sensus)

Kegiatan sensus BBC adalah kegiatan pengecekan tandan buah yang berwarna hitam. Tujuan sensus BBC adalah untuk memperkirakan jumlah tandan yang akan dipanen pada periode panen berikutnya. Buah yang disensus adalah buah yang berumur 2-5 bulan sedangkan buah yang berumur 0-1, dan 5 bulan lebih tidak dipanen. Kriteria buah yang disensus dapat dilihat dari warna dan ukuran buah. Buah yang berwarna hitam kemerahan dan merah tidak disensus. Buah hitam juga tidak seluruhnya disensus, buah hitam yang masih berumur 1 bulan tidak dipanen. Buah berumur 1 bulan memiliki ciri-ciri yaitu: ukuran buah kecil, masih terdapat duri hijau dibagian tandan, dan masih dibungkus oleh serabut tandan. Untuk mempermudah pengamatan BBC dilakukan simulasi sensus BBC terlebih dahulu yang dihadiri oleh tim sensus BBC dan perwakilan anggota Divisi. Tim sensus BBC terdiri dari 2 tim yang masing-masing memiliki 3 anggota sensus BBC. Kesulitan yang ditemukan pada saat menentukan BCC yaitu pengamatan terhadap tandan buah hitam masih dilihat secara visual sehingga penilaian masih bersifat subjektif. Oleh karena itu, pada saat simulasi untuk menyamakan persepsi buah secara visual diberikan foto warna buah dari umur 0 sampai >5 bulan.

Pelaksanaan Panen

a. Penentuan Kriteria Matang Panen

Penulis menentukan kematangan buah yang dapat dilihat secara visual dengan melihat ciri-ciri khusus dari perubahan warna buah dan jatuhnya brondolan buah secara alami. Beberapa kriteria buah untuk menentukan kematangan panen berdasarkan standar operasional kebun SBHE yaitu:

1. Jumlah brondolan jatuh ke tanah secara alami ≥ 5 brondolan/kg

2. Warna buah ripe (matang), yaitu 85% buah berubah warna dari hitam menjadi merah jingga

3. Tandan yang dipanen adalah tandan yang terdiri dari 2-3 pelepah pada pokok tahun tanam <15 tahun, sedangkan pada pokok dengan tahun tanam

≥15 tahun tidak dapat ditentukan dari jumlah pelepahnya.

(35)

Buah yang telah memenuhi persyaratan tersebut dapat langsung dipanen dan dikumpulkan di TPH untuk diangkut ke truk pengangkut buah.

b.Kutip Brondolan

Penulis berperan sebagai pengutip brondolan saat panen buah melimpah. Pengutipan brondolan bertujuan untuk menjamin tidak ada brondolan yang tersisa di lahan. Brondolan yang jatuh di sekitar piringan dan jalan pikul diambil dan dimasukkan ke dalam karung kemudian dikumpulkan di TPH untuk diangkut ke pabrik. Namun pada kenyataannya masih ada brondolan yang ditemukan saat kegiatan mutu hanca berlangsung.

c. Penentuan Mutu Hanca

Penentuan mutu hanca adalah pengecekan kualitas panen dengan cara melihat jumlah pelepah yang didodos untuk menentukan jumlah tandan yang dipanen. Pelepah yang telah didodos dihitung kemudian dipastikan pelepahnya disusun di piringan hingga membentuk U-Shape, standar jumlah pelepah yang layak panen adalah 2-3 pelepah yang didodos. Kegiatan mutu hanca juga memastikan kondisi piringan bersih dari gulma serta tidak ada buah dan brondolan yang tinggal.

d.Pengangkutan Panen ke PKS

Kegiatan pengangkutan TBS dimulai dari kegiatan bongkar muat buat dari TPH ke truk buah. Bongkar muat buah dilakukan oleh 3-4 tenaga BM. Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat buah rata-rata adalah 30 menit. Buah yang dimuat tidak boleh melebihi kapasitas truk yaitu 7.5 ton. Apabila buah telah dimuat, truk dipasang jaring agar buah tidak jatuh di jalan saat proses pengangkutan berlangsung. TBS diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) Sellucing Agro Mills (SAGM) karena letaknya yang paling strategis dari kebun SBHE. Sebelum dan sesudah muat buah ke pabrik, truk ditambang terlebih dahulu bobotnya. Hal ini untuk memperoleh bobot buah bersih.

