• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh sikap terhadap produk dan gaya hidup brand minded terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA al-Azhar Bumi Serpong Damai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh sikap terhadap produk dan gaya hidup brand minded terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA al-Azhar Bumi Serpong Damai"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pengaruh Sikap Terhadap Produk dan Gaya Hidup

Brand Minded

Terhadap Keputusan Membeli

Smartphone

Blackberry Pada Siswa SMA Al –Azhar Bumi Serpong

Damai

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persayaratan Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

RIFKY ANUGRAH

107070002427

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH SIKAP TERHADAP PRODUK DAN GAYA HIDUP BRAND MINDEDTERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI SMARTPHONE

BLACKBERRY PADA SISWA SMA AL – AZHAR BSD

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

RIFKY ANUGRAH

NIM: 107070002427

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi NIDN: 0315054701

Pembimbing II

Desi Yustari Muchtar, M.Psi NIP: 19821214 200801 2 006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH SIKAP TERHADAP PRODUK DAN

GAYA HIDUP BRAND MINDED TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI

SMARTPHONE BLACKBERRY PADA SISWA SMA AL – AZHAR BSD”

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 5 Desember 2011

Sidang Munaqasyah

Dekan / Ketua Pembantu Dekan / Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga,M.Si

NIP: 130 885 522 NIP: 19561223 198303 2 001

Anggota:

Penguji I Penguji II / Pembimbing I

Gazi, M.Si Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi

NIP: 19711214 200701 1 014 NIDN: 0315054701

Pembimbing II

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rifky Anugrah NIM : 107070002427

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH SIKAP

TERHADAP PRODUK DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED

TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI SMARTPHONE BLACKBERRY

PADA SISWA SMA AL – AZHAR BSD” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 5 Desember 2011

Rifky Anugrah .

(5)

MOTTO

“Dengan kesabaran dan kegigihan apapun akan mungkin terjadi

Karena sesungguhnya....

keberhasilan tidak terletak di awal perjalanan. kemudahan terletak di balik kesulitan. keajaiban adalah hadiah bagi yang berani.

Karena sesunguhnya....

kesejahteraan adalah hak bagi yang bertahan. kedamaian adalah anugerah bagi yang bersabar.

Dan kemuliaan adalah rahmat bagi yang ikhlas.

Maka bersabarlah,

dan tetaplah setia kepada kebaikan yang selalu kamu yakini.

Ingatlah,

(6)

Ku Persembahkan Untuk Papa dan Mama

Ini Adalah Sebuah Awal Dari Jalan Kesuksesan

(7)

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Desember 2011

(C) Rifky Anugrah

(D) xv + 128 halaman + lampiran

(E) Pengaruh Sikap Terhadap Produk dan Gaya Hidup Brand Minded Terhadap Keputusan Membeli Smartphone Blackberry Pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai.

(F) Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan mendapatkan informasi semakin meningkat sehingga manusia membutuhkan alat perantara dalam melakukan komunikasi yang dapat digunakan kapanpun dan dimanapun mereka berada. Salah satu alat komunikasi yang saat ini menjadi pembicaraan dan pilihan setiap orang adalah ponsel cerdas (smartphone). Di Indonesia sendiri produk smartphone yang banyak digandrungi remaja ialah blackberry.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi Sikap Terhadap Produk dari aspek kognitif (X1), afektif (X2), konasi (X3), Gaya Hidup Brand Minded

dari aspek aktifitas (X4), minat (X5), opini (X6) serta variabel demografi

seperti pendapatan orang tua per bulan (X7) dan uang saku siswa per bulan

(X8) terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al

– Azhar Bumi Serpong Damai.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 350 siswa SMA Al – Azhar BSD yang terdiri dari siswa kelas 1 dan 2 yang di ambil dengan menggunakan teknik non probability sampling. Masing-masing subjek diberikan skala dengan jumlah item sebanyak 70 item yang terdiri dari 41 item sikap yang juga terdiri dari 15 item kognitif, 14 item afektif dan 11 item konasi. Lalu 29 item gaya hidup brand minded terdiri dari 12 item aktifitas, 11 item minat dan 6 item opini. Di tambah dengan variabel demografi yaitu pendapatan orang tua dan uang saku siswa per bulan.

Uji validitas masing-masing item dilakukan dengan metode CFA (Confirmatory Factor Analyis) menggunakan LISREL 8.70. Kemudian untuk uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda (Multiple regression analysis) menggunakan SPSS 17.0. Pada penelitian ini peneliti menganalisis alat ukur berdasarkan dimensi atau aspek dari variabel sehingga pada uji hipotesis peneliti menganalisis satu per satu aspek dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.

(8)

Jika dilihat dari aspek per variabel, maka variabel sikap terhadap produk dari aspek afektif yang memiliki pengaruh sebesar 8,7 % dan signifikansi (0,000) < 0,05. Jadi semakin tinggi afektif siswa terhadap produk maka semakin besar kemungkinan siswa tersebut untuk membeli smartphone blackberry.

Saran bagi penelitian ini, peneliti diharapkan menggunakan simple random samplingserta turut langsung turun ke lapangan untuk mengambil data.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “PENGARUH SIKAP TERHADAP PRODUK DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI SMARTPHONE

BLACKBERRY PADA SISWA SMA AL – AZHAR BUMI SERPONG DAMAI”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam bentuk sumbangan pikirian, tenaga, dan waktu yang tidak terukur dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi., sebagai Dosen pembimbing I, terima kasih atas waktu, bimbingan, sumbangan pikiran serta saran yang telah diberikan kepada penulis.

3. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas waktu, bimbingan, sumbangan pikiran dalam penulisan, serta saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Samsul Mubin Selaku Wakil kepala Sekolah SMA Al – Azhar BSD atas waktu dan tenaga yang disediakan, terima kasih telah memudahkan penulis dalam mengambil data bagi penelitian ini.

5. Bapak Rahmat Mulyono M.Si., Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan dan semangatnya selama penulis menjalani perkuliahan.

(10)

7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu Penulis dalam menjalani perkuliahan, Pak Deden, Pak Ayung, Pak Dodo, serta tak lupa Pak Yordan.

8. Kedua orangtua, Ismail Sapri Mansoer dan Suky Maswiyah yang merupakan sumber inspirasi serta motivasi bagi penulis dan senantiasa memberikan doa yang selalu menyertai penulis, kasih sayang, cinta, motivasi, bantuan moril dan material yang tidak akan pernah bisa terganti dan terbayar oleh apapun.

9. Kedua kakak, Jumayanti Indah lastari dan Desi Indriatika Dewi yang selalu memberikan kritik serta saran yang membangun penulis untuk menjadi manusia yang lebih baik. Thx for all of your support to me sist..

10. Anrio Marfizal (Bang Rio), Afif Amrullah (Bang Apip), Kharisya Handayani (Icha) terima kasih banyak atas masukan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Makasih Bang Rio, buat motivasi serta canda tawanya, sukses dan berkah buat Nine B. Bang Apip, makasih banget udah meluangkan waktu untuk mengajarkan bahasa arab, sukses dan berkah juga untuk Dapur Mama. Buat icha, makasih ya chaa..nanti kakak traktir deh..hehehe

11. Sahabat - sahabat, Deniel, Belga ‘Duduy’, Andre, Syifa, Tika, Dini, uyun, Itep, Tia. Terima kasih untuk suka duka yang telah dibagi selama ini, love you all as always. (jalan ke curug mana lagi kitaaaa…?? =D)

12. Seluruh teman-teman kelas D angkatan 2007, terima kasih untuk semua kebersamaan kita selama 4 tahun, untuk semua cerita dan pengalaman yang begitu luar biasa, canda tawa yang pernah kita lewati, saat-saat berdiskusi dan mengerjakan tugas kuliah bersama-sama, itu adalah perjuangan yang manis kawan.

