commit to user
i
DATAR MELALUI MEDIA PAPAN BERPAKU DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI I TANGGULANGIN
KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Disusun oleh :
RINDHY ANTIKA
X7108736
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
DATAR MELALUI MEDIA PAPAN BERPAKU DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI I TANGGULANGIN
KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh
RINDHY ANTIKA
X7108736
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
Skripsi dengan judul “
Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Luas Bangun
Datar Melalui Media Papan Berpaku dalam Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas III SD Negeri I Tanggulangin Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri
Tahun Pelajaran 2009/2010
”.
Oleh:
Nama
: Rindhy Antika
Nim
: X7108736
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juni 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
Drs. Tri Budiharto, M.Pd
commit to user
iv
Skripsi dengan judul “
Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Luas
Bangun Datar Melalui Media Papan Berpaku dalam Pembelajaran Matematika
Siswa Kelas III SD Negeri I Tanggulangin Kecamatan Jatisrono Kabupaten
Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010
”.
Nama
: Rindhy Antika
NIM
: X7108736
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Kartono, M. Pd
...
Sekretaris
: Drs. Usada, M. Pd
...
Anggota I
: Drs. Hadi Mulyono, M. Pd
...
Anggota II
: Drs. Tri Budiharto, M. Pd
...
Disahkan oleh,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
commit to user
v
Rindhy Antika.
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUAS
BANGUN DATAR MELALUI MEDIA PAPAN BERPAKU DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI I
TANGGULANGIN
KECAMATAN
JATISRONO
KABUPATEN
WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010.
Skripsi . Surakarta : Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep luas
bangun datar melalui media papan berpaku dalam pembelajaran matematika siswa
kelas III.
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah pemahaman konsep luas bangun datar, sedangkan variabel tindakan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah media papan berpaku.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri
dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan , tindakan,
observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri
I Tanggulangin. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes.
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri
dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
simpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Hasil penelitian
tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan pemahaman
konsep luas bangun datar dengan ditandai meningkatnya hasil tiap siklus untuk
materi luas bangun datar Matematika. Semula nilai rata-rata pada siklus I 64,5
dengan persentase siswa yang mendapat nilai
≥
60 sebanyak 21 siswa (67,70%).
Sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu siswa yang mencapai
KKM (nilai 60) lebih dari 80% maka penelitian ini belum berhasil dan perlu
dilanjutkan pada siklus II. Pada akhir siklus II nilai rata-rata mencapai 74,5
dengan persentase siswa yang memperoleh
nilai ≥
60 sebanyak 26 siswa (84%).
commit to user
vi
Rindhy Antika. AN EFFORT TO IMPROVE FLAT SHAPE WIDE CONCEPT
COMPREHENSION
THROUGH
NAILED
BOARD
MEDIA
IN
MATHEMATIC LEARNING GRADE III STUDENTS OF SD NEGERI I
TANGGULANGIN DISTRICT JATISRONO SUB PROVINCE WONOGIRI
ACADEMIC YEAR 2009/2010. Research Paper. Surakarta: Teacheral Training
and Education Faculty Sebelas Maret University of Surakarta, June 2011.
The purpose of the research to improve the understanding flat shape wide
concept through nailed board media in mathematic learning grade III students.
Variable which became highlight change in classroom action research is
flat shape wide concept comprehension, while action variable which is used in this
research is nailed board media.
Research method is Classroom Action Research (PTK) consisting of 2
cycles, each cycles consisting of 4 steps, they are: planning, acting, observating,
reflexting. The subject of the research are students grade III of SD Negeri I
Tanggulangin. Technique of collecting data use observation and test. Technique
of analyse data use data reducting, data displaying, and draw a conclusion or
verification.
Based on research result can be concluded that classroom action research
on cycle I shows the improvement of concept comprehension of flat shape width
indicated by the improvement of each cycles result for mathematic flat shape
width material. The score average in cycle I is 64,5 with percentage of students
having the score ≥
60 amount 21 students (67,70%). In accordance of work
indicator stipulated the students who having score criteria (score 60) up to 80%.
So, this research not completely yet and have to be continued in cycle II. At the
end of cycle II the score average up to 74,5 with percentage of students get score
≥
60 amount 26 students (84%). From the result of cycle II can be said that the
commit to user
vii
Kesuksesan tidak akan mendatangimu, tetapi kamulah
yang harus mendatanginya.
(Marva Collins)
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum selama
mereka tidak mengubah diri mereka sendiri”
(QS. Ar-
Ra’d:11)
“Allah tidak membebani seseorang kecua
li sesuai kesanggupannya.
Ia mendapat pahala dari apa yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
dari dosa yang dikerjakannya.”
(QS. Al-Baqoroh:286)
“
Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan,
maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh
dan h
anya kepada Allah kamu berharap”
( QS. Al-Insyirah:6-8)
commit to user
viii
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk
Ibunda (Wiratmi) dan Ayahanda (Sriyadi, S. Pd)
Terima kasih atas cinta, kasih sayang, pengorbanan, dukungan, nasihat
dan doa yang tiada pernah berhenti.
Mas Sularto, S.ST
Terima kasih atas perhatian, doa, dan dukungan yang selalu engkau berikan.
commit to user
ix
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, yang
berjudul ”
Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Luas Bangun Datar Melalui
Media Papan Berpaku dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas III SD
Negeri I Tanggulangin Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun
Pelajaran 2009/2010
”.
Selama penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs. R.Indianto, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Hadi Mulyono, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Dosen Pembimbing I.
4.
Drs. Tri Budiharto, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan dorongan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat
peneliti selesaikan.
5.
Dosen-dosen PGSD yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan
kepada peneliti.
6.
Yuniasih, S. Pd., Kepala SD Negeri I Tanggulangin yang telah memberikan
izin tempat dalam penelitian beserta tenaga guru dan karyawan yang telah
membantu peneliti melaksanakan penelitian.
7.
Siswa-siswi kelas III SD Negeri I Tanggulangin Tahun Pelajaran 2009/2010
yang menjadi subyek dalam penelitian dan telah membantu dalam
memperoleh data dalam penelitian ini.
8.
Sahabat-sahabat mahasiswa PGSD khususnya anggota travel Study Pray
and Love yang telah membantu peneliti selama menjadi mahasiswa dan
commit to user
x
sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semuanya mendapat balasan kebaikan yang berlipat
dari Allah SWT.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang jauh
dari sempurna . Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
xi
halaman
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PENGAJUAN ...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iv
HALAMAN ABSTRAK ...
v
HALAMAN ABSTRACT ...
vi
HALAMAN MOTTO ...
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
viii
KATA PENGANTAR ...
ix
DAFTAR ISI ...
xi
DAFTAR TABEL ...
xiii
DAFTAR GAMBAR ...
