• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan"

Copied!
303
0
0

Teks penuh

(1)

PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimen di SMAN 1 Kota Tangerang selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

INDAR SRI WENING

NIM 108016100003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pencernaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013 di SMAN 1 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan teknik purposive sampling. Sampel Penelitian berjumlah 33 siswa untuk kelompok eksperimen menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan 41 siswa untuk kelompok kontrol menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran langsung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes keterampilan proses sains yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data kedua kelompok menggunakan uji t, diperoleh hasil thitung 3,74 dan ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 sebesar 1,99, maka thitung > ttabel.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pencernaan.

(6)

ii

Indar Sri Wening. 108016100003. The Influence of The Experimental Method with Problem-Based Learning Approach for The Science Process Skills of Students to

The Concept of The Digestive System. BA Thesis, Biology Education Study

Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The aim of study was to investigate influence of the experimental method with problem-based learning approach for the science process skills of students to the concept of the digestive system. The research was conducted on January 2013 at SMAN 1 Kota Tangerang Selatan. The research method was used quasi experiment and used pretest-posttest control group design for research design. Sampling was taken with purposive sampling. The research were 33 students for the experiment group by using experimental method with problem-based learning approach and 41 students for the control group by using experimental method with direct instruction approach. Test instrument science process skill that has been tested its validity and reliability used as research instrument. The data analysis used a t-test, obtained tarithmetic 3,74 and using ttable on a significant level α = 0,05 amounted 1,99 then tarithmetic > ttable. This indicated that there is influence the experimental method with problem-based learning approach for the science process skills of students to the concept of the digestive system outcome.

(7)

iii

penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga Allah curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW., keluarga, serta para sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Eksperimen dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pencernaan” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bimbingan dan bantuan berbagai pihak dengan penuh ketulusan, keikhlasan dan kesabaran. Karenanya, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA dan Ibu Nengsih Junaengsih, M.Pd., sekretaris Jurusan Pendidikan IPA.

3. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd., dosen pembimbing I dan Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi serta sabar dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Para dosen di Jurusan Pendidikan IPA yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.

(8)

iv

7. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa program studi pendidikan IPA 2008. Terima kasih atas kerjasama, penyemangat, dan persahabatannya.

8. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan untuk keberhasilan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Jakarta, April 2013 Penulis

(9)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 7

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teori ... 8

1. Paradigma Konstruktivisme dalam Pembelajaran ... 8

2. Hakikat Metode Eksperimen ... 10

a. Pengertian Metode Eksperimen ... 10

b. Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen ... 12

3. Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah ... 13

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ... 13

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 15

c. Langkah-langkah Merancang Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17

(10)

vi

b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains

dan Karakteristiknya ... 24

c. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 26

B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C.Kerangka Berpikir ... 30

D.Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

B.Metode dan Desain Penelitian ... 33

C.Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 34

D.Variabel Penelitian ... 34

E.Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 36

G.Kalibrasi Instrumen ... 38

H.Teknik Analisis Data ... 43

I. Hipotesis Statistik ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 52

1. Data Keterampilan Proses Sains (KPS) Awal ... 52

2. Data Keterampilan Proses Sains (KPS) Akhir ... 53

3. Presentase Aspek Keterampilam Proses Sains ... 54

a. Persentase Aspek KPS Awal ... 54

b. Persentase Aspek KPS Akhir ... 54

c. Data N Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 55

4. Hasil Observasi ... 56

(11)

vii

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(12)

viii

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains ... 27

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 36

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 39

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 40

Tabel 3.5 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ... 41

Tabel 4.1 Data Keterampilan Proses Sains Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 52

Tabel 4.2 Data Keterampilan Proses Sains Akhir pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 53

Tabel 4.3 Persentase Aspek KPS Awal Kelompok Eksperimen dan kontrol ... 54

Tabel 4.4 Persentase Aspek KPS Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 55

Tabel 4.5 Data N Gain Aspek KPS Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 55

Tabel 4.6 Rata-rata Persentase Hasil Observasi KPS Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 57

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 58

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 59

(13)

ix

Lampiran 3 LKS Kelas Eksperimen ... 124

Lampiran 4 LKS Kelas Kontrol ... 141

Lampiran 5 Lembar Observasi Kelas Eksperimen ... 152

Lampiran 6 Lembar Observasi Kelas Kontrol ... 170

Lampiran 7 Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains ... 189

Lampiran 8 Instrumen Uji Validasi Tes KPS ... 209

Lampiran 9 Hasil Anates Uji Validasi Instrumen Tes KPS ... 216

Lampiran 10 Instrumen Tes KPS ... 220

Lampiran 11 Kunci Jawaban Tes KPS ... 225

Lampiran 12 Hasil Ketetarampilan Proses Sains (KPS) Pretest Kelas Eksperimen ... 230

Lampiran 13 Hasil Ketetarampilan Proses Sains (KPS) Pretest Kelas Kontrol ... 232

Lampiran 14 Hasil Ketetarampilan Proses Sains (KPS) Posttest Kelas Eksperimen ... 235

Lampiran 15 Hasil Ketetarampilan Proses Sains (KPS) Posttest Kelas Kontrol ... 237

Lampiran 16 Perhitungan N-Gain Aspek KPS ... 240

Lampiran 17 Analisis Data Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains 241 Lampiran 18 Penghitungan Mean, Median, Modus Dan Standar Deviasi Data Pretest Kelas Eksperimen ... 249

Lampiran 19 Penghitungan Mean, Median, Modus Dan Standar Deviasi Data Pretest Kelas Kontrol ... 254

Lampiran 20 Penghitungan Mean, Median, Modus Dan Standar Deviasi Data Posttest Kelas Eksperimen ... 259

Lampiran 21 Penghitungan Mean, Median, Modus Dan Standar Deviasi Data Posttest Kelas Kontrol ... 264

Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas ... 269

(14)
(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat, telah menuntut lembaga pendidikan untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dalam era globalisasi yang berkembang sangat pesat, diperlukan praktik pembelajaran kreatif dan inovatif. Pembelajaran sains sangat penting peranannya dalam mendorong kemajuan iptek.

