• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel Yakuza Moon karya Shoko Tendo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel Yakuza Moon karya Shoko Tendo"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Agustin, A.G. 2010. Spritual Samurai. Jakarta: Arga Tilanta

Aziez, Furqonul dan Hasim Abdul. 2010. Menganalisis Fiksi Sebuah

Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia.

Benedict, Ruth. 1982. Pedang Samurai dan Bunga Seruni. Jakarta. Sinar Harapan.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : MedPress.

_________________. 2013. Teori Kritik Sastra. Yogyakarta: CAPS

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Kosasih, H.E. 2011. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.

Magniz,Frans dan Suseno. 1987. Etika Dasar. Yogyakarta : Kanisius

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : PT Grasindo Gramedia Wida Sarana.

(2)

Tendo, Shoko. 2004. Yakuza Moon, penerjemah A.S Laksana. Jakarta Selatan : GagasMedia.

Zaimar, Okke K.S. 2008. Semiotik dan Penerapannya Dalam Karya

Sastra. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

(3)

BAB III

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “YAKUZA MOON” KARYA SHOKO TENDO

3.1 Sinopsis Cerita Novel “Yakuza Moon”

Shoko Tendo adalah putri dari pimpinan Yakuza. Shoko lahir dari keluarga yang kaya, keluarga bahagia dan disegani oleh anggota Yakuza lainnya. Shoko anak ke tiga dari empat bersaudara. Kakak lelakinya yang bernama Daiki, dua belas tahun lebih tua darinya. Maki, kakak perempuannya yang hanya terpaut usia dua tahun darinya dan adiknya Na-chan yang berbeda usia lima tahun darinya. Ayahnya bernama Hiroyashu dan Ibunya bernama Satomi.

Disamping menjadi bos Yakuza setempat, ayah Shoko menjalankan tiga bisnis lainnya: kontraktor pekerjaan umum, perusahaan kontruksi bangunan, dan perusahaan real estate. Walaupun ayah Shoko adalah seorang bos Yakuza, namun organisasi mereka terbebas dari narkoba.

(4)

membantingi apa saja yang ada dirumah. Masa sekolah dasar Shoko selama enam tahun yang penuh penderitaan akhirnya rampung.

Bersamaan dengan kelulusan Shoko dari sekolah dasar, Shoko mengikuti jejak kakaknya yang terlebih dahulu menjadi Yanki (sebutan untuk anak liar yang mengecat rambutnya warna putih dan kebut-kebutan mobil atau motor tanpa peredam suara). Shoko meninggalkan rumah dan sekolahnya. Karena kenakalannya Shoko di jebloskan ke penjara anak- anak dan disekolahkan di sekolah nakal.Di masa remaja, dengan cepat Shoko kecanduan amfetamin, seks bebas.

(5)

apartement merindukan jarum suntik. Shoko mengalami halusinasi-halusinasi dari pengaruh narkoba. Pada saat itu, Shoko memutuskan untuk meninggalkan narkoba.

Di usia yang ke dua puluh, Shoko menato tubuhnya dengan Jigoku Dayu, seorang pelacur kelas atas di era Muromachi. Dayu adalah tokoh nyata pada jaman muromachi. Kehidupan pelacur pada jaman itu sangat keras, mereka harus bekerja keras untuk menarik hati seorang saudagar untuk membebaskan mereka. Shoko merasakan hal yang sama dengan Dayu. Tendo pun berubah menjadi wanita ambisius sejak Dayu berada di punggungnya. Shoko kembali bersemangat pada hidupnya dan berusaha untuk merubah hidupnya.

Kemudian, Shoko bertemu dengan Taka, anggota Yakuza yang empat tahun lebih tua darinya. Shoko menikah dengan Taka. Mereka memulai hidup bersama dari nol. Beberapa tahun setelah mereka menikah, Ibu Shoko meninggal dunia karena stroke. Kemudian disusul ayahnya meninggal karena kanker. Shoko bercerai dengan Taka karena, Shoko tidak ingin menjadi beban buat Taka. Akhirnya, Shoko menjadi hostest di sebuah bar untuk menyambung hidupnya.

3.2 Nilai- Nilai Pragmatik yang Terdapat Dalam Novel “Yakuza Moon”

(6)

3.2.1 Keberanian

... kami berangkat ke salon tato. Seorang tukang tato menyambut kami

dan membawa kami keruang tunggu. Aku membuka-buka salah satu album diatas

meja dan melihat foto-foto tato. Aku tumbuh di lingkungan lelaki bertato, dimulai

dari ayahku, dan aku merasa tidak ada salahnya memiliki tato.

“Mengagumkan! Shoko lihat.”

Yukie menyingsikan baju pacarnya untuk melihat tatonya yang masih

baru. Kulit pemuda itu sedikit bengkak-bengkak dan berdarah. Tampak sangat

mengerikan, tetapi sebagai hasilnya ia akan mendapatkan keindahan yang tak

terperikan. Saat itulah, aku membuat keputusan.

“ Anda sanggup?”

“Sensei, aku ingin ditato juga.”

“Tentu saja”

“aku punya gambar yang hebat. Hanya pas untukmu.”

“aku mau melihatnya”

“Ini Jigoku Dayu. Ia pelacur kelas atas di era Muromachi. Ia tokoh nyata,

dan ia tinggal di Sakai sini. Para perempuan ini hidup di tempat-tempat

pelacuran, bekerja sampai mereka bisa menebus diri mereka, atau menarik

perhatian seorang tuan yang bisa membebaskan mereka. Itu kehidupan yang

keras.”

(7)

“Bagaimana bisa aku jelaskan..? itu semata-mata yang kutangkap

darimu. Dan, dalam gambar ini Dayu menggunakan beragam aksesoris rambut.

Ini dia pelacur nomor satu di tempatnya”

Analisis :

Aku selalu ingin menjadi nomor satu, tetapi selalu hanya menjadi nomor

dua. Para lelaki dalam kehidupanku selalu menyatakan cinta kepadaku, tapi aku

tak pernah merasa bahwa aku cukup baik bagi mereka. Karena kurangnya

kepercayaan diriku, jika ada yang menyatakan cinta kepadaku aku pasrah saja

dan membiarkan mereka memegang kendali.

Dari cuplikan diatas adanya komunikasi antara Shoko dan sang Maestro pembuat tato di salon tato. Dari komunikasi tersebut terlihat bagaimana keinginan Shoko untuk ditato. Alasan keinginannya di tato adalah karena Shoko ingin melakukan perubahan dalam hidupnya melalui gambar Jigoku Dayu yang dipilihnya. Karena Shoko merasa sama dengan Dayu dalam kehidupan dan hubungan asmaranya, Shoko selalu dijadikan nomor dua dan menjalin hubungan dengan lelaki beristri. Shoko membuat kepercayaan dirinya kembali dengan tato. Dengan tato, ia mengembalikan harga dirinya agar tidak menjadi wanita simpanan para lelaki beristri dan laki-laki tidak semena-mena lagi dengan dirinya. Walaupun dalam membuat tato tubuh shoko mengalami bengkak-bengkak, berdarah dan terbakar akibat alat tato, Shoko tidak merubah tekadnya untuk menato tubuhnya.

(8)

kegagalan. Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercaya meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. Hal ini terlihat dari keteguhan hati Shoko untuk berubah, menjadikan tato sebagai gairah baru dalam menjalani hidupnya. Walaupun mendapatkan sakit, bengkak dan berdarah pada kulitnya saat membuat tato, serta gunjingan masyarakat tentang dirinya dan kesulitan bersosialisasi Shoko dengan tamu-tamunya pada saat bekerja di club. Tapi, Shoko bertahan demi prinsip kebenaran yang dimilikinya .

Dalam cuplikan tersebut, juga mengandung nilai Gi dalam samurai. Gi adalah etika samurai yang berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah dan keputusan yang tepat berdasarkan alasan-alasan yang rasional, sehingga hasil yang diperoleh merupakan suatu ketetapan yang adil. Gi merupakan dasar dari keseluruhan sikap mental terkait dengan pikiran, perkataan dan perbuatan dalam menegakkan kejujuran dan kebenaran. Ini terlihat dari sifat Shoko yang mengambil keputusan untuk melakukan perubahan pada dirinya berdasarkan alasan tidak mau menjadi penganggu rumah tangga orang dengan menjadi simpanan dari lelaki beristri.