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
...
xv
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Perumusan Masalah ...
4
C.
Tujuan Penelitian ...
4
D.
Manfaat Penalitian ...
4
BAB II LANDASAN TEORI ...
6
A. Tinjauan Pustaka ...
6
1. Pemahaman Konsep Luas Bangun Datar ...
6
a. Pengertian Pemahaman ...
6
b. Pengertian Konsep ...
8
c. Pmbelajaran Matematika ...
9
d. Luas Bangun Datar ...
13
2. Media Pembelajaran Papan Berpaku ...
16
a. Pengertian Media ...
16
b. Media Pembelajaran ...
18
commit to user
xii
e. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran ...
21
f. Jenis Media Pembelajaran ...
21
g. Media Papan Berpaku ...
21
B.
Kerangka Pemikiran ...
26
C.
Hipotesis Tindakan ...
28
BAB III METODE PENELITIAN ...
29
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ...
30
1. Tempat Penelitian ...
30
2. Waktu Penelitian ...
30
B.
Subjek Penelitian ...
30
C.
Data dan Sumber Data ...
30
D.
Teknik Pengumpulan Data ...
31
E.
Validitas Data ...
32
F.
Analisis Data ...
33
G.
Indikator Kerja ...
36
H.
Prosedur Penelitian ...
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
40
A.
Hasil Penelitian ...
40
1.
Profil Tempat Penelitian ...
40
2.
Deskripsi Kondisi Awal ...
42
3.
Deskripsi Permasalahan Penelitian ...
44
a.
Tindakan Siklus I ...
44
b.
Tindakan Siklus II ...
54
B.
Pembahasan Hasil Penelitian ...
61
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...
67
A.
Simpulan ...
67
B.
Implikasi ...
69
C.
Saran ...
69
DAFTAR PUSTAKA ...
71
commit to user
xiii
DAFTAR
TABEL
Tabel 1 Jadwal Penelitian ...
30
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ...
42
Tabel 3 Hasil Tes Awal ...
43
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa Kelas III Siklus I... 51
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa Kelas III Siklus II ...
60
Tabel 6 Aktivitas siswa dalam pembelajaran ...
62
Tabel 7 Aktivitas guru dalam pembelajaran ...
63
Tabel 8 Presentase Siswa yang Memperoleh Nilai
≥
60 pada siklus I dan
siklus II ...
65
commit to user
xiv
Gambar 1
Bagan Kerangka Pemikiran ...
27
Gambar 2
Bagan Siklus Analisis Interaktif ...
35
Gambar 3
Prosedur Penelitian ...
36
Gambar 4
Gambar Media Matematika (Papan Berpaku) ...
41
Gambar 5
Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas III SDN I Tanggulangin
Sebelum Tindakan ...
43
Gambar 6
Peragaan Luas Bangun Datar ...
46
Gambar 7 Peragaan Luas Persegi dan Persegi Panjang ...
48
Gambar 8
Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas III SD N I Tanggulangin
pada siklus I ... 52
Gambar 9
Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas III SD N I Tanggulangin
pada siklus II ...
60
Gambar 10 Grafik Peningkatan Aktifitas Siswa ...
62
commit to user
xv
Lampiran
1.
Jadwal Pelaksanaan Siklus
..……….
74
2.
RPP Siklus I..
………..
75
3.
Evaluasi Siklus I Pertemuan I
…..………
82
4.
Evaluasi Siklus I Pertemuan I
…..……....………
..
86
5.
RPP Siklus II
…………...………
..
………..
87
6.
Evaluasi Siklus II Pertemuan I
…..………
.
……….
94
7.
Evaluasi Siklus II Pertemuan II
…..………
.
96
8.
Hasil Pelaksanaan Pra Siklus
………..…….………
98
9.
Hasil Pelaksanaan Siklus I
………..…
.
………
99
10. Hasl Pelaksanaan Siklus II
………..…
...
100
11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Pra Siklus... 101
12
Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I…
..
102
13
Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II…
.
103
14
Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I……
104
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai- nilai untuk
meningkatkan kecakapan hidup agar siswa dapat menyesuaikan diri dan berhasil
dalam kehidupan yang akan datang.
Setiap manusia di dunia ini sangat membutuhkan pendidikan. Karena
pendidikan dapat menentukan perkembangan suatu negara. Sebagaimana
tercantum dalam SISDIKNAS 2003 yang menyebutkan bahwa sistam pendidikan
nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,peningkatan
mutu serta relefansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
sehingga perlu dilakukan pembaruan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan.
Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang dapat mendukung
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup adalah mata pelajaran
Matematika. Mulyono Abdurrahman (2003: 251) mengungkapkan, orang
memandang Matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun
demikian, orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca dan
menulis, kesulitan belajar harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan
menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan
matematika yang sesuai. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa
memerlukan alat bantu berupa media yang dapat memperjelas apa yang akan
disampaikan guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Salah satu tujuan mata pelajaran Matematika sebagaimana dijelaskan
dalam KTSP 2006 yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
commit to user
Matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera
diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,
sehingga akan melekat dalam pola pikirnya. Untuk keperluan inilah maka
diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya
sekedar hafalan saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Hal tersebut
diharapkan mampu membantu siswa dalam mengatasi berbagai permasalahan
kehidupan yang dihadapinya.
Hingga saat ini Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit, rumit, kurang menarik bahkan tidak menyenangkan bagi sebagian besar
siswa. Hal tersebut mengakibatkan sejumlah kompetensi dasar yang seharusnya
dapat dicapai siswa pada akhir pembelajaran yang sesuai dengan standar
kompetensi mata pelajaran matematika belum sepenuhnya terwujud.
Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah :
1. Pemahaman konsep luas bangun datar persegi dan persegi panjang, serta
dalam menafsir luas bangun datar tidak beraturan belum menampakkan hasil
yang maksimal.
2. Perolehan hasil belajar dalam pembelajaran Matematika masih rendah.
3. Penggunaan media pembelajaran belum digunakan secara optimal.
Hasil belajar matematika pada kompetensi dasar luas bangun datar kelas
III masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai sebagian siswa masih dibawah
KKM (60) yaitu siswa yang mendapat nilai diatas 60 baru 13 anak. Data diperoleh
dari hasil wawancara guru kelas III dan dari daftar nilai siswa kelas III SD Negeri
I Tanggulangin. Siswa masih kesulitan dalam menghitung luas bangun datar dan
menafsir luas bangun geometri tidak beraturan. Data selengkapnya ada pada
lampiran 8.