Terkait dengan penerapan keterampilan proses sains sebagai tujuan pembelajaran dan berperan dalam pengembangan iptek. Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa kenyataan yang ditemui di salah satu sekolah khususnya pada jenjang SMA atau MA di wilayah Tangerang Selatan, menunjukkan masih ada guru yang belum paham mengenai keterampilan proses sains. Guru merasa kesulitan dalam mengaplikasikan katerampilan proses sains, hal tersebut dikarenakan jumlah siswa yang terlalu banyak dan dalam satu kelas hanya terdapat satu guru. Dalam mengukur keterampilan proses sains diperlukan pengamat untuk membantu penilaian keterampilan proses sains yang terjadi ketika pembelajaran sedang berlangsung. Di sisi lain masih ada guru yang belum mengerti akan keterampilan proses sains. Sehingga kegiatan pembelajaran biologi yang sering terjadi hanya menggunakan metode ceramah saja, tanpa disertai kegiatan praktikum dalam pembelajaran biologi.

(16)

Hal itu tentu kurang bermanfaat karena proses pembelajaran hanya dikomunikasikan oleh guru kepada peserta didik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas, sehingga siswa tidak memahami apa yang sedang dipelajari. Padahal seharusnya siswa ikut serta mengembangkan keterampilan proses yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep mengenai konsep yang sedang dipelajari melalui masalah. Konsep merupakan satu hal yang sangat penting, namun tidak hanya terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh peserta didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah.1

Permasalahan pembelajaran sains (termasuk fisika, biologi, dan kimia) diantaranya: (1) pengajaran sains umumnya dilakukan dengan cara menghafal dan tanpa diimbangi dengan kegiatan praktikum, sehingga siswa kurang bahkan tidak memahami konsep yang sedang dipelajarinya; (2) masih banyak guru sains yang berpendapat bahwa mengajar itu adalah suatu kegiatan menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep kepada peserta didik.2

Sains mengandung banyak hal tidak hanya kumpulan pengetahuan saja. Pada hakikatnya biologi terdiri dari produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.3 Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan.4 Cain dan Evans, seperti dikutip Rustaman menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau

1

Trianto (1), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, h.65.

2

Izaak H. Wenno, Pengembangan Model Modul IPA Berbasis Problem Solving Method Berdasarkan Karakteristik Siswa dalam Pembelajaran di SMP/MTS, Cakrawala Pendidikan, 2, 2010, h. 177.

3

Trianto (2), Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. 4, h. 137.

4Zulfiani, “Inkuiri Dalam Pendidikan IPA”,

(17)

produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta, hukum, prinsip, dan teori yang telah di uji kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan. Dalam sains juga terdapat sikap seperti tekun, tebuka, jujur, teliti, objektif dan rasa ingin tahu. Sains sebagai teknologi berarti bahwa sains memiliki hubungan dengan kehidupan sehari-hari. 5

Jika sains mengandung empat hal seperti di atas, maka dalam kegaitan pembelajaran siswa juga harus mengalami empat hal tersebut. Dalam belajar sains seharusnya tidak hanya belajar mengenai konsep saja tetapi juga harus belajar proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat memahami sains secara utuh. Jika kegiatan pembelajaran berpusat pada guru maka siswa hanya belajar mengenai konsep-konsep saja tanpa mengetahui makna dari konsep tersebut. Sebaliknya jika pembelajaran berpusat pada siswa maka siswa akan mengerti dan paham akan konsep yang sedang dipelajarinya sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya pelajaran biologi berupaya untuk membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu peserta didik untuk memahami alam sekitar secara mendalam.

Tujuan pendidikan pembelajaran IPA dalam taksonomi Bloom, seperti dikutip Trianto, bahwa: Tujuan utama pembelajaran IPA yaitu dapat memberikan pengetahuan (kognitif). Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang berkenaan dengan fakta sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tujuan pembelajaran sains diharapkan pula dapat memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan.6

(18)

cara memecahkan masalah. Kegiatan pembelajaran sains lebih ditekankan pada

keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar biologi hanya mentransfer konsep atau teori dari guru kepada siswa, kemudian siswa menghafalkan konsep tersebut. Untuk itu perlu dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran sains yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan memahami sebuah konsep. Guru hanya memfasilitasi dan membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran secara aktif dilakukan dengan cara mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, merefleksi rangsangan, dan memecahkan masalah. Dengan demikian, upaya pengembangan keterampilan proses dapat dilakukan dengan melakukan proses pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah.7

Pembelajaran sains (biologi) sebagai bagian dari pendidikan memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan sains. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut termasuk ilmu biologi membawa dampak pemilihan materi, metode dan media pembelajaran serta sistem pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik serta dapat bersaing dalam menanggapi perkembangan sains tersebut.

