• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN

USAHA KECAP CV MAJA MENJANGAN

DI KABUPATEN MAJALENGKA

HASTRIRATNA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis

Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten

Majalengka adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Hastriratna NIM H34114037

(4)
(5)

ABSTRAK

HASTRIRATNA. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA

Terdapat beberapa merek kecap yang menguasai pasar nasional, namun banyak juga terdapat perusahaan kecap berskala kecil yang menguasai daerah tertentu di seluruh Indonesia. CV Kecap Maja Menjangan (MM) merupakan salah satu perusahaan yang turut meramaikan industri kecap skala kecil di Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan pengembangan kecap yang akan dilakukan CV MM di Majalengka. Lokasi penelitian dilakukan di CV MM, kabupaten Majalengka. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial dan lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi dan analisis switching value. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan usaha kecap CV MM baik dalam kondisi sebelum maupun sesudah pengembangan layak untuk dijalankan.

Kata kunci: kelayakan, kecap, CV Maja Menjangan

ABSTRACT

HASTRIRATNA. Development feasibility analysis of soy sauce business belonging to CV Maja Menjangan in the Majalengka Sub-District. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

There are several brands of soy sauce market that dominate the national market however there are also many local-scale soy sauce company that control of certain areas in Indonesia. CV Maja Menjangan is one of the companies that helped to enliven the small-scale soy sauce industry in West Java. The purpose of this research is to analyze the development feasibility that are going to be performed of CV MM. The research was conducted at the CV MM in the Majalengka Sub-District. Data analysis method which is used on this research is qualitative and quantitative method. Qualitative analysis is used to analyze feasibility based on non-financial aspect such as market aspect, technical aspect, management and law aspect, and also social and environmental aspect. Quantitative analysis is used to analyze feasibility of financial aspect based on investment criteria and switching value analysis. The result of this feasibility analysis shows that soy sauce business in the pre and post development condition in CV MM is feasible to run.

(6)
(7)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

KECAP PADA CV MAJA MENJANGAN

DI KABUPATEN MAJALENGKA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka

Nama : Hastriratna

NIM : H34114037

Disetujui oleh

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa

ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua, kakak adik tersayang, serta sahabat yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak saran, keluarga besar CV Maja Menjangan yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Pengolahan Kecap 7

Aspek Non Finansial 8

Aspek Finansial 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Kerangka Pemikiran Operasional 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Pengolahan dan Analisis Data 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Aspek Non Finansial 24

Aspek Finansial 32

SIMPULAN DAN SARAN 42

Simpulan 42

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 43

(14)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah produksi komoditi subsektor tanaman pangan (ton) tahun 2009-2012 1

2 Nilai konsumsi jenis bumbu-bumbuan tahun 2008-2012 2

3 Jumlah UMKM dan produksi kecap di Kabupaten Majalengka 4

4 Penawaran dan permintaan kecap CV MMa 25

5 Upah pekerja CV MMa 28

6 Biaya investasi yang digunakan dalam perhitungan 34

7 Hasil kelayakan investasi CV MM sebelum pengembangan 35

8 Analisis switching value CV MM sebelum pengembangan 36

9 Biaya investasi yang digunakan dalam perhitungan 39

10 Hasil kelayakan investasi CV MM setelah pengembangan 40

11 Analisis switching value CV MM setelah pengembangan 41

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 17

2 Tata letak CV MM 28

3 Struktur organisasi CV MM 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi penelitian 45

2 Cashflow CV MM sebelum pengembangan 47

3 Laba rugi CV MM sebelum pengembangan 49

4 Switching value kenaikan harga gula aren sebelum pengembangan 49

5 Switching value CV MM penurunan produksi sebelum pengembangan 51

6 Cashflow CV MM setelah pengembangan 53

7 Laba rugi CV MM setelah pengembangan 56

8 Switching value kenaikan harga gula aren CV MM setelah pengembangan 56

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri pangan merupakan salah satu industri yang memberikan kontribusi atau sumbangan ke dalam PDB di Indonesia. Industri pangan masuk dalam kategori Perdagangan, Hotel dan Restoran. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), tiga sektor utama pembentukan PDB pada tahun 2008 sampai 2012 adalah Sektor Pertanian; Industri Pengolahan; dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Ke-3 sektor tersebut mempunyai peran lebih dari separuh dari total perekonomian yaitu sebesar 56,3% pada tahun 2008, 55,0% pada tahun 2009, 53,8% pada tahun 2010, 52,8% pada tahun 2011 serta 52,3% pada tahun 2012. Subsektor yang menghasilkan kebutuhan masyarakat Indonesia akan pangan adalah subsektor tanaman pangan. Subsektor ini menghasilkan beberapa komoditi seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1. Komoditi tersebut dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah produksi komoditi subsektor tanaman pangan (ton) tahun 2009-2012

Tabel 1 memperlihatkan jumlah produksi dari komoditi yang termasuk ke dalam subsektor tanaman pangan. Salah satu tanaman yang termasuk tanaman pangan adalah kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi beberapa produk turunan, seperti tahu, tempe, kecap, dan susu. Kedelai merupakan salah satu pangan strategis bagi bangsa Indonesia yang merupakan sumber gizi protein nabati utama. Kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 240 000 ton setiap tahunnya. Sampai saat ini produksi kedelai lokal hanya mampu memenuhi 20% sampai dengan 30% kebutuhan kedelai nasional, sehingga pemerintah masih harus mengimpor kedelai

dari beberapa negara penghasil kedelai dunia seperti United State of America,

Brazil, Argentina, China, India dan Paraguay. Dengan demikian Indonesia masih menggantungkan 70% - 80% kebutuhan kedelai pada impor dari negara lain.

Saat ini sebagian besar kedelai yang dikonsumsi masyarakat telah melalui proses pengolahan. Pengolahan kedelai dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan melalui fermentasi kedelai salah satunya akan menghasilkan kecap. Industri kecap merupakan salah

(16)

terlihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan berskala kecil, sedang, maupun besar yang memproduksi kecap. Terdapat beberapa merek kecap yang menguasai pasar nasional, namun banyak juga terdapat perusahaan berskala lokal (Usaha Kecil Menengah) yang menguasai daerah tertentu yang tersebar di seluruh Indonesia. Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak di berbagai kegiatan ekonomi, merupakan sektor penting dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh bangsa yakni pengangguran dan kemiskinan. Peran UKM yang saat ini tersebar di seluruh Indonesia, tidak saja diharapkan mampu meningkatkan lapangan kerja, dan mengatasi masalah pengangguran, tetapi sekaligus juga dapat mendorong peningkatan pembangunan daerah.

