• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Sekitar Persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Sekitar Persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DI SEKITAR PERSAWAHAN DI DESA MOMPANG KECAMATAN

PADANGSIDIMPUAN ANGKOLA JULU KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh :

PUTRI RAMADHANI IRSAN NIM. 091000008

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DI SEKITAR PERSAWAHAN DI DESA MOMPANG KECAMATAN

PADANGSIDIMPUAN ANGKOLA JULU KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

PUTRI RAMADHANI IRSAN NIM. 091000008

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Air sangat penting untuk kehidupan, namun dalam banyak hal air yang digunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan karena banyaknya pencemaran yang terjadi pada air, terutama air tanah yang tercemar polutan logam berat kadmium (Cd) akibat penggunaan pupuk yang berlebihan dalam persawahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) pada air sumur dan konstruksi sumur di sekitar persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan. Desain penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan kandungan kadmium (Cd) pada air sumur di sekitar persawahan secara kualitatif dan kuantitatif dengan pemeriksaan laboratorium berdasarkan Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, dan menggunakan Hit Chain. Sampel yang dipilih secara Purposive Sampling sebanyak 30 sumur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sumur mengandung kadmium (Cd). Terdapat 17 sumur (56,7%) yang tidak memenuhi syarat. Kadar kadmium (Cd) pada air sumur terendah terdapat pada sumur 24 yaitu 0,00276 mg/l dan kandungan tertinggi terdapat pada sumur 4 yaitu 0,00684 mg/l. Kondisi air dan sumur beresiko sedang sebesar 60,0%.

Peneliti mengasumsikan bahwa masuknya kadmium (Cd) kedalam sumur masyarakat di Desa Mompang cenderung meningkat pada sumur yang berjarak <10 meter dengan persawahan yang memperoleh limpasan beban pencemaran cukup tinggi berasal dari sisa-sisa pupuk fosfat yang mengendap dan terakumulasi di tanah serta konstruksi sumur gali yang belum sempurna sehingga mempermudah bahan pencemar masuk ke dalam sumur.

Petani di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan dianjurkan agar menggunakan pupuk sesuai dengan dosis agar tidak berdampak terhadap pencemaran lingkungan terutama air sumur.

(5)

Abstract

Water is essential for life, but in many cases the water used was not always in accordance with the requirements of health because of the pollution that occurs in water, especially groundwater contaminated by heavy metal pollutants cadmium (Cd) due to excessive use of fertilizers in farming.

The objective of the research is to determine the content of cadmium (Cd) in the wells water and construction of the wells around the rice fields in Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan. This research used a descriptive survey design to describe the content of cadmium (Cd) in wells water around the rice fields in qualitative and quantitative results obtained from laboratory tests based Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 about terms and Water Quality Monitoring, and used the Hit Chain. Sample was selected by purposive sampling about 30 wells.

The results showed that all of the well was cadmium (Cd) contented. There as many as 17 wells (56.7%) did not qualified. Quantitatively in the lowest well water contained in the well 24 was 0.00276 mg/l and the highest content found in wells 4 was 0.00684 mg/l. Water conditions and wells construction were in the intermediate level of contamination of cadmium (Cd) with 60,0%

Researchers had assumed that the entry of cadmium (Cd) into the wells public in Desa Mompang tanded to increase in wells within <10 meters from the rice fields to obtain quite high runoff pollution burden derived from the remnants of phosphate fertilizers that settled and accumulated on the ground then influenced by the construction of dug wells were unstandarized made perfect pollutants into wells.

It was recommended to the farmers in Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan to use fertilizer according to the recommended dosage so it didn’t impact on the environment, especially water well contamination.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : PUTRI RAMADHANI IRSAN

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan/27 April 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Nama Orang Tua

Ayah : (Alm.) H.M.Irsan

Ibu : Hj. Sri Badina Siregar

Anak ke : 4 dari 4 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Murni V No.5A Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995-1997 : TK Aisyiyah Padangsidimpuan

Tahun 1997-2003 : SD Negeri 15 Padangsidimpuan

Tahun 2003-2006 : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan

Tahun 2006-2009 : SMA Negeri 5 Padangsidimpuan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisa

Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Sekitar Persawahan di Desa Mompang Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda (Alm.)

H.M. Irsan dan Ibunda Hj. Sri Badina Siregar yang telah memberikan dukungan baik

moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan

penulis. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji II

beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah

banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu

(8)

3. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen penguji I yang telah banyak membantu,

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

6. Asfriyati, SKM, MKes selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Untuk keluargaku yang selalu di hati H. Iswandy Arisandy, SE.Ak dan

Herliansyah, S.Pd, Isnina Safitri, SE dan Ricky Hendrawan, ST, Asrul Hidayat

dan Intan Permata Sari Harahap, serta keponakan-keponakanku, terima kasih

untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

8. Indra Kurniawan, SKM yang telah mendampingi, menjadi abang dan sahabat bagi

penulis, terima kasih untuk kebersamaan dan dukungannya.

9. Teman-teman FKM 2009, teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan, abang

dan kakak serta adik-adik di FKM yang tidak dapat penulis sebutkan namanya

satu persatu yang selalu memberikan semangat kepada penulis beserta staf

pengajar dan pegawai FKM USU yang telah banyak memberikan dukungan dan

(9)

10.Sahabatku Henny Pradipta Tarigan, Cahya Elika Lubis, dan Ikhsan Ibrahim, SKM

yang telah menemani, memotivasi, dan membagi canda tawanya selama ini.

11. Pak Abdollah Harahap (Kepala Desa Mompang) dan semua warga Desa

Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

yang selalu memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu

persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Oktober 2013

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Air ... 7

2.1.1. Pengertian Air. ... 7

2.1.2. Sumber Air ... 7

2.1.2.1. Air Angkasa (Air Hujan) ... 8

2.1.2.2. Air Permukaan ... 8

2.1.2.3. Air Tanah ... 8

2.1.3 Syarat Air Bersih ... 9

2.1.4 Pemanfaatan Air ... 11

2.1.5 Sarana Air Bersih ... 12

2.1.5.1. Sumur ... 12

2.1.5.2. Perlindungan Mata Air ... 14

2.1.5.3. Penampungan Air Hujan ... 14

2.1.6. Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit ... 14

2.1.6.1. Penyakit Menular ... 14

2.1.6.2. Penyakit Tidak Menular ... 15

2.2. Pencemaran Air ... 17

2.2.1. Polutan Air ... 17

2.2.2. Indikator Pencemaran Air ... 18

2.2.3. Sumber Pencemaran Air ... 21

2.3. Pencemaran Logam Berat ... 22

2.3.1. Pencemaran Logam Berat Pada Tanah ... 23

2.3.2. Pencemaran Logam Berat Pada Perairan ... 24

2.4. Kadmium (Cd) ... 24

2.4.1. Pengertian Umum ... 24

2.4.2. Sumber Kadmium (Cd) ... 26

2.4.3. Kegunaan Kadmium (Cd) ... 27

2.4.4. Efek Kadmium (Cd) ... 28

2.4.5. Metabolisme (Absorbsi, Distribusi, dan Ekskresi) Kadmium (Cd) dalam tubuh ... 33

(11)

