• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan blackberry dalam pembentukan gaya hidup siswa MAN 4 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan blackberry dalam pembentukan gaya hidup siswa MAN 4 Jakarta"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BLACKBERRY DALAM

PEMBENTUKAN GAYA HIDUP SISWA MAN 4

JAKARTA

Disusun Oleh: Nama: Azharina Rizky

NIM: 106032201094

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana model gaya hidup di kalangan siswa dan bagaimana konsekuensi penggunaan Blackberry. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Sedangkan pengumpulan data untuk mendapatkan gambaran tentang interaksi dalam gaya hidup penggunaan Blackberry serta konsekuensinya dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada siswa MAN 4 Jakarta yang menggunakan Blackberry. Jumlah populasi yang digunakan seluruhnya berjumlah 291 siswa kelas 2, dipilih secara acak (random sampling), 32 siswa atau 11% dari total populasi, terdiri dari 16 siswa yang menggunakan Blackberry sebagai data primer dan 16 siswa yang tidak menggunakan Blackbery sebagai data pembanding atau pendukung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Setiap manusia pasti memiliki pola pikir dan cara pandang tentang segala hal, karena pada setiap manusia dilengkapi dengan akal. Dari permasalahan-permasalahan yang sering dihadapinya akan melahirkan satu padanganan tentang bagaimana cara atau solusi untuk menghadapi permasalahan-permasalahan itu. Selain itu bahasa membentuk cara berpikir orang-orang dan cara melihat kenyataan, sama halnya dengan Blackberry siswa memiliki tangg`apan yang berbeda-beda, ada yang beranggapan baik dan ada pula yang beranggapan tidak baik terhadap gadget satu itu. Bentuk interaksi yang terjadi dengan teman sebaya, orangtua yaitu melalui face to face (tatap muka) atau dengan alat seperti blackberry atau handphone biasa. Dan gaya hidup yang dihasilkan pengguna Blackberry lebih memilih bergaya hidup yang mengikuti trend masa kini sedangkan non pengguna Blackberry memilih bergaya hidup yang biasa-biasa saja.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya serta para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Blackberry dalam Pembentukan Gaya Hidup Siswa MAN 4 Jakarta.”

Skripsi ini tidak akan bisa rampung tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Zulkifly, MA selaku Kepala Jurusan Program Studi Sosiologi dan Ibu Dra. Joharotul Jamilah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

5. Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi sosiologi atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi.

6. Keluargaku tercinta, Penulis sangat berterima kasih kepada Ayahanda Asep Nanda W. dan Ibunda Dra. Zulmaidar atas segala kepercayaan, pendidikan, semangat, kesabaran pengorbanan dan segala doa yang mereka panjatkan untuk penulis, agar penulis sukses dan berhasil dalam penulisan skripsi ini dengan nilai yang baik. Terimakasih untuk adik-adikku, Reza Fatahillah dan Muhamad Fakhrurrozi, yang telah mengisi hari-hari dalam kebersamaan di dalam keluarga.

(8)

8. Bapak Elang (guru BK) beserta staf pengajar lainnya dan kepala TU beserta staf MAN 4 Jakarta yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan data-data yang dibutuhkan dan adik-adik MAN 4 Jakarta yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancara oleh penulis.

9. Semua pihak yang telah membentu dalam penyelesaiaan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis sadari tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah Swt. Begitu pula dengan skripsi ini, karena itu saran dan kritik dari para pembaca untuk perbaikan di masa mendatang sangat penulis harapkan.

Jakarta, 18 Agustus 2011

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tinjauan Pustaka ... 3

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Manfaat Penelitian ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan10 BAB II : KERANGKA TEORI A. Modern dan Modernisasi...11

B. Gaya Hidup...18

C. Interaksi Sosial...24

(10)

B. Sejarah Berdirinya MAN 4 Jakarta...31

C. Visi dan Misi MAN 4 Jakarta...33

BAB IV : Gaya Hidup Siswa MAN 4 Jakarta dalam Menggunakan Blackberry

A. Budaya Pemakai Blackberry dan Non Blackberry...39 B. Interaksi Sosial Pemakai Blackberry dan Non Blackberry...44 C. Gaya Hidup Pemakai Blackberry dan Non Blackberry...50

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...59 B. Saran...60

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang, dan sedang berupaya membangun masyarakat secara berkelanjutan menuju masyarakat modern. Menurut Pool, modernisasi sangat luas artinya, mencakup proses memperoleh citra (image) baru seperti citra tentang arah perubahan atau citra tentang kemungkinan perkembangan. Proses mendapatkan citra baru ini dimungkinkan oleh media massa; karena itu masyarakat dihadapkan pada alternatif baru dan pada keharusan untuk memilih. (Luner, 1993: 416)

Masa depan bangsa Indonesia bisa dilihat ketika kita mengamati perkembangan teknologi saat ini. Hal tersebut mengakibatkan gaya hidup modern yang mulai menyebar dimana-mana di kalangan remaja ataupun orang dewasa. Gaya hidup adalah hasil interprestasi seseorang terhadap lingkungan hidupnya sejak usia dini, pembentukan gaya hidup di peroleh anak-anak dari pengalamannya, bila gaya itu telah terbentuk, respon anak terhadap situasi yang baru akan ditentukan oleh gaya hidupnya yang khas itu. (Narwoko, 2007:185)

(12)

Remaja akan berusaha melakukan berbagai cara untuk menjaga dan meperbaiki apa yang menurut mereka kurang menarik, remaja akan berusaha untuk terus mengkomsumsi barang-barang baru dengan membeli tanpa batas, sehingga menggiring remaja untuk tidak hemat dan menjauh dari pola hidup sederhana.

Keberadaan teknologi kini telah mengubah hampir semua tatanan kehidupan manusia, mulai dari berinteraksi, belajar, bekerja dan berbisnis. Pada prinsipnya teknologi ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih mudah berkomunikasi ataupun melakukan sesuatu. Teknologi informasi menjadi terbuka dan bahkan seolah-olah telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat saat ini sehingga masyarakat yang belum memiliki kemampuan teknologi informasi dinilai belum mengikuti perkembangan globalisasi.

(13)

ruang komunikasi sosial seseorang jadi terkuras habis saat ketagihan teknologi canggih ini.

Berdasarkan latar belakang dan persoalan diatas, tertarik untuk membahas

dan menjadikan sebuah penelitian skripsi dengan judul “Penggunaan

Blackberry dalam Pembentukan Gaya Hidup Siswa MAN 4 Jakarta.”

B. Tinjauan Pustaka

Banyak penelitian yang mencoba mengambil tekonologi sebagai tema utamanya diantaranya Rafita Sri Rejeki Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai studi tentang Perilaku Mahasiwa Dalam Memanfaatkan Facebook Sebagai Media Pemasaran (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perilaku Mahasiswa S1 Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dalam Memanfaatkan Facebook Sebagai Media Pemasaran Fashion)”. Temuan penelitiannya menjelaskan, Perkembangnya teknologi masa kini yaitu khususnya Teknologi Informasi Internet, Facebook.

Facebook bahkan sekarang bertambah fungsinya. Sekarang Facebook bukan

hanya menjadi situs jaringan pertemanan sosial saja, tetapi sudah bertambah fungsi yaitu menjadi salah satu media yang digunakan untuk memasarkan atau mempromosikan produk yang salah satunya adalah fashion. (Rejeki, 2010: 15)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Pertama,

Facebook merupakan situs jejaring sosial yang sekarang bertambah fungsi

(14)

secara online. Kedua, pemasaran fashion melalui Facebook dipandang baik oleh semua mahasiswa yang dalam hal ini sebagai informan. (Rejeki, 2010: 97) Ketiga, Adapun beberapa perilaku mahasiswa dalam memanfaatkan media pemasaran fashion yaitu Facebook di antaranya adalah perilaku mahasiswa yang acuh tak acuh terhadap pemasaran fashion via Facebook; hanya sekedar melihat pemasaran fashion via Facebook saja; perilaku yang melihat pemasaran fashion via Facebook kemudian melakukan interaksi yaitu memberikan komentarnya; perilaku mahasiswa yang melihat dan mengambil keputusan untuk menjadi konsumen online. (Rejeki, 2010: 102) Keempat, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam memanfaatkan media pemasaran fashion via Facebook adalah faktor budaya, ketertarikan terhadap fashion yang dipasarkan, faktor dari dalam diri, faktor harga barang, pengaruh dari luar dan faktor pilihan yang beragam.