Pada awalnya, industri kecap di Indonesia bermula dari industri rumah tangga, yang biasanya memiliki skala produksi yang terbatas. Pada Tabel 2 menunjukkan nilai konsumsi kecap sebagai salah satu bumbu pelengkap mulai dari tahun 2008-2012. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, diketahui bahwa pada tahun 2008 nilai konsumsi kecap merupakan yang tertinggi diantara bumbu lainnya. Penurunan konsumsi kecap terjadi pada tahun 2009 dan 2010 namun konsumsi kecap kembali meningkat pada tahun selanjutnya. Hal ini dapat dilihat di Tabel 2.

Tabel 2Nilai konsumsi jenis bumbu-bumbuan tahun 2008-2012

Jenis Bumbu-Bumbuan Tahun Dicky Saelan, Manajer Pemasaran PT Unilever Indonesia (produsen Kecap Bango), dikatakan bahwa pertumbuhan bisnis kecap luar biasa. Setiap tahunnya, secara nasional terjadi peningkatan sebesar 10% sampai dengan 20%. Saat ini konsumsi kecap per tahun mencapai sekitar 130 juta liter

dengan market size Rp 3 triliun. Menurut Burhan, Manajer Pemasaran Sari

Sedap Indonesia, populasi penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa membuat bisnis kecap di Indonesia cukup menggiurkan. Kecap dipilih karena produk ini merupakan bahan yang dibutuhkan oleh hampir setiap rumah tangga.

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten

di Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan citra rasa kecap yang sangat

khas2. Di Majalengka terdapat banyak UKM Kecap yang terkenal. Kecap

Majalengka dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat terutama

masyarakat perkotaan di Majalengka hal ini karena kecap Majalengka

1Kristanti,”Makin Gurih Kecapnya Makin Legit Labanya”, Kompas. 23 September 2013 2Hartana,”Menembus Kota Angin Majalengka”,Kompas, diakses dari

(17)

memiliki citra rasa tersendiri. Kualitas produksi kecap di Majalengka dapat dikatakan cukup baik, terbukti dengan keberadaan produk yang telah mampu menembus pasar lokal, regional dan nasional. Sebagai produk yang mempunyai citra rasa tersendiri, kecap Majalengka dapat menjadikan daya tarik bagi para konsumen yang melintas ke Kabupaten Majalengka ataupun pengunjung wisata untuk membeli kecap khas Majalengka.

CV Kecap Maja Menjangan (MM) merupakan salah satu perusahaan yang turut meramaikan industri kecap skala kecil di Jawa Barat. CV MM berdiri sejak tahun 1940 dan merupakan perusahaan kecap tertua di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Kecap MM merupakan kecap yang dibuat melalui proses fermentasi kedelai hitam yang dilakukan secara tradisional. Produk yang dihasilkan hanya satu varian rasa dengan tiga ukuran kemasan yang berbeda. Perusahaan ini mengalami masa kejayaan pada era tahun 1980-an sampai dengan awal dekade 1990-an dan saat itu merupakan market leader untuk kecap lokal Kabupaten Majalengka. Kecap Maja Menjangan ini merupakan salah satu merek yang cukup melegenda di

Majalengka karena proses pembuatannya yang dilakukan secara tradisional3.

Saat ini perusahaan harus berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan kecap besar berskala nasional maupun perusahaan-perusahaan lokal di Majalengka. Di tataran lokal Majalengka saja, saat ini terdapat sekitar 35 perusahaan kecap. Jumlah UMKM di industri kecap terdapat pada Tabel 3. Belum lagi persaingan dengan perusahaan kecap nasional, dimana persaingan dalam industri kecap saat ini sangat kompetitif dengan hadirnya perusahaan-perusahaan besar. Ada banyak merek kecap di Indonesia dengan pemain besar seperti kecap Bango (Unilever), kecap ABC (Heinz ABC), kecap Nasional (Sari Sedap Indonesia), kecap Indofood (Indofood), kecap Sedap (Wings Food). Perubahan iklim persaingan tersebut memberikan dampak kepada kelangsungan perusahaan Kecap Maja Menjangan. Menurut data potensi industri kecap Disperindag Kabupaten Majalengka tahun 2007, kecap Maja Menjangan menduduki peringkat keempat, dimana peringkat pertama diduduki oleh Kecap H. Santana, peringkat kedua Kecap Sari Dele dan peringkat ketiga Kecap Ayam Jago (Muliasih, 2010).

Kendati CV MM sudah memiliki konsumen yang tetap sebagai mitranya, akan tetapi ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh mitra seperti kesepakatan besama itu menjadi tolak ukur CV MM sendiri untuk menjalankan keberlangsungan usahanya dengan mitra tersebut. Seiring bertambahnya jumlah permintaan kecap dari pihak mitra ke CV MM juga menyebabkan perlu adanya pengembangan pada usaha kecap tersebut demi tercapainya target yang sudah ditentukan oleh kesepakatan bersama antara kedua belah pihak.

Studi kelayakan sangat diperlukan oleh CV MM. khususnya terutama bagi para investor selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat

3 Wardani,”Kecap Legendaris dari Majalengka”,Tribunnew

(18)

keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dan lain-lain. Pentingnya dilakukan analisis kelayakan dalam penelitian di CV MM ini untuk mengetahui apakah setelah melakukan pengembangan perusahaan tetap berada dalam kondisi layak atau tidak.

Tabel 3 Jumlah UMKM dan produksi kecap di Kabupaten Majalengka

(19)

Perumusan Masalah

Kecap merupakan salah satu produk olahan kedelai yang sejak lama akrab di lidah masyarakat nusantara. Sebagian dari masyarakat telah menganggap kecap sebagai bumbu pelengkap yang tak bisa dipisahkan dari setiap sajian yang dimasak setiap hari. Majalengka merupakan daerah yang yang terkenal akan produksi kecapnya di provinsi Jawa Barat. Salah satu kecap Majalengka yang dikenal oleh masyarakat adalah kecap yang dihasilkan oleh CV MM, yaitu kecap dengan merek dagang Maja Menjangan. CV MM merupakan kebanggaan daerah Majalengka karena merupakan perusahaan kecap tertua karena pertama kali berdiri di daerah tersebut.

