• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Bertahan Hidup Lansia di Pondok Lanjut usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Bertahan Hidup Lansia di Pondok Lanjut usia Ma’arif Muslimin Kota Padangsidimpuan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Teori Etika Subsistensi

Etika subsistensi merupakan sebuah teori yang dikemukaan James C. Scott

mengenai prinsip “dahulukan selamat: ekonomi subsistensi” bahwa petani lebih

mengutamakan menanam tanaman kebutuhan subsisten untuk dikonsumsi sendiri,

keselamatan utama keluarganya daripada mereka memperoleh keuntungan, setiap musim

bergulat dengan lapar dengan segala konsekuensi, mempunyai pandangan yang sedikit

berbeda tentang pengambilan resiko keluarga petani yang harus hidup dengan

lahan-lahan yang kecil di daerah yang terlalu padat penduduknya akan bekerja keras dan lama

agar tetap bisa mempertahankan kebutuhan subsistensinya.

Menurut Scott dalam Damsar (2009:229) strategi bertahan hidup dalam

masyarakat petani memperhatikan etika subsistensi, etika subsistensi merupakan

perspektif dimana petani yang tipikal memandang tuntutan yang tidak dapat dielakkan

atau sumber daya yang dimilikinya dari pihak sesama dengan warga desa, tuan tanah,

ataupun pejabat. Ini berarti bahwa kriteria petani tentang etika subsitensi adalah apa yang

tersisa setelah tuntutan dari luar terpenuhi apakah yang tersisa ini cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup pokoknya dan bukannya tingkatan tuntutan tuntutan itu sendiri.

Etika subsistensi merupakan cara atau prinsip dahulukan selamat. Bahwa pada

masyarakat petani mereka lebih mengutamakan menanam tanaman sesuai kebutuhan

subsistensi untuk di konsumsi sendiri, keselamatan keluarganya lebih penting dari pada

(2)

konsekuensi, mempunyai pandangan berbeda dengan pengambilan resiko keluarga petani

yang harus hidup dengan lahan-lahan yang kecil di daerah yang terlalu padat

penduduknya akan bekerja keras dan akan lama agar dapat mempertahankan kebutuhan

kebutuhan subsistensinya.

Misalnya pada penelitian Ernita dan Martinus dalam jurnal Strategi Bertahan

Hidup Janda Lansia 2014 , bahwa pada janda Lansia dalam bertahan hidup juga

menggunakan cara dahulukan selamat. Meskipun para janda Lansia tidak pada konteks

petani. Hal ini para janda Lansia juga memiliki cara atau strategi untuk bertahan hidup

misalnya dengan berdagang dan berjualan walaupun di usia tua (60 tahun) dan

mengalami suatu keterbatasan. Berbagai motif di balik tindakan sosial yang di pilih oleh

janda Lansia merupakan sebuah cara yang di lakukan mereka untuk mempertahan kan

hidupnya dengan prinsip dahulukan selamat tanpa harus bergantung pada anak dan

keluarga.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa janda Lansia menggunakantiga cara

untuk mempertahankan hidupnya. Sesuai dengan di kemukakan oleh James Scoot (

pertama) para janda Lansia dapat mengikat sabuk lebih kencang, dengan makan hanya

sehari sekali dan beralih kepada makanan yang mutunya lebih rendah. Kedua para janda

Lansia melakukan alternative subsistensi untuk dapat bertahan hidup yaitu dengan cara

swadaya yang mencakup kegiatan seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang,

sebagai buruh lepas. Ketiga relasi jaringan, para janda Lansia menggunakan relasi atau

(3)

Strategi bertahan hidup di gunakan oleh Lansia untuk menghadapi berbagai

permasalahan mereka khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar. Setiap orang

memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama

agar dapat hidup sejahtera. Dalam konteks penelitian ini peneliti menggunakan teori

etika subsistensi dari James Scott. Dalam teori tersebut, James Scott membaginya

menjadi tiga bagian, yang pertama adalah mengikat sabuk lebih kencang, alternatif

subsistensi, dan pemanfaatan jaringan diluar lembaga keluarga, para Lansia dalam

bertahan hidup juga menggunakan prinsip dahulukan selamat yakni dengan strategi

sebebagai berikut:

1. Strategi alternative subsistensi

Alternative subsistensi merupakan melakukan alternative lain untuk

memperoleh penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Alternative

etika subsistensi digolongkan menjadi kelompok swadaya , hal ini dapat mencakup

kegiatan seperti berjualan, tukang, bermigrasi. Ini merupakan cara yang dilakukan para

Lansia dalam hal usaha-usaha untuk memenuhui subsistensinya.