Berdasarkan pengamatan selama ini guru hanya menggunakan metode
ceramah dalam pembelajaran, karena metode ini dianggap paling mudah
dilaksanakan tanpa memerlukan banyak persiapan, sehingga siswa kurang
termotivasi dalam pembelajaran. Guru belum menggunakan media yang sesuai
dengan materi pelajaran secara optimal, sehingga siswa kesulitan dalam menerima
commit to user
sesuai dengan materi yang disampaikan untuk membantu kelancaran kegiatan
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajarannya tercapai.
Dalam kegiatan pengukuran luas suatu bangun datar, sering kali guru
memberikan pengajaran yang kurang tepat. Guru langsung menginformasikan
rumus luas bangun datar yang akan diajarkan tersebut. Siswa tidak diajak untuk
mencari dan menemukan sendiri rumus dari bangun datar tersebut. Padahal jika
siswa diarahkan untuk melakukan hal tersebut, maka pembelajaran akan lebih
bermakna dan membuat siswa lebih memahami konsep luas bangun datar tersebut.
Pemahaman konsep luas bangun datar perlu ditingkatkan karena bangun
datar bagian dari bangun ruang, sehingga jika siswa tidak paham dalam konsep
luas bangun datar maka siswa akan kesulitan dalam menerima materi berikutnya.
Oleh karena itu sebelum mengenal rumus luas bangun datar guru berupaya untuk
menanamkan konsep luas bangun datar dengan menggunakan media yang sesuai
dengan materi yaitu dengan media papan berpaku. Dengan menggunakan media
yang tepat pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna sehingga siswa akan
lebih mudah memahami dan dapat mengambil manfaat dari berbagai kegiatan
pebelajaran tersebut.
Media papan berpaku merupakan bentuk media papan yang/ditancapi
paku dalam susunan menyerupai kertas senti meter (kotak-kotak) dimana ukuran
jarak tiap persegi empat disesuaikan dengan keperluan dan dalam penggunaannya
dilengkapi dengan karet gelang.
Penggunaan media papan berpaku dalam pembelajaran matematika yaitu
untuk menentukan luas bangun datar. Sebelum anak mengetahui rumus luas
bangun datar, anak bisa menghitung dengan menggunakan papan berpaku yaitu
dengan menghitung kotak±kotak kecil yang ada didalam bangun yang akan dicari
luasnya. Dengan menghitung kotak-kotak kecil dalam bangun siswa akan
menemukan rumus luas bangun datar. Selain itu papan berpaku dapat digunakan
untuk menafsir luas bangun geometri tidak beraturan dengan mengikuti aturan
tertentu.
Kesulitan belajar Matematika di Sekolah Dasar sangat beragam. Oleh
commit to user
ketrampilan guru itu sendiri sehingga pemahaman siswa tentang konsep luas
bangun datar dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peniliti melakukan
SHQOLWLDQ GHQJDQ MXGXO ³Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Luas Bangun
Datar Melalui Media Papan Berpaku dalam Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas III SD Negeri I Tanggulangin Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri
Tahun Pelajaran 2009/2010´
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan
masaODK \DQJ DNDQ GLWHOLWL DGDODK ³Apakah melalui media papan berpaku dapat
meningkatkan pemahaman konsep luas bangun datar dalam pembelajaran
Matematika siswa kelas III ?³
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu :
³8QWXN PHQLQJNDWNDQ SHPDKDPDQ NRQVHS OXDV EDQJXQ GDWDU PHODOXL PHGLD
papan berpaku dalam pembelajaran matematika siswa kelas III.³
D.MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberi sumbangan pemikiran kepada guru dalam proses
pembelajaran Matematika, terutama dalam pemanfaatan media papan
berpaku.
b. Dapat meningkatkan kulitas proses pembelajaran matematika..
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penanganan kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran
matematika kelas III SD melalui pemanfaatan media papan berpaku
mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :
commit to user
Guru mengetahui dan memahami macam-macam kesulitan siswa
dalam mempelajari luas bangun datar matematika.
b. Bagi siswa
1) Meningkatkan pemahaman siswa dalam menerima materi luas bangun
datar matematika.
2) Meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran luas bangun
datar matematika.
3) Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran luas
bangun datar matematika.
c. Bagi sekolah
1) Tercapainya kompetensi dasar dan indikator;
2) Adanya hubungan yang erat antara guru dan siswa;
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pemahaman Konsep Luas Bangun Datar
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian ;
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran ; pandangan, (4)
mengerti benar (akan) ; tahu benar (akan), (5) pandai dan mengerti benar.
Apabila mendapat imbuhan me-i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti
benar (akan) ; mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat
imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3)
cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham)
(W.S.Winkel, 1996: 106). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman
adalah suatu proses, cara memahami atau cara mempelajari baik-baik supaya
paham dan pengetahuan banyak.
Menurut Sardiman (2009: 43) ³3emahaman atau comperhension
dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran.´ Karena itu belajar berarti
harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi
serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami
suatu situasi. Memahami maksudnya, menangkap maknanya adalah tujuan
akhir dari setiap belajar.
Menurut Wiji Suwarno (2006: 83) ³Pemahaman yaitu kedalaman
kognitif dan afektif yang dimiliki individu´.
Bloomfield dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (2008: 688)
mengemukakan bahwa ³3emahaman adalah proses untuk mengetahui apa
yang dikomunikasikan atau gagasan yang terkandung di dalam baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan´.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007: 63) ³Pemahaman yaitu
commit to user
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) ³Pemahaman
(comprehension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami
hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep´.
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan
arti dari bahan yang dipelajari (W.S.Winkel,1996: 246). W.S.Winkel
mengambil dari taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang
dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom
membagi ke dalam tiga kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek
kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam aspek di
bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang
rendah sampai yang tertinggi.
. Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti
dari materi atau bahan yang dipelajari. Ini dapat ditunjukkan dengan
menerjemahkan materi dari suatu bentuk yang lain (dari kata-kata pada
angka-angka), menginterprestasikan materi (menjelaskan, meringkas), meramalkan
akibat dari sesuatu (dalam http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/ skripsi-pengaruh-strategi-belajar.html). Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu,
maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Dalam belajar unsur
comprehension atau pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur
yang lain, persoalan-persoalan secara keseluruhan. Comprehension atau
pemahaman, tidaklah hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar
subyek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan
dipahami, kalau sudah demikian maka belajar itu bersifat mendasar.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
dibandingkan tipe belajar pengetahuan. (Nana Sudjana, 1992: 24)
menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori,
yaitu: (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan
commit to user
menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya
atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan
yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan
tingkat pemaknaan ektrapolasi.
Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu
melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan
pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol,
serta kemampuan membuat kesimpulan yang berhubungan dengan implikasi
dan konsekuensinya.