(15)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para kaum muda memiliki berbagai karakter individual di dalam satu kelompok. Ada diantara kelompok yang diteliti memiliki kesamaan "alasan berkelompok", meskipun "sifat kelompok" mereka berbeda-beda. Opini mereka terhadap kaum muda adalah lebih terbuka, cepat dewasa, ekspresif dan lebih babas. Konsep Cool, menurut mereka adalah orang yang kepribadiannya cuek (acuh), gayanya enak dilihat, tampil apa adanya tanpa harus menarik perhatian orang. Sedangkan funky, lebih kepada penampilan yang aneh ataupun tidak seperti orang pada umumnya.

Namun kedua konsep tersebut bagi mereka masih ada kerancuan satu sama lainnnya. Sebagian dari mereka memandang optimis terhadap masa depan dan sebagian lagi pesimis. Tantangan terberat adalah menjelang pasar terbuka dan masa depan negara. Mereka cenderung mengikuti berbagai isu yang terjadi dalam masyarakat, baik itu sosial, politik, bisnis, ekonomi, budaya dan lingkungan. Alasan kuat mereka menggunakan internet karena tidak adanya keberpihakan, meskipun tidak dapat dipercaya sepenuhnya. (Triswati, 2001: 6) Media televisi menurut pendapat mereka cenderung mempengaruhi gaya hidup mereka terutama dalam penampilan dan Tata bicara. Penggunaan media internet cenderung masih dalam tahap awareness dan perannya untuk berkomunikasi atau chatting dengan teman atau orang baru (hubungan personal) dan mendapatkan informasi terkini.

(16)

menyelesaikan permainan dan memberikan hiburan (diversion) untuk ... dari kegiatan sehari-hari mereka. Dari ketiga teknologi media yang diteliti, televisi merupakan bagian dari kehidupan kaum muda yang tidak dapat dipisahkan, karena sejak kecil televisi menjadi "pengasuh" mereka. Sedangkan internet

dan video game, mereka menganggap cenderung belum menjadi bagian

kehidupan mereka. Bagi mereka, tidak berinternet atau main video game, kehidupan mereka sebagai anak muda tetap dapat dijalaninya.

Dengan demikian berdasarkan penelitian tersebut belum ditemukan penelitian yang terkait dengan gaya hidup modern di kalangan siswa Aliyah. Oleh karenanya peneliti membatasi penelitian ini dengan pemahaman siswa tentang Blackberry sebagai gaya hidup modern. Gaya hidup modern disini adalah perilaku siswa yang mengikuti trend yang berlaku pada saat ini walaupun tidak sesuai dengan kata hati. Siswa disini adalah orang yang sedang belajar di sebuah sekolah menengah umum. Sekolah yang dimaksud adalah MAN 4 Jakarta.

C. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. Bagaimana model gaya hidup di kalangan siswa?

(17)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana model gaya hidup yang terjadi antar siswa dalam menggunakan Blackberry.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk interaksi pengguna Blackberry dan non pengguna Blackberry.

3. Untuk mengetahui cara pandang siswa terhadap gaya hidup.

Selain itu, manfaat yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran obyektif dan nyata tentang gaya hidup di kalangan siswa melalui penggunaan Blackberry.

2. Menambah pengetahuan dan literature kepustakaan tentang gaya hidup di kalangan siswa Aliyah, khususnya bagi mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu politik dalam kajian sosial. Sehingga, hasil dari penelitian ini nantinya akan dapat dijadikan asupan untuk penelitian selanjutnya.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

(18)

terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. (Azwar, 2005: 8)

2. Data Penelitian

Data-data yang didapat bersumber dari penelitian lapangan (field

research). Data tersebut berupa 291 siswa kemudian di data jumlah yang

menggunakan Blackberry terdapat 32 siswa lalu diambil 50% dari populasi, terdiri dari 16 siswa yang menggunakan Blackberry sebagai data primer, sedangkan 16 siswa lain yang tidak menggunakan Blackberry merupakan data pendukung atau pembanding. Adapun teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui:

a. Wawancara, teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan kepada responden yang dikemas dalam bentuk kuesioner. Adapun model wawancara yang penulis akan gunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.1 (Arikunto, 1998: 145-146)

b. Observasi, yaitu dengan melakukan observasi langsung ke MAN 4 Jakarta.

1

(19)

3. Subyek dan Obyek Penelitian

Adapun subyek dari penelitian ini adalah para siswa MAN 4 Jakarta. Sedangkan obyek penelitiannya adalah model gaya hidup siswa yang terjadi ketika menggunakan Blackberry, dan dampak penggunaan Blackberry terhadap siswa.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dengan analisis data secara kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, maupun penelitian kepustakaan kemudian dideskripsikan dalam bentuk uraian, sehingga data itu dapat dimengerti. Dengan demikian penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Pelaksanaan analisisnya dilakukan pada saat masih di lapangan dan setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data-data sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penulisan. Data-data tersebut bisa berupa informasi-informasi dari siswa, guru dan lain sebagainya.

(20)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan penulisan dalam penyusunan skripsi ini, maka dalam penyajiannya penulis membagi secara sistematis ke dalam lima bab yang secara garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tinjauan pustaka, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II: Kajian Teori berisi tentang modern dan modernisasi, gaya hidup, dan interaksi sosial.

BAB III: Gambaran Umum ini membahas tentang gambaran Subyek Penelitian, Sejarah Berdirinya MAN 4 Jakarta, dan tujuan dan visi misi MAN 4 Jakarta.

BAB IV: Gaya Hidup Siswa MAN 4 JAKARTA Dalam Menggunakan Blackberry berisi tentang Budaya Pemakai Blackberry dan non Blackberry, Interaksi Sosial Pemakai Blackberry dan non Blackberry, dan gaya hidup pemakai Blackberry dan non Blackberry.

(21)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Modern dan Modernisasi 1. Pengertian Modern

Kata modern sudah begitu meluas di seluruh dunia. Sebutan dan

ejaan “modern” secara umum diakui berasal dari bahasa Inggris. Bagi

generasi terdahulu, pengertian modern dimaksudkan sebagai sesuatu yang lebih maju atau yang menunjukkan adanya perubahan dari sesuatu yang

lama menjadi yang baru. Sebagai lawannya dikatakan “masih

terbelakang”, atau agar lebih etis maka disebut “sedang berkembang.”

Dalam bahasa Inggris modern berarti terbaru atau yang baru-baru ini ditemukan dan dikembangkan, sedangkan dari bahasa latin kuno modo bermakna baru saja. (Hassanuddin, 2009: 776)

(22)

Adapun suatu gaya atau mode tertentu yang muncul belakangan di era modern dan kemudian menjadi in, disebut sebagai trend. Sedangkan trend yang sudah diterima oleh masyarakat kemudian mewabah karena banyak permintaannya, lalu dinamakan trendy. Baik trend maupun modern pada dasarnya merupakan bantuk hasil karsa dan cipta manusia yang kreatif. Munculnya suatu daya kreatifitas paling mutakhir dan dinilai

“cukup berani” di tengah suasana kehidupan modern.

2. Pengertian Modernisasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia modernisasi adalah proses pergesaran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 924) Menurut Pool, modernisasi sangat luas artinya, mencakup proses memperoleh citra (image) baru seperti citra tentang arah perubahan atau citra tentang kemungkinan perkembangan. Proses mendapatkan citra baru ini dimungkinkan oleh media massa; karena itu masyarakat dihadapkan pada alternatif baru dan pada keharusan untuk memilih. (Luner, 1993: 416)

Menurut pandangan Chodak dalam buku Sztompka; Sosiologi

Perubahan Sosial, modernisasi adalah contoh khusus dan penting dari

(23)

modernisasi itu berjalan melalui proses akulturasi, bahwa modernisasi terjadi melalui suatu kontak dengan masyarakat barat dan melalui suatu pengambilalihan kebudayaan.