(11)

14. Adiyo & Pak Baydhowi. Adiyo terima kasih telah sabar mengajari penulis tata cara penggunaan Lisrel. Mulai dari Penulis tidak bisa sama sekali sampai akhirnya bisa. Thx berat ya yo’. Pak Baydhowi terima kasih untuk diskusi, masukan serta kritiknya kepada penulis.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna agar pada penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, Desember 2011

(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Pembimbing I

Lembar Pengesahan Panitia Ujian Ii

Lembar Orisinalitas Iii

Motto dan Persembahan Iv

Abstrak Vi

Kata Pengantar ix

Daftar Isi xii

Daftar Tabel xvi

Daftar Gambar xix

Daftar Lampiran xx

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan & Pembatasan Masalah 14

1.2.1 Perumusan Masalah 14

1.2.2 Pembatasan Masalah 15

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 16

1.3.1 Tujuan Penelitian 16

1.3.2 Manfaat penelitian 16

1.4 Sistematika Penulisan 17

BAB II Kajian Teori

2.1 Keputusan Membeli 19

(13)

2.2 Gaya Hidup 40

2.2.1 Gaya Hidup Brand Minded 41

2.2.2 Pengukuran gaya Hidup 42

2.3 Sikap 48

2.3.1 Pengertian Sikap 48

2.3.2 Komponen Sikap 51

2.3.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Sikap 53

2.3.4 Karakteristik Sikap 55

2.3.5 Fungsi Sikap 57

2.4 Kerangka berpikir 58

2.5 Hipotesis 64

BAB III Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel 66

3.2 Variabel penelitian 66

3.3 Definisi Operasional Variabel 67

3.4 Instrumen pengumpulan Data 69

3.5 Metode Analisa Data 73

3.5.1 Uji validitas dan Reliabilitas 73 3.5.2 Metode Analisa Data Pengujian Hipotesis Mayor 75 3.5.3 Metode Analisa Data Pengujian hipotesis Minor 77

3.6 Uji validitas Konstruk 78

3.6.1 Sikap Terhadap Produk 78

3.6.1.1 Validitas Konstruk Kognitif 78 3.6.1.2 Validitas konstruk Afektif 81 3.6.1.3 Validitas Konstruk Konasi 85

3.6.2 Gaya Hidup Brand Minded 87

3.6.2.1 Validitas konstruk Aktifitas 87 3.6.2.2 Validitas Konsrtuk Minat 91 3.6.2.3 Validitas Konstruk Opini 94

(14)

BAB IV Hasil Penelitian

4.1 Analisis Deskriptif 99

4.1.1 Kategorisasi Skor Variabel 102 4.1.2 Analisis Uji Beda Variabel Demografi 104

4.2 Uji Hipotesis 105

4.2.1 Pengujian Hipotesis Mayor dan Minor 105 4.2.2 Pengujian proporsi Varians 112

BAB V Kesimpulan, Diskusi dan Saran

5.1 Kesimpulan 116

5.2 Diskusi 118

5.3 Saran 126

5.3.1 Saran Metodologis 126

5.3.2 Saran Praktis 127

Daftar Pustaka 129

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jensis – jenis Keputusan Membeli 20

Tabel 2.2 Dimensi Gaya Hidup 45

Tabel 2.3 Kelebihan dan kekurangan Pengukuran Gaya Hidup 46

Tabel 3.1 BlueprintSikap 71

Tabel 3.2 BlueprintGaya Hidup 72

Tabel 3.3 BlueprintKeputusan Membeli 73 Tabel 3.4 Muatan faktor Item pada aspek kognitif 79 Tabel 3.5 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada

Butir-butir item Kognitif

80

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item pada Aspek Afektif 83 Tabel 3.7 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada

Butir-butir item Afektif

84

Tabel 3.8 Muatan faktor item pada Aspek Konasi 86 Tabel 3.9 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada

Butir-butir item Konasi

87

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item pada Aktifitas 89 Tabel 3.11 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada

Butir-butir item Aktifitas

90

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item pada Minat 92 Tabel 3.13 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada

Butir-butir item Minat

93

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item pada Opini 95 Tabel 3.15 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada

Butir-butir item Opini

96

Tabel 4.1 Distribusi populasi penelitian berdasarkan jenis kelamin 100 Tabel 4.2 Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin 100 Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan pendapatan orang tua per

bulan

(16)

Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan uang saku per bulan 102 Tabel 4.5 Kategori subjek berdasarkan kategori sikap 103 Tabel 4.6 Kategori subjek berdasarkan gaya hidup brand minded 103 Tabel 4.7 Kategori subjek berdasarkan keputusan membeli 104

Tabel 4.8 Uji Beda 105

Tabel 4.9 Tabel R Square 106

Tabel 4.10 Tabel anova 107

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap – tahap Keputusan Membeli 24

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 63

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Surat Keterangan Penelitian Lampiran B : Item

Syntax dan Output CFA Output Regresi

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi informasi dari dan atau kepada orang lain. Kebutuhan untuk mendapatkan informasi semakin meningkat sehingga manusia membutuhkan alat perantara dalam melakukan komunikasi yang dapat digunakan kapanpun dan dimanapun mereka berada. Salah satu alat komunikasi yang saat ini menjadi pembicaraan dan pilihan setiap orang adalah ponsel cerdas (smartphone).

Menurut penelitian Lawalata (2010) yang berjudul Perilaku Pembelian Ponsel Cerdas (Smartphone) antara Gaya Hidup dan Kebutuhan menyatakan bahwa, sejak tiga tahun terakhir ini tidak jarang produsen komunikasi mengeluarkan dua sampai tiga seri ponsel cerdas (smartphone) dalam beberapa pilihan kelebihan yang tentu saja disesuaikan dengan harga yang harus dibayar. Begitu halnya dengan konsumen, dari kalangan pelajar khususnya sampai profesional sepertinya tidak percaya diri ketika mereka tidak memiliki salah satu dari ponsel cerdas tersebut.

(20)

internet, kirim-terima email, dan lain-lain. Mendengarkan musik dan mengambil gambar juga dapat dengan mudah dilakukan. Beragam inovasi yang ditawarkan membuat konsumen tertarik akan kecanggihan ponsel cerdas tersebut. Di tambah dengan booming jejaring sosial di dunia maya seperti facebook, twitter, foursquare, skype, dan lain sebagainya. Kecanggihan fitur yang ditawarkan membuat siapapun penggunanya tampak seperti tidak bisa lepas dari ketergantungan terhadap ponsel cerdas tersebut.

Lawalata (2010) juga menambahkan bahwa, blackberry merupakan salah satu produksmartphone (ponsel cerdas) yang saat ini menguasai pasar Indonesia, setelah Nokia dan Symbian Operating System nya. Blackberry diciptakan oleh RIM (Research in Motion)- sebuah perusahaan dari Kanada- , mencatat bahwa hanya 30% dari pengguna blackberry di Indonesia yang menggunakan sebagai keperluan bisnis, sedangkan 70% menggunakan untuk blackberry Messenger

(BBM) dan keperluan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, MySpace

(articlesnatch.com). Ponsel cerdas (smartphone) begitu cepat perkembangannya hingga menjadi sebuah symbol identitas.