Aspek Manajerial

Aspek manajerial yang berada di kebun kelapa sawit SBHE adalah seluruh kegiatan lapangan yang berkaitan dengan manajemen pengelolahan panen dan perawatan kebun. Penulis melakukan kegiatan manajerial selama 4 minggu dan 8 minggu sebagai pendamping asisten. Aspek manajerial terbagi atas kegiatan lapangan dan administrasi.

Pendamping Mandor

(36)

Mandor I

Penulis berperan sebagai pendamping mandor I yang bertugas untuk koordinasi tugas seluruh mandor yang ada dalam divisi. Penulis membantu mandor I untuk menyampaikan instruksi dari asisten divisi ke mandor. Penulis juga mengumpulkan laporan harian mandor untuk diperiksa pelaksanaannya telah sesuai rencana kerja atau belum. Penentuan mutu hanca juga dilakukan untuk memastikan kualitas kegiatan di kebun telah sesuai dengan standar operational. Total mandor yang diawasi adalah 10 orang.

Mandor Pupuk

Seorang mandor pupuk bertanggung jawab dalam pelaksanaan program BMS (Block Manuring System). Penulis membantu mandor pupuk dalam pembagian batas hanca tim KKP dan mengarahkan karyawan di lahan agar kualitas pemupukan baik. Penulis juga melakukan pengecekan mutu hanca dan memastikan kegiatan pemupukan mulai dari penguntilan, pengangkutan, dan penaburan telah sesuai dengan SOP. Kegiatan mutu hanca juga memastikan tidak ada untilan tercecer dan karung tinggal. Penulis membantu dalam perhitungan prestasi kerja penabur dan perhitungan kebutuhan pupuk yang akan diaplikasikan ke lahan. Jumlah karyawan yang diawasi 28 penabur.

Mandor Perawatan Manual

Mandor Perawatan bertanggungjawab terhadap kualitas tebas gulma pada hanca yang telah ditentukan. Penulis sebagai pendamping mandor perawatan membantu membagi batas hanca karyawan dan memastikan semua alat yang digunakan dalam kondisi baik yang siap pakai. Setelah kegiatan selesai, penulis melakukan mutu hanca untuk memastikan output dari tebasan telah tercapai sesuai rencana harian mandor.

Mandor Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

Bertanggung jawab dalam pengawasan kualitas kegiatan penyemprotan herbisida di lahan. Penulis memberikan pengarahan dan pembagian hanca kepada karyawan. Kegiatan lainnya yaitu quality check control (QCC), saat penyemprotan selesai dan membuat laporan harian mandor. Penulis juga membantu mandor untuk memastikan penyemprot telah menggunakan alat pengaman diri (APD) seperti apron, sarung tangan, dan masker agar tidak terkena racun. Penulis membantu mandor untuk persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan. Total tenaga kerja yang diawasi adalah 15 orang.

Mandor Panen

(37)

Asisten Divisi

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Pemupukan

Aplikasi pemupukan di lahan pada dasarnya untuk menambah ketersediaan unsur hara yang berkurang atau hilang akibat penyerapan hara terus menerus oleh tanaman. Tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang besar. Menurut Darmosarkoro et al. (2005) dalam setiap ton TBS mengandung hara yang setara dengan 6.3 kg Urea, 2.1 kg TSP, 7.3 kg KCL dan 4.9 kg Kieserite, hara tersebut harus dikembalikan dalam bentuk pupuk sehingga untuk menjamin ketersediaannya perlu upaya manajemen pemupukan yang tepat. Manajemen pemupukan dilakukan berdasarkan prinsip keefektifan dan efisiensi pemupukan. Keefektifan pemupukan memastikan pupuk yang diaplikasikan terserap cepat oleh akar tanaman dan menekan losses pupuk. Efisiensi berkaitan dengan manajemen biaya yang dikeluarkan oleh kebun terhadap hasil produksi yang diperoleh.

Keberhasilan keefektifan dan efisiensi pemupukan dapat tercapai dengan memperhatikan standar operasional konsep ketepatan pemupukan. Ketepatan aplikasi pemupukan yang telah ditetapkan yaitu memperhatikan konsep 4 tepat pupuk yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tempat.

