• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 8 Di SMP Negeri 37 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 8 Di SMP Negeri 37 Jakarta"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

SITI ALFI SYAHRIN NIM: 1111015000050

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran blended learning terhadap hasil belajar IPS di SMPN 37 Jakarta. Metode

penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, dengan sampel sebanyak 66

orang yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kontrol. Intrumen yang digunakan adalah tes berbentuk pilihan ganda dan lembar observasi guru. Sebelum instrument tes digunakan, instrument ini telah diuji validitas dan reabilitas soal. Melalui validitas 50 soal, diambil 37 soal yang valid namun hanya 30 soal yang digunakan sebagai bahan tes karena untuk memudahkan dalam perhitungan dan soal tersebut sudah mewakili setiap indikator. Hasil dari tes tersebut dilakukan uji statistik menggunakan uji “t”

berdasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2,171 dan ttabel sebesar 2,036

sehingga thitung >ttabel ini berarti Ho ditolak pada taraf signifikan α = 0,05. Maka

dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara

model pembelajaran blended learning terhadap hasil belajar IPS. Hal ini

menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa.

(6)

Thesis, Economic Education Studies Program, Departement Of Social Studies Education, Faculty Of Tarbiyah And Teaching Sciences.

The porpuse of this research is to know the influence of blended learning model

to social studies achievement at 37 Junior High School Jakarta. The methods of research uses quasi experiments, samples taken as many as 66 students and divided into two classes, namely experiment class and control class. Research instrument which is used are test and teacher abservation sheet. Before instrument are used, the instrument has in validity tst of 50 question test, as many as 37 valid questions but only 30 questions were used as the test material because to ease in calculation and the questions has been representing each indicator. The result of

test were conducted using a statistica t-test base on calculating tcount of 2,171 and

2,036 ttabel so tcount > ttabel it means Ho is rejected at the level of significance α =

0,05. It can be concluded that Ha stating that there is influence on blended

learning model on students of social studies achievement.

(7)

ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad

SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya.

Skripsi ini disusun sebagai upaya untuk mendapatkan gelar sarjana

pendidikan. Skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa adanya

bantuan dari pihak lain yang telah memberikan dorongan, baik secara moril

maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, dosen pembimbing yang senantiasa

memberikan waktu, tenaga dan pikiran serta motivasi kepada penulis baik

dalam penelitian maupun menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

4. Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing Praktik Profesi

Keguruan Terpadu yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Drs. Rusdi, M.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 37 Jakarta tempat

penulis melakukan penelitian skripsi.

6. Bapak Mukhlis dan Ibu Munawaroh selaku kedua orangtua penulis yang

selalu memberikan doa, motivasi, dan semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini serta M. Hafiz Abdu, Nurul Amalia, Intan

Wulan Asri, Ilham Hudori, Syifa, Diva dan Kanaya yang selalu memberikan

semangat dalam menyeselaikan skripsi serta menjadi pelipur lara penulis di

rumah.

7. Kepada Ahmad Novel yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa

(8)

telah memberikan motivasi, semangat dan tempat berbagi cerita suka dan

duka selama proses penulisan skripsi.

9. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2011 khususnya prodi ekonomi.

10. Siswa-siswi SMP Negeri 37 Jakarta kelas VIII.C, VIII.D, dan VIII.E yang

senantiasa memberikan dukungan dan kerjasama yang baik.

11. Dan semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang dapat menambah kesempurnaan dari skripsi ini dan sebagai pelajaran bagi

penulis dalam pembuatan karya tulis yang berikutnya. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat kelak. Aamiin.

Jakarta, Agustus 2015

(9)

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK Halaman ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN A. Hakikat Belajar... 9

B. Model Pembelajaran ... 14

C. Kajian Tentang IPS ... 17

D. Kajian Blended Learning ... 21

E. Kajian Tentang Edmodo ... 27

F. Langkah-langkah Pelaksanaan Blended Learning ... 36

G. Kajian Tentang Hasil Belajar ... 36

H. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 40

I. Kerangka Berpikir ... 42

(10)

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 45

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 46

E. Prosedur Penelitian... 46

F. Instrumen Penelitian... 48

G. Variabel Penelitain ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 52

I. Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 53

J. Teknik Analisis Data ... 59

K. Hipotesis Statistik ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah ... 63

B. Hasil Penelitian ... 76

C. Pembahasan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

(11)

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Desain ... 45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Hasil Belajar Siswa ... 50

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 52

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ... 55

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas ... 56

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 57

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 58

Tabel 4.1 Tabel Keadaa Guru di SMP Negeri 37 Jakarta ... 65

Tabel 4.2 Daftar Nama Guru SMP Negeri 37 Jakarta ... 66

Tabel 4.3 Rincian data siswa per kelas di SMPN 37 Jakarta Tahun 2014/2015 ... 69

Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 37 Jakarta ... 70

Tabel 4.5 Prestasi Akademik dan Non-Akademik ... 73

Tabel 4.6 Pembagian Tugas Ekstrakulikuler ... 73

Tabel 4. 7Rekapitulasi Data Hasil Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 77

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 79

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest ... 80

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis ... 81

(12)

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol

Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen

Lampiran 4 Nilai Semester Ganjil

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal

Lampiran 6 Soal Uji Coba

Lampiran 7 Nilai Hasil Pretest Dan Posttest

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 10 Hasil Uji Daya Beda

Lampiran 11 Perhitungan Pemusatan Dan Penyebaran Data

Kelas Kontrol Dan Eksperimen

Lampiran 12 Hasil Perhitungan Normalitas

Lampiran 13 Hasil Perhitungan Homogenitas

Lampiran 14 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis

Lampiran 15 Hasil Perhitungan N-gain

Lampiran 16 Hasil Observasi

(13)

Gambar 2.1 Tampilan Awal Edmodo ... 28

Gambar 2.2 Taampilan Edmodo Untuk Guru ... 32

Gambar 2.3 Tampilan Registrasi Edmodo ... 32

Gambar 2.4 Menu Tab Teacher ... 33

Gambar 2.5 Pengisian Identitas Akun ... 33

Gambar 2.6 Menu Aktivasi Akun ... 33

Gambar 2.7 Halaman Regustrasi Akun ... 34

Gambar 2.8 Form Akun Siswa ... 34

Gambar 2.9 Menu Quiz ... 35

Gambar 2.10 Halaman Creat Quiz ... 35

Gambar 2.11 Kerangka Berpikiir ... 42

Gambar 3.1 Langkah-langkah proses penelitian ... 48

Gambar 4.1 Histrogram Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 78

(14)

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin

menuntut perkembangan sumber daya manusia agar mampu mengikuti

persaingan yang semakin kompetitif di era globalisasi saat ini. Tidak

dipungkiri lagi, bahwa pendidikan menjadi salah satu sarana strategis dalam

mengembangkan sumber daya manusia, termasuk juga sumber daya manusia

Indonesia yang nantinya mampu mendorong kemajuan pembangunan

nasional.