2.6. Pupuk ... 37

2.7. Kerangka Konsep ... 45

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

3.1. Jenis penelitian ... 46

3.2. Lokasi dan waktu penelitian ... 46

3.2.1. Lokasi penelitian ... 46

3.2.2. Waktu penelitian ... 46

3.3. Objek penelitian ... 47

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 47

3.4.1. Data Primer ... 47

3.4.2. Data Sekunder ... 48

3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 48

3.5.1. Pengambilan dan pengiriman Sampel Ke Laboratorium ... 48

3.5.2. Pemeriksaan Sampel di laboratorium ... 49

3.5.2.1. Alat yang digunakan ... 49

3.5.2.2. Bahan yang digunakan ... 49

3.6. Cara Kerja Penelitian ... 49

3.6.1. Persiapan sampel ... 49

3.6.2. Pembuatan larutan baku kadmium ... 49

3.6.3. Prosedur analisa ... 50

3.7. Definisi operasional ... 51

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 54

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

4.1.1. Lokasi penelitian ... 54

4.1.2.Gambaran kependudukan ... 54

4.1.3. Keadaan Kesehatan ... 56

4.1.4. Sumber Air Bersih ... 56

4.1.5. Kegiatan Persawahan Padi di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan ... 57

4.2. Hasil Penelitian ... 59

4.2.1. Hasil Pemeriksaan Kandung Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 ... 59

4.2.2. Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air Sumur Berdasarkan Jarak Sumur dengan Persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 ... 60

4.2.3. Hasil Survei dan Observasi Terhadap Air dan Konstruksi Sumur di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 ... 62

4.2.4. Tabulasi Silang Antara Tingkat Resiko Air dan Konstruksi Sumur dengan Kandungan Kadmium (Cd) ... 65

BAB V. PEMBAHASAN ... 67

5.1. Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan ... 67

5.2. Kondisi Air dan Konstruksi Sumur di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan ... 72

(12)

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kadar logam berat dan unsur P dalam berbagai jenis batuan fosfat alam (PA) dari berbagai negara dan dalam pupuk SP-36, serta pupuk kandang ... 41

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 ... 55

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penduduk di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 ... 55

Tabel 4.3. Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Poken Jior Tahun 2013 ... 56

Tabel 4.4. Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 ... 59

Tabel 4.5. Kandungan Kadmium (Cd) Berdasarkan Jarak Pada Air Sumur di Sebelah Kanan dan Kiri Jalan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 ... 61

Tabel 4.6. Keadaan Air dan Konstruksi Sumur Gali di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

Tahun 2013 ... 63

Tabel 4.7. Tingkat Resiko Kondisi Air dan Konstruksi Sumur di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 ... 64

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Antara Tingkat Resiko Kondisi Air dan Konstruksi Sumur Dengan Kandungan Kadmium (Cd) di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota

Padangsidimpuan ... 82

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 83

Lampiran 3 Master Data Penelitian ... 85

Lampiran 4 Output Data Penelitian ... 88

Lampiran 5 Hasil Analisa Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Sekitar Persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan ... 94

Lampiran 7 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air ... 126

Lampiran 8 Denah Pengambilan Sampel ... 134

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian ... 135

(15)

ABSTRAK

Air sangat penting untuk kehidupan, namun dalam banyak hal air yang digunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan karena banyaknya pencemaran yang terjadi pada air, terutama air tanah yang tercemar polutan logam berat kadmium (Cd) akibat penggunaan pupuk yang berlebihan dalam persawahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) pada air sumur dan konstruksi sumur di sekitar persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan. Desain penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan kandungan kadmium (Cd) pada air sumur di sekitar persawahan secara kualitatif dan kuantitatif dengan pemeriksaan laboratorium berdasarkan Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, dan menggunakan Hit Chain. Sampel yang dipilih secara Purposive Sampling sebanyak 30 sumur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sumur mengandung kadmium (Cd). Terdapat 17 sumur (56,7%) yang tidak memenuhi syarat. Kadar kadmium (Cd) pada air sumur terendah terdapat pada sumur 24 yaitu 0,00276 mg/l dan kandungan tertinggi terdapat pada sumur 4 yaitu 0,00684 mg/l. Kondisi air dan sumur beresiko sedang sebesar 60,0%.

Peneliti mengasumsikan bahwa masuknya kadmium (Cd) kedalam sumur masyarakat di Desa Mompang cenderung meningkat pada sumur yang berjarak <10 meter dengan persawahan yang memperoleh limpasan beban pencemaran cukup tinggi berasal dari sisa-sisa pupuk fosfat yang mengendap dan terakumulasi di tanah serta konstruksi sumur gali yang belum sempurna sehingga mempermudah bahan pencemar masuk ke dalam sumur.

Petani di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan dianjurkan agar menggunakan pupuk sesuai dengan dosis agar tidak berdampak terhadap pencemaran lingkungan terutama air sumur.

(16)

Abstract

Water is essential for life, but in many cases the water used was not always in accordance with the requirements of health because of the pollution that occurs in water, especially groundwater contaminated by heavy metal pollutants cadmium (Cd) due to excessive use of fertilizers in farming.

The objective of the research is to determine the content of cadmium (Cd) in the wells water and construction of the wells around the rice fields in Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan. This research used a descriptive survey design to describe the content of cadmium (Cd) in wells water around the rice fields in qualitative and quantitative results obtained from laboratory tests based Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 about terms and Water Quality Monitoring, and used the Hit Chain. Sample was selected by purposive sampling about 30 wells.

The results showed that all of the well was cadmium (Cd) contented. There as many as 17 wells (56.7%) did not qualified. Quantitatively in the lowest well water contained in the well 24 was 0.00276 mg/l and the highest content found in wells 4 was 0.00684 mg/l. Water conditions and wells construction were in the intermediate level of contamination of cadmium (Cd) with 60,0%

Researchers had assumed that the entry of cadmium (Cd) into the wells public in Desa Mompang tanded to increase in wells within <10 meters from the rice fields to obtain quite high runoff pollution burden derived from the remnants of phosphate fertilizers that settled and accumulated on the ground then influenced by the construction of dug wells were unstandarized made perfect pollutants into wells.

It was recommended to the farmers in Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan to use fertilizer according to the recommended dosage so it didn’t impact on the environment, especially water well contamination.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air sangat penting untuk kehidupan, karena telah sama diketahui bahwa tidak

satu pun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya

air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yang

jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak.

Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup, manusia berupaya

mengadakan air yang cukup bagi dirinya. Namun dalam banyak hal, air yang

digunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan karena sering ditemui air

tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan

penyakit, yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Hal ini

disebabkan oleh karena banyaknya pencemaran yang terjadi pada air, terutama air

tanah (Azwar, 1996).

Air yang sudah tercemar tersebut, disamping terasa tidak enak saat diminum

juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap orang yang meminumnya.

