• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Stres Kerja pada Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Stres Kerja pada Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP STRES KERJA PADA KARYAWAN PT PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

oleh

KHAIRUNNISAH

101301101

`

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2014/2015

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalan penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 30 Januari 2015

KHAIRUNNISAH NIM : 101301101

(3)

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Stres Kerjapada Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe

Khairunnisah dan Gustiarti Leila

ABSTRAK

Stres kerja merupakan suatu kondisi dimana seorang karyawan merasakan adanya ketegangan atau ancaman dalam bekerja yang disebabkan oleh perubahan lingkungan kerja. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan dalam bekerja di perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi stres kerja, salah satunya yaitu iklim organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh negatif iklim organisasi terhadap stres kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek pada penelitian ini adalah karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe yang berjumlah 73 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yaitu skala stres kerja dan skala iklim organisasi yang disusun berdasarkan simtom stres kerja oleh Rice (1987) serta dimensi iklim organisasi oleh Litwin & Stringer (1968). Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan analisa regresi sederhana menunjukkan adanya pengaruh antara iklim organisasi terhadap stres kerja. Hal ini di tunjukkan oleh koefisien regresi yang bernilai negatif.

Keyword : stres kerja, iklim organisasi

(4)

The Influence of Organizational Climate Toward Job Stress Among PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Employees

Khairunnisah and Gustiarti Leila

ABSTRACT

Job stress is a condition where an employee feel any tension or threat in the work caused by the work environtment changes. Job stress can affect the performance and productivity of the employee in the company. Many factors influence job stress, one of which is organizational climate. This study aimed to determine the influence of a negative organizational climate toward job stress. This study uses quantitative methods. Subjects in this study were 73 employees of PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe’s company. Measuring instruments used in this study is the scale,they are scale job stress and organizational climate which is based on symptoms of job stress by Rice (1987) as well as organizational climate by Litwin and Stringer (1968). Results of analysis of research data using simple regression analysis showed a influence between organizational climate to job stress. It has been showed by negative regression values.

Keyword : job stress, climate organization

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Stres Kerja pada Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe” ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada kedua orang tua tercinta yaitu

Drs. Umar dan Haulah, yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada peneliti

sejak kecil, mendidik dan membimbing, serta selalu mendoakan peneliti dalam

setiap aktivitas. Skripsi ini juga peneliti persembahkan kepada saudara-saudara

terbaikku yaitu Mufti dan M.Ridha. Terima kasih atas dukungan dan

pengertiannya selama ini. Semoga kita menjadi anak yang berbakti kepada kedua

orang tua dan berguna bagi bangsa dan agama.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara.

2. Ibu Gustiarti Leila, M. Psi, M. Kes, Psikolog selaku dosen pembimbing

skripsi. Terima kasih peneliti ucapkan atas bantuan dan bimbingan Ibu selama

ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Mohon

maaf atas kesalahan peneliti selama berinteraksi.

3. Ibu Sri Supriyantini, M.Si, psikolog., Ibu Rhodiatul Hasanah, M.Si, psikolog.,

dan Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd, selaku Pembantu Dekan I, II dan III.

(6)

4. Ibu Emmy Mariatin, PhD dan Bapak Fahmi Ananda, M.Psi yang telah

meluangkan waktu untuk menguji sidang skripsi saya. Terima kasih atas

masukan yang Ibu dan Bapak berikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Ibu Eka Ervika, M.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing akademik. Terima

kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu selama saya masih menjadi mahasiswi

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Zulkarnain, Ph.D, psikolog, dan Bapak Ferry Novliadi, M.Si yang telah

membantu peneliti dalam menyusun alat ukur penelitian.

7. Bapak Husni dari PT. Pupuk Iskandar Muda yang telah membantu peneliti

dalam menyebarkan skala. Terima kasih pula kepada para karyawan PT.

Pupuk Iskandar Muda yang telah berpartisipasi dalam mengisi skala penelitian

sehingga sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman terbaikku PAP Agency, yaitu Lily, Nurul, Sela, Desi, Fitri, dan

Rini yang selama ini telah menghibur, memotivasi dan memberikan semangat

kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih pula kepada

Fauji, Arif, Febri, Ichsan, Putra, dan Sasa yang juga selama ini juga telah

memotivasi peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

9. Keluarga Anshazu, Genusa 13 dari SMA Negeri 1 Lhokseumawe terkhusus

untuk Tasha, Hanna, Ichsan, dan Randa yang selama ini telah menjadi tempat

bagi peneliti untuk mencurahkan segala keluh kesah dan selalu memberikan

nasihat kepada peneliti.

10.Keluarga INSOS Kece, kelompok yang dibentuk karena tugas Intervensi

Sosial, yang kemudian menjadi seperti keluarga baru bagi saya yang terdiri

(7)

dari Papi Weillun, Cici Vera, Teteh Irene, Butet Anggun, dan tiga anggota

PAPers (Bundo Numu, Ahjumma Sela, dan Oenni Lily).

11.Teman-teman yang berada dalam satu lingkaran halaqah.

12.Angkatan 2010 yang telah menemani saya selama 4 tahun. Terima kasih atas

kebersamaannya selama ini. Sukses untuk kita semua.

13.Adik-adik Angkatan 2011, 2012, 2013, dan 2014. Terima kasih atas kata

“semangat” dan motivasi yang selama ini diberikan kepada peneliti.

14.FORMASI AL-QALB USU, yang telah mengajarkan saya banyak hal.

Tempat saya belajar pentingnya arti ukhuwah. Semoga ukhuwah ini tetap

terjalin. Aamiin.

15.Kakak-kakak senior angkatan 2009 yaitu kak Hijri, kak Dila, kak Rini, kak

Miftah, kak Shofia, kak Yuni, kak Rahmi, kak Ratna, kak Jeje, dan kak Diva

yang selama ini telah membantu dan membimbing peneliti dalam perkuliahan.

16.Bapak H. Ramadhan, Lc, M.Pdi, MKS dan Agus Tiar, ST yang tak henti

memotivasi peneliti agar segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas

saran dan masukannya selama ini.

Akhir kata, peneliti memohon maaf bila terdapat kesalahan dan kekurangan

dalam skripsi ini. Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Medan, Januari 2015

Khairunnisah

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ... i

HALAMAN ABSTRAK ... ii

HALAMAN ABSTRAK INGGRIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

(9)

A. Stres Kerja ... 12

1. Definisi Stres Kerja ... 12

2. Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja ... 15

3. Simtom Stres Kerja ... 16

4. Dampak Stres Kerja ... 18

B. Iklim Organisasi ... 21

1. Definisi Iklim Organisasi ... 21

2. Dimensi Iklim Organisasi ... 23

3. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi ... 25

4. Dampak Iklim Organisasi ... 26

C. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Stres Kerja pada Karyawan PT. PIM ... 27

D. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32

B. Definisi Operasional Variabel ... 32

1. Stres Kerja ... 32

(10)

2. Iklim Organisasi ... 33

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 35

3. Metode Pengambilan Sampel ... 35

D. Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Skala Stres Kerja ... 36

2. Skala Iklim Organisasi ... 37

E. Uji Coba Alat Ukur ... 38

1. Validitas Alat Ukur ... 38

2. Uji Daya Beda Aitem ... 39

3. Reliabilitas Alat Ukur ... ... 40

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 41

a. Skala Stres Kerja ... 41

b. Skala Iklim Organisasi ... 42

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 42

1. Tahap Persiapan Penelitian... ... 42

(11)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... .. 44

3. Tahap Pengolahan Data... 44

G. Metode Analisis Data ... ... 44

1. Uji Normalitas ... ... 45

2. Uji Homogenitas ... 46

3. Uji Linieritas ... ... 46

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 47

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 48

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 48

4. Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Bekerja ... 49

B. Hasil Penelitian ... 50

1. Hasil Uji Asumsi ... 50

a. Uji Normalitas ... 50

b. Uji Linearitas ... 51

(12)

c. Uji Homogenitas... 52

2. Hasil Utama Penelitian ... 53

a. Hasil Analisis Data... ... 53

b. Nilai Empirik dan Hipotetik Data Penelitian ... 55

c. Kategorisasi Data Penelitian ... 57

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran... .... 64

1. Saran Metodologis ... 64

2. Saran Praktis (Bagi Perusahaan) ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blue Print Skala Stres KerjaSebelum Uji Coba 36