Tujuan dan fungsi pendidikan tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yakni:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang dekmokratis serta bertanggung jawab”.1

Apabila fungsi pendidikan di atas dapat terwujud, maka outcome dari

pendidikan tersebut dipastikan dapat memiliki daya juang dan daya saing yang

tinggi serta memiliki kemampuan yang diperlukan pada era globalisasi saat

ini.

Tidak hanya itu, outcome dari pendidikan juga dapat dijadikan sebagai

suatu tolok ukur yang tinggi pada peradaban suatu bangsa karena dari sistem

dan proses pendidikanlah maju mundurnya suatu bangsa dapat dinilai. Dengan

kata lain, pendidikan merupakan salah satu investasi untuk meletakkan dasar

bagi kejayaan bangsa pada masa depan.

1 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal

(15)

Sejalan dengan hal tersebut, sekolah sebagai lembaga pelaksana

pendidikan formal, merupakan salah satu ujung tombak dalam pencapaian

tujuan pendidikan. Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu

lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab dalam mengembangkan

sumber daya manusia dan termasuk jenjang wajib belajar di Indonesia. Sesuai

dengan yang ada dalam Pasal 17 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pendidikan

dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk

lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.”.2

Tujuan penyelenggaraan pendidikan SMP sesuai dengan yang tertulis

dalam kurikulum SMP yang dikeluarkan oleh Depdiknas (sekarang

Kemdikbud), yaitu “meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”3

.

Melalui usaha sinergis yang terintegrasi dalam teoritis dan praktis,

setiap lulusan SMP diharapkan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi, memiliki keterampilan untuk hidup dan memiliki

kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan dasar Indonesia.

Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), merupakan salah satu

mata pelajaran yang terdapat di SMP. Mata pelajaran ini merupakan mata

pelajaran yang mengintegrasikan keseluruhan mata pelajaran dari disiplin

ilmu sosial seperti : ekonomi, sosiologi, geografi, politik, hukum dan sejarah.

Pelajaran Ilmu pengetahuan sosial berdasarkan realitas dan fenomena yang

terjadi masyarakat yang dikemas menjadi satu mata pelajaran melalui

pendekatan interdisipliner.

Penyampaian materi ajar IPS sangat berkaitan dengan teknologi,

karena guru dapat memberikan contoh secara faktual kepada peserta didik.

Selain itu, guru juga dapat memberikan tugas melalui teknologi sebagai

2 Ibid., h.6

3

(16)

medianya. Sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami materi ajar

sebab IPS merupakan mata pelajaran penting yang mengajarkan kepada

peserta didik tentang cara hidup berinteraksi, berkomunikasi, berhubungan

dengan sekitar dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Melalui

mata pelajaran IPS, peserta didik SMP diharapkan dapat memiliki sikap perduli terhadap keadaan sekitar, mampu bertindak secara rasional dan bertanggungjawab terhadap masalah sosial yang dihadapinya.

Bagi sebagian peserta didik, mata pelajaran IPS dirasa sangat

menyulitkan dan membosankan terutama dalam menghafal materi, IPS

memang erat kaitannya dengan materi hafalan. Dalam pengamatan penulis di

SMP Negeri 37 Jakarta selama proses kegiatan belajar banyak peserta didik

yang bosan karena guru tidak melibatkan peserta didik selama kegiatan

belajar, banyak peserta didik yang berbicara dengan teman sebangku sehingga

suasana kelas tidak kondusif, peserta didik menundukan kepala ke meja dan

kehilangan konsentrasi hal tersebut terjadi karena guru hanya menggunakan

ceramah sebagai model pembelajaran dan meringkas materi sebagai

penugasan. Minimnya penggunaan media pembelajaran membuat peserta

didik menjadi tidak antusias dalam belajar, tidak heran jika banyak peserta

didik yang mengatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang membosankan

dan menjenuhkan karena tugas yang diberikan guru terlalu banyak dan kurang

efektif. Kurangnya keahlian guru dalam menggunakan media pembelajaran

yang berbasis teknologi menjadi penghambat proses pembelajaran, guru

seolah hanya menyampaikan materi tanpa memperhatikan peserta didik

menerima atau tidak materi yang diajarkan. Sesuai dengan data dari perolehan

nilai mata pelajaran IPS peserta didik SMPN 37 Jakarta pada semester I

terdapat 55 peserta didik dari 163 jumlah keseluruhan yang mendapatkan nilai

dibawah KKM. (lampiran 4 nilai kelas VIII E-I)

Berdasarkan hasil wawancara informal yang dilakukan oleh peneliti

dengan beberapa peserta didik di SMPN 37 Jakarta mengenai kesulitan utama

dalam mempelajari IPS, sebagian besar peserta didik berpendapat bahwa

(17)

banyak meteri yang harus dihafal, pada umumnya peserta didik malas untuk

membaca dan juga minimnya ketersediaan buku materi sehingga banyak dari

peserta didik harus bergantian menggunakan buku dengan teman sebangku

serta cara penyampaian guru dalam setiap materi. Pendapat ini juga

dibenarkan oleh guru IPS di sekolah tersebut, Siti Fatimah, S.Pd., yang

berpendapat bahwa peserta didik sangat sulit untuk memahami mata pelajaran

IPS terutama materi sejarah, keterbatasan guru dalam menggunakan teknologi

sehingga kegiatan pembelajaran masih bersifat konvensional. Menurut

observasi peneliti, untuk pemahaman konsep teori, peserta didikhanya

mengandalkan modul pelajaran yang disediakan sekolah. Sementara itu, dalam

pelaksanaan peserta didik tidak dilibatkan selama proses kegiatan belajar.