Menurut Skinner dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007:
160), untuk menguatkan pemahaman siswa tentang tentang apa yang baru
dipelajari, maka setelah terjadinya proses stimulus-respon yang antara lain
berupa tanya jawab dalam proses pengajaran, harus dilanjutkan dengan
memberikan penguatan antara lain berupa latihan soal.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pemahaman adalah proses mengetahui keadaan jiwa melalui ekspresi yang
diberikan melalui indra. Pemahaman yang baik harus disertai pengertian
terhadap ekspresi yang dihadapi. Memahami berarti mengerti benar tentang
sesuatu yang dipelajari dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat
kesalahan yang sedikit atau siswa dapat mengerjakan semua tugas-tugas.
b. Pengertian Konsep
Menurut Nyimas Aisyah (2007: ³.RQVHS DGDODK LGH DEVWUDN
yang memungkinkan kita mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan
FRQWRK´
Menurut R. Soedjadi (2000: ³.RQVHS DGDODK LGH abstrak yang
dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan
REMHN´
Konsep adalah ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu
(Syamsu Yusuf LN, 2008: 70). Anak yang sudah memahami konsep suatu
commit to user
saat anak diminta menyebutkan buah-buahan, maka anak akan menyebutkan
apel, jeruk, nanas tanpa harus dijelaskan terlebih dahulu.
Konsep adalah penggambaran tentang intisari atau kesimpulan
umum dari suatu hal atau suatu gejala sosial (M. Toha Anggoro dkk, 2007:
5.2).
Carrol dalam Trianto (2007: 158) mendefinisikan konsep sebagai
suatu kelompok atau kejadian.
Konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu
menyederhanakan dan meringkas informasi (Heruman, 2008: 3). Konsep
ZDUQD ³PHUDK´, kita dapat mengklasifikasikan objek-objek yang berwarna
merah atau tidak.
Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
menggolongkan suatu objek atau kejadian (dalam http://lib.atmajaya.ac.id/ default.aspx?tabID=61&src=k&id=154753)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep
adalah idea abstrak yang digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek.
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami konsep matematika
(Heruman, 2008: 3)
Pemahaman konsep matematika dalam penelitian ini adalah dalam
menyelesaikan soal-soal tes yang memuat indikator luas bangun datar.
c. Pembelajaran Matematika
Menurut Johnson dan Myklebust seperti dikutip Mulyono Abdurrahman
³ 0DWHPDWLND DGDODK EDKDVD VLPEROLV \DQJ IXQJVL SUDNWLVnya
untuk mengekspresikan hubungan±hubungan kuantitatif dan keruangan,
VHGDQJNDQIXQJVLWHRULWLVQ\DDGDODKXQWXNPHPXGDKNDQEHUILNLU´
commit to user
Kline dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 252) juga mengemukakan
EDKZD ³0DWHPDWLND PHUXSDNDQ EDKDVD VLPEROLV GDQ FLUUL XWDPDQ\D DGDODK
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar
LQGXNWLI´
Larner dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 252) mengemukakan
EDKZD ³0DWHPDWLND VHODLQ VHEDJDL EDKDVD VLPEROLV MXJD MXJD PHUXSDNDQ
bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
PHQJNRPXQLNDVLNDQLGHPHQJHQDLHOHPHQGDQNXDQWLWDV´
Sujono dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (2003: 63)
mengemukakan beberapa pengertian matematika. Diantaranya, matematika
diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi
secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan.
Dienes dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (2003: 62)
PHQJDWDNDQ EDKZD ³PDWHPDWLND DGDODK LOPX VHQL NUHDWLI 2OHK NDUHQD LWX PDWHPDWLNDKDUXVGLSHODMDULGDQGLDMDUNDQVHEDJDLLOPXVHQL´
Gatot MuhseW\R ³SHPEHODMDUDQ PDWHPDWLND DGDODK
proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh
NRPSHWHQVLWHQWDQJEDKDQPDWHPDWLND\DQJGLSHODMDUL´
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every
study and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into
focus the responsibilities laid upon those whose task it is to tech it. Most
prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary
approach so that one professional group may benefit from the experience of
others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern
ini. Matematica memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal
yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi
pendekatan interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu
commit to user
www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp (10 Desember 2010)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah
salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan bahasa
simbolis dan universal yang memungkinkan manusia berpikir, mencatat dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas dengan
menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif.
Bidang studi Matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar mencakup
tiga cabang yaitu aritmatika, aljabar dan geometri.
1) Aritmatika
Aritmatika adalah salah satu cabang Matematika selain aljabar dan
geometri. Menurut Dali S. Naga yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman
(2003: 253) aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang
berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan
pehitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan,
pekalian dan pembagian.
2) Aljabar
Dalam perkembangan aritmatika selanjutnya, penggunaan
bilangan sering diganti dengan abjad. Penggunaan abjad dalam aritmatika
inilah yang kemudian disebut aljabar. Aljabar ternyata tidak hanya
menggunakan abjad sebagai lambang bilangan yang diketahui atau yang
belum diketahui tetapi juga menggunakan lambang-lambang lain seperti
titik (.), lebih besar (>), lebih kecil (<) dan sebagainya.
3) Geometri
Geometri adalah cabang Matematika yang berkenaan dengan titik
dan garis. Sebuah titik memiliki satu dimensi. Sebuah garis memiliki satu
dimensi yaitu dimensi panjang saja. Sebuah bangun datar memiliki dua
dimensi yaitu dimensi panjang dan dimensi lebar.
Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain : persegi, persegi
panjang, segitiga, jajar genjang, segi lima, layang-layang, belah ketupat,
commit to user
Menurut Clara Ika Sari Budhayanti, dkk (2008: 3.33), ³/XDV VXDWX
bangun datar adalah banyaknya persegi dengan sisi 1 satuan panjang yang
PHQXWXSLVHOXUXKEDQJXQGDWDUWHUVHEXW´-DGLOXDVEDQJXQGDWDUDGDODK area
yang terdapat didalam suatu bangun datar.
0HQXUXW +HUXPDQ ³.RQVHS Ouas bangun datar
merupakan konsep perhitungan luas bangun datar awal yang diajarkan pada
VLVZD 6HNRODK 'DVDU´ 6HEHOXP GLEHULNDQ UXPXV OXDV GDQJXQ GDWDU VLVZD
terlebih dahulu diperkenalkan melalui pengajaran yang bertahap untuk
memperoleh rumus tersebut, sehingga materi pengajaran tersebut akan lebih
mudah diterima siswa.
Dari uraian diatas yang dimaksud pemahaman konsep luas bangun
datar yang diajarkan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep luas
bangun datar persegi dan persegi panjang serta bangun datar tidak beraturan.