Carin and Sund seperti dikutip Wenno, menyatakan bahwa sains adalah scientific attitude, yaitu; keyakinan, nilai-nilai, pendapat, dan objektif, misalnya: dalam mengambil keputusan berkaitan dengan masalah yang dihadapi, siswa bersikap objektif dan jujur. Scientific processes, scientific methods adalah cara khusus dalam penyelidikan untuk memecahkan

7

(19)

suatu masalah, misalnya; membuat hipotesis, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menyusun data, mengevaluasi data, dan mengukur. Scientific product (produk ilmiah) adalah berupa fakta, prinsip, hukum, teori seperti prinsip ilmiah.8

Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantang bagi siswa untuk berpikir lebih dalam. Menurut Barbara seperti dikutip Rusnayati mengemukakan bahwa kurangnya penguasaan konsep siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka perlu diterapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk memfasilitasi siswa, agar siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan.9 Albanese dan Mitchel seperti dikutip Rusnayati, mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional, pendekatan pembelajaran berbasis masalah mampu mengkonstruksi konsep dan mengembangkan keterampilan proses.10

Konsep biologi yang menarik untuk dibuat pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah konsep sistem pencernaan, karena dalam konsep sistem pencernaan mencakup konsep macam-macam zat makanan. Konsep zat makanan terkait dalam kehidupan sehari-hari, misalnya memilih menu yang seimbang, mengenal zat aditif yang terkandung dalam makanan. Selain itu, pembelajaran mengenai konsep sistem pencernaan dapat dilakukan dengan eksperimen sederhana, misalnya seperti menguji bahan-bahan makanan yang mengandung karbohidrat, dan menguji formalin yang terkandung dalam makanan. Sehingga siswa akan merasa tertarik untuk melakukan percobaan, pengamatan, dan hasil pengamatan serta pemahamannya dapat diterapkan kembali dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat menjadikan pelajaran biologi lebih menarik, mudah dipahami, lebih menekankan pada pengajaran proses dan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan ilmiah siswa atau keterampilan proses sains (KPS) siswa.

(20)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pencernaan”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran masih mengacu pada pembelajaran tekstual, sehingga siswa tidak menerapkan konsep yang telah dipahami pada kehidupan sehari-hari.

2. Proses pembelajaran hanya berorientasi pada penguasaan konsep, sehingga siswa cenderung untuk menghafal konsep yang diberikan oleh guru.

3. Kurangnya pemahaman guru tentang proses belajar mengajar yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains siswa.

C.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah, diantaranya: 1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa digunakan metode

eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

2. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep sistem pencernaan.

3. Metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini diterapkan pada pertemuan 1, 2, dan 3.

(21)

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Apakah metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pencernaan?”

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pencernaan.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains.

2. Bagi siswa, dapat mengembangkan kreatifitas dan sikap ilmiah siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta meningkatkan pemahaman akan suatu konsep yang dipelajari.

3. Bagi sekolah, dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang lebih inovatif diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dan kemampuan para siswanya.

(22)

8

A.Deskripsi Teori

1. Paradigma Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Menurut Mayer seperti dikutip Rusmono, “belajar adalah adanya perubahan pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman. Pengalaman terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya”.1

Pengetahuan bukan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungan.2 Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget seperti dikutip Gedler bahwa “pengetahuan bukanlah suatu informasi statis dari suatu peristiwa”. Pengetahuan adalah proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan. 3 Menurut Dewey seperti dikutip Rusmono, pengetahuan yang sedang dipelajari oleh siswa berhubungan dengan pengetahuan siswa sebelumnya, artinya pengetahuan tersebut merupakan hasil konstruksi dari pemikiran siswa sendiri.4 Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku saja. Mengalami sendiri merupakan kunci belajar bermakna.

Teori belajar yang memandang bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi diri kita sendiri dikenal dengan konstruktivisme. Menurut Slavin seperti dikutip Trianto dalam teori pembelajaran konstruktivisme, siswa harus menemukan dan mentransformasikan sendiri suatu informasi. Siswa secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus-menerus mengasimilasi dan

1

Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 12.

2

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), Cet. 2. h. 56.

3

Margaret E. Gredler, Learningan and Instruction, Terj. Tri Wibowo, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 328.

4

(23)

mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain siswa secara aktif membangun pemahamannya tentang realita.5

Berdasarkan landasan konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit. Pengetahuan bukan seperangkat fakta atau konsep yang hanya untuk diingat, tetapi pengetahuan harus dibangun oleh siswa dan menjadikannya bermakna melalui pengalaman. Dengan dasar inilah, pembelajaran harus dikemas menjadi proses membangun bukan hanya menerima pelajaran.

Proses belajar meliputi 3 tahapan menurut Piaget seperti dikutip Trianto, yakni: (1) asimilasi, yaitu: proses menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki oleh siswa; (2) akomodasi, yaitu: menyusun dan mencocokkan pengetahuan ke dalam situasi yang baru; (3) ekuilibrasi, yaitu: proses menyesuaikan dan menyeimbangkan pemahaman yang sudah dimiliki dengan pengalaman baru (penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi).6 Dalam upaya memahami pengalaman baru, siswa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dan membangun pemahaman baru. Peran guru dalam belajar konstruktivisme yaitu membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.7 Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang memadai sehingga siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata serta terlibat langsung dengan alat dan media.

Menurut Piaget seperti dikutip Rustaman, “belajar sains merupakan proses konstruktivistik yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa”.8 Proses pembelajaran sains menekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta dan membangun konsep. Guru hanya memberikan tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dan mengupayakan agar siswa dapat menaiki tangga

5

Trianto (1), Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. 4, h. 74.

6

Ibid, h. 70-71.

7

Budiningsih, op. cit., h. 59.

8

(24)

tersebut.9 Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif melalui proses asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi sehingga dapat mengembangkan kognitifnya.