(9)

hidupnya untuk menjadi lebih baik dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama.

3.2.2 Kasih Sayang

1. Cuplikan halaman 7

Satu-satunya temanku hanyalah pinsil dan buku catatan. Aku

menghabiskan waktu makan dan istrahat dengan menggambarkan apa saja dan

mengabaikan segala ejekan teman-temanku.

“Ayahmu yakuza. Serem!”

“Aku yakin ayahmu tak akan datang mengambil rapor karena ia didalam penjara.

“Apa salahnya menjadi Yakuza?” balasku, satu-satunya yang membuatku tak

tahan adalah mendengar orang tuaku di-lecehkan.

Analisis :

Dan sekalipun menjadi

seorang putri yakuza berarti aku akan terus diperlakukan seperti sampah, aku

memutuskan untuk tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain sekedar

mendapatkan teman.

(10)

bertahan dan menghadapi ejekan tersebut dengan sendiri. Dan dalam cuplikan tersebut Shoko berteguh hati untuk menjadi dirinya sendiri.

Jika dilihat dari moral bushido sikap Shoko ada pada dalam nilai Yu. Yu adalah sifat samurai yang berani dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan. Keberanian sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercaya meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. “Seseorang yang batinnya memang pemberani akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang pada majikannya dan orang tuanya. Mereka juga mempunyai sikap kesabaran, sikap toleran serta menghargai apa saja” (Kode Bushido).

Terlihat dari sifat Shoko yang menyayangi Ayahnya sehingga ia melakukan pembelaan untuk menjaga nama baik Ayahnya walaupun Ayahnya adalah seorang Yakuza. Shoko berani dan mampu menghadapi kesulitan dengan sendiri tanpa memberi tahu masalah yang dialaminya kepada keluarganya.

Nilai pendidikan yang diajarkan melalui tokoh Shoko adalah kita tidak perlu merasa malu dengan status orang tua kita. Percaya diri merupakan modal yang sangat besar dalam menjalankan hidup. Karena dengan percaya diri dan keteguhan hati menjadikan kita pribadi yang kuat dan tidak mudah terpengaruh dengan ejekan atau gangguan dari pihak lain.

2.Cuplikan halaman 11

Setiap kali ayah merasa gundah, ia akan meraung sekeras-kerasnya dan

membanting apa saja yang ada dirumah. Dengan tubuh gempal dan berotot,

setiap kali mengamuk ia tidak bisa menahan dirinya sendiri. Na-chan si bungsu,

(11)

“Aku takut, Shoko. Aku takut.”

Aku berlagak menjadi kakak yang hebat, tetapi aku sendiri merasa gentar. “Tidurlah kembali Na-chan. Tak akan terjadi apa-apa denganmu selagi

ada aku.”

Analisis :

Dari cuplikan diatas tersebut adanya komunikasi antara Shoko dan adiknya Na-chan yang terjadi didalam kamar. Dari komunikasi tersebut Shoko menunjukaan rasa sayangnya kepada adiknya. Terlihat dari sifat Shoko sebagai seorang kakak, Shoko mencoba menenangkan adiknya yang sedang ketakutan melihat ayahnya yang sedang marah-marah, walaupun Shoko sendiri juga merasa takut. Hal ini sesuai dengan moral Bushido tentang kemurahan hati dan mencintai sesama (Jin). Jin adalah bushido yang berkaitan kemurahan hati untuk mencintai sesama, kasih sayang dan simpati. Bushido memiliki keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin (yang). Meski berlatih pedang dan strategi berperang, para samurai harus memiliki sifat pengasih dan peduli sesama manusia.

Nilai pendidikan yang diajarkan melalui Shoko Tendo adalah kita selalu berpikir positif, jangan memandang pesimis dengan apa yang akan terjadi.

3.Cuplikan halaman 46

Musim panas tahun itu, tiba-tiba ayah terserang TBC parah. Ia terbaring

tanpa daya kemudian sembuh. Ibuku, sibuk merawat Na-chan yang masih

(12)

lagi orang lain yang merawat ayah sehingga akulah satu-satunya yang punya

waktu berbulan-bulan untuk merawat Ayah sampai ia benar-benar sehat lagi.

Tentu saja, aku tetaplah seorang yanki, dan sedang berada pada usia

penuh hasrat untuk selalu kelayapan bersenang-senang. Rasanya tersiksa tidak

bisa keluyuran dengan teman-teman.

Analisis :

Namun dengan keyakinan bahwa aku bisa

membantu mempercepat kesembuhan ayah, aku menahan diri dan tidak pernah

pergi dari sisinya.

Cuplikan diatas terlihat bahwa Shoko mempunyai perasaan sayang kepada ayahnya. Terlihat dari perlakuan Shoko ke ayahnya untuk menjaga ayahnya di rumah sakit selama berbulan-bulan sampai kesehatan ayahnya membaik. Sebagai

Yanki, Shoko mempunyai keinginan untuk bermain dan bersenang-senang dengan

kelompoknya, tetapi dia mengurungkan keinginannya hanya untuk menjaga ayahnya agar segera sembuh. Jika dilihat dari nilai Bushido sifat Shoko mengandung nilai Jin. Jin adalah etika bushido yang berkaitan kemurahan hati untuk mencintai sesama, kasih sayang dan simpati. Bushido memiliki keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin(yang). Meski berlatih pedang dan strategi berperang, para samurai harus memiliki sifat pengasih dan peduli sesama manusia.

Dengan sikap Shoko bermurah hati dan peduli dengan menjaga ayahnya, keadaan ayahnya membaik. Sikap Shoko juga mengandung nilai kesetiaan atau

Chungi. Chungi adalah etika samurai yang berkaitan dengan kesetiaan pada

(13)

melaksanakan tugas. Ini terlihat dari “Namun dengan keyakinan bahwa aku bisa

membantu mempercepat kesembuhan ayah, aku menahan diri dan tidak pernah

pergi dari sisinya”.

Nilai pendidikan yang diajarkan melalui tokoh Shoko Tendo adalah kita bisa memprioritaskan mana yang lebih penting, walaupun kepentingan sendiri harus dikorbankan. Mampu menempatkan diri dengan keadaan.

Perasaan sayang Shoko dengan ayahnya, membuat Shoko untuk menjaga dan selalu berada disamping ayahnya selama berbulan-bulan agar ayahnya agar segera sembuh.

4. Cuplikan cerita halaman 102

Dua hari setelah itu, aku sekarat dikamar di apartemenku merindukan

jarum suntik. Sekedar melihat bekas-bekas suntikan di lenganku pun sudah bisa

membawa pikiranku ke sana

Mengakhiri keranjingan narkoba betul-betul berat. Mula-mula, aku

mengalami halusinasi terus menerus. Aku melihat dan mendengar segala yang

mengerikan, dan aku sama sekali tidak bisa tidur. Akhirnya setelah tiga hari,

halusinasi menghilang, dan nafsu makanku pulih. Begitulah aku tidak berhenti

makan. Aku menghabiskan dua mangkok nasi dengan lauk daging babi panggang

dan menenggak dua botol air masing-masing satu liter. Lalu, aku segera tertidur.

Aku bangun lagi karena kehausan, minum air lagi. Kemudian aku mandi uap

untuk mengeluarkan keringat. Lalu, aku makan banyak lagi dan tidur lagi. . Pada saat itulah, aku menerima telephon dari

Na-chan, dan menyadarkanku bahwa sekaranglah waktuku membebaskan diri dari

(14)

Sepuluh hari seperti itu, kerakusanku hilang dan aku merasa tubuhku kembali

normal. Inilah caraku lari dari neraka kecanduan obat.

Analisis :

Dari cerita di atas adanya keinginan Shoko untuk lepas dari narkoba. Ini terlihat saat Shoko mendapat telpon dari Na-chan karena rumah mereka yang memiliki banyak kenangan, harus disita dan keluarga Shoko terusir dari rumah oleh lembaga mahkamah kepailitan. Hal ini lah yang menyadarkan Shoko untuk lepas dari narkoba. Sebagaimana yang kita ketahui, orang yang sudah terkena narkoba sangat sulit untuk sembuh, mereka akan menjual dan melakukan apa saja untuk mendapatkan narkoba, bahkan mereka lupa dengan keluarga mereka. Tapi berbeda dengan yang dilakukan Shoko, Shoko meninggalkan narkoba demi keluarganya dan tidak ingin lagi menambah beban keluarganya.