Pencemaran lingkungan perairan dapat disebabkan oleh polutan organik maupun

anorganik. Polutan organik yang sering mencemari perairan antara lain DDT, PAH,

pestisida, insektisida, deterjen dan limbah rumah tangga lainnya. Sedangkan polutan

anorganik yang sering dijumpai di perairan misalnya logam berat kadmium (Cd),

timbal (Pb), merkuri (Hg), arsen (As), seng (Zn), tembaga (Cu), nikel (Ni), khrom

(18)

merupakan logam berat yang sangat toksik dibandingkan logam berat lainnya, yang

dapat terakumulasi di dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan keracunan akut

maupun kronis pada makhluk hidup (Wardhana, 2004).

Dampak dari pencemaran air bersih maupun air minum dapat menimbulkan

kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi karena

pencemaran yang terlalu parah sehingga air itu sendiri telah menjadi penyebab

berbagai macam penyakit. Namun banyak penduduk terpaksa memanfaatkan air

yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi

kesehatan masyarakat. Dalam jangka panjang, air yang kurang kualitasnya dapat

mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan ginjal.

Hal ini terjadi karena terdapat logam-logam berat yang banyak bersifat toksik

(racun) di dalam air dan pengendapan pada ginjal (Kusnaedi, 2002).

Pentingnya peranan air bagi kehidupan dan kesehatan manusia maka

pemerintah menetapkan persyaratan dan Nilai Ambang Batas yang harus dipenuhi

khususnya untuk penyediaan air minum dan air bersih. Persyaratan tersebut diatur

dalam Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air (Warlina, 2004).

Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan terdeteksinya kehadiran

beberapa polutan logam berat yakni kadmium (Cd), timbal (Pb), dan mangan (Mn)

yang berasal dari limbah industri, pelindihan TPA, penggunaan pupuk yang

berlebihan dan limbah domestik. Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia

berubah menjadi lahan kritis akibat pengaruh penggunaan pupuk anorganik dan

(19)

sebagai dampaknya dapat menurunkan unsur hara esensial, keracunan tanah dan

tanaman, pencemaran lingkungan dan mengurangi kesehatan makhluk hidup akibat

mengkonsumsi hasil pertanian yang mengandung racun. Penggunaan pupuk secara

berlebihan, tidak menguntungkan bagi kelestarian lahan dan lingkungan diakibatkan

tingginya residu pupuk di lahan. Pemupukan yang terus menerus tidak saja

menyebabkan tingginya residu pupuk di dalam tanah, tetapi juga meningkatkan

kandungan logam berat Pb (timbal) dan Cd (kadmium) (Widaningrum, 2007).

Pencemaran oleh kadmium (Cd) juga menimbulkan dampak negatif terhadap

ekosistem dan kehidupan manusia. Efek toksik kadmium (Cd) akan menunjukkan

gejala yang akan dipengaruhi oleh antara lain tingkat dan lamanya paparan, semakin

tinggi kadar dan semakin lama paparan, efek toksik yang diberikan akan lebih besar.

Kadmium (Cd) dalam dosis tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran

pencernaan, sedangkan paparan kadmium (Cd) dalam dosis rendah tetapi berulang

kali bisa mengakibatkan gangguan fungsi ginjal (Widowati, dkk, 2008).

Keracunan kadmium (Cd) di Jepang dikenal dengan penyakit itai-itai yang

ditandai adanya osteomalasia daan asidosis pada tubuli renalis dikarenakan

penduduk Jepang mengonsumsi beras yang dipanen dari persawahan yang dialiri air

sungai yang tercemar kadmium (Cd) yang berasal dari sisa-sisa kegiatan

pertambangan dengan kadar kadmium (Cd) 1 mg/kg beras sedangkan padi yang

tidak tercemar hanya mengandung 0,005-0,007 mg/kg (Klaassen et al., 1986 dalam

Widowati, dkk, 2008).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukakan ke Desa

(20)

bahwa desa tersebut merupakan daerah pertanian yang dikelilingi oleh sawah. Mata

pencaharian hampir seluruh penduduknya adalah bertani. Untuk meningkatkan

kualitas tanamannya mereka memberikan pupuk anorganik pada tanamannya, yaitu

pupuk SP-36 yang mengandung kadar kadmium (Cd) sebesar 11 mg/kg yang

diberikan sebanyak 4 kali dalam setahun dengan takaran yang tidak menurut aturan

sehingga berisiko mencemari lingkungan persawahan. Penggunaan pupuk

diperkirakan dapat mencemari limgkungan sekitar persawahan apabila digunakan

dalam dosis yang tidak tepat. Pada umumnya penduduk masih menggunakan air

sumur yang termasuk dalam jenis air sumur gali dangkal sebagai sumber air bersih

dan air minum. Jenis sumur ini sangat mudah terkontaminasi. Untuk survey

pendahuluan, peneliti mengambil beberapa sampel air sumur untuk diperiksa di

laboratorium dan didapatkan hasil bahwa sampel air sumur tersebut mengandung

kadmium (Cd) yang melebihi nilai ambang batas, yaitu sebesar 0,00614, pada air

sumur yang jaraknya < 10 meter dari sawah, sebesar 0,00532 pada air sumur yang

jaraknya < 50 meter dari sawah dan sebesar 0,00446 pada air sumur yang jaraknya

100 meter dari sawah. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian

kadar kadmium (Cd) serta menganalisa tingkat pencemaran kadmium (Cd) pada air

sumur di sekitar persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan

Angkola Julu Kota Padangsidimpuan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah belum diketahuinya kadar kadmium (Cd) pada air

sumur di sekitar persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan

(21)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) pada air sumur berdasarkan

Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan

Kualitas Air di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota

Padangsidimpuan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) secara kualitatif berdasarkan

Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air pada air sumur di Desa Mompang Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) secara kuantitatif berdasarkan

Permenkes RI No. 416/MEN/KES/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air pada air sumur di Desa Mompang Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan.

3. Untuk mengetahui konstruksi sumur di Desa Mompang Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi pencemaran kadmium (Cd) pada air sumur di sekitar

persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota

(22)

2. Sebagai informasi kepada masyarakat Desa Mompang Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan yang tinggal di sekitar

persawahan yang menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari.

3. Sebagai pertimbangan bagi para petani yang menggunakan pupuk anorganik

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

2.1.1. Pengertian Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

manusia dan makhluk hidup lainnya dengan fungsi yang tidak akan dapat digantikan

oleh senyawa lain. Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan

air, mulai dari membersihkan diri, membersihkan tempat tinggalnya, menyiapkan

makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad, 2004).

Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang

syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bahwa yang dimaksud dengan air bersih adalah air

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air

yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum langsung.

Di Indonesia, jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air

permukaan dan air atmosfer yang ketersediannya sangat ditentukan oleh air atmosfer

atau sering dikenal dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).

2.1.2. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber.

Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa, air permukaan

(24)

2.1.2.1. Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada

saat prepitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami

pencemaran ketika berada di atmosfer yang disebabkan oleh partikel debu,

mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida, nitrogen, dan amonia.