Tepat Jenis

Penentuan tepat jenis diperoleh dari hasil analisis defisiensi unsur hara secara visual yang penulis amati di lapangan dan disesuaikan dengan data sekunder dari kebun mengenai informasi status unsur hara di kebun pada tahun 2012 untuk menentukan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Informasi status hara dari kebun diasumsikan sama dengan kondisi kebun saat kegiatan magang berlangsung yaitu pada tahun 2013 karena rekapitulasi status unsur hara dilaksanakan 1 tahun sekali oleh karena itu penulis mengambil data tahun 2012 karena tidak memungkinkan untuk menganalisis data pada tahun berikutnya. Berdasarkan data primer defisiensi pupuk secara visual pada Tabel 8 dan data sekunder status unsur hara dari Departemen Riset BGA pada Lampiran 3 yang penulis peroleh, kemudian diamati kandungan unsur hara pada jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan ke lahan telah sesuai dengan kebutuhan unsur hara tanaman atau tidak sesuai.

(39)

Tabel 11 Nama pupuk dan kandungan unsur hara hampir seluruhnya telah memenuhi kebutuhan tanaman sesuai konsep tepat jenis, namun beberapa jenis pupuk seperti pupuk NPK dan Dolomit memiliki kandungan yang sama pada pupuk yang telah diaplikasikan, seperti: pupuk NPK yang kandungan unsur haranya sama dengan pupuk Urea, RP, dan MOP. Pupuk Dolomit dan Kieserite juga memiliki kandungan sama yaitu magnesium, hal ini dapat terjadi karena ketersediaan pupuk yang ada di gudang central. Konsep tepat jenis telah tepat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Tepat Dosis

Keseimbangan unsur hara pada dasarnya adalah memperhatikan keseimbangan asupan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Defisiensi unsur mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan penurunan kualitas buah, apabila berlebihan tanaman dapat mengalami plasmolisis dan pencemaran lingkungan. Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk adalah hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi pemupukan sebelumnya, data curah hujan lima tahun sebelumnya, dan hasil pengamatan di lapangan seperti gejala defisiensi hara (Winarna et al. 2003). Dosis yang ditetapkan di kebun SBHE diperoleh dari hasil analisis daun yang dikeluarkan oleh Departemen Lembaga Riset BGA setiap tahun.

Ketepatan dosis yang diamati penulis meliputi ketepatan dosis untilan dan aplikasi penaburan pupuk di lahan. Pengamatan dosis untilan MOP pada Tabel 5 diperoleh nilai ketepatan bobot untilan 97.08% dan pada Tabel 6 nilai ketepatan pupuk Urea adalah 95%. Nilai ini telah mencapai standar kebun ≥95% yang menunjukkan bahwa dosis untilan telah tepat. Penguntil telah mampu menguntil berbagai jenis pupuk dengan tepat dan losses rendah. Prestasi tenaga kerja penguntil sangat baik, rata-rata penguntil dapat menyelesaikan untilan 2500 kg/HK dengan standar prestasi kerja 2000 kg/HK apabila lebih dari basis maka penguntil mendapatkan premi sesuai dengan tonase. Hal ini efisien karena ketersediaan pupuk di gudang selalu tersedia sehingga kegiatan pemupukan berjalan dengan lancar.

(40)

1 takaran mangkuk bobotnya adalah 0.6 kg sehingga untuk tiap pokok diaplikasikan 3 takaran mangkuk untuk mencapai bobot 1.8 kg. Persentase yang tidak sesuai dengan dosis adalah 17.67%, sedangkan persentase tepat dosis adalah 84%. Tenaga penabur pupuk telah cukup baik namun masih di bawah standar prestasi kebun. Hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakefektifan dosis pupuk karena beberapa penabur masih belum memahami tentang bobot takaran yang digunakan pada jenis pupuk tertentu, padahal takaran yang disediakan kebun terdiri dari 3 jenis: yaitu takaran ukuran 0.6 kg, 0.4 kg, dan 0.02 kg. Takaran pupuk digunakan sesuai dengan jenis pupuk dengan dosis berbeda, untuk pupuk MOP dengan dosis 1.75 kg menggunakan takaran 0.6 kg sebanyak 3 kali. Takaran untuk pupuk RP, Urea, dan Kieserite menggunakan takaran 0.4 kg sebanyak 2 kali penaburan. Hal ini penting untuk diketahui penabur agar dosis dapat dilakukan dengan baik sehingga kegiatan Field Visit perlu dilakukan untuk kontrol kualitas penaburan pupuk. Data terkait dosis pupuk berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Dosis berbagai jenis pupuk

