Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
ANNISA NURHAYATI
NIM: 1110103000018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 12 September 2013
Annisa Nurhayati
iii
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
OLEH:
Annisa Nurhayati
NIM: 1110103000018
Pembimbing I Pembimbing II
Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, Mbiomed dr. Lady C. C Koesoema, Sp.KK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
PERILAKU VAGINAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA REMAJA PUTRI USIA 13-17 TAHUN DI DAERAH PONDOK CABE ILIR yang diajukan oleh Annisa Nurhayati (NIM: 1110103000018), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 12 September 2013. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Ciputat, 12 september 2013
DEWAN PENGUJI Ketua Sidang
Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, Mbiomed
Pembimbing I Pembimbing II
Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, Mbiomed dr. Lady C. C Koesoema, SpKK
Penguji I Penguji II
dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
v Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga mengizinkan saya untuk dapat menyelesaikan penelitian dengan judul HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU VAGINAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA REMAJA PUTRI USIA 13-17 TAHUN DI DAEREAH PONDOK CABE ILIR 2013.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada:
1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd, Dr. H. Arif Sumantri, SKM. Mkes, dan Dra. Farida Hamid, M. Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung kami, para mahasiswa untuk terus berjuang dan menjadi lebih baik.
2. dr. Witri Ardini, M.gizi, SpGK selaku Kaprodi PSPD dan kepada semua dosen yang telah membimbing dan memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. drg. Laifa Hendarmin, PhD, selaku penanggung jawab modul riset mahasiswa PSPD 2010 yang telah memberikan motivasi untuk kami mengerjakan riset tepat waktu.
4. Rr. Ayu Fitri Hapsari, Ssi, Mbiomed dan dr. Lady C. C Koesoema, SpKK, selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran serta kesabarannya dalam memberi masukan dan bimbingan hingga akhir penelitian ini selesai.
5. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed dan dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd selaku penguji dalam sidang penelitian ini pada tanggal 12 September 2013.
vi
motivasi, kasih sayang yang tidak ternilai harganya sehingga penelitian ini dapat selesai tepat waktu. Begitu pula kepada ketiga adik tersayang Hanifa Aljufri, Muthia Aljufri, dan Hanif Aljufri, terima kasih atas bantuan dan semangat yang telah diberikan untuk kakakmu.
8. Kak Iin Alaydrus yang telah memberikan begitu banyak bantuan dalam penyelesaian penelitian ini.
9. Ayu Budi, Shabrina, Bening, Alo serta PSPD 2010 yang selama ini telah menjadi sahabat, sejawat, sekaligus teman seperjuangan atas kerja sama pada tiga tahun terakhir, sampai akhirnya kita semua dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga semua kebaikan yang telah dilakukan dan diberikan dapat terbalas dengan kebaikan yang setimpal oleh Allah SWT, dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu bagi yang membaca. Amin
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Ciputat, 12 September 2013
vii
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Vaginal Hygiene terhadap Kejadian Keputihan Patologis Pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir. 2013
Keputihan adalah masalah yang umumnya dihadapi kaum wanita.Remajayang dalam masa peralihan, disertai dengan kematangan organ reproduksinya perlu perhatian khusus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku remaja menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan patologis di daerah Pondok Cabe Ilir. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dengan menggunakan simple random sampling dan pengambilan data menggunakan kuesioner, kemudian analisis data dilakukan dengan uji Chi Square. Berdasarkan 130 sampel didapatkan 50% remaja memiliki pengetahuan buruk, 53.8% memiliki sikap negatif, dan 56.9% memiliki perilaku buruk dengan kejadian keputihan tidak normal sebesar 56.2%. Hasil uji Chi Square hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan diperoleh p=0.008, hubungan sikap dengan kejadian keputihan diperoleh p=0.806, dan hubungan perilaku dengan kejadian keputihan diperoleh p=0.38.
Kata kunci: remaja, keputihan
ABSTRACT
Annisa Nurhayati. Relationship Between Knowledge, Attitudes and Behavior of Vaginal Hygiene on the Incidence of Pathological Vaginal Discharge in Female Adolescents aged 13-17 years at Pondok Cabe Ilir
Vaginal discharge is a problem commonly faced by women. Adolescents who are in transition period, along with the maturity of reproductive organs need special attention. The study was conducted to determine the relationship between knowledge, attitudes and behaviors of female adolecscents in keeping vaginal hygiene on the incidence of pathological vaginal discharge at Pondok Cabe Ilir. This study used cross-sectional design with simple random sampling, data gathered by questionnaire, and analyzed by Chi Square test. From 130 samples, 50% of adolecscents had lack of knowledge, 53.8% had a negative attitude, and 56.9% had a negative behavior and the occurrence of abnormal vaginal discharge is 56.2%. Chi Square test of the relationship between knowledge and the incident of vaginal discharge obtained p = 0.008, relationship between attitude and incidence of vaginal discharge obtained p = 0.806, and the relationship with incidence of vaginal discharge and behavior obtained p = 0383.
viii
LEMBAR PERNYATAAN ...
LEMBAR PERSETUJUAN ...
LEMBAR PENGESAHAN ...
KATA PENGANTAR ...
ABSTRAK...
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ... 1.2 Rumusan masalah ... 1.3 Hipotesis ... 1.4 Tujuan penelitian ... 1.4.1 Tujuan umum ... 1.4.2 Tujuan khusus ... 1.5 Manfaat penelitian ...
1.5.1 Bagi remaja ... 1.5.2 Bagi petugas kesehatan ... 1.5.3 Bagi peneliti ...
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori... 2.1.1 Anatomi organ reproduksi ... 2.1.1.1 Vulva ... 2.1.1.2 Vagina ... 2.1.2 Keputihan ... 2.1.2.1 Pengertian ... 2.1.2.2 Etiologi ... 2.1.2.3 Patogenesis ... 2.1.3 Pengetahuan...
2.1.4 Sikap ... 2.1.5 Perilaku ... 2.1.6 Remaja ... 2.1.7 Perilaku menjaga vaginal hygiene ... 2.2 Kerangka konsep... 2.3 Definisi operasional...
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian ... 3.2 Waktu dan tempat penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...
ix
3.3.4 Cara pengambilan sampel ... 3.3.5 Instrumen penelitian ... 3.4 Cara Kerja Penelitian ... 3.5 Etika ... 3.6 Manajemen data ... 3.6.1 Pengumpulan data ... 3.6.2 Pengolahan data ...
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis univariat ... 4.2 Analisis bivariat... 4.3 Keterbatasan penelitian ...
BAB 5SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 5.2 Saran...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN... 23 23 24 24 25 25 25
26 30 34
35 35
x
Tabel 2.1 Perbedaan keputihan fisiologis dan patologis ... Tabel 4.1 Hasil analisis distribusi responden berdasarkan usia ...