Tabel 2 Blue Print Skala Iklim Organisasi Sebelum Uji Coba 37

Tabel 3 Hasil Uji Coba Skala Stres Kerja 41

Tabel 4 Hasil Uji Coba Skala Iklim Organisasi 42

Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 47

Tabel 6 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 48

Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan 49

Tabel 8 Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja 50

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas 51

Tabel 10 Hasil Uji Linearitas 52

Tabel 11 Hasil Uji Homogenitas 53

Tabel 12 Hasil Perhitungan Analisis Regresi 54

Tabel 13 Sumbangan Efektif Variabel Iklim Organisasi 55

Tabel 14 Koefisien Regresi 55

Tabel 15 Nilai Empirik dan Hipotetik Iklim Organisasi 57

Tabel 16 Nilai Empirik dan Hipotetik Stres Kerja 58

Tabel 17 Norma Kategorisasi Data Penelitian 59

Tabel 18 Kategorisasi Skor Iklim Organisasi 59

Tabel 19 Kategorisasi Skor Stres Kerja 60

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Skala Try Out 71

Lampiran B Reliabilitas dan Daya Beda Aitem 88

Lampiran C Skala Penelitian 102

Lampiran D Data Mentah Subjek Penelitian 115

Lampiran E Uji Asumsi dan Analisis 128

Lampiran F Data Demografik 131

Lampiran G Profil dan Struktur Organisasi 135

(15)

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Stres Kerjapada Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe

Khairunnisah dan Gustiarti Leila

ABSTRAK

Stres kerja merupakan suatu kondisi dimana seorang karyawan merasakan adanya ketegangan atau ancaman dalam bekerja yang disebabkan oleh perubahan lingkungan kerja. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan dalam bekerja di perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi stres kerja, salah satunya yaitu iklim organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh negatif iklim organisasi terhadap stres kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek pada penelitian ini adalah karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe yang berjumlah 73 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yaitu skala stres kerja dan skala iklim organisasi yang disusun berdasarkan simtom stres kerja oleh Rice (1987) serta dimensi iklim organisasi oleh Litwin & Stringer (1968). Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan analisa regresi sederhana menunjukkan adanya pengaruh antara iklim organisasi terhadap stres kerja. Hal ini di tunjukkan oleh koefisien regresi yang bernilai negatif.

Keyword : stres kerja, iklim organisasi

(16)

The Influence of Organizational Climate Toward Job Stress Among PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Employees

Khairunnisah and Gustiarti Leila

ABSTRACT

Job stress is a condition where an employee feel any tension or threat in the work caused by the work environtment changes. Job stress can affect the performance and productivity of the employee in the company. Many factors influence job stress, one of which is organizational climate. This study aimed to determine the influence of a negative organizational climate toward job stress. This study uses quantitative methods. Subjects in this study were 73 employees of PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe’s company. Measuring instruments used in this study is the scale,they are scale job stress and organizational climate which is based on symptoms of job stress by Rice (1987) as well as organizational climate by Litwin and Stringer (1968). Results of analysis of research data using simple regression analysis showed a influence between organizational climate to job stress. It has been showed by negative regression values.

Keyword : job stress, climate organization

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi

masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka

memperoleh imbalan berupa uang, jasa maupun untuk mengembangkan diri.

Seiring perkembangan zaman, maka tuntutan untuk suatu pekerjaan pun semakin

tinggi, mulai dari tuntutan gaji, tuntutan tugas, tuntutan pekerjaan, dan

sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

Diera industrialisasi saat ini, perekonomian semakin maju dan pesat dari

tahun ke tahun. Perusahaan yang saling berlomba-lomba untuk mendapatkan

keuntungan yang semakin besar akan mempengaruhi perubahan lingkungan kerja.

Perubahan lingkungan kerja secara internal maupun eksternal mendorong

organisasi untuk merespon dengan cepat dan beradaptasi dengan lingkungan yang

penuh dengan persaingan (Suhanto, 2009). Pada kondisi saat ini, keberhasilan

suatu perusahaan dilihat dari keunggulan sumber daya manusia yang

mengolahnya.

Pada dasarnya, setiap organisasi menginginkan dan menuntut agar seluruh

karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin.

Pengelolaan yang baik dan profesional merupakan suatu hal yang menjadi bagian

dari siklus hidup suatu organisasi atau perusahaan dalam pencapaian tujuannya.

Sumber daya yang ada dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan sebaik

(18)

mungkin, termasuk sumber daya manusia sebagai faktor utamanya (Suhanto,

2009).

Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam menunjang

keberhasilan suatu organisasi. Hal ini dikarenakan manusia merupakan sumber

daya yang tidak bisa digantikan secara sempurna oleh sumber daya lainnya.

Sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitasnya yang diharapkan dapat

membawa dampak positif terhadap perkembangan ekonomi pada organisasi atau

perusahaan. Namun, untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas

dan untuk dapat mempertahankan sumber daya manusia yang ada tidaklah mudah.

Hal ini salah satunya disebabkan karena kehidupan di organisasi merupakan salah

satu sumber stres bagi manusia (Cope, 2003).

Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, pemutusan

hubungan kerja, dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis

yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi

ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus rela dipindahkan ke bagian yang

sangat tidak mereka kuasai dan tidak tahu berapa lama lagi mereka akan dapat

bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi pimpinan baru,

pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan yang berkurang dari sebelumnya,

dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status sosial

ekonomi keluarga. Para pekerja di setiap level pekerjaan mengalami tekanan dan

ketidakpastian. Situasi inilah yang seringkali memicu terjadinya stres kerja (Rini,

2002).

(19)

Stres kerja di tempat kerja bukanlah fenomena baru, tetapi merupakan

ancaman besar bagi kesehatan dan kesejahteraan karyawan (Nahar, Hosaain,

Rahman, and Bairagi, 2013). Stres sebagai akibat negatif dari pekerjaan ternyata

dialami banyak pekerja. Sebagian besar stres kerja berasal dari pekerjaan yang

mereka lakukan. Tuntutan untuk kinerja yang lebih tinggi dan produktivitas lebih

besar akan meningkatkan stres. Stres ini kemudian menyebabkan kinerja

karyawan menjadi kurang optimal (Cope, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association pada

tahun 2013 menemukan bahwa 41% dari pekerja menyatakan mereka biasanya

merasa tegang atau stres selama mereka bekerja dan 46% menyatakan gaji rendah

secara signifikan mempengaruhi tingkat stres mereka di tempat kerja. Karyawan

juga mengutip kurangnya kesempatan untuk pertumbuhan dan kemajuan (41 %),

beban kerja yang berat (41 %), tuntutan pekerjaan yang tidak realistis (35 %) dan

jam kerja yang panjang (37 %) sebagai sumber stres yang berpengaruh secara

signifikan dan sebanyak 32 % karyawan menunjukkan bahwa mereka berniat

untuk mencari tempat kerja lain dalam tahun depan.