Modernisasi menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material, dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya, modernisasi selalu dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi. Modernisasi adalah dimana modernisasi dapat dilihat sebagai suatu perubahan fisik yaitu cara-cara tradisional kearah modern atau penggunaan teknologi atau mesin serta dari pola pikir yaitu pola pikir tradisional menjadi pola pikir rasional, praktis dan efisien. Modernisasi adalah tindakan bergaya modern, tindakan atau proses menyebabkna untuk memenuhi berpikir modern atau bertindak. (Adam Kuper dan Jessica Kuper, 200: 672)

(24)

Giddens menggambarkan kehidupan modern berawal di Eropa abad 17 sebagai sebuah “Juggernaut” (panser raksasa). Pada akhir abad ke-20, banyak yang berpendapat, kita bertahan di pembukaan zaman baru, dimana ilmu pengetahuan sosial harus menanggapi dan kita yang melakukan melebihi modernitas itu sendiri. (Giddens, 2005: 10) Modernitas dalam bentuk panser raksasa ini sangat dinamis. Kehidupan

modern adalah sebuah “dunia yang tak terkendali” dengan langkah,

cakupan, dan kedalaman perubahannya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem sebelumnya. (Ritzer dan Goodman, 2004: 553)

Sedangkan modernitas menurut Giddens terdiri dari tiga ciri dinamis: ciri pertama ruang dan waktu. Dalam masyarakat pramodern, waktu selalu dikaitkan dengan ruang dan pengukuran waktu biasanya tidak tepat. Dengan modernisasi, waktu dibakukan ukurannya dan kaitan antara waktu dan ruang diputus. Dalam hal ini, baik waktu maupun ruang

“dikosongkan” dari isinya; tak ada waktu dan ruang khusus yang istimewa;

keduanya menjadi bentuknya yang murni. Dengan datangnya modernitas, ruang makin lama dipisahkan dari tempat, berhubungan dengan orang yang berjauhan jarak fisik makin lama makin besar peluangnya.

Ciri kedua yakni pemisahan; pemisahan adalah “pelepasan” relasi

(25)

mengorganisir bidang material dan lingkungan sosial dimana kita hidup sekarang. Sistem ahli adalah mekanisme pemisah karena ia menyokong

pemisahan ruang dari waktu dan menyediakan “jaminan” harapan pada

ruang dan waktu yang berjarak. (Giddens, 2005: 27)

Dan ciri ketiga yakni kepercayaan (trust), yang sangat penting dalam masyarakat modern dipengaruhi oleh sistem abstrak dan oleh pemisahan ruang dan waktu yang sangat besar. Kepercayaan menjadi perlu bila kita tidak lagi mempunyai informasi lengkap tentang fenomena sosial. Kepercayaan sangat besar perannya tak hanya dalam masyarakat modern pada umumnya, tetapi juga terhadap tanda simbolik dan sistem keahlian yang membantu memisahkan kehidupan dalam dunia modern. (Giddens, 2005: 29)

Penyebaran itu kemudian dianggap sebagai sesuatu yang biasa sehingga masyarakat dunia dibagai menjadi dua kategori yaitu negara maju, negara yang telah mengalami modernisasi dan negara sedang berkembang, negara yang sedang mengadakan modernisasi. Sebagai suatu proses sosial, modernisasi cenderung tak dapat ditetapkan batasan-batasannya secara mutlak, karena meliputi proses yang sangat luas, dan mencakup berbagai sesi kehidupan dan kepentingan berbeda untuk tiap daerah dan wilayah tertentu. (Schoorl, 1980:1)

(26)

terutama oleh para generasi mudanya. Hal terlihat pada banyaknya kelakuan yang menyimpang dari sifat modernisasi yang hakiki itu sendiri. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang latah. Kita adalah bangsa yang suka mengulang, mengikuti, mengimitasikan diri dengan hal-hal yang bahkan kadang tidak kita ketahui makna esensialnya.

Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut:

a. Menerapkan cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat, melalui sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana baik.

b. Memiliki sistem administrasi negara yang baik dan benar-benar mewujudkan demokrasi.

c. Mempunyai sistem pengumpulan data yang baik, teratur dan akurat serta terpusat dalam suatu lembaga dan badan tertentu.

d. Penciptaan iklim yang baik dan mendukung (favorable) dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa yang efektif.

e. Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.

f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

3. Manusia Modern

(27)

kecenderungan yang kuat sehingga timbul ciri-ciri manusia modern sebagai berikut:

a) Manusia modern adalah orang yang bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru maupun penemuan-penemuan baru, intinya tidak ada sikap apriori atau prasangka.

b) Manusia modern senantiasa siap untuk menerima perubahan-perubahan, setelah dia menilai kekurangan-kekurangan yang dihadapainya pada saat itu.

c) Manusia modern lebih banyak berorientasi ke masa kini dan masa mendatang.

d) Manusia modern senantiasa harus menyadari potensi-potensi yang ada pada dirinya dan yakin bahwa potensi-potensi tersebut dapat dikembangkannya.

e) Manusia modern percaya pada kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam meningkatkan kesejahteraan manusia. (Soekanto, 1983:60-61)

B. Gaya Hidup

1. Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam

(28)

pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).

(http://lifestyle-awan.blogspot.com/2009/03/pengertian-gaya-hidup.html) Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan seperangkat praktik dan sikap yang masuk akal dalam konteks waktu.

Menurut David Channey dalam artikel Kentoznoism, gaya hidup telah menjadi ciri sebuah dunia modern artinya, siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Tentang konsep gaya hidup, Channey memberikan suatu definisi sebagai berikut:

“Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu

orang dengan orang lain. (http://www.kentoznoism.com/2011/02/gaya-hidup-hedonis-remaja-modern.html)

(29)

mengambil keputusan sendiri (menetapkan pilihan-pilihan) dan mampu menghadapi perubahan.

Sedangkan dalam masyarakat tradisional atau pramodern, status, hubungan dan keterkaitan sosial lebih didasarkan pada apa atau siapa seseorang; latar belakang keluarga atau keturunan, suku atau ras, gender (pria atau wanita), dan usia. Selain itu, memang ada juga pertimbangan kemampuan (capability), tetapi lebih bersifat fisik (jagoan) atau magis (paranormal). Struktur yang mewarnai suatu masyarakat tradisional berintikan kekerabatan, kesukuan, atau keagamaan. Struktur yang bersifat primordial itu tertutup bagi yang lain di luar hubungan-hubungan itu dan tidak bersifat sukarela.

Dibandingkan dengan saat ini, orang zaman dulu hidup dalam penjara gaya. Sedang dalam masyarakat modern, walaupun gaya berkembang pesat, ia juga mencirikan suatu ketiadaan acuan akan nilai tertinggi dan melahirkan sekularisasi atau perkembangan ke arah keduniawian. Adanya penilaian terhadap suatu produk ditentukan oleh pola pikir dan nilai-nilai yang berkembang dan berlaku dalam masyarakat, di mana hal ini dapat menular dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui media komunikasi.

(30)

dasarnya merupakan bantuk hasil karsa dan cipta manusia yang kreatif.

Munculnya suatu daya kreatifitas paling mutakhir dan dinilai “cukup

berani” di tengah suasana kehidupan modern.

2. Teori Tentang Gaya Hidup

Gaya hidup (life style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain dalam banyak hal tidak sama, bahkan ada yang kecenderungan masing-masing kelas mencoba mengembangkan gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan kelas yang lain. Berbeda dengan kelas sosial rendah yang umumnya bersikap konservatif di bidang agama, moralitas, selera pakaian, selera makanan dan lain-lain gaya hidup dan penampilan kelas sosial menengah dan atas umumnya lebih atraktif dan eksklusif. (Narwoko J, 2007 :183)

Giddens dalam artikel Memperbincangkan Gaya Hidup dalam

Prespektif Anthony Giddens, ingin menunjukkan gaya hidup tidak lagi

(31)

Bagaimana gaya hidup (lifestyle) menata sesuatu menjadi suatu kesatuan, menjadi sebuah pola yang kurang-lebih punya keteraturan. Bagi Giddens identitas diri adalah suatu proyek yang diwujudkan, yang dipahami oleh para individu dengan cara-cara pendirian mereka sendiri, dan cara-cara menceritakan, mengenai identitas personal dan biografi mereka. (Kuper Adam, 2008: 150) Menurut Giddens, identitas diri tidak diwariskan atau statis, melainkan menjadi suatu proyek refleksif, yang menjadi sebuah nilai dari kehidupan seseorang. Pada wilayah ini, berbicara identitas diri semakin masuk pada wilayah ideologis tertentu, yang melandasi kenapa seseorang harus bergaya.