Perolehan nilai dan hasil observasi yang telah dipaparkan sebelumnya,

menjadi bukti nyata bahwa penguasaan materi dan ulangan harian merupakan

hal yang cukup sulit bagi sebagian peserta didik. Menurut Mulyasa, faktor

yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran di antaranya adalah

belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru

maupun siswa.4 Sumber belajar yang digunakan harus dapat memberikan

rangsangan untuk belajar atau mempercepat pemahaman dan penguasaan

bidang ilmu yang dipelajari sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi

tertentu.

Standar Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah

mempelajari IPS adalah mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki

kehidupan bermasyarakat yang dinamis.5 Untuk mencapai kompetensi dalam

pembelajaran IPS, tidak cukup bagi peserta didik jika hanya mengandalkan

pembelajaran di sekolah. Peserta didik juga harus belajar dan berlatih di

rumah dan tetap terkoneksi dengan guru meskipun tidak melakukan tatap

muka.

4 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 47.

(18)

Pembelajaran tidak tatap muka merupakan salah satu alternatif yang

dapat digunakan guru untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda

kepada peserta didik. Salah satu cara yang dapat dilakukan seorang guru

adalah memanfaatkan perkembangan zaman yang dikenal dengan Information,

Comunication and Technologi (ICT). Perkembangan ICT menjadi salah satu media dalam proses pembelajaran yang dapat dipilih guru untuk membuat

pembelajaran lebih terasa menarik. Dengan perkembangan ICT muncul

banyak definisi tentang pembelajaran yang menggunakan internet sebagai

medianya seperti, online learning, distance learning, web-base learning,

e-learning, Pembelajaran Bauran (blended learning).

Dengan menggunakan ICT sebagai media pembelajaran akan merubah

pola pembelajaran dari konvensional menjadi modern. Guru dapat

berkomunikasi tanpa harus bertatap muka, dengan memanfatkan teknologi

kegiatan belajar akan semakin mudah pembelajaran lebih menarik bagi para

peserta didik sehingga memunculkan semangat dan motivasi peserta didik

untuk belajar. Dengan kecangihan internet muncul pembelajaran bauran atau

yang lebih dikenal dengan blended learning. Pembelajaran ini

mengkombinasikan antara tatap muka dan jarak jauh. Penulis menggunakan

edmodo, email dan blog sebagai aplikasi pembelajaran jarak jauh.

Hasil penelitian tentang model pembelajaran sudah banyak dilakukan

oleh para penulis salah satu model pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran blended learning dan internet sebagai medianya juga telah

dibahas, baik dalam penulisan skripsi, jurnal ataupun buku termasuk penelitan

tentang metode pembelajaran untuk pembelajaran IPS yang menggunakan

berbagai metode. Penelitian tersebut menjelaskan tentang keberhasilan

pembelajaran dengan berbasis online dapat merubah hasil belajar peserta didik

(19)

attitudes towards the Internet developed statistically significantly.”6 Dari

penelitian tersebut menjelaskan bahwa blended learning memberikan

kontribusinya untuk peserta didik baik segi prestasinya dibandingkan metode

tradisional.

Senada dengan penelitian di atas, penelitian yang dilakukan oleh

Izzudin Syarif “…Terdapat perbedaan prestasi belajar secara signifikan

antara kelas yang menggunakan model face to face learning dengan kelas

yang menggunakan model blended learning.”7

Dari penjabaran di atas, maka media pembelajaran e-learning dalam

dunia pendidikan memberikan efek yang nyata sehingga bahan kajian dalam

penelitian yang akan dilakukan terhadap pemanfaatan model pembelajaran

blended learning dengan pendekatan e-learning untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai objeknya serta untuk melihat sejauh mana

pengaruh model pembelajaran blended learning terhadap hasil belajar peserta

didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMPN 37 Jakarta.

SMPN 37 Jakarta adalah sekolah negeri yang memiliki sarana

pembelajaran berbasis teknologi dan mampu menunjang model pembelajaran

blended learning. Seluruh ruang kelas dilengkapi dengan proyektor sebagai media pembelajaran dan fasilitas internet yang dapat diakses peserta didik

selama berada di gedung sekolah, namun tidak semua guru memanfaatkan

media tersebut untuk kegiatan pembelajaran termasuk guru IPS. Oleh karena

itu, peneliti memilih SMPN 37 Jakarta sebagai objek penelitian untuk melihat

pengaruh model pembalajaran blended learning terhadap hasil belajar peserta

didik. Peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja dan dimana

saja, sehingga peserta didik tidak hanya mampu mencapai KKM sebesar 75,

6

Hasan AKBAYIN, The Effect Of Blended Learning Model On High School Student;s Biology Achievment And On Their Attitudes Towards The Internet, The Turkish Online Journal of Educationa Technology, volume 11, 2012, h.235

7

(20)

tetapi juga dapat mencapai standar kompetensi yang menunjukkan kinerja

yang baik dalam mata pelajaran IPS.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka dapat

didentifikasi permasalahan yang akan diteliti yaitu :

1. Hasil belajar pada mata pelajaran IPS masih rendah.

2. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam penyampaian materi yang

digunakan guru.

3. Kegiatan pembelajaran masih bersifat konvensional.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka

masalah ini dibatasi pada masalah “ Pengaruh Model Pembelajaran Blended

Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas 8 Di SMPN 37

Jakarta” Blended Learning yang dimaksud adalah “ kegiatan belajar yang

memadukan face to face dengan e-learning yang dilakukan peserta didik baik

di rumah maupun di sekolah. Dengan pemberian tugas maupun pemberian materi ajar.”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui “Bagaimana pengaruh model blended learning terhadap hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial di SMPN 37 Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi

yang jelas mengenai pengaruh model blended learning untuk meningkatkan

hasil belajar peserta didik dan peranannya dalam proses pembelajaran

(21)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, peserta didik dapatkan pengalaman dalam kegiatan

pembelajaran melalui model blended learning serta menimbulkan

semangat dalam kegiatan belajar mengajar. Serta dijadikan referensi bagi

guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang inovatif.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

pembahasan dalam mengembangkan model blended learning yang dapat

diterapkan untuk menganalisis permasalahan dalam kegiatan pembelajaran

(22)

1. Pengertian Belajar

Menurut Gagne, “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman yang telah dialami.”1

Menurut Gagne dan Berliner, belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Sedangkan Hilgard menegaskan bahwa “ belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relative permanen, yang terjadi karena pengalaman”.2

Witherington menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian, perubahan itu dimanifestasikan sebagai respons yang baru yang

berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan individu tersebut. Sependapat dengan Witherington. Crow menyatakan bahwa “Belajar

didapatkan dengan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.”3

Kemudian, Cronbach menyatakan bahwa “Belajar adalah ditunjukan dengan perubahan sikap sebagai hasil dari pengalaman.” Senada dengan Cronbach, McGeoh berpendapat bahwa “Belajar adalah perubahan dalam

tingkah laku sebagai hasil dari praktek si pelajar.4

Sedangkan menurut Walker, belajar adalah suatu perubahan dalam

pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada

sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan

dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak

berhubungan langsung dengan kegiatan belajar dalam situasi stimulus atau

1

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 2.