Untuk mempelajari luas bangun datar tersebut menggunakan media papan
berpaku sehingga sebelum ditemukan rumus luas persegi dan persegi
panjang, siswa sudah memahami cara memperoleh rumus tersebut. Sedang
bangun datar tidak beraturan dapat dihitung melalui media papan berpaku
berdasar aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan matematika adalah salah
satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi, yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sahari-hari. Karena matematika itu abstrak maka untuk
memudahkan pemahaman konsep luas bangun datar peneliti menggunakan
media papan berpaku.
d. Luas Bangun Datar
1) Pengertian Bangun Datar
David Glover (2007: ³%angun datar adalah bangun rata yang
dapat dipotong dari sehelai kertas´. Bangun ini bisa mempunyai sisi lurus
ataupun lengkung,panjang dan lebar,tetapi tidak mempunyai tinggi atau
ketebalan. Bangun datar merupakan bangun dua dimensi. Maksudnya
commit to user
David Glover (2007: ³%angun datar mempunyai dua dimensi
yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi´.
5-6RHQDUMR³%DQJXQGDWDUDGDODKEDQJXQ\DQJVHOXUXK
bagiannya terletak pada bidang (permukaan) datar. Bangun datar disebut
MXJDEDQJXQGXDGLPHQVL´
Bangun Datar merupakan bangun dua dimensi. Maksudnya adalah
tidak memiliki ruang hanya sebuah bidang datar saja (dalam
http://pendidikanmasadepan.blogdetik.com/2009/09/28/).
Bangun Datar merupakan sebutan untuk bangun-bangun dua
dimensi (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Bangundatar).
Bangun datar merupakan bangun dua demensi yang hanya
memiliki panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung
(dalam http://ian43.wordpress.com/2010/12/27/pengertian-bangun-datar/) Bangun Datar merupakan bangun dua dimensi. Maksudnya adalah
tidak memiliki ruang hanya sebuah bidang datar saja.(dalam http://af-za.facebook.com/note.php?note_id=139994949020)
2) Macam-macam Bangun Datar
Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi, persegi
panjang, segitiga, jajar genjang, segi lima, layang-layang, belah ketupat,
trapesium dan lingkaran.
a) Persegi
Persegi adalah bangun datar yang memiliki empat buah sisi
sama panjang.
b) Persegi Panjang
Persegi Panjang adalah bangun datar mirip bujur sangkar
namun dua sisi yang berhadapan lebih pendek atau lebih panjang dari
dua sisi yang lain. Dua sisi yang panjang disebut panjang, sedangkan
yang pendek disebut lebar.
c) Segitiga
David Glover (2007: PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³6egitiga
commit to user
lurus´. Segitiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi
yang berupa garis lurus dan tiga sudut (Tim Penulis Grasindo, 2007:
227).
d) Jajar Genjang
Jajar genjang adalah suatu bangun datar yang terbentuk oleh
segitiga dengan bayangannya jika diputar setengah putaran pada salah
satu sisi yang dimilikinya.
e) Segi lima
Segi lima adalah bangun datar dengan 5 sisi yang sama
panjang.
f) Layang-layang
Layang-layang adalah bangun datar dua dimensi yang
dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing pasangannya
sama panjang dan saling membentuk sudut.
g) Belah ketupat
Belah ketupat adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk
oleh empat buah rusuk yang sama panjang dan memiliki dua pasang
sudut bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut
di hadapannya.
h) Trapesium
Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk
oleh empat buah rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun
tidak sama panjang.
i) Lingkaran.
Lingkaran. adalah himpunan semua titik pada bidang dalam
jarak tertentu, yang disebut jari-jari, dari suatu titik tertentu, yang
disebut pusat.
3) Rumus Luas Bangun Datar
Menurut David Glover (2007: 6) ³/XDV DGDODK XNXUDQ GDUL WRWDO
commit to user
Menurut Clara Ika Sari Budhayanti, dkk (2008: 3.33) ³/XDVVXDWX
bangun datar adalah banyaknya persegi dengan sisi 1 satuan panjang yang
PHQXWXSLVHOXUXKEDQJXQGDWDUWHUVHEXW´
Nur Fajariyah (2008: 180) ³/XDV GDHUDK ELGDQJ Gatar adalah
EDQ\DNSHUVHJLVDWXDQ\DQJPHQXWXSLEDQJXQWHUVHEXW´
5-6RHQDUMR ³/XDV GDHUDK EDQJXQ GDWDU DGDODK
banyaknya satuan luas yang terdapat pada bangun datar itu
Jadi luas bangun datar adalah area yang terdapat didalam suatu
bangun datar.
Rumus luas bangun datar :
a) Persegi
Luas = Sisi x sisi (s x s)
b) Persegi Panjang
Luas = Sisi (s) x 4
c) Segitiga
Luas = ½ x Alas (a) x Tinggi (t)
Panjang sisi miring segitiga siku-siku dicari dengan rumus
Phytagoras (A2 + B2 = C2)
d) Jajar Genjang
Luas = Alas (a) x Tinggi (t)
e) Layang-layang
Luas = ½ x diagonal 2 (d 1) x diagonal 2 (d 2)
f) Belah ketupat
Luas = ½ x diagonal (d) 1 x diagonal (d) 2
g) Trapesium
Luas = ½ x jumlah sisi sejajar x tinggi (t)
Menurut Heruman (2008: ³.RQVHS Ouas bangun datar
merupakan konsep perhitungan luas bangun datar awal yang diajarkan pada
VLVZD 6HNRODK 'DVDU´ 6HEHOXP GLEHULNDQ UXPXV OXDV GDQJXQ GDWDU VLVZD
commit to user
memperoleh rumus tersebut, sehingga materi pengajaran tersebut akan lebih
mudah diterima siswa.
Dari uraian datas yang dimaksud pemahaman konsep luas bangun
datar yang diajarkan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep luas
bangun datar persegi dan persegi panjang serta bangun datar tidak beraturan.
Untuk mempelajari luas bangun datar tersebut menggunakan media papan
berpaku sehingga sebelum ditemukan rumus luas persegi dan persegi
panjang, siswa sudah memahami cara memperoleh rumus tersebut. Sedang
bangun datar tidak beraturan dapat dihitung melalui media papan berpaku
berdasar aturan-aturan yang telah ditetapkan.
2. Media Pembelajaran Papan Berpaku
a. Pengertian Media
Menurut Sri Anitah (2009: 1) kata media berasal dari bahasa Latin
yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti sesuatu yang
terletak di tengah (antara dua pihak) atau suatu alat. Media juga dapat
diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak,yaitu antara
sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi.
Heinich dkk dalam Yustinus Ngadino (2003: 9) mengemukakan istilah
medium sebagai perantara yang mengatur informasi antara sumber dan
penerima. Jadi televise, film, foto, radio, bahan cetakan dan sejenisny adalah
media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi
yang betujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran,
maka media itu disebut sebagai media pengajaran. Sehingga ada yang
memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat
sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada
penerima yang dituju.
