• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Bertahan Hidup Lansia di Pondok Lanjut usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Bertahan Hidup Lansia di Pondok Lanjut usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Lokasi Pondok Maarif Muslimin Padangsidimpuan

Gambar 1

(2)

Kondisi Tempat Tinggal Lansia Di Pondok Ma’arif Muslimin

(3)

Gambar 2

(4)

Gambar 4

(5)

Gambar 6

(6)

Gambar 8

(7)

Gambar 10

(8)
(9)

Gambar 12

(10)
(11)

Gambar 15

Aktivitas Lansia Di Pondok

(12)

Gambar 17

(13)
(14)

Gambar 20

(15)

Gambar 22

(16)
(17)

Gambar 25

(18)

Gambar 27

(19)
(20)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi . 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba medika

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Hutapea, Ronald.2005. Sehat Dan Ceria Di usia Senja. Jakarta: PT Rineka Cipta

Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada

Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Khairuddin.1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:Salemba

Medika.

Setiadi, E.M., Kolip, U,.Pengantar Sosiologi, Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Singarimbun, Masri, 1996, Penduduk dan Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suharto, Edi, Ph.D. 2009. Kemiskinan dan perlindungan sosial di Indonesia. Medan :

Alfabeta

Scott , James, C. 1981. Moral Ekonomi Petani: Pemberontakan dan subsisten di Asia

(21)

Zubaedi , 2013 .pengembangan masyarakat . jakarta: kencana prenada media group

Sumber Lain

Chiari, Anwar.2015. strategi bertahan hidup petani di saat musim kemarau.Jurnal Mahasiswa Sosiologi. Volume 2 nomor 4.Universistas Brawijaya

Enita, Martinus. 2014. strategi Bertahan Hidup Janda Lansia. Jurnal Program Studi S-1 Sosiologi. Paradigma. Volume 02 Nomer 03. Universitas negeri Surabaya.

Purantinah. 2013. Pembinaan Di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kecamatan .

Sungai Raya.

Jurnal S1 Ilmu sosiastri.volume 2 Nomor 2. Agustus. Universitas Tanjung Pura.Siti, Ahmad. . 2014.

Zulfikri , Meri, Intan.

Sumber internet :

Kompasiana. Pada 29 Mei 2014 Mereka Lansia Mereka Berdaya

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26951/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada

(22)

BPS Kota Padangsidimpuan.2013. Padangsidimpuan Dalam

Angka.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=157. Di akses pada tanggal 18 November

2014.

08:30)

pada 19 Februari pada jam 23.30)

jam 01.20)

(siks.kemsos.go.id/.../NSPK-PMKS-PSKS-PERMENSOS. Di akses pada 19 februari Pada jam

(23)

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan gejala/ keadaan sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpresi. Penelitian sosial dengan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat sebagai objek penelitian (Bungin, 2007:68). Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam tentang permasalahan yang diteliti dengan mendapatkan data dan informasi yang jelas dan terperinci mengenai kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu keluarga, satu peristiwa ataupun satu kelompok manusia, dan kelompok objek lain-lain yang cukup terbatas, yang dipandang sebagai satu kesatuan dalam masalah yang dikaji itu, segala aspek kasus tersebut dapat perhatian sepenuhnya dari peneliti itu sendiri. Studi kasus dilakukan di Pondok Lanjut Usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan sebagai satu perwakilan kajian Strategi bertahan hidup Lansia di dalam Pondok Lanjut Usia

3.2 Lokasi Penelitian

(24)

dengan keadaan kondisi fisik mereka yang sudah tidak muda lagi mereka masih mencari saja penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya.

3.3.Unit Analisis Penelitian dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi suatu subjek penelitian atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin:2008). Unit analisis dalam penelitian ini adalah pengelola Pondok, masyrakat sekitar Pondokdan Lansia miskin yang tinggal di dalam Pondok Lanjut Usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan.

3.3.2 Informan

Informan adalah subjek atau sumber yang mengerti masalah penelitian. Yang menjadi informan pada penelitian ini adalah :

1. Informan kunci terdiri dari Lansia yang berada di dalam pondok Lansia, yang di tentukan secara proporsional dan dinilai oleh peneliti dapat memberikan informasi yang di butuhkan

(25)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

3.4.1 Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber informan yang ditemukan di lapangan. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer ini adalah dengan cara:

• Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian artinya disini peniliti ikut terjun ke lapangan untuk memahami fenomena yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti langsung mengamati ke lapangan yakni di pondok Ma’arif Muslimin kota Padangsidimpuan. Data yang diperoleh melalui observasi ini terdiri dari rincian tentang kegiatan, prilaku, tindakan orang secara keseluruhan interaksi personal dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam catatan lapangan. •Wawancara

(26)

pertanyaan yang tujuannya untuk mempermudah melakukan wawancara dengan informan sehingga wawancara yang dilakukan tetap pada konteks yang ingin diteliti. Metode pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan berulang-ulang kali yang dilakukan cukup lama bersama informan di lokasi penelitian (bungin,2008:108). Wawancara mendalam yang dimaksud adalah percakapan yang sifatnya luwes dan terbuka dan tidak baku, dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada pihak Lansia dan pihak pondok lanjut usia.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian atau sumber data lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi.Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang secara tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, melalui dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen disini dapat berupa surat kabar, majalah, internet, jurnal dan bentuk dokumen lainnya yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

(27)
(28)

3.6 Jadwal Penelitian

NO. Kegiatan Bulanke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra proposal

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian

4 Seminar Proposal Penelitian

5 Revisi Proposal Penelitian

6 Penelitian Ke Lapangan

7 Pengumpulan Dan Analisis Data

8 Bimbingan Skripsi

9 Penulisan Laporan Akhir

(29)

BAB IV

DESKRIPPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Pondok Lanjut Usia Ma’arif Muslimin

4.1.1.1 Sejarah Dan Lokasi Pondok Lanjut Usia Ma’arif Muslimin

Pondok ma’arif muslimin merupakan salah panti jompo yang terdapat di Kota Padangsidimpuan, tepatnya di kelurahan Batang Ayumi Julu. Panti Jompo Ma’arif Muslimin didirikan pada tanggal 10 Agustus 1970 oleh Bapak Almarhum Haji Imom Daulay yang berlokasi dijalan Sutan Muhammad Arif Kelurahan Batang Ayumi Julu Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara, maka diuruslah badan hukum Panti Jompo tersebut ke Sibolga dan keluarlah akta notaris No. 03 tanggal 8 Agustus 1970 oleh Master Harahap, S.H. di Sibolga.

Sehubungan kedatangan dari Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia ke Panti Jompo Ma’arif Muslimin pada tanggal 7 Februari 2012 menyarankan agar istilah Panti Jompo diganti menjadi Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Oleh karena itulah Panti Jompo Ma’arif Muslimin berubah nama menjadi Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Pondok Ma’arif Muslimin.

(30)

4.1.1.2 Visi dan Misi Pondok Ma’arif Muslimin Kota

Adapun visi dan misi yang menjadi pedoman pihak Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Ma’arif muslimin adalah sebagai berikut:

Visi : Membimbing dan membina kehidupan yang layak untuk lanjut usia dalam mencapai kehidupan dunia dan akhirat.

Misi :

• Menyediakan tempat tinggal yang layak huni. • Menyediakan rumah ibadah.

• Memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari sesuai dengan kemampuan finansial LKS.

• Memberikan pelayanan kesehatan.

• Memfasilitasi keterampilan dan keterampilan untuk berdaya guna sesuai dengan kemampuan Lansia.

• Membina dan menanamkan silaturrahmi sesama Lansia sehingga timbul rasa kasih sayang.

(31)

ketikmampuan yang pihak pondok dalam memenuhi kebuutuhan kebutuhan lansia yang sifatnya duniawi.