Menurut pernyataan Arum Verma yang merupakan platform evangelist

(21)

Pengguna blackberry di negara lain biasanya lebih memusatkan perhatian untuk memenuhi kebutuhan kerja, tetapi di Indonesia terjadi pergeseran dari fungsi kerja ke gaya hidup (Lifestyle). Hal ini dikemukakan oleh Dirut perusahaan pengembang aplikasi blackberry di Indonesia Better-B, Kemal Arsjad. Ia menyatakan, bahwa pengguna blackberry di Indonesia hanya untuk mengakses

facebookdan twittersaja.

Sesuai dengan pendapat PR Manajer Hucthison CP Telecom, Arum K Prasopjo menyatakan bahwa hanya pengguna blackberry di Indonesia digunakan oleh non-user corporate, sedangkan di negara lain blackberry digunakan oleh user corporate. Tak hanya itu, Personal Identiy Number (PIN) yang biasa digunakan untuk BBM (Blackberry Messanger) yang dijaga kerahasiaannya, justru di Indonesia dengan mudah nya di ‘obral’.

Produk RIM tersebut telah mengambil hati semua remaja khususnya di ibu kota. Di mall atau di tempat umum lainnya, kita banyak melihat remaja berjalan dengan kepala tertunduk dengan kedua tangan menggenggam smartphone

blackberry sambil BBM-an.

Smartphone seperti halnya blackberry kini menjadi suatu kebutuhan bagi banyak orang. Tidak hanya terbatas untuk kalangan orang dewasa tetapi anak muda sudah banyak yang menggunakannya, mulai dari orang tua bahkan sebagian anak SD.

(22)

blackberry adalah kemudahan penggunaan layanan instant messaging yang terintegrasi pada fitur blackberry seperti halnya blackberry messenger (BBM) untuk keperluan komunikasi dengan teman-teman dan keluarga lewat biaya bulanan, sehingga kita bisa melihat market di Indonesia yang masih senang dengan SMS sebagai alat komunikasi murah.

Faktanya, penggunaan dan penjualan blackberry meningkat di segmen pasar anak muda. Penelitian ini menitikberatkan pada remaja SMA sebagai subjek, sebab remaja pada fase tersebut dianggap memiliki terpaan hiburan tertinggi, sehingga menjadi pasar yang potensial bagi perusahaan selular.

Padahal jika lebih di teliti lebih dalam, kebutuhan anak remaja khususnya remaja SMA tidak terlalu membutuhkan fitur blackberry pada kehidupannya. Kenyataannya, banyak pengguna blackberry di Indonesia terutama anak muda dan kaum remaja yang tidak mengerti dengan kecanggihan dan kehebatan smartphone

(23)

pemanfaatan” (using without utilization)oleh banyak remaja pengguna blackberry di Indonesia.

Fenomena diatas menunjukkan bahwa, smartphone blackberry hanya menjadi trendsetter di kalangan remaja. Mereka membeli blackberry dan membayar ratusan ribu setiap bulan hanya untuk mengaktifkan fasilitas internet guna menunjukkan gengsi mereka sebagai kaum socialite.

Aktivitas membuat keputusan kadang disadari atau tidak disadari oleh konsumen, sebab dalam kehidupan sehari-hari subjek banyak menemukan situasi yang tidak pasti. Aktifitas membeli yang dilakukan oleh konsumen memang merupakan hal yang kompleks, karena melibatkan kegiatan mental dan fisik. Apalagi jika produk yang dibeli merupakan produk yang beresiko, jarang dibeli, dan memiliki nilai ekspresi yang tinggi.

Bagi subjek yang orientasi dirinya bertumpu pada prinsip, dalam mengambil keputusan membeli berdasarkan keyakinannya. Sehingga keputusannya untuk membeli bukan hanya karena ikut-ikutan atau sekedar untuk mengejar gengsi. Dapat dikatakan tipe ini lebih rasional. Sedangkan yang bertumpu pada emosional, keputusannya dalam mengkonsumsi di dominasi oleh subjek lain. Produk-produk branded (bermerek) cenderung menjadi pilihannya dan tidak berpikir lebih lanjut akan manfaatnya.

(24)

segmentasi pasar. Segmentasi pasar ini dapat dilakukan menurut pasar konsumen, dimana pasar konsumen ini dapat diuraikan menjadi tiga yaitu segmentasi pasar menurut geografi, segmentasi pasar menurut demografi, dan segmentasi pasar berdasarkan perilaku membeli.

Dari ketiga dasar segmentasi pasar di atas akan diteliti segmentasi pasar berdasarkan perilaku atau keputusan membeli pada konsumen dan segmentasi pasar berdasarkan demografi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli yaitu ada pengaruh internal dan pengaruh eksternal. Pengaruh internal terdiri dari persepsi, learning, memori, motif, kepribadian, gaya hidup, konsep diri, emosi serta sikap. Pengaruh eksternal terdiri dari budaya, sub-budaya, demografi, status sosial, kelompok referensi, keluarga, dan aktivitas marketing

(Hawkins, Best & Coney, 2004). Demografi diantaranya ialah usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan dan kelas sosial (Kotler & Keller, 2007).

Adapun pengertian keputusan membeli adalah ketika individu berada pada pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau memilih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan. Sementara itu

consumer behavior is defined as the behavior that consumers display in searching

for, purchasing, using, evaluating and disposing of products and services that will

(25)

mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Dengan demikian konsumen akan mengembangkan sejumlah alternatif untuk sampai kepada keputusan membeli atau tidak membeli suatu produk atau jasa. (Schiffman dan Kanuk, 2007).

Dengan demikian konsumen dalam memilih suatu produk akan memilih berdasarkan pada apa yang paling dibutuhkan dan apa yang paling sesuai dengan dirinya yang salah satunya adalah gaya hidup.

Gaya hidup memiliki dua aspek bagi konsumen. Pertama berfungsi sebagai pendorong, motivator (keinginan untuk mempertahankan atau menunjang gaya hidup sekarang) untuk berbagai kegiatan membeli. Artinya kebutuhan untuk membuat keputusan membeli timbul dari siapa kita, apa kita, dan masalah-masalah serta peluang apa saja yang kita hadapi dalam kehidupan.

Aspek kedua adalah bahwa gaya hidup dapat berubah sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan konsumen. Hasil-hasil dari keputusan yang dibuat konsumen tentang produk barang (barang dan atau jasa) memberi informasi tentang motivasi dan sikap yang dapat mengubah atau memperkuat gaya hidup (A.S Munandar, 2001).

(26)

Sedangkan menurut Lawalata (2010) gaya hidup merupakan pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga dan kerja sosial), minat (makanan, mode, keluarga, dan rekreasi) dan opini (pendapat tentang diri mereka sendiri, isu-isu sosial, bisnis dan produk).

Kemudian menurut Kasali (1999) pada prinsipnya gaya hidup adalah bagaimana subjek menghabiskan waktu dan uangnya. Gaya hidup mempengaruhi seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.

Gaya hidup ini tergantung dari berbagai faktor diantaranya demografi, yaitu tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan, dan jenis kelamin. Oleh karena itu, keputusan remaja dalam membeli sesuatu merupakan penguatan dari proses gaya hidup mereka. Hal ini sangat berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam pembelian yang dilakukan oleh remaja.

Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya.

Seperti halnya remaja masa kini, mereka selalu mengikuti perkembangan zaman yang secara sadar maupun tidak, mempengaruhi gaya hidup mereka. Seperti halnya penampilan, gaya hidup remaja membuat mereka menaruh perhatian lebih pada penampilan.

(27)

terbaru seperti halnya blackberry, android bahkan iphone, dan selalu up-to-date

dengan segala perkembangan musik, film dan gadgetterbaru.

Setiap manusia pasti ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosialnya, banyak cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan pengakuan tersebut, salah satunya adalah dengan memiliki barang-barang yang dianggap berkelas dan mahal.

Mungkin kita sering mendengar katabrand minded pada percakapan sehari-hari. Sebenarnya kata ini digunakan untuk menafsirkan loyalitas seorang konsumen terhadap suatu merek produk, tanpa mempermasalahkan image dari merek tersebut. Tetapi masyarakat kebanyakan mengasumsikan istilah ini lebih kepada merek produk tertentu yang memiliki nilai ekslusifitas lebih dibanding produk lainnya dan tentunya produk tersebut lebih mahal ketimbang produk sejenisnya.

Gaya hidup yang mengutamakan merek seperti itu disebut sebagai gaya hidup brand minded. Brand Minded merupakan pola pikir seseorang terhadap objek-objek komersil yang cenderung berorientasi pada merek eksklusif dan terkenal (McNeal, 2007). Dari hal tersebut di atas bahwa gaya hidup dan penampilan sangat penting dalam kehidupan remaja agar dapat diterima di kalangan kelompok sosialnya.

(28)

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2004).

Dalam sebuah teori hirarki pengambilan keputusan yang diungkapkan oleh Mowen dan Minor (2002), menyatakan bahwa dalam mengambil sebuah keputusan membeli pertama-tama konsumen membentuk kepercayaan tentang sebuah obyek, kemudian mengembangkan afeksi terhadap obyek tersebut, dan akhirnya melakukan beberapa perilaku relatif terhadap objek tersebut (misalnya, pembelian sebuah produk). Hal ini sesuai dengan fenomena sebagian besar remaja di Indonesia, mereka percaya bahwa blackberry merupakan produk smartphone

yang sesuai dengan gaya hidup mereka. Pola ini disebut juga hierarki pembelajaran standar (standard learning hierarchy) atau disebut juga hierarki dengan keterlibatan tinggi (high-involvement hierarchy).

Keterlibatan merupakan situasi motivasi yang berasal dari tingkat kepentingan pembelian yang melekat pada konsumen. Semakin tinggi keterlibatan dalam keputusan membeli, maka konsumen cenderung terlibat dalam pencarian informasi yang ekstensif, hingga membentuk kepercayaan yang besar terhadap semua alternatif produk. Selain itu konsumen juga melakukan evaluasi dan membandingkan alternatif tersebut. Melalui aktivitas ini maka terbentuklah sebuah sikap tertentu pada konsumen, hingga menghasilkan perilaku pembelian produk atau jasa (Mowen & Minor, 2002)

(29)

membentuk sikap terhadap berbagai alternatif merek, korporasi atau obyek lainnya.

Model multiatribut mengasumsikan bahwa konsumen menggunakan pendekatan hirarki keterlibatan tinggi dimana kepercayaan mengarah pada formasi sikap, yang selanjutnya mengarah pada perilaku pembelian.

Schifmann & Kanuk (2004) juga mengemukakan komponen-komponen sikap yang disebut tricomponent attitude model. Model ini mengidentifikasikan tiga faktor utama yang memprediksi sikap.

1. Kognitif. Pengolahan informasi pengetahuan dan persepsi tentang obyek sikap. Pengetahuan dan informasi tentang objek sikap membentuk suatu kepercayaan yang mengarahkan kepada suatu perilaku.

2. Afektif. Komponen afeksi merupakan emosi atau perasaan terhadap obyek sikap. Yaitu perasaan suka atau tidak suka, baik atau buruk, senang atau tidak senang terhadap obyek sikapnya.

3.

Konasi. kecenderungan untuk bertingkah laku. Dalam pemasaran dan penelitian tentang konsumen, komponen tentang konasi sering disamakan dengan ekspresi untuk membeli.

Demikian pula halnya perilaku konsumen dalam membeli Smartphone

blackberry dipengaruhi pula oleh sikap konsumen mengenai produk itu sendiri, baik dari segi harga, mutu atau kualitas, maupun garansi yang diberikan oleh produsen.

(30)

konsumen terhadap produk smartphone tertentu (blackberry) diharapkan dapat menentukan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang terhadap produk tersebut, berarti konsumen mau menerima atau merasa senang terhadap produk

smartphone. Sehingga bila produk tersebut ditawarkan kemungkinan besar akan dibeli oleh konsumen.

Jadi sikap yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan membeli produk smartphone blackberry, dapat dilihat dari keterlibatan konsumen dalam melakukan pembelian, semakin terlibat konsumen tersebut maka semakin besar kepercayaan konsumen pada produk sehingga semakin besar pula peluang sikap untuk menjadi perilaku pembelian.

Sejati (2008) telah melakukan penelitian tentang hubungan antara sikap terhadap produk elektronik Cina dengan keputusan membeli. Hasil yang didapatkan bahwa sikap tidak berperan signifikan dalam menentukan variabel keputusan membeli produk elektronik Cina.

Lalu penelitian lain juga dilakukan oleh Triyani (2009) tentang Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (Survei Pada Pengunjung Nokia Care Bimasakti Malang). Dari penelitian tersebut dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan sikap terhadap keputusan membeli handphone Nokia.

(31)

Berdasarkan literatur tersebut, hampir semua sekolah SMA di Jakarta Selatan bahkan di daerah Tangerang Selatan, mengizinkan siswa-siswi nya membawa blackberry ke sekolah. Hal tersebut memang sudah lazim dilakukan khususnya di sekolah swasta, oleh karena itu peneliti mengambil sampel penelitian di sekolah SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai (BSD). Kemudian untuk melengkapi informasi mengenai sampel penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa-siswi SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai pada tanggal 3 Oktober 2011. Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut : 1. Menurut Reza alasan mengapa membeli blackberry adalah dapat lebih mudah

berkomunikasi dengan orang lain khususnya orang tua melalui fitur BBM (Blackberry Meseenger) dan mengikuti perkembangan zaman.

2. Menurut Devika alasan membeli blackberry adalah selain mengikuti perkembangan zaman yaitu bisa BBM-man, update status melalui social networkingatau sejenisnya dimana dan kapan saja.

3. Menurut Edo alasan membeli blackberry adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi dengan browsingdan mengikuti trend.

4. Sedangkan menurut Devita alasan tidak membeli blackberry adalah selain karena fiturnya yang kurang bagus, menurutnya BB biasa digunakan untuk pebisnis dan tidak tertarik untuk menggunakannya.

5. Kemudian menurut Thiara BB itu batereinya cepat habis dan banyak

(32)

Berdasarkan latar belakang serta studi pendahuluan yang telah dijelaskan di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh Sikap Terhadap Produk, Konsep Diri dan Gaya Hidup Brand Minded, Terhadap Keputusan

Membeli Smartphone Blackberry Pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong

Damai”. Namun pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitan hanya pada

smartphone blackberrysaja karena hampir semua remaja khususnya tingkat SMA menggunakannya sebagai alat untuk berkomunikasi.