Stres kerja dapat memiliki efek positif pada karyawan setiap organisasi,

tetapi sampai batas tertentu dimana seorang karyawan dapat mengatasinya. Stres

yang dirasakan melebihi batas akan memiliki hasil negatif pada karyawan (Bashir

& Ramay, 2010). Stres kerja juga dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi

kerja. Saat tidak ada stres, tantangan kerja menjadi hilang dan prestasi kerja

cenderung menurun. Namun dengan bertambahnya stres, kecenderungan

meningkatnya prestasi kerja bertambah karena stres membantu seseorang untuk

(20)

mengeluarkan potensi mereka dalam rangka memenuhi persyaratan kerja. Tetapi,

jika stres terlalu tinggi, prestasi kerja akan menurun dan seseorang akan

kehilangan kemampuan untuk mengatasi stres tersebut sehingga stres kerja

sampai ke titik paling tinggi dan mengakibatkan prestasi kerja menjadi nol (Davis

& Newstorm, 2001).

Walaupun stres memiliki dampak positif, namun stres lebih cenderung

dikaitkan dengan hal negatif. Pada organisasi, karyawan yang burnout, menderita

penyakit fisik dan psikologi, tingkat absensi yang tinggi, kinerja yang rendah, dan

kematian sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengatasi stres

dan ketegangan yang dialami (Sperry, 1991). McGinty (2007) menyimpulkan

bahwa stres di tempat kerja dapat mengurangi produktivitas, meningkatkan

tekanan darah, dan membuat orang sakit dengan berbagai cara. Tingkat stres kerja

yang tinggi dapat merusak kesehatan fisik dan psikologis para karyawan. Hal

tersebut juga akan merugikan organisasi akibat biaya yang ditanggung untuk

pengobatan karyawan (Cope, 2003).

Stranks (2005) menyebutkan bahwa stress mampu mempengaruhi Gross

National Product (GNP). Pada negara Inggris, penanganan stres ternyata

membutuhkan biaya sekitar 3% dari GNP. Selain itu, biaya yang terkait dengan

stress adalah 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan biaya untuk memecahkan

perselisihan di semua industri dan sakit yang terkait karena stres menyebabkan

hilangnya 40 juta hari kerja setiap tahunnya. Stres juga merupakan interaksi

individu dengan lingkungan, namun secara lebih terperinci stres merupakan suatu

respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan atau proses

(21)

psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian eksternal

(lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologi dan atau fisik secara

berlebihan (Luthans, 2005). Stres juga dideskripsikan sebagai tekanan pada tubuh

atau mental yang melebihi batas kemampuan seseorang (Price, 2003).

Dampak negatif dari stress dapat terjadi dalam bentuk respon biologis

(demam, meningkatnya detak jantung), respon emosional (marah, depresi,

frustasi), dan meningkatnya kecelakaan di tempat kerja. Lebih jauh lagi,

Hemmington dan Smith (dalam Nugroho, 2008) stres dapat menyebabkan

ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction), meningkatnya jumlah karyawan yang

keluar (turnover), dan kehilangan tenaga kerja yang direkrut oleh perusahaan lain.

Penelitian Ruyter et. al (2001) menyatakan stres kerja memiliki dampak yang

negatif terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasional, prestasi kerja, dan

turnover. Hal ini sesuai pula dengan penelitian Jaramillo et. al (2006) bahwa

tingkat stress yang tinggi akan menurunkan job satisfaction, organizational

commitment, dan meningkatkan turnover intention.

Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan

fisik, faktor individu, faktor kelompok dan faktor organisasi. Organisasi telah

dikenal sebagai faktor yang menciptakan stres bagi karyawan di tempat kerja

(Greenhaus & Beutell, 1985). Matteson dan Ivancevich (dalam Luthans, 2005)

mengungkapkan bahwa faktor organisasi dalam hal ini mencakup struktur

organisasi, iklim organisasi, desain pekerjaan, dan karakteristik tugas. Perubahan

sistem, lingkungan kerja dan iklim organisasi dapat memicu terjadinya stres kerja

pada karyawan (Vendetti, 2010).

(22)

Greenberg (2008) mengemukakan bahwa terdapat lima sumber stres, yaitu

intrinsic to the job, role in the organization, career development, relationships at

work, dan organizational structure and climate. Sumber intrinsic to the job

berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk dalam bekerja, kelebihan beban

kerja atau tekanan waktu. Sumber role in the organization berhubungan dengan

ambiguitas peran dan konflik peran. Sumber career development berhubungan

dengan kurangnya keamanan dalam bekerja, adanya ambisi yang digagalkan, dan

over-promotion atau under-promotion. Sumber relationships at work

berhubungan dengan hubungan yang buruk dengan atasan atau rekan kerja.

Sumber organizational structure and climate, termasuk kondisi lingkungan kerja

baik secara fisik maupun psikologis, iklim politis kantor, dan kurangnya

partisipasi karyawan.

Lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap sikap kerja dan

menentukan prestasi kerja pegawai dalam bekerja. Lingkungan kerja yang

menyenangkan membuat sikap pegawai positif dan memberi dorongan untuk

bekerja lebih tekun dan lebih baik (Idrus, 2006). Lingkungan kerja juga

berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil kerja karyawan. Pengaruh

lingkungan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu lingkungan luar dan lingkungan

dalam. Steers (dalam Yuliana, 2007) mengungkapkan bahwa lingkungan luar

umumnya menggambarkan kekuatan yang berada di luar organisasi, sedangkan

lingkungan dalam merujuk pada faktor-faktor di dalam organisasi yang dapat

menciptakan budaya dan sosial tempat berlangsungnya kegiatan. Lingkungan

dalam ini biasanya disebut dengan istilah iklim organisasi.

(23)

Iklim organisasi adalah lingkungan manusia dimana para karyawan

melakukan pekerjaan mereka (Davis & Newstorm, 2001). Iklim organisasi

didefinisikan sebagai bentuk sifat terukur dari lingkungan kerja, dirasakan secara

langsung atau tidak langsung oleh tenaga kerja, dan diasumsikan mempengaruhi

motivasi dan perilaku (Litwin & Stringer, 1968). Seperti udara dalam ruangan,

iklim organisasi mengitari dan mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam suatu

organisasi. Pada akhirnya, iklim dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi

dalam suatu organisasi.

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian pada satu

perusahaan. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan Industri yang

memproduksi pupuk. Perusahaan tersebut pada saat ini sedang mengalami suatu

kondisi dimana perusahaan sudah tidak dapat berproduksi secara optimal

dikarenakan keterbatasan bahan bakar. Hal ini kemudian menyebabkan

perusahaan mengalami perubahan lingkungan kerja seperti terpaksa

“merumahkan” sebagian pekerjanya untuk mengurangi jumlah pekerja yang

kemudian mempengaruhi kondisi psikologis karyawan lainnya yang masih

dipekerjakan. Mereka di bayangi ketidakpastian akan seperti apa nasib perusahaan

dan mereka ke depannya. Hal ini terlihat dari komunikasi peneliti dengan salah

seorang karyawan yang masih bekerja di perusahaan :

“Kami sekarang serba nggak pasti. Disatu sisi kami butuh pekerjaan. Tapi disisi lain juga dalam bekerja kami dibayangi ketidakpastian, ke depannya akan terjadi apa dengan perusahaan ini nggak ada yang tahu. Jadi kadang

stres juga mikirkannya.” (Komunikasi personal, 21 Januari 2014)

(24)

Lingkungan kerja dalam hal ini erat kaitannya dengan iklim organisasi.