Pada cuplikan diatas, Sikap Shoko mengandung nilai moral Bushido Gi.

Gi adalah etika samurai yang berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan

(15)

pimpinan dari Yakuza, tetapi organisasinya bebas dari narkoba. Akan tetapi, walaupun Shoko gagal dalam menjaga prinsip ayahnya, tapi Shoko bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan dengan berusaha untuk mengembalikan nama baik keluarganya dengan lepas dari narkoba.

Nilai pendidikan yang diajarkan melalui Shoko adalah untuk bagaimana kita harus bertahan dalam situasi apapun, tidak menyerah berteguh hati dan bertanggung jawab dengan apa yang kita perbuat.

5.Cuplikan halaman 103-104

... Situasiku juga sulit. Seorang hostest harus membelanjakan banyak

uang untuk menjaga penampilan dan sebagian besar gajiku ku gunakan untuk

membeli pakaian, sepatu, menata rambut dan merias wajah. Kadang aku

memangkas biaya hidup sehingga aku bisa mengirimi orang tuaku uang dan

waktu itu aku tidak menggunakan uangku untuk kebutuhan makan.

Orang tuaku dan Na-chan pindah ke rumah kontrakan kecil, dan kakak

lelakiku menempati apartemen dekat rumah itu. Ayah masih ringkih, dan

satu-satunya penghasilan dia berasal dari memburuh kasar di proyek bangunan. Ibu

mendapatkan pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih di hotel mesum. Aku hampir

dua puluh __ usia dewasa __ dan aku merasa tak bisa apa-apa melihat ibuku

bekerja banting tulang. Setiap petang, aku akan mengabaikan gigitan angin

musim dingin di wajahku. Mantelku berjuntai kaku hingga kaki saat berjalan

(16)

Analisis:

Dari cuplikan diatas, dapat dilihat bahwa interaksi yang dilakukan Shoko kepada keluarganya menunjukkan kasih sayang. Terlihat pada cuplikan Aku

hampir dua puluh __ usia dewasa __ dan aku merasa tak bisa apa-apa melihat

ibuku bekerja banting tulang. Setiap petang, aku akan mengabaikan gigitan angin

musim dingin di wajahku. Mantelku berjuntai kaku hingga kaki saat berjalan

terburu-buru ke bar.

Jika dilihat dari moral Bushido, sikap shoko mengandung nilai Jin. Jin adalah murah hati, mencintai sesama dan simpati. Terlihat dari bagaimana Shoko bekerja keras dan membantu kedua orang tuanya dengan menyisihkan uang untuk kedua orang tuanya.

Hal ini mengisyaratkan bahwa Shoko tidak ingin orang tuanya berada dalam kesusahan dan khawatir dengan kondisi kedua orang tuanya. Shoko bekerja untuk menaikkan martabat orang tuanya dengan kerja keras dengan menjadi Hostest. Walaupun keadaan Shoko juga sulit dalam hal keuangan, tapi Shoko membantu kedua orang tuanya.

Nilai pendidikan yang diajarkan melalui Shoko Tendo adalah untuk saling menyayangi dan berbagi pada siapapun. Sejak lahir manusia sudah bergantung pada kehadiran orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu saling menyayangilah antar sesama manusia.

6. Cuplikan halaman 116

Bersamaan dengan perjuangan keras orang tuaku untuk menutupi

utang-utang mereka, Maki juga memiliki persoalan keuangan. Suaminya Ogino adalah

(17)

Dalam penampilannya, ia tampak tenang tapi kenyataannya sama sekali berbeda.

Suatu hari, Maki datang menemuiku.

“Aku benar-benar ingin bercerai , tetapi aku tidak punya uang dan tempat

tinggal. Aku telah menolerir gembel pemalas itu cukup lama.”

“Jika kau punya tempat tinggal. Apakah kau akan pergi dan

menceraikannya?”

“Shoko, aku frustasi.”

“Oke. Kau bisa tinggal disini. Aku akan pindah ketempat lain .

“Kau bersungguh-sungguh?”

“Ya aku akan menemui agen real estate besok dan memilih tempat.”

“Bisakah aku mengangkut barang-barangku hari ini? Rasanya aku sudah

tidak tahan lagi melihat mukanya.”

“Silahkan, pindahlah sekarang.”

“Kau luar biasa”

Analisis:

(18)

dari lelaki yang ia cintai, yaitu Shin. Dan dengan ikhlas Shoko tinggal di apartement lain.

Jika dilihat dari nilai Bushido sifat Shoko mengandung nilai Jin. Jin adalah etika bushido yang berkaitan kemurahan hati untuk mencintai sesama, kasih sayang dan simpati. Bushido memiliki keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin(yang). Meski berlatih pedang dan strategi berperang, para samurai harus memiliki sifat pengasih dan peduli sesama manusia.

Sifat Shoko juga terdapat nilai Gi dalam moral Bushido. Yaitu etika samurai yang berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah dan keputusan yang tepat berdasarkan pada alasan-alasan yang rasional sehingga hasil yang diperoleh merupakan sesuatu ketetapan yang adil. Gi merupakan sikap mental yang terkait dengan pikiran, perkataan dan perbuatan dalam menegakkan kejujuran dan kebenaran. Terlihat dari kemampuan Shoko dengan cepat memutuskan menyuruh kakaknya Maki, untuk tinggal di apartement yang di tempati sebelumnya. Keputusan yang dilakukan Shoko adalah untuk melindungi dan membantu Maki dari suaminya yang penjudi dan mencintai Maki dengan cara obsesif.

(19)

3.2.3 Kejujuran

1. Cuplikan halaman 48-49

Suatu hari aku pergi membeli soda kalengan dari kotak mesin dan melihat

sebuah dompet tergeletak dilantai dekatku. Aku memeriksa isinya dan menemukan

uang tunai dalam jumlah besar: 180 ribu yen. Ketika aku kecil, orang tuaku biasa

memberiku uang saku untuk membeli pensil dan alat-alat sekolah, tetapi semenjak

aku menjadi yanki mereka tidak memberikanku apapun. Aku tak punya uang

untuk membeli pakaian, karena aku dan Maki saling berbagi milik kami yang

tidak seberapa. Diantara kawan-kawanku, ada beberapa anak perempuan yang

oleh orang tua mereka dibelikan mobil, pakaian kosmetki dan yang terpenting

adalah uang. Jadi, Uang itu besar sekali bagiku dan aku ingin menyimpannya.

Namun, aku merasa bahwa Tuhan sedang mengawasiku di suatu tempat, maka

aku menyerahkan uang itu keperawat. Setelah itu, saat aku sedang duduk

bersama Ayah di kafetaria, ada sebuah pengumuman melalui pengeras suara

bahwa telah ditemukan sejumlah uang di dekat mesin penjualan makanan. Tak

lama kemudian seorang perawat sedang mendekati kami sambil mendorong kursi

roda dengan pasien yang berbalut piyama. Lelaki itu tampak tercengang melihat

bahwa seorang yanki sepertiku mengembalikan sebuah dompet yang berisi uang

banyak.

“Jadi, kaulah yang menemukan dompetku. Entah bagaimana harus

berterima kasih padamu.” Ia tampak sangat lega. Ia merogoh dompetnya dan

(20)

“Anda pasien di sini?” tanyaku tanpa menyambut uang yang

disodorkannya.

“Ya. Anakku membawakan uang ini kemarin ketika ia datang. Pasti jatuh

ketika aku membeli minuman. Aku berterima kasih sekali padamu.”

“Anda tidak perlu memberiku uang. Semoga lekas sembuh.”

“Kumohon, terimalah.”

“Tidak, aku tidak mau.”

“Benar itu.” Ayah mendukungku. “ Cukup bagi kami anda lekas sembuh.”

“Baiklah, terima kasih. Putri anda sangat baik. Saya pun berharap Anda

segera pulang”

Lelaki itu membungkuk dalam-dalam dan kemudian meninggalkan

kafetaria dengan didorong perawat.