Usaha ini telah berdiri sejak tahun 1940 dan saat ini dikelola oleh generasi kedua. Usaha ini dikenal dengan kecapnya yang memiliki cita rasa yang unik, proses produksi melalui fermentasi alami dan diolah secara tradisional. Produk yang dihasilkan oleh CV MM hanya 1 varian rasa dengan 3 ukuran kemasan yang berbeda. Kecap legendaries ini diminati oleh konsumen yang tidak hanya berasal dari Kabupaten Majalengka tetapi juga dari beberapa daerah seperti Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bandung, Bogor, dan Jakarta.

Saat ini produksi kecap per bulan sebanyak 12 152 botol yang terdiri dari 5 000 botol kecap ukuran 140 ml, 5 091 botol ukuran 275 ml dan 1 061 botol ukuran 575 ml dan permintaan kecap yang ada dan belum dipenuhi sebanyak 15 081 botol yang terdiri dari 7 500 botol kecap ukuran 140 ml, 6 364 botol ukuran 275 ml dan 608 botol ukuran 575 ml. Terjadi gap karena CV MM tidak mengoptimalkan jam kerja yang seharusnya dimulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore. Pekerja CV MM hanya bekerja hingga pukul 1 siang. Melihat kondisi permintaan yang ada pada saat ini sangat disayangkan jika tidak dilakukan penambahan produksi. CV MM berencana mengembangkan usaha dan menambah kapasitas produksi. Dengan mengoptimalkan jam kerja yang ada maka produksi akan bertambah menjadi 14 472, sehingga CV MM dapat memenuhi seluruh permintaan dari konsumennya. Selain mengoptimalkan jam kerja yang ada, perusahaan juga ingin melakukan pengembangan terhadap bentuk produk kecapnya. Pengembangan yang akan dilakukan perusahaan ialah dengan membuat

kecap dengan menggunakan kemasan pouch ukuran 220 ml. Kemasan

pouch ini merupakan salah satu bentuk strategi pengembangan yang akan dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk inovasi yang berbeda dari industri kecap rumahan yang ada di sekitarnya. Ukuran 220 ml ditentukan oleh pihak CV MM dengan melakukan pendekatan terhadap salah satu merek kecap nasional yang biasanya laris penjualannya dalam menjual produk kecapnya di ukuran tersebut.

Dalam mewujudkan rencana pengembangan yang akan dilakukan maka diperlukan tambahan investasi baru berupa mesin pengemas untuk

kecap ukuran pouch yang nilainya tidak sedikit. Berdasarkan pemikiran

(20)

pouch yang disertai peningkatan kapasitas produksi Sebelum rencana bisnis ini direalisasikan diperlukan studi kelayakan terhadap pengembangan yang akan dilakukan sehingga diperoleh rencana tepat dan tujuan perusahaan dapat tercapai.

Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha yaitu yang pertama jika dia merupakan suatu usaha baru dan yang kedua apabila terdapat investasi baru pada usaha tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka CV MM termasuk dalam kategori yang kedua yaitu akan melakukan penambahan alat investasi baru berupa . Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak industri diketahui bahwa belum pernah ada yang melakukan analisis kelayakan pengembangan usaha kecap di perusahaan ini, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha ini untuk mengetahui apakah rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh CV ini layak atau tidak untuk dijalankan mengingat kondisi persaingan saat ini. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan pengusahaan kecap CV Maja Menjangan dilihat

dari aspek non finansial?

2. Bagaimana kelayakan aspek finansial pengusahaan kecap CV Maja

Menjangan baik sebelum maupun setelah pengembangan?

3. Bagaimana switching value kelayakan pengusahaan kecap CV Maja

Menjangan jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan harga bahan baku, baik sebelum maupun setelah pengembangan?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menganalisa kelayakan usaha kecap dilihat dari aspek non finansial. 2. Menganalisa kelayakan aspek finansial usaha kecap baik sebelum

maupun setelah pengembangan.

3. Menganalisa switching value kelayakan usaha kecap jika terjadi

penurunan produksi dan peningkatan harga bahan baku.

Manfaat Penelitian

(21)

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan ini antara lain:

1. Komoditas yang akan dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah kecap

yang diusahakan CV MM.

2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara

dan diskusi langsung dengan pihak CV MM dan data sekunder berupa hasil studi literatur beberapa buku, skripsi, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan materi penelitian serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Majalengka.

3. Lingkup kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis studi

kelayakan pengembangan usaha pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek finansial.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Kecap

Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain (gula, garam, dan bumbu) untuk meningkatkan cita rasa masakan. Jenis kedelai yang umum digunakan dalam pembuatan kecap adalah kedelai hitam dan kedelai kuning. Tidak ada perbedaan komposisi diantara keduanya dan perbedaan jenis kedelai tersebut tidak berpengaruh terhadap efektivitas fermentasi. Menurut Utomo dan Nikkuni (2000), dalam proses pembuatan kecap terdapat dua cara

fermentasi. Pertama, fermentasi dengan menggunakan Aspergillus pada

suhu 20-30oC selama tiga sampai tujuh hari. Hasil kedelai yang terbentuk dari proses fermentasi tersebut dicampur dengan 20-30% larutan garam untuk dibawa ke fermentasi cara kedua yaitu dengan larutan garam di bawah

20 persen pada suhu 25-30oC selama 14-120 hari. Kemudian bubur yang

telah difermentasi disaring.

Berdasarkan penelitian Yudhana (2013), prinsip dasar pembuatan

kecap adalah fermentasi kedelai dengan kapang Aspergillus oryzae dan

Aspergillus sojae. Kedelai direbus utuh, atau digiling terlebih dahulu, didinginkan, baru kemudian difermentasi, Prinsip fermentasi kedelai ini sama dengan pada pembuatan tempe, hanya bedanya biji kedelai untuk kecap tidak dibuat menyatu satu dengan lainnya. Hingga hasil fermentasinya tetap berupa biji yang satu sama lain terpisah. Fermentasi kedelai pada pembuatan kecap, sama dengan pada pembuatan tauco. Bedanya, tauco menggunakan kedelai kuning. Setelah terfermentasi, kedelai bahan kecap dijemur sampai kering.