2.1.2.2 Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,

waduk, rawa, terjun, sumur permukaan, sebagian besar berasal dari hujan yang jatuh

ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik

oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

2.1.2.3Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi kemudian

mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi

secara alamiah. Presipitasi membuat air tersebut bergerak ke permukaan tanah dalam

bentuk hujan, salju, dan lain-lain. Setelah kembali ke permukaan tanah, air kembali

melewati siklus air melalui satu atau beberapa tahapan berikut ini :

• Evaporasi langsung kembali ke atmosfer

Air akan kembali membentuk uap / awan dan pada akhirnya akan jatuh

(25)

• Aliran ke permukaan badan air

Air mengalir diatas permukaan tanah menuju kolam, parit, danau atau lautan.

Air dari badan air akan berevaporasi kembali ke atmosfer, atau pada anak sungai /

parit dan akan berlanjut mengalir ke lautan.

• Meresap ke dalam tanah

Air dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan kemudian dikembalikan ke

atmosfer dalam bentuk uap air setelah melewati transpirasi tanaman.

Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber air lain.

Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami

proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang

tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki

beberapa kerugian atau kelemahan dibandingkan dengan sumber air lainnya. Air

tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral

seperti magnesium, kalsium dan logam berat seperti besi yang dapat menyebabkan

kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan

diperlukan pompa.

2.1.3. Syarat Air Bersih

Berdasarkan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang

syarat-syarat pengawasan kualitas air, syarat-syarat-syarat-syarat air bersih antara lain :

1. Persyaratan Biologis

Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme

(26)

dalam empat bagian, yaitu parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis

mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah

bakteri seperti Eschericia coli.

2. Persyaratan Fisik

Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni

derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini selain penting

untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan

keasaman, tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada

persyaratan biologis dan kimia, seperti warna air dan bau.

3. Persyaratan Kimia

Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandugan kimiawi

air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses

biokimiawi tubuh. Bahan kimia seperti nitrat, arsenik, dan berbagai macam logam

berat khususnya air raksa, timah hitam, dan kadmium dapat menjadi gangguan pada

tubuh dan berubah menjadi racun.

4. Persyaratan Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan

fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,dan pada

wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.

2.1.4. Pemanfaatan Air

Dari sekian banyak manfaat air, jumlah air yang benar-benar dikonsumsi

hanya sebagian kecil saja, yakni yang tergolong penyediaan air minum/bersih.

(27)

Misalnya saja, orang hanya minum 2 liter/orang/hari, demikian pula jumlah air yang

dikonsumsi hewan atau tumbuhan, hanya sedikit saja. Sebagian besar hanya

digunakan sebagai media. Misalnya, penyediaan air bersih ini sebagian besar akan

kembali kealam sebagai air bekas cucian, bekas membersihkan rumah, bekas

menggelontor kotoran, bekas mandi, dll (Soemirat,2009).

Adapun kegunaan air adalah :

1. Air untuk minum

2. Air untuk keperluan rumah tangga

3. Air untuk industri

4. Air untuk mengairi sawah

5. Air untuk kolam perikanan, dll (Wardhana,2001)

Di dalam tubuh manusia sendiri, air berkisar antara 50-70% dari seluruh berat

badan. Air diperlukan untuk menurunkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh.

Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum dapat memasuki pembuluh

darah yang ada di sekitar alveoli. Segala reaksi biokimia di dalam tubuh

manusia/hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai bahan pelarut,

membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh. Ringkasnya, dalam segala fungsi

kehidupan seperti bereaksi terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme,

bereproduksi, air selalu memegang peranan penting. Kekurangan air menyebabkan

penyakit batu ginjal dan kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang

(28)

2.1.5. Sarana Air Bersih 2.1.5.1. Sumur

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang

tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur dapat

dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah

perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.

Sumur gali menyediakan air permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena

kontaminasi melalui rembesan. Umumnya, rembesan berasal dari tempat

pembuangan kotoran manusia dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri (Depkes

RI, 1985).

Dipandang dari segi kesehatan, penggunaan sumur gali kurang baik bila cara

pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan. Untuk memperkecil kemungkinan

terjadinya pencemaran, dapat diupayakan pencegahannya, yaitu dengan cara

memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas

kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur

tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, dinding sumur (cincin) minimal

dengan kedalaman 3 meter dari permukaan tanah dan terbuat dari bahan kedap air,

lantai sumur sekurang-kurangnya berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur

(29)

permanen, tinggi bibir sumur minimal 0,8 meter dari permukaan tanah, memiliki

tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000)..

b. Sumur Bor

Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan

tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi

kontaminasi. Umumnya, air dari sumur bor bebas dari pengotoran mikrobiologi dan

secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum (Depkes RI, 1985)

Menurut Chandra (2007), berdasarkan kedalamannya sumur terbagi dua yaitu:

a. Sumur Dangkal (shallow well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas

permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat

di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan

mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali

diperhatikan.

b. Sumur Dalam (deep well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air

hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi

dan memenuhi persyaratan sanitasi.

2.1.5.2. Perlindungan Mata Air

Perlindungan mata air adalah suatu bangunan penangkap mata air yang

menampung air dari mata air. Walaupun mata air biasanya berasal dari air tanah yang

(30)

kontaminasi langsung terhadap mata air yang disebabkan oleh manusia atau binatang,

harus dicegah melalui bangunan perlindungan.

2.1.5.3. Penampungan Air Hujan

Penampungan air hujan untuk penyediaan air minum/air bersih biasanya

memanfaatkan suatu permukaan yang luas, seperti atap rumah yang miring ke arah

talang yang menampung air hujan dan disalurkan ke dalam tangki reservoir. Hujan

pertama biasanya membawa kotoran yang ada pada atap, sehingga tidak dialirkan ke

dalam tangki.

2.1.6. Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit 2.1.6.1. Penyakit Menular

Menurut Slamet (2007), air merupakan bagian dari lingkungan yang tidak

dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam penggunaannya, air dapat

menjadi penyebab terjadinya penyakit yang dibagi ke dalam 4 (empat) cara yaitu :

1. Air Sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Disease)

Penyakit disebarkan secara langsung oleh air dan hanya dapat menyebar

apabila mikroba penyebab terjadinya penyakit masuk ke dalam sumber air yang

digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang

ada di dalam air yaitu virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Penyakit yang

disebabkan karena mikroba patogen ini seperti cholera, thypus abdominalis,

hepatitis A, poliomyelitis, disentri. Keluhan yang dapat muncul seperti mencret dan

(31)

2 . Air Sebagai Sarang Vektor Penyakit (Water Related Insecta Vector)

Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada

masyarakat. Insekta sedemikian disebut sebagai vektor penyakit. Vektor penyakit

yang sedemikian dapat mengandung penyebab penyakit. Penyebab penyakit dalam

tubuh vektor dapat berubah bentuk, berubah fase pertumbuhan atau pun

bertambah banyak atau tidak mengalami perubahan apa-apa. Penyakit yang dapat

muncul seperti filariasis, demam berdarah, malaria.