2

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 4, h. 156.

3

Ibid., h. 155.

4

(23)

faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan

kegiatan belajar.

Menurut Winkel, “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan

nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.5”

Lebih lanjut, Degeng menyatakan bahwa “Belajar merupakan pengaitan

pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si pelajar.

Maksudnya adalah peserta didik dalam proses belajar akan

menghubung-hubungkan pengetahuan yang telah dimilikinya kemudian mengmenghubung-hubungkan pengetahuan baru.”6

Sesuai dengan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu perubahan tingkah laku yang dihasilkan karena sebuah

pengalaman yang telah dialami oleh peserta didik sehingga menghasilkan

perubahan di mana perubahan itu bersifat konstan.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip belajar yang pertama adalah berupa perubahan perilaku,

perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri 7:

a.Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari.

b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

c.Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d. Positif atau berakumulasi.

e.Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

f.Permanen atau tetap

g. Bertujuan dan terarah.

h. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

5

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media, 2009), Cet. 1, h. 5.

6

Ibid. 7

(24)

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang

dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari

berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

William Burton mengemukakan bahwa “A good learning situation consist of a

rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and propocative

environment.”8

Dari pendapat Burton bisa ditarik kesimpulan bahwa kondisi

belajar yang baik terdiri dari pengalaman belajar yang banyak dan beragam

yang menyatu dengan tujuan yang kuat, kemudian dilanjutkan dengan interaksi

dengan lingkungan yang bervariasi.

Prinsip belajar yang lain yaitu, belajar merupakan bagian dari

perkembangan. Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda,

tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar, dan dengan

belajar ini individu berkembang dengan pesat. Kemudian, kegiatan belajar

berlangsung pada setiap tempat dan waktu.9

Sesuai dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip

belajar mencakup perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh dari hasil

belajar, belajar merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu kemudian

dengan belajar individu mampu mengembangkan dirinya.

3. Unsur-Unsur Belajar

Menurut Cronbach terdapat tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu: “Tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi, respons, konsekuensi dan reaksi terhadap kegagalan.”10

Ketujuh unsur tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

8

Agus, Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013). hal. 4.

9

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 4, h. 165-166.

10

(25)

a.Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan belajar tersebut muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.

b. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak

atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik atau psikis,

kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun

penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

c.Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam

situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang

dipelajari, orang-orang yang tersangkut dalam kegiatan belajar serta

kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak

dipengaruhi oleh unsur situasi ini.

d. Interprestasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan

interprestasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen

situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan

menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

Berdasarkan interprestasi tersebut mungkin individu sampai kepada

kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

e.Respons. Berpegang kepada hasil dari interprestasi apakah individu

mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia

memberikan respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha

coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan

perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan

tersebut.

f. Konsekuensi. Setiap usaha yang dilakukan akan membawa hasil, akibat

atau konsekuensi itu apakah keberhasilan ataupun kegagalan, demikian

juga dengan respons atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil

dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih

meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar

berikutnya.

g. Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang

(26)

menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Kegagalan ini bisa menurunkan

semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa

juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda

untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.

4. Tipe-Tipe Belajar

Gagne mengemukakan terdapat 8 tipe belajar, yang membentuk

suatu hirearki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu: “Belajar tanda-tanda (signal learning), Belajar

perangsang-jawaban (stimulus-responds learning), Rantai perbuatan (chaining),

hubungan verbal (verbal association), belajar membedakan (discrimination

learning), belajar konsep (concept learning), belajar aturan-aturan (rule learning) dan belajar pemecahan masalah (problem solving learning).”11 Kedelapan tipe-tipe belajar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a.Belajar tanda-tanda (signal learning).

Belajar tanda merupakan tahap belajar yang paling sederhana, setahap

lebih tinggi dari perbuatan refleks. Individu belajar mengenal dan

memberi respons kepada tanda-tanda.

b. Belajar perangsang-jawaban (stimulus-respons learning).

Setahap lebih tinggi dari belajar tanda-tanda. Belajar ini merupakan

upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban.

c.Rantai perbuatan (chaining).

Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk

satu kesatuan.

d. Hubungan verbal (verbal association).

Kalau dalam rantai kegiatan, hubungan itu berbentuk perilaku maka

dalam hubungan verbal ini berbentuk hubungan bahasa. Yang paling

sederhana dari hubungan verbal adalah hubungan antara benda dengan

namanya, hubungan antara subjek dengan sifatnya. Yang lebih tinggi

11

(27)

adalah hubungan antara konsep dengan konsep, konsep dengan perilaku

atau nilai.

e.Belajar membedakan (discrimination learning).

Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda

dengan yang lainnya. Atas dasar persamaan dan perbedaan itu individu

bisa mengadakan pengelompokkan. Membedakan di sini bukan hanya

objek-objek konkrit tetapi juga hal-hal yang bersifat abstrak.

f.Belajar konsep (concept learning).

Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan

konsep-konsep.

g. Belajar aturan-aturan (rule learning).

Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di

rumah atau pun aturan dalam perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu

pengetahuan.

h. Belajar pemecahan masalah (problem solving learning).

Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah

yang harus dipecahkannya, baik masalah yang bersifat praktis dalam

kehidupan maupun teoritis dalam suatu bidang ilmu.

B. Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Wail yang dikutip dari Rusman Model

Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain.12

Sedangkan menurut Syaiful Sagala yang dikutip dari Setya Norma

Sulistyani, mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai

12 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

(28)

pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancangan

pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

mengajar.13

Berbeda dengan Udin S Winataputra yang dikutip dari skripsi Iin

Hendriyani yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Tandur Terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa bahwa model pembelajara adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalama belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.14

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan pola pembelajaran yang sistematis dan terencana

untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sehingga guru

dapat mencapai tujuan pembelajaran.

1. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Menurut Rusman dalam bukunya yang berjudul

Model-model Pembelajaran menyebutkan bahwa ada enam ciri-ciri model pembelajaran, yakni:

1) Berdasarkan teori belajar dari para ahli tertentu.

2) Mempunyai misi atau tujuan tertentu

3) Dapat dijadikan pedoman untuk kegiatan belajar mengajar di

kelas

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : 1. Urutan

langkah-langkah pembelajaran (syntax); 2. Ada prinsip-prinsip

reaksi; 3. Sistem sosial; dan 4. Sistem pendukung. Keempat

bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan

melakukan suatu model pembelajaran

13

Setya Norma Sulistyani. “Peningkatan Keatifan Belajar Siswa Dengan Penerapan Metode GUDED NOTE TAKING Pada Mata Diklata Memilih Bahan Baku Busana DI SMK Negeri 4 Yogyakarta”,

Skripsi Progaram Studi Pendidikan Teknik Busana. Universitas Negeri Yogayakarta, 2012, h. 10

(29)

5) Memiliki dampak akibat penerapan model pembelajaran.

Dampak tersebut meliputi : 1. Dampak pembelajaran, yaitu

hasil belajar yang dapat diukur; 2. Dampak pengiring, yaitu

hasil belajar jangka panjang

6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan

pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.15

2. Pola-pola Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi

antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti

kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan

menggunakan berbagai media pembelajaran.16

Barry Morris mengklasifikasikan empat pola pembelajaran yang

digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:17

1) Pola pembelajaran tradisional 1

2) Pola pembelajaran tradisional 2

3) Pola pembelajaran Guru dan Media

4) Pola pembelajaran bermedia

15

Op. cit, h. 136

16

Ibid., h. 134

17

(30)

Pola pembelajaran di atas memberikan gambaran bahwa

seiring dengan pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik

software maupun hardware, akan membawa perubahan bergesernya

peranan guru sebagai penyampai pesan.18 Dengan begitu, guru tidak

lagi menjadi central class di dalam kelas, namun siswa dapat

memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar yang didapat dari

perkembangan teknologi. Sehingga blended learning menjadi salah

satu model pembelajaran yang dapat guru terapkan di dalam kelas

untuk proses pembelajaran.

C. Kajian Tentang IPS

1. Hakikat Pembelajaran IPS

Menurut Saidiharjo yang di kutip dari Surantini menyatakan bahwa

IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari

sejumlah mata pelajaran seperti : geografi, ekonomi, sejarah, antropologi,

politik dan sebagainya.19

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai

cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas

dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari

aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan bagian dari

kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu

sosial.20

Numan Somantri memberikan penjelasan pendidikan IPS adalah

suatu synthetic discipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan

mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS tidak hanya sekedar mensistesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu

sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah

kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Pendidikan IPS memuat

18

Ibid., h. 135

19

Surantini., op.cit h. 18

20

(31)

tiga sub tujuan, yaitu; Sebagai Pendidikan Kewarganegaraan; Sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinya dalam disiplin ilmu-ilmu sosial; Sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikan dari kehidupan nyata

dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.21

Sesuai dengan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah

mata pelajaran yang memiliki pendekatan intradisipliner, sehingga dalam

memecahkan suatu masalah harus dari berbagai sudut pandang. Sudut padang

IPS yakni: Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Hukum, Politik dan Sejarah. Untuk

itu, IPS dipelajari guna menghasilkan peserta didik yang memliki tanggung

jawab masalah sosial, berpikir secara rasional dan peduli terhadap keadaan

sekitar.

Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), terdapat beberap konsep IPS yaitu:

a.Interaksi;

b. Saling ketergantungan;

c.Kesinambungan dan perubahan;

d. Keragaman/kesamaan/perbedaan;

e.Konflik dan konsensus;

f.Pola (patron);

g. Tempat;

h. Kekuasaan (power);

i.Nilai kepercayaan;

j.Keadilan dan pemerataan;

k. Kelangkaan (scarcity);

l.Kekhususan;

m. Budaya (culture)

n. Nasionalisme.22

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) mencakup konsep interaksi, saling ketergantungan,

kesinambungan dan perubahan, keragaman, dst. Konsep-konsep tersebut yang

21

Rudy Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 2, h. 19.

22

(32)

nantinya akan menambah pengetahuan peserta didik serta berpengaruh dalam

kehidupan peserta didik.

2. Tujuan Mata Pelajaran IPS

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian

sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPS bertujuan

mengembangkan potensi peserta didik agar peserta didik peka terhadap

masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif

terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi

setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri

maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.23

Tujuan Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP adalah

sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global.24

Tujuan IPS menurut Nursid Sumaatmaja, adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.” Oemar

23

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implemetasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 193.

24

(33)

Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku

para siswa, yaitu:

a.Pengetahuan dan pemahaman;

b. Sikap hidup belajar;

c.Nilai-nilai sosial dan sikap;

d. Keterampilan.25

3. Karakteristik IPS

Mata pelajaran IPS di SMP memiliki beberapa karakteristik antara lain

sebagai berikut:

a.Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,

sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi,

bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur

keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)

tertentu.

c.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai

masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan

multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa

dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,

kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan

masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti

pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.26

25

Rudy Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 2, h. 18.

26

(34)

4. Fungsi IPS

Mata pelajaran IPS berfungsi sebagai ilmu pengetahuan untuk

mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial

serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan

masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini.27

Sesuai dengan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman dan kemampuan untuk menganalisis kondisi sekitar di dalam

kehidupan sehari-hari.

D. Kajian Tentang Blended Learning

1. Pengertian Blended Learning

Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris

yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended artinya

campuran atau kobinasi yang baik. Blended learning ini pada dasarnya

merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap

muka dan secara virtual.28

Menurut Moebs dan Weilbelzahi yang dikutip dari Husama Blended

learning sebagai pencampuran online dan pertemuan tatap muka (face to face meeting) dalam satu aktivitas pembelajaran yang terintegrasi29.