Iklim organisasi yang dirasakan berbeda dari biasanya dapat mempengaruhi

kinerja karyawan. Karyawan perusahaan mengungkapkan bahwa lingkungan kerja

sekarang berbeda dari sebelumnya. Selain itu, terdapat pula dimensi dari iklim

organisasi yang dirasakan karyawan berbeda dari sebelumnya yaitu berhubungan

dengan struktur, standard, tanggung jawab, imbalan, resiko, dukungan,

kehangatan, konflik, dan identitas.

Karyawan perusahaan mengungkapkan bahwa mereka terkadang

mendapatkan imbalan yang tidak adil. Hal ini terlihat dalam komunikasi personal

peneliti dengan karyawan sebagai berikut :

“Iya kami juga kesal karna kadang upah lembur kami nggak dibayar sama perusahaan.”

(Komunikasi personal, 21 Januari 2014)

Selain itu, terdapat perubahan lain yang dirasakan oleh karyawan. Hal ini

terlihat dari komunikasi personal peneliti dengan karyawan sebagai berikut :

“Memang semenjak kondisi perusahaan gak stabil gini pasti ada lah perubahan struktur dan standard dari perusahaan sendiri, karena kan memang kondisinya udah berubah, pasti yang lainnya juga ikut mengalami

perubahan seperti itu.”

“Harus tanggung jawab kalau sama tugas, apalagi kan sekarang karyawan

udah jauh sekali berkurangnya, jadi yang tadinya satu tugas itu dikerjakan bertiga atau berdua jadi sendiri sekarang karena yang lainnya udah

di”rumah”kan atau resign.”

(Komunikasi personal, 7 Juli 2014)

Pandangan Johanneson (1973) mengungkapkan bahwa meningkatnya

karyawan yang mengalami stres dalam suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh

(25)

iklim organisasi yang dirasakan negatif oleh anggota organisasi. Berdasarkan

uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi yang dirasakan oleh

karyawan perusahaan berbeda dari sebelumnya dan mengarah kepada iklim yang

negatif. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang

pengaruh iklim organisasi terhadap stres kerja yang dialami oleh karyawan di PT

PIM.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melihat apakah ada

pengaruh iklim organisasi terhadap stres kerja pada karyawan PT PIM?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi

terhadap stres kerja pada karyawan PT PIM.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat dijadikan referensi bagi

peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai variabel stres kerja dan iklim

organisasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tingkat stres

kerja dan iklim organisasi yang dirasakan oleh karyawan PT.PIM.

(26)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam

pembahasan permasalahan dan hipotesis penelitian. Teori-teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai stres kerja dan

iklim organisasi.

Bab III: Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu

identifikasi variabel, definisi operasional, populasi, sampel, metode

pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur pelaksanaan

penelitian, validitas, uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur dan

metode analisis data.

Bab IV : Analisis data dan Pembahasan

Berisikan mengenai analisis data dan pembahasan yang berisikan

gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan

hasil penelitian yang merupakan perbandingan hipotesis dengan

teori-teori atau hasil penelitian terdahulu.

(27)

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari peneliti. Bab ini akan

membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran yang

diberikan, baik untuk penyempurnaan penelitian ini, penelitian yang

berhubungan dengan variabel yang diteliti di masa mendatang, serta

saran untuk organisasi.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. STRES KERJA 1 Definisi Stres Kerja

Seyle (dalam Berry, 1998) mengemukakan bahwa stres adalah respon

tubuh nonspesifik atau umum terhadap permintaan apapun. Ivancevich dan

Matteson (dalam Luthans, 2005) menyatakan bahwa stres adalah interaksi dari

individu dengan lingkungan. Selain itu, Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino,

2011) mengatakan bahwa stres merupakan keadaan dimana transaksi yang ada

membuat orang mempunyai kesenjangan antara tuntutan fisik atau fisiologis dari

situasi dan sumber dari sistem biologis, psikologis, dan sosialnya. Beehr dan

Newman (dalam Iqbal, 2012) mendefinisikan stres sebagai keadaan yang

memaksa seseorang untuk menyimpang dari fungsi normal karena perubahan

kondisi psikologis atau fisiologis nya.

Dalam buku Stress and Health, Rice (1987) mendefinisikan stress dengan

tiga pengertian yang berbeda, yaitu :

a. Stres mengarah pada setiap kejadian atau stimulus lingkungan yang

menyebabkan seseorang merasa tertekan atau dibangkitkan. Dalam hal ini,

stress berasal dari eksternal seseorang. Kondisi yang dapat menimbulkan

stress disebut dengan stressor.

(29)

b. Stres mengarah pada respon subjektif. Dalam hal ini stress merupakan bagian

internal dari mental, termasuk didalamnya adalah emosi, pertahanan diri,

interpretasi, dan proses coping yang terdapat dalam diri seseorang.

c. Stres mengarah pada physical reaction dalam mengatasi ataupun

menghilangkan gangguan.

Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2011) mengatakan bahwa

penyebab stress dapat berasal dari fisik, lingkungan, dan sosial, dapat diartikan

sebagai stressor. Sekali dimunculkan oleh stressor maka memberikan berbagai

macam respon, yaitu respon secara fisik dan psikologis seperti kecemasan,

depresi, keputusasaan, dan perasaan lainnya yang tidak dapat diatasi (Morgan &

King, 1986). Selain itu stres kerja juga dinyatakan sebagai suatu kondisi yang

dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber

daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu yang hasilnya

dipandang penting namun tidak pasti (Schuller, 2002). Artinya walaupun potensi

dan kesempatan ada, seseorang juga bisa menghadapi stres akibat ketidakpastian

perubahan lingkungan pekerjaan yang harus dihadapinya.

Stres biasanya dihubungkan dengan hal negatif yang diperkirakan

disebabkan oleh sesuatu yang buruk (Luthans, 2005). Seyle (dalam Berry, 1998)

membedakan bentuk dari stres menjadi dua yaitu :

a. Distress yang merupakan respon terhadap peristiwa negatif dan individu

memandang stres sebagai suatu beban.

b. Eustress yang merupakan respon terhadap peristiwa positif dan individu

didorong untuk mengeluarkan potensi yang ia miliki.

(30)

Stres kerja merupakan suatu kesadaran atau perasaan disfungsi pribadi akibat

kondisi yang dirasakan di tempat kerja, reaksi psikologis dan fisiologis seseorang

yang tidak diinginkan (Parker & DeCotiis, 1983). Stres kerja merupakan hasil dari

karakteristik dari lingkungan kerja yang menimbulkan ancaman pada individu

(Rice, 1987). Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2005) mendefinisikan stres

kerja sebagai suatu kondisi yang timbul dari interaksi individu dengan

pekerjaannya dan ditandai oleh perubahan individu yang memaksa mereka untuk

menyimpang dari fungsi normal mereka.

Gibson, dkk (2000), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan

penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses

psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar

(lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan

atau fisik berlebihan kepada seseorang. Stres kerja adalah suatu keadaan yang

bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan

situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Morgan & King,

1986). Menurut Taylor (2009) stres kerja adalah pengalaman emosional negatif

yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologi, kognitif dan prilaku yang

diperkirakan seseorang untuk dapat merubah suatu kejadian yang dihadapinya

ataupun mengakomodir efek dari stres tersebut.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan kondisi

yang timbul dari interaksi individu dengan pekerjaan yang menimbulkan ancaman

dan menghasilkan reaksi psikologis dan fisiologis yang selanjutnya

mempengaruhi perilaku individu.