(32)

Giddens menyatakan bahwa nilai-nilai kebarat-baratan, khususnya yang ada di wilayah Eropa Barat, telah berkembang dan menjadi identitas kultural bangsa Timur. Berarti, gaya hidup semacam gaya berbusana, gaya busana, tren-tren tentang sesuatu, bukan nilai asli yang ada di Indonesia. Ini adalah adobsi dan hasil pemaksaan budaya yang disenangi oleh orang-orang pribumi. Untuk mengurai masalah identitas diri dan identitas kultural ini, Giddens telah membantu dengan mencetuskan teori strukturasi. (Pilliang, 2003: 78) Teori ini memiliki tiga dimensi pokok, yaitu: adanya pemahaman yang menyatakan cara seseorang memahami sesuatu; pembentukan moralitas yang menyatakan cara bagaimana seharusnya sesuatu itu dilakukan; terdapat kekuasaan dalam bertindak, bagaimana cara mencapai suatu keinginan. (Giddens, 2004: 172-174)

(33)

dan bagian dari sistem sosial yang terbentuk. Image negatif dan positif tentang gaya hidup sesuatu, merupakan konsekuensi masing-masing yang harus diterima oleh orang-orang yang bergaya.

C.INTERAKSI SOSIAL

1. Pengertian Interaksi Sosial

Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersama antara manusia dan manusia

atau manusia dan kelompok tersebut terjadi “hubungan” dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-masing. Sedangkan untuk mencapai keinginan itu harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal-balik, hubungan inilah yang disebut interaksi. Interaksi terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi dari individu lainnya.

(34)

dalam bentuk tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. bila interaksi itu berdasarkan pada tindakan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka kecil kemungkinan hubungan tersebut berjalan lancar.

Menurut George Herbert Mead, agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib dan teratur dan agar anggota masyarakat bisa berfungsi secara

“normal”, maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak

sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain. (Narwoko dan Bagong Suyanto, 2007: 20) Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya.

(35)

mereka. Sebagaimana dikemukakan oleh Simmel, makna istilah “orang

asing” berubah seiring dengan datanganya modernitas. Dalam kebudayaan

pramodern, dimana komunitas lokal selalu saja menjadi basis bagi

organisasi sosial yang lebih luas, “orang asing” mengacu kepada “orang

secara keseluruhan” seseorang yang datang dari luar dan yang potensial

untuk dicurigai.

Pada masyarakat modern sebaliknya, umumnya kita tidak berinteraksi

dengan orang asing sebagai “orang secara keseluruhan” dengan cara yang

sama. Khususnya ketika di kota, kita berinteraksi kurang lebih secara terus-menerus dengan orang lain yang kita tidak kenal dengan baik atau tidak pernah kita jumpai sebelumnya, namun interaksi ini lebih merupakan kontak yang relatif singkat. Berlangsungnya suatu proses interaksi tidak terlepas dari faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.

2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

(36)

a. Kontak sosial

Kontak sosial merupakan tahap pertama terjadinya hubungan sosial. Istilah kontak sosial berasal dari kata Latin, yaitu crum atau

con, yang berarti „bersama-sama‟ dan tangere yang berarti

„menyentuh‟. Secara harafiah, kontak berarti bersama-sama

menyentuh, tetapi dalam pengertian sosiologis, kontak tidak selalu berarti sentuhan fisik. Sebagai gejala sosial, orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa sentuhan fisik, misalnya berbicara dengan orang lain melalui telepon. (Narwoko dan Bagong Suyanto, 2007: 22) Kontak tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantara, misalnya telepon, radio, surat, dan lain-lain. Sedangkan kontak secara langsung adalah suatu kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialog antara kedua belah pihak tersebut.

(37)

atau salah satu pihak, sehingga mengakbitkan suatu pertentangan atau perselisihan.

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:

1) Antara orang-perorangan, misalnya anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya.

2) Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalanya seseorang tindakannya berlawanan dengabn norma-norma masyarakat.

3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Misalnya dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik lainnya di dalam pemilihan umum.

b. Komunikasi

(38)

Komunikasi sosial adalah persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Menurut Soejono Soekanto komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilakuan orang lain yang terwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap terhadap perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Kemudian orang tersebut memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. (Soekanto, 2007: 60) Hal ini berarti, apabila suatu hubungan sosial tidak terjadi komunikasi atau tidak saling mengetahui dan tidak saling memahami maksud masing-masing pihak, maka tidak terjadi komunikasi sosial.

Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Selarik lirikan, misalnya, ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang yang bersangkutan merasa kurang senang atau bahkan sedang marah.

(39)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Gambaran Subyek Penelitian

Sekolah MAN 4 Jakarta kelas XI berjumlah 291 siswa terdiri dari kelas Reguler dan Internasional. (Lihat lampiran, tabel 3.1) Siswa MAN 4 Jakarta yang memiliki Blackberry jumlahnya 32 orang, diambil 50% jadi ada 16 orang yang diwawancarai. Dan diambil juga 16 orang non pengguna Blackberry sebagai pembanding dari yang menggunakan Blackberry.

Dari 16 responden yang menggunakan Blackberry diwawancari dapat diketahui peminat Blackberry tipe gemini lebih banyak dari jenis kelamin perempuan. Sedangkan laki-laki lebih variatif dalam memilih tipe Blackberry. Alasan mereka memilih seluler merk Blackberry adalah karena orang tua mereka yang memberinya tanpa mereka minta, karena Blackberry tipe gemini memiliki tampilan yang sesuai untuk remaja, selain itu ada juga alasan karena seluler mereka yang lama hilang kemudian gantinya dengan Blackberry.

(40)

dan dimana saja karena setiap saat ada saja yang mengajaknya ngobrol atau sekedar buka-buka internet.

16 responden lainnya yang tidak menggunakan Blackberry lebih memilih menggunakan handphone yang bisa menggunakan internet seperti Nokia, Samsung, Sony Ericsson dan lain-lain. Alasan mereka memilih handphone biasa bukan Blackberry karena orangtua tidak membelikannya karena harganya terlalu mahal sehingga membeli handpone biasa, selain itu mereka kurang tertarik menggunakan Blackberry karena takut ketagihan dan bisa menyita waktu.

Handphone yang mereka miliki mempunyai perbedaan dengan Blackberry yaitu tidak ada layanan push email, BBM dan sebagainya tetapi handphone biasa juga bisa menggunakan layanan internet karena ada layanan browsing walau tidak secepat dan senyaman Blackberry. Responden yang tidak menggunakan Blackberry tidak memiliki kebiasaan selalu pegang Handphone kapan pun dan dimana saja karena yang mereka lakukan hanya sms, telepon atau internetan yang bisa saja tertunda karena melakukan hal lain.