“Ayah, aku tak pernah menyebutkan namaku kepada para perawat

itu,”kataku malam harinya saat aku duduk di tempat tidur ayah.” Bagaimana

mereka bisa menemukanku?”

“Cuma kau di sini yang berpenampilan seperti badut.”

“Oh..”

“Omong-omong apa yang mendorongmu mengembalikan uang itu?”

“Sebetulnya aku ingin mengantongi uang itu, tetapi kupikir jika

(21)

besar kehilangan uang itu. Akan jadi gembel dia, karena itu aku senang bisa

jujur.”

Analisis :

Dalam cuplikan diatas dapat dilihat bahwa Shoko adalah anak yang Jujur. Ia mengembalikan dompet tersebut ke pemiliknya melalui perawat. Walaupun dalam hatinya Shoko sangat ingin memiliki uang tersebut, tapi dia tahan keinginannya untuk menyimpan uang tersebut karena takut bersalah dan Shoko merasa kasihan kepada pemilik dompet jika pemiliknya adalah pasien di rumah sakit tersebut. Hal ini sama dengan nilai Bushido yaitu Gi. Gi adalah etika samurai yang berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah dan keputusan yang tepat berdasarkan pada alasan-alasan yang rasional, sehingga hasil yang diperoleh merupakan sesuatu ketetapan yang adil. Gi merupakan dasar dari keseluruhan sikap mental terkait dengan pikiran, perkataan dan perbuatan dalam menegakkan kejujuran. Terlihat dari sikap Shoko yang mengembalikan dompet tersebut kepemiliknya dengan alasan takut bersalah dan kasihan kepada pemilik dompet jika pemilik dompet tersebut adalah pasien dirumah sakit. Hal ini lah yang membuat Shoko menjadi jujur.

(22)

1. Cuplikan halaman 127

... “Aku cemas sekali. Apa yang terjadi padamu?”

“Aku... eh... e..”

Itchan mengambil alih. “Maaf, Shoko aku gagal total.”

“Kau bangkrut karena berjudi kan?” tanyaku.

“Mmm. Ya aku tak sabar.”

“Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?”

“Segalanya akan beres,” Itchan meyakinkanku. Aku menghela napas dan

memijit-mijit keningku.

“Maki-chan mari pulang bersamaku.”

“Kenapa Tidak?”

“Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Itchan.”

“Maaf Shoko, aku tidak bisa.”

Analisis:

(23)

memaksa Maki untuk tinggal bersamanya. Tapi Maki tetap tidak ingin meninggalkan suaminya walaupun suaminya adalah seorang penjudi.

Jika dilihat dari nilai Bushido, sikap Maki termasuk dalam nilai Chungi (kesetiaan pada pemimpin). Chungi merupakan etika Samurai yang berkaitan dengan kesetiaan pada pimpinan. Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Kesetiaan dilakukan untuk menjaga nama baik dan kehormatan pimpinan, atasan dan juga nama baiknya sendiri.

Cuplikan diatas juga mengandung nilai pragmatik kasih sayang, terlihat dari sikap Shoko yang mengajak Maki untuk pulang bersamanya, Shoko tidak ingin kakaknya tinggal bersama laki-laki yang penjudi dan menambah kesengsaraan hidup kakaknya.

Nilai pendidikan yang diajarkan Tokoh Maki adalah dalam kehidupan kalau kita sudah membuat satu keputusan, kita harus berani menerima konsekuensi baik buruk dari keputusan kita itu.

2. Cuplikan halaman 127

...“He, ada kejadian apa disini?” teriak Taka dari dalam. Darah

memercik di dinding dan kamar berantakan.

“Sungguh, tak ada apa-apa”, jawabku.

Taka memandangku sekilas, dan wajahnya menunjukkan luapan amarah.

(24)

Ia melangkah ke lemari dinding tempat ia menyimpan revolverkaliber 38

miliknya lalu melangkah ke pintu.

“Taka kau akan kemana dengan barang itu? Sabarlah! Kumohon

sabarlah!”

“Diam”

Aku lari ke pesawat telepon dan menghubungi anggota senior gengnya.

“Tolong hentikan Taka, ia akan membunuh Ito.”

“Shoko? Apa yang terjadi? Tenanglah aku sama sekali tak paham.”

Aku menyampaikan seringkas mungkin.

Aku panik. Gelap sudah turun ketika ia kembali dengan tangan perban

membebat tangan kirinya.

“Taka!”

“Kau menelpon bosku, kan?

Aku tahu apa artinya itu dalam dunia yakuza. mataku berpindah ketangan

kirinya. Aku tahu kini dari mana darah dari perban itu berasal. Ia memotong jari

kelingkingnya.

Ia mengatakan agar aku tidak bertindak

bodoh dalam urusan perempuan, tetapi bagaimana aku bisa tenang jika aku tidak

melakukannya? Maka, kuhantam jadi bubur si anjing Ito, dan ku bilang pada bos

aku keluar.”

“Ya Tuhan!”

(25)

Dari cuplikan diatas terlihat adanya komunikasi antara Shoko dengan suaminya, Taka. Dalam komunikasi tersebut, Taka sangat marah kepada Ito, lelaki yang membuat Shoko babak belur. Dalam cuplikan tersebut Taka adalah orang yang penyayang dan berani. Terlihat dari sikap Taka yang menyayangi Shoko dengan cara melindungi Shoko tanpa melihat dampak buruk yang akan terjadi pada dirinya sendiri.

Sikap Taka mengandung nilai Gi dalam moral Bushido. Yaitu etika samurai yang berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah dan keputusan yang tepat berdasarkan pada alasan-alasan yang rasional sehingga hasil yang diperoleh merupakan sesuatu ketetapan yang adil. Gi merupakan sikap mental yang terkait dengan pikiran, perkataan dan perbuatan dalam menegakkan kejujuran dan kebenaran. Terlihat dari sikap Taka yang mengambil keputusan keluar dari Yakuza. Keputusan yang sulit antara Organisasi yang selama ini membesarkan namanya dan Shoko, wanita yang dicintainya.

(26)
(27)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Novel “Yakuza Moon” merupakan sebuah novel otobiografi dari Shoko Tendo yang menceritakan kembali tentang pengalamannya ketika Shoko mengalami masa-masa sulit kehidupan dan berjuang untuk menemukan kehidupan yang lebih baik.

Dalam novel “Yakuza Moon” terdapat beberapa nilai Bushido. Nilai Bushido adalah jalan ksatria atau jalan terhormat yang harus ditempuh seorang Samurai dalam pengabdiannya. Nilai Bushido yang terdapat dalam novel “Yakuza Moon” adalah :

- Gi (Keadilan) : Kemampuan untuk memecahkan masalah dan keputusan yang tepat berdasarkan alasan-alasan yang rasional sehingga hasil diperoleh merupakan sesuatu ketetapan yang adil. Keselarasan antara pikiran, perkataan dan perbuatan dalam menegakkan kejujuran dan kebenaran.

- Yu (Keberanian) : Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap demi prinsip kebenaran yang dipercaya meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan.

(28)

- Meiyo (Menjaga Nama Baik) : etika samurai untuk menjaga nama baik dan kehormatan. Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang mereka jaga dengan perilaku terhormat.

-Chungi ( Kesetiaan) : Etika samurai yang berkaitan dengan kesetiaan pada pimpinan

Nilai Pragmatik yang paling dominan dalam novel “ Yakuza Moon” karya Shoko Tendo adalah kasih sayang.

Karakteristik Shoko Tendo didalam novel “Yakuza Moon” karya Shoko Tendo yang dapat dijadikan cerminan bagi pembaca adalah keberanian, kasih sayang, kejujuran dan kesetiaan.

4.2 Saran

(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “YAKUZA MOON”, STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK

2.1 Definisi Novel

Novel berasal dari bahasa Itali, yaitu Novella. Secara harfiah, novella berarti sebuah “barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa” (Abrams, dikutip Nurgiyantoro. 1995:9). Novel umumnya terdiri dari sejumlah bab yang masing-masing berisi cerita yang berbeda. Hubungan antarbab kadang kadang merupakan hubungan sebab akibat, bab yang satu merupakan kelanjutan dari bab-bab yang lain.