(22)

skala lokal. Proses pembuatannya ada yang menggunakan tungku dan ada yang menggunakan peralatan memasak biasa. Kecap yang diproses secara modern seperti yang dilakukan oleh industri kecap skala nasional diolah menggunakan pengembangan inovasi teknologi proses fermentasi kecap (Sardjono, 2014). Tepatnya, dengan melakukan penelitian komprehensif tentang perbaikan proses dan peningkatan efisiensi proses fermentasi kecap dengan bahan baku lokal, yakni kedelai hitam. Salah satu faktor penghambat

pabrik kecap dalam meningkatkan produksi adalah fermentasimoromi atau

fermentasi dalam larutan garam. Penyebabnya ialah tahapan fermentasi memakan waktu lama, berkisar antara lima sampai dengan enam bulan.

Dari inovasi yang dikembangkan oleh Sardjono (2014), proses fermentasi dapat diperpendek menjadi 3,5 bulan dengan kualitas yang sama dengan fermentasi sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Sardjono dimulai dengan isolasi mikroflora dari proses fermentasi kecap, melakukan seleksi

beberapastrainmikroba yang memiliki potensi besar untuk fermentasi.

Langkah berikutnya ialah melakukan formulasistarterdan merancang

proses produksistarter, termasuk unit produksinya.

Penelitian berikutnya ialah pengembangan dan perbaikan proses

fermentasi oleh jamur atau fermentasikoji. Fermentasikojimerupakan

tahapan proses yang sangat penting untuk menentukan kualitas hasil fermentasi. Dalam pengembangan yang dilakukan Sardjono (2014),

fermentasikojiyang semula tidak dikendalikan dengan baik diubah dengan

merancang proses yang dapat dikendalikan dengan baik, yakni dengan pengendalian RH ruang fermentasi, suhu, aerasi (oksigen), pengeluaran

CO2, cara pengadukan bahan, dan sistem pengendalian otomatis. Alat

tersebut dapat terwujud berkat diskusi intensif dengan

divisi engineeringpabrik (dalam hal ini PT Unilever Indonesia Tbk.) dan pabrik pembuat alat-alat industri pangan. Dari rancangan pertama bioreaktor telah dilakukan evaluasi dan revisi. Saat ini telah terpasang beberapa unit bioreaktor untuk fermentasikoji dengan kapasitas sebuah bioreaktor sekali fermentasi ekuivalen dengan empat ton kedelai.

Aspek Non Finansial

(23)

Penelitian berikutnya oleh Indah (2010) di PT Panafil Essential Oil di Bandung. Berdasarkan hasil analisis penelitian dari aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek pasar yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara permintaan minyak nilam terus meningkat dan suplainya yang menurun sehingga hal tersebut menjadi peluang usaha ini. Untuk aspek teknis didukung oleh kesesuaian kondisi iklim dan tanah di desa Ciburuy dengan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja dan skala operasi. Daya dukung aspek manajemen dapat dilihat dengan adanya rencana kerja budidaya dan penentapan sistem pola tanaman yang akan memperlancar persediaan bahan baku nilam. Sementara dari aspek sosial daya dukungnya dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara langsung dan tidak langsung oleh masyarakat di antaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.

Aspek Finansial

Menurut penelitian Novianti (2011) tentang kelayakan usaha peningkatan kapasitas produksi pakan konsentrat sapi perah di CV Cisarua Integrated Farming, Desa Cibereum, kecamatan Cisarua Bogor mengkaji kelayakan finansial di CV ini berdasarkan kelayakan investasi yaitu NPV,

IRR, Net B/C Ratio, Payback Period dan analisis sensitivitas. Hasil

penelitian dari aspek finansial ini menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan nilai NPV Rp 455 809 870, Net B/C sebesar 3,33,

IRR sebesar 50% dan payback periode sebesar 4,1. Hasil analisis

sensitivitas dengan menggunakan dua variabel parameter yaitu hasil wawancara dan yang mungkin akan terjadi ialah harga dedak padi mengalami kenaikan 8 persen. Berdasarkan analisis sensitivitas tersebut perubahan peningkatan harga bahan baku dedak pasi sebesar 10 persen lebih sensitive dibandingkan perubahan harga bahan baku dedak pasi sebesar 5 persen.

Penelitian Napitupulu (2009) tentang Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup di CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, kota Depok, mengkaji kelayakan finansial di CV ini berdasarkan kelayakan investasi

yaitu NPV, IRR, Net B/C Ratio, Payback Period dan analisis switching

value. Hasil penelitian dari aspek finansial ini menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun adalah sebesar Rp 292 938 966. Nilai IRR yang diperoleh

yaitu, sebesar 48,95% dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor

yang berlaku yaitu, 14%. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini,

akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09. Payback period yang

diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hasil

analisis switching value menunjukkan bahwa usaha ini menjadi tidak layak

(24)

18,84%, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 %, penurunan penjualan jus melebihi 6,09%, dan penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48%.

Penelitian berikutnya Indah (2010) tentang kelayakan usaha di budidaya nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung. Kelayakan aspek finansial berdasarkan hasil analisis kriteria kelayakan yaitu NPV sebesar Rp 337 257 777 ; IRR sebesar 2,02, Net B/C 15% dan payback periode selama 7,72 triwulan. Berdasarkan hasil hitungan ini, proyek pengembangan usaha budidaya nilam ini layak untuk dijalankan.

Berdasarkan tiga penelitian di atas, kelayakan aspek finansial diperoleh apabila hasil NPV lebih dari nol, nilai B/C lebih dari satu, IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan dan Payback Period berada sebelum masa bisnis berakhir.

Penelitian terdahulu yang dikaji mmiliki manfaat yang bisa diambil antara lain penggunaan metode, objek penelitian dan lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini ialah kriteria kelayakan investasi yang

digunakan seperti NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period serta

menggunakan analisis switching value seperti pada penelitian Napitupulu

(2010).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah pada penelitian Novianti (2010) meneliti tentang kelayakan usaha peningkatan kapasitas produksi pakan konsentrat sapi perah di CV Cisarua Integrated Farming, Desa Cibereum. Di sini Novianti menggunakan analisis sensitivitas sementara penelitian ini menggunakan analisis switching value.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan merupakan wadah untuk melakukan kegiatan seperti perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan bisnis adalah siklus bisnis yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitinger,1986). Evaluasi bisnis sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan bisnis.