B. Sejarah Berdirinya MAN 4 Jakarta

(41)

muslim. MAN 4 Model Jakarta seakan membawa angin segar bagi setiap umat muslim di tengah hiruk pikuknya kemajuan zaman yang secara drastis mengubah gaya hidup manusia. (http://man4-jakarta.com/)

MAN 4 Model telah menghadirkan sebuah cakrawala baru di dunia pendidikan Indonesia yang senantiasa melahirkan para intelektual-intelektual muslim yang mampu memberi coretan indah di lembaran baru Indonesia. Pada tahun 1999 di seluruh Indonesia Sekolah Menengah Keguruan ditiadakan. Untuk Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) beralih fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) sesuai dengan SK Menteri Agama RI.No.64 tahun 1990, tanggal 29 April 1990. MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan adalah satu Lembaga Pendidikan Agama Islam Negeri sebagai alih fungsi dari PGAN 28 Jakarta berdasarkan SK Menteri Agama RI No.42 tahun 1992. (http://man4-jakarta.com/)

(42)

Pada tahun 1998 MAN 4 Jakarta atas berbagai prestasi yang diraih sehingga ditetapkan sebagai MAN Model untuk DKI Jakarta oleh Menteri Agama RI sesuai surat keputusan Dirjen Binbaga Islam tanggal 20 Februari 1998. Dan pada tahun 2008 MAN 4 Jakarta menjadi Madrasah Standar Nasional. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan UU sistem Pendidikan Nasional, maka pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional sesuai surat keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama Prov. DKI Jakarta. (Katalog Man 4 Jakarta)

C. Visi Misi MAN 4 Jakarta

Berdasarkan katalog MAN 4 Jakarta terdapat visi dan misi serta fasilitas, dan lain-lain yang terdapat dalam sekolah. (Katalog Man 4 Jakarta) 1. Visi

“Pengembang Pendidikan Islami Unggul dalam Prestasi” 2. Misi

(43)

siswa, guru dan seluruh komponen madrasah lainnya untuk belajar dan kerja keras, mendorong madrasah sebagai wahana pengembangan potensi siswa. (Katalog Man 4 Jakarta)

3. Kelas Internasional

Bukti penerapan visi dan misi sekolah ini menerapkan kurikulum sebagai Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI) MAN 4 Jakarta selain menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum Keagamaan Kementerian Agama juga menerapkan Kurikulum Internasional Foundation Program (IFP) untuk kelas-kelas internasional dan mengembangkan kurikulum muatan lokal. Pengembangan, sejak tahun pelajaran 2006/2007 MAN 4 Jakarta mengembangkan kurikulum madrasah dengan menambah materi pelajaran yang berorientasi life skill (kecakapan hidup) sebagai bekal melanjutkan ke perguruan tinggi ataupun bekal di dunia kerja. (Katalog Man 4 Jakarta) Materi-materi pelajaran tersebut adalah:

a. Program TOEFL, dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan seluruh peserta didik dalam berbahasa Ingris, diharapkan lulusan MAN 4 Jakarta memperoleh skor TOEFL rata-rata 450.

(44)

Kurikulum yang diterapkan pada kelas Internasional merupakan kombinasi antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan Kurikulum Internasional Foundation Program (IFP) yang meramu kurikulum pada sekolah-sekolah Sister School MAN 4 Jakarta di negara-negara lain yang sudah maju. Sebagai embrio Madrasah Bertarsf Internasional (MBI) yang kami target kan kesetaraannya dengan dunia Internasional pada 2013, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang berkualitas berwawasan nasional dan global, mempersiapkan lulusan yang memiliki sumber daya saing tinggi mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri yang terkemuka di dalam negeri, dan mempersiapkan lulusan yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi di luar negeri tanpa tes seleksi, dan dapat langsung masuk pada tahun kedua. (Katalog Man 4 Jakarta)

4. Kebijakan mutu

(45)

5. Sasaran mutu

Tercapainya tingkat kepuasan pelanggan sebesar 80%, peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan sebesar 95% sesuai standar tenaga pendidik dan kependidikan, tercapainya tingkat kelulusan ujian nasional 100% dengan kualifikasi A, tercapainya tingkat kelulusan SNMPTN sebesar 60% dari jumlah pendaftar pada perguruan tinggi terkemuka, dan 95% pada seluruh perguruan tinggi negeri, terwujudnya prestasi belajar sebesar 75% pada setiap lomba akademik dan non akademik yang diikuti, terwujudnya peningkatan kualitas input peserta didik dengan perolehan kenaikan skor rata-rata sebesar satu poin dari tahun sebelumnya. (Katalog Man 4 Jakarta)

(46)

6. Fasilitas

Di atas tanah seluas 2,2 hektar, berdiri kampus MAN 4 Jakarta yang memiliki sarana prasarana sesuai dengan Pemendiknas No. 24 Tahun 2007 yaitu terdiri dari: (Katalog Man 4 Jakarta)

a. Hotspot area

b. Ruang belajar dilengkapi dengan LCD, AC, dan Sound System c. Lab. IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi)

d. Lab. Bahasa dan Komputer

e. Ruang Multimedia dan Workshopz f. Ruang Bimbingan Konseling

g. PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama) h. Asrama (daya tampung 80 siswa) i. Kantin dan koperasi

j. Lapangan olahraga (sepak bola, volly, basket dan futsal) k. Masjid

l. Kebun apotik hidup m.UKS dengan dokter jaga

n. Lapangan parkir yang luas dan aman

7. Ekstrakulikuler

(47)

manajerial melalui kegiatan OSIS. (Katalog Man 4 Jakarta) Kegiatan ekstrakulikuler mencakup:

a. Bahasa (English Club Conversation (ECC), Kajian Jurnalistik Sekolah (KJS), dan Bahasa Arab).

b. IPTEK (Desain grafis, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).

c. Seni dan Budaya (Kolaburasi seni musik tradisional dan modern, kaligrafi, band, marawis, Forum Muzakaroh dan Kandungan

al-Qur‟an (FMIK), Remaja Islam Prima (ROHIS PRIMA).

d. Olahraga (sepak bola, basket, volly, futsal, karate, dan bulutangkis). e. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (pencinta alam, paskibra dan

(48)

BAB IV

GAYA HIDUP SISWA MAN 4 JAKARTA DALAM MENGGUNAKAN BLACKBERRY

A. Budaya Pemakai Blackberry dan Non Blackberry

Peminat smartphone Blackberry di dunia meningkat, walau harganya masih terbilang sangat mahal, namun Indonesia merupakan negara peminat terbesar di dunia produk asal Kanada ini. Perkembangan teknologi telekomunikasi semakin hari menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Apalagi kini para konsumen diperkenalkan oleh perangkat smartphone Blackberry yang memiliki layanan komunikasi yang cepat. Meningkatnya pertumbuhan pemakai Blackberry, termasuk di Indonesia memang tidak lepas dari semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan akses internet dan email, boleh dibilang kini masyarakat sudah melek teknologi.

Ini bisa terlihat dari menjamurnya warung internet atau warnet disudut-sudut kota. Apalagi dengan memiliki Blackberry, para pengguna seakan dimanjakan oleh kecanggihan smartphone asal Kanada ini. Dengan menggunakan Blackberry, dimanapun dan kapanpun dapat mengakses internet dan email, aktifitas tentu saja menjadi mudah dan cepat.

(49)

bahasa membentuk cara berpikir orang-orang dan cara melihat kenyataan, sama halnya dengan Blackberry siswa memiliki tanggapan yang berbeda-beda. Ada yang beranggapan baik dan ada pula yang beranggapan tidak baik terhadap gadget satu itu. Berikut adalah wawancara pendapat siswa tentang keburukan dari gadget yang sedang trend saat ini.

Menurut Sabrina;

“Blackberry yang jenis trackball cepet rusak terus kalau di perbaiki biaya servicenya mahal, kadang suka pending ketika BBM dan softwarenya suka rusak kalau pakai theme yang tidak sesuai dengan Blackberry.” (wawancara dengan Sabrina, pada tanggal 26 Mei 2011)

Sedangkan menurut Gibran senada dengan Sabrina;

“Blackberry yang jenis trackball cepet rusak dan seharusnya aplikasinya harus sesuai dengan tipe-tipe lama karena tipe yang lama jadi ketinggalan sedangkan tipe baru semakin maju.” (wawancara dengan Gibran, pada tanggal 24 Mei 2011)

Berbeda halnya dengan Maesha;

“ngeselin kak soalnya saya pakai yang jenis trackball dan itu sensitif kalau nggak hati-hati memakainya dan biaya servicenya mahal.” (wawancara dengan Maesha, pada tanggal 26 Mei 2011)

(50)

Sedangkan beberapa siswa lain berpendapat bahwa gadget yang mereka miliki tidak seburuk pendapat orang disekitarnya. Mereka selalu berpikir positif tentang apa yang sudah dimiliki dan tidak terpengaruh dengan pendapat orang sekitar yang selalu menjudge dengan tidak berperasaan. Berikut adalah wawancara dengan siswa-siswi yang berpendapat positif tentang gadget yang mereka miliki.