Menurut Sulihin dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Blended

Learning Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siwa Tingkat SMK”

Blended learning merupakan kombinasi karakteristik pembelajaran

tradisional dan lingkungan pembelajaran elektronik atau Blended learning.30

Berbeda dengan Sulihin menurut Izuddin Syarif dalam jurnalnya yang

berjudul “Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi

Siswa SMK” Blended learning merupakan suatu pendekatan yang fleksibel

27

Surantini, op. cit., h. 21

28 Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning), (Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2014), h. 11 29

Ibid. , h. 12

30 Sulihin B. Sjukur, Pengaruh Blended learningTerhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siwa

(35)

untuk merancang program yang mendukung campuran dari berbagai waktu

dan tempat untuk belajar.31

Sedangkan menurut Hermawanto, S. Kusairi Dan Wartono dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Blended Learning Terhadap Penguasaan Konsep Dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas X” Blended learning yaitu pembelajaran yang mengkombinasikan tatap muka dengan

pembelajaran online.32

Jadi, Blended Learning adalah model pembelajaran yang

menggabungkan tatap muka dan tidak tatap muka di mana pembelajaran

berbasis online atau E-learning menjadi media yang memiliki peran penting

dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga ada perubahan dalam

proses pembelajaran, blended learning juga merupakan pembelajaran yang

mengkombinasikan pembelajaran sistem konvensional dan modern. Dengan

blended learning siswa akan merasakan pengalaman belajar yang baru.

2. Karakteristik Blended Learning

Pembelajaran jarak jauh bukan hal yang sulit untuk dilakukan karena

perkembangan teknologi informasi semakin pesat. Kemudahan mengakses

internet menjadikan teknologi sebagai pilihan yang tepat dalam kegiatan

pembelajaran sebab peserta didik dapat mengakses internet kapan pun dan

dimana pun. Oleh sebab itu, model pembelajaran Blended Leaarning menjadi

alternatif bagi guru untuk terus dapat terhubung dengan siswa. Menurut

Husamah ada empat karakteristik Blended learning adalah sebagai berikut:33

a) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,

model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis

teknologi yang beragam.

b) Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung atau tatap muka (face

to face), belajar mandiri, dan belajar via online.

31

Izuddin Syarif, op. cit. , h. 238

32 Hermawanto, S. Kusairi Dan Wartono. Pengaruh Blended learningTerhadap Penguaaan Konsep

Dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas X, Jurnal Pendidikan Fiika Indonesia 9, Universitas Negeri Malang, 2013, h. 68

33

(36)

c) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara

penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

d) Pengajar dan orang tua peserta belajar memiliki peran yang sama

penting, pengajar sebagai fasilitatator, dan orang tua sebagai pendukung.

3. Tujuan Blended Learning

Menurut Shibley dkk. dalam buku Husama tentang Pembelajaran

Bauran (Blended Learning) bahwa blended learning difokuskan untuk

mengubah bentuk pembelajaran klasik sehingga peserta didik lebih aktif

mempelajari materi pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Tujuan dari

blended learning menurut Husama sebagai berikut:34

a) Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses

belajar sesuai dengan gaya belajar dan prefensi dalam belajar.

b) Menyediakan peluang yang praktis-realistis bagi pengajar dan peserta

didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus

berkembang.

c) Peningkatan penjadwalan fleksibel bagi peserta didik, dengan

menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan pembelajaran online.

4. Kategori Blended Learning

Dalam prosesnya blended learning memiliki dua katagori utama,

yaitu: 35

a) menggunakan istilah “blended learning” untuk merujuk pada penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi dalam aktivitas tatap muka, baik dengan

memanfaatkan jejaring terikat (web-dependent) maupun sebagai jejaring

lengkap (web-supplemented) yang tidak mengubah model

aktivitas.Peningkatan bentuk aktivitas tatap muka.

b) Kebanyakan pengajar Pembelajaran campuran (hybrid learning).

34Ibid. , h. 22

(37)

Pembelajaran model ini mengurangi aktivitas tatap muka tetapi tidak

menghilangkannya, serta memungkinkan peserta didik untuk belajar secara

online.

5. Komponen Dalam blended learning

Untuk melaksanakan model pembelajaran blended learning, guru

harus memperhatikan tiga komponen penunjang dalam pembelajaran blended

learning, yakni: 36

a) Face to Face (Tatap Muka)

Pembelajaran tatap muka adalah kegiatan pembelajaran berupa proses

interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik. Metode pembelajaran

merupakan teknik pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan untuk

mencapai tujuan.

b) E-learning

Menurut Kusairi yang dikutip dari Husamah, blended learning yairu

penggabungan pembelajaran berbasis teknologi internet (laboratorium virtual,

modul digital, gambar, audio, dan teks) untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Maka, pembelajaran berbasis teknologi internet memainkan peranan penting

dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis blended learning.

c) M-learning

M-learning merupakan bagian dari electroic learning (e-learning),

sehingga keterlaksanaan pembelajaran berbasis blended learning. Menurut

Riyanto yang dikutip dalam Husamah, salah satu pengertian m-learning

adalah pembelajaran yang dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan

aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran, kapanpun dan dimanapun.

M-learning memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan untuk

berkolaborasi secara langsung dan berinteraksi secara informal di antara para

pembelajara37.

36Ibid. , h. 41-43

37

(38)

6. Kelebihan Dan Kekurangan Blended learning

Sama halnya dengan model pembelajaran lainnya, model

pembelajaran blended learning memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut

kelebihan dan kekurangan model pembelajaran blended learning : 38

a) Kelebihan Blended learning

1) Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara

mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara

online.

2) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan pengajar atau

peserta didik di luar jam tatap muka.

3) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik di luar jam

tatap muka dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pengajar.

4) Pengajar dapat meminta peserta didik membaca materi membaca

materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum

pembelajaran.

5) Pengajar dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas

internet.

6) Pengajar dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan

memanfaatkan hasil tes dengan efektif.

7) Peserta didik saling berbagai file dengan peserta lain.

b) Kekurangan Blended Learning

Menurut Noer yang di kutip dari Husamah ada beberapa kekurangan

blended learningyakni :39

a) Medianya sangat beragam sehingga sulit diterapkan apabila sarana

dan prasarana tidak mendukung.

b) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik.

c) Kurangnya sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik dan

orang tua ) terhadap penggunaan teknologi.

38

Ibid. , h. 35-37

39

(39)

Sedangkan menurut Kusni, blended learning juga menyebabkan beberapa masalah, antara lain :

a) Pengajar perlu memiliki keterampilan alam menyelenggarakan

e-learning

b) Pengajar perlu menyiapkan digital yang dapat menjadi acuan

c) Pengajar perlu merancang refrensi sesuai atau terintegrasi dengan

tatap muka

d) Pengajar perlu menyiapkan waktu untuk mengelola pembelajaran

berbasis internet.