(25)

kerugian yang memastikan bahwa investasi yang dilakukan memang menguntungkan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri atas:

1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga

disebut sebagai manfaat finansial).

2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga

manfaat ekonomi nasional).

3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.

Hal-hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan bisnis investasi jika suatu pihak atau seseorang melihat kemampuan usaha, yaitu apakah kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita bisa mendapatkan keuntungan yang cukup layak ari usaha tersebut. Semakin luas skala bisnis maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis).

Aspek –Aspek Studi Kelayakan

Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki standar tertentu. Namun, penilaian tidak hanya dilakukan pada suatu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, jadi tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan, sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan.

Menurut Nurmalina (2010), secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspek-aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi kelayakan. Penelitian ini, akan mengkaji mengenai aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari :

1. Aspek Pasar

Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi (Subagyo, 2007). Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut.

2. Aspek Teknis

(26)

dengan baik akan berakibat fatal bagi perusahaan dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2006).

a. Lokasi Proyek

Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yaitu, lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi yaitu, lokasi administrasi perkantoran dan pemasaran. Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar yaitu, variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu, ketersediaan barang mentah, letak pasar yang

dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas

transportasi. Variabel-variabel sekunder terdiri dari, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), serta perencanaan masa depan perusahaan.

b. Skala Operasional atau Luas Produksi

Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal.

Pengertian kata ”seharusnya” dan ”keuntungan yang optimal”,

mengandung maksud untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas produksi yaitu, batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.

c. Layout Atau Tata Letak Alur Produksi

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan

penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan

demikian, pengertian layout mencakup layout site (layout lokasi

proyek), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan

fasilitas-fasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat dua tipe utama yaitu, layout fungsional (layout process) dan layout Produk (layout garis).

d. Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan

Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penetuan jenis atau teknologi peralatan antara lain, seberapa jauh derajat mekanisasi yang

diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi

dengan bahan bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki

ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk

(tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta

pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.

3. Aspek Manajemen

(27)

berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kasmir dan Jakfar, 2006). Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek manajemen antara lain:

a. Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek

Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan,

melaksanakan, dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasi berbagai aktivitas atau kegiatan dan pengguaan sumber daya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek yaitu, pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek.

b. Manajemen dalam Operasi

Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi, dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan tenaga kunci, serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000).

4. Aspek Finansial

Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain :

a. Biaya Kebutuhan Investasi

Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara umum, komponen biaya terdiri atas, biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir dan Jakfar, 2006).

b. Sumber-Sumber Dana

(28)

pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pengusaha (Kasmir dan Jakfar, 2006).

Pada dasarnya, pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan mensponsori usaha tersebut (artinya, jangka waktu pengembalian sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari, modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank,

leasing dari lembaga keuangan nonbank, dan project finance (Husnan

dan Suwarsono, 2000). c. Aliran Cashflow

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di

perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan

berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir (Husnan dan Suwarsono, 2000).

d. Kriteria Kelayakan Investasi

Menurut Nurmalina (2010), kriteria kelayakan secara finansial yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

i. Net Present Value (NPV)

Merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Penggunaan kriteria NPV ditujukan untuk mengetahui gambaran nilai bersih suatu proyek. Suatu bisnis dikatakan layak bila NPV lebih besar dari nol dan semakin besar NPV menunjukkan semakin layak bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila NPV di bawah nol, maka menunjukkan bahwa bisnis tidak layak untuk diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan.

ii. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan

present value dari net benefit yang negatif. Kriteria Investasi

berdasarkan Net B/C Rasio adalah:

(29)

Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan

Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek tersebut merugikan iii. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan

present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran

kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat

bunga yang menyebabkan Net Present value (NPV) sama dengan nol.

Menurut Gittinger (1986) IRR adalah tingkat rata-rata keuntunganintern

tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga

yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.

Suatu investasi dianggap layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar

dari tingkat suku bunga yang berlaku dan suatu investasi dianggap tidak

layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku

bunga yang berlaku. iv. Payback Periode (PBP)

Payback Period atau tingkat pengembalian investasi merupakan

suatu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang untuk

mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal kembali, maka akan semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 1999).

v.. Incremental Net Benefit

Analisis studi kelayakan bisnis terutama yang bergerak dibidang pertanian membedakan antara arus komponen biaya dan manfaat antara kondisi dengan dan tanpa bisnis. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan dengan bisnis merupakan besaran sebenarnya yaitu sebagai pengaruh kondisi yang dihasilkan oleh adanya investasi baru atau kondisi yang dihasilkan oleh adanya suatu bisnis. Usaha pada sektor agribisnis seringkali diperhitungkan manfaat bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yaitu manfaat bersih dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit without business). Hal ini dimungkinkan karena ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak digunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat atau tidak bagi bisnis yang dijalankan (Nurmalina et al. 2009).

5. Aspek Hukum

Aspek hukum akan membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen usaha sangat penting, karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah (Kasmir dan Jakfar, 2006).

6. Aspek Sosial dan Lingkungan

(30)

lingkungan sekitar, baik terhadap air, darat, udara, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan (Kasmir dan Jakfar, 2006).

Analisis Switching Value

Analisis switching value dilakukan untuk meneliti kembali analisa

kelayakan proyek yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan

yang telah diramalkan (Nurmalina et al, 2010). Pada proyek di bidang

pertanian terdapat empat masalah utama yang mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu:

1. Perubahan harga jual

2. Keterlambatan pelaksanaan proyek

3. Kenaikan biaya

4. Perubahan volume produksi

Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap. Walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel dapat berubah-ubah sejalan dengan penambahan waktu. Jadi analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger, 1986).