2. Hakikat Metode Eksperimen a. Pengertian Metode Eksperimen

Eksperimen merupakan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium atau di luar laboratorium. 10 Metode eksperimen adalah “metode pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan atau penyelidikan dengan membuktikan sendiri”.11

Menurut Gronlund seperti dikutip Susiwi kemampuan yang dikembangkan dalam praktikum bersifat student-oriented dan product-oriented. Oleh sebab itu yang harus dicapai dalam praktikum adalah: memecahkan masalah, menggunakan pengetahuan dan keterampilan laboratorium dalam kegiatan eksperimen, mendesain eksperimen sederhana untuk menguji hipotesis, menginterpretasi data, serta memberikan penjelasan yang jelas dan sistematis tentang eksperimen.12

Pada metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk: melakukan sendiri kegiatan praktikum, mengikuti proses praktikum sesuai dengan prosedur, mengamati suatu objek, menganalisisnya, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek. 13 Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran eksperimen perlu adanya persiapan. Menurut La Iru prosedur atau langkah-langkah metode eksperimen agar dapat diterapkan dengan baik meliputi:

9

Trianto (1), op. cit., h.143.

10

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 8, h. 220.

11

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 4, h. 84.

12

Susiwi, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-Ei-Hd, Jurnal Pengajaran MIPA, 2, 2009, h. 2.

13

(25)

1) Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam eksperimen.

2) Mempersiapkan lembar kerja siswa atau pedoman eksperimen yang berisi petunjuk dan informasi tentang tugas yang harus dilaksanakan dalam eksperimen. Lembar kerja siswa disusun secara sistematis sehingga dalam pelaksanaannya memudahkan siswa untuk membuat laporan.

3) Setelah melaksanakan eksperimen dilakukan diskusi dan tanya jawab untuk memperkuat perolehan hasil eksperimen.

4) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.14

Kegiatan eksperimen harus dilakukan secara sistemik dan sistematis, yaitu dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan hasil kajian. Siswa membuat laporan yang dijadikan dasar untuk melihat seberapa jauh kemampuan berpikir siswa, kemampuan menjelaskan, kemampuan berargumentasi dan kemampuan menyimpulkan hasil penyelidikan.15

Menurut Woolnough dan Allsop seperti dikutip Rustaman mengemukakan bahwa peran eksperimen dalam pembelajaran itu sangat penting karena: (1) dapat meningkatkan motivasi untuk mempelajari sains; (2) dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan dasar bereksperimen; (3) dapat menjadi sarana belajar ilmiah; (4) menunjang pemahaman materi pelajaran.16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan metode eksperimen akan melatih siswa untuk meneliti, mengamati, dan menganalisa suatu proses. Siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan baik keterampilan psikomotor maupun intelektual, menghayati prosedur ilmiah dan sikap ilmiah. Sehingga dengan diterapkannya metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat lebih memahami materi pelajaran. Selain itu siswa bekerja sama dalam

14

La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model pembelajaran, (Yogyakrta: Multi Presindo, 2012), Cet. 1, h. 33.

15

Ibid, h. 32.

16

(26)

memecahkan atau menyelidiki masalah, maka mereka akan terlibat dalam mengembangkan konsep dirinya seperti merencanakan, mengorganisasi, komunikasi sosial, kreativitas, dan akademik.

b. Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen menuntut penggunaan alat bantu yang sebenarnya, karena dasar pembelajaran ini adalah mencobakan suatu objek. 17 Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan.

Keunggulan metode eksperimen, antara lain:

1) Membangkitkan sikap ilmiah siswa, seperti: berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka, dan objektif.

2) Mengembangkan keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa, seperti: mengamati, menginterpretasi, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen.

3) Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, dan lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.

4) Siswa fokus dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena situasi belajar penuh tantangan, sehingga siswa tidak mudah bosan. Kelemahan metode eksperimen, antara lain:

1) Memerlukan waktu yang relatif lama. 2) Memerlukan alat, bahan dan biaya.

3) Sebelum melaksanakan kegiatan eksperimen, guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang.

4) Siswa dituntut memiliki landasan berpikir, sehingga mengetahui tujuan melakukan eksperimen dan kesimpulan yang diambil relevan dengan konsep yang sedang diuji.

17

(27)

5) Memerlukan ruang khusus (labolatorium), sehingga kegiatan eksperimen lebih kondusif dan optimal.18

3. Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah menurut Ibrahim dan Nur seperti dikutip Rusman, “Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar”.19

Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus dan respon merupakan hubungan dua arah antara belajar dan lingkungan. Hal ini dikemukakan oleh Dewey seperti dikutip Trianto. 20 Lingkungan menyajikan masalah, masalah tersebut merupakan stimulus untuk belajar, kemudian siswa menerima stimulus tersebut dengan berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian siswa melakukan proses pembelajaran secara langsung. Pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan akan menjadi pedoman bagi siswa sebagai tujuan belajar.

Pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar melalui pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Pembelajaran berbasis masalah juga memfasilitasi untuk memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal. Hal ini dikemukakan oleh Margeston, seperti dikutip Rusman.21 Selain itu melalui pembelajaran berbasis masalah, siswa diharapkan untuk terlibat dalam penelitian. Di

18

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009), Cet. 1, h. 104-105.

19

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), Cet. 3, h. 241.

20

Trianto (2), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 67.

21

(28)

dalam penelitian tersebut siswa dituntut untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk memecahkan suatu masalah.22

“Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa dioptimalkan melalui proses kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan”, pendapat ini dikemukakan oleh Tan seperti dikutip Rusman.23

Berdasarkan uraian tersebut pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata untuk merangsang siswa agar dapat berpikir kritis dalam proses pembelajaran, sehingga terjadi proses pembelajaran yang aktif dan bermakna. Berpikir kritis yang dimaksud adalah berpikir secara ilmiah melalui tahapan-tahapan tertentu dan berdasarkan pada data dan fakta yang jelas. Masalah yang disajikan di awal pembelajaran bertujuan agar siswa memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah konsep yang diformulasikan dalam masalah, memiliki penguasaan sikap positif, dan memiliki keterampilan secara bertahap dan berkesinambungan.