Jenis Pupuk Dosis untilan (kg)

Sumber: Hasil pengamatan lapangan (2013)

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tenaga penabur telah memenuhi kriteria tepat dosis, namun belum seluruh penabur memahami secara tepat konsep tepat dosis yang sebenarnya. Sebagian besar penabur mengacu pada prestasi jumlah output pupuk yang diaplikasikan dalam satu hari, tetapi masih ada beberapa penabur yang memperhatikan ketepatan dosis pupuk. Ketepatan dosis masih dipengaruhi faktor subjektivitas.

Tepat Waktu

(41)

Tabel 13 Rencana dan aplikasi pemupukan kebun SBHE 2013 Jenis

pupuk Bulan aplikasi dan realisasi pupuk kebun SBHE

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

Keterangan: (P1= rencana rotasi 1; P2= rencana rotasi 2; A1= aplikasi rotasi 1) 1. warna orange : waktu rencana pemupukan

2. warna merah : waktu realisasi pemupukan

3. warna hijau : waktu rencana dan aplikasi yang sama

Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa pelaksanaan aplikasi pupuk tidak selalu sama dengan waktu yang direncanakan, hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan jenis pupuk yang ada di gudang central.

Pemupukan dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan curah hujan. Pagi sampai siang hari adalah waktu yang tepat untuk aplikasi pemupukan kelapa sawit (Pahan 2008). Pelaksanaan kegiatan pemupukan di kebun SBHE dilaksanakan mulai dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 12.00 siang dan apabila hari hujan maka kegiatan pupuk dialihkan ke kegiatan perawatan tebas manual. Kenyataan di lapangan meskipun hari hujan terkadang kegiatan pemupukan tetap dilaksanakan. Oleh karena itu, data mengenai curah hujan sangat penting untuk menentukan rencana waktu pemupukan. Data curah hujan 4 tahun terakhir kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 1.

(42)

Berdasarkan data tersebut, kondisi curah hujan tergolong sangat tinggi. Kondisi seperti ini seharusnya tidak dilakukan kegiatan pemupukan karena akan mengakibatkan unsur hara hilang terbawa aliran air (run-off), pupuk yang terbawa air akan terbuang sia-sia dan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan khususnya ekosistem air. Waktu pemupukan yang tepat seharusnya dilakukan saat menjelang musim hujan dan akhir musim hujan, namun pada kenyataannya pada Tabel 13 menunjukkan bahwa kegiatan pemupukan dilaksanakan setiap bulan tanpa memperhatikan kondisi curah hujan. Konsep tepat waktu tidak terlaksana dengan baik, hal ini perlu diperhatikan oleh pihak kebun mengingat biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan sangat tinggi. Pemupukan yang tepat waktu akan meningkatkan keefektifan penyerapan unsur hara dan efisiensi biaya.

Tepat Cara dan Tempat

Aplikasi pupuk kebun SBHE terdiri dari metode tebar dan benam. Metode tebar dilakukan pada seluruh jenis pupuk makro, sedangkan metode benam pada pupuk mikro. Pengamatan terhadap ketepatan cara pemupukan pupuk Urea dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa persentase ketepatan cara pemupukan sebesar 90.3%, hal ini menunjukkan bahwa penabur telah mengetahui cara aplikasi pupuk Urea yang ditebar pada pinggiran luar piringan yang berjarak 1.5-2 m dari pokok. Penulis melakukan pengamatan ketepatan tempat pada pupuk RP. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan hasil pengamatan, ketepatan penabur dalam mengaplikasikan pemupukan RP adalah 79% prestasi ini cukup baik namun masih perlu ditingkatkan karena belum mencapai standar kebun yaitu 95 %. Aplikasi tempat pupuk RP yang tepat adalah pada rumpukan pelepah. Aplikasi pupuk RP di rumpukan pelepah bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akan tersier dan quarter karena pupuk RP adalah jenis pupuk immobil yang aplikasinya harus langsung dekat dengan akar agar lebih efektif terserap oleh akar. Secara keseluruhan pupuk RP hampir seluruhnya terpupuk yaitu 99.5% namun saat pengamatan berlangsung masih ditemukan 2 pokok yang tidak terpupuk sebesar 0.5% dari total pengamatan, hal ini sebenarnya tidak boleh dan dilarang keras oleh pihak kebun namun karena kondisi hancak yang terputus oleh parit sungai yang dalam maka masih diperbolehkan oleh pihak kebun.