3. Kurangnya Penyediaan Air Bersih (Water Washed Disease)

Kurang tersedianya air bersih untuk menjaga kebersihan diri, dapat

menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadai karena bakteri yang

ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Keluhan yang

dapat muncul seperti kulit merah, gatal-gatal dan mata merah, gatal dan berair.

4. Air Sebagai Sarang Hospes Sementara (Water Based Disease)

Penyakit ini memiliki host perantara yang hidup di dalam air. Penyakit yang

dapat muncul adalah schistosomiasis dan dracontiasis.

2.1.6.2. Penyakit Tidak Menular

Air dapat menimbulkan kerugian dan gangguan yang disebabkan oleh

bahan-bahan kimia atau zat radioaktif yang ada di dalam air, terutama logam berat.

Logam-logam berat hasil buangan limbah industri menimbulkan kasus pada beberapa daerah

atau negara, misalnya keracunan merkuri (Hg) yang menyebabkan cacat bawaan pada

(32)

dapat menyebabkan kenaikan darah karena kadmium (Cd) mempengaruhi kinerja otot

polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal, bahkan

kerusakan dan penghambatan kinerja sistem fisiologis tubuh, kerja paru-paru, liver,

kemandulan, serta imunitas juga syaraf dan kerapuhan pada tulang (Effendi, 2007).

Besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan logam yang sering bersamaan

keberadaannya di alam maupun dalam air. Logam ini dibutuhkan tubuh dalam jumlah

kecil. Kelebihan logam ini dapat menimbulkan efek-efek kesehatan, seperti serangan

jantung, gangguan pembuluh darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif

terutama di organ penyaringan sehingga dapat mengganggu fungsi fisiologis tubuh

(Wardhana, 2004).

Senyawa kalsium banyak terdapat di alam sebagai batu kapur, gips dan

kalsium klorida. Kalsium dalam kadar tertentu dibutuhkan oleh tubuh untuk

pertumbuhan gigi dan tulang. Pada kadar yang lebih besar dari 200 mg / l pada air

minum dapat menyebabkan pengerakan pada ketel-ketel pemanas, pipa distribusi air

minum dan perabot rumah tangga.

Adanya sulfat dalam jumlah besar yang berkaitan dengan magnesium pada air

minum dapat menimbulkan reaksi laxative. Selain itu sifat korosif air terhadap logam

akan lebih besar dengan adanya sulfat dengan kadar yang tinggi. Pada umumnya

sulfat tidak dihilangkan pada proses pengolahan air minum, bahkan kadar sulfat ini

dapat meningkat karena penggunaan alumunium sulfat untuk flokulasi kimiawi pada

penjernihan air. Walau pengaruhnya tidak sebesar senyawa khlorida dan karbonat,

(33)

2.2. Pencemaran Air

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini

menjadi barang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam

limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah

kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2001).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah

masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain

ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

2.2.1. Polutan Air

Menurut Effendi (2003), polutan dikelompokkan menjadi dua berdasarkan

cara masuknya ke dalam lingkungan, yaitu :

1. Polutan Alamiah

Polutan memasuki lingkungan (badan air) secara alami, misalnya akibat

letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan fenomena alam lainnya.

2. Polutan Antropogenik

Polutan yang masuk ke lingkungan (badan air) akibat aktivitas manusia,

misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan perkotaan, maupun kegiatan

(34)

Berdasarkan sifat toksiknya, polutan dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Polutan Toksik

Polutan ini biasanya bukan berupa bahan-bahan yang alami, misalnya

pestisida, detergen, dan bahan artifisial lainnya. Polutan ini dapat mengakibatkan

kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya

pertumbuhan, tingkah laku, dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik.

2. Polutan Tidak Toksik

Polutan ini biasanya telah berada pada ekosistem secara alami yang terdiri

dari bahan-bahan tersuspensi dan nutrien (unsur hara). Bahan tersuspensi dapat

mempengaruhi sifat fisika perairan, antara lain meningkatkan kekeruhan sehingga

menghambat penetrasi cahaya matahari. Keberadaan nutrien (unsur hara) yang

berlebihan dapat memicu terjadinya eutrofikasi perairan dan pertumbuhan mikroalga

dan tumbuhan air secara pesat, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem

akuatik secara keseluruhan.

2.2.2. Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati yang digolongkan menjadi :

• Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat

kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, adanya perubahan warna, bau dan

(35)

• Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat

kimia yang terlarut, perubahan pH.

• Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

mikroorganisme yang ada di dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH

atau konsentrasi ion hidrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), kebutuhan

oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand), serta kebutuhan oksigen kimiawi

(Chemical Oxygen Demand).

1. pH atau konsentrasi ion hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH

sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila

pH di bawah normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai

pH di atas normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan

mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.

Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara

7 – 8,5 (Effendi, 2003).

2. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat

hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organik

dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa alga.

Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesis alga tidak efisien, karena oksigen

(36)

saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperatur dan

tekanan atmosfir (Warlina, 1985).

Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis

bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dalam

jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan

logam berat yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi sistem respirasi

organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat

logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita

(Effendi, 2003).

3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand)

Dekomposisi bahan organik terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan

organik menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi

bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit

atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama

yang berperan, sedangkan oksidasi bahan organik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat

pengganggu. Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan

oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan

buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.

Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat

kebersihan air. Air yang bersih relatif mengandung mikroorganisme lebih sedikit

dibanding yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat

antiseptik atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, deterjen, insektisida, dan

(37)

4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada

dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia, baik yang dapat didegradasi secara

biologis maupun yang sukar didegradasi. Jika pada perairan terdapat bahan organik

yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisakarida, dan

sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD (Effendi,

2003).

2.2.3. Sumber Pencemaran Air

Menurut (Mukono, 2006), terdapat beberapa sumber pencemaran air yaitu :

1. Domestik (Rumah Tangga)

berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus, dan dapur.

2. Industri

Polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industrinya. Jenis polutan yang

dapat mencemari air tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar, dan

sistem pengelolaan limbah cair yang digunakan oleh industri tersebut.

3. Pertanian dan Perkebunan

Polutan airnya dapat berupa :

a. Zat kimia, misalnya berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida.

b. Mikrobiologi, misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak

(38)

c. Zat radioaktif, berasal dari penggunaannya dalam proses pematangan buah,

mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

Polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Fisik

Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air.

b. Kimia

Bahan pencemar yang berbahaya antara lain merkuri (Hg), kadmium (Cd),

timbal (Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.

c. Mikrobiologi

Berbagai macam bakteri, virus, parasit, dan lain-lainnya. Misalnya, berasal

dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong, dan tempat pemerahan susu

sapi.

d. Radioaktif

Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga

Nuklir (PLTN) dapat menimbulkan pencemaran air.