Siswa memahami konsep dan prisip dari suatu materi dimulai dari bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan melalui investigasi, menemukan, dan pemecahan masalah. Siswa membangun konsep atau prinsip dengan kemampuan sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya.

(29)

mengoptimalkan kemampuan berpikir melalui kolaborasi inkuiri dan kooperatif dalam setiap tahapan proses pembelajaran berbasis masalah.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Model Pembelajaran berbasis masalah merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Beberapa ciri atau karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

Pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga ciri utama sebagaimana dikemukakan Sanjaya, yaitu:

1) Dalam kegiatan pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Sehingga siswa memahami makna dari pelajaran tersebut.

2) Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran berbasis masalah mengorientasikan masalah dalam kegiatan pembelajaran, masalah tersebut dijadikan sebagai dasar atau inti dari kegiatan pembelajaran.

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir secara sistematis dan emperis. Sistematis artinya berpikir ilmiah yang dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu. Sedangkan emperis berarti proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.25

Menurut Boud dan Feletti, seperti dikutip Uden karakteristik pembelajaran berbasis masalah diantaranya: Pertama, dalam proses pembelajaran siswa menggunakan stimulus untuk mempertimbangkan masalah. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, informasi untuk memecahkan masalah tidak diberikan, siswa harus menggunakan sumber yang ada untuk mendapatkan solusi dari masalah tersebut. Ketiga, siswa bekerja sama dengan temannya dalam kelompok.

25

(30)

Guru hanya bertindak sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Keempat, siswa harus mengidentifikasi isu-isu pembelajaran untuk memecahkan masalah. Kelima, siswa menggunakan berbagai sumber untuk memecahkan masalah dan menggunakan konsep yang dipahami untuk diterapkan dalam menyelesaikan masalah. Akhirnya, proses pembelajaran terjadi dari proses dengan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa.26

Pada hakikatnya pembelajaran berbasis masalah menerapkan masalah dalam kegiatan pembelajaran, dimana masalah tersebut menjadi inti atau dasar dari proses pembelajaran. Masalah yang digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. 27 Masalah yang diberikan yaitu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, mengandung unsur penemuan, memberikan petunjuk bagi siswa sebagai pengarah, dan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai esensi dari suatu konsep.

Menurut Lee, seperti dikutip Aka menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah membuat siswa memperoleh beberapa keterampilan seperti berpikir ilmiah, penemuan ilmiah, pengumpulan data, menunjukkan cara menyelesaikan suatu masalah, serta meningkatkan kemampuan menganalisis data hasil penelitian atau percobaan.28 Dengan demikian pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendekatan pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif seperti berpikir kritis, pemecahan masalah dan keterampilan ilmiah.

Dalam mengembangkan keterampilan ilmiah siswa belajar melalui keterampilan proses sains. Hal ini di dukung oleh pendapat Arends, seperti

26

Lorna Uden dan Chris Beaumont, Technology and Problem Based Learning, (Amerika: Information Science Publishing, 2006), h. 36.

27

Rusmono, op. cit., h. 78.

28

(31)

dikutip trianto bahwa salah satu karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah adalah mengadakan penyelidikan autentik. Untuk memecahkan suatu masalah siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan atau memprediksi, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.29

Dalam sistem pendidikan, pendekatan pembelajaran berbasis masalah bermanfaat untuk meningkatkan prestasi akademik siswa dan mengembangkan ilmu keterampilan proses. Ilmu keterampilan proses adalah keterampilan berpikir yang digunakan untuk memproses informasi, berpikir untuk memecahkan masalah, dan merumuskan kesimpulan. Keterampilan proses sangat penting untuk memecahkan masalah. Ilmu keterampilan proses terdiri dari beberapa keterampilan yaitu observasi, klasifikasi dan menggunakan angka, waktu dan hubungan spasial, membuat inferensi, prediksi, variabel kontrol, komunikasi, menafsirkan data, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis dan eksperimen. Para ahli berpendapat bahwa peran proses dan keterampilan pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran itu sangat penting. Jadi pendekatan pembelajaran berbasis masalah efektif untuk meningkatkan keberhasilan siswa dan mengembangkan keterampilan proses sains.30

c. Langkah-langkah Merancang Pembelajaran Berbasis Masalah

Gallagher dan Stepien seperti dikutip I Wayan Sadia menyatakan bahwa dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah ada beberapa hal perlu diperhatikan dalam merancang perencaan pembelajaran tersebut sehingga proses pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa (student center). Beberapa hal tersebut diantaranya:

(32)

2) Siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi gagasannya melalui eksperimen atau studi lapangan, dengan demikian siswa akan memperoleh data-data yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

3) Siswa diminta untuk mengelola data yang mereka miliki. Hal tersebut bertujuan untuk melatih metakognisi siswa.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan dan menjelaskan hasil data yang mereka peroleh.31

Dengan bahasa yang sedikit berbeda, John Barell mengungkapkan bahwa langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Pernyataan masalah.

2) Berbagai macam peran yang dilakukan oleh siswa.

3) Kesempatan untuk menganalisa situasi, timbulnya pertanyaan.

4) Investigasi untuk mencari jawaban biasanya dilakukan secara berkelompok.

5) Analisa kritis untuk penemuan dan penggambaran kesimpulan yang masuk akal.

6) Penemuan tersebut untuk dibagikan, dipresentasikan, yang biasanya dilakukan di depan kelas.

7) Berbagai macam penelitian informal dan formal secara autentik oleh siswa dan guru.32

Dalam kegiatan pembelajaran berbasis masalah, siswa melakukan beberapa proses seperti yang dikemukakan oleh Amir, diantaranya sebagai berikut:

31

I Wayan Sadia, Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Cycle Learning dalam Pembelajaran Fisika, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1, 2007, h. 6-7.