Kerangka Pemikiran Operasional

Di Indonesia, kecap merupakan bahan makanan yang paling banyak digunakan. Bahkan bagi sebagian kalangan, kecap dianggap menu wajib yang harus selalu tersedia dalam hidangan sehari-hari. Perkembangan industri kecap tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan akan kecap. Namun, konsumsi kecap yang semakin meningkat tersebut tidak hanya dipenuhi oleh produksi dalam negeri tetapi juga oleh impor. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya produk kecap impor yang masuk ke pasaran Indonesia sehingga kecap hasil industri rumahan pun kalah saing.

CV MM telah menjalani usaha penjualan kecap lebih dari 70 tahun.

Dalam penelitian ini, CV MM yang berada di Kabupaten Majalengka

bermaksud untuk mengembangkan usahanya dengan cara menambah kapasitas produksi dan memproduksi kecap dengan kemasan sachet. CV MM berencana menambah kapasitas produksi demi tercapainya target yang sudah disepakati sebelumnya oleh mitra. Modal untuk investasi pengembangan usaha tersebut dibiayai oleh pemilik usaha itu sendiri tanpa meminta bantuan dari lembaga keuangan lain.

(31)

dengan melihat nilai Net Present Value, Benefit Cost Ratio, Internal Rate

Return, dan Payback Periode. Analisis kelayakan pengembangan yang

dilakukan nantinya akan bertujuan untuk memberikan alternative mana yang lebih sesuai untuk dilakukan CV MM

Analisis switching value dilakukan apabila terbukti pengembangan

usaha ini layak untuk dilkukan. Analisis switching value digunakan untuk melihat sejauh mana perubahan maksimum yang dapat dihadapi oleh perusahaan yang akan berpengaruh terhadap inflow dan outflow. didasarkan pengalaman pelaku usaha sehingga tidak menutup kemungkinan kedepannya akan terjadi penurunan kapasitas produksi. Sedangkan perubahan dari sisi pengeluaran yaitu kenaikan harga gula aren. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengenai pelaksanaan usaha kepada pengusaha kecap. Berikut kerangka operasional penelitan pada usaha kecap MM dapat dilihat di Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

1. Adanya permintaan yang tidak diimbangi dengan produksi kecap CV MM 2. CV MM ingin mengembangkan usaha sebagai upaya untuk memenuhi

permintaan

Analisis Kelayakan Usaha CV MM

Aspek Non Finansial :

1. Aspek pasar 4. Aspek sosial

2. Aspek teknis 5. Aspek lingkungan 3. Aspek manajemen dan hukum

Aspek Finansial :

1. IRR 4. PP

2. NPV 5. Laba Rugi

3. Net B/C

Analisis kelayakan pengembangan usaha (penambahan alat produksi

dan peningkatan kapasitas

produksi)

Layak Tidak Layak

Analisis Switching Value 1.Penurunan kapasitas produksi 2.Kenaikan harga bahan baku

Layak Tidak Layak

(32)

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di CV MM yang terletak di Majalengka. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa CV Maja akan melakukan pengembangan. Selain itu, CV MM belum pernah melakukan analisis kelayakan usaha maka pihak manajemen meminta agar penulis melakukan penelitian di tempat ini. Pengambilan data di lapangan akan dilaksanakan bulan Desember 2013 sampai Januari 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha, baik investasi maupun operasional dan penerimaan selama satu tahun usaha. Data tersebut digunakan untuk membuat analisis kelayakan usaha kecap MM. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Majalengka.

Metode Pengumpulan Data

Data primer yang terkumpul diperoleh dari wawancara kepada pemilik dan karyawan CV MM, serta pemasok. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa buku, skripsi, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan materi penelitian serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Majalengka.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai biaya-biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional, penerimaan,

diolah menggunakan program Microsoft Excel. Program ini dipilih karena

telah lazim digunakan dan relatif mudah dioperasikan. Data kualitatif, diolah dan disajikan secara deskriptif.

(33)

pengolahan kecap. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial dalam usaha pembuatan kecap.

Analisis kelayakan finansial menggunakan beberapa kriteria, yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR), masa pengembalian investasi (Payback Periode), net benefit dan cost ratio (Net B/C Rasio) yang

merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang

positif dengan net benefit yang negatif, dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan kalkulator dan

program komputer yaitu, Microsoft Excel, ditampilkan dalam bentuk

tabulasi dan diberikan penjelasan deskriptif agar memudahkan pembaca.

Kriteria Kelayakan Aspek Non Finansial

Dalam melakukan analisis aspek non finansial diperlukan kriteria yang menyatakan usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan serta aspek hukum. Kriteria yang digunakan tersebut adalah: 1. Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dilakukan secara kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk melihat potensi dan prospek pasar dari kecap, daur hidup produk yang dihasilkan CV MM, dan bauran pemasaran yang dilakukan CV MM. Usaha dikatakan layak, apabila memiliki potensi dan peluang pasar serta menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh konsumen.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan

output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah

usaha tersebut dapat dilaksanakan secara teknis. Bila analisis secara

teknis tersebut berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan secara

teknis cocok dengan kondisi sebenarnya. Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada hal-hal teknis dari usaha seperti: alasan pemilihan lokasi usaha, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, transportasi, ketersedian bahan baku, peralatan, perlengkapan, kapasitas usaha, rencana perluasan usaha, teknologi yang digunakan,

proses produksi yang dilakukan, dan layout perusahaan. Proyek

dikatakan layak apabila ada perkembangan produksi. 3. Aspek Manajemen

(34)

4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis sosial menurut Suliyanto (2010) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengn usaha, karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu usaha. Suatu usaha harus tanggap terhadap keadaan sosial seperti, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan lain sebagainya. Selain itu, apakah usaha tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya serta bagaimana dampak usaha terhadap lingkungan.

5. Aspek Hukum

Analisis ini dimaksudkan untuk meyakini bahwa secara hukum rencana bisnis dinyatakan layak atau tidak. Dalam hal ini menurut Nurmailna (2010), akan dianalisis sejauh apa CV MM mengikuti

peraturan-peraturan ataupun perundang-undangan yang berlaku,

perizinan apa saja yang telah dipenuhi, serta bagaimana bentuk dan badan hukum usaha.

Kriteria Kelayakan Aspek Finansial

Dalam melakukan analisis aspek finansial diperlukan kriteria investasi yang menyatakan usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria investasi yang digunakan tersebut adalah:

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah suatu alat analisis untuk menguji kelayakan dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut :

Dimana:

Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t

N = Umur Ekonomis Usaha

t = Tahun kegiatan bisnis

i = Tingkat suku bunga/discount rate

(35)

dikeluarkan, artinya proyek mengembalikan persis sebesar modal sosial. Dengan demikian, usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi.