Briggs dalam Arief S Sadiman (2006: 6) berpendapat bahwa ³media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
commit to user
bahwa ³media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar´.
Syaiful Bahri Jamarah (2002: 137), ³media adalah alat bantu apa saja
yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran´.
Hamidjojo dalam Azhar Arsyad (2007: 4), ³media adalah semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau
menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat
yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju´.
Gagne dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007: ³media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar´.
Atwi Suparman dalam M. Sobry Sutikno (2009: 106), ³media adalah
alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim
kepada penerima pesan´.
Hidayati, Mujinem, dan Anwar Senen (2008: 7.4) mengemukakan
EDKZD ³PHGLD DGDODK DODW DWDX VDUDQD \DQJ GLJXQDNDQ VHEDJDL SHUDQWDUD
(medium) untuk menyampaikDQSHVDQGDODPPHQFDSDLWXMXDQSHPEHODMDUDQ´
Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2005: PHQ\DWDNDQEDKZD³PHGLD
adalah sesuatu yang dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya
pikir, perasaan, perhatian, dan kemampuan anak sehingga ia mampu
mendoURQJWHUMDGLQ\DSURVHVEHODMDUPHQJDMDUSDGDGLULDQDN´
Gatot Muhsetyo (2009: 2.3), ³media adalah alat bantu pembelajaran
yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru untuk
mempresentasikan dan menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa
untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran matematika´.
Dari berbagai definisi media di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
media adalah alat pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk
menyampaikan bahan-bahan pelajaran sehingga memudahkan pencapaian
commit to user
b. Media Pembelajaran
AECT (Association of Education and Communication Technology)
dalam Aristo Rahadi (2003: 9), ³media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan´.
Briggs dalam Sri Anitah (2009: 1), ³media pembelajaran adalah
peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran´.
Heinich, dkk dalam Azhar Arsyad (2007: 4), ³media pembelajaran
yaitu apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran´.
M. Sobry Sutikno (2009: 106) dalam aktivitas pembelajaran, ³media
dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan
pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa´.
Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad (2007: 4), secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.
Sri Anitah (2009: 2), ³media pembelajaran adalah setiap orang, bahan,
alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap´. Dengan
pengertian ini, guru atau dosen, buku ajar, lingkungan adalah media
pembelajaran.
Menurut Kokasih Djairi dalam Hidayati, dkk (2008: 7-4) mengatakan
EDKZD³PHGLDSHQJDMDUDQDGDODKVHJDODDODWEDQWX\DQJGDSDWPHPSHUODQFDU NHEHUKDVLODQPHQJDMDU´
Badru Zaman, dkk (2005: 4.6), ³PHGLD SHPEHODMDUDQ PHUXSDNDQ
peralatan pembawa pesan atau wahana dari pesan yang oleh sumber pesan
JXUXLQJLQGLWHUXVNDQNHSDGDSHQHULPDSHVDQDQDN´
commit to user
Sukayati (2003: 1), ³media pembelajaran diartikan sebagai semua
benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran´.
Dari berbagai definisi media pembelajaran di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi yang berlangsung antara
pendidik dengan siswa sehingga memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
c. Nilai praktis media pembelajaran
1) Dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi murid.
2) Dapat mengatasi batas-batas ruang kelas, misalnya benda yang terlalu
berat di bawa ke kelas untuk diamati secara langsung.
3) Dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
d. Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar
. Menurut Arief S. Sadiman (2006: 17), secara umum media
pembelajaran mempunyai kegunaan ± kegunaan sebagai berikut :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis ( dalam
bentuk kata ± kata tertulis atau lisan belaka.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak
mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.
Kemp dan Dayton dalam Martinius Yamin (2007: 200),
mengidentifikasi delapan manfaat media dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
3) Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif.
4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi.
commit to user
6) Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.
7) Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses
belajar itu sendiri dapat ditingkatkan.
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Aristo Rahadi (2003: 18), manfaat praktis media pembelajaran antara
lain:
1) Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih
konkrit.
2) Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu.
3) Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia.
4) Media juga dapat menyajikan objek pelajaran berupa benda atau peristiwa
langka dan berbahaya ke dalam kelas.
5) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan
memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
e. Tujuan penggunaan media pembelajaran
1) Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami
konsep, prinsip, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan
media yang paling tepat.
2) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga
lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.
3) Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena
peserta didik dibiasakan menggunakan atau mengoperasikan media
tertentu.
4) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
f. Jenis media pembelajaran
1) Media visual
a) Media gambar diam dan grafis.
b) Media papan
c) Media dengan proyeksi
2) Media audio
commit to user
b) Radio
3) Media audio- visual.
a) Televisi
b) Video cassette
g. Media papan berpaku
1) Pengertian
Media papan adalah media yang menggunakan benda berwujud
papan untuk sarana komunikasi (Soemarsono, 2007: 77).
Media papan berpaku merupakan bentuk media papan yang
diberi/ditancapi paku dalam susunan menyerupai kertas senti meter
(kotak-kotak) dimana ukuran jarak tiap persegi empat disesuaikan dengan
keperluan (Soemarsono, 2007: 78).
Media papan berpaku adalah media pembelajaran matematika yang
terbuat dari Tripleks, paku dan dilengkapi dengan karet gelang. (dalam
http://abdulhafi.wordpress.com/2008/12/01/peningkatan-prestasi-belajar-matematika-dengan-media)
Media papan berpaku adalah media yang terbuat dari papan
berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar yang di atasnya ditancapkan
paku-paku yang tersusun sesuai ukuran tertentu. (dalam http://blog. matematika. us/2009/12/papan-berpaku_18.html)
Papan berpaku adalah alat yang bisa digunakan dalam
pembelajaran matematika khususnya materi tentang segitiga dan
segiempat yaitu dalam menghitung luas dan keliling.(dalam
http://nurhadiya3374.blogspot.com/2010_05_01_archive.html)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media papan
berpaku adalah media yang terbuat dari papan yang ditancapi paku dengan
ukuran tertentu dan dilengkapi dengan karet gelang.