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan sikap dari aspek kognitif, afektif, konasi, gaya hidup brand minded dari aspek aktifitas, minat, opini dan demografi dari pendapatan orang tua dan uang saku per bulan terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai?

2. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap keputusan membeli

(33)

1.2.2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang ada. Maka peneliti hanya membatasi masalahh yang menjadi objek penelitian yaitu “Pengaruh Sikap Terhadap produk dan Gaya Hidup Brand Minded Terhadap Keputusan Membeli Smartphone

Blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai”. Dalam pembatasan masalah peneliti membatasi pernyataan variabel-variabel sebagai berikut :

1. Keputusan membeli dapat diartikan ketika individu berada pada pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau memilih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan (Schiffman dan Kanuk, 2007).

2. Gaya Hidup Brand Minded adalah gaya hidup yang dimiliki individu dimana individu tersebut dalam menghabiskan uang dan waktunya yang cenderung berorientasi pada penggunaan produk yang memiliki merek terkenal dan eksklusif, dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti produk Smartphone Blackberry (McNeal, 2007).

3. Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2004).

(34)

peneliti produk tersebut yang paling banyak dipakai semua kalangan termasuk pelajar SMA.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kontribusi sikap dari aspek kognitif, afektif, konasi, gaya hidup

brand minded dari aspek aktifitas, minat, opini dan demografi dari pendapatan orang tua dan uang saku per bulan terhadap keputusan membeli smartphone

blackberry pada siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat terhadap disiplin ilmu pengetahuan khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) pada bidang perilaku konsumen (Consumer behaviour)dengan memberikan bukti-bukti empiris pada penelitian ini.

(35)

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, maka dapat membantu pengguna smartphone blackberry khususnya para remaja untuk lebih memahami serta mengidentifikasi kebutuhannya dalam mengambil keputusan membeli smartphone.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang penelitian yang di dalamnya tercantum alasan pentingnya pentingnya penelitian dilakukan, kemudian dilanjutkan dalam sub bab

pertanyaan penelitian, serta dijelaskan tujuan, manfaat, serta sistematika penulisandari hasil penelitian ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini, dilakukan penguraian tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dalam melihat hubungan antara variable-variabel yang ingin diteliti. Yaitu meliputi definisi-definisi, jenis-jenis, temuan para ahli, dan bagaimana perkembangan penelitian terakhir yang berkaitan dengan tema penelitian .

BAB III : METODE PENELITIAN

(36)

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Merupakan presentasi dan analisis data yang berisi tentang analisa deskripftif dan uji hipotesis.

(37)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Keputusan Membeli

2.1.1 Pengertian Keputusan Membeli

Pembuatan keputusan atau decision makingialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta subjek harus membuat prediksi dan memilih salah satu diantara dua pilihan (Suharnan, 2005).

Pengambilan keputusan juga dapat diartikan sebagai proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku (Setiadi, 2008).

Sedangkan menurut Schiffman dan kanuk (2007) menyatakan bahwa keputusan membeli adalah ketika individu berada pada pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau memilih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan.

(38)

dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan.

2.1.2 Jenis-jenis Keputusan Membeli

[image:38.612.125.532.167.576.2]

Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak pertimbangannya untuk membeli. Asseal dalam Kotler yang dikutip dalam Simamora (2008) membedakan empat jenis perilaku konsumen berdasarkan derajat keterlibatan pembeli dan derajat perbedaan antara berbagai merek. Keempat perilaku tersebut diperlihatkan dalam tabel.

Tabel 2.1

Jenis-jenis Keputusan Membeli

Perbedaan merek yang

signifikan

Keterlibatan tinggi Keterlibatan Rendah

Perilaku membeli kompleks

Perilaku membeli mencari variasi

Sedikit perbedaan

merek

Perilaku membeli mengurangi

disonasi/ketidakcocokan

Perilaku membeli menurut kebiasaan

a. Perilaku Membeli Kompleks

(39)

yang satu dengan merek yang lain. Konsumen menerapkan perilaku “membeli yang kompleks” ketika mereka benar-benar terlibat dalam membeli dan mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan yang lain. Keterlibatan konsumen mencerminkan bahwa produk yang akan dibelinya merupakan produk yang mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri konsumen yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang akan membeli sebuah komputer pribadi mungkin tidak mengetahui atribut-atribut apa yang harus dicari. Oleh karena itu, mereka sangat terlibat dalam proses membeli.

b. Perilaku Membeli Mengurangi Ketidakcocokan

Tingkah laku membeli konsumen dalam si situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam membeli barang yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan di antara merek. Contohnya membeli karpet merupakan keutusan dengan keterlibatan yang tinggi karena harganya yang mahal dan merupakan suatu barang yang memberikan ekspresi diri. Namun pembeli mungkin menganggap kebanyakan merek karpet dalam suatu tingkat harga tertentu memiliki kualitas yang sama.

c. Perilaku Membeli Mencari Variasi

(40)

kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam hal ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan – sikap – tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensive

mengenai merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah.

Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukan keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek. Mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli. Jadi proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi. Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat pada beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk.

d. Perilaku membeli menurut kebiasaan

(41)

menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.

Sementara itu Engel dkk (1995) menjelaskan tipe pengambilan keputusan lebih terperinci dengan menggolongkan pengambilan keputusan menjadi 3 golongan yaitu:

1. Pengambilan Keputusan Diperluas (Extended Problem Solving)

Pada pengambilan keputusan diperluas, konsumen terbuka pada informasi dari berbagai sumber dan termotivasi untuk membuat pilihan yang tepat. Keenam tahapan proses pengambilan keputusan diikuti meskipun tidak berurutan dan akan banyak alternatif yang dievaluasi. maka keputusan ditunjukkan dalam bentuk rekomendasi pada orang lain dan keinginan untuk membeli kembali. Pada pengambilan keputusan ini, konsumen akan sangat peduli pada kualitas produk.

2. Pengambilan Keputusan Menengah (Midrange Problem Solving).

Pengambilan keputusan ini berada di antara kedua titik ekstrim yaitu pengambilan keputusan diperluas dan pengambilan keputusan terbatas. Tahap pencarian informasi dan evaluasi alternatif dilakukan juga oleh konsumen tetapi intensitasnya terbatas.

3. Pengambilan Keputusan Terbatas (Limited Problem Solving)

(42)

keinginan untuk mencoba yang baru sehingga mengarah pada ganti-ganti merek. Hanya sedikit pencarian informasi dan evaluasi sebelum pembelian atau dengan kata lain pengenalan kebutuhan mengarah pada tindakan pembelian. Pencarian yang ekstensif dan evaluasi alternatif dihindari karena proses pembelian diasumsikan sebagai hal tidak penting bagi konsumen.

[image:42.612.104.535.149.421.2]

2.1.3 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Membeli

Gambar 2.1 Tahap-tahap keputusan membeli (Simamora, 2008)

Dalam melaksanakan suatu proses pengambilan keputusan membeli, biasanya konsumen akan melalui beberapa tahapan, yaitu : tahap pengenalan, kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli dan perilaku setelah membeli.

Proses pengambilan keputusan menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995) dalam Ginting dan Sianturi (2005) pada jurnal yang berjudul pengambilan keputusan membeli ditinjau dari gaya hidup value minded meliputi 6 tahapan, yaitu :

Pengenalan Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Membeli

(43)

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pengambilan keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang didefinisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan sebenarnya, yang akan membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.