4.1.1.3 Jumlah Lansia

Adapun Jumlah Lansia dan nama-nama Lansia yang Tinggal dipondok Lanjut Usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsdimpuan adalah sebagai Berikut :

Tabel 3

Jumlah Lansia pondok Lanjut Usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan

No. Nama No. KTP Umur

1 Abdul Hakim Hasoppungan 1277011212550011 61 tahun 2 Siti Asmin Daulay 1221084107480004 68 tahun

3 Dorian Harahap Tidak ada 68 tahun

4 Derliana Pohan Tidak ada 75 tahun

5 Hadi Harahap Tidak ada 85 tahun

6 Harum Pulungan Tidak ada 69 tahun

7 Nurhalimah Mtdng Tidak ada 66 tahun

8 Jagar Nasution 1.6441/4720/196/KT/TS/2001 73 tahun

9 Nurlan Siregar Tidak ada 63 tahun

10 Launa Harahap Tidak ada 92 tahun

11 Kamsariah Tidak ada 74 tahun

12 Hasima Simamora Tidak ada 65 tahun

13 Khairani Harahap Tidak ada 77 tahun

14 Masdalena Harahap Tidak ada 66 tahun

15 Tiaman Harahap 1.00654/2003/165/TS/2006 70 tahun

16 Lawin Harahap 1277065606420001 70 tahun

17 Baitun 159/01/1006/KT.PSP/2006 66 tahun

18 Nurbahara Tidak ada 76 tahun

(32)

20 Nurcahaya Tidak ada 68 tahun

21 Daramah 5547/04.1003/2006 79 tahun

22 Manggur 1220075109370001 74 tahun

23 Nurhayana Tidak ada 70 tahun

24 Mariana Siregar Tidak ada 74 tahun

25 Nurintan Nasution 1277014609500001 62 tahun

26 Nurmaria Tidak ada 70 tahun

27 Ompu Layar Tidak ada 69 tahun

28 Tieslan Harahap 1.00166/4726/166/KT/90 71 tahun

29 Ompu Muda Tidak ada 71 tahun

30 Nurhaimah Siregar Tidak ada 71 tahun

31 Ompung Palit Tidak ada 100 tahun

32 Romalan Siregar 1.00035/12.03.07.2026/2006 67 tahun

33 Sarifah Daulay Tidak ada 67 tahun

34 Siborgo Tidak ada 80 tahun

35 Siti Kholijah Tidak ada 88 tahun

36 Tiadun 1277017112520048 63 tahun

37 Saniati Tidak ada 70 tahun

38 Dimariah Harahap Tidak ada 60 tahun

39 Fatimah Siregar 1220077112420001 72 tahun

40 Tiolo Tidak ada 70 tahun

41 Saharo Hasoppungan Tidak ada 83 tahun

42 Nurhalimah Lubis 1277024107620086 83 tahun

43 Ramlah Harahap 1203027112330009 81 tahun

Sumber : Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan 2014

(33)

4.1.1.4 Jumlah Pengurus Pondok Ma’arif Muslimin

Adapun jumlah pengurus yang terdapat di Pondok Ma’arif Muslimin adalah sebagai Berikut:

Tabel 4

Jumlah Penggurus Di Pondok Ma”arif Muslimin

No Nama Keterangan

1 H. Amron Daulay Ketua

2 Fajar Daulay Sekretaris

3 Nurlela Hasibuan Bendahara

4 Tohir Daulay Anggota

5 Herawati siregar Anggota

6 Tasya Daulay Anggota

Sumber : Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan 2014

(34)

4.1.1.5Luas pondok

Pondok Lanjut Usia Ma’arif Muslimin Terletak Di lingkungan gang Raya kelurahan Batang Ayumi Julu Kecamatan Padangidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan, adapaun Luas dari Pondok adalah sebagi berikut :

Tabel 5

Luas Pondok Ma’arif Muslimin

No Keterangan M2

1 Luas Tanah 4500 M2

2 Luas Bangunan 1048 M2

Sumber : Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan 2014

(35)

4.1.1.6Fasilitas pondok Ma’arif Muslimin

Berikut merupakan fasilitas yang terdapat di Pondok Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan :

Tabel 6

Fasilitas Pondok Ma”arif Muslimin

No Fasilitas Jumlah

1 Mushollah 1

2 Kamar 75

3 Kamar mandi 8

4 Dapur Umum 1

5 WC 7

Sumber : Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan 2014

(36)

4.1.1.7Sumber Pendanaan Pondok Ma’arif Muslimin

Berikut merupakan sumber pendanaan yang menjadi tumpuhandari pihak pondok :

Tabel 7

Sumber Pendanaan Pondok Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan

NO Sumber Pendanaan Keterangan

1 Bantuan Pemerintah 1.575.000,- / bln

2 Donatur -

3 Zakat Rp 500.000 -/ bln

4 Infaq Rp 1.000.000,-/bln

5 Shodaqoh -

6 Iuran Listrik dan air Lansia Rp 1.460.000,- / bln

Jumlah Rp 4.335.000,-/ bln

Sumber : Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan 2016

(37)

materi sebesar Rp 3,500/hari uang tersebut di pegang oleh pihak pondok untuk di bagi rata kepada 43 total Lansia yang ada dan di pergunakan untuk keperluan makan Lansia pada setiap hari senin dan hari kamis saja, sedangkan zakat diberikan masyrakat kepada pihak pondok mengeluarkan zakat penghasilan masyrakat tersebut. Sedekah yang diberikan masyarakat biasanya langsung kepada para Lansia jadi pihak pondok tidak dapat memperhitungkan besaran sedekah yang masuk dan biasanya sedekah yang diberikan berupa uang, bantuan beras, dan pakaian. Namun infak yang masuk biasanya perbulan pihak Pondok mendapatkan total infak sebesar satu juta, dan kesemua biaya yang didapat tersebut ginukan pihak Pondok Untuk mencukupi biaya keperluan pihak Pondok dan juga Perbaikan serta pembangunan fasilitas Pondok secara berlahan-lahan.

4.1.1.8Jenis Pelayanan

(38)

• Bimbingan keagamaan

Tabel 8

Jenis Bimbingan Keagamaan

No Jenis Bimbingan Keterangan

1 Sahlat Aktif

2 Aqidah Aktif

3 Alquran Aktif

4 Ahlak Aktif

Sumber : Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan 2014

Beberapa jenis bimbingan yang ada di Pondok ma’arif Muslimin salah satunya adalah bimbingan keagamaan, Dimana para Lansia bisa lebih fokus beribadah ataupun memperdalam ajaran islam agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt dengan niat mengikuti semua ajaran dan menjauhi larangannya

• Bimbingan Sosial

Tabel 9

Jenis Bimbingan Sosial

No Bimbingan Sosial Keterangan

1 Cara Bermasyarakat Aktif

2 Pengolahan lahan warga Aktif

(39)

Bimbingan sosial yakni ditujukan kepada lanjut usia agar mampu mengembangkan fungsi sosialnya secara wajar dengan tidak menggangu ibadah khususnya di daerah kawasan Pondok Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan.

• Bimbingan Keterampilan

Tabel 10

Jenis Bimbingan Keterampilan

No Bimbingan Keterampilan Keterangan 1 Mengayam Tikar ( amak ) Aktif 2 Mengayam tas ( hadangan ) Aktif

Sumber : Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan 2014

Kegiatan yang ada di dalam pondok yang setidaknya menjadi sumber “tambahan” bagi pendapatan para Lansia yang tinggal tinggal di dalam pondok , yakni seperti pembuatan tikar dan tas dari daun Pandan. Proses pembuatan anyaman tradisional ini dilakukan dengan cara manual, yakni dengan mengayam helai-helai pandan menjadi tikar, atau tas

• Pemeriksaan Kesehatan

Tabel 11

Jenis Bimbingan kesehatan

No Bimbingan kesehatan Keterangan

1 Posyandu Lansia Aktif

2 Pemeriksaan dokter Aktif

(40)

Jaminan kesehatan yang diperoleh oleh para Lansia yakni dari posyandu Lansia, Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut, para Lansia yang tinggal dipondok bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang diadakan oleh pihak kelurahan Batang Ayumi Jae, sedangkan pemeriksaan dokter diadakan oleh dinas kesehatan Kota Padangsidimpuan setiap tanggal 15 dengan menyambangi para Lansia yang berada di pondok Ma’arif Muslimin

4.1.1.9Kegiatan harian Lansia

Brikut merupakan gambaran kegitan atau rutinitas para Lansia yang Berda didalam Pondok Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan :

Tabel 12

Kegiatan Rutinitas Lansia Di Pondok Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan

No Hari Pukul Kegiatan

5 Setiap hari 06.30 – 09.00 Kebersihan, Mencuci pakaian

10 Senin, kamis Pembinaan agama, shlat

(41)

11 Setiap hari 13.00 – 14.00 Ngaji 12 Setiap hari 14.00 – 15.30 Mengayam 13 Setiap hari 14.00 – 15.30 Tidur siang

14 Setiap hari Shalat azhar berjamaah

15 Setiap hari 16.00 – 18.00 Kegiatan pribadi

16 Senin, kamis Buka Puasa

17 Setiap hari Waktu Shlat wajib Shlat Magrib berjam’ah,mengaji 18 Setiap hari Waktu Shlat wajib Shlat isya

19 Setiap hari 21.00 Tidur

Sumber : Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan 2014

4.2 Profil informan

(42)

ibadah dari pada dirumah. Di pondok lebih senang suasananya, hati tenang, serta fikiran pun tenang.

Oppung ini memiliki 10 anak dimana pada saat ini Oppung Tiolo di biayai oleh anak-anaknya selama tinggal di pondok, anak-anaknya ada yang memberi beras, uangyang bisa mencapai Rp 1.000,000,-. Oppung tiolo tidak pernah tahan di rumahnya , apabila di rumah ia sakit, Oppung Tiolo meminta kepada anak-anaknya untuk di antar pulang ke pondok, karena di pondok dia lebih sehat dan merasa penyakitnya akan membaik jika sudah berada di pondok. Seperti menjalang Bulan suci Ramadhan Oppung Tiolo Lebih memilih melaksanakan Puasa Ramadhan di Pondok dari pada di rumah berasama anak-anakanya, seminggu menjelang lebaran idul fitri Oppung Tiolo kembali kerumahnya sendiri di Tanobato.