2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Analisis imbangan biaya dan penerimaan adalah alat analisis tingkat efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari penerimaan. Net B/C merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih terhadap total dari biaya bersih atau dapat dikatakan sebagai perbandingan antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah yang akan dipakai dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Rumus yang digunakan dalam penghitungan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut:

Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t

n = Umur Ekonomis Usaha

t = Tahun

i = Tingkat suku bunga/discount rate

Net B/C digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan

modal. Jika Net B/C suatu usaha lebih dari satu (Net B/C>1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan atau dilanjutkan.

Jika Net B/C suatu usaha sama dengan satu (Net B/C=1), maka biaya

yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapatkan. Jika Net

B/C suatu usaha kurang dari satu (Net B/C<1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada keuntungan yang diperoleh.

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tersebut layak diusahakan. Rumus perhitungannya menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut:

IRR = i+ Dimana:

NPV = NPV yang bernilai positif

NPV” = NPV yang bernilai negatif

i = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif

i” = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif

(36)

usaha lebih kecil dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

4. Payback Periode (PBP)

Payback Periode atau analisis waktu adalah jumlah tahun yang

dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Kriteria ini mengukur kecepatan proyek dalam mengembalikan biaya awal. Oleh sebab itu, kriteria ini menghitung arus kas yang dihasilkan dan bukan besarnya keuangan akuntansi. Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. Perhitungan PBP menurut Suliyanto (2010) adalah sebagai berikut:

Payback Periode -Dimana:

I = Besarnya investasi yang dibutuhkan

Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya

Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menandakan semakin kecil risiko yang dihadapi oleh investor.

Analisis Nilai Pengganti

Menurut Nurmalina (2010), analisis nilai pengganti (switching value)

merupakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas. Pada switching value

digunakan untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan atau penurunan suatu komponen yang dapat meningkatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu ambang batas kelayakan proyek, kondisi untuk

masing-masing komponen dibuat pada kondisi meningkatnya harga input

seperti meningkatnya harga bahan baku utama dan penurunan harga output

seperti berkurangnya jumlah penjualan. Dengan switching value dapat

diketahui sampai batas maksimal berapa usaha masih layak. Kondisi tersebut dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol, nilai Net B/C mendekati satu dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto.

Asumsi Dasar

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha kecap CV MM ini

merupakan modal sendiri

2. Umur bisnis adalah 10 tahun didasarkan dari peralatan produksi yang

paling mempengaruhi dalam proses produksi yaitu kuali.

3. Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada saat penelitian.

4. Jumlah hari kerja dalam 1 minggu ada 6 hari. 1 bulan ada 4 minggu sehungga 1 tahun terdapat 288 hari kerja

5. Sebelum pengembangan terdapat 8 kali proses produksi dalam sebulan

dimana 1 kali proses produksi mengahsilkan 350 liter kecap.

6. Pengembangan yang dilakukan ialah meningkatkan kapasitas produksi

menjadi 10 kali dan membuat kecap kemasan standing pouch ukuran

(37)

7. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini diasumsikan konstan hingga akhir umur usaha yang berlaku pada Desember 2013.

8. Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu

tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual.

9. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan kecap ini terdiri dari

biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya.

10. Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus dimana harga

beli dibagi umur ekonomis.

11. Pajak Penghasilan (PPh) badan ditentukan menggunakan perhitungan

pajak yang diatur dalam Undang-Undang RI No. 36 pasal 17 ayat 1 huruf b Tahun 2008 : Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% yang berlaku sejak tahun pajak 2010. Oleh karena itu pada tahun pertama bisnis sampai dengan akhir tahun bisnis dikenakan pajak penghasilan sebesar 25%.

12. Tingkat suku bunga yang ditetapkan adalah 6.25% berdasarkan tingkat

bunga deposito pada Bank BRI karena pemilik menggunakan modal sendiri

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum

CV MM merupakan UKM yang menghasilkan kecap dengan proses tradisional dan menggunakan bahan baku terbaik dan aman untuk dikonsumsi sehingga kecap yang dihasilkan memiliki cita rasa yang unik dan memiliki kekuatan pada harum kecapnya. CV MM berlokasi di Jalan Suha No. 209, Majalengka, Jawa Barat.

CV MM. Usaha kecap dimulai pada tahun 1940, saat itu produksi dilakukan oleh Bapak H. Saad beserta istrinya. Bapak H. Saad memahami secara mendalam mengenai pembuatan kecap sehingga rasa yang dihasilkan merupakan rasa yang unik, yaitu perpaduan rasa manis dan asin sehingga tercipta rasa manis sedang. Pemasaran kecap dilakukan oleh Bapak H. Saad menggunakan sepeda hingga ke Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon.

(38)

Saat usaha ini berdiri, kecap yang diproduksi dikemas dalam botol ukuran besar (575 ml) dan ukuran sedang (275 ml) yang berbahan dasar beling, kemasan ini dipertahankan hingga tahun 2005. Di tahun 2006, kecap mengalami inovasi dalam kemasan, yaitu diluncurkan kemasan berbahan dasar plastik dengan ukuran 140 ml. Pada tahun 2013, CV. MM berhasil memasarkan produknya ke Majalengka, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bandung, Bogor, dan Jakarta.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi dan misi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan arah tujuan suatu usaha. Visi CV MM adalah terwujudnya perusahaan kecap berskala nasional dengan proses alami yang ramah lingkungan dengan berbasis kekeluargaan, sedangkan misi CV MM adalah:

1. Membuat kecap dengan bahan-bahan terbaik melalui proses alami yang ramah lingkungan dan dapat dinikmati semua kalangan

2. Melakukan ekspansi pasar secara bertahap dan terarah 3. Menjalin hubungan kerja yang berbasis kekeluargaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Non Finansial

Aspek Pasar

Aspek pasar digunakan untuk mengkaji mengenai potensi pasar produk kecap Menjangan baik dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku juga strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran yaitu harga, tempat, promosi, dan distribusi.