2.3. Pencemaran Logam Berat

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terpisahkan dari benda-benda

yang berasal dari logam. Logam digunakan untuk membuat alat perlengkapan rumah

tangga, seperti sendok, garpu, pisau, dan berbagai jenis peralatan rumah tangga

lainnya (Widowati, Sastiono & Jusuf 2008). Menurut Palar (2008), logam berat masih

termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam

(39)

berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Dapat dikatakan bahwa

semua logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk

hidup. Sebagai contoh adalah merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom

(Cr).

Polutan logam mencemari lingkungan, baik di lingkungan udara, air, dan

tanah yang berasal dari proses alami dan kegiatan industri. Proses alami antara lain

siklus alamiah sehingga bebatuan gunung berapi bisa memberikan kontribusi ke

lingkungan udara, air, dan tanah. Kegiatan manusia yang bisa menambah polutan

bagi lingkungan berupa kegiatan industri, pertambangan, pembakaran bahan bakar,

serta kegiatan domestik lain yang mampu meningkatkan kandungan logam di

lingkungan udara, air, dan tanah (Widowati, Sastiono & Jusuf, 2008).

2.3.1. Pencemaran Logam Berat Pada Tanah

Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

mengakibatkan pencemaran tanah. Jenis limbah yang berpotensi merusak lingkungan

hidup adalah limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) yang di

dalamnya terdapat logam-logam berat. Subowo dalam Widaningrum (2007)

menyatakan bahwa adanya logam berat dalam tanah pertanian dapat menurunkan

produktivitas dan kualitas hasil pertanian selain dapat membahayakan kesehatan

manusia melalui konsumsi pangan yang dihasilkan dari tanah yang tercemar logam

berat tersebut.

Kandungan logam berat dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan

(40)

itu sehingga terjadi hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Menurut

Darmono (1995), interaksi logam berat dan lingkungan tanah dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu : a) proses sorbsi atau desorbsi, b) difusi pencucian, dan c) degradasi.

2.3.2. Pencemaran Logam Berat Pada Perairan

Banyak logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air

dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal

dari pertambangan, peleburan logam dan jenis industri lainnya, dan juga dapat berasal

dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung

logam (Darmono, 2001).

Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi

tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan.

Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas,

keanekaragaman dan kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan

ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor kadar

dan kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan

bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya perubahan

struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek fisiologi, genetik

dan resistensi.

2.4. Kadmium (Cd) 2.4.1. Pengertian Umum

Kadmium (Cd) adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B

tabel berkala dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2. unsur ini bernomor atom 48,

(41)

lelehnya berturut-turut 765˚C dan 320,9˚C. Kadmiun (Cd) merupakan racun bagi

tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan terakumulasi pada ginjal, sehingga

ginjal mengalami disfungsi kadmium (Cd) yang terdapat dalam tubuh manusia

sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya sejumlah kecil

berasal dari air minum dan polusi udara.

Pemasukan kadmium (Cd) melalui makanan adalah 10 – 40 μg/hari,

sedikitnya 50% diserap oleh tubuh. Rekomendasi pemasukan kadmium (Cd) menurut

gabungan FAO/WHO dengan batas toleransi tiap minggunya adalah 420 μg untuk

orang dewasa dengan berat badan 60 kg. Pemasukan kadmium (Cd) rata-rata pada

tubuh manusia ialah 10 – 20 % dari batas yang telah direkomendasikan.

Unsur kadmium (Cd) dapat mengurangi serapan ion-ion hara karena daya

afinitas yang tinggi dari logam berat tersebut pada kompleks pertukaran kation. Di

alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai greennocckite (CdS) yang ditemui

bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium merupakan logam lunak

(ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara bebas dan gas

amonia (NH3). Di perairan, kadmium (Cd) akan mengendap karena senyawa

sulfitnya sukar larut.

Kadmium (Cd) dari hasil sampingan peleburan dan refining bijih Zn rata-rata

memiliki kadar kadmium (Cd) sebesar 0,2 – 0,3%. Sumber lain adalah dari

penggunaan sisa lumpur kotor sebagai pupuk tanaman yang kemudian terbawa oleh

aliran angin dan air.

Karakteristik kadmium (Cd) yang lainnya adalah bila dimasukkan ke dalam

(42)

Endapan yang terbentuk biasanya dalam bentuk senyawa terhidratasi yang berwarna

putih. Bila logam kadmium (Cd) digabungkan dengan senyawa karbonat, fosfat,

arsenat dan oksalat-ferro sianat maka akan terbentuk senyawa berwarna kuning

(Palar,2008).

Adapun sifat fisik dan sifat kimia kadmium (Cd), yaitu :

1) Sifat Fisik

a. Logam berwarna putih keperakan

b. Mengkilat

c. Lunak/Mudah ditempa dan ditarik

d. Titik lebur rendah

e. Akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang basah atau lembab

dan akan mengalami kerusakan bila terkena uap amonia dan sulfur hidroksida

2) Sifat Kimia

a. Cd tidak larut dalam basa

b. Larut dalam H2SO4 encer dan HCl encer Cd

c. Cd tidak menunjukkan sifat amfoter

d. Bereaksi dengan halogen dan nonlogam seperti S, Se, P

e. Cd adalah logam yang cukup aktif

f. Dalam udara terbuka, jika dipanaskan akan membentuk asap coklat CdO

g. Memiliki ketahanan korosi yang tinggi

(43)

2.4.2. Sumber Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) yang terdapat di dalam lingkungan pada kadar yang rendah

berasal dari kegiatan penambangan seng (Zn), timah (Pb), dan kobalt (Co) serta

kuprum (Cu). Sementara dalam kadar tinggi, kadmium (Cd) berasal dari emisi

industri, antara lain dari hasil sampingan penambangan, peleburan seng (Zn), dan

timbal (Pb).

Sumber pencemaran dan paparan kadmium (Cd) berasal dari polusi udara,

keramik berglazur, rokok, air sumur, makanan yang tumbuh di daerah pertanian

yang tercemar kadmium (Cd), fungisida, pupuk, serta cat. Paparan dan toksisitas

kadmium (Cd) berasal dari rokok, tembakau, pipa rokok yang mengandung

kadmium (Cd), perokok pasif, plastik berlapis kadmium (Cd), serta air minum

(Widowati, Sastiono & Jusuf, 2008).

Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium (Cd) yang masuk

ke perairan berasal dari:

1) Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng.

2) Air bilasan dari elektroplating.

3) Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap

serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.

4) Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd

sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui

proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.

(44)

2.4.3. Kegunaan Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) merupakan logam yang sangat penting dan banyak

kegunaannya, khususnya untuk electroplating (pelapisan elektrik) serta galvanisasi

karena kadmium (Cd) memiliki keistimewaan non korosif. Kadmium (Cd) banyak

digunakan dalam pembuatan alloy, pigmen warna pada cat, keramik, plastik,

stabilizer plastik, katode untuk Ni-Cd pada baterai, bahan fotografi, pembuatan

tabung TV, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil, dan pigmen untuk gelas

dan email gigi (Widowati, Sastiono & Jusuf, 2008).