Di pondok Oppung Tiolo menggunakan listrik di kamar, memakai magicom memamasak nasi, memakai lampu listrik, dan air PAM, sehingga di pondok Oppung Tiolo mendapat pungutan biaya perbulan pada pihak pondok 40 ribu, dan Oppung ini mearasa ikhlas, karena Oppung ini berpandapat biaya yang dikeluarkan belum seberapa di banding dengan biayaiuran mengkontrak rumah, jadi pungutan yang di lakukan oleh pihak pondok bagi beliau membayarnya dengan keikhlasan oleh Oppung Tiolo, karena Oppung Tiolo juga berkata, kalau kita memliki uang lebih, boleh juga kita berikan kepada Tuan guru (Pimpinan Pondok) yang berada di pondok yang memberikan pengajian, ceramah selama berada di pondok.

(43)

baik-baik saja , dan saling menghargai dan juga saling bertukaran ilmu selama di pondok, dan meninggalkan kebiasaan buruk yang berasaral dari rumah masing-masing, saling mengingatkan ketika hendak melaksanakan sholat, khususnya ibadah sunnah lainnya. dan meningkatkan ibadah lainnya secara terusmenerus, seperti melaksanakan puasa Sunnah senin-kamis, yang di laksanakan para penghuni pondok secara bersama-sama, tanpa ada paksaan dari teman-teman satu pondok lainnya, ini lah yang membedakan kehidupan dipondok dengan kehidupan dirumah, kalau di rumah, tidak ada yang mengajak dan mengingatkan untuk melaksanakan ibadah sunnah lainnya, kita hanya melaksanakan ibadah wajib saja, seperti shalat 5 waktu, dan kadang-kadang lupa waktu .

Dalam pondok hanya satu orang per kamar dan pertama kali berada di pondok, Oppung Tiolo langsung nyaman dan senang berada di Pondok, tidak ada yang penghuni pondok yang sombong. Kebutuhan yang paling utama di butuhkan berada di pondok yaitu, terutama air, dan listrik, karena air sangat berguna untuk berwuduk, dan listrik untuk mengaji, atau membaca Al-Quran. Selain hanya untuk beribadah selama di pondok, Oppung Tiolo tidak mampu lagi melaksanakan kegiatan lainnya, Oppung Tiolo berada di pondok hanya untuk mendekatkan ke khusukan beribadah kedapa Allah Swt, karena anak-anaknya mampu memenuhi biayanya selama ber-Pondok, dan Oppung Tiolo hanya memilih untuk beriabadah saja, karena kurangnya kempuan dan tenaga buat bekerja atau bercocok tanam di sekitar pondok, Oppung Tiolo hanya mampu menuci baju dan membersihkan keperluannya sendiri di pondok, dan melakukan penghematan penghematan biaya hidup selama di Pondok

(44)

yang sering kambuh, berupa, turun tensi, sakit pinggang, tetapi Oppung Tiolo tetap sabar, katanya penyakit itu sebagai cobaan saja, dan kalau memang penyakit itu membuatnya meninggal, dia akan tetap menahan sakit itu dan tetap berada di pondok, karena dia lebih memilih meninggal di pondok dari pada di rumahnya.

4.2.2 Profil informan Lansia

Nama : Lawin Harahap

Umur : 74 Tahun

Suku :Batak angkola

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD (tidak tamat)

Status : Janda

Status Pekerjaan Terakhir : Petani

Asal daerah : Desa Mompang

Lawin Harahap merupakan salah satu penghuni pondok Lanjut Usia(Lansia)yang memiliki usia 74 tahun, beliau keturunan dari suku Batak angkola yakni bermarga harahap yang berasal dari harahap palopat. Pendidikan terakhir Oppung Lawin Harahap hanya merasakan pendidikan sampai kelas 2 SD tidak sampai Tamat, karena kondisi orang tuanya yang tidak sanggup, dan orangtua Oppung Lawin yang cepat berpulang kerahmatullah (Wafat) pada saat beliau masih kecil, sehingga hanya merasakan pendidikan sampai kelas 2 SD.

(45)

halaman ompung Lawin bekerja sebagai petani sama seperti kebanyakan warga desanya, oppung menjadi petani dengan menyewah tanah kerabatnya di desa untuk ditanami padi, beliau bercerita bahwa bertani pada saat jaman dahulu dan sekarang sangat berbeda itu bisa dilihat dari hasil produksi dan pemakaian pupuk, kalau dahulu pakai pupuk kompos sudah mendapatkan hasil yang bagus tetapi sekarang kita harus membeli pupuk demi keberhasilan tanamannya. Setelah ompung Lawin ditinggal mati oleh suaminya sehingga membuatnya berstatus janda ada rasa yang membuat beliau merasa kurang berarti untuk menjalankan hidup di dunia, ada timbul rasa kesepian dan tidak semangatdan atas inisiatif sendiri ompung Lawin mengusulkan kepada anak-anaknya untuk tinggal di Pondok Lansia Ma’arif muslimin.

Ompung Lawin pun di antar oleh anaknya ke pondok tetapnya empat tahun silam, ketika pertama kali berada di pondok, ompung Lawin merasa baik dan di sambut oleh teman-teman satu pondok dengan penuh kekeluargaan dan beliau merasa nyaman tinggal di Pondok. Ompung Lawin tinggal di pondok berkisar kurang lebih 4 tahun.Ompung Lawin lebih memilih tinggal di pondok dibanding tetap menetap di rumah sendiri, di karenakan usia yang sudah tua, jadi berfikir kalau usia untuk hidup hanya sebentar lagi, berusaha atau bekerja di kampung tidak sanggup lagi, sehingga lebih baik berpondok untuk beribadah sebagai bekal di akhirat kelak.

(46)

dirumah, dan di rumah juga kurang sekali keinginan untuk mengerjakan ibadah sunnah, dan dirumah juga suasananya sepi, karena anak-anaknya juga pada kerja, sehingga perasaan tidak tenang.

Selama di pondok Ompung Lawin di biayai oleh anak-anaknya, dengan biaya seadanya dan semampu anak-anaknya memberinya. Biaya yang diberikan anaknya tidak tentu diterima perbulan, kadang berjumlah Rp. 500.000 dan kadang lebih juga di kasih oleh anaknya.Biaya yang diberikan oleh anaknya di gunakan sebaik-baiknya untuk keperluan selama berpondok, tidak boros, mana tau kita sakit selama di pondok supaya kita ada biaya untuk berobat, ucap Ompung Lawin. Selama di pondok Oppung Lawin juga tidak memiliki pekerjaan sampingan beliau hanya fokus untuk ber ibadah di pondok. Pekerjaan yang dilakukan oleh teman-temannya seperti, membayu atau menganyam, dan juga bercocok tanam di kebun masyarakat setempat tidak dilakukannya, tetapi ompung hanya menanam sayur untuk dikonsumsi sendiri di depan kamarnya. Menurut ompung bercocok tanam lebih menyehatkan dan membuat segar untuk badan, tetapi apa daya dirinya sudah tidak sanggup lagi seperti teman-temannya yang berkebun sayuran di tanah milik warga di sekitar Pondok.

(47)

menonton Televisi. Di pondok juga terjadi pungutan bagi pemondok yang memiliki fasilitas listrik, dan air PAM. Pungutan perbulan kira Rp. 40.000.

Oppung Lawin berpandapat bahwa pungutan perbulan itu tidak jadi beban, karena itu sudah kewajiban, dari pada kita mengkontrak rumah atau memilih pondok lain selain yang sekarang, pondok ini lebih nyaman dan baik bagi usia Lansia. Karena di pondok ini hanya biaya listrik dan air Pdam yang kita bayar, sementara di kita sudah diberikan kamar sendiri dengan kamar yang sudah memiliki tempat tidur di dalamnya.

(48)

4.2.3 Profil informan Lansia

Nama : Masdalena

Umur : 66 Tahun

Suku : Batak Angkola

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD (sekolah dasar)

Status : Janda

Status Pekerjaan Terakhir : Petani

Asal : Appolu, Tapsel

Masdalena Harahap merupakan salah satu penghuni Pondok Lanjut Usia (Lansia), yang berasal dari daerah pedalaman Kabupaten Tapanuli Selatan yang sering disebut daerah appolu Kecamatan Sipirok sebelah Danau Marsagu . Nenek Masdalena di antar jemput oleh anak nya jika hendak mau kembali ke pondok atau pun kembali kerumahnya atau kampung tempat tinggalnya, karena kampungnya yang begitu jauh, sehingga anaknya harus mengantar jemputnya ke pondok.