1. Potensi Pasar Kecap Menjangan

Kebutuhan masyarakat di Indonesia untuk mengkonsumsi produk turunan kedelai yang salah satunya kecap diperkirakan meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi dari juga

mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap kecap. Pengaruh

pertambahan penduduk dalam kehidupan sosial adalah meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan dan kebutuhan akan bumbu masakan sedangkan pengaruhnya dalam kehidupan budaya adalah budaya untuk mengkonsumsi kecap sebagai salah satu bumbu untuk masakan. Beberapa masakan yang menggunakan kecap sebagai bumbu masakan seperti, sate, nasi goreng, dan semur.

(39)

ini dapat dimanfaatkan oleh pihak perusahaan kecap yang ada di Kabupaten Majalengka untuk memperoleh pangsa pasar dan keuntungan yang lebih besar.

2. Rencana Pemasaran dan Pangsa Pasar

CV MM memasarkan dan menjual produknya melalui penjualan secara langsung, yaitu membuat kios untuk menjual produknya. Selain itu, CV MM melakukan penjualan produknya melalui agen/distributor yang berada di Majalengka, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bogor, Jakarta dan Bandung kemudian menitipkan produknya ke pasar swalayan yang saat ini hanya terdapat di daerah kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Majalengka.

Tabel 4 Penawaran dan permintaan kecap CV MMa

Daerah

Sumber: Data wawancara pembeli (2014).;bkota.;cbotol.;dpersen

Pada Tabel 4 di atas diperoleh data tentang penjualan kecap MM per bulan dan permintaan dari masing-masing toko. Dari permintaan yang ada baru 81.2% yang dipenuhi oleh CV MM. Keadaan ini memperlihatkan bahwa masih ada peluang bagi CV MM untuk mengembangkan usahanya.

3. Strategi Pemasaran a. Produk

Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain (gula, garam, dan bumbu) untuk meningkatkan cita rasa makanan. CV MM menghasilkan produk kecap yang memiliki cita rasa yang unik, sehat, tradisional, dan halal. Kecap MM hanya memiliki satu rasa, yaitu manis sedang tetapi memiliki tiga ukuran. kecap MM dikemas dalam ukuran 140 ml (ukuran botol plastik), botol kaca ukuran 275 ml dan 600 ml. Kemasan standing pouch yang sedang direncanakan ialah ukuran 220 ml. Gambar kemasan pouch 220 ml dapat dilihat di Lampiran 1.

b. Harga

(40)

c. Distribusi

CV MM memiliki lokasi usaha yang cukup strategis, berada di wilayah pusat Majalengka agar dapat menjangkau konsumennya, CV MM memiliki perwakilan cabang di beberapa daerah untuk memudahkan pendistribusian produk. Wilayah cabang pemasaran tersebut antara lain Jakarta, Bogor, Kuningan, Cirebon, Indramayu, Bandung. Operasional yang digunakan dalam pendistribusiannya

untuk di dalam kota Majalengka adalah menggunakan mobil box.

Konsumen dari luar kota Majalengka umunya mengambil sendiri pesanan mereka di kios CV MM. Konsumen yang berasal dari Majalengka umumnya langsung diantarkan oleh pihak CV MM. Namun, untuk memenuhi permintaan target rumah tangga, kecap MM baru dapat diperoleh di kios, agen, dan beberapa swalayan yang ada di Kabupaten Majalengka.

d. Promosi

Promosi yang dilakukan oleh CV MM adalah memperkenalkan kecap yang dihasilkan kepada masyarakat sekitar dengan memberikan contoh kecap, sehingga masyarakat dapat mengetahui bagaimana rasa kecap Menjangan. Pihak CV juga biasanya mengikutsertakan produknya di kegiatan-kegiatan UKM. Namun untuk saat ini sedang tidak ada kegiatan promosi baru yang dilakukan oleh pihak pemilik.

Berdasarkan hasil analisis dari aspek pasar yang telah diteliti di CV MM, usaha ini layak untuk dijalankan jika melihat dari jumlah permintaan yang belum dipenuhi 100% sehingga menunjukkan adanya peluang bagi CV MM untuk mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan kapasitas produksi.

Aspek Teknis

Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga kerja, layout, skala usaha, dan proses produksi. Berikut adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis. 1. Lokasi usaha

Lokasi perusahaan merupakan salah satu faktor terpenting dalam perusahaan karena kegiatan dilakukan di lokasi tersebut. CV MM terletak di Jalan Suha No. 209 di Kabupaten Majalengka. Lokasi perusahaan strategis karena terletak tidak jauh dari pusat kota dan pusat pemerintahan Kabupaten Majalengka dan lokasi usaha ini berada di jalan utama yang berarti memudahkan untuk dijangkau oleh konsumen (rumah tangga, restoran, oleh-oleh).

2. Ketersediaan Bahan Baku

Gambar

Tabel 1  Jumlah produksi komoditi subsektor tanaman pangan (ton) tahun 2009-
Tabel 2 Nilai konsumsi jenis bumbu-bumbuan tahun 2008-2012
Tabel 3 Jumlah UMKM dan produksi kecap di Kabupaten Majalengka
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
+6

Referensi

Dokumen terkait

Analisis aspek non finansial merupakan bagian penting dalam analisis dari studi kelayakan bisnis yang harus dilakukan karena akan mempengaruhi proses pengambilan

1. Secara finansial usaha pembibitan karet unggul di Kabupaten Tulang Bawang Barat layak dan menguntungkan untuk diteruskan meski terjadi penurunan produksi 25%, kenaikan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih pada aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis,

Oleh sebab itu perlu diadakannya analisis kelayakan yang matang untuk mengembangkan usaha baik dalam aspek finansial maupun aspek non finansial agar hasilnya dapat

Penelitian ini difokuskan pada analisis kelayakan usaha ditinjau dari aspek non- finansial akan diteliti aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi,

Hubungan aspek pasar, aspek teknik dan aspek finansial nantinya akan menghasilkan kesimpulan mengenai kelayakan investasi secara umum dilihat dari segi finansial, setelahnya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi kelayakan usaha peternakan X dilihat dari aspek finansial dan untuk menganalisis kondisi sensitivitas terhadap

Hasil analisis kelayakan finansial dengan menggunakan 2 dua penilaian kriteria usaha produksi kerupuk tempe Di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa layak.. Kelayakan finansial dalam