Menurut Kosasih (2011:223) novel adalah karya sastra yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Kisah novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang di alami tokoh hingga tahap penyelesaiannya. Novel memberi gambaran tentang tokoh-tokoh, tentang peristiwa, dan tentang latarnya secara fisik, seolah-olah dapat dilihat, dapat diraba, serta dapat didengar. Di samping itu, novel juga menghadirkan pengetahuan tentang hal-hal yang terdalam, yang tidak dapat dilihat tidak dapat dipegang, tidak dapat didengar melainkan dapat dirasakan oleh batin yang diperoleh secara tersirat dari gambaran tokoh, peristiwa dan tempat yang dilukiskan.

(30)

sebagai fiksi nonfiksi (nonfiction fiction), yang terdiri atas (1) fiksi historis (historical fiction), atau novel histories, jika yang menjadi dasar penulisan fakta sejarah; (2) fiksi biografis (biographical fiction) atau novel biografis; jika yang menjadi dasar penulisan fakta biogarafis dan (3) fiksi sains (science fiction) atau novel sains, jika yang menjadi dasar penulisan fakta ilmu pengetahuan.

Nurgiyantoro (1995: 18-19) membagi novel dalam dua kategori, yaitu novel populer dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khusunya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah- masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. novel populer umumnya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman. Novel populer cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya.

(31)

Jadi berdasarkan penjelasan definisi novel diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa novel yang menjadi objek kajian penelitian penulis adalah novel biografis dan novel serius. Dikatakan demikian karena novel “Yakuza Moon” karya Shoko Tendo ini menceritakan tentang dirinya sendiri yang berusaha untuk menemukan jalan hidupnya dan menata ulang kembali kehidupannya. Di dalam novel ini pengarang menceritakan semua kejadian- kejadian yang dialaminya dan orang-orang disekitarnya.

2.2 Resensi Novel “Yakuza Moon”

Novel dibangun dari sejumlah unsur, dan setiap unsur akan saling berhubungan secara saling menentukan, yang kesemuanya itu akan menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna, hidup. Unsur-unsur tersebut adalah tema, alur, latar, penokohan dan sudut pandang.

2.2.1 Tema

Menurut Fananie (2000:84), Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang telah melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam. Tema bisa berupa moral, etika, agama, sosial, budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa merupakan pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.

(32)

berantakan dan semangat hidupnya ditengah-tengah permasalahan kehidupan keluarganya.

2.2.2 Alur (plot)

Alur atau plot ialah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yabg disusun satu per satu dan saling berhubungan hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita (Aminuddin, 2000:89). Alur dalam karya sastra umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.

Tasrif dalam Nurgiyantoro (1995:149), membedakan tahapan plot menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut :

1. Tahap situation (tahap penyituasian), pada tahap ini berisi pengenalan tokoh(-tokoh) cerita dan situasi latar.

2. Tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.

3. Tahap rising action (tahap peningkatan konflik), konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya berkembang. Peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengkam dan menegangkan.

4. Tahap climax (tahap klimaks), konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakui dan ditimpahkan para tokoh mencapai titik puncak.

(33)

Menurut susunannya plot terbagi dalam dua jenis, yaitu plot lurus atau maju (progresif) dan plot sorot-balik, mundur (flash back). Plot lurus atau maju (progresif) adalah jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, yaitu secara runtut cerita dimulai dari dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Sedangkan plot sorot-balik, mundur (flash back) , yaitu kejadian yang tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.

Berdasarkan uraian tersebut, alur dalam novel “Yakuza Moon” adalah peristiwa alur maju. Peristiwa yang terjadi dalam novel tersebut dimulai saat tokoh utama Shoko dengan masa kanak-kanaknya dan berakhir pada saat tokoh Shoko Tendo dewasa yang menjadi seorang penulis.

2.2.3 Latar (Setting)

(34)

1. Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi ataunon fiksi. Unsur yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

Dalam novel “Yakuza Moon”, lokasi tempat berlangsungnya cerita adalah kota Sakai, Osaka, Yokohama – Jepang.

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi atau non fiksi. Latar waktu mengacu pada hari, tanggal, bulan, tahun bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi cerita tersebut. Latar novel “Yakuza Moon” terjadi pada tahun 1968-1998, yaitu era Showa.

3. Latar Sosial

(35)

yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah dan tinggi. (Nurgiyantoro, 1998: 233-234).

Novel Yakuza Moon, berlatar tempat di Jepang. Karakteristik dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat Jepang sudah ditanamkan sejak jaman dulu sampai di jaman modern sekarang. Pola pikir, pandangan hidup dan semangat juang rakyat Jepang membuahkan hasil yang memuaskan. Sekarang Jepang menjadi bangsa yang unggul dalam tekhnologi dan Industri. Semangat juang yang tinggi dalam masyarakat Jepang dikenal dengan bushido. Bushido dikenal sebagai tata cara samurai untuk menunjukkan perilaku tradisional Jepang yang ideal. Dalam etika Bushido ada ajaran moral yang terkait dengan keadilan, keberanian, kebaikan hati, kesopanan, kesungguhan hati, kehormatan, kesetiaan dan pengendalian diri. ( Benedict, 1982:333).

Bushido merupakan etika yang dipengaruhi oleh ajaran Budha Zen.

Zen merupakan moral dan filosofi Samurai. Zen merupakan agama dan

kepercayaan yang mengajarkan bahwa tidak ada tenggang waktu (jeda) dari perbuatan yang telah dimulai dan harus diselesaikan. Etika Zen adalah “langsung, percaya pada diri sendiri dan memenuhi kebutuhan sendiri.

Selain dilandasi oleh etika Zen, bushido juga dilandasi oleh etika

Confusius. Ajaran Confusius mengatur harmonisasi hubungan antara

(36)

Confusius, bushido juga dipengaruhi oleh ajaran Shinto yang mengajarkan

kesetiaan pada kaisar.

Walaupun Samurai telah ditiadakan dan peperangan tidak terjadi lagi di Jepang, ajaran bushido pada jaman modern masih dilakasanakan dan diwariskan kepada generasi muda melalui pendidikan rumah dan di sekolah-sekolah. Nilai-nilai tersebut yaitu :

1. Gi ( Integritas)

Gi dalam moral Bushido yaitu etika samurai yang berkaitan dengan

kemampuan untuk memecahkan masalah dan keputusan yang tepat berdasarkan pada alasan-alasan yang rasional sehingga hasil yang diperoleh merupakan sesuatu ketetapan yang adil. Gi merupakan dasar dari keseluruhan sikap mental terkait dengan pikiran, perkataan dan perbuatan dalam menegakkan kejujuran dan kebenaran

Integritas akan melahirkan kepercayaan. Kepercayaan adalah modal sosial untuk menciptakan organisasi dan hubungan bisnis yang baik serta besar. Dalam Gi apa yang ada di hati, yang kita ucapkan yang kita pikirkan dan yang kita lakukan adalah sama. (Agustius 2010:50)

2. Yu ( Keberanian)

(37)

bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercaya meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. Untuk mendapat kebenaran, diperlukan rasa keberanian dan keteguhan hati (Agustian, 2010:64)

Seseorang yang batinnya memang pemberani akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang pada majikannya dan orang tua. Mereka juga mempunyai kesabaran, sikap toleran serta menghadapi apa saja. -Kode samurai- (Agustian, 2010:65)

3. Makoto – Shin ( Kejujuran dan Keikhlasan)

Jujur dan tulus ikhlas merupakan kode etik samurai yang berarti berkata atau membeikan informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Pelanggaran makato-shin merupakan sanksi yang dihindari karena akan merusak nama baik pribadi, keluarga, lembaga atau masyarakat dan bangsa

4. Jin ( Murah Hati)

Makna Jin adalah murah hati, mencintai sesama dan simpati. Bushido memiliki aspek keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin (yang). Samurai yng memiliki kemampuan tempur yang hebat, dia juga harus memiliki sifat murah hati, memiliki kepedulian sosial yang tinggi Kemurahan hati juga ditunjukkan dalam hal memaafkan.

(38)

5. Rei ( Hormat dan santun kepada orang lain)

Sikap samurai dalam bersikap santun kepada orang lain yang tulus yang di tujukan kepada semua orang, kepada atasan, pimpinan, dan orang tua. Sikap hormat dan santun tercermin dalam sikap duduk, cara bicara, cara menghormati dengan menundukkan badan dan kepala.