(49)

Oppung Masdalena berada di pondok kurang lebih 3 tahun, dan selama di pondok, Oppung Masdalena merasa baik, nyaman, serta senang berada di pondok. Alasan Oppung masdalena tinggal di pondok Lansia dari pada tetap tinggal dirumah adalah, hanya untuk beramal, karena di pondok Lansia beribadah itu bisa dilakukan secara berjama'ah, lebih khusuk dan tenang, mengaji dan belajar mengaji secara mendengar ceramah, serta melaksanaan ibadah sunnah lainnya.

(50)

mampu membiayai kebutuhannya selama di pondok, Oppung Masdalena menyuruh anaknya untuk menjual tanah, kebunya di kampung dia tinggal.

Selama di pondok Lansia, Oppung Masdalena Alhamdulillah tidak pernah sakit, jika pun ia sakit, dia tidak akan mengeluh katanya kepada siapapun termasuk anak-anaknya sendiri, dia mampu untuk pergi berobatsendiri bahkan ke rumah sakit sekalipun. Serta selama dipondok Oppung Masdalena juga mendapat bantuan dari pemerintah berupa beras, dan alat mandi, dan kadang-kadang mendapat mukenah dan sarung.

Oppung Masdalena selama di pondok, memliki pekerjaan sampingan, yakni dengan berkebun sayur, alasan bekerja hanya untuk menyehatkan badan juga, supaya berkeringat dan sehat, selain makin sehat Oppung masdalena juga bisa mendapatkan biaya tambahan atau uang masukdi pondok, tetapi hanya untuk mengeluarkan keringat semata, Oppung Masdalena bekerja seperti, menanam jagung, sayuran di tanah masyarakat dekat pondok Lansia, dan dari bercocok tanam tersebut Oppung Masdalena mendapat uang jika panen, dia kadang menjual hasilnya jika ada orang yang ingin membeli hasil panennya, biasanya perbulan panen dengan hasil Rp. 200.000 perbulan dan kadang sebagai sayurnya untuk dimasak di pondok, dan kadang Oppung Masdalena kadang membagi hasil panennya pada rekan sepondok.

(51)

karena senin kamis, dianjurkan melaksanakan puasan sunnah senin kamis secara bersama-sama di pondok.

(52)

4.2.4 Profil informan Lansia

Nama : Siti Kholijah

Umur : 88 tahun

Suku : batak angkola

Agama : islam

Pendidikan Terakhir : Tidak sekolah

Status : janda

Status Pekerjaan Terakhir : Petani

Daerah asal : Rimba Shoping

Oppung Siti Kholijah Sudah 6 tahun lamanya, beliau berasal dari desa Rimba Shoping , alasan awal nenek Siti tinggal di Pondok karena ingin fokus beribadah, sebelummnya nenek siti mempunyai rumah sendiri dan sekarang tidak ada yang menempatinya di daerah asalnya, oppung sendiri memilih tinggal disini karena dia merasa kesepian di rumah, awal mulanya tinggal di pondok beliau merasa senang, karna baginya dipondok oppung bisa mendaptkan keamanan dan kenyamanan, selama di pondok oppung hanya di pungut biaya sebesar Rp 12.000,- per bulan karena beliau tidak menggunakan listrik dan hanya menggunakan fasilitas air PDAM untuk masak , mencuci piring dan pakaiannya.

(53)

erat rasa persaudaudaraannya, dengan keadaan dan umur yang sudah tua beliau selalu di bantu oleh sesama Lansia yakni sering mendapatkan kayu bakar gratis yang di cari di sekitaran pondok untuk memasak, oppung tinggal di kamar sendiri dengan di fasilitasi tempat tidur saja dan meja.

(54)

4.2.5 Profil informan Lansia

Status Pekerjaan Terakhir : Petani

Asal : Batu Nadua

Ompung Dimariah sudah hampir dua tahun tinggal di pondok, ompung berasal dari daerah batunadua yakni di kawasan pinggiran Kota Padangsidimpuan, ompung merupakan seorang janda dan memiliki empat orang anak laki-laki dan pada saat ini ompung masih memiliki rumah pribadi, yang pada saat ini di tempati oleh anak sulungnya, alasan awal ompung memilih tinggal di pondok yakni ingin memperdalam ilmu mengenai ajaran agama islam dan juga ingin mencari suasana yang baru, pada awal tinggal di pondok ompung langsung bisa berbaur dengan penghuni yang lainnya dan pada saat ini ompung sudah betah berada di pondok.

(55)
(56)

4.2.6 Profil informan Lansia

Nama : Mariana Siregar

Umur : 74 tahun

Suku : Batak Angkola

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD (sekolah dasar)

Status : Janda

Status Pekerjaan Terakhir : Petani

Ompung mariana adalah salah seorang penghuni pondok Lansia Maarif Muslimin Kota Padangsidimpuan,ompung berasal dari daerah batang angkola Tapanuli selatan ompung sudah enam tahun lamanya tinggal di pondok, pada awalnya ompung berpondok dikarenakan di tinggal mati oleh suaminya, ompung merasa kesepian, atas dasar itulah ompung memilih tinggal di pondok

(57)

mengatakan hasil dari tanamannya bisa di jual ke kedai di sekitaran pondok, ompung bisa mendapatkan tambahan uang sebesar Rp 100,000,- per minggu, pada saat ini ompung tidak mendapatkan uang dari anak anaknya lagi, dan beliau hanya mengharapkan bantuan yang datang karena kondisi keluarganya yang memang dari kalangan yang kurang mampu

Sejak berada di Pondok Ompung memang merasa senang, tetapi terkadang ada rasa rindu kepada sang anak untuk bertemu tetapi rasa rindu itu biasanya di kirmkan ompung melalui doa yang dipanjatkan agar anak-anak nya selalu dalam keadaan yang sehat dan juga selama ompung di pondok selalu memanjatkan doa kepada AllahSwt agar sang suami mendapatkan kedudukan yang hakiki dan di ampuni semua dosanya dan diterima semua amalannya. Atas dasar memperdalam ajaran agama dan memperbanyak amalan maka ompung lebih memilih bertahan di Pondok agar nantinya apabila beliau di panggil Allah Swt maka sudah siap dengan keadaan tersebut.

(58)

4.2.7 Profil informan Lansia

Nama : Khairani Harahap

Umur : 77 tahun

Suku : Batak angkola

Agama : islam

Pendidikan Terakhir :tidak sekolah

Status : Janda

Status Pekerjaan Terakhir : Petani

Asal : Pargarutan Julu, Tapsel

(59)

mambayon atau menganyam tas , tikar dan juga tempat sirih yang terbuat dari daun sira dan ada juga dari tali plastic, proses pengerjaanya untuk tas kecil bisa meakan waktu seminggu, dan tas sedang memakan waktu sepuluh hari, kalau yang paling besar bisa memakan dua minggu, sama juga seperti pengerjaan tikar yang di kerjakan oleh ompung rata-rata memakan waktu dua minngu itu pun tergantung bahan baku yang di dapatkan oleh ompung, dimana terkadang ompung harus mencari dahulu bahan baku jauh di belakang pondok dengan cara berjalan kaki.

(60)

4.2.8 Profil informan Lansia

Nama : Hadi harahap

Umur : 85 Tahun

Suku : batak angkola

Agama : islam

Pendidikan Terakhir : tidak sekolah

Status : duda

Status Pekerjaan Terakhir : tukang becak

Ompung hadi merupaka salah satu Lansia yang sudah lama tinggal di pondok ma’arif muslimin, yakni sudah sepuluh tahun lamanya, awal mulanya ompung berpondok hanya sebatas bersuluk, dari situlah ompung hati tertarik dengan pondok terutama dengan pemberian bimbingan-bimbingan kepada Lansia yang ada, di pondok hanya dua orang sajalaki laki yang menjadi Lansia binaan pondok, sebab menurutnya kalau laki-laki sudah di tinggalkan istri karena meninggal maka biasanya akan menikah lagi dan mencari istri baru yang lebih muda, berbeda dengan perempuan yang suaminya sudah meninggal kebanyakan mereka akan memilih hidup sendiri dan salah satunya adalah beribadah di pondok ini.

(61)

dan dia merasa kesepian tinggal di rumahnya sendiri, dan ompung lebih memilih berpondok agar mempunyai banyak kegiatan dan otomatis ompung hanya berpangku kepada pihak pondok yang menampungnya agar beliau tidak merasa kesepian , awal mulanya ompung tinggal disini dikarekan istrinya yang sudah terlebih dahulu dipanggil yang maha kuasa, jadi ada rasa kesepian yang dirasakanya, oleh sebab itu ompung memilih meninnggalkan rumahnya dan memilih tinggal di pondok, rumah pribadinya masih ada di kawasan angkola, setiap sebulan sekali ompung melihat rumahnya hanya untuk sekedar membersihkannya saja, ompung hadi tidak ada niat ingin menjual rumahnya karena apabila hari raya datang rumahnya sebagai tempat berkumpul bersama anak-anaknya dan apabila anaknya sudah kembai ke daerah perantauan maka ompung hadi pun kembali ke pondok.