2. Pencarian Informasi

Setelah kebutuhan dikenali, selanjutnya adalah pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian internal, maka proses pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam menyelesaikan masalah (pencarian eksternal). Informasi tersebut dapat berupa :

• Sumber pribadi seperti opini dan

• sikap dari teman, kenalan dan

• keluarga,

• Sumber bebas seperti kelompok

• konsumen dan badan pemerintah,

• Sumber pemasaran seperti karyawan

• penjualan dan iklan,

• Sumber pengalaman langsung seperti

• mencoba langsung produk. 3. Evaluasi alternatif

Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatif

(44)

serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan. 4. Pembelian

Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah dipilih 5. Konsumsi

Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian. Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau menggunakan produk.

6. Evaluasi alternatif setelah pembelian

Proses pengambilan keputusan tidak berhenti pada pengkonsumsian, melainkan berlanjut ke evaluasi produk yang dikonsumsi, yang mengarah pada respon puas atau tidak puas. Setelah melakukan pembelian, konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Beberapa konsumen akan mengalami keraguan atau kecemasan tentang keputusan pembeliannya, yang dikenal sebagai pertentangan pasca pembelian atau post purchase dissonance (Munandar, 2001). Untuk mengurangi pertentangan tersebut, individu menggunakan strategi (Schiffman & Kanuk, 1983) :

a. Merasionalisasikan keputusannya sebagai keputusan terbaik,

b. Mencari informasi yang mendukung pilihannya dan menghindari produk yang berbeda.

c. Berusaha mempengaruhi teman, orang lain untuk membeli produk yang sama, atau

(45)

Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Di dalam setiap pembelian yang dilakukan, setiap konsumen akan melewati keenam tahapan pengambilan keputusan, sebagai tahapan proses di dalam melakukan tindakan pembelian.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Membeli

Menurut jurnal yang berjudul Pengambilan Keputusan Membeli Ditinjau dari Gaya Hidup Value Minded (Ginting dan Sianturi, 2005) menyatakan pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal dari lingkungan (eksternal). Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan seperti budaya, kelas sosial, pengaruh kelompok, dan keluarga dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan seseorang. Adapun beberapa hal yang bersifat individual yang dapat mempengaruhi yaitu sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap dan kepribadian dan gaya hidup serta demografi (Engel dkk, 1995).

Ketika konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu barang, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen (Kotler & Keller, 2007) adalah :

(46)

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Seseorang menciptakan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya.

b. Sub budaya

Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras, dan wilayah geografis. Banyak sub budaya yang membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c. Kelas Sosial

Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata social. Stratifikasi tersebut kadang-kadang terbentuk system kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dalam peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam kelas sosial. Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.

2. Faktor-faktor sosial :

(47)

a. kelompok referensi

Seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan seperti keluarga, teman, tetangga, rekan kerja, kelompok, keagamaan, professional, dan asosiasi perdagangan.

b. Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang sangat penting dalam masyarakat dan ia telah menjadi objek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Keluarga dibedakan menjadi dua Keluarga orientasi dan Keluarga Proreaksi. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seorang. Dan dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, ekonomi, serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Sedangkan pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari disebut dengan keluarga proreaksi yang terdiri dari pasangan dan anak-anak seseorang. c. Peranan dan Status

(48)

3. Faktor-faktor pribadi :

a. Usia dan Tahap Daur Hidup

Setiap orang membeli barang-barang berbeda pada tingkat usia tertentu dan tingkat masnusia terhadpa pakaian, perabot, rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga, konsumsi seseorang pada saat muda dan bujangan akan berbeda dengan konsumsi seseorang yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak.

b. Pekerjaan dan keadaan ekonomi

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Seorang direktur perusahaan akan mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan seorang dokter dan lain sebagainnya. Dan pilihan produk juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Pemasar barang-barang yang peka terhadap harga terus menerus memperhatikan kecenderungan penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat suku bunga.

c. Gaya hidup

Merupakan pola hidup seseorang disunia yang diekspresikan dlam aktivitas, minat, dan opini. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya.

d. Kepribadian dan Konsep diri

(49)

selalu berusaha mengembangkan citra merek yang sesuai dengan pribadi pasar yang ingin dituju.

4. Faktor-faktor Psikologis : a. Motivasi

Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk mengarahkan subjek agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu. b. Persepsi

Subjek yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan. Bagaimana subjek yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.

c. Belajar

Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku subjek individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan mempelajarinya.

d. Kepercayaan dan sikap

(50)

menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.

Sedangkan, Menurut Hawkins, Best, Coney (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli adalah factor internal dan eksternal :

1. Faktor Internal : a. Persepsi

Pemasar tidak ingin target pasarnya hanya melihat produk atau modelnya saja. Mereka ingin mengkomunikasikan atau menyampaikan sesuatu tentang produk mereka sebaik mungkin. Pemasar sering menggunakan model yang atraktif, humor, atau factor-faktor lain untuk membuat konsumen berminat. Persepsi terdiri dari kegiatan-kegiatan yang mana individu memperoleh dan memberikan makna terhadap rangsangan. Persepsi di mulai dengan

exposureAttentionInterpretationMemoryPurchase and consumption decisions.

b. Belajar

(51)

untuk sebuah iklan atau pesan lain dan cenderung terbatas karena kekurangan aktivitas elaborasi.

c. Memory

Ada dua bentuk memory, yaitu memory eksplisit dan memory implicit. Memory eksplisit ialah mengingat fakta atau peristiwa spesifik sedangkan memory implicit ialah mengetahui sesuatu tanpa kesadaran dari sumbernya. Kedua bentuk memory tersebut penting untuk pemasar tetapi memory implicit merupakan yang paling penting untuk pemahaman bagaimana tipe-tipe konsumen dan menggunakan brand images.

Memory merupakan hasil dari belajar. Pada umumnya informasi berjalan langsung pada short term memoryuntuk memecahkan suatu masalah antara dua aktivitas dasar, aktivitas elaboratif (menggunakan pengalaman, nilai, sikap untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dalam memory) dan

maintenance rehearsal (pengulangan terus-menerus dari sedikit informasi untuk terus menetap dalam memori).

(52)

d. Motif

Motivasi konsumen memberikan pengaruh yang menyebabkan perilaku aktif dan memberikan tujuan dan arahan untuk perilaku tersebut. Ada beberpapa teori motivasi diantaranya hirarki kebutuhan Maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan di atasnya dipenuhi. Ia mnegajukan lima tingkatan motivasi : psychological, safety, belongingness, esteem, and self actualization.

McGuire dalam Hawkins (2004) mengembangkan lebih rinci tentang motif, kebutuhan untuk konsistensi, atribusi, kategorisasi, objektifikasi, autonomy, stimulasi, desired outcomes (teleological), kegunaan (utility), tension reduction, ekspresif, pertahanan ego, reinforcment, assertion, affiliation, identifikasi, dan modeling.

Karena besarnya jumlah motif dan banyak perbedaan situasi pada konsumen, konflik motivasi bisa terjadi. Dalam approach-approach conflict, konsumen memilih di antara dua alternatif. Dalam approach-avoidance conflict, konsumen berpikir dampak positif dan negatif dalam keputusan membeli produk tertentu. Dan terakhir, dalam avoidance-avoidance conflict

konsumen menghadapi dua alternatif yang tidak diinginkan. e. Kepribadian

(53)

mempunyai karakteristik internal (traits) dan ada perbedaan konsisten antara individu dalam karakternya atau traits yang bisa di ukur.