Menurut Annisa. N;

“Bagus kak soalnya saya nyaman dan mudah ketika mau browsing apa

saja.” (wawancara dengan Annisa. N, pada tanggal 25 Mei 2011) Putri. N;

“bagus kak soalnya saya kadang kalau ada persentasi di kelas suka

pakai Blackberry kan kalau handphone biasa nggak ada sama koneksi

internetnya lumayan cepat.” (wawanvara dengan Putri. N, pada tanggal 26

Mei 2011) Putri Ayu;

“bagus kak soalnya termasuk handphone yang canggih bisa melakukan apa saja dalam bentuk sebesar ini dan termasuk barang yang mewah.”

(wawancara dengan Putri Ayu, pada tanggal 24 Mei 2011)

(51)

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama 2 hari di MAN 4 ditemukan bahwa siswa-siswi yang menggunakan Blackberry ketika pelajaran kosong atau tidak ada guru dan hanya diberi tugas, hal pertama yang mereka lakukan adalah mengecek Blackberry dan sibuk membalas pesan-pesan yang masuk dan belum sempat dibalas. Setelah merasa puas membalas pesan-pesan tersebut mereka baru memulai mengerjakan tugas yang diberikan tetapi waktu sudah tidak cukup lagi sehingga dengan alasan bel pulang sekolah sudah bunyi dan pekerjaannya belum selesai mereka minta untuk dijadikan pekerjaan rumah. Hal tersebut sudah membudaya dan menjadi kebiasaan dikalangan pengguna Blackberry sehingga nilai-nilai yang ditanamkan tidak dipegak kuat oleh pengguna Blackberry yang mengakibatkan suka menunda pekerjaan yang wajib dikerjakan dan melakukan ha-hal yang nantinya akan merugikan diri sendiri.

Berbeda dengan non pengguna Blackberry, yang mereka lakukan ketika pelajaran kosong dan hanya diberi tugas oleh guru mereka langsung mengerjakannya sehingga pekerjaan mereka tidak terbengkalai dan selesai tepat pada waktunya dan bisa mengerjakan hal-hal lain seperti pergi ke musholah atau hanya mengobrol dengan teman sebangkunya yang juga sudah menyelesaikan pekerjaannya. Walaupun ada juga beberapa siswa yang juga sibuk mengecek handphonenya dan sibuk internetan tapi tidak sesibuk yang dilakukan oleh pengguna Blackberry. (hasil observasi 22-23 Mei 2011)

(52)

membuat hubungan diantara mereka renggang dan malah harmonis. Berikut adalah wawancara dengan responden yang memberi tanggapan baik.

Menurut Annisa. M;

“Hem baik-baik saja sih asalkan itu tidak merubah dia menjadi orang yang suka BBM dan tidak memperhatikan pelajaran, bukan karena saya tidak suka Blackberry tapi yah lebih baik bisa memposisikan diri dengan baik agar bisa fokus dalam pelajaran.” (wawancara dengan Annisa. M, pada tanggal 24 Mei 2011)

Sedangkan menurut Rosyidah;

Biasa saja, karena itu hak mereka untuk memilih Blackberry dan sudah menjadi konsekuensi mereka kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.” (wawancara dengan Rosyidah, pada tanggal 25 Mei 2011)

Dan menurut Rifan Tio;

“Biasa saja, asal dia tidak buka yang macam-macam karena mudahnya berinternet dan tidak terlalu fokus dengan bBlackberry supaya bisa

memanage waktu dengan baik.” (wawancara dengan Rifan Tio, pada

tanggal 26 Mei 2011)

(53)

Menurut Ramadhini;

“Hem gimana ya biasa saja, Cuma mikirnya yah sayang-sayang saja uangnya dibuang-buang hanya untuk blackberry.” (wawancara dengan Ramadhini 24 Mei 2011)

Dan menurut Aryani;

“Mereka memilih Blackberry karena ikut-ikutan dan sedang trend saja

seharusnya bisa dilihat juga dari segi manfaatnya.” (wawancara dengan Aryani, 24 Mei 2011)

Dari waawancara diatas terlihat bahwa pendapat mereka juga tidak ada salahnya karena kita jika ingin memilih sesuatu harus dipertimbangkan apakah barang yang kita beli berguna dan bermanfaat jangan hanya sekedar ikut-ikutan teman atau hanya untuk dibilang sudah bergaya. Mungkin seperti itulah budaya yang telah masuk ke Indonesia awalnya dari sekedar ikut-ikutan kemudian menjadi kebiasaan dan tidak bisa dihilangkan kebiasaan tersebut sehingga masuklah budaya memiliki gadget secanggih-canggihnya.

Di zaman sekarang yang serba modern dan praktis, menuntut masyarakat untuk tidak ketinggalan dalam segala hal termasuk dalam bidang teknologi. Banyak orang yang berlomba-lomba ingin menjadi yang terbaik dalam hal pemahaman teknologi. Tetapi mereka tidak suka memanfaatkan teknologi internet yang disediakan oleh sekolah, seperti website yang memang di sediakan bagi siswa untuk mengetahui apa saja tentang sekolah, siswa mengetahui dan mengerti apa fungsi dari website tersebut tetapi keinginan untuk mengunjungi dan melihat-lihat tidak ada di dalam pikiran mereka.

Menurut Fadlia tentang website sekolah;

“aku tahu kak website sekolah itu apa, tapi aku nggak suka

(54)

aja dan nggak harus buka website aku juga udah tahu apa aja yang terjadi

di sekolah.” (wawancara dengan Fadlia, 25 Mei 2011)

Tanggapan Fadlia mewakili semua siswa yang diwawancara tentang website sekolah karena mereka memang tidak tertarik dengan mengunjungi atau sekedar melihat-lihat karena menurut mereka isi dari website tersebut hanya tentang profil, daftar kelulusan, siswa-siswa yang mendapat penghargaan dan lain sebagaianya. Hal-hal tersebut sudah mereka ketahui melalui majalah dinding atau dari pembicaraan secara langsung jadi ketika membuka website dan isinya sama mereka jadi bosan dan akhirnya malas untuk membuka-buka kembali.

B. Interaksi Sosial Pemakai Blackberry dan Non Blackberry

Sebagai makhluk sosial, manusia hidup dalam sebuah masyarakat, saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Manusia tidak bisa hidup individual, ia sangat bergantung pada orang lain. Siswa-siswa MAN 4 Jakarta mempunyai cara yang beragam dalam berinteraksi dengan sesamanya, selain melalui face to face mereka menggunakan teknologi yang sedang trend di kalangan siswa yaitu Blackberry.

(55)

melakukan percakapan secara berkelompok atau conference, mengirimkan pesan suara maupun mengirimkan lokasi dimana kita berada.

Layanan Messenger ini dibuat khusus bagi pemilik Blackberry dan dirancang khusus untuk berkomunikasi di antara pengguna. Cara menggunakan BlackBerry Messenger adalah dengan penghubung nomor PIN yang juga eksklusif dimiliki masing-masing perangkat BlackBerry. Blackberry merupakan perangkat seluler yang di gemari oleh berbagai kalangan, baik remaja, mahasiswa bahkan sampai orang tua.

Dari 16 pengguna Blackberry yang telah diwawancara dan berdasarkan observasi ternyata rata-rata intensitas pengguna Blackberry 11 dari 16 (68.75%) sering menggunakan BBM sebagai alat komunikasi, 3 dari 16 (18.5%) responden jarang menggunakan BBM sebagai alat komunikasi dan 2 dari 16 (12.5%) pengguna tersebut sangat sering menggunakannya sebagai alat komunikasi. (Lihat Lampiran, tabel 4.2)

(56)

membentuk perilaku dan sikap mereka dalam memilih berkomunikasi dan aktivitas sehari-harinya dan mungkin akan dipengaruhi oleh teman-temannya.