(62)

4.2.9 Profil informan Lansia

Status Pekerjaan Terakhir : Petani

Asal : Angin Barat, Madina

Oppung Nurhalimah Matondang merupakan salah satu Lansia di Pondok Lanjut Usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan. Oppung Nurhalimah Matondang berusia 66 tahun. Menganut suku Batak, dari daerah Angin Barat Madina, dan beragama Islam. Pendidikan terakhir yang di rasakan oleh oppung Nurhalimah Matondang hanya sampai duduk di kelas V Sekolah Dasar (SD), serta merasakan pendidikan belajar mengaji.

Oppung Nurhalimah Matondang berstatus Janda sudah 4 tahun, oppung ini berkata karena sudah jandalah makanya jadi berpondok. Adapun status pekerjaan oppung Nurhalimah Matondang selama berada di kampung adalah petani, tetapi setelah oppung Nurhalimah tinggal di pondok, oppung ini sudah tidak bekerja lagi. Selama berpondok oppung Nurhalimah dibelanjai atau dibiayai oleh anak-anaknya, karena oppung Nurhalimah, sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja seperti pekerjaan bertani.

(63)

juga berniat menanbung uang pemberian dari anaknya untuk biaya apabila oppung sakit selama berada dipondok supaya ada biayanya untuk berobat. Selama berpondok kebutuhan oppung Nurhalimah terpenuhi sepenuhnya, tidak pernah terbengkalai sama sekali.

Anaknya berjumlah 3 orang. Anak-anaknya yang berjumlah tiga oranglah yang selalu bergantian memenuhi biaya oppung Nurhalimah selama berada di pondok Lansia. Selama di pondok juga kadang-kadang mendapat bantuan. Oppung Nurhalimah lebih memilih tinggal di pondok karena di pondok lebih khusuk untuk melaksanakan ibadah, di banding melaksanakan ibadah dirumah sendiri, karena oppung Nurhalimah juga berkata kalau dia tetap tinggal dirumahnya bersama anak-anaknya, dia akan tetap bekerja sehingga lupa akan waktu beribadah, sementara di usianya yang sudah lanjut, kehidupan dunia harus lah ditinggal, dan harus meningkatkan keimanan kepada sang pencipta, yaitu Allah Swt.

Di Kampung oppung Nurhalimah memiliki rumah sendiri, dan sekarang ditempati oleh anaknya. Setelah oppung Nurhalimah menyandang status Janda anak-anaknya menyuruh dia untuk ber-Pondok, karena anak-anaknya berpendapat kalau tetap tinggal dirumahpun oppung Nurhalimah sudah tidak bisa melakukan pekerjaan lagi, dan suasana dirumahpun sepi sehingga tidak ada yang bisa setiap saat mengajak dan menyuruh untuk melaksakan ibadah wajibnya, sehingga oppung Nurhalimah lupa akan waktunya ber-ibadah.

(64)

pondok pun niatnya hanya untuk meningkatkan amal ibadah, dan di pondok juga memiliki guru untuk belajar mengaji dan member ceramah, sehingga menambah ilmu akhirat yang akan dibawa sebagai bekal nantinya.

Fasilitas yang disediakan pondok, berupa memenuhi isi kamar sendiri, berupa tempat tidur, kasur, bantar, selimut. Serta memliki listrik, dan air Pdam. Selama di pondok juga terjadi pungutan biaya, misalnya hanya pungutan biaya berupa bayaran listrik dan air yang dikeluarkan oleh setiap pemondok yang menggunakan fasilitas listrik dikamar dan juga air Pdam, yang dikeluarkan perbulannya. Sedangkan biaya untuk guru yang memberi ilmu ataupun yang mengajar mengaji tidak dituntut untuk dibayar oleh pemondok, tetapi bagi pemondok yang mau member uang kepada guru ceramah, itu hanya di anggap sebagai infak.

Oppung Nurhalimah Matondang selama di pondok anak-anaknya datang mengunjunginya setiap bulannya, dan anak-anaknya merasa kalau kondisi oppung Nurhalimah sehat dan baik-baik saja selama tinggal di pondok. Ketika anaknya mengunjungi oppung Nurhalimah saat itulah anaknya memberikan biaya oppung Nurhalimah setiap bulannya.

(65)

Seperti menjelang puasa Ramadhan, selama puasa oppung Nurhalimah lebih memilih tinggal di pondok, dibanding untuk pulang kekampung halaman. Setelah tiga hari menjelang lebaran oppung Nurhalimah pulang ke kampung halamannya di daerah Angin Barat , karena bagaimana pun anak-anaknya berharap kalau lebaran harus dirumah, atau kampung sendiri.

Kegiatan oppung Nurhalimah dipondok selain ber-ibadah hanya memasak untuk nya, dan juga mencuci pakaian sendiri, karena pekerjaan lain seperti bercocok tanam, sudah tidak sanggup bagi oppung Nurhalimah untuk dikerjakannya, disamping tenaga yang sudah tidak lagi memungkinkan untuk bekerja. Setiap hari hanya satu liter beras perhari yang dimasak oleh oppung Nurhalimah untuk di konsumsinya sendiri, dan di tambah lagi dengan lauknya untuk kebutuhan makannya. Tetapi dua kali dalam seminggu nasi dan lauk di peroleh dari dapur umum pondok, selam dua kali seminggu pondok menyediakan lauk yang sudah masak untuk pemondok, karena dua kali seminggu pemondok dianjurkan melaksanakan puasa sunnah senin-kamis, sehingga memperoleh lauk nasi yang sudah disediakan oleh pondok secara gratis. Walaupun pemondok lainnya tidak ikut untuk melaksanakan puasa sunnah senin-kamis, tetap boleh mengambil jatah lauk nasi yang sudah masak ke dapur umum pondok yang disediakan oleh pihak pondok secara gratis.

(66)

Sesama penguni pondok lainnya oppung Nurhalimah tidak pernah berantam atau berselisih paham dengan pemondok lainnya yang menimbulkan permusuhan antar mereka. Semua pemondok memiliki rasa kekeluargaan dan rasa berbagi antar mereka pemondok. Selama di pondok pemerintah juga memberikan bantuan berupa beras dan juga berupa mukenah dan kain sarung, sedangkan bantuan yang diberikan masayrakat lainnya kadang juga memberikan atau mengantarkan bantuan kepada pihak pondok untuk dibagikan kepada pemondok. Selama dipondok oppung Nurhalimah pernah sakit, tetapi tidak begitu parah, dan masih bisa melakukan kegiatan ber-pondok. Ketika sakit oppung Nurhalimah berobat sendiri ke Bidan yang berada dekat dengan pondok Lansia, karena sakit yang di alami kadang berupa sakit perut, pilek dan badan pegal-pegal.

4.2.10 Profil informan Pihak Pondok

Nama : H. Imron Daulay

Umur : 66 Tahun

Suku : batak angkola

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : Madrasah Aliyah

Pekerjaan : Pengurus Pondok Ma”arif Muslimin

(67)

sendiri, beliau sebagai ketua, dan anaknya sebagai sekretaris dan istrinya sebagai bendahara pondok,

Para pengurus yang ada dipondok Ma’arif Muslimin pada awalnya merupakan bagian dari keluarga besar bapak almarhum H. Amron Daulay, dan pada saat ini suadah dikelolah sampai kepada generasi kedua yakni anak bapak alamarhum H. Imron daulay yaitu bapak H. Amron daulay, pada awalnya perjalanan pendirian pondok ini bapak Amron mengungkapkan bahwa ayahnya yaitu Bapak Almarhum Haji Imom Daulay adalah sebagai guru mengaji di daerahnya dan sebagai muballig dengan kata lain adalah orang yang menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat, berangkat dari profesi itulah Bapak Amron mengungkapkan sang ayah Bapak Almarhum Haji Imom Daulay melihat masyarakat muslim disekitarnya terutama lanjut usia banyak sekali yang tidak mengetahui tentang agama yang dianutnya dan tidak terurus kehidupannya menjelang usia tua. Oleh karena itulah timbul sebuah ide untuk membuat suatu wadah penampungan dan pengasuhan serta pembinaan yang disebut Panti Jompo Ma’arif Muslimin, dan seiring berjalannya waktu pada saat ini jumlah Lansiayang berada di Lembaga Kesejaheraan Sosial Lanjut Usia Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan pada tahun 2016 mencapai 43 orang, dengan rincian jumlah yang terdiri dari 2 laki-laki dan 41 perempuan.