(31)

2. Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Davis & Newstorm (2001) mengemukakan bahwa terdapat beberapa

penyebab terjadinya stres kerja yaitu :

a. Beban kerja yang berlebihan

b. Tekanan waktu

c. Kualitas supervisi yang jelek

d. Iklim politik yang tidak aman

e. Wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab

f. Konflik peran dan ambiguitas peran

g. Perbedaan antara nilai karyawan dan perusahaan

h. Perubahan tipe pekerjaan

i. Frustrasi

Greenberg (2008) mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang

menyebabkan stres, yaitu :

a. Intrinsic to the job, berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk dalam

bekerja, kelebihan beban kerja atau tekanan waktu.

b. Role in the organization berhubungan dengan ambiguitas peran dan konflik

peran.

c. Career development berhubungan dengan kurangnya keamanan pekerjaan.

d. Relationships at work berhubungan dengan hubungan yang buruk dengan

atasan atau rekan kerja.

e. Organizational structure and climate, termasuk kondisi lingkungan kerja baik

secara fisik maupun psikologis dan iklim yang ada dalam organisasi.

(32)

3. Simtom Stres Kerja

Rice (1987) mengemukakan terdapat tiga simtom dari stres kerja, yaitu :

a. Simtom Psikologis

Beberapa simtom psikologis ini mewakili penemuan dari penelitian stres kerja

yang telah diamati dalam perusahaan, yaitu :

 Kecemasan, tekanan, kebingungan dan sifat lekas marah

 Merasa frustrasi, marah, dan dendam

 Kepekaan emosional dan reaktifitas yang berlebihan

 Perasaan tertekan

 Mengurangi efektivitas dari komunikasi

 Penarikan dan depresi

 Merasa terisolasi dan terasingkan

 Bosan dan ketidakpuasan kerja

 Kelelahan mental dan rendahnya fungsi intelektual

 Kehilangan konsentrasi

 Kehilangan spontanitas dan kreativitas

 Rendahnya harga diri

b. Simtom Fisik

Beberapa simtom fisik utama dalam stres kerja, yaitu :

 Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah

 Penyakit cardiovascular

 Peningkatan keluarnya hormon adrenaline dan noradrenaline

(33)

 Penyakit gastrointestinal seperti maag

 Masalah pernapasan

 Penyakit kulit

 Peningkatan jumlah keringat

 Sakit kepala

 Kanker

 Cidera tubuh

 Kelelahan fisik

 Ketegangan otot

 Gangguan tidur

 Kematian

c. Simtom Perilaku

Beberapa konsekuensi perilaku yang diamati sebagai hasil dari stres kerja,

yaitu :

 Prokrastinasi dan menghindari pekerjaan

 Penurunan keseluruhan prestasi dan produktivitas kerja

 Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan

 Sabotase langsung pada pekerjaan

 Peningkatan kunjungan ke klinik

 Makan berlebihan sebagai pelarian yang mengarah ke obesitas

 Tidak nafsu makan sebagai bentuk dari penarikan yang dikombinasikan dengan tanda dari depresi

(34)

 Kehilangan nafsu makan dan berat badan

 Peningkatan perilaku beresiko termasuk mengemudi dan perjudian

 Agresi, perusakan, dan pencurian

 Memburuknya hubungan dengan keluarga dan teman

 Bunuh diri atau mencoba bunuh diri

4. Dampak Stres Kerja

Secara umum stres kerja memiliki dampak yang merugikan baik bagi

individu maupun bagi perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Dampak

yang dihasilkanpun sesuai dengan tingkatan dan jenis stres yang dialami oleh

karyawan.

Tingkatan stres ada bermacam-macam, dan oleh Brealey (2002), dibagi

dalam empat tingkatan yaitu sebagai berikut :

1. Stres yang terlalu rendah : kurangnya tantangan akan menimbulkan

kebosanan, produktifitas rendah dan kurangnya prestasi pribadi. Hal ini

akhirnya akan berkontribusi pada kepercayaan diri yang rendah, dan

kurangnya tujuan hidup

2. Stres yang optimal : jumlah stres yang tepat dalam hidup akan memampukan

seseorang untuk memanfaatkan peluang, bangkit untuk menghadapi

tantangan, dan memperluas batasan seseorang. Seseorang akan memutuskan

untuk menghadapi berbagai masalah dalam langkah-langkahnya dan

memperoleh kepuasan dari sebuah pekerjaan atau dari pekerjaan yang telah

diselesaikan dengan baik.

(35)

3. Terlalu banyak stres : selain kelelahan mental dan fisik, individu akan

mendorong dirinya sendiri untuk terus bekerja, tapi dengan mengurangi

imbalannya. Dengan mendorong diri sendiri secara terus-menerus sampai

melewati batas, akan membuatnya terus menambah kecepatan dan akhirnya

menyadari bahwa tidak dapat berhenti dan rileks

4. Kelelahan : tanda-tanda peringatan yang menyatakan bahwa kita berada

dibawah stres yang berlebihan, apabila kita tidak mengindahkannya, maka kita

sangat berpeluang untuk jatuh sakit, baik secara mental maupun fisik.

Menurut Cox dan Gibson (dalam Usman, 2006), ada lima macam

konsekuensi dari stres:

1. Subyektif. Meliputi: kecemasan, agresif, acuh, kebosanan, depresi, keletihan,

frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, merasa kesepian.

2. Perilaku. Perilaku yang menunjukan gejala stres adalah mudah mendapat

kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, luapan

emosional, makan atau merokok secara berlebihan.

3. Kognitif. Akibat stres yang bersifat kognitif dapat menyebabkan

ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas, daya konsentrasi rendah,

kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, hambatan mental.

4. Fisiologis. Stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme tubuh,

kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah

meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, dan tubuh panas

dingin.

(36)

5. Organisasi. Akibat yang bersifat organisasi meliputi angka absen tinggi,

pergantian karyawan (turn over), produktivitas rendah, terasing dari rekan

sekerja, ketidakpuasan kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

Berikut beberapa dampak lain yang dapat terlihat pada seseorang yang

mengalami stres kerja :

 Memaksimalkan potensi terjadinya kelelahan. Karyawan yang mengalami kelelahan merasa tidak lagi dapat mentoleransi batas kemampuan mereka

untuk menghadapi masalah sehingga merasakan kelelahan yang luar biasa

baik secara fisik maupun psikologis. Karyawan akan menunjukkan cirri-ciri

seperti hilangnya kepercayaan pada perusahaan, kehilangan minat hingga

tidak lagi ingin bekerja (Miner, 1992)

 Konsentrasi yang mudah terganggu dalam melakukan tugas yang telah diperintahkan, atau sering salah memberi instruksi dan melakukan kesalahan

dalam pekerjaan (Rice, 1999).

 Selera makan yang berubah, bisa kehilangan nafsu makan maupun terlalu banyak makan yang dapat mengakibatkan obesitas (Rollinson, 2005).

 Emosi yang naik dan turun dan sulit dikontrol. Emosi di lingkungan kerja juga dipengaruhi oleh kemampuan karyawan dalam mempersepsikan masalah dan

tipe kepribadian yang dimiliki (Papalia, 2007).

 Karyawan akan lebih sering jatuh sakit. Stres kerja yang bersifat distress

sangat berhubungan erat dengan lemahnya kekuatan fisik dan mental. Hal ini

terjadi karena sistem saraf manusia terutama otak, berhubungan dengan semua

(37)

sistem biologis dan psikologis yang berpengaruh kepada fungsi sistem imun

(Ray, 2004).

 Mudah lelah secara fisik maupun psikologis, menurunnya hasrat seksual, menghindar dari kontak sosial dan kesulitan untuk menikmati aktifitas pada

seorang individu sebagai dampak dari stres kerja yang dialami karyawan

tersebut (Rollinson, 2005)

B. IKLIM ORGANISASI 1. Definisi Iklim Organisasi

Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kali digunakan

oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an. Iklim Organisasi adalah lingkungan

manusia dimana para karyawan melakukan pekerjaan mereka (Davis &

Newstorm, 2001). Iklim organisasi merupakan sebuah konsep yang menguraikan

alam subyektif atau kualitas lingkungan organisasi sebagaimana dipersepsikan

oleh orang-orang yang bekerja dan tinggal di dalam lingkungan organisasi (Litwin

& Stringer, 1968).