2) Fungsi
Media papan berpaku berfungsi sebagai alat bantu dalam
commit to user
pengenalan luas, simetri, koordinat pada bangun datar (Depdikbud, 2000:
19)
Fungsinya sebagai alat bantu dalam menanamkan konsep
pengertian geometri, memperkenalkan berbagai macam bentuk bangun
datar sekaligus mempelajari cara mencari luas dan keliling bangun datar
dengan cara mengukur panjang dan lebar bangun datar tersebut.(dalam
http://abdulhafi.wordpress.com/2008/12/01/peningkatan-prestasi-belajar-matematika-dengan-media)
Fungsinya/sebagai alat bantu pengajaran matematika di Sekolah
Dasar untuk menanamkan konsep/pengertian geometri seperti pengenalan
bangun datar, pengenalan keliling bangun datar dan menentukan
menghitung luas bangun datar (dalam http://ebookbrowse.com/papan-berpaku-pdf-d78952678)
3) Penggunaan alat
Penggunaan papan berpaku dalam pengajaran luas :
a) Memperkenalkan satuan luas ( bentuknya pada papan berpaku ) adalah
persegi satuan.
. . . . . . . . . . . . . . .
Menunjukkan arti satuan luas.
( satu persegi ) pada papan berpaku menunjukkan 1 satuan luas.
Bingkai satuan luas diperagakan dengan karet gelang berwarna agar
tampak jelas.
b) Menerangkan kepada siswa luas bangun datar persegi dan persegi
commit to user
. . .
. . .
. . . . . . .
. . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . .
Jika ini adalah satu satuan luas, berapakah luas daerah persegi dan
persegi panjang pada gambar tersebut ?
Luas bangun dapat dihitung dari banyaknya persegi ( satuan luas )
yang terdapat dalam bangun tersebut.
Luas bangun persegi = 9 satuan luas
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa luas persegi adalah
sisi x sisi atau L = s x s.
Luas persegi panjang = 6 satuan luas
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa luas persegi panjang
adalah panjang x lebar atau L= p x l.
c) Untuk pemahaman konsep luas bangun datar dan cara - cara
menghitung, dapat diberikan beberapa soal dengan membuat bangun -
bangun tidak teratur dengan karet gelang pada papan berpaku.
Diharapkan dengan karet berbeda warna siswa dapat menarik garis ±
garis pertolongan untuk menghitung luas bangun datar tidak
beraturan.
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
( 1 ) ( 2 )
commit to user
. . .
. . .
. .(1)
. . .(2)
. . .
. . . .(1)
. .(2)
. . .(3)
. .
. . . .
. . .
. .
. . .
. .(3)
. . .(4)
. . .
. . .
. . .
( a ) ( b )
Model bangun datar dengan garis pertolongan
Dengan garis±garis pertolongan ini diharapkan siswa dapat
menghitung luas daerah bagian ± bagian bangun datar.
Luas daerah bangun ( a ) = ½ L (1) + ½ L (2) + ½ L (3) + ½ L ( 4)
= ½ ( 9 ) + ½ ( 9 ) + ½ ( 9 ) + ½ ( 9 )
= 4,5 + 4,5 + 4,5 + 4,5
= 18 satuan luas
Luas daerah bangun ( b ) = ½ L (1) + L (2) + ½ L (3)
= ½ ( 8 ) + 16 + ½ ( 8 )
= 4 + 16 + 4
= 24 satuan luas
Selain itu untuk menentukan luas bangun yang tidak
beraturan dapat digunakan pendekatan luas daerah. Misal, dipilih satu
kotak persegi sebagai satu satuan luas. Dengan ketentuan perhitungan
sebagai berikut :
( 1 ) Satu kotak persegi penuh dihitung satu satuan.
( 2 ) Lebih dari setengah kotak dihitung satu satuan.
( 3 ) Setengah kotak tetap dihitung setengah satuan.
commit to user
Dari gambar ( a ) dan ( b ) diatas dapat dihitung :
Luas daerah bangun ( a )= jumlah satu kotak penuh + jumlah ½ kotak
= 12 + ½ (12 )
= 18 satuan luas
Luas daerah bangun ( b) =jumlah satu kotak penuh+lebih dari ½ kotak
= 20 + 4
= 24 satuan luas
Ketrampilan guru dalam menyampaikan sangat berperan untuk
tercapainya tujuan dan ditunjang dengan minat belajar siswa. Alat peraga
menentukan luas bangun datar dapat dibuat bervariasi sesuai ketersediaan
bahan dan situasi.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk mengatasi berbagai permasalahan kehidupan serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, diperlukan cara berpikir
yang sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten yang dapat dikembangkan
melalui pembelajaran matematika.
Selama ini Matematika selalu dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit,
rumit, kurang menarik, dan tidak disukai oleh sebagian besar siswa. Anggapan
tersebut menyebabkan mereka enggan belajar Matematika. Dengan motivasi
belajar yang rendah, pembelajaran menjadi kurang bermakna sehingga hasil
belajar Matematika cenderung lebih rendah dibanding mata pelajaran lain.
Tindakan yang dilaksanakan sebagai alternatif pemecahan masalah
tersebut adalah dengan memanfaatkan media yang sesuai dengan materi yang
diajarkan dalam pembelajaran matematika. Melalui pemanfaatan media papan
berpaku diharapkan siswa mampu menentukan luas bangun datar maupun luas
daerah bangun yang tidak beraturan, sehingga proses belajar mengajar
Matematika berjalan lancar dan mengarah pada tujuan pendidikan yang akan
dicapai.
Dengan lancaranya proses belajar mengajar Matematika maka siswa akan
commit to user
meningkatkan nilai yang bersangkutan dan apabila nilai siswa rendah maka guru
dituntut untuk menggunakan berbagai kemampuannya untuk membuat anak
menjadi baik nilainya.
Dalam penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep luas bangun
datar yaitu dengan menggunakan media papan berpaku. Media papan berpaku
dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman siswa tentang luas bangun
datar sebelum diketahui rumusnya sehingga siswa dapat menemukan sendiri
rumus luas bangun datar tersebut dengan tepat. Untuk menghitung luas bangun
datar tidak beraturan yaitu dengan menghitung petak satuan dalam media papan
berpaku tersebut sesuai dengan aturan. Aturan dalam menghitungnya yaitu jika 1
kotak penuh dihitung 1 persegi satuan, jika setengah atau lebih dari setengah juga
dihitung 1 persegi satuan, dan jika kurang dari setengah maka tidak dihitung.
Selain itu juga dapat digunakan untuk menghitung luas bangun datar beraturan
sehingga dapat diketahui rumus luas bangun tersebut untuk mempermudah dalam
perhitungan luas bangun datar selanjutnya.
Berdasarkan uraian diatas maka alur kerangka berfikir dalam penelitian ini
commit to user
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang
GLKDGDSL JXUX \DLWX ³3HQJJXQDDQ PHGLD SDSDn berpaku dapat meningkatkan
pemahaman konsep luas bangun datar dalam pembelajaran matematika siswa
kelas III SD³
Kondisi Akhir Kondisi Awal
- Siswa enggan belajar Matematika
- Pembelajaran kurang bermakna
- Pemahaman konsep Luas Bangun
Datar Matematika masih rendah
- Guru memberi penjelasan khusus
tentang cara belajar Matematika
tentang luas bangun datar.