(68)

diri kepada Allah SWT, pihak pondok sebenarnya tidak mematok iuran kepada para Lansia, para Lansia dipondok hanya memberikan uang iuran dengan seiklhas hati mereka dan tidak di patok, nantinya uang tersebut digunakan sebagai pembayaran air dan listrik pondok. Pembangunan fisik bangunan di pondok merupakan wujud dari bantuan masyarakat dan donator, seperti bapak kapolres tapsel pada tahun 2002 memberikan bantuan pembangunan kamar sebanyak sepuluh unit, walaupun hanya setengah beton tetapi menurut bapak Amron ini sangat membantu, dan pada saat ini bapak Amron sedang melakukan perbaikan musallah yang ada di lingkungan pondok dengan biaya uluran bantuan dari donatur,

Bapak Imron mengungkapkan ada sebanyak 15 orang Lansia yang ada di pondok ma’arif muslimin mendapatkan bantuan berupa bentuk materi sebesar Rp 3,500/hari uang tersebut di pegang oleh pihak pondok untuk di bagi rata kepada 43 total Lansia yang ada dan di pergunakan untuk keperluan makan Lansia pada setiap hari senin dan hari kamis saja, hal ini disebabkan ketidakmampuan pihak pondok untuk melakukan pelayanan berupa pemberian makan setiap harinya kepada Lansia dan oleh karenanya bantuan yang ada harus dipergunakan sebaik mungkin demi menolong para Lansia yang tinggal di Pondok.

(69)

Lansia dan kini keterampilan tersebut di ajarkan oleh sesama Lansia dan bapak imron mengungkapkan bimbngan ini sebagai jalan kepada Lansia untuk mendapatkan keterampilan dan uang tambahan, dan selanjutnya Lansia mendapatkan pemeriksaan kesehatan berupa Posyandu Lansia di kelurahan , pemeriksaan Dokter.

Bapak Imron mengungkapkan dipondok ini masih ada Lansia miskin, dimana mereka harus bekerja, biasanya pekerjaan yang mereka lakukan ialah dengan berkebun sayur di belakang pondok, mengayam , dan pada saat ini di pondok menurut bapak imron Lansia kebanyakan Lansia sudah mandiri dan tidak membuat orang susah, bantuan memang ada baik dari pemerintah dan juga keluarga Lansia yang datang melihat Lansia, dan untuk urusan kesehatan para Lansia mendapatkan jaminan dari dinas kesehatan berupa dokter dan bidan yang datang ke Pondok pada setiap tanggal 15, bapak Amron berpesan bahwa berbuat kebaikan lah kamu selama didunia dan kamu akan mendapatkan kebaikan juga.

4.2.11 Profil Informan Masyrakat Sekitar Pondok

Nama : Ilyas Pasaribu

Umur : 37 Tahun

Suku : Batak Toba

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : Sarjana S1 Pekerjaan : Pegawai Negeri

(70)

tinggal di lingkungan gang raya sudah sejak dari tahun 1991 atau sudah selama 25 tahun, awalnya rumah yang bapak ilyas tempati adalah rumah peninggalan orang tuanya.

Selain rumah yang diwariskan orang tua bapak ilyas kepadanya, beliau juga mendapatkan sebidang tanah kepadanya, letaknya di daerah tanggal ukurannya sekitar 20 x 20 meter, sebelumnnya tanah tersebut di biarkan saja di tumbuni rumput dan tidak ditanami oleh bapak ilyas, dan pada sekitar empat tahun yang lewat ada lansia yang berasal dari Pondok yang bernama mariana siregar meminta tanahnya untuk dipinjam,disamping karena adanya tali persaudaraan dari isteri bapak ilyas ke ompung mariana tanpa berfikir panjang bapak ilyas pun meminjamkan tanah yang di warisi orang tuanya kepada bapak ilyas.

Bapak ilyas tidak pernah meminta upah kepada ompung mariana tersebut, baik berupa uang sewa atau sebagainya, tetapi bilamana ompung mariana sedang panen sering di antarkan sayuran kerumah bapak ilyas seperti, daun ubi, jagung, terong,kacang tanah. Tak jarang isteri bapak bapak ilyas pun sering memberikan uang kepada ompung mariana apabila ompung tersebut datang ke rumahnya mengantarkan hasil dari kebun sayur yang di tanami ompung, biasanya sang isteri memberikan sejumlah uang sebesar Rp 10,000,- di samping sebagai penolong untuk membantu ompung mariana juga sebagai sedekah kepada beliau.

(71)

menengah ke atas, seperti contoh saudara bapak ilyas setelah pensiun sebagai sekda tapsel saudara bapak ilyas tersebut berpondok sebagai salah satu cara untuk memperdalam ilmu dan ajaran mengenai agama islam.

Apabila anak Bapak ilyas sedang demam tinggi selain membawanya berobat ke rumah sakit, bapak ilyas juga memanggil ompung hadi yang berada di pondok untuk mengkusuk anaknya dengan memberikan uang kusuk sebesar 30-50 ribu rupiah, Bapak ilyas mengatakan apabila kita masih bisa membantu bantulah semampu kita, karena menurutnya orang tua yang berda di pondok juga orang tuanya jugayang harus di perhatikan.

4.2.12 Profil informan Pihak Pondok

Nama : Ucok Dongoran

Umur : 32 Tahun

Suku : batak

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Wirasuasta

(72)
(73)

4.3 Interpretasi Data

4.3.1 Kehidupan Lansia Miskin Di Pondok Lansia Ma’arif Muslimin

Lansia yang tinggal di Pondok Ma’arif Muslimin kebanyakan berasal dari luar Kota Padangsidimpuan, Pihak pondok mengatakan alasan para Lansia tinggal di pondok dikarenakan minimnya pemberian pelayanan/perawatan terhadap Lansia khususnya dari keluarga yang bersangkutan, karena keluarga Lansia tersebut sibuk dengan pekerjaannya ataupun keluarga Lansia tersebut acuh tak acuh mengurusnya atau dengan kata lain diterlantarkan di rumah sendiri, bahkan mungkin tidak ada sama sekali keluarganya dan juga terjadinya perubahan fungsi dan peran keluarga yang mengakibatkan makin sulitnya keluarga untuk mampu memberikan pelayanan terbaik bagi pemenuhan kebutuhan lanjut usia, malah Lansia tersebut disuruh merawat cucunya. Tidak semua lansia yang berada di Pondok ma’arif Muslimin dalam berlatar belakang keluarga mampu seperti yang di ungkapkan oleh informan Lansia berikut :

“ Ompung halak laimu pe najolo marsaba do, lopeh tu mangan pe

masukur najolo, daganakku mangaranto pe nangge pola sukses,

cukup mangan ni alai pe ma sukur annggo dison iba masyukur ma

ra parpondok manampung ( ompung laki-laki dulunya hanya

bertani, lepas makan saja sduluudah bersukur , anak ku merantau

tidak begitu sukses, cukup terpenuhi makan mereka saja sudah

syukur, kalau disini saya sudah sukurlah pihak pondok mau

menampung )” Siti Kholijah 88 th

(74)

“Dison madung dapot kamar iba mambayar 40 ribu sada

alak, anggo inda marlistrik 12 ribu ma ia, sada halak

sakamar dison, di lehen ma podoman di iba rap dapur na,

(Disini uda dapat kamar membayar Rp 40.000,- satu

orang, kalau tidak pakai listrik Rp 12.000,- satu orang

dalam sekamar disini, dikasih lah tempat tidur sama dapur

disini)Dinamirah Harahap 60 th

DI Pondok Lansia juga melakukan kegiatan beribadah yang diajarkan pihak pondok, berikut kutipan wawancara dengan informan

“ Anggo dison mangiut ceramah ma habis shalat na di

lehen tuan guru, dungi anggo adong waktu luang juguk ma

iba diteras kamar mambaca alquran pabahat amal ( kalau

disini mengikuti ceramah lah sebais shlat yang di kasih tuan

guru, setelah itu kalau ada waktu luang duduk lah di teras

kamar membaca alquran untuk memperbanyak amal

)Nurhaimah Matondang 66 th

Pihak pondok selalu melakukan kegitan pengisian ceramah setelah shlat isya, hal ini dilakukan agar pemahaman mengenai agama selalu bisa bertambah kepada para lansia yang ada, tidak jarang pihak pondok mendatangkan ustad dari luar setiap kamis malam setelah shlat isya. Hal serupa juga diungkapkan oleh informan lainnya, berikut kutipan wawancara mengenai ibadah yangdiakaukan di Pondok

“ Sahlat niba dison marjama’ah, jadi tagi, anggo ibagas

losok roa jadina ra lupa bage, anggo dison shlat sunnah pe

tarkarejoi, songon tahajjud, duha, rap na lain ( shalat disini

berjamaah jadi enak, kalau di rumah malas dan bisa lupa,

(75)