32

(33)

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas.

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menyamakan persepsi atas istilah atau konsep yang terdapat dalam masalah.

2) Merumuskan masalah.

Fenomena yang muncul dalam masalah memerlukan penjelasan tentang hubungan yang terjadi diantara fenomena tersebut.

3) Menganalisis masalah.

Siswa menggunakan pengetahuan yang dimilikinya terkait dengan masalah yang dihadapi. Pada langkah ini terjadi diskusi, sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis terkait dengan masalah.

4) Menata gagasan secara sistematis dan menganalisanya.

Data yang sudah dianalisis, dilihat hubungannya satu sama lain dan dikelompokkan.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran.

Pada langkah ini siswa merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

6) Mencari informasi tambahan.

Siswa mencari sumber-sumber yang relevan untuk mendukung data yang diperoleh.

7) Mensintesa dan menguji informasi.

Siswa mempersentasikan data yang diperoleh dihadapan kelompok lain.33

d. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

33

(34)

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Pembelajaran34 Tingkah laku guru Aspek KPS35 Tahap 1:

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan kebutuhan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

(35)

Tahap Pembelajaran34 Tingkah laku guru Aspek KPS35

dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang dilakukan.

 Mengajukan pertanyaan

e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Sebagai suatu strategi pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, antara lain:

1) Pembelajaran berbasis masalah dapat menantang kemampuan untuk menemuakan pengetahuan baru bagi siswa.

2) Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

3) Pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan dengan pengetahuan yang baru, serta mengaplikasikan pengetahauan yang dimiliki dalam kehidupan sehiari-hari.

(36)

Disamping keunggulan, Pembelajaran Berbasis Masalah juga memiliki kelemahan antara lain:

1) Saat siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk menoba.

2) Keberhasilan pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman tentang masalah yang disajikan dalam pembelajaran, maka siswa tidak mengerti apa yang sedang dipelajari.36

3. Hakikat Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

“Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan manual, intelektual, dan sosial”. 37 Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan alat. Dalam keterampilan proses keterampilan intelektual dan kognitif juga ikut berperan karena siswa menggunakan keterampilan tersebut untuk berpikir. Melalui keterampilan proses siswa dapat berinteraksi dengan temannya dalam kegiatan pembelajaran, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Keterampilan proses sains adalah keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan atau mengembangkan konsep/prinsip/teori yang telah ada sebelumnya. 38 Dengan menemukan atau mengembangkan konsep, keterampilan proses yang terjadi akan lebih bermakna.

(37)

keterampilan proses ini akan menjadi roda penggerak dalam hal penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai.39

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains merupakan suatu keterampilan ilmiah baik secara kognitif maupun psikomotor sehingga dapat digunakan untuk menemukan, memahami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains berorientasi pada proses sains yaitu sikap, proses, produk, dan teknologi yang di dalamnya melibatkan mental, intelektual, dan sosial. Dengan demikian keterampilan proses sains memberi kesempatan kepada siswa agar terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga akan terjadi interaksi antara keterampilan proses dengan konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan. Interaksi yang terjadi akan menimbulkan sikap dan nilai yang diperlukan dalam penemuan ilmu pengetahuan. Nilai tersebut meliputi: teliti, kreatif, tekun, tenggang rasa, bertanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka, dan disiplin.

Menurut Semiawan, ada beberapa alasan perlunya keterampilan proses sains diterapkan dalam proses pembelajaran diantaranya:

1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung dengan pesat sehingga guru tidak mungkin lagi menjelaskan semua fakta dan konsep kepada peserta didik.

2) Siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang nyata dengan cara mempraktikan sendiri.

3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak namun bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah muncul data baru yang mengandung prisip dengan kebenaran yang relatif sehingga mampu membuktikan kesalahan teori sebelumnya.

39

(38)

4) Proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri peserta didik.40

b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya

Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing aspek keterampilan proses sains tersebut. Ada beberapa jenis keterampilan proses sains, diantaranya:

Menurut Dahar seperti dikutip Susiwi, “keterampilan proses sains adalah keterampilan berpikir yang meliputi: mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, dan berkomunikasi”.41

Seperti dikutip Trianto, Funk membagi keterampilan proses menjadi dua tingkatan yaitu: keterampilan proses dasar (basic science process skill) dan keterampilan proses terpadu (integrated science process skill). Keterampilan proses dasar meliputi observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan dan melakukan eksperimen. 42

Terdapat sembilan aspek dalam keterampilan proses sains sebagaimana yang dikemukakan Rustaman, yaitu: melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan.43

(39)

Aspek keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Rustaman, yakni aspek keterampilan proses sains terdiri dari sembilan keterampilan proses sains. Hal ini dikarenakan aspek keterampilan proses sains yang dikemukakan oleh rustaman lebih rinci dan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Selain itu menurut Rusnayati, perlu penelitian mengenai aspek keterampilan proses sains secara menyeluruh sehingga dapat diketahui apakah pembelajaran berbasis masalah baik diterapkan pada seluruh aspek keterampilan proses sains.44 Setiap aspek keterampilan proses sains memiliki karakter masing-masing. Karakteristik keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan (observasi)

Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan seluruh alat indra secara optimal dalam mengamati suatu objek agar dapat menggambarkan dan menjelaskan karakteristik objek tersebut.

2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi)

Interpretasi merupakan keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan suatu pola yang berurutan dalam pengamatan sehingga memperoleh kesimpulan.

3) Mengelompokkan (klasifikasi)

Keterampilan mengelompokkan terdiri dari menggolongkan, membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan. Melalui keterampilan jenis ini muncul kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan berbagai obyek yang diamati.