Iklim organisasi merupakan persepsi anggota organisasi tentang

bagaimana mereka dapat bertindak dan berperilaku, dan hal apa yang bertanggung

jawab atas tindakan atau perilaku orang lain (Goldhaber, dalam Pace 1983).

Jewell dan Siegall (1998) mengatakan bahwa iklim organisasi menunjukkan

persepsi para anggota mengenai organisasi dan/atau, subsistemnya terkait dengan

anggotanya dan lingkungan luarnya. Sedangkan menurut Stringer (2002) iklim

(38)

organisasi merupakan suatu koleksi dan pola lingkungan yang menentukan

motivasi.

Steers (dalam Yuliana, 2007) mengatakan bahwa konsep iklim organisasi,

sebenarnya yang sedang dibicarakan adalah mengenai sifat-sifat atau ciri yang

dirasa terdapat dalam lingkungan kerja yang timbul terutama karena kegiatan

organisasi, yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan dianggap mempengaruhi

perilaku kemudian. Dengan kata lain, iklim organisasi adalah merupakan

kepribadian dari organisasi seperti yang dilihat oleh para anggotanya.

Schneider (dalam Patterson, 2005) mengemukakan bahwa iklim organisasi

merupakan persepsi karyawan terhadap kebijakan organisasi, praktik, dan

prosedur, pola interaksi dan perilaku yang menunjang inovasi ataupun jasa dalam

organisasi. Nitisemito (dalam Rani, 2007), menjelaskan bahwa iklim organisasi

adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi

dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Wirawan (2008)

mendefiniskan iklim organisasi sebagai persepsi anggota organisasi (secara

individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan

organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan organisasi secara

rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota

organisasi kemudian menentukan kinerja organisasi.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa iklim organisasi

merupakan persepsi anggota organisasi terhadap lingkungan kerja yang dapat

mempengaruhi perilaku dan motivasi.

(39)

2. Dimensi Iklim Organisasi

Litwin & Stringer (1968) mengemukakan sembilan dimensi dari iklim

organisasi, yaitu :

1. Struktur

Perasaan ataupun persepsi karyawan tentang batasan-batasan dalam

kelompok, berapa banyak undang-undang, peraturan dan prosedur-prosedur

yang ada dalam organisasi. Dalam hal ini dilihat apakah perusahaan lebih

banyak menekankan pada hal-hal yang bersifat rahasia, serta segala prosedur

harus melalui susunak dalam organisasi tersebut atau lebih bersifat informal.

2. Standar-standar

Persepsi tentang pentingnya tujuan serta standar hasil kerja yang diinginkan

perusahaan. Penekanannya adalah pada pelaksanaan kerja yang baik dan

tantangan yang ada dalam tujuan pribadi dan kelompok.

3. Tanggung jawab

Perasaan karyawan bahwa mereka menjadi “pimpinan diri sendiri”. Sejauh mana seseorang diharuskan untuk memeriksa kembali semua keputusan. Jika

individu mempunyai suatu pekerjaan yang harus diselesaikan, ia diharapkan

sudah mengetahui bahwa pekerjaan tersebut adalah tugasnya.

4. Imbalan

Perasaan dihargai atas pekerjaan yang telah diselesaikan. Apakah atasan

memberikan penekanan pada penghargaan atau hukuman. Selain itu juga

dilihat bagaimana persepsi karyawan terhadap keadilan dalam pembayaran

dan promosi.

(40)

5. Resiko

Perasaan tentang resiko dan tantangan dalam organisasi dan pekerjaan.

Penekanan disini adalah pada keberanian perusahaan untuk menghadapi resiko

dan tantangan. Apakah perusahaan memperhitungkan resiko-resiko dan

tantangan dalam menjalankan bisnis dan usaha sebagaimana adanya tanpa

mempunyai keberanian untuk menghadapi tantangan.

6. Dukungan

Perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan saling mendukung yang

berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan dengan rekan kerja yang lain,

dan dukungan timbal balik yang saling menguntungkan antara atasan dan

bawahan.

7. Kehangatan

Perasaan persahabatan yang baik yang hadir dalam atmosfir kelompok kerja;

penekanan pada keinginan untuk disukai. Persepsitentang keramahan suasana

yang ada dan adanya kelompok sosial yang bersifat informal dalam organisasi.

8. Konflik

Perasaan bahwa atasan dan pekerja lainnya mau mendengarkan pendapat yang

berbeda. Penekanannya adalah pada usaha penyelesaian masalah secara

terbuka, daripada menutupi atau menghindarinya.

9. Identitas

Perasaan seseorang tentang dirinya sebagai anggota perusahaan, apakah ia

merasa menjadi anggota yang berharga dari kelompok kerjanya.

(41)

Penekanannya adalah pada adanya jenis semangat dimana individu memiliki

kebanggaan menjadi bagian dari perusahaan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

Iklim organisasi merupakan konsep sistem yang mencerminkan

keseluruhan gaya hidup suatu organisasi (Rani, 2007). Maka dari itu perusahaan

harus memperhatikan beberapa faktor berikut ini, karena iklim organisasi dapat

berdampak pada produktivitas serta kinerja karyawan. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi iklim organisasi yaitu:

1. Lingkungan Eksternal

Industri yang sama mempunyai iklim organisasi umum yang sama. Misalnya,

iklim organisasi umum perusahaan asuransi umumnya sama, demikian juga

dengan iklim organisasi pemerintah, sekolah dasar, atau perusahaan industry

minyak kelapa sawit di Indonesia, mempunyai iklim umum yang sama. Kesamaan

faktor umum tersebut disebabkan pengaruh lingkungan eksternal organisasi

(Stringer, 2002). Peristiwa atau faktor dari luar organisasi yang secara khusus

berkaitan dengan karyawan, dapat mempengaruhi iklim suatu organisasi. Salah

satu contoh pengaruh lingkungan luar yaitu ketidakpastian dalam pasar ekonomi

yang dapat berakibat ancaman bagi keterbukaan yang terasa pada iklim organisasi

(Steers, dalam Yuliana, 2007).

2. Strategi organisasi

Kinerja suatu perusahaan bergantung pada strategi (apa yang diupayakan

untuk dilakukan), energi yang dimiliki oleh karyawan untuk melaksanakan

(42)

pekerjaan yang diperlukan oleh strategi, dan faktor-faktor lingkungan penentu dari

level organisasi yang berbeda (Stringer, 2002).

3. Pengaturan organisasi

Pengaturan organisasi mempunyai pengaruh paling kuat terhadap iklim

organisasi (Stringer, 2002). Termasuk juga dalam tingkat penstrukturan (seperti:

sentralisasi, formalisasi, orientasi pada peraturan), besar kecilnya organisasi, dan

penempatan tugas seorang karyawan dalam organisasi pada bagian tingkatan

tertentu dapat mempengaruhi iklim organisasi (Steers, dalam Yuliana, 2007).

4. Kekuatan sejarah

Semakin tua umur suatu organisasi semakin kuat pengaruh kekuatan

sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk tradisi dan ingatan yang membentuk

harapan anggota organisasi dan mempunyai pengaruh terhadap iklim

organisasinya (Stringer, 2002).

5. Kepemimpinan

Perilaku pemimpin mempengaruhi iklim organisasi yang kemudian

mendorong motivasi karyawan. Motivasi karyawan merupakan pendorong utama

terjadinya kinerja (Stringer, 2002). Dan juga kebijakan dan praktek manajemen

yang fleksibel akan menciptakan iklim organisasi yang positif bagi karyawannya

(Steers, dalam Yuliana, 2007).