Pihak Pondok mengatakan selain shlat wajib shlat sunnah merupakan salah satu aktifitas ibadah yang dijalankan oleh para lansia seperti shlat duha, shlat rawatif, shlat wudu’, shlat tauatul masjid, tahajjud, istikharah, shlat tasbih. Selain kegiatan yng sifatnya untuk akhirat, Para Lansia yang berada di Pondok juga melakukan Kegitan yang sifatnya duniawi, berikut merupakan kutipan waancara dengan informan Lansia

“ Anggo dison adong nakarejo markobun sayur, mambayon,

mamasu baju sendiri, marmasak pe sendiri beda seni dohot

kamis ( kalau disini ada yang berkebun sayur, mangayam,

nyuci baju sendiri, masak sendiri, kecuali senin dan kamis)”

Mariana 74 th

Para Lansia yang berada di Pondok juga mendapatkan makanan gratis dari pihak Pondok, berikut kutipan hasil wawancara dengan Lansia

“ Senin kamis ami sebelun shlat ashar mabuat parbuko ma

ami tu dapur umum, sude dei mandapot, naso puaso pe

mandapot, iba oban ma rantang niba dua, sada giot tu

tempat indahan, sada nai tu tempat gule ( senin kamis kami

sebelum shlat ashar mengambil bukaan lah kami ke

dapurumum, semua itu kebagian, yang tidak puasa pun

semuanya kebagian, kita bawaklah rantang dua, satu tempat

nasi, satu tempat gulenya) tiolo 70th

Hal serupa juga di ungkapkan informan lansia lainnya dalam kegitan mereka mencuci dan mandi di dalam Pondok

(76)

marsoban, dung marmasak, margotti ma ami tu kamar

mandi mamasu dohot maridi, adong, juo sebelum subuh ma

maridi ia dohot mamasu dongan na lain( kalau pagi

memasak lah kami disini, ada yang di kamarnya ada

kompor, ada juga yang masak di lura kamar pakai kayu

bakar, setelah memasak, bergantian lah kami mencuci sama

mandi, ada juga sebelum subuh sudah mandi sama nyuci

kawan yang lain ) Masdalena 66 th

Keseharian para Lansia di Pondok tidak ada terjadinya konflik sesama penghuni, soidaridas mereka sendiri tinggi karena berpondok niat awalnya untuk beribadah, berikut merupakn kutipan wawancara para lanisa

“ Jungada marun au pung, sanga tarderet-deret ma di

kamar, dongan ku ma dison manolong au, terus di paboa ma

tu parpondok rapa ma parpondok rap donganku maroban au

marubat dongan donganku ma pahias kamar ku, ( pernah

sakit aku nek, sampai bercecer kotoranku di kamar, kawanku

lah yang nolong aku, terus dikasih tau lah sama pengurus

pondok membawaku berobat, kawanku lah yang

mebersihkan kamarku)” Khairani khairani 77 th

Rasa kebersaan juga diungkapakan oleh lansia yang berada di pondok berikut kutipan wawancara dengan informan lansia

“ Ganop potang hari, adong mai dison markumpul ami

(77)

mamette magorib, adonng na marcarito sambil mambayon,

adong juo na mambaen partataan ( setiap sore, berkumpul

lah kami sambil bercerita-cerita dengan kawan yang lain di

depan kamar, sambil menunggu datangnya magrib, ada yang

bercerita sambil mengayam, ada juga bercerita sambil

membuat ketawa-ketawa)” masdalena 66 th

Di pondok pada saat petang berdasarkan hasil wawancara diatas, para lansia berkumpul di depan kamar sembari bercerita dan bercanda gurau sesama lansia lainnya, mereka melakukan hal ini untuk menghabiskan waktu dan berinteraksi sesama lansia lainyya sembari menunggu datangnya shlat magrib. Dan apabila shlat magrib sudah tiba maka mereka akan pergi ke musollah pondok untuk shlat magrib berjamaah, mengaji dan juga sampai selesai melaksanakan shlat isya. Dan akan kembali ke kamar masing-masing untuk berist

4.3.2 Strategi Bertahan Hidup Lansia Di Pondok Lansia Ma’arif Muslimin

Pada Prinsipnya Etika subsistensi merupakan sebuah teori yang dikemukaan James C. Scott mengenai prinsip “dahulukan selamat: ekonomi subsistensi” bahwa petani lebih mengutamakan menanam tanaman kebutuhan subsisten untuk dikonsumsi sendiri, keselamatan utama keluarganya daripada mereka memperoleh keuntungan, setiap musim bergulat dengan lapar dengan segala konsekuensi, mempunyai pandangan yang sedikit berbeda tentang pengambilan resiko keluarga petani yang harus hidup dengan lahan-lahan yang kecil di daerah yang terlalu padat penduduknya akan bekerja keras dan lama agar tetap bisa mempertahankan kebutuhan subsistensinya.

(78)

perspektif dimana petani yang tipikal memandang tuntutan yang tidak dapat dielakkan atau sumber daya yang dimilikinya dari pihak sesama dengan warga desa, tuan tanah, ataupun pejabat. Ini berarti bahwa kriteria petani tentang etika subsitensi adalah apa yang tersisa setelah tuntutan dari luar terpenuhi apakah yang tersisa ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya dan bukannya tingkatan tuntutan tuntutan itu sendiri

Etika subsistensi merupakan cara atau prinsip dahulukan selamat. Bahwa pada masyarakat petani mereka lebih mengutamakan menanam tanaman sesuai kebutuhan subsistensi untuk di konsumsi sendiri, keselamatan keluarganya lebih penting dari pada mereka memperoleh keuntungan. Setiap musim bergulat dengan lapar dengan segala konsekuensi, mempunyai pandangan berbeda dengan pengambilan resiko keluarga petani yang harus hidup dengan lahan-lahan yang kecil di daerah yang terlalu padat penduduknya akan bekerja keras dan akan lama agar dapat mempertahankan kebutuhan kebutuhan subsistensinya.

Strategi bertahan hidup di gunakan oleh Lansia untuk menghadapi berbagai permasalahan mereka khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar. Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Dalam konteks penelitian ini peneliti menggunakan teori etika subsistensi dari James Scott. Dalam teori tersebut, Scott membaginya menjadi tiga bagian, yang pertama adalah mengikat sabuk lebih kencang, alternatif subsistensi, dan pemanfaatan jaringan diluar lembaga keluarga, para Lansia dalam bertahan hidup juga menggunakan prinsip

(79)

Alternatif Subsistensi merupakan alternatif lain untuk memperoleh penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Alternatif etika subsistensi digolongkan menjadi kelompok swadaya , hal ini dapat mencakup kegiatan seperti bertani, berjualan, tukang urut. Ini merupakan cara yang dilakukan para Lansia dalam hal usaha-usaha untuk memenuhui subsistensinya.

Para lanjut usia yang berada didalam pondok juga menerapkan strategi alternative subsistensi dimana mereka harus melakukan tindakan dengan keadaan mereka yang sudah mengalami penurunan kondisik fisik dan biologis dan mereka harus bertindak demi keberlangsungan hidup para lanjut usia

Beberapa tindakan yang dilakukan para Lansia untuk mendaptkan biaya, selain beribadah para Lansia juga menghabiskan waktu di dalam pondok dengan melakukan kegitatan yang sifatnya dapat menghasilkan uang yang disesuaikan dengan kemampuan yang mereka miliki

“au mamatobang do au pung, angggo au dison mambayon

do karejo ku,mambaen hadangan, lage, gannani sirih, habis

sohlat duha mambayon ma au sampai tu dzuhur, naron

habis shlat u lanjutkon buse boti ma pung aso bisa targadis

au tu pasar sanga tu lopo di joloan aso adong epengku

manabusi dahanonku dison (saya sudah tua nek, kalau

disini mengayamlah kerjaku, buat tas, tikar,tempat sirih,

habis shlat duha menyalam lah aku sampai dzuhur, nanti

habis shlat ku lanjutkan lagi seperti itu lah nek biar bisa di

jual di pasar atau ke kedai di depan sana biar ada uangku

(80)

Oppung khairani melakukan kegitan mambayon atau mengayam , hasil dari bayonan tersebut berupa tikar dan tas dan bisa di jual ke kedai dan juga ke pasar setiap hari senin, Proses pembuatannya Setelah bahan baku yaitu pandan mentan diambil , pandan mentah ini kemudian di lulus di atas bara api agar lunak, kemudian diiris selebar 1 Cm dengan menggunakan Jingke atau pisau yang terbuat dari bambu. Selanjutnya, bagian pandan yang telah diiris, direndam selama 1 malam agar pandan menjadi lembut. Setelah itu baru dijemur selama 1 hari, setelah kering pandan akan berubah warna dari hijau menjadi putih, setelah kering barulah bisa digunakan sebagai pembuatan tas dan tikar , karena ketersediaan daun yang mulai susah di dapat maka bisa juga menggunakan bahan baku yakni rumput purun dan juga tali plastik. Berikut merupakan kutipan waancara dengan informan:

“ Anggo nadong pandan, duhut sira-sira ibaen, tali

palastik pe bisa ( kalau tidak ada daun pandan, rumput

purun di buat, dan tali pelastik pun bisa) ”Khairani 77th

Harga satuan hasil keterampilanhasil anyaman inipun berpariasi, berikut petikan wawancara dengan oppung khairani

“ So tarkarejoi au be pung bahat bahat na mambayon on,

kadang sada ma ia saminggu tarkarejoi au, anggo hargana

hadangan na menek Rp 15.000,-hadangan na godang Rp

25,000,- anggo ganani sirih Rp 7.000,- anggo bahan na u

buat di lombangan sian parikan sira-sira goarna .( tak

terkerjakan aku lagi banyak banyak yang mengayam ini,

kadang Cuma satu lah seminggu terkerjakan aku , kalau

harganya yang kecil Rp 15.000,-hadangan yang besar Rp

(81)

ambil dari parit sana rumput namanya purun)” Khairani

77th

Hal yang sama juga diuangkapkan oleh informan lainnya yakni khususnya cara mereka dalam melakukan alternative dalam mendapatkan biaya tambahan hidup, berikut kutipan wawancara dengan informan Lansia :

“ marsayur ma iba di tanggal lan, ima epeng tambahan iba

dison pung, sehat pamatang anggo markobun iba, adong

kami onom khlak na marsayur disi ( menananm sayur lah

aku di tanggal sana, itulah uang tambahan ku disini nek,

ada kami enam orang yang bersayur disitu )” Dinamirah

66 th.

Selain menyehatkan badan kegitan bertani sayuran juga sebagai alternative subsistensi atau cara dalam pemenuhan kebutuhan hidup yakni dengan kata lain sebagai cara-cara yang yang di lakukan Lansia selain beribadah di dalam Pondok , berikut petikan wawancara dengan informan Lansia :

“adongdo kirimanku sian anakku, tai na suman u lala I sajo

epeng ku dison botima, di lehen anakku tolu ratus ribu sa

bulan au pung, tambah tambahna markobun au pung di

lombangan, adong sasaotik di lehen masyarakat dison diau

manginjam, I pe harana parumaen niba tano, ima u suani

kacang, pisang,lasiak,silalat, terong, jaung Pokokna na bisa

di gadis ( adanya kirimanku dari anakku, tapi gak enak

kurasa itu saja uangku disini, dikasih anakku samaku tiga

ratus ribu sebulan sama ku nek, tambahannya berkebun aku

(82)

samaku meminjam, itulah kutanami pisang, cabai, daun ubi,

terong jagung )” Mariana 74 th

Dari wawancara Oppung Mariana jelas dia melakukan alternative subsistensi dengan cara berkebun di lahan milik warga yang bertempat tinggal di sekitar pondok, karena beliau tidak mendapatkan uang dari anak-anaknya maka ompung melakukan cara-cara untuk mendapatkan pemasukan uang selama berada di dalam pondok.

Berikut merupakan alsan para Lansia yang ada di Pondok terkait dengan pemilihan pekerjaan sebagai petani di usia yang sudah mulai turun kondisi fisiknya :

“ Markobun ma ia na malo au pung, harana oppak

mangolu pe opung mu alak lai marsaba rap markobun do

ami, makana markobun ma ia na manolong di iba pung (

berkebunlah yang pandai saya nek, karena waktu masih

hiduppun oppung laki-laki bertani sama berkebun nya

kami )” Mariana 74 th

Dari kutipan wawancara informan diatas bisa diketahui bahwa, para Lansia sudah memiliki ilmu dasar untuk bertani dan berkebun, atas dasar ilmu dan pengalaman yang Lansia punyai maka para Lansia yang masih sanggup untuk bekerja dan ingin mencari tambahan biaya hidup di dalam Pondok Para Lansia ini melakukan kegiatan seperti berkebun sayur. Berikut kutipan wawancara dengan informan lainnya tentang pengalaman pertanian yang mereka ketahui :

“ Sikolah niba ape SD do, anggo orang tua najolo halak na

susah, jadi mulai menek ma disuruh iba pung manolongi

amang dohot inang tu saba, mulai sen I ma bahat na iba

(83)

najolo nara bujing-bujing manolongi orang tua na tu

sabah halak na losok dei, turun dei mahar boru ( sekolah

saya pun cuma sampai SD, kalau orang tua dulu orang

yang susah , jadi mulai kecil disuruh untuk menolong ayah

sama ibu ke sawah, jadi mulai dari situlah banyak yang

bisa diketahui tentang berkebun sama bertani, kalau dulu

tidak mau anak gadis menolong orang tuanya ke sawah

dibilang lah itu orang yang malas, turun lah itu mahar si

anak gadis)”Dinamirah 60 th

Selain dari berkebun di lahan milik warga ada juga Lansia yang melakukan kegitan alternative untuk mencari penghasilan, berikut petikan wawancara dengan informan :

“Aadong deba masyrakat I mamio au giot mararut, arut

loja sajo do, ima karejo ku selama dison, pala di pio halai

non di lehen ma di iba dua puluh ribu epeng tarimo kasih (

ada masyrakat itu yang manggil aku mau berkusuk, hanya

kusuk pegal pegal saja, itulah kerjaan ku disini, kalau di

panggil nanti di kasih samaku dua puluh ribu uangterima

kasih )” Hadi Harahap 85th

Oppung Hadi melakukan Alternative suubsistensi dengan cara melakukan pijat apabila ada warga yang memanggilnya, berikut adalah petikan wawancara dengan oppung hadi mengenai cara alternative beliau :

(84)

maroban becak au, mata ape ma rambon-rambon, tenaga

pe ma hurang, jadi adong parbinotoan mararut sen orang

tua, ima di amalkon anggo adong na mambutuhkon ( dulu

bawak becak lah aku nek, dari terang sampai gelap

harinya, tapi kalau sekarang tidak mungkin lagi baak

becak aku, mata pun sudah minus, tenaga pun sudah

kurang, jadi ada ilmu mengkusuk yang di kasih sama

orang tua saya, itulah yang bisa di amalkan kalau ada

orang yang membutuhkan )”. Hadi Harahap 85 th

` Dari ungkapan petikan wawancara diatas bahwa Informan Lansia melakukan alternative sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dan juga sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki untuk melakukan cara cara yang sesuai agar tetap mendapatkan tambahan penghasilan selama di dalam pondok. Keadaan ekonomi membuat para lansia harus melakukan cara untuk mempertahankan hidupnya khususnya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bagi Lansia yang potensial cara yang mereka lakukan untuk mempertahankan hidupnya yakni dengan bekerja seperti berkebun sayur ,mengayam, dan sebagai tukang urut.

4.3.2.2Strategi mengikat sabuk lebih kencang yang dilakukan Lansia

Konsep mengikat sabuk lebih kencang memiliki pengertian melakukan penghematan terhadap kebutuhan pokok dan lebih mengatur pengeluaran mereka dengan penghasilan yang mereka peroleh. James Scott mengemukakan bahwa pertama dengan mengikat sabuk lebih kencang dengan jalan hanya makan sekali sehari dan beralih kepada makanan yang mutunya lebih rendah.

(85)

“Mamatobang au pung, na bolas be anggo giot karejo

borat, tarbasu au sajo baju ku ma sukur, anakku do

mamikirkon epeng ku dison, selama di son manghemat ma

au, utabusi naron sayur donganku dison terus manabusi

tempe au rap udang dopdop sasaotik biar terasa tu lopo di

joloan ( sudah tua saya nek, tidak sanggup lagi kerja berat,

tercuki ku baju ku sendiri sudah syukur, ankku lah yang

memikirkan uangku selama disini, ku beli nanti sayur disni

ku beli tempe sama udang kecepek biar terasa di kedai

depan sana )” Tiolo 70 th

Beikut kutipan wawancara dengan Lansia yang melakukan penghematan dengan makan hanya satu kali dalam sehari :

“ Mangan pe pung kadang kadang sanoli sadari, inda tabo

be, anggo madung songoni dalan puasa ma I baen so

marpahalo( makan pun nek satu kali lah dalam sehari, tidak

enak lagi makan, kalau sudah seperti itu puasa lah di bikin

biar dapat pahala)” Tiolo 70th

Informan diatas mengungkapkan cara penghematan yang dilakukan dengan jalan makan hanya satu kali dalam sehari, selain melakukan penghematan cara ini juga dikarenakan berkurangnya nafsu makan karena faktor umur, dan informan diatas menyikapi keadaan ini dengancara berpuasa, selain hemat juga mendapatkan pahala.

Adapun wawancara dengan informan Lansia yang melakukan penghemtan adalah sebagai berikut :

“ U suani di jolo kamar kon adong sasaotik sayur, u baen

Gambar

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 5
Gambar 7
+7

Referensi

Dokumen terkait