Single-trait theories fokus pada satu aspek kepribadian dalam usahanya mencoba untuk memahami bagian yang terbatas dari perilaku konsumen. Kebutuhan untuk kognisi merupakan yang paling luas digunakan dalam penelitian konsumen. Multitrait theories mencoba untuk menangkap bagian yang signifikan dari kepribadian konsumen menggunakan perangkat atribut kepribadian. Model kepribadian Five-Factor paling sering digunakan dalam pendekatan multitrait.

f. Emosi

Emosi merupakan perasaan yang tidak dapat di kontrol yang mempengaruhi perilaku. Emosi terjadi ketika kejadian atau peristiwa di lingkungan atau proses mental kita memicu perubahan fisiologis, termasuk meningkatnya perspirasi, pembesaran pupil, meningkatnya detak janting dan nafas, dan gula darah yang tinggi. Hal tersebut mempengaruhi pikiran dan perilaku konsumen. Design pemasar dan posisi produk bisa meningkatkan dan mengurangi emosi. Iklan termasuk materi pembangkit emosi untuk meningkatkan perhatian, proses, mengingat, dan preferensi merek melalui

classical conditioningdan evaluasi secara langsung. g. Sikap

(54)

Komponen kognitif terdiri dari keyakinan individu atau pengetahuan terhadap suatu objek. Sedangkan perasaan atau emosi pada suatu objek merupakan komponen afektif. Komponen behavioral mencerminkan tindakan dan pernyataan intensi behavioral kepada atribut yang spesifik pada sebagian atau seluruh objek. Pada umumnya, ketiga komponen ini cenderung konsisten satu sama lain.

h. Konsep diri

Konsep diri diartikan sebagai totalitas pikiran individu dan perasaannya terhadap suatu objek. Ada empat tipe konsep diri : diri actual, diri sosial,

private self concept, dan diri ideal. Konsep diri penting untuk pemasar karena konsumen membeli dan menggunakan produk untuk mengungkapkan, memelihara, dan meningkatkan konsep diri mereka. Pemasar, khsusunya dalam pemasaran internasional, telah menemukan bahwa konsep diri bermanfaat untuk mengkarakterisasikan individu dan budayanya, apakah mereka pada dasarnya mempunyai independent self-concept atau interdependent self concept. independent self-concept

(55)

oriented. Mereka mengartikan diri mereka sebagai peran social, hubungan keluarga, kesamaan dengan anggota lain dalam kelompok mereka.

i. Gaya hidup

Lifestyle dapat diartikan sebagai bagaimana cara seseorang hidup. Hal itu merupakan fungsi dari karakteristik yang melekat seseorang individu yang telah dibentuk melalui interaksi sosial sebagai orang yang hidup melalui siklus hidupnya dan bagaimana individu mengekspresikan konsep dirinya.

2. Faktor Eksternal : a. Budaya

Budaya meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan hal-hal lainnya yang diperoleh seseorang sebagai anggota dari sebuah komunitas. Budaya memunculkan batasan atau norma terhadap perilaku seseorang dan mempengaruhi fungsi institusi yang ada di dalam masyarakat, diantaranya keluarga dan media massa

b. Sub budaya

Subkultur adalah bagian dari budaya yang lebih besar di mana anggotanya berbagi pola perilaku yang berbeda-beda.

c. Demografi

(56)

d. Status sosial

Status sosial seseorang ditentukan oleh kelas sosial orang tersebut. Status sosial diklasifikasikan berdasarkan pekerjaan, pendidikan, kepemilikan, penghasilan dan warisan.

e. Kelompok acuan

Kelompok referensi adalah kelompok yang nilai atau perspektifnya dijadikan panutan atau acuan oleh anggotanya dalam perilaku keseharian mereka. Jenis kelompok referensi bermacam-macam, contohnya keluarga dan lingkungan kantor.

f. Keluarga

Keluarga merupakan institusi terkecil di dalam masyarakat. Setiap keluarga menganut nilai dan norma yang berbeda serta mempunyai pola yang unik dalam membelanjakan uang.

g. Aktivitas marketing

(57)

2.1.5 Peran Individu Dalam Keputusan Membeli

Kegiatan membeli yang nyata hanyalah merupakan salah satu tahap keseluruhan proses mental dan kegiatan fisik lainnya yang terjadi dalam proses membeli pada suatu periode tertentu dan pemenuhan kebutuhan tertentu. Dalam keputusan membeli barang konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau membeli. Umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan oleh subjek. Menurut Simamora (2008), ada kalanya kelima peran ini dipegang oleh satu subjek tetapi seringkali oleh beberapa subjek. Kelima peran dalam proses keputusan membeli meliputi :

1. Pencetus

Subjek yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa.

2. Pemberi Pengaruh

Subjek yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan. 3. Pengambil keputusan

Subjek yang mengambil kepuusan untuk setiap komponen keputusan membeli. 4. Pembeli

Subjek yang melakukan membeli yang sesungguhnya 5. Pemakai

(58)

2.2 Gaya Hidup

Menurut Kotler dan Keller (2007) menyatakan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Sependapat dengan Setiadi (2008) gaya hidup secara luas diidentifikasikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktifitas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan / minat) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat).

Sementara itu menurut Rhenald Kasali (1999) gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Gaya hidup mempengaruhi seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.

Gaya hidup menurut Hawkins (dalam Munandar, 2001) adalah “it is the product you buy, how tou use them, and what you think about them. It is the

manifestations of your self image or self concept, a total image you have of

yourself as a result of the culture you live in and the individual situations and

experiences that comprise your daily existence. It is the sum of your past decisions

and future plans.”

(59)

hidupnya. Jadi gaya hidup dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri individu dan faktor-faktor luar individu seperti budaya, status sosial, kelompok acuan, dan keluarga. Perubahan gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat lainnya. Bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola tingkah laku individu dalam membeli suatu produk, bagaimana menggunakannya, dan apa yang dipkirkan konsumen tentang produk yang dimiliki dan berhubungan dengan bagaimana subjek menghabiskan waktu (kegiatan), lingkungan mana yang mereka anggap penting (minat), dan bagaimana mereka melihat diri dan sekelilingnya (pendapat).

2.2.1 Gaya Hidup Brand Minded

Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola hidup seseorang di dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat, opini.

Selanjutnya Nas & Sande dalam jurnal yang berjudul pengambilan keputusan membeli ditinjau dari Gaya hidup value minded (Ginting dan Sianturi, 2005) mendefinisikan gaya hidup sebagai sebuah konstruk kesadaran dari frame of reference yang diciptakan relatif bebas oleh individu untuk menguatkan identitasnya dalam pergaulan dan membantunya dalam komunikasi.

(60)

McNeal (2007) adalah pola pikir seseorang terhadap objek-objek komersil yang cenderung berorientasi pada merek eksklusif atau terkenal. Jadi, dapat disimpulkan gaya hidup brand minded merupakan gaya hidup individu yang berorientasi pada penggunaan produk-produk yang memiliki merek eksklusif atau terkenal.