2. Strategi mengikat sabuk lebih kencang

Konsep mengikat sabuk lebih kencang memiliki pengertian melakukan

penghematan terhadap kebutuhan pokok dan lebih mengatur pengeluaran mereka

dengan penghasilan yang mereka peroleh. James Scott mengemukakan bahwa

pertama dengan mengikat sabuk lebih kencang dengan jalan hanya makan sekali

(4)

3. Stategi jaringan/ relasi

Jaringan sosial merupakan suatu konsep dengan berinteraksi dengan orang

lain dan berhubungan erat serta harmonis dengan orang lain seperti tetangga, kerabat

kerja, dan keluarga. Jaringan sosial ini dibangun untuk mempererat hubungan

persaudaraan antara satu individu/kelompok dengan individu ataupun kelompok yang

lain. Menurut James Scott Terdapat banyak sekali jaringan dan lembaga diluar

lingkungan keluarga yang dapat berfungsi sebagai peredam kejutan selama krisis-krisis

ekonomi, sanak saudara biasanya merasa berkewajiban untuk berbuat apa yang dapat di

perbuat untuk menolong seorang kerabat dekat yang sedang dalam kesulitan, akan tetapi

mereka tidak dapat menawarkan lebih dari sumber daya yang dapat mereka himpun di

kalangan mereka sendiri (James C. Scoot 1981:41)

2.2 Pemberdayaan Lansia

Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment”, yang mempunyai

makna dasar ‘pemberdayaan’, di mana ‘daya’ bermakna kekuatan (power). Menurut

papilaya dalam zubaedi (2013: 24) pemberdayaan adalah upaya untuk membangun

kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, untuk mengembangkan

potensi itu menjadi tindakan yang nyata.

Dengan demikian pemberdayaan merupakan usaha untuk memberi daya atau

kekuatan agar lansia memiliki kemandirian terutama dalam aspek dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari. Menurut Ife jim dalam Zubaedi (2013: 28 ) dalam upaya

(5)

membangun atau mengubah struktur dan lembaga yang bisa memberikan akses yang

sama terhadap sumber daya, pelayanan dan kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan

masyrakat. kedua, pemberdayaan melalui aksi-aksi sosial atau politik yang dilakukan

perjuangan politik dan gerakan dalam rangka membangun kekuasaan yang efektif.

Ketiga, pemberdayaan melalui pendidikan dan penumbuhan kesadaranyang dilakukan

dengan proses pendidikan dalam berbagai aspek yang cukup luas dengan upaya yang

dilakukan dalam rangka membekali pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat lapis

bawah dan meningkatkan kekuatan mereka.

Pemberdayaan merupakan suatu upaya yang harus diikuti dengan tetap

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. dalam rangka itu

pula diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain dari menciptakan iklim dan

suasana. perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan

berbagai masukan (input) serta membuka akses kepada berbagai peluang (upportunities)

yang nantinya dapat membuat masyarakat menjadi semakin berdaya.

Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup Lansia, perlu upaya

pemberdayaan guna menunjang derajat kesehatan dan peningkatan mutu kehidupan

Lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

Pemberdayaan Lansia Pasal 1 Bab I Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yang

menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan

fisik, mental spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para Lansia siap

(6)

Pelatihan keterampilan yang di laksankan khususnya oleh pihak pondok Lansia

dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan para Lansia. Karena pada

pelatihan tersebut tidak diwajibkan pada semua Lansia hanya kepada Lansia yang mampu

saja dan yang berkeinginan untuk menunjang potensinya tersebut. Idealnya Lansia

mengambil pelatihan yang sesuai dengan kemahiran mereka dan kemampuan mereka

sehingga mereka dapat menjalankan hasil dari pelatihan yang di lakukan dan juga mereka

juga bisa mendapatkan penghasilan dari pelatihan tersebut , sehingga Lansia lebih

mandiri dan juga mempunyai aktifitas sampingan selain ibadah dan tidak merasa terpaksa

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku “R” yang suka berkata kasar kepada orang lain, “T” yang menjadi pribadi yang pendiam dan penakut, dan sikap “W” yang suka berkata kasar dan membuat kegaduhan

Pemerintah Provinsi tentu memiliki kriteria untuk memilih kota ataupun daerah yang ada di Bali yang memiliki kelebihan dan mampu mengatasi segala permasalahan yang dihadapi

SEKRETARIAT DAERAH

Pejabat Pembuat Komitmen adalah seorang PNS yang ditunjuk untuk atas nama kuasa penguna anggaran/kuasa pengguna barang, dalam pengelolaan administrasi keuangan dan

(1) Instansi pemerintah atau lembaga pendidikan yang mengusulkan izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 atau pendidik asing atau lembaga kependidikan asing wajib

[r]

Geisha pasti semua orang kenal dengan sebutan itu bahkan di Indonesia ada grup band yang mengambil dari nama tersebut, Geisha merupakan sekelompok bahkan individu

Diantara tujuan CRM yang lain adalah : (1) Mengetahui kebutuhan pelanggan pada masa yang akan datang; (2) Membantu perusahaan dalam meningkatkan pelayanan yang lebih baik