Menurut Afifah salah satu responden yang sering menggunakan layanan BBM dan alasannya kenapa menggunakannya;

“Dengan menggunakan Blackberry messanger akan mempermudah

dalam berkomunikasi, karena tidak menggunakan pulsa, berbeda dengan SMS. Selain itu juga di dalam Blackberry Messenger dapat membuat grup sesama pengguna Blackberry Messenger. Sehingga lebih mudah dan juga

simple.” (wawancara dengan Afifah, pada tanggal 26 Mei 2011)

Oleh karena itu mereka lebih memilih BBM sebagai komunikasi yang gampang digunakan karena merupakan salah satu syarat terjadinya interaksi sosial yaitu melalui alat sebagai perantara yaitu Blackberry sehingga menimbulkan hubungan yang baik dan saling pengertian satu sama lain dan saling menguntungkan di kedua belah pihak.

Selain itu siswa yang jarang menggunakan layanan BBM berbeda pendapat dengan yang sangat sering dan sering menggunakan layanan tersebut. Karena bisa menggunakan sarana komunikasi lain seperti, SMS ataupun media komunikasi lainnya untuk memberikan informasi dan bertukar cerita terhadap teman mereka dimana dan kapan saja. Sehingga tidak terpaku dengan layanan BBM saja dan memanfaatkan layanan lain seperti SMS dan media komunikasi lainnya.

Menurut Annisa salah satu responden yang jarang menggunakan layanan BBM;

“Saya jarang menggunakan BBM soalnya selain BBM bisa berkomunikasi melalui SMS atau telepon. Karena dengan begitu saya bisa lebih konsentrasi dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru

(57)

Sedangkan yang jarang menggunakan hubungan yang terjalin tidak sebaik yang dilakukan oleh orang-orang yang sering menggunakan BBM sebagai media interaksi satu sama lain. Terlihat perbedaan antara yang sering dan jarang menggunakan BBM yaitu dalam konsentrasi siswa menangkap pelajaran. Seperti siswa yang sering menggunakan layanan BBM maka konsentrasinya hanya terpusat pada media BBM tersebut sehingga waktu yang mereka gunakan hanya untuk layanan BBM dan melupakan tugasnya untuk belajar atau mengerjakan PR yang diberikan oleh guru.

Kemudian yang jarang menggunakan layanan BBM konsentrasinya dalam menangkap pelajaran tidak terganggu karena bisa membagi waktu antara BBM dan belajar. Hal tersebut didasari oleh tidak adanya peraturan tidak boleh menggunakan handphone di dalam kelas, sehingga siswa bisa menggunakan media komunikasinya dengan bebas. Tetapi ketika yang mengajar adalah guru killer mereka baru tidak menggunakan handphonenya. Oleh karena itu pengguna Blackberry cenderung memilih berkomunikasi dengan cara yang mereka anggap modern melalui layanan BBM, karena hal tersebut sangat memudahkan mereka dalam bertukar informasi atau membuat janji ketemu dimana dan kapan saja.

(58)

Blackberry, kedua jadi lebih mudah berkomunikasi dan memberikan informasi dengan teman, dan terakhir bisa digunakan untuk persentasi didalam kelas karena bisa langsung terhubung ke komputer yang ada proyeksinya.

Sedangkan dampak buruk yang dirasakan diantaranya adalah pertama membuat ketagihan, mereka jadi kecanduan dalam menggunakan BBM sehingga setiap saat selalu mengontrol apakah ada yang mengajaknya mengobrol melalui BBM, sehingga hati dan pikirannya hanya terpusat pada hal tersebut. Kedua yaitu membuat khawatir karena tidak henti-hentinya melihat dan memantau Blackberry. Karena memiliki smartphone seperti Blackberry memang menyenangkan bagi sebagian orang. Tetapi ketika terjadi

hal yang tidak diinginkan maka menimbulkan kekhawatiran seperti kenapa

jaringannya suka error, BBM suka tertunda gara-gara sinyal tidak ada dan

sebagainya.

(59)

Berbeda dengan non pengguna Blackberry mereka berkomunikasi melalui media lain yang tidak mempunyai layanan BBM seperti handphone Nokia, Samsung, Sony Ericsson, dan lain-lain. Pergaulan yang terjadi diantara mereka tidak seintensif pengguna Blackberry karena terbatasnya waktu karena mereka berpendapat berkomunikasi dapat dilakukan tidak hanya dengan lewat BBM tetapi juga bisa memakai SMS atau mengobrol biasa (face to face) karena komunikasi bisa di lakukan kemana dan kepada siapa saja.

Menurut Dhini yang tidak menggunakan Blackberry;

“Aku tidak menggunakan Blackberry karena malas dan terlalu berlebihan. Karena aku menganggap tidak perlu menggunakan handphone blackberry dan tidak harus selalu mengikuti trend yang ada di antara teman-teman. Lagian handphone aku yang sekarang masih

bagus dan akses internetnya hampir sama dengan Blackberry.”

(wawancara dengan Dhini, pada tanggal 24 Mei 2011)

Jadi pergaulan penggunan non Blackberry tidak menganggu hubungannya dengan teman sebaya, orangtua atau masyarakat sekitar karena selalu bisa mengatur waktunya dengan baik antara belajar dan bersenang-senang sehingga prestasi belajar mereka tidak menurun dan beribadah dengan baik. Mereka juga tidak selalu bergantung dengan media komunikasi melalui telepon seluler tetapi dengan variasi lain seperti email, Twitter dan Facebook. Mereka memanfaatkan social networking untuk mencari dan memberikan informasi, karena kedua hal tersebut merupakan jaringan sosial yang sedang

trend di kalangan siswa sehingga jika mereka tidak menggunakannya mereka

(60)

Sehingga tidak ada perbedaan diantara mereka walaupun merk handphone yang digunakan berbeda. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita memahami tujuan dari teknologi tersebut dan bagaimana menggunakannya. Berbagai bentuk teknologi harus dapat digunakan oleh manusia untuk kebaikan dan bukan sebaliknya. Teknologi tidak boleh mengatur manusia. Manusialah yang harusnya mengatur teknologi. Karena itu kesejahteraan manusia merupakan tujuan utama dari keberadaan teknologi.

Hal itu terbukti bahwa Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya.

C. Gaya Hidup Pemakai Blackberry dan Non Blackberry

Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam

(61)

dunia di sekitar (opini). (http://lifestyle-awan.blogspot.com/2009/03/pengertian-gaya-hidup.html)

Dari 32 responden yang diteliti memiliki cara pandang yang berbeda terhadap gaya hidup modern. Pandangan siswa yang memiliki Blackberry, berpendapat bahwa gaya hidup modern adalah menguasai teknologi terkini, dan merupakan tantangan karena menawarkan keasyikan seperti chatting,

surfing, download dan sebagainya. Berwawasan terbuka terhadap hal-hal

baru, memiki kemampuan dan perencanaan terhadap masa kini dan dapat menaklukan alam.

Berdasarkan dari 16 orang pengguna Blackberry, mereka menganggap bahwa kehidupan dengan menggunakan Blackberry termasuk gaya hidup yang mengikuti trend. Hal itu terbukti bahwa suatu gaya hidup atau mode tertentu yang muncul belakangan di era modern dan kemudian menjadi in, disebut sebagai trend. Sedangkan trend yang sudah diterima oleh masyarakat kemudian mewabah karena banyak permintaannya, lalu dinamakan trendy. Baik trend maupun modern pada dasarnya merupakan bantuk hasil karsa dan cipta manusia yang kreatif. Munculnya suatu daya kreatifitas paling mutakhir

dan dinilai “cukup berani” di tengah suasana kehidupan modern.

(62)

saja dan kapan saja. Berikut adalah wawancara dengan responden yang mengemukakan pendapatnya tentang gaya hidup;

Menurut Satria;

“Bagus karena sekarang orang-orang udah tidak gaptek lagi, mulai mencari tahu kemajuan teknologi sekarang dan mau berpikiran terbuka terhadap segala sesuatu yang baru. Selama kita masih bisa mengikutinya, bagus-bagus aja jadi nggak ketinggalan zaman. Karena sekarang kalau

nggak mengikuti trend bisa dibilang masih kuno cara berpikirnya.”