Pemanfaatan kadmium (Cd) dan persenyawaannya meliputi:

a. Senyawa CdS dan CdSeS yang banyak digunakan sebagai zat warna.

b. Senyawa Cd sulfat (CdSO4) yang digunakan dalam industri baterai yang berfungsi

sebagai pembuatan sel wseton karena memiliki potensial voltase stabil.

c. Senyawa Cd-bromida dan Cd-ionida yang digunakan untuk fotografi.

d. Senyawa dietil-Cd yang digunakan pembuatan tetraetil-Pb.

e. Senyawa Cd-stearat untuk perindustrian polivinilkorida sebagai bahan untuk

stabilizer.

Kadmium (Cd) dalam konsentrasi rendah banyak digunakan dalam industri

pada proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan minuman serta industri

tekstil.

2.4.4. Efek Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah

(45)

keracunan pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang

menyebabkan penyakit “itai-itai”. Gejalanya ditandai dengan ketidaknormalan tulang

dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang disebabkan oleh

kadmium (Cd) adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh seperti pada pernapasan,

sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan

kerapuhan tulang (Palar, 2008).

Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang sangat berbahaya karena tidak

dapat dihancurkan oleh organisme hidup dan dapat terakumulasi ke lingkungan,

membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorbsi

dan kombinasi (Rochyatun dan Rozak, 2007).

Dijelaskan oleh Zhou et al., (2008) bahwa aktivitas manusia (antropogenik)

merupakan penyebab utama kontaminasi logam berat kadmium (Cd) pada lingkungan

perairan dan menyebabkan gangguan pada sistem biologis karena dapat terakumulasi

dengan mudah dalam sedimen maupun organisme.

Kadmium (Cd) tidak diketahui memiliki fungsi biologis di dalam sel tetapi

memiliki sifat reaktif yang sangat tinggi dan dapat menginaktifkan berbagai macam

aktivitas enzim yang diperlukan oleh sel. Setelah diabsorbsi, logam berat kadmium

(Cd) akan terakumulasi di dalam organ target yang utamanya adalah ginjal kemudian

menimbulkan toksisitas (Rico et al., 2007).

a. Efek kadmium (Cd) Terhadap Tumbuhan dan Hewan

Kadmium (Cd) aliran limbah dari industri terutama berakhir di tanah dan

badan air. Hal ini dapat berasal dari produksi misalnya seng, implikasi bijih fosfat

(46)

tangga dan pembakaran bahan bakar fosil. Sumber lain yang penting dari emisi

kadmium (Cd) adalah produksi pupuk fosfat buatan. Bagian dari kadmium (Cd) yang

berakhir di tanah setelah pupuk diterapkan pada lahan pertanian dan sisanya dari

kadmium (Cd) yang berakhir di permukaan air ketika limbah dari produksi pupuk

dibuang oleh perusahaan produksi. Kadmium (Cd) dapat diangkut melalui jarak yang

jauh ketika diserap oleh lumpur. Lumpur ini kaya kadmium (Cd) yang dapat

mencemari air permukaan maupun tanah.

Kadmium (Cd) dapat terserap untuk bahan organik dalam tanah. Ketika

kadmium (Cd) hadir di tanah itu bisa sangat berbahaya, karena serapan melalui

makanan akan meningkat. Tanah yang diasamkan meningkatkan serapan kadmium

(Cd) oleh tanaman. Hal ini merupakan potensi bahaya binatang yang tergantung pada

tanaman untuk bertahan hidup. Kadmium (Cd) dapat terakumulasi dalam tubuh

binatang tersebut, terutama ketika makan beberapa tanaman. Sapi mungkin memiliki

jumlah besar kadmium (Cd) dalam ginjalnya karena ini. Cacing tanah dan organisme

tanah penting lainnya sangat rentan untuk keracunan kadmium (Cd). Cacing bisa mati

pada konsentrasi sangat rendah dan memiliki konsekuensi bagi struktur tanah. Ketika

konsentrasi kadmium (Cd) di tanah tinggi mereka dapat mempengaruhi proses

mikroorganisme tanah dan ancaman ekosistem seluruh tanah (Khan, 2008).

Dalam ekosistem air kadmium (Cd) dapat terakumulasi dalam remis, tiram,

udang, lobster dan ikan. Kerentanan terhadap kadmium (Cd) dapat sangat bervariasi

antara organisme perairan. Organisme air laut dikenal lebih tahan terhadap keracunan

(47)

(Cd) kadang-kadang mendapatkan tekanan darah tinggi, penyakit hati dan saraf atau

kerusakan otak.

b. Efek kadmium (Cd) Terhadap Kesehatan Manusia

Menurut Darmono (2001), efek kadmium (Cd) terhadap kesehatan manusia

dapat bersifat akut dan kronis. Kasus keracunan akut kadmium (Cd) kebanyakan

melalui saluran pernapasan, misalnya menghisap debu dan asap kadmium (Cd)

terutama kadmium oksida (CdO). Gejala yang timbul berupa gangguan saluran

pernapasan, mual, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang.

Keracunan kronis terjadi bila memakan kadmium (Cd) dalam waktu yang

lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronis seperti:

a. Keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala

proteinuria atau protein yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit

dimana terdapat kandungan glukosa dalam air seni yang dapat berakibat kencing

manis atau diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan aminoasidiuria atau

kandungan asam amino dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi

(penyaringan) glumerolus ginjal.

b. Kadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler yaitu

kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah maupun

tekanan darah yang meningkat (hipertensi). Hal tersebut terjadi karena tingginya

aktifitas jaringan ginjal terhadap kadmium (Cd). Gejala hipertensi ini tidak selalu

dijumpai pada kasus keracunan kadmium (Cd) kronis.

c. Kadmium (Cd) dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang yang umumnya

(48)

daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal yang dikenal

dengan nama osteomalasea atau penyakit Itai-itai . Kekurangan kalsium dapat

menyebabkan osteoporosis sehingga orang tidak dapat berdiri dengan tegak

tetapi membungkuk.

Efek kronis terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini

terjadi karena kadmium (Cd) yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang kecil

sehingga dapat ditolerir oleh tubuh. Efek akan muncul saat daya racun yang dibawa

kadmium (Cd) tidak dapat lagi ditolerir tubuh karena adanya akumulasi kadmium

(Cd) dalam tubuh. Efek kronis dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok (Palar,

2008), yaitu:

a) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Ginjal

Ginjal merupakan organ utama dari dari sistem urinaria hewan tingkat tinggi

dan manusia. Pada organ ini terjadi peristiwa akumulasi dari bermacam-macam

bahan termasuk logam kadmium (Cd). Kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan

dan bahkan kerusakan pada sistem kerja ginjal terutama ekskresi protein. Kerusakan

ini dapat dideteksi dari tingkat atau kandungan protein yang terdapat dalam urin.

Petunjuk lain berupa adanya asam amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan

kandungan asam urat serta kalsium (Ca) dan posfor (P) dalam urin.

b) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Paru-paru

Keracunan yang disebabkan oleh kadmium (Cd) lebih tinggi bila terinhalasi

melalui saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Efek kronis kadmium (Cd)

(49)

paru-paru (pulmonary emphysema) dengan gejala awal gangguan saluran napas,

mual, muntah dan kepala pusing.

c) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Tulang

Serangan yang paling hebat karena kadmium (Cd) adalah kerapuhan tulang.