Makna kehormatan adalah kebahagian bukan mendapatkan sesuatu, tapi kebahagiaan memberikan sesuatu ( Soichiro Honda dalam Agustian, 2010:90)

6. Meiyo ( Menjaga nama baik)

Meiyo adalah etika samurai untuk menjaga nama baik dan kehormatan. Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang mereka jaga dengan cara perilaku terhormat. Penghormatan samurai ditujukan kepada atasan/majikan, orang tua dan keluarga. Kehormatan dan harga diri seorang samurai diekspresikan dalam bentuk sikap dan kekokohan mereka memegang dan mempertahankan prinsip kehidupan yang mereka yakini.

7. Chungi (Kesetiaan pada pemimpin)

(39)

kehormatan pimpinan, atasan dan juga nama baiknya sendiri. Agustian (2010 :118).

Seorang ksatria mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melakukan pelayanan tugas (Kode Samurai)

2.4.2 Penokohan (perwatakan)

Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995: 165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Tokoh cerita, menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan memiliki memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Penokohan dalam novel “Yakuza Moon” adalah sebagai berikut:

(40)

2. Hiroyashu adalah ayah dari Shoko Tendo dan bos dari Yakuza. Hiroyashu memiliki sifat yang keras, tetapi disisi lain Hiroyashu adalah seorang yang baik hati dan penyayang.

3. Maki adalah kakak perempuan Shoko. Maki memiliki sifat manja dan setia.

4. Na-Chan adalah adik Shoko yang mempunyai sifat sayang, sopan dan peduli dengan Shoko.

5. Taka adalah suami dari Shoko Tendo. Taka juga berasal dari anggota Yakuza. Taka adalah sosok pekerja keras dan penyayang.

2.2.5 Sudut Pandang

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998: 248) Sudut pandang atau

view of point menyaran pada cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang

sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Menurut Aminuddin (2000 : 96) sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut. Dengan kata lain, posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita tersebut dan dari titik pandang ini, pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami temanya. Ada beberapa jenis sudut pandang (point of view):

(41)

2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Disini pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita. Akan tetapi, ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.

3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada di luar cerita. Disini pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.

Dalam hal ini, sudut pandang pengarang Shoko Tendo dalam novelnya “Yakuza Moon” adalah sebagai tokoh utama. Shoko Tendo adalah sebagai pengarang novel dan menceritakan kisahnya sendiri yang menjadi tokoh utama.

2.3 Studi Pragmatik dan Semiotik dalam Sastra

2.3.1 Studi Pragmatik

(42)

Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena karya sastra ditujukan kepada pembaca. Pembacalah yang menentukan makna dan nilai dalam suatu karya sastra. Apakah dalam karya sastra tersebut memberikan ajaran, kesenangan dan menggerakkan pembaca. Karya sastra itu mempunyai nilai karena ada pembaca yang menilai (Endraswara, 2008:116).

Pendekatan pragmatik yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teori Horatius. Jika dikaitkan dengan pandangan Horatius dalam Endraswara ( 2008:116) mengatakan bahwa fungsi sastra hendaknya memuat dulce (indah) dan

utile (berguna). Dalam pragmatik sastra ada fungsi memberikan ajaran,

memberikan kenikmatan, atau memberikan gambaran kepada pembaca untuk mendapatkan manfaat dan mampu mengubah dirinya.

Berdasarkan uraian diatas, pendekatan pragmatik dalam karya sastra sepenuhnya bergantung pada kemampuan pembaca dalam menyikapi dan mengambil nilai-nilai yang bermanfaat dalam karya sastra tersebut.

2.3.2 Studi Semiotik

Menurut Pradopo dalam Endraswara (2003:119) semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Saussure dalam Nurgiyantoro (1995:43) berpendapat bahwa bahasa sebagai sebuah sistem tanda memiliki dua unsur yang tak terpisahkan yaitu

signifier dan signified, signifiant dan signifie, atau penanda dan petanda dimana

(43)

Semiotik menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti. Tanda itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting. Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjukkan pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan mewakili dan menyajikan Endraswara (63:2013)

Pragmatik sangat berhubungan dengan semiotik, karena hubunngan pragmatik merupakan hubungan makna dan pelambangan. Ia dipakai untuk mengkaji, misalnya, signifiant tertentu mengacu pada signifie tertentu, baris-baris kata dan kalimat tertentu mengungkapkan makna tertentu, peristiwa-peristiwa tertentu mengingatkan peristiwa-peristiwa yang lain, melambangkan gagasan tertentu, atau menggambarkan suasana kejiwaan tokoh (Todorov dalam Nurgiyantoro, 1995: 47).

Dengan demikian, uraian tentang kajian semiotik yang berupa notasi simbol-simbol kemudian dicoba untuk menjelaskan fungsi dan maknanya. Dalam hal ini, kajian semiotik ini penulis pergunakan untuk dapat menjelaskan makna dalam novel “Yakuza Moon”

2.4 Sekilas Tentang Biografi Pengarang

(44)

lebih tua dari Shoko. Dan Natsuki adik perempuannya yang lima tahun lebih muda darinya.

Shoko mendapatkan perlakuan yang tidak baik dilingkungan tempat tinggalnya karena status Shoko sebagai putri dari seorang bos Yakuza.Shoko, seorang putri dari pemimpin Gangster “Yakuza”, Memiliki kekayaan dan

kekuasaan hingga mempunyai banyak aset bisnis. Disamping menjadi bos

Yakuza, ayahnya menjalani tiga bisnis lainnya: kontraktor pekerjaan umum,

perusahaan kontruksi bangunan dan perusahaan real estatet. Pada usia dua belas tahun Shoko terjerumus ke pergaulan yang salah, dia mengikuti jejak kakaknya yang terlebih dahulu menjadi seorang Yanki.Yanki adalah sebutan untuk anak liar yang mengecat putih rambutnya dan kebut-kebutan mobil atau motor dengan knalpot tanpa peredam suara.Shoko menghabiskan masa remajanya dalam pergaulan dunia obat-obatan keras dan seks. Hidupnya telah dipenuhi oleh

kekerasan, kecanduan narkoba dan pemerkosaan

(45)

Pada usia dua puluh dua tahun Shoko menikah dengan anggota Yakuza bernama Takamitsu. Mereka memulai kehidupannya dari bawah. Shoko kembali menjadi hostest dan Taka menjadi pegawai disebuah game center. Karena kesibukan masing- masing, Shoko dan Taka jarang bertemu. Shoko bekerja keras untuk membantu keluarganya, menyerahkan uang untuk Maki, kakakya dan uang untuk ayahnya berobat. Shoko tidak mau menjadi beban buat Taka, karena alasan tersebut Taka dan Shoko bercerai. Selama Shoko berpisah dari Taka, Shoko tetap menjadi hostest dan berada di peringkat pertama. Tetapi dia memutuskan untuk meninggalkan dunia hostest dan memutuskan untuk menjadi penulis.

Tahun 2002, Shoko mulai mengerjakan buku Yakuza na Tsuki atau yang dikenal dengan Yakuza Moon dan selesai pada tahun 2004. Shoko menulis

biografinya, Yakuza Moon “Memoar Seorang Putri Gangster Jepang”, yang telah

terjual hampir 100.000 eksemplar saat itu. Dalam buku Yakuza Moon yang setebal 245 halaman dalam edisi terjemahan dia menceritakan kembali kisah hidupnya. Buku Yakuza Moon sudah diterjemahkan dalam enam belas bahasa. Diantaranya Indonesia, Inggris, Belanda, Italia, Rumania, Thailand.

(46)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan

dalam bentuk tulisan

dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan dan semesta (Semi dalam Siswanto 2008:67). Pengungkapan diri yang dituangkan oleh pengarang melalui sebuah karya sastra bisa saja merupakan pengalaman yang benar–benar terjadi pada diri sastrawan. Karena sastrawan menganggap pengalamannya tersebut dapat berguna bagi penikmat sastra.

Bahasa merupakan media yang sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari–hari. Dengan bahasa, sastra dapat diungkapkan dengan banyak cara. Dalam dunia kesustraan, karya sastra dapat dibedakan dalam bentuk dan jenis yang berbeda–beda. Seperti misalnya drama, puisi, roman, prosa dan sebagainya.