7. Pelaksanaan Blended Learning

Menurut Carman yang dikutip dari penelitian Izuddin Syarif yang

berjudul “Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi

Siswa SMK” ada lima kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan blended learning, yaitu: 40

1) Live Event, pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tapi tempat

berbeda

2) Self-Paced Learning, yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran

mandiri (self-pace learning) yang memungkinkan peserta didik

belajar kapan saja, dan dimana saja secara online.

3) Collaboration, mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antara peserta didik.

4) Assessment, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis

assessmen online dan offline baik bersifat tes maupun non-tes.

5) Performance Support Materials, pastikan bahan belajar disiapkan

dalam bentuk digital, dapat diakses oleh peserta didik baik secara offline maupun online.

(40)

E. Kajian Tentang Edmodo 1. Sejarah Edmodo

Edmodo sendiri dikembangkan pada masa akhir tahun 2008 oleh

Nic Borg dan Jeff Ohara yang berkeyakinan perlunya dikembangkan

lingkungan sekolah yang terhubung dengan semua aktifitas didunia.

sehingga tidak ada kesenjangan antara kehidupan siswa di sekolah dengan

kehidupan kesehariannya. Edmodo adalah media social network

microblogging yang aman bagi siswa dan guru. Pada situs ini orangtua pun

dapat bergabung serta berkomunikasi dengan guru dan orangtua siswa lain,

selain tentu saja dengan putra atau putri mereka sendiri. Sekarang Edmodo

sudah berkembang pesat dan sudah memiliki kurang lebih 7 juta akun

yang terdiri dari guru dan murid. Pada tahun 2010 Edmodo meluncurkan

"subjek" dan "penerbit" masyarakat, media digital perpustakaan, pusat bantuan, dan rekening induk untuk berkomunikasi dengan guru, orang tua, dan siswa.41

2. Pengertian Edmodo

Edmodo merupakan jejaring sosial untuk pembelajaran berbasis

Learning Managent System (LMS). Edmodo memberi fasilitas bagi guru,

murid tempat yang aman untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi

konten dan aplikasi pembelajaran, pekerjaan rumah (PR) bagi siswa,

diskusi dalam kelas virtual, ulangan secara online, nilai dan masih banyak

lagi akan dibahas dibawah. Pada intinya Edmodo menyediakan semua

yang bisa kita lakukan dikelas bersama siswa dalam kegiatan pembelajaran

ditambah fasilitas bagi orang tua bisa memantau semua aktifitas anaknya

di Edmodo asalkan punya parent code untuk anaknya. 42

Edmodo adalah sebuah situs yang diperuntukan bagi pendidik

untuk membuat kelas virtual. Situs tersebut gratis dan gampang

41

Annur Fitri Hayati dan Rosida Evi Santihosi, E-Learning Dengan Aplikasi Edmodo, Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, h. 6

42

(41)

digunakannya selama seorang guru dan murid bisa terhubung dengan

internet.

Gambar 2.1 Tampilan awal Edmodo

Edmodo adalah sebuah jawaban bagi sebuah ruang kelas virtual

yang nyaman dan aman, dikarenakan :43

a) Siswa dapat melakukan interaksi dalam pantauan gurunya (bebas cyber

crime dan cyber bullying)

b) Guru dapat mengunci siswa, dengan demikian ia hanya bisa membaca

dan tidak bisa berkomentar pada seisi „kelas‟ namun tetap ia bisa berkomunikasi langsung dengan gurunya.

c) Tidak ada orang luar yang bisa masuk dan melihat kelas virtual yang

dibuat oleh seorang guru tanpa mendapat kode khusus dari guru yang

bersangkutan.

d) Guru dapat memulai pertanyaan, menaruh foto atau video, menaruh

presentasi bahan ajar, yang kesemuanya bebas untuk diunduh oleh

siswa dan dikomentari.

e) Murid bisa kembali kapan saja untuk mengulang materi yang diberikan

gurunya, bahkan PR bisa diberikan melalui Edmodo.

43

(42)

f) Murid juga bisa mengumpulkan PR nya lewat Edmodo, tinggal unggah saja. Edmodo bisa dipadukan dengan situs lain seperti wall wisher,

glogster dan lain sebagainya.

g) Guru bisa menaruh nilai dari pekerjaan siswa sebagai acuan bagi siswa

h) Kelas virtual yang dibuat seorang guru tidak terbatas, guru bisa

menaruh bahan ajar untuk digunakan di angkatan atau tahun ajaran

berikutnya.

i) Siswa bisa bekerja sama dengan siswa lain dalam grup kecil yang

dibentuk oleh gurunya.

j) Saat mengerjakan sebuah proyek bersama mereka bisa menaruh semua

dokumen yang diperlukan dalam pengerjaannya.

k) Edmodo memungkinkan guru menaruh bahan ajar yang sangat berguna

bagi siswa yang tidak masuk atau berhalangan saat melakukan tatap

muka.

l) Siswa yang pendiam bisa bebas berkata-kata dan berpendapat tanpa

khawatir dipermalukan sementara si anak tipe aktif bisa posting

pertanyaan kapan saja asal ia terhubung dengan internet.

m) Guru dapat mengajarkan tata cara yang berlaku di dunia maya seperti

cara berkomentar dan sederet tata krama di dunia maya yang perlu

siswanya ketahui.

3. Sistem Kerja Edmodo

Edmodo adalah situs microblogging yang dapat digunakan di

dalam kelas maupun rumah. Edmodo juga dapat membantu guru yang

tidak bisa mengajar di kelas dengan memberikan materi pembelajaran

secara online. Dalam Edmodo, Guru bisa memberikan tugas yang bisa

ditentukan waktu pengumpulannya serta meng-upload materi belajar.

Murid juga bisa berbagi pemikiran atau ide lewat posting-nya di Edmodo

(43)

tepatnya lagi, Edmodo adalah “Facebook Guru dan Murid” karena fitur

yang ditawarkan hampir sama dengan facebook.44

Fitur yang ditawarkan adalah :

a) Bisa meng-edit Profile Picture dan Nama.

b) Tampilan yang sama seperti facebook.

c) Assignment yang dapat diposting guru sebagai PR (pekerjaan

rumah) / tugas.

d) Pengaturan jadwal event-event penting.

e) Satu anak bisa menjadi murid banyak guru.

f) Edmodo bisa diakses melalui handphone.