4. Dampak Iklim Organisasi

Iklim organisasi yang positif berkorelasi dengan hasil kerja yang positif,

sikap karyawan kerja yang positif, dan menurunkan niat untuk meninggalkan

(43)

organisasi (Aarons & Sawitzky, 2006). Kualitas iklim organisasi yang tinggi

berhubungan dengan karyawan dan berpengaruh berpengaruh positif untuk tetap

bertahan di dalam organisasi (Kinicki, 2009). Patterson, Warr dan West (2004)

menemukan bahwa iklim organisasi yang positif berkorelasi dengan

perkembangan perusahaan yang mempengaruhi pengalaman karyawan. Iklim

organisasi dapat mempengaruhi motivasi karyawan, sikap, dan perilaku, baik

dalam organisasi maupun individu.

C. PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP STRES KERJA PADA KARYAWAN PT PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE

Stres kerja merupakan hasil dari karakteristik dari lingkungan kerja yang

menimbulkan ancaman pada individu (Rice, 1987). Menurut Rice (1987), salah

satu hal utama yang menimbulkan kekhawatiran akibat stres kerja dan lingkungan

kerja adalah jumlah kerugian ekonomi besar yang akan diderita akibat stres kerja

dan kondisi kerja yang tidak aman.

Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan

fisik, faktor individu, faktor kelompok, dan faktor organisasi. Faktor organisasi

telah dikenal sebagai faktor yang menciptakan stres bagi karyawan di tempat kerja

(Greenhaus & Beutell, 1985). Matteson dan Ivancevich (dalam Luthans, 2005)

mengungkapkan bahwa faktor organisasi mencakup struktur organisasi, iklim

organisasi, desain pekerjaan, dan karakteristik tugas.

Selain itu, Greenberg (2008) mengemukakan bahwa terdapat lima sumber

stres yaitu intrinsic to the job, role in the organization, career development,

(44)

relationship at work, dan organizational structure and climate. Iklim organisasi

merupakan salah satu sumber yang dapat menimbulkan stres kerja. Kurangnya

partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, tidak adanya rasa saling

memiliki, kurangnya konsultasi yang efektif, komunikasi yang buruk, pembatasan

perilaku, dan iklim politis kantor merupakan iklim organisasi yang dapat

menimbulkan stres kerja (Greenberg, 2008).

Iklim organisasi adalah lingkungan manusia dimana para karyawan

melakukan pekerjaan mereka (Davis & Newstorm, 2001). Iklim organisasi

merupakan sebuah konsep yang menguraikan alam subyektif atau kualitas

lingkungan organisasi sebagaimana dipersepsikan oleh orang-orang yang bekerja

dan tinggal di dalam lingkungan organisasi (Litwin & Stringer, 1968). Dalam

melaksanakan tugas-tugasnya setiap tenaga kerja berhubungan langsung dan

sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang aman dan

sehat sangat diperlukan oleh setiap orang, karena kondisi kerja yang nyaman

seseorang dapat bekerja secara tenang, sehingga hasil kerjanya pun dapat

diharapkan memenuhi standart yang telah ditetapkan. Lingkungan kerja yang

menyenangkan membuat sikap karyawan positif dan memberi dorongan untuk

bekerja lebih tekun dan lebih baik lagi (Idrus, 2006).

Iklim yang ada di perusahaan menyebabkan karyawan dengan sepenuh

hati menyukai pekerjaan mereka atau justru pekerjaan menjadi hambatan secara

psikologis bagi mereka (Kahn, 1990). Iklim organisasi yang terbentuk di dalam

organisasi akan mempengaruhi bagaimana karyawan menerima lingkungan kerja

sebagai sesuatu hal yang menyenangkan dan nyaman secara psikologis (Brown &

(45)

Leigh, 1996). Iklim organisasi akan dipersepsikan positif oleh karyawan, ketika

karyawan merasa yakin bahwa kontribusi yang mereka berikan pada organisasi

bermanfaat untuk pencapaian sasaran organisasi, akan membuat karyawan lebih

terlibat dalam pekerjaannya.

Keberhasilan suatu organisasi dengan membentuk iklim yang kondusif

akan mempengaruhi komitmen karyawan sehingga akan meningkatkan kinerja

karyawan (Bacal, 1999). Iklim organisasi yang positif berkorelasi dengan hasil

kerja yang positif, sikap karyawan kerja yang positif, dan menurunkan niat untuk

meninggalkan organisasi (Aarons & Sawitzky, 2006). Kualitas iklim organisasi

yang tinggi berhubungan dengan karyawan dan berpengaruh positif untuk tetap

bertahan di dalam organisasi (Kinicki, 2009).

Menurut Litwin dan Stringer (1968), dimensi struktur mengukur perasaan

karyawan mengenai batasan dalam kelompok, undang-undang, peraturan, dan

prosedur yang ada dalam organisasi. Dimensi standar mengukur pentingnya

standar serta hasil kerja yang diinginkan perusahaan. Struktur organisasi, standar,

serta gaya dan kualitas kepemimpinan merupakan beberapa penyebab stres dalam

suatu organisasi. Perubahan yang terjadi terkait dengan halini akan memicu

terjadinya stres kerja (Deborah & Preston, 2003).

Dimensi tanggung jawab mengukur sejauh mana karyawan dapat

pemimpin bagi diri sendiri, diharuskan memeriksa kembali keputusan serta

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Karyawan yang dibatasi dalam proses

pengambilan keputusan terkait pekerjaannya akan menghasilkan stres (Kellyoway

(46)

& Barling, 1991). Selain itu, perubahan peran dan tanggung jawab akan

menyebabkan terjadinya stres kerja (Sharratt, 2003).

Dimensi imbalan mengukur perasaan di hargai atas pekerjaan yang telah

diselesaikan. Schneider (2003) menemukan bahwa sikap karyawan tentang

kepuasan terhadap gaji berkorelasi dengan kinerja. Jika karyawan merasa tidak

cukup di hargai utk kinerja mereka, mereka akan cenderung mengalami stres

(Harrison, 1997). Dimensi resiko mengukur perasaan karyawan mengenai

keberanian perusahaan dalam menghadapi resiko dan tantangan. Karyawan yang

merasa yakin bahwa perusahaan akan mampu menghadapi tantangan nantinya

akan mempengaruhi kadar kepercayaan karyawan terhadap perusahaan tersebut

(Davis & Newstorm, 2001).

Dimensi dukungan mengukur perasaan saling percaya dan mendukung

yang berlaku di kelompok kerja. Rendahnya kualitas hubungan interpersonal di

tempat kerja serta kurangnya dukungan dari orang lain di tempat kerja adalah

potensi sumber ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan (Iqbal, 2002).

Dimensi kehangatan mengukur perasaan persahabatan baik yang hadir dalam

kelompok kerja. Hubungan sosial memainkan peranan penting. Hubungan sosial

yang baik merupakan sumber seseorang untuk mengatasi stres (Billings & Moss,

1984).

Dimensi konflik mengukur perasaan karyawan mengenai penyelesaian

permasalahan masalah secara terbuka. Ketika tuntutan individu yang ingin ikut

dalam proses penyelesaian masalah bertentangan dengan tuntutan organisasi, hal

ini akan menyebabkan stres (Kahn & Byosiere, 1992). Karyawan yang dilibatkan

(47)

dalam penyelesaian masalah yang ada di perusahaan akan merasa menjadi

anggota organisasi dan hal ini akan meningkatkan kepuasan kerja (Greenberg,

2008).