Hambatan dan Upaya Peningkatan Keefektifan Pemupukan

Pelaksanaan kegiatan pemupukan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh penyediaan operasional yang baik. Namun, terkadang ditemukan beberapa hambatan di lapangan yang dapat menimbulkan masalah apabila tidak diatasi dengan tepat. Beberapa hambatan yang ditemukan saat kegiatan pemupukan antara lain:

(43)

b. Infrastruktur jalanan di Main Road dan Collection Road yang kurang baik, menyebabkan jalanan rusak dan menghalangi truk untuk melewati lintasan pengeceran pupuk. Hal ini disebabkan karena jalanan terbuat dari tanah laterit yang mudah rusak bila tergenang air. Oleh karena itu perlu manajemen drainase yang baik pada titik-titik rawan banjir. Penimbunan laterit pada jalanan yang rusak juga perlu dilakukan namun laterit tidak hanya ditumpuk tetapi sebaiknya dialasi papan kayu terlebih dahulu agar lebih kuat mengikat laterit.

c. Karung pupuk yang sobek menyebabkan losses pupuk meningkat, perlu adanya upaya pengawasan dan penggantian terhadap karung yang tidak layak pakai.

d. Kalibrasi takaran untilan perlu pengawasan rutin sebab bahan takaran terbuat dari bean plastik yang mudah memuai.

e. Pemahaman tenaga penabur tentang aplikasi pemupukan yang tepat sehingga simulasi pemupukan perlu dilakukan secara rutin.

f. Kondisi hanca yang terputus karena adanya parit sungai atau rawa yang lebar menyulitkan penabur untuk memupuk seluruh pokok, sebaiknya dibuat jembatan sesuai standar pada areal hanca.

g. Piringan yang masih banyak ditumbuhi oleh gulma, hal ini dapat menghambat pemupukan dan mengurangi efisiensi pupuk karena pupuk terbuang percuma bila ditebarkan pada gulma.

h. Kantor BMS yang kurang terawat, sebaiknya kantor diberikan informasi yang berkaitan dengan pupuk dan dijadikan ruang diskusi pupuk sehingga kinerja tim BMS dapat lebih meningkat apabila tim bekerjasama dengan baik.

Hambatan pada kegiatan pemupukan perlu dibenahi agar meningkatkan kualitas pemupukan. Kerjasama dari seluruh pihak sangat diperlukan untuk memfasilitasi penyediaan akses jalan yang memadai, transportasi, supervisi yang baik, tenaga kerja yang berkualitas, sarana dan prasana yang lengkap serta pelaksanaan pemupukan yang sesuai dengan konsep pemupukan 4T. Peraturan yang diterapkan untuk meningkatkan disiplin pekerja dan adanya penghargaan atas prestasi tenaga kerja salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pekerja. Defisiensi Unsur Hara Tanaman

Pengamatan defisiensi unsur hara tanaman kelapa sawit diamati secara visual dengan memperhatikan gejala-gelaja defisiensi tanaman yang dapat dilihat melalui kondisi daun, batang, dan pelepah namun gejala defisiensi paling banyak dapat dilihat dari daun. Faktor yang mempengaruhi defisiensi adalah pelaksanaan pemupukan yang tidak tepat waktu. Pemupukan dilakukan kurang memperhatikan konsep tepat waktu yang berkaitan dengan kondisi curah hujan. Pemupukan dilaksanakan saat curah hujan tinggi yang menyebabkan pupuk banyak yang hilang terbawa aliran air, akibatnya pupuk tidak terserap optimal sehingga tanaman masih banyak yang mengalami defisiensi unsur hara.