2.2.2 Pengukuran Gaya Hidup

Terdapat tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengukur gaya hidup, yaitu yang dikemukakan oleh Nas dan v.d Sande; Activities, Interest, Opinion (AIO);

value and lifestyle(VALS). Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan dibawah ini :

1. Nas dan v.d Sande

Hasil penelitian yang dilakukan Nas dan v.d Sande merujuk pada kerangka acuan yang dipakai subjek dalam bertingkah laku. Nas dan v.d Sande (1985) dalam Susianto (1993) yang dikutip dalam Lusprenty (2009) membagi gaya hidup ke dalam lima dimensi, yaitu :

a. Dimensi Morfologis

Dimensi ini merujuk pada aspek lingkungan dan demografis. Dari dimensi ini ingin diketahui sejauh mana individu menggunakan kota dan fasilitasnya dalam aktivitas-aktivitas mereka.

b. Dimensi Hubungan Sosial

(61)

c. Dimensi Domain

Melalui dimensi domain ini diperoleh informasi mengenai pola aktivitas individu.

d. Dimensi Makna

Dimensi ini berkaitan erat dengan dimensi hubungan sosial. Dimensi ini menggali bagaimana individu memberi makna pada kegiatan-kegiatan. Setiap individu memiliki kegiatan yang sama, tetapi dapat memberikan makna yang berbeda pada kegiatan tersebut.

e. Dimensi Gaya

Dimensi ini merujuk pada aspek lahiriah dari gaya hidup tanpa simbol-simbol yang digunakan dan nilai simboliknya yang diberikan oleh individu. Dimensi ini juga ingin melihat pentingnya gaya bagi individu.

2. AIO (Activity, Interest, Opinion)

Psikografik merupakan istilah yang sering digunakan bergantian dengan pengukuran AIO, atau pernyataan untuk menggambarkan aktifitas, minat, dan opini konsumen. Beberapa peneliti menggunakan A sebagai Attitude (sikap), tetapi aktifitas merupakan pengukuran gaya hidup yang lebih baik karena mengukur apa yang orang lakukan.

Reynolds dan Darden dalam Engel, Blackwell & Miniard (1995) memberikan gambaran tentang komponen AIO sebagai berikut :

Activities (kegiatan) adalah tindakan yang nyata seperti menonton suatu medium,

(62)

baru. Walaupun tindakan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk tindakan

tersebut jarang dapat diukur secara langsung. Interest (minat) akan semacam

objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan yang menyertai perhatian

khusus maupun terus-menerus kepadanya. Opinion (Opini) adalah “jawaban”

lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respons terhadap situasi stimulus

dimana semacam “pertanyaan” diajukan. Opini juga digunakan untuk

mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi serta kepercayaan mengenal

maksud orang lain, antisipasi, sehubungan dengan peristiwa masa datang, dan

penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari

jalannya tindakan alternatif”(Engel, 1995).

Aktivitas merupakan wujud dari aksi atau tindakan yang dilakukan seseorang (dapat diobservasi) seperti berbelanja ke toko, memberi tahu kepada teman suatu produk baru, dan tindakan lainnya.

Minat (Interest), merupakan derajat kesenangan yang menyertai perhatian khusus dan berkelanjutan pada objek, kejadian, atau topik.

Opini merupakan “jawaban” lisan atau tulisan yang diberikan oleh seseorang sebagai respon terhadap stimulus berupa pertanyaan. Opini ini digunakan untuk menjelaskan interpretasi, harapan, dan evaluasi seperti beliefs

atau keyakinan mengenai intensi orang lain, dan antisipasi terhadap kejadian yang akan datang.

(63)

• Activity Question yang menanyakan pada konsumen tentang apa yang dilakukan, apa yang dibeli, dan bagaimana mereka mengisi waktu.

• Interest Questions yang fokusnya pada pilihan-pilihan dan prioritas konsumen.

[image:63.612.127.536.64.597.2]

• Opinion Questions yang menggali tentang pandangan konsumen dan perasaannya mengenai berbagai hal.

Tabel 2.2

Dimensi Gaya Hidup AIO

AKTIVITAS MINAT OPINI

Bekerja Keluarga Diri Sendiri

Hobi Rumah Isu-isu Sosial

Kegiatan Sosial Pekerjaan Politik Liburan Kemasyarakatan Bisnis

Hiburan Rekreasi Ekonomi

Keanggotaan klub Mode Pendidikan

Komunitas Makanan Produk

Belanja Media Masa Depan

Olahraga Prestasi Budaya

(64)

Pernyataan-pernyataan dalam AIO ini dapat berupa pernyataan-pernyataan umum dan pernyataan-pernyataan spesifik (lebih berhubungan dengan produk-produk tertentu atau merek produk tertentu).

c. Value dan Lifestyle (VALS)

Aplikasi yang paling populer dari penelitian psikografik oleh manajer pemasaran adalah program VALS SRI Consulting Business Intelligence's (SRIC-BI). Di kenalkan pada tahun 1978 dan di revisi pada tahun 1989. VALS menyediakan klasifikasi yang sistematik pada orang Amerika dewasa ke delapan segmen yang berbeda. VALS yang diperbarui mempunyai dasar-dasar psikologis yaitu aktivitas dan minat (Hawkins, Best, Coney, 2004).

Luspentry (2009) menyatakan ada beberapa cara melihat gaya hidup, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Tabel 2.3

Kelebihan dan Kekurangan Pengukuran Gaya Hidup

Teknik Kelebihan Kekurangan

Nas dan v.d.

Sande

Dapat menghasilkan deskripsi gaya hidup yang sangat terperinci mengenai kelompok subjek.

• Tidak memberikan aturan ketat mengenai bagaimana bermacam-macam dimensi dapt dirangkum

(65)

waktu dan tenaga

VALS 1 dan

VALS 2

Teknik ini paling banyak digunakan karena segmentasi yang dihasilkan dipercaya bersifat universal dan dapat ditetapkan pada populasi untuk produk apa saja.

Gambar

Tabel 2.1Jenis-jenis Keputusan Membeli
Gambar 2.1 Tahap-tahap keputusan membeli (Simamora, 2008)
Tabel 2.2Dimensi Gaya Hidup AIO
Gambar 2.2BAGAN KERANGKA BERPIKIR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dengan uji hipotesis, uji regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien regresi yang paling besar adalah variabel loyalitas merek, hal ini menunjukkan

PENGARUH GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN PERAN KELOMPOK ACUAN TERHADAP MINAT BELI PRODUK SMARTPHONE SAMSUNG..

Kemudian gaya hidup yang dihasilkan adalah pengguan Blackberry lebih memilih dan menyukai gaya hidup yang mengikuti tren masa kini terbukti dengan sikap dan

Hubungan Sikap terhadap Clubbing dan Konformitas Teman Sebaya dengan Gaya Hidup Hedonis ... Hubungan Sikap terhadap Clubbing dengan Gaya Hidup

Hasil analisis membuktikan hubungan antara gaya hidup terhadap sikap menunjukan nilai koefisien standardized diperoleh sebesar 0,595 dan nilai CR diperoleh sebesar

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup brand minded dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada

Pengaruh Gaya Hidup X1, Citra Merek X2, dan Brand Ambassador X3 Terhadap Keputusan Pembelian Hasill peilneilliltilan ilnil meilmbuktilkan bahwa gaya hildup X1, ciltra meilreilk X2,

Nilai adjusted R Square sebesar 0,654 menjelaskan brand image, brand trust dan gaya hidup dapat mempengaruhi keputusan pembelian smartphone iPhone di Kota Pekanbaru sebesar 65,4%