(47)

menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari, tentang suka duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya dan sebagainya. (Badudu dan Zain dalam Furqonul dan Abdul, 2010:2).

Pada umumnya, setiap karya sastra memiliki dua unsur yang berpengaruh dalam membangun karya sastra tersebut, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur–unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau unsur–unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur–unsur yang dimaksud misalnya, tema, plot, latar, penokohan, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain–lain.

Sedangkan yang dimaksud ekstrinsik adalah unsur–unsur yang berada diluar karya sastra itu, tapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut atau dapat dikatakan sebagai unsur–unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian didalamnya. Unsur– unsur ekstrinsik tersebut adalah kebudayaan, sosial, psikologis, ekonomi, politik, agama dan lain–lain yang mempengaruhi pengarang dalam karya yang ditulisnya.

(48)

(http://bambuberderit.wordpress.com/2011/06/16/sastra-sebagai-sarana-refleksi-diri-arifin-m-z/ diakses tanggal 16 Maret 2014). Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan pendekatan pragmatik bersifat mendidik dalam hal moral.

Nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik kearah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yangdiperolehmelalui proses pendidikan. Secara umum moral menyaran pada pengertian tentang ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya (KBBI dalam Nurgiyantoro 1995:321). Moral dalam karya sastra biasanya menceritakan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai nilai kebenaran, dan hal itu lah yang ingin disampaikan ke pembaca.

Nilai-nilai Jepang terbentuk karena lingkungan geografis, budaya, agama serta unsur-unsur lainnya. Nilai budaya yang sudah berakar, mempengaruhi pola pikir dan pandangan hidup masyarakat Jepang dalam perjuangan hidupnya dari dulu sampai sekarang. Semangat juang yang tinggi ini dikenal dengan moral

Bushido. Bushido berasal dari kata “bu” artinya beladiri, “shi” artinya Samurai

(49)

Berdasarkan uraian diatas Yakuza Moon adalah novel otobiografi dari Shoko Tendo. Biografi adalah berisi tentang untaian hidup sastrawan, perkembangan moral, mental dan intelektual (Wellek dan Warmen, dalam Siswanto, 2008:2). Novel Yakuza Moon menceritakan kisah hidup nyata dari anak perempuan yang berasal dari keluarga Yakuza. Shoko Tendo adalah putri seorang pimpinan Yakuza. Shoko Lahir dari keluarga yang kaya, keluarga yang bahagia dan disegani oleh anggota Yakuza lainnya. Namun, masalah mulai datang saat kakek dan nenek Shoko meninggal dunia. Timbul masalah keluarga karena

HiroyashuAyah Shoko dengan saudara-saudaranya bertengkar untuk saling

memperebutkan harta peninggalan orang tua mereka yang sudah meninggal.

Ayah Shoko terlilit perkara dan akhirnya ia dijebloskan ke penjara. Hal itu membuat isteri dan anak-anak Hiroyashu terkena imbasnya. Para tetangga, bahkan guru mengolok-olok mereka dengan perkataan kasar karena masalah Hiroyashu ini dan status Hiroyashu sebagai kepala gangster Yakuza. Selepas ayahnya bebas dari penjara, masalah pun belum rampung. Setiap hari Ayah Shoko datang ke bar dan pulang dalam keadaan mabuk bersama dengan para wanita penghibur. Jika merasa gundah, Ayah Shoko akan meraung sekeras-kerasnya dan membantingi apa saja yang ada di rumah.

Melihat kehidupan keluarganya yang menjadi seperti itu, Shoko menjadi

Yanki (sebutan untuk anak liar yang mengecat putih rambutnya dan kebut kebutan

(50)

Suatu hari Shoko masuk penjara akibat kenakalannya. Perilaku Shoko mulai mengalami perubahan setelah masuk rumah tahanan. Tak lama Shoko keluar dari rumah tahanan, tiba–tiba ayahnya terserang penyakit TBC. Hal itu menyebabkan ekonomi keluarga Shoko memburuk. Ditambah lagi Ayah Shoko menjadi penjamin seorang kenalan yang meninggalkan utang sangat besar. Bersamaan dengan hal itu bisnis mereka yang lain juga bangkrut dan mereka terpaksa bekerja sama dengan para lintah darat.

Pada usia remaja Shoko sudah mengenal narkoba, seks bebas, menjadi gadis simpanan anggota yakuza, mendapatkan perlakuan yang kejam, penganiyaan secara fisik dan diperkosa. Setelah melewati masa remaja yang sulit, Shoko beranjak dewasa dengan pola pikir yang dihadapinya. Shoko harus menjadi tulang punggung keluarga dan kakaknya Maki. Shoko bekerja siang-malam dan bekerja sebagai apa saja agar bisa menyambung kehidupan di hari berikutnya. Namun dari keadaan yang seperti itulah, bisa membangkitkan rasa kasih sayang antar keluarga yang kemudian terjalin erat kembali.

Setelah membaca novel ini, yang merupakan kisah nyata dari kehidupan penulis dengan memakai nama Shoko Tendo, penulis merasa tertarik untuk membahas nilai pragmatik. Penulis tertarik karena kemampuan tokoh utama untuk menata kembali kehidupannya yang sudah berantakan dan semangat hidupnya di tengah-tengah permasalahan kehidupan keluarganya. Dalam novel ini mengajarkan nilai keberanian, kasih sayang, kejujuran dan kesetian.

(51)

pendekatan pragmatik dengan judul “Analisis Nilai Pragmatik dalam Novel “Yakuza Moon” karya Shoko Tendo”.

1.2 Perumusan Masalah

Novel Yakuza Moon merupakan sebuah novel kisah nyata dari kehidupan Shoko Tendo. Berawal dari Ayah Shoko masuk penjara, para tetangga selalu mengolok–ngolok dengan perkataan kasar karena masalah Hiroyashu, ayah Shoko status sebagai kepala gangster Yakuza dan berawal dari rasa penasaran, yang membuat Shoko mengikuti jejak kakaknya yang terlebih dahulu menjadi seorang

Yanki sebutan untuk anak liar yang mengecat putih rambutnya dan kebut–kebutan

mobil atau motor dengan knalpot tanpa peredam suara, berkelahi, menghirup thinner, seks bebas.

Nilai–nilai yang tercermin dalam cerita berkaitan dengan tokoh utama novel Yakuza Moon, yaitu Shoko Tendo. Walaupun kehidupan Shoko Tendo berantakan, tapi dia mampu menata kembali kehidupannya. Nilai–nilai yang mampu memberikan pendidikan bagi pembaca antara lain keberanian, kasih sayang, kejujuran dan kesetian.

Untuk memberikan arahan pada suatu penelitian, maka perlu dibuat suatu rumusan masalah. Berdasarkan alasan–alasan tersebut dan berkaitan dengan pendekatan pragmatik, maka penulis mengangkat permasalahan dalam bentuk pertanyaansebagai berikut:

(52)

2. Bagaimana karakteristik Shoko Tendo di dalam isi cerita novel “Yakuza Moon” yang dapat dijadikan cerminan yang baik bagi pembaca ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari semua permasalahan yang ada, perlu adanya ruang lingkup dalam membatasi masalah. Hal ini bertujuan agar penelitian yang dilakukan penulis tidak menjadi luas dan tetap terfokus pada masalah yang ingin diteliti.

Penulis menggunakan novel Yakuza Moon karya Shoko Tendo dalam versi terjemahan bahasa Indonesia yang terdiri dari 245 halaman yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh GagasMedia.

Dalam hal ini, penulis hanya fokus dengan pembahasan nilai pragmatik yang ada didalam novel “Yakuza Moon” karya Shoko Tendo dengan cara mengambil cuplikan – cuplikan kalimat yang mengandung nilai–nilai pragmatik. Nilai-nilai yang akan dibahas antara lain Keberanian, kasih sayang, kejujuran dan kesetian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik dan pendekatan semiotik.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

(53)

Karya sastra adalah karya yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagai karya sastra, berwujud karya sastra, dan diterima oleh masyarakat sebagai karya sastra (Sapardi dalam Siswanto 2008:92). Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Dalam karya sastra ada bersifat fiksi maupun non fiksi. Misalnya: puisi, roman, drama, prosa, novel dan lain sebagainya. Menurut Jacob Sumardjo (dalam Manik, 2010:1), novel adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna. Novel juga mengandung unsur pemikat dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Jadi, dalam novel terdapat bahasa sastra yang berusaha mempengaruhi, membujuk dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca.