(Wawancara dengan Satria, pada tanggal 25 Mei 2011) Sedangkan menurut Sabrina;

“bagus, karena seseorang menjadi open mind dan kehidupannya jadi nggak terlalu kaku karena mengikuti gaya hidup yang terbuka dengan

hal-hal yang baru.” (wawancara dengan Sabrina, pada tanggal 26 Mei 2011)

Oleh karena itu mereka sangat menerima hal-hal baru yang menjadi trend masa kini yang akan membuat mereka gaul dan beda dengan yang lainnya. Siswa yang menggunakan Blackberry mengakui bahwa dengan memiliki Blackberry sangat berperan dalam gaya hidup sehari-harinya. Karena dengan memiliki Blackberry dan menggunakan layanan BBM lebih memudahkan dalam berkomunikasi kemana saja dan menambah teman dimana saja, selain itu media ini sangat dibutuhkan bagi siswa yang hidupnya mulai modern. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang bergaya hidup mengikuti trend masa kini mempunyai sikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru maupun penemuan-penemuan baru, lebih berorientasi ke masa kini dan masa mendatang dan percaya pada kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam meningkatkan kesejahteraan manusia.

(63)

ketika melihatnya dan cocok tanpa pikir panjang langsung dibeli. Berbeda dengan siswa laki-laki, mereka tidak menaruh minat terhadap fashion karena menurut meeka fashion hanya cocok untuk kaum perempuan. Berikut adalah wawancara dengan siswa perempuan terhadap fashion.

Menurut Sabrina;

“Tertarik, soalnya fashion sekarang bagus-bagus jadi kalau ada yang sesuai langsung diikuti gaya fashionnya.” (wawancara dengan Sabrina, pada tanggal 26 Mei 2011)

Sedangkan menurut Annisa. N;

“Biasa saja, soalnya kadang dilihat dulu fashion sekarang bagus dan cocok nggak buat saya.” (wawancara dengan Annisa. N, pada tanggal 25

Mei 2011)

Sedangkan menurut Putri Ayu;

“Tertarik tapi nggak terlalu heboh sampai bela-belain harus beli ketika uangnya tidak mencukupi.” (wawancara dengan Putri Ayu, pada tanggal 24 Mei 2011)

Dan menurut Putri. N;

“Tertarik kalau fashionnya nyaman dipakai saya pakai tapi kalau nggak ngapain juga dipakai.” (wawancara dengan Putri. N, pada tanggal 26 Mei 2011)

(64)

Menurut Gibran;

“Sedikit tertarik, soalnya saya nggak terlalu memikirkan fashion dan yang penting enak dilihat.” (wawancara dengan Gibran, pada tanggal 24 Mei 2011)

Sedangkan menurut Maesha;

“Nggak tertarik, soalnya saya nggak terlalu suka fashion.” (wawancara dengan Maesha, pada tanggal 26 Mei 2011)

Dan menurut Yogi;

“Kurang tertarik, soalnya saya nggak terlalu memikirkan fashion dan yang penting enak dilihat.” (wawancara dengan Yogi, pada tanggal 25 Mei 2011)

Dari wawancara diatas bisa dilihat bahwa laki-laki memang tidak tertarik dengan fashion dan mereka hanya memikirkan hobi yang memang cocok dengan kemampuan mereka. Laki-laki lebih menyukai makanan dibandingkan memilih bergaya walau sebenarnya perlu juga sedikit bergaya agar tidak terlalu terlihat berantakan.

Laki-laki dan perempuan juga memiliki minat yang berbeda-beda ketika berada di luar sekolah untuk menghabiskan waktunya ketika weekend atau liburan sekolah. Anak laki-laki mempunyai minat pergi ke mall atau club di daerah Semanggi karena disitulah tempat hang out dan menghabiskan waktu mereka ketika sedang berkumpul di hari weekend atau libur sekolah. Beberapa anak laki-laki lainnya lebih memilih ke mall sama halnya dengan anak perempuan yang lebih suka ke mall. Sedangkan anak perempuan cenderung menyukai tempat-tempat yang bisa menghilangkan stres dengan

shopping atau hanya sekedar cuci mata.

(65)

Menurut Gibran, responden yang menghabiskan waktunya ke club; “Saya biasanya suka ke club di daerah semanggi kak, adalah namanya tidak usah disebut ya. Disana enak buat hangout atau hanya sekedar kumpul-kumpul karena makanan dan minuman disana enak dan

nggak terlalu mahal lah.” (Wawancara dengan Gibran, pada tangal 24 Mei 2011)

Sedangkan responden yang menghabiskan waktunya ke tempat hiburan seperti mall seperti Pondok Indah Mall, Cilandak Square (citos) atau Bintaro Plaza. Alasan mereka mengunjungi tempat-tempat tersebut juga berbeda, mereka yang uang sakunya lebih dari 100.000 akan memilih Pondok Indah Mall dan Cilandak Square karena tempat tersebut selain enak dan nyaman juga enak untuk sekedar cuci mata karena beragam tempat yang bisa dikunjungi walaupun harga pakaian, sepatu, movie theater dan lain-lain mahal.

Responden yang memiliki uang saku dibawah 100.000 akan memilih Bintaro Plaza karena menurut mereka disana lebih murah harga pakaian, sepatu, movie theater dan lain-lain dibandingkan dengan yang di citos atau di pondok indah mall, selain itu sering mengadakan obral besar-besaran di bagian fashion.

(66)

terlalu open mind sehingga membuat mereka bebas melakukan apa saja untuk memuaskan ego masing-masing dan tidak memikirkan akibatnya. Sehingga membuat hidup serba cepat atau instant dan tidak efisien.

Menurut Ramadini salah satu responden yang tidak menggunakan Blackberry dan berpandangan buruk terhadap gaya hidup modern;

“Terlalu banyak hal-hal baru yang masuk ke Indonesia sehingga kami sebagai remaja yang masih labil belum bisa memutuskan mana yang baik atau buruk sehingga suka ikut-ikutan. Selain itu gaya hidup yang modern termasuk gaya hidup yang tidak bagus karena mereka berpikir terlalu terbuka dan tidak memikirkan orang-orang disekitarnya yang hidupnya lebih kurang

beruntung dari orang tersebut.” (Wawancara dengan Ramadini, pada tanggal 24 Mei 2011)

Oleh karena itu bisa dilihat bahwa pengguna non Blackberry memandang gaya hidup modern sebagai gaya yang tidak baik karena masih labil dalam menentukan apakah yang mereka pilih dan jalani akan berdampak positif atau negatif di kehidupan sehari-hari. Selain itu mulai terbentuk cara pandang yang berbeda terhadap gaya hidup modern itu sendiri, sesuai dengan apa yang dilalui dan dirasakan oleh siswa tersebut. Walaupun gaya hidup modern tidak identik dengan menggunakan Blackberry saja tetapi dengan sikap dan perbuatan yang ditunjukkan sehari-hari dan teknologi lain tidak kalah dengan Blackberry walaupun fasilitasnya yang diberikan tidak sama.

Menurut Dimas salah satu responden yang memilih pondok indah mall dan citos;

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir

Kampanye hitam ini sendiri merupakan cara dari bakal calon untuk mempengaruhi masyarakat yang kurang paham akan politik agar memilih mereka saat pilkada berlangsunga. Cara

[r]

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROUND TABLE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Raditya Designer Art Merupakan Jasa Lukis Dinding Terbaik Di Indonesia Dengan Desain – Desainnya Yang Unik, Berbeda, Simple, Dan Menarik Yang Akan Menarik Pelanggan Agar Datang

Komposisi La Catedral movement ketiga Karya Agustin Barrios Mangore Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Untuk kebutuhan yang semakin kompleks, seperti untuk keperluan mailing , FTP ( File Transfer Protocol - kumpulan aturan atau prosedur standar yang dipakai untuk mentransfer file

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bagaimana hasil dari metode Canny dan metode Sobel untuk menentukan metode mana yang