7 26
Tabel 4.2 Hasil analisis pengetahuan tentang keputihan ... 27
Tabel 4.3 Hasil analisis sikap menjaga vaginal hygiene ... 27
Tabel 4.4 Hasil analisis perilaku menjaga vaginal hygiene... 28
Tabel 4.5 Hasil analisis kejadian keputihan ... 29 Tabel 4.6 Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan ..
Tabel 4.7 Hasil analisis sikap menjaga vaginal hygiene dengan kejadian keputihan ... Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan perilaku menjaga vaginal hygiene dengan
kejadian keputihan ... Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan sikap dengan perilaku menjaga vaginal
hygiene ...
30
31
32
xi
xii
Lampiran 1 Lembar penjelasan kepada calon subyek penelitian ... Lampiran 2 Lembar kesediaan pengisian kuesioner ... Lampiran 3 Kuesioner penelitian ... Lampiran 4 Data hasil uji statistik ... Lampiran 5 Daftar riwayat hidup ...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi remaja mempunyai makna suatu kondisi sehat
yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang
dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual.1
Masalah organ reproduksi pada remaja perlu mendapat perhatian yang serius, karena masalah tersebut paling sering muncul pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan data penelitian kesehatan reproduksi perempuan didapatkan 75% perempuan di dunia pernah mengalami keputihan yang paling sedikit satu kali dalam hidupnya. Hasil penelitian sebelumnya yaitu pada tahun 2002 didapatkan 50% perempuan Indonesia mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003 disebutkan bahwa sekitar 60% perempuan mengalami keputihan. Angka ini terus meningkat dari penelitian tahun 2004 didapatkan sekitar 70% perempuan di Indonesia mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya.2
Keputihan (white discharge, flour albus, leucorrhea) adalah keluarnya sekret atau cairan dari vagina yang bervariasi dari bau, konsistensi, dan warna.1 Keputihan sendiri dapat bersifat normal (fisiologis) atau juga penyakit (patologis). Pada keadaan normal, sekret yang keluar dari serviks dan vagina ini disertai adanya bakteri atau flora normal. Keputihan yang normal umumnya muncul pada masa menjelang dan setelah menstruasi.3,4
Ada 2 hal yang menjadi faktor pencetus keputihan yaitu faktor infeksi dan non-infeksi. Faktor infeksi diakibatkan karena bakteri, jamur, parasit, virus.3 Faktor non-infeksi bisa diakibatkan karena masuknya benda asing ke vagina, membersihkan daerah vagina yang kurang bersih, penggunaan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam maupun pembalut saat mestruasi, dan perawatan saat menstruasi yang kurang benar.4
Masalah keputihan adalah masalah sejak lama yang menjadi persoalan kaum perempuan. Semua perempuan dari berbagai usia dapat mengalami keputihan. Remaja merupakan bagian dari populasi yang berisiko terkena perhatian khusus karena pada masa remaja ini merupakan masa peralihan juga masa kematangan dari organ seksualnya.4
Akibat dari keputihan patologis dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara baik dan cepat. Tidak hanya mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar uterus tetapi juga merupakan awal gejala kanker serviks yang merupakan pembunuh nomor satu bagi perempuan yang berujung pada kematian.2,5
Kurangnya ketersediaan akses untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan salah satu yang menjadi pencetus semakin banyaknya kejadian keputihan pada remaja. Hal ini terbukti dari banyak penelitian yang menyatakan rendahnya tingkat pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada remaja putri.6 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku vaginal hygiene pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah, apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan perlaku vaginal hygiene dengan kejadian keputihan patologis pada remaja putri usia 13-17 tahun di daerah Pondok Cabe Ilir?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan perlaku vaginal hygiene dengan kejadian keputihan patologis pada remaja putri usia 13-17 tahun di daerah Pondok Cabe Ilir.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum:
patologis yang dialami oleh remaja putri usia 13-17 tahun di Pondok Cabe Ilir.
1.4.2 Tujuan khusus:
Mengetahui angka kejadian keputihan pada remaja putri di
daerah Pondok Cabe Ilir.
Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kejadian keputihan patologis pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.
Mengetahui hubungan sikap menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.
Mengetahui hubungan perilaku menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.
Mengetahui hubungan sikap terhadap perilaku vaginal hygiene pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya
menjaga kebersihan daerah genital sebagai bentuk pencegahan penyakit.
Menjadi informasi dalam upaya peningkatan kesehatan
reproduksi perempuan terutama remaja.
1.5.2 Bagi Petugas Kesehatan
Dapat memberikan pelayanan dan konseling sejak dini guna
pencegahan terjadinya keputihan patologis.
1.5.3 Peneliti
Menambah pengetahuan guna pelaksanaan penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Anatomi Organ Reproduksi Perempuan
2.1.1.1 Vulva
Vulva merupakan tempat muara sistem urogenital. Bagian luar vulva dikelilingi oleh labia mayora yang mengarah kebelakang dan menyatu membentuk kommisura posterior dan perineum. Ke depan labia mayora menjadi satu dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis, yang kemudian dibawahnya terletak klitoris. Kira-kira 1.5 cm dibawah klitoris terdapat orifisium uretra eksternum sebagai lubang kemih.6, 8, 9
2.1.1.2 Vagina
[image:17.595.125.545.175.522.2]Vagina merupakan sebuah saluran terdiri dari otot yang menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia
Gambar.2.1 Anatomi organ keperempuanan dan batas-batasnya
Sumber: Tortora, 2012
interna. Karena saluran ini terdiri dari lapisan otot maka vagina bisa melebar dan menyempit. Sebagian dari introitus vagina tertutup oleh hymen atau yang biasa disebut selaput dara. 6,8
Epitel vagina terdiri atas epitel skuamosa. Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis epitel gepeng tidak bertanduk dan tidak memiliki kelenjar. Pada anak kecil epitel ini sangat tipis sehingga dapat dengan mudah terkena infeksi.6,8,9
Bagian luar otot-otot terdapat fascia (jaringan ikat), dimana jaringan ikat ini akan berkurang elastisitasnya pada perempuan lanjut usia. Bagian atas vagina berbatasan dengan kandung kemih sampai ke forniks vagina anterior. Bagian dinding belakang vagina lebih panjang dan membentuk forniks posterior yang lebih panjang dari forniks anterior.6,8
2.1.2 Keputihan
2.1.2.1 Pengertian
Tabel. 2.1 Perbedaan keputihan fisiologis dan patologis
Penampakan Fisiologis Patologis
Warna Bening Kuning hingga hijau
Kejernihan Jernih Keruh
Bau Tidak berbau Berbau
2.1.2.2 Etiologi
Pada keadaan normal, terdapat pertumbuhan flora normal di vagina seperti Lactobacillus sp dan flora normal lain. Kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar bercampur dengan bakteri, sel epitel vagina serta serviks. Normalnya pada perempuan keputihan memiliki manfaat sebagai pelumas, dan sebagai mekanisme pertahanan dari berbagai macam infeksi. Pada keadaan normal inilah keputihan berwarna jernih atau keruh berawan dengan tanpa bau maupun darah. pH fisiologisnya berada pada kisaran antara 3.5-4.5 yang berfungsi untuk menghambat bakteri patogen tumbuh berlebihan.5, 10,11
Keputihan fisiologis dapat ditemukan dalam keadaan seperti:10, 11,12
Bayi baru lahir sampai usia kurang lebih 10 hari, hal ini
disebabkan karena pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. Selama masa intrauterin, janin telah mendapat pengaruh rangsangan dari estrogen, progesteron dan gonadotropin, sehingga ketika bayi perempuan lahir telah terlihat adanya pembesaran payudara dan uterus. Mukosa vagina dan endometrium memperlihatkan gambaran proliferasi. Epitel vagina mengandung glikogen dalam jumlah besar.