44Heni Rusnayati dan Eka Cahya Prima, “Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan

(40)

4) Meramalkan (prediksi)

Keterampilan meramalkan atau memprediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada.

5) Berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan menginformasikan hasil pengamatan kepada orang lain. Bentuk komunikasi ini dapat berupa lisan, tulisan, grafik, tabel, atau gambar.

6) Berhipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi.

7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan

Keterampilan jenis ini mencakup keterampilan menentukan alat dan bahan yang diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu, dalam lembar kerja siswa tidak dicantumkan secara khusus alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan.

8) Menerapkan konsep atau prinsip

Keterampilan ini meliputi keterampilan menggunakan konsep-konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan suatu peristiwa.

9) Mengajukan pertanyaan

Keterampilan jenis ini merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa untuk mempelajari masalah lebih lanjut. Pertanyaan yang diajukan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, dan bagaimana.45

c. Indikator Keterampilan Proses Sains

Menurut Herlen dan Rustaman seperti dikutip Zulfiani setiap aspek keterampilan proses sains memiliki indikator. Indikator keterampilan proses sains dapat dilihat pada tabel 2.2.46

45

Ibid.

46

(41)

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains No Aspek KPS Indikator

1 Observasi  Menggunakan sebanyak mungkin indra

 Menggunakan fakta relevan 2 Klasifikasi  Mencatat setiap pengamatan

 Mencari perbedaan/persamaan

 Mengontraskan ciri-ciri

 Membandingkan

 Mencari dasar pengelompokkan

 Menghubungkan hasil pengamatan 3 Interpretasi  Menghubungkan hasil pengamatan

 Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan

 Menyimpulkan

4 Prediksi  Menggunakan pola/hasil pengamatan

 Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5 Mengajukan pertanyaan

 Bertanya apa, bagaimana, mengapa

 Bertanya untuk meminta penjelasan

6 Berhipotesis  Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian

 Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu di uji kebenarannyadengan memperoleh bukti 7 Merencanakan

percobaan

 Menetukan alat/bahan yang digunakan

 Menetukan variabel/faktor penentu

 Menentukan apa yang akan di ukur, diamati, dicatat

8 Menggunakan alat/bahan

 Memakai alat/bahan

 Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan

 Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan

9 Menerapkan konsep  Menerapkan konsep pada situasi baru

 Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

10 Berkomunikasi  Memberikan data empiris hasil percobaan dengan tabel/grafik/diagram

 Menyampaikan laporan sistematis

 Menjelaskan hasil percobaan

 Membaca grafik

 Mendiskusikan hasil kegiatan

(42)

No Aspek KPS Indikator

11 Eksperimentasi -

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan mengenai pengaruh metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan proses sains siswa.

Hasil penelitian Elvan Ince Aka, dkk., yang berjudul “Effect of Problem Solving Method on Science Process Skills and Academic Achievement” menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor posttest antara siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Metode pemecahan masalah (problem solving) lebih efektif daripada metode pembelajaran tradisional. Pada ini kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student center) sehingga dapat mengembangkan kemandirian siswa, kognitif dan pembelajaran ilmiah.47

Hasil penelitian Herekno Anen Siswati, dkk., yang berjudul “Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah dengan Menggunakan Metode Demonstrasi, Diskusi, dan Eksperimen Ditinjau dari Kemampuan Verbal dan Gaya Belajar” menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi, diskusi, dan eksperimen terhadap prestasi belajar fisika, (2) terdapat pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, (3) terdapat interaksi penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi, diskusi, dan eksperimen dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika, (4) terdapat interaksi kemampuan verbal tinggi dan rendah dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika.

Hasil penelitian Heni Rusnayati dan Eka Cahya Prima, yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Elastisitas”, menunjukkan bahwa adanya penerapan model

47

(43)

pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan konsep elastisitas dan peningkatan keterampilan proses sains.48

Muhamad Fahrizal dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Cahaya dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP”. Hasil penilitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep cahaya dan keterampilan proses sains siswa dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional.49

Hasil penelitian Sri Wahyuni dan Nuni Widiarti yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Berorientasi Chemo-Entrepreneurship pada Praktikum Kimia Fisika”, hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran praktikum berdasarkan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa dan secara kuantitatif hasil belajar mahasiswa menunjukkan peningkatan dari 65 menjadi 81,2 dan ketuntasan belajar juga meningkat dari 34% menjadi 100%.50

Hasil penelitian Ida Bagus Putu Arnyana, yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA”, menunjukkan bahwa kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inovatif (GI, PBL, dan Inkuiri) memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran tradisional.51

Hasil penelitian I Ketut Tika dan Ni Ketut Thantris, yang berjudul “Penerapan Problem Based Learning Berorientasi Penilaian Kinerja dalam Pemblajaran Fisika untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja Ilmiah Siswa”,

48

Heni Rusnayati, dan Eka Cahya Prima, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan

Penguasaan Konsep Elastisitas”,Makalah Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.

49 Muhamad Fahrizal, “

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Cahaya dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP”, Tesis (Pasca sarjana UPI Bandung, Bandung, 2009), tidak dipublikasikan.

50

Sri Wahyuni dan Nuni Widiarti, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Berorientasi Chemo-Entrepreneurship pada Praktikum Kimia Fisika, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4, 2010.