(44)

alternatif untuk melihat status unsur hara secara langsung, tidak bersifat mutlak hasilnya karena bersifat subjek. Penentuan dosis unsur hara dan status hara yang paling tepat adalah dengan analisis daun dan tanah dari laboratorium yang telah sesuai standar operational.Status unsur hara kebun SBHE dari Departemen Riset BGA dapat dilihat pada Lampiran 3.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kegiatan magang di kebun SBHE banyak memberikan ilmu dan pengetahuan terkait budidaya kebun kelapa sawit yang meliputi kegiatan perawatan hingga panen.Kegiatan magang juga mampu membentuk sikap dan meningkatkan softskillsaat penulis diberikan tanggungjawab manajerial dalam pengawasan tenaga kerja sehingga hal ini menjadi pengalaman penting bagi penulis untuk memasuki dunia kerja.

Pengamatan khusus terkait konsep 4 tepat pemupukan, ditemukan beberapa kendala di lapangan yaitu pelaksanaan konsep tepat waktu belum terlaksana dengan baik dan beberapa fasilitas kebun yang kurang memadai.Konsep tepat waktu di kebun SBHE dilakukan sepanjang tahun dan tidak memperhatikan kondisi curah hujan yang tinggi, saat curah hujan tinggi sebaiknya tidak dilakukan pemupukan karena dapat menyebabkan pupuk hilang tebawa aliran air dan tidak dapat terserap optimal oleh tanaman.Hal ini juga menyebabkan ketidakefisienan biaya.Fasilitas kebun seperti collection road (CR) dan main road (MR) yang rusak mempengaruhi pelaksanaan waktu kegiatan pemupukan hingga siang hari dan kondisi cuaca yang panas jugadapat menyebabkan bobot pupuk menyusut.Oleh karena itu, diharapkan adanya manajemen drainase yang baik di titik rawan MR dan CR agar lintasan tidak rusak ketika hujan.Karung pupuk juga banyak yang sobek dan berakibat bobot pupuk berkurang.Pemeriksaan rutin dan penggantian terhadap karung pupuk yang sobek penting dilakukan agar mengurangi losses pupuk.

Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produktivitas kelapa sawit tahun 2012[internet]. [diunduh 2013 Januari 5]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek =54&notab=2.

Chandra W. 2012. Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT.Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. [Ditjen Perkebunan] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Perkembangan luas

areal perkebunan 2008-2013 [internet]. [diunduh 2013 Agustus 14]. Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan.go.id/ tinymcpuk/ gambar/file/Luas _Areal_Estimasi_2013.pdf.

[Ditjen Perkebunan] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Perkembangan volume dan nilai ekspor komoditas primer perkebunan tahun 2008-2013 [internet].

[diunduh 2013 Agustus 14]. Tersedia pada:

http://ditjenbun.deptan.go.id/berita-294-ekspor-triwulan-i-tahun-2013.html. Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacquin) di Indonesia. Medan

(ID): Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala. Marihat Ulu.

Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.

Prihutami ND. 2011. Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI Metro Cempaga, Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Sastrosayono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID). Agro Media Pustaka. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.

Yogyakarta (ID). Kanisius.

(46)

Gambar

Grafik ketepatan cara aplikasi pemupukan Urea blok A6
Tabel 2  Luas HGU dan tata guna lahan di SBHE
Gambar 1 Fasilitas estate kebun SBHE (a. kantor kebun; b. masjid; c. perumahan karyawan; d
Gambar 5  Tim penabur pupuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan

Hal ini dilakukan untuk melihat kandungan klorofil serta vigor benih kedelai terhadap ketahanan benih setelah pengusangan cepat pada tingkat kemasakan yang

Menurut Mangoensoekarjo (2007) pemupukan akan dapat mencapai sasaranya jika pelaksanaan aplikasi di lapangan telah mempertimbangkan:.. 1) Jumlah unsur hara yang harus

Sistem premi ini berkorelasi positif terhadap output pemanen dalam satu hari kerja dan berpengaruh kepada banyaknya produksi TBS yang dihasilkan pada

Secara khusus mempelajari manajemen pemupukan pada tanaman kelapa sawit pada lahan marjinal, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemupukan

Berdasarkan data primer defisiensi pupuk secara visual pada Tabel 9 dan status unsur hara kebun SBHE berdasarkan lembaga Riset BGA yang tercantum pada Gambar

Berdasarkan data primer defisiensi pupuk secara visual pada Tabel 9 dan status unsur hara kebun SBHE berdasarkan lembaga Riset BGA yang tercantum pada Gambar

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara visual, jenis pupuk yang diaplikasikan di lapangan sudah memenuhi tepat jenis yaitu sesuai dengan rekomendasi