- Memanfaatkan media papan
berpaku dalam pembelajaran
Matematika.
- Siswa lebih senang dan tertarik
belajar Matematika
- Pembelajaran lebih bermakna
- Diduga pemahaman konsep Luas
[image:42.612.129.504.96.553.2]Bangun Datar siswa meningkat
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri I Tanggulangin, Kecamatan
Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Yuniasih, S. Pd
selaku Kepala Sekolah. SD Negeri I Tanggulangin memiliki 6 ruang kelas.
Kelas yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas III.
Alasan memilih tempat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. SD Negeri I Tanggulangin merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga
lebih mudah mengadakan penelitian.
b. Peneliti ingin meningkatkan pemahaman konsep luas bangun datar dalam
pembelajaran Matematika siswa kelas III melalui penggunaan media papan
berpaku.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran
2009/2010, yaitu mulai bulan Januari sampai Juni 2010. Adapun perincian
commit to user
Tabel 1. Jadwal PenelitianN
o Rincian Kegiatan
Waktu
Januari Februari Maret April Mei Juni
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Penyusunan Proposal X X X X
2. Penyempurnaan
Proposal X X X X X X X
3. Pengusulan Ijin
Penelitian X X
4. Pelaksanaan PTK a. Siklus I b. Siklus II
X X X X
5. Pengumpulan data dan bukti pendukung proses dan hasil tindakan
X X X X
6. Pengolahan dan
analisis data X X X X
7. Laporan hasil PTK X X X X
8. Revisi laporan
penyerahan hasil PTK X X X
B. SUBJEK PENELITIAN
Subjek pelaksanaan penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri I
Tanggulangin, siswa tersebut berjumlah 31 orang yang terdiri atas 14 siswa
laki-laki dan 17 siswa perempuan.
C. DATA DAN SUMBER DATA
Data atau informasi yang penting dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah:
1. Informan yang terdiri dari guru dan siswa kelas III SD N I Tanggulangin
Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri.
2. Tempat dan Peristiwa
a. Tempat : Ruang Kelas
commit to user
3. Arsip dan Dokumen
a. Arsip : Kurikulum Pendidikan Dasar / KTSP kelas III. Program Semester.
b. Dokumen : Daftar nilai.
4. Tes Hasil Belajar, Rencana Pembelajaran, Hasil Observasi.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah pengamatan /
observasi dan tes. Setiap teknik tesebut ada kekurangannya namun dapat ditunjang
oleh teknik yang lain, sehingga antara teknik yang satu dengan yang lain saling
melengkapi.
1. Pengamatan / Observasi
MenurutM. Dalyono (2005: 248),³2EVHUYDVLDGDODKFDUDPHPSHUROHK
data dengan langsung mengamati terhadaSREMHN´2EVHUYDVLPHQFDWDWJHMDOD
-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang
sesuai dengan tujuan pendidikan.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung dan
partisipatif agar hasilnya seobyektif mungkin. Observasi langsung yaitu
observasi yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang diteliti.
Observasi partisipatif yaitu : pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut
ambil bagian atau melibatkan diri dari dalam situasi objek yang diteliti.
Observasi ini dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri I Tanggulangin untuk
mengetahui perhatian dan keakitifan siswa dalam proses pembelajaran
Matematika.
2. Dokumentasi
Menurut W. Gulo (2002:123) Dokumen adalah catatan tertulis tentang
berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data tentang situasi siswa kelas III SD Negeri I
Tanggulangin Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri yang meliputi:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto kegiatan, hasil observasi
commit to user
pembelajaran matematika materi luas bangun datar sebelum dan sesudah
penelitian dilakukan
3. Tes
Menurut Webster Collegiate yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
(1998: 139), ³7HV DGDODh serentetan pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan yang
dimiliki LQGLYLGXPDXSXQNHORPSRN´.
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil
belajar matematika dalam pokok bahasan luas bangun datar. Bentuk tes yang
digunakan adalah tes tertulis. Peneliti mengadakan tes tentang luas bangun
datar persegi dan persegi panjang maupun bangun tidak beraturan pada siswa
kelas III SD Negeri I Tanggulangin Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri
Tahun Pelajaran 2009/2010.
E. VALIDITAS DATA
Data yang sudah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus dimantapkan kebenarannya. Oleh karena itu penulis harus
memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas
data yang telah diperolehnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
ROHK67<6ODPHWGDQ6XZDUWR:$EDKZD³.HWHSDWDQGDWDWHUVHEXW
tidak hanya bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik
pengumpulannya, tetapi juga diperlukaQWHNQLNSHQJHPEDQJDQYDOLGLWDVGDWDQ\D´
Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini, penulis menggunakan cara trianggulasi. Menurut Lexy J.
Moloeng dalam Sarwiji Suwandi (2009: 60) ³7ULDQJJXODVL DGDODK WHNQLN
pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau pHPEDQGLQJDQ GDWD LWX VHQGLUL´ Adapun dari
trianggulasi yang ada penulis menggunakan dua teknik, yaitu :
1) Trianggulasi Penyidik
Teknik yang digunakan untuk menguji kebenaran data dalam
commit to user
PHQMHODVNDQ EDKZD ³WHNQLN WULDQJJXODVL SHQ\LGLN LDODK MDODQ PHPDQIDDWNDQ
peneliti atau pengamat lain untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data.
2) Validitas isi (content validity)
Suharsimi Arikunto (2008: 67) Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan
tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas
kurikuler.
F. ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis interaktif yang dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) reduksi data, (2)
penyajian data, (3) penarikan simpulan.
1. Reduksi Data
Data±data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan±FDWDWDQ WHUWXOLV GL ODSDQJDQ ³ 5HGXNVL GDWD PHUXSDNDQ VXDWX
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa
sehingga kesimpulan kesimpulan finalnya dapat ditDULN GDQ GLYHULILNDVL ´
(Milles dan Huberman, 2000: 16). Dalam penelitian ini reduksi data
dilakukan dengan memilih data yang sesuai dengan perumusan masalah dari
kumpulan data yang ada.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian
data. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam pelaksanaan penelitian penyajian±penyajian data yang lebih baik
commit to user
menampilkan data±data tersebut agar lebih menarik maka diperlukan
penyajian yang menarik pula. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui
berbagai macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart network, diagram,
matrik dan sebagainya (Milles dan Huberman, 2000: 17). Penyampaian
informasi data yang dimiliki disusun secara baik, dan runtut sehingga mudah
dilihat, dibaca dan dipahami tentang sesuatu kejadian dan tindakan atau
peristiwa.
3. Menarik Simpulan
Data±data dari hasil penelitian selelah dire