Efek ini telah menggoncangkan dunia internasional sehingga setiap orang dilanda

rasa takut terhadap pencemaran. Efek ini timbul akibat kekurangan kalsium dalam

makanan yang tercemar kadmium (Cd), sehingga fungsi kalsium darah digantikan

oleh logam kadmium (Cd) yang ada. Pada akhirnya kerapuhan pada tulang-tulang

penderita yang dinamakan itai-itai disease.

d) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Darah dan Jantung

Efek kronis kadmium (Cd) dapat pula menimbulkan anemia karena CdO.

Penyakit ini karena adanya hubungan antara kandungan kadmium (Cd) yang tinggi

dalam darah dengan rendahnya hemoglobin.

e) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Sistem Reproduksi

Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga mempengaruhi sistem

reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium (Cd) dapat

mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat

terpapar uap logam kadmium (Cd) dapat mengakibatkan impotensi. Impotensi yang

terjadi dapat dibuktikan dengan rendahnya kadar testoteron dalam darah.

(50)

Menurut Widowati, Sastiono & Jusuf, (2008), kadmium (Cd) dapat masuk ke

dalam tubuh hewan atau manusia melalui berbagai cara, yaitu:

a. Dari udara yang tercemar, misalnya asap rokok dan asap pembakaran batu bara

b. Melalui wadah/tempat berlapis kadmium yang digunakan untuk tempat makanan

atau minuman

c. Melalui kontaminasi perairan dan hasil perairan yang tercemar kadmium (Cd)

d. Melalui rantai makanan

e. Melalui konsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang mengandung

kadmium (Cd).

Menurut Palar (2008), dalam buku Pencemaran Logam Berat, sebagian besar

kadmium (Cd) masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi

melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui

urin. Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat

sebagai metalotionein. Metalotinein mengandung unsur sistein, dimana kadmium

(Cd) terikat dalam gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil,

histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh

toksisitas kadmium (Cd) disebabkan oleh interaksi antara kadmium (Cd) dan protein

tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam

tubuh.

Plasma enzim yang diketahui dihambat oleh kadmium (Cd) ialah aktivitas dari

enzim alfa anti tripsin. Terjadinya defisiensi enzim ini dapat menyebabkan emfisema

dari paru dan hal ini merupakan salah satu gejala gangguan paru karena toksisitas

(51)

Absorpsi kadmium (Cd) melalui gastrointestinal lebih rendah dibandingkan

absorpsi melalui respirasi, yaitu sekitar 5-8%. Absorpsi kadmium (Cd) meningkat

bila terjadi defisiensi kalsium (Ca), besi (Fe) dan rendah protein dalam makanan.

Defisiensi kalsium akan merangsang sintesis ikatan Ca-protein sehingga akan

meningkatkan absorpsi kadmium (Cd), sedangkan kecukupan seng (Zn) dalam

makanan dapat menurunkan absorpsi kadmium (Cd). Hal ini diduga karena seng (Zn)

merangsang produksi metalotionin.

Sistem hayati memiliki peluang untuk mengikat unsur logam berat sebagai

fungsi detoksifikasi, yaitu mengikat logam berat dalam lingkaran metabolisme tanpa

mengeliminasinya. Metalotionin dapat terinduksi dan ditemukan di semua golongan

makhluk hidup (misalnya mamalia, ikan, maluska, zooplankton dan pitoplankton) dan

berbagai tingkat jaringan/organ (misalnya hati, ginjal, insang, testis, otot, eritrosit).

Konsentrasi metalonionin dalam jaringan meningkat ketika organisme terkontaminasi

unsur logam berat.

Kadmium (Cd) memiliki afinitas yang kuat terhadap ginjal dan hati. Pada

umumnya, sekitar 50-75% kadmium (Cd) dalam tubuh terdapat pada kedua organ

tersebut. Kadmium (Cd) ditransportasikan dalam darah yang berikatan dengan sel

darah merah dan protein berat molekul tinggi dalam plasma, khususnya oleh albumin.

Sejumlah kecil kadmium (Cd) dalam darah mungkin ditransportasikan oleh

metalotionin. Kadar kadmium (Cd) dalam darah orang dewasa yang terpapar

kadmium (Cd) secara berlebihan biasanya 1μg/dL, sedangkan bayi yang baru lahir

mengandung kadmium (Cd) yang cukup rendah yaitu kurang dari 1 mg dari beban

(52)

2.5. Persawahan

Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata,

dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya

lainnya. Namun, kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Sistem

irigasi diperlukan dan digunakan untuk mengairi sawah dengan menggunakan air

yang berasal dari mata air, air sungai ataupun air hujan (Wikipedia, 2013).

Menurut Ariady (2009), berdasarkan pengairannya lahan sawah dibedakan

menjadi :

1. Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi)

Yaitu lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang

bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan dikuasai Dinas Pengairan

PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat.

Lahan sawah irigasi terdiri atas :

a. Lahan sawah irigasi teknis

b. Lahan sawah irigasi setengah teknis

c. Lahan sawah irigasi sederhana

d. Lahan sawah irigasi non PU

(53)

Yaitu lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi

tergantung pada air alam, sepert

Gambar

Tabel 2.1. Kadar logam berat dan unsur P dalam berbagai jenis batuan fosfat alam
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penduduk Di Desa Mompang
Tabel 4.3. Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Poken Jior Tahun 2013
Tabel 4.4. Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota  Padangsidimpuan Tahun 2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat di Desa Namo Bintang diharapkan menggunakan media pasir, zeolit, dan karbon aktif untuk menurunkan kadar Cd pada air sumur dalam pengolahan air yang bersih..

Selain adanya kandungan selulosa yang tinggi dalam eceng gondok yang dipreparasi tersebut, penurunan kadar kadmium (Cd) juga mungkin terjadi karena adanya ikatan

Penelitian mengenai saringan air dengan penggunaan media pasir, karbon aktif, dan zeolit bertujuan untuk mengetahui efektivitas penurunan kadar kadmium (Cd) dengan 4 jenis

Hasil pemeriksaan Kadmium dalam air tambak ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berjarak 13 meter, 34 meter, dan 68 meter dari TPA sampah Kelurahan Terjun Kota Medan yaitu

Tekanan Darah Diastolik Responden Spearman's rho Jenis Kelamin Responden Kategori Pekerjaan Indeks Massa Tubuh Kebiasaan Merokok Responden Jumlah Asupan Air Sumur Durasi Pajanan

Wukirsari Gunungkidul pada tanggal 11 September 2015 menunjukan penyebaran logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) memiliki konsentrasi yang bervariasi, dimana

Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) pada air minum yang berasal dari sumur bor desa surbakti gunung

KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penentuan kesadahan total, kadar logam timbal, dan kadmium dalam sampel air sumur warga sekitar Universitas Islam Indonesia adalah kandungan