Edmodo sendiri bisa diakses melalui mobile dan sudah tersedia

untuk smartphone Android dan iPhone. Semakin mudah saja untuk belajar

dan semoga saja dengan adanya situs ini dapat menyama ratakan

pendidikan di Indonesia. 45

4. Implikasi Edmodo Untuk Pembelajaran

Edmodo merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran,

Edmodo menyediakan fitur yang mendukung pembelajaran jarak jauh

berbasis e-learning seperti penugasan, kuis dan penilaian. Meskipun

memberi kemudahan dalam proses pembelajaran bukan berarti Edmodo

mampu menjadi kelas bagi siswa, Edmodo hana sebagai platform yang

memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran.

Platform ini memberikan siswa jalur untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka dan guru mereka dalam suasana akademis.

Penggunaan Edmodo dapat mengajarkan siswa untuk berperilaku secara

online dan bertanggung jawab dalam mengatur kegiatan belajar dengan

sistem keamanan yang terjamin. Edmodo menyediakan lingkungan di

mana mengajar dan belajar dapat menghasilkan kegembiraan siswa, siswa

44 Ibid., 45

(44)

menjadi mandiri, serta menjadi salah satu cara untuk membangun

semangat siswa untuk belajar.46

5. Kelebihan Dan Kekurangan Edmodo

Edmodo diciptakan untuk memudahkan dalam proses

pembelajaran dan berbasis sekolah. Fitur-fitur yang disediakan Edmodo

mendukung untuk kegiatan e-learning, tampilan dalam login Edmodo

membedakaan apakah user adalah guru, siswa atau orang tua siswa.

Berikit ini adalah kelebihan dan kekurangan Edmodo :47

a. Kelebihan

1) User Interface. Mengadaptasi tampilan seperti facebook, secara sederhana Edmodo relatif mudah untuk digunakan bahkan untuk

pemula sekalipun.

2) Compatibility. Edmodo mendukung preview berbagai jenis format

file sepert: pdf, pptx, html, swf dan sebagainya.

3) Aplikatif. Edmodo tidak hanya dapat diakses dengan menggunakan

PC ( laptop / desktop) tetapi juga bisa diakses dengan

menggunakan gadget berbasis Androis OS and IOS.

b. Kekurangan

1) Sosial Media. Edmodo tidak terintergrasi dengan jenis sosial media

apapun.

2) Language. Penggunaan bahasa program yang masih berbahasa Inggris sehingga terkadang menyulitkan guru dan siswa.

3) Video Conference belum tersedia.

6. Langkah-Langkah Membuat Akun Edmodo Untuk Guru Berikut adalah tampilan Edmodo untuk guru

46

https://www.Edmodo.com. Diakses Pada 29 September 2015. 47

(45)

Gambar 2.2

Tampilan Edmodo untuk guru Keterangan :

1. Create a group, untuk membuat group atau kelas. 2. Groups, kelas yang sudah terdaftar sebagai anggota. 3. Note, untuk memposting catatan.

4. Assignment, untuk memberikan tugas kepada siswa (anggota group/member).

5. Quiz, untuk membuat kui

6. Poll, untuk membuat polling bagi siswa

Langkah-langkah pembuatan akun Edmodo sebagai berikut:

a) Buka situs Edmodo di http://www.edmodo.com/

Gambar 2.3

Tampilan registrasi Edmodo

b) Kemudian pilih menu teacher, kemudian masukan alamat email anda

(46)

Gambar 2.4 Menu tab teacher

c) Lalu klik Sign Up for Free

d) Selanjutnya anda akan diarahkan pada menu pemilihan sekolah,

masukan sekolah sesuai tempat anda mengajar dan lengkapi akun anda

Gambar 2.5 Pengisian identitas akun

e) Lalu klik next step

f) Pastikan profil anda sudah benar, lalu klik Go to My homepage

(47)

Pendaftaran akun Edmodo guru selesai, guru dapat memberikan kode kelas

kepada siswa anda untuk bergabung.

7. Langkah-langkah Membuat Akun Edmodo Untuk Siswa Berikut ini adalah langkah-langkah membuat akun akun Edmodo :

a) Buka situs Edmodo di http://www.edmodo.com/

b) Lalu klik menu students

Gambar 2.7 Halaman Registrasi Akun

c) Lalu siswa mengisi form akun

(48)

d) Lalu klik Sign Up for Free

8. Langkah-langkah Membuat Kuis Dengan Edmodo

a) Guru login ke http://edmodo.com

b) Lalu klik Quiz

Gambar 2.9

Menu Quiz

c) Klik creat quiz

d) Kemudian akan diarahkan pada halaman membuat quiz

Gambar 2.10

Halaman creat quiz

e) Klik pada Unititled quiz untuk memberi judul quiz

f) Pilih Type untuk menentukan jenis quiz

g) Klik Time Limit untuk menentukan lama waktu pengerjaan

h) Klik About this Quiz untuk memberikan deskripsi quiz

i) Klik Done

Maka quiz akan muncul pada halaman awal setiap kelas anda,

kemudian siswa akan mengerjakan.

Gambar

Gambar 2.1 Tampilan awal Edmodo
Gambar 2.2 Tampilan Edmodo untuk guru
Gambar 2.4 Menu tab teacher
Gambar 2.8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diketahui perhitungan tersebut, untuk mengetahui signifikansi pengaruh strategi pembelajaran building learning power terhadap prestasi belajar peserta didik SMP

Model blended learning megintegrasikan pembelajaran konvensional dan daring, sehingga permasalahn tersebut peneliti dapat diambil rumusan permasalahan yaitu apakah ada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Edmodo pada pembelajaran E-Learning terhadap hasil belajar peserta didik kelas X Multimedia pada mata

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar mahasiswa antara model Blended Learning dan pembelajaran biasa baik secara

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nita Pungki Wibowo (2019) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Menggunakan Aplikasi Edmodo

Tujuan pembelajaran blended learning antara lain untuk membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Prestasi belajar peserta didik sebelum diterapkan pembelajaran daring model Blended Learning dengan menggunakan aplikasi google classroom pada mata

A yani 2 Komplek Cempaka Mas Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas V SD Negeri 2 Rasau jaya Setelah diteliti dan