Sekitar menarke karena adanya pengaruh estrogen,
keputihan ini dapat menghilang dengan sendirinya tetapi kadang menimbulkan kecemasan pada orang tua. Waktu sekitar ovulasi, dengan sekret dari
kelenjar-kelenjar serviks menjadi lebih encer.
Pada perempuan dewasa apabila dirangsang sebelum
dan pada saat koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina.
Perempuan dengan penyakit menahun juga terjadi
keputihan oleh karena pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks.
Sering kali keputihan patologis merupakan indikasi adanya vaginitis. Penyebab paling sering pada umumnya adalah infeksi. Berbagai macam kuman patogen ini dapat masuk ke dalam vagina salah satunya melalui hubungan seksual, atau kurangnya dalam menjaga kebersihan daerah vagina.5, 10
Vaginitis umumnya disebabkan oleh Candida albicans, Gardnerella vaginalis, Mycoplasma, Trichomonas vaginalis. Diagnosis vaginitis umumnya memerlukan pemeriksaan mikroskopik cairan vagina. Penyebab keputihan patologis:9,11
a. Candida albicans, warna keputihan seperti putih susu, dengan konsistensi kental, berbau agak menyengat, dan disertai rasa gatal berlebihan pada vagina. Akibat infeksi jamur ini, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Umumnya, kehamilan, penyakit diabetes mellitus, penggunaan pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh dapat menjadi pemicu timbulnya infeksi akibat jamur ini.
(seperti celana dalam, dan lain-lain), atau bibir kloset. Cairan keputihan pada infeksi parasit ini bisa sangat bervariasi. Umumnya cairan vagina berbuih, tipis, berbau tidak sedap, dan banyak. Warna pada keputihan bisa bervariasi, dari abu-abu, putih, atau kuning kehijauan.
c. Vaginosis bacterial, merupakan penyebab vaginitis paling umum. Infeksinya lebih kepada pergeseran komposisi flora normal vagina dengan peningkatan bakteri anaerobik dan kenaikan konsentrasi Gardnerella vaginalis. Ciri keputihannya tipis, homogen, berwarna putih keabu-abuan, dan berbau amis.
d. Hal lain yang juga dapat menyebabkan keputihan antara lain pemakaian tampon vagina, penggunaan celana dalam yang terlalu ketat, tidak menyerap keringat, lembab pada daerah vagina, alat kontrasepsi, penggunaan antibiotik terlalu lama, cara membersihkan yang kurang tepat, penggunaan alat mandi atau pakaian dalam yang bergantian dapat meningkatkan risiko penularan.13
2.1.2.3 Patogenesis
Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan Lactobacillus sp sebagai flora normal, dan proliferasi sel epitel skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Hal-hal ini dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen, yang kemudian glikogen ini akan dimanfaatkan oleh Lactobacilus sp dalam keadaan normal untuk pertumbuhannya, dan hasil metabolisme dari flora normal ini adalah asam laktat. Suasana yang ditimbulkan asam laktat ini akan menyuburkan pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp dan Corynebacteria acidogenic, juga bersifat patogen terhadap bakteri lain. Pada kondisi inilah pH vagina dipertahankan sekitar 3.5-4.5.8,10
Berbagai variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan ini selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi. Beberapa perempuan memiliki sekret vagina yang banyak dibandingkan dengan yang lain. Variasi banyaknya sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mukus serviks dipengaruhi oleh usia, siklus menstruasi, kehamilan, dan juga pada pengguna pil KB.10,13,14
2.1.3 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, peraba, pembau, dan perasa. Sebagian besar
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari
pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.15
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan apa yang diketahui
tentang suatu objek tertentu dan setiap jenis pengetahuan mempunyai
ciri–ciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana (epistemology)
dan untuk apa (aksiology) pengetahuan tersebut.16
Pengetahuan tentang keputihan merupakan sarana penting
dalam melakukan pencegahan keputihan dan bagi kesehatan remaja.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :16
a) Tahu (know): tahu diartikan hanya sebagai recall
(memanggil) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu. Misalnya, remaja putri
tahu bahwa keputihan merupakan pengeluaran cairan
dari alat genitalia yang bukan berupa darah.
b) Memahami (comprehension): memahami suatu objek
bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, juga tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut. Misalnya, remaja putri
memahami bagaimana cara mencegah keputihan salah
satunya dengan menjaga kebersihan organ genitalia.
c) Aplikasi (application): aplikasi diartikan apabila
orang yang telah memahami objek yang dimaksud,
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
Misalnya, remaja putri tidak hanya memahami cara
menjaga kebersihan organ genitalia, tetapi dia juga
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari–hari.
Salah satunya adalah cara cebok yang benar yaitu dari
depan (vagina) ke belakang (anus).
d) Analisis (analysis): analisis adalah kemampuan
seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan
seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
apabila orang tersebut dapat membedakan, atau
memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
Misalnya, remaja putri dapat membedakan antara
keputihan yang normal dan keputihan abnormal.
e) Sintesis (synthesis): sintesis menunjukkan suatu
kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen–komponen pengetahuan yang dimiliki.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi–
formulasi yang telah ada. Misalnya, remaja putri dapat
melakukan tindakan mencegah keputihan dengan cara
sering mengganti celana dalam jika terasa lembab.
f) Evaluasi (evaluation): evaluasi berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma–norma yang berlaku di
masyarakat. Misalnya, remaja dapat membedakan
antara keputihan yang normal dan abnormal serta
dapat melakukan pencegahan terhadap keputihan.
2.1.4 Sikap
Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan
berpikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu
obyek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi
secara langsung atau tidak langsung pada praktik atau tindakan.16
New Comb salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
predisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
obyek-obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
obyek.
Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan:16
a) Menerima (Receiving): menerima diartikan bahwa orang
(obyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
b) Merespon (responding): memberikan jawaban apabila ditanya
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Karena itu suatu usaha untuk
menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide
tersebut.
c) Menghargai (Valuing): mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi bersikap. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain (tetangganya) untuk pergi menimbangkan anaknya
ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu
bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
d) Bertanggung Jawab (responsible): bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang
ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan
dari orang lain.
Faktor-faktor mempengaruhi pembentukan sikap antara lain:17
1. Pengalaman Pribadi: apa yang dialami seseorang akan
mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial. Tanggapan
akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap,
untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang
harus memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus
memiliki pengamatan yang berkaitan dengan obyek
diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh
langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung
tersebut dapat berupa predisposisi perilaku yang akan
direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi
memungkinkan.
2. Orang lain: seseorang cenderung akan memiliki sikap yang
disesuaikan atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang
yang dianggap berpengaruh antara lain adalah ; Orang tua,
teman dekat, teman sebaya, rekan kerja, guru, suami atau istri,
dll.
3. Kebudayaan: kebudayaan dimana kita hidup akan
mempengaruhi pembentukan sikap seseorang.
4. Media Massa: sebagai sarana komunikasi, berbagai media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang. Dalam membawa pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarah pada opini yang kemudian
dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi sehingga
mampu membentuk sikap.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama: lembaga
pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya
meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan
dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor Emosional: tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh
situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.
Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang
2.1.5 Perilaku
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi. Penerimaan perilaku baru disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif.15
Perilaku ditinjau dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, sehingga dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar dan mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, menangis, bekerja, dan sebagainya. 15
Seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus, dan membedakannya dibagi 2 jenis: 15
a) Respondent respons atau reflexive: yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu, misal makanan lezat yang menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terlalu terang membuat mata tertutup. Pada kategori ini juga mencakup reaksi emosional, misalnya mendengar berita duka maka menjadi sedih atau menangis.
b) Operanat respons atau instrumental respons: yaitu respon yang timbul dan berkembang lalu diikuti oleh stimulus tertentu, misalnya seorang pekerja yang melakukan pekerjaannya dengan baik lalu memperoleh penghargaan dari atasannya, maka pekerja tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Ditinjau dari bentuk respon terhadap stimulusnya, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:16
dengan mudah dapaat diamati atau dilihat orang lain.
2. Perilaku tertutup (covert behavior): respon terhadap stimulus dalam bentuk tertutup ini masih terbatas perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam menjaga vaginal hygiene dibagi menjadi 2:18
a) Faktor internal: karakteristik orang uang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat pendidikan, tingkat emosional, konsep diri, dan sebagainya.
b) Faktor eksternal: lingkungan, baik lingkungan fisi, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang membentuk perilaku seseorang dalam menjaga vaginal hygiene, karena seseorang akan cenderung menyesuaikan dan mengikuti perilaku hygiene sesuai dengan kebiasaan yang ada dalam lingkungannya.
Terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku vaginal hygiene:
a) Faktor yang mempermudah (predisposing factor): faktor utama yang mempengaruhi perilaku adalah sikap, pengetahuan, konsep diri, kepercayaan, nilai, dan informasi. Selain itu faktor sepeti demografi misalnya status ekonomi, keluarga juga mempengaruhi perubahan perilaku.
c) Faktor pendorong: faktor yang memperkuat perubahan perilaku vaginal hygiene seseorang dikarenakan adanya perilaku dan sikap orang lain seperti guru, keluarga, teman sebaya, dan lingkunga sekitar lainnya.
2.1.6 Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangn manusia. Masa ini merupakan periode perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang diikuti perubahan biologik, psikologik, dan sosial.15 Remaja dari segi usia dapat dibagi menjadi reamaja awal (early adolescent) 10-13 tahun, remaja menengah (middle adolescent) 14-16 tahun, dan remaja akhir (late adolescent) 17-20 tahun.15
Tahap perkembangan remaja:
a. Remaja awal (early adolescent)
Pada tahap ini seorang remaja masih terheran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertau perubahan-perubahan itu. Mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Tampak merasa lebih dekat dengan teman sebayanya, merasa ingin bebas.
b. Remaja menengah (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ia senanag kalau banyak teman yang mengakuinya. Terdapat kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Tampak ingin mencari identitas diri, keinginan atau ketertarikan terhadap lawan jenis.
c. Remaja akhir (late adolescent)
Minat yang semakin mantap terhadap fungsi
kognitif.
Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah
lagi.
Tumbuh batasan yang memisahkan kepribadian
dirinya dengan masyarakat umum.
Ego untuk mencari kesempatan untuk bersatu
dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
Mulai adanya keseimbangan antara kepentingan diri
sendiri dengan orang lain.
2.1.7 Perilaku menjaga vaginal hygiene
Daerah keperempuanan mudah terkena bakteri yang dapat menimbulkan infeksi. Maka perempuan perlu menjaga kebersihan organ genitalianya, seperti:15,18
Membasuh vagina dari arah depan ke belakang dengan
hati-hati, menggunakan air bersih setelah buang air kecil, buang air besar, dan mandi.
Mengganti pakaian dalam, minimal 2 kali sehari.
Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang berbahan
lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut harus diganti minimal 3 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina
Menggunakan celana dalam yang bersih, kering, dan
terbuat dari bahan katun
Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain
untuk mengeringkan vagina
Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari
2.2 Kerangka Konsep
2.1.1 Variabel dependen
Variable dependen atau terikat pada penelitian ini adalah kejadian keputihan patologis pada remaja usia 13-17 tahun.
2.1.2 Variabel independen
Variable independen atau bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan perilaku vaginal hygene.
Pengetahuan vaginal hygiene
Sikap dan perilaku vaginal hygiene
Kejadian keputihan patologis
Faktor lain: Lingkungan Status sosial
Faktor pendorong dan pendukung (keluarga, teman, dll)
2.3 Definisi operasional
No Variabel Definisi Pengukur Alat ukur Cara
pengukur an
Skala pengukuran
1. Pengetahuan tentang vaginal hygiene dan keputihan
Segala sesuatu yang diketahui oleh remaja tentang vaginal hygiene dan keputihan
Peneliti Kuesioner Vaginal hygiene no. 1-14 Keputihan no. 15-25 Pengisian kuesioner Ordinal Score: Buruk <16 Baik >17
3 Perilaku vaginal hygiene
Segala kegiatan atau kebiasaan remaja untuk menjaga vaginal hygiene
Peneliti Kuesioner no. 1-15 Pengisian kuesioner Ordinal Score: Buruk <10 Baik >11 4 Sikap
vaginal hygiene
Pemahaman untuk
membentuk perilaku dalam menjaga vaginal hygiene
Peneliti Kuesioner no. 1-14 Pengisian kuesioner Ordinal Score: Buruk <52 Baik >53 5 Sikap
terhadap perilaku vaginal hygiene
Peneliti Kuesioner Pengisian kuesioner
Ordinal Buruk <52 Baik >53
6 Kejadian keputihan
Cairan yang berlebihan yang keluar dari saluran reproduksi
Peniliti Kuesioner no. 16-17 (perilaku)
Pengisian kuesioner
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan metode potong lintang (cross-sectional).
3.2. Waktu dan tempat
Penelitian ini akan dilakukan di sekitar masjid ataupun diperkumpulan remaja daerah Pondok Cabe Ilir pada periode bulan Agustus 2013.
3.3. Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir RW 09. Populasi terjangkau penelitian ini adalah remaja putri usia 13-17 tahun.
3.3.2 Kriteria sampel i. Kriteria Inklusi:
Yang termasuk kriteria inklusi pada penelitian ini: Remaja putri
Usia 13-17 tahun
ii. Kriteria Eksklusi:
Remaja putri yang tidak mengisi data dengan
lengkap
Tidak bersedia mengisi lembar kuesioner
3.3.3 Besar sampel
Besar data pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus analisis data kategorik-kategorik tidak berpasangan, yaitu :
Keterangan:
N : besar sampel
Zα : deviat baku alfa
Zβ : deviat baku beta
P2 : proporsi pada kelompok yang sudah diketahui
nilainya Q2 : 1 – P2
P1 : proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan
judgement peneliti Q1 : 1 – P1
P1– P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P : proporsi total = (P1 + P2)/2
Q : 1 – P
Diketahui:
Zα: 5% = 1.96
Zβ: 20% = 0.84 P2: 0.5
Q2: 1 – 0.5 = 0.5 P1: 0.7
Q1: 1 – 0.37=0.3 P1 – P2: 0.2
P: (0.7 + 0.5)/2 = 0.45 Q: 1 – 0.27 = 0.55
[ √ √ ]
N = 93.99 pembulatan 94 sampel
dari jumlah sampel sehingga total sampel menjadi minimal 103 responden. Namun pada penelitian ini diambil responden sebanyak
130 sampel.
3.3.4 Cara pengambilan sampel
Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik acak sederhana (simple random sampling). Metode ini merupakan salah satu teknik pengambilan sampel probability sampling dimana teknik ini memberikan peluang yang sama dari semua elemen sebagai sampel penelitian. Penggunaan teknik acak sederhana ini mengasumsi bahwa populasi adalah tidak terbatas.19,20
3.3.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini dalam data yang dugunakan adalah data primer (lampiran 3) menggunakan kuesioner yang disesuaikan dengan kuesioner sebelumnya yang pernah dilakukan dalam
penelitian sebelumnya oleh Amanda Octavia “Gambaran
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Feminine Hygiene terhadap
3.4.Cara Kerja Penelitian
3.5. Etika
1. Sebelum memulai penelitian, peneliti akan meminta izin tertulis kepada responden dan institusi.
2. Peneliti akan menjelaskan kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan.
3. Peneliti akan menjelaskan tata cara pengisian kuesioner kepada responden dan menjelaskan bahwa tidak akan memberi dampak buruk kepada responden.
4. Setiap responden dijamin kerahasiaannya dari data yang didapat dalam penelitian ini.
5. Setiap responden memiliki hak autonomy untuk menyetujui atau menolak keikutsertaannya dalam penelitian.
Ethical clearence
Pembuatan kuesioner
Validasi Kuesioner
Mengumpulkan remaja didaerah Pondok Cabe Ilir
Memohon izin dan memberikan penjelasan kepada calon responden tentang penelitian ini
Informed concent
Menjelaskan bahwa penelitian ini tidak berdampak buruk bagi calon responden dan akan dijaga kerahasiaan data maupun hasil yang didapat oleh peneliti
Pengisian data kuesioner dengan lengkap
3.6. Manajemen Data
3.3.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer, karena kuesioner diisi langsung oleh responden. Identitas dan data dari responden akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara simple random sampling. Sebelumnya akan dilakukan penjelasan terlebih dahulu kepada responden mengenai penelitian yang sedang dilakukan ini dan menjelaskan bahwa penelitian ini tidak memberi dampak buruk bagi responden. Tidak ada sanksi bagi responden yang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maupun bagi responden yang mengundurkan diri.
3.3.2 Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social Sciences) versi 16.0. pengolahan data ini dilakukan dalam beberapa tahap, diataranya:
a) Editing
Melakukan pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data. Tahap ini dilakukan setiap kali responden selesai mengisi kuesioner.
b) Coding
Pemberian kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa ketegori.
c) Data Entry
Melakukan pemasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam program SPSS.
d) Analisis Data
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mulai dari deskripsi data, uji hipotesis yang dilakukan, dan pembahasan data yang didapatkan dalam penelitian
4.1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini dilakukan untuk melihat frekuensi pada setiap variabel dependen dan variabel independen serta melihat gambaran distribusi homogenitas dari 130 responden yang dilakukan pengambilan data. Berikut adalah pembahasan analisis univariat yang telah dilakukan, yang terbagi atas:
[image:38.595.133.504.183.533.2]4.1.1. Usia
Tabel 4.1. Distribusi Reponden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi %
13 28 21.5
14 21 16.2
15 28 21.5
16 20 15.4
17 33 25.4
Total 130 100
Hasil dari distribusi data jumlah responden tertinggi adalah pada usia 17 tahun (25.4%)
4.1.2. Faktor pengetahuan
Faktor pengetahuan disini adalah penilaian sejauh mana responden mengetahui tentang vaginal hygiene dan keputihan. Diantaranya meliputi ciri khas keputihan terutama yang tidak normal, cara pencegahan, kurangnya kebersihan dapat menyebabkan keputihan. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang
keputihan dan vaginal hygiene dikelompokan kedalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Keputihan dan Vaginal hygiene pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh hasil jumlah responden dengan pengetahuan baik sama dengan responden dengan pengetahuan buruk (50%). Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Amelia (2012) tentang gambaran perilaku remaja putri SMA, dari total 188 responden yang memiliki pengetahuan tinggi adalah sebesar 131 responen (69.7%).18 Disini menunjukan bahwa hasil penelitian tidak sesuai karena perbedaan usia yang diteliti oleh Amelia dari usia 17-21 tahun. Pengalaman juga dapat dijadikan cara untuk menambah pengetahuan seseorang. Perbedaan usia yang dilakukan ini juga mempengaruhi daya tangkap dan pola berpikir seseorang. Semakin bertambah usia seseorang semakin berkembang pula daya dan pola berpikir seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.
[image:39.595.137.515.213.581.2]4.1.3. Faktor Sikap
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Menjaga Vaginal hygiene pada Remaja Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO SIKAP FREKUENSI %
1 NEGATIF 70 53.8
2 POSITIF 60 46.2
NO PENGETAHUAN FREKUENSI %
1 BURUK 65 50
[image:39.595.207.493.681.739.2]Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan responden dengan sikap negatif sebesar 53.8%. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Amelia (2012), hasil menunjukan sikap responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia sebesar 100 responden (53.2%) memiliki sikap negatif sedangkan 88 responden (46.8%) memiliki sikap positif.18 Hasil penelitian ini sesuai dikarenakan motivasi dalam menjaga vaginal hygiene sudah kurang tumbuh, dan anggapan tentang keputihan adalah hal yang harus diperhatikan masih kurang. Sikap sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah orang lain disekitar dapat ikut mempengaruhi sikap seseorang. Mudahnya informasi yang didapat baik dari media cetak maupun elektronik saat ini sangat mendukung. Media disini memiliki peranan penting dalam penyampaian informasi, adanya informasi baru bagi terbentuknya sikap.15
4.1.4. Faktor Perilaku
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menjaga Vaginal hygiene pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO PERILAKU FREKUENSI %
1 BURUK 74 56.9
2 BAIK 56 43.1
[image:40.595.137.514.126.549.2]Pengetahuan yang baik akan menghasilkan sikap dan pemahaman yang baik yang kemudian dapat melahirkan perilaku yang positif pula.21 Keadaan ini dipengaruhi karena kurangnya pengetahuan para responden dalam menjaga vaginal hygiene dan sikap yang benar tentang menjaga kebersihan masih kurang. Dapat pula karena kurangnya pemberian informasi menyebabkan kurangnya pengetahuan baru yang didapat sehingga sikap perilaku disini menjadi tergantung dari lingkungan sekitar.22
4.1.5. Kejadian keputihan
Kejadian keputihan yang dilihat pada analisis data ini adalah kejadian keputihan fisiologis (normal) dan keputihan patologis (tidak normal). Keputihan ini hanya dilihat dari gejala yang timbul pada saat keputihan seperti warna, bau dan gatal, serta kapan saja terjadi keputihan.
Tabel 4.5. Distribusi Kejadian Keputihan pada Remaja Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh data keputihan tidak normal sebesar 56.2%. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mariyatul (2010), dari total 103 responden yang diteliti sebanyak 72 responden mengalami keputihan normal (69.92%) sedangkaan 31 responden (30.17%) mengalami keputihan tidak normal.23 Tingginya angka kejadian keputihan tidak normal ini bisa disebabkan kurangnya pengetahuan dari remaja dalam menjaga vaginal hygiene, juga buruknya sikap dan perilaku dalam menjaga vaginal hygiene.
NO KEPUTIHAN FREKUENSI %
1 TIDAK NORMAL 73 56.2
[image:41.595.137.513.131.522.2]4.2. Analisis Bivariat
Pada analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui beberapa variabel yang mungkin berhubungan dengan kejadian keputihan pada remaja putri, antara variabel independen dengan variabel dependen.
4.2.1. Hubungan Pengetahuan Vaginal hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe
Tabel 4.6. Distribusi Data Berdasarkan Hubungan Pengetahuan Vaginal hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO PENGETAHUAN KEJADIAN KEPUTIHAN TOTAL TIDAK
NORMAL
NORMAL
n % n % n %
1 BURUK 44 67.7 21 32.3 65 100 2 BAIK 29 44.6 36 55.4 65 100
P-VALUE: 0.008
Hasil uji statistik mengenai hubungan pengetahun tentang vaginal hygiene dan keputihan terhadap kejadian keputihan di daerah Pondok Cabe ditunjukkan pada tabel 4.6. Diketahui dari 65 responden yang berpengetahuan buruk, 67.7% mengalami keputihan tidak normal. Sedangkan dari 65 responden yang berpengetahuan baik, 55.4% mengalami keputihan normal.
[image:42.595.136.520.164.564.2]4.2.2. Hubungan Sikap Menjaga Vaginal hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir
Tabel 4.7. Distribusi Data Berdasarkan Sikap Menjaga Vaginal hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
P-VALUE: 0.806
Hasil uji statistik mengenai hubungan sikap menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan di daerah Pondok Cabe Ilir ditunjukkan pada tabel 4.7. Diketahui dari 70 responden dengan sikap negatif, 51.7% mengalami keputihan tidak normal, sedangkan dari 60 responden dengan sikap positif, 55.0% mengalami keputihan tidak normal.
Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap menjaga vaginal hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe, dengan nilai p: 0.806 (p-Value ≥ 0.05). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukarti (2005) tentang hubungan pengetahuan, sikap dan praktek personal hygiene pada remaja putri di desa Winong, didapatkan hubungan sikap dengan kejadian keputihan p:0.428.25 Hasil ini sesuai dengan penelitian yang kami lakukan. Sikap tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik ataupun buruk, yang dapat pula dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan dan status sosial yang akhirnya memunculkan sikap tidak sesuai.
NO SIKAP KEJADIAN KEPUTIHAN TOTAL
TIDAK NORMAL
NORMAL
n % n % n %
1 NEGATIF 40 51.7 30 42.9 70 100
[image:43.595.125.519.158.757.2]4.2.3. Hubungan Perilaku Menjaga Vaginal hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir
Tabel 4.8. Distribusi Data Berdasarkan Perilaku Menjaga Vaginal hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
p-VALUE: 0.383
Hasil uji statistik mengenai hubungan perilaku menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan di daerah Pondok Cabe Ilir ditunjukkan pada tabel 4.8. Diketahui dari 74 respoden dengan perilaku buruk, 59.5% mengalami keputihan tidak normal, sedangkan dari 56 responden dengan perilaku baik, 51.8% mengalami keputihan tidak normal.
Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku menjaga vaginal hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe, dengan nilai p: 0.383 (p-Value ≥ 0.05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elza (2010) yaitu tidak dapat hubungan bermakna antara peilaku menjaga vaginal hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri.12 Kesamaan hasil ini bisa disebabkan beberapa faktor seperti penggunaan cairan antiseptik khusus vagina, penggunaan celana dalam yang ketat, serta kurangnya menjaga daerah keperempuanan dari kelembapan. Keputihan sendiri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor perilaku, beberapa hal seperti riwayat penyakit sebelumnya juga faktor
NO PERILAKU KEJADIAN KEPUTIHAN TOTAL TIDAK
NORMAL
NORMAL
n % n % n %
1 BURUK 44 59.5 30 40.5 74 100
[image:44.595.128.517.143.777.2]demografi.26,27 Perilaku sendiri juga dipengaruhi bermacam-macam faktor, faktor utama yang dapat mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan dan sikap. Selain itu faktor demografi seperti status ekonomi, usia. Kemudian faktor pendukung seperti sarana dan prasarana, serta yang terakhir faktor pendorong yaitu lingkungan dan keluarga.28,29
4.2.4. Hubungan Sikap dengan Perilaku Menjaga Vaginal hygiene pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir
Tabel 4.9. Distribusi Data Berdasarkan Hubungan Sikap dengan Perilaku Menjaga Vaginal hygiene pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun di daerah Pondok Cabe Ilir Periode Agustus 2013
NO SIKAP PERILAKU VAGINAL HYGIENE
TOTAL
BURUK BAIK
n % n % n %
1 NEGATIF 43 61.4 27 38.6 70 100 2 POSITIF 31 51.7 29 48.3 60 100
P-VALUE: 0.262
Hasil uji statistik mengenai hubungan sikap menjaga vaginal hygiene terhadap perilaku menjaga vaginal hygiene di daerah Pondok Cabe Ilir ditunjukkan pada tabel 4.9. Diketahui dari 70 responden dengan sikap negatif, 61.4% memiliki sikap yang buruk dalam menjaga vaginal hygiene, sedangkan dari 60 responden yang memiliki sikap positif dalam menjaga vaginal hygiene, 51.7% memiliki perilaku yang buruk.
[image:45.595.137.517.79.700.2]4.3. Keterbatasan penelitian
1. Pengumpulan data dengan kuesioner bersifat subjektif, sehingga kebenaran data sangat bergantung dari kejujuran responden.
2. Penentuan kejadian keputihan bukan diagnosis pasti dengan pemeriksaan makroskopis, jadi masih diperlukan pemeriksaan penunjang yang lebih pasti.
3. Waktu dan tenaga juga menjadi keterbatasan, dengan subjek yang diteliti terhitung dalam jumlah besar, sehingga hanya dilakukan pengisian kuesioner secara terpimpin dan tidak dilakukan wawancara secara langsung
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Dari hasil penelitian didapatkan 57 responden (43.8%) mengalami
keputihan normal sedangkan 73 responden (56.2%) mengalami keputihan tidak normal.
Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap kejadian
keputihan patologis pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir (p=0.008).
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir (p=0.806).
Tidak terdapat hubungan bermakna antara perilaku menjaga vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir (p=0.383).
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap terhadap perilaku
vaginal hygiene pada remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir (p=0.262).
5.2 SARAN
1. Bagi remaja putri di daerah Pondok Cabe Ilir perlu dilakukan pemberian informasi tentang vaginal hygiene dan tentang kesehatan reproduksi termasuk keputihan, juga cara menjaga vaginal hygiene dengan benar. 2. Bagi tenaga kesehatan agar mengadakan penyuluhan dan promosi seputar
kesehatan daerah genitalia guna meningkatkan pengetahuan para remaja tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah genital dan melakukan demonstrasi cara menjaga kebersihan daerah genital.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai data untuk melakukan penelitian selanjutnya, diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan rentang waktu yang lebih lama dan melakukan obeservasi kepada responden guna mengurangi adanya nilai atau hasil subjektifitas dari peneliti.
Daftar Pustaka
1. BKKBN. Kesehatan reproduksi kunci remaja meraih bahagia, 2012. Available from: http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.as px?ArtikelID=38
2. Prasetyowati, dkk. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi SMU Muhamadiyah I Metro. Jurnal Kesehatan vol. 11, 2009
3. Ratna DP. Pentingnya Menjaga Organ Keperempuanan. Jakarta: indeks, 2010
4. Manuaba, Ida Agus Gde. Memahami Kesehatan Reproduksi Perempuan. Jakarta: EGC, 2009
5. Nurhadini S, Zainal E, Efrina D. Hubungan Personal Hygiene dengan Keputihan Pada Perempuan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur. 2012
6. Benson, R. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi. Edisi 9. Cetakan I. Jakarta: Penerbit EGC, 2008.
7. Tortora, Gerard J. Derrickson Bryan. Principles of Anatomy and Physiology 13th ed. USA: John Wiley and Sons, Inc., 2012
8. Anwar, M. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2011
9. Cunningham GF,Leveno KJ,Bloom SL,Hauth JL,Rouse DJ,Spong CY,et all. William Obstetrics. 23rd ed.: McGraw-Hill Companies, 2010
10.Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999.
11.Said, Usman. Interaksi Hormonal dan Kualitas Kehidupan Pada Perempuan. Subunit Immunoendokrinologi reproduksi FK UNSRI, 2004
12.Elza. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri Terhadap Higienitas Organ Reproduksi di SMPN 85 Pondok Labu. Jakarta, 2010
13.Monalisa , Bubakar AR, Amirudin MD. Clinical Aspects Fluor Albus of Female and Treatment. Departemen Dermatovenerologi FK Universitas Hasanudin Makassar. 2012
15.Notoadtmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010
16.Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2003
17.Azwar, S. Sikap Manusia. Pustaka Belajar. Yogyakarta, 2003.
18.Amelia. Gambaran Perilaku Remaja Putri Menjaga Kebersihan Organ Genitalia dalam Mencegah Keputihan. Jakarta, 2012
19.Dahlan, M Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2010
20.Sunyoto, D. Buku Ajar Statistik Kesehatan Parametrik, Non Parametrik, Validitas, dan Reabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika, 2013
21.Marista, Enda. Sikap Remaja Terhadap Personal Hygiene Organ Reproduksi di SMK Labor Pekanbaru, 2012
22.Kurniawan, T. P. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga, Kabupaten
Purbalingga. Universitas Diponegoro Semarang, 2008
23.Mariyatul, Q. Gambaran Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kejadian Keputihan di SMP Negeri 1 Tambakboyo. Tuban, 2010
24.Novrinta, D. Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi SMA Negeri 4 semarang. UNDIP, 2011
25.Sukarti. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri di Desa Winong, 2005
26.Ahmad, Mira. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Flour Albus pada Remaja Putri di SMP Negeri 29 Semarang. Universitas
Muhamadiyah Semarang, 2011
27.Wijayanti, Daru. Fakta Penting Kesehatan Reproduksi Perempuan. Jakarta: Book Marks, 2009
28.Wiwit. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang
Penanganan keputihan. Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang, 2008
LAMPIRAN 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Perkenalkan nama saya Annisa Nurhayati, sedang menjalani pendidikan kedokteran di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta. Saat ini saya akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Sikap dan
Perilaku Vaginal hygiene Terhadap Kejadian Keputihan Patologis Pada Remaja Usia 13-17 Tahun”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana anda memahami tentang keputihan dan pentingnya menjaga daerah keperempuanan serta penerapan dikebiasaan anda sehari-hari. Manfaat peelitian ini adalah agar anda mengetahui tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah keperempuanan sebagai bentuk pencegahan penyakit.
Saya sangat mengharapkan partisapasi dari adik-adik sekalian dalam penelitian ini. Perlu anda ketahui bahwa penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan dan tidak akan berdampak negatif kepada anda. Semua informasi yang adik-adik berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Oleh karena itu sangat diharapkan partisipasi adik-adik sekalian untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa adanya paksaan maupun tekanan dari manapun.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan partisipasi adik-adik sekalian, saya ucapkan terimakasih.
Peneliti
LAMPIRAN 2
LEMBAR KESEDIAAN PENGISIAN KUESIONER (INFORM CONCENT)
Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Kelas :
Sekolah :
Dengan ini menyatakan kesediaan untuk ikut serta menjadi subjek penelitian setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian dengan judul:
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU VAGINAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA REMAJA USIA 13-17 TAHUN
Yang disusun oleh:
Nama : Annisa Nurhayati
NIM : 1110103000018
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Tangerang, 2013
Peserta penelitian,
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
Dikesempatan ini, saya akan mengajukan beberapa pernyataan kepada anda mengenai pengatahuan, sikap dan perilaku anda sehari-hari tentang kebersihan alat genital (vagina) dan mengenai keputihan. Jawaban yang anda berikan tidak akan berdampak negatif pada anda.
Terimakasih
Karakteristik Responden
Nama :
Sekolah :
Kelas :
Usia :
Sudah menstruasi: ya / tidak
Jika ya, kapan pertama menstruasi:
1. PENGETAHUAN
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang tersedia dibagian kanan pertanyaan dengan mengisi centang/check list(√). Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti agar tidak ada pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena tidak ada dampak buruk dari hasil penelitian ini.
BENAR: jika menurut anda pernyataan tersebut benar
SALAH: jika menurut anda pernyataan tersebut salah
No Pernyataan BENAR SALAH
1 Pengetahuan tentang kebersihan alat kelamin (vagina) dan keputihan dapat diperoleh dari orang tua
2 Sebelum membasuh alat kelamin harus mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu
rambut 1 kali dalam sebulan
4 Cara membasuh/membersihkan daerah keperempuanan adalah dari depan (vagina) ke arah belakang (anus)
5 Membasuh/membersihkan daerah keperempuanan yang benar adalah dengan menggunakan sabun
6 Untuk mengeringkan daerah keperempuanan setelah buang air kecil atau buang air besar dengan menggunakan tissue berparfum
7 Jenis pakaian dalam (celana dalam) yang baik adalah terbuat dari bahan nylon
8 Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon dapat membuat daerah keperempuanan menjadi lembab
9 Pakaian dalam yang terbuat dari bahan nylon lebih baik daripada yang terbuat dari bahan katun
10 Mengganti pakaian dalam 1 kali dalam 1 hari sudah cukup 11 Memakai pakaian dalam selama 2 hari berturut-turut
adalah kebiasaan baik
12 Cairan pembersih khusus vagina baik digunakan setiap hari
13 Membersihkan daerah keperempuanan lebih baik selalu menggunakan larutan antiseptik khusus vagina
14 Kebersihan daerah keperempuanan adalah perawatan diri pada alat kelamin perempuan yang harus dijaga kebersihannya supaya merasa nyaman
15 Keputihan ada 2, keputihan normal dan keputihan tidak normal
16 Keputihan selalu disebabkan oleh kebersihan daerah keperempuanan yang buruk
17 Keputihan normal adalah keputihan yang keluar saat sebelum dan setelah menstruasi
18 Rasa gatal pada saat keputihan selalu normal
19 Keputihan yang tidak normal adalah yang berwarna bening seperti lendir
20 Keputihan yang tidak normal jarang mengeluarkan bau tidak sedap
21 Infeksi jamur merupakan salah satu penyebab keputihan tidak normal
22 Pemakaian cairan antiseptik khusus vagina dapat menganggu keseimbangan bakteri normal pada vagina 23 Pakaian dalam berbahan katun dapat menyerap keringat
dengan baik
24 Pembalut yang baik adalah yang lembut dan menyerap dengan baik
2. SIKAP
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada lembar pertanyaan dibawah, jawaban diisi pada bagian kolom yang tersedia dibagian kanan pertanyaan dengan mengisi centang/check list(√). Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti agar tidak ada pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur karena tidak ada dampak buruk dari hasil penelitian ini.
STS: Sangat Tidak Setuju TS: Tidak Setuju
S: Setuju
SS: Sangat Setuju
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Kebersihan daerah keperempuanan adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya keputihan
2 Sebelum menyentuh daerah keperempuanan harus mencuci tangan terlebih dahulu
3 Cara benar untuk membasuh daerah
keperempuanan adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus)
4 Membasuh daerah keperempuanan dari arah depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina
5 Untuk membasuh daerah keperempuanan harus menggunakan air dari kran langsung karena merupakan air yang bersih
6 Untuk menghindari kelembapan di daerah keperempuanan, seharusnya alat kelamin dikeringkan dengan tissue non parfum setelah buang air besar atau buang air kecil
7 Pemakaian cairan antiseptik khusus daerah
keperempuanan dapat mengganggu
keseimbangan bakteri normal dalam vagina 8 Saat menstruasi sebaiknya mengganti pembalut
2-3 kali sehari
9 Celana dalam yang terbuat dari bahan katun dapat menyerap keringat
10 Mengganti celana dalam 2x sehari adalah salah satu contoh menjaga kebersihan daerah keperempuanan
12 Pantyliners yang digunakan lebih dari 6 jam dapat meningkatkan risiko terjadinya keputihan 13 Pantyliners yang baik adalah yang non parfum 14 Rambut kemaluan harus dicukur agar tidak
lembab di daerah keperempuanan
3. PERILAKU
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pada pertanyaan dibawah ini, pilihlah salah satu yang paling menggambarkan kebiasaan anda sehari-hari yang selalu anda lakukan dengan mengisi tanda silang (X) pada jawaban.
1. Sebelum menyentuh daerah keperempuanan, apakah anda selalu mencuci tangan terlebih dahulu?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda selalu menggunakan air dalam ember atau air tampungan untuk membersihkan daerah keperempuanan?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah anda selalu membersihkan daerah keperempuanan dari arah depan (vagina) ke belakang (anus)?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda menggunakan cairan antiseptik khusus vagina untuk membersihkan daerah keperempuanan