51

(44)

menunjukkan bahwa ternyata penerapan model pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada penilaian kinerja dapat meningkatkan kompetensi kerja ilmiah siswa, kompetensi pemahaman konsep fisika, dan sangat efektif dalam meningkatkan aktvitas belajar siswa.52

Hasil penelitian Sri Wardani, dkk yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berorientasi Problem-Based Instruction, menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan KPS berorientasi PBI dapat meningkatkan hasil belajar serta aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa pada siklus I, II, dan III.53

C.Kerangka Berpikir

Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman, serta mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen kehidupan fisik, material, dan teknologi dari lingkungan mereka secara ilmiah. Setiap pembelajaran dalam pendidikan sains harus menumbuhkan kualitas pemikiran seperti kemandirian berpikir, kemurnian ide, dan kebebasan berpikir. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas pemikiran menjadi nilai-nilai sosial.

Pembelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan pengetahuan konsep-konsep dan prinsip saja tetapi belajar IPA juga merupakan penemuan. Belajar IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dalam menggali alam sekitar dan memahaminya.

52

I Ketut Tika dan Ni Ketut Thantris, Penerapan Problem Based Learning Berorientasi Penilaian Kinerja dalam Pemblajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja Ilmiah Siswa, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 3, 2008.

53

(45)

Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek. Metode eksperimen akan melatih siswa untuk meneliti, mengamati, dan menganalisa suatu proses. Siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan baik keterampilan psikomotor maupun intelektual, menghayati prosedur ilmiah dan sikap ilmiah.

Metode eksperimen ini akan diaplikasikan melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan masalah, serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, membina dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, rasa ingin tahu, dan penalaran serta cara berpikir objektif baik secara individual maupun kelompok. Pada pembelajaran ini siswa melakukan penyelidikan berdasarkan permasalahan yang diajukan guru tetapi siswa sendiri yang menentukan prosedur penyelidikannya. Sedangkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam kegiatan penyelidikan yang dirancangnya.

(46)

D.Hipotesis Penelitian

(47)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun ajaran 2012/2013 pada bulan Januari 2013 di SMAN 1 Kota Tangerang Selatan, Jl. Pendidikan No.49 Ciputat.

B.Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu). Quasi experiment digunakan karena pengambilan kelompok tidak dilakukan secara acak penuh.1

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut akan diberi perlakuan (treatment). Sebelum perlakuan diterapkan, kedua kelompok tersebut akan diberi tes awal (pretest) dan setelah perlakuan diterapkan akan diberi tes akhir (posttest). Adapun desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

Keterangan:

T1 : Tes awal yang sama pada kedua kelompok (pretest).

X1 : Perlakuan dengan menggunakan metode eksperimen dengan

pendekatan pembelajaran berbasis masalah. X2 : Perlakuan dengan menggunakan metode eksperimen dengan

pendekatan pembelajaran langsung.

1

(48)

T2 : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok (posttest).

C.Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. 2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1 Kota Tangerang Selatan.

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti.3 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas XI IPA SMAN 1 Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 74 siswa dengan 33 siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen dan 41 siswa kelas XI IPA 5 sebagai kelompok kontrol. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu dilakukan dengan cara mengambil subjek penelitian berdasarkan atas adanya tujuan tertentu.4 Peneliti diberi dua kelompok sebagai sampel, kemudian penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditentukan secara objektif.

D.Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:

1. Variabel X (variabel bebas) adalah metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

2. Variabel Y (variabel terikat) adalah keterampilan proses sains.

2

Suharsimi Arikunto (1), Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet.14,h. 173.

3

Ibid., h. 174.

4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 12, h. 218.

(49)

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data diperlukan teknik atau cara pengumpulan data. Pada penelitian ini cara yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan menggunakan tes dan non tes (observasi). 1. Tes

Tes merupakan cara mengumpulkan data untuk mengukur kemampuan objek yang diteliti.5 Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes keterampilan proses sains yang dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu sebelum diterapkan perlakuan (pretest) dan sesudah diterapkan perlakuan (posttest). Tes yang diberikan berbentuk tes uraian. Soal-soal yang digunanakan pada pretest dan posttest merupakan soal yang sama. Hal ini dimaksud agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains yang diperoleh siswa setelah diterapkan metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik atau cara mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap suatu kegiatan yang sedang berlangsung.6 Pada penelitian ini teknik observasi yang digunakan adalah observasi non partisipatif (nonparticipatory observation). Dalam observasi non parsitisipatif observer (pengamat) tidak ikut serta dalam kegiatan, observer hanya mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas keterampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observer menggunakan lembar observasi untuk memperoleh data tentang keterampilan proses sains siswa. Observer dalam penelitian ini adalah guru bidang studi biologi di SMAN 1 Kota Tangerang Selatan.

5

Arikunto (1), op. cit., h. 266.

6

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi operasional proses ekstraksi omega-3 dari minyak ikan lemuru dengan menggunakan ekstraksi fluida karbondioksida superkritik ini meliputi tiga tahap, yaitu

akan terjadi persainggan baik dalam pemasaran produk atau yang lain. Bauran pemasaran yaitu kumpulan alat pemasaran teksis terkendali

dengan mana-mana peruntukan Bahagian II adalah melakukan suatu kesalahan dan hendaklah dihukum denda tidak melebihi satu ribu ringgit atau penjara tidak melebihi

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap kreativitas pada materi aritmatika sosial, (2)

hlm.. demikian apa yang sebenarnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. 2) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif

SK2 (100ml/pot) menunjukkan nilai rata-rata tertinggi yaitu 0,63 cmol/kg terhadap peningkatan K dalam tanah dan berpengaruh nyata terhadap KTK, pada dosis (200ml/pot)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa masing-masing bakteriosin dari Lactobacillus brevis asal es pisang ijo , Lactobacillus casei asal sotong kering dan Lactobacillus

harta warisan dari almarhum P melainkan merupakan tanah kepemilikan dari Tergugat I sebagaimana bukti kepemilikan surat Tergugat I yaitu Sertifikat Hak Milik