Dimensi identitas mengukur perasaan seseorang tentang dirinya sebagai

anggota perusahaan. Adanya komunikasi efektif antar karyawan diharapkan akan

timbul suatu perasaan pengakuan bahwa karyawan merupakan bagian dari

perusahaan dan hal ini akan meningkatkan semangat kerja (Shuterland & Cooper,

1990).

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, terlihat adanya pengaruh

iklim organisasi terhadap stres kerja.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah “iklim organisasi berpengaruh terhadap stres kerja pada karyawan PT PIM”.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan serangkaian prosedur sistematis yang perlu

dicermati saat melaksanakan penelitian, agar hasil dari penelitian tersebut dapat

dipertanggungjawabkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Tujuan metode penelitian

kuantitatif korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada

suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain

berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2010). Variabel yang akan diuji

korelasinya adalah persepsi iklim organisasi dan stres kerja.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Untuk dapat menguji hipotesa penelitian terlebih dahulu diidentifikasi

variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian yang

digunakan terdiri dari :

Variabel tergantung (DV) : Stres Kerja

Variabel bebas (IV) : Iklim Organisasi

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Stres Kerja

Stres kerja adalah suatu kondisi dimana seorang karyawan merasakan

adanya ketegangan atau ancaman dalam bekerja yang disebabkan oleh perubahan

(49)

lingkungan kerja yang terjadi di perusahaan, salah satunya adalah perubahan iklim

organisasi.

Stres kerja memiliki beberapa simtom yaitu simtom psikologis, simtom

fisik, dan simtom perilaku, yang meliputi kecemasan, frustrasi, bosan, kelelahan

mental, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, gangguan tidur,

kehilangan nafsu makan, penurunan prestasi kerja, dan lain-lain, Stres kerja

diukur dengan menggunakan skala stres kerja yang disusun berdasarkan simtom

stres kerja yang dikemukakan oleh Rice (1987) yaitu simtom psikologis, fisik dan

perilaku dengan menggunakan metode likert.

Total skor yang dihasilkan dalam skala stres kerja menggambarkan tingkat

stres kerja yang dirasakan oleh individu. Semakin tinggi total skor yang didapat

pada skala stres kerja maka semakin berat stres kerja yang dialami oleh individu.

Sebaliknya, semakin rendah total skor pada skala stres kerja maka semakin ringan

stres kerja yang dialami oleh individu.

2. Iklim Organisasi

Iklim organisasi merupakan persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja

dan karakteristik organisasi seperti struktur, standar, tanggung jawab, imbalan,

resiko, kehangatan, dukungan, konflik dan identitas yang dapat mempengaruhi

perilaku karyawan dalam bekerja.

Iklim organisasi diukur dengan menggunakan skala iklim organisasi yang

disusun berdasarkan sembilan dimensi dari iklim organisasi yang dikemukakan

oleh Litwin & Stringer (1968) yaitu struktur, standar, tanggung jawab, imbalan,

(50)

resiko, kehangatan, dukungan, konflik, dan identitas dengan menggunakan

metode likert.

Total skor pada skala merupakan petunjuk positif atau negatif iklim

organisasi yang dinilai dan dirasakan oleh individu. Semakin tinggi total skor

pada skala menunjukkan semakin positif atau iklim organisasi yang dirasakan

oleh individu. Sebaliknya, semakin rendah total skor pada skala menunjukkan

semakin negatif iklim organisasi yang dirasakan individu.

C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil

penelitian (Azwar, 2010). Populasi adalah keseluruhan individu yang akan

diselidiki dan mempunyai minimal satu sifat yang sama atau ciri-ciri yang sama

dan untuk siapa kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian hendak

digeneralisasikan (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah karyawan PT. PIM yang bertugas di dalam ruangan (kantor) yang

berjumlah 180 orang, yang terdiri dari beberapa level jabatan, yaitu : supervisor,

foreman, dan pelaksana. Adapun, karakteristik populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Karyawan tetap perusahaan

b. Telah bekerja minimal 1 tahun

(51)

2. Sampel

Mengingat keterbatasan sumber daya peneliti untuk menjangkau seluruh

populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan

sebagai subjek penelitian yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel adalah

sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik sama dengan populasinya

(Azwar, 2010).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 73 orang

karyawan yang terdiri dari beberapa level jabatan, yaitu supervisor sebanyak 22

orang, foreman sebanyak 30 orang, dan pelaksana sebanyak 21 orang.

3. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

random sampling. Menurut Hadi (2000), dalam purposive random sampling

pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang

dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri atau sifat yang telah

diketahui sebelumnya. Dalam penelitian ini, pemilihan sekelompok subjek

dilakukan secara random dan semua individu dalam populasi baik secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

anggota sampel (Hadi, 2000).

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala psikologi yang berbentuk skala likert dengan

(52)

beberapa pilihan, yaitu dengan cara menyebarkan skala yang berisi daftar

pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga subjek

penelitian dapat mengisi dengan mudah (Azwar, 2010). Hadi (2000)

mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri pada laporan-laporan

pribadi (self report).

Penelitian ini menggunakan dua buah skala psikologi yaitu skala stres

kerja dan skala iklim organisasi.

1. Skala Stres Kerja

Skala disusun mengacu pada simtom stres kerja yang dikemukakan oleh

Rice (1987) yang meliputi simtom psikologis, fisik, dan perilaku.

[image:52.595.113.510.439.672.2]

Tabel 1

Blue print Skala Stres Kerja sebelum uji coba

No Simtom Stres Kerja Nomor Aitem Jumlah %

1. Simtom Psikologis 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 11, 13, 14, 18, 32

15 44,1

2. Simtom Fisik 12, 15, 16, 17, 19 5 14,7

3. Simtom Perilaku 20, 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30, 31,

33, 34

14 41,2

Total 34 100

Skala stres kerja menggunakan model skala likert yang berjumlah 34 aitem

yang terdiri dari aitem favorable dan unfavorable, dengan menggunakan lima

(53)

pilihan jawaban yaitu : Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai

(TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor untuk skala ini bergerak dari

5 sampai 1 untuk item favorable, sedangkan untuk item unfavorable bergerak dari

1 sampai 5.

2. Skala Iklim Organisasi

Skala iklim orga

Gambar

Blue printTabel 1  Skala Stres Kerja sebelum uji coba
Tabel 2
Tabel 3 Hasil Uji Coba Skala Stres Kerja
Tabel 4 Hasil Uji Coba Skala Iklim Organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

The analyst(s) named in this report certifies that all of the views expressed by the analyst(s) in this report reflect the personal views of the analyst(s) with regard to any and

perkembangan pendidikan yang baik maka suatu masyarakat, desa, kota, ataupun.. negara akan mengalami kemajuan dalam berbagai aspek

Nilai HQLA setelah pengurangan nilai (haircut), outstanding kewajiban dan komitmen dikalikan tingkat penarikan (run-off rate) atau nilai tagihan kontraktual dikalikan..

(2008) used height percentiles as a part of the structure features derived from forest stands to calculate volume, basal area, and biomass. In these researches, the trees

 Komposisi HQLA BRI (Konsolidasi) didominasi oleh aset Level 1 sebesar 97.93% yang terdiri atas komponen kas, Cadangan Likuiditas di Bank Indonesia (GWM dan Penempatan pada BI) dan

Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas merupakan pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Orientasi Harga (X1) Orientasi Kenyamanan (X2), Orientasi Waktu (X3), Manfaat Yang Dirasakan (Y 1 ), Resiko Yang Diterima (Y 2 ),

Kompresor yang digunakan dengan tipe rotari bertingkat, yang terdiri atas tekanan rendah dan tekanan tinggi.Prinsip dari pneumatik adalah karena sifatnya yang sangat sederhana.