Dari aspek pragmatik, teks sastra dikatakan berkualitas apabila memenuhi keinginan pembaca. Penulis mampu menghibur dan sekaligus mengajarkan sesuatu, membuat pembaca merasa nikmat dan sekaligus ada sesuatu yang dipetik atau memberi gambaran bahwa pembaca mendapatkan manfaat yang mampu mengubah dirinya (Suwardi,2008:117)

(54)

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam meneliti suatu karya sastra dibutuhkan suatu pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisi karya tersebut. Dalam penulisan ini penulis akan menggunakan pendekatan pragmatikdan pendekatan semiotik. Pendekatan pragmatik yang digunakan peneliti sebagai landasan teori dalam menganalisi novel “Yakuza Moon” adalah pendekatan pragmatik yang dikemukakan oleh Horatius dalam Ars Poetica yang dikutip Endraswara (2008 : 116) bahwa tujuan penyair adalah berguna untuk memberi nikmat ataupun sekaligus mengatakan hal – hal yang baik dan berfaedah untuk kehidupan. Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pragmatik berhubungan dengan moral.

(55)

Untuk mengetahui nilai pragmatik yang ada dalam isi cuplikan novel, maka penulis menggunakan pendekatan semiotik. Semiotik adalah ilmu atau tanda metode analisis untuk mengkaji tanda (Hoed dalam Nurgiyantoro 1995:40). Semiotik mempelajari sistem–sistem, aturan–aturan yang mungkin tanda–tanda tersebut mempunyai arti. Dengan pendekatan ini penulis dapat menafsirkan segala tanda yang merujuk adanya nilai-nilai keberanian, kasih sayang, kejukuran dan kesetian yang terdapat dalam novel “Yakuza Moon” yang di prediksikan dapat menjadi cerminan yang baik bagi pembaca.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merangkum tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana penokohan Shoko Tendo yang terdapat dalam novel “Yakuza Moon” karya Shoko Tendo.

2. Untuk mendiskripsikan nilai–nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Yakuza Moon” karya Shoko Tendo.

1.6 Manfaat Penelitian

(56)

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang nilai–nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Yakuza Moon” yang dapat berguna bagi pembaca.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal memahami menyikapi dan menentukan pilihan hidup, serta bertindak yang benar jika keadaan yang dialami oleh tokoh utama dalam novel ini, suatu saat nanti juga terjadi pada kita.

1.6 Metode Penelitian

Dalam menulis sebuah karya ilmiah dibutuhkan sebuah metode penelitian sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan. Metode adalah langkah atau cara yang tersusun untuk melakukan sesuatu. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan peneletian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Ratna (2003:53) metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan. Dalam metode ini, penulis menguraikan, memberikan pemahaman serta penjelasan dari topik yang diteliti.

(57)

ANALISIS NILAI PRAGMATIK DALAM NOVEL “YAKUZA MOON” KARYA SHOKO TENDO

SHOKO TENDO NO “YAKUZA MOON” TO IU SHOUSETSU NI OKERU

PURAGUMATIKKU KACHI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana

dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh:

RETNO CAPRIELLA

100708050

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(58)

ANALISIS NILAI PRAGMATIK DALAM NOVEL “YAKUZA MOON” KARYA SHOKO TENDO

SHOKO TENDO NO “YAKUZA MOON” TO IU SHOUSETSU NI OKERU PURAGUMATIKKU KACHI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi persyaratan

mengikuti ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH:

RETNO CAPRIELLA 100708050

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Siti Muharami M, S.S, M.Hum

NIP. 196106282006042001 NIP. 196910112002121001 Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(59)

Disetujui Oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Departemen Sastra Jepang Ketua,

NIP. 196009191988031001 Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum

(60)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin,puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada nabi Muhammad SAW, tauladan yang baik bagi umat manusia.

Skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel Yakuza Moon karya Shoko Tendo” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastrapada Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam tulisan, susunan kalimat, kata–kata yang digunakanmaupun proses analisisnya.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, penghargaan dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(61)

serta memberikan masukan, nasihat dan arahan dengan sabar, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Muhammad Pujiono, S.S., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga. Terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar Jurusan Sastra Jepang dan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat sejak awal perkuliahan sampai selesai. Dan tata usaha yang telah banyak membantu penulis.

6. Dosen Penguji Ujian Seminar Proposal dan Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini.

7. Terutama dan yang paling utama kepada orang tua penulis, Bapak Subroto dan Ibu Hari Setia Ningkris, orang tua yang terhebat dan yang terbaik, yang selalu memberikan perhatian dan nasihat kepada penulis. Terima kasih atas dukungan ayah dan mamak baik itu pun moril maupun materi, serta doa yang selalu ayah dan mamak panjatkan dalam shalat Ayah dan mamak. Semua ayah dan mamak lakukan tidak akan mampu penulis balas sampai kapanpun.

(62)

9. Kepada sahabat terbaikku dan teman sesama perjuangan dari SMA, Masika br Panjaitandan Umi Nadrah terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

10. Kepada teman- teman seperjuangan dan yang terbaik April, Anda, Rika, Lina dan Fitri. Kalian semua adalah teman-temanku yang terbaik. Terima kasih atas kasih sayang, doa dan semangat yang kalian berikan. Dan terima kasih kepada teman-teman di stambuk 2010 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

11. Buat teman kost dan teman seperjuangan Hayatun Nufus, terima kasih sudah menemani penulis dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan kalian semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

(63)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.6. Metode Penelitian ··· 11

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “YAKUZA MOON” STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK 2.1 Defenisi Novel ··· 12

2.2 Resensi Novel “ Yakuza Moon”... 14

2.2.1. Tema ··· 14

2.2.2. Plot ··· 15

2.2.3 Latar ··· 16

2.2.4 Penokohan ... 21

2.2.5 Sudut Pandang ... 23

(64)

2.4 Sekilas Tentang Biografi Pengarang ... 26

BAB III ANALISIS NILAI PRAGMATIK DALAM CERITA NOVEL “YAKUZA MOON” KARYA SHOKO TENDO 3.1 Sinopsis Cerita Novel “Yakuza Moon” ··· 29

3.2 Nilai-nilai Pragmatik yang terdapat dalam Novel “YAKUZA MOON” ··· 31

3.2.1 Keberanian ... 32

3.2.2 Kasih Sayang ... 35

3.2.3 Kejujuran ... 45

3.2.4 Kesetiaan ... 48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ··· 53

4.2 Saran ··· 54

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

1) Merupakan penjumlahan antara data Jeruk Siam/Keprok dengan

Untuk mendapatkan respons steady state rangkaian terhadap eksitasi non-sinusoidal periodik ini diperlukan pemakaian deret Fourier, analisis fasor ac dan prinsip superposisi..

Sehubungan dengan penyampaian Dokumen Kualifikasi Saudara pada Seleksi Sederhana Pekerjaan Perencanaan DED Pendopo Kabupaten Tapin Di Kawasan Rantau Baru Tahun Anggaran

Kelompok tani yang ada di Kecamatan Belik mempunyai kegiatan, baik yang bersifat kegiatan rutin maupun yang tidak rutin. Kegiatan rutin yang umum dilaksanakan adalah

Hasil pengamatan aktivitas enzim esterase pada populasi nyamuk dari ketiga desa menunjukkan bahwa persentase nyamuk yang mengalami peningkatan aktivitas enzim esterase yang

Berdasarkan pengamatan diperoleh data mengenai keaktifan interaksi siswa dalam diskusi kelompok sebanyak 25 atau sebesar 69,44% dinyatakan aktif mengikuti diskusi

Intersubjektivitas yang terjadi dalam The Egmont Group, sebagai transgovermental organization, terkait dengan penanganan pendanaan terorisme kemudian terlihat dari

Penelitian ini bertujuan untuk :pertama mengetahui kelayakan usahatani padi di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar; keduauntuk mengetahui bagaimana dan seberapa