SKRIPSI
PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP TINGKAT PENJUALAN PADA DIVISI PEMASARAN
PT. FASBIRU MEDAN
OLEH
KHAIRUNNISA JAFAR 110521077
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
LEMBAR PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI Nama : Khairunnisa Jafar
NIM : 110521077
Program Studi : Strata 1 Ekstensi Manajemen Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia Judul : Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat
Penjualan Pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan
Medan, 6 Januari 2014 Penulis Skripsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN LEMBAR PENGESAHAN Nama : Khairunnisa Jafar
NIM : 110521077
Program Studi : Strata 1 Ekstensi Manajemen Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia Judul : Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat
Penjualan Pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan
Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai
Dr. Yeni Absah, SE, M.Si Dra. Friska Sipayung, M.Si NIP. 19741123 200012 2 001 NIP. 196220117 198603 2 002
Ketua Program Studi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK Nama : Khairunnisa Jafar
NIM : 110521077
Program Studi : Strata 1 Ekstensi Manajemen Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia Judul : Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat
Penjualan Pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan
Tanggal:... Ketua Program Studi
Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP. 19620513 199203 2 001
Tanggal:... Ketua Departemen
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat
Penjualan pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan” adalah benar hasil karya
tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 06 Januari 2014
Khairunnisa Jafar
ABSTRAK
PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP TINGKAT PENJUALAN PADA DIVISI PEMASARAN PT. FASBIRU MEDAN
Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat
Penjualan Pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh iklim kerja terhadap tingkat
penjualan pada divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan. Metode analisis yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif yang menggunakan alat analisis
regresi logistik. Populasi penelitian sebesar 30 orang karyawan pada divisi
pemasaran PT. Fasbiru Medan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel iklim kerja
mempengaruhi tingkat penjualan pada divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Sig pada uji Wald di variabel iklim kerja yang nilai
Sig-nya lebih kecil dari Alpha 5 % (Sig < 0,05). Dimana nilai Sig variabel iklim kerja
(X) sebesar 0,028.
Dengan mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap tingkat penjualan pada
divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan maka perusahaan dapat terus meningkatkan
kualitas kinerja dari para karyawan pada divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya dan karunia-Nya kepada penulis
sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, tidak lupa
pula shalawat beriring salam atas junjungan dan suri tauladan sekalian alam Nabi
Besar Muhammad SAW yang kita harapkan safa’at-nya di yaumil akhir nanti.
Adapun Skripsi ini berjudul “Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat Penjualan
Pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan”.
Penelitian skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Dengan selesainya skripsi ini,
teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua
orang tua yaitu Ayahanda (Alm) Jafar Abdullah dan Ummi Tercinta Badriah Ismail, BA serta Abangda Zulkarnaen Jafar, Kakak Eka Rizkina, Adik-adik yang
telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi dengan baik.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dari berbagai
pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Azhar selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen
3. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., Msi., selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Yeni Absah, SE., Msi., selaku Dosen Pembimbing atas kesediaannya
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, dan masukan serta
ilmu yang diberikan selama proses penelitian skripsi ini.
6. Ibu Dra. Friska Sipayung, Msi., selaku Pembaca Penilai yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis.
7. Seluruh Dosen dan Staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak membantu, mendidik, dan membimbing penulis
selama masa perkuliahan serta teman-teman seperjuangan Departemen
Manajemen Stambuk 2011.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya yang berlipat kepada semua
pihak yang telah membantu penulis. Penulis berharap kiranya apa yang tulis
dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya. Aamiin.
Medan, 6 Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Iklim Kerja ... 6
2.2 Aspek-aspek Iklim Kerja ... 9
2.3 Indikator-indikator Iklim Kerja ... 10
2.3.1 Hubungan Pimpinan dengan Bawahan... 10
2.3.2 Dukungan Pimpinan...12
2.3.3 Konflik ... 12
2.3.3.1 Tipe-tipe Konflik di dalam Organisasi ... 12
2.3.3.2 Tahap-tahap Konflik ... 13
2.3.4 Kerja Sama ... 14
2.4 Penjualan ... 16
2.4.1 Pengertian Penjualan ... 16
2.4.2 Tujuan Penjualan ... 17
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan .... 17
2.5 Pengertian Tingkat Penjualan ... 19
2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penjualan ... 19
2.6 Indikator-indikator Tingkat Penjualan ... 21
2.6.1 Tingkat Penjualan Tercapai ... 21
2.6.2 Tingkat Penjualan Tidak Tercapai ... 22
2.7 Pengertian Pemasaran ... 24
2.7.1 Fungsi Divisi Pemasaran ... 24
2.8 Kerangka Konseptual ... 25
2.9 Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
3.3 Batasan Operasional ... 27
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 28
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
3.7 Jenis Data ... 29
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30
3.10 Teknik Analisis ... 33
3.10.1 Teknik Analisis Deskriptif ... 34
3.10.2 Analisis Regresi Logistik ... 34
3.10.3 Metode Pengujian Analisis Regresi Logistik .... 35
3.10.4 Pengujian Persyaratan Analisis Regresi Logistik ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 39
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Fasbiru Medan ... 39
4.1.2 Visi dan Misi PT. Fasbiru Medan ... 39
4.1.3 Maksud dan Tujuan PT. Fasbiru Medan ... 40
4.1.4 Tata Nilai PT. Fasbiru Medan ... 40
4.1.5 Struktur Oirganisasi PT. Fasbiru Medan ... 42
4.2 Hasil Penelitian ... 45
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 45
4.2.1.1 Deskriptif Responden... 45
4.2.1.2 Distribusi Jawaban Responden ... 47
4.2.2 Analisis Regresi Logistik ... 54
4.3 Pembahasan ... 58
4.3.1 Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat Penjualan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
DAFTAR PUSTAKA...70
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Laporan Penjualan Perumahan Puri Zahara 2
Juli 2011 – Juli 2013 ... 3
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 28
3.2 Instrumen Skala Likert ... 29
3.3 Hasil Uji Validitas ... 32
3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 33
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Tingkat Pendidikan ... 47
4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Iklim Kerja ... 48
4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Tingkat Penjualan ... 54
4.6 Analisis Regresi Logistik Case Processing Summary ... 55
4.7 Analisis Regresi Logistik Hosmer and Lemeshow Test ... 55
4.8 Analisis Regresi Logistik Classification Table ... 56
4.9 Analisis Regresi Logistik Variables in the Equation ... 56
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Tahap-tahap Proses ... 14 2.2 Kerangka Konseptual ... 26 4.1 Struktur Organisasi ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 72
2 Validitas dan Reliabilitas ... 75
3 Distribusi Jawaban Responden Pada Validitas ... 76
4 Distribusi Jawaban Responden PT. Fasbiru ... 77
5 Analisis Regresi Logistik Case Processing Summary ... 78
6 Analisis Regresi Logistik Hosmer and Lemeshow Test ... 78
7 Analisis Regresi Logistik Classification Table ... 78
ABSTRAK
PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP TINGKAT PENJUALAN PADA DIVISI PEMASARAN PT. FASBIRU MEDAN
Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat
Penjualan Pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh iklim kerja terhadap tingkat
penjualan pada divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan. Metode analisis yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif yang menggunakan alat analisis
regresi logistik. Populasi penelitian sebesar 30 orang karyawan pada divisi
pemasaran PT. Fasbiru Medan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel iklim kerja
mempengaruhi tingkat penjualan pada divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Sig pada uji Wald di variabel iklim kerja yang nilai
Sig-nya lebih kecil dari Alpha 5 % (Sig < 0,05). Dimana nilai Sig variabel iklim kerja
(X) sebesar 0,028.
Dengan mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap tingkat penjualan pada
divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan maka perusahaan dapat terus meningkatkan
kualitas kinerja dari para karyawan pada divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan bisnis properti di Indonesia mengalami kenaikan yang
sangat tajam pada dekade terakhir ini. Banyak indikator yang dapat dilihat
didalam masyarakat misalnya dengan banyaknya pembangunan
perumahan-perumahan baru termasuk juga apartemen dengan harga yang relatif lebih murah.
Disamping itu komponen penunjang kepemilikan rumah juga semakin
mudah dan menjangkau berbagai lapisan masarakat, misalnya dengan kucuran
kredit rumah yang melimpah. Disamping hunian, perumahan dan apartemen, juga
terdapat produk properti berupa gedung perkantoran dan ruko yang juga tumbuh
pesat.
Pesatnya bisnis properti ini didorong oleh kebutuhan pokok manusia,
disamping pangan dan sandang, dan kebutuhan ini termasuk kebutuhan utama
yang secara naluri harus terpenuhi. Disamping itu dalam rangka keperluan usaha,
seseorang atau badan usaha memerlukan tempat yang dapat digunakan untuk
keperluan usahanya, misalnya kantor, ruko ataupun gudang.
Properti juga menjadi alternatif utama untuk berinvestasi. Disamping
harga yang relatif selalu naik dimasa yang akan datang, juga dapat dijadikan
bisnis sewa yang mendatangkan keuntungan pasif. Salah satu sebab mengapa
bisnis properti ini tumbuh pesat, selain tentunya karena kebutukan manusia,
Saat ini memiliki sebuah rumah atau properti lainnya tidak harus dengan
uang tunai namun bisa juga dengan makanisme pembiayaan atau kredit. Salah
satu perusahaan properti yang saat ini sedang berkembang adalah PT. Fasbiru
Medan yang merupakan sebuah perusahaan pengembang (Developer) perumahan
Islami di Kota Medan.
PT. Fasbiru Medan memfokuskan untuk pembangunan perumahan dengan
konsep Islami yang berlokasi di Kota Medan. Beragam fasilitas yang dihadirkan
seperti dengan adanya Taman Bermain, Masjid, dan lain-lain. Saat ini PT. Fasbiru
Medan memiliki proyek pembangunan yang berlangsung diantaranya Citra
Harjosari, Griya Raihan, Citra Menteng, Citra Seroja, Puri Zahara dan lain-lain.
Lingkungan perumahan asri yang dikembangkan oleh PT. Fasbiru
Medan sangat sesuai dengan kebutuhan sosial keluarga bersama dengan ratusan
keluarga Muslim di Kota Medan, dan menjadikan lingkungan semakin bernuansa
religius, aman dan nyaman karena dengan penjagaan 24 jam, sehingga merupakan
hunian yang ideal.
Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan PT. Fasbiru Medan,
diperlukan iklim kerja yang baik. Iklim kerja yang baik harus dimiliki oleh
karyawan. Untuk mengatasi berbagai kenyataan tersebut di atas, salah satu
alternatifnya adalah melalui pintu perubahan perilaku dari karyawan sebagai
elemen terpenting organisasi dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
Selain itu iklim kerja tersebut dikatakan baik dan sesuai jika para
nyaman. Tingkat penjualan merupakan penjualan yang diperoleh perusahaan
untuk periode tertentu dalam satuan unit. Bagi setiap perusahaan tujuan yang
hendak dicapai adalah memaksimumkan profit disamping perusahaan ingin tetap
berkembang.
Realisasi dari pada tujuan ini adalah melalui tingkat penjualan yang
mantap karena masalah penjualan merupakan kunci dari sukses tidaknya suatu
perusahaan. Dalam kegiatan pemasaran kenaikan tingkat penjualan merupakan
ukuran efisensi, meskipun tidak setiap kenaikan tingkat penjualan diikuti dengan
kenaikan laba.
Dari Table 1.1 diatas dapat dilihat bahwa rumah Puri Zahara 2 Tahap I
launching sebanyak 124 unit rumah pada bulan Juli 2011, selama periode bulan
Juli s/d Desember 2011 rumah terjual sebanyak 73 unit, rumah belum terjual
sebanyak 51 unit. Pada bulan Januari s/d Desember 2012 rumah terjual sebanyak
71 unit, rumah yang batal sebanyak 15 unit, rumah yang belum terjual sebanyak 5
unit. Pada bulan Januari s/d Juli 2013 rumah yang terjual sebanyak 5 unit,
sehingga total rumah yang tersisa 0 unit.
Dari data Puri Zahara 2 Tahap II launching sebanyak 85 unit rumah pada
bulan Desember 2012, selama periode bulan Januari s/d Juli 2013 rumah terjual
sebanyak 81 unit, rumah belum terjual sebanyak 4 unit. Puri Zahara 2 Tahap III
launching sebanyak 67 unit rumah, selama periode bulan Juli 2013 belum ada
Data tingkat penjualan rumah Puri Zahara 2 mengalami kenaikan, hal ini
menunjukkan permintaan konsumen dalam membeli rumah di Puri Zahara 2
sangat tinggi, sehingga PT. Fasbiru Medan membuka kembali Puri Zahara 2
Tahap II dan Tahap III, ini karena adanya dukungan dari iklim kerja pada divisi
pemasaran PT. Fasbiru Medan yang saling mendukung baik antara pimpinan
marketing maupun antara marketing.
Fenomena yang terjadi di PT. Fasbiru Medan dilihat dari iklim kerja yang
nyaman, sehat, aman dan saling mendukung dirasakan oleh karyawan PT. Fasbiru
Medan, sehingga tingkat penjualan mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Oleh karena itu, dengan adanya keterkaitan antara iklim kerja terhadap tingkat
penjualan pada divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan diharapkan dapat terus
berkomitmen dalam hal pencapaian target penjualan agar perusahaan dapat terus
maju dan berkembang.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk meneliti lebih
lanjut dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tingkat Penjualan pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan”
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Pengaruh Iklim Kerja
Terhadap Tingkat Penjualan pada Divisi Pemasaran PT. Fasbiru Medan ?
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada
pengaruh iklim kerja terhadap tingkat penjualan pada divisi pemasaran PT.
Fasbiru Medan.
1.4Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian antara lain :
1. Penelitian ini merupakan kesempatan baik bagi penulis untuk dapat
menambah dan mengembangkan wawasan, serta ilmu pengetahuan tentang
pengaruh iklim kerja terhadap tingkat penjualan pada divisi pemasaran PT.
Fasbiru Medan.
2. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan, khususnya untuk mengetahui
bagaimana pengaruh iklim kerja terhadap tingkat penjualan pada perusahaan.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat
memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta perbandingan dalam
melakukan penelitian terhadap objek dan masalah yang sama di masa yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Iklim Kerja
Iklim kerja merupakan suatu kondisi atau keadaan suasana kerja yang
berada di tempat yang dirasa nyaman, tenang, dan bebas dalam melakukan
pekerjaan tanpa adanya rasa takut. Iklim kerja yang menyenangkan akan tercipta,
apabila hubungan antar manusia berkembang dengan harmonis.
Keadaan iklim yang harmonis ini sangat mendukung terhadap prestasi
kerja pegawai. Dengan adanya suasana kerja yang nyaman dan tenang tersebut
memungkinkan pegawai untuk bekerja lebih baik.
Pengertian iklim kerja menurut Nitisemito (1996), adalah suatu keadaan
yang terdapat dalam struktur dan proses kegiatan perusahaan yang mencerminkan
rasa kepuasan pada para pelaksana atau karyawan yang bersifat menunjang kearah
pencapaian cita-cita yang diinginkan oleh perusahaan secara keseluruhan maupun
oleh pelaksana atau karyawan perusahaan.
Berbeda dengan Donnelly (2002:6) iklim kerja adalah serangkaian sifat
lingkungan kerja yang dinilai langsung tidak langsung oleh karyawan yang
dianggap menjadi kekuatan utama dalam mempengaruhi perilaku karyawan. Iklim
kerja Non Fisik Menurut Sadarmayanti (2001:31), merupakan semua keadaan
yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan
Iklim non fisik ini juga merupakan lingkungan kerja yang tidak bisa
diabaikan. Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung
kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan
yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana
kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.
Suryadi (2001:19-21) dalam Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia,
bahwa pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan
suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan
bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu mendorong
inisiatif dan kreativitas.
Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk
bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan. Setiap manusia lahir,
tumbuh dan berkembang di dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu, sehingga
masyarakat tersebut akan memberikan hubungan terhadap kepercayaan,
pengetahuan, nilai dan norma yang merupakan bagian dari budaya atau
kebudayaan.
Hal ini menyebabkan individu-individu tersebut akan menggunakan
budayanya untuk beradaptasi dengan lingkungan serta dapat meneruskan
generasinya, di dalam lingkungan tersebut manusia juga akan memperoleh
informasi.
Ada 3 (tiga) unsur penting yang dapat digambarkan didalam pengertian
1. Iklim kerja merupakan suasana dan kondisi yang dirasakan oleh anggota
organisasi.
2. Suasana tersebut tercipta dari hubungan antara pribadi kerja organisasi.
3. Suasana tersebut mempengaruhi perilaku para anggota organisasi.
Lebih lanjut Simamaora mengatakan bahwa iklim kerja dapat
mempengaruhi prestasi kerja. Iklim kerja dapat mempengaruhi hal tersebut
dengan membentuk harapan karyawan tentang konsekuensi yang akan timbul dari
berbagai tindakan. Para karyawan mengharapkan imbalan, kepuasan, prestasi atas
dasar persepsi mereka terhadap iklim kerja.
Saptoatmojo (2008:23), bahwa lingkungan kerja dalam iklim kerja
mempunyai arti penting bagi individu yang bekerja didalamnya, karena
lingkungan ini akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung
manusia didalamnya.
Selain individu-individu tersebut lahir, tumbuh dan berkembang baik
secara fisik maupun psikis, mereka dan keluargannya didalam lingkungan
masyarakat tersebut akan bekerja, bermain, bekerja sama, menghabiskan waktu
luangnya, menggunakan harta yang dimilikinya dan juga merencanakan berbagai
kegiatan yang mendukung hidup dan kehidupannya.
Manusia juga pada dasarnya selalu ingin berkelompok. Keinginan ini
merupakan kodrat yang tidak dapat dihalangi, melainkan harus disalurkan dan
terus terbawa di manapun dia berada baik di lingkungan masyarakat maupun di
iklim kerjanya itu ada hirarki dan aturan yang mengikat dirinya.
Namun dengan rasa ingin bebas menyalurkan aspirasinya maka akan
mencari penyaluran tanpa meninggalkan ikatan yang ada dalam lingkungan
masyarakat di mana di bertempat tinggal akan saling berpengaruh satu sama lain.
Apabila lingkungan masyarakat yang mereka tempati itu mendukung, maka akan
meningkatkan dan menambah motivasi mereka untuk bekerja atau melakukan
berbagai kegiatan.
Situasi dan lingkungan pekerjaan yang mempengaruhi individu dalam
bekerja meliputi : organisasi, fasilitas fisik, dan semua kondisi pekerjaan seperti
peralatan, materi, sumber daya, peraturan dan prosedur yang berlaku. Sedangkan
lingkungan mencakup semua orang-orang yang cocok, faktor ekonomi dan politik,
teknologi dan hukum.
2.2 Aspek-aspek Iklim Kerja
Beberapa aspek-aspek pada iklim kerja yaitu:
1. Pembagian kerja atau tugas karyawan
Meliputi kejelasan dan kelancaran tugas atau pembagian kerja
masing-masing karyawan, kejelasan waktu dalam bekerja, kejelasan tanggung jawab
masing-masing personal.
Tidak hanya terbatas pada kondisi di tempat pekerjan masing-masing
seperti nyamannya tempat kerja, kebersihan di tempat kerja dan sebagainya tetapi
juga faktor lain yang dapat membuat perasaan karyawan menjadi lebih baik yaitu
tentang proses kegiatan yang dijalani selama bekerja meliputi dilibatkannya
karyawan dalam menentukan isi pekerjaan maupun dalam pengaturan jam
kerjanya.
3. Hubungan dan komunikasi antar karyawan ditempat kerja
Seseorang dalam suatu organisasi atau perusahaan mau tidak mau harus
melakukan interaksi dengan orang lain baik sesama rekan kerja maupun dengan
atasan, terutama dengan rekan kerja satu bagian. Interaksi itu timbul karena
adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara satu tugas dengan tugas yang
lainnya, keberhasilan penyelesaian suatu pekerjaan ditentukan oleh interaksi
antara orang-orang dalam satu kesatuan kerja. Hubungan keterbukaan dan kerja
sama sangat menentukan terselesainya suatu pekerjaan sehingga akan
menciptakan suasana kerja yang nyaman.
2.3 Indikator-indikator Iklim Kerja
2.3.1 Hubungan Pimpinan dengan Bawahan
Hubungan antara pimpinan dengan bawahan adalah interaksi antara
pimpinan dan bawahannya yang dapat menciptakan lingkungan yang dapat
memotivasi dan menahan karyawan agar tetap dalam organisasi itu (Stum; 2001).
Dalam hubungan kerja sama, perlu ada kecocokan antara pimpinan dengan
Pada perusahaan, pimpinan dipilih untuk membimbing seorang bawahan
sesudah mempertimbangkan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh
orang yang akan di ajak kerja sama, dan juga kemampuan pimpinan untuk
menyediakan praktek atau bimbingan dalam berbagai bidang.
Walaupun hubungan pimpinan dengan bawahan komplek, ada banyak
kesempatan pada kedua pihak untuk menjadikan hubungan itu berarti dan
produktif. Dalam lingkungan yang kompetitif, tanpa pimpinan dan bawahan yang
baik, organisasi akan amat menderita.
Mengakui bahwa hubungan itu diperlukan, maka manajemenkan hal itu
secara hati-hati, adalah langkah pertama untuk membuat hubungan itu sukses.
Satu aspek yang penting dari hubungan antara pimpinan dengan bawahan adalah
harapan yang timbal balik terhadap keadilan dan bermain secara adil.
Harapan seperti itu akan menstabilkan hubungan pimpinan dengan
bawahan, akan membuat para karyawan bekerja lebih produktif. Dari penelitian
terhadap manajer penjualan, Shoemaker (2003) menemukan bahwa banyak
manajer penjualan membedakan tenaga penjual berdasarkan pada kualitas
hubungan, komitmen, dan dukungan yang mereka berikan pada bawahannya.
Studi itu menyediakan bukti bahwa variasi seperti itu tepat dan efektif
pada banyak situasi. Hal itu sejalan dengan teori manajemen penjualan, di mana
manajemen penjualan perlu mengembangkan hubungan pribadi dengan tenaga
pencapaian prestasi, menggambarkan masa depan, menghargai dan menerima
masukan dari pihak lain, upaya seperti harus selalu ditingkatkan.
Hubungan antara manajer penjualan dan penjual merupakan faktor yang
kritis dalam organisasi, karena mereka merupakan mata rantai awal dari pembeli
kepada perusahaan. Sukses dari keseluruhan organisasi mungkin tergantung
kepada kinerja manajer penjualan dan tenaga penjualnya. Oleh karenanya, penting
untuk mengetahui lebih baik bagaimana hakekat hubungan itu dan bagaimana
interaksi itu saling mempengaruhi satu sama lain.
2.3.2 Dukungan Pimpinan
Menurut Saifuddin (2011) dukungan pimpinan merupakan refleksi sikap
positif pimpinan dalam memberikan respon terhadap suatu objek yang dihadapi”.
Sementara Siegel dalam Taylor (1999) mendefinisikan dukungan pimpinan
sebagai “Suatu kondisi dimana seseorang diberi dorongan sehingga merasa aman
dan nyaman secara psikologis. Termasuk didalamnya kesadaran dari keberadaan
yang baik dan kepuasan diri dari affec hunger (senang akan keinginan besar)”
Sedangkan Susilo (2002:243) menjelaskan dukungan pimpinan sebagai
“Komitmen dan dukungan pimpinan, baik secara moril maupun materil yang
memadai sangat diperlukan. Komitmen mengandung pengertian bahwa pimpinan
perlu bersikap konsisten dan konsekuen. Konsisten berarti memberikan dukungan
secara terus menerus dan konsekuen berarti bersedia memainkan peran yang
diharapkan”.
Konflik dalam suatu organisasi adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan, meskipun konflik itu mengandung makna pertentangan atau
ketidaksesuaian, ternyata pandangan para ahli tentang kedudukan dan peran
konflik bagi karyawan dalam organisasi pun bermacam-macam. Salah satu aliran
pemikiran menyatakan bahwa konflik harus dihindarkan, karena itu menunjukkan
adanya kerusakan fungsi dalam organisasi.
2.3.3.1 Tipe-tipe Konflik di dalam Organisasi
Ada bermacam-macam konflik, yang perlu disebutkan yaitu :
1. Konflik di dalam diri seseorang. Ini terjadi bilamana seseorang tidak yakin
mana yang harus diambil/dipilih atau haus dikerjakan diantara alternatif yang
dihadapi.
2. Konflik antara orang dan orang secara individual. Ini disebabkan antara lain
oleh perbedaan perilaku, tekanan peran-peran yang ada, atau karena
perilakunya.
3. Konflik antara perseorangan dengan kelompok. Ini biasanya terjadi karena
adanya tekanan-tekanan dari kelompok terhadap individu supaya individu
menyesuaikan dengan kelompoknya, apakah mengenai pekerjaan, nilai-nilai,
atau lainnya.
4. Konflik antara kelompok dengan kelompok dalam satu organisasi. Biasanya
karena perbedaan tujuan, nilai-nilai, kepentingan-kepentingan, dan
sebagainya. Misalnya antara bagian lini dengan bagian staf, antara staf dengan
5. Konflik antara organisasi dan organisasi. Ini terjadi biasanya mengenai
sesuatu yang terjadi atau karena alas an yang ada di luar organiasi atau
melibatkan organisasi lain, misalnya karena masalah inovasi, produk bau,
teknologi, pelayanan jasa, harga, penggunaan sumber daya.
2.3.4 Kerja Sama
Organisasi sebagai suatu sistem terdiri dari komponen-komponen
(subsistem) yang saling berkaitan atau saling tergantung (inter dependence) satu
sama lain dan dalam proses kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (Kast dan
Rosenzweigh, 1974).
Menurut Soekanto (1987:278) menerangkan bahwa kerjasama merupakan
”Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu orang.
Kerjasama bisa bermacam-macam bentuknya, namun semua kegiatan yang
dilakukan diarahkan guna mewujudkan tujuan bersama.” Sesuai dengan
kegiatannya, maka kegiatan yang terwujud ditentukan oleh suatu pola yang
disepakati secara besama-sama.
Menurut Zainudin (2009), kerjasama merupakan kepedulian satu orang
atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu kegiatan
yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan
adanya norma yang mengatur, makna kerjasama dalam hal ini adalah kerjasama
dalam konteks organisasi, yaitu kerja antar anggota organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi (seluruh anggota).
Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada
unsur tujuan bersama. Jika satu unsur tersebut tidak termuat dalam satu obyek
yang dikaji, dapat dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama.
Unsur dua pihak, selalu menggambarkan suatu himpunan yang satu sama
lain saling mempengaruhi sehingga interaksi untuk mewujudkan tujuan bersama
penting dilakukan. Apabila hubungan atau interaksi itu tidak ditujukan pada
terpenuhinya kepentingan masing-masing pihak, maka hubungan yang dimaksud
bukanlah suatu kerjasama.
Suatu interaksi meskipun bersifat dinamis, tidak selalu berarti kerjasama.
Suatu interaksi yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak lain
yang terlibat dalam proses interaksi, juga bukan suatu kerjasama. Kerjasama
senantiasa menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi yang
seimbang, serasi dan selaras.”
Sebuah kelompok adalah gabungan dari berbagai karakter manusia.
Sebuah kelompok yang solid membutuhkan kerjasama dan kekompakan dalam
melangkah. Bahkan, sebelum berada dalam tahap melangkahpun mereka harus
satu kata dan legowo dalam menetapkan sebuah keputusan. Silang pendapat
merupakan sebuah kondisi normal dari penerapan demokrasi dalam perusahaan.
Kerjasama bagi sebuah kelompok adalah kebutuhan mutlak yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Betapapun suksesnya masa lalu sebuah kelompok juara,
ia tidak akan dapat bertahan dalam laju keberhasilan jika saja dalam era masa kini
tidak mampu mempererat kerjasama.
Penjualan merupakan pembelian sesuatu (barang atau jasa) dari suatu
pihak kepada pihak lainnya dengan mendapatkan ganti uang dari pihak tersebut.
Penjualan juga merupakan suatu sumber pendapatan perusahaan, semakin besar
penjualan maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh perusahaan.
2.4.1 Pengertian Penjualan
Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena jika
aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka secara
langsung dapat merugikan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena sasaran
penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan pendapatan pun akan berkurang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari pengertian penjualan itu sendiri
adalah sebagai berikut: Pengertian penjualan menurut Henry Simamora (2000;24)
“Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah
kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa”.
Pengertian penjualan menurut Chairul Marom (2002;28) “Penjualan
artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha pokok perusahaan yang
biasanya dilakukan secara teratur”. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual
dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli
dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga
jual yang telah disepakati.
Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting,
karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang
dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut Basu
Swastha dalam bukunya “Manajemen Penjualan”, yaitu:
1. Mencapai volume penjualan tertentu.
2. Mendapat laba tertentu.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum
perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan,
mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang
pertumbuhan suatu perusahaan.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat
meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penjualan menurut Basu Swastha dalam buku “Manajemen
Penjualan” antara lain sebagai berikut:
1. Kondisi dan Kemampuan Penjual
2. Kondisi Pasar
3. Modal
5. Faktor-Faktor Lain
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kondisi dan Kemampuan Penjual
Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah
penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga
penjual adalah:
a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan
b. Harga produk atau jasa
c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman
2. Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.
3. Modal
Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut
barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh
bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang
ahli dibidang penjualan.
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian
hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya
faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu: kondisi dan kemampuan
penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, dan faktor-faktor lain.
2.5 Pengertian Tingkat Penjualan
Menurut Schiffan (2005:118), tingkat penjualan adalah penjualan yang
diperoleh perusahaan untuk periode tertentu dalam satuan unit. Istilah tingkat
penjualan telah mengalami perubahan-perubahan selama beberapa tahun.
Pada mulanya, para pengusahan menggunakan istilah tersebut untuk
menunjukkan pengarahan tenaga penjualan atau disebut juga manajemen
penjualan, kemudian, istilah tersebut diartikan secara lebih luas lagi dengan
penjualan dari seluruh kegiatan pemasaran, distribusi fisik, penetapan hargajual
dan perencanaan produk tetapi sekarang istilah itu sudah dibedakan dengan
menunjukkan kegiatan pemasaran menjual produknya.
Bagi setiap perusahaan tujuan yang hendak dicapai adalah
memaksimumkan profit disamping perusahaan ingin tetap berkembang. Realisasi
dari pada tujuan ini adalah melalui volume penjualan yang mantap karena masalah
Dalam kegiatan pemasaran kenaikan volume penjualan merupakan ukuran
efisensi, meskipun tidak setiap kenaikan volume penjualan diikuti dengan
kenaikan laba.
2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penjualan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan menurut
Kotler (2000:55) antara lain adalah :
1. Harga jual, Faktor harga jual merupakan hal-hal yang sangat penting dan
mempengaruhi penjualan atas barang atau jasa yang dihasilkan. Apakah
barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dapat dijangkau oleh
konsumen sasaran.
2. Produk. Produk salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat volume
penjualan sebagai barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan apakah
sesuai dengan tingkat kebutuhan para konsumen.
3. Biaya promosi. Biaya promosi adalah akktivitas-aktivitas sebuah perusahaan
yang dirancang untuk memberikan informasi-informasi membujuk pihaklain
tentang perusahaan yang bersangkutan dan barang-barang serta jasa-jasa yang
ditawarkan.
4. Saluran Distribusi Merupakan aktivitas perusahaan untuk menyampaikan dana
menyalurkan barang yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen yang
diujinya.
5. Mutu dan kualitas barang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap produk dari perusahaan tesebut, begitu pula sebaliknya apabila mutu
produk yang ditawarkan tidak bagus maka konsumen akan berpaling kepada
produk lain.
Setiap perusahaan memiliki design atau rancang bangun tertentu, akan
sangat baik jika sebagian sifat uniknya membedakannya dengan perusahaan
lain. Peluang terobosan atau bagian keunggulan bersaing dalam hal-hal
tertentu timbul dari penggunaan kekuatan ini pada saat yang sama dalam
design atau rancang bangun.
2.6Indikator-indikator Tingkat Penjualan 2.6.1 Tingkat Penjualan Tercapai
Menyusun sebuah target penjualan adalah suatu kegiatan rutin tahunan
yang diagendakan setiap organisasi / perusahaan. Banyak metode yang dipakai
oleh suatu organisasi dalam menetapkan target penjualan. Dalam banyak hal
terdapat kesamaan, diantaranya variabel-variabel yang digunakan dalam
menentukan besaran target penjualan.
Ada beberapa point penting yang harus di jadikan sebagai landasan.
Point-point ini menjadi acuan untuk menentukan seberapa besar perubahan (target) yang
ingin dicapai dalam satu tahun kedepan. Dalam penyusunan target
penjualan dipakai pendekatan secara statistik, yang dibuat secara linier atau
berdasarkan pada rencana pertumbuhan. Adapun point-point tersebut adalah :
2. Menetapkan target penjualan bersumber dari penjualan atau distribusi barang
yang telah ada (berjalan) dan dari rencana perkembangannya.
3. Merencanakan waktu mulai memproduksi sebuah barang. Dalam hal ini harus
memperhitungkan siklus yang terjadi, yaitu saat turun atau naiknya penjualan
suatu barang. Sehingga dapat ditentukan apakah harus merubah “kemasan”
saja atau hanya perlu mendorong naiknya penjualan untuk satu tahun kedepan.
4. Memperhitungkan jenis produk/barang mana saja yang akan dijadikan fokus
untuk mendongkrak penjualan. Mengambil semua jenis produk dalam
prosentase tertentu untuk mengejar target penjualan sangatlah tidak relevan,
apalagi jika produk tersebut mempunyai banyak varian .
5. Mempertimbangkan langkah yang akan diambil untuk mendongkrak
penjualan. Baik dari sisi biaya produksi maupun dari rencana target barang
yang ingin di capai. Untuk hal ini prosentase biaya periklanan, kampanye
program, dan target barang yang akan dijual dapat dijadikan acuan untuk
mendapatkan perkiraan target penjualan yang lebih akurat.
6. Memperhitungkan harga kedepan agar dapat menentukan berapa potongan
harga yang akan atau dapat diambil . Membuat rencana target penjualan
bukanlah mengalikan jumlah barang dengan harga jual, tetapi harus dengan
cara mengalikan jumlah barang yang akan dijual dengan harga netto.
Kinerja perusahaan secara umum akan sangat dipengaruhi oleh ketepatan
target penjualan yang direncanakan. Dengan melakukan optimalisasi target
Inilah yang pada akhirnya bermuara pada meningkatnya kinerja perusahaan /
organisasi secara menyeluruh.
2.6.2 Tingkat Penjualan Tidak Tercapai
Untuk menyusun anggaran penjualan, diperlukan penaksiran-penaksiran
(forecasting) khususnya penaksiran tentang jumlah yang diperkirakan akan
mampu dijual beserta harga jualnya. Masing-masing penjualannya itu dikaitkan
dengan jenis-jenis produk yang akan dijual dengan waktu serta tempat (daerah)
penjualannya.
Berkembangnya dunia bisnis pada masa sekarang ini dengan pesat
sehingga terjadinya persaingan yang sangat tajam di segala bidang usaha, mulai
dari perusahaan yang berskala besar hingga ke skala kecil sekalipun. Untuk
mampu mengungguli dalam persaingan tersebut para pelaku bisnis harus terus
berupaya agar perusahaannya dapat bertahan terus menjaga kelangsungan hidup
perusahaan.
Dengan demikian diperlukan berbagai kebijaksanaan dan upaya-upaya
yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk memperoleh laba secara maksimal,
dengan mengoptimalkan tingkat penjualan produknya. Penentuan dari
kebijaksanaan dan upaya-upaya yang dilakukan perusahaan tersebut, merupakan
suatu dorongan bagi badan usaha untuk mencapai keuntungan yang lebih
maksimal dan juga memenuhi permintaan pasar.
Namun demikian masih ada perusahaan yang mengalami kerugian dan
penentuan strategi marketing mix. Dimana keberhasilan kebijaksanaan dalam
pemasaran sanagat ditentukan oleh strategi marketing mix.
Di pihak lain perusahaan juga akan menghadapi berbagai tantangan dalam
menghadapi persaingan yang sangat tajam, yang cenderung menimbulkan praktek
pendekatan pemasaran yang tidak sehat. Oleh sebab itu, kebijaksanaan pemasaran
sangat penting artinya dalam menghadapi lingkungan pasar yang bersaing.
Secara umum beberapa unsur pokok yang menjadi tolak ukur terhadap
pemenuhan kebutuhan dan pelayanan konsumen, yang dikenal dengan istilah
marketing mix antara lain terdiri dari kebijaksanaan produk, harga, promosi, dan
distribusi. Pada kenyataannya kebijakan pemasaran yang diterapkan belum
memberikan hasil yang maksimal dan juga belum memperlihatkan hasil yang
menggembirakan terhadap tingkat penjualan perusahaan.
Dalam memasarkan suatu produk dari realisasi penjualan yang dicapai,
kadang perusahaan masih mengalami kesulitan dalam mencapai volume penjualan
yang telah ditetapkan sesuai rencana perusahaan sehingga tingkat penjualan tidak
tercapai.
2.7 Pengertian Pemasaran
Kotler (2001) mengemukaka
pasar sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa
Menurut Stanton (2001), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
2.7.1 Fungsi Divisi Pemasaran
peran penting dalam menentukan kemajuan perusahaan tersebut. Sebab, bidang ini
memiliki fungsi untuk menghasilkan pemasukan bagi perusahaan. Semakin besar
pemasukan yang berhasil dicapai, maka perusahaan akan makin berkembang. Dan
demikian pula sebaliknya. Meski demikian, divisi pemasaran ini tidak bisa berdiri
sendiri dalam sebuah perusahaan.
Setiap aktivitas yang dilakukan divisi ini, memiliki hubungan dan
keterkaitan dengan setiap bagian dalam perusahaan. Seperti bagian produksi,
sumber daya manusia, riset dan pengembangan dan terlebih dengan bagian
keuangan. Tanpa hubungan yang selaras dengan semua bagian tersebut, maka
divisi pemasaran tidak akan bisa menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Dengan bagian produksi, bagian pemasaran memiliki kebutuhan untuk
mengenal karakter produk yang pasti sangat dikuasai oleh bagian produksi. Dan
tugas dari divisi pemasaran adalah menyampaikan karakteristik produk tersebut
kepada masyarakat.
Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama di
mana sepenuhnya proyek penelitian ini ditujukan, di mana hal ini merupakan
jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan
dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara,
observasi, dan survei literatur Kuncoro (2009:52).
Iklim kerja adalah suatu keadaan yang terdapat dalam struktur dan proses
kegiatan perusahaan yang mencerminkan rasa kepuasan pada para pelaksana atau
karyawan yang bersifat menunjang kearah pencapaian cita-cita yang diinginkan
oleh perusahaan secara keseluruhan maupun oleh pelaksana atau karyawan
perusahaan Nitisemito (1996). Sedangkan tingkat penjualan adalah penjualan
yang diperoleh perusahaan untuk periode tertentu dalam satuan unit Schiffan
(2005:118).
Dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti
yaitu iklim kerja sebagai variabel (X) dan tingkat penjualan sebagai variabel (Y).
Iklim kerja yang terdiri dari hubungan pimpinan dengan bawahan, dukungan
pimpinan, konflik, dan kerja sama. Iklim kerja yang baik di dalam perusahaan
akan mempengaruhi tingkat penjualan yang akan dicapai oleh perusahaan.
Kerangka ini merupakan argumentasi dalam merumuskan hipotesis atau
pertanyaan lain. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual
Sumber : (Kotler, 2004 : 209) (diolah)
2.9Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Dengan kata lain,
hipotesis merupakan jawaban sementara yang telah disusun peneliti, yang
kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan Kuncoro
(2009:59).
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan kerangka
konseptual di atas, maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, pengambilan sampel, sumber dan data Sugiono (2009:15). Sehingga dapat
dilihat apakah ada pengaruh iklim kerja terhadap tingkat penjualan pada divisi
pemasaran PT. Fasbiru Medan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Fasbiru Medan, di Komplek Taman
Setia Budi Indah Blok YY No. 84 Medan. Penelitian ini dilakukan pada Bulan
Mei sampai September 2013.
3.3Batasan Operasional
Batasan operasional dibuat untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
penelitian. Penelitian ini dibatasi hanya membahas variabel independen yaitu
iklim kerja (X) yang terdiri dari hubungan pimpinan dengan bawahan, dukungan
pimpinan, konflik, dan kerja sama. Variabel dependen yaitu tingkat penjualan (Y)
yang terdiri dari tingkat penjualan tercapai dan tingkat penjualan tidak tercapai.
Defenisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel suatu
faktor yang berkaitan dengan faktor variabel lainnya. Defenisi operasional dari
variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala
Likert, yaitu sebagai alat yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial Sugiyono
(2008:93).
Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan tanggapan responden
terhadap setiap instrumen menggunakan Skala Likert yang bertujuan untuk
keperluan analisis kuantitatif penelitian ini, maka penulis memberikan lima
alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan Skala 1 sampai 5 yang
dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini :
3.6Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono (2008:215). Pada
penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan divisi pemasaran PT.
Fasbiru Medan yaitu berjumlah 30 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
populasi yang ada yang penarikannya adalah diambil secara sensus yakni semua
jumlah anggota populasi pada divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan.
3.7 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan 2 jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
yang terpilih di lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan melakukan
wawancara (interview) kepada karyawan divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan,
dan memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) kepada karyawan divisi
pemasaran PT. Fasbiru Medan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik
dari buku, majalah, dan situs internet untuk mendukung penelitian ini.
3.8Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara yaitu merupakan metode pengumpulan data primer yang
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan baik secara lisan
maupun tulisan kepada karyawan divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan sesuai
2. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap aktifitas pada
divisi pemasaran PT. Fasbiru Medan.
3. Studi Kepustakaan yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan untuk
memperoleh teori mengenai iklim kerja, melalui buku-buku,
makalah-makalah, jurnal-jurnal yang berguna bagi penelitian ini.
3.9Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan untuk mengukur apakah kuesioner atau angket
yang disebarkan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Kuesioner yang
digunakan untuk mengukur menunjukkan apakah data yang diperoleh merupakan
data yang valid. Menurut Umar (2008:166) mengukur validitas dengan melakukan
uji coba kuesioner yang menunjukkan sejauh mana suatu kuesioner mampu
mengukur apa yang ingin diukur. Uji coba kuesioner dengan jumlah 30
responden.
Uji validitas dilakukan pada responden yang berada dari divisi pemasaran
pada PT. Zona Property Indonesia yang beralamat di pertokoan Jl. Setia Budi No.
17-C Medan sebanyak 30 responden dengan menggunakan bantuan SPSS 16,00
for windows. Suatu data dikatakan valid dengan kriteria pengujian validitas
kuesioner sebagai berikut :
1) Jika r hitung ≥ r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid.
2) Jika r hitung < r tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid.
Adapun syarat instrumen dapat dinyatakan valid menurut Situmorang
kuisioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang
responden penelitian yang berada dari divisi pemasaran pada PT. Zona Property
Indonesia.
Kuesioner yang berisi 12 butir pernyataan menyangkut variabel
independen yaitu iklim kerja (X), serta variabel dependen yang berisi 1 butir
pernyataan yaitu tingkat penjualan (Y), yang diberikan kepada 30 responden
untuk keperluan uji validitas instrumen yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut ini :
Tabel 3.3 menunjukkan semua butir pernyataan memiliki nilai Corrected
Item Total Correlation yang lebih besar dari nilai r tabel (0,361). Dengan demikian
semua butir pernyataan valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur di pakai
dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh
relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel Situmorang (2008 : 37).
Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
SPSS 16,00 for windows. Pernyataan reliabel akan ditentukan reliabilitasnya
dengan kriteria sebagai berikut :
Menurut Situmorang (2010: 80) suatu variabel dianggap reliabel jika
dilihat nilai Cronbach’s Alpha 0,873 lebih besar dari 0,80. Dengan demikian
maka seluruh butir pernyataan kuesioner penelitian dinyatakan reliabel.
Hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.4
berikut ini :
Analisa data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga dapat
diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesis. Batasan ini
diungkapkan bahwa analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh
data sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.10.1 Teknik Analisis Deskriptif
Teknik analisis deskriptif merupakan teknik analisis data dimana peneliti
mengelompokkan atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari
keseluruhan data serta merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan
data mudah dikelola Kuncoro (2009:192).
Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh
sejumlah responden penelitian yaitu karyawan divisi pemasaran PT. Fasbiru
Medan yang berjumlah 30 responden.
3.10.2 Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik adalah suatu metode analisis yang berfungsi untuk
Dengan syarat bentuk data dari variabel terikat adalah data dikotomi, seperti ya
dan tidak, setuju dan tidak, wanita dan pria, membeli dan tidak, dan sebagainya
Baroroh (2013: 37).
Kategori pengelompokan jawaban variabel terikat ini adalah untuk Y = 1
menyatakan kejadian yang “sukses”, sedangkan untuk Y = 0 menyatakan kejadian
yang “gagal”. Hal ini sangat berbeda dengan regresi linier, yang variabel
terikatnya termasuk skala interval atau rasio (Agung. 2002: 153).
3.10.3 Metode Pengujian Analisis Regresi Logistik
Dalam metode regresi logistik terdapat dua parameter statistik yang harus
diperhatikan sebagai berikut.
1. Uji Wald
Uji Wald digunakan untuk melihat variabel-variabel X yang memengaruhi Y.
Hipotesis uji Wald adalah:
H0: i = 0 (Variabel X tidak memengaruhi variabel Y)
H0: i ≠ 0 (Variabel X yang memengaruhi variabel Y)
Penolakan H0 terjadi jika nilai uji Wald hitung lebih besar dari Wald tabel,
atau nilai Probability uji Wald hitung lebih kecil dari α (10%). Sedangkan
penerimaan H0 terjadi jika nilai uji Wald hitung lebih kecil dari Wald tabel, atau
2. Old Ratio
Dalam Regresi Logistik, untuk menginterpretasikan hasil penelitian
tentang besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka
digunakan nilai odd ratio. Nilai Odds ratio merupakan ukuran asosiasi yang
memperkirakan seberapa besar kecenderungan pengaruh variabel-variabel bebas
(X) terhadap variabel terikat (Y).
Jika suatu variabel bebas memiliki koefisien regresi positif, maka nilai
odds rationya akan lebih besar dario satu. Sebaliknya, jika suatu variabel bebas
memiliki koefisisen regresi negatif, maka nilai odds rationya akan lebih kecil dari
satu (Hormer and Lemeshow. 1989: 57).
Interpretasi dari nilai odds ratio adalah sebagai berikut:
1. Nilai odds ratio yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa peluang responden
untuk memilih tercapai (Y=1) lebih besar daripada responden yang memilih
tidak tercapai (Y=0). Dengan kata lain, responden lebih cenderung
memutuskan tercapai.
2. Nilai odds ratio yang sama dengan 1 menunjukkan bahwa peluang responden
untuk tercapai (Y=1) dengan responden memilih tidak tercapai (Y=0) adalah
sama.
3. Nilai odds ratio yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa peluang responden
untuk memilih tercapai (Y=1) lebih kecil daripada responden yang memilih
tidak tercapai (Y=0). Dengan kata lain, responden lebih cenderung
memutuskan memilh tidak tercapai.
Sama seperti halnya analisis regresi sederhana dan berganda, sebelum
melakukan analisis regresi logistik, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi. Pengujian asumsi yang harus dilakukan adalah kebaikan model (test
goodness of fit). Untuk pengujian kebaikan model ini, digunakan Metode Pearson
Chi Square (Iriawan dan Astuti. 2006: 398).
Nilai Chi Square (x2) hitung yang diperoleh dari rumus di atas selanjutnya
dibandingkan dengan nilai x2 tabel. Jika nilai x2 hitung lebih besar dari x2 tabel (x2
hitung > x2tabel), atau P valuelebih kecil dari α (P < 5,00%), maka modrl regresi
yang dibuat tidal layak atau tidak mencukupi atau membuat keputusan.
Sebaliknya, jika nilai x2 hitung lebih kecil dari x2 tabel (x2 hitung < x2 tabel), atau
P value lebih besar dari α (P > 5,00%), maka model regresi yang dibuat sudah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Fasbiru Medan
PT. Fasbiru Medan berdiri berdasarkan Akta Notaris Nomor 38 Tanggal
30 Januari 2006, yang beralamat di Komplek Taman Setia Budi Indah Blok YY
No. 84 Medan. Memulai unit bisnisnya dalam bidang properti islami, saat ini
perusahaan merupakan salah satu pengembang terdepan di kota Medan. PT.
Fasbiru Medan memfokuskan untuk pembangunan perumahan dengan konsep
Islami yang berlokasi di Kota Medan.
Saat ini PT. Fasbiru Medan memiliki proyek pembangunan yang
berlangsung diantaranya Citra Harjosari, Griya Raihan, Citra Menteng, Citra
Seroja, Puri Zahara dan lain-lain. Lingkungan perumahan asri yang dikembangkan
oleh PT. Fasbiru Medansangat sesuai dengan kebutuhan sosial keluarga bersama
dengan ratusan keluarga Muslim di Kota Medan, dan menjadikan lingkungan
semakin bernuansa religius, aman dan nyaman karena dengan penjagaan 24 jam,
sehingga merupakan hunian yang ideal.
4.1.2 Visi dan Misi PT. Fasbiru Medan 1.Visi
PT. Fasbiru Medan memiliki visi yaitu mengembangkan bisnis properti
islami terdepan di kota Medan dengan inovasi dan kreativitas secara terus
menerus dalam menciptakan nilai tambah dalam penyediaan ruang kehidupan dan
2. Misi
PT. Fasbiru Medan mempunyai misi sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan islami dan area yang
berkualitas.
2. Menjadi perusahaan pengembang yang mampu memberikan nilai lebih bagi
para karyawan.
3. Berperan aktif untuk mendukung program pemerintah dalam rangka
mendorong pembangunan perkotaan dan dalam meningkatkan indeks
pengembangan.
4.1.3 Maksud dan Tujuan PT. Fasbiru Medan
Maksud dan tujuan PT. Fasbiru Medan yaitu sebagai berikut :
1. Menjalankan usaha dalam bidang pembangunan untuk proyek-proyek
pekerjaan umum, termasuk perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pemborongan pembangunan perumahan, gedung-gedung, perkantoran,
pergudangan, kawasan industri, jalan, jembatan, saluran-saluran air (irigasi),
pekerjaan pemasangan instalasi listrik, air, gas, telepon, mesin-mesin,
konstruksi besi, konstruksi beton, pematangan tanah, dan pekerjaan teknik
sipil lainnya, basah maupun kering dan pekerjaan-pekerjaan lain dalam bidang
pembangunan.
2. Menjadi pengembang atau developer proyek perumahan (real estate), pusat
perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran, pergudangan dan kawasan industri,
menjual dan atau menyewakan bangunan-bangunan (properti) dan tanah-tanah
tersebut.
3. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang perdagangan yang meliputi
perdagangan impor dan ekspor, antar pulau dan antar daerah serta lokal, untuk
barang-barang hasil produksi sendiri dan hasil produksi perusahaan lain serta
bertindak sebagai agen, leveransir, supplier, waralaba, distributor dan sebagai
perwakilan dari badan-badan perusahaan-perusahaan lain, baik dari dalam
maupun luar negeri serta perdagangan yang berhubungan dengan usaha real
estate yaitu penjualan dan pembelian bangunan-bangunan rumah, gedung
perkantoran, gedung pertokoan, unit-unit ruangan apartemen, ruangan
kondominium, ruangan kantor dan ruangan pertokoan.
4. Menjalankan usaha dalam bidang jasa, antara lain jasa agen properti, jasa
pengelolaan dan penyewaan gedung perkantoran, jasa hiburan rekreasi, dan
kawasan industri, jasa konsultasi bidang arsitek, landscape, design dan
interior, jasa konsultasi bidang konstruksi sipil, jasa konsultasi bidang
manajemen operasi dan pemeliharaan kawasan real estate dan kawasan
industri.
4.1.4 Tata Nilai PT. Fasbiru Medan
1. Proaktif (Proactive)
Selalu bersikap proaktif, penuh inisiatif, dan sadar akan resiko yang
mungkin terjadi
Selalu memperhatikan keunggulan berbisnis dan bekerja keras dalam
mencapai hasil maksimal sesuai kompetensi perusahaan.
3. Kerjasama Tim (Teamwork)
Selalu mengutamakan kerjasama tim agar mampu menghasilkan sinergi
optimal dari perusahaan.
4. Inovasi (Innovation)
Selalu menghargai kreativitas dan menghasilkan inovasi dalan teknik
penjualan
5. Bertanggung Jawab (Responsible)
Selalu bertanggung jawab untuk setiap keputusan yang diambil maupun
tindakan yang dilakukan.
4.1.5 Struktur Organisasi PT. Fasbiru Medan
Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai struktur organisasi.
Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal dalam memulai
pelaksanaan kegiatan perusahaan dengan kata lain penyusunan struktur organisasi
adalah langkah terencana dalam suatu perusahaan untuk melaksanakan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Pengertian yang
jelas tentang struktur organisasi dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut Robbins (2007:284) struktur organisasi dapat diartikan sebagai
kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas
pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Struktur organisasi
didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi
Struktur organisasi yaitu menggambarkan tipe organisasi,
pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan
hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggungjawab, rentang kendali dan
sistem pimpinan organisasi (Hasibuan, 2004:128).
Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa struktur organisasi
menggambarkan kerangka dan susunan hubungan diantara fungsi, bagian atau
posisi, juga menunjukkan hierarki organisasi dan struktur sebagai wadah untuk
menjalankan wewenang, tanggung jawab dan sistem pelaporan terhadap atasan
dan pada akhirnya memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan
organisasi tetap hidup walaupun orang datang dan pergi serta pengkoordinasian
hubungan dengan lingkungan.
Struktur organisasi dapat menghindari atau mengurangi kesimpangsiuran
dalam pelaksanaan tugas. Adapun struktur organisasi PT. Fasbiru Medan dapat
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif
4.2.1.1 Analisis Deskriptif Responden
Pada penelitian ini akan dijelaskan secara deskriptif persentase hasil
penelitian setiap variabel dari iklim kerja dan tingkat penjualan pada PT. Fasbiru
Medan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pernyataan
(kuesioner). Jumlah pernyataan seluruhnya adalah 12 butir pernyataan untuk
variabel iklim kerja dan 1 butir pernyataan untuk variabel tingkat penjualan.
Jumlah sampel penelitian sebanyak 30 responden. Analisis deskriptif berisi
mengenai karakteristik dari responden penelitian sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang diperoleh dari
kuesioner yang disebarkan kepada 30 responden dapat dilihat pada Tabel 4.1
[image:56.595.111.517.506.592.2]berikut ini :
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 14 46,7
Perempuan 16 53,3
Total 30 100
Sumber : Pengolahan data primer (kuesioner), 2013
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan
lebih banyak yakni 16 responden (55%). Sedangkan karyawan yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 14 responden (45%). Hal ini memberi gambaran
Medan karena karyawan perempuan lebih terampil, rajin dan teliti dalam
memasarkan perumahan kepada konsumen yang membutuhkan rumah idaman.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia yang diperoleh dari kuesioner
[image:57.595.109.521.258.363.2]yang disebarkan kepada 30 responden dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
21 s/d 25 12 40,0
26 s/d 30 13 43,3
31 s/d 35 5 16,7
Total 30 100
Sumber : Pengolahan data primer (kuesioner), 2013
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden usia 26 s/d 30 lebih banyak
yakni 13 responden (43.3%). Selain itu responden dengan usia 21 s/d 25 tahun
sebanyak 12 orang (40%) dan usia 31 s/d 35 tahun sebanyak 5 orang (16,7%). Hal
ini memberi gambaran